ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
AGUSTINA ROSWITA ATOK
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
SUMMARY AGUSTINA ROSWITA ATOK. E34051530. The Ethnobotany of Bunaq Ethnic Community (Case Study at Dirun Village, Lamaknen Subdistrict, Belu Regency, the Province of East Nusa Tenggara). Under supervision of AGUS HIKMAT and ERVIZAL A. M. ZUHUD The traditional life of community has close relation to the naturalresources and environmental. One of their interactions is related of the plants utilization. This interaction is an experience from traditional knowledge which has been inherited by the ancestors, generation to generation. That knowledge is lather developed by adapting to the environmental in order to keep the survival. This study is aimed to understand and explore traditional knowledge of Bunaq ethnic in using plants The result of this study hopefully can be information material to the development, utilization and preservation of useful plants sustainably and based on local wisdom. This study was conducted at Dirun Village, Lamaknen Subdistrict, Belu Regency, the Province of East Nusa Tenggara during 2 months, July to September 2009. The material that used in his study were documents, report from certain institutions, herbarium, alcohol 70%, while the tools that used were camera, secondary newspapers, plastics, wattle, tally sheet, questioner, tape recorder, label and stationary. The data collected during this study were primary and secondary data. The primary data consisted of species of useful plants, habitus, usages, parts of plants that are usually used, traditional processing, traditional application and cultivation methods of plants. The secondary data consisted of general condition of study location, history, location and width of study areas, topography, geology, soil, climate and hydrology data, flora, fauna, social condition, education and ethnic characteristic (occupation). There were 3 phases in this study; those were literature study, field survey and data processing and analyzing. The utilization of biodiversity at Dirun Village can be classified into 12 groups of utilization. The local people use 41 species of plants for food, 69 species for medicinal purpose, 43 species for cattle feeding, 33 species for building materials, 10 species for firewood, 20 species for plaited materials and handicraft, 7 species for toxic, 5 species for colouring materials, 5 species for tannin, 17 species for aromatic purpose, 21 species for ornamental plants, 5 species for cultural purpose and 8 species for other utilization. The local people of Bunaq ethnic have close relation to culture and nature regarding on recognizing, classifying and using the plants surround them. The utilization of plants is not for economical purpose only but for spiritual purpose also. The utilization for spiritual purpose is aimed to keep balance of the natural recourses. Keywords: traditional people, local wisdom, Bunaq ethnic
RINGKASAN Agustina Roswita Atok. E34051530. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur). Dibimbing oleh Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS Kehidupan masyarakat tradisional mempunyai interaksi yang sangat dekat dengan sumberdaya alam dan lingkungannya. Salah satunya adalah interaksi yang berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan. Interaksi yang ada tersebut merupakan sebuah pengalaman dari sebuah pengetahuan tradisional yang secara turun-temurun diwariskan dari para leluhur ke generasi-generasi selanjutnya serta mengembangkan pengetahuan tersebut dengan mengadaptasikannya terhadap lingkungan untuk tetap bertahan hidup. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna secara lestari yang berbasis kepada kearifan lokal masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di desa Dirun Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli hingga September 2009. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen atau laporan dari instansi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium, alkohol 70%, sedangkan alat yang digunakan kamera, kertas Koran, kantong plastik, sasak, tally sheet, kuisioner, tape recorder, label gantung dan alat tulis-menulis. Adapun jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari spesies-spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, habitusnya, kegunaannya, bagian tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan, cara pemakaiannya hingga cara pembudidayaannya. Sedangkan untuk data sekunder terdiri dari kondisi umum lokasi, sejarah, letak dan luas, topografi, geologi dan tanah, iklim dan hidrologi, flora, fauna, kondisi sosial masyarakat, pendidikan, dan karakteristik etnik (mata pencaharian). Tahapan penelitian yang dilakukan melalui tiga tahap yakni kajian literatur, survey lapangan serta pengolahan dan analisis data. Pemanfaatan keanekaragaman hayati di Desa Dirun ditemukan sebanyak 12 kelompok kegunaan. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan sebagai penghasil pangan sebanyak 41 spesies, tumbuhan obat 69 spesies, pakan ternak 43 spesies, bahan bangunan 33 spesies, kayu bakar 10 spesies, tali, anyaman dan kerajinan 20 spesies, racun 7 spesies, pewarna dan tannin 5 spesies, aromatik 17 spesies, hias 21 spesies, adat 5 spesies, dan kegunaan lain 8 spesies. Kecenderungan memanfaatkan tumbuhan tidak hanya terbatas pada keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spiritual yang juga diutamakan guna menjaga keseimbangan dengan sumber-sumber daya alam yang ada di lingkungannya. Kata kunci : Masyarakat tradisional, kearifan lokal, suku Bunaq
ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
AGUSTINA ROSWITA ATOK
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi
: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Nama
: Agustina Roswita Atok
NIM
: E34051530
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F NIP 196209181989031002
Dr. Ir. Ervizal A. M.Zuhud, MS NIP 195906181985031003
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 195809151984031003
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Etnobotani Masyarakat Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 2009
Agustina Roswita Atok NRP E34051530
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wedomu, Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur pada tanggal 14 Agustus 1986. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara pasangan Servasius Atok dan Martha Lika dan berketurunan Bunaq asli. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SDI Wedomu pada tahun 1992-1998. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan tingkat Pertama di SLTP Negri Tas-Tim pada tahun 1998–2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negri Weluli tahun 2002–2005 dan pada tahun yang sama lulus masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah daerah Kabupaten Belu. Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi, di antaranya UKM KEMAKI (Kesatuan Mahasiswa Katholik IPB), Anggota GAMANUSRATIM (Keluarga Mahasiswa Nusa Tenggara Timur di IPB) Anggota Kelompok Pemerhati Flora Rafflesia (Himpunan Profesi) dan pernah menjadi bendahara selama satu periode (2007-2008). Penulis juga pernah menjadi panitia Gebyar HIMAKOVA Departemen Konservasi sumberdaya Hutan dan Ekowisata (2007), Sekretaris Pelatihan Kultur Jaringan Biro Kewirausahaan HIMAKOVA 2008. Penulis juga mengikuti kegiatan HIMAKOVA lainnya yakni SURILI (Studi Konservasi Lingkungan) di Taman Nasional BantimurungBulusaraung (2007) dan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (2008) serta pada tahun yang sama mengikuti Eksplorasi Flora Fauna di CA Yan Lappa dan Rafflesia di Cagar Alam Gunung Simpang. Pada tahun 2007 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan jalur Linggarjati-Indramayu. Pada tahun 2008 mengikuti Praktek Umum Konservasi Ex-situ (PUKES) jalur Jonggol-Kebun Raya Bogor. Pada tahun 2009 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Ujung Kulon, Propinsi Banten. Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Etnobotani Masyarakat suku Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur)” di bawah bimbingan Dr. Ir Agus hikmat MSc.F dan Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-September 2009 adalah etnobotani dengan judul “Etnobotani Masyarakat suku Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)” yang bertujuan untuk mengetahui dan menggali pengetahuan tradisional masyarakat suku Bunaq dalam pemanfatan tumbuhan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna secara lestari yang berbasis kepada kearifan lokal masyarakat khususnya di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Penulis menyadari “ Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Harapan penulis, sebuah karya kecil ini kelak dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.
Bogor, Desember 2009
Penulis
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3
BAB II
i iv vi vii
Latar Belakang ..................................................................... Tujuan .................................................................................. Manfaat ................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Etnobotani ............................................................................... 2.1.1 Defenisi ........................................................................ 2.1.2 Ruang Lingkup ............................................................ 2.2 Kearifan Tradisional .............................................................. 2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ..................................................... 2.3.1 Tumbuhan penghasil pangan ........................................ 2.3.2 Tumbuhan obat ............................................................. 2.3.3 Tanaman hias ................................................................ 2.3.4 Tumbuhan aromatik ...................................................... 2.3.5 Tumbuhan penghasil warna .......................................... 2.3.6 Tumbuhan penghasil pakan ternak ............................... 2.3.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati ........................... 2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat ................................... 2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar .................................. 2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan .....
3 3 3 4 4 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... Alat dan Bahan ..................................................................... Jenis data yang dikumpulkan ................................................. Tahapan Penelitian ................................................................ 3.4.1 Kajian literatur ............................................................. 3.4.2 Survey lapangan .......................................................... 3.4.2.1 Penentuan responden ..................................... 3.4.2.2 Wawancara .................................................... 3.4.2.3 Pembuatan herbarium .................................. 3.4.3 Pengolahan dan analisis data ....................................... i
9 9 10 10 10 10 10 11 11 12
ii
3.4.3.1 Pengklasifikasian kelompok kegunaan ................................................... 3.4.3.2 Persentase bagian dan habitus yang digunakan ............................................. 3.4.3.3 Tingkat kegunaan tumbuhan ........................ 3.4.3.4 Telaah aksi konservasi masyarakat ................
12 13 13 13
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
BAB V
Letak dan Luas ...................................................................... Topografi dan Iklim .............................................................. Geologi dan Tanah ................................................................. Hidrologi ................................................................................ Kondisi Flora dan Fauna ....................................................... 4.5.1 Flora ............................................................................. 4.5.2 Fauna ........................................................................... Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ...................................... 4.6.1 Bahasa .......................................................................... 4.6.2 Mata pencaharian ......................................................... 4.6.3 Pendidikan ................................................................... 4.6.4 Sejarah ......................................................................... 4.6.5 Sistem religi dan ritualnya ........................................... 4.6.6 Nama panggilan anak secara adat ................................
14 14 15 16 16 16 17 17 17 18 19 19 20 21
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Pemanfaatan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan .............. 5.1.1 Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna ............. 5.1.2 Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya ............................................... 5.1.3 Bagian tumbuhan yang digunakan .............................. 5.1.4 Persentase asal tumbuhan ............................................ 5.1.5 Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna ............. 5.1.5.1 Tumbuhan penghasil pangan ......................... 5.1.5.2 Tumbuhan penghasil pakan ternak ................ 5.1.5.3 Tumbuhan obat .............................................. 5.1.5.4 Tumbuhan penghasil bahan bangunan........... 5.1.5.5 Tumbuhan penghasil kayu bakar ................... 5.1.5.6 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan ....................................................... 5.1.5.7 Tumbuhan penghasil racun ............................ 5.1.5.8 Tumbuhan aromatik ....................................... 5.1.5.9 Tumbuhan penghasil warna dan tannin ......... 5.1.5.10 Tumbuhan hias ............................................
ii
22 22 24 25 26 27 28 30 31 33 34 36 38 39 41 42
iii
5.1.5.11 Tumbuhan untuk acara adat ......................... 5.1.5.12 Tumbuhan untuk kegunaan lain .................. 5.1.5.13 Tingkat kegunaan tumbuhan ....................... 5.2. Praktek konservasi masyarakat suku Bunaq .................. 5.2.1 Hutan adat (Zobuq por) .................................... 5.2.2 Kawasan dilindungi (Natal gol mil) ................. 5.2.3 Aturan larangan (Gole obon) ............................ 5.2.4 Pengontrol kelestarian sumberdaya alam .............................................. 5.2.5 Penggunaan lahan .............................................
43 45 46 47 47 49 49 50 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 6.2
Kesimpulan ............................................................................ Saran ......................................................................................
53 53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................
54 57
iii
iv
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1
Denah lokasi penelitian .............................................................................
9
2
Desa Dirun dan padang savana Fulan Fehan .............................................
15
3
Sumber air Fatumutin ................................................................................
16
4
Hubungan antara jumlah spesies dan famili yang ditemukan ...................
23
5
Bagian tumbuhan yang digunakan ............................................................
25
6
Persentase asal tumbuhan ..........................................................................
26
7
Kelompok kegunaan tumbuhan pada masyarakat Bunaq ..........................
27
8
Pao lelo (Phaseolus lunatus) dan kontas (Canna edulis)....... ...................
30
9
Pemberian pakan ternak dan lokasi penggembalaan liar ..........................
31
10 Maria Ili (dukun pengobatan tradisional) ..................................................
33
11 Rumah suku dan rumah kebun ..................................................................
34
12 Pengambilan kayu bakar............................................................................
36
13 Taka dan opa, nawa, hutus morok, kuni ....................................................
37
14 Liana sebagai pengikat dan tali balanda (Agave cantula) .........................
38
15 Bako (Nicotiana tabacum) dan Mebu zab (Girardinia sp) .......................
39
16 U rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) dan nilam (Pogostemon cablin)................................................. ................
41
17 Si koe (Kalanchoe pinnata) .......................................................................
43
18 Sirih dan pinang dalam budaya “molo pu”dan sebagai pelengkap sesaji ............................................................................
44
19 Zobuq por dan bosok ..................................................................................
48
20 Natal gol mil ..............................................................................................
49
iv
v
21 Gole obon ..................................................................................................
50
22 Penggunaan lahan ......................................................................................
51
v
vi
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1
Persentase habitus yang digunakan ...........................................................
24
2
Perbandingan antara etnobotani suku Bunaq dan suku Dawan .................
28
3
Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan yang ada di Desa Dirun ...
29
4
Beberapa spesies tumbuhan pakan ternak yang ada di Desa Dirun ..........
30
5
Beberapa spesies tumbuhan obat yang ada di Desa Dirun .................... di
32
6
Beberapa spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang ada di Desa Dirun .................................................................................................
33
7
Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar yang ada di Desa Dirun ................................................................................................
35
8
Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ada di Desa Dirun .............................................................................
36
9
Beberapa spesies tumbuhan racun yang ada di Desa Dirun ......................
39
10 Beberapa spesies tumbuhan aromatik yang ada di Desa Dirun .................
40
11 Beberapa spesies tumbuhan penghasil warna dan tanninyang ada di Desa Dirun .................................................................................................
41
12 Beberapa spesies tumbuhan hias yang ada di Desa Dirun.........................
42
13 Beberapa spesies tumbuhan untuk keperluan upacara adat yang ada di Desa Dirun .................................................................................................
43
14 Tingkat kegunaan tumbuhan .....................................................................
46
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1
Daftar famili teridentifikasi .......................................................................
58
2
Daftar spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan ......................
59
3
Daftar spesies tumbuhan yang ditemukan di tempat penelitian ................
67
4
Daftar responden kajian etnobotani masyarakat suku Bunaq ....................
74
5
Daftar kuisoner etnobotani ........................................................................
75
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional. Kehidupan masyarakat tradisional yang sangat dekat dengan sumberdaya alam dan lingkungan, yang salah satunya adalah interaksi yang berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan merupakan pengalaman dari sebuah pengetahuan tradisional yang secara turun-temurun diwariskan dari para leluhur ke generasi-generasi selanjutnya. Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan telah memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan budaya mereka. Suku-suku bangsa telah mengembangkan dan mengadaptasikan pengetahuannya terhadap lingkungannya, antara lain tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya yang merupakan keperluan pokok akan pangan, sandang, papan dan keperluan lainnya. Ada pun masyarakat tradisional yang dalam kehidupannya tertanam nilai-nilai kearifan dalam pemanfaatan tumbuhan dan memandang perlunya menjaga alam, salah satunya adalah masyarakat suku Bunaq yang berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam kehidupannya, mereka membentuk perkampungan-perkampungan yang terpencar di antara bukit-bukit dan dengan berbekal pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun, mereka mampu memanfaatkan berbagai hal dari alam, salah satunya adalah dari ekosistem liar di sekitarnya. Pengetahuan tersebut merupakan salah satu aset budaya bangsa, sehingga perlu dipelajari dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Namun dalam perkembangannya, pengetahuan tradisional yang masih terbelakang atau sering dianggap primitif ini mengalami keterancaman akibat masuknya budaya asing yang menyebabkan gejala pergeseran pengetahuan lokal atau bahkan bisa hilang sama sekali sebelum pengetahuan taradisional tersebut sampai pada generasi berikutnya. Hal ini dikarenakan sifat dari pengetahuan tradisional itu
2
sendiri yang bersifat lisan (dari mulut ke mulut). Sehubungan dengan itu melaui kajian etnobotani, diharapkan pengetahuan masyarakat Suku Bunaq dalam pemanfaatan tumbuhan dapat terdokumentasi dan diwariskan kepada generasi mendatang, sehingga pengetahuan tersebut tidak punah. 1.1
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali pengetahuan
tradisional masyarakat suku Bunaq dalam pemanfatan tumbuhan. 1.2
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk
pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna secara lestari yang berbasis kepada kearifan lokal masyarakat, khususnya di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani 2.1.1 Definisi Menurut Soekarman dan Riswan (1992) dan Harsberger (1895) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional juga oleh suku-suku bangsa yang masih primitif atau terbelakang. Etnobotani berasal dari dua kata Yunani yaitu ethos yang berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Etnobotani dapat didefinisikan pula sebagai suatu studi yang mempelajari konsep-konsep pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang merupakan hasil perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Dinamika perubahan akan mewarnai perubahan kebudayaan sebagai sistem ide. Konsep-konsep mengenai tumbuhan dan pemanfaatan, pelestarian, dan konservasi secara tradisi lambat laun akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam hal ini diantaranya adalah pengetahuan tradisional mengenai berbagai jenis tumbuhan, sifat-sifat yang menyertai dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, serta perlakuan terhadap tumbuhan baik secara ritual maupun non ritual (Darnaedi 1998). 2.1.2 Ruang lingkup Pengkajian etnobotani dibatasi oleh ruang lingkup bahwa etnobotani adalah cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi dan konsepsi masyarakat tentang sumber daya habati di lingkungannya. Dalam hal ini kajian diarahkan dalam upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengaturan anggotanya menghadapi tumbuhan dalam lingkungannya yang digunakan tidak saja untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spritual dan nilai budaya lainnya. Pemanfaatan yang dimaksudkan disini adalah baik sebagai bahan obat, sumber pangan, dan sumber kebutuhan hidup manusia lainnya. Disiplin ilmu lain
4
yang terkait dalam penelitian etnobotani adalah antara lain anthropologi, sejarah, pertanian, ekologi, kehutanan, geografi tumbuhan (Sudarsono & Waluyo 1992). 2.2 Kearifan Tradisional Masyarakat Bangsa Indonesia yang mendiami di seluruh pulau-pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kehidupan suku-suku tersebut terutama yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan lingkungannya secara turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani oleh leluhurnya. Masyarakat setempat yang hidup secara tradisional tersebut dikenal dengan istilahistilah tribal people (masyarakat suku), indigenous people (orang asli), native people (penduduk asli) atau tradisional people (masyarakat tradisional) (Primack et al. 1998) diacu dalam (Afrianti 2000). Telah lama masyarakat tradisional hidup secara berdampingan dengan keanekaragaman hayati atau sumber daya alam yang ada di sekelilingnya. Di sebagian besar tempat, ternyata mereka tidak melakukan perusakan-perusakan besarbesaran terhadap sumber daya alam yang ada di sekitarnya tersebut. Masyarakat tradisional telah berhasil memanfaatkan metode-metode irigasi yang bersifat inovatif, misalnya dengan melakukan panen yang bervariasi. Metode tersebut telah memungkinkan kehidupan manusia dengan populasi yang tinggi tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan maupun komunitas biologis di sekelilingnya. Namun, saat ini masyarakat tradisional sedang dihadapkan pada perubahan lingkungan secara besarbesaran akibat meningkatnya interaksi masyarakat dengan dunia luar, yang seringkali timbul perbedaan tajam antara generasi tua dan muda (Primack et al. 1998) diacu dalam (Afrianti 2000). 2.3 Pemanfaatan Tumbuhan Pengelompokkan penggunaan tumbuhan oleh Purwanto dan Walujo (1992) meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, pangan, bangunan, alat rumah tangga, dan
5
alat pertanian, tali temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat, obat-obatan dan kosmetika, kegiatan sosial dan kegunaan lain. 2.3.1 Tumbuhan pangan Tumbuhan pangan menurut Kamus bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dimakan oleh hewan maka disebut pakan). Contohnya yaitu buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan tumbuhan yang mengandung sumber karbohidrat. Buah-buahan adalah jenis buah-buahan tahunan yang dapat dimakan, baik dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan, umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah (Kartikawati 2004). Sebagian kecil jenis buah yang umum dikenal masyarakat Indonesia antara lain durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), salak (Zalacca salacca) dan jambu (Psidium guajava). 2.3.2 Tumbuhan obat Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari yang terlihat mata hingga yang nampak di bawah mikroskop (Rostiana diacu dalam Mujenah 1993). Sedangkan menurut Suyono (1991), tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, kulit, daun umbi biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional ; (2) Tumbuhan obat modern , yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung
6
senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit dielusuri (Zuhud 2004). 2.3.3 Tanaman hias Tanaman hias merupakan salah satu komoditi holtikultura non pangan yang digolongkan sebagai holtikultura dan pada kenyataannya dalam kehidupan seharihari, komoditas ini biasanya dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya (Arafah 2005). Tanaman hias merupakan tanaman apapun yang mempunyai nilai hias baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah maupun hias aroma. 2.3.4 Tumbuhan aromatik Tumbuhan aromatik dapat pula disebut sebagai tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri ini biasanya memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa makanan ataupun produk rumah tangga lainnya. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan (Kartikawati 2004). Sementara itu, menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri, antara lain : akar wangi (Andropogon zizinoides), kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni), jahe (Zingiber officinale), sirih (Piper betle), cendana (Santalum album) dan kenanga (Cananga odorata). 2.3.5 Tumbuhan penghasil warna Tumbuhan penghasil zat warna adalah tumbuhan yang memiliki zat warna seperti kunyit (Curcuma domestica) yang digunakan untuk mewarnai makanan sehingga berwarna orange dan daun suji (Pleomele angustifolia) untuk warna hijau (Kartikawati 2004). Di samping itu, selain untuk pewarna makanan, ada pula yang digunakan untuk mewarnai rotan dan bahan lainnnya.
