APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
USULAN PENELITIAN
Diajukan oleh : Bagus Arrasyid 20120210091 Program Studi Agroteknologi
Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
Usulan Penelitian
APLIKASI KOMPOS KULIT BUAH JARAK PAGAR SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
Yang diajukan oleh Bagus Arrasyid 20120210091 Program Studi Agroteknologi telah disetujui/disahkan oleh :
Pembimbing Utama :
Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. NIP. 19601120 198903 1 001
Tanggal ............................
Pembimbing Pendamping :
Ir. Titiek Widyastuti, M.S. NIP. 19580512 198603 2 001
Tanggal ............................
Mengetahui : Ketua Program Studi Agroteknologi
Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P., Ph. D. NIK. 19721012 200004 133 050
ii
Tanggal ............................
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang K dan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya dan dapat teroksidasi dengan sangat cepat dengan udara, sangat reaktif terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Kalium merupakan unsur hara yang paling aktif bergerak. Pada prosesnya kalium berubah menjadi ion K+, kalium dapat berupa ion bebas dalam tumbuhan cepat bergerak dibandingkan dengan unsur lainnya. Pada lithosfer mengandung 2.6% K, tanah mengandung 0,1-3%, rata-rata sekitar 1% K pada tanah lapisan olah (setebal 20 cm) mengandung 3.000-100.000 kg/hektar kalium. Sedangkan sekitar 98% kalium dalam tanah terikat dalam bentuk mineral. Pada beberapa tipe hutan dalam hubungannya dengan tanah muda kecenderungan kehilangan K+ adalah sebesar 510 kg/hektar akibat pencucian (Diah, 2011). Dilihat dari kebutuhan tanaman akan unsur hara, kalium merupakan unsur ketiga yang penting setelah nitrogen dan fosfor. Kekurangan unsur hara ini dapat menurunkan hasil produksi dari tanaman. Namun disisi lain yaitu adanya penghentian subsidi pupuk buatan oleh pemerintah, menyebabkan peningkatan harga jual pupuk kepada petani. Akibat mahalnya harga pupuk kalium terpaksa petani mengurangi bahkan tidak memberi pupuk K sama sekali pada tanamanya. Hal ini memengaruhi usaha untuk meningkatkan produksi tanaman. Salah satu solusi untuk mencari pupuk alternatif yang dapat mensubtitusi penggunaan pupuk buatan dengan harga yang murah dan mudah diperoleh petani adalah pemanfaatan sisa tanaman (limbah). Jarak pagar merupakan salah satu tanaman penghasil minyak. Komoditas ini mendapat perhatian pemerintah maupun para ahli dalam 1
2
ikut mendukung kebijakan energi melalui pengembangan bahan bakar. Kendala pengembangan jarak pagar diantaranya adalah masih rendahnya produktivitas hasil, sehingga apabila petani hanya memanfaatkan minyaknya, maka pendapatan dari usahatani jarak pagar sangat terbatas. Di sisi lain, hasil biomasa dari jarak pagar cukup melimpah, seperti daging buah maupun bungkil dari hasil samping pemerasan biji jarak dan kulit buah. Kandungan unsur K pada setiap bahan berbedabeda tergantug dari asal bahannya. Kandungan kalium limbah kulit buah jarak pagar yaitu sebesar 8.67% namun setelah dilakukan pengomposan kandungan unsur K pada kompos kulit buah jarak pagar cukup tinggi yaitu sebesar 11,36 % (Syakir dkk., 2009). Tingginya kandungan kalium pada kulit buah jarak pagar sangat berpotensi untuk meningkatkan produktivitas tanah dan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik pada proses budidaya. Jagung merupakan tanaman pangan/pakan yang mencakup kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, produksi jagung tahun 2012 yang semula 19.387.022 ton mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014 menjadi 19. 032.667 ton. Pada budidaya tanaman jagung dianjurkan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang/ kompos ) sebanyak 20 ton/hektar. Sedangkan untuk pupuk anorganik : Urea 400 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCI 250 kg/hektar. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/hektar pupuk organik, 200 kg/hektar Urea, 300 kg/hektar SP-36, dan 250 kg/hektar KCl. Pupuk susulan diberikan 3-4 minggu setelah tanam berupa Urea 200 kg/hektar (Bilman dkk., 2002). Berdasarkan kebutuhan pupuk KCl yang cukup tinggi pada budidaya jagung, maka kompos kulit buah jarak pagar dengan kandungan K yang cukup tinggi sangat berpotensi untuk mengurangi penggunaan pupuk kalium. Hal ini juga dapat membantu petani mengurangi biaya produksi tanaman jagung. Selain
3
