ISSN 1693-7945
ETOS KERJA MIGRAN WONG DERMAYU DI KAWASAN JABODETABEK Oleh: Ace Setiadhi K Fakultas Ilmu Politik dan Pemerintah (FISIP) Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerja dan sebaran migran Wong Dermayu di kawasan Jabodetabek. Dengan meneliti sebaran dan etos kerja migran wong dermayu di jabodetak sehingga pemerintah daerah khususnya pemerintah Kabupaten Indramayu bisa peduli terhadap kondisi masyarakat di Indramayu dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Metodelogi dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan informasiinformasi dan sebaran melalui survai langsung, wawancara dan kuesioner. Kata Kunci: Sebaran dan Etos kerja, Migran Wong Dermayu PENDAHULUAN Banyak persoalan yang menimbulkan berbondong-bondongnya masyarakat desa ke kota diantaranya disparitas pendapatan mayarakat kota dan desa yang terlalu lebar. Oportunitis dikota lebih besar yang meliputi kesempatan bekerja, berusaha dan bahkan sampai pada kesempatan melakukan penipuan dan kriminal bagi mendapatkan keuntungan sesaat sangat besar di perkotaan. Seperti halnya di banyak Negara berkembang seperti Indonesia, penduduk akan berkosentrasi di kota-kota metropolitan, desa mereka anggap semakin tidak member rezeki yang seimbang dengan kota, namun kalau ini dibiarkan kesenjangan desa kota akan semakin lebar. Kenapa demikian, ternyata para migran dari desa pada umumnya kaum terpelajar, yang cerdik, yang dinamis karena frustasi didesa, tidak mendapat kepuasan dari berbagai pelayanan pemerintahan di daerahnya atau kurang puas dengan apa yang diraih di peroleh di daerahnya atau mereka yang dinamis dan memiliki etos kerja tinggi yang tidak tersalurkan di daerahnya. Menurut Ir.Hariri Hadi (Deputi Bappenas, 1984), menyatakan sektor pedesaan sudah tidak mampu lagi menampung pertambahan pendduduk, sehingga terjadi perpindahan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan dalam jumlah besar. Arus urbanisasi tersebut telah penulis amati sejak dasawarsa ‘80an sampai ‘90an ternyata tidak pernah surut, bahkan memasuki era millennium ketiga, pasca krisis moneter yang terjadi di Indonesia Tahun 1998, Urbanisasi besar-besaran dengan dalih kemiskinan dan kehilangan mata pencaharian (karena banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan). Sampai saat ini sudah melampaui batas kritis dan system prasarana dan sarana kota banyak yang hancur karena harus menerima beban tekanan penduduk yang begitu besar dari para migrant yang tidak masuk dalam hitungan perencanaan pembangunan. PEMBAHASAN 1.1 Bergunakah Wong Dermayu Bagi Daerah Tujuan dan Asal Pada hampir setiap kesempatan diskusi, seringkali migran itu dijadikan kambing hitam dari setiap kegagalan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan, tidak bercermin pada sosok H. Ali Sadikin atau Bang Yos yang dapat membangun kota Jakarta, padahal kedua tokoh itu awalnya merupakan migran. Sehingga tujuan pengamatan ini antara lain untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Wong Dermayu di Daerah tujuan migran mereka dan seberapa besar mereka bisa memberikan pencerahan pada daerah asalnya. 1.2 Cara Penelusuran Untuk mengetahui peta wong Dermayu di kawasan perkotaan disekitar Jakarta (JABODETABEK) ternyata tidak terlalu sulit, asal kita tahu jaringan mereka. Dalam rangka mencari tahu darimana mereka bermigrasi dapat diperoleh melalui moda pengangkutan mereka yaitu bus dan kereta api. Sedangkan untuk mengetahui aktifitas apa dan bagaimana mereka di 3
ISSN 1693-7945
daerah tujuan, dilakukan melaui wawancara dengan para pelaku yaitu mereka yang bermigrasi, akan mendapatkan kesulitan kalau kita menggunakan Quisioner, sedangkan wawancara saja kalau tidak menggunakan bahasa dermayonan relative sulit. 2.3 Karakteristik Wong Dermayu Terbentuknya kultur Wong Dermayu sebenarnya merupakan bagian dari sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia yakni pada saat Laskar Mataram menyerang Batavia, prajurit Mataram tersebar di jalur pantura, termasuk Indramayu. Pada sisi lain dimana tokoh Aria Wiralodra merupakan sosok perintis babad Indramayu, walau jauh sebelum itu di Indramayu ada satu kerajaan yang dikenal dengan Kerajaan Manukrawa, yang merupakan bagian kerajaan Tarumanegara.