7
2.3.6 Tumbuhan penghasil pakan ternak Pakan ternak adalah makanan yang diberikan kepada ternak. Menurut Kartikawati (2004), tanaman pakan ternak adalah tanaman yang memiliki konsentarsi nutrisi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Tanaman ini dapat diolah dan dibudidayakan meskipun ada pula yang tumbuh liar seperti alang-alang. 2.3.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Arafah 2005). 2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat Beberapa tumbuhan memiliki sifat spiritual, magis, dan ritual. Penggunaan tumbuhan untuk adat dapat berupa bentuk penggunaan dalam berbagai upacara adat terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup (Kartiwa & Wahyono 1992). 2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar Menurut Sutarno (1996), jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas b) Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat c) Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya d) Tahan penyakit dan hama e) Pengelolaannya singkat waktunya f) Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain
8
g) Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru h) Memiliki manfaat lain yang menguntungkan pertanian i) Menghasilkan percabangan dengan diameter yang cukup kecil untuk dipotong dengan peralatan tangan dan mudah pengangkutannya j) Menghasilkan kayu yang mudah dibelah k) Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan l) Tidak memercikkan api dan cukup aman apabila dibakar m) Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar 2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Beberapa tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis rotan dan bambu. Menurut Isdijoso (1992), tanaman yang termasuk dalam kelompok sumber bahan sandang, tali temali dan anyaman antara lain: kapas (Gossypium hirsutum), kenaf (Hibiscus cannabinus), rosella (Hibiscus sabdariffa), yute (Corchorus capsularis dan C. olitorius), rami (Boehmeria nivea), abaca (Musa textilis), dan agave/sisal (Agave sisalana dan A. Cantula).
9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Dirun Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli hingga September 2009. Adapun denah lokasi penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Denah Lokasi Penelitian (Sumber : Friedberg, 1990) 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen atau laporan dari instansi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium, alkohol 70%,
10
sedangkan alat yang digunakan kamera, kertas Koran, kantong plastik, sasak, tally sheet, kuisioner, tape recorder, label gantung dan alat tulis-menulis. 3.3 Jenis data yang dikumpulkan Adapun jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari spesies-spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, habitusnya, kegunaannya, bagian tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan, cara pemakaiannya hingga cara pembudidayaannya. Sedangkan untuk data sekunder terdiri dari kondisi umum lokasi, sejarah, letak dan luas, topografi, geologi dan tanah, iklim dan hidrologi, flora, fauna, kondisi sosial budaya masyarakat, pendidikan, dan karakteristik etnik (mata pencaharian). 3.4. Tahapan penelitian 3.4.1 Kajian literatur Kegiatan ini betujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi dasar mengenai kondisi umum (mencakup fisik, biotik dan sosial budaya masyarakat), data mengenai spesies tumbuhan berguna yang ada di lokasi penelitian guna verifikasi (cek silang) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui dua tahap yakni sebelum dan sesudah penelitian di lapangan. 3.4.2 Survey lapangan 3.4.2.1 Penentuan responden Penentuan responden sebagai perwakilan contoh ditentukan secara terpilih (metode purposive sampling). Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 25 responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan responden adalah mereka yang diduga memiliki pengetahuan banyak tentang pemanfaatan tumbuhan berguna dalam kehidupan yang meliputi dukun, tokoh masyarakat/tetua adat, ibu rumah tangga, dan anggota masyarakat lainnya.
11
3.4.2.2 Wawancara Dalam tahapan wawancara yang ditanyakan adalah spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan kegunaannya sebagai tumbuhan penghasil pangan, obat, pakan ternak, bahan bangunan, kayu bakar, tali anyaman dan kerajinan, aromatik, racun, pewarna, hias, upacara adat, dan spesies tumbuhan untuk kegunaan lainnya. Di samping ditanyakan juga mengenai cara pengolahan, cara pemakaian, hingga cara budidaya dan tingkat kegunaan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan tersebut. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan menggunakan kuisioner, dengan pendalaman pertanyaan sesuai keperluan. Di samping wawancara ini sekaligus dilakukan verifikasi dari hasil wawancara tersebut yang berupa sampelsampel tumbuhan untuk didokumentasikan. 3.4.2.3 Pembuatan herbarium Pengambilan sampel/contoh herbarium ditujukan untuk pengkoleksian spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, serta bunga dan buahnya jka ada) serta untuk penentuan nama ilmiahnya. Contoh herbarium dibuat dengan cara kering. Adapun tahapan dalam pembuatan herbarium ini adalah : 1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, serta bunga dan buah jika ada dengan menggunakan gunting daun, dipotong dengan panjang ± 40 cm. 2. Contoh herbarium yang telah diambil tersebut dimasukkan ke dalam kertas Koran dengan memberikan etiket yang berukuran (3x5) cm. Etiket berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan, dan nama pengumpul/kolektor. 3. Penyusunan herbarium pada sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot dengan alkohol 70%, dan kemudian dijemur pada panas matahari. 4. Herbarium yang sudah kering, disimpan untuk diidentifikasi selanjutnya di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB atau Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor.
12
Pembuatan herbarium ini tidak dilakukan pada semua spesies yang ditemukan tetapi hanya dikhususkan untuk spesies yang belum diketahui jenis dan familinya pada saat melakukan pengamatan serta identifikasi di lapangan. 3.4.3 Pengolahan dan analisis data Pengolahan data primer maupun sekunder dilakukan dengan cara manual maupun komputerisasi guna menyajikan data tentang: nama spesies, family, habitus, bagian tumbuhan berguna yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi lainnya tentang tumbuhan berguna, hasil identifikasi spesies tumbuhan berguna disusun berdasarkan famili dan spesies. Setiap spesies dianalisis mengenai potensi, bentuk hidup dan manfaatnya serta bagian yang digunakan. 3.4.3.1. Pengklasifikasian kelompok kegunaan Tumbuhan memiliki berbagai kegunaan. Agar mempermudah dalam penyajian, dilakukan pengelompokkan berdasarkan kegunaan masing-masing spesies tumbuhan (Waluyo 1987, Waluyo et al 1992) diacu dalam (Waluyo 1992) sebagai berikut : 1. Tumbuhan penghasil pangan 2. Tumbuhan obat 3. Tumbuhan penghasil pakan ternak 4. Tumbuhan penghasil bahan bangunan 5. Tumbuhan penghasil kayu bakar 6. Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan 7. Tumbuhan penghasil racun 8. Tumbuhan aromatik 9. Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tannin 10. Tumbuhan hias 11. Tumbuhan untuk upacara adat 12. Tumbuhan untuk kegunaan lain
13
3.4.3.2 Persentase bagian dan habitus tumbuhan yang digunakan Dari tumbuhan berguna yang ditemukan, dibuat persentase untuk setiap bagian dari tumbuhan yang ditemukuan dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan dihitung persentase keanekaragaman tingkat habitusnya. Penentuan persentase tersebut dibuat seperti berikut: Persentase habitus tertentu yang digunakan
Persentase bagian tertentu yang digunakan
x 100%
3.4.3.3 Tingkat kegunaan tumbuhan Tingkat kegunaan tumbuhan merupakan analisis sederhana dimana tingkat kegunaan suatu tumbuhan dihitung berdasarkan pada berapa jumlah kegunaan yang diperoleh dari suatu spesies tumbuhan. 3.4.3.5 Telaah praktek konservasi masyarakat Telaah aksi konservasi pada masyarakat mengacu kepada praktek-praktek konservasi yang secara turun-temurun telah diwariskan dan dijalankan yang bertolak dari 3 kelompok stimulus amar (alamiah, manfaat dan religius) yang mendorong sikap dan perilaku konservasi tertentu (Amzu 2007). Adapun ketiga stimulus tersebut antara lain: Stimulus alamiah, yang berkaitan dengan kelangkaan, karakteristik populasi dan regenerasi dari spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Stimulus manfaat, yang berkaitan dengan manfaat ekonomi, obat ataupun manfaat lain dari spesies tertentu. Stimulus religius, yang berkaitan dengan nilai-nilai kerelaan berkorban, spritual, etika dan norma-norma.
14
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Desa Dirun dengan luas 15,40 km2 terletak di Kecamatan Lamaknen dalam wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Belu dengan luas wilayah adalah 21.431 ha yang terdiri dari dataran 940 ha, lereng/bukit 19.419,5 ha dan pemukiman 1.071,5 ha. Dengan demikian diketahui Kecamatan Lamaknen sebagian besar lereng/perbukitan 90,5%, dataran 4,5% dan pemukiman 5%. Adapun batas-batasnya sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Raihat
Sebelah Selatan
: Negara Timor Leste
Sebelah Timur
: Negara Timor Leste
Sebelah Barat
: Kecamatan Lasiolat dan Tasifeto Timur.
4.2 Topografi dan Iklim Topografi Desa Dirun dan Kecamatan Lamaknen pada umumnya didominasi oleh pegunungan, perbukitan, bergelombang dengan variasi lereng-lereng yang curam dengan kemiringan 8-40% dan melengkung membentuk lembah serta lahan yang datar sangat jarang dijumpai seperti terlihat pada Gambar 2 dengan ketinggian 600800 mdpl. Sementara itu, berdasarkan pembagian tipe iklim Schmidt & Ferguson (Orneling 1955) pulau Timor pada umumnya yang termasuk pula Kecamatan Lamaknen di dalamnya adalah termasuk tipe iklim E & F. Iklim ini dipengaruhi oleh iklim Australia yang ditandai oleh kekeringan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Adapun lamanya musim kemarau adalah 7-9 bulan, musim hujan hanya selama 3-5 bulan. Pada tipe iklim ini, seperti di wilayah Kecamatan Lamaknen dapat ditemukan adanya padang savana Fulan Fehan yang berada dalam kawasan hutan Lindung Kelompok Gunung Lakaan seperti terlihat pada Gambar 2. Air merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan budidaya pertanian. Sebagian besar wilayah ini adalah lahan kering, oleh karenanya
15
sangat membutuhkan curah hujan yang memadai baik intensitas maupun distribusinya selama setahun. Bagi daerah perbukitan/lereng tingginya curah hujan dalam suatu waktu tertentu bisa berakibat erosi maupun tanah longsor. Sebaliknya curah hujan yang kurang dari 3 bulan atau tidak menentu akan mengakibatkan gagal panen jagung, padi ladang, kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Gambar 2 Desa Dirun dan padang savana Fulan Fehan 4.3 Geologi dan tanah Dalam peta Geologi NTT yang bersumber pada “Geological survey Washingfton D.C 1985”, kawasan Kecamatan Lamaknen didentifisir ke dalam formasi batuan Bobonaro, namun berdasarkan hasil survey geologi Indonesia dan data-data lapangan oleh Morton (1975), kawasan tersebut dan daerah sekitarnya diindikasikan sebagai tanah Napal tercampur batuan pasir dan lumpur, yang proses kejadiannya diperkirakan sejak zaman Miosin Atas hingga kini (sejak 30 tahun hingga sekarang). Menurut peta tanah bagan yang bersumber pada lembaga penelitian tanah bogor (LPT Bogor), maka jenis tanah yang terdapat di wilayah Kecamatan Lamaknen adalah jenis tanah litosol. Warna tanah bervariasi antara coklat gelap (dark brown) dan coklat sangat gelap (very dark brown) hingga hitam. Tingkat keasaman tanah (ph) di dalam kawasan yang berkisar antara 6-7 (normal).
16
4.4 Hidrologi Menurut hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh panitia penyusunan revisi umum Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) ibukota Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu tahun 2003-2013 ternyata di Wilayah Kecamatan Lamaknen terdapat beberapa mata air yang diantaranya berdebit kurang dari 1 liter/detik dan beberapa keluarga secara pribadi memasang pipa untuk mengalirkan air dari sumber air yang ada. Sementara itu, sumur-sumur galian tidak ditemukan karena hingga sekarang, kebutuhan air bersih masih dipenuhi dari sumber air yang ada. Salah satu contohnya adalah pada masyarakat kampung Berloo yang mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhannya dari sumber air yang berada di kaki bukit Fatumutin (Gambar 3).
Gambar 3 Sumber Air Fatumutin 4.5 Kondisi Flora dan Fauna Keanekaragaman spesies-spesies flora maupun fauna yang ditemukan di Desa Dirun merupakan suatu bentuk adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya yang kering dan khas. 4.5.1 Flora Konsekuensi dari iklim kering menyebabkan terciptanya flora maupun vegetasi yang khas pula. Jenis-jenis tumbuhan yang menata flora Timor telah
17
menelusuri suatu rangkaian seleksi alam yang keras sepanjang jalur evolusinya. Tidak banyak jenis yang ada di kawasan ini yang bersifat evergreen atau hijau sepanjang tahun. Adapun vegetasi yang dapat dijumpai adalah ampupu (Eucalyptus urophylla ), pohon putih (Eucalyptus alba, ) cemara gunung (Casuarina junghuniana), bambu (Bambusa spp.), gewang (Corypha sp.), kesambi (Schleichera oleosa) serta jenis lainnya dari family Fabaceae. Di samping itu terdapat pula tumbuhan yang menghambat pertumbuhan tumbuhan lain seperti u lakar (Boerhavia erecta), siol (Lantana camara) dan an in (Vetiveria zizanioides). 4.5.2 Fauna Satwa-satwa liar yang dapat dijumpai di Desa Dirun adalah satwa-satwa yang berasal dari dalam kawasan Hutan Lindung Ekosistem Gunung Lakaan seperti babi hutan (Sus vittatus), kera (Macaca irus), kakatua (Cacatua galarita), ayam hutan (Callus galius varius) dan rusa (Cervus timorensis). 4.6. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Masyarakat yang mendiami Desa Dirun memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya perkawinan antar kerabat yang telah terwariskan secara turun-temurun. Di Desa Dirun terdapat ± 20 suku yang mendiami 9 dusun yang ada di desa tersebut yang berjumlah 674 KK. Sedangkan pada dusun yang berada di pusat kecamatan telah banyak para pendatang yang bekerja sebagai tenaga pendidik, perawat ataupun tenaga jasa lainnya juga adanya para pengungsi Timor Leste yang telah menetap di Desa Dirun tersebut. 4.6.1. Bahasa Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar suku adalah bahasa Bunaq Kata “Bunaq” tidak mempunyai arti khusus, melainkan kata yang dipakai oleh suku bangsa Bunaq sendiri, untuk menyebut suku bangsa Bunaq dan bahasa Bunaq. Suku Bunaq ini merupakan salah satu suku dari 3 suku besar yang mendiami wilayah Kabupaten Belu. Bahasa Bunaq ini memilki keunikan tersendiri dari vokal-vokalnya.
