CHAPTER 5
Entrepreneurship & Ethical Leadership Entrepreneurship & Ethical Leadership Saya bahagia untuk bertemu dengan anda semua tentang membicarakan apa arti Salam Entrepreneur. Anda lihat tiga jari ini. Tiga jari ini menggambarkan letter E. Anda lihat bentuk letter E. Nah, tiga jari itu masing-masing jari mempunyai arti. Yang pertama, Envision. Kedua, Explore. Ketiga, Encounter. Envision, ketiga–tiga letter (huruf) E dan bentuk letter E secara keseluruhan tiap jari. E, E, dan E. Nah, E yang pertama itu apa? Itu Envision. Vision, wawasan. Nah Entrepreneur itu harus mempunyai wawasan. Tanpa wawasan kita tidak akan mencapai hasil yang maksimum. Bahkan kita salah jalan. Seperti orang mau ke Medan naik pesawat ke Manado. Jadi itu salah. Jadi kita mempunyai vision. Apalagi dalam keadaan ekonomi gejolak sekarang. Kalau orang sudah punya vision, dia tidak akan mengalami gejolak sebab dia tahu lebih dahulu. Jadi, Entrepreneurship adalah yang pertama punya wawancara, Envision. Kedua Explore. Meneliti, menyelidiki, melakukan kreativitas, melakukan inovasi terus menerus. Nah, explore, explore, letter E, letter E. Ingat, Tanpa kita punya kreativitas, tanpa kita melakukan inovasi, tanpa kita terus menerus meneliti, mencari terus, maka tidak akan mencapai tujuan dan hasil Entrepeneurhip. Dan yang ketiga tentu Encounter. Encounter itu menemukan, mendapatkannya. Menemukan, menemukan cara yang tepat. Dan mempraktikannya. Sudah ketemu, masih belum cukup. Nah, dalam encounter itu dia menemukan dan mempraktikannya. Letter E. Sehingga kalau saya menemukan suatu sistem melalui inovasi tentang membangun satu projek atau sesuatu hal saya ketemukan. Tetapi saya tidak melaksanakan. Itu masih belum cukup. Mesti sampai menjadi industri, menciptakan lapangan kerja, mendapatkan keuntungan manfaat membayar pajak. Nah, jadi saudara-saudara ini salam entrepreneur. Berarti wawasan, inovasi terus menerus, dan melaksanakan menjadi praktik, menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera dan makmur. Universitas Ciputra Entrepreneur Onliners. Ada satu hal yang sangat menarik yang kami ceritakan di sini. Nanti anda akan mendengar langsung dari video klip pada waktu itu kami melakukan telekonference dengan Universitas Bengkulu dengan mahasiswa dan dosen dan dihadiri oleh Bupati Bengkulu. Sesudah kami memberikan penjelasan, Bapak Bupati bertanya kepada kami antara lain, bagaimana pendapat saya, pendapat kami bahwa begitu 1
banyak investor besar di Bengkulu memakai tenaga-tenaga masyarakat Bengkulu dengan sistem inti dan plasma. Jadi, mereka itu seumur hidup hanya menjadi pekerja kasar. Hampir tidak mempunyai kesempatan untuk meningkat. Nah, lantas intinya saya jawab sebagai berikut. Ini pertanyaan dari Pak Bupati tepat sekali. Menarik sekali. Pendapat Pak Bupati itu saya benarkan. Itu yang sedang berlaku sekarang di Indonesia bahwa dibentuk inti dan plasma. Pengusaha yang menguasai inti, bekerja sama dengan masyarakat yang memberikan plasma. Sehingga mereka mempunyai pendapatan yang cukup untuk hidup. Nah itu sistem itu sistem baik. Tapi, kita harus meningkat. Kalau orang itu dia itu hanya murid itu hanya murid sekolah dasar atau SMP. Kita harus meningkat ke SMA dan Universitas. Saya jawab kepada Pak Bupati. Sistem itulah sistem yang sudah lama berlaku. Bukannya salah, tapi kita harus tingkatkan. Kita harus mengembangkan rakyat Bengkulu tersebut mindsetnya. Sumber daya manusia dikembangkan. Tadi itu sistemnya memberi ikan. Kita harus kembangkan rakyat Bengkulu itu sanggup memancing. Dari membuat pancing, sampai memancing, sampai menjual, manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen marketing, dan sebagainya. Jadi masyarakat Bengkulu itu terutama harus dilatih, dididik menjadi entrepreneur. Harus dimulai dari taman kanak-kanak, SMA, sampai Universitas. Mereka harus menjadi Entrepreneur. Yaitu mengembangkan diri untuk sanggup merubah sampah menjadi emas. Kalau tidak, mereka akan jadi pekerja. Kalau sistem inti dan plasma tidak dikembangkan ke tingkat lebih tinggi, mereka lagi sepuluh, dua puluh tahun, lima puluh tahun mereka akan seperti itu saja. Sistem itu hanya untuk taraf permulaan. Melepaskan mereka dari kemelaratan. Dan mereka harus tingkatkan lebih tinggi. Nah, nanti anda mendengar langsung video klip yang dibuat pada telekonference tersebut. Semoga para Onliners dapat mengkaji sendiri kalau benar apa