BUDIDAYA JAGUNG (Zea Mays Saccharata) I. Pendahuluan
Jagung
manis
(Zea
Mays
Saccharata)
merupakan salah satu komoditas pertanian yang disukai oleh masyarakat karena rasanya enak, mengandung karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah. Jagung manis mengandung kadar gula yang relatif tinggi, biasanya dipanen muda untuk direbus atau dibakar. Bagi para petani komoditas ini merupakan harapan, karena nilai jualnya cukup tinggi. Jagung manis biasanya dijual di supermarket atau restoran dengan harga lebih mahal daripada jagung biasa.
Usaha budidaya jagung manis di Riau dapat menjadi alternatif untuk peningkatan pendapatan petani dengan memanfaatkan lahan kering mengingat daerah Riau memiliki potensi lahan kering yang cukup luas. Bila ditinjau dari aspek sumberdaya alam, potensi lahan kering di Provinsi Riau cukup besar, yaitu mencapai 662.880 ha. Untuk menunjang keberhasilan usaha tani jagung di lahan kering, diperlukan informasi dan pengaplikasian teknik-teknik budidaya yang tepat. Jagung baik ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau, curah hujan ideal 85-200 mm/bln dan harus merata, pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Suhu optimum 23-30ºC. Jagung manis tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun akan memberikan produksi optimum pada tanah yang gembur, subur dan kaya humus. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%, dan jika melebihi 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras terlebih dahulu. Ketinggian optimum antara 50-600 dpl. Cara Budidaya Tanaman Jagung. Produksi palawija terutama tanaman jagung, memperlihatkan peningkatan yang signifikat dari tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah masyarakat dan program perbaikan gizi penduduk lewat deversifikasi pola makanan, mendorong permintaan akan jagung 1
juga bertambah. Bukan hanya komoditi jagung sebagai bahan baku industri dalam negeri kian meningkat dengan ada banyaknya dindustri makanan ternak, industri minyak jagung dan juga produk ethanol, di mana varietas jagung hibrida memiliki keunggulan dari jagung komposit yakni produksinya 25-30% lebih tinggi, tahan rebah; penyakit, kekeringan dan bisa berusia pendek. Tanaman jagung hampir semua dari bagian tanaman dapat digunakan untuk beragam jenis kebutuhan diantaranya batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua sehabis panen untuk pupuk hijau dan kompos, batang serta daun kering untuk kayu bakar, batang jagung untuk lanjar (turus), batang jagung untuk pulp (bahan kertas), buah jagung muda untuk sayuran, pergedel, bakwan, sambal goreng, biji jagung tua menjadi pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan racikan kopi bubuk, biskuit, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri tekstil. II. Langkah - Langkah Dan Cara Budidaya Tanaman Jagung 1.
Persiapan Benih
Gunakan benih bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibrida) dan berdaya tumbuh > 90%. Kebutuhan benih antara 20-30 kg/ha. Rendam Benih dalam larutan POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam) sebelum Ditanam. Beberapa benih jagung manis yang sudah beredar diantaranya adalah “Sweet Boy” (hibrida),
Super Sweet Inbrida dan lain-lain. Kebutuhan benih jagung per hektar berkisar antara 20-30 Kg tergantung dari ukuran benih. Untuk menghindari serangan penyakit bulai maka perlu adanya perlakuan benih. Benih diperlakukan sesaat sebelum penanaman. Caranya, 2 gram metalaksil dilarutkan dalam 10 ml air.
