Evaluasi Keandalan Sistem Tenaga Listrik Subsistem Krian – Gresik 150 kV Dengan Metode Analisis Kontingensi N-1
EVALUASI KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK SUBSISTEM KRIAN – GRESIK 150 KV DENGAN METODE ANALISIS KONTINGENSI (N-1) Dita Kevinamarta Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail :
[email protected]
Tri Wrahatnolo Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail :
[email protected] Abstrak Saluran transmisi merupakan bagian utama dalam sistem tenaga listrik yang bertujuan menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat beban secara aman, andal, dan bermutu. Untuk penyaluran daya listrik yang andal, suatu sistem tenaga listrik harus mampu mengatasi gangguan yang mungkin terjadi. Berbagai macam gangguan pada saluran transmisi yang mungkin terjadi, salah satunya adalah gangguan kontingensi N-1 (lepasnya salah satu elemen) pada saluran transmisi. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang kontingensi N-1 pada saluran transmisi di subsistem Krian – Gresik 150 kV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan sistem dengan mengidentifikasi elemen sistem yang lemah. Elemen sistem yang lemah dapat berupa saluran transmisi yang mengalami pembebanan kritis dan mengalami beban lebih. Dari hasil penelitian diketahui 6 saluran transmisi yang mengalami pembebanan >50%, yang dapat beresiko mengalami gangguan kontingensi. Pada saluran Ujung – Bangkalan mengalami pembebanan sebesar 95.41%, saluran Surabaya Barat – Driyorejo mengalami pembebanan sebesar 68.18%, saluran Waru – Rungkut mengalami pembebanan sebesar 67.18%, selanjutnya pada saluran Tandes – Perak mengalami pembebanan sebesar 60.07%, kemudian saluran Perak – Ujung mengalami pembebanan sebesar 60.07%, dan saluran Altaprima – Surabaya Barat mengalami pembebanan sebesar 556.16%. Untuk mencegah lepasnya saluran transmisi secara bergantian (cascade) akibat dari pembebanan lebih maka dilakukan solusi, yaitu dengan melakukan pelepasan beban. Kata Kunci: Analisis kontingensi (N-1), keandalan, pembebanan lebih, saluran transmisi.
Abstract The transmission line is the main part of the power system that aims to supply power from generating stations to load centers are secure, reliable, and quality. For a reliable electrical power distribution, electric power system should be able to overcome the interference that may occur. Various kinds of interruptions on the transmission line that may occur, one of which is the N-1 contingency disorders (loss of one of the elements) on the transmission line. This study will be discussed about contingency N-1 on the transmission line in the subsystem Krian Gresik 150 kV. This study aims to determine the reliability of the system by identifying the elements of the weak system. Weak system elements can be either a transmission line that experienced the critical loading and overload. The survey results there are six transmission line have loading over > 50%, which may be at risk of contingency interruption. Transmission line Ujung - Bangkalan have loading up to 95.41%, the line of Surabaya Barat - Driyorejo have loading up to 68.18%, the line of Waru - Rungkut have loading up to 67.18%, and then the line of Tandes - Perak have loading up to 60.07%, then the line of Perak - Ujung have loading amounted up to 60.07%, and the line of Altaprima - Surabaya Barat have loading up to 556.16%. To prevent outage of the transmission line alternately (cascade) as a result of the overload and then does the solution, by performing load shedding. Keywords: Contingency analysis (N-1), reliability, overload, transmission. Jawa Timur yang memberikan pelayanan tenaga listrik yang meliputi daerah subsistem Krian - Gresik. Sehingga, penyedia tenaga listrik dituntut untuk menyalurkan tenaga listrik dengan andal dan bermutu kepada pelanggan. Namun hal tersebut masih belum seperti yang diharapkan. Masih sering terjadi gangguan pada suatu saluran atau subsistem yang lain, yang berakibat pelepasan bertingkat (cascade) pada sistem. Dari hasil
