KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Andryas Dewi Pratiwi1, Baedhowi2, Dewi Kusuma Wardani2 1
Mahasiswa S-1 Pendidikan Ekonomi 2
Dosen Pendidikan Ekonomi
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email:
[email protected]
ABSTRACK This research aims to know (1) interrelatedness between learning within Kurikulum 2013 implementation and Creative Problem Solving (CPS) model with Probing-Prompting technique; (2) the effectiveness of learning process in economic subject using CPS model with Probing-Prompting technique; and (3) the effectiveness of CPS learning model with Probing-Prompting technique toward increase students’ economic learning outcomes in SMA Negeri 5 Surakarta. This research used experimental method with the Solomon four groups design.. Sample of the research selected with cluster random sampling. Data were collected by questionairre, obvervation and test for the data of students cognitive-ability. These data were analyzed with t-test in level of significance 0,05. Based on the research obtained conclusions (1) there were interrelatedness between learning within Kurikulum 2013 implementation and Creative Problem Solving (CPS) learning model with Probing-Prompting technique; (2) learning processes in economic subject using CPS model with ProbingPrompting technique were effective; and (3) CPS learning model with ProbingPrompting was effective toward increase students’ economic learning outcomes. There were significance difference between the mean of posttest scores fom experimental groups and controll groups (Sig.(2-tailed) = 0,00<0,05) and there was no testing effect that influenced the students’ economic learning outcomes (sig. value of mean comparison of each groups >0,05). Keywords: the learning effectiveness, Creative Problem Solving (CPS), ProbingPrompting technique, students’ economic learning outcomes ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji (1) keterkaitan antara implementasi pembelajaran kurikulum 2013 dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting; (2) keefektifan pelaksanaan pembelajaran ekonomi menggunakan model pembelajaran CPS dengan teknik Probing-Prompting; dan (3) keefektifan model Creative Poblem Solving (CPS) dengan teknik Probing-
Prompting terhadap peningkatan hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan The Solomon Four Group Design. Sampel yang terpilih adalah empat kelas dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes tertulis, angket untuk keefektifan pembelajaran, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan uji-t dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan penelitian diperoleh simpulan bahwa, (1) terdapat keterkaitan antara implementasi pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting; (2) pembelajaran ekonomi menggunakan model pembelajaran CPS dengan teknik Probing-Prompting berjalan efektif; dan (3) model Creative Poblem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting efektif terhadap peningkatan hasil belajar ekonomi siswa. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (Sig.(2-tailed) = 0,00<0,05) dan tidak terdapat efek testing yang memengaruhi hasil belajar siswa (nilai sig. perbandingan ratarata skor postes masing-masing kelompok >0,05). Kata kunci: keefektifan pembelajaran, Creative Problem Solving (CPS), teknik Probing-Prompting, hasil belajar ekonomi.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah
penting bagi setiap manusia untuk
satu tujuan pendidikan yang dapat
mempersiapkan kehidupan, baik sebagai
dikembangkan, yaitu mencetak peserta
pribadi
warga
didik yang cakap, masih terkendala oleh
masyarakat. Pendidikan sebagai bagian
pola pembelajaran dan sistem evaluasi
integral kehidupan masyarakat di era
yang hanya menekankan pada kognitif
global
maupun
harus
sebagai
dapat
memberi
dan
sementara penguasaan keilmuan secara
bagi
tumbuh
dan
riil
kemampuan
dan
Permasalahan
keterampilan intelektual, sosial dan
pembelajaran
personal peserta didik. Dalam Undang-
pelajaran,
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
pembelajaran ekonomi.
memfasilitasi berkembangnya
Sistem
Pendidikan
(SISDIKNAS) pendidikan
mengembangkan
mendapat tersebut di salah
perhatian.
terjadi
berbagai satunya
pada mata adalah
Nasional
Ekonomi merupakan ilmu tentang
bahwa
perilaku dan tindakan manusia untuk
berfungsi
memenuhi kebutuhan hidupnya yang
disebutkan nasional
kurang
dan
bervariasi, dan berkembang dengan
peradaban
sumber daya yang ada melalui pilihan-
bangsa yang bermartabat dalam rangka
pilihan kegiatan produksi, konsumsi,
membentuk
watak
kemampuan dan
dan/atau distribusi. Fungsi pembelajaran
Berdasarkan kurikulum terbaru,
ekonomi adalah untuk mengembangkan
yakni kurikulum 2013, pembelajaran
kemampuan siswa untuk melakukan
ekonomi tidak hanya diberikan kepada
kegiatan
cara
siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
mengenal berbagai peristiwa yang ada
(IPS) sebagai mata pelajaran wajib dan
di masyarakat serta memahami konsep
mata pelajaran pendalaman minat, tetapi
dan teori serta berlatih memecahkan
juga kepada siswa di jurusan lain seperti
berbagai permasalahan ekonomi yang
jurusan
ada
ekonomi
di
dengan
Matematika
dan
Ilmu
masyarakat
(Departemen
Pengetahuan Alam (MIPA), jurusan
Nasional
(Depdiknas),
Bahasa dan jurusan Agama (khusus
2003). Berdasarkan hal tersebut, maka
untuk Madrasah Aliyah) sebagai mata
untuk dapat menguasai ilmu ekonomi
pelajaran lintas minat.
