Meningkatkan Etos Kerja di Era MEA UNAIR NEWS – Fakultas Hukum Universitas Airlangga menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja dalam Kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Acara yang dilaksanakan di Gedung A FH UNAIR ini dihadiri mahasiswa S-1, mahasiswa S-2 FH UNAIR, dosen, maupun kalangan umum. Ada empat pakar yang mengulas persoalan ketenagakerjaan dalam seminar yang dilangsungkan pada Rabu (17/5). Mereka adalah Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Totok Nurhandajanto, Sekretaris Umum Dewan Perwakilan Pusat Asosiasi Pengusaha Indonesia Jatim Heribertus Gunawan, dan akademisi FH UNAIR Dr. Lanny Ramli. Menurut Lanny, dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN para Tenaga Kerja Indonesia dan Tenaga Kerja Asing perlu meningkatkan etos kerja agar kesejahteraan meningkat. “Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dalam etos tersebut terkandung gairah semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal lebih baik. Upaya tersebut untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin,” tegas Lanny. Totok selaku perwakilan dari pihak pemerintah mengatakan, bahwa Indonesia terlibat dalam perkembangan kebijakan ketenagakerjaan di tingkat regional atau ASEAN. “Pada tahun 2015 sepuluh negara-negara ASEAN mewujudkan MEA untuk menciptakan sebuah pasar tunggal berbasis produksi yang sangat kompetitif. Tujuannya, untuk mendorong pembangunan ekonomi yang adil bagi seluruh negara anggota serta memfasilitasi integrasi dengan masyarakat global,” ungkap Totok. Selain
kedua
pembicara,
Heribertus
memberikan
pemaparan
mengenai kebijakan penggunaan tenaga kerja asing yang meliputi pelayanan penggunaan dan rencana penggunaan tenaga asal luar negeri. Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Sudut Asyik di Perpustakaan UNAIR NEWS – Perpustakaan UNAIR memiliki banyak sudut menarik. Yang pasti mendukung perkuliahan. Berikut potret-potret sudut tersebut yang berhasil dijepret oleh Helmy Rafsanjani dan Yudira Pasada Lubis.
Berprestasi adalah Hal Utama, Belajar tetap Prioritas Pertama UNAIR NEWS – Para mahasiswa Universitas Airlangga tak segan membagi waktu belajarnya demi mengembangkan kemampuan lain di luar akademik. Buktinya, tak sedikit dari mahasiswa itu berhasil meraih prestasi di ajang kejuaraan olahraga, putriputrian, pertukaran mahasiswa hingga konferensi internasional. Mahasiswa S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Nurhasmadiar Nandini, menceritakan pengalamannya saat berada di Brunei Darussalam untuk keperluan penelitian. Diar, sapaan akrabnya, mengikuti program Research Exchange di Universitas Brunei Darussalam beberapa waktu lalu. Selama di Brunei, ia banyak belajar tentang pelayanan kesehatan di negara beribukota Bandar Seri Begawan. Selain itu, mahasiswa Administrasi dan Kebijakan Kesehatan itu berkolaborasi dengan peneliti di negeri minyak untuk menghasilkan bereputasi.
publikasi
riset
di
jurnal
internasional
“Di sana, saya juga memiliki supervisor. Jadi, keikutsertaan dalam program pertukaran itu tidak hanya berhenti saat penelitian selesai, tetapi juga bisa dikembangkan untuk keperluan membangun networking (jejaring),” tutur Diar, sapaan akrabnya. Selain Diar, ada pula cerita dari Negeri Kincir Angin. Mahasiswa program studi S-1 Manajemen, Evelyn Rahmadanti Darminto, bercerita tentang pengalamannya selama di Belanda. Menurutnya, kegiatan-kegiatan selama mengikuti pertukaran mahasiswa menjadi pengalaman tak ternilai. Di Belanda, ia belajar mengaktualisasi diri. Ia berani berinteraksi dengan sesama mahasiswa, dosen, termasuk mengutarakan pendapat di saat kuliah berlangsung. “Nilai terbesar yang kita dapatkan ketika exchange adalah aktualisasi diri. Dulu, saya nggak berani ngomong ini itu. Tapi, percayalah, Evelyn dulu dan sekarang sudah berbeda. Thanks (terima kasih) UNAIR sudah memberikan saya kesempatan untuk menjadi berani beraktualisasi,” terang Evelyn, peserta Fontys University Exchange Program. Bahkan, ia mengaku ingin mendapatkan kesempatan lagi untuk mengikuti pertukaran mahasiswa. “Saya ingin kembali lagi ke sana. Sebab, selama mengikuti pertukaran, saya lebih menghargai waktu bahwa satu menit bisa mengubah segalanya,” imbuh Evelyn. Pengembangan aktualisasi diri juga dirasakan oleh Chandra, mahasiswa peraih medali emas dalam ajang Pekan Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun 2016. Bedanya, merupakan mahasiswa yang getol untuk berinovasi mengembangkan produk.