PENDAHULUAN Tenaga listrik telah menjadi kebutuhan pokok, sehingga kontinuitas penyediaan tenaga listrik menjadi tuntutan yang semakin besar dari konsumen tenaga listrik. Oleh karena itu dituntut adanya suatu sistem tenaga listrik yang andal. Sistem tenaga listrik 150 kV subsistem Krian - Gresik merupakan bagian dari area
1
Jurnal Teknik Elektro. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2017, 0 - 8
studi analisis sistem kelistrikan Jawa Timur pada tahun 2011 (Fajar, 2011) diperoleh bahwa sebagian besar subsistem tidak memenuhi kondisi N-1 (lepasnya salah satu elemen sistem), begitu juga di subsistem Krian Gresik. Kondisi ini tentu sangat mempengaruhi tingkat keandalan sistem kelistrikan di Jawa Timur subsistem Krian - Gresik. Evaluasi keandalan sistem tenaga listrik dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya menggunakan metode analisis kontingensi. Analisis kontingensi dilakukan dengan simulasi gangguan pada suatu unit pembangkit atau saluran transmisi dan menyelidiki pengaruh gangguan tersebut terhadap bus dan aliran daya. Apabila ada bagian sistem yang mengalami gangguan maka sistem yang tersisa harus memikul beban penyaluran yang lebih besar tetapi masih dalam batas operasi yang diizinkan. Dengan kriteria keandalan keamanan N-1 apabila dalam sistem terdapat N buah elemen yang terlepas, sistem tidak akan kehilangan beban atau tidak terjadi pemadaman. Dengan demikian perlu dilakukan evaluasi tentang keandalan sistem tenaga listrik di subsistem Krian – Gresik 150 kV yaitu dengan melakukan analisis aliran daya terhadap gangguan kontingensi N-1 dengan menggunakan software ETAP 12.6. KAJIAN PUSTAKA Keandalan Sistem Tenaga Listrik Keandalan suatu sistem di definisikan suatu komponen atau sistem memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan selama digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan adalah peluang tidak terjadi kegagalan selama sistem beroperasi. Keandalan suatu sistem tenaga listrik ditentukan oleh penilaian kecukupan (adequacy assessment) dan penilaian keandalan (security assessment). Penilain kecukupan berkaiatan dengan kemampuan sistem untuk memasok energi listrik ke pelanggan dengan memenuhi persyaratan dengan cara yang memuaskan. Penilaian keandalan berkaitan dengan kemampuan sistem tenaga listrik untuk tetap mampu bertahan akibat adanya gangguan atau hilangnya elemen sistem yang tidak dapat diantisipasi. Hal ini termasuk respon sistem yang diakibatkan oleh lepasnya pembangkit dan saluran transmisi (Billinton, 1983). Suatu sistem tenaga listrik yang mampu bertahan dan tidak mengalami pemadaman akibat lepasnya salah satu elemen sistem dikatakan sistem tersebut andal dengan kriteria N-1. Dalam pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, apabila suatu saluran transmisi mengalami kerusakan sehingga menyebabkan saluran terputus, maka saluran transmisi yang tersisa akan memikul beban yang lebih
besar namun masih berada pada batasan operasi yang diizinkan. Jika beberapa gangguan terjadi pada suatu sistem yang melanggar batasan operasi, maka kejadian tersebut akan mengakibatkan pemutusan peralatan dari sistem. Apabila proses kegagalan bertingkat (cascading outage) berlanjut maka sebagian besar atau keseluruhan sistem akan terjadi pemadaman total (system blackout). Operasi sistem dinyatakan dalam keadaan operasi yang normal atau andal bila tercapai kondisi: a) Frekuensi dalam batas kisaran operasi normal (50 ± 0.2 Hz), kecuali penyimpangan dalam waktu singkat diperkenankan pada kisaran (50 ± 0.5 Hz), sedangkan selama kondisi gangguan frekuensi boleh berada pada batas 47.5 Hz sampai 51.5 Hz. b) Tegangan di GI berada dalam batas yang ditetapkan, yaitu tegangan 500 kV adalah ± 5% sedangkan tegangan 150 kV, 70 kV, dan 20 kV adalah + 5% dan – 10%. c) Tingkat pembebanan saluran transmisi dipertahankan pada batas – batas yang telah ditetapkan dan tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan transmisi dan GI berada dalam batas rating normal. d) Konfigurasi sistem sedemikian rupa sehingga circuit breaker jaringan transmisi mampu memutus