ERP BLUEPRINT BERBASIS MICROSOFT DYNAMICS GP MODUL PROCUREMENT PADA PT. ARTHA INFOTAMA (STUDI KASUS: PT. SAMPOERNA AGRO TBK) Fanny Apriliana, Stepanie, Melissa Novaria, Win Ce Bina Nusantara University, Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530, 021-5345830,
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract PT. Sampoerna Agro Tbk. is one of the Agribusiness Company which had complex data and information. It support company to make improvements in the performance of day-to-day process, to facilitate the flow of information and the accuracy of the data. The purpose of this study is to analyze current business processes to determine the shortage that occur in the current business process, provide new business process design recommendations, and produce ERP Blueprint module Procurement. The methodology used in this study is the System Development Life Cycle (SDLC) methodology, with Planning, Analysis, and Design phases. Current business processes are creating of Purchase Requisition (PR), Purchase Order (PO), Goods Receiving, Goods Transfer among warehouse, Invoice Receiving from Vendor, Payment, Goods Return, and Stock Opname. Problems of current business processes are the creating of Purchase Order without determining the category of goods, PR, PO, and Payment Approval take a long time, checking invoices manually, and lack of inventory control. The results achieved from this research is to provide blueprint and produce recommendation design on the new business processes on module Procurement. The conclusion is the business process has been analyzed, followed with Value Chain and Organizational Relationship Map identification to determine expected value, as well as Business Process Reengineering has been prepared to designing new recommended procedures with Process Selection Matrix Analysis and Blueprint has been designed. Blueprint consists of 17 Activity Diagram, 20 Domain Model Class Diagram with 4 Detail Class, 17 Use Case Diagram, 17 Three Layer Sequence Diagram, dan 22 User Interface. (Fn, Sp, Ml) Keywords: Blueprint, Procurement, ERP, Microsoft Dynamics.
Abstrak PT. Sampoerna Agro Tbk. sebagai salah satu perusahaan agribisnis yang memiliki data dan informasi yang kompleks. Hal tersebut mendukung perusahaan untuk melakukan peningkatan kinerja dalam proses sehari-hari, guna memperlancar alur informasi serta keakuratan data. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis proses bisnis berjalan untuk mengetahui kekurangan yang sedang terjadi dalam proses saat ini, memberikan rancangan rekomendasi proses bisnis baru, dan menghasilkan ERP Blueprint pada modul Procurement. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi System Development Life Cycle (SDLC), dengan tahapan Perencanaan, Analisis, dan Desain. Proses bisnis yang berjalan, yaitu pembuatan Purchase Requisition (PR), Purchase Order (PO), Penerimaan Barang, Transfer Barang sesama gudang, Penerimaan Invoice dari Vendor, Pembayaran, Retur Barang, dan Stock Opname. Masalah dari proses bisnis berjalan adalah pembuatan Purchase Order tanpa penentuan kategori barang, Approval PR, PO dan Pembayaran membutuhkan waktu lama, pengecekan invoice secara manual, dan kurangnya pengendalian stok barang. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah menyediakan blueprint dan menghasilkan rancangan rekomendasi proses bisnis baru pada modul Procurement. Kesimpulannya adalah proses bisnis yang telah dianalisis, yang diikuti dengan tahap identifikasi Value Chain dan Organizational Relationship Map untuk menentukan nilai yang diharapkan, serta Business Process Reengineering telah disusun untuk merancang rekomendasi prosedur baru dengan menganalisis Process Selection Matrix dan Blueprint telah dirancang. Blueprint terdiri dari 17 Activity Diagram, 20 Domain Model Class Diagram dengan 4 Detail Class, 17 Use Case Diagram, 17 Three Layer Sequence Diagram, dan 22 User Interface. (Fn, Sp, Ml) Kata Kunci: Blueprint, Procurement, ERP, Microsoft Dynamics.