Pendidikan
tidak cukup cara
hanya diperoleh dengan
menghafal
atau
Sekolah Menengah Atas (SMA)
sekadar
Negeri 5 Surakarta merupakan salah
mendengarkan penjelasan dari orang
satu sekolah menengah di Surakarta
lain saja.
yang telah menerapkan kurikulum 2013
Salah satu permasalahan yang
sejak
awal
kurikulum
tersebut
terdapat dalam pembelajaran ekonomi
diberlakukan oleh pemerintah. SMA
adalah
kualitas
Negeri 5 Surakarta secara mandiri
pembelajaran. Menurut Trianto (2010:
menerapkan kurikulum 2013, artinya
6) kendala yang sering dihadapi dalam
sekolah
pembelajaran adalah pemilihan model
sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk
pembelajaran
menjadi sekolah percontohan kurikulum
rendahnya
yang
kurang
cocok,
penggunaan media pembelajaran yang kurang memadai dan kondisi kelas yang
tersebut
bukan
merupakan
2013. Berdasarkan kegiatan observasi
cenderung berpusat pada guru. Hal
pra-penelitian
tersebut
pembelajaran
beberapa kelas di SMA Negeri 5
cenderung terjadai hanya satu arah.
Surakarta diperoleh informasi bahwa
Rendahnya kualaitas pembelajaran juga
proses pembelajaran ekonomi dalam
menyebabkan
berpikir
konteks implementasi kurikulum 2013
siswa tidak dapat dikembangkan secara
baik di kelas IPS maupun MIPA masih
optimal.
mengalami banyak kendala sehingga
menjadikan
kemampuan
yang
dilakukan
di
pencapaian tujuan pembelajaran belum
perbuatan,
optimal. Hal tersebut dapat dinilai dari
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
tiga hal, yaitu strategi pembelajaran
keterampilan (Kariani, Putra & Ardana,
berpusat pada siswa (student centered),
2014). Rendahnya hasil belajar ekonomi
pelaksanaan
ilmiah
siswa salah satunya dapat dilihat dari
proses
hasil penilaian kompetensi pengetahuan
penilaian
siswa, dalam hal ini adalah tercapainnya
Permasalahan-permasalahan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
(scientific
pendekatan approach)
pembelajaran otentik. tersebut
dan
dalam
proses
menyebabkan
kemampuan
nilai-nilai,
pengertian-
sebesar 66,75.
siswa, salah satunya adalah kemampuan
Berdasarkan
analisis
nilai
berpikir kreatif siswa, kurang dapat
Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Uji
dikembangkan sehingga hasil belajar
Kompetensi Dasar (UKD) 5 pada kelas
siswa
tujuan
X, diperoleh informasi bahwa tingkat
pembelajaran tidak optimal. Susanto
ketidaktercapaian KKM mata pelajaran
mengungkapkan bahwa hasil belajar
Ekonomi
adalah
yang
Pembelajaran ekonomi di kelas X
terjadi pada diri siswa, baik yang
diikuti oleh total 178 siswa yang terdiri
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
dari 116 siswa IPS dan 62 siswa MIPA.
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan
Berikut ini merupakan data tingkat
belajar. Suprijono juga mengemukakan
ketidaktuntasan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola
pembelajaran Ekonomi di kelas X.
dan
pencapaian
perubahan-perubahan
masih
cukup
KKM
tinggi.
dalam
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas X yang Mengikuti Pembelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar KD 1 KD 2 KD 3 KD 4 KD 5
Jumlah 123 siswa 167 siswa 120 siswa 132 siswa 155 siswa
Tuntas Persentase 68,07 % 94,83 % 67,24 % 74,14 % 87,07 %
Salah satu model pembelajaran yang
dapat
berpikir
meningkatkan
siswa
adalah
(CPS).
Tidak Tuntas Jumlah Persentase 55 siswa 31,03 % 9 siswa 5,17 % 58 siswa 32,76 % 46 siswa 25,86 % 23 siswa 12,93 % Model
pembelajaran
CPS
aktivitas
merupakan variasi dari pembelajaran
model
dengan pemecahan masalah melalui
pembelajaran Creative Problem Solving
teknik
sistematik
dalam
mengorganisasikan untuk
gagasan
menyelesaikan
kreatif
mengikutsertakan teknik dalam berpikir
suatu
kritis dan kreatif dengan tujuan untuk
permasalahan.
mendesain dan membangun hasil baru
Problem
solving
biasanya
yang berguna (Isaken dalam Cancer &
didefinisikan sebagai memformulasikan
Mulej,
jawaban baru yang lebih dari sekedar
kriteria yang dijadikan landasan utama
penerapan sederhana dari aturan-aturan
dalam CPS yaitu objective finding, fact
yang sudah dipelajari sebelumnya untuk
finding, problem finding, idea finding,
mencapai suatu tujuan. Problem solving
solution finding dan acceptance finding.
adalah apa yang terjadi bila tidak ada
Enam kriteria tersebut sering disingkat
solusi yang jelas (Mayer & Wittrock
OFPISA (Mitchell & Kowalik dalam
dalam Woolfolk, 2009: 74).
Isrok’atun,
Mitchell dan Kowalik mengatakan
2013:
67).
Terdapat
2012;
Proctor
enam
dalam
Isrok’atun, 2012; Osborn & Parnes
bahwa creative problem solving berasal
dalam Huda, 2014).
dari kata creative, problem, dan solving.