arus gangguan yang mungkin terjadi dan mengisolisir peralatan yang terganggu. Analisis Kontingensi Kontingensi adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh kegagalan atau pelepasan dari satu atau lebih generator dan/atau transmisi (Ditjen LPE, 2004). Istilah ini berkaitan erat dengan kemampuan suatu sistem tenaga listrik untuk melayani beban bila terjadi gangguan pada salah satu komponennya. Analisis Kontingensi adalah perhitungan yang digunakan untuk mengevaluasi pengaruh gangguan terhadap kelayakan perubahan tegangan bus dan aliran daya saluran. Dengan membandingkan aliran daya dalam kondisi normal dengan aliran daya dalam kondisi kontingensi. Analisis kontingensi dapat digunakan untuk memprediksi kondisi suatu sistem baik setelah lepasnya satu bagian dari sistem (single contingency) atau beberapa bagian sistem secara beruntun (multiple contingency). a) Analisis Kontingensi Tunggal Analisis kontingensi tunggal adalah analisis kontingensi setelah terputusnya aliran listrik (outage) pada salah satu bagian sistem, artinya tidak terjadi dua pemutusan secara bersamaan. Pemutusan dapat terjadi karena salah satu saluran atau transformator lepas dari sistem, generator lepas, atau terjadi pergeseran pembangkitan, baik karena direncanakan
Evaluasi Keandalan Sistem Tenaga Listrik Subsistem Krian – Gresik 150 kV Dengan Metode Analisis Kontingensi N-1
untuk pemeliharaan rutin, maupun terpaksa karena kondisi cuaca, atau karena gangguan. b) Analisis Multi Kontingensi Bila terjadi dua kontingensi tunggal berturut-turut atau simultan, perhitungan perubahan arus yang mengalir melalui setiap saluran dapat dilakukan dengan mengkombinasikan faktor-faktor distribusi dari kontingensi tunggal yang sudah dihitung lebih dahulu pada studi kontingensi tunggal.
Analisis Data Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan mulai penelitian hingga selesai, seperti yang dijelaskan pada diagram alir berikut: Mula i Pengumpula n Data Pemodelan Sistem Tenaga Listrik Menggunakan software ETAP 12.6
Hubungan Keandalan Dengan Analisis Kontingensi Pada saat beroprasi sistem tenaga listrik mungkin mengalami suatu keadaan kontingensi seperti gangguan pada unit pembangkit atau saluran transmisi, penambahan atau pengurangan yang tiba-tiba dari kebutuhan beban pada sistem tenaga listrik. Meskipun banyak kontingensi lain yang mungkin terjadi namun hanya kontingensi yang mempunyai kemungkinan yang tinggi yang akan dipertimbangkan. Hasil-hasil analisis kontingensi ini mengizinkan sistem untuk dioperasikan dalam keadaan tertentu, banyak masalah yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat meyebabkan kegagalan serius dalam waktu yang sangat cepat, hal ini sering menyebabkan terjadinya kegagalan sistem secara berurutan. Hubungan analisis kontingensi dengan keandalan sistem tenaga listrik yang di maksud adalah ketika terjadi kontingensi atau terlepasnya salah satu emelen sistem transmisi maupun pembangkit, sistem tenaga listrik tetap beroperasi normal dan dapat memasok kebutuhan daya sesuai dengan kriteria keandalan N-1 yaitu, apabila salah satu saluran transmisi terlepas dari sistem, sistem yang lain tetap mampu memikul beban sehingga tidak terjadi pemadaman.
Masukan data parameter: 1. Data kapasitas pembangkit 2. Data kapasitas transformator 3. Data bus 4. Data parameter saluran 5. Data kapasitor / reaktor terpasang 6. Data operasi beban puncak
Analisis aliran daya kondisi normal
Daftar kontingensi
Dilakukan analisis kontingensi N-1
Daftar elemen yang lemah
Perbaikan sistem
Tidak
N-1 terpenu
Alternatif perbaikan
Ya
METODE Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap jaringan sistem tenaga listrik 150 kV subsistem Krian – Gresik dengan mensimulasikan pengaruh gangguan lepasnya salah satu elemen sistem saluran transmisi (N-1) terhadap aliran daya pada sistem kelistrikan Krian – Gresik. Kriteria keandalan sistem yang digunakan adalah dengan indeks terpenuhi kondisi N-1. Saluran yang mengalami pembebanan kritis adalah pembebanan saluran yang melebihi 50% dari arus nominal (In) penghantar.