PENDAHULUAN Menurut Mashari, sistem Enterprise Resource Planning (ERP) bermanfaat dalam memberikan dukungan untuk berbagai praktik bisnis terbaik, dalam memungkinkan implementasi dari praktik bisnis untuk peningkatan produktivitas. ERP menggabungkan proses bisnis organisasi dan keseluruhan organisasi teknologi informasi ke dalam satu sistem yang terintegrasi (Amid, Bagheri, & Ghasrodashti, 2010, p76). Sistem ERP adalah program perangkat lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan informasi dalam setiap area bisnis. Program ERP membantu organisasi mengelola seluruh proses bisnis perusahaan, menggunakan database umum dan shared management reporting tools. Sebuah sistem ERP dapat membantu perusahaan mengintegrasikan layanan dengan melayani sebagai lingkungan komputasi seluruh perusahaan yang mencakup shared database, memberikan data yang konsisten di semua fungsi bisnis secara real time (istilah real time mengacu pada data dan proses saat ini) (Monk & Wagner, 2013, p1&p19). PT. Sampoerna Agro Tbk. adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis di Indonesia, yang mempunyai sejumlah anak perusahaan yang tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan. Untuk mendukung proses bisnis di dalam perusahaan, PT. Sampoerna Agro Tbk. telah mengimplementasikan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis Microsoft Dynamics GP, salah satunya adalah modul procurement untuk mendukung proses pembelian guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan sumber daya perusahaan. Perusahaan harus mengidentifikasi tugas-tugas yang tidak perlu, penyebab keterlambatan dan proses yang tidak efisien agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan mendapatkan keunggulan kompetitf (Habib, M.N., 2013, p1). PT. Sampoerna Agro Tbk. menyadari akan pentingnya manfaat yang diperoleh dalam pemanfaatan sistem ERP yang telah berjalan saat ini, maka guna meningkatkan proses-proses didalam perusahaan, dan serta mempertahankan reputasi yang telah dicapai selama ini, PT. Sampoerna Agro
Tbk. sebagai salah satu perusahaan terkemuka dalam bidang agribisnis di Indonesia ingin melakukan sebuah evaluasi pada ERP Microsoft Dynamics yang telah berjalan saat ini khususnya pada modul Procurement, yang dilakukan sebagai salah satu langkah dalam mengetahui apakah adanya kendala atau kelemahan yang terjadi pada proses-proses tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan untuk pelanggan dalam menyediakan berbagai produk dalam bidang perkebunan dengan produk yang beragam, yaitu Kecambah Kelapa Sawit, Minyak Sawit (CPO), Inti Sawit (PK), Karet dan Sagu. Hasil akhirnya diharapkan dapat membantu PT. Sampoerna Agro Tbk. dalam mengetahui informasi mengenai kelemahan atau kekurangan kinerja proses bisnis modul Procurement yang telah berjalan, serta usulan ERP blueprint diharapkan dapat mendukung penyebaran informasi yang lebih terintegrasi sehingga memperlancar alur informasi dan memberikan data yang lebih akurat pada PT. Sampoerna Agro Tbk. Dimulai dari pembuatan rencana awal sampai pada perencanaan akhir secara matang. Kemudian akan dilakukan analisis pada keseluruhan proses dari permintaan pada Purchase Requisition hingga Payment. Dan memberikan solusi berupa blueprint yang merupakan jawaban atas masalah-masalah yang terdapat dari proses bisnis sebelumnya. Untuk mendukung analisis yang akan dilakukan pada modul Procurement, maka diperlukan suatu pendekatan yang dapat dipercaya dan diandalkan. Pendekatan atau metodologi System Development Life Cycle (SDLC) akan membantu dalam memberikan jawaban atas permasalahan yang ada. Metodologi System Development Life Cycle (SDLC) merupakan salah satu metodologi atau pendekatan yang memungkinkan pemimpin proyek untuk mengkonfigurasi dan mengawasi seluruh proses pembangunan perangkat lunak apapun. Kerangka kerja System Development Life Cycle menyediakan urutan kegiatan bagi perancang dan pengembang sistem untuk diikuti. (Massey & Satao, 2012, p25) Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah: 1. 2. 3.
Apa yang dilakukan dalam tahap pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) dari tahap planning hingga tahap design pada modul Procurement? Tahapan apa saja yang dilakukan dalam Business Blueprint pada modul Procurement? Apa yang dihasilkan dalam tahap Business Blueprint tersebut? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. 2. 3.
Menganalisis kinerja proses bisnis modul procurement PT. Sampoerna Agro Tbk. yang telah berjalan berbasis ERP Microsoft Dynamics GP. Menganalisis rancangan solusi mengenai permasalahan yang sedang terjadi PT. Sampoerna Agro Tbk. Menuangkan usulan terhadap permasalahan yang terjadi pada PT. Sampoerna Agro Tbk. ke dalam ERP blueprint.