yang kami sampaikan supaya disimpan dalam hati. Kalau tidak dilupakan saja. Inilah pengantar kami. Sekali lagi, Salam Entrepreneur. Sampai bertemu lagi… Moderator : Terima kasih Bapak sudah menyempatkan waktunya disini. Ada Pak Bando Amin, beliau adalah Bupati Kepahiyang. Di sini kita ada undangan dari DPRD Provinsi dan lain-lain. Kita punya waktu sekitar 20 menit, saya beri Bapak waktu 10 menit. Selanjutnya kita serahkan kepada mahasiswa untuk bertanya sebagai tanggapan dan kepada yang lain juga saya beri kesempatan. Baik Pak, bisa Pak… Pak Ciputra : Baiklah, selamat siang. Selamat siang semua para hadirin yang kami banggakan, kami hormati, kami benar-benar sangat bahagia berada di tempat ini. Depan layar yang begitu hebat ini. Tentu hari ini kita akan bicara tentang Entrepreneurship. Entrepreneur ialah kemampuan manusia untuk merubah yang tidak berharga menjadi berharga, sampah menjadi emas. Itu istilah kami. Nah, tentu kita semua ingin sukses dalam kehidupan kita. Untuk sukses dalam kehidupan kita kita harus mempunyai kemampuan. Kemampuan untuk mengelola yang 2
tidak berarti menjadi berarti. Hanya dengan entrepreneurship menurut kamu satu daerah, satu individu, satu negara bisa berkembang. Kita melihat begitu banyak negara-negara yang tidak punya apa-apa hanya mempuyai manusia yang entrepreneurship. Nah, dia berkembang. Dan ternyata sesudah kami lakukan dalam praktik kurang lebih lima enam tahun, bangsa Indonesia mempunyai potensi yang sama dengan negara-negara maju yang lain. Kami telah coba di Universitas yang kami didirikan. Kami sudah dirikan empat Universitas yang kami jalankan sampai sekarang. Universitas Trumanegara, Prasetya Mulya, dan Universitas Pembangunan Jaya. Di Jakarta maupun Surabaya. Kami telah melatih lebih dari lima ribu guru-guru. Kami telah melatih juga ribuan enterepreneur muda. Kami telah melatih termasuk TKI. Nah, ternyata sangat berhasil sekali. Mereka yang tidak percaya diri, kami memotivasi bahwa anda sanggup. Memang tidak semua sanggup, tapi dengan 20-30 persen dari masyarakat kita yang sanggup menjadi entrepreneur. Yang sanggup merubah kekayaan daerah menjadi harta karun yang tak terhingga. Oleh karena itulah kami berjalan terus dengan entrepreneurship. Kami mempunyai cita-cita untuk menciptakan 4-5 juta entrepreneurship dalam waktu 20 tahun. Dan ternyata rencana tersebut mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Bahwa Presiden telah deklarasikan bahwa Indonesia akan menjadi entrepreneur pada waktu dua tahun yang lalu. Kami tulis surat sama Pak Presiden, dia tanggapi, dia declair. Mendapat sokongan yang luar biasa dari para mentri koperasi dan UKM. Tapi karena merasa apa yang kami lakukan masih kurang. Sebab kami begitu yakin, hanya entrepreneurship. Entrepreneur dari para pengusaha. Kami membentuk GABS. Government, Academision, Business, dan Sosial. Jadi, semua bidang perlu entrepreneurship. Termasuk Government perlu sekali yang bisa mengolah kekayaan daerah. Dan kami merasa masih kurang puas. Bagaimana kami menjangkau dari Sabang sampai Merauke, dari pesisir sampai ke gunung-gunung. Hanya dengan online. Pada tanggal 24 Agustus yang lalu, kami mempunyai program baru yaitu Universitas Ciputra Online. Entrepreneur Online. UCEO. Gratis. Kami sebarkan ke seluruh Indonesia. Kami mengharapkan Masyarakat Padang, mahasiswa, dan mereka yang ingin belajar entrepreneur bisa menjadi anggota kami. Sekarang sudah kurang lebih dua puluh ribu anggota. Baru di-launching selama dua minggu. Kami telah mencapai seratus ribu. Gratis. Dan kami ingin mendirikan di daerahdaerah ada Incubator Center. Sebagai pusat-pusat Onliners bisa berkumpul untuk diskusi. Dan khusus kami tadi mendapat laporan dari saudara Jery bahwa tahun ini ada Universitas Bengkulu, kami undang untuk para pimpinannya meninjau Universitas Ciputra Surabaya. Bagaimana kita mendidik mahasiswa kita. Kita melatih mereka menjadi Entrepreneur. Bukan menjadi ilmuan. Karena menjadi ilmuan ada di tempat lain. Tapi tempat kita yang diekplorasi adalah bagaimana orang merubah kekayaan alam daerah seperti Bengkulu. Kekayaan begitu melimpah-limpah. Kekayaan Bengkulu bisa ekspor CPO, ikan di lautan berlimpah-limpah. Kekayaan alam melimpah-limpah. Nah, bahkan wan-wan pun yang selanjutnya dikelola dengan baik oleh rakyat Bengkulu sendiri masih merasa kurang. Jadi, kita ingin mengajak rakyat Bengkulu, dan 3
