Volume 12, Nomor 2, Hal. 01-06 Juli – Desember 2010
ISSN 0852-8349
SUBTITUSI PUPUK ANORGANIK DENGAN KOMPOS SAMPAH KOTA TANAMAN JAGUNG MANIS ( Zea mays saccharata Sturt) Ardiyaningsih Puji Lestari, Sarman S, dan Elly Indraswari Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
Abstrak Suatu kajian yang bertujuan untuk mempelajari apakah kompos sampah kota dapat digunakan sebagai subtitutor dari pupuk anorganik pada budidaya jagung manis telah dilakukan di Kota Jambi Pelaksanaan percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah 100% pupuk anorganik rekomendasi (s1), 25% kompos + anorganik hingga 100% (s2), 50% kompos + anorganik hingga 100% (s3), 75% kompos + anorganik hingga 100% (s4) dan 100% kompos sampah kota (s5). Pengamatan dilakukan terhadap (1) Pertumbuhan, yaitu tinggi tanaman dan diameter batang , serta (2) Hasil, yang meliputi panjang tongkol, berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa (i) Pupuk kompos sampah kota dapat berperan sebagai subtitutor pupuk anorganik, dan (ii) Tanaman jagung yang menggunakan kompos sampah kota dan kombinasi kompos sampah kota dengan pupuk anorganik sebagai sumber hara mampu menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang tidak berbeda dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik 100% rekomendasi. Kata kunci: pupuk anorganik, kompos, jagung
PENDAHULUAN Jagung manis ( Sweet corn) merupakan salah satu bentuk hasil panen jagung yang bernilai ekonomis dan banyak digemari masyarakat Indonesia. Nilai gizi jagung manis sedikit berbeda dengan jagung biasa. Rasa manis pada jagung manis terjadi karena karbohidrat dalam biji jagung mengandung gula reduksi (glukosa dan fruktosa), sukrosa, polysacharida dan pati. Menurut Koswara dalam Palungkun dan Budiarti (2000), kadar gula pada endosperm jagung manis sebesar 5 – 6 %, sedangkan pada jagung biasa hanya 2 – 3 %. Akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat seiring dengan munculnya pasar-pasar modern yang senantiasa membutuhkannya dalam jumlah cukup besar, namun permintaan yang tinggi ini tidak diimbangi dengan ketersediaaan, sehingga mengakibatkan permintaan tersebut menjadi tidak terpenuhi. Dengan demikian upaya untuk peningkatan kualitas dan kuantitas hasil dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan sangat perlu untuk dilakukan. Usaha pertanian yang mengandalkan bahan kimia seperti pupuk anorganik dan pestisida kimiawi yang telah banyak dilakukan pada masa lalu dan berlanjut hingga ke masa sekarang telah banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan, tidak hanya terhadap manusia tetapi juga terhadap lingkungan dan semua mahluk hidup. Dampak negatif lain yang dapat ditimbulkan oleh pertanian kimiawi adalah tercemarnya produk-produk pertanian oleh bahan kimia yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Menyadari akan hal tersebut maka diperlukan usaha untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan lingkungan. Adalah sesuatu yang sulit dilakukan untuk kembali ke sistem bertani secara alami pada keadaan penduduk berlimpah dan kepemilikan lahan yang sempit. Oleh sebab itu diperlukan sistem pertanian alternatif yang bersifat berkelanjutan dan akrab lingkungan. Salah satu alternatif tersebut adalah sistem pertanian
1
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
