PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eti Rahmawati Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eti Rahmawati. K8411029. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN AJARAN 2014/2015. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. April 2015. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, sementara teknik pedukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa dan prestasi pada pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra-siklus, ada 6 siswa (18,75%) yang memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 20 siswa (62,50%), sedangkan pada siklus II, aktivitas belajar meningkat menjadi 25 siswa (78,13%). Prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan pesat dalam pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra siklus, nilai ratarata siswa adalah 67,81 pada dari skala 0-100. Hal ini meningkat menjadi 76,21 pada siklus I, 82,31 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum pada pra-siklus adalah 7 siswa (21,87%), kemudian pada siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 20 siswa (62,5%), dan akhirnya pada siklus II siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum menjadi 27 siswa (84,37%). Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Make a Match, Keaktifan Belajar Siswa, Prestasi Belajar Siswa.
dalam kurikulum tersebut. Sekolah-
PENDAHULUAN Pendidikan
merupakan
hal
yang terpenting bagi suatu bangsa, karena maju atau tidaknya suatu bangsa itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ada di Negara tersebut. Kualitas pendidikan yang bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Sumber
daya
manusia
yang
berkualitas menjadi aset berharga yang dimiliki bangsa untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah
mulai
perbaikan
proses
Kurikulum
2013
mengadakan pembelajaran. yang
digembor-gemborkan
sedang
pemerintah
kini telah diberhentikan. Kurikulum 2013 berpusat untuk mendorong siswa
agar
menanya,
aktif
mengamati,
mencoba
atau
mengumpulkan data, mengasosiasi atau
menalar,
mengkomunikasikan.
dan Kurikulum
tersebut saat ini hendak diperbaiki dan dikaji ulang karena belum semua guru
dianggap
melaksanakan
siap
hal-hal
yang
untuk ada
sekolah yang baru melaksanakan kurikulum
tersebut
selama
satu
semester, kini diperkenankan untuk menerapkan
kembali
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berlawanan dengan hal tersebut, sekolah-sekolah melaksanakan
yang
telah
kurikulum
tersebut
selama tiga semester masih diminta untuk menerapkan kurikulum 2013 sebagai
sekolah
percontohan.
Perombakan kurikulum tidak akan berjalan
mencapai
diinginkan
jika
tujuan
tidak
yang
diimbangi
dengan kualitas tenaga pengajar. Tenaga pengajar disini adalah guru yang
bertugas
mentransfer
ilmu
kepada peserta didik. Kualitas yang mumpuni dari seorang guru adalah salah
satu
faktor
yang
dapat
membuat peserta didik selalu merasa haus akan ilmu. Dalam kurikulum 2013 ini, guru tidak bisa lagi berperan sebagai
pusat
kegiatan
belajar di kelas (teacher center). Siswa dituntut untuk belajar mandiri dan aktif sedangkan
guru hanya
bertindak sebagai fasilitator. Degeng
(2008)
dalam
Sugiyanto menyatakan bahwa, “daya
tarik suatu pembelajaran ditentukan
Dari hasil observasi yang telah
oleh dua hal, pertama oleh mata
dilakukan
pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh
Surakarta,
cara mengajar guru. Guru sebagai
masalah-masalah
komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah :
pembelajaran, dapat mempengaruhi
1. Pemahaman
keberhasilan siswa dalam proses belajarnya”
(2008:
5).
di
SMA
Negeri
terdapat
2
beberapa
dalam
kegiatan
terhadap
materi
sosiologi masih rendah.
Metode
Hal
ini
terbukti
dari
pembelajaran yang digunakan oleh
banyaknya siswa yang belum
guru juga memiliki peranan yang
berhasil
sangat penting dalam menentukan
Berdasarkan hasil pre-test
berhasil atau tidaknya suatu proses
yang dilakukan, terdapat 78%
pembelajaran. Oleh karena itu, tugas
peserta
profesional guru adalah menjadikan
mencapai KKM atau sebanyak
pelajaran yang sebelumnya tidak
25 siswa dari jumlah keseluruhan
menarik menjadi
32 siswa.
menarik,
yang
didik
masih
belum
Dengan demikian,
dirasakan sulit menjadi mudah, yang
dapat
tadinya tidak bermakna menjadi
rendahnya
pemahaman
bermakna. Jika tugas-tugas tersebut
terhadap
materi
dapat dilaksanakan guru dengan
menyebabkan banyak siswa yang
baik, siswa akan secara sukarela
tidak dapat mencapai KKM.