18
Dalam bahasa Bunaq ditemukan arti dari setiap huruf vokal yang terdiri dari hurufhuruf A, I, U, E, O. Huruf A mempunyai arti makan. Huruf vokal I berarti kita dan arti kedua atau arti lain dari vokal I adalah menggigit. Huruf vokal U berarti rumput atau arti lain hidup. Huruf vokal E berarti garam. Vokal O artinya udang. Gabungan huruf dua huruf vokal juga mempunya arti tersendiri. Misalnya AI artinya tanta. AU artinya bambu. AE artinya memberi makan kepada. AO artinya memanah. IA artinya memakan Anda. IU artinya berulat. IE artinya milikmu. IO artinya kotoranmu atau tahimu. UA artinya jejakmu. UI artinya ulat. UE artinya memukul. EA artinya memberi makan kepadamu. EI artinya mereka. OE artinya rotan. 4.6.2 Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat Desa dirun pada umumnya adalah bertani. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki mata pencaharian sebagai swasta atau pegawai negri. Hal ini disebabkan karena kegiatan berladang merupakan kegiatan utama untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sudah menjadi budaya yang sulit ditinggalkan. Sesuai dengan keadaan ekosistemnya maka di Desa Dirun komoditas yang cocok adalah padi yang hanya terpusat di pusat kecamatan dan palawija serta tanaman pangan di seluruh wilayah Desa Dirun seperti jagung, ubi kayu, bawang merah dan bawang putih yang bernilai ekonomi tinggi dan sebagai sumber pendapatan utama. Meskipun di Desa Dirun cocok untuk budidaya lorong, terasering dengan pengembangan tanaman perkebunan (kopi, kemiri), kehutanan (jati, mahoni), tanaman umbi-umbian dan tanaman obat-obatan yang bisa hidup di bawah pepohonan yang menjadi makanan alternatif masyarakat bila terjadi musim paceklik di lahan sawah maupun di lahan kering boleh dikatakan belum beraturan. Hal ini ada berkaitan dengan tingkat kebutuhan petani yang didasarkan pada kebutuhan mendesak atau tidaknya. Di samping itu diakibatkan oleh kebiasaan peternak yang membiarkan ternaknya berkeliaran ketika selesai panen. Hal lain ialah petani kurang sadar akan pentingnya penerapan pola tanam karena para petani selalu merasa puas dengan hasil yang ada kendati kenyataan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Paso 2003).
19
4.6.3 Pendidikan Masyarakat di Desa Dirun dilihat dari tingkat pendidikannya telah banyak yang bersekolah atau menikmati pendidikan dikarenakan telah adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya anggota masyarakat yang telah menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Meskipun demikian, pada umumnya masyarakat di Desa Dirun hanya berpendidikan SD atau bahkan tidak pernah menikmati bangku pendidikan sama sekali. Fenomena inilah yang secara teoritis menggambarkan adanya korelasi positif dengan peluang kerja. Sehubungan dengan itulah maka di Desa Dirun dijumpai pada umumnya masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. 4.6.4 Sejarah Nama Bunaq sebagai nama asli dari suku bangsa ini baru saja diperkenalkan dan dilasimkan oleh bekas Raja Lamaknen A.A.Bere Tallo, sejak tahun 1950-an. Bahasa Bunaq dipakai oleh Suku Bangsa Bunaq, yang mendiami bekas swapraja Lamaknen di wilayah Timor Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Banyak orang Bunaq yang juga mendiami wilayah-wilayah yang berbahasa Tetum seperti Kedesaan Aitoun, Litamali, Kamanasa, Suai, Kletek, Sukabinawa dan Babulu. Di samping itu suku bangsa Bunaq mendiami wilayah yang luas pula di Timor-Timur yakni Wilayah Daerah Tingkat II Bobonaro (bekas keliuraian Lolotoi, Lakus, Bobonaru, Aiasa, Memu, Maliana dan Hoololo). Di samping itu terdapat pula di Kecamatan Fatululi dalam wilayah Kabupaten Kobalima. Baik orang-orang Bunaq di Timor-Timur maupun Belu mempunyai leluhur yang sama dan hubungan darah langsung yaitu semuanya berasal dari Timor-Timur. Suku Bunaq adalah satu suku bangsa yang mendiami pegunungan Lamaknen dan sekitar jajaran bukit Lakus dan Nabilwa. Ia mempunyai banyak perbedaannya dengan suku Bangsa Belu yang berbatasan dengannya, dalam hal bahasa dan kebudayaannya. Mereka ini juga merupakan salah satu dari suku-suku bangsa yang tua yang lebih dahulu mendiami Pulau Timor. Masyarakat Bunaq tidak termasuk di dalam kelompok bangsa-bangsa Melayu, karena
20
tempurung tengkorak kepalanya yang lebih besar dan memperlihatkan segala ciri-ciri dari bangsa Irian (Friedberg 1990). 4.6.5 Sistem Religi dan ritualnya Pada masa sekarang dapat dikatakan , 100 % suku bangsa Bunaq di Lamaknen pada umumnya telah memeluk agama Katholik. Namun demikian , para pemeluk agama Katholik ini pada hakekatnya belum melepaskan konsep-konsep dan adat istiadat keagamaan yang berasal dari religi asli tersebut. Unsur penting dalam religi asli itu adalah adanya kepercayaan bahwa ada satu keadaan yang Tertinggi, disebut “Hot” atau “Hot Esen”. Dalam syair mitologis Hot Esen disebut “ Masaq Giral Kereq, Boal Gepal Uen” yang artinya Yang Agung bermata tunggal dan bertelinga tunggal yang berarti pula Yang Agung Maha Sempurna. Kepercayaan
yang
lain
ialah
menurut
syair
itu
adalah
Hot Esen berdiam di Esen Hitu, As Hitu (pada tujuh ketinggian). Kegelapan meliputi seluruh alam raya. Untuk menghalau kegelapan, Hot menciptakan bintang, bulan dan matahari. Ternyata di bawah Esen Hitu, As Hitu, hanya ada air tidak terbatas. Hot menjatuhkan satu gumpalan tanah, ternyata hanya menjadi air. Dijatuhkan lagi gumpalan 3 buah namun hanya kelihatan binatang bergerak dalam air. Dijatuhkan lagi 5 gumpalan sehingga terpisahlah daratan dengan air, tetapi tanah hanya dalam keadaan rata, tidak bergunung dan berbukit, dan hanya penuh ditumbuhi rumput “tese” dan “sibil”. Dijatuhkan lagi 7 gumpalan, bermunculanlah pegunungan dan pebukitan, tetapi masih bergoyangan di atas air. Dengan menurunkan pohon “ge”, mantaplah tanah daratan ciptaan itu. Untuk menggilas rumput “tese” dan “sibil” diturunkan kambing, babi, kerbau maka tergilaslah rerumputan itu. Diturunkan lagi kera untuk menghuni hutan, serta burung gagak dan burung “koak” untuk memberi tanda tibanya siang dan malam. Bumi disebut ligi hitu nual hitu yang berarti tujuh yang dibawah. Kemudian ternyata bintang, bulan dan matahari melahirkan manusia. Inilah sebabnya manusia disebut “Hot Gol”-“Hul Gol” yang berarti anak matahari dan bulan. Di samping itu bintang-bintang melahirkan pula roh-roh jahat pembawa malapetaka bagi manusia dan roh baik membawa kemakmuran, keberanian,
21
kepandaian bagi manusia. Manusia ini berdiam di Esen Hitu, As Hitu akan tetapi sejak kecil nakal, suka berkelahi, sesudah dewasa, juga mulai mencuri, merusakkan barang milik orang, lalu Hot memerintahkan mereka itu, untuk mendiami bumi. Sehubungan dengan itu, religi yang dilakukan pada saat membangun rumah suku baru atau rumah adat ditujukan untuk memulihkan kembali keseimbangan antara para anggota suku yang membuat rumah dengan kayu, rumputan. Berdasarkan pemikiran masyarakat Bunaq, bahwa kayu dan bahan lainnya yang digunakan adalah sesama makhluk yang sama dan sederajat dengan manusia, sehingga harus diadakan perdamaian kembali dengan mereka. Sementara itu, terdapat ritual mengenai bahan makanan yakni kayu cendana dan lilin (lebah). Hal ini berdasarkan syair mitologis, bahwa bahan makanan, kayu cendana dan lebah adalah hasil penjelmaan seorang putera dan puteri bernama Dasi Bau Maliq dan Dasi Bui Maliq. Dasi Bui Maliq menjadi lebah dan Dasi Bau Maliq menjelma menjadi bahan makanan dan kayu cendana. Kemudian, darah dagingnya menjelma menjadi padi-padian, giginya menjadi jagung, lidahnya menjadi tebu, biji matanya menjadi kacang-kacangan, perutnya menjadi labu, pantatnya menjadi ubi. Berdasarkan kepercayaan itu, maka ada berbagai upacara yang dilakukan yang berkaitan dengan bahan makanan yang ditujukan untuk menghindarkan bencana alam, pemusnah makanan, melancarkan curah hujan, menambah kesuburan tanah serta memberikan hasil panen yang berlimpah (Mali 2009). 4.6.6 Nama panggilan anak secara adat Dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq, setiap anak memiliki panggilan secara adat. Adapun panggilan untuk anak laki-laki maka panggilan apa’ untuk memanggil anak sulung, pou untuk anak kedua, uju untuk anak ketiga dan uka untuk anak bungsu. Apabila anak laki-laki berjumlah lebih dari empat orang maka anak kelima disebut sebagai anak sulung dengan panggilan apa’ dan seterusnya. Panggilan untuk anak perempuan sama halnya panggilan adat yang diberikan kepada anak lakilaki hanya berbeda pada panggilan yang diberikan bagi anak sulung yakni pada anak perempuan diberi nama aiba.
22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara yang dilakukan dengan masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun diperoleh bahwa dalam kehidupannya mereka memanfaatkan sebanyak 257 spesies tumbuhan dari 71 famili seperti yang tersaji pada Lampiran 1. Perolehan data ini menunjukkan bahwa dalam kesehariannya, masyarakat suku Bunaq memiliki interaksi yang sangat dekat dengan tumbuhantumbuhan di sekitarnya dan memiliki potensi sebagai tumbuhan berguna untuk menunjang kehidupan mereka. Berikut ini dikemukakan klasifikasi keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan (1) Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna, (2) Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya, (3) Bagian tumbuhan yang digunakan, (4) Persentase asal tumbuhan, dan (5) Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna. 5.1.1. Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna Keanekaragaman spesies dan famili yang digunakan sebagai tumbuhan berguna dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak 257 spesies dari 71 famili. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan adapun famili dengan spesies tumbuhan terbanyak adalah Fabaceae yang ditemukan sebanyak 25 spesies, diikuti Poaceae sebanyak 17 spesies dan Euphorbiaceae sebanyak 19 spesies. Pada Gambar 4 hanya terdapat 17 famili yang memiliki jumlah spesies lebih besar sama dengan tiga sedangkan daftar famili dengan jumlah spesies lebih besar sama dengan dua dan daftar selengkapnya secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1.
23
Gambar 4 Hubungan antara jumlah spesies dan famili yang ditemukan Famili Fabaceae merupakan famili yang memiliki spesies terbanyak yang ditemukan sebagai tumbuhan berguna pada kehidupan masyarakat di Desa Dirun. Menurut Anonim (2006) Fabaceae adalah nama botani untuk sebuah famili tumbuhan yang besar. Spesies-spesies anggota Fabaceae kebanyakan berupa kacang-kacangan yang merupakan sumber makanan yang paling bernilai, contohnya kacang tanah. Spesies lain yang merupakan sumber pakan ternak termasuk Cassia, lamtorogung dan kacang-kacangan pada umumnya yang merupakan sumber protein utama dari Nitrogen yang dihasilkan dari simbiosis pada akar spesies tumbuhan dari family Fabaceae ini. Sementara itu, genus seperti Laburnum, Robinia, Gleditsia, Acacia, Mimosa, dan Delonix merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai sifat pengobatan atau insektisida atau menghasilkan bahan-bahan yang penting seperti gam arab, tanin, pewarna atau damar. Terdapat juga tanaman khusus, satu spesies Asia timur yang pernah ditanam di bagian tenggara Amerika serikat untuk perbaikan tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman spesies ini telah dihentikan karena tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh dimana-mana.
24
5.1.2. Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat jika ditinjau dari habitusnya sangat beragam sehingga dikelompokkan spesies-spesies tumbuhan berguna yang ditemukan berdasarkan tingkat habitusnya masing-masing seperti yang terekapitulasi pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Persentase jumlah spesies yang digunakan masyarakat berdasarkan No
Nama Habitus
Jumlah Spesies Berdasarkan Habitusnya 97
habitus
Presentase (%)
1
Herba
37,6
2
Perdu
18
6,98
3
Semak
33
12,8
4
Pohon
99
38,37
5
Liana
8
3,48
6
Epifit
2
0,77
Jumlah
257
100
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa spesies terbanyak yang dimanfaatkan masyarakat adalah yang berhabitus pohon. Hal ini dikarenakan di daerah ini yang terletak pada ketinggian 600-800 mdpl merupakan salah satu hutan musim dataran rendah yang memiliki struktur satu lapis saja dengan tinggi pohon jarang melebihi 25 meter, berdahan rendah, jarang berbatang silindris dan menjulang serta komposisi jenisnya adalah campuran tetapi miskin jenis dan sering dominan setempat. Pohon mempunyai nilai yang paling tinggi karena pada jenis hutan dataran rendah yang mendominasi adalah tingkat pohon. Di samping itu, daya tahan hidup pohon lebih lama dibandingkan dengan habitus lainnya sehingga pemanfaatanya bisa lebih berkelanjutan. Di samping habitus pohon, terdapat spesies-spesies berhabitus herba yang juga banyak dimanfaatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan spesies-spesies tumbuhan dari habitus ini merupakan tumbuh-tumbuhan yang sering dijumpai dan banyak terdapat di sekitar lingkungan masyarakat dan pada umumnya adalah tanaman hasil budidaya seperti bahan pangan, obat dan untuk kegunaan lainnya.
25
5.1.3 Bagian tumbuhan yang digunakan Spesies-spesies yang digunakan oleh masyarakat Bunaq biasanya lebih dari satu bagian pada tumbuhan tersebut yang dimanfaatkan mereka. Dari total spesies yang diperoleh dapat dilihat adanya perbandingan bagian tumbuhan yang digunakan. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam potensinya untuk berbagai kegunaan. Hal ini bagi masyarakat Bunaq merupakan suatu pengetahuan atau pewarisan pengetahuan secara turun-temurun dari leluhur dan sebagai contohnya adalah penggunaan daun bagi manusia didasarkan pada penggunaannya sebagai pakan ternak atau pun pengobatan ternak. Masyarakat dapat menilai kegunaan tumbuhan tersebut berdasarkan efek pemberian tumbuhan tersebut bagi ternak. Di samping itu, pengambilan bagian tumbuhan seperti daun merupakan salah satu upaya konservasi karena tidak menimbulkan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu spesies tumbuhan dibandingkan dengan bagian batang atau pun akar dari tumbuhan tertentu tersebut. Hal ini dikarenakan daun memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun daun merupakan organ utama produsen fotosintesis.
Gambar 5 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
26
5.1.4 Persentase asal tumbuhan Dilihat
dari
asalnya
tumbuhan
yang
digunakan
oleh
masyarakat
dikelompokkan menjadi dua yakni yang berasal dari hasil budidaya dan tumbuhan liar yang persentasenya seperti tersaji pada Gambar 6.
Gambar 6 Persentase asal tumbuhan Berdasarkan persentase asal tumbuhan seperti pada Gambar 6 terlihat bahwa spesies tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tumbuhan yang hidup liar. Dalam hal ini tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tidak ditanam atau tanpa campur tangan manusia karena keberadaannya melimpah dan tumbuh liar di sekitar lingkungan masyarakat baik di hutan ataupun yang tumbuh di pinggir-pinggir jalan. Di samping itu, masyarakat berpandangan bahwa pada dasarnya alam telah menyediakan segala sesuatu untuk kehidupan manusia. Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan manusia merupakan salah satu wujud keikutsertaan manusia dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan alam sekitarnya. Adapun jumlah tumbuhan yang ditemukan di pinggir-pinggir jalan adalah sebanyak 4
27
spesies dengan presentase 2 % dan tumbuh di hutan sebanyak 178 dengan presentasenya adalah 98 % dari total 182 spesies yang tumbuh liar. Pada dasarnya budidaya yang dilakukan dengan alasan tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharisehari seperti bahan pangan atau jenis kegunaan lainnya yang tidak dijumpai pada ekosistem liar di sekitarnya serta bukan merupakan spesies asli daerah setempat. Spesies-spesies yang dibudidayakan dikelompokkan menjadi dua yakni yang ditanam di sekitar pekarangan rumah yang mana ditemukan sebanyak 36 spesies dengan dengan presentase 53 % dan yang ditanam di kebun sebanyak 40 spesies dengan presentasenya adalah 47 % dari total 76 spesies yang dibudidayakan. 5.1.5 Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna Tumbuhan memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan sehingga spesies-spesies yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq dikelompokkan ke dalam 12 kelompok kegunaan. Adapun jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kegunaannya dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 7 Kelompok kegunaan pada masyarakat Bunaq
28
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa spesies tumbuhan berguna yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tumbuhan obat, pangan, pakan ternak dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Apabila dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukan pada masyarakat Dawan di Pulau Timor (Waluyo 1992) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Kedua suku ini sama-sama berada di daratan Pulau Timor yang mana suku Bunaq terletak di ujung Pulau Timor bagian barat yang sering dikenal dengan sebutan Timor Barat sedangkan suku Dawan berada di tengah dari arah utara Pulau Timor yang dikenal dengan Timor Tengah Utara. Tabel 2 Perbandingan antara etnobotani suku Bunaq dan Dawan Kategori pemanfaatan spesies No
Etnobotani Suku/masyarakat
Pangan
Sandang
Papan
Obat
Adat
1
Dawan
16
2
7
12
4
Tali temali, anyaman dan kerajinan 10
2
Bunaq
41
1
32
69
6
20
Sumber Waluyo, 1992 Penelitian ini (2009)
Berdasarkan Tabel 2 di atas diperoleh bahwa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Bunaq lebih banyak dibandingkan dengan spesies yang digunakan oleh suku Dawan. Meskipun demikian, terdapat kesamaan spesies yang dimanfaatkan oleh kedua suku tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kelompok kegunaan penghasil pangan. Banyaknya spesies tumbuhan penghasil pangan yang ditemukan pada suku Dawan dapat dijumpai semuanya dalam kehidupan suku Bunaq. Artinya, pengetahuan dari kedua suku ini kurang lebih memiliki kesamaan. 5.1.5.1 Tumbuhan penghasil pangan Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh 41 spesies tumbuhan yang dijadikan oleh masyarakat Suku Bunaq sebagai tumbuhan penghasil pangan. Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan tersebut seperti tersaji pada Tabel 3.