METODOLOGI Pendekatan atau metodologi yang dimanfaatkan adalah System Development Life Cycle (SDLC) dimana berbagai metode dimanfaatkan pada setiap bagian, yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Metode Perencanaan Dalam metode perencanaan hal yang dilakukan yaitu menyusun langkah-langkah awal untuk rencana kerja yang matang sehingga dapat mendukung langkah selanjutnya. 2.
Metode Analisis Melakukan proses penilaian dan identifikasi terhadap standar organisasi dan proses bisnis yang telah berjalan menggunakan activity diagram. Dalam metode analisis, metodologi yang digunakan yaitu value analysis digunakan untuk menganalisis value yang ada, serta menggunakan Organizational Relationship Map (ORM) untuk menganalisis hubungan aliran proses seluruh departemen di dalam PT. Sampoerna Agro Tbk. Hasil analisis akan diturunkan dalam tabel rancangan solusi yang diusulkan.
3.
Metode Desain Merancang dan menghasilkan sebuah usulan ERP blueprint berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan pada fase analisis, dengan menggunakan Unified Modeling Language Diagram (UML). UML diagram digunakan untuk menggambarkan usulan perancangan ERP blueprint. UML diagram yang dirancang antara lain Activity Diagram, Use Case Diagram, Domain Model Class Diagram, dan Sequence Diagram. Serta usulan rancangan User Interface (UI).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Bisnis yang Berjalan Salah satu cara untuk menggambarkan dan mengidentifikasi keseluruhan proses bisnis adalah dengan mengembangkan Activity Diagram. Activity Diagram mendeskripsikan aktivitas pengguna (atau sistem), orang yang melakukan setiap aktivitas, dan urutan aliran dari aktivitas tersebut (Satzinger, Jackson & Burd, 2012, p58). Proses bisnis yang sedang berjalan dari awal proses perminataan barang dengan pembuatan Purchase Requisition (PR), Purchase Order (PO), Penerimaan Barang, Transfer Barang sesama gudang, Penerimaan Invoice dari Vendor, Pembayaran, Retur Barang, dan Stock Opname. Salah satu proses bisnis berjalan yang digambarkan dalam Activity Diagram dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
PIC Gudang Site
PIC Gudang Regional Office (RO)
Vendor
PIC Gudang Site Ingin Mengembalikan Barang Rusak
Menginput Transfer Barang Out ke Gudang RO Menginput Transfer Barang In dari Kebun
Menginput Retur Barang ke Vendor
Mengembalikan Barang ke Vendor
Menerima Barang
Gambar 1. Activity Diagram Retur Barang Vendor yang Diterima di Regional Office (RO) Gambar 1 menunjukkan aktivitas Retur Barang Vendor yang Diterima di Regional Office (RO), yang dijelaskan sebagai berikut: 1.
Prosedur Retur dilakukan apabila telah diterbitkan Tanda Terima Gudang (TTG) atas barang yang diterima di Gudang penerimaan sebelumnya. Bila tidak ada TTG, pengembalian barang dilakukan melalui Prosedur Transfer Barang.
2.
Prosedur Retur hanya boleh dilakukan di Gudang Asal pertama kali TTG dibuat sesuai dengan lokasi penerimaan barang yang tercantum di PO.
a) PIC gudang Site menginput transfer barang ke gudang Regional Office. b) PIC gudang Regional Office menginput transfer barang In dari Site. c) PIC gudang Regional Office menginput retur barang ke vendor. d) Vendor menerima barang tersebut.
