Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015
Evaluasi Program Bus Sekolah Di Kota Surabaya Oktavianus Wijaya Ardhya Kusuma Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract School bus program is one of the government's efforts to reduce vehicle users who are still underage. This research has aim to solve the problem of research on school bus program which are held by the Department of Transportation in Surabaya. This depends on the conditions and phenomenon of vehicle users which are still underage. The l ocation which is taken for doing this research is in the Department of Transportation in Surabaya . From the analysis result can be got a conclusion that the implementation of the school bus program in Surabaya has not worked well enough. In evaluating the program is used a formative evaluation as a measuring tool that is conducted periodically. Those evaluation process has aim to repair those program in the future.. Keywords: Program Evaluation, School Bus Policy
Pendahul uan Kebijakan pada umu mnya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, financial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Ide kebijakan publik mengandung anggapan bahwa ada satu ruang atau domain dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik indiv idual, tetapi milik bersama atau milik u mu m (Parson,2006:3) Kebijakan yang dibuat dan diatur oleh pemerintah merupakan sebagai bentuk evaluasi atas proses yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan yang maksimal. Dalam transportasi, bidang tersebut merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari di bidang ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikan, sehingga perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana agar transportasi dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Kenyataan yang terjadi, kemacetan selalu menjad i masalah terutama di kota-kota besar, sehingga menghambat laju kelancaran transportasi. Hal in i tidak lepas dari mobilitas yang tinggi, gaya hidup yang dinamis dan relatif cepat menuntut akan adanya solusi untuk mengurangi kemacetan. Laju tingkat konsumtif penduduk akan tersedianya kendaraan bermotor, menjadikan transportasi bertambah dari tahun ke tahun sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam tingkat kemacetan. Oleh karena itu manusia tidak bisa dipisahkan dengan transportasi karena manusia sangat membutuhkan transportasi untuk menunjang hidupnya. Pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuas kan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.
Pemerintah dalam upaya untuk mengurangi kemacetan menyediakan alat transportasi angkutan umu m yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang ada. Selain untuk mengurangi kemacetan, alat transportasi angkutan umu m berfungsi agar masyarakat yang sering membawa kendaraan pribadi dapat berpindah ke alat angkutan umum seperti bus kota, mikro let, dan lain-lain. Ruas – ruas jalan di ibu kota Jawa Timur ini d ipadati oleh kendaraaan bermotor sehingga kepadatan pada jam-jam sibuk selalu terjad i disetiap ruas jalan. Setiap tahunnya terjadi peningkatan kendaraan bermotor yang berdampak pada kepadatan. Hal tersebut berdampak pada kemacetan yang sering terjadi d i jalan-jalan protokol d i Su rabaya .
Kemacetan yang terjadi di kota Surabaya mengakibatkan kerugian di banyak hal, baik waktu maupun tenaga. Waktu masyarakat tersita akibat kemacetan sehingga mereka harus pandai-pandai mensiasati waktu agar mereka tidak terlambat saat berangkat bekerja. , lalu pemborosan penggunaan BBM, usia kendaraan yang semakin tua. Kemacetan selalu membawa dampak buruk bagi pengguna jalan raya. Agar kemacetan dapat dihindari, maka minat penduduk untuk menggunakan angkutan umum perlu ditingkatkan sehingga pemakaian kendaraan pribadi dapat berkurang. Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur dan Surabaya merupakan kota metropolitan kedua dengan jumlah penduduk sebesar 2.846.917 jiwa menjad ikan kota Surabaya sebagai pengguna transportasi terbesar kedua setelah kota Jakarta. Penduduk kota Surabaya membutuhkan transportasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena transportasi merupakan alat penghubung dari satu daerah ke daerah lain yang ingin ditu ju Pemerintah dalam upaya untuk mengurangi kemacetan menyediakan alat transportasi angkutan umu m yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan
1
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015 yang ada. Selain untuk mengurangi kemacetan, alat transportasi angkutan umu m berfungsi agar masyarakat yang sering membawa kendaraan pribadi dapat berpindah ke alat angkutan umum seperti bus kota, mikro let, dan lain-lain
menggunakan kendaraan pribadi untuk berakt ifitas ke sekolah.