29
Tabel 3 Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan yang ada di Desa Dirun No
Nama Ilmiah
Famili
1
Nama Lokal Pao Lelo
Phaseolus lunatus
Fabaceae
Bagian Yang Digunakan Biji
Kegunaan
2
Same'
Discorea hispida
Discoreaceae
Umbi
3
Kontas
Canna edulis
Cannaceae
Umbi
4
Balo
Colocasia esculenta
Araceae
Umbi
5
Paol
Zea mays
Poaceae
Biji
6
Dioscorea esculenta
Discoreaceae
Umbi
7
Diq Kaka giri Molo
Piper amboinensis
Piperaceae
Buah
Makanan pokok Makanan pokok Makanan pokok Makanan pokok Upacara adat
8
Pu
Arecha catechu
Arecaceae
Buah
Upacara adat
9
Diq Hotel
Manihot esculenta
Euphorbiaceae
10
Sekal
Ipomea batatas
Convolvulaceae
Umbi dan daun Umbi
Makanan pokok Makanan pokok
Makanan pokok Makanan
Masyarakat Bunaq mengenal berbagai spesies tumbuhan bahan pangan baik yang liar maupun yang telah lama dibudidayakan. Ada pun spesies penghasil karbohidratnya sehari-sehari yang terutama adalah paol/jagung (Zea mays). Spesies tumbuhan ini dikenalkan pertama kali oleh bangsa Portugis ketika mengadakan perjalanan mencari rempah-rempah (Waluyo 1992) pada abad XVIII. Selain jagung, masyarakat juga diperkenalkan dengan ubi jalar (Ipomea batatas), diq hotel (Manihot esculenta) yang kurang disukai. Hal ini disebabkan karena sebelumnya, masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan same’ (Discorea hispida), diq kaka giri (Discorea esculenta), rik tali (Discorea bulbifera) dan diq kira pana (Discorea alata) dan me (Amorphophalus campanulatus). Masuknya spesies tumbuhan dari luar menyebabkan kurangnya fungsi dari umbi-umbian tersebut sehingga banyak ditemukan tumbuh liar dan hanya sebagai makanan pengganti ketika terjadi paceklik. Di samping itu, jenis umbi-umbian lain yang juga dikenal adalah kontas (Canna edulis) pada Gambar 8, balo (Colocasia esculenta) yang juga ditanam di ladang. Selain umbi-umbian sebagai pengganti jagung ada pula jenis kacangkacangan yang tumbuh liar dan berfungsi sebagai makanan tambahan ketika terjadi paceklik adalah pao lelo (Phaseolus lunatus) pada Gambar 8. Pengolahannya
30
membutuhkan waktu yang lama karena mengandung senyawa beracun. Adapun prosesnya adalah dimasak atau dikenal dengan istilah “Hail” sebanyak sepuluh kali untuk menghilangkan senyawa beracun yang dikandungnya sehingga aman dikonsumsi. Pengambilan jenis pao dilakukan pada musim kemarau baik yang telah lepas dari polongnya ataupun yang belum terlepas dari polongnya.
Gambar 8 Pao lelo (Phaseolus lunatus) dan kontas (Canna edulis) 5.1.5.2 Tumbuhan penghasil pakan ternak Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan ternak-ternaknya sebanyak 43 spesies seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Beberapa spesies tumbuhan pakan ternak yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Ilmiah
Famili Moraceae
Bagian Yang Digunakan Daun
1
Buah Moras
Morus alba
2
Jati Belis
3
Tese
Kegunaan Pakan Ternak
Gmelina arborea
Verbenaceae
Daun
Pakan ternak
Saccharum spontaneum
Poaceae
Daun
Pakan ternak
4
Lamtoro
Leucaena leucocephala
Fabaceae
Daun
Pakan ternak
5
Sibil
Phragmites karka
Cyperaceae
Daun
Pakan ternak
6
Kaleq
Sesbania grandiflora
Fabaceae
Daun
Pakan ternak
7
Mantalin
Cyperus brevifolius
Cyperaceae
Daun
Pakan ternak
8
Su kaqut
Cyperus sp
Cyperaceae
Daun
Pakan Ternak
9
An Paral
Setaria faberii
Poaceae
Daun
Pakan Ternak
10
Kura sisal
Acanthospermum hispidum
Acanthaceae
Daun
Pakan Ternak
31
Tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat, sebagai pakan ternak biasanya diambil di sekitar lingkungannya yang tumbuh liar di sekitar tempat tinggal mereka seperti tese (Saccharum spontaneum), sibil (Phragmites karka). Meskipun demikian guna mengatasi ketersediaan pakan ternak seperti kambing, sapi dan kuda di musim kemarau, masyarakat membudidayakan tumbuhan seperti kaleq (Sesbania grandiflora) pada Gambar 9 serta lamtorogung (Leucaena leucocephala), jati belis (Gmelina arborea) di sekitar pekarangan rumah atau pun di kebun mereka. Namun pada umumnya masyarakat Desa Dirun khususnya kampung Berloo dan Lookun melepasliarkan ternak (sapi dan kuda) di padang savanna yang berada dalam kawasan kelompok hutan Lakaan yang hanya dikontrol oleh pemiliknya tiga hari sekali.
Gambar 9 Pemberian pakan ternak dan lokasi penggembalaan liar 5.1.5.3 Tumbuhan obat Tumbuhan obat merupakan kelompok kegunaan yang paling banyak ditemukannya jenisnya dari keseluruhan jenis tumbuhan yang ditemukan. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa masyarakat suku Bunaq masih berhubungan erat dengan tumbuhan dalam mengobati sakit yang dideritanya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan masyarakat pada umumnya mengkonsumsi tumbuhan obat sebagai pertolongan pertama ketika menderita sakit sebelum dirujuk ke Puskesmas atau Polindes terdekat. Mereka juga memiliki bahan keringan dari berbagai tumbuhan yang bermanfaat yang menjadi stok bagi mereka sebagai tanda kewaspadaan terhadap sakit yang datangnya tak menentu. Spesies-spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat biasanya diambil di sekitar pekarangan rumah ataupun di ekosistem
32
liar di sekitarnya dan spesies-spesies yang sering digunakan oleh masyarakat adalah seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Beberapa spesies tumbuhan obat yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Up Bule'en
Saccharum officinarum
Poaceae
2 3
Mahoni Hotel guzu
Swietenia machrophylla Picrasma javanica
Meliaceae Simaroubaceae
4
Nenuq
Morinda citrifolia
Rubiaceae
5 6
Mok luan Taun zon
Musa paradisiaca Tephrosia zollingeri
Musaceae Fabaceae
7
Curculigo villosa
Liliaceae
8
In Bule'en Zon Patal Muq
Piper retrofractum
Piperaceae
9 10
Ukaq Delima
Calotropus gigantea Punica granatum
Ascleipiadaceae Punicaceae
Bagian Kegunaan Yang Digunakan Akar Mengatasi Muntah darah Biji Obat malaria Kulit Obat tumor dan sakit ginjal Kulit Obat sakit asma Batang Akar Obat diabetes Akar Obat kencing Putih dan Darah Umbi Obat Disentri Seluruh Bagian Daun Kulit Batang
Pembersih darah bagi ibu melahirkan Obat Sakit gigi Obat Kembung
Dalam pemanfaatan tumbuhan obat guna mengobati penyakit tertentu biasanya dibuatkan ramuan dari beberapa spesies tumbuhan yang dikenal dengan istilah “uer gol dara” oleh masyarakat yang pengetahuannya khusus untuk pengobatan penyakit tertentu atau dukun pengobatan tradisional (Gambar 10) . Adapun proses pengolahannya dengan cara direbus serta menggunakan tungku berbahan bakar kayu api yang digunakan khusus untuk merebus ramuan tersebut. Artinya tungku dan kayu bakar yang ada tidak boleh dipakai untuk keperluan lain. Air rebusan biasanya dianjurkan oleh dukun untuk diminum tiga kali sehari. Setelah tiga hari air rebusan diganti dengan air yang baru serta air yang telah lama diganti serta tidak boleh ditumpahkan di sembarangan tempat dan tidak boleh dilanggar oleh manusia ataupun satwa. Hal ini dikarenakan akan mengurangi khasiat dari tumbuhan obat tersebut dan sebagai ungkapan penghormatan terhadap spesies tumbuhan yang telah dipakai.
33
Gambar 10 Maria Ili Dukun pengobatan tradisional 5.1.5.4 Tumbuhan penghasil bahan bangunan Tumbuhan penghasil bahan bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat suku Bunaq dalam kehidupannya sehari-hari guna memenuhi kebutuhan akan papan berdasarkan wawancara dan verifikasi yang dilakukan adalah sebanyak 32 spesies seperti terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Beberapa spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang ada di Desa Dirun No
Nama Ilmiah
Famili
1
Nama Lokal Tal
Myrtaceae
Bagian Yang Digunakan Batang
Eucalyptus urophylla
2
Pie
3
Kegunaan Kayu bangunan
Eucalyptus alba
Myrtaceae
Batang
Kayu bangunan
Hur
Casuarina junghuniana
Casuarinaceae
Batang
Kayu bangunan
4
Hoza
Cocos nucifera
Arecaceae
Batang
Kayu bangunan
5
Mah
Bambusa spp
Poacea
Batang
Kayu bangunan
6
Syzygium polyanthum
Myrtaceae
Batang
Kayu bangunan
7
Siba Leboq Wauk
Garuga floribunda
Burseraceae
Batang
Kayu bangunan
8
Nitu
Garuga sp.
Burseraceae
Batang
Kayu bangunan
9 10
Besak Hut
Acacia leucophloea Imperata cylindrical
Fabaceae Poaceae
Batang Daun
Kayu bangunan Atap bangunan
34
Masyarakat pada umumnya memilih bahan bangunan untuk membuat rumah tempat tinggal ataupun rumah suku sesuai dengan fungsiya seperti untuk tiang utama menggunakan bahan kayu yang kuat dan tahan lama yakni tal (Eucalyptus urophylla), pie (Eucalyptus alba), hur (casuarinas junghuniana), dan siba leboq (Syzygium polyanthum) serta atapnya dari hut (Imperata cylindrica) pada Gambar 11. Sementara itu, untuk rumah kebun biasanya beratapkan daun kelapa (Cocos nucifera) dengan tiang-tiangnya terbuat dari bambu (Bambusa sp.) dan kayu lainnya. Namun dalam perkembangannya, baik rumah suku maupun tempat tinggal masyarakat di Desa Dirun sebagian besar telah dibuat permanen dengan beratapkan seng. Adapun hal yang mendasar dalam pergeseran budaya ini adalah keamanan dari suatu bangunan tersebut dari terjadinya kebakaran yang disebabkan faktor sengaja ataupun tidak sengaja karena atapnya yang berasal dari hut (Imperata cylindrica) yang mudah terbakar.
Gambar 11 Rumah suku dan rumah kebun 5.1.5.5 Tumbuhan penghasil kayu bakar Dalam
keseharian
hidup,
masyarakat
Desa
Dirun
pada
umumnya
menggunakan sumber energi utama yang berasal dari kayu bakar dan ditemukan sebanyak 10 spesies tumbuhan penghasil kayu bakar. Adapun spesies yang sering digunakan adalah seperti pada Tabel 7.
35
Tabel 7 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ai Rawan Tomol Lamtoro Tal Pie Hur Nor Nigi A Nor Nigi B Mokza Ai turis
Scleichera oleosa Cassia timoriana Leucaena leucocephala Eucalyptus urophylla Eucalyptus alba Casuarina junghuniana Putrajiva roxburghii Payena leerii Solanum verbascifolium Myrsine avenis
Sapindaceae Fabaceae Fabaceae Myrtaceae Myrtaceae Casuarinaceae Sapotaceae Anacardiaceae Solanaceae Myrsinaceae
Bagian Yang Digunakan Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang Batang
Kegunaan Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar Kayu Bakar
Kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat adalah berasal dari jenis tumbuhan yang multifungsi seperti kesambi (Scleichera oleosa), tomol (Cassia timoriana), lamtoro (Leucaena leucocephala), tal (Eucalyptus urophylla) dan pie (Eucalyptus alba) yang merupakan penghasil bahan bangunan dan juga pakan. Alasan pengambilan spesies kayu bakar ini adalah karena memiliki kadar air yang rendah sehingga relatif mudah dikeringkan. Masyarakat biasanya mengambil kayu bakar di kawasan hutan lindung dari ranting–ranting yang kering dan terjatuh. Kayu bakar yang ada di lahan pertanian biasanya tidak dijadikan kayu bakar oleh mereka tetapi dibiarkan oleh mereka di lahan tersebut hingga musim penggarapan lahan tiba dan kayu-kayu tersebut nantinya dibakar guna mendapatkan kandungan zat-zat yng terbentuk dari hasil pembakaran yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman yang akan ditanam nantinya serta menghambat pertumbuhan gulma yang menganggu tanaman budidaya mereka. Karena kayu bakar merupakan sumber energi utama bagi masyarakat di Desa Dirun sehingga untuk mengantisipasi ketersediaan kayu bakar di musim hujan maka masyarakat melakukan pengambilan kayu secara intensif pada musim kemarau atau menjelang akhir musim kemarau (Gambar 12).
36
Gambar 12 Pengambilan kayu bakar 5.1.5.6 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan Tumbuhan berguna yang berfungsi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan dalam kehidupan masyarakat Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak 20 spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk keperluan tersebut adalah seperti tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Heran
Pandanus tectorius
Arecaceae
Bagian Yang Digunakan Daun
Kegunaan Anyaman
2
Go' Apa
Gossypium sp.
Malvaceae
Buah
Tenunan
3
Mah
Bambusa sp.
Bambusaceae
Batang
Kerajinan
4
Hak
Corypha gebanga
Arecaceae
Daun
Tali dan anyaman
5
Kersen
Muntingia calabura
Elaeocarpaceae
Tali
6
Agave cantula
Agavaceae
Elaegnus triflora
Acanthaceae
8
Tali Balanda Mun Tumel Tilon Asa
Kulit Batang Kulit Batang Batang
Caesalpinia furfurea
Fabaceae
Batang
Tali
9
Kibu guzu
Urena lobata sp.
Malvaceae
Kulit batang
Tali
10
Bon
Entada phaseoloides
Fabaceae
Kulit batang
Tali
7
Tali Tali
37
Pada umumnya masyarakat membuat anyaman seperti tikar, wadah makanan, sirih ketika ada upacara adat pada umumnya yang disebut “Taka,opa”, wadah ketika memanen hasil seperti toluk dan nawa dengan berbahan dasar heran (Pandanus tectorius) serta hak (Corypha gebanga) dan juga membuat tenunan dengan berbahan buluh kapas (Gossypium sp.), yang dikenal dengan istilah “Hutus morok” yang prosesnya dilakukan secara sederhana (Gambar 13). Masyarakat juga membuat kerajinan menggunakan bambu seperti gelas bertutup yang dapat dengan mudah dibawa ketika sedang berpergian yang dikenal dengan istilah “Kuni” (Gambar 13).
Gambar 13 Taka dan opa, toluk dan nawa, hutus morok, kuni. Membuat kerajinan berupa anyam-anyaman serta tenunan merupakan tugas pokok atau syarat utama bagi para remaja putri sebelum memasuki jenjang perkawinan dan dalam tradisinya akan menjadi aib bagi keluarga jika remaja putri tidak bisa memintal dan menenun kain. Waktu pengerjaannya biasanya dilakukan ketika waktu luang dan musim hujan di saat tidak banyak membutuhkan tenaga di ladang atau kebun. Namun seiring dengan perkembangannya, pewarisan pengetahuan dari budaya ini telah perlahan terkikis dan tidak banyak dijumpai remaja putri dan
38
ibu-ibu rumah tangga yang bisa membuat anyam-anyaman dan menenun. Hal ini dapat dilihat selama penelitian yakni kegiatan tersebut hanya dijumpai pada ibu-ibu rumah tangga yang usianya 40 tahun ke atas. Sementara itu, masyarakat pada umumnya menggunakan batang tumbuhan liana untuk keperluan tali temali seperti mun tumel (Elaegnus triflora), tali balanda (Agave cantula dan tilon asa (Caesalpinia furfurea) seperti terlihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dahulunya tumbuhan-tumbuhan liana sangat diperlukan ketika membangun suatu rumah. Namun seiring dengan masuknya perkembangan dengan munculnya bahan-bahan bangunan seperti paku dan sejenisnya maka kebutuhan akan tumbuhan-tumbuhan ini pun mulai berkurang fungsinya dan hanya digunakan sebagai pengikat kayu pada rumah-rumah kebun, dan kandangkandang ternak dan pengikat bawaan seperti kayu bakar dan juga pakan yang diambil dari hutan.
Gambar 14 Liana sebagai pengikat dan tali balanda (Agave cantula) 5.1.5.7 Tumbuhan penghasil racun Tumbuhan penghasil racun yang sering digunakan oleh masyarakat suku Bunaq dalam kehidupannya, baik sebagai racun ataupun menyebabkan masyarakat terkena racun dari tumbuhan itu sendiri adalah sebanyak 7 spesies seperti terdapat pada Tabel 9.
39
Tabel 9 Beberapa spesies tumbuhan racun yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili Fabaceae Fabaceae Urticaceae Solanaceae
Bagian Yang Digunakan Daun Daun Daun Daun
1 2 3 4
Zul E Mebu zab Bako
Albizia procera Albizia chinensis Girardinia sp. Nicotiana tabacum
5 6 7
Liwas Katal Balo Sai Katoq
Mucuna sp. Tetrastiqma lanceolarium Colocassia esculenta
Kegunaan Penyebab iritasi Sebagai Racun Penyebab iritasi Racun Ular
Fabaceae Vitaceae Araliaceae
Kulit Batang Kulit Batang Umbi
Penyebab iritasi Penyebab iritasi Penyebab iritasi
Tumbuhan racun yang sering dijumpai oleh masyarakat adalah e (Albizia chinensis) yang menyebabkan kematian ternak ketika daun dari tumbuhan ini dijadikan pakan dan tumbuhan yang sering digunakan sebagai racun bagi ular berbisa adalah bako (Nicotiana tabacum) pada Gambar 15. Selain itu dijumpai adanya tumbuhan yang mengandung racun sehingga menyebabkan iritasi pada kulit adalah mebu zab (Girardinia sp) pada Gambar 15, liwas (Mucuna sp), dan balo sai katoq (Colocassia esculenta).
Gambar 15 Bako (Nicotiana tabacum) dan Mebu zab (Girardinia sp.) 5.1.5.8 Tumbuhan aromatik Spesies tumbuhan aromatik yang pada masyarakat suku Bunaq ditemukan sebanyak 18 spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan masyarakat
40
sebagai tumbuhan penghasil aromatik adalah seperti pada Tabel 10 dan pada Lampiran 3. Tabel 10 Beberapa spesies tumbuhan aromatik yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Huraq
Equisetum sp.
Equisetaceae
2
Barut
Aquilaria moluccana Euphorbiaceae
3
U rikit
4
In Ma
Hydrocotyle sibthorpiodes Zingiber officinale
5 6
Laus Bonak
7
Sirih
8 9
Silasih Kahaq Zon Sikon
10
Bagian Yang Digunakan Batang
Kegunaan Pasta gigi
Buah
Minyak rambut
Umbelliferae
Daun
Shampoo alami
Zingiberaceae
Umbi
Penyedap Rasa
Languas galanga Pandanusa amaryllifolius Piper betle
Zingiberaceae Pandanaceae
Umbi Daun
Penyedap Rasa Penyedap dan pewangi
Piperaceae
Daun
Menghilangkan bau badan
Ocimum basilicum Ocimum sp.