Erwin Ilmiah Erwin untuk
Di ajang PIMNAS tahun lalu, Erwin mengusung gagasan alat uji kandungan merkuri. Tahun ini, Erwin beserta timnya tengah mengembangkan bubur berbahan kacang komak untuk penderita diabetes.
“Sebagai mahasiswa, kita tidak hanya pintar di teori. Kita seharusnya juga membuat masyarakat untuk merasakan teori yang kita miliki melalui produk yang kita buat,” cerita mahasiswa Fakultas Farmasi ketika ditanya soal motivasi. Ditanya soal membagi waktu antara kesibukan akademik dan mengembangkan kemampuan non teknis, tak ada habisnya. Para mahasiswa itu tak memberi jawaban pasti tentang kiat pembagian waktu. Namun, mereka berpendapat bahwa kegiatan akademik dan non akademik, harus tetap dijalankan. Peraih medali emas cabang olahraga Ski Air dalam Pekan Olahraga Nasional XIX, Guruh Dwi Samudra, punya jawabannya. Guruh mengatakan, ia tak pernah lupa terhadap pesan yang pernah disampaikan orang tuanya. “Latihan olahraga itu utama, tetapi belajar itu tetaplah yang pertama,” tutur Guruh yang juga Cak Surabaya tahun 2017. Selain keempat mahasiswa, ada pula enam mahasiswa berprestasi lainnya yang bercerita tentang pengalaman menariknya selama berkuliah di UNAIR. Mereka berbagi cerita dalam acara “Parents Gathering: Peran Orang Tua dalam Mendukung Budaya Akademik” yang digelar di Aula Amerta Kantor Manajemen UNAIR, Sabtu (19/5). Penulis: Defrina Sukma S
Tim Atlet Denali Disambut Ramah oleh KJRI San Francisco UNAIR NEWS – Kedatangan tim atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) di San Francisco, Amerika Serikat, disambut
ramah oleh pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Kamis (18/5). Tim AIDeX yang merupakan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Airlangga disambut oleh Konsul Jenderal Ardy Hermawan, Kepala Penerangan Sosial dan Budaya Frederick Bernard Loesi, dan jajarannya. M. Faishal Tamimi, atlet AIDeX, mengatakan pertemuan dengan pihak KJRI San Francisco berlangsung selama dua jam. Mengutip pesan Ardy, Faishal mengatakan bahwa para atlet diminta untuk menjaga kekompakan tim baik selama pendakian maupun pasca pendakian. “Kami juga diminta untuk menjunjung tinggi wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme oleh pihak konsulat,” tutur Faishal. Selain itu, Faishal menuturkan bahwa para tim diminta untuk menginap di Wisma Indonesia selama berada di San Francisco. Selama berada di San Francisco, tim atlet beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Sebelumnya, tim atlet harus menempuh perjalanan selama 23 jam dari Indonesia ke Amerika Serikat. Selain itu perbedaan waktu yang cukup jauh sempat membuat mereka merasa jet lag. Meski demikian, para atlet juga tetap mejaga kondisi fisik agar tetap prima sebelum pendakian. Setiap pagi, Faishal bersama dua atlet lainnya M. Roby Yahya (Fakultas Perikanan dan Kelautan) dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) berlari-lari kecil di sekitar kawasan Golden Gate. “Kami juga jogging di wilayah Palace of Fine Art serta melakukan check list peralatan. Kami juga salat Jumat di Islamic Society of San Fransisco. Selain itu, kondisi suhu di wilayah San Fransisco berkisar antara 13 sampai 17 derajat Celcius,” imbuh Faishal yang juga mahasiswa Fakultas Vokasi. Tim AIDeX akan mendaki Denali selama 18 sampai 22 hari. Mereka
bertolak dari Surabaya ke Jakarta pada 10 Mei, kemudian berangkat ke Amerika Serikat pada 17 Mei. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Anchorage pada tanggal 21 Mei. Sedangkan, pendakian di Denali akan dimulai pada 26 Mei sampai 9 Juni. Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah tim digapai adalah Puncak Cartenz (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013). Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits anggota UKM Wanala. Penulis: Wahyu Nur Wahid (Manajer AIDeX) Editor: Defrina Sukma S