rakyat Bengkulu pasti bisa. Sekali lagi pasti bisa. Kalau tidak berguna kami melakukan usaha ini. Kami tidak mau usaha kami sia-sia. Seorang entrepreneur harus mempunyai tujuan dan yakin berhasil dan sampai tuntas berhasil. Kami telah membuka memulai dengan puluhan atau ratusan perusahaan yang kami telah bangun. Kami telah membiayai ratusan projek. Bahkan sampai ke luar negeri. Di Cina, di Taiwan di Hanoi, Vietnam, Kamboja. Kami juga punya usaha di Hawai, Singapore. Karena apa? Kami sanggup melakukan karena ada spirit of entrepreneur dalam hati kita. Padahal saya memulai tanpa tidak memulai apa-apa. Saya nol benar. Saya tidak mempunyai modal apa-apa. Tapi hanya satu modal yang lebih dari uang yaitu entrepreneurship. Oleh karena itu saya harap rakyat Bengkulu dan rakyat seluruh Indonesia bisa menjadi anggota daripada Universitas Ciputra Entrepreneurship Online. Khusus Bengkulu, kami undang untuk datang ke Universitas Ciputra, untuk kita latih. Kami telah bikin kira-kira tiga puluh dosen dari seluruh Indonesia ke Common Foundation Amerika Serikat untuk belajar menjadi pelatih entrepreneur. Enam bulan dengan biaya masing-masing tiga ratus juta per orang untuk belajar disana. Tapi sementara sekarang mereka ke sana hanya kita membiayai uang perjalanan ke sana. Jadi, saya mengharapkan marilah kita bersama-sama jadikan Bengkulu suatu dareah percontohan bagaimana suatu daerah di Sumatera bisa menjadi daerah yang maju. Kalau tidak ada entrepreneurhip, seperti peribahasa yang populer kita tidak akan menjadi tuan rumah di rumah kita sendiri. Rakyat Bengkulu tidak akan menjadi tuan rumah. Orang lain yang menjadi tuan rumah di Bengkulu. Dan kami sanggup untuk membantu rakyat Bengkulu untuk menjadi entrepreneurship di Bengkulu. Ini sambutan kami. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Salam Entrepreneur. Terimakasih… Moderator : Tepuk tangan dulu untuk Pak Ciputra. Terimakasih Pak Ci atas pemaparannya. Baik Pak di sini ada mahasiswa juga yang akan menanggapi. Akan kami beri waktu kepada Bapak Bupati untuk memberikan tanggapan. Boleh Pak? Pak Bupati akan member tanggpan kepada Pak Ci. Pak Bupati : Terimakasih Pak Ci. Saya Bando Amin, Bupati Kepahiyang, Privinsi Bengkulu. Saya melihat Bapak ini luar biasa sekali. Pemikiram-pemikiran dan semangat Bapak, keberanian Bapak. Tetapi di tempat kami ini. Ini banyak, ada juga entrepreneurentrepreneur. Tetapi, sebagian besar pengusaha perkebunan yang besar, misalnya pengusaha perkebunan sawit, pengusaha perkebunan karet, ini hanya memelihara rakyatrakyat miskin. Nah, ini tentu entrepreneur di Indonesia ini ini harus terarahkan menjadi entrepreneur yang koperatif. Jadi maksudnya kalau kaya itu bersama. Jadi banyak di sini pengusaha itu dia mau kaya tapi iri. Sebab ini mengarah kepada kapitalis. Jadi, dia punya perusahaan tetapi orang ini bekerja sebagai buruh saja. Yang jelas tidak bisa lebih. Contohnya di Bengkulu ini. Investor datang, membangun misalnya perkebunan, konsepnya 4
bagus. Ada plasma segala macam. Tahanya diganti, dibayar mahal, tetapi karena masyarakat kemampuannya kita tahu sangat rendah. Tanahnya sudah beralih, perkebunan juga sudah dia tidak miliki, jadi sekarang tiap generasi ini hanya memelihara penduduk miskin. Nah karena itu ini entrepreneur-entrepreneur yang harus mengarahkan bahwa untuk mengajak suatu usaha itu untuk diberi kesempatan kepada masyarakat itu sendiri sehingga. Suatu contoh misalnya kita membuat perhotelan, kita mampu membayar, menggaji orang itu mahal. Tapi lama orang kita ini jadi rendah karena tidak mempunyai kemampuan itu tadi. Tapi kalau ini diikutsertakan di dalam usaha itu sehingga ini maksudnya entrepreneur yang perlu kita kembangkan lagi supaya mengajak yang lain usaha itu bersama-sama. Ini bagaimana? Tolong ditanggapi Pak… Pak Ciputra : Baik Pak. Kami mengatakan bahwa pendapat Bapak itu pendapat umum yang berlaku sekarang. Suara Bapak dan suara daripada daerah-daerah. Pemimpin daerah semua persoalannya sama dengan Bapak. Sekarang saya akan memberikan altenatif yang lain. Bukan altenatif yang memang sudah diketahui. Saya berpendapat begini Pak. Kita bukan meminta peluang. Kita jangan meminta kesempatan. Kita harus menciptakan kesempatan itu sendiri. Jangan Bapak harapkan orang lain punya belas kasihan kepada kita. Jangan Bapak harapkan orang memperhatikan kita. Tidak pak. Tidak. Bapak harus didik rakyat Bapak menjadi Entrepreneur. Dan