mempelajari
materi
pembelajaran
dikatakan
2. Permasalahan
bahwa siswa
sosiologi
lainnya
adalah
lebih lanjut karena merasa adanya
tidak adanya buku paket dan
kebutuhan belajar. Siswa menjadi
buku lembar kerja siswa.
lebih mudah dalam menerima materi
Ketika
mulai
memasuki
karena kondisi mental yang tidak
materi pembelajaran, guru hanya
tertekan, sehingga ilmu yang dia
menampilkan
peroleh pun akan meningkatkan
berbentuk Microsoft word dan
kualitas dari diri siswa tersebut,
kemudian menjelaskan sekilas
maka guru sebagai pengajar dapat
mengenai materi pembelajaran
dikatakan berhasil.
lalu menyuruh siswa-siswa untuk
materi
yang
mencatat
materi
yang
4. Rendahnya
keaktifan
dan
ditampilkan oleh guru. Beberapa
antusias siswa dalam mengikuti
siswa terlihat bermalas-malasan
kegiatan pembelajaran.
untuk mencatat, dan mengulur-
Keberhasilan
dalam
ulur waktu pembelajaran yang
kegiatan
seharusnya dapat diisi materi
dilihat dari tingginya keaktifan
selanjutnya. Hal ini sangat tidak
maupun semangat siswa dalam
efektif, karena waktu kegiatan
kegiatan pembelajaran. Namun
pembelajaran
banyak
berdasarkan pengamatan yang
kegiatan
telah dilakukan, keaktifan siswa
terbuang
lebih untuk
mencatat.
dalam
3. Model pembelajaran konvensional berupa
ceramah
mendominasi
masih
dalam
kegiatan
pembelajaran.
pembelajaran
bisa
pembelajaran
sangat
rendah. Ketika siswa diminta oleh
guru
untuk
bertanya
mengenai materi yang sedang dipelajari, tidak ada siswa yang
Model
kegiatan
mengangkat tangan dan bertanya.
konvensional
Hal tersebut membuat kegiatan
seperti ini terkesan monoton
pembelajaran dikelas terkesan
sehingga
seperti
pembelajaran
siswa
mengalami
tidak
hidup
karena
kebosanan dan kejenuhan di
interaksi yang tercipta hanya
dalam kelas. Terbukti pada saat
berjalan satu arah.
guru
materi
Dari beberapa masalah yang
pelajaran banyak siswa yang
telah ditemukan, masalah rendahnya
tidak memperhatikan. Mereka
pemahaman materi sosiologi dan
terlihat mengantuk dan tidak
rendahnya keaktifan siswa dalam
memperhatikan penjelasan guru,
kegiatan pembelajaran merupakan
sedangkan
siswa
masalah yang harus segera diatasi
bermain
agar dapat menciptakan manusia
terlihat
menerangkan
beberapa sibuk
handphone/gadget.
yang
berkualitas.
identifikasi diperlukan
Beranjak
masalah tindakan
dari
tersebut, yang
dapat
mengatasi masalah keaktifan dan
siswa
hasil belajar siswa yang sekaligus
belajar mengenai suatu konsep atau
mengembangkan program “student
topik,
centered”.
menyenangkan (Sugiyanto, 2009).
Model
pembelajaran
yang
mencari
dalam
pasangan
suasana
sambil
yang
Untuk mengetahui sejauh
dianggap sesuai dengan Kurikulum
mana
2013 adalah model pembelajaran
pembelajaran Make a Match dalam
kooperatif.
sesuai
meningkatkan keaktifan dan prestasi
dengan pernyataan Slavin (2007),
belajar siswa pada mata pelajaran
“pembelajaran
sosiologi, maka
Hal
kooperatif
menggalakkan secara
aktif
tersebut
siswa dan
berinteraksi
positif
keberhasilan
model
perlu dilakukan
suatu Penelitian Tindakan Kelas
dalam
(PTK) yang diadakan di kelas XI IIS
kelompok” (Sugiyono, 2008: 140).