Para Orang Tua Mahasiswa Siap Bersinergi Demi Pengembangan Universitas UNAIR NEWS – Para orang tua mahasiswa baru yang diterima di Universitas Airlangga melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) tahun 2017 siap bersinergi bersama sivitas akademika. Sinergi tersebut dimaksudkan untuk mempercepat langkah Universitas demi optimalisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi
serta memperoleh pengakuan dunia. Pernyataan tersebut disampaikan oleh orang tua mahasiswa baru, Abdul Rahim Maulana, yang turut hadir dalam acara Parents Gathering “Peran Orang Tua dalam Mendukung Budaya Akademik”, Sabtu (20/5), di Aula Amerta Kantor Manajemen UNAIR. “Pertemuan para orang tua ini sebenarnya sangat positif tapi harus dalam skala besar apalagi tujuannya untuk fundraising (penggalangan dana) demi kemajuan UNAIR yang memiliki visi untuk menjadi perguruan tinggi terbaik 500 di dunia dan 100 di Asia. Tentunya, ini membutuhkan partisipasi dari semua,” tutur Maulana. Selain itu, Maulana berharap agar UNAIR terus membuka diri ke kalangan eksternal untuk meraih semakin banyak dukungan dari berbagai pihak. Secara pribadi, ia menginginkan agar anaknya dan para mahasiswa lain di UNAIR tercetak menjadi lulusan yang unggul dan bermoral. “Saya berharap secara akademik dan hubungan interpersonal mereka mature (matang) karena ketika mereka selesai berkuliah, mereka memang sebaiknya tak saja siap bekerja tetapi juga siap secara mental dan berinteraksi dengan orang lain,” imbuh orang tua dari salah satu mahasiswa baru di Fakultas Sains dan Teknologi. Rektor UNAIR Prof. Mochammad Nasih kepada UNAIR News mengatakan, tujuan acara kebersamaan para orang tua mahasiswa baru adalah untuk memperkenalkan budaya akademik kepada mereka. Di hadapan para orang tua, Nasih memaparkan tentang target UNAIR menjadi world class university, budaya penelitian, serta kegiatan akademik lainnya seperti pertukaran mahasiswa. Nasih berharap, agar para orang tua mendorong anak-anaknya untuk meraih prestasi di bidang akademik, kemahasiswaan, minat dan bakat, termasuk mengikuti pertukaran mahasiswa di luar
negeri. “Kita punya pekerjaan rumah yang masih banyak, agar lari kita lebih kencang maka harus ada kerja sama dari semua pihak. Sangat tidak efisien dan efektif kalau kita hanya mendorong secara internal tetapi pihak eksternal seperti orang tuanya tidak membolehkan,” terang Nasih. Untuk menjalankan segudang aktivitas akademik, Universitas membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan dana dari para orang tua agar laju UNAIR untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia segera terwujud. Acara Parents Gathering juga dihadiri oleh para mahasiswa yang memiliki sederet prestasi baik di bidang akademik maupun kemahasiswaan. Contohnya, mahasiswa Fakultas Farmasi Erwin Chandra yang berhasil meraih medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2016 di Bogor. Erwin bercerita, selama ini ia mendapat dukungan dari para dosen untuk terus berinovasi melahirkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat. “Telah banyak penelitian para dosen yang diberikan kepada kami sehingga mahasiswa harus berinovasi agar produk tersebut bisa dihasilkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat,” tutur Erwin dalam acara Parents Gathering. Mahasiswa semester enam ini telah menghasilkan dua produk yang bisa dirasakan manfaatnya. Yakni, kit uji merkuri dan bubur kacang rendah gula. Penulis: Defrina Sukma S
Perkuat Komitmen, Perpanjang MoU
UNAIR-BI