dia harus menciptakan peluang tersebut. Bapak sanggup. Mulai dari sampai sekarang. Itu cara pertama yang Bapak lakukan itu bagus. Tapi ada yang lebih baik Pak. Bapak ajarkan mereka untuk sanggup menciptakan lapangan kerja untuk mereka sendiri. Mereka harus rebut hal tersebut. Saya tamat Pak, tidak punya uang apa-apa. Saya sudah bekerja walau saya di sekolah dasar. Saya diajari ayah saya untuk berusaha sendiri. Saya SMP, saya berusaha sendiri. SMA tinggal di Manado. Kemudian saya sudah di Universitas. Universitas saya sudah mempunyai usaha sendiri Pak. Bahwa saya di sekolah, saya diajar menjadi arsitek. Saya tidak mau. Saya tamat tidak mau jadi arsitek. Arsitek mencari pekerjaan. Pekerjaan tergantung dari orang lain. Saya itu tidak mau tergantung pada orang lain bahwa dia itu punya projek, saya harus mengemis minta projek. Tidak. Saya ciptakan kemampuan saya sendiri. Maka saya jadi developer. Saya mulai projek tersebut. Nah, arsitek, saya cari arsitek. Bapak bisa pakai ini Pak. Contoh kami pernah ke Jogja. Bertemu dengan orang. Dengan biaya kami sendiri. Itu kira-kira empat tahun yang lalu. Kami biayai. Seorang anak menganggur. Kami ajarkan bagaimana. Kami berikan buku kami. Untuk Bapak, kami akan kirimkan buku juga. Bagaimana kami memulai usaha kami ini. Ciutra Way. Ajarkan dia menjadi developer. Tanpa modal Pak. Tahun pertama, dia sudah punya penghasilan lima ratus juta. Laba bersih. Bagaimana tanpa modal bisa berusaha untuk maju. Jadi bapak menciptakan mereka untuk mandiri. Mereka, Pak. Mempunyai peluang luar biasa. Bahwa nanti Bapak akan terheranheran. 5
Kami membina TKW. Kami berikan modal buat TKW untuk mulai usaha. Masuk Universitas Ciputra kami berikan modal dari pemprov Jawa Timur. Hanya sebagian yang terpakai. Mereka begitu mandiri. Mereka begitu terharu. Bahwa ada satu ilmu kehidupan yang mereka bisa pakai untuk mereka mandiri mencari pekerjaan. Dan Bapak akan terheranheran. Tapi Bapak harus mulai. Mulai dari taman kanak-kanak Pak. Sampai SMA ajarkan mereka entrepreneur. Mereka akan luar biasa. Bapak tidak akan menyangka kalau kami berbicara dengan TKW sampai mereka nangis-nangis. Mereka mau menyembah kepada kami. Bahwa ada ilmu kehidupan yang mereka tidak tergantung dari orang lain. Itu cara yang lama Pak bahwa pengusaha harus kasih kesempatan pada meeka, kepada para plaster. Tidak. Dari hati, dalam hati mereka, mereka mampu. Mereka mampu Pak. Rakyat Bapak mampu, anak Bapak mampu. Ya, masyarakat mampu kalau mereka punya ilmu tersebut. Sekali lagi Pak. Sekali lagi. Bahwa Bapak mampu dan Bapak menjadi pelopor untuk itu. Bapak coba datang ke sekolah-sekolah kami. Datang ke Universitas Ciputra. Anda akan heran Pak. Mereka masuk bukan lagi mereka belajar teori. Mereka lantas datang ke pasar untuk bagaimana menjual barang. Kalau Bapak tidak ajarkan begitu, mereka tidak bisa menjual barang. Dan memang Pak. Perlu diajarkan mereka. Perlu dilatih. Dan mereka akan berhasil Pak. Jadi ada dua cara. Cara yang pertama yang Bapak terus, teruskan saja Pak. Tetapi cara yang lain. Bapak harus sebab Bapak jadi Bupati. Bapak jadi Bupati bukan karena belas kasihan orang lain. Karena prestasi Bapak, Bapak jadi Bupati. Bukan orang memberi kesempatan Bapak jadi Bupati. Karena prestasi Bapak, Bapak jadi Bupati. Bapak tidak akan, “ini pak, jadi Bupati”, Nggak. Bapak mampu sehingga Bapak jadi Bupati. Jadi, Bapak mesti latih mereka supaya mereka mampu sehingga mereka menjadi Entrepreneur. Mereka mampu membuka warung Pak. Mereka mampu membuka toko Pak. Dan mereka bisa mengolah segala macam itu. Tanah, mereka bisa olah. Mereka akan mempunyai ide bagaimana Pak untuk mengolah kekayaan alam, mengolah kekayaan laut, sampai mereka memancing, tapi memancing dengan cara dan mereka akan menemukan cara mereka sendiri Pak memancing tersebut. Itulah pendapat kami Pak. Terimakasih Pak… Moderator : Baik, terimakasih kepada Pak Ci. Mungkin kita dibatasi oleh waktu Pak. Kami mohon diri dulu. Undur diri dulu ya Pak. Jam sudah menunjukkan jam 11.13. Selanjutnya kita mengikuti sesi yang lebih banyak tentunya bersama Pak Bando yang lebih menarik seperti apa dan bagaimana arah entrepreneur bersama kegiatan sosial untuk bersama bukan hanya investor, namun juga pemerintah serta masyarakat tentunya. Baik, itu dulu Pak Ci dari pembicaraan kita. Terimakasih Pak Ci. Kami pamit dulu. Selanjutnya kita kembali pada sesi materi selanjutnya.