organik yang mengacu pada sistem alam, tetapi memerlukan bantuan bioteknologi. Pertanian organik (Organic farming) dengan teknologi (bukan alami, natural) dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pertanian yang dikelola sedemikian rupa, melalui keterpaduan antara sistem. Sebagai out put nantinya akan diperoleh produk pertanian yang sehat. Pada prinsipnya mengacu pada sistem alami dengan meminimalisasi masukan senyawa-senyawa anorganik (pupuk dan pestisida) serta penggunaan tanaman melalui rekayasa genetik (transgenik). Sejak zaman purba sampai saat ini, pupuk organik diketahui banyak dimanfaatkan sebagai pupuk dalam sistem usaha tani. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah melalui pembentukan struktur dan agregat tanah yang mantap dan berkaitan erat dengan kemampuan tanah mengikat air, infiltrasi air, mengurangi resiko terhadap ancaman erosi, meningkatkan kapasitas pertukaran ion dan sebagai pengatur suhu tanah yang semuanya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman (Kononova, 1999). Sumber pupuk organik sangat beragam, sisa-sisa (limbah) yang berupa sampah merupakan salah satu alternatif yang cukup prospektif untuk dimanfaatkan pada lahan pertanian. Jumlah penduduk yang meningkat akan mengakibatkan jumlah kebutuhan juga akan meningkat, yang selanjutnya akan menghasilkan sampah yang melimpah. Sampah tersebut perlu mendapat perhatian dan pengelolaan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu upaya pemanfaatan sampah sebagai pupuk merupakan alternatif yang sangat memungkinkan. Banyak manfaat yang didapat dari pemanfaatan sampah sebagai pupuk, antara lain mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang harganya semakin mahal, mengurangi ketergantungan energi (sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui) dan berperan dalam upaya pelestarian lingkungan serta dapat meningkatkan produksi. Kompos sampah kota mempunyai peranan yang besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang selanjutnya akan
2
memperbaiki kesuburan tanah. Tanah yang subur ditambahkan dengan sedikit pupuk anorganik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan hasil. Tandisau (2005) menyatakan bahwa aplikasi pupuk anorganik maupun organik serta kombinasi diantara keduanya memberikan manfaat positif, khususnya terhadap perbaikan pertumbuhan dan hasil cabai. Hasil penelitian Elviati (1998) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota sebanyak 25 ton ha-1 memberikan pengaruh dalam meningkatkan produksi kedelai, hasil penelitian lain menyatakan bahwa pemberian kompos sampah kota sebanyak 10, 20 dan 30 ton ha-1 mampu meningkatkan hasil tanaman jagung ( Bakri, 2001). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu
Pelaksanaan percobaan ini dilaksanakan di jalan Patimura Rt. 06 Kelurahan Kenali Besar dengan ketinggian tempat 15 m di atas Permukaan Laut. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan percobaan ini adalah 3 bulan, mulai dari persiapan lahan hingga panen. Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah Benih jagung manis, Kompos sampah kota, Pupuk Cantik, SP-36, KCl dan Furadan 3G. Alat yang digunakan meliputi cangkul, parang, tugal, meteran, gembor, oven, desikator, timbangan, ajir, penggaris dan alat tulis. Rancangan Percobaan
Pelaksanaan percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan perlakuan kompos sampah kota yang terdiri dari 6 taraf perlakuan, yaitu : s1: Pemberian pupuk anorganik 100% sesuai rekomendasi s2: 25% kompos sampah kota + pupuk anorganik sehingga menjadi 100% s3: 50% kompos sampah kota + pupuk anorganik sehingga menjadi 100%
Ardiyaningsih, dkk. : Substitusi Pupuk Anorganik dengan Kompos