B. Value Chain Organisasi menggunakan model kekuatan kompetitif untuk mendesain strategi general. Value Chain adalah suatu model yang menunjukkan primary activities secara berurutan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan, selain itu juga menunjukkan support activies (Rainer & Cegielski, 2011, p48). Value Chain dari hasil penelitian ini dapat dilhat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Value Chain
C. Penurunan Hasil Analisis ke dalam Rancangan Solusi Dalam analisis yang telah dilakukan terhadap keseluruhan proses bisnis perusahaan, ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam PT Sampoerna Agro, Tbk. Pada tabel 1 menjabarkan beberapa permasalahan yang terjadi, yang diturunkan dari segi aspek, penemuan masalah (finding), dan solusi yang diberikan untuk menangani permasalahan tersebut. Tabel 1. Penurunan Hasil Analisis ke Rancangan Solusi
Faktor Analisa No 1
Aspek Purchase Order (PO)
Faktor Usulan
Finding
Solusi
Keterangan
Semua barang pada saat PO harus mengajukan Quotation pada Vendor. Pembuatan Quotation untuk barang kecil seperti ATK menghabiskan waktu yang lama
Membuat kategori barang yang bertujuan untuk memisahkan jenis-jenis barang yang akan dibeli. Maka tidak semua barang membutuhkan quotation (Prosedur 1 dan 2 )
Barang ATK tidak membutuhkan quotation karena perbandingan harga yang kecil diantara beberapa Vendor
Rancangan UI: UI Setup Item RFQ 2
Approval Pembayaran
Approval Pembayaran harus dilakukan sampai departemen paling tinggi didalam perusahan. Maka Membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan approval pembayaran
Membuat kategori barang berdasarkan amount yang bertujuan untuk memisahkan approval, sehingga pembayaran yang berjumlah kecil, approval tidak sampai kepada Manager (Minor Scenario D)
Manager hanya menerima approval untuk barang-barang yang bernilai tinggi. Approval yang lama akan menyebabkan penundaan pembayaran invoice jatuh tempo
3
Approval Purchase Requisition (PR), Purchase Order (PO), dan Pembayaran
Tidak adanya ketentuan dalam melakukan approval, PIC Approval yang sedang tidak berada ditempat tidak dapat melakukan approval.
Menerapkan suatu ketentuan seperti delegacy approval, yaitu memberikan kewenangan approval kepada perwakilan jika PIC appoval sedang tidak dapat melakukan approval.
Keterlambatan approval membuat Approval PR, PO, dan pembayaran menjadi tertunda .
Tidak adanya batas waktu melakukan approval bagi PIC Approval untuk melakukan approval, maka membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan approval PR, PO, dan Pembayaran.
Memberikan batas waktu approval, yaitu dalam tiga hari. Jika dalam tiga hari PIC approval tidak melakukan approval, maka kewenangan approval akan diberikan kepada perwakilan PIC approval (Minor Scenario A)
Pemberian batas waktu approval dapat membantu mencegah penundaan approval.
Rancangan UI: Approval Deadline 4
Invoice
Tidak ada pemberitahuan kepada PIC procurement mengenai invoice yang jatuh tempo akan menyebabkan keterlambatan pembayaran invoice
Jika ada invoice yang jatuh tempo, maka PIC procurement akan menerima e-mail pemberitahuan mengenai invoice yang jatuh tempo untuk dibuatkan payment advice (Minor Scenario E)
Sebelumnya, PIC Procurement harus mengecek invoice jatuh tempo secara manual
5
Pembayaran
Pembayaran tunai dan kredit dapat dijalankan
Membuat kategori barang untuk menentukan
Pembayaran dipisah berdasarkan kategori
pada semua kategori barang.