2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun
Salah satu jenis model pembelajaran
pelajaran 2014/2015.
kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Make a Match. Metode ini
dikembangkan
KAJIAN PUSTAKA Kajian tentang Keaktifan Belajar Dalam Rusman (2013: 324)
oleh
Lornna
“Pembelajaran aktif merupakan suatu
yang
mana
pendekatan pembelajaran yang lebih
merupakan salah satu alternative
banyak melibatkan aktivitas siswa
yang
pada
dalam mengakses berbagai informasi
meningkatkan
dan pengetahuan untuk dibahas dan
Curran
(1994),
dapat
pembelajaran partisipasi
diterapkan guna
dan
siswa.
dikaji dalam proses pembelajaran di
Penerapan metode ini dimulai dari
kelas, sehingga mereka mendapatkan
teknik yaitu siswa disuruh mencari
berbagai pengalaman yang dapat
pasangan kartu yang merupakan
meningkatkan
jawaban atau pertanyaan sebelum
kompetensinya”. Sedangkan menurut
batas waktunya, siswa yang dapat
Djaelani (2005: 15), “Belajar yang
mencocokkan kartunya diberi poin.
aktif ditandai dengan diantaranya
Dalam
banyak pekerjaan yang dilakukan
model
keaktifan
pembelajaran
ini,
pemahaman
dan
oleh siswa. Mereka berfikir serius,
pengukuran dari penilaian usaha
mencermati
gagasan-gagasan,
belajar
yang
banyak permasalahan dipecahkan,
bentuk
simbol,
dan menerapkan apa yang dipelajari.
kalimat yang menceritakan hasil
Keaktifan belajar mendorong siswa
yang sudah dicapai oleh setiap anak
bereaksi cepat atas setiap stimulus
pada periode tertentu (hlm. 138).
yang relevan, asyik, tertarik, dan
dinyatakan huruf,
Berdasarkan
dalam maupun
pengertian
di
menunjukkan keterlibatan pribadi.
atas, prestasi belajar menurut peneliti
Mereka bisa jadi sering bergeser dari
merupakan
tempat duduknya, bergerak gesit dan
diperoleh oleh peserta didik setelah
berfikir keras”.
proses pembelajaran yang dijadikan
Berdasarkan pengertian
di
atas
suatu
hasil
yang
beberapa
tolak ukur dalam menentukan tingkat
mengenai
keberhasilan peserta didik dalam
keaktifan belajar, maka dapat peneliti
kegiatan
pembelajaran.
simpulkan keaktifan belajar adalah
belajar
terciptanya suatu interaksi dalam
ketercapaian peserta didik dalam
proses pembelajaran dimana peserta
memahami
didik diajak untuk turut serta dalam
dengan
semua proses pembelajaran, tidak
setiap akhir Bab yang dipelajari.
ini
Prestasi
ditentukan
materi
menggunakan
oleh
pembelajaran test
pada
hanya mental, akan tetapi juga melibatkan secara fisik sehingga mendorong
siswa
untuk
mengembangkan dan menemukan ide
pokok
dari
memecahkan
materi
belajar,
persoalan,
dan
berpendapat demi mendapatkan hasil
Kajian
tentang
Pembelajaran Joyce dan Weil (1980) dalam Rusman (2012: 133), menyatakan bahwa model pembelajaran adalah “suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
belajar secara optimal.
Model
untuk
membentuk
kurikulum (rencana pelajaran jangka Kajian tentang Prestasi Belajar Dalam prestasi
Hamdani
belajar
adalah
(2011), hasil
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,
dan
membimbing
pembelajaran di kelas atau yang
lain”.
Sedangkan
(2009:
146)
Aunurrahman mengemukakan
“…model
pembelajaran
diartikan
sebagai
konseptual prosedur
yang yang
belajar
untuk
Match
adalah
suatu
model
dapat
pembelajaran yang dikembangkan
kerangka
oleh Lorna Curran (1994) dimana
melukiskan
guru menyiapkan kartu-kartu yang
sistematis
mengorganisasikan
Model pembelajaran Make a
dalam
berisi pertanyaan dan kartu yang
pengalaman
berisi jawaban, setiap siswa mencari
tujuan
dan mendapatkan sebuah kartu soal
belajar tertentu dan berfungsi sebagai
dan berusaha menjawabnya, setiap
pedoman
perancang
siswa mencari kartu jawaban yang
pembelajaran dan para guru untuk
cocok dengan persoalannya. Bagi
merencanakan
siswa
bagi
mencapai
para
dan
melaksanakan
aktivitas pembelajaran”. Berdasarkan model
pembelajaran
yang
benar
mendapat
nilai/poin (Sugiyanto, 2009). pengertian telah
kelebihan dari penerapan strategi ini
dikemukakan oleh para ahli tersebut,
sebagai berikut : “kelebihan strategi
dapat disimpulkan bahwa model
ini
pembelajaran adalah suatu strategi
meningkatkan
untuk menarik minat, kreativitas, dan
siswa, baik secara kognitif maupun
keaktifan siswa dalam mempelajari
fisik;
materi
permainan,
metode
dalamnya terdapat pengaturan yang
menyenangkan;
3)
sistematis yang digunakan oleh guru
pemahaman siswa terhadap materi
sebagai arahan dalam melaksanakan
yang
proses kegiatan pembelajaran agar
meningkatkan
aktivitas pembelajaran dapat sesuai
siswa; 4) efektif sebagai sarana
dengan tujuan pembelajaran.