Dr. (H.C.) Ir. Ciputra, Founder dan CEO di Grup Ciputra
6
Pada hari ini kita akan bersama-sama membahas tentang tujuh spirit dari Entrepreneur. Seperti yang terpampang di bagian belakang, tujuh spirit dari entrepreneur ini menjadi jiwa, menjadi napas, menjadi mindset dari Entrepreneur. Beberapa dari bagian-bagian spirit ini. Pernah dibahas, sudah dibahas pada minggu-minggu yang terdahulu. Kita mengulang kembali ketujuh spirit ini kemudian dua di antara tujuh spirit itu akan kita bahas bersamasama. Mengapa perlu tujuh spirit? Karena pada dasarnya entrepreneur terdiri dari tiga bagian yaitu pemahaman, keterampilan, dan jiwa. Jadi ada knowledge, ada skill, ada mindset. Nah, tujuh mindset ini, tujuh spirit ini perlu kita miliki karena bukan hanya pengetahuan, bukan hanya keterampilan yang kita perlukan, tapi kita harus mempunyai jiwa yang mendorong kita. Kita pernah membahas tentang passion di salam etrepreneurship. Kita hari ini akan membahas tentang persistence. Kemudian kita juga akan membahas tentang independence, bagaimana kita bisa bekerja tidak bergantung pada orang lain. Kita juga pernah membahas pada minggu-minggu yang lalu tentang opportunity atau market sensitivity, kreativitas dan inovasi, berani mengambil resiko atau calculated risk taker, dan high ethical standard atau etika seorang entrepreneur. Dari ketujuh hal ini dua yang akan kita bahas pada hari ini. Sebelum saya membahas satu per satu, mungkin juga timbul dari pemikiran bapak ibu sekalian teman-teman semua UC Onliners semua, mengapa kita mengambil tujuh hal ini? Sesungguhnya penelitianpenelitian yang mendalam sudah dilakukan terhadap para entrepreneur. Apa saja yang menjadi ciri-ciri para entrepreneur? Jiwa apa saja yang terdapat dalam seorang entrepreneur? Lalu kita mengadakan pengkajian, kita melakukan riset, kemudian kita membuat matriks dari sekian banyak jiwa, mindset, karakter, spirit entrepreneur, dan kita mengambil tujuh yang di pakai dalam pendidikan di Universitas Ciuptra ini. Jadi, ketujuh spirit ini kita peroleh dari pengkajian-pengkajian, kemudian seluruhnya kita terapkan dalam pembelajaran di Universitas Ciputra ini. Baik bagi para mahasiswa, baik bagi para pasca sarjana, maupun dalam latihan-latihan yang kita lakukan di dalam masyarakat. Kami percaya bahwa jika kita mempunyai ketujuh spirit ini maka perjuangan kita untuk menjadi entrepreneur akan mencapai akhir yang baik. UC Onliners, dari ketujuh hal tadi, kita akan bahas dua, yaitu persistence. Persistence itu artinya mampu tahan uji sampai mencapai garis akhir. Bagaimana kita bisa berjalan, bagaimana kita bisa tahan uji menghadapi cobaan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi banyak rintangan-rintangan supaya kita bisa mencapai tujuan akhir dari perjalanan entrepreneurship. Tahun ini di Universitas Ciputra kita mengambil tema Entrepreneurship Journey. Perjalanan seorang Entrepreneur. Karena sebetulnya ketika kita memulai melangkah, kita berharap kita bisa mencapai garis akhir itu. Nah, masalahnya banyak sekali hal-hal yang menghalangi kita, banyak sekali hal-hal yang merintangi kita, banyak sekali hal-hal yang membuat kita jatuh dan menyerah. Sebab itu saya menyusulkan bahwa untuk menjaga persistence ini, untuk menjaga kemampuan kita mencapai sampai akhir ini kita harus bisa mengelola diri kita sendiri. Kita harus belajar mengelola diri kita, managing self,
7
kelemahan-kelemahan kita kita ketahui, kekuatan-kekuatan kita kita ketahui kalau kita memang lemah dalam sesuatu jangan kita coba-coba masuk ke dalam pencobaan seperti itu. Jadi, self management. Bagaimana jita mengatur diri kita. Dia antara self management ini adalah pengaturan waktu. Yang menarik sekali bahwa setiap orang mempunyai kesegaran yang berbeda-beda. Atau prime time yang berbeda. Ada orang yang disebut orang malam yang hanya pada malam hari lah dia menjadi sangat segar dan sangat efisien. Ada orang yang disebut orang subuh, karena pada subuh, pada dini hari dia sangat fresh dan mampu belajar. Kalau kita belajar satu jam pada prime time kita, maka itu akan mempunyai hasil yang sama dengan beberapa jam pada waktu-waktu yang lain. Jadi kita kenali prime time kita, kita coba atur time management kita, pengaturan waktu kita, dan yang ketiga, yang perlu kita aminkan, yang perlu kita taruh dalam hidup kita adalah goal setting. Kita mau mencapai sasaran apa. Sasaran itu kita tulis, sasaran itu kita coba raih supaya kita bisa mencapainya dengan baik itu. Jadi, dengan menuliskan prime time kita, dengan memilih prime time kita, mengenal prime time kita, kemudian dengan mengatur waktu kita, maka kita bisa membuat diri kita persistence mencapai garis akhir dengan baik. Hal yang ketiga, hal yang ketiga adalah tentang independence. Jadi sesudah passion, persistence, independence. Passion, persistence, independence. Independence adalah