Kesimpulan
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini akan di bahas tentang analisis kontingensi saluran transmisi yang akan disimulasikan dengan terlepasnya salah satu saluran transmisi dari sistem. Berdasarkan hasil simulasi aliran daya normal akan diketahui saluran mana yang mengalami pembebanan lebih dari 50% dan mempunyai kemungkinan dilakukan kontingensi. Dari hasil simulasi aliran daya menggunakan software ETAP 12.6 diperoleh beberapa saluran yang mengalami pembebanan lebih. Berikut data saluran yang akan dilakukan kontingensi:
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero ) Area Pengatur Beban (APB) Jawa Timur di Jl. Suningrat No. 45 Taman Sidoarjo. Waktu penelitian ini dimulai tanggal 8 Februari 2016.
3
Jurnal Teknik Elektro. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2017, 0 - 8
Tabel 1. Saluran Yang Akan Dilakukan Kontingensi Penghantar Dari Ke Ujung Bangkalan Surabaya Driyorejo Barat
No 1 2 3
Waru
Rungkut
4
Tandes
Perak
5
Perak
Ujung
6
Altaprima
Surabaya Barat
Line47
Arus (A) 615.4
Line 8 Line56 Line57 Line68 Line69 Line44 Line45 Line34 Line35
Line
645
INom (%) 95.41
505.5
740
68.18
994.3 994.3 444.5 444.5 419.5 419.5 831.2 831.2
1480 1480 740 740 740 740 1480 1480
67.18 67.18 60.07 60.07 56.68 56.68 56.16 56.16
KHA
Dari data tersebut dapat diketahui terdapat 6 saluran yang mengalami pembebanan lebih dari 50% dan memiliki kemungkinan terbesar mengalami gangguan kontingensi. Simulasi kontingensi akan dilakukan yaitu dengan melepas salah satu saluran sesuai dengan yang ditunjuukan pada tabel 1. Kontingensi 1 (Ujung – Bangkalan) Pada kontingensi 1 ini, saluran transmisi dari bus Ujung ke bus Bangkalan mengalami gangguan kontingensi. Saluran transmisi Ujung – Bangkalan merupakan saluran transmisi tunggal. Kondisi kontingensi adalah dimana satu saluran transmisi Ujung – Bangkalan lepas dari dari sistem. Dari hasil simulasi kontingensi 1 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Simulasi Kontingensi 1 Kondisi Normal Kontingensi
Bus
Line
KHA
Ujung Bangkalan Ujung Bangkalan
Line47 Line47 Line47 Line47
645 645 645 645
Operating (A) 615.4 615.4 -
Tabel 3. Akibat Saluran Ujung – Bangkalan Lepas Dari Sistem Bus
Line
KHA
Arus Sebelum Kontingensi (A)
Arus Sesudah Kontingensi (A)
Inom Sebelum Kontingensi (%)
Inom Sesudah Kontingensi (%)
Ujung
Line48
740
158.2
773.8
21.37
104.56
Kenjeran
Line48
740
158.2
773.8
21.37
104.56
Kenjeran
Line49
645
158.2
773.8
24.52
119.96
Gilitimur
Line49
645
158.2
773.8
24.52
119.96
Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada tabel 2 menjelaskan bahwa line 47 lepas dari sistem, kondisi ini menyebabkan saluran transmisi Ujung – Kenjeran line 49 dan Kenjeran – Gilitimur line 48 mengalami pembebanan lebih (overload) akibat menanggung arus yang besar. Besar arus pada line 49 dan line 48 yang semula 158.2 A menjadi 773.8 A. Overload pada line 48 dan line 49 menunjukkan kondisi kritikal dengan persentase 104.56%
dan 119.96%. Hal ini dapat berdampak pada line 48 dan line 49 lepas secara bergantian (cascade) dan kemungkinan terburuk bisa terjadi blackout di area Madura dikarenakan tidak ada suplai daya ke bus Gilitimur. Kontingensi 2 (Surabaya Barat – Driyorejo) Pada kontingensi 2 ini, saluran transmisi dari bus Surabaya Barat - Driyorejo mengalami gangguan kontingensi. Saluran transmisi Surabaya Barat – Driyorejo merupakan saluran transmisi tunggal. Kondisi kontingensi dimana satu saluran transmisi Surabaya Barat – Driyorejo lepas dari dari sistem. Dari hasil simulasi kontingensi 2 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Simulasi Kontingensi 2 Kondisi Normal
Kontingensi
Bus Surabaya Barat Driyorejo Surabaya Barat Driyorejo