1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Indramayu Merupakan salahsatu kabupaten yang berada di Wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak pada 107o. 52' - 108o . 36' Bujur Timur dan 6o . 15' - 6o . 40' Lintang Selatan, merupakan daerah tropis di kawasan pantai utara pulau jawa. Karena merupakan dataran rendah, kemiringan lahannya berkisar antara 0 – 2 %. Kabupaten Indramayu terbagi menjadi 31 Kecamatan dengan luas wilayah 204.011 Ha, terdiri atas 119.752 Ha (58%) merupakan tanah sawah. Dengan kondisi ini Indramayu sejak Tahun 1970-an merupakan lumbung padi Jawa Barat dan bahkan Nasional. Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu pada TAhun 2004 adalah 1.686.582 jiwa, Tahun 2005 menjadi 1.697.986 jiwa, pada TAhun 2007 menjadi 1.717.793 Jiwa dan Tahun 2008 mencapai 1.732.674 Jiwa. Dengan deikian laju pertumbuhan penduduk rata-rata selama empat tahun terakhir sebesar 0,760. 2.2.3 Perekonomian Indramayu Produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu pada Tahun 2008 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 40.934.412,15 Juta, sektor industri menyumbang ±44%, pertambangan dan penggalian ± 23%, pertanian ± 13 %, jasa hotel dan restoran 12 %. Suatu angka yang kurang baik bagi Indramayu mengingat dominasi pemanfaatan lahan dan tenaga kerja di sektor pertanian, tapi PDRB sector tersebut masih sangat rendah. Kalau dicermati lebih jauh, PDRB Kabupaten Indramayu atas harga berlaku tanpa minyak dan gas bumi pada Tahun 1006 sebesar Rp. 10.813.762,59 Juta pada TAhun 2008 meningkat menjadi Rp 14.510.453,70 juta. Sekalipun demikian keadaannya, Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang memiliki dinamika ekonomi masyarakat yang cukup baik karena Wong Dermayu tidak bertumpu pada kondisi daerahnya, Wong Dermayu merupakan etnis yang mobile, terbukti dengan jumlahTKI dan migrant Indramayu keluar negeri dan keluar daerah cukup banyak. 2.2.4 Etos Kerja Wong Dermayu Suatu ukuran yang belum bisa dijadikan rujukan, bahwa etos kerja Wong Dermayu sangat baik dibandingkan dengan masyarakat Jawa Barat pada umunya. Para petani Indramayu sangat produktif, mereka bekerja lebih dari enam jam dalam sehari tidak ada hari tanpa kerja. Ada yang sangat menakjubkan sampai mereka kekurangan jam kerja, seperti para petani sehabis tandur dan ngrambet (ngopeni sawah) di desanya, mereka menunggu panen pergi ke kota Tanggerang dan Bekasi untuk bercocok tanam di lahan-lahan kosong. Bupati Tanggerang (2006) mengatakan salut sama orang Indramayu, karena mereka lahan-lahan kosong (lahan tidur) yang belum dibangun oleh para penguasa Pasca krisis moneter diolah oleh orang Indramayu menjadi produktif. Demikian halnya dengan para nelayan, pada musim-musim tertentu mereka digiring ke Jakarta dan sekitarnya. Mereka bekerja untuk juragannya baik dari Indramayu atau bukan orang Indramayu. Para nelayan dan awak kapal nelayan Indramayu di kalangan para nelayan terkenal gigih dan kuat bekerja, sehingga para juragan kapal senang kalau mengerjakan nelayan dari Indramayu. Dari sekian banyak sisi positif Wong Dermayu di kawasan JABODETABEK, ada sisi negatifnya yakni ada diantara mereka yang tidak meninggalkan pesta miras dan judi keprok. 4
ISSN 1693-7945
