Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Evaluasi Genangan Kota Surabaya Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya Email:
[email protected] Abstrak Kota Surabaya sebagai ibu kota propinsi Jawa Timur terletak di tepi pantai utara propinsi Jawa Timur yang sebagian wilayahnya merupakan dataran rendah. Beberapa wilayah di Kota Surabaya masih mengalami genangan ketika hujan turun. Genangan yang terjadi di jalan berakibat pada gangguan terhadap mobilisasi penduduk. Hal tersebut menyebabkan/meningkatkan kemacetan lalu lintas dan beresiko terhadap penurunan kesehatan masyarakat. Pembangunan infrastruktur drainase bertujuan mengatasi genangan yang sering melanda beberapa bagian Kota Surabaya. Penanganan genangan ini perlu dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Indikator yang digunakan dalam penilaian keberhasilan pembangunan drainase adalah tinggi, luas dan lama genangan. Keberhasilan pembangunan sarana dan prasarana drainase dapat dinilai dari berkurangnya luas, lama dan tinggi genangan dari tahun ke tahun dengan mempertimbangkan curah hujan. Lebih jauh untuk mempermudah memahaminya dapat dilakukan pemberian skor dari masing-masing daerah genangan. Keberhasilan program lebih mudah diketahui dari melihat perubahan nilai skor genangan dari tahun ke tahun. Pembangunan sarana dan prasarana drainase telah berhasil menurunkan genangan yang terjadi di Kota Surabaya secara signifikan mulai dari tahun 2005 sampai 2013. Hingga tahun 2013 total luas genangan di Kota Surabaya telah turun kurang dari 1500 Ha. Lama genangan secara rata-rata dapat diturunkan hingga tinggal 1 jam. Sedangkan tinggi genangan rata-rata dapat diturunkan menjadi kurang dari 20 cm. Hasil skoring genangan untuk setiap rayon di Kota Surabaya rata-rata menunjuk tingkat genangan rendah, berarti bahwa sistem drainase Kota Surabaya baik. Dengan interval nilai dari 0 (sangat baik) sampai dengan 100 (Sangat buruk), skor genangan Kota Surabaya tahun 2013 sebesar 33.87, nilai ini turun dari skor tahun 2012 sebesar 36.91. Walaupun demikian masih ada daerah-daerah yang mengalami genangan tinggi dan lama yang disebabkan oleh luapan banjir sungai. Kata kunci: luas, tinggi, lama, genangan, dan Surabaya.
1. Pendahuluan Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur terletak di tepi pantai utara Provinsi Jawa Timur atau tepatnya berada diantara 7° 9'- 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54'
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
Bujur Timur. Wilayahnya memliki luas 333.063 km2 berbatasan dengan Selat Madura di sebelah Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan dan Kabupaten Gresik di sebelah Barat.
C - 87
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Kejadian bencana yang sering terjadi di Kota Surabaya adalah banjir dan genangan.. Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai atau suatu kondisi dimana muka air dalam sungai sungai atau kanal lebih tinggi dari normal. Bila muka air melebihi tebing atau tanggul sungai, air akan meluap ke lahan di kiri dan/atau kanan sungai dan menggenanginya. Genangan yang terjadi di daerah rendah akibat luapan air sungai masuk dalam kategori banjir. Sedangkan genangan adalah peristiwa terhentinya aliran atau air tidak mengalir. Genangan dapat terjadi walaupun muka air sungai dalam kondisi rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh air di lahan/jalan tidak dapat mengalir ke saluran drainase/sungai. Banjir dan genangan sama-sama terjadinya air tergenang, namun penanganannya berbeda karena banjir disebabkan oleh luapan sungai atau saluran sedangkan genangan disebabkan oleh air tidak dapat mengalir. Sedangkan genangan terjadi disebabkan tertundanya air hujan masuk ke saluran pematusan selama beberapa saat. Beberapa wilayah di Kota Surabaya mengalami genangan dengan ketinggian yang bervariasi mulai dari 10–70 cm dengan waktu genangan paling lama sekitar 6 jam. Untuk menangani permasalahan banjir dan genangan Kota Surabaya, telah dilakukan kegiatan penataan dan peningkatan sistem drainase kota yang mengacu pada Master Plan Drainase Kota Surabaya tahun 2000. Dalam Master Plan Drainase tersebut, sistem pematusan Kota Surabaya dibagi dalam 5 (lima) wilayah rayon, yaitu Rayon