Beberapa model
unik dalam mengkreasi solusi serta
penelitian yang dilakukan oleh Totiana,
mempunyai nilai dan relevan; problem
Susanti dan Redjeki (2012), Erfawan
artinya suatu situasi yang memberikan
(2014)
tantangan, kesempatan, yang saling
Penelitian
berkaitan; sementara solving, artinya
Totiana, Susanti dan Redjeki (2014)
merencanakan
untuk
merupakan penelitian eksperimen yang
menjawab atau menemukan jawaban
menghasilkan temuan bahwa model
dari suatu problem. Secara harfiah,
pembelajaran CPS dapat meningkatkan
creative problem solving dapat diartikan
hasil belajar siswa. Sementara itu,
sebagai
Dwiningsih
cara
kemampuan
dalam
serta
di
mengenai
Creative artinya banyak ide baru dan
suatu
CPS
penelitian
antaranya
Dwiningsih
Erfawan
(2014)
(2015),
adalah
(2015). serta
dalam
merencanakan suatu cara/ide yang baru
eksperimentasinya,
dan
sebuah
model CPS dengan Think Aloud Pair
dihadapi
Problem Solving (TAPPS) dan Student
unik
problem
guna yang
menjawab sedang
(Isrok’atun, 2012: 440-441).
Team Achievement Division (STAD).
CPS adalah proses kerja dalam memecahkan
masalah,
membandingkan
yang
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran CPS menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik daripada
dalam Widyastuti, Ganing dan Ardana
model pembelajaran TAPPS dan STAD
(2014)
pada siswa yang memiliki kecerdasan
pembelajaran
logis yang tinggi, namun pada siswa
Promptingpeserta
yang memiliki kecerdasan logis yang
mengoptimalkan aktivitas belajarnya,
rendah model CPS tidak lebih baik
yaitu aktivitas siswa yang meliputi
dibandingkan kedua model yang lain.
aktivitas berpikir dan aktivitas fisik
Selain model CPS, terdapat pula teknik
pembelajaran
akomodatif
dapat
yang
dinilai
meningkatkan
menyebutkan
yang
bahwa
dalam
Probingdidik
berusaha
dapat
membangun
pengetahuannya, serta aktivitas guru yang
berusaha
membimbing
aktivitas berpikir siswa yaitu teknik
dengan
Probing-Prompting. Teknik Probing-
pertanyaan yang memerlukan pemikiran
Prompting adalah teknik pembelajaran
tingkat rendah sampai pemikiran tingkat
dengan
tinggi.
cara
guru
menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun
dan
menggali
sehingga
menggunakan
siswa
Beberapa teknik
penelitian
sejumlah
mengenai
Probing-Prompting
dan
terjadi proses berpikir yang mengaitkan
penggunaan pertanyaan dengan konsep
pengetahuan
tiap
dan
serupa di antaranya adalah penelitian
pengalamannya
dengan
pengetahuan
yang dilakukan oleh Mutmainnah, Ali
siswa
baru yang sedang dipelajari.
dan Napitupulu (2013) dan Kusuma,
Mulyana (2001); Suyatno dalam
Indrawati
dan
Kariani, Putra dan Ardana (2014); serta
Penelitian
Mutmainnah,
Huda dalam Kusuma, Indrawati dan
Napitupulu
Harijanto (2015) mengemukakan bahwa
Tindakan Kelas pada siswa SMP,
probing-prompting adalah pembelajaran
sementara penelitian Kusuma, Indrawati
dengan
menyajikan
dan Harijanto merupakan penelitian
serangkaian pertanyaan yang sifatnya
eksperimen nyata (True Experiment)
menuntun
pada siswa SMA. Hasil penelitian
cara
dan
guru
menggali,
sehingga
Harijanto
merupakan
Ali
dan
Penelitian
terjadi proses berpikir yang mengaitkan
tersebut
pengetahuan
Probing-Prompting dapat meningkatkan
pengalamannya
sikap dengan
siswa
dan
pengetahuan
baru yang sedang dipelajari.Suherman
hasil
menyatakan
(2015).
belajar
siswa,
maupun individu.
bahwa
baik
teknik
klasikal
Berdasarkan beberapa penelitian
teknik
Probing-Prompting
terhadap
tersebut di atas dapat diketahui bahwa
peningkatan hasil belajar ekonomi siswa
model pembelajaran Creative Problem
SMA Negeri 5 Surakarta.
Solving (CPS) dengan teknik ProbingPrompting merupakan alternatif yang baik
dalam
upaya
METODE PENELITIAN
meningkatkan
Penelitian ini dilakukan di SMA
kemampuan berpikir kreatif dan hasil
Negeri 5 Surakarta pada semester genap
belajar siswa, akan tetapi indikasi yang
tahun pelajaran 2015/2016. Metode
ditunjukkan
yang
masih
perlu
diuji
digunakan
adalah
metode
kebenarannya, terutama pada bidang
ekperimental semu dengan rancangan
Ilmu
the Solomon Four Groups Design.
Pengetahuan
khususnya
pada
Sosial mata
(IPS) pelajaran
Ekonomi. Selain itu, model CPS dan teknik Probing-Prompting merupakan model
pembelajaran
yang
dapat
dilaksanakan sesuai dengan krukulum 2013 yang diterapkan di SMA Negeri 5 Surakarta.