kemampuan kita untuk bekerja tidak bergantung kepada orang lain. Apa maksudnya? Jadi, kadang-kadang ketika kita mengerjakan tugas kita sangat bergantung kepada orang. Kita tidak bisa bekerja karena kita masih menunggu pekerjaan mereka. Nah ini sedapat mungkin kita hindari karena kalau bisa kita bekerja hanya bergantung kepada kita. Kecepatannya kita atur sendiri, tidak bisa bergantung kepada orang lain sehingga pekerjaan kita terhambat karena menunggu pekerjaan orang lain. Harus diatur. Task management. Kemudian juga hal yang kedua adalah bagaimana independence dalam diri kita adalah kita bisa mengembangkan diri kita. Di tayangan ini kita melihat ada beberapa hal tentang pola pendidikan abad 21. Pola pendidikan abad 21 dimana kita dituntut mau tidak mau harus belajar sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada sekolah, kita tidak bisa bergantung kepada training. Sekolah dan training akan memperlengkapi kita dengan sangat baik. Tetapi terlalu banyak hal yang harus kita pelajari sendiri. Sebab itu, usul saya, keika kita memikirkan pengembangan diri, coba kita belajar. Pertama adalah bagaimana self study, bagaimana mengembangkan kemampuan kita untuk belajar. Bagaimana mengembangkan kemampuan kita belajar tidak bergantung pada sekolah, tidak bergantung pada lembaga-lembaga training, tapi tergantung kepada resource, sumber-sumber yang tersedia di masyarakat. Misalkan, internet. Misalkan, buku-buku. Misalkan, Koran. Misalkan, televisi. Dan juga seperti kita semua sedang belajar ini UC Online ini menjadi sumber bagi kita untuk belajar sehingga kita bisa mengembangkan diri kita tidak bergantung pada orang lain. Jadi, independence di dalam penyelesaian tugas, independence dalam pengembangan diri, independence dalam mengelola resource-resource yang ada di sekeliling kita akan 8
membuat diri kita semakin kaya sehingga kita bisa mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi. Kembali pada tayangan ini. Di sini ada tayangan pola pendidikan abad 21. Kalau kita melihat pola pendidikan abad 21 ini, maka pada bagian tengah disebut Core. Jadi pendidikan abad 21 memang masih memberikan inti, isi, core daripada keilmuan itu. Tetapi kalau kita lihat pada sisi kanan dan sisi kiri, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari. Pertama, pada pendidikan abad 21 sangat bergantung kepada ICT. Tanpa mengenal ICT, kemampuan mengelola internet, kemampuan mengelola komputer, kita akan sangat ketinggalan. Jadi untuk mencapai pendidikan abad 21, agar pendidikan abad 21 maksimal, kita harus mengerti tentang komputer. Tentang ICT, tentang jaringan. Hal yang kedua ialah life skill. Bagaimana kita mengembangkan life skill? Tadi kita sudah mengatakan bagaimana kita perlu mengembangkan belajar kita, kemampuan membaca kita, kemampuan menulis kita, kemampuan berkomunikasi. Sejak kecil kita belajar membaca, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus mengembangkan kemampuan membaca kita. Sejak kecil kita belajar menulis, tapi sampai dewasa pun kita harus terus belajar menulis. Bagaimana menulis yang baik, mengkomunikasikan ide-ide kita secara tertulis. Sejak kecil kita belajar berbicara, tapi sampai dewasa kita harus mengembangkan kemampuan kita berbicara. Bagaimana berbicara efektif, bagaimana berbicara tepat waktu, bagaimana berbicara memotivasi orang, bagaimana berbicara untuk menjual ide-ide kita. Jadi, life skill itu harus kita kembangkan. Jadi sesudah core, ICT, life skill, maka yang keempat adalah kita harus melihat pada abad 21 ini berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Kita mesti paham yang disebut 21 century content. Apa yang sedang terjadi dalam masyarakat? Tren-tren apa yang sedang terjadi di masyarakat? Perubahan-perubahan apa? Misalkan dalam teknologi, handphone berubah begitu cepat sehingga itu bisa kita pakai. Banyak hal bisa berubah. Kondisi masyarakat, budaya masyarakat, politik, kehidupan, perdagangan, dan lain-lain. Dan kita harus memahami. Tanpa memahami itu kita tidak bisa menjadi seorang yang independen. Kita perlu memahami konten dari abad ke-21 ini. Dan yang terakhir kita juga sebagai seorang yang independen harus mengembangkan kemampuan berpikir. Pada ujungnya kemampuan berpikir kitalah yang akan kita uji. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita menentukan langkah kita ke mana. Jadi, bapak ibu sekalian, persistence, dan independence, dua jari tujuh spirit yang harus kita kuasai disamping tujuh hal yang lainnya yaitu passion, persistence, independence, opportunity, kreatif, berani mengambil resiko, dan etika. Maka hari ini kita membahas tentang persistence dan independence. Saran saya, secara terus menerus marilah kita raih, pahami, taruh adalah hidup kita ketujuh spirit itu. Lalu kita terpkan dalam kehidupan kita terutama dalam pencapaian kita untuk menjadi entrepreneur.