s4: 75% kompos sampah kota + pupuk anorganik sehingga menjadi 100% s5: 100% kompos sampah kota tanpa pemberian pupuk anorganik Setiap perlakuan diulang 5 (lima) kali, jarak tanam yang digunakan 80 cm x 20 cm, dengan jumlah tanaman yang dipelihara per lubang adalah 1 tanaman. Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan tanaman, yaitu tinggi tanaman dan diameter batang, sedangkan pengamatan hasil dilakukan terhadap panjang tongkol, bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot. Tinggi tanaman dan diameter batang diamati pada saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam, dengan menggunakan 5 tanaman sampel, sedangkan pengamatan lainnya dikakukan setelah panen. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan
Indikator pertumbuhan suatu tanaman adalah adanya peningkatan volume dan berat. Peningkatan volume dapat dilihat antara lain dari adanya penambahan tinggi tanaman, diameter batang dan panjang tongkol, sedangkan berat tongkol berkelobot dan tanpa kelobot digunakan untuk melihat adanya pertumbuhan melalui peningkatan berat. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman jagung dan dilanjutkan dengan analisis ragam, ternyata pemberian kompos sampah kota dalam subtitusi pupuk anorganik (N, P dan K) memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata. Hal yang sama juga terjadi bila membandingkan antar perlakuan. Perlakuan yang menunjukkan adanya perbedaan respon
tanaman jagung adalah pada pemberian 25% kompos sebagai subtitutor pupuk anorganik dan pemberian 100% kompos. Respon yang berbeda ini terjadi pada panjang tongkol, sedangkan pada peubah lain dan antar perlakuan lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan. Tanaman jagung memiliki respon yang sama terhadap semua perlakuan, hal ini berarti bahwa unsur yang dibutuhkan tanaman yang selama ini dipenuhi melalui pemberian pupuk anorganik dapat diubah dan digantikan oleh kompos sampah kota. Adanya kemampuan kompos sampah kota dapat berperan sebagai subtitutor pupuk anorganik disebabkan karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh kompos sampah kota sebagai bagian dari pupuk organik. Kelebihan yang dimiliki pupuk organik adalah (1) Memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu struktur dan kegemburan tanah, (2) Memperbaiki sifat kimia tanah, melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan hara makro maupun mikro, memperpanjang daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tanah yang gembur menyebabkan akar tanaman mudah menembus lebih dalam dan mempunyai perakaran yang luas, sehingga tanaman lebih kokoh dan lebih mampu menyerap hara serta hara, sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan produksi lebih meningkat. Selain memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat biologi tanah, melalui peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah.
Tabel 1. Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Jagung 28 hst pada subtitusi pupuk anorganik dengan kompos sampah kota Subtitusi pupuk anorganik Tinggi tanaman Diameter Batang dengan kompos sampah kota (cm) (cm) 100% anorganik rekomendasi 137,96 a 2,42 a 25% kompos + pupuk anorganik hingga 100% 140,80 a 2,19 a 50% kompos + pupuk anorganik hingga 100% 136,28 a 2,08 a 75% kompos + pupuk anorganik hingga 100% 131,04 a 1,91 a 100% kompos sampah kota 118,00 a 1,94 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%
3
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