2
Larutan
tersebut dicampur
dengan
1
kg
benih
dan
diaduk
hingga
merata,
lalu dikering anginkan.Benih jagung yang umumnya dijual dalam kemasan biasanya sudah diperlakukan dengan metalaksil (warna merah) sehingga tidak perlu lagi diberi perlakuan benih. 2. Persiapan Lahan a. Lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma yang tumbuh di areal yang akan ditanami. Lahan dapat dibersihkan dengan menggunakan sabit, parang, atau menggunakan herbisida. Setelah lahan bebas dari tumbuhan pengganggu, dilakukan pengolahan tanah dengan bajak yang ditarik dengan sapi atau traktor, diikuti dengan garu serta perataan sampai lahan siap ditanami. b. Buat bedengan dengan lebar 1 m dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan, jarak antar bedengan ± 30 cm. c. Gemburkan tanah hingga kedalaman 30-40 cm. Tanaman jagung membutuhkan aerasi dan drainase yang baik makanya butuh penggemburan tanah. Umumnya persiapan tempat untuk tanaman jagung dikerjakan dengan metode dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah hingga rata. Saat menyiapkan area, semestinya tanah jangan terlalu basah namun cukup lembab sehingga gampang ditangani dan tidak juga lengket. Untuk tipe tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan saluran drainase.
3
3. Penanaman
Buat lubang tanam dengan tugal sedalam ±5 cm dengan jarak tanam 75
x
25
cm,
masukkan
benih
sebanyak 2 benih per lubang tanam dan lubang ditutup kembali dengan tanah.
Pada waktu penanaman tanah harus cukup lembab namun tidak becek. Jarak tanaman perlu diusahakan teratur supaya ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Sebagian varietas memiliki populasi optimum yang tidak sama. Populasi optimum dari sebagian varietas yang sudah beredar dipasaran sekitar 50. 000 tanaman/ha Jagung mampu ditanam dengan memakai jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau mungkin 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman perlubang. Lubang di buat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, tiap-tiap lubang di isi 2-3 biji jagung selanjutnya lubang ditutup dengan tanah 4. Pemupukan Dari
seluruhnya
unsur
hara
yang
dibutuhkan tanaman yang paling banyak diserap tanaman merupakan unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen diperlukan tanaman jagung selama saat perkembangan hingga pematangan biji. Tanaman ini menginginkan tersedianya nitrogen dengan cara terus menerus pada semua
stadia
pertumbuhan
hingga
pembentukan biji. Kekurangan nitrogen dalam tanaman meskipun pada stadia permulaan dapat menurunkan hasil. 4
Berikan pupuk kandang ±7 hari sebelum tanam dengan dosis 5 ton/ha dan ratakan diatas tanah bedengan. Pemberian pupuk kandang biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengolahan tanah. Pemberian pupuk organik dilakukan secara bertahap . Pemupukan pertama dilakukan dengan tugal pada jarak 5 cm dari lubang tanam, pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada jarak 10 cm dari lubang tanam. Tutup kembali lubang etelah pupuk dimasukkan.Tanaman jagung memerlukan pasokan unsur P hingga stadia lanjut, terutama ketika tanaman masih muda. Tanda-tanda kekurangan fosfat akan tampak sebelum tanaman setinggi lutut. Sebagian besar kalium di ambil tanaman dari tanaman setinggi lutut hingga usai pembungaan.
Dosis pemupukan jagung adalah Urea 350 kg/ha, SP36 100−150 kg/ha dan KCI 100 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari batang tanaman dan ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk majemuk NPK seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1.
Takaran pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman, bila menggunakan pupuk tunggal urea, SP36 dan KCI
Waktu Pemberian
0-7 HST 30 – HST
35
45 – 50 HST(BWD) Keterangan HST BWD
Urea
SP36
KCI
(Kg/ha)
(Kg/ha)
(Kg/ha)
100
150
100
150
-
-
100150
-
-
: Hari Setelah Tanam : Bagan Warna Daun
5
Tabel 2. Takaran pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman jagung bila menggunakan pupuk NPK15:15:16 (Phoska) Waktu Pemberian
Urea
Phoska
(Kg/ha)
(Kg/ha)
7 HST
-
350
28 – 30 HST
150
-
100-150
-
45 – HST (BWD)
50
Keterangan HST : Hari Setelah Tanam BWD : Bagan Warna Daun
Bagan Warna Daun (BWD) hanya digunakan pada pemberian pupuk ketiga. Pembacaan BWD dilakukan dengan cara menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka. Waktu pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya matahari. Adapun dosis pupuk urea berdasarkan BWD dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Cara penentuan dosis pupuk urea dengan menggunakan BWD.