melatih keberanian siswa untuk
pembelajaran,
yang
Huda (2014) mengemukakan
yang
di
antara
2)
lain:
1)
aktivitas
karena
dipelajari
ada
dapat belajar
unsur ini
meningkatan
dan
dapat
motivasi
belajar
tampil presentasi; 5) efektif melatih Kajian
tentang
Pembelajaran Make a Match
Model
kedisiplinan
siswa
menghargai
waktu untuk belajar (hlm 253)”.
Adapun kelemahan strategi
Surakarta, yaitu dengan jumlah 32
Make a Match menurut Huda
peserta didik, terdiri dari 10 peserta
(2014) adalah: “1) jika strategi ini
didik laki-laki dan 22 peserta didik
tidak dipersiapkan dengan baik,
perempuan pada tahun pelajaran
akan banyak waktu yang terbuang;
2014/2015.
Pada
2)
ditemukan
adanya
pada
awal-awal
penerapan
kelas
tersebut
permasalahan-
metode, banyak siswa yang akan
permasalahan
dalam
malu berpasangan dengan lawan
pembelajaran
khususnya
jenis;
pelajaran Sosiologi.
3)
jika
guru
tidak
mengarahkan siswa dengan baik,
Data
yang
kegiatan mata
dikumpulkan
akan banyak siswa yang kurang
dalam penelitian ini meliputi segala
memperhatikan pada saat presentasi
peristiwa
pasangan; 4) guru harus hati-hati
informasi yang berkaitan dengan
dan
kriteria keberhasilan yang diterapkan
bijaksana
saat
memberi
yang
peneliti.
mengandung
hukuman pada siswa yang tidak
oleh
mendapat pasangan, karena mereka
dikumpulkan dalam penelitian ini
bisa malu; dan 5) menggunakan
meliputi
metode ini secara terus menerus
belajar dan prestasi belajar peserta
akan menimbulkan kebosanan (hlm.
didik.
253-254)”.
pengumpulan data yang digunakan
data
Oleh
Data
tentang
karena
yang
keaktifan
itu,
teknik
adalah yang didapatkan melalui tes, METODE PENELITIAN Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IIS 2 tahun pelajaran 2014/2015 selama enam bulan yaitu mulai bulan September 2014 sampai bulan Februari 2015. Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini difokuskan pada peserta didik kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2
observasi, wawancara, dokumentasi dan arsip. Tes merupakan data utama dalam penelitian ini yang dilakukan pada
setiap
akhir
siklus
untuk
mengukur pemahaman peserta didik setelah
penerapan
metode
pembelajaran Make a Match pada mata pelajaran Sosiologi. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
keaktifan
peserta
didik
dalam
Indikator kinerja merupakan
kegiatan pembelajaran. Wawancara
ketercapaian dari tujuan penelitian
dalam penelitian ini dilakukan oleh
yang dirumuskan secara realistis dan
peneliti untuk menggali beberapa
dapat diukur. Selain itu, penetapan
informasi
indikator
terkait
pembelajaran
ini
digunakan
untuk
sosiologi. Kemudian pengumpulan
membatasi kapan tindakan akan
data melalui arsip digunakan untuk
berakhir
memperoleh
penelitian
data
sekolah,
data
dilaksanakan.
Dalam
ini
indikator
identitas peserta didik, data hasil
keberhasilannya
belajar peserta didik yang berupa
peningkatan keaktifan belajar dan
nilai ulangan, dan dokumentasi untuk
prestasi
memperoleh
gambaran
Indikator
bagaimana
sebuah
tentang penelitian
tindakan kelas dilakukan.
belajar
belajar
peserta
keberhasilan peserta
menetapkan
Data yang dianalisa dalam
merupakan
keaktifan
didik,
75%
didik.
peneliti
peserta
didik
sebagai
indikator
penelitian ini adalah data tentang
keaktifan
belajar
keaktifan belajar dan prestasi belajar
termasuk dalam kategorikan aktif.
peserta
Kemudian
kuantitatif
didik.