Line
KHA
Operating (A)
Line8
740
505.4
Line8
740
505.4
Line8
740
-
Line8
740
-
Tabel 5. Akibat Saluran Surabaya Barat - Driyorejo Lepas Dari Sistem Bus
Line
KHA
Arus Sebelum Kontingensi (A)
Arus Sesudah Kontingensi (A)
Inom Sebelum Kontingensi (%)
Inom Sesudah Kontingensi (%)
Surabaya Barat
Line10
1200
256.8
762.3
21.4
63.52
Babadan
Line10
1200
256.8
762.3
21.4
63.52
Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada tabel 4 menjelaskan bahwa line 8 lepas dari sistem, dampak dari kondisi ini adalah saluran transmisi Surabaya Barat – Babadan line 10 mengalami pembebanan lebih dari 50% akibat menanggung arus yang besar. Arus mengalir pada line 10 yang semula 256.8 A menjadi 762.3 A. Pada line 10 menunjukkan kondisi kritikal dengan persentase sebelum kontingensi sebesar 21.4% menjadi 63.52%, tetapi kondisi ini masih dalam batas yang diizinkan yaitu tidak lebih dari 100%. Kontingensi 3 (Waru – Rungkut) Pada kontingensi 3 ini, saluran transmisi dari bus Waru ke bus Rungkut mengalami gangguan pada salah satu saluran. Kondisi kontingensi dimana salah satu saluran transmisi Waru – Rungkut keluar dari sistem atau lepasnya salah satu saluran transmisi (line outage). Hal ini menyebabkan salah satu saluran mengalami pembebanan lebih. Dari hasil simulasi kontingensi 3 diperoleh hasil sebagai berikut:
Evaluasi Keandalan Sistem Tenaga Listrik Subsistem Krian – Gresik 150 kV Dengan Metode Analisis Kontingensi N-1
Tabel 6. Hasil Simulasi Kontingensi 3 Kondisi Normal Kontingensi
Bus
Line
KHA
Waru Rungkut Waru Rungkut
Line57 Line56 Line57 Line56
1480 1480 1480 1480
Operating (A) 994.3 994.3 1988.6
Hal ini menyebabkan salah satu saluran mengalami pembebanan lebih. Dari hasil simulasi kontingensi 5 diperoleh hasil sebagai berikut:
Inom (%) 67.18 67.18 134.36
Tabel 8. Hasil Simulasi Kontingensi 5 Kondisi
Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada tabel 6 menjelaskan bahwa line 57 lepas dari sistem, sehingga pada line 56 mengalami overload akibat menanggung arus yang sangat besar melebihi dari nilai KHA. Overload menunjukkan pada line 56 mengalami kondisi kritikal dengan persentase sebesar 134.36%. Sebaliknya, kondisi kontingensi dapat terjadi pada line 56 yang terlepas dari sistem, sehingga line 57 mengalami overload dengan besar arus yang sama saat line 57 lepas dari sistem yaitu sebesar 1988.6 A.
Normal Kontingensi
Normal Kontingensi
Line
KHA
Tandes Perak Tandes Perak
Line69 Line68 Line69 Line68
740 740 740 740
Operating (A) 444.5 444.5 889
KHA
Perak Ujung Perak Ujung
Line45 Line44 Line45 Line44
740 740 740 740
Operating (A) 419.5 419.5 839
Inom (%) 56.68 56.68 113.37
Kontingensi 6 (Altaprima – Surabaya Barat) Pada kontingensi 6 ini, saluran transmisi dari bus Altaprima ke bus Surabaya Barat mengalami gangguan pada salah satu saluran. Kondisi kontingensi dimana salah satu saluran transmisi Altaprima – Surabaya Barat keluar dari sistem atau lepasnya salah satu saluran transmisi (line outage). Hal ini menyebabkan salah satu saluran mengalami pembebanan lebih. Dari hasil simulasi kontingensi 6 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Simulasi Kontingensi 4 Bus
Line
Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada tabel 8 menjelaskan bahwa line 45 lepas dari sistem, sehingga pada line 44 mengalami overload akibat menanggung arus yang sangat besar melebihi dari nilai KHA. Overload menunjukkan pada line 44 mengalami kondisi kritikal dengan persentase sebesar 113.37%. Sebaliknya, kondisi kontingensi dapat terjadi pada line 44 yang terlepas dari sistem, sehingga line 45 mengalami overload dengan besar arus yang sama saat line 45 lepas dari sistem yaitu sebesar 839 A.