Labiatae Labiatae
Daun Daun
Penyedap Penyedap Rasa
Kaempferia galanga
Zingiberaceae
Umbi
Penyedap Rasa
Masyarakat menggunakan tumbuhan dalam kehidupannya untuk berbagai keperluan. Adapun tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai pasta gigi adalah huraq (Equisetum sp.) yang merupakan tumbuhan semak dan biasanya tumbuh di tempat-tempat yang berair. Masyarakat menggunakannya guna memutihkan gigi yang berwarna merah kecoklatan karena mengkonsumsi sirih dan pinang. Di samping itu, para ibu-ibu dan remaja putri menggunakan barut (Aquilaria moluccana), dan kelapa (Cocos nucifera) sebagai minyak rambut dari buahnya yang dibakar serta ditumbuk hingga halus dan juga menggunakan daun u rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) pada Gambar 16 yang telah dihancurkan pula daunnya dan biasanya spesies tumbuhan ditemukan di sepanjang aliran sungai ataupun parit-parit yang dibuat untuk mengairi kebun. Sementara itu, untuk penyedap rasa makanan masyarakat menggunakan umbi dari in ma (Zingiber officinale), laus (Languas galanga). Di samping itu, masyarakat telah membudidayakan jenis tanaman yang dijadikan sebagai parfum yakni nilam (Pogostemon cablin) (Gambar 16).
41
Gambar 16 U rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) dan nilam (Pogostemon cablin) 5.1.5.9 Tumbuhan penghasil warna dan tannin Tumbuhan penghasil warna dan tannin yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat Bunaq adalah sebanyak 6 spesies tumbuhan seperti tersaji pada tabel 11. Tabel 11 Beberapa spesies tumbuhan penghasil warna dan tannin yang ada di Desa Dirun No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Taun Zon Taun lotu Kirun
Tephrosia zollingeri
Fabaceae
Bagian Yang Digunakan Daun
Ammannia baccifera
Lythraceae
Daun
Curcuma longa
Zingiberaceae
Umbi
Kegunaan
4
Silel
Pleomele augustifolia
Liliaceae
Daun
Pewarna tenunan (Ungu) Pewarna tenunan (Ungu) Pewana makanan (Kuning) Warna Hijau
5
Nenuq
Morinda citrifolia
Rubiaceae
Akar
Warna Kecoklatan
6
Ai Rawan
Scleichera oleosa
Sapindaceae
Akar
Warna Kecoklatan
2 3
Zat warna yang digunakan untuk mewarnai tenunan adalah taun zon (Tephrosia zollingeri) dan taun lotu (Ammannia baccifera) yang menghasilkan warna ungu, akar nenuq (Morinda citrifolia) dan ai rawan (Scleichera oleosa) menghasilkan warna kecoklatan. Kebutuhan akan tumbuhan ini mulai berkurang dikarenakan telah berkurangnya pula masyarakat yang membuat tenunan. Sementara itu, sebagai pewarna makanan digunakan tumbuhan kirun (Curcuma longa), untuk warna hijau
42
dan silel (Pleomele angustifolia). Namun, untuk saat ini spesies tumbuhan yang digunakan sebagi pewarna tenunan tidak lagi dimanfaatkan. Hal ini dikarenakan sudah sangat jarang masyarakat yang membuat tenunan. 5.1.5.10 Tumbuhan Hias Tumbuhan hias merupakan tanaman apapun yang mempunyai nilai hias baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah maupun hias aroma dan biasanya dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya. Dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq dijumpai sebanyak 21 spesies tumbuhan yang sering dijadikan sebagai tanaman hias dan hanya beberapa spesies saja yang merupakan spesies asli di tempat ini. Adapun spesies-spesies tanaman hias yang sering dibudidayakan oleh masyarakat seperti yang tercantum pada Tabel 12. Tabel 12 Beberapa spesies tumbuhan hias yang ada di Desa Dirun No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili Orchidaceae
Bagian yang digunakan Bunga
1
Anggrek hutan
Vandopsis gigantea
2
Mun Gipe
3
Kegunaan Tanaman Hias
Pandorea pandorana
Bignoniaceae
Bunga
Tanaman Hias
Si koe
Kalanchoe pinnata
Crassulaceae
Bunga
Tanaman Hias
4
Gubug kuning
Taraxacum officinale
Asteraceae
Bunga
Tanaman Hias
5
Talas
Homalomena occulta
Araceae
Daun
Tanaman Hias
6
Nanas kerang
Rhoeo discolor
Commelinaceae
Daun
Tanaman Hias
7
Pacar air
Impatiens balsamina
Balsaminaceae
Bunga
Tanaman Hias
8
Portulaca grandiflora
Portulacaceae
Bunga
Tanaman Hias
9
Bunga pukul empat Bunga ungu
Talinum triangulare
Portulacaceae
Bunga
Tanaman Hias
10
Gubuq belis
Hemigraphis colorata
Acanthaceae
Bunga
Tanaman Hias
Tumbuhan hias yang digunakan biasanya berfungsi ganda seperti si koe (Kalanchoe pinnata) (Gambar 17) yang bunganya berfungsi sebagai tumbuhan hias dan dapat digunakan sebagai obat penurun panas dan diambil dari ekosistem liar di sekitarnya. Tumbuhan hias lainnya seperti terdapat pada Lampiran 2. Adapun spesies yang mereka kenal dan gunakan tersebut bukanlah merupakan jenis asli pulau Timor.
43
Arah dan gejala pergeseran pengetahuan tentang tumbuhan hias ini diperkirakan karena terbukanya peluang percampuran budaya serta lajunya perkembangan arus informasi dewasa ini (Waluyo 1989) diacu dalam (Waluyo 1992).
Gambar 17 Si koe (Kalanchoe pinnata) 5.1.5.11 Tumbuhan untuk acara adat Masyarakat memanfaatkan tumbuhan tidak hanya untuk kepentingan ekonomis tetapi juga untuk kepentingan spritualnya. Hal ini dapat dilihat dari spesies yang digunakan oleh masyarakat dalam ritual tertentu. Terdapat 6 spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai tumbuhan untuk keperluan upacara adat seperti tersaji pada Tabel 13. Tabel 13 Beberapa spesies tumbuhan untuk acara adat yang ada di Desa Dirun No
Nama ilmiah
Famili
1
Nama Lokal Molo
Piperaceae
Bagian Yang Digunakan Daun
Piper betle
2
Pu
Arecha catechu
3
Mok luan
4
Kegunaan Upacara adat
Arecaceae
Buah
Upacara adat
Musa paradisiacal
Musaceae
Buah
Makanan adat
Hoja
Cocos nucifera
Arecaceae
Buah dan daun
Upacara adat
5
Ai rawan
Scleichera oleosa
Sapindaeace
Buah
Upacara adat
6
Goya'
Syzygium sp
Myrtaceae
Buah
Upacara adat
Menurut Gennep (1965) diacu dalam Kartiwa dan Martowikrido (1992) upacara-upacara ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat dibedakan atas tiga tujuan pokok yakni pertama, memisahkan misalnya dalam upacara kematian. Dalam upacara
44
tersebut bertujuan untuk memisahkan orang yang sudah meninggal dari orang-orang yang masih hidup. Sehubungan dengan ritual ini dalam kehidupan masyarakat Bunaq adanya ritual yang dikenal dengan istilah “Lo lai” yang merupakan suatu ritual yang dilakukan terutama bagi orang yang meninggal karena kecelakaan tertentu. Ritual ini dimaksudkan agar kecelakaan yang dialami oleh orang yang telah meninggal tersebut tidak lagi terjadi bagi anggota atau orang-orang yang sesuku dengannya. Tumbuhan yang digunakan pada ritual ini adalah kelapa (Cocos nucifera) yakni daunnya dijadikan sebagai ketupat yang digantung pada sebuah tiang dan sebagai simbol dari ritual ini adalah dengan penghancuran ketupat-ketupat tersebut. Kedua, menyatukan misalnya dalam upacara perkawinan. Menyatukan antara pasangan pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan dan keluarganya. Berkaitan dengan ritual ini yang menjadi simbol menyatukan kedua pihak tersebut adalah menyertakan sirih (Piper betle) atau sirih buah (Piper amboinensis) dan pinang (Areca catechu) atau irisannya yang telah kering juga kapur sirih yang dikenal dengan budaya “ molo-pu” yang artinya budaya makan sirih dan pinang (Gambar 18). Di samping itu pula, makan sirih dan pinang ini menjadi satu kebiasaan untuk menghormati tamunya. Adapun makna dari perjamuan tersebut adalah sebagai simbol persaudaraan. Pengguna pinang untuk makan sirih adalah laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda. Kebiasaan menyertakan sirih dan pinang ini pun sebagai pelengkap sesaji dalam acara-acara ritual tertentu merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dari orang tua dan pelajaran dari para leluhurnya (Gambar 18).
Gambar 18 Sirih dan pinang dalam budaya “molo pu”dan sebagai pelengkap sesaji
45
Ketiga, tradisi atau peralihan misalnya dalam upacara khitanan yaitu upacara peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa atau remaja, nuju bulan dari masa sebelum mempunyai anak, mengandung hingga melahirkan bayi. Kekuatan magis dari tumbuhan-tumbuhan yang digunakan seringkali kekuatannya ditentukan sendiri oleh manusia karena di dalam diri manuia selalu ada harapan-harapan sedangkan tumbuhan atau sifat tumbuhan itu adalah seperti harapan manusia tersebut. Adapun spesies tumbuhan yang digunakan
dalam ritual bagi bayi yang baru lahir yang
dikenal dengan istilah uor said sagal yang menggunakan pisang luan (Musa paradisiaca) karena kharakteristik buahnya yang selalu hijau ketika masih muda hingga matang sekalipun direbus. Hal ini nantinya mengindikasikan sifat dan karakter bayi yang hendak dibentuk sejak dini sesuai dengan harapan-harapan orang tua dan sanak keluarga sehingga sampai dewasa pun tetap bertahan layaknya buah pisang yang selalu hijau. Masyarakat meyakini karakter dan sifat dari orang yang melakukan ritual ini akan nantinya diturunkan kepada si bayi tersebut. Sehubungan dengan itu, biasanya diundang sanak keluarga yang memiliki sifat dan karakter seperti yang diinginkan kedua orang tuanya dan keluarga pada umumnya. Sehubungan dengan itu, dalam ritual ini biasanya masyarakat mensimulasikan berbagai kegiatan berguna yang dilakukan dalam keseharian hidup sehingga kelak bayi tersebut ketika dewasa dapat melakukan semuanya itu. Ada juga ritual yang dilakukan ketika memasuki usia remaja guna menghindari sakit dan malapetaka besar yang disebut sebagai “Hotel hut palakter” dengan menggunakan kayu-kayu keras seperti goya’ (Syzygium sp), kesambi (Scleichera oleosa), hur (Casuarina junghuniana). 5.1.5.12 Tumbuhan untuk kegunaan lain Tumbuhan penghasil kegunaan lain yang ditemukan adalah sebanyak 6 spesies diantaranya adalah spesies tumbuhan yang berfungsi sebagai pengasah atau menajamkan pisau adalah adalah erol guzu dengan mengosokkan mata pisau tau parang pada kulit kayu tersebut. Di samping itu, terdapat tumbuhan yang digunakan sebagai penangkal sakit atau penolak malapetaka biasanya masyarakat menggunakan
46
in ma buleen (Curcuma officinale), dila (carica papaya), dan iu (Cordia dichotoma) yang buahnya dijadikan sebagai bahan lem. Ada pula tumbuhan yang diyakini masyarakat untuk mengantisipasi kekuatan lawan bicara ketika terjadi perdebatan dalam suatu forum dan menjadi pandai bicara yakni mun mauhale dan aikerelelun (tidak teridentifikasi jenisnya). 5.1.5.13 Tingkat kegunaan tumbuhan Setiap spesies tumbuhan memiliki manfaat atau tingkat kegunaan yang berbeda-beda. Berdasarkan jumlah kegunaannya, spesies tumbuhan yang memiliki tingkat kegunaan tertinggi adalah pu/pinang (Areca catechu). Tingkat kegunaan tumbuhan pada masyarakat Bunaq seperti terlihat pada Tabel 14. Tabel 14 Tingkat kegunaan tumbuhan No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Pu
Arecha catechu
4
2
Molo
Piper betle
3.
3
Paol
Zea mays
3
4
Barut
Aleurites moluccana
3
∑Kegunaan
Keterangan Pangan, adat, obat, bangunan komoditi, shampoo alami, obat. Pangan, adat, obat
5
Kopi
Coffea Arabica
3
komoditi, shampoo alami, obat. Obat, pangan, ekonomi
6
In belis
Alium sativum
3
Obat, pangan, ekonomi
7
Ho'i
Arachis hypogaea
2
Pangan, ekonomi
8
In buleen
Alium cepa
2
Pangan, ekonomi
9
Diq hotel
Manihot esculenta
2
Pangan, ekonomi
10
Ho gapa
Vigna radiate
2
Pangan, ekonomi
Spesies tumbuhan yang memiliki tingkat kegunaan yang tinggi adalah pinang yang dalam kehidupan masyarakat Bunaq memegang peranan yang penting dalam kehidupan berbudaya, sebagai bahan campuran ramuan obat khususnya ramuan yang pengolahannya dikunyah secara langsung dan cara pemakaiannya adalah dioleskan pada organ-organ atau bagian tubuh lainnya yang sakit atau luka. Selain itu kebiasaan mengunyah biji pinang ini diyakini pula sebagai obat untuk menahan haus dan lapar dan juga pemberi kekuatan agar dapat berjalan dengan cepat serta tidak mudah lelah ketika melakukan suatu perjalanan sarana budaya tradisional. Bagian tanaman pinang
47
yang digunakan sebagai bahan bangunan
adalah batangnya. Batangnya tersebut
dibelah dan dijadikan sebagai dinding rumah juga kayunya dijadikan sebagai lata seng. Batang pinang yang baik untuk bangunan adalah batang pinang yang telah tua. Dari informasi yang diperoleh mutu dari batang pinang adalah di bawah mutu batang kelapa. Selain batangnya, pelepah daun yang telah kering dijadikan sebagai atap pondok-pondok kebun. Bagian tanaman pinang yang digunakan dalam permainan anak-anak adalah pelepah daun yang telah gugur tetapi masih segar yang dikenal dengan istilah “pu komaq”. Permainan ini oleh anak-anak disebut kereta-keretaan. Cara penggunaanya adalah beberapa anak duduk di bagian pelepah yang lebar atau “pu komaq” sedang sebagian lagi menarik di bagian ujung pertulangan daun. 5.2. Praktek Konservasi Masyarakat Suku Bunaq Kehidupan masyarakat suku Bunaq memiliki hubungan yang erat dengan sumber daya alam sekitarnya menjadikan alam sekitarnya tidak hanya sekedar tempat berlindung dan mencari makan tetapi juga bermakna kultural. Sehubungan dengan hal tersebut, munculah konsep tentang keselarasan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dikaitkan dengan kekuatan religius yang kemudian diwujudkan dalam berbagai kepercayaan dan bentuk-bentuk praktek konservasi sebagai berikut. 5.2.1 Hutan adat (Zobug por) Zobuk por ini merupakan istilah bagi tempat-tempat yang biasanya dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat “pemali” atau tempat-tempat keramat yang dipakai dalam acara ritual keagamaan versi Bunaq. Masyarakat meyakini tempat tersebut merupakan sarana bagi masyarakat suku Bunaq untuk memuliakan Sang khalik, Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi, sehingga tempat ini dianggap sebagai tempat keramat dan yang memimpin ritual di tempat ini hanyalah tokoh adat atau Na’i yang ada. Tempat-tempat tersebut adalah tempat yang tidak boleh terjamahkan oleh manusia dalam hal ini tidak boleh ada pengambilan apapun dan ada aktivitas lain selain ritual adat sehingga dijadikan sebagai hutan adat. Di samping itu, bisanya di tempat ini terdapat Bosok (Gambar 19) yang djadikan sebagai tempat menyimpan
48
sesajian dan pemotongan hewan yang dikurbankan. Keyakinan mereka, ketika terjadi gangguan terhadap hutan ini, misalnya pengambilan atau penebangan pohon di tempat ini maka akan terjadi malapetaka yang besar seperti hujan dan angin yang besar sehingga keberadaan hutan ini tetap lestari.
Gambar 19 Zobug por dan bosok Tempat-tempat lain seyogianya zobuq por yang dijaga kelestarian oleh mereka adalah tempat-tempat yang di dalamnya terdapat sumber-sumber air yang dikenal dengan istilah “Il por/ Il giral”. Tumbuhan –tumbuhan yang ada di sekitar sumber air tidak boleh ditebang. Pada umumnya di lokasi Dirun terdapat banyak sumber mata air dan tempat-tempat tersebut yang terdapat di lahan milik suku tertentu maka di dalamnya terdapat Bosok sebagai tempat ritual suku tersebut. Il por ini diyakini sebagai sumber daya kehidupan Suku. Melalui Il giral ini mereka melihat suatu keajaiban yaitu kehidupan dialirkan kepada mereka. Pengalaman dan aktivitas ritual di tempat-tempat tersebut berkembang secara terus-menerus dari generasi ke generasi hingga saat ini, sehingga seolah-olah telah menjadi “Tulang rusuk” bagi masyarakat setempat. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat memohon kesembuhan dari sakit yang berkepanjangan, memohon kekuatan dan berkah yang cukup dalam hidupnya.
49
5.2.2 Kawasan dilindungi (Natal gol mil) Istilah ini digunakan untuk menyebut tempat-tempat yang banyak ditumbuhi pinang (Areca catechu) dan sirih (Piper betle) baik yang sengaja ditanami ataupun tumbuh dengan sendirinya sehubungan dengan kegunaannya yang sangat tinggi. Ada pun tempat-tempat yang sengaja ditanami pinang (Areca catechu) adalah tempattempat dekat mata air atau sepanjang aliran sungai yang dimaksudkan untuk menjaga erosi akibat aliran air yang deras. Hal ini merupakan suatu bentuk praktek konservasi.