masing-masing item yang melalui tunai atau kredit. (Prosedur 4 dan 5)
barang karena untuk barang yang berjumlah amount kecil harus segera dilunasi dari vendor
6
Pengembalian Barang
Jika barang yang ingin dikembalikan tidak berada di gudang yang pertama kali menerima barang, maka harus dilakukan prosedur transfer barang ke gudang lain
Membuat aktivitas pengembalian barang dan transfer barang yang menjelaskan alur transfer barang dan return barang secara lebih jelas ( Scenario 3 dan 6)
Ketika terjadi pengembalian barang kepada vendor, barang harus dikembalikan dari gudang yang pertama kali menerima barang
7
Penerimaan Barang
Ketika menerima kelebihan kuantitas yang dikirim dari vendor, barang akan langsung dikembalikan kepada vendor
Kelebihan kuantitas tidak harus selalu dikembalikan kepada vendor, jika ingin menerima kelebihan kuantitas tersebut, maka dapat diajukan PO baru atas tambahan barang tersebut (Minor Scenario B)
Setelah menerima atau menolak kuantitas barang, maka PIC gudang dapat memasukkan quantity yang diterima saat itu
8
Penerimaan Barang
Tidak adanya pengecekan fisik terlebih dahulu pada saat penerimaan barang
Membuat aktivitas untuk pengecekan kondisi fisik barang yang diterima (Minor Scenario C)
Jika barang yang diterima dari vendor rusak, maka PIC gudang melakukan prosedur return
9
Stock Opname
Kurangnya pengendalian stok fisik barang dengan database
Melakukan stock opname secara berkala
Stock opname dilakukan satu kali dalam satu tahun
D. Process Selection Matrix Process Selection Matrix (PSM) merupakan cara untuk menunjukkan, biasanya pada satu halaman yang berisi seluruh proses bisnis dalam unit-unit. Selain itu , Process Selection Matrix merupakan cara yang ideal untuk memahami dan menunjukkan kompleksitas level dari proses, jumlah proses, dan matriks proses tingkat tinggi dalam bisnis (Jeston & Nelis, 2006, p109-110). Prosedur baru yang terbentuk dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Process Selection Matrix (PSM)
E. Business Blueprint Menurut Mahal (2010, p46), blueprint proses bisnis harus mengarah ke depan dan selaras dengan visi, tujuan strategis dan tujuan dari organisasi. Hal ini harus menggambarkan arah jalannya organisasi, dengan tujuan untuk mengubah kondisi saat ini menuju kondisi masa depan, berdasarkan prioritas dan strategi. Hasil dari Blueprint terdiri dari 17 Activity Diagram, 20 Domain Model Class Diagram dengan 4 Detail Class, 17 Use Case Diagram, 17 Three Layer Sequence Diagram, dan 22 User Interface. Salah satu contoh Three Layer Sequence Diagram dapat dilihat pada Gambar 3, dan contoh User Interface dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
Opt
Opt
Opt
Gambar 3. Three Layer Sequence Diagram Payable Manual Payment Entry (Approve)
Gambar 4. User Interface Purchase Requisition Entry (Submit)
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis proses bisnis yang sedang berjalan dan hasil perancangan ERP (Enterprise Resource Planning) blueprint pada PT. Artha Infotama modul Procurement (studi kasus: PT. Sampoerna Agro Tbk.) yang telah diuraikan di pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh simpulan bahwa: 1) Proses bisnis perusahaan mengalami beberapa permasalahan utama yang sedang terjadi seperti: a. Semua barang yang akan dipesan pada Purchase Order (PO) harus mengajukan Request for Quotation (RFQ) pada Vendor, sedangkan ada jenis barang yang tidak perlu mengajukan RFQ, misalnya jenis barang Alat Tulis Kantor (ATK), karena terdapat perbandingan harga yang kecil di antara penawaran harga dari para Vendor sehingga menghabiskan waktu yang lama pada saat akan memproses Purchase Requisition (PR) menjadi PO. b. Tidak adanya ketentuan dalam prosedur approval mengakibatkan approval pada PR, PO, dan pembayaran menjadi tertunda. c. Semua prosedur approval pada pembayaran harus dilakukan sampai dengan departemen yang mempunyai posisi paling tinggi sedangkan hal tersebut dapat menunda proses pembayaran terhadap invoice yang telah jatuh tempo. d. Tidak adanya batas waktu melakukan approval yang dilakukan oleh PIC approval sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan prosedur approval pada PR, PO, dan pembayaran. e. Departemen procurement harus mengecek jatuh tempo invoice secara manual dan tidak adanya pemberitahuan kepada departemen procurement mengenai invoice yang akan jatuh tempo, sehingga memungkinkan terjadi keterlambatan dalam pengecekan invoice. 2) Setelah analisis dilakukan, usulan perancangan dirangkum seperti berikut:
a.
