Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi _______________________________________________________________________________
ANALISIS KONTINGENSI GENERATOR PADA SISTEM TRANSMISI 500 KV JAWA BALI Ulfa Aulia1, Tiyono2, Lesnanto Multa Putranto3 AbstractβContingency Analysis of 500 kV Java-Bali transmission systems shews the characteristics of this system by giving attention to bus voltage, line loading and the availability of reserve. Contingency Performance Index calculation for generator was used to indicate how the generator outage affecting to line loading and bus voltage on the system afterwards. Multiple generator contingency simulation were done with sequence of generator outage based on a Contingency Performance Index ranking. The system was not feasible to operate on contingency conditions, because the N-1 contingency, the lowest bus voltage was 0.939 pu at Pedan bus. However, in terms of reserves, the system was able to operate up to N-3 contingency with total power outage 1601 MW and the reserve on the swing bus 42.29 MW. Load Shedding scheme performed on N-4 contingency, because swing bus was not able to supply the power demand of the system with frequency drop to 49.1 Hz. When the 814 MW was removed then the voltage on the system increased, line loading decreased, and the swing bus get the reserve back, it was 286.46 MW. The 500 kV JavaBali transmission system was not feasible to operate generator contingency conditions. Load shedding scheme was one of solution for system towards collapsing because of multiple generator contingency. Intisariβ Studi kontingensi pada sistem transmisi 500 kV Jawa Bali membantu dalam mempelajari karakteristik sistem terhadap lepasnya sejumlah generator dengan memperhatikan tegangan bus, pembebanan saluran dan ketersediaan cadangan berputar. Perhitungan Indeks Performa Kontingensi (IPK) Generator digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh generator tersebut lepas terhadap pembebanan saluran dan tegangan bus pada sistem setelahnya. Selanjutnya dilakukan simulasi kontingensi jamak dengan pelepasan generator berurutan berdasarkan rangking IPK. Sistem tidak layak untuk beroperasi pada kondisi kontingensi. Karena pada kontingensi N-1, tegangan bus terendah adalah 0,939 pu pada bus Pedan. Namun dari segi cadangan, sistem mampu beroperasi hingga kontingensi N-3 dengan total daya lepas sebesar 1601 MW dan sisa cadangan pada swing bus sebesar 42,29 MW. Skema Pelepasan Beban dilakukan pada kontingensi N-4 karena swing bus sudah tidak mampu menyuplai permintaan daya dari sistem dengan penurunan frekuensi hingga 49,1 Hz. Beban 1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika 2, Kampus UGM Yogyakrata 55281 INDONESIA (tlp:0274-552-305; fax:0274552-305 e-mail:
[email protected]) 2, 3 Dosen, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika 2, Kampus UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA (telp: 0274-552-305; fax: 0274-552-305; e-mail:
[email protected] ;
[email protected]
dilepas sebesar 814 MW membuat tegangan pada sistem kembali naik, pembebanan saluran kembali turun, dan swing bus kembali memiliki cadangan berputar sebesar 286,46 MW. Operasi sistem transmisi 500 kV Jawa Bali tidak layak beroperasi pada kondisi kontingensi generator. Skema pelepasan beban menjadi solusi pada kondisi sistem menuju runtuh akibat kontingensi generator secara jamak. Kata kunci : Kontingensi Generator, Kontingensi Jamak, Aliran Daya, Pelepasan Beban