Tony Antonio, Rektor Universitas Ciputra 9
Hari ini saya akan membagikan topik perkuliahan online, berjudul integritas moral dan bagaimana menerapkan kerangka berpikir etis dalam Entrepreneurship. Para UC Onliners, Pak Ciputra pernah menggagas IPE yang sudah diterapkan dalam Grup Ciputra. IPE adalah singkatan dari integritas, profesionalisme dan entrepreneurship. Pak Ciputra pernah menyatakan bahwa, “Integritas sengaja saya taruh sebagai yang pertama karena saya berpendapat bahwa dua nilai utama yang lain yaitu profesionalisme dan etrepreneurship harus di topang oleh integritas”. Mari kalau demikian kita akan coba memahami apa itu integritas moral? Saya akan mengajak para UC Onliners untuk melihat Mitos “The Ring of Gyges”, atau Cincin dari Gyges yang pernah ditulis oleh Plato dalam bukunya Republic. Ceritanya begini: Dahulu kala hidup seorang gembala bernama Gyges dari Libya yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Ia saat itu menggembalakan domba-dombanya di sebuah pegunungan. Pada saat itu tidak lama kemudian terjadilah gempa bumi. Gempa itu mengakibatkan terbukalah sebuah goa di pegunungan. Gyges masuk ke dalam goa tersebut dan di dalamnya ia menemukan sebuah kuburan dengan kuda perunggu yang berisi jenazah seorang pria yang bertubuh besar dengan cincin emas di tangannya. Gyges pun kemudian mengantongi cincin itu. Belakangan ia mengetahui bahwa cincin itu memiliki kekuatan tersendiri. Kekuatan yang mengakibatkan sang pemakai tidak terlihat oleh orang lain. Gyges pun menggunakan kekuatan itu untuk membunuh raja Libya, menggantikannya, bahkan mengawini permaisurinya. Tidak ada bukti atau hukuman atas kejahatannya. Cincin emas dengan kekuatan menghilang itu memang adalah sebuah mitos. Mitos ini pun memberikan ide bagi beberapa film Holywood seperti film Invisible Man, film Lord of The Ring, namun dalam realitas ternyata kekuatan cincin itu juga ada. Cincin itu di jaman sekarang dapat berupa kekuatan uang, sehingga kita dapat menghindari hukuman dengan membayar hakim, jaksa, atau para penegak hukum lainnya. Cincin Gyges itu juga dapat berupa kekuatan kekuatan politik, sehingga kita dapat menghindari diri dari tunduhan kesalahan yang seharusnya kita terima. Juga bisa kekuatan politik dan media masa sehingga hukum dan informasi dapat diputarbalikkan. Atau pun kekuatan teknologi sehingga kita dapat mengaburkan identitas kita atau tidak terdeteksi oleh sistem. Dan lain sebagainya. Jika kesalahan kita tidak dapat terdeteksi oleh orang lain, atau kita dapat luput dari hukuman. Apakah kita akan tetap menjaga kelakuan kita bermoral? Apakah kita akan tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang kita anut? Jika iya, kita akan tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang kita anut, terlepas dilihat oleh orang lain atau tidak, terlepas dari ada hukuman atau tidak, inilah yang kita sebut integritas moral. Ujian integritas moral sesungguhnya diukur bagaimana kita jujur terhadap diri kita sendiri di kala tidak ada orang yang melihat, di kala kita bisa luput dari hukuman, apakah kita tetap setia menjalankan nilai-nilai moral yang kita anut? Tentu bagi umat beragama integritas moral diletakkan juga pada kesadaran bahwa walau orang lain tidak tahu, ada Tuhan yang maha melihat. Pak Ciputra percaya bahwa integritas moral ini adalah bagian yang membentuk karakter seseorang. Suatu fondasi 10
penting untuk berkembang dalam etrepreneurship. Dasar pembentukan karakter kita dan juga dasar bagi kita dapat bekerja sama dengan pihak lain. Sebuah komitmen yang bisa dipegang. Sebuah karakter yang dapat dipercaya oleh konsumen, oleh rekan kerja, oleh para rekan bisnis, oleh pemerintah, dan juga oleh masyarakat luas. Para UC Onliners, selanjutnya mungkin Anda sekalian bertanya, “Kalau demikian bagaimana menentukan apakah suatu tindakan itu etis atau tidak? Bagaimana penerapannya dalam suatu tindakan?”. Di sini ada dua dasar dalam bertindak secara etis. Pertama, dasar utamanya adalah niat atau kehendak baik. Immanuel Kant, seorang filusuf Jerman pernah menyebutkan, Goodwill atau kehendak baik ini adalah sesuatu yang dapat disebut baik pada dirinya. Kita bisa melihat motivasi atau niat ini juga mendasari apakah suatu perbuatan ini baik atau tidak. Misalnya, kita tentu membedakan pembunuhan yang disengaja atau pembunuhan yang sebenernya tidak disengaja sebagai sesuatu yang berbeda bobotnya. Kedua, dasar yang lain adalah manusia memiliki akal budi. Manusia yang hanya mengikuti dorongan spontan keinginannya tanpa merefleksikan atau mengambil jarak terhadap tindakannya, justru mengabaikan kodratnya yaitu akal budi. Karena itu dasar lainnya adalah pertimbangan akal budi ini. Yang pertama kehendak baik itu menyentuh sisi emosional manusia, yang kedua adalah mempertimbangkan akal budi manusia. Kalau demikian, jika kita sudah punya kehendak baik, apa pertimbangan akal budi yang dapat kita lakukan? Ketika harus mengambil keputusan etis dalam etrepreneurship? Di sini saya menawarkan empat langkah praktis yang sederhana. Pertama, identifikasi masalah dengan cermat. Pahami pro dan kontranya. Jangan mengambil sebuah keputusan tanpa memahami persoalan lebih dahulu. Kedua, saya sebut ujian Deontologis. Ujiannya ini adalah sederhana seperti ini. Apakah tindakan itu menghargai harkat manusia dan tidak menjadikan manusia sebgai alat semata? Apakah tindakan moral itu bersifat universal. Contoh tindakan bersifat moral ini dalam bahasa kaidah emas atau yang biasa disebut golden