Tabel 2. Desain Penelitian Kelompo k E1 K1 E2 K2
E1 : Kelompok
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kurikulum
keterkaitan pembelajaran 2013
dengan
(diberikan
antara berbasis
dengan
teknik
Probing-
model
diberikan
teknik
Probing-Prompting
model
Creative Problem Solving (CPS) dengan
pretes
namun
pretes namun tidak diberikan perlakuan) K2 : Kelompok kontrol 2 (tidak
berjalan
pembelajaran
dan
K1 : Kelompok kontrol 1 (diberikan
diberikan
efektif; dan (3) mengetahui tingkat keefektifan
pretes
1
diberikan perlakuan)
pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) dengan
eksperimen
E2 : Kelompok eksperimen 2 (tidak
model
Prompting; (2) mengetahui apakah pelaksanaan
Poste s O2 O4 O5 O6
perlakuan)
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
Perlakua n X X -
Keterangan:
Berdasarkan uraian di atas, maka
implementasi
Prete s O1 O3 -
pretes
dan
tidak
diberikan perlakuan) X
: Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dengan
siswa, nilai ulangan siswa, dan foto
teknik probing-prompting
kegiatan dalam pembelajaran, serta
O1 : Pengukuran awal (pretes) pada
metode tes menggunakan tes hasil
kelompok eksperimen 1
belajar. Analisis data pada penelitian ini
O2 : Pengukuran pasca perlakuan (postes)
pada
kelompok
eksperimen 1
menggunakan
triangulasi
statistik
(Independent
uji-t
data
dan
T-Test)
dengan bantuan SPSS 21.
O3 : Pengukuran awal (pretes) pada kelompok kontrol 1
HASIL
O4 : Pengukuran akhir (postes) pada kelompok kontrol 1
pada
Hasil Penelitian
kelompok
eksperimen 2
kelompok kontrol 2
Negeri 5 Surakarta dan diterapkan pada
nilai rata-rata siswa pada semester gasal
menerima
dan genap (Kompetensi Dasar 1 sampai
pembelajaran ekonomi di SMA Negeri
dengan 5). Berdasarkan uji homogenitas
5 Surakarta, namun populasi yang
diperoleh nilai sig. lebih besar dari 0,05
terjangkau
(sig.
adalah
yang
terlebih dahulu dilakukan pengujian homogenitas yang menggunakan data
Populasi penelitian ini meliputi siswa
Penelitian dilaksanakan di SMA
kelas X IPS. Sebelum penentuan sampel
O6 : Pengukuran akhir (postes) pada
seluruh
DAN
PEMBAHASAN
O5 : Pengukuran pasca perlakuan (postes)
PENELITIAN
siswa
kelas
X.
0,251 > 0,05),
maka dapat
Sampel dalam penelitian ini berjumlah
dikatakan bahwa varian data kelas X
112 siswa dari 4 kelas X IPS yang
bersifat
dipilih melalui teknik cluster random
dilakukan pemilihan sajk;mpel dengan
sampling.
cluster random sampling dan diperoleh
Pengumpulan
Selanjutnya
dilakukan
kelas X IPS 1 dan X IPS 3 sebagai kelas
dengan metode observasi yang meliputi
eksperimen serta kelas X IPS 2 dan X
observasi
IPS 4 sebagai kelompok kontrol.
aktivitas
data
homogen.
pelaksanaan siswa,
sintaks
metode
dan
kuesioner
Data
yang
diperoleh
dalam
menggunakan kuesioner penilaian siswa
penelitian ini adalah data hasil observasi
terhadap model pembelajaran, metode
pelaksanaan sintaks (langkah-langkah
dokumentasi menggunakan daftar nama
pembelajaran), data hasil observasi
aktivitas siswa dalam pembelajaran,
merupakan
data
terhadap
pengetahuan berupa nilai pretes dan
keefektifan pembelajaran, serta hasil
postes. Data Observasi pelaksanaan
belajar ekonomi siswa pada kompetensi
sintaks pembelajaran dan aktivitas siswa
dasar
dapat dilihat pada Tabel 3. dan Tabel 4.
penilaian
Konsep
siswa
Manajemen.
Data
penelitian tentang hasil belajar ekonomi
hasil
belajar
ranah
berikut:
Tabel 3. Ringkasan Hasil Observasi Pelaksanaan Sintaks Pembelajaran Kelas Eksperimen 1
Eksperimen 2
Pertemuan Ke1 2 3 1 2 3
Skor Penilaian Skor Rata- PersenObserver rata tase I II III 193 196 195 194,67 78% 206 210 207 207,67 83% 220 226 223 223,00 89% 185 188 181 184,67 74% 205 207 203 205,00 82% 216 219 218 217,67 87%
Kriteria Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik
Tabel 4. Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kelas Eksperimen 1
Eksperimen 2
Pertemuan Ke1 2 3 1 2 3
Skor Penilaian Observer I II III 68 70 68 74 75 76 80 83 80 64 67 65 73 75 73 77 80 78
Skor Rata- Persenrata tase 68,67 75,00 81,00 65,33 73,67 78,33
76% 83% 90% 73% 82% 87%
Kriteria Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik
Berdasarkan data di atas diketahui
pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas
bahwa terdapat perbedaan rata-rata
siswa pada setiap pertemuan. Sementara
antara pencapaian dari kelas eksperimen
itu, data penilaian siswa terhadap model
1 dan kelas eksperimen 2, baik untuk
pembelajaran hasil kuesioner penilaian
pelaksanaan
siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
sintaks
pembelajaran
maupun aktivitas siswa. Selain itu, terdapat
peningkatan
keefektifan
berikut:
Tabel 5. Ringkasan Penilaian terhadap Aspek Keefektifan Pembelajaran No
% Respon 79% 81%
Aspek
1 2 3
Pengorganisasian Materi Komunikasi yang Efektif Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pembelajaran Sikap Positif terhadap Peserta Didik Pemberian Nilai yang Adil Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran Evaluasi
4 5 6 7
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
disimpulkan
80%
Efektif
80% 81% 78% 82%
Efektif Sangat Efektif Efektif Sangat Efektif
Selain
itu,
siswa
juga
siswa
mendapatkan kesempatan yang lebih
memiliki penilaian yang positif terhadap
tinggi untuk dapat menerapkan metode
pembelajaran menggunakan model CPS
ilmiah
dengan
pengetahuannya
teknik
bahwa
masalah.