Tabel 2. Panjang Tongkol, Berat Tongkol Berkelobot dan Berat Tongkol Tanpa Kelobot pada subtitusi pupuk anorganik dengan kompos sampah kota Panjang Berat tongkol BeratTongkol Subtitusi kompos sampah kota Tongkol Berkelobot Tanpakelobot dengan pupuk anorganik (cm) (gram) (gram) 100% anorganik rekomendasi 16,16 ab 230,40 a 185,60 a 25% kompos + anorganik hingga 100% 17,34 a 232,40 a 180,80 a 50% kompos + anorganik hingga 100% 16,50 ab 215,60 a 162,40 a 75% kompos + anorganik hingga 100% 16,36 ab 261,20 a 199,60 a 100% kompos sampah kota 15,5 b 260,00 a 206,80 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5% Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Tanaman
Kompos sampah kota yang merupakan kompos aktif dapat digunakan dalam subtitusi dengan pupuk anorganik dapat disebabkan karena kompos aktif mengandung hara yang lengkap, baik itu unsur hara makro dan mikro. Senyawa organik yang dikandung sampah kota akan didekomposisi oleh mikroba menjadi ion-ion anorganik seperti NH4+, NO3-, H2PO4-, HPO4= dan K+ yang dapat langsung diserap oleh tanaman untuk proses metabolisme. Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang tersedia bagi tanaman dalam bentuk NH4 dan NO3-, berfungsi untuk menyusun khlorophyl, protoplasma, asam nukleat dan asam amino.Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4=, merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa penting seperti ATP, ADP, DNA dan RNA. Kalium merupakan unsur hara esensial yang diserap tanaman dalam bentuk K+, berfungsi untuk mengaktifkan kerja enzim, translokasi gula dan membantu penyusunan protein. (Sudiarso, 2004) Unsur hara mikro yang terdapat di dalam kompos aktif antara lain Fe, Mn dan Zn. Unsur mikro Fe berperan sebagai pembentuk khlorophyl, penyusun enzim dan protein, Mn berperan memperlancar proses asimilasi dan Zn berperan membentuk hormon tumbuh. Selain itu, kompos aktif sebagai pupuk organik memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik,,kimia dan biologi tanah, sehingga tanah menjadi lebih gembur dan kemampuannya memegang air juga meningkat. Kompos sebagai pupuk organik yang telah terdekomposisi akan memperkaya bahan makanan di dalam tanah, sehingga mempercepat perkembangan dan pertumbuh-
4
an tanaman serta memperbaiki sifat-sifat tanah, Selain itu kompos berperan dalam meningkatkan pengaruh pemupukan dari pupuk anorganik, sehingga pupuk anorganik yang diberikan tidak mudah hanyut oleh air hujan atau menguap ke udara. Hal ini dikarenakan bahan organik yang terkandung dalam kompos mempertinggi daya ikat tanah terhadap hara, sehingga tidak mudah larut oleh air pengairan atau air hujan (murbandono, 1998). Ditambahkan oleh Lukito !(1998), kompos mampu membuat agregat atau butiran tanah menjadi lebih besar dan mampu menampung air lebih banyak di dalam butiran-butirannya, sehingga air tidak tergenang dan aerasi di dalamnya menjadi lancar. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang menggunakan kompos sampah kota sebagai sumber haranya atau kombinasi antara kompos sampah kota dengan pupuk anorganik juga dapat disebabkan karena kompos yang digunakan merupakan kompos yang sudah jadi dan siap dimanfaatkan tanaman. Selain itu C/N ratio-nya di bawah 20, sehingga proses mineralisasi sudah terjadi. Hasil mineralisasi bahan organik terombak merupakan anion/kation hara tersedia bagi tanaman dan mikroba. Menurut Sa’id (1996), dengan pengomposan maka bahan organik akan mengalami proses fermentasi dan dekomposisi sehingga nisbah C/N mengalami perubahan yang mendekati nisbah C/N tanah. Apabila nisbah C/N kompos mendekati nisbah C/N tanah maka unsur hara yang terkandung dalam kompos akan mudah terserap oleh tanaman dan dapat memperbaiki serta mempertahankan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi (Effi, 2003).