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung dan Tandes. Total luas wilayah pematusan kurang lebih sebesar 36.396,46 Ha. Berdasarkan sejarah pengembangan drainase perkotaan di Surabaya, beberapa dari saluran-saluran yang dahulu dirancang untuk penyediaan irigasi sekarang beralih fungsi sebagai saluran drainase seiring dengan pesatnya pertumbuhan kawasan terbangun. Dalam peralihan fungsi, saluran irigasi menjadi saluran drainase memerlukan banyak perbaikan dan penggalian pada elevasi yang lebih rendah. Adanya prinsip konstruksi saluran irigasi yang berbeda dengan prinsip konstruksi saluran drainase sehingga saluran irigasi umumnya menyempit di bagian hilir. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah mengubah saluran irigasi menjadi saluran drainase. Sampai saat ini Kota Surabaya memiliki 54 rumah pompa yang tersebar di seluruh wilayah kota. Pompa-pompa ini digunakan untuk membantu mengalirkan air hujan yang tidak dapat mengalir secara grafitasi. Sementara untuk melindungi daerah rendah di pesisir dari genangan air selama pasang tertinggi dan mencegah terjadinya back water, maka dibangun tanggul dan pintu-pintu laut pada saluran primer. Kondisi topografi Kota Surabaya terdiri atas perbukitan di bagian barat, relatif rendah di pantai sisi utara dan timur serta daerah datar di sisi selatan. Oleh karena itu pengendalian banjir di kota ini tidak cukup hanya dengan penambahan kapasitas saluran dan pompa banjir saja tetapi juga perlu ditambah dengan kolam penam-
C - 88
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
pungan/boezem/waduk. Pembangunan boezem di hilir dimaksudkan untuk menampung aliran dari catchment area sebelum dipompa ke laut atau mengalir secara grafitasi saat air laut surut. Saat ini, Kota Surabaya didukung oleh 5 boezem utama yaitu Boezem Morokrembangan, Boezem Kedurus, Boezem Kalidami, Boezem Bratang dan Boezem Wonorejo. Untuk mengukur keberhasilan program pencegahan dan pengendalian banjir, luas genangan, lama genangan dan tinggi genangan, yang merupakan indikator dalam RPJMD 2010-2015 perlu dianalisa dan dievaluasi agar komprehensif dan realistis dengan perkembangan yang ada sehingga dapat menjadi acuan yang tepat bagi kegiatan pembangunan selanjutnya. Tujuan studi ini adalah melakukan evaluasi atas keberhasilan pekerjaan drainase untuk menanggulangi permasalahan genangan di Kota Surabaya. 2. Metodologi Adapun metodologi yang dilakukan studi ini adalah sebagai berikut : Tahap Persiapan Untuk tahap persiapan dilakukan penyiapan keperluan penelitian dan koordinasi dengan instansi terkait. Tahap Pengumpulan data Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data-data primer untuk mendapatkan data-data teknis yang diperlukan, antara lain survey wawancara yang dilakukan dengan mewawancarai warga untuk mengetahui lama dan tinggi genangan
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
yang kerap terjadi di sekitar kawasan kajian. Sedangkan data sekunder yang diperlukan berupa data hujan, peta jalan, peta jaringan drainase, dan data genangan. Tahap Analisa Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil survey serta analisa data lain yang telah disiapkan sehingga tujuan dari kegiatan ini tercapai. Analisa yang dilakukan terdiri dari analisa genangan dan perhitungan skor genangan. 3. Hasil dan Pembahasan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Sistem Drainase Kota Surabaya dibagi menjadi 5 Rayon. Pada masingmasing rayon telah dilakukan survey dengan mengukur dan mencatat luas, lama dan tinggi genangan air hujan. Hasil survey genangan masing-masing rayon dianalisa satu persatu. Data survey yang digunakan untuk analisa adalah data hasil survey tahun 2011, 2012 dan 2013 yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga dan Pematusan Pemerintah Kotamadya Surabaya. Genangan Tahun 2011 Genangan terluas di Rayon Gubeng terjadi di Kalijudan dengan luas 66 Ha. Genangan tertinggi terjadi di Jl. Karangasem, Jl. Karangempat dan Jl. Salak dengan tinggi genangan sebesar 30 cm. Sedangkan genangan terlama terjadi di Kp. Manyar Sabrangan dengan lama genangan mencapai 90 menit. Genangan terluas di Rayon Genteng terjadi di Kp. Patemon dengan luas 55 Ha. Genangan tertinggi terjadi di Jl.