UNAIR NEWS – Bank Indonesia (BI) kembali melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Airlangga. MoU kali ini merupakan bentuk perpanjangan kerjasama sebelumnya. Wakil Rektor II Dr. Muhammad Madyan, dalam sambutannya mengatakan bahwa kerjasama UNAIR dan BI sebenarnya sudah lama berjalan, khususnya dalam bidang penyusunan kurikulum kebanksentralan. “Kami telah melakukan kerja sama dalam hal penyusunan kurikulum kebanksentralan sejak tahun 2005. Selanjutnya, kami terus melakukan kolaborasi dan kerja sama seperti menggelar kuliah tamu, riset, magang, dan banyak hal lainya,” terang Madyan. Senada dengan pernyataan Madyan, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dr. Perry Warjiyo mengatakan bahwa kerjasama yang dilakukan BI dengan UNAIR bukanlah hal yang baru, melainkan sebuah upaya komitmen agar lebih baik ke depannya. “UNAIR merupakan perguruan tinggi pertama yang menyambut kerjasama dari kami untuk menyusun kurikulum kebanksentralan. Adanya kerja sama ini sebagi bukti bahwa BI pun tidak bisa lepas dari dunia akademik,” tutur Perry. Perry menambahkan, ada tiga aspek yang ditekankan dalam kerjasama kali ini. Selain pengembangan kurikulum kebanksentralan, kali ini BI juga berkomitmen memberikan bantuan baik sumber daya manusia maupun buku-buku diktat. “Bantuan yang kami berikan juga berbentuk pendanaan untuk penelitian dan beasiswa yang masuk dalam program sosial riset,” jelasnya.
Selain penandatanganan kerjasama yang dilaksanakan di Aula Fajar Notonegoro, Jumat (19/5), berlangsung pula Kuliah Umum yang mengangkat tema “Perekonomian Indonesia: Prospek dan Bauran Kebijakan”. Dalam kuliah umum tersebut hadir Dra. Eva Kusuma Sundari, MA. MDE., alumnus UNAIR yang menjadi anggota komisi XI DPR-RI. Eva mengatakan bahwa kiprah BI sebagai bank sentral sangatlah luar biasa, utamanya dalam mengembangkan SDM. “BI telah berkiprah luar biasa, dari dunia pendidikan hingga sosial kemasyarakatan. Dan hal yang terpenting dari semua itu adalah investasi di bidang SDM,” tegasnya.
Herdian Putranto, Mahasiswa Baru FH Penghafal Injil UNAIR NEWS – Diantara 1.865 calon mahasiswa baru (camaba) Universitas Airlangga yang diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN), Herdian Putranto adalah salah satu yang terhitung istimewa. Laki-laki beragama Kristen Protestan ini adalah pengafal Injil, kitab yang menjadi pedomannya dalam menjalani hidup. Herdian, camaba Fakultas Hukum UNAIR ini, memutuskan untuk mulai menghafal injil ketika masih duduk di bangku kelas tiga SMP. Tentu, tidak banyak pemuda seusianya yang bertekad untuk menghafal isi kandungan Injil. Tekadnya itu bermula dari perkumpulan pemuda gereja yang mendorongnya untuk lebih mendalami Injil. “Ada perkumpulan pemuda yang mendorong saya untuk selalu aktif dalam kegiatan gereja, dan selalu mengajak untuk menumbuhkan
iman rohani saya. Dari situ saya mulai berkembang mempelajari Injil,” ucapnya ditemui UNAIR NEWS disela-sela waktu daftar ulang, Kamis (19/5). Alumnus SMAN 1 Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung ini mengaku, kandungan yang terdapat dalam kitab Injil-lah yang memotivasinya untuk mendalami kitab Injil. “Kitab Injil kan berisi pedoman hidup. Apalagi menginjak usia dewasa, banyak pergumulan hidup yang silih berganti kita hadapi. Untuk dapat melewati berbagai pergumulan hidup, saya rasa selain dengan berusaha kita harus mendekatkan diri dengan Tuhan melalui alkitab,” ucap laki-laki kelahiran Tulungagung, 1 Juli 1998 itu. Konsisten Pada mulanya, Herdian cukup mengalami kesulitan dalam proses mempelajari kitab Injil. Sebab ketika itu, dalam seminggu, hanya satu kali kesempatan yang ia miliki untuk belajar, yakni ketika persekutuan