Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PENGGUNAAN MIKROORGANISME DALAM PEMBUATAN TEMPE PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 16 BANDA ACEH
Endang Hartati1
Abstrak Secara garis besar, prestasi belajar peserta didik siswa kelas IX SMP Negeri 16 Banda Aceh dalam mengikuti pembelajaran IPA dapat digolongkan masih rendah. Banyak pokok bahasan pada pembelajaran IPA (Biologi) yang belum dapat dicapai secara maksimal. khususnya pada pokok bahasan penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan tempe belum dikuasai secara mendalam. Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu adanya penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam materi penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan tempe. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah dengan penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar, khususnya dalam penguasaan konsep penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan tempe di kelas IX SMP Negeri 16 Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan metode jingsaw dalam meningkatkan prestasi pembelajaran penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan tempe di konstribusi metode karya wisata dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 16 Banda Aceh. Penelitian ditekankan pada masalah proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi siklus, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dokumentasi, dan metode tes. Hasil yang telah diperoleh setelah mengadakan penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 16 Banda Aceh dapat meraih prestasi belajar pada siklus I penguasaan konsep penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan tempe yang lebih baik, sehingga penguasaan konsep rata-rata kelas IX putra. dari 60,38 naik. menjadi 78,46 dan kelas IX putri dari 62,42 naik menjadi 76,67. Dan prestasi belajar pada siklus II khususnya dalam penggunaan metode jigsaw penguasaan konsep penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan tempe yang lebih baik, sehingga penguasaan konsep rata-rata kelas IX putra naik menjadi 88,27 dan kelas IX putri naik menjadi 86,8, ini dapat diartikan bahwa pada putaran demi putaran secara klasikal tampak hasil dari perolehan nilai kuis menggunakan Jigsaw adalah cukup baik. Kata kunci: Model pembelajaran, Prestasi belajar Mikroorganisme, Pembuatan tempe
1
Endang Hartati, Guru SMP Negeri 16 Banda Aceh ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 112
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
PENDAHULUAN
menjadi
Latar Belakang Masalah
demokratis serta bertanggung jawab.
Perkembangan
zaman
diiringi
warga
negara
yang
Dengan demikian sekolah dasar harus
perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga
memberikan
memerlukan sumber daya manusia yang
keterampilan dasar strategis sejak kelas-kelas
berkualitas agar mampu bersaing dengan
awal. Upaya meningkatkan mutu pendidikan
bangsa lain. Berbicara tentang meningkatkan
dasar sembilan tahun ini tidak dapat ditunda-
kualitas sumber daya manusia merupakan
tunda lagi terutama dalam peningkatan mutu
tujuan setiap bangsa dalam menghadapi
proses pembelajaran di Sekolah Menengah
tantangan kemajuan masa depan suatu bangsa.
Pertama pada era globalisasi. Hal ini sesuai
Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah
dengan fungsi pendidikan dasar sembilan
satu faktor yang sangat penting kaitannya
tahun yang tidak lagi semata-mata berfungsi
dengan upaya meningkatkan somber daya
sebagai
manusia. Pendidikan merupakan suatu sistem
melainkan
yang
beberapa
menumbuhkan secara potensial manusia yang
kesatuan
kelak mampu menjadi agen pembaharuan.
di
dalamnya
komponen
yang
fungsional
terdapat
menjadi
yang
satu
saling
bekal
sarana
kemampuan
sosialisasi
sejak
dini
dan
anak
didik,
sudah
harus
berinteraksi,
Untuk mernenuhi tuntutan tersebut
bergantung, dan berguna untuk mencapai
guru perlu memahami tugas dan tanggung
tujuan.
jawabnya. Menurut Amstrong (Nana Sudjana Sekolah menengah pertama sebagai
lanjutan
dari
sekolah
dasar,
sangat
2002:15) dinyatakan bahwa guru mempunyai lima tanggung jawab, yaitu: 1) dalam proses
memberikan landasan yang kuat untuk tingkat
pembelajaran,
pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai dengan
bimbingan siswa, 3) dalam mengembangkan
Undangundang Nomor 20 tahun 2003 tentang
kurikulum, 4) dalam mengembangkan profesi,
Sistem
dan
Pendidikan
Nasional
pasal
3
menyatakan sebagai berikut. Pendidikan
nasional
mengembangkan
5)
2)
dalam
membina
memberikan
hubungan
dengan
IPA
sekolah
masyarakat. berfungsi
kemampuan
Pembelajaran
di
dan
menengah pertama bertujuan agar siswa
membentuk watak serta peradaban
mampu mengenal lebih detil tentang dirinya,
bangsa
yang
dalam
alam sekitar, lingkungan hidupnya, dan alam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
semesta, serta dengan memahami konsep pada
bangsa
bertujuan
untuk
bermartabat
pelajaran
IPA
siswa
diharapkan
dapat
mengembangkan potensi peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan,
agar menjadi manusia yang beriman
dan keterampilan, serta sikap dan nilai yang
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
Maha Esa, berakal mulia, sehat,
dalam kehidupan sehari-hari
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan ISSN 2086 – 1397
Pembelajaran kooperatif (cooperative Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 113
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
learning) merupakan model pembelajaran
hanya dengan cerita. Akhirnya peserta didik
yang
dalm
hanya sebagai pendengar, peserta didik pasif,
kelompok-kelompok kecil untuk membantu
kurang tertarik terhadap materi pembelajaran
satu sama lain dalam belajar dan dihargai atas
yang disampaikan oleh guru, karena materi
prestasi kolektif mereka. (Slavin 1995:2;
pembelajaran disampaikan secara abstrak.