Kategori Keefektifan Efektif Sangat Efektif
Probing-Prompting.
untuk
mengonstruksi sendiri
melalui
Penilaian siswa tersebut menunjukkan
berbagai kegiatan pemecahan masalah
bahwa
yang dilakukan.
model
pembelajaran
yang
diterapkan membantu siswa lebih aktif dan
kreatif
dalam
Data hasil belajar siswa dapat
memecahkan
dilihat dalam Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Rangkuman Data Induk Penelitian
Penilaian Pretest Posttest Selisih Nilai
Eksperimen 1 (E1) 57,0096 84,0793 27,0697
Nilai Rata-Rata Kelas Eksperimen 2 Kontrol 1 (E2) (K1) 57,0107 80,8200 73,4121 16,4014
Kontrol 2 (K2) 67,5979 -
Ringkasan hasil analisis statistik
dilihat pada Tabel 7. sementara hasil
deskriptif hasil belajar ekonomi siswa
belajar ekonomi siswa menggunakan
menggunakan model pembelajaran CPS
model konvensional dapat dilihat pada
dengan teknik Probing-Prompting dapat
Tabel 8.
Tabel 7. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas Eksperimen 1 Eksperimen 2
Skor Maksimal 100 100
Rata-Rata 83,98 83,86
Nilai Maksimal 100 100
Minimal 66,67 66,67
Standar Deviasi 9,56 9,20
Tabel 8. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol Kelas Kontrol 1 Kontrol 2
Skor Maksimal 100 100
Rata-Rata 73,68 73,41
Nilai Maksimal 88,89 88,89
Standar Deviasi 11,20 10,52
Minimal 48,15 48,15
Tabel 9. Ringkasan Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Kelas Pretest Eksperimen 1 Kontrol 1 Posttest Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol 1 Kontrol 2
Jumlah Siswa Tuntas Tidak Tuntas
siswa
Keterangan
3 5
25 23
11% 18%
Tidak Tuntas Tidak Tuntas
26 26 20 21
2 2 8 7
93% 93% 71% 75%
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa
Ketuntasan klasikal
kelompok
kontrol
memiliki input yang lebih tinggi, namun
ketuntasan
belajar
klasikal
karena
memiliki ketuntasan >85% sementara kelompok kontrol tidak.
siswa kelompok eksperimen memiliki ketuntasan belajar yang lebih tinggi
Pembahasan
dibandingkan siswa kelompok kontrol.
Terdapat
Siswa kelas eksperimen 1 dan 2
implementasi
memiliki ketuntasan belajar individu
kurikulum
yang sama, yakni 26 siswa. Sementara
pembelajaran
itu, ketuntasan individu siswa kelompok
Solving (CPS) dengan teknik Probing-
kontrol mencapai 20 siswa dari kelas
Prompting
keterkaitan pembelajaran 2013
dengan
Creative
antara dalam model Problem
konrol 1 dan 21 siswa dari kelas kontrol
Keterkaitan antara implementasi
2. Berdasarkan hal tersebut diketahui
pembelajaran dalam kurikulum 2013
bahwa kelompok eksperimen mencapai
dengan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dengan teknik
yang diamati tersebut telah berjalan
Probing-Prompting dapat dilihat dari 3
dengan baik sesuai dengan hasil
ciri utama dari pembelajaran berbasis
observasi maupun penilaian siswa
kurikulum
terhadap pelaksanaan pembelajaran
2013.
Tiga
ciri
utama
tersebut meliputi berpusat pada siswa, pendekatan
saintifik
dan
yang telah dilakukan.
adanya
c. Dalam pembelajaran menggunakan
penilaian otentik untuk mengukur hasil
model CPS dengan teknik Probing-
belajar siswa. Dalam penelitian ini,
Prompting telah terlaksana evaluasi
pengukuran
tersebut
dengan penilaian otentik (authentic
dilakukan menggunakan analisis lembar
assessment). Aspek yang diamati
observasi dan kuesioner penilaian siswa
tersebut telah berjalan dengan baik
terhadap pembelajaran, sehingga dalam
sesuai
pengambilan
mengenai
maupun penilaian siswa terhadap
penerimaan hipotesis dilakukan melalui
pelaksanaan pembelajaran yang telah
triangulasi data.
dilakukan.
keterkaitan
keputusan
Keterkaitan
antara
dengan
hasil
observasi
keduanya
ditunjukkan oleh hasil triangulasi data
Pembelajaran ekonomi menggunakan
berikut ini:
model pembelajaran Creative Problem
a. Pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan model CPS dengan teknik
Probing-Prompting
Solving (CPS) dengan teknik ProbingPrompting berjalan efektif
telah
Keefektifan pembelajaran dapat
berpusat pada siswa. Aspek yang
dilihat dari berbagai aspek. Dalam
diamati telah berjalan dengan baik
penelitian ini, pengukuran keefektifan
sesuai
pembelajaran menggunakan model CPS
dengan
hasil
observasi
maupun penilaian siswa terhadap
dengan
pelaksanaan pembelajaran yang telah
beberapa metode, yakni analisis lembar
dilakukan.
observasi, kuesioner penilaian siswa
b. Pelaksanaan
pembelajaran
ketuntasan
teknik
dalam
memenuhi
kriteria
telah
pembelajaran
dengan pendekatan saintifik. Aspek
Probing-Prompting
terhadap pembelajaran dan perhitungan
menggunakan model CPS dengan Probing-Prompting
teknik
mengenai
belajar
siswa,
pengambilan penerimaan
sehingga keputusan hipotesis
dilakukan melalui triangulasi data.