doa di gereja. “Saya rasa-rasa, masa satu minggu sekali saya bisa hafalan. Lalu saya inisiatif sendiri ketemu dengan kakak pembina, menambah intensitas belajar tentang rohani menjadi dua hari sekali,” ujarnya. Herdian mengakui, sebelum menghafal, ada kesulitan dalam memahami isi dari kitab Injil. Namun seiring berjalannya waktu, dengan niat yang kuat, pada waktu duduk di bangku kelas tiga SMA-lah ia hafal seluruh isi kitab Injil. “Untuk semua orang nasrani harusnya hafal. Karena kitabnya sendiri masa nggak hafal,” candanya. “Tapi ada beberapa orang yang masih belum tergugah hatinya untuk menghafal kitab tersebut. Padahal, dalam kitab-kitab tersebut kita mendapat pedoman hidup dalam bersosialisasi,” tambahnya. Laki-laki berkulit sawo matang ini mengaku, dengan konsisten
mempelajari Injil, ia semakin memahami bagaimana seharusnya menjalani kehidupan. Karena seperti yang ia tuturkan, kitab Injil merangkum pedoman-pedoman tentang menjalani hidup, dengan dasar menebarkan cinta kasih. Untuk menjaga kekonsistensian, setidaknya dalam satu hari, dua kali ia membaca kitab Injil. Sementara itu dalam bidang akademik, meski mengaku memiliki prestasi yang biasa-biasa saja, Herdian tercatat menduduki peringkat kedua tertinggi dalam Ujian Nasional bidang Ilmu Sosial se-Kabupaten Tulungagung. “Dalam pendidikan saya ini biasa-biasa saja, kok. Kayak anakanak biasa. Mungkin lebih tekun aja,” tuturnya malu-malu. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
PSDKU UNAIR Banyuwangi Aksi Donor Darah Bersama UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan kepedulian mahasiswa kepada sesama, PSDKU (Program Studi Diluar Kampus Utama) Universitas Airlangga di Banyuwangi mengadakan serangkaian kegiatan donor darah bersama, Jumat (12/5) pekan lalu. Kegiatan ini dipelopori oleh Divisi Pengabdian Masyarakat pada organisasi AUBMO (Airlangga University Bidik Misi Organization) dan Keluarga Mahasiswa PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi. Kegiatan kemanusiaan ini terbuka untuk umum serta internal PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi, termasuk mahasiswa dan staf pengajar.
Hayunda Fajri Sholikah, salah seorang panitia penyelenggara “doras” (donor darah sukarela) ini menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan bentuk keperdulian terhadap sesame. Untuk ini pihak penyelenggara bekerjasama dengan PMI Cabang Banyuwangi, yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. ”Mungkin saja saat ini ada jiwa yang terancam karena banyak kehilangan darah, sehingga setetes darah akan sangat berharga bagi mereka yang sedang membutuhkan. Kita hanya menyumbangkan sedikit, harapan kami semoga bisa membantu menyelamatkan nyawa orang lain dikemudian hari,” kata Hayunda. Sementara itu Dian Santoprayoga, salah seorang peserta donor yang juga staf pengajar PSDKU UNAIR Banyuwangi menilai bahwa kegiatan ini pantas untuk diapresiasi. Selain juga banyak mahasiswa yang antusias untuk turut serta. Ia berharap kegiatan ini bisa terus rutin berjalan dan kader-kader dari mahasiswa semakin kreatif lagi dalam mengemas kegiatannya. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor: BE Santosa
Sivitas UNAIR Ajari Warga Perikanan
Banyuwangi Budidaya
UNAIR NEWS – Warga Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, tampak bersemangat sekali saat melaksanakan uji coba budidaya ikan mujaer dan ikan patin, di kolam ikan miliknya. Antusiasme itu terlihat jelas ketika melaksanakan kegiatan yang bertema “Pelatihan Terpadu Budidaya Perikanan