Cruickshank, Bainer, dan Metcalf, 1995:205).
Kurangnya
Pembelajaran kooperatif bukan merupakan hal
bangun datar segi tiga yang berakibat prestasi
baru dalam pendidikan. Banyak metode
belajar siswa akan berdampak negatif.
di
dalamnya
pembelajaran
siswa
kooperatif
bekerja
yang
telah
pemahaman
Untuk
terhadap
mendesain
konsep
kegiatan
dikembangkan oleh para pakar. Sebagai
pembelajaran yang dapat merangsang hasil
contoh adalah metode Student Team-Learning
belajar yang efektif dan efisien dalam setiap
yang terdiri atas STAD (Student Teams
materi
Achivement Divasions), TGT (Teams-Games-
penyampaian yang tepat dan pengorganisasian
Tournament),
materi yang tepat. Metode pembelajaran yang
Jigsaw
II,
LT
(Learning
pelajaran
mendorong
1995:7-8);
(Team-Assisted-
pembelajaran adalah metode pembelajaran
Individualization) dan Cooperative Integrated
jigsaw, discovery, inquiry, eksperimen, dan
Reading and Composition (CIRC) (Slavin
brainstorming. Metode yang diharapkan agar
1997:285-286); serta Structural Approach
siswa mampu menemukan dan memahami
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan.
konsep
Secara garis besar, prestasi belajar
atau
aktif
prinsip
dalam
metode
Together), GI (Group Investigations) (Slavin TAI
siswa
memerlukan
secara
proses
cooperative
learning adalah metode pembelajaran Jigsaw.
peserta didik siswa kelas IX SMP Negeri 16
Seperti
pemikiran
di
atas
maka
Banda Aceh dalam mengikuti pembelajaran
pengajaran di dalam kelas juga memiliki aspek
IPA dapat digolongkan masih rendah. Banyak
yang
pokok bahasan pada pembelajaran IPA yang
ketergantungan.
belum dapat dicapai secara tuntas, khususnya
kemampuan serta cara berfikir sendiri dalam
pada
penggunaan
menyelesaikan masalah. Pendekatan jigsaw
dalam pembuatan tempe
dikembangkan untuk memberikan satu cara
pokok
mikroorganisme
bahasan
belum dikuasai secara mendalam.
bervariasi
dalam
materi
Setiap siswa
saling
mempunyai
menyampaikan/
kemampuan masing-masing siswa. Berangkat dari latar belakang masalah,
penggunaan
maka penelitian ini diajukan dengan judul
mikroorganisme dalam pembuatan tempe, dan
"Penerapan Model Pembelajaran dengan
sering terjadi anggapan oleh guru bahwa
Metode
materi yang diajarkan sangat mudah sehingga
Meningkatkan
Prestasi
penyajian materi pelajaran tersebut cukup
Penggunaan
Mikroorganisme
ISSN 2086 – 1397
pelajaran
prinsip
belajar yang saling menghargai terhadap
penerapan metode mengajar yang kurang tepat pada
berdasarkan
untuk membuat kelas sebagai suatu komunitas
Hal ini dikarenakan sebagian guru kurang
sama,
Pembelajaran
Jigsaw
dalam
Belajar
Materi Dalam
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 114
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
Pembuatan Tempe pada Siswa Kelas IX ".
kualitas pembelajaran, menambah
(Suatu penelitian di SMP Negeri 16 Banda
kreatifitas
Aceh semester 2 tahun pelajaran 2012/2013)
model pembelajaran.
dalam
menentukan
c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan
Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas dapat
dapat
dikembangkan
dalam
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
pembelajaran pada mata pelajaran
"Apakah dengan penerapan metode Jigsaw
yang lain
dapat
meningkatkan
khususnya
dalam
penggunaan
prestasi
belajar,
KAJIAN PUSTAKA
penguasaan
konsep
Kajian Teori
mikroorganisme
dalam
1. Metode Pembelajaran Jigsaw
pembuatan tempe di kelas IX SMP Negeri 16
a.
Banda Aceh?"
Learning)
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Tujuan Penelitian
Banyak upaya agar proses belajar
Sesuai dengan rumusan masalah, maka
mengajar
berlangsung
secara
optimal
tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh
dilakukan. Model pembelajaran kooperatif
mana
dapat
salah satu alterriatiftlya. Model ini terutama
meningkatkan prestasi belajar siswa pada
sangat bermanfaat untuk pemahaman konsep-
materi penggunaan mikroorganisme dalam
konsep matematika yang sukar dipahami
pembuatan tempe di kelas kelas IX SMP
siswa.