Gambar 20 Natal gol mil 5.2.3 Aturan larangan (Gole Obon) Gole obon ini merupakan bentuk larangan dari kalangan masyarakat yang telah dipahami bersama baik berupa kelompok atau perorangan terhadap hak miliknya agar tidak dirusak ataupun diambil orang. Pada umumnya masyarakat membuat larangan terhadap sumberdaya alam berupa pengambilan spesies-spesies tanaman tertentu pada areal lahan yang dimiliknya yang diperuntukkan guna pendewasaan/pemasakan tanah di bawahnya. Larangan ini berupa penggantungan daun dari jenis tanaman yang tidak boleh diambil. Kemudian, apabila pelanggaran dilakukan pada tanaman-tanaman berbuah pada umumnya maka pada gole obon tersebut biasanya diberitahukan bentuk penyakit yang akan diderita oleh
50
pelanggarnya dan penyembuhannya hanya bisa disembuhkan oleh pihak yang membuat larangan tersebut dan pada gole obon biasanya disertakan sepasang kaki kambing atau sapi yang artinya bahwa apabila ada pelanggaran, maka dikenakan sanksi berupa ternak seperti yang dipasang gole obon tersebut.
Gambar 21 Gole obon 5.2.4 Pengontrol kelestarian sumberdaya alam (Maq legat) Maq legat adalah orang yang ditunjuk dan dilantik oleh kepala dusun untuk menjaga keutuhan sumberdaya alam seperti hutan-hutan adat, sumber-sumber air yang ada di wilayah tersebut dari perusakan-perusakan baik oleh manusia ataupun hewan peliharaan berupa sapi atau kuda akibat kelalaian masyarakat. Di samping itu pula, maq legat bertugas mengontrol pengambilan hasil tanaman milik masyarakat tanpa sepengetahuan pemiliknya. Semua pelanggaran yang ada dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya kerusakan yang terjadi akibat kelalaian tersebut. 5.2.5 Penggunaan lahan Setiap anggota masyarakat memiliki lahannya masing-masing yang dijadikan sebagai tempat bercocok tanam. Dalam penggunaan lahan ini dibagi menjadi dua bagian yakni pekarangan (kolun) dan kebun (mar). Kolun merupakan lahan yang letaknya dekat dengan tempat tinggal dan digarap setiap tahunnya dengan luasan
51
yang relatif kecil sedangkan mar adalah lahan yang letaknya minimal 1 km dari tempat tinggal dan penggarapannya adalah 2-3 tahun sekali. Hal ini dimaksudkan untuk pemulihan kembali lahan seperti semula atau hatak yang mengandung humus yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman nantinya.
Gambar 22 Kolun dan mar Pengolahan lahan untuk bertani pun tidaklah sekedar menanam bibit, memelihara dan memanen hasil tetapi lebih jauh terkait nilai-nilai kultural religius atau kepercayaannya. Dalam pembukaan lahan dilangsungkan ritual yang dmaksudkan sebagai pemberitahuan kepada leluhur dan perwujudan simbolisme pendinginan dan tanah dan proses penyuburannya. Dalam kaitannya dengan pemaknaan tersebut, kepercayaan terhadap keberhasilan dari pertanaman dan pertumbuhan tergantung dari tingkat kesucian. Kesucian akan terwujud jika semua kegiatan dilakukan atas dasar ketaatan terhadap tata cara atau adatnya. Menurut kepercayaan mereka, konsep pensucian dapat dilakukan dengan darah, api dan air. Darah selain sebagai pensuci juga bermakna pada kesuburan, sedangkan air sebagai pendingin dan api memiliki karakter panas. Oleh karena itu ada suatu kewajiban pada awal kegiatan bertani harus didahului dengan upacara korban untuk mendapatkan darah, dan biasanya yang mereka lakukan adalah menyembelih hewan piaraan seperti ayam atau babi. Darah hewan inilah yang digunakan sebagai prasyarat dalam
52
pensucian bibit. Selanjutnya penggunaan api dalam proses penyiapan lahan akan mengakibatkan tanah menjadi panas sehingga disucikan dan didinginkan dengan air. Upacara-upacara dan pemaknaan kultural ini pada dasarnya merupakan perwujudan atas rasa kekhawatirannya terhadap ketidakpastian iklim serta besarnya resiko kegagalan terhadap usaha taninya.
53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Masyarakat suku Bunaq memiliki hubungan yang erat antara budaya dengan alam lingkungannya dalam hal mengenali dan menggolongkan manfaat tumbuhan di sekitarnya, yakni sebanyak 257 spesies dari 71 famili kedalam 12 kelompok kegunaan yang meliputi pangan 41 spesies, pakan ternak 43 spesies, obat 69 spesies, bangunan 33 spesies, kayu bakar 10 spesies, tali, anyaman dan kerajinan 20 spesies, racun 7 spesies, aromatik 18 spesies, pewarna dan tannin 6 spesies, hias 21 spesies, adat 6 spesies dan kegunaan lain sebanyak 7 spesies. Kecenderungan memanfaatkan tumbuhan tidak hanya terbatas pada keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan budaya spiritual yang juga diutamakan guna menjaga keseimbangan dengan sumber-sumber daya alam yang ada di lingkungannya serta dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi masyarakat Bunaq merupakan bukti kearifan yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi salah satu kebudayaan Indonesia dan sebagai acuan pengungkapan kebhinekaan suku-suku dalam mengenali dan memanfaatkan sumberdaya lingkungannya sehingga menjadi dasar pengetahuan yang kokoh dalam membangun sumber daya manusianya. 6.2 Saran 1. Perlu dikembangkan keanekaragaman spesies unggulan lokal yang ada pada masyarakat Bunaq sesuai kegunaannya, seperti pangan, tumbuhan obat, tali, anyaman/kerajinan dan lainnya yang berguna bagi peningkatan kemandirian kesejahteraan masyarakat sehingga menjadi keunggulan dan keunikan dari masyarakat Suku Bunaq. 2. Sangat berpotensi untuk dikembangkannya ekowisata budaya untuk masyarakat sehingga nantinya dapat meningkatkan martabat dan kesejahteraan masyarakat lokal yang dikelola dan dikembangkan dengan berbasis kearifan lokal serta didukung oleh IPTEK yang tepat.
54
DAFTAR PUSTAKA Afrianti, U. R. 2007. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi Sangkubak [(Pycnarrhena cauliflora) (Miers.) Diels.] di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. (Tidak diterbitkan). Anonim. 2006. Family Fabaceae. http//www.freewebs/arl_ipb_2006. [7 November 2009]. Arafah, D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas kehutanan IPB. Bogor (Tidak diterbitkan). Cotton, C.M. 1997. Ethnobotany Principles and Application. John Wiley and Sons Ltd, New York. Dalimartha, Setiawan.2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta : Puspa Swara. Darnaedi,S.Y. 1998. Sentuhan Etnosains dalam Etnobotani : Kebijakan Masyarakat Lokal dalam mengelola dan Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 53-55. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 328-334. Friedberg, Claudine. 1990. Le savoir botanique des Bunaq percevoir et classer dans le Hatu Lamaknen (Timor, Indonesie). Paris. Editions Du Museum. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV (Terjemahan : de Nuttige Planten van Indonesie). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Isdijoso, S.H. 1992. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Sandang, Tali Temali, dan Anyam-Anyaman. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Kartikawati, S. M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pengunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai tengah. Tesis pada sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan). Kartiwa, S. dan Wahyono. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia dalam Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
55
Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 14-155. M al i , Ben y . 2 0 0 9 . K eb u d a ya an S u k u Bu n aq . h t t p : / / www. b en ym al i . b l o gs p o t . co m / [ Ok t o b er 2 0 0 9 . Mannetje, L.’T, Jones, R.M. 1992. Forages. Plant Resources of South East Asia. Prosea Foundation, Bogor. Martin, G. I. 1998. Etnobotani. M. Mohamed, Penerjemah. Gland Switzerland : Kerjasama Natural History Publication (Borneo), Kota Kinabalu dan World Life Fund for Nature. Munawaroh, E, Astuti, I.P, Hidayat, S, Arsana, I.B.K. Peran Pinang (Areca catechu L) dalam Kehidupan Masyarakat di Jawa & Sumba. 1998. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 75-80. Mujenah.1993. Interaksi Masyarakat dengan Tumbuhan Obat di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan). Nurhayati, I. 2006. Studi Pengetahuan Tradisional Masyrakat di sekitar Kawasan Hutan lindung Gunung Lumut, Kabupaten pasir, Provinsi Kalimantan Timur : Kajian Pemanfaatan Tumbuhan. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan). Paso, P. 2003. Penyusunan Revisi Umum Rencana Tata ruang (RUTR) Ibukota Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu Tahun 2003-2013. Executive Sumary Resume. Lamaknen. Purwanto, Y, E. B. Waluyo, 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem Irian Jaya : Suatu Telaah tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tumbuhan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 132-148. Saepudin, R. J. 2005. Etnobotani pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Konservasi
56
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan). Soekarman, S. Riswan. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Prosiding Seminar Etnobotani. Bogor. Sutarno. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pemberdayaan Jenis Pohon dalam Sistem Wanatani. Prosea Indonesia-Yayasan prosea. Bogor. Waluyo, E. B. 1992. Tumbuhan dalam Kehidupan Tradisional Masyarakat Dawan Timor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor.Hal : 216-224. Yulianingsih, D. 2002. Etnobotani Pada Masyarakat Adat Kampong Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan). Zuhud, E.A.M. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat, pp. 1-15 Dalam : E.A.M. Zuhud, (ed) Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Lembaga Alam Tropka Indonesia. _____ 2007. Sikap Masyarakat dan Konservasi : Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana) (DC) Merr.) sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus di Taman Nasional Meru Betiri. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak diterbitkan).
57
LAMPIRAN
58
Lampiran 1 Daftar famili teridentifikasi No
Famili
Jumlah
No
Famili
Jumlah
1
Araceae
4
37
Malvaceae
6
2
Acanthaceae
5
38
Meliaceae
3
3
Agaveceae
1
39
Moraceae
11
4
Amaranthaceae
1
40
Musaceae
3
5
Anacardiaceae
3
41
Myrtaceae
4
6
Annonaceae
1
42
Nyctaginaceae
2
7
Annonaceae
1
43
Oleaceae
2
8
Apiaceae
1
44
Orchidaceae
1
9
Apocynaceae
2
45
Pandanaceae
1
10
Araliaceae
3
46
Passifloraceae
1
11
Arecaceae
4
47
Piperaceae
3
12 13
Ascleipiadaceae Asteraceae
1 11
48 49
Pittosporaceae Poaceae
1 17
14
Balsaminaceae
1
50
Polygonaceae
1
15
Bignoniaceae
1
51
Plumbaginaceae
1
16
Bombacaceae
1
52
Polypodiaceae
2
17
Boraginaceae
1
53
Portulacaceae
2
18
Burseraceae
2
54
Punicaceae
1
19
Cannaceae
2
55
Rosaceae
1
20
Caricaceae
1
56
Rubiaceae
4
21
Casuarinaceae
1
57
Rutaceae
6
22
Celasteraceae
1
58
Santalaceae
1
23
Commelinaceae
1
59
Sapindaceae
2
24
Convolvulaceae
2
60
solanaceae
3
25
Crassulaceae
1
61
Sterculiaceae
1
26
Cucurbitaceae
3
62
Schizaeaceae
1
27
Cyperaceae
2
63
Urticariaceae
1
28
Discoreaceae
5
64
Verbenaceae
5
29
Elaeocarpaceae
1
65
Zingiberaceae
5
30
Equisetaceae
1
66
Lauraceae
2
31
Euphorbiaceae
19
67
Simaroubaceae
1
32
Fabaceae
25
68
Sapotaceae
3
33
Labiatae
4
69
Myrsinaceae
1
34
Lecythidaceae
1
70
Datiscaceae
1
35
Liliaceae
4
71
Tiliaceae
1
36
Loganiaceae
1
59
Lampiran 2 Daftar spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Pangan Pur Buleen
Ficus religiosa (Bodhi).
Moraceae
2
Digirai
Schizaea dichotoma (L.) Sm.
Schizaeaceae
3
Pao Lelo
Phaseolus lunatus Linn.
Fabaceae
4
Same'
Discorea hispida Dennst.
Discoreaceae
5
Upu
Pachyrrhizus erosus (L.) Ex Dc.
Fabaceae
6
Kaleq
Sesbania grandiflora Linn.
Fabaceae
7
Kulo Zon
Artocarpus sp.
Moraceae
8
Kontas
Canna edulis Ker.
Cannaceae
9
Balo
Colocasia esculenta L. Schott.
Araceae
10
Jala
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
11 12
Rik Tali In Belis
Discorea bulbifera L. Alium cepa L.
Discoreaceae Liliaceae
13
In Bule'en
Alium sativai L.
Liliaceae
14
Me
Amorphophalus campanulatus (Blumei).
Araceae
15
Tir
Cajanus cajan Druce.
Fabaceae
16
Ipi
Oryza sativa Linn.
Poaceae
17
Paol
Zea mays L.
Poaceae
18
Sekal
Ipomea batatas (L.)
Convolvulaceae
19
Diq Kaka giri
Dioscorea esculenta (Lour) Burk.
Discoreaceae
20
Dik Kira Pana
Dioscorea alata L.
Discoreaceae
21
Mok Luan Legul Deloq
Musa sp
Musaceae
Citrus hystrix DC.
Rutaceae
22 23
Iter
Coix lachryma Jobi L.
Poaceae
24
Rambua
Citrus maximai (Burm.) Merr.
Rutaceae
25
Diq Hotel
Manihot utilisima Pohl.
Euphorbiaceae
26
Keliq
Glycine soya Max.
Fabaceae
27
Bako
Nicotiana tabacum L.
Solanaceae
28
Ho
Vigna unguiculata L.
Fabaceae
29
Bukas
Sorghum bicolor (L) Moench.
Poaceae
30
Ope
Cucurbita moschata Duchense.
Cucurbitaceae
31
Ai Ata
Annona zquomosa L.
Annonaceae
32
Diti Luli
Citrus reticulata Blanco.
Rutaceae
33
Jo Hiu
Mangifera sp
Anacardiaceae
34
Jo Loi
Mangifera indica L.
Anacardiaceae
35
Molo
Piper amboinensis (Miq) D.C.
Piperaceae
36
Pu
Arecha catechu L.
Arecaceae
37
Kopi
Coffea arabica L.
Rubiaceae
60
38
Mok Susu
Musa acuminata
Musaceae
39
Mok Kapuk
Musa balbisiana
Musaceae
40
Patal
Capsicum sp.
Solanaceae
41
Dila
Carica papaya
Caricaceae
1
Tumbuhan Obat Taun zon Tephrosia zollingeri Backer.
2
Delima
Punica granatum L.
Punicaceae
3
Liu zumuk
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
4
Kibu Belis
Sida rhombifolia L.
Malvaceae
5
Hili Talin
Pasifflora foetida L.
Passifloraceae
6
Alul
Jatropha curcas L.
Euphorbiaceae
7
Kabaru Bauk
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
8
Atit
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
9
Zat
Corchorus capcularis L.
Tiliaceae
10
Heruk belis
Maclura cochinchinensis (Lour.) Corner.
Moraceae
11
Dini Hezer
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
12
Matahari
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
13
In Bule'en Zon
Curculigo villosa Wall.
Liliaceae
14
Pate'
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
15
Hotel Guzu
Picrasma javanica Bl.
Simaroubaceae
16
Moruk Belis
Leucas lavandufolia Smith.
Labiatae
17
Up Bule'en
Saccharum officinarum L.
Poaceae
Fabaceae
18
Mok Luan
Musa paradisiaca Linn.
Musaceae
19
Taun
Tephrosia sp.
Fabaceae
20
Sil Tol
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
21
Nenuq
Morinda citrifolia L.
Rubiaceae
22
Kahaq Zon
Ocimum sp.
Labiatae
23
Julo miil
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
24
Patal Muq
Piper retrofractum Vahl
Piperaceae
25
Si Koe
Kalanchoe pinnata [Lamk. ] Pers.
Crassulaceae
26
Siol
Lantana camara Linn.
Verbenaceae
27
Miel
Timonius timon (Spreng) Merr.
Rubiaceae
28
Mama buah
Sauropus sp.
Euphorbiaceae
29
Sauropus androgynus (L.) Merr.
Euphorbiaceae
30
Mama buah belis Gaulele
Emilia sonchifolia DC.
Asteraceae
31
Bulis
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
32
Kibu Siba
Sida sp.
Malvaceae
33 34
Wanna Kabokeq
Melochia umbellatai(Houtt.) Stapf. Ficus septica Burm.f.
Euphorbiaceae Moraceae
61
35
Mahoni
Swietenia machrophylla King.
Meliaceae
36
Lien
Melia azedarach Linn.
Meliaceae
37
Stictocardia neglecta
Convolvulaceae
Morinda sp.
Rubiaceae
39
Sekal Zon Belis Nenuq Zon Belis Le Keki
Buddleja asiatica Lour.
Loganiaceae
40
Bau Heku
Ficus hispida L.f.
Moraceae
41
Molo Loi
Piper betle L.
Piperaceae
42
Ukaq
Calotropus gigantea Willd.
Ascleipiadaceae
43
Sambiloto
Andrographis paniculata [aburm.f.] Nees.
Acanthaceae
44
Gela
Vitex ceiba
Bombacaceae
45
U Rikit
Hydrocotyle sibthorpiodes Lamk.
Umbelliferae
46
An Mami
Cymbopogon nardus (L.) Rendle.
Poaceae
47
Zoil Guzu
Alstonia spectabilis R.Br.
Apocynaceae
48
Hut
Imperata cylindrical
Poaceae
49
Malvastrum coromandelianum (L.) Garcke.
Malvaceae
50
Kibu Guzu sael gio Ai Rawan
Schleichera oleosa Merr.
Sapindaceae
51
Ager
Vitex trifolia L.
Verbenaceae
52
Goya'
Syzygium sp.
Myrtaceae
53
Obuk
Macaranga tanarius Muell. Arg.
Euphorbiaceae
54
Wesel Gol
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
55
Tomol
Cassia timoriana
Fabaceae
56
Kalan
Phyllanthus reticulatus Poir.
Euphorbiaceae
57
Apa Sakan
Elephantopus scaber L.
Asteraceae
38
58
Bui Guzu
Asystasia nemorum Nees.
Acanthaceae
59
Hotel Nuka
Clerodendron sp
Verbenaceae
60
Megeq
Exocarpus latifolius R.Br.
Santalaceae
61
Ulu Pegur
Datura metel Linn.
Solanaceae
62
Apa Gie Pil
Dioscorea hispida Dennst.
Discoreaceae
63
Gomiq
Dioscorea bulbifera L.
Discoreaceae
64
Ematala Mone
Euphorbia barnhartii Cruiz .
Euphorbiaceae
65
Mi Selek
Plumbago zeylanica L.