I. PENDAHULUAN Sistem Tenaga Listrik yakni sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan Transmisi, sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi[1]. Sistem tenaga listrik Jawa Bali sesuai RUPTL PT. PLN (Persero) 2012-2021, sebagian besar GITET 500 kV mengalami tegangan di bawah standar, demikian juga dengan GI 150 kV. Namun demikian masih terdapat banyak ruas transmisi 150 kV yang pembebannya telah melampaui kriteria keandalan N-1, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembebanan sebagian besar trafo IBT 500/150 kV telah sangat tinggi, yaitu mendekati 80%-100%, demikian pula halnya dengan pembebanan trafo 150/20 kV, sehingga peningkatan keandalan operasi sistem perlu untuk dilakukan dalam bentuk studi kasus untuk dibuat rencana operasi[2]. Salah satunya yakni dengan melakukan studi kontingensi untuk melihat karakteristik sistem tenaga listrik terhadap perubahan aliran daya akibat pembangkit atau transmisi yang mengalami gangguan. Analisis kontingensi adalah studi pelepasan elemen jaringan seperti saluran transmisi, trafo dan generator, dan hasilnya adalah efek yang ditimbulkan pasca kontingensi terhadap aliran daya dan tegangan bus pada sistem[3]. Analisis kontingensi akan melihat batasan-batasan seperti tegangan bus, pembebanan saluran, dan ketersediaan cadangan berputar. Selanjutnya rekomendasi-rekomendasi dan solusi akan disusun agar operasi sistem tetap berjalan baik saat terjadinya generator keluar dari sistem. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Aturan Jaringan Pada PERMEN ESDM No. 03 Tahun 2007 mengenai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali (Grid Code JaMaLi) menyatakan
100 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Artikel Reguler _____________________________________________________________________________ bahwa tegangan yang dizinkan untuk saluran transmisi 500 kV adalah + 5% [4]. B. Kontingensi Analisis kontingensi adalah studi pelepasan elemen jaringan seperti saluran transmisi, trafo dan generator, dan hasilnya adalah efek yang ditimbulkan pasca kontingensi terhadap aliran daya dan tegangan bus pada sistem[3]. Penyebab terjadinya kontingensi generator antara lain adanya arus hubung singkat akibat gangguan dalam generator atau petir.Gangguan lainnya bisa berupa beban lebih pada generator[5]. C. Indeks Performa Kontingensi Indeks Performa Kontingensi digunakan untuk mendapatkan nilai yang menunjukkan seberapa besar pengaruh generator tersebut lepas sehingga membuat sistem terganggu[3]. Indeks terendah menunjukkan bahwa generator lepas tidak mempengaruhi nilai parameter jaringan (tegangan bus, pembebanan saluran, dan ketersediaan cadangan berputar) dan indeks tertinggi untuk generator lepas sangat mempengaruhi nilai parameter jaringan. Perhitungan dilakukan melalui persamaan berikut. |πππβπ |
πΌππΎ = βππ π=1 π€π (
πΏππππ‘ πππβπ
π
) + βππ π=1 π€π (
|ππ β ππΜ | π βππ
)
(1)
dengan, IPK = Indeks Performa Kontingensi wk = Faktor prioritas generator (0< wk.<1) nl = jumlah saluran πππβπ = Arus yang mengalir pada saluran k (A) πΏππππ‘ πππβπ = KHA penghantar pada saluran k (A) nb = jumlah bus π = positive integer m = positive integer ππ = Magnitude tegangan di bus k (pu) ππΜ = Tegangan referensi di bus k (1 pu) βππ = Nilai selisih tegangan maksimal dan minimal (pu)
penurunan frekuensi sistem terlalu jauh, sehingga jika satu unit keluar dari sistem, harus ada cukup cadangan di unit lain untuk menggantikan kerugian dalam jangka waktu yang ditentukan. Marjin Cadangan (kebutuhan minimum) harus tersedia setiap saat[6]: a. Cadangan berputar β₯ kapasitas unit pembangkit terbesar yang terhubung ke Sistem b. Cadangan berputar ditarnbah cadangan dingin β₯ dua unit pembangkit terbesar yang terhubung ke Sistem c. 