Berdasarkan observasi
perhitungan
pelaksanaan
hasil sintaks
Setiap aspek yang menjadi indikator keefektifan
pembelajaran
mendapat
pembelajaran menggunakan model CPS
respon positif dari siswa. Hal tersebut
dengan
mengindikasikan bahwa pembelajaran
teknik
diketahui
Probing-Prompting
bahwa
pencapaian
menggunakan
model
CPS
dengan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
teknik Probing-Prompting berlangsung
di kelas eksperimen 1 mencapai 89%
efektif
pada pertemuan terakhir dari skor
keefektifan pembelajaran yang diajukan
maksimal penilaian 250. Sementara itu,
kepada siswa sebagai responden.
pada kelas eksperimen 2 diperoleh data bahwa
pencapaian
keberhasilan
berdasarkan
aspek-aspek
Selain dari data hasil observasi dan
kuesioner,
dilakukan
pelaksanaan sintaks pembelajaran lebih
perhitungan
rendah 2% dibanding kelas eksperimen
belajar siswa, baik secara individu
1, yakni 87% pada pertemuan terakhir.
maupun klasikal. Analisis ketuntasan
Meskipun demikian, secara keseluruhan
belajar siswa secara ringkas disajikan
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dalam Tabel 9. Berdasarkan analisis
berlangsung
dengan
tersebut,
mengalami
peningkatan
baik
dan
pencapaian
mengenai
pula
diketahui
ketuntasan
bahwa
terdapat
masing-masing 26 siswa yang mencapai
pada setiap pertemuan. Hal yang sama
ketuntasan
juga diperoleh dari observasi aktivitas
kelompok eksperimen 1 dan 2 atau
siswa
pembelajaran
mencapai ketuntasan belajar klasikal
berlangsung. Berdasarkan perhitungan
sebesar 93%. Sementara itu, untuk
data observasi diketahui bahwa aktivitas
kelompok
siswa
terdapat 20 siswa atau 73% dari
selama
selama
menggunakan
pembelajaran
model
CPS
teknik
Probing-Prompting
dalam
kriteria
baik.
kontrol
individu
diketahui
dari
bahwa
dengan
kelompok kontrol 1 dan 21 siswa atau
tergolong
75% dari kelompok kontrol 2 yang
Peningkatan
aktivitas siswa terjadi pada setiap pertemuan.
mencapai ketuntasan belajar klasikal. Pelaksanaan pembelajaran yang efektif tersebut ditunjukkan oleh temuan
Data kuesioner penilaian siswa menunjukkan
belajar
bahwa
berikut ini:
pelaksanaan
a. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran juga berlangsung baik.
pembelajaran di kelas eksperimen 1
mencapai
89%
pada
pertemuan
efektif
untuk
meningkatkan
hasil
terakhir dari skor maksimal penilaian
belajar ekonomi siswa di SMA Negeri
250, sementara kelas eksperimen 2
5 Surakarta pada tahun pelajaran
mencapai
2015/2016
87%
pada
pertemuan
terakhir. Meskipun demikian, secara keseluruhan bahwa
dapat
pembelajaran
dengan
baik
dan
Berdasarkan perhitungan korelasi
disimpulkan
tersebut, diketahui bahwa nilai Pearson
berlangsung
Correlation adalah 0,533. Nilai Korelasi
mengalami
tersebut berada di antara 0,40 sampai
peningkatan pencapaian pada setiap
dengan
pertemuan.
mengetahui
b. Data
kuesioner
sehingga
kesimpulan
untuk hipotesis
siswa
peningkatan yang terjadi pada kelas
pelaksanaan
ekserimen 1 dan kelas kontrol 1 dapat
pembelajaran juga berlangsung baik.
langsung menggunakan uji-t, dalam hal
Hal tersebut mengindikasikan bahwa
ini adalah Independent Samples T Test,
pembelajaran menggunakan model
tanpa perlu melakukan perhitungan skor
CPS
Probing-
N-Gain. Hal yang sama juga berlaku
efektif
pada kelas eksperimen 2 dan kelas
menunjukkan
penilaian
0,60,
bahwa
dengan
Prompting
teknik
berlangsung
berdasarkan aspek-aspek keefektifan pembelajaran yang diajukan kepada siswa sebagai responden.
kontrol 2. Berdasarkan uji-t diperoleh nilai Sig.Posttest kelas Eksperimen 1 dan
c. Berdasarakan analisis ketuntasan
kelas kontrol 1 sebesar 0,00 < 0,05,
belajar siswa kelompok eksperimen 1
artinya rata rata-rata skor postes siswa
dan 2 atau mencapai ketuntasan
kelas eksperimen 1 berbeda secara
belajar
93%,
signifikan dengan siswa kelas kontrol 1.
sehingga dapat dikatakan bahwa
Begitu pula yang terjadi pada kelas
embelajaran
model
eksperimen 2 dan kelas kontrol 2. Nilai
CPS dan teknik Probing-Prompting
Sig.posttest kelas kelas eksperimen 2
yang diterapkan pada
dan kelas kontrol 2 adalah 0,00 < 0,05,
klasikal
sebesar
menggunakan
kelompok
tersebut berjalan efektif.