itu kompos juga memiliki keunggulan yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, tidak menurunkan pH tanah, dan dapat menggemburkan tanah. B. Perumusan Masalah Unsur kalium merupakan usur esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak, peran unsur kalium dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah pembentukan protein dan karbohidrat, membantu membuka dan menutup stomata, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan serangan hama, memperluas pertumbuhan akar tanaman, memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif dan menambah rasa manis/enak pada buah, memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah rontok. Berdasarkan tingginya kebutuhan pupuk Kalium pada budidaya tanaman jagung maka diharapkan kompos kulit buah jarak pagar mampu mengurangi penggunaan pupuk kalium, namun ada beberapa masalah yang perlu dikaji yaitu : 1. Bagaimanakah pengaruh kompos kulit buah jarak pagar terhadap tanaman jagung? 2. Berapakah dosis kompos kulit buah jarak pagar yang tepat agar meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji pengaruh kompos kulit buah jarak pagar terhadap tanaman jagung manis. 2. Untuk mendapatkan dosis kompos kulit buah jarak pagar yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam, kompos terjadi dengan sendirinya tetapi memakan waktu yang lama sehingga perlu perlakuan agar menghasilkan kompos dengan kualitas baik dalam waktu yang tidak lama. Semakin banyak jenis bahan yang digunakan dalam pengomposan maka unsur hara yang tersedia dalam kompos tersebut akan semakin lengkap. Kompos dapat memengaruhi kesuburan tanah terutama sifat fisik tanah, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Kompos memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara memperbaiki struktur dan tekstur serta peningkatan porositas tanah. Kompos juga mampu menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Mg, Fe, S, Mn dan Cu sehingga memperbaiki sifat kimia tanah. Jumlah populasi mikroorganisme tanah juga akan meningkat akibat pemberian kompos (Rismayadi, 1995). Proses pengomposan perlu dijaga kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengomposan temperatur akan mencapai 65-700 C sehingga organisme patogen (baik itu bakteri, virus, parasit, bibit penyakit tanaman maupun bibit gulma) akan mati. Proses pengomposan umumnya berakhir setelah 6 sampai 7 minggu yang ditandai dengan tercapainya suhu optimal dan kestabilan materi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban, konsentrasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH) dan juga ukuran partikel bahan. Kelembaban yang baik yaitu antara 40-60% karena pada kondisi tersebut mikroorganisme dapat bekerja optimal. Kebutuhan oksigen yang baik yakni antara 10-18%. Temperatur yang optimum untuk proses pengomposan yakni antara 35-500 C. Perbandingan C/N yang optimum untuk proses pengomposan yaitu antara 30-35. Sedang untuk pH yang optimum yaitu berada pada kisaran pH netral antara 6-8. Ukuran partikel bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerob berkisar antara 1-7,5 cm (Cahaya dan Nugroho, 2009).
4
5
Jarak pagar merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Komoditas ini mendapat perhatian pemerintah maupun para ahli dalam ikut mendukung kebijakan energi nasional melalui pengembangan bahan bakar nabati. Kendala pengembangan jarak pagar diantaranya adalah masih rendahnya produktivitas hasil, sehingga apabila petani hanya memanfaatkan minyaknya, maka pendapatan dari usahatani jarak pagar sangat terbatas. Di sisi lain, hasil biomasa dari jarak pagar cukup melimpah, seperti daging buah maupun bungkil dari hasil samping pemerasan biji jarak dan kulit buah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi kulit luar adalah 29-32% dari buah, biji adalah 71% dari buah. Cangkang adalah 36,5-44,9% dari biji dan inti biji (kernel) 58,0-65,7% (Martinez et al., 2006). Kandungan unsur K pada setiap bahan berbeda-beda tergantung dari asal bahannya. Limbah kotoran sapi menunjukkan kandungan K sebesar 0.10% sedangkan domba dan kambing lebih tinggi masing-masing sebesar 0,45% dan 0,40%. Kandungan kalium kulit jarak pagar cukup tinggi yaitu sebesar 8.67% (Syakir dkk., 2009). Dengan kandungan K yang cukup tinggi maka kulit jarak pagar sangat berpotensi untuk mengurangi penggunaan pupuk kalium. Setelah dilakukan pengomposan dihasilkan pupuk organik, pada akhir proses pengomposan tampak bahwa persentase kandungan unsur K pasa kompos kulit jarak pagar kandungan unsur K cukup tinggi yaitu sebesar 11,36% dibanding dengan kandungan unsur K pada pupuk kandang (Syakir dkk., 2009).
B. Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan/pakan yang mencakup kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya
6
humus. jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. (http://www.ristek.go.id, 2015) Salah satu jenis jagung yang mempunyai prospek yang baik dan menguntungkan adalah jagung manis. Jagung manis biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) termasuk dalam tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang dikembangkan masyarakat indonesia. Selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa produksinya yang relatif lebih cepat. Buah tanaman ini digemari untuk sayur, lauk pauk, kue, jagung bakar ataupun dikonsumsi langsung dalam buah rebusan, serta dapat diolah dalam bentuk produk kalengan, susu jagung dan lain-lain (Purwono dan Hartono, 2005). Ada beberapa perbedaan umum antara jagung manis dan jagung biasa yaitu bunga jantan jagung manis berwarna putih sedangkan pada jagung biasa kuning kecoklatan. Perbedaan lainya aadalah jagung manis lebih genjah dan memiliki tongkol lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Tongkol umumnya sudah siap dipanen ketika tanaman berumur antara 60-70 hari. Jagung manis juga memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi diantaranya 96 cal Energi, 3,5 gram protein, 1 gram lemak, 22,8 gram Karbohidrat (Dinas Pertanian Sumatera Barat, 2004). Pada proses budidayanya terutama pemupukan, dianjurkan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang/ kompos ) sebanyak 20 ton/hektar. Sedangkan untuk pupuk anorganik : Urea 400 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCI 250 kg/hektar. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/hektar pupuk organik, 200 kg/hektar Urea, 300 kg/hektar TSP, dan 250 kg/hektar KCl. Pupuk susulan diberikan 3-4 minggu setelah tanam berupa Urea 200 kg/hektar (Bilman dkk., 2002).
7
C. Hipotesis Perlakuan dosis KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg Kompos Kulit Jarak Pagar/hektar mampu meningkatkan hasil tanaman jagung karena kandungan unsur hara terutama Kalium yang dibutuhkan tanaman jagung dapat terpenuhi.
III.
TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Labolatorium Tanah dan Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY serta di desa Kemamang pada bulan Oktober 2015-Februari 2016.
B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Benih jagung, Aktivator (Air Kencing Kerbau), Pupuk Kandang Kerbau, Kulit buah Jarak Pagar, Tanah, Air, larutan K2CrO7 0,5 N, larutan H2SO4 pekat, larutan H3PO4 85%, indikator dipenilamin, larutan FeSO4 0,5 N, larutan H2SO4 0,1 N, campuran katalisator K2SO4 dan CuSO4 dalam perbandingan 20 : 1, indikator methyl red, air suling (aquades). Alat-alat yang akan digunakan yaitu Polybag, Cangkul, Karung, timbangan Analitik, Penggaris, Leaf Meter, Thermometer, pH stik/pH meter, buku Munsel Color Chart, cepuk plastik, labu takar 50 ml, pipet 10 dan 5 ml, gelas ukur, botol semprot, labu erlenmeyer 50 ml, biuret, timbangan analitis, piranti destruksi, piranti destilasi, tabung Kjedahl 250 ml, gelas piala 100-150 ml, gelas ukur 100 ml.
C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dengan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan yaitu Dosis Kompos Kulit buah jarak pagar (KJP) yang terdiri dari 4 aras yaitu: A. = 250 kg KCl/hektar B. = KCl 125 kg/hektar + 273,89 kg KJP/hektar C. = KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg KJP/hektar D. = 547,79 kg KJP/hektar Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 3 x 4 = 12 unit percobaan, setiap unit percobaan terdiri dari 3 tanaman sehingga terdapat 36 tanaman. Semua
8
9
perlakuan masih diberikan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/hektar, Urea 400 kg/hektar diberikan 2 kali, SP-36 300 kg/hektar.