Plumbaginaceae
66
Polyganum chinense L.
Polygonaceae
67
U Hoto Buleqen Taun Lotu
Ammannia baccifera L.
Lythraceae
68
Arus
Cassia sp.
Fabaceae
69
Tale
Claoxylon glabrifolium Miq.
Euphorbiaceae
1
Pakan ternak Lewer
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
2
Ma'u Guzu
Ellatostachys verrucosa (Bl.) Radlk.
Sapindaceae
62
3
Dila Zon
Aegle marmelos L.
Rutaceae
4
Zo'u
Litsea glutinosa (Lour.) C.B.Rob.
Lauraceae
5
Ziek
Pittosporum moluccanum (Lam.) Miq
Pittosporaceae
6
Jati Belis
Gmelina arborea Roxb.
Verbenaceae
7
Erol Belis
Ficus sp.3
Moraceae
8
Teor
Ficus variegata BL.
Moraceae
9
Su Beteq
Omalanthus giganteus Zoll.& Moritzi.
Euphorbiaceae
10
Kilu
Schefflera elliptica (Bl.) Harms.
Araliaceae
11
Zalo
Tetrameles nudiflora R.Br.ex Benth.
Datiscaceae
12
An Natal
Themeda villosa Durand. Jackson.
Poaceae
13
Manuk
Hiptage benghalensis (L.) Kurz.
Malvaceae
14
Ii
Moghania strombilifera (L.) St. Hil.ex O.K.
Fabaceae
15
Hepa
Albizia tomentalla
Fabaceae
16
Tese
Saccharum spontaneum
Poaceae
17
Mape Giri
Gynura pseudochina (L) DC.
Asteraceae
18
Lamtoro
Leucaena leucocephalaLam de Wit.
Fabaceae
19
Kau Miit
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
20
Beko
Syzygium sp.
Myrtaceae
21
Kibu Lotu
Urena sp.
Malvaceae
22
Sie kelen
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
23
Gure
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
24
Kura sisal
Acanthospermum hispidum DC.
Acanthaceae
25
Buah Moras
Morus alba L.
Moraceae
26
U Suil
Euphorbia prunifolia Jack.
Euphorbiaceae
27
Bau Koles
Tithonia sp.
Asteraceae
28
Sibil
Phragmites karka (Retz.)
Poaceae
29
Meal
Chrysopogon aciculatus (Retz.)
Poaceae
30
Silikagut
Bidens Pilosa L
Poaceae
31
Wate'
Eulalia leschenaultiana
Poaceae
32
Mantalin
Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.
Cyperaceae
33
Su kaqut
Cyperus sp.
Cyperaceae
34
An Paral
Setaria faberii Herrm.
Poaceae
35
Piraku
Taraxacum mongolicum Hand-Mazz.
Asteraceae
36
Toko Gomil
Eleusine indica (L.) Gaertn.
Poaceae
37
U sael qizil
Dichrocephala auriculata (Thunb.) Druce
Asteraceae
38
Orel Gie Pu
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
39
An Lawal
Themeda gigantea (Cav.) Hack.
Poaceae
40
An Balibo
Pennisetum polystachyon (L.) Schult.
Poaceae
41
Kaleq
Sesbania grandiflora (Linn).
Fabaceae
42
Sobo
Ficus sp.2
Moraceae
43
Jenis C
Calopogonium sp.
Fabaceae
63
1
Bangunan Mau Hal
Bischofia javanica BL.
Euphorbiaceae
2
Pili Pokoi
Litsea timoriana Span.
Lauraceae
3
Ai Sawal
Tamarindus indica L.
Fabaceae
4
Pie Hoto Go'
Tidak teridentifikasi
Anacardiaceae
5
Tal
Eucalyptus urophylla ST. Blake.
Myrtaceae
6
Pie
Eucalyptus alba
Myrtaceae
7
Ai Barut
Shirakiopsis indica (Willd.) Esser.
Euphorbiaceae
8
Apa Gotok
Glochidion lancifolium C.B.Rob.
Euphorbiaceae
9
Jenis A
Glochidion sp.
Euphorbiaceae
10
Jenis B
Tidak teridentifikasi
Fabaceae
11
Hur
Casuarina junghuniana Miq.
Casuarinaceae
12
Hoza
Cocos nucifera L.
Arecaceae
13
Ai We
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
14
Wauk
Garuga floribunda Dacne.
Burseraceae
15
Nitu
Garuga sp.
Burseraceae
16
Besak
Acacia leucophloea Willd.
Fabaceae
17
Nor Beka
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f.
Sapotaceae
18
Mah
Bambusa spp.
Poaceae
19
Tueq Kubus
Arenga pinnata Merr.
Arecaceae
20
Hotel Suil
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f.
Sapotaceae
21
Hotel Ewi
Mallotus philippensis Muell Arg.
Euphorbiaceae
22 23
Beko Lotu Lese
Euonymus javanicus Bl. Planchonia valida Bl.
Celasteraceae Lecythidaceae
24
Koban
Albizia lebbekoides (DC.) Benth.
Fabaceae
25 26
Siba Leboq Kabanasaq
Syzygium polyanthum Wight) Walp. Planchonia timoriensis Blume.
Myrtaceae Lecythidaceae
27
Oe
Daemonorops sp.
Arecaceae
28
Ai Asa
Milingtonia hortensis L.f.
Bignoniaceae
29
Mazoq
Pterocarpus indicus Willd.
Fabaceae
30
Bane
Sterculia foetida L.
Sterculiaceae
31
Tau
Ficus recemosa L.
Moraceae
32
Hotel Gubuk
Tithonia diversifolia Hemsley) A. gray
Asteraceae
33
Tilon Asa
Caesalpinia furfurea
Fabaceae
Kayu bakar 1
Ai Rawan
Scleichera oleosa Merr.
Sapindaceae
2
Tomol
Cassia timoriana
Fabaceae
3
Lamtoro
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.
Fabaceae
4
Tal
Eucalyptus urophylla St. Blake.
Myrtaceae
64
5
Pie
Eucalyptus alba
Myrtaceae
6
Hur
Casuarina junghuniana Miq.
Casuarinaceae
7
Nor Nigi A
Putrajiva roxburghii Wall.
Sapotaceae
8
Nor Nigi B
Payena leerii (T.et B.) Kurz.
Anacardiaceae
9
Mokza
Solanum verbascifolium L.
Solanaceae
10
Ai turis
Myrsine avenis (Bl.) DC.
Myrsinaceae
1
Tali, anyaman, kerajinan Tupa Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
2
Kibu guzu
Urena lobata sp.
Malvaceae
3
Hak
Corypha gebanga Blume.
Arecaceae
4
Kersen
Muntingia calabura L.
Elaeocarpaceae
5
Silel
Pleomele angustifolia Roxb.
Liliaceae
6
Tali Balanda
Agave cantula Roxb.
Agavaceae
7
Ematala Mun
Neoalsomitra podagrica Steenis.
Cucurbitaceae
8
Bon
Entada phaseoloides Bentoh(Jav).
Fabaceae
9
Mun Tumel
Elaegnus triflora Roxb.
Acanthaceae
10
Heran
Pandanus tectorius
Arecaceae
11
Kulo Zon
Artocarpus heterophyllus Lam.
Moraceae
12
Kusar
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
13
Go' Apa
Abelmoschus moschatus L. Medi.
Malvaceae
14
Dilu
Borassus pandanus L.
Arecaceae
15
Tal
Eucalyptus urophylla S.T. Blake.
Myrtaceae
16
Jati belis
Gmelina arborea Roxb.
Verbenaceae
17
Mah
Bambussa sp.
poaceae
18
Tilon asa
Caesalpinia furfurea
Fabaceae
19
Kubus
Arenga pinnata Merr.
Arecaceae
20
Hur
Casuarina junghuniana Miq.
Casuarinaceae
Racun 1
Zul
Albizia procera Benth.
Fabaceae
2
E
Albizia chinensis L.
Fabaceae
3
Mebu zab
Girardinia sp.
Urticaceae
4
Bako
Nicotiana tabacum L.
Solanaceae
5
Liwas
Mucuna sp.
Fabaceae
6
Katal
Tetrastiqma lanceolarium Planch.
Vitaceae
7
Balo sai katoq
Colocassia esculenta L.
Araliaceae
Pewarna dan tannin 1
Taun Zon
Tephrosia zollingeri Backer.
2
Taun lotu
Ammannia baccifera L.
Fabaceae Lythraceae
65
3
Kirun
Curcuma longifolia L.
Zingiberacee
4
Silel
Pleomele augustifolia N.E.Br.
Liliaceae
5
Nenuq
Morinda citrifolia L.
Rubiaceae
6
Ai Rawan
Scleichera oleosa Merr.
Sapindaceae
1
Aromatik Kirun
Curcuma longifolia Linn.
Zingiberaceae
2
Sikon
Kaempferia galanga L.
Zingiberaceae
3
Huraq
Equisetum sp.
Equisetaceae
4
Barut
Aleurites moluccana Miq.
Euphorbiaceae
5
Turul
Santalum album L.
Santalaceae
6
Dowol
Acorus calamus L.
Araceae
7
In Ma
Zingiber officinale Roxb.
Zingiberaceae
8
Laus
Languas galanga L.
Zingiberaceae
9
Hotel Tie Gio
Micromelum minutum (Forst.)Wight. &. Arn.
Rutaceae
10
Sege Belis
Jasminum sp.
Oleaceae
11
Nilam
Pogostemon cablin Benth.
Poaceae
12
Sirih
Piper betle L.
Piperaceae
13
Kelapa
Cocos nucifera L.
Arecaceae
14
U rikit
Hydrocotyle sibthorpiode Lamk.
Umbelliferae
15
Bonak
Pandanusa amaryllifolius Roxb.
Pandanaceae
16
Silasih
Ocimum basilicum L.
Labiatae
17
Kahaq Zon
Ocimum sp.
Labiatae
1
Hias Anggrek Hutan
Vandopsis gigantea (Lour.) C.B.Rob.
Orchidaceae
2
Mun Gipe
Pandorea pandorana (Andrews) Steenis.
Bignoniaceae
3
Si koe
Kalanchoe pinnata Pers.
Crassulaceae
4
Mako
Nothopanax scutellarium Merr.
Araliaceae
5
U pagar
Eupatorium triplinerve Vahl.
Asteraceae
6
Pecah piring
Catharanthus roseus [L.] G. Don
Apocynaceae
7
Mawar
Rosa L..
Rosaceae
8
Melati
Jasminum .
Oleaceae
9
Beluntas
Pluchea indica [L.] Less.
Asteraceae
10
Talas
Homalomena occulta [Lour.] Schott.
Araceae
11
Nanas kerang
Rhoeo discolor [L.Her.] Hance.
Commelinaceae
12
Pacar air
Impatiens balsamina Linn.
Balsaminaceae
13
Portulaca grandiflora Hook.
Portulacaceae
14
Bunga pukul empat Bunga ungu
Talinum triangulare (Jacq.) Willd.
Portulacaceae
15
Gubuq belis
Hemigraphis colorata Hall.f.
Acanthaceae
66
Bunga tahi ayam Bunga desember Kenop
Tagetes erecta Linn.
Asteraceae
Canna indica L.
Cannaceae
Gomphrena globosa L.
Amaranthaceae
Clerodendrum japonicum [Thunb.] Sweet.
Verbenaceae
20
Bunga pengantin Mayana
Coleus scutellariodes [L.] Benth.
Labiatae
21
Gubug kuning
Taraxacum officinale Weber et Wiggers.
Asteraceae
16 17 18 19
Adat 1
Molo
Piper betle Linn.
Piperaceae
2
Pu
Arecha catechu L.
Arecaceae
3
Mok luan
Musa paradisiaca Linn.
Musaceae
4
Hoja
Cocos nucifera L.
Arecaceae
5
Ai rawan
Scleichera oleosa Merr.
Sapindaeace
6
Goya'
Syzygium sp.
Myrtaceae
Moraceae
Kegunaan lain 1
Erol guzu
Ficus sp.1
2
Mun mauhale
Argyreia mollis (Burm.f.) Choisy.
Convolvulaceae
3
Ai kerelelun
Tidak terindentifikasi
Tidak terindentifikasi
4
Dila
Carica papaya
Caricaceae
5
In ma buleen
Curcuma officinale Rosc.
Zingiberaceae
6
Pate'
Belum terindentifikasi
Belum teridentifikasi
7
Iu
Cordia dichotoma Forst. f.
Boraginaceae
8
Malaka
Ricinus communis Willd.
Euphorbiaceae
67
Lampiran 3 Daftar spesies tumbuhan yang ditemukan di tempat penelitian No
Nama Ilmiah
Nama lokal
Famili
Habitus
1
Abelmoschus moschatus L. Medic.
Go' Apa
Malvaceae
Semak
2
Acacia leucophloea Willd.
Besak
Fabaceae
Pohon
3
Acanthospermum hispidum DC.
Kura sisal
Acanthaceae
Herba
4
Acorus calamus L.
Dowol
Araceae
Herba
5
Aegle marmelos L.
Dila Zon
Rutaceae
Pohon
6
Agave cantula Roxb.
Tali Balanda
Agavaceae
Herba
7
Albizia chinensis
E
Fabaceae
Pohon
8
Albizia lebbekoides (DC.) Benth.
Koban
Fabaceae
Pohon
9
Albizia procera Benth.
Zul
Fabaceae
Pohon
10
Albizia tomentalla L.
Hepa
Fabaceae
Pohon
11
Aleurites mollucana Miq.
Barut
Euphorbiaceae
Pohon
12 13
Alium cepa L. Alium sativai L.
In Belis In Bule'en
Liliaceae Liliaceae
Herba Herba
14
Alstonia spectabilis R.Br.
Zoil Guzu
Apocynaceae
Pohon
15
Ammannia baccifera L.
Taun Lotu
Lythraceae
Herba
16
Amorphophalus campanulatus (Blumei).
Me
Araceae
Herba
17
Andrographis paniculata [aburm.f.] Nees.
Sambiloto
Acanthaceae
Semak
18
Annona zquomosa L.
Ai Ata
Annonaceae
Pohon
19
Arachis hypogaea L.
ho'i
Fabaceae
Herba
20
Arecha catechu L
Pu
Arecaceae
Pohon
21
Arenga pinnata Merr
Tueq Kubus
Arecaceae
Pohon
22
Argyreia mollis (Burm.f.) Choisy.
Mun Mauhale
Convolvulaceae
Liana
23
Artocarpus heterophyllus Lam.
Kulo Zon
Moraceae
Pohon
24
Artocarpus sp
Kulo Zon
Moraceae
Pohon
25
Asparagus racemosus
Loa gie tapil
Liliaceae
Perdu
26
Asystasia nemorum Nees.
Bui Guzu
Acanthaceae
Semak
27
Bambusa spp.
Mah
Poaceae
Semak
28
Bidens pilosa L.
Silikagut
Poaceae
Semak
29
Bischofia javanica BL.
Mau Hal
Euphorbiaceae
Pohon
30
Blumea balsamifera
Bako zon
Asteraceae
Herba
31
Borassus pandanus L.
Dilu
Arecaceae
Pohon
32
Buddleja asiatica Lour.
Le Keki
Loganiaceae
Pohon
33
Caesalpinia furfurea
Tilon Asa
Fabaceae
Pohon
34
Cajanus cajan Druce.
Tir
Fabaceae
Perdu
35
Calotropus gigantean Willd
Ukaq
Ascleipiadaceae
Semak
36
Canna edulis Ker.
Kontas
Cannaceae
Herba
37
Canna indica L.
Bunga desember
Cannaceae
Herba
38
Capsicum sp.
Patal
Solanaceae
Herba
68
39
Carica papaya L.
Rila
Caricaceae
Perdu
40
Cassia sp.
Arus
Fabaceae
Pohon
41
Cassia timoriana
Tomol
Fabaceae
Pohon
42
Casuarina junghuniana Miq.
Hur
Casuarinaceae
Pohon
43
Catharanthus roseus [L.] G. Don.
Pecah piring
Apocynaceae
Herba
44
Chrysopogon aciculatus (Retz.)
Meal
Poaceae
Semak
45
Citrus aurontifolia [Christm. & Panz] Swingle.
Masin
Rutaceae
Pohon
46
Citrus hystrix DC.
Deloq
Rutaceae
Pohon
47
Citrus maxima (Burm.) Merr.
Rambua
Rutaceae
Pohon
48
Citrus reticulata Blanco.
Diti Luli
Rutaceae
Pohon
49
Clerodendron sp.
Hotel Nuka
Verbenaceae
Semak
50
Clerodendrum japonicum [Thunb.] Sweet.
Bunga pengantin
Verbenaceae
Herba
51
Cocos nucifera L.
Hoza
Arecaceae
Pohon
52
Coffea arabica L.
Kopi
Rubiaceae
Perdu
53
Coix lachryma Jobi L.
Iter
Poaceae
Semak
54
Coleus scutellariodes [L.] Benth.
Mayana
Labiatae
Herba
55
Colocasia esculenta L. Schott.
Balo
Araceae
Herba
56
Colocassia esculenta L. Schott.
Balo Sai Katoq
Araliaceae
Herba
57
Cordia dichotoma
Iu
Boraginaceae
Pohon
58
Corypha gebanga Blume.
Hak
Arecaceae
Pohon
59
Cucurbita moschata Duchense.
Ope
Cucurbitaceae
Herba
60
Curculigo villosa Wall.
In Bule'en Zon
Liliaceae
Herba
61
Curcuma longafolia L.
Kirun
Zingiberaceae
Herba
62
Cymbopogon nardus (L.) Rendle.
An Mami
Poaceae
Herba
63
Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.
Mantalin
Cyperaceae
Semak
64
Cyperus sp.
Su kaqut
Cyperaceae
Semak
65
Daemonorops sp.
Oe
Arecaceae
Pohon
66
Datura metel Linn.
Ulu Pegur
Solanaceae
Perdu
67
Dichrocephala auriculata (Thunb.) Druce.
U sael qizil
Asteraceae
Herba
68
Dioscorea alata L.
Dik Kira Pana
Discoreaceae
Herba
69
Dioscorea bulbifera L.
Gomiq
Discoreaceae
Herba
70
Dioscorea esculenta (Lour) Burk.
Diq Kaka giri
Discoreaceae
Herba
71
Dioscorea hispida Dennst.
Apa Gie Pil
Discoreaceae
Herba
72
Discorea bulbifera L.
Rik Tali
Discoreaceae
Herba
73
Discorea hispida Dennst.
Same'
Discoreaceae
Herba
74
Dysoxylum gaudichaudianum
Emar
Meliaceae
Pohon
75
Elaegnus triflora Roxb.
Mun Tumel
Acanthaceae
Liana
76
Elephantopus scaber L.