artinya rata rata-rata skor postes siswa kelas eksperimen 2 berbeda secara
Model Creative Poblem Solving (CPS)
signifikan dengan siswa kelas kontrol 2.
dengan
Sementara itu, nilai Sig.posttest kelas
teknik
Probing-Prompting
eksperimen 1 dan eklas eksperimen 2
hasil belajar sebesar 82%, yakni dari
adalah 0,962 > 0,05, artinya rata rata-
11% menjadi 93% pacsaperlakuan,
rata skor postes siswa kelas eksperimen
sementara kelompok kontrol mengalami
1
peningkatan
tidak
berbeda
secara
signifikan
sebesar
53%
untuk
dengan siswa kelas eksperimen 2,
kelompok kontrol 1 dan 57% untuk
behitu pula yang terjadi pada kelas
kelompok kontrol 2. Sementara itu,
kontrol. Berdasarkan uji-t diperoleh
selisih peningkatan yang dialami antara
nilai Sig.posttest kelas kontrol sebesar
kelompok eksperimen dan kelompok
0,928 > 0,05, artinya rata rata-rata skor
kontrol adalah 25%sampai dengan 29%.
postes siswa kelas kontrol 1 tidak
Angka tersebut merupakan kelebihan
berbeda secara signifikan dengan siswa
dari model CPS dengan teknik Probing-
kelas kontrol 2.
Prompting.
Berdasarkan hasil uji hipotesis
Hasil
tersebut
mengindikasikan bahwa baik model
terhadap hasil belajar ekonomi siswa,
konvensional maupun
diketahui
umum
dengan teknik Probing-Prompting telah
peningkatan hasil belajar siswa kelas
mampu meningkatkan aktivitas siswa,
eksperimen lebih tinggi daripada hasil
namun model konvensional tidak dapat
belajar siswa kelas kontrol. Selain itu,
dikatakan efektif karena belum mampu
uji
menghasilkan ketuntasan klasikal siswa
bahwa
hipotesis
secara
nilai
postes
kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
model CPS
(<85%).
serta kelas kontrol 1 dan kelas kontrol 2
Selisih hasil belajar antara kelas
menunjukkan hasil bahwa tidak ada
eksperimen lebih besar dibandingkan
perbedaan
dengan
pada
masing-masing
kelas
kontrol
tersebut
kelompok, baik kelompok eksperimen
dimungkinkan karena adanya perbedaan
maupun kelompok kontrol. Berdasarkan
dalam penggunaan model pembelajaran.
hal tersebut dapat diketahui bahwa hasil
Pada
belajar siswa murni dipengaruhi oleh
model pembelajaran CPS dengan teknik
model pembelajaran yang diterapkan
Probing-Prompting.
dan tidak terdapat efek testing yang
keberhasilan
mempengaruhi.
Ganing dan Ardana (2014) menyatakan
Selain itu, diketahui bahwa kelas eksperimen
mengalami
peningkatan
kelas
bahwa kelebihan
eksperimen
Terkait
tersebut,
model yaitu
digunakan
tersebut
dengan
Widyastuti,
memiliki
mendorong
siswa
berpikir aktif. Dalam pembelajaran
dengan
tersebut siswa dituntut aktif, belajar
Keadaan
memecahkan masalah dan berdiskusi.
membangun
Siswa juga menemukan konsep sendiri
sehingga materi yang sifatnya hafalan
melalui pertanyaan yang diberikan oleh
dapat di ubah menjadi logika-logika
guru. Selain itu, model pembelajaran
pemikiran yang mudah diingat. Dalam
yang diterapkan di kelas eksperimen
penelitian
juga memiliki karakteristik yang sesuai
diungkapkan bahwa dengan model CPS
dengan
siswa dapat membangun konsep sendiri
karakteristik
siswa
dan
karakteristik materi pembelajaran. Karakteristik siswa SMA yang lebih suka berkelompok dan cenderung
teknik siswa
melalui
Probing-Prompting. yang
aktif
pengetahuannya
Totiana
dapat sendiri
(2012:
pertanyaan-pertanyaan
77)
yang
diberikan oleh guru. Model
pembelajaran
yang
menyukai tantangan dan hal-hal baru
diterapkan di kelas kontrol adalah
sesuai dengan model CPS dengan
model konvensional yang cenderung
teknik Probing-Prompting. Seperti yang
menempatkan guru sebagai sumber
diungkapkan Totiana (2012) dalam
informasi utama yang berperan dominan
penelitiannya, bahwa adanya pembagian
dalam
kelompok siswa dalam pembelajaran
cenderung belajar menghafal dan tidak
akan mendorong terjalinnya hubungan
membangun
yang saling mendukung antar anggota
sehingga
kelompok.
berkembang.