D. Cara Penelitian 1. Penyiapan Bahan dan Alat Bahan kompos yang akan digunakan terlebih dahulu dicari dan dipersiapkan. Bahan yang perlu disiapkan yaitu Kulit buah jarak pagar. Setelah bahan terkumpul selanjutnya mencacah kulit buah jarak pagar sehingga memiliki serat yang lebih halus. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan parang atau pisau. Selanjutnya menyiapkan aktivator (kencing kerbau) untuk proses pembuatan kompos. 2. Pembuatan Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Pembuatan kompos kulit buah jarak pagar dibuat dengan cara menyiapkan kulit buah jarak pagar dan aktivator kencing kerbau, kemudian bahan dimasukan dalam kotak kayu dan diberi aktivator. Setelah semuanya siap, bagian atas kotak diberi penutup. Penambahan air pada masing-masing diberikan apabila sekiranya kelembaban kompos perlakuan belum memenuhi syarat. Kelembaban yang optimal untuk pengomposan yakni 40-60%. Pengomposan ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan atau hingga kompos matang. Pembalikan dilakukan dengan cara membalik-balik lapisan kompos yang telah dibuat hingga yang semula di bagian bawah menjadi diatas. Pembalikan ini dilakukan setiap satu minggu sekali dengan menggunakan pengaduk kayu atau menggunakan tangan. 3. Pengamatan Kompos Pengamatan
terhadap
kondisi
kompos
dilakukan
selama
proses
pengomposan berlangsung yaitu kurang lebih selama dua bulan. parameter yang diamati yaitu pH kompos, kadar C-Organik dan kadar N-Organik. 4. Penyiapan Tanah dan Aplikasi Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah yang kemudian dikering anginkan, kemudian disaring dengan diameter 2 mm. Kemudian setelah itu sampel tanah dicampur dengan pupuk kandang kerbau dosis 20 ton/hektar,
10
perlakuan kompos kulit buah jarak pagar, 200 kg/hektar dosis urea, 300 kg/hektar dosis SP-36, dilakukan diluar polybag. Setelah homogen masukan ke polybag masing-masing 15 kg dan diinkubasikan selama 7 hari. 5. Persiapan Media Tanam dan Penanaman jagung Persiapan media tanam dilakukan dengan cara menimbang tanah sebanyak 15 kg kemudian dimasukan dalam polybag. Kemudian setelah 1 minggu inkubasi, setiap polybag dimasukan benih jagung sebanyak 3 biji dengan kedalaman penanaman kurang lebih 2 cm. 6. Pemeliharaan a. Pengairan Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. b. Penjarangan dan Penyulaman Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam. c. Pemupukan Pemupukan pada tanaman jagung manis dilakukan 2 kali, yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar yang diberikan yaitu berupa 20 ton/hektar pupuk kandang yaitu sebanyak 500 gram/tanaman, perlakuan kompos kulit buah jarak pagar, 200 kg/hektar dosis pupuk Urea yaitu sebanyak 5 gram/tanaman , 300 kg/hektar dosis pupuk SP-36 yaitu sebanyak 7,5 gram/tanaman dan 250 kg/hektar dosis pupuk KCl sebanyak 6,25 gram/tanaman. Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman
11
berumur 4 minggu setelah tanam dengan pemberian 200 kg/hektar dosis pupuk Urea yaitu sebanyak 5 gram (Bilman dkk., 2002) (Perhitungan pupuk terlampir pada lampiran 2). d. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. e. Pengendalian OPT Pengendalian OPT yang dilakukan berupa pengendalian hama, gulma dan penyakit. Pengendalian terhadap hama dilakukan dengan cara teknis dan juga secara kimiawi bergantung pada serangan hama dan besar kerusakannya. Apabila serangan dan kerusakan tanaman telah melebihi ambang batas ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Furadan 3GR dengan dosis 5-10 gram/m2 dilarutkan dalam 100 ml air kemudian disemprotkan. Pengendalian terhadap gulma dilakukan dengan cara penyiangan (pengendalian secara teknis). Pengendalian terhadap penyakit dilakukan apabila tanaman terserang penyakit dengan cara pengendalian secara teknis yaitu mencabut tanaman tersebut dan disulam. 7. Pengamatan Tanaman Jagung Pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang dilakukan yaitu pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot segar tongkol dan diameter tongkol.