Analisis
peserta
indikator
didik
keberhasilan
untuk
prestasi belajar dalam penelitian ini,
menganalisis hasil prestasi belajar
pembelajaran kooperatif tipe Make a
peserta didik yang diperoleh dari tes,
Match
serta menganalisis data keaktifan
mampu
belajar peserta didik melalui lembar
belajar, apabila nilai rata-rata peserta
observasi.
didik
digunakan
digunakan
data
ketercapaian
Data
kuantitatif
adalah
yang
kuantitatif
dikatakan
berhasil
meningkatkan
melampaui
(Kriteria
Ketuntasan
dan
prestasi
nilai
KKM
Minimum)
sederhana yang berupa perhitungan
yaitu, 75 dan sebanyak 75% peserta
nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai
didik mencapai nilai tuntas.
terendah, dan presentase jumlah
Prosedur dan langkah-langkah
peserta didik yang mencapai batas
yang digunakan dalam melaksanakan
tuntas.
penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart dalam Kasihani Kasboelah
siklus I dilaksanakan selama 3 kali
(2001: 63-65) yaitu berupa model
pertemuan
spiral.
direncanakan, yaitu hari Sabtu (24
Perencanaan
Kemmis
seperti
yang
telah
menggunakan sistem spiral refleksi
Januari 2015),
diri yang dimulai dengan rencana
2015), dan Sabtu (31 Januari 2015).
tindakan
Pada
(planning),
(acting),
pengamatan
tindakan (observing)
dan refleksi (reflecting).
Senin (26 Januari
masing-masing
pertemuan,
penelitian ini berlangsung selama 2 x 45 menit. Pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan pemberian
Siklus I
materi
Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin-Selasa,
metode.
dilakukan tes evaluasi siklus I. Observasi dan Interpretasi
pada tanggal 12 - 14 Januari 2015 di ruang guru SMA Negeri 2 Surakarta. Siklus I akan dilaksanakan selama tiga pertemuan, sedangkan hasil diskusi perencanaan yang dilakukan peneliti bersama guru yang pertama adalah membuat RPP, membuat bahan ajar, menyiapkan instrumen lembar
observasi,
media
pembelajaran dan soal tes evaluasi, perencanaan yang terakhir adalah membuat skenario pembelajaran
Pelaksanaan tindakan adalah scenario
Berdasarkan
pelaksanaan
tindakan
dan
evaluasi
yang
dilakukan
pada
siklus
dapat
I,
diketahui data keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. Dari 32 peserta didik, terdapat 20 peserta didik (62,50%) memiliki keaktifan belajar tinggi,
hal
ini
mengalami
peningkatan dari kondisi pada saat pra tindakan dimana hanya terdapat 6 peserta
didik
(18,75%)
dengan
keaktifan belajar tinggi. Sedangkan dalam hal prestasi belajar, nilai rata-
Pelaksanaan Tindakan
penerapan
penerapan
Kemudian pada pertemuan ketiga
Perencanaan
seperti
dan
pembelajaran
rata kelas yang diperoleh pada siklus I mengalami peningkatan sebanyak
Dalam
8,4 poin dari pra tindakan, yaitu
penelitian ini, pelaksanaan tindakan
67,81 menjadi 76,21. Dan peserta
yang
telah
dirumuskan.
didik yang mencapai atau melampaui
selanjutnya. 3) Peneliti memberikan
nilai batas ketuntasan pada siklus I
masukan
sebanyak 20 peserta didik (62,5%),
diantaranya yaitu, guru harus mampu
yangmana
menjangkau
pada
kegiatan
pra
kepada
guru
seluruh
beberapa
kelas
dan
tindakan hanya terdapat 7 peserta
meningkatkan
kontrol
dan
didik (21,90%).
pengawasan terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran agar
Analisis dan Refleksi
tercipta suasana kelas yang lebih
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan peneliti bersama guru, maka
perbaikan
yang
dapat
dilakukan pada siklus kedua adalah sebagai berikut: 1) Guru memberikan variasi
pembelajaran
sebagai
pengantar pada pertemuan I siklus II
kondusif
sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi kebingungan pada
peserta
memberikan menarik,
didik.