Maka pada rancangan ERP blueprint, Manajer Procurement dapat melakukan pengaturan jenis barang yang memerlukan pengajuan RFQ dan yang tidak memerlukan pengajuan RFQ, dan ada aktivitas yang berbeda antara PO yang memerlukan RFQ dan yang tidak memerlukan RFQ. b. Maka pada rancangan ERP blueprint dibuat delegacy approval, yaitu apabila PIC approval tidak ada di tempat sehingga tidak dapat melakukan approval maka kewenangan approval akan diberikan kepada perwakilan PIC approval yang sejak awal telah ditentukan. c. Maka pada rancangan ERP blueprint dibuat aktivitas untuk membedakan pembayaran berdasarkan jumlah pembayaran (amount), apabila amount tersebut kecil maka hanya perlu dilakukan approve oleh PIC approval saja, dan apabila amount tersebut besar maka perlu dilakukan approve oleh PIC approval sampai dengan PIC final approval di mana merupakan departemen dengan posisi paling tinggi. d. Maka pada rancangan ERP blueprint dibuat adanya batas waktu (deadline) approval maksimal 3 hari untuk setiap PIC approval untuk meminimalisir penundaan approval. e. Maka pada rancangan ERP blueprint baru dibuat pengiriman email pemberitahuan kepada departemen procurement mengenai invoice yang akan jatuh tempo. 3) Dari usulan-usulan yang telah diajukan, maka blueprint dirancang menggunakan berbagai metode, seperti 17 Activity Diagram, 20 Domain Model Class Diagram dengan 4 Detail Class, 17 Use Case Diagram, 17 Three Layer Sequence Diagram, dan 22 User Interface.
a.
b.
c.
d.
Berikut beberapa saran yang diberikan adalah: Didalam user interface (UI) yang sedang digunakan saat ini, masih terlihat beberapa UI yang kurang konsistensi terhadap bahasa, maka perusahaan harus lebih memperhatikan konsistensi bahasa yang digunakan didalam user interface. Demi kelancaran dalam setiap proses bisnis, setiap user harus memperhatikan prosedur dan skenario yang ada, serta menjalankan segala ketentuan-ketentuan yang berlaku, misalnya seperti kesadaran untuk melakukan delegacy approval di mana apabila PIC approval tidak ada ditempat. Jika approval tidak dilakukan, maka perwakilan PIC approval akan diberi kewenangan untuk melakukan approval tersebut. Bagian gudang yang menangani penerimaan barang, khususnya untuk proses retur dan transfer barang, harus mengikuti alur proses untuk melakukan proses-proses tersebut. Karena jika proses transfer barang tidak dijalankan dengan baik, maka database pada perusahaan khususnya pada Head Office, Regional Office, dan Site akan menjadi tidak akurat. Dari permasalahan yang disimpulkan, hal yang menjadi faktor utama yang menyebabkan permasalahan itu terjadi adalah karena sumber daya manusia yang tidak menjalankan prosedur dengan baik, karena itu efektivitas dalam mencapai tujuan tidak tercapai.
REFERENSI Amid, A., Bagheri, M., & Ghasrodashti, S. (2010). Analysis the Impact of Enterprise Resource Planning Systems on Organizational Effectiveness. International Journal Of Systems Applications, Engineering & Development. 76-77. Habib, M.N. (2013). Understanding Critical Success and Failure Factors of Business Process Reengineering. International Review of Management and Business Research. 1. Jeston, N. & Nelis, J. (2006). Business Process Reengineering, Practical Guidelines for Successful Implementation. Oxford: Elsevier Mahal, A.S. (2010). How Work Gets Done: Business Process Management, Basics and Beyond. New Jersey: Technics Publications. Massey, V., & Satao, K.J. (2012). Evolving a New Software Development Life Cycle Model (SDLC) incorporated with Release Management. 25-27. Monk, E.F., & Wagner, B.J. (2013). Concepts in Enterprise Resource Planning (4th Edition). United States of America: Course Technology, Cengage Learning. Rainer, R.K., & Cegielski, C.G. (2011). Introduction to Information System (3th Edition). Asia: John Wiley & Sons, Inc.
Satzinger, J. W., Jackson, R. B., & Burd, S. D. (2013). Systems Analysis and Design in a Changing World. Boston: Course Technology.
RIWAYAT PENULIS Fanny Apriliana lahir di kota Pekalongan pada tanggal 11 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komputer pada 2014. Stepanie lahir di kota Tangerang pada tanggal 05 September 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komputer pada 2014. Melissa Novaria lahir di Toboali pada tanggal 12 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komputer pada 2014. Win Ce lahir di kota Pangkalpinang pada tanggal 28 September 1979. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komputer dan pendidikan S2 di Prasetya Mulya Business School Spesialisasi di Manajemen Keuangan. Saat ini bekerja sebagai Software Laboratory Center Manager dan sekaligus menjadi dosen School of Information System di Universitas Bina Nusantara.