E. Parameter yang Diamati 1. Pengamatan Kompos a. pH Kompos Pengamatan pH kompos dilakukan setiap satu minggu sekali hingga akhir pengamatan yaitu ± 2 bulan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam cepuk plastik hingga terisi ¼ botol dan
12
kemudian ditambahkan aquades hingga cepuk terisi air ¾ botol. Kemudian setelah menutup cepuk plastik, cepuk dikocok selama 10 menit dan setelah itu didiamkan selama ± 15 menit. Cairan dalam cepuk yang telah diendapkan selama 15 menit kemudian diukur dengan menggunakan pH stik. b. Kadar C-Organik Pengamatan C-organik dilakukan pada saat awal pengamatan dan akhir pengamatan. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel kompos dan melakukan pengukuran kadar C-organik di laboratorium menggunakan metode Walkley and Black. Langkah-langkah pengukuran kadar C-organik yakni sebagai berikut : 1. Menimbang masing-masing sampel kompos sebanyak 1 gram. 2. Memasukkan sampel kompos ke dalam labu takar 50 ml, kemudian memasukkan 10 ml K2Cr2O7 0,5 N dengan menggunakan pipet. 3. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan menggunakan gelas ukur/pipet. Campuran kemudian dikocok dengan arah memutar dan mendatar. 4. Warna hasil kocokan harus merah jingga, apabila warna berubah menjadi biru/hijau, maka dilakukan penambahan K2Cr2O7 dan H2SO4 lagi. Penambahan cairan dicatat agar banyaknya cairan yang digunakan sama untuk membuat blangko. 5. Mendiamkan cairan selama kurang lebih ½ jam, kemudian menambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 3 tetes dipenilamin. Menambahkan air suling hingga volumenya menjadi 50 ml. Labu takar yang sudah disumbat menggunakan tutup kemudian dikocok dengan cara dibolak-balik hingga diperoleh larutan yang homogen. 6. Mengambil 5 ml larutan yang jernih menggunakan pipet, kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 15 ml air suling. 7. Mentitrasi larutan tersebut dengan FeSO4 0,5 N hingga diperoleh warna kehijauan. Kemudian mencatat jumlah larutan FeSO4 0,5 N. 8. Mengulangi prosedur untuk perlakuan blangko atau tanpa sampel kompos. Setelah diperoleh hasil dari tahapan diatas, kemudian dihitung kadar COrganiknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
13
Keterangan : A : Banyaknya FeSO4 0,5 N yang digunakan dalam titrasi baku (dengan sampel kompos) B : Banyaknya FeSO4 0,5 N yang digunakan dalam titrasi blangko (tanpa sampel kompos) c. Kadar N-Total Pengamatan kadar N total dilakukan pada saat awal pengamatan dan akhir pengamatan. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel kompos dan melakukan pengukuran kadar N total di laboratorium. Prosedur pengukuran kadar N total dilakukan dengan metode Kejdahl. Prosedur pengukuran kadar N total dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Tahap Destruksi a. Menimbang sampel kompos sebanyak 1 gram yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung Kjedahl. Setelah itu, ditambahkan 6 ml H2SO4 pekat. b. Menambahkan 1 sendok kecil campuran serbuk CuSO4 dan K2SO4, kemudian dikocok hingga rata. Kemudian tabung Kejdahl dipanaskan dengan hati-hati hingga tidak berasap lagi dan larutan menjadi putih kehijau-hijauan, setelah itu didinginkan. 2. Tahap Destilasi a. Setelah larutan menjadi dingin, ditambahkan 25-50 ml air suling, dikocok kemudian diendapkan. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi namun sampel kompos tidak terikut. b. Mengambil sebuah gelas piala 100 ml atau 150 ml dan diisi dengan 10 ml H2SO4 0,1 N serta ditambahkan 2 tetes indikator methyl red hingga berwarna merah. Kemudian menempatkan gelas piala di bawah alat pendingin destilasi sedemikian rupa sehingga ujung alat pendingin tersebut tercelup di bawah permukaan asam sulfat. c. Menambahkan dengan hati-hati 20 ml NaOH pekat (melalui dinding labu) ke dalam labu destilasi. Proses ini dilakukan ketika tahapan destilasi akan dilakukan.