2.4 Sebaran Migran Wong Dermayu di Jabodetabek 2.4.1 Asal dan Tujuan Migran Kabupaten Indramayu dengan tiga puluh satu kecamatan, kalau ditelaah secara seksama lebih dari 15 kecamatan penduduknya memiliki kemampuan bermigrasi, berpindah atau mobile. Diantarannya hampir seluruh kecamatan yang dilintasi oleh jalur jalan regional pantura memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, selain itu kecamatan yang berada jauh dari jalur pantura ada juga yang memiliki mobilitas cukup tinggi seperti Tukdana, Junti dan Lelea. Apabila dipetakan sebaran migrant daerah asal hamper merata dari berbagai kecamatan, tapi tidak semua desa yang ada di kecamatan tersebut memiliki potensi migrant yang sama, seperti dari Kecamatan Tukdana yang dominan hanya dari desa Gadel dan Bodas. Dari Kecamatan Juntinyuat hanya Desa Tinumpuk dan Dadap sedangkan desa lain bukan tidak ada tetapi tidak banyak. Tujuan migran pada dasarnya mengelompok berdasarkan komunitas asal desa/kecamatan dan kota tujuan atau daerah tujuan migrant. Sarana angkutan pun sepertinya sudah berlangganan/menetap. Bahkan masing-masing bis sudah memiliki nama julukan yang khas tidak asing lagi, bahkan nama julukan tersebut lebih popular dari nama perusahaan bis itu sendiri, Seperti: 1. Prabu Wiragora, yang mangkalnya di Tinumpuk, lebih popular darinama perusahaan bus-nya Bhineka dengan tujuan Tanggerang dan sekitarnya. 2. Ganas, yang mangkalnya di Karangampel tujuan Jakarta ke Prumpung, membawa nelayan dan sekitarnya. 3. Demba, mangkal di Karangampel dan Lombang tujuan Kaliangke dan Rawa Dadap, membawa nelayan. 4. Korpel mangkal di Karangampel tujuan Cilincing Jakarta membawa nelayan. 5. Wirog, mangkal di Tinumpuk, tujuan Jakarta, Tanggerang membawa pengebun, pertukangan, pedagang asong dan lain-lain. 6. Raden, Gadingan, Rawasari membawa pedagang asongan, pemulung dan daur ulang sampah. Asal Migran Kecamatan/Desa Kecamatan Tukdana, Gadel, Bodas Kecamatan Indramayu
Daerah Tujuan Migran Kab. Tanggerang, Kota Tanggerang Kota Tanggerang Selatan, Cikarang Kota/Kab. Bekasi bahkan Lampung
Komunitas migran ini menggunakan sarana transport bis yang start awal dari tinumpuk (Bhineka Wiragora) - Lelea, Sukamulya, Karangkerta
Kab. Tanggerang, Kota Tanggerang Kota Tanggerang Selatan
- Sukra, Patrol, Arahan, Jangga Losarang
Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Jakarta (pejompongan), Tanggerang
- Karangampel, Juntinyuat, Dadap Parean, Kandanghaur, Eretan
Jakarta, Tanggerang, Banten Rawa Buaya, Rawa Badak, Rawadadap Kaliangke dan sekitarnya.
- Haurgeulis, Gabuswetan
Jakarta, Bekasi, Tanggerang sampai Ke Lampung.
2.4.2 Kegiatan Migran di Kota Tujuan 5
ISSN 1693-7945
Migran asal Indramayu yang ada di Kota Jakarta dan serkitarnya kegiatan usahanya berfariasi seperti menjadi sopir bajaj, supir mikrolet, taksi, tukang beca dan lain-lain. Di sektor pertanian seperti bercocoktanam sayuran, timun, terong, kacang panjang, terutama di daerah TAnggerang, Bekasi memanfaatkan lahan kosong. Disekitar Nelayan dan perikanan, membuat dan menjual ikan asin. Disekitar daur ulang persampahan, pembantu rumah tangga dan sector hiburan. Disekitar perdagangan, terutama pedagang asongan tersebar di JABODETABEK, pedagang sekoteng terutama di Kota Tanggerang, Kabupaten Tanggerang, Kota Tanggerang Selatan dan Bekasi. (Lebih elas lihat table) 2.4.3 Pendapatan Berdasarkan hasil pengamatan, para migran atau bisa disebut pengelajon itu berada di tempat tujuan kisaran waktunya berbeda-beda. Untuk para petani, pengebun kisarannya 1 – 3 bulan, biasanya ada yang permanen memang sebgai pengusahannya, tapi ntuk buruh taninya biasa pulang tiap bulan. Para buruh tani biasanya mereka memanfaatkan waktu luang menunggu panen di Indramayu, berburu rupiah di kota membantu teman atau tetangganya yang berusaha kebun di Tanggerang dan sekitarnya. Lain halnya dengan para sopir, durasi pulang ada yang mingguan, dua mingguan dan ada yang tiga mingguan dan bahkan bagi yang anak istrinya dibawa ada yang pulang setiap lebaran. Untuk para nelayan, durasi migrasinya lebih berdasarkan pada musim penangkapan ikan, tapi ada yang memang rutinitas mingguan seperti Bandar ikan dan para pengrajin dan penjualikan asin. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku mendapatkan sedikit gambaran tentang pendapatan mereka. 2.5 Aktifitas Migran di Tempat Tujuan Tabel 1.1 Aktifitas Migran di Tempat Tujuan ASAL MIGRAN TUJUAN MIGRAN KEGIATAN MIGRAN INDRAMAYU INDRAMAYU DI TEMPAT TUJUAN 1. Kec. Tukdana (Gadel, Bodas Kab/Kota Bekasi, Berkebun Mentimun, dsk), Kec. Juntunyuat (Junti Kab/Kota Tanggerang, Kacang Panjang, Sosin, weden, Juntikedokan), dan Kota Tanggerang Selatan Kangkung, Terung dll. Kec. Indramayu bahkan sampai ke Lampung. Supir Bajaj, Supir 2. Sukra, Patrol, Arahan dan Jakarta Angkot, Metromoni, (Pejompongan), Losarang (Jangga) Kab/Kota Bekasi, Taksi, Membecak. Kab/Kota Tanggerang. 3. Sukamulya, Karangkerta, Kerticala dan Lelea. 4. Karangampel, PArean.
Juntinyuat,
5. Sukra, Patrol Kandanghaur. 6. Karangsinom, dsk. 7. Arahan, Sukra
dan
Haurgeulis
Kab. Tanggerang, Kota Pada umunya berjualan Tanggerang Selatan, sekoteng, asongan. Bekasi Rawabuaya, Rawabadak, Nelayan dan ikan asin Kaliangke, Rawadadap. Bantargebang, Bekasi, Pemulung, rongsokan , Tanggerang ,Jakarta daur ulang sampah Jakarta, Lampung
Dunia hiburan
Jakarta (Pejompongan)
Jualan geblog, serabi dan membecak.
6
ISSN 1693-7945
2.6 Keberhasilan Wong Dermayu 6.1 Melepaskan Belenggu Kemiskinan Pada decade TAhun 1970 – 1980an Kabupaten Indramayu merupakan pemasok beras nasiona atau disebut lumbung padi Jawa Barat dan bahkan Nasional. Tentunya waktu Indonesia mendapat penghargaan dari PBB karena sebagai Negara yang dapat berswasembada pangan, Indramayu punya andil yang besar. Akan tetapi berdasarkan sensus Penduduk TAhun 1980 dan survey ekonomi pada Tahun 80’an Indramayu masih tergolong pada Kabupaten yang terbelakang, dengan pendapatan perkapita tergolong paling kecil disbanding Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Barat. Memasuki dasawarsa 90’an Indramayu mendapatkan mega proyek nasional yaitu pengembangan kilang minyak (EXOR VI) yang sekarang jadi UR VI. Itupun belum bisa memberi kontribusi yang berarti bagi masyarakat Indramayu. Bahkan kontribusinya dari sektor migas tersebut masih relatif kecil terhadap Anggaran Pembangunan Daerah (APBD) Kabupaten Indramayu. Dari program pembangunan disektor pertanian dan disektor migas sampai awal tahun 2000an masih belum bisa melepaskan Wong Dermayu dari belenggu kemiskinan. Pada sisi lain sehubungan dengan krisis moneter dan kesulitan lapangan pekerjaan, masyarakat Indramayu berbondong-bondong keluar daerah dan keluar negeri. Pada penelitian terdahulu penulis menyibak pendapatan Wong Dermayu dari luar negeri yang menjadi TKI di berbagai negara, hasilnya sangat mengejutkan. Pada Tahun 2007 APBD Indramayu berkisar 0,8 Triliun, sedang dari TKI yang tercatat di Bank saja mencapai 1,5 Triliun lebih (dua kali lipat (APBD). 