4)
motivasi
sehingga
Guru dengan
peserta
didik
dapat fokus belajar selama proses pembelajaran berlangsung.
dengan menggunakan media mind mapping agar peserta didik tidak
Siklus II
jenuh mengikuti proses pembelajaran dan lebih mudah memahami materi ajar. 2) Guru memberikan penguatan konsep kepada peserta didik dan membimbing peserta didik untuk menemukan konsep yang benar. Penguatan konsep dapat dilakukan pada awal pembelajaran, dimana guru memberikan gambaran umum mengenai
materi
yang
akan
dipelajari. Penguatan konsep awal ini diharapkan akan membawa peserta didik untuk memahami apa dipelajari pada
tahap-tahap
pembelajaran
Perencanaan Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan
pada
hari
Sabtu,
31
Januari 2015 bertempat di ruang guru SMA Negeri 2 Surakarta pada pukul 12.00 WIB siang. Peneliti bersama guru mendiskusikan hasil yang telah dicapai pada siklus I, dan mencari kekurangan serta kelebihan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Pada siklus I, indikator keaktifan dan prestasi belajar peserta didik belum memenuhi target penelitian, maka pada siklus II dilakukan perbaikan-
perbaikan.
Peneliti
dan
guru
menetapkan
75%
peserta
didik
menyepakati tindakan pada siklus II
memiliki tingkat keaktifan belajar
akan dilaksanakan selama 3 kali
tinggi. Sedangkan dalam hal prestasi
pertemuan.
belajar, nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II kembali
Pelaksanaan Tindakan
mengalami peningkatan dari siklus I,
Pelaksanaan tindakan adalah penerapan
skenario
yang
telah
dirumuskan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan sesuai dengan perencanaan, yaitu pada hari Senin (2 Februari 2015), Sabtu (7 Februari 2015), dan Senin (9 Februari 2015). Observasi dan Interpretasi Berdasarkan tindakan
dan
yang
dilakukan pada siklus II, dapat diketahui data mengenai keaktifan dan prestasi belajar peserta didik kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Dari hasil pengamatan, diketahui terdapat 25 peserta didik yang memiliki tingkat keaktifan belajar tinggi, jika dipersentasekan mencapai
78,13%.
Perolehan
tersebut mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya mencapai 62,5%. Capaian
keaktifan belajar pada
siklus II telah mencapai indikator penelitian
dimana
didik yang telah mencapai nilai batas ketuntasan pada siklus II sebanyak 27 peserta didik, jika dipersentasekan mencapai 84,31%. Dalam aspek prestasi belajar, penelitian ini telah mencapai
kedua
indikator
keberhasilan penelitian. Analisis dan Refleksi
pelaksanaan evaluasi
76,21 menjadi 82,31. Dan peserta
peneliti
Berdasarkan
refleksi
yang
telah
dilakukan peneliti bersama guru, maka
perbaikan
yang
dapat
dilakukan pada siklus kedua adalah sebagai berikut: 1) Guru harus lebih kreatif
dan
menyiapkan
inovatif
dalam
perlengkapan
dalam
pembelajaran agar peserta didik tidak merasa
jenuh,
menarik
minat
belajar
peserta
sehingga dan didik.
dapat
antusiasme 2)
Guru
menekankan
adanya
reward/
penghargaan
kepada
pasangan
peserta
didik
yang
menemukan
pasangan kartu tercepat. 3) Guru
harus melakukan pendekatan kepada
2. Ketuntasan
peserta didik, baik di dalam kelas maupun
di
luar
kelas,
untuk
Presentase Kategori
Pra Siklus Tindakan I
Tidak Tuntas
78,13%
37,5% 15,63%
Tuntas
21,87%
62,5% 84,37%
Jumlah
100%
100%
mengetahui apa permasalahan yang dialami peserta didik. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Berikut adalah tabel persentase hasil penelitian
mengenai
tingkat
keaktifan belajar peserta didik tiap siklus:
Djaelani dkk menyampaikkan mengenai
ciri-ciri
“Belajar
aktif
belajar
ditandai
aktif, dengan
diantaranya banyak pekerjaan yang Presentase
Kategori
dilakukan oleh peserta didik. Mereka
Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Rendah
81,25%
37,50% 21,87%
Tinggi
18,75
62,50% 78,13%
Jumlah
100%
100%
berfikir serius, mencermati gagasangagasan,
banyak
permasalahan
dipecahkan, dan menerapkan apa
100%
yang dipelajari. Keaktifan belajar mendorong peserta didik bereaksi cepat atas setiap stimulus yang
Berikut adalah tabel hasil penelitian
relevan,
mengenai prestasi belajar peserta
menunjukkan keterlibatan pribadi.
didik tiap siklus:
Mereka bisa jadi sering bergeser dari
KKM
tertarik,
dan
tempat duduknya, bergerak gesit dan
1. Nilai Rata-rata Kelas Tahap
asyik,
berfikir keras (Djaelani, 2005: 15).