14
d. Melakukan tahapan destilasi dan menjaga agar larutan di dalam gelas piala tetap berwarna merah. Apabila warna berubah atau hilang, ditambahkan lagi H2SO4 0,1 N dengan jumlah yang diketahui agar jumlah H2SO4 yang digunakan untuk blangko sama banyaknya. e. Setelah proses destilasi selesai, alat pemanas dimatikan dan membilas ujung alat destilasi menggunakan air suling (air suling pembilas juga dimasukkan ke dalam gelas piala). 3. Tahap Titrasi Larutan di dalam gelas piala dititrasi dnegan menggunakan NaOH 0,1 N hingga warna merah hilang, kemudian penggunaan NaOH 0,1 N dicatat. Ketiga tahapan pengukuran kadar N total juga dilakukan untuk perlakuan blangko (tanpa sampel kompos) yang bertujuan untuk mengukur ketelitian hasil. Setelah diperoleh hasil titrasi baik titrasi sampel maupun titrasi blangko dihitung kadar N totalnya menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : A : banyaknya NaOH 0,1 N yang digunakan dalam titrasi baku (menggunakan sampel kompos) B : banyaknya NaOH 0,1 N yang digunakan dalam titrasi blangko (tanpa sampel kompos) KL : kadar lengas sampel kompos yang digunakan Hasil perolehan kadar Corganik dan kadar N total digunakan untuk menghitung C/N rasio masingmasing kompos perlakuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung C/N rasio yaitu sebagai berikut :
2. Parameter Tanaman Jagung a. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris yang satuannya centimeter (cm).
15
b. Jumlah Daun (helai) Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan seminggu sekali dengan cara menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masing-masing tanaman, dengan satuan helai. c. Diameter Batang (cm) Pengamatan
dilakukan
setelah
tanaman
jagung
dipanen
dengan
menggunakan penggaris yang satuanya centimeter (cm). d. Bobot Segar Tanaman (gram) Pengamatan berat segar tanaman dilakukan dengan menimbang daun, batang dan akar tanaman jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. e. Bobot Kering Tanaman (gram) Pengamatan berat kering tanaman dilakukan dengan cara memasukkan daun, batang, dan akar tanaman jagung ke dalam oven dengan suhu (80150)˚C kemudian setelah konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. f. Bobot Segar Akar (gram) Pengamatan berat segar akar tanaman jagung dilakukan dengan cara menimbang akar tanaman jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. g. Bobot Kering Akar (gram) Pengamatan berat kering akar tanaman dilakukan dengan cara memasukkan akar tanaman jagung ke dalam oven dengan suhu (80-150)˚C kemudian setelah konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. h. Bobot segar Tongkol jagung Pengamatan berat segar tongkol jagung dilakukan dengan cara menimbang tongkol jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram. i. Diameter Tongkol (cm) Pengamatan diameter tongkol dilakukan pada saat tanaman berumur ± 70 hari dengan cara mengukurnya menggunakan jangka sorong pada tongkol jagung manis yang dihasilkan dari masing-masing tanaman percobaan.
16
F. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf kesalahan 5 %.jika terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji DMRT dengan taraf kesalahan 5 %. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan sebagian dalam bentuk foto atau gambar.
G. Jadual Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Bilman W. S., A.D. Nusantara dan Faradilla F. 2002. Peran EM5 dan Pupuk NPK dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis pada Lahan Alang-Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 4 (1) : 56-61. http://repository.unib.ac.id/247/1/56.PDF . Diakses tanggal 8 Mei 2015. BPS. 2014. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Cahaya, A. dan D. A. Nugroho. 2009. Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Limbah Padat Organik (Sampah Sayuran dan Ampas Tebu). Naskah Publikasi. Semarang. Universitas Diponegoro. Cordes, J. W. H. 1992. Hutan Tanaman Jati dengan Alam, Penyebaran, Sejarah dan eksploitasinya. Yayasan Manggala Silva Lestari Biro Jasa Konsultan Perencanaan Hutan. Malang. Diah M, 2011. Kalium Tanah. http://masterdiah.blogspot.com/2011/05/kalium tanah.html. Diakses tanggal 2 Mei 2015. Dinas Pertanian Sumatera Barat. 