Dosis Urea Skala BWD (Kg/ha) <4
150
4–5
125
>5
100
6
5. Pemeliharaan Tindakan
pemeliharaan
yang
dikerjakan
diantaranya
penyulaman,
penjarangan,
penyiangan,
pembumbunan dan pemangkasan daun. Penyulaman mampu dikerjakan dengan penyulaman bibit kurang lebih 1 minggu. Penjarangan tanaman dikerjakan 2-3 minggu sehabis tanam. Tanaman yang sehat dan tegap senantiasa di pelihara hingga didapat populasi tanaman yang di inginkan. Penurunan hasil yang dipicu oleh persaingan gulma benar-benar beragam sama sesuai dengan jenis tanaman, tipe lahan, populasi dan type gulma dan aspek budidaya yang lain. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam hingga seperempat atau juga sepertiga dari daur hidup tanaman itu. Supaya tidak merugi, area jagung perlu bebas dari gulma. Penyiangan dikerjakan pada usia 15 hari sehabis tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau mengakibatkan kerusakan akar tanaman. Penyiangan ke-2 dikerjakan sekaligus dengan pembubuan pada saat pemupukan ke-2. Pembubuan bukan hanya untuk memperkokoh batang juga untuk membenahi drainase dan memudahkan pengairan. Aksi pemeliharaan lainnya yakni pemangkasan daun. Daun jagung fresh bisa dipakai sebagai makanan ternak. Dari hasil riset pemangkasan semua daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara riil sebab pada fase itu biji sudah terisi penuh.
6. Pengairan
Air benar-benar dibutuhkan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari setelah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari sehabis tanam). Pada saat pertumbuhan keperluan airnya tidak begitu tinggi dibanding dengan saat berbunga yang membutuhkan paling banyak air. Semasa berbunga ini waktu hujan pendek diselingi dengan matahari jauh tambah baik daripada dalam kondisi hujan terus-terusan. Pengairan benar-benar penting agar tanaman jagung tidak layu. Pengairan yang terlambat menyebabkan daun layu. Daerah dengan curah hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan bisa mencukupi. Pengairan juga bisa dikerjakan dengan mengalirkan air lewat parit di antara barisan jagung atau mungkin memakai pompa air apabila ada masalah dengan air.
7
7. Penyakit dan Hama Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga serta biji. Beberapa jenis hama dan penyakit tanaman jagung yang kerap menyebabkan kerusakan dan menggangu perkembangan jagung serta mempengaruhi produktivitas antara lain : a. Hama tanaman jagung : hama lundi, lalat bibit, ulat daun, penggerek batang, ulat tanah, ulat tongkol dan ulat tentara. b. Penyakit tanaman jagung, macam-macamnya : bulai, cendawan, bercak ungu, karat. Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung itu maka beberapa langkah pencegahan antara lain : a. Pemakaian varietas benih yang resisten b. Pemakaian segala teknik agronomi yang sesuai dan ramah lingkungan c. Pemakaian desinfektan pada benih yang akan ditanam d. Pemamfaatan dan pemakaian musuh-musuh alami
c. Penyakit Bulai (Downy Midew) Penyakit bulai ditandai dengan warna daun tanaman muda yang mendadak menjadi bergaris-garis kuning pucat (klorosis) atau bahkan putih yang kemudian menyebar keseluruh daun. Pada serangan yang berat, seluruh bagian tanaman akan berwarna kuning pucat dan kemudian mati. Panyakit ini apabila menyerang pada stadium pertumbuhan awal dapat menyebabkan 100% kegagalan panen. Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada permukaan daun atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak berbentuk, daun menggulung dan terpuntir. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah. Sedangkan pada tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah. Sedangkan pada tanaman yang terinfeksi bulai pada umur tua masih bisa menghasilkan buah, tapi umumnya pertumbuhannya kerdil.
8
Penyebab Penyakit Bulai Penyebab Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang sangat luas sebarannya. Selain itu, Cendawan Peronosclerospora sorghii juga menyebabkan penyakit bulai banyak ditemukan di dataran tinggi Brastagi Sumatera Utara dan didaerah Batu Jawa Timur.
Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai
Cara Mengendalikan Gunakan varietas tahan terhadap bulai seperti: Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo dan Gumarang. Lakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan. Lakukan penanaman jagung secara serempak Musnahkan bagian tanaman sampai keakarnya (eradikasi tanaman) yang terserang penyakit bulai. Berikan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih. Disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis. Penyakit bulai merupakan penyakit yang berbahaya bagi tanaman jagung karena dapat menyebabkan gagal panen. Gejala serangan adalah pada tanaman umur 2-3 minggu, daun runcing dan kaku, pertumbuhan terhambat, warna daun kuning dan terdapat spora berwarna putih pada sisi bawah daun. Pengendalian penyakit dengan cara mencabut dan memusnahkan tanaman yang
9
terserang, atau dengan cara mencampur benih dengan fungisida berbahan aktif metalaxyl sesaat sebelum tanam. Penyakin bercak daun: Disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp., dengan gejala adanya bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi warna kecoklatan. Semula bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan, dan akhirnya menjadi coklat tua. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman serta penyemprotan fungisida Daconil dan Difolatan. Penyakit Gosong Bengkak: Disebabkan jamur Ustillago sp. yang menyerang biji sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan pembungkus menjadi rusak. Pengendalian dengan jalan mengatur irigasi dan drainase, memotong bagian yang terserang dan dibakar, serta menggunakan benih yang sudah dicampur fungisida Saromyl. 8. Panen
Saat panen jagung dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, cuaca, ketinggian lahan dan derajat masak. Usia panen jagung biasanya telah cukup masak dan siap dipanen pada usia 7 minggu sehabis berbunga. Pemanenan dikerjakan jika jagung cukup tua yakni apabila kulit jagung telah kuning. Pemeriksaan dikebun mampu dikerjakan dengan mengutamakan kuku ibu jari pada bijinya, apabila tidak membekas jagung bisa selekasnya dipanen. Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan sesudah dikeringkan dapat membuahkan butir pecah atau mungkin butirnya rusak sehabis proses pemipilan. Jika dipanen melewati waktunya dapat banyak butiran jagung yang rusak. Pemanenan semestinya dikerjakan ketika tidak turun hujan hingga pengeringan bisa segera dilakukan. Umumnya jagung dipanen dalam situasi tongkol berkelobot (berkulit).
10
9. PASCA PANEN Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 95-100 HST, dimana pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering(menguning), bila kelobot dibuka biji sudah tampak kisut 100%, serta ada black layer pada daerah titik tumbuh. Langkah panen dapat dilakukan sebagai berikut :
Kupas kelobot pembungkus buah dengan cara disobek dengan tangan.
Lakukan penyortiran buah dengan cara memisahkan antara buah yang normal dengan buah yang masih muda serta busuk. Buah yang muda dipisahkan untuk kemudian dijemur, buah yang busuk dibuang.
Masukkan buah normal ke dalam tempat yang sudah disiapkan, untuk kemudian ditimbang dan dikirim ke pabrik. Penanganan pasca panen bisa dengan metode pengeringan, biasanya dikerjakan dengan
menghamparkan jagung di bawah terik matahari memakai alas tikar atau mungkin terpal. Pada saat cerah penjemuran dapat dikerjakan selama lebih kurang 3-4 hari. Bisa pula memakai mesin grain dryer. Selanjutnya jagung dipipil, agar segera dijemur kembali hingga kering konstan ( kandungan air lebih kurang 12%) supaya dapat disimpan lama, kebanyakan memerlukan waktu penjemuran 60 jam cahaya matahari.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abror Yudi Prabowo, 2010. Teknis Budidaya. Yogyakarta.http://www.teknisbudidaya.com. Anonim, 2005, Citrus. http://www.biochemj.org. http://www.syarat-tumbuh-tanaman-jagung.com Anonim. Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id. Anonim. Caisin. http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol12_1/8_caisin_endang.pdf. Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress Management. Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc. Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja. Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
12
13