Ardiyaningsih, dkk. : Substitusi Pupuk Anorganik dengan Kompos
Perlakuan ini merupakan kegiatan penanaman yang pertama, yang artinya belum terjadi penumpukan bahan organik pada media tanah. Pada kondisi yang demikian ternyata pupuk organik yang berasal dari kompos sampah kota dapat berperan sebagai sumber hara, yang selama ini bersumber dari pupuk anorganik. Dengan melihat kelebihankelebihan yang dimiliki kompos sampah kota sebagai salah satu pupuk organik maka besar harapan bahwa pada penanaman berikutnya akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang lebih meningkat. Secara umum keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kompos sampah kota yang merupakan kompos aktif dari pupuk organik yang pertama adalah bahan organik akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Warna tanah yang semula cerah akan berubah menjadi kelam setelah pemberian bahan organik. Tanah menjadi gembur dan akar akan lebih mudah melakukan penetrasi, sehingga pertumbuhan akar akan menjadi lebih baik yang selanjutnya akan memebrikan dampak yang positif terhadap hasil tanaman. Keuntungan kedua adalah bahan organik mempengaruhi sifat kimia tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan unsur hara meningkat, asam yang dikandung humus akan membantu meningkatkan proses pelapukan. Keuntungan berikutnya adalah penambahan bahan organik akan memperbaiki sifat biologi tanah. Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tingginya bahan organik yang diberikan ke tanah akan mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah. (Sutanto, 2003). Didapatkannya hasil bahwa kompos sampah kota dapat digunakan sebagai subtitutor dalam subtitusi pupuk anorganik dengan pupuk organik merupakan sesuatu yang menjanjikan dalam upaya membantu memecahkan masalah lingkungan dalam kaitannya dengan hasil pertanian yang terjadi saat ini. Petani biasanya menggunakan pupuk kimia untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Tindakan ini akan memberikan dampak yang negatif, apalagi bila dilakukan
secara terus menerus dan dengan dosis yang berlebihan. Masalah ini akan menjadi bertambah dengan dihapuskannya pupuk bersubsidi oleh pemerintah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan kembali menggunakan bahan-bahan alamiah yang berlimpah, yang dapat memelihara kualitas lingkungan dan kontinuitas produksi serta dapat menekan biaya, yaitu dengan menurunkan dosis penggunaan pupuk anorganik atau mensubtitusikan pupuk anorganik dengan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik (hayati) saja dapat memberikan tingkat efisiensi yang tinggi terhadap tanah, tapi dengan tingkat hasil yang rendah. Untuk mendapatkan tingkat hasil yang tinggi, penerapan prinsip pengelolaan pupuk terpadu adalah yang terbaik, yaitu kombinasi penggunaan pupuk organik (hayati) dan pupuk kimia (anorganik). Hal ini sejalan dengan penelitian ini, bahwa kompos sampah kota dapat menjadi alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk keberlanjutan secara ekonomi dan ekologi, yaitu dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik secara bertahap dan sedikit demi sedikit, sehingga pada akhirnya untuk masa yang akan datang dapat menghasilkan produk pertanian organik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Kompos sampah kota dapat berperan sebagai subtitutor pupuk anorganik 2. Tanaman jagung yang menggunakan kompos sampah kota dan kombinasi kompos sampah kota dengan pupuk anorganik sebagai sumber hara mampu menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang tidak berbeda dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik 100% rekomendasi Saran
Percobaan ini merupakan penanaman yang pertama, untuk lebih memperlihatkan kemampuan kompos sampah kota sebagai subtitutor pupuk anorganik, maka hendaknya dilakukan percobaan penanaman ke-2 dan seterusnya.
5
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
DAFTAR PUSTAKA Bakri. 2001. Pengaruh lindi dan kompos sampah kota terhadap beberapa jenis fisik inceptisol dan hasil tanaman jagung. Jurnal Agrista Vol (5) no.2 Universitas Sriwijaya. Palembang Effi, IM. 2003. Pupuk Organik; Cair dan Padat. Aplikasi Penebar Swadaya. Jakarta Elviati. 1998. Pengaruh Pemberian Sampah Kota terhadap Beberapa Sifat Fisika Ultisol dan Hasil Kedelai Kononova, MM. 1999. Soil Organic Matter. Its Rolein Soil Formation and Soil Fertility. Vergamon Press. Oxford. London Lukito. 1998. Saatnya kembali ke sampah.
6
Semai no. 2 Tahun 1/ November. Jakarta Murbandono HS.1998. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta Palungkun R dan A Budiarti. 2000. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta Said, G. 1996. Penanganan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit. Trubus Agriwidya. Ungaran Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius . Jogjakarta Tandisau, P, Darmawidah dan Warda. 2005. Kajian penggunaan pupuk organik sampah kota Makasar pada tanaman cabai. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol.8 No.3. November 2005;372 – 380