Manajemen
merupakan
proses
pembelajaran.
sendiri
kreativitas
Siswa
pengetahuannya siswa
Seperti
kurang yang
pokok bahasan yang sangat dekat
diungkapakan Totiana (2012: 78) dalam
dengan
sehari-hari,
penelitiannya, kondisi tersebut tidak
memerlukan pemahaman dan hafalan
mendukung siswa dalam meningkatkan
yang cukup dari siswa, sehingga adanya
kemampuan
kegiatan pembelajaran dalam kelompok
Meskipun sesekali disertai tanya jawab,
siswa yang mengalami kesulitan dapat
namun tanya jawab tersebut kurang
bertanya
membantu siswa dalam menemukan
kepada teman dalam satu kelompoknya.
konsep, karena sebelumnya siswa telah
kehidupan
Karakteristik materi yang banyak hafalan
dapat
diatasi
dengan
pembelajaran aktif dalam model CPS
pemecahan
masalah.
diberi materi oleh guru. Berdasarkan uraian pembahasan diatas,
dapat
diketahui
bahwa
pembelajaran dengan
dengan
teknik
model
CPS
Probing-Prompting
Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
memiliki pengaruh yang lebih baik
pembahasan, maka sa2ran yang dapat
dibandingkan model konvensional. Oleh
diberikan adalah sebagai berikut: (1)
karena
model
Bagi guru dan calon guru, hendaknya
dengan
teknik
menggunakan model pembelajaran yang
efektif
untuk
tepat
itu,
pembelajaran
penggunaan CPS
Probing-Prompting
sesusai
dengan
tujuan
meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran. Salah satu model yang
kompetensi dasar Konsep Manajemen.
dapat digunakan pada mata pelajaran ekonomi adalah model pembelajaran
SIMPULAN DAN SARAN
CPS dengan teknik Pobing-Prompting
Simpulan
sudah terbukti berpengaruh terhadap
Berdasarkan
hasil
penelitian
disimpulkan
beberapa
hal
dapat sebagai
hasil belajar ekonomi; (2) Bagi sekolah, diharapkan
membina
guru
untuk
berikut: (1) Terdapat keterkaitan antara
mencoba
menerapkan
model
implementasi
dalam
pembelajaran
yang
seperti
model
model pembelajaran CPS dengan teknik
kurikulum
pembelajaran 2013
dengan
inovatif
pembelajaran Creative Problem Solving
Pobing-Prompting;
(CPS)
Probing-
peneliti lain, diharapkan penelitian ini
Prompting; (2) Pembelajaran ekonomi
dapat dijadikan acuan peneliti lainnya
menggunakan
untuk
dengan
teknik
model
pembelajaran
melakukan
dan
(3)
penelitian
Bagi
yang
Creative Problem Solving (CPS) dengan
sejenis serta dapat mengembangkan
teknik
berjalan
hasil penelitian ini dalam cakupan yang
efektif; dan (3) Model Creative Poblem
lebih luas yang dapat menghasilkan
Solving (CPS) dengan teknik Probing-
penelitian yang lebih baik lagi dengan
Prompting efektif untuk meningkatkan
meninjaunya dari berbagai variabel-
hasil belajar ekonomi siswa di SMA
variabel lain yang sejenis atau model-
Negeri 5 Surakarta pada tahun pelajaran
model pembelajaran yang lebih inovatif
2015/2016.
sehingga dapat menambah wawasan dan
Probing-Prompting
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Cancer, V. & Mulej. (2013). MultiCriteria Decision Making in Creative Problem Solving. Kybernetes, 42 (1), 67 – 81. Diperoleh pada 10 Februari 2016 dari www.emeraldinsight.com/0368 -492X.htm. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Hakikat Mata Pelajaran Ekonomi.
Prosiding. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa" pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan, Matematika FMIPA UNY. Diperoleh pada 10 Februari 2016.
Dwiningsih, P. (2015). Eksperimentasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving, Think Aloud Pair Problem Solving dan Student Team Achievement Division dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Ditinjau dari Kecerdasan Logis Matematis Siswa SMP Negeri SeKabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis Dipublikasikan dalam www.perpustakaan.uns.ac.id. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kariani, Ni Kd., Putra, S., & Ardana, I Kt. (2014). Model Problem Based Learning Menggunakan Metode Probing-Prompting Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 2 (1). Diperoleh pada 28 Desember 2015.
Erfawan, E. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan Buku Saku pada Hasil Belajar Kimia Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa SMAN 1 Ambarawa. Skripsi Dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang, Semarang.Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, A.Z. (2001). Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grasindo.
Isrok’atun. (2012). Creative Problem Solving (CPS) Matematis.
Kusuma, T. A., Indrawati & Harijanto, A. (2015). Model Discovery Learning Disertai Teknik Probing Prompting dalam Pembelajaran Fisika di MA. Jurnal Pendidikan Fisika, 3 (4), 336 – 341. Diperoleh pada 28 Desember 2015.
Mutmainnah, S., Ali, M., & Napitupulu, N. D. (2013). Penerapan Teknik Pembelajaran Probing– Prompting untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 2 (1). Diperoleh pada 28 Desember 2015. Totiana, F., Susanti, E. & Redjeki, T. (2012). Efektivitas Model
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yang dilengkapi Media Pembelajaran Laboratorium Virtual terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Koloid Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 1 (1). Diperoleh pada 10 Februari 2016. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi dan
Implementasi dalam KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology: Active Learning, Edisi Kesepuluh, Bagian Kedua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI _ BKK PTN Alamat: JL. Ir Sutami 36 A Kentingan Surakarta Telpffax (0271) 648939 Email : fkip@fkip,uns. ac.id, Website: http://fkip.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH Yangbertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa artikel ilmiah dengan judul
:
Keefektifan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Teknik Probing-
Prompting terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri
5
Tahun Pelajaran 201 5 12016
Ditulis oleh: Andryas Dewi Pratrwr
Nama
:
NIM
: K7412019
Jurusan/ Prodi/
BKK
: PlPS/Pendidikan Ekonomi/Pendidikan Tata Niaga
Telah direview dan layak untuk dipublikasikan di jurnal online Pendidikan Ekonomt.
Mohon dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan terima kasih.
Surakarta, Juli 2016
si. NIP. 194908281 97903 1 00r
NrP.
1
97
003261998022001
Surakarta