6.2 Perkiraan Pendapatan Para Migran Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap para migrant dari berbagai kegiatan usaha yang mereka lakkan, pendapatan yang cukup baik akan relative besar dan memiliki tingkat kepastian yang tinggi adalah sopir selanjutnya pengebun, pedagang, nelayan, daur ulangburuh kebun, pengamen dan pengemis. Untuk sopir dibagi menjadi beberapa segmen penghasilan didasarkan pada modal (alat) angkutan dan daerah operasi, karena masing-masing memiliki criteria tersendiri. Untuk Angkutan kota yang paing baik di wilayah Tanggerang dan Bekasi, untuk mikrolet dan Taxi di wilayah Jakarta yang lebih baik sedangkan untuk bus kota terutama yang melintasi Kota Jakarta. - Penghasilan sopir angkot Rp 2.000.000 s/d Rp. 6.000.000/bulan - Penghasilan Sopir Bus Rp 3.000.000 s/d Rp.5.000.000/bulan - Penghasilan sopir Mikrolet Rp 2.000.000 s/d Rp. 5.000.000/bulan - Penghasilan sopir Taxi Rp 3.000.000 s/d Rp. 5.000.000/bulan Di sektor pengebun yang cukup baik penghasilannya tiap musim (2 s/d 3 bulan) - Kangkung Rp 6.000.000 s/d Rp. 9.000.000/musim - Timun / Terong Rp 6.000.000 s/d Rp. 12.000.000/musim Pendapatan para nelayan, umumnya para awak kapal nelayan yang dipekerjakan oleh juraganjuragan kapal di Jakarta, Tanggerang dan Serang, pendapatannya tiap periode melaut, (1 s/d 2 bulan) berkisar antara Rp 2.000.000 s/d Rp. 6.000.000. 6.3 Potensi Migran dengan Pembangunan Daerah Asal Perilaku migran di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, kalau mau jujur seluruh masyarakat kota yang ada di Indonesia pada umumnya para migran. Sebagai contoh Ibu Titi Puspa, Bapak Bob Sadino, Bapak Yos, Termasuk Mbok Minah tukang kopi dan para tukang jamu gendong di kotakota. - Komitmen kaum migran pada daerah asal Yang belum Sukses Yang Mulai Sukses Yang Sudah Sukses Sekali 7
ISSN 1693-7945
-
Mudik sebagai Barometer Kaum Migran Mudik sebagai ukuran keberhasilan Mudik sebagai orientasi kegiatan usaha. Fungsi Sosial Mudik.
KESIMPULAN Dari pengamatan terhadap para migrant Wong Dermayu di beberapa daerah sekitar ibukota (Jakarta) dapat disimpulkan sementara: 1. Mereka yang bermigran mencari nafkah peruntungan diluar Indramayu ada beberapa alas an diantarannya: - Karena di Indramayu tidak memiliki pekerjaan. - Karena tidak punya ketelitian khusus jadi mengadu nasib di ibukota. - Kerja di Indramayu tidak tetap, hanya tergantung pertanian, ada tenggang waktu yang kosong dan mengadu nasib di tempat lain. 2. Para migrant dikelompokan menjadi : - Migran sektor informal (pedagang asong, pengamen dsb) - Migran sektor tani (para buruh tani dan para petani yang bermodal ) - Migran Nelayan (Umumnya tenaga kerja dilaut sebagai buruh nelayan sampai juragan kapal). - Migran sektor pengangkutan (sopir bis, sopir taksi, sopir angkot, sopir bajaj) 3. Kontribusi Bagi Indramayu Umumnya para migran periodesasinya berbeda-beda, ada yang mingguan, bulanan, tahunan, tetapi pada umumnya mereka masih sangat kuat hubungan dengan daerah asal dan mereka meiliki etos kerja yang baik. Pada umumnya para migran menjadi warga Indramayu yang sedikit lebih makmur dari yang lain, dan memiliki kepedualian pada perbaikan dan kemajuan daerahnya. Sedangkan kontribusi secara material dari para migran belum dapat dipetakan secara lebih jelas karena penelitian ini masih perlu tindak lanjut yang lebih tajam dan terarah. DAFTAR PUSTAKA Devi Rahayu. 2011. Perlindungan Hukum bagi Buruh Migran Terhadap Tindakan Perdagangan Perempuan. Jurnal Hukum no. 1 vol. 18 Januari 2011: 115 – 135 Tri, L.P.,Asyik, N., Kartono,.2011. Kendala Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Migran di Kabupaten Cilacap. Artikel hasil Penelitian Riset Unggulan Universitas Jenderal Soedirman Tahun
8