Kontingensi 4 (Tandes – Perak) Pada kontingensi 4 ini, saluran transmisi dari bus Tandes ke bus Perak mengalami gangguan pada salah satu saluran. Kondisi kontingensi dimana salah satu saluran transmisi Tandes – Perak keluar dari sistem atau lepasnya salah satu saluran transmisi (line outage). Hal ini menyebabkan salah satu saluran mengalami pembebanan lebih. Dari hasil simulasi kontingensi 4 diperoleh hasil sebagai berikut:
Kondisi
Bus
Inom (%) 60.07 60.07 120.13
Tabel 9. Hasil Simulasi Kontingensi 6 Kondisi
Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada tabel 7 menjelaskan bahwa line 69 lepas dari sistem, sehingga pada line 68 mengalami overload akibat menanggung arus yang sangat besar melebihi dari nilai KHA. Overload menunjukkan pada line 68 mengalami kondisi kritikal dengan persentase sebesar 120.13%. Sebaliknya, kondisi kontingensi dapat terjadi pada line 68 yang terlepas dari sistem, sehingga line 69 mengalami overload dengan besar arus yang sama saat line 69 lepas dari sistem yaitu sebesar 889 A.
Normal
Kontingensi
1480
Operating (A) 831.2
Inom (%) 56.16
Line34
1480
831.2
56.16
Line35
1480
-
-
Line34
1480
1662.4
112.32
Bus
Line
KHA
Altaprima Surabaya Barat Altaprima Surabaya Barat
Line35
Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada tabel 9 menjelaskan bahwa line 35 lepas dari sistem, sehingga pada line 34 mengalami overload akibat menanggung arus yang sangat besar melebihi dari nila KHA. Overload menunjukkan pada line 34 mengalami kondisi kritikal dengan persentase sebesar 112.32%. Sebaliknya, kondisi kontingensi dapat terjadi pada line 34 yang terlepas dari sistem, sehingga line 35 mengalami overload dengan besar arus yang sama saat line 35 lepas dari sistem yaitu sebesar 1662.4 A.
Kontingensi 5 (Perak – Ujung) Pada kontingensi 5 ini, saluran transmisi dari bus Perak ke bus Ujung mengalami gangguan pada salah satu saluran. Kondisi dimana salah satu saluran transmisi Perak – Ujung keluar dari sistem atau lepasnya salah satu saluran transmisi (line outage).
5
Jurnal Teknik Elektro. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2017, 0 - 8
Solusi Kontingensi Dampak pada hasil simulasi kontingensi adalah saluran lain mengalami overload. Hal ini dikarenakan saluran lain harus menanggung beban dari saluran yang lepas dari sistem. Saluran transmisi yang terbebani lebih dari nilai KHA saluran akan mengalami dampak yang sama yaitu terlepas dari sistem, sehingga menyebabkan saluran lepas secara bergantian (cascade). Dalam penelitian ini, mengatasi overload adalah dengan cara pelepasan beban (load shedding). Dengan load shedding upaya untuk menghindari terjadinya keruntuhan sistem akibat overload. Load shedding adalah pelepasan beban yang bertujuan untuk menjaga kestabilan sistem tenaga listrik. Berikut ini adalah tabel simulasi solusi load shedding yang dilakukan untuk memperbaiki sistem: Tabel 10. Data Sebelum Load Shedding No
1
2 3 4 5 6
Saluran
Line Overload
KHA
Operating (A)
Line 49
740
773.8
Line 48
740
773.8
Line 10
1200
762.3
Line 57
1480
1988.6
Line 69
740
889
Line 45
740
839
Line 35
1480
1662.4
Ujung Kenjeran Kenjeran Gilitimur Surabaya Barat Babadan Waru Rungkut Tandes Perak Perak Ujung Altaprima Surabaya Barat
Operating (%)
1
2
3
Saluran
Besar LS (MVA)
Ujung – Kenjeran
37.56
Kenjeran – Gilitimur Surabaya Barat – Babadan
Waru – Rungkut
37.56
Bus Sampang Pamekasan Sampang Pamekasan
Tandes – Perak
67.49
5
Perak – Ujung
54.5
6
Altaprima – Surabaya Barat
107.4
104.56%
No
1
63.52%
2
134.36%
3
120.13% 113.37% 112.32%
Lump Load Lump 85 Lump 79 Lump 85 Lump 79
-
-
Lump 36 Lump 45
189.76
Simpang Kenjeran Surabaya Selatan Wonokromo Sukolilo Rungkut
Sumenep Sampang Sampang Pamekasan Karang Pilang Babadan Driyorejo
Lump 88 Lump 89 Lump 80 Lump 80 Lump 84 Lump 23 Lump 15 Lump 12