'Cadangan berputar' ditambah 'cadangan dingin' ditambah 'cadangan jangka panjang' β₯ dua pembangkit terbesar yang terhubung ke sistem ditambah marjin keandalan. E. Pelepasan Beban Pelepasan Beban (Load Shedding) merupakan suatu bentuk tindakan pelepasan beban yang terjadi secara otomatis ataupun manual untuk pengamanan operasi unit-unit pembangkit dari kemungkinan terjadinya padam total (black out). Pelepasan beban secara otomatis dilakukan karena jumlah pasokan daya berkurang, Pelepasan beban secara otomatis dilakukan dengan cara mendeteksi frekuensi atau dengan melihat kondisi sumber daya pembangkit yang beroperasi tidak mencukupi kebutuhannya (kemampuan pembangkitan lebih kecil daripada jumlah beban). Pada penelitian ini, pelepasan beban dilakukan pada kondisi sistem sudah mulai runtuh. Skema pelepasan beban dilakukan berdasarkan rencana operasi PT.PLN(Persero) 2011 dengan indeks kekuatan sistem yaitu 696 MW/Hz[6]. III. METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah sub sistem 500 kV Jawa Bali. Konfigurasi sub sistem 500 kV yang digunakan yakni komponen sistem yang telah aktif berdasarkan Dengan hasil perhitungan, akan didapat urutan data PT. PLN (Persero) P3B Bidang Operasi Sistem generator dengan indeks tertinggi hingga terendah. tahun 2012. Pola aliran daya, tegangan bus, pmbebanan saluran, Setelah itu urutan tersebut digunakan sebagai dasar serta ketersediaan cadangan berputar, akan diteliti melepas generator pada simulasi Multiple Contingency. Dalam perhitungan, semua generator dianggap sama untuk setiap skenario kontingensi. Generator yang penting, sehingga faktor prioritas generator (wk) dalam dilepas adalah generator dengan pembangkitan di atas menentukan nilai indeks-tegangan diatur 1 untuk 500 MW. Kontingensi generator pada awalnya semua generator. Nilai positive integer dapat dilakukan perhitungan Indeks Performa Kontingensi ditentukan sesuai dengan berapapun yang untuk masing-masing generator. Dari indeks tersebut diinginkan[3]. Variabel exponen yang besar akan generator diurutkan dari yang generator yang memiliki menunjukkan indeks setiap generator dengan nilai indeks paling tinggi ke rendah. Kontingensi dilakukan dengan 3 skenario. Skenario yang signifikan antara saluran yang dapat 1, yaitu kontingensi N-1 untuk generator lepas dengan menyebabakan sistem kritis dan saluran yang indeks tertinggi. Skenario 2, yaitu simulasi kontingensi berdampak kecil terhadap sistem[3] jamak dengan urutan pelepasan generator berdasarkan D. Cadangan Berputar rangking Indeks Performa Kontingens. Skenario 3, Cadangan berputar (Spinning Reserve) yakni besar yaitu melakukan skema Pelepasan Beban pada kondisi kapasitas pembangkitan yang dibangkitkan dikurangi sistem menuju runtuh dengan batasan operasi sudah pembebanan dan rugi-rugi. Cadangan berputar harus terlanggar. selalu tersedia, agar apabila terjadi satu atau lebih unit Dalam melakukan skema pelepasan beban, pembangkit keluar dari sistem, atau penambahan kekurangan daya yang harus disuplai oleh swing bus beban yang besar secara serempak tidak menyebabkan
101 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi _______________________________________________________________________________ dirubah menjadi persamaan berikut: πππππ = 50 π»π§ β
penurunan
frekuensi
βπππ€πππ π΅π’π (ππ) ππ ) π»π§
πΌπππππ πΎπππ’ππ‘ππ πππ π‘ππ (
(ππ)
dengan (2)
βπππ€ππππ΅π’π adalah selisih antara besar permintaan daya oleh sistem pada kondisi sistem menuju runtuh dengan kapasitas pembangkitan pada swing bus (MW) dengan frekuensi referensi yaitu 50 Hz. Setelah didapat berapa besar penurunan frekuensi sistem, kemudian mereferensi kepada tabel skema pelepasan beban pada rencana operasi sistem tenaga listrik PT. PLN (Persero). B. Diagram Alir Berikut urutan prosedur dalam melakukan penelitian ini direpresentasikan pada Gambar 1. Pada awal penelitian, dilakukan pengumpulan data yang didapat dari PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Kemudian dilakukan simulasi pada kondisi normal dan melepas 1 generator dengan pembangkitan di atas 500 MW. Periksa apakah batasan operasi ada yang terlanggar. Batasan operasi yang terlanggar adalah adanya tegangan bus di bawah standar Grid Code JaMaLi, pembebanan saluran yang melebihi Kemampuan Hantar Arus (KHA), dan kemampuan swing bus dalam menyuplai daya. Jika tidak, kembali melepas 1 generator dengan pembangkitan di atas 500 MW. Apabila sudah terlanggar, maka dilakukan analisis.
waktu beban puncak yaitu pada 22 oktober 2013 pukul 19.00 WIB.Simulasi menampilkan tegangan bus, pembebanan saluran, dan asumsi cadangan berputar. A. Perhitungan Indeks Performa Kontingensi TABEL I INDEKS PERFORMA KONTINGENSI GENERATOR
Rangking
Generator
1 2 3 4 5 6 7
Suralaya 6 Suralaya 5 Suralaya 7 T.Jati 1 T.Jati 3 T.Jati 4 T.Jati 2
Pembangkitan (MW) 529 571 501 661 659 659 658
Indeks Kontingensi 0,05624713 0,0536929 0,05206562 0,03379378 0,03378446 0,03378446 0,03377979
Tabel I adalah hasil perhitungan indeks performa kontingensi untuk tiap generator dengan pembangkitan di atas 500 MW. Generator dengan indeks tertinggi menunjukkan bahwa lepasnya generator tersebut akan sangat mempengaruhi tegangan bus dan pembebanan saluran pada sistem dan begitu pula sebaliknya untuk generator dengan indeks terendah. Selanjutnya rangking tersebut digunakan dalam simulasi kontingensi jamak dengan urutan lepasnya generator mengikuti rangking tersebut. B. Kontingensi N-1 Berikut nilai 5 tegangan bus terendah: KEDIRI TASIKMALAYA BANDUNG SELATAN MANDIRANCAN PEDAN 0,91 0,92 0,93 0,94 0,95 N-1 0,96 0,97 Normal 0,98 0,99
Gbr.3. 5 Tegangan Bus Terendah Gbr.1. Diagram alir penelitian
C. Pemodelan Sistem
Gbr.2. Sub Sistem 500 kV Jawa Bali
Dari gambar 2, sistem dimodelkan secara matematis pada program Matlab dengan memasukkan parameterparameter jaringan seperti nilai pembangkitan, pembebanan, dan saluran. Sistem ini memiliki 31 saluran, 9 bus pembangkit, dan 17 bus beban. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil perhitungan indeks performa kontingensi dan simulasi aliran daya pada kondisi kontingensi tunggal, kontingensi jamak, dan skema pelepasan beban. Sistem disimulasikan
Gambar 3 adalah kondisi 5 tegangan terendah paska kontingensi N-1 dengan lepasnya generator Suralaya unit 6 dengan pembangkitan sebesar 529 MW. Terdapat bus dengan tegangan terendah pada kondisi normal yakni bus Pedan dengan 0,959 pu sedangkan pada kondisi kontingensi N-1, bus Pedan turun secara signifikan menjadi 0,939 pu, sehingga bus tersebut tetap menjadi bus dengan tegangan terendah. Pada kondisi kontingensi N-1 sistem memiliki nilai tegangan terendah 0,939 pu, sehingga dinyatakan tidak aman sesuai pada Grid Code JaMaLi. Berikut nilai 5 pembebanan tertinggi pada sistem. NEW SURALAYA ββ¦ SURALAYA β NEWβ¦ PAITON β KEDIRI
TANJUNG JATI ββ¦ CIRATA β SAGULING 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%100,00% N-1 Normal
Gbr.4. 5 Pembebanan Tertinggi
102 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Artikel Reguler _____________________________________________________________________________
2925,623072
3545,259166
1867,176928
1247,540834
C. Kontingensi Jamak KEDIRI BANDUNG SELATAN MANDIRANCAN TASIKMALAYA PEDAN 0,850
0,900 N-2
0,950 N-1
3
4 5 Kontingensi N-
6
7
PITON βKEDIRI PITON βGRATI
TABEL III NILAI PEMBEBANAN SALURAN PADA KONDISI KONTINGENSI JAMAK
N-1 4792,8
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan cadangan berputar pada bus Paiton sebagai Swing Bus masih cukup untuk memikul lepasnya daya pada generator Suralaya unit 6.Dari segi ketersediaan cadangan berputar, Kontingensi N-1 layak.
N-3
2
Gbr.6.Nilai Pembebanan SaluranPada Kondisi Kontingensi Jamak.
Daya (MW) Kapasitas Daya dibangkitkan swing bus Cadangan
1
CIRATA βSAGULING GRATI βSBBRAT
TABEL II ASUMSI KAPASITAS SWING BUS
Normal 4792,8
100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Pembebanan
Pada kondisi kontingensi N-1, hampir di setiap saluran mengalami kenaikan pembebanan. Untuk pembebanan tertinggi kondisi normal dan kondisi kontingensi N-1 yakni sama, yaitu pada saluran Cirata menuju Saguling dengan 85,46 % (normal) dan 86,35% (N-1). Pada kondisi kontingensi N-1 sistem memiliki nilai pembebanan maksimal 86,35 %, sehingga dari segi pembebanan saluran, kontingensi N-1 layak karena belum melampaui KHA saluran. Berikut asumsi kapasitas swing bus:
1,000
Normal
N-1
Daya (MW) N-2 N-3 4792,8
N-4 Kapasitas Daya dibangkitkan 2925,62 3545,25 4147,29 4750,50 5466,43 swing bus Cadangan 1867,17 1247,54 645,50 42,29 -673,63
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa sistem hanya mampu beroperasi hingga kontingensi N-3. D. Skema Pelepasan Beban Pada sub bab ini akan dilihat skema pelepasan beban pada kontingensi N-4 ketika Swing Bus sudah tidak mampu memikul beban dari lepasnya 3 generator di atas 500 MW pada sistem. Dengan indeks kekuatan sistem Jawa Bali yaitu 696 MW/Hz, maka akan dikenakan pelepasan beban tahap 1 dan skema A yaitu skema pelepasan beban pada frekuensi turun hingga 49,0 Hz. Simulasi dilakukan dengan skema pelepasan beban oleh Rencana Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali pada pelepasan beban tahap 1 dan Skema A sebagai berikut.
Normal
Gbr.5. 5 Tegangan Bus Pada Kondisi Kontingensi Jamak.
Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa, pada kontingensi N-1 tegangan terendah pada sistem sudah mencapai 0,939 pu pada bus Pedan dan melanggar batasan operasi sistem tenaga listrik. Pada Kontingensi N-2 hingga N-3, tegangan bus terus turun hingga0,897 pu pada bus Pedan. Sedangkan pada gambar 6, hasil simulasi menunjukkan bahwa pembebanan saluran terus naik seiring lepasnya generator. Sistem mampu beroperasi hingga lebih dari kontingensi N-6 karena pada kontingensi N-6, pembebanan saluran belum melampaui KHA penghantar. Pembebanan tertinggi terjadi pada saluran Cirata menuju Saguling.
TABEL IV SKEMA LOAD SHEDDING OLEH PT.PLN(PERSERO)[6]
Settin Daya (MW) Tahap/Ske g Keterangan ma UFR RJK RJB RJT RJT TOTA B R D B L (Hz) Tahap 1 49,0 202 79 62 83 426 Seketika Tunda 7 Skema A 49,5 184 67 54 80 385 Menit Jumlah 386 146 116 163 811
Dari tabel di atas, maka beban yang dilepas yakni pada bus berikut. TABEL V BUS YANG DILEPAS PADA SKEMA LOAD SHEDDING BUS SURALAYA CILEGON MANDIRANCAN TASIKMALAYA GRESIK Jumlah TOTAL
Tahap 1 (MW)
Skema A (MW) 41
214 38 333 188 440
374 814
103 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi _______________________________________________________________________________ Dengan menyimulasikan skema pelepasan beban, didapat hasil sebagai berikut: BANDUNG SELATAN MANDIRANCAN KEDIRI TASIKMALAYA
Pada kontingensi N-4, Swing Bus harus mensuplai daya sebesar 5.466,43 MW sedangkan kapasitas hanya 4.792,8 MW. Dengan turunnya frekuensi sistem menjadi 49,1 Hz, Sistem melepas beban pada skenario pelepasan beban Tahap 1 secara seketika. Namun Swing Bus tetap belum mampu menyuplai kekurangan daya pada sistem yang selanjutnya dilakukan skenario pelepasan beban Skema A dengan tunda waktu 7 menit. Setelah pelepasan beban Tahap 1 + Skema A dilakukan, barulah Swing Bus mampu menyuplai daya kepada sistem dan memiliki cadangan berputar.
PEDAN 0,840 0,860 0,880 0,900 0,920 0,940 0,960 N-4 + LS Tahap 1 + LS Skema A
N-4 + LS Tahap 1
1.
N-4
Gbr.7.Nilai Tegangan Paska Pelepasan Beban
Tegangan bus terendah pada kontingensi N-4 yakni bus Pedan dengan 0,884 pu. Setelah dilakukan pelepasan beban Tahap 1, tegangan bus naik namun melanggar batasan operasi. Kemudian ditambah dengan Skema A, tegangan bus naik menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, namun masih melanggar batasan operasi dengan tegangan bus terendah, yaitu bus Pedan 0,925 pu. Nilai Pembebanan Paska Pelepasan Beban dapat dilihat pada Gambar 8.
2.
3.
4.
TANJUNG JATIβUNGARAN GRATIβSBBRAT PITONβGRATI PITONβKEDIRI CIRATAβSAGULING 0,00% 20,00%40,00%60,00%80,00%100,00% N-4 + LS Tahap 1 + LS Skema A
N-4 + LS Tahap 1
N-4
5.
Gbr.8. Nilai Pembebanan Paska Pelepasan Beban
Pembebanan saluran tertinggi pada kontingensi N-4 yakni saluran Cirata menuju Saguling dengan 88,20 %. Dengan dilakukannya skema pelepasan beban Tahap 1, hampir semua pembebanan saluran turun. Dengan penambahan Skema A, Pembebanan saluran semakin turun yang kemudian pembebanan saluran tertinggi pada saluran Cirata menuju Saguling menjadi 87,29 %. TABEL VI ASUMSI KAPASITAS SWING BUSPASKA PELEPASAN BEBAN
REFERENSI [1] [2]
Daya (MW)
N-4
Kapasitas Daya dibangkitkan 5466,430 swing bus Cadangan -673,63
N-4 dengan Load Shedding Tahap 1
N-4 dengan Load Shedding Tahap 1 + Skema A
4792,8
[3] [4]
[5]
4952,01
4506,33
-159,21
286,46
IV. KESIMPULAN Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali tidak layak beroperasi pada kondisi kontingensi generator karena pada kontingensi N-1, tegangan bus terendah berada pada bus Pedan dengan 0,939 pu. Indeks Performa Kontingensi membantu dalam menganalisis generator yang lepasnya akan sangat mempengaruhi operasi Sistem Tenaga Listrik. Pada kondisi kontingensi N-1. a. Tegangan bus terlanggar sesuai pada Grid Code (Tegangan SUTET + 5%). b. Pembebanan saluran tidak melanggar KHA penghantar. c. Masih tersedia cadangan berputar sebesar1247,54 MW. Pada kondisis kontingensi jamak. a. Tegangan bus terlanggar pada kontingensi N-1 sesuai pada Grid Code (Teganga SUTET + 5%). b. Pembebanan saluran belum melanggar KHA penghantar hingga lebihdari kontingensi N-6. c. Tersedia cadangan hingga kontingensi N-3 dengan cadangan sebesar 42,29 MW . d. Sesuai dengan Indeks Kekuatan Sistem (696 MW/Hz), pada kontingensi N-4, frekuensi sitem turun hingga 49,1 Hz. Pada kontingensi N-4, dan dilakukan skema Load Shedding tahap 1 dan skema A sesuai PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali untuk frekuensi turun hingga 49,1 Hz. Hal ini akan membuat, a. Tegangan bus naik. b. Pembebanan Saluran Turun. c. Cadangan berputar kembali tersedia sebesar 286,46 MW.
[6]
Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta : Graha Ilmu. PT.PLN (Persero). 2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012β 2021. Jakarta : PT.PLN (Persero). Wood, Alen J. 1995. Power Generation, Operation, and Control. New York: JOHN WILEY & SONS, INC. Kementrian ESDM. 2007. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Pelepasan bebanistrik JawaMadura-Bali. Jakarta : Kementrian ESDM. Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Jakarta : Erlangga. PT.PLN (Persero).2011. Rencana Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali 2011. Jakarta : PT.PLN (Persero).
104 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________