2017” bersama mahasiswa UNAIR PSDKU Banyuwangi, pekan lalu. Dengan didampingi sejumlah dosen prodi Budidaya Perikanan UNAIR Banyuwangi, warga Desa Tamansari itu dengans enang melakukan uji coba budidaya hingga proses memanen ikan mujaer dan ikan patin. Menurut M. Faizal Ulkhaq, S.Pi.,M.Si., pengajar program studi S-1 Budidaya Perikanan yang mendampingi kegiatan ini menjelaskan, bahwa pelatihan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat sivitas prodi Budidaya Perikanan. Tujuannya untuk membuka wawasan dan meningkatkan sumber pemasukan dari segi ekonomi dan meningkatkan kualitas pangan pada warga desa setempat. ”Hal ini kami lakukan karena melihat adanya potensi air yang cukup melimpah di Desa Tamansari, sedangkan kualitas airnya juga sangat bagus. Jadi sayang kalau tidak dimanfaatkan. Selain itu warga setempat juga sangat antusias ketika kami berikan pelatihan dan pembinaan tentang budidaya ikan ini,” lanjut Faizal. Sementara itu Barirotul Azizah, salah satu mahasiswa program studi S-1 Budidaya Perikanan UNAIR Banyuwangi menambahkan, sebenarnya kegiatan ini sudah dilaksanakan sekitar enam bulan silam. Pada saat itu diawali dengan pelatihan kepada warga. Materinya mulai pemilihan bibit ikan, penyebaran bibit, hingga proses memanennya. ”Modal awalnya dari pihak kampus (UNAIR) yang menyiapkan, selebihnya untuk pengembangannya kami serahkan kepada warga setempat, tentunya dengan tetap ada pemantauan dari kami,” tambah Azizah. Salah seorang warga yang mengikuti pelatihan, Supriyanto (35) mengungkapkan rasa senangnya dengan kegiatan ini. “Kolam ikan kami jadi terasa hidup. Sebab awalnya hanya ikan kecil, sekarang sudah bisa dipanen dan dikonsumsi. Ini semua karena airnya bagus jadi ikannya cepat besar dan sekarang sudah
berkembang biak,” katanya. (*)
Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang ES
Meningkat, Mahasiswa UNAIR Banyuwangi Jadi Relawan Aksi JGTS UNAIR NEWS – “Berjuang menggali ilmu memang takkan ada habisnya, dan meluangkan waktu untuk berbagi akan menambah rasa syukur,” begitu kata Gayatri Ayodhya, mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU (Program Studi Diluar Kampus Utama) Banyuwangi, sebagai relawan kegiatan aksi “Jempol Goes to School” (JGTS), Minggu (14/5) lalu. Dibenarkan oleh Widya Ayu Kusuma, koordinator relawan dari PSDKU UNAIR Banyuwangi, bahwa aksi JGTS kali ini berbeda dengan aksi sebelumnya. Jumlah relawan dalam aksi JGTS-5 dari mahasiswa UNAIR Banyuwangi meningkat drastis, lebih dari 50% dari keseluruhan relawan mahasiswa UNAIR. “Ini merupakan salah satu indikator bahwa kesadaran mahasiswa UNAIR untuk mengimplementasikan jargon “Excellent with Morality” tidak hanya sekedar omong kosong,” kata Widya AK. Sasaran kegiatan ini dilakukan antara lain memberikan semangat dan motivasi belajar bagi 3 Kalipuro, Banyuwangi. Padahal medan untuk sekolah itu cukup sulit. Beberapa anggota
untuk membantu siswa-siswi SDN mencapai lokasi relawan sempat
tersasar. Jalannya banyak yang rusak dan sedikit menanjak. Tidak disangka di tempat seperti ini ada sekolah. ”Banyak warga yang putus sekolah, karena kemauan untuk mengenyam pendidikan masih sangat minim. Karena itulah kami ingin berusaha untuk memberikan motivasi bagi mereka,” lanjutnya.
RELAWAN Aksi Jempol Goes To School (JGTS) 5 bersama siswa-siswi SDN 3 Kalipuro Banyuwangi dan guru. (foto: Istimewa) Menurut Fairuz Iman Haritsah, koordinator relawan Parenting, kegiatan ini tidak hanya memfokuskan pada siswa-siswinya, tetapi juga melibatkan wali murid siswa. Pihaknya mengundang masing-masing wali murid dari setiap siswa untuk hadir. ”Harapan kami, ketika kesadaran diri dan motivasi anak sudah meningkat, maka mereka perlu dukungan dari orang tua untuk mengimplementasikan cita-cita dan harapannya,” kata Fairuz. (*)
Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang Bes