2004. Laporan Tahunan. Padang. Hal 197. http://www.warintekjogja.com/ warintek/ warintek jogja/ warintek _v3/datadigital /bk/jagung %20bantul.pdf. di akses tanggal 3 Mei 2015. Jati Sulistiyo, H. 2001. Pemanfaatan Kompos Daun Jati dan Mikorhiza untuk pembibitan Jati. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2012. Jagung. http://www.ristek.go.id. Diakses tanggal 3 Mei 2015. Martinez-Herrera, J, Siddhuraju, P. Francis, G. Davila-Ortiz, G. and Becker, K Chemical composition, toxic antimetabolic constituents and effects of different treatments on their levels, in four provenances of Jatropha curcas L. From Mexico. Food Chem 96:80-89 Pinus Lingga. 1991. Jenis dan Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran Ternak. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor. Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Rismayadi, Y. 1996. Pengaruh Ukuran Benih Merbain terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai pada Beberapa Kombinasi Media Tumbuh Tanah, Pasir, Kompos dan Arang Sekam. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Setyorini, D., Saraswati, R. dan Kosman, E. A. 2006. Kompos, Pupuk Organik dan pupuk Hayati. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, hal 11-40. Syakir, M. David Allorerung, Sumanto dan Jati Purwani. 2009. Dekomposisi Limbah Jarak Pagar dan Pemanfaatannya Untuk Pupuk Organik. Laporan Penelitian Insentif Riset. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Yusuf T. 2009. Kandungan Hara Pupuk Kandang. http:// tohariyusuf wordpress.com/ 2009/04/25/ kandungan-hara-pupuk-kandang. Diakses tanggal 3 Mei 2015.
17
LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian U T A R A
Keterangan : A. = 250 kg KCl/hektar B. = KCl 125 kg/hektar + 273,89 kg KJP/hektar C. = KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg KJP/hektar D. = 547,79 kg KJP/hektar
18
19
Lampiaran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk
Diketahui : Pupuk dasar dosis pupuk Urea 400 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar dan Pupuk Kandang 20 ton/hektar. Ditanyakan : Berapakah dosis Urea, SP-36 dan pupuk kandang per polybag ukuran 15 kg? Jawab : Ruang tanam Jagung Manis : 50 x 50 cm Jumlah tanaman/hektar =
10.000 𝑚2 50 𝑥 50 𝑐𝑚
=
100.000.000 𝑐𝑚2 2500 𝑐𝑚2
= 40.000 Tanaman
Kebutuhan pupuk dasar per polybag 1. Dosis Pupuk Kandang = 20 ton/hektar 20 𝑡𝑜𝑛
20.000.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 500 gram/tanaman 2. Dosis pupuk Urea = 400 kg/hektar diberikan 2 kali 400 𝑘𝑔
400.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 10 gram/tanaman Diberikan 2 kali, jadi tiap pemberian 5 gram/tanaman 3. Dosis pupuk SP-36 = 300 kg/hektar 300 𝑘𝑔
300.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 7,5 gram/tanaman Kebutuhan Pupuk per perlakuan Diketahui : Dosis KCl 250 kg/hektar berapakah kebutuhah K pada tanaman? KCl K2O = 39 94
60 100
𝑥 250 𝑘𝑔 = 150 𝑘𝑔 K =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑡𝑜𝑚 𝐾 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝐾2𝑂
𝑥 150 𝑘𝑔 =
𝑥 150 𝑘𝑔 = 62,23 𝑘𝑔
Kandungan K pada Kompos Jarak Pagar = 11,36 % berapakah kebutuhan kompos jarak pagar? Jawab :
100 % 11,36 %
𝑥 62,23 𝑘𝑔 = 547,79 kg/hektar Kompos jarak pagar (KJP)
Perlakuan A (KCl 250 kg/hektar) 250 𝑘𝑔
250.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 6,25 gram/tanaman Perlakuan B (KCl 125 kg/hektar + 273,89 kg KJP/hektar) 125 𝑘𝑔
125.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis KCl per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 3,125 gram/tanaman
20
273,89 𝑘𝑔
273.890 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis KJP per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 6,85 gram/tanaman Perlakuan C (KCl 62,5 kg/hektar + 410,84 kg KJP/hektar) 62,5 𝑘𝑔
62.500 𝑔𝑟𝑎𝑚
410,84 𝑘𝑔
410.840 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis KCl per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 1,56 gram/tanaman Dosis KJP per tanaman = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 10,27 gram/tanaman Perlakuan D (547,79 kg KJP/hektar) Dosis KJP per tanaman =
547,79 𝑘𝑔 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
=
547.790 𝑔𝑟𝑎𝑚 40.000 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 13,69 gram/tanaman