role, Lakukanlah yang Anda Ingin Orang Lain Lakukan ke Anda. Atau dalam bahasa negatifnya, atau dalam bahasa larangannya, Jangan Lakukan yang Anda Tidak Ingin Orang Lain Lakukan ke Anda atau Keluarga Anda. Misalnya sebagai contoh, ada seseorang yang ingin berternak lele. Mengembangkan bisnis dalam berternak lele. Untuk murahnya, orang tersebut ingin kasih makan lele itu bangkai tikus atau pun kotoran manusia. Pertanyaan sederhana mengikuti kaidah emas, apakah Anda atau saudara Anda, atau anak Anda mau dikasih makan lele tersebut sebelum dijual ke konsumen? Apakah Anda sendiri ingin mengkonsumsi produk Anda sendiri itu? Jika tidak, jangan lakukan ke orang lain. Ingat, prinsip etis tidak sama dengan hukum. Umumnya hukum didasarkan pada prinsip moral. Tetapi terkadang bisa saja ada aturan moral yang tidak tercakup dalam hukum. Misalnya memberi makanan kotoran manusia ke lele. Mungkin tidak tercakup ke hukum. Sebaliknya bisa saja tercipta hukum yang tidak universal. Misalnya ada larangan beribadah bagi umat agama tertentu., walau secara moral ini tidak dapat 11
dipertanggungjawabkan. Bisa saja suatu pemerintah tertentu melegalkan aturan yang melanggar prinsip moral tersebut. Pertimbangan etis seseorang harus didasarkan pertamatama pada aspek, atau prinsip moral ini. Yang ketiga, langkah ketiga saya sebut ujian utilitarianisme. Dalam hal ini ujian utilitarianisme hanya menghitung apa benefit atau keuntungan dan apa kerugian bagi berbagai pihak yang terkait? Biasanya disebut juga stakeholder approach. Bayangkan kita tidak hanya menghitung plus minus bagi perusahaan, tapi kita juga menghitung plus minus bagi konsumen kita, bagi rekan bisnis kita, termasuk juga bagi lingkungan kita. Saat ini pendekatan ini biasanya dikenal juga dengan 3P yaitu, People, Planet, Profit. Apa plus minus bagi people, bagi planet, dan apakah itu juga menghasilkan profit sehingga satu venture atau suatu perusahaan bisa berkelanjutan? Bisa menghidupi karyawannya. Kita perlu ingat juga pertimbangan ini tidak hanya dalam bentuk jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Apa yang disebut hindarilah miopia moral atau rabun jauh moral. Terkadang kita melihat hanya keuntungan sesaat, keuntungan jangka pendek, tapi kita melupakan bahwa ini punya kerugian jangka panjang yang besar. Pak Ci selalu mengingatkan seorang entrepreneur itu meng-create nilai sehingga dapat mengubah kotoran menjadi emas. Entrepreneur itu menciptakan nilai, menciptakan benefit bagi konsumennya. Perusahaan layak mendapatkan profit karena menjawab pertanyaan konsumennya, atau menguntungkan konsumennya. Pekerja ingin bekerja di sebuah perusahaan karena mendapatkan benefit dari perusahaan tersebut, sebaliknya perusahaan pun mendapatkan benefit dari kehadiran pekerjanya. Demikian secara sederhana filter utilitarianisme bisa membantu kita juga menghitung plus dan minus dalam suatu tindakan. Dengan tiga filter tadi, tiga step atau tiga langkah yang kita harus lakukan tadi. Maka kita melihat, apakah kira-kira suatu tindakan ini lolos dari filter tersebut? Mohon pertimbangan kita dapat kita hindari apa yang disebut dilema semu. Contoh dilema semu, saya ingin nilai bagus, tetapi tidak mau belajar. Saya ingin cepat kaya, cepat mendapat profit, tapi merugikan orang lain. Kalau kita bisa menimbang bahwa suatu tindakan itu lolos dalam tiga langkah yang sudah kita lakukan tadi ternyata bisa memenuhi tiga langkah tersebut, lakukanlah. Itu sudah sesuai dengan prinsip etis yang kita harapkan. Jika tidak bagaimana? Maka disini perlu kreativitas kita di dalam memecahkan suatu masalah. Pikirkanlah solusi kreatif yang tidak melanggar prinsip moral. Batas-batas adalah sahabat terbaik seorang kreatif dan seorang kreatif walaupun sering berpikir thinking out of the box, tidak akan melanggar prinsip etis. Boleh kreatif, tetapi tidak untuk prinsip moral. Dalam prinsip moral tidak ada yang boleh dilanggar. Justru kreativitas membantu kita untuk memecahkan masalah tanpa harus melanggar prinsip moral. Disitulah tantangan seorang kreatif. Bagi kami, melanggar moral, atau merugikan orang lain bukanlah prinsip, bukan sesuatu yang kreatif, tetapi mungkin akan disamakan seperti maling atau pun benalu. Kreativitas justru menuntut bagaimana penciptaan nilai yang menguntungkan bagi banyak
12
pihak. Jadi dalam hal ini bukan zero surn game. Saya Untung Anda rugi, atau lingkungan dirugikan. Kita juga diingatkan untuk apa yang disebut tindakan preventif. Mari kita lakukan tindakan etis ini dari sejak awal. Dari kita sejak muda. Selesaikan sebuah masalah sebelum membesar. Mari membangun network dan berbuat baik bagi banyak orang. Dengan demikian kita sedang memupuk tindakan-tindakan etis kita menjadi satu habit. Menjadi satu karakter kita sendiri. Saya percaya langkah dalam menjadi karakter bermoral dalam intergritas ini perlu terus dilakukan terus menerus. Hanya dengan komitmen yang terus menerus dan dengan latihan keras langkah berpikir etis dalam pengambilan keputusan, baik di dalam pelbagai studi kasus atau situasi riil, kita dapat membentuk karakter unggul. Setiap tindakan dan kerangka berpikir etis tersebut jika dilakukan terus menerus akan melahirkan kebiasaan dan kebiasaan akan melahirkan karakter bermoral dengan integritas tinggi. Anda bisa dikatakan orang yang dapat dipercaya jika Anda melakukan secara terus menerus menjadi suatu habit dan akhirnya menjadi karakter Anda.
Johan Hasan, Dekan Falkutas Entrepreneurship dan Humaniora Universitas Ciputra
13