Pra tindakan
75
Nilai rata-rata 67,81
Siklus I
75
76,21
tindakan yang diterapkan yaitu untuk
Siklus II
75
82,31
menciptakan pembelajaran yang aktif
Dari
pendapat
Djaelani
tersebut, cocok dengan situasi atau
guru
mencipatakan
kegiatan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
sehingga
dapat
Siklus II
100%
mendorong peserta didik untuk cepat
kegiatan
bereaksi dan merespon umpan balik
tinggi.
Tingkat keaktifan belajar
yang diberikan oleh guru pada saat
peserta
didik
kegiatan
pembelajaran
pembelajaran.
Model
pembelajaran
dalam
menjadi
kegiatan
mempengaruhi
pembelajaran kooperatif merupakan
pemahaman peserta didik dalam
model
yang
menerima materi pembelajaran yang
kerja sama
diberikan guru sehingga prestasi
pembelajaran
mengutamakan pada antar
peserta
didik
sehingga
belajar peserta didik pun meningkat.
memungkinkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Salah satu
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian tindakan kelas yang
model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam aspek listening, oral, writing dan motor ialah model pembelajaran Make a Match. Model pembelajaran Make a Match dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memicu peserta didik untuk berpikir/menemukan pasangan kartu yang tepat , dengan begitu peserta didik
akan
belajar
untuk
memecahkan soal/jawaban diberikan oleh guru tanpa perasaan tegang. Suasana
belajar
yang
aktif
ini
berdampak pada prestasi belajar peserta didik, yang semula tingkat keaktifan
peserta
pembelajaran penerapan
didik
rendah, metode
dalam dengan
pembelajaran
Make a Match keterlibatan atau partisipasi
peserta
didik
dalam
dilaksanakan di kelas XI IIS 2 dilakukan dalam 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi serta penerapan
metode
pembelajaran
Make a Match dan pertemuan ketiga pada
setiap
pemberian
siklusnya
evaluasi
untuk
meliputi
tes
kognitif. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Walaupun demikian,
penggunaan
metode
pembelajaran Make a Match bukan merupakan
satu-satunya
metode
pembelajaran kooperatif yang dapat
didik kembali meningkat, sebanyak
meningkatkan keaktifan dan prestasi
25
belajar siswa, karena dari hasil
keaktifan belajar yang tinggi. 2)
penelitian yang diperoleh, terdapat
Persentase prestasi belajar peserta
siswa
didik
yang
tidak
mengalami
siswa
(78,13%)
mengalami
memiliki
peningkatan.
peningkatan dan bahkan terdapat
Sebelum
pula yang mengalami penurunan
pembelajaran Make a Match, nilai
prestasi belajar pada setiap siklusnya.
rata-rata kelas mencapai 67,81 yang
Oleh sebab itu, dalam penggunaan
mana
model pembelajaran Make a Match
(21,87%)
harus disesuaikan lagi dengan mata
KKM. Setelah dilakukan penerapan
pelajaran
karakter
model pembelajaran Make a Match
siswanya.Peningkatan keaktifan dan
pada siklus I, nilai rata-rata kelas
prestasi belajar siswa dapat diperinci
mengalami
sebagai berikut: 1) Keaktifan belajar
76,21, dimana siswa yang mencapai
siswa
batas
ataupun
mengalami
Sebelum
peningkatan.
diterapkannya
pembelajaran
Make
a
diterapkannya
hanya
terdapat
yang
model
7
siswa
mencapai
batas
peningkatan
KKM
menjadi
meningkat
menjadi
model
sebanyak 27 siswa (62,5%). Pada
Match
siklus II, prestasi belajar peserta
keaktifan belajar siswa kelas XI IIS 2
didik
SMA Negeri 2 Surakarta masih
peningkatan nilai
rendah, karena hanya terdapat 6
mencapai 82,31, pada siklus II siswa
peserta
yang
didik
(18,75%)
yang
yang
ditunjukkan
dengan
rata-rata kelas
melampaui
batas
memiliki tingkat keaktifan belajar
ketuntasan
tinggi.
sebanyak 27 siswa (84,37%).