C - 89
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Kartini, Jl. Basuki Rahmat dan Jl. Tambakasri dan Jl. Gresik dengan tinggi genangan sebesar 25 cm. Sedangkan genangan terlama terjadi di Kp. Genting dan Kp. Kebalen Kulon dengan lama genangan mencapai 90 menit. Genangan terluas di Rayon Wiyung terjadi akibat meluapnya Kali Kedurus sehingga menggenangi lahan seluas 127 Ha. Genangan tertinggi terjadi di Kp. Wiyung, Kp. Dukuh Pakis dan Jl. Madjend Sungkono dengan tinggi genangan sebesar 30 cm. Sedangkan genangan terlama terjadi di K. Kedurus, Kp. Lidah Wetan, Kp. Kebraon Utara, Kp. Wiyung dan Kp. Dukuh Pakis dengan lama genangan mencapai 40 menit. Genangan terluas di Rayon Tandes terjadi akibat meluapnya K. Kandangan sehingga menggenangi lahan seluas 132.4 Ha. Genangan tertinggi terjadi di Kp. Sumberejo dengan tinggi genangan sebesar 50 cm. Sedangkan genangan terlama terjadi di Kp. Suberejo dengan lama genangan mencapai 300 menit. Genangan terluas di Rayon Jambangan terjadi di Medokan Semampir yang menggenangi lahan seluas 82 Ha. Genangan tertinggi terjadi di Perumahan Penjaringan Sari dengan tinggi genangan sebesar 35 cm. Sedangkan genangan terlama terjadi di Jemursari dan Ngagel Tirto dengan lama genangan mencapai 120 menit. Genangan Tahun 2012 Analisa genangan pada 55 lokasi yang dilakukan pada Rayon Gubeng menunjukkan total luas genangan mencapai 258.2 Ha dengan tinggi
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
genangan rata-rata di setiap lokasi adalah 15.07 cm. Genangan terluas terjadi di wilayah Kalijudan mencapai 57 Ha dan genangan terkecil hanya 0.006 Ha pada wilayah Setro Baru. Sedangkan genangan tertinggi mencapai 40 cm pada lokasi Kyai Tambak Deres dan terendah hanya 0.7 cm pada lokasi Kp. Kejawan Putih Tambak. Durasi terjadinya genangan ini memiliki ratarata waktu 41.36 menit dengan waktu genangan terlama mencapai 120 menit pada Kyai Tambak Deres sebagai wilayah dengan genangan tertinggi dan durasi tersingkat 10 menit pada Jl. Raya Gubeng. Berdasarkan data genangan yang dilakukan pada Rayon Genteng tahun 2012 menunjukkan dari 46 lokasi genangan memiliki total luas 37.93 Ha. Genangan terluas mencapai 5 Ha di Jl. Perempatan Dupak Demak dan genangan terkecil hanya 0.03 Ha di Jl. Diponegoro. Tinggi genangan mencapai rata-rata 11.13 cm dengan genangan tertinggi 15 cm dan terendah 5 cm. Sedangkan durasi terjadinya genangan rata-rata lebih besar dibandingkan durasi rata-rata genangan di Rayon Gubeng yang mencapai 57.39 menit. Durasi genangan terlama justru terjadi pada Jl. Diponegoro sebagai wilayah dengan lokasi genangan terkecil yaitu 150 menit sedangkan durasi tersingkat 30 menit di beberapa lokasi seperti Jl. Polisi Istimewa, Jl. Untung Suropati, Jl. Genteng Besar dan lain sebagainya. Berdasarkan data genangan tahun 2012 menunjukkan terdapat 4 lokasi genangan pada Rayon Wiyung ini. Total luas genangan 5 Ha dengan genangan terluas 2 Ha pada Jl. Mayjen
C - 90
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Sungkono dan terkecil 0.7 Ha pada Perumahan Pondok Rosan. Sedangkan kedalaman genangan mencapai rata-rata 18.75 cm dengan tertinggi mencapai 25 cm pada wilayah genangan terluas dan terendah 10 cm pada wilayah genangan terkecil. Durasi lama terjadinya genangan pada semua lokasi di Rayon Wiyung ini selama 30 menit. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Rayon Tandes tahun 2012 ini dilakukan pada 41 lokasi memiliki total luas genangan 707.97 Ha. Genangan terluas mencapai 132.4 Ha pada Kp. Kandangan dan terkecil 0.005 Ha pada beberapa titik seperti Dupak Rukun. Sedangkan kedalaman rata-rata genangan adalah 34.88 cm dengan genangan tertinggi mencapai 50 cm dan yang terendah adalah 15 cm. Durasi terjadinya genangan terlama mencapai 360 menit (6 jam) dan tersingkat 10 menit di Kp. Manukan Kulon. Berdasarkan pengamatan genangan tahun 2012 yang dilakukan pada Rayon Jambangan dilakukan pada 49 lokasi. Lokasi genangang pada rayon ini mencapai luas total 604.45 Ha dengan genangan terluas mencapai 82 Ha pada Medokan Semampir dan terkecil 0.008 Ha pada Medokan Madya. Kedalaman rata-rata genangan di rayon ini adalah 20.02 cm dengan variasi kedalaman antara 5 – 30 cm. Sedangkan durasi rata-rata terjadinya genangan pada rayon ini adalah 73.27 menit yang terjadi antara 40 menit pada Kp. Dukuh Menanggal hingga 120 menit pada Karah Agung dan Gayungan. Genangan Tahun 2013
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
Pengamatan pada tahun 2013 dimaksudkan sebagai kelanjutan dari pengamatan yang dilakukan tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 dan 2012 guna mengetahui perbedaan dan perkembangan genangan yang terjadi di beberapa lokasi pada beberapa rayon daerah Surabaya. Berdasarkan pengamatan genangan Rayon Gubeng tahun 2013, terdapat 67 lokasi dengan total luas genangan hanya 22.54 Ha. Genangan dengan luas terbesar 2.03 Ha pada Jl. Kapas Gading Madya dan terkecil 0.02 Ha pada Jl. Tambak Wedi Tengah dan Viaduk Kertajaya. Genangan pada rayon ini memiliki durasi rata-rata 48.46 menit. Pada tahun 2013 ini, terdapat 67 lokasi genangan dengan total luas mencapai 68.39 Ha. Luas genangan 53.82 Ha merupakan luas terbesar di Jl. Lawu sedangkan yang terkecil hanya 0.05 Ha di Jl. Petemon Timur. Rayon ini memiliki tinggi rata-rata genangan 10.47 cm dengan ketinggian terbesar 17.5 cm di Jl. Keputran dan Jl. Kemayoran Baru serta terkecil hanya 5 cm di Jl. Kahuripan – Jl. Majapahit dan Jl. Kedungdoro. Tahun 2013 durasi genangan memiliki rata-rata 109.62 menit dengan durasi terlama mencapai 240 menit (4 jam) dan tersingkat 6 menit di Jl. Pasar Turi. Adapun perbedaan dengan tahun sebelumnya adalah lokasi genangan bertambah dibandingkan tahun 2012. Yang awalnya 45 lokasi menjadi 67 lokasi genangan. Akan tetapi, pada tahun 2013 ini ketinggian rata-rata genangan mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dari 11.13 cm menjadi 10.47 cm. Untuk perubahan
C - 91
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
durasi rata-rata genangan mengalami kenaikan signifikan hingga dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya dari 57.39 menit menjadi 109.62 menit. Berdasarkan data pengamatan terdapat 31 lokasi genangan pada Rayon Wiyung. Jumlah ini lebih besar dibandingkan jumlah lokasi tahun sebelumnya yang hanya 4. Total luas genangan tahun 2013 ini adalah 11.77 Ha dengan lokasi terluas 1.78 Ha di Jl. Wiyung V-VI dan terkecil 0.03 Ha di Lontar Lidah Kulon (2). Sedangkan durasi rata-rata terjadinya genangan adalah antara 10 – 15 menit. Tetapi genangan pada daerah Bangkingan terjadi lebih dari 24 jam. Ketinggian rata-rata genangan pada rayon ini berada pada kisaran 10 – 20 cm pada dominan lokasi genangan. Secara umum, genangan tahun 2013 genangan mengalami kenaikan dibandingkan genangan tahun 2012. Kenaikan terjadi pada jumlah luas, tinggi hingga durasi terjadinya genangan. Kenaikan yang terjadipun cukup signifikan dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan pengamatan di Rayon Tandes tahun 2013 terdapat 25 lokasi genangan dengan total luas 11.02 Ha. Genangan terbesar 5.57 Ha di Jl. Sumberejo dan terkecil 0.03 Ha di Jl. Balong Sari Timur. Rayon ini memiliki tinggi rata-rata genangan 35 cm dengan kisaran antara 20 – 80 cm. Titik tertinggi genangan terjadi pada Jl. Gendong (bawah Tol) menyebabkan lamanya durasi genangan tinggi yaitu 3600 menit (60 jam). Sedangkan durasi tersingkat adalah 20 menit pada Jl. Simomulyo.