Pada saluran Surabaya Barat – Babadan tidak dilakukan load shedding karena arus yang mengalir pada saluran Surabaya Barat - Babadan masih lebih kecil dari nilai KHA saluran tersebut dan pembebanan masih dalam batas normal sehingga saluran tersebut masih mampu mengalirkan daya listrik dengan aman. Berikut hasil setelah dilakukan load shedding pada saluran yang overload : Tabel 12. Data Setelah Load Shedding
104.56%
Dari data tabel 10 diketahui besar operasi saluran yang melebihi 100%, kondisi tersebut dapat menyebabkan saluran lepas dari sistem secara bergantian (cascade). Untuk menghindari hal tersebut dilakukan pelepasan beban (load shedding) pada bus saluran yang mengalami pembebanan lebih dengan tetap memperhatikan arah aliran daya. Tabel 11. Data Lump Load Shedding No
4
4 5 6
Saluran Ujung Kenjeran Kenjeran Gilitimur Surabaya Barat Babadan Waru Rungkut Tandes Perak Perak Ujung Altaprima Surabaya Barat
Line Overload
KHA
Operating (A)
Line 49
740
608.8
Line 48
740
608.8
Line 10
1200
762.3
Line 57
1480
1190.2
Line 69
740
607.8
Line 45
740
607.8
Line 35
1480
1063
Operating (%)
82.27% 82.27%
63.52%
80.41% 82.13% 82.13% 71.83%
Dari data tabel 12 ditunjukkan kondisi pembebanan saluran setelah dilakukan load shedding. Pembebanan yang semula diatas 100% setelah dilakukan load shedding persentase pembebanan saluran turun menjadi dibawah 100%. Kondisi ini ditujukan agar saluran tidak lepas dari sistem akibat overload dan saluran dapat mengalirkan daya secara normal. Hubungan nilai arus operasi saluran sebelum dilakukan load shedding dan sesudah dilakukan load shedding serta besar nilai KHA ditunjukkan pada gambar grafik berikut ini:
Lump 110 Lump 108 Lump 104 Lump 94
Gambar 2. Grafik Perbandingan Nilai Arus Sebelum LS dan Sesudah LS Berdasarkan KHA Saluran
Evaluasi Keandalan Sistem Tenaga Listrik Subsistem Krian – Gresik 150 kV Dengan Metode Analisis Kontingensi N-1
Gambar 2 menunjukkan perbandingan nilai KHA saluran, besar arus sebelum load shedding, dan besar arus sesudah load shedding. Kondisi kontingensi salah satu saluran dengan pembebanan saluran lebih dari nilai KHA atau disebut overload. Solusi agar saluran tetap dapat menyalurkan daya dan tidak lepas dari sistem karena overload adalah melakukan pelepasan beban atau disebut load shedding. Setelah dilakukan load shedding besar pembebanan saluran masih lebih dari 50% akan tetapi kondisi ini diizinkan dengan tetap memperhatikan besar arus yang mengalir tidak melebihi KHA saluran. Pada grafik dtunjukkan kondisi suatu saluran yang dapat beroperasi normal dan aman adalah besar nilai arus yang mengalir tidak melebihi besar nilai KHA saluran.
overload sebesar 134.36%, akibat kontingensi 4 lepasnya salah satu saluran Tandes – Perak menyebabkan salah satu saluran mengalami overload sebesar 120.13%. Kemudian akibat kontingensi 5 lepasnya salah satu saluran Perak – Ujung menyebabkan salah satu saluran mengalami overload sebesar 113.37%, dan akibat kontingensi 6 lepasnya salah satu saluran Altaprima – Surabaya Barat menyebabkan salah satu saluran mengalami overload sebesar 112.32%. Solusi kontingensi yang dilakukan untuk mencegah lepasnya saluran transmisi secara bergantian (cascade) akibat overload pada saluran adalah dengan melakukan pelepasan beban (load shedding) agar sistem tetap dalam kondisi normal. Load shedding kontingensi 1 dilakukan pada bus Sampang dan Pamekasan. Kontingensi 2 tidak dilakukan load shedding karena pembebanan masih berada dibatas normal >100%. Load shedding kontingensi 3 dilakukan pada bus Simpang, Kenjeran, Surabaya Selatan, Wonokromo, Sukolilo, dan Rungkut. Load shedding kontingensi 4 dilakukan pada bus Sumenep dan bus Sampang. Load shedding kontingensi 5 dilakukan pada bus Sampang dan bus Pamekasan. Kemudian load shedding terakhir pada kontingensi 6 dilakukan pada bus Karang Pilang, Babadan, dan Driyorejo.