Pada
dilakukan
I,
setelah
penerapan
pembelajaran keaktifan
siklus
Make
belajar
a
peserta
Berdasarkan kesimpulan yang
Match
telah dikemukakan di atas, maka
didik
implikasi sebagai
siswa
Teoritis.
yang
menjadi
model
meningkat menjadi sebanyak 20 (62,50%)
meningkat
nilai
memiliki
penelitian berikut Hasil
:
ini 1)
adalah Implikasi
penelitian
ini
tingkat keaktifan belajar tinggi. Pada
menggambarkan bahwa penerapan
siklus II keaktifan belajar peserta
model pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan keaktifan dan
kreatif agar siswa memiliki antusias
prestasi belajar siswa pada mata
dan semangat belajar yang tinggi
pelajaran Sosiologi kelas XI IIS 2 di
sehingga
SMA Negeri 2 Surakarta. Secara
kualitas proses dan prestasi belajar
teoritis, hasil penelitian ini dapat
siswa. Selan itu, guru hendaknya
digunakan
dalam
mampu membangkitkan percaya diri
pengembangan dan disain penelitian
siswa terlebih kepada siswa yang
selanjutnya. 2) Implikasi Praktis.
kurang memberikan respon pada saat
Hasil penelitian ini dapat menjadi
kegiatan
pertimbangan guru maupun calon
mereka berani bertanya, menjawab,
guru untuk menggunakan model
maupun
pembelajaran
materi yang diajarkan. 2) Bagi
sebagai
dasar
yang
inovatif
dan
dapat
meningkatkan
pembelajaran
berpendapat
peserta
dalam upaya meningkatkan kualitas
mampu berpartisipasi aktif selama
proses
proses
dengan
misalnya
menerapkan
Siswa
mengenai
variatif dalam proses pembelajaran
pembelajaran,
didik.
sehingga
pembelajaran
hendaknya
berlangsung
model
dengan memberikan respon yang
pembelajaran kooperatif tipe Make a
baik terhadap guru saat memberikan
Match dalam kegiatan pembelajaran
materi
sehingga
dapat
peneliti. Pertama, hendaknya peneliti
partisipasi
dan
meningkatkan prestasi
belajar
peserta didik.
pembelajaran.
3)
Bagi
lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat mungkin terlebih
Berdasarkan
simpulan
dan
dahulu
menganalisis
kembali
implikasi di atas, maka dapat peneliti
perangkat pembelajaran yang telah
sampaikan beberapa saran sebagai
dibuat
bahan pertimbangan, antara lain
penggunaanya, terutama dalam hal
sebagai berikut: 1) Bagi guru. Guru
alokasi waktu, fasilitas pendukung
hendaknya
mampu
dan karakteritik siswa yang ada pada
suasana
pembelajaran
menciptakan
untuk
disesuaikan
yang
sekolah tempat penelitian tersebut.
penyajian
Selain itu, membuat instrumen yang
materi maupun penerapan model
dapat membuktikan kaitan antara
pembelajaran yang bervariasi dan
siklus yang dilakukan dengan hasil
menyenangkan
dengan
yang dicapai. Kedua, hendaknya
dengan
penelitian
yang
ini
dapat
digunakan
sebagai acuan penelitian selanjutnya
mengaitkan belum
aspek-aspek
diungkapkan
dan
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. (2010). Belajar dan
Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Pembelajaran. Bandung:
Mengajar.
Alfabeta.
Pustaka Setia.
Djaelani, dkk. (2005). “Perbedaan Pengaruh
Pendekatan
Huda,
Bandung:
Miftahul. Model
(2014).
CV.
Model-
Pengajaran
dan
Pembelajaran Kooperatif dan
Pembelajaran:
Langsung Terhadap Prestasi
Metodis dan Paradigmatis”.
Belajar
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan
Matematika Kadar
Ditinjau
Keaktivan
dari
Belajar
Mahasiswa PGSD FKIP UNS Surakarta
tahun
2005”.
Rusman.
(2012).
“Isu-isu
Model-Model
Pembelajaran.
Jakarta:
Rajagrafindo Persada. Sugiyanto.
(2009).
Model-model
Laporan Penelitian. Tidak
Pembelajaran
Inovatif.
Dipublikasikan.
Surakarta: Yuma Pustaka.