Apa Sakan
Asteraceae
Herba
77
Eleusine indica (L.) Gaertn.
Toko Gomil
Poaceae
Semak
78
Ellatostachys verrucosa (Bl.) Radlk.
Ma'u Guzu
Sapindaceae
Pohon
79
Emilia sonchifolia DC.
Gaulele
Asteraceae
Herba
69
80
Entada phaseoloides Bentoh (Jav).
Bon
Fabaceae
Liana
81
Equisetum sp.
Huraq
Equisetaceae
Semak
82
Erythrina sp.
Lawal
Fabaceae
Pohon
83
Eucalyptus alba
Pie
Myrtaceae
Pohon
84
Eucalyptus urophylla ST. Blake.
Tal
Myrtaceae
Pohon
85
Eulalia leschenaultiana
Wate'
Poaceae
Semak
86 87
Euonymus javanicus Bl. Eupatorium triplinerve Vahl.
Beko Lotu U pagar
Celasteraceae Asteraceae
Pohon Herba
88
Euphorbia barnhartii Cruiz.
Ematala Mone
Euphorbiaceae
Semak
89
Euphorbia prunifolia Jack.
U Suil
Euphorbiaceae
Herba
90
Exocarpus latifolius R.Br.
Megeq
Santalaceae
Pohon
91
Ficus glomerata
Tau Belis
Moraceae
Pohon
92
Ficus hispida L.f.
Moraceae
Pohon
93
Ficus recemosa L.
Moraceae
Pohon
Tau
94
Ficus religiosa (Bodhi).
Pur Buleen
Moraceae
Pohon
95
Ficus septic Burm.f.
Kabokeq
Moraceae
Pohon
96
Ficus sp 2
Erol guzu
Moraceae
Pohon
97
Ficus sp 2
Sobo
Moraceae
Pohon
98
Ficus sp 3
Erol Belis
Moraceae
Pohon
99
Ficus variegata BL.
Teor
Moraceae
Pohon
100
Garuga floribunda Dacne.
Wauk
Burseraceae
Pohon
101
Garuga sp.
Nitu
Burseraceae
Pohon
102
Girardinia sp.
Mebu Zab
Urticaceae
Perdu
103
Glochidion lancifolium C.B.Rob.
104
Glochidion sp.
Jenis A
Euphorbiaceae
Pohon
105
Glycine soya Max.
Keliq
Fabaceae
Herba
106
Gmelina arborea Roxb.
Jati Belis
Verbenaceae
Pohon
107
Gomphrena globosa L.
Kenop
Amaranthaceae
Herba
108
Gynura pseudochina (L) DC.
Mape Giri
Asteraceae
Herba
109 110
Hemigraphis colorata Hall.f. Hiptage benghalensis (L.) Kurz.
Gubuq belis Manuk
Acanthaceae Malvaceae
Herba Liana
Pohon
111
Homalomena occulta [Lour.] Schott.
Talas
Araceae
Herba
112
Hydrocotyle sibthorpiodes Lamk.
U Rikit
Umbelliferae
Herba
113
Impatiens balsamina Linn.
Pacar air
Balsaminaceae
Herba
114
Imperta cylindrical L.
Hut
Poaceae
Semak
115
Ipomea batatas L.
Sekal
Convolvulaceae
Herba
116
Jasminum sp.
Melati
Oleaceae
Perdu
117
Jasminum sp.
Sege Belis
Oleaceae
Perdu
118
Jatropha curcas L.
Alul
Euphorbiaceae
Pohon
119
Kaempferia galanga L.
Sikon
Zingiberaceae
Herba
120
Kalanchoe pinnata [Lamk. ] Pers.
Si Koe
Crassulaceae
Herba
70
121
Languas galanga L.
Laus
Zingiberaceae
Herba
122
Lantana Camara Linn.
Siol
Verbenaceae
Herba
123
Leucaena leucocephala Lam de Wit.
Lamtoro
Fabaceae
Pohon
124
Leucas lavandufolia Smith.
Moruk Belis
Labiatae
Herba
125
Litsea glutinosa (Lour.) C.B.Rob.
Zo'u
Lauraceae
Pohon
126
Litsea timoriana Span.
Pili Pokoi
Lauraceae
Pohon
127
Macaranga tanarius Muell. Arg.
Obuk
Euphorbiaceae
Pohon
128
Maclura cochinchinensis (Lour.) Corner).
Heruk belis
Moraceae
Perdu
129
Mallotus philippensis Muell Arg.
Hotel Ewi
Euphorbiaceae
Pohon
130
Malvastrum coromandelianum (L.) Garcke.
Kibu Guzu sael gio
Malvaceae
Herba
131
Mangifera indica L.
Jo Loi
Anacardiaceae
Pohon
132
Mangifera sp.
Jo Hiu
Anacardiaceae
Pohon
133
Manihot utilisima Pohl.
Diq Hotel
Euphorbiaceae
Perdu
134
Melia azedarach Linn.
Lien
Meliaceae
Pohon
135
Melochia umbellate (Houtt.) Stapf.
Wanna
Euphorbiaceae
Pohon
136
Micromelum minutum (Forst.) Wight. &. Arn.
Hotel Tie Gio
Rutaceae
Semak
137
Milingtonia hortensis L.f.
Ai Asa
Bignoniaceae
Pohon
138
Moghania strombilifera (L.) St. Hil.ex O.K.
Ii
Fabaceae
Perdu
139
Morinda citrifolia L.
Nenuq
Rubiaceae
Pohon
140
Morinda sp.
Nenuq Zon Belis
Rubiaceae
Pohon
141
Morus alba L.
Buah Moras
Moraceae
Pohon
142
Mucuna sp.
Liwas
Fabaceae
Liana
143
Muntingia calabura L.
Kersen
Elaeocarpaceae
Pohon
144
Musa acuminata
Mok Susu
Musaceae
Herba
145
Musa balbisiana
Mok Kapuk
Musaceae
Herba
146
Musa paradisiaca Linn.
Mok Luan
Musaceae
Herba
147
Musa sp
Mok Luan Legul
Musaceae
Herba
148
Myrsine avenis (Bl.) DC.
Ai turis
Myrsinaceae
Pohon
149
Neoalsomitra podagrica Steenis.
Ematala Mun
Cucurbitaceae
Liana
150
Nicotiana tabacum L.
Bako
Solanaceae
Herba
151
Nothopanax scutellarium Merr.
Mako
Araliaceae
Perdu
152
Ocimum basilicum L.
Silasih
Labiatae
Herba
153
Ocimum sp.
Kahaq Zon
Labiatae
Herba
154
Omalanthus giganteus Zoll.& Moritzi.
Su Beteq
Euphorbiaceae
Pohon
155
Oryza sativa Linn.
Ipi
Poaceae
Semak
156
Pachyrrhizus erosus (L.) Ex Dc.
Upu
Fabaceae
Herba
157
Pandanus tectorius
Heran
Arecaceae
Pohon
158
Pandanusa amaryllifolius Roxb.
Bonak
Pandanaceae
Herba
159
Pandorea pandorana
Mun Gipe
Bignoniaceae
Herba
160
Pasifflora foetida L.
Hili Talin
Passifloraceae
Herba
161
Payena leerii (T.et B.) Kurz.
Nor Nigi B
Sapotaceae
Pohon
71
162
Pennisetum polystachyon (L.) Schult.
An Balibo
Poaceae
Semak
163
Phaseolus lunatus Linn.
Pao Lelo
Fabaceae
Herba
164
Phragmites karka (Retz.)
Sibil
Poaceae
Semak
165
Phyllanthus reticulatus Poir.
Kalan
Euphorbiaceae
Herba
166
Phymatodes, nigrescens (Bl.) J. Sm.
Tie gas
Polypodiaceae
Epifit
167
Picrasma javanica Bl.
Hotel Guzu
Simaroubaceae
Pohon
168
Piper amboinensis (Miq) D.C.
Molo
Piperaceae
Herba
169
Piper betle L
Molo Loi
Piperaceae
Herba
170
Piper retrofractum Vahl.
Patal Muq
Piperaceae
Herba
171
Pisonia grandis R. Br.
Kai Sahe
Nyctaginaceae
Pohon
172
Pittosporum moluccanum (Lam.) Miq.
Ziek
Pittosporaceae
Pohon
173
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f.
Hotel Suil
Sapotaceae
Pohon
174
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f.
Nor Beka
Sapotaceae
Pohon
175
Planchonia timoriensis Blume.
Kabanasaq
Lecythidaceae
Pohon
176
Planchonia valida Bl.
Lese
Lecythidaceae
Pohon
177
Pleomele angustifolia Roxb.
Silel
Liliaceae
Hera
178
Pluchea indica [L.] Less.
Beluntas
Asteraceae
Perdu
179
Plumbago zeylanica L.
Mi Selek
180
Pogostemon cablin Benth.
Nilam
181
Polyganum chinense L.
U Hoto Buleqen
Polygonaceae
Herba
182
Portulaca grandiflora Hook.
Bunga pukul empat
Portulacaceae
Herba
183
Pterocarpus indicus Willd.
Mazoq
Fabaceae
Pohon
184 185
Punica granatum L. Putrajiva roxburghii Wall.
Delima Nor Nigi A
Punicaceae Euphorbiaceae
Perdu Pohon
186
Rhoeo discolor [L.Her.] Hance.
Nanas kerang
Commelinaceae
Herba
187
Ricinus communis Willd.
Malaka
Euphorbiaceae
Perdu
188
Rosa L.
Mawar
Rosaceae
Semak
Plumbaginaceae Poaceae
Herba Herba.
189
Saccharum officinarum L.
Up Bule'en
Poaceae
Semak
190
Saccharum spontaneum.
Tese
Poaceae
Semak
191
Santalum album L.
Turul
Santalaceae
Pohon
192
Sauropus sp.
Mama buah
Euphorbiaceae
Herba
193
Sauropus androgynus (L.) Merr.
Mama buah belis
Euphorbiaceae
Herba
194
Schefflera elliptica (Bl.) Harms.
Kilu
Araliaceae
Pohon
195
Schizaea dichotoma (L.) Sm.
Digirai
Schizaeaceae
Herba
196
Schleichera oleosa Merr.
Ai Rawan
Sapindaceae
Pohon
197
Sechium edule (Jacq.) Sw.
labu jepang
Cucurbitaceae
Herba
198
Sesbania grandiflora Linn.
Kaleq
Fabaceae
Pohon
199
Setaria faberii Herrm.
An Paral
Poaceae
Semak
200
Shirakiopsis indica (Willd.) Esser.
Ai Barut
Euphorbiaceae
Pohon
201
Sida rhombifolia L.
Kibu Belis
Malvaceae
Semak
202
Sida sp.
Kibu Siba
Malvaceae
Semak
72
203
Sorghum bicolor (L) Moench.
Bukas
Poaceae
Semak
204
Sterculia foetida L.
Bane
Sterculiaceae
Pohon
205
Stictocardia negleta
Sekal Zon Belis
Convolvulaceae
Herba
206
Swietenia machrophylla King .
Mahoni
Meliaceae
Pohon
207
Syzygium polyanthum (Wight) Walp.
Siba Leboq
Myrtaceae
Pohon
208
Syzygium sp.
Beko
Myrtaceae
Pohon
209
Syzygium sp.
Goya'
Myrtaceae
Pohon
210
Tagetes erecta Linn.
Bunga tahi ayam
Asteraceae
Herba
211
Talinum triangulare (Jacq.) Willd.
Bunga ungu
Portulacaceae
Herba
212
Tamarindus indica L.
Ai Sawal
Fabaceae
Pohon
213
Taraxacum mongolicum Hand-Mazz.
Piraku
Asteraceae
Herba
214
Taraxacum officinale Weber et Wiggers
Gubug kuning
Asteraceae
Herba
215
Tephrosia sp.
Taun
Fabaceae
Herba
216
Tephrosia zollingeri Backer.
Taun zon
Fabaceae
Herba
217
Tetrameles nudiflora R.Br.ex Benth.
Zalo
Datiscaceae
Pohon
218
Themeda gigantean (Cav.) Hack.
An Lawal
Poaceae
Semak
219
Themeda villosa Durand. Jackson.
An Natal
Poaceae
Semak
220
Tidak teridentifikasi
Ai We
Tidak teridentifikasi
Pohon
221
Tidak teridentifikasi
Atit
Tidak teridentifikasi
Herba
222
Tidak teridentifikasi
Bulis
Tidak teridentifikasi
Herba
223
Tidak teridentifikasi
Dini Hezer
Tidak teridentifikasi
Herba
224
Tidak teridentifikasi
Gure
Tidak teridentifikasi
Herba
225
Tidak teridentifikasi
Jala
Tidak teridentifikasi
Herba
226
Tidak teridentifikasi
Jenis B
Fabaceae
Pohon
227
Tidak teridentifikasi
Julo miil
Tidak teridentifikasi
Pohon
228
Tidak teridentifikasi
Kabaru Bauk
Tidak teridentifikasi
Liana
229
Tidak teridentifikasi
Kau Miit
Tidak teridentifikasi
Herba
230
Tidak teridentifikasi
Kusar
Tidak teridentifikasi
Pohon
231
Tidak teridentifikasi
Lewer
Tidak teridentifikasi
Pohon
232
Tidak teridentifikasi
Liu zumuk
Tidak teridentifikasi
Herba
233
Tidak teridentifikasi
Matahari
Tidak teridentifikasi
Perdu
234
Tidak teridentifikasi
Ma'ut Belis
tidak teridentifikasi
Pohon
235
Tidak teridentifikasi
Ma'ut Buleen
Tidak teridentifikasi
Pohon
236
Tidak teridentifikasi
Orel Gie Pu
Tidak teridentifikasi
Herba
237
Tidak teridentifikasi
Pate'
Tidak teridentifikasi
Herba
238
Tidak teridentifikasi
Pie Hoto Go'
Anacardiaceae
Pohon
239
tidak teridentifikasi
Sie kelen
Tidak teridentifikasi
Herba
240
Tidak teridentifikasi
Sil Tol
Tidak teridentifikasi
Herba
241
Tidak teridentifikasi
Tahan Tolu
Tidak teridentifikasi
Pohon
242
Tidak teridentifikasi
Tupa
Tidak teridentifikasi
Liana
73
243
Tidak teridentifikasi
Wesel Gol
Tidak teridentifikasi
Herba
244
Tidak teridentifikasi
Zat
Tidak teridentifikasi
Perdu
245
Timonius timon (Spreng) Merr.
Miel
Rubiaceae
Pohon
246
Tithonia diversifolia (Hemsley) A. gray.
Hotel Gubuk
Asteraceae
Pohon
247
Tithonia sp.
Bau Koles
Asteraceae
Semak
248
Urena lobata sp.
Kibu guzu
Malvaceae
Herba
249
Urena sp.
Kibu Lotu
Malvaceae
Herba
250 251
Vandopsis gigantea (Lour.) C.B.Rob. Vigna radiata (L.) R.
Anggrek hutan ho gapa
Orchidaceae Fabaceae
Epifit Herba
252
Vigna unguiculata L.
Ho
Fabaceae
Herba
253
Vitex ceiba
Gela
Bombacaceae
Pohon
254
Vitex trifolia L.
Ager
Verbenaceae
Semak
255
Zea mays L.
Paol
Poaceae
Perdu
256
Zingiber officinale Roxb.
In Ma
Zingiberaceae
Herba
257
Zingiber officinale Linn.
In Ma Buleen
Zingiberaceae
Herba
74
Lampiran 4 Daftar responden kajian etnobotani masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Maria Ili Rosalia Leu Martinus Musu Mathias Leki Pankras Bele Vinsensius Bou Makrina Eme Ikun Fabianus Lau Agustina Leu Benyamin Bere Dominikus Bele Monika Martha Lin Bia Okto Manu Maria Frans M Seli Beatrix Martha Blandina Petronela Yasintha Motu Martina
Umur (Thn) 45 94 98 56 54 55 54 67 34 31 89 60 59 60 48 26 51 49 48 30 62 52 36 49 31
Alamat Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun Desa Dirun
75
Lampiran 5 Daftar Kuisioner Etnobotani DAFTAR KUISIONER ETNOBOTANI 1.
Data Pribadi a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : d. Pendidikan : e. Status : 2. Dalam satu minggu berapa kali saudara masuk ke hutan/ekosistem liar? a. Satu b. Dua c. Tiga d. Empat e. Setiap hari 3. Kegiatan apa saja yang dilakukan di dalam hutan? a. berburu b. Mencari tumbuhan d. Mencari madu e. Lainnya 4. Jenis-jenis tumbuhan apa yang saudara ambil dari hutan : 1. …………………….. 2. ……………………... 3. …………………….. 4. …………………….. 5. …………………….. 5. Jenis-jenis tersebut digunakan untuk : 1. Bahan bangunan 2. Bahan pangan 3. Bahan pakan 4. Bahan obat 5. Bahan racun 6. Bahan pakan 7. Bahan pewarna 8. Lainnya…………. 6. Apakah tumbuhan tersebut didibudidayakan? a.Ya b. Tidak 7. Untuk apa tumbuhan berguna yang diambil? a. Digunakan sendiri b. dijual c. Sebagian dijual 8. Jika dijual dalam bentuk apa? a. Ikat b. bungkus c. 9. Bagaimanakah cara pengambilan tumbuhan di alam? a. Musiman b. Tidak tergantung musim c. Lainnya…………. 10. Berapa kali saudara mengambil tumbuhan berguna dari alam? a. Satu minggu b. Dua minggu
76
c. satu bulan d. Lainnya……….. 11.Bagian tumbuhan berguna yang dimanfaatkan? a.Buah b.Akar c.Bunga d. Batang e.Akar 12. Bagaiman cara pengolahan tumbuhan berguna? a. Tumbuhan obat b. Tumbuhan hias c. Tumbuhan pangan d. Kebutuhan bangunan e. Upacara adat f. Lainnya 13. Apakah ada persediaan tumbuhan berguna di rumah? a. Ada b. Tidak ada 14. Kalau ada, disimpan dalam bentuk apa? a. Serbuk b. Simplisia basah c. Simplisia kering 15. Jenis-jenis tumbuhan berguna yang dibudidayakan masyarakat? a. Tumbuhan hias e. Bahan bangunan 1. Nama lokal 1.Nama lokal 2. Asal 2. Asal b. Tumbuhan obat f.Pakan ternak 1.Nama Lokal 1.Nama Lokal 2. Asal 2. Asal c. Tumbuhan pangan g. Anyaman/tali temali 1. Nama lokal 1. Nama Lokal 2. Asal 2. Asal d. Bahan Bangunan h. Lainnya 1. Nama lokal 1. Nama lokal 2. Asal 2.Asal