Tabel 1.1. Ju mlah Angkutan Umu m d i Kota Surabaya
Tabel 1.2. Ju mlah Penu mpang Pelajar Pengguna Angkutan Umu m
Jumlah
Unit
%
No
Jenis Angkutan Umum
1
Angkutan Kota ( Bemo )
5.016
48%
2
Taksi
4.856
46%
3
Bus Perum Damri
364
3%
4
Bus PO Swasta
215
3%
Jumlah
10.451
100%
Kendaraan
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya 2014 Tabel di atas menjelaskan bahwa angkutan umu m sangat banyak di Surabaya, ju mlah angkutan umu m pun mencapai 10.451 unit kendaraan yang terdiri dari bemo, taksi, dan bus. Angkutan kota (bemo) memiliki 5016 unit kendaraan atau dalam persen mencapai 48% dari total angkutan umu m yang ada di kota Surabaya, kemudian taksi memiliki 4856 unit kendaraan atau 46%. Adapun bus untuk angkutan umu m memiliki 579 armada atau unit kendaraan yang terdiri dari 364 Bus Damri (3%) dan 215 unit kendaraan (3%) milik Bus PO Swasta. Bus kota merupakan angkutan umum yang mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah perkotaan dengan menggunakan mobil (berukuran besar) bus umu m yang terikat dalam trayek angkutan tetap dan teratur. Bus kota seringkali beroperasi di kota-kota sedang, besar dan metropolitan. Bus kota sendiri di buat sebagai alat transportasi umum yang dapat digunakan masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari, selain itu juga sebagai salah satu solusi kemacetan yang sering terjadi. Menurut Undang-Undang No 22. Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, bus kota sebagai angkutan jalan yang dapat mengangkut banyak orang, mampu menyelenggarakan lalu lintas sebagai angkutan umum. Dengan adanya bus kota, masyarakat tidak harus membawa kendaraan pribadi untuk melaku kan akt ivitas sehingga tidak memenuhi volume kendaraan di jalan. Seiring berkembangnya alat transportasi di Surabaya serta melihat begitu besarnya peran masyarakat dalam penggunaan transportasi umum sebagai bentuk upaya mengurangi kemacetan kota. Transportasi juga tidak b isa lepas dari para pelajar. Fasilitas angkutan umum tersebut juga bisa di gunakan para pelajar sebagai aktifitas sehari-hari. Mengapa demikian, agar para pelajar tidak perlu
Tahun
Angkot/ Bemo
2011 2012 2013 Jumlah
1.748.395 1.268.195 1.447.530 4.464.120
%
Bus Kota
%
39% 28% 33% 100%
900.510 1.302.435 1.174.482 3.377.427
27% 38% 35% 100%
Sumber : Dio lah dari Data Jurnal Rekayasa Teknik Sip il UB 2013 Menurut tabel di atas, para pelajar yang menggunakan angkutan umum pada tahun 2011 mencapai 2.648.905. Lalu kemudian pada tahun 2012 dan 2013 para pelajar mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak terlalu signifikan yaitu masing – masing 2.570.630 dan 2.622.012 atau. Khusus pelajar yang menggunakan bus kota umum pada tahun 2012 terjadi kenaikan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya sekitar 11% atau dari ju mlah penumpang 900.510 naik menjadi 1.302.435. Ke mudian pada tahun 2013 mengalami penurunan sekitar 3 % dari tahun 2012. Jumlah pengendara sepeda motor dibawah umur pun sebenarnya cukup banyak namun sangat mustahil menghitung semua pengendaranya dikarenakan Surabaya sangat luas dan jumlah penduduknya banyak. Namun terdapat banyak pelanggaran sepeda motor karena dikendarai anak dibawah u mur yang tidak memiliki surat ijin mengemudi (SIM), mereka terjaring saat razia ataupun melakukan pelanggaran lalu lintas. Tabel 1.3. Kasus Pelanggaran Sepeda Motor Di bawah Umur Di Surabaya 2013 Jumlah Prosentase Bulan Pengendara (%) Yang Di Tilang Januari 2013 346 11 % Februari 2013 390 12 % Maret 2013 376 11,5 % April 2013 489 15 % Mei 2013 455 14,5 % Juni 2013 357 11 % Juli 2013 266 8,5 % Agustus 2013 517 16,5 % JUM LAH 3196 100% Sumber : Sat lantas Polwiltabes Surabaya 2014 Dari data di atas dapat dilihat selama tahun 2013 dari bulan Januari sampai bulan Agustus terdapat 3196 pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pelajar di
2
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015 bawah umur yang terjaring polisi. Bu lan Januari terdapat 346 (11%) pelanggaran yang terjadi, kemudian bulan Februari mengalami kenaikan 1% dengan jumlah pelanggaran 390 (12%). Proses naik turun jumlah pengendara yang terjaring razia polisi lalu lintas terhadap pengendara yang di bawah umur selalu terjadi tiap bulannya. Namun khusus bulan April dan Mei mengalami kenaikan 4% dari ju mlah pelanggaran masing-masing tiap bulannya 489 (15%) dan 455 (14,5%). Beg itu juga pada bulan Agustus mengalami puncak pelanggaran paling banyak yaitu mengalami kenaikan 1% dari bulan Mei. Pada bulan Agustus terdapat 517 (16,5%) pelanggaran, itu dikarenakan tahun ajaran baru sekolah yang banyak pelajar membawa motor sendiri atau memilik motor baru. Dalam transportasi publik khususnya kendaraan bus di kota Surabaya, Dinas Perhubungan Surabaya selaku lembaga pemerintahan memiliki program mengenai Bus Sekolah sebagai bentuk inovasi dalam transportasi publik yang dikhususkan untuk para pelajar. Program dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengenai bus sekolah berdasar pada keputusan peraturan kementerian direktur jenderal perhubungan darat nomor : SK.967/AJ.202/ DRJD/ 2007 tentang penyelenggaraan angkutan sekolah. Dalam kebijakan tersebut bus sekolah merupakan suatu angkutan sekolah yang perlu diselenggarakan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan angkutan sekolah yang efektif dan efisien. Bus sekolah di Kota Surabaya pertama kali d i operasikan pada tahun 2008 h ingga sekarang setelah keluarnya surat keputusaan Dirjen Perhubungan Darat. Bus sekolah ini sendiri beroperasi dengan bertujuan sebagai angkutan sekolah dan meminimalisir pengguna kendaraaan bermotor d i bawah u mur. Tabel 1.4. Ju mlah Penu mpang Bus Seko lah di Kota Surabaya Tahun 2010 – 2013 Jumlah Persentase Tahun Penumpang % 2010 25.200 32% 2011 21.600 27% 2012 16.800 21% 2013 14.400 18% Total 78.000 100% Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya 2014 Dari data di atas jumlah penumpang dari tahun ke tahun semakin turun. Pada tahun 2010 ju mlah penumpang mencapai 25.200 atau sekitar 32% dari ju mlah total keseluruhan penumpang dari tahun 2010 sampai 2013. Kemud ian pada tahun berikut – berikutnya jumlah penumpang bus sekolah semakin menurun. Pada tahun 2013 terdapat hanya 14.400 penumpang atau sekitar 18% dari total ju mlah penumpang keseluruhan. Jadi penurunan tersebut
mencapai 14% dari tahun 2010 sampai 2013 selama bus sekolah tersebut beroperasi. Menurut Dinas Perhubungan bahwa yang men jadi faktor kendala dalam pelayanan kepada siswa untuk ketersediaan bus adalah banyaknya komplain dari angkutan umu m. Selama ini t rayek yang digunakan angkutan umu m selalu berbenturan dengan trayek yang digunakan oleh bus sekolah.. Kemudian pihak Dinas Perhubungan Kota Surabaya kurang mensosialisasikan program yang ada. Di pihak lain orang tua ternyata masih banyak yang belum mengetahui adanya bus sekolah sehinga merasa sosialisasinya serba masih kurang. Padahal apabila jika bus sekolah itu di tingkatkan pelayanan dan sosialisasinya, armada bus tersebut pasti akan penuh sehingga tujuan dari program bus sekolah itu sendiri akan berjalan maksimal. Dinas Perhubungan telah menyediakan 4 (empat) bus sebagai armada untuk mengangkut para siswa ke tempat tujuan dengan maksud untuk membantu para siswa khususnya dari keluarga yang tidak mampu atau untuk mengurangi bahkan men iadakan anak-anak sekolah yang tentunya belum memenuhi persyaratan memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM) mengendarai sepeda motor atau bahkan mobil.
Sebagaimana tanggapan dari siswa yang selama in i memanfaatkan bus sekolah merasa terbantu sekali, namun kenyataannya dari 4 (empat) armada bus tersebut saat ini yang dioperasikan tinggal 2 (dua) bus. Menurut Dinas Perhubungan bahwa yang menjad i faktor kendala dalam pelayanan kepada siswa untuk ketersediaan bus adalah banyaknya komp lain dari angkutan umu m, yang selama ini mengandalkan trayek anak sekolah sebagai lahan yang sangat subur. Di pihak lain orang tua ternyata banyak yang belum mengetahui adanya bus sekolah gratis sehinga merasa sosialisasinya serba masih kurang. Metode Penelitian Penelit ian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian eksplanatif kualitatif. Strategi dalam penelitian ini d ilakukan dengan melakukan wawancara kualitatif terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan metode kualitatif. Pemilihan informan dan responden menggunakan teknik purposive sampling. Sementara pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendala m, observasi, studi doku mentasi. Tekn ik analisis data yang digunakan dalam penelitian in i meliputi reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan, Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber data.
3
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015 Hasil dan Pembahasan Deskripsi Singkat Lokasi Penelitian Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan sekaligus kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, memiliki luas wilayah sebesar 374,36 km2 dengan ju mlah penduduk yang mencapai angka 3 juta jiwa. Hal in i menjadikan Surabaya memegang peranan yang besar sebagai pusat bisnis, perdagangan, industri, pendidikan di kawasan Indonesia Timur, serta berpotensi sebagai tempat persinggahan dan permu kiman bagi kau m pendatang. Seiring dengan meningkatnya penggunaan transportasi yang ada di surabaya menyebabkan penggunaan kendaraan bermotor sehari – hari terus men ingkat. Konsekuensinya adalah para pelajar juga banyak yang menggunakan kendaraan bermott untuk beraktivitas ke sekolah. Namun apalagi banyaka juga terdapat pengguna kendaraan bermotor di bawah u mur yang masih belum memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM ). Feno mena tersebut menjadi suatu perhatian tersendiri dalam upaya pengurangan angka pengguna kendaraan bermotor di bawah u mur. Dinas Perhubungan Kota Surabaya merupakan selaku pelaksana progam bus sekolah. Dinas Perhubungan bergerak dalam macam – macam bidang yaitu bidang angkutan , bidang lalu lintas , bidang penyelenggaraan perpakiran , bidang penguji kendaraan, dan bidang pemindahan kendaraan terletak di Du kuh Menanggal Surabaya. Secara u mu m Dinas Perhubungan mempunyai tugas dan melaksanakan urusan pemerintahan dalam bidang perhubungan , lingkungan hidup dan otonomi daerah yang terdiri dari pemerintahan umu m, ad ministrasi keuangan daerah, perangkat daerah, dan kepegawaian dan persandian Hasil Pelaksanaan Program Secara Periodik Hasil pelaksanaan program yang dievaluasi secara periodik dapat menentukan apakah suatu program dapat berjalan sesuai dengan tujuan atau tidak. Sehingga jika ada kesalahan dapat di perbaiki dan dikembangkan agar program tetap berjalan. Program bus sekolah tersebut memiliki target dan tujuan. Tujuannya adalah selain sebagai angkutan sekolah namun juga turut ikut mengurangi pengguna kendaraan bermotor di bawah umur. Targetnya adalah selain angka pengguna kendaraan bermotor berkurang, dengan memaksimalkan 4 (empat) armada bus sekolah yang ada Dari hasil data yang diperoleh , dapat diketahui jika program bus sekolah masih belu m berjalan sesuai dengan target dan tujuan yang diharapkan. Semakin tahun perkembangan program bus sekolah semakin menurun jika dilihat dari para
pelajar yang menggunakan bus sekolah tersebut. Berikut ini tabel 1.5 yang merupakan perkembangan ju mlah pengguna bus sekolah dari tahun 2010-2013 Tabel 1.5. Ju mlah Penu mpang Bus Seko lah di Kota Surabaya Tahun 2010 – 2013 Jumlah Persentase Tahun Penumpang % 2010 25.200 32% 2011 21.600 27% 2012 16.800 21% 2013 14.400 18% Total 78.000 100% Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya 2014 Dalam pelaksanaan bus sekolah tersebut masih terdapat kekurangan dari segi armada yang digunakan. Armada yang berjalan hanya 2 (dua) bus sekolah dan target awalnya adalah 4 (empat) bus sekolah tersebut beroperasi semua. Itu dapat dilihat dari tabel di atas yang perkembangan pengguna bus sekolah semakin menurun Pihak pelaksana program yaitu Dinas Perhubungan Kota Surabaya melakukan evaluasi secara periodik dilakukan secara satu tahun sekali dengan memperhatikan aspek keuangan dan pelaksanaan operasional program tersebut sehari-hari. Partisipan Bergerak Menuju ke Arah Tujuan Yang Sama Untuk mengukur apakah klien / part isipan bergerak kearah tujuan yang direncanakan, dapat dilihat dari faktor yang menjadi kendala pelaksanaan dari sumber daya manusia yang sebagai para partisipan dapat ditinjau dari segi ekonomis dan segi teknologis. Dari segi ekono mis dan segi teknologis bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Para pelajar yang menggunakan bus sekolah memang sangat antusias sebagai sarana transportasi secara gratis dalam aktifitas ke sekolah. Tujuan yang diharapkan pun berjalan sesuai dengan rencana bagi para pelajar yang menggunakan bus sekolah. Selain sebagai alat angkutan sekolah, para pelajar yang biasanya menggunakan kendaraan bermotor sendiri dapat beralih menggunakan bus sekolah. Sumber Daya Yang Digunakan Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu sistem yang mempunyai implikasi yang bersifat ekono mis dan teknologis. Secara ekonomis, sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh
4
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015 organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis, sumberdaya bertalian dengan kemampuan transformasi dari organisasi. Sumber daya dapat ditinjau dari segi ekonomis dan segi teknologis. Secara ekonomis sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Dari segi ekonomi sebagai bagian dari sumber daya, rusaknya bus sebagai salah satu faktor penghambat pelaksanaan program tersebut berupa pelayanan bus sekolah. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam imp lementasi kebijakan. Imp lementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka imp lementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Pengguna bus sekolah yang enggan untuk memanfaatkannya disebabkan bus sekolah ini menggunakan bus tua dan kuno, sehingga para pelajar terkadang enggan naik dan memanfaatkan bus tersebut, bus Sekolah sudah tua, kuno dan jelek, hambatan yang terjadi adalah mengenai armada bus yang sudah tua dan lama. Bus sekolah kota Surabaya merupakan hibah dari kementerian. Jadi jika ingin diperbaiki , dana yang digunakan banyak. Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana tersebut di atas, maka untuk mengukur apakah klien / partisipan bergerak kearah tujuan yang direncanakan, maka perlu adanya suatu peremajaan dengan konsekuensi harus tersedia suatu anggaran yang tidak dimiliki oleh Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Surabaya
Sumber daya dari segi infrastruktur dapat dilihat dari armada bus sekolah yang digunakan sangat tua dan kuno sehingga mengakibatkan bus sekolah tidak memiliki daya tarik bagi para pelajar yang ingin menggunakan. Para pelajar kerap malas untuk menggunakan bus sekolah tersbut dikarenakan bus sekolah tersebut tidak dilaku kan peremajaan atau perbaikan. Selain itu rute bus sekolah yang digunakan hanya menggunakan 1 (satu) trayek dikarenakan berbenturan dengan trayek angkutan kota. Oleh karena itu jika dilihat dari tujuannya masih belum berjalan maksimal jika hanya menggunakan 1 (satu) trayek. Koreksi Penyimpangan Diketahui bahwa pelaksanaan program bus sekolah yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Surabaya telah mengikuti prosedur yang ada dan dijelaskan dengan tegas dan jelas. Namun kendala yang ada dikarenakan minat pelajar yang menggunakan bus
sekolah semakin menurun. Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana tersebut di atas nampak bahwa untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan, ternyata karena para pelaku kebijakan publik yang pasif menjadikan kesulitan untuk menentukan koreksi yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan. Perbaikan Perencanaan Dari penyimpangan – penyimpangan yang terjadi dapat dilaku kan perbaikan dengan cara peninjauan kembali. Kemudian setelah mengetahui penyimpangan dari situ dapat ditentukan perbaikan perencanaan yang sesuai dengan apa yang diinginkan agar penyimpangan – penyimpangan tersebut tidak terjadi kembali. Sebenarnya dari penyimpangan tersebut dapat diketahui juga kekurangan – kekurangan yang terjadi Memberikan balikan dengan maksud untuk memperbaiki perencanaan, standar prosedur operasi, pengunaan sumber-sumber, dan perkembangan pelaksanaan program dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ko munikasi antar pelaksana kebijakan bus sekolah tersebut perlu dikembangkan kembali dengan tujuan yang sama yakni mengembangkan kebijakan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan kebijakan publik yakn i bus sekolah sesuai dengan maksud dan tujuannya yakni mengangkut anak sekolah secara gratis dan ketersediaan bus dengan peremajaan yang selama ini d ikeluhkan oleh pengguna bus sekolah. Simpulan dan Saran Berdasarkan penyajian dan analisis data, hasil penelitian tentang evaluasi proram bus sekolah di kota Surabaya yang telah dilakukan dalam mengawasi pelaksanaan program tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata terjadi ketidakberhasilan dalam program tersebut. Itu dilihat dari tujuan yang di rencanakan tidak sesuai dengah hasil yang didapat. Program bus sekolah secara keseluruhan dirasa kurang optimal dalam melaku kan pelayanan angkutan sekolah. Jika dilihat dari tujuan evaluasi , program tersebut masih banyak kekurangan. Pelayanan yang diberikan masih kurang maksimal dan cenderung pasif. Tujuan evaluasi yang digunakan yaitu untuk mengetahui hasil pelaksanaan program secara periodik, untuk mengukur apakah partisipan bergerak sesuai dengan tujuan yang sama, untuk mengetahui sumber daya yang digunakan, kemudian untuk mengetahui koreksi penyimpangan apa saja yang telah dilaku kan, kemudian yang terakhir adalah perbaikan perencanaan. Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kebijakan program bus sekolah di Kota Surabaya tidak berjalan sebagaimana suatu kebijakan pelayanan publik yang telah digariskan dalam keputusan peraturan kementerian direktur jenderal perhubungan darat
5
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015 nomor : SK.967/AJ.202/DRJD/2007 tentang penyelenggaraan angkutan sekolah. Tujuan yang menjadi alat ukur evaluasi kebijakan bus sekolah oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya, adalah: 1) Mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik, tidak adanya komit men dari para pelaksana untuk menjalankan tujuan program bus sekolah sesuai SK.967/AJ.202/DRJD/2007 tentang penyelenggaraan angkutan sekolah yang bertujuan sebagai sarana angkutan sekolah. Hasil pelaksanaannya pun masih jauh dari harapan dengan tujuan dan target yang dilaksanakan. 2) Mengukur apakah klien / part isipan bergerak kearah tujuan yang direncanakan, para pelajar yang menggunakan bus sekolah sangat antusias dan dengan keberadaan bus tersebut. Para pelajar t idak perlu membawa kendaraan pribadi ke sekolah sehingga dapat meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor di kota Surabaya 3) Mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai dengan rencana, dari segi ekonomi kurang adanya dana untuk meremajakan bus yang sudah tua dan dari segi teknis tidak adanya keseungguhan dalam melakasanakan program merupakan suatu bukti bahwa sumber daya dari segi ekonomi tidak dicurahkan dalam pelaksanaan bus sekolah oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. 4) Menentukan koreksi apa yang harus dilaku kan jika terjadi penyimpangan, telah mengikuti aturan yang ada dan dijalankan dengan tegas dan jelas yaitu dengan cara meninjau kembali penyimpangan yang terjadi kemudian dilakukan perbaikan. Namun kendala yang ada dikarenakan minat pelajar yang menggunakan bus sekolah semakin menurun. 5) Memberikan balikan dengan maksud untuk memperbaiki perencanaan, standar prosedur operasi,pengunaan sumber-sumber, dan perkembangan pelaksanaan program, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ko munikasi antar pelaksana kebijakan bus sekolah tersebut perlu dikembangkan kembali dengan tujuan yang sama yakni mengembangkan kebijakan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan kebijakan publik yakn i bus sekolah sesuai dengan maksud dan tujuannya yakni mengangkut anak sekolah secara gratis dan ketersediaan bus dengan peremajaan yang selama ini d ikeluhkan oleh pengguna bus sekolah. Saran yang dapat diberikan melalu i penelit ian in i antara lain : 1. Perlu adanya peningkatan dalam pengembangan program bus sekolah seperti penambahan armada , peremajaan armada, dan peningkatan fasilitas bus sekolah 2. Mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik, perlu adanya evaluasi di internal Dinas Perhubungan Kota Surabaya terhadap para pelaksana guna mengontrol kinerja dari
3.
4.
5.
6.
para pelaksana yang menjalankan program bus sekolah Mengukur apakah klien / part isipan bergerak kearah tujuan yang direncanakan, men ingkatkan kembali pelayanan kepada para pelajar dalam operasional bus sekolah, sehingga para pelajar yang mengunakan dapat terus bertambah Mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai dengan rencana, para pelaksana perlu mempertimbangkan kembali dana yang harus disiapkan untuk peremajaan bus sekolah sebagai bentuk pengembangan program bus sekolah. Menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan, diperlukan kesadaran dari para pelaksana agar tidak pasif dan bersikap aktif dalam pelaksanaan program bus sekolah Memberikan balikan dengan maksud untuk memperbaiki perencanaan, standar prosedur operasi,pengunaan sumber-sumber, dan perkembangan pelaksanaan program, men ingkatkan sosialisasi kepada para pelajar dan orang tua murid agar menggunakan bus sekolah sehingga tercipta kesadaran bagi para pengguna kendaraan bermotor yang dibawah umur untuk beralih menggunakan bus sekolah.
Daftar Pustaka Bungin, B, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Dwijowojoto, R. N. 2004, Kebijakan Publik Formula: Formula, Implementasi dan Evaluasi, Elex Media Ko mputindo, Jakarta. Dunn, William N, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik . Gajah Mada University Press Edward III, George, C. 1986. Implementing Public Policy, Congressional Quarterly Press, Washington Ndraha, T. 2003, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta. Nugroho, Riant D, 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara – Negara Berkembang. Gramedia, Jakarta. Moleong, L. J. 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke dua puluh Sembilan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Parsons, W. 2005, Public policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta
6
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei – Agustus 2015 Parson, Wynne . 2006, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan Publik . Kencana, Jakarta Siagian, S. P. 2004, Manajemen Stratejik , PT. Bu mi Aksara, Jakarta Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Cetakan ke empat.A lfabeta, Bandung Supriyanto, S., Damayanti, N. A. 2007, Perencanaan dan Evaluasi. Airlangga University Press, Surabaya Thoha, M. 2003, Di mensi – Dimensi Prima Il mu Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Thoha, M. 2010, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Cetakan ke tiga, Kencana Jakarta. Wahab, S. A. 2008, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, PT. Bu mi Aksara, Jakarta. Winarno, B. 2007, Teori dan Proses Kebijakan Publik . Cetakan ke tiga. Media Pressindo, Yogyakarta. Wirawan. 2011, Evaluasi : Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi, Raja Wali Pers, Jakarta.
7