PENUTUP Simpulan Masih banyak gangguan pada saluran transmisi yang mengakibatkan kontingensi dan belum memenuhi kondisi N-1, sehingga pada saat salah satu saluran transmisi lepas dari sistem saluran lain mengalami pembebanan lebih (overload). Kondisi ini tentu sangat mempengaruhi tingkat keandalan sistem kelistrikan di subsistem Krian – Gresik. Gangguan kontingensi berpengaruh terhadap saluran transmisi lain. Pembebanan pada saluran transmisi lain menjadi meningkat lebih dari nilai KHA saluran sehingga mengalami overload, jika hal ini di biarkan tanpa ada solusi akan mengakibatkan pelepasan saluran lain secara bergantian (cascade). Hasil simulasi aliran daya diperoleh saluran – saluran yang memiliki pembebanan diatas 50% dengan sistem jaringan radial yaitu, saluran Ujung – Bangkalan yang mempunyai pembebanan saluran sebesar 615.4 A dengan persentasi Inom 95.41% , Surabaya Barat - Driyorejo yang mempunyai pembebanan saluran sebesar 505.5 A dengan persentasi Inom 68.18%, Waru - Rungkut yang mempunyai pembebanan saluran sebesar 994.3 A dengan persentasi Inom 67.18%, Tandes - Perak yang mempunyai pembebanan saluran sebesar 444.5 A dengan persentasi Inom 60.07%, Perak - Ujung yang mempunyai pembebanan saluran sebesar 419.5 A dengan persentasi Inom 56.68%, dan Altaprima – Surabaya Barat yang mempunyai pembebanan saluran sebesar 831.2 A dengan persentasi Inom 56.16%. Akibat kontingensi 1 lepasnya saluran Ujung - Bangkalan menyebabkan saluran Ujung – Kenjeran dan Kenjeran - Gilitimur mengalami overload sebesar 104.56%. Selanjutnya akibat kontingensi 2 lepasnya saluran Surabaya Barat – Driyorejo menyebabkan saluran Surabaya Barat Babadan mengalami pembebanan sebesar 63.52%, akibat kontingensi 3 lepasnya salah satu saluran Waru – Rungkut menyebabkan salah satu saluran mengalami
Saran Pada hasil peneleitian masih banyak gangguan kontingensi N-1 yang terjadi. Hal tersebut dapat menjadi evaluasi bagi PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali APB Jawa Timur untuk mempertimbangkan penambahan saluran agar kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat berjalan dengan baik. Pada hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi berkala pada sistem kelistrikan subsistem Krian – Gresik dengan memperhatikan perkembangan sistem kelistrikan mendatang. Penelitian mendatang dapat dilakukan secara menyeluruh dengan bebrapa kemungkinan untuk analisis kontingensi (N-1), kontingensi (N-2), dan beberapa kemungkinan kontingensi lainnya. Perlu membuat rencana operasi sistem tenaga listrik, pemeliharaan peralatan kelistrikan, perkembangan konfigurasi jaringan kelistrikan untuk meningkatkan keamanan serta keandalan sistem tenaga listrik. DAFTAR PUSTAKA Billinton, R, Ronald N. A. 1983. Reliability Evaluation Of Power System. 2nd Edition. Pitman Books. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departmen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2004. Aturan Jaringan Jawa-Madura-Bali. Jakarta
7
Jurnal Teknik Elektro. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2017, 0 - 8
Fajar, M. 2011. Analisis Kontingensi Untuk Mengetahui Undervoltage dan Overload Pada Saluran Transmisi 150 kV di Jawa Timur. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Jurusan Teknik Elektro – FTE. Surabaya: ITS Khardenvis, D. M, Mishra V.J. 2012. Contingency Analysis of Power System. International Journal of Computer Applications (IJCA). India