Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
IMPLEMENTASI ETOS KERJA MUSLIM Oleh: Luthfi Hasan, Dr., Ir., MS* [caption id="attachment_439" align="alignleft" width="120"]
Dr. Ir. H. Luthfi Hasan, MS[/caption] Surah al-Jumu’ah [62] ayat 10: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS al-Jumu’ah [62]: 10) Firman Allah tersebut diatas bagaikan pendorong umat Islam untuk menjadi pekerja keras dan berprestasi dengan menempatkan semua tujuan bekerja untuk beribadah kepada Allah. Betapa untuk menggapai keberuntungan hidup, tidaklah cukup dengan tenggelam dalam masalah ibadah ritual tetapi harus dimanifestasikan dalam kontek ibadah aktual. Pengertian bertebaranlah kamu di muka bumi seharusnya mampu memberikan dorongan batin untuk menjadikan diri sebagai sosok manusia yang memiliki achievement yang tinggi. Kita harus banyak belajar dari beberapa pejuang dan pionir Islam yang mempunyai etos kerja dan semangat jihad yang sangat tinggi, dimana mereka sadar bahwa harga diri umat dan kejayaan Islam berada di tangan pribadipribadi yang mempunyai gairah atau semangat untuk menjadikan dirinya sebagai manusia penuh arti. Setiap Muslim harus meyakini bahwa iman akan terasa kenikmatanyya apabila secara aktual dimanifestasikan dalam bentuk amal shalih yaitu suatu bukti wujud aktivitas kerja kreatif yang ditempa oleh semangat dan motivasi tauhid untuk mewujudkan identitas dan cita-cita nya yang luhur sebagai umat yang terbaik. Kita sadar bahwa Islam bukanlah hanya sekedar seperangkat konsep yang ideal tetapi juga suatu amal praktikal yang akan tetap aktual. Islam bukan agama langit tetapi sekaligus adalah agama yang dapat membumi. Itulah sebabnya penghargaan Islam terhadap budaya kerja bukan hanya sekedar pajangan atau penghias retorika, pemanis pidato, tetapi merupakan manifestasi kekuatan iman. Firman Allah I dalam surah al-Zumar [39] ayat 39:
1/7
Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
“Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui hasilnya. ” (QS al-Zumar [39]: 39)
Seseorang yang mempunyai kesadarn bekerja, dia selalu gandrung untuk berkreasi positif, tampil sebagai pelita al-sirajam yan munira). Islam kerja buakan hanya sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya sebagai tema sentral dalam pembangunan umat karena untuk mewujudkan suatu pribadi dan masyarakat yang tangguh hanya mungkin apabila penghayatan terhadap esensi bekerja dengan segala kemuliaannya, dikaji sebagai pokok kajian bagi setiap Muslim, ustadz, mubaligh, para tokoh sampai menjadi salah satu kebiasaan dan budaya yang khas di dalam rumah tangga seorang Muslim. Pada kurun waktu kenabian dan awal kebangkitan Islam sangat jelas terlihat bahwa penghargaan atas makna bekerja telah diterima sami’na wa atha’na , sikap patuh tanpa reserve. Hal ini dapat dilihat dari sikap keteladanan Rasul yang merupakan suatu catatan sejarah paling monumental dalam hal kebanggan bekerja da semangat untuk berprestasi atas dasar hasil keringat sendiri. bersabda: Tiada seorangpun yang makan makanan lebih baik daripada makan yang diperoleh dari hasil“ (HR al-Thabrani dankeringatnya Baihaqi)., itupun sendiri. makan Sesungguhnya dari hasil karyanya Nabi Allah sendiri.” Daud u Saat ini kita sedang mengahadapi pengaruh globalisasi yang tidak dipungkiri bahwa penaruhnya sangat hebat. Batasan-batasan ruang dan informasi hampir tidak ada lagi, belum ditambah dengan kecanggihan teknologi yang terus berkembang. Sistem Manajemen banyak dikenalkan dan orang berloma untuk mengimplementasikannya. Tatanan keduniaan, kekayaan, kekuasaan nampak ditonjolkan sedangkan nilai-nilai agama banyak diabaikan. Orang menjadi sekuler dimana terjadi pemisahan antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrowi. Islam tidak mengenal globalisasi, dengan pengertian bahwa Islam akan eksis pada kondisi apapun, selam nilai-nilai Islam digali dan diimplementasikan.
Sebagai ilustrasi, dalam mengahdapi arus globalisasi, pemimpin Jepang berpesan pada rakyatnya: ware-wa nihon jin wa hakano hito to chigaimasu. Ware-ware no ke mei ni, hataraku sika arimasen. Adapun terjemahan bebasnya: Kami bangsa jepang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Kami tidak mempunyai sumber daya alam, tetapi sumber daya kami adalah kejujuran dan etos kerja yang sangat tinggi. Etos Kerja Muslim Etos yang berasal dari kata Yunani dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai kerja. Dari kata inilah kita mengenal ethickata yaitu pedoman, moral dan perilaku atau dikenal pula dengan etiket yaitu artinya cara
2/7
Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
bersopan santun. Karena ethic berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, maka hendaknya setiap pribadi Muslim harus mengisi etika tersebut dengan keislaman dalam arti aktual yang tepat, sehingga semua persepsi akan berlandaskan nilai-nilai keislaman. Dalam suatu kegiatan yang dilakukan bersama oleh banyak orang, ternyata tidak bisa dikatakan bahwa ethos mereka juga sama.