Negeri 16 Banda Aceh.
kooperatif (cooperative learning) adalah suatu
Manfaat Penelitian
strategi
1.
penerapan
metode
Jigsaw
Manfaat Teoritis
prinsipnya
yang
pembelajaran
melibatkan
pembentukan
kelompok. Kerja kelompok merupakan bagian
Bagi para pengembang pengetahuan,
dan bukan hanya sekedar cara untuk mencapai
hasil penelitian ini diharapkan dapat
tujuan. Tujuan dari belajar kooperatif. adalah
digunakan
pencapaian
sebagai
acuan
untuk
hasil
penelitian lebih lanjut, khususnya dalam
keberagaman
mendesain
(Arenda, 2001:315).
metode
pembelajaran
di
Sekolah Menengah Pertama.
2.
Pada
dan
belajar,
penerimaan
keterampilan
sosial.
Candler (1995:6) menyatakan bahwa melalui pembelajaran kooperatif siswa secara
Manfaat Praktis
a. Bagi siswa dapat meningkatkan
aktif bekerja bersama dalam lingkungan yang
prestasi belajar dan mendorong
saling memperhatikan dan nilai mereka juga
untuk
meningkat karena masing-masing siswa dapat
aktif,
kemampuan
mengembangkan dan
keterampilan
dalarn proses pembelajaran.
b. Bagi guru sebagai bahan kajian dan acuan
dalam
meningkatkan,
menguasai
dan
menguasai
konsep dengan lebih baik. Lebih lanjut, Slavin (1995:2) menyatakan bahwa selain adanya peningkatan pembelajaran
ISSN 2086 – 1397
keterampilan
dalam
prestasi
kooperatif
juga
belajar, dapat
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 115
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
menyebabkan peningkatan dalam hubungan
anggota tim mempelajari hal
interkelompok, penerimaan terhadap teman
yang berbeda dan mengajarkan
sekelas yang memiliki kekurangan secara
pengetahuan
akademis,
anggota. timnya.
peningkatan
kesempatan
self-esteem,
untuk
belajar
serta
berfikir,
3) Belajar
mereka
kooperatif
pads
merupakan
memecahkan masalah, mengintegrasikan dan
pendekatan yang padat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
mengajak kelompok berdiskusi
Menurut
Slavin
(1995:9)
"belajar
yang
paling lama 15-20 merit.
kooperatif didefinisikan sebagai suatu tehnik
4) Belajar kooperatif memerlukan
yang melibatkan siswa untuk bekerja sama
dan
dalam kelompok yang heterogen". Strategi
kemampuan komunikasi siswa.
pembelajarannya
Kesuksesan
dalam
kelompok
sistematik dapat digunakan dalan berbagai
tergantung
pada
interaksi
jenjang pendidikan dan semua materi. Semua
anggotanya.
metode
belajar
yang
terstuktur
kooperatif
dan
melibatkan
mengembangkan
5) Belajar
kooperatif
pengaturan siswa oleh guru menjadi kelompok
menyeimbangkan ketergantungan
sehingga kelompok ini mewakili susunan kelas
antar kemampuan individu.
dalam hal tingkat kemampuan, jenis kelamin
6) Belajar
kooperatif
dan etnis. Jumlah anggota, ini beragam,
perbedaan
menurut Slavin (1995:9) terdiri dari 4-6 siswa,
kelas.
menumt Manning dan Lucking (1992:69) terdiri
4-5
siswa,
sedangkan
merespon
(deversitas)
dalam
Belajar dalam cooperative learning ini
Maltby
mengindikasikan ada dua elemen yang dapat
(1995:410) anggota tiap kelompok berkisar 3-
meningkatkan prestasi siswa, yaitu tujuan
8 siswa. Wolf (2002:2) mencirikan belajar
kelompok dan tanggung jawab individu.
kooperatif
Kelompok-kelompok kecil ada ketergantungan
yang berbeda
dengan belajar
tradisional sebagai berikut.
yang positif, bekerjasama guna mendapatkan
1) Belajar kooperatif lebih terstuktur dan
2)
difokuskan
hasil bersama. Jika para siswa tidak membagi
untuk
ide dan strategi, mereka akan kehilangan
meyakinkan bahwa belajar sudah
pertumbuhan pemahaman yang sesungguhnya
berlangsung dengan benar.
diperoleh dari pembagian tersebut. Setiap
Belajar kooperatif menciptakan
anggota dalam satu kelompok harus dapat
komunitas kelas yang melibatkan
mengerjakan satu tugas khusus yang diberikan
siswa
guru.
dalam
satu
jenis
ketergantungan yang melibatkan setiap
orang
mencapai.
bekeda
tujuan
untuk bersama,
Kesempatan
diberikan
pada
tiap
anggota kelompok agar dapat memberikan sumbangan
pada
kelompoknya.
Suatu
mungkin juga sesekali setiap ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 116
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
kelompok
yang
bekerjasama,
tanpa
pembelajaran adalah suatu cara yang disusun
mengerjakan tugas yang berbeