678
Unmas Denpasar
EVALUASI GENOTIPE JAGUNG (Zea mays L.) UNGGUL PADA LINGKUNGAN TUMBUH DENGAN PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA I Wayan Sutresna1), I Gusti Putu Muliartha Aryana1), I Gde Eka Putra Gunartha1). 1) Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Email :
[email protected], HP. 08123994404
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan daya hasil beberapa genotype jagung pada kondisi lingkungan dengan perbaikan teknologi budidaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan, dan pendekatan partisipasi aktif bersama petani (On farm). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok, dengan 10 perlakuan genotipe : yaitu Varietas Unggul Sukmaraga, Varietas Unggul Lamuru, Hibrida BISI 18, Hibrida Pioner, Hibrida BISI 2, Varietas Unggul Arjuna, Hibrida NK 22, Kultivar Lokal Seraye, Kultivar Lokal Bima. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Daya hasil genotipe tertinggi baik varietas hibrida maupun bersari bebas adalah hibrida Pioner. Daya hasil hibrida Pioner lebih tinggi dan berbeda dengan NK 22, BISI 18 dan BISI 2; Daya hasil Varietas unggul bersari bebas Sukmaraga lebih tinggi dan berbeda dengan Arjuna, Lamuru, Populasi C2, Seraye dan Bima Kata kunci: Genotipe jagung unggul; Lingkungan tumbuh, Teknologi budidaya
ABSTRACT This study aimed to evaluate of various maize genotypes on maize growth improved production technology. Research method applied was experimental method by conducting a field experiment. The experiment was disigned according to Randomized Block Disigned with 10 genotypes. The experiment was conducted in area of west Lombok from Julie to October 2015.Result indicated that: The highest yield of hybrid or open pollination maize variities is Pioner hybrid. Yied potential of Pioner was highst and significantly differed than NK 22, BISI 18, and BISI 2; Yied potential of open pollination maize Sukmaraga was hight and significantly differed than Arjuna, Lamuru, Populasi C2, Local Seraye and Local Bima Keyword: Superior maize genotypes; inveroment growth; Production Technology
PENDAHULUAN Penemuan varietas unggul padi dan jagung yang berdaya hasil tinggi, umur genjah, respon pemupukan, tahan kekeringan dan toleran terhadap hama dan penyakit telah mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, ketercukupan dan keterjangkauan pangan secara dramatis. Demi keberlanjutanya maka kajian terhadap paket teknologi selalu dikembangkan khususnya tanaman jagung. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
679
Unmas Denpasar
Pada tahun 2013 kebutuhan jagung kuning untuk pakan ternak mencapai 13,37 ton. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari produksi dalam negeri dan 3,20 ton import (Musta’idah, 2013). Pada tahun 2014 kebutuhan jagung kuning naik menjadi 14,70 ton dan dipenuhi dari import sebanyak 3,0 ton. Kenaikan produksi disebabkan oleh luas panen dan peningkatan produktivitas melalui perbaikan teknologi budidaya (Balitsereal, 2014). Menurut ahli pakan dan nutrisi ternak Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor dalam lima tahun kedepan diprediksi kebutuhan pabrik pakan ternak mencapai dua kali lipat sehingga produksi jagung perlu ditingkatkan. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi mempunyai peluang yang lebih besar karena produktivitas jagung masih jauh dari potensi hasil. Berdasarkan angka ramalan tetap, produktivitas jagung di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 4.959 ton per ha (Biro Pusat Statistik, 2013); sedangkan potensi hasil jagung mencapai 8 ton atau lebih untuk varietas unggul komposit dan 13 ton untuk varietas hibrida (Pusat Penelitian Tanaman Pangan, 2012). Luas panen jagung di NTB pada tahun 2006 seluas 40.617 ha dengan produktifitas 2,56 ton/ha (BPS, NTB, 2007). Masih lebih rendah dibanding produktifitas nasional rata-rata sebesar 3,47 ton/ha. Hasil penelitian Balai Penelitian Serealia yang memadukan varietas unggul bermutu, baik bersari bebas maupun hibrida dengan introduksi teknologi inovatif dapat mencapai produktifitas sebesar 7-9 ton/ha (Saenong dan Subandi, 2002). Sementara hasil yang diperoleh petani dengan penerapan paket teknologi rekomendasi dapat mencapai hasil 5-6 ton/ha (Wahid., dkk, 2001). Oleh karena itu pemuliaan tanaman atau lembaga yang terkait dituntut untuk selalu dapat menghasilkan varietas unggul baru agar dapat menambah bahan pemilihan bagi petani dan sekaligus menambah bahan keragaman genetic di lapangan. Varietas yang berdaya hasil tinggi, berumur genjah, tahan hama dan penyakit serta stabil terhadap keragaman lingkungan merupakan sasaran yang ingin dicapai. Sutresna (2007), melaporkan bahwa telah dihasilkan satu populasi baru tanaman jagung (C2) yang berdaya hasil dan brangkasan segar tinggi, umur genjah serta mampu beradaptasi pada lahan kering di Pulau Lombok, namun potensi hasil yang sesungguhnya belum maksimal karena belum mendapat sentuhan teknologi budidaya yang memadai. Dilain pihak penemuan beberapa jenis jagung hibrida masih banyak yang tidak toleran terhadap cekaman kekeringan. Oleh karena itu untuk mendapat varietas atau calon varietas unggul jagung yang adaptif dan berproduksi tinggi di lahan kering NTB perlu dilakukan pengujian. Hal ini dimaksudkan dengan genotype spesifik lokasi, kehilangan hasil akibat ketidak sesuaian agroekosistem dapat dihindarkan (Harahap dan Silitonga, 1989). Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian kearah itu telah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengkaji kemampuan daya hasil beberapa genotype jagung unggul pada kondisi lingkungan dengan perbaikan teknologi budidaya METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan, dan pendekatan partisipasi aktif bersama petani (On farm) Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 10 genotipe jagung unggul sebagai perlakuan yaitu: g1 : Varietas Unggul Sukmaraga; g2 : Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
680
Unmas Denpasar
Varietas Unggul Lamuru; g3 : Hibrida BISI 18; g4 : Hibrida Pioner; g5 : Hibrida BISI 2; g6 : Varietas Unggul Arjuna; g7 : Hibrida NK 22; g8 : Kultivar Lokal Seraye; g9: Kultivar Lokal Bima; g10: Populasi jagung C2 Masing-masing genotipe perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan, pada setiap perlakuan genotipe diterapkan pada lingkungan tumbuh dengan perbaikan Teknologi budidaya yaitu: Pupuk Organik 20 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk NPK ponska 250 kg/ha + Jarak tanam (35x35) x 70 cm jajar penganten. Percobaan dilaksanakan di Desa Aik Ampat, Kecamatan Gerung pada lahan berpengaian setengah tekhnis pada musim kemarau sebagai sentral produksi jagung Juli-Oktober 2015 Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu diperlakukan dengan Saromyl 35 SD dengan dosis 5 g/kg benih. Perlakuanya dilakukan secara terpisah antar varietas agar tidak tercampur satu dengan yang lain. Sebelum ditanami, lahan yang digunakan dibajak dan digaru sebanyak satu kali kemudian diratakan. Selanjutnya dibuat plot sebanyak 30 masing-masing ber ukuran (6 x 10) m. yang terbagi dalam 3 blok, jarak antar blok 1 m dan jarak antar plot 0,5 m. Setiap perlakuan genotipe ditanam pada lingkunan tumbuh dengan teknologi budidaya yang memadai. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam kurang lebih 5 cm. Setiap lubang tugal ditanam 2 biji dan pada umur 10-14 hari dilakukan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman per lubang yang pertumbuhanya lebih baik. Pemupukan organik sebelum digunakan terlebih dahulu dikomposkan dan diberikan sebagai penutup benih pada saat tanam sesuai dengan dosis, demikian juga dengan pupuk anorganik Urea dan Ponska diberikan bersamaan waktu tanam. Pupuk Urea diberikan ½ bagian dan sisanya diberikan pada umur 21 hari setelah tanam. Penyiangan dan pembumbunnan dilakukan 21 hari setelah tanam, sedangkan pengairan bersumber pada sisa air yang tersedia pada penanaman sebelumnya. Panen jagung dilakukan setelah 85% dari tanaman jagung untuk setiap perlakuan telah memenuhi kriteria panen, yaitu daun dan kelobot telah kering dan apabila biji dipijit tidak berbekas. Jagung yang telah dipanen dikupas kelobotnya dan dikeringkan selanjutnya dipipil. Pengamatan dilakukan terhadap karakter: Tinggi tanaman (Cm); Diameter batang (Cm); Bobot brangkasan segar per tanaman (kg); Diameter tongkol (cm); Panjang tongkol (cm); Bobot 100 butir biji (gram); Bobot biji kering pipil per tanaman (gram/tanaman) Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman (analysis of variance = Anova) dan Uji LSD pada taraf nyata 5%. Juga dilakukan analisis korelasi antar variabel. Riley (2001). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis keragaman (Anova) pada Tabel 1, menunjukkan bahwa ada perbedaan antar genotipe tanaman jagung. Perbedaan tersebut terlihat secara nyata pada tinggi tanaman, bobot brangkasan segar, bobot 100 butir biji kering, panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot hasil biji kering pipil. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan respon antara kesepuluh genotipe tanaman jagung. Hasil analisis keragaman disajikan pada Tabel 1 serta grafik histogram genotipe tanaman jagung terhadap hasil biji kering pipil disajikan pada Gambar 1,sebagai berikut: Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
681
Unmas Denpasar
Tabel 1.
Penampilan genotipe tanaman jagung pada pada lingkungan tumbuh dengan teknologi budidaya yang memadai
Genotipe
Sifat-sifat kuantitatif genotipe tanaman jagung* 1 2 3 4 5 6 7 Sukmaraga 202,75a 773,25bc 31,52ab 4,28a 2,24ab 127,87ab 10,96 Lamuru 202,75a 774,50bc 30,07b 4,47a 2,15bcd 109,72bc 9,08 BISI 18 189,75ab 859,75ab 29,82b 4,18a 2,16bcd 138,91ab 11,91 Pioner 180,00bc 1015,75a 28,16b 4,30a 2,31a 153,01a 13,03 BISI 2 178,75bc 734,50bc 29,26b 4,28a 2,14cd 115,60b 9,03 Arjuna 177,50bc 555,00cd 24,34b 4,31a 2,13d 109,48bc 9,91 NK22 171,75bc 750,50bc 39,77a 4,25a 2,25abc 130,26ab 9,38 Seraye 159,75cd 417,25d 23,49a 3,45b 1,92e 60,49de 11,16 Bima 150,50d 402,00d 22,21b 3,36b 1,91e 47,56e 5,18 C2 149,75,d 465,25d 27,33b 3,36b 1,99e 81,63cd 6,99 LSD 0,05 12,72 14,75 29,82 0,17 0,05 18,65 Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti huruf berbeda menunjukkan beda nyata pada taraf nyata (p <0,05) * :1. Tinggi Tanaman (cm); 2. Bobot Brangkasan Segar (gram); 3. Bobot 100 butir biji (gram ; 4. Panjang Tongkol (cm); 5. Diameter Tongkol (cm); 6. Bobot Biji Kering Pipil (gram/tanaman); 7. Setara ) ton.-1. ha Respon yang berbeda antara ke sepuluh genotipe tanaman jagung ditunjukkan terhadap sifat tinggi tanaman, diameter batang, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot 100 butir biji, dan bobot biji kering pipil. Tanaman tertinggi adalah varietas Lamuru dan Sukmaraga, bobot brangkasan, panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot biji kering pipil terberat adalah Pioner. Hibrida Pioner dapat lebih menyesuaikan diri (beradaptasi) pada lingkungan tumbuh dengan teknologi budidaya yang memadai artinya lebih cocok dibudidayakan pada lingkungan tumbuh tersebut dengan rerata bobot biji kering pipil tertinggi setara dengan 13,03 ton.-1. ha. lebih tinggi daripada yang lain seperti: BISI 18, NK22, Sukmaraga, BISI 2, Arjuna, Lamuru, Populasi C2, Seraye dan Bima dengan rerata bobot biji kering pipil secara berturut turut (11,91; 10,96; 9,91, 9,38, 9,08, 6,99, 5,18 dan 4,07) ton.-1. ha. (Gambar 1). Tidak seperti yang dilaporkan Dwiani., dkk (2009) hanya respon terhadap pertumbuhan sedangkan tidak terhadap hasil. Dengan penambahan pupuk organik (15-20) ton.-1. ha. disertai pengaturan serta variasi kerapatan tanam dari (20x70) cm menjadi (35x35) x70 cm (sistem jajar penganten) dapat memperbaiki tinggi tanaman, bobot brangkasan segar, bobot 100 butir biji kering, panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot hasil biji kering pipil. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Al-Kaisi dan Yin (2003). Penambahan pupuk organik dapat menyediakan ketersediaan bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta aktifitas organisme di dalam tanah. Perbaikan ini akan berakibat terhadap penyediaan unsur hara dan penyediaan air di dalam tanah menjadi lebih baik. Sudiana (2007). melaporkan bahwa peningkatan populasi tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sampai tingkat tertentu, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimal pada awal pertumbuhan. Tinggi rendahnya hasil biji Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
682
Unmas Denpasar
yang dihasilkan tidak semata mata dipengaruhi oleh jarak tanam, tetapi juga sangat dipengaruhi olek cocok tidaknya genotipe yang digunakan dengan kondisi penanaman. Mengingat masing-masing genotipe bersifat spesifik terhadap (lingkungan tumbuh) baik bersifat makro maupun mikro, oleh karena itu pemilihan genotipe sangat penting dalam keberhasilan budidaya. Kondisi seperti ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh genotipe Pioner, yang sudah tentu berbeda dengan genotipe lainya hibrida seperti BISI 18, NK22, Sukmaraga, BISI 2, Arjuna, Lamuru, Populasi C2, Seraye dan Bima. Sesama varietas bersari bebas walaupun C2 lebih rendah dari pada Sukmaraga, Lamuru dan Arjuna dan lebih tinggi dari Lokal Bima dan Seraye. Hal ini dapat dijelaskan karena adanya keterbatasan air pada saat pengisian biji. Sementara Populasi C2 telah dipanen lebih awal walaupun hasil biji pipilan kering lebih rendah, karena secara genetis potensi hasil lebih rendah tetapi menunjukkan keistimewaan bersifat stay green dengan umur panen yang sangat genjah (74) hari dibandingkan dengan genotipe lainya yaitu berkisar antara (85-94) hari. Selain potensi genetis populasi tersebut lebih dominan dan berkorelasi positif nyata (p<0,05) antara bobot biji kering pipil dengan sifat yang lain seperti tinggi tanaman, bobot brangkasan segar, panjang tongkol, diameter batang, dan bobot 100 butir biji dengan koefisien korelasi berturut-turut (0,627; 0,875; 0,925; dan 0,482). Dengan demikian, maka dapat dikatakan dengan bertambahnya ukuran tinggi tanaman, bobot brangkasan segar, panjang tongkol, diameter batang, dan bobot 100 butir biji akan meningkatkan bobot biji kering pipil tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Sudika dkk., (1998); Sudika dkk., (2004) serta Sutresna dan Sudika ( 2005); Sutresna, 2008. Hubungan yang erat positif pada beberapa pasang sifat dapat disebabkan oleh dua hal yaitu pleitropi dan kaitan gen (linkage).
Gambar 1: Histogram Bobot Biji Kering Pipil gr/tan
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
683
Unmas Denpasar
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Daya hasil tertinggi baik varietas hibrida maupun bersari bebas adalah hibrida Pioner dengan bobot biji kering pipil setara dengan 13,03 ton.-1. ha, 2) Daya hasil hibrida Pioner lebih tinggi dan berbeda dengan NK 22, BISI 18 dan BISI 2 dengan bobot biji kering pipil berurut setara dengan (13,03; 11,91; 11,16; 9,91) ton.-1. ha, 3) Daya hasil Varietas unggul bersari bebas Sukmaraga lebih tinggi dan berbeda dengan Arjuna, Lamuru, Populasi C2, Seraye dan Bima dengan bobot biji kering pipil berurut setara dengan (10,96; 9,38; 9,08; 6,99; 5,18 dan 4,07) ton.-1. ha A. Saran Hibrida Pioner atau varietas bersari bebas Sukmaraga dapat dipertimbangkan untuk dibudidayakan pada lingkungan tumbuh dengan perbaikan teknologi budidaya UCAPAN TERIMAKSIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering atas dukungan dana melalui DIPA BLU Unram TA. 2015 sehingga penelitian ini dapat terlaksana DAFTAR PUSTAKA Al-Kisi, M.M., Yin, X. 2003. Effect of Nitrogen Rate, Irrigation Rate and Plant Population on Corn Yield and Water Use Efficiency. Am. J. Agron. 95:1475-1482 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 1990. Data Pokok Pembangunan NTB Biro Pusat Statistik. 2007. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi NTB Biro Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka sementara Tahun 2012). Berita resmi Statistik BPS No.20/03/Th.XVI Balitsereal. 2014. ARM II BPS: Produksi Jagung Nasional 2014 Naik Dwiani, Sutresna, Sudika dan Awaludin. 2009. Pengembangan Agroteknologi Tanaman Jagung Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Pada Lahan Kering di Pulau Lombok. Laporan Penelitian Unram Harahap dan Silitonga. 1989. Perbaikan Varietas Padi. Dalam Padi Buku II Puslitbangtan, bogor. 335-361 Musta’idah, A. 2013. Impor Jagung 2013 Capai 3,20 juta ton http://www.investor.co.id./agribusiness/impor-jagung-2013-32-juta ton/73742 (Diakses,26 Januari 2014) Reley, J., 2001. Presentation of statistical analyses. Exsperimental Agriculture (Cambridge), 37: 115-123 Saenong dan Subandi. 2002. Konsep PTT pada Tanaman Jagung. Makalah disampaikan pada Pembinaan Teknis dan Mangemen PTT Palawija di Balitkabi, Malang Sudiana, I.M. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Hasil Biji, Kadar Protein Kasar, Serat Kasar dan Ekstrak Bebas Nitrogen Brangkasan Beberapa Varietas Jagung Ungul di Lahan Kering (Tesis). UNUD Denpasar Sutresna, I W. Sanisah dan A. Muliarta. 2003. Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman Tagung Dalam Tumpangsari Dengan Kacang Tanah Pada Tiga Tipe Agroekosistem Lahan Kering Di Pupalau Lombok NTB. Laporan Penelitian (DP2M) Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
684
Unmas Denpasar
Sudika, Sutresna, Kantun dan Idris. 1998. Seleksi Berulang Sederhana Untuk Mendapatkan Varietas Jagung Unggul Untuk Lahan Kering (Laporan Penelitian HB II/5). Fakultas Pertanian Unram (Tidak dipubikasikan) Sutresna dan Sudika. 1995. Perubahan Variabilitas Jagung Manis (Zea mays scharata Sturt) Setelah Enam Siklus Seleksi Massa (Laporan Penelitian DP2M). Fakultas Pertanian Unram (Tidak dipublikasikan) Sutresna, I W. 2007. Seleksi Simultan pada Populasi Jagung untuk Mendapatkan Daya Hasil Tinggi dan Berumur Genjah pada Lahan Kering di NTB. Laporan Penelitian (KKP3T) Sutresna, I W. 2008. Efektivitas Seleksi Simultan Dalam Perbaikan Hasil, Umur dan Biomassa Populasi Jagung (Zea mays L.). AGRIVITA. 30 (2): 118-125 Wahid, P. Irsal Las dan Kusomo Dwijanto. 2001. Konsep Dasar Pengembangan Lahan Kering Berwawasan Lingkungan di Kawasan Timur Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Status dan PengembangannLahan Kering di Indonesia, Mataram
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016