Hampir disetiap sudut kehidupan kita akan menyaksikan orang bekerja. Mereka semua melakukan aktivitas itu ada sesuatu yang diharapkan, ada usaha untuk mencapai yang diharapkan. Dalam pandangan Islam bekerja adalah: suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan semua kemampuan yang ada (jihad) yaitu: aset, fikir, dan dzikir untuk mengaktualisasikan dan menampakkan khairu ja ummah. Surah ayat 6: “Dan barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam .” (QS al-Ankabût [29]: 6) Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa etos kerja seorang Muslim adalah pandangan seorang Muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, tetapi juga sebagai manifestasi dari amal shalih. Oleh karena itu bekerja mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.
Ciri Etos Kerja Muslim Bagi seorang Muslim yang menghayati etos kerja sebagai implementasi nilai-nilai keislaman, akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut: 1. )leadershipMemiliki jiwa kepemimpinan ( Berulang
kali kita khalifahm fil ardhi yang berarti pemimpin, atau yang aktif berperan. Semua muslim seyogyanya membina jiwa kepimimpinan, paling tidak adalah dapat memimpin dririnya sendiri, mana mungkin bisa memimpin umat. Kehidupan bermasyarakat adalah tempat pelatihan yang efektif untuk menjadi pemimpin, sehingga mempunyai wawasan yang luas, teguh pendirian yang bukan berarti egoistic, sanggup menerima kritikan dan seterusnya. Semangat dan rasa kepemimpinan harus sejak dini ditanamkan dikalangan keluarga muslim, agar menjadi generasi yang kuat dan calon pemimpin umat. 1. Selalu berhitung Pengertian dari ciri ini bukanlah selalu berhitung materi, tetapi berhitung aspek dan resikonya.
3/7
Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
Lebih tepat lagi bahwa semua aktivitas direncanakan dengan sematang mungkin Surah al-Hasyr [59] ayat 18:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap “ dir memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Hasyr [59]: 18)
Komitmen pada janji dan waktu merupakan ciri seorang muslim. Di dalam bekerja dan berusaha akan tampak jejak seseorang muslim yang selalu teguh pendirian, tepat janji dan berhitung dengan most important thing in doing business is dan be in time.
The trying
1. Tidak merasa puas berbuat kebaikan (positive continious improvement) Ada
pepatah yang merasa puas didalam berbuat kebaikan kematian kreativitas. Dengan semangat ini seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan memainkan peranannya yang dinamis dan kreatif. Sekali dipancangkan niat baik, tak ada benteng yang dapat menghalanginya. Keberanian yang dipadukan dengan ilmu yang positif, akan membuahkan sebuah prestasi amaliah.
1. Hidup berhemat dan efisien Seorang mujahid akan melihat lintasan kehidupan yang panjang, sehingga dia harus berhemat dan melakukan efisiensi agar tidak kehabisan bekal. Berhemat sama sekali bukan berarti kikir, tetapi berhemat adalah perlu adanya reserve karena lintasan hampir tidak pernah datar tetapi turun. Simaklah firman Allah surah al “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilahJumu’ah, karunia dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS al-Jumu’ah [62]: 10)
1. Memiliki insting bertanding dan bersaing
4/7
ke
Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
Semangat jihad akan menghasilkan semangat bertanding, semangat bertanding akan themenghasilkan kreativitas dan peningkatan kemampuan diri. Untuk menjadi winner dilakukan latihan-latihan yang intensif. Surah al-Baqarah [2] ayat 148:
-Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba “ lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Baqarah [2]: 148) Harus disadari dengan penuh keyakinan yang mendalam bahwa keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi manusia muslim, sehingga sikap malas dan kehilangan sense of competition adalah suatu kondisi khalifah yang fil Ardhi.
1. Haus keilmuan Seorang muslim seyogyanya tidak ikut-ikutan tanpa mempunyai wawasan keilmuan. Ilmu dapat diartikan luas, ilmu agama, ilmu pengetahuan lain dan pengalaman. Rasulullah
r “Barang siapa yang menghendaki dunia, perlu ilmu. akhirat juga dengan ilmu. Barang siapa menginginkan dunia dan akhirat juga dengan ilmu.
Yang
Firman Allah dalam surah al-Zumar ayat 9 dan surah al-Mujadilah ayat 11, perlu dicermati. “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima .” (QS al-Zumar [39]: 9) Allah: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam “ majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS
5/7
kel
Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
Mujadilah [58]: 11)
Sabda R “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut Allah memudahkan jalannya untuk menuju surga. Bahwasanya malaikat meletakkan naungan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena rela terhadap apa yang dilakuakan.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi) Sabda “Barang siapa yang keluar untuk menuntut satu pengetahuan maka ia telah berjalan fisabillah sampai ia kembali kerumahnya (HR Tirmidzi dari Anas)
Ikhtitâm Uraian diatas sekedar stimulan untuk lebih meningkatkan etos kerja kita, sehingga kita dapat yakin benar bahwa bekerja adalah ibadah. Jika hal tersebut dikaji dan dihayati maka arus apapun yang akan datang kita akan selalu mapan dan tidak akan pernah merasa ketinggalan jaman. Masih banyak ciri etos kerja muslim yang lain yang dapat dikembangkan dan menjadi budaya kita di Universitas Islam Indonesia.
Marâji’ Reorientasi Amiruddin. 2000. manajemen Pendidikan Islam di Era Indonesia Baru. Yogyakarta: UII Press Etos Tasmara, Toto.1995. Kerja Pribadi Muslim. Ttp: Dana Bakti Wakaf Pendidikan SM Ismail, Abdul Mukti. Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, September 2000.
6/7
R bab
Buletin Al-Islamiyah Media Kajian dan Dakwah Universitas Islam Indonesia http://alislamiyah.uii.ac.id
[1] Naskah ini pernah disampaikan pada Studi Intensif al-Qur’an (SIA) angkatan V
* Ketua Umum Badan Wakaf UII periode 2013-2018
7/7 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)