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
Hasil pengamatan menunjukkan data genangan pada Rayon Jambangan tahun 2013. Terdapat 44 lokasi genangan dengan total luas mencapai 67.12 Ha. Luas genangan terbesar mencapai 24.61 Ha di Keputih dan terkecil hanya 0.1 Ha pada Rungkut Menanggal DSK. Genangan pada rayon ini mampu mencapai ketinggian ratarata 19.77 cm dengan variasi ketinggian 5 – 40 cm. Selain itu, Rayon Jambangan ini memiliki durasi rata-rata genangan 94 menit dengan durasi terlama 300 menit (5 jam) di Ketintang Permai dan Ketintang Madya serta durasi tersingkat 30 menit di Jl. Raya Nginden s/d Bratang Binangun dan Wonorejo Selatan. Apabila hasil pengamatan 2013 dibandingkan dengan pengamatan tahun 2012, maka genangan di rayon ini mengalami penurunan dalam luas genangan tetapi kenaikan dalam durasi terjadinya genangan. Luas genangan dari 604.45 Ha menjadi 67.12 Ha dan durasi dari 73.27 menit menjadi 94 menit. Sedangkan ketinggian rata-rata relatif sama yaitu 20 cm. Bila kita melihat data hasil survey genangan tahun 2012 dan 2013 di setiap rayon, lokasi-lokasi yang dipantau genangannya pada tahun 2012 sebagian besar berbeda dengan lokasi yang dipantau pada tahun 2013. Sehingga sangat sulit untuk mengevaluasi perubahan tinggi, lama dan luas genangan untuk masing masing lokasi. Dengan demikian tidak dapat dilakukan monitoring keberhasilan penanganan genangan di masing-masing lokasi. Evaluasi yang dapat dilakukan adalah untuk setiap rayon, dimana dapat diban-
C - 92
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
dingkan luas total, rata-rata tinggi genangan dan rata-rata lama genangan setiap rayon antara tahun 2012 dan 2013 apakah terjadi peningkatan atau penurunan.
Hasil perbandingan genangan antara tahun 2012 dan 2013 untuk masingmasing rayon dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbandingan genangan setiap rayon antara tahun 2011-2013 Rayon
Tinggi (cm) 2011
Luas (Ha)
Lama (mn)
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
Wiyung
24.2
18.8
15.3
181.8
5.0
11.8
32.7
30.0
15.6
Gubeng
13.7
15.1
8.1
292.7
258.2
22.5
34.2
41.4
48.5
Tandes
27.1
34.9
37.1
697.6
707.9
11.0
105.8
64.8
197.4
Genteng
15.7
11.1
10.5
212.9
37.9
68.4
47.2
58.6
109.6
Jambangan
21.9
20.0
19.8
827.7
604.5
67.1
71.1
73.3
94.1
Total
102.6
99.9
90.7
2212.7
1613.6
180.8
291.0
268.0
465.2
Rata-rata
20.5
19.9
18.1
442.6
322.7
36.2
58.2
53.6
93.0
Tinggi genangan antara tahun 2011, 2012 dan 2013, Rayon Gubeng, Genteng, Wiyung dan Jambangan mengalami penurunan, kecuali Rayon Tandes yang mengalami kenaikan. Genangan di daerah Tandes ini sebagian besar di sebabkan oleh luapan Kali Lamong. Untuk luas genangan perbandingan antara tahun 2011, 2012 dan 2013 terjadi penurunan di Rayon Gubeng, Tandes, dan Jambangan. Luas genangan di Rayon Genteng dan Wiyung mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan lama genangan terjadi penurunan hanya di Rayon Wiyung saja, sedangkan di rayon Genteng, Gubeng, Tandes dan Jambangan terjadi kenaikan. Bila hanya melihat perbandingan luas, tinggi dan lama genangan antara tahun satu dengan yang lain tidak dapat disimpulkan apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Satu rayon dapat terjadi kenaikan luas genangan namun
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
lama dan tinggi genangan bisa turun dan sebaliknya.
Gambar 1. Perbandingan tinggi genangan setiap rayon tahun 2011-2013
Gambar 2. Perbandingan luas genangan setiap rayon antara tahun 2011-2013
C - 93
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
ngunan sarana dan prasarana drainase karena lokasi genangan yang di survey dari tahun ke tahun tidak sama.
Gambar 3. Perbandingan lama genangan setiap rayon antara tahun 2011-2013 Dengan mengacu pada data luas, tinggi dan lama genangan dari RPJMD tahun 2010-2015 dan hasil perhitungan analisa ini, total luas, tinggi rata-rata dan lama rata-rata genangan di Kota Surabaya dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan. Penurunan secara signifikan terjadi sampai tahun 2009, setelah tahun 2009 penurunan genangan cukup kecil. Hingga tahun 2013 total luas genangan di Kota Surabaya telah turun kurang dari 1500 Ha. Lama genangan secara rata-rata dapat diturunkan hingga tinggal 1 jam. Sedangkan tinggi genangan rata-rata dapat diturunkan menjadi kurang dari 20 cm. Perubahan tinggi dan lama genangan pada ke tiga grafik Gambar 4-6 adalah tinggi dan lama genangan rata-rata yang diperoleh dari data semua rayon yang ada di Kota Surabaya. Sedangkan luas genangan adalah luas genangan total untuk seluruh Kota Surabaya. Bila kita lihat grafik-grafik di bawah maka diperoleh bahwa terjadi tren penurunan tinggi, luas dan lama genangan di Kota Surabaya dari tahun ke tahun. Namun demikian kita sulit mengevaluasi keberhasilan program penanganan genangan dengan pemba-
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
Gambar 4. Perubahan Lama Genangan kota Surabaya
Gambar 5. Perubahan Luas Genangan Kota Surabaya
Gambar 6. Perubahan Tinggi Genangan Kota Surabaya Dampak yang ditimbulkan oleh genangan bila dilihat dari indikatornya memiliki bobot yang berbeda-beda. Sebagai contoh tinggi genangan memiliki bobot yang menimbulkan dampak lebih buruk dari pada luas maupun lama genangan. Jalan yang
C - 94
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
tergenang dengan ketinggian tertentu dimana kendaraan tidak bisa melaluinya akan menyebabkan lalu lintas macet total, demikian pula bila menggenangi pemukiman akan merusak harta benda. Sedangkan jalan yang tergenang cukup lama atau luas tetapi kedalamannya rendah dapat mengganggu lalu lintas tetapi tidak sampai kendaraan berhenti total. Dengan demikian setiap indikator genangan perlu diberikan pembobotannya lalu dilakukan perhitungan skor genangan di masing masing lokasi. Dengan adanya skor genangan maka penilaian keberhasilan penanganan genangan menjadi lebih mudah. Bila suatu lokasi dihitung skornya mendapatkan nilai tinggi maka dapat dikatakan di lokasi tersebut terjadi genangan tinggi atau drainasenya buruk. Sebaliknya lokasi yang memperoleh skor rendah dapat dikatakan bahwa lokasi tersebut genangannya rendah atau sistem drainasenya baik. Dengan menggunakan skor penilaian keberhasilan program pembangunan drainase untuk menurunkan genangan menjadi lebih mudah. Skor yang diperoleh sudah mencakup semua indikator genangan seperti luas, lama dan tinggi genangan. Tabel 2 menampilkan nilai bobot genangan yang digunakan oleh SDMP, Urban Development Guideline and Technical Standard (UDGATDS) dan survey genangan di Surabaya.
Tabel 2. Nilai Bobot genangan Nilai
Parameter SDMP
UDGATDS
SURVEY
Kedalaman Genangan 100
>0.7 m
>0.5 m
>0.5 m
75
0.5-0.7 m
0.3-0.5 m
0.3-0.5 m
50
0.3-0.5 m
0.2-0.3 m
0.1-0.3 m
25
0.1-0.3 m
0.1-0.2 m
0.05-0.1 m
0
< 0.1 m
< 0.1 m
< 0.05 m
Luas Genangan 100
>40 Ha
>8 Ha
>1.5 Ha
75
20-40 Ha
4-8 Ha
1-1.5 Ha
50
10-20 Ha
2-4 Ha
0.5-1.5 Ha
25
5-10 Ha
1-2 Ha
0.1-0.5 Ha
0
< 5 Ha
<1 Ha
<0.1 Ha
Lama Genangan 100
>6 jam
>8 jam
5 jam
75
4-6 jam
4-8 jam
2-5 jam
50
2-4 jam
2-4 jam
1-2 jam
25
1-2 jam
1-2 jam
0.5-1 jam
0
< 1 jam
< 1 jam
<0.5 jam
Perbandingan perhitungan genangan dengan metode SDMP, UDGATDS (standar) dan hasil survey untuk tahun 2011-2013 ditampilkan pada gambar-gambar berikut.
Gambar 7. Perbandingan skor genangan tahun 2011
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
C - 95
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Gambar 8. Perbandingan skor genangan tahun 2012
Gambar 12. Perbandingan nilai skor genangan rayon Tandes
Gambar 9. Perbandingan skor genangan tahun 2013
Gambar 13. Perbandingan nilai skor genangan rayon Genteng
Gambar 10. Perbandingan nilai skor genangan rayon Wiyung
Gambar 14. Perbandingan nilai skor genangan rata-rata Kota Surabaya
Gambar 11. Perbandingan nilai skor genangan rayon Gubeng
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat perbandingan nilai skor genangan yang terjadi di wilayah Surabaya selama tahun 2012-2013. Rayon Gubeng, Wiyung dan Jambangan mengalami penurunan skor rata-rata genangan secara signifikan. Sedangkan Rayon Genteng hanya mengalami sedikit penurunan. Sedangkan Rayon Tandes mengalami penurunan tahun 2012 dan naik skor genangannya pada tahun 2013.
C - 96
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Tabel 3. Skor genangan masing-masing rayon RAYON
2011
Tahun 2012
2013
Wiyung
51.25
35.63
24.27
Gubeng
33.23
33.20
20.27
Tandes
59.08
43.41
52.60
Genteng
38.38
28.13
27.84
Jambangan
50.61
44.16
44.35
Rata-rata
46.51
36.91
33.87
4. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal antara lain: 1. Pembangunan sarana dan prasarana drainase telah berhasil menurunkan genangan yang terjadi di Kota Surabaya secara signifikan mulai dari tahun 2005 sampai 2013. Hingga tahun 2013 total luas genangan di Kota Surabaya telah turun kurang dari 1500 Ha. Lama genangan secara rata-rata dapat diturunkan hingga tinggal 1 jam. Sedangkan tinggi genangan rata-rata dapat diturunkan menjadi kurang dari 20 cm. 2. Hasil skor genangan untuk setiap rayon di Kota Surabaya rata-rata menunjuk tingkat genangan rendah, menunjukkan bahwa sistem drainase Kota Surabaya baik. Dengan interval nilai dari 0 (sangat baik) sampai dengan 100 (Sangat buruk), skor genangan Kota Surabaya tahun 2013 sebesar 33.87, nilai ini turun dari skor tahun 2012 sebesar 36.91. 3. Walaupun secara rata-rata genangan yang terjadi di Kota Surabaya rendah, namun bila di lihat lebih detail pada masing-masing lokasi
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
genangan masih terdapat beberapa lokasi yang terjadi dengan luas, tinggi dan lama genangan cukup besar terutama daerah yang terdampak meluapnya banjir Kali Lamong dan Kali Kedurus sehingga menimbulkan gangguan. 4. Dengan menggunakan metode skoring dimana masing-masing indikator genangan memiliki nilai dan prosentase, dapat diketahui skor genangan yang dapat dengan mudah untuk menilai keberhasilan program penanganan genangan. Daftar Pustaka American Society of Civil Engineers and the Water Pollution Control Federation, (1969) Design and Construction of Sanitary and Storm Sewers. Sri Harto. (1993), Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Dinas Pematusan Kota Surabaya. (2000) Surabaya Drainage Master Plan (SDMP). Surabaya. Chow, V. T., (1997), Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga: Jakarta. Loebis, J., (1984), Banjir Rencana untuk Bangunan Air. Jakarta: Badan Penerbit. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 18 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surabaya 2010-2015 Soemarto, C., (1997), Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. Soewarno, (1995), Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data. Bandung: Nova.
C - 97
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN 2301-6752
Subarkah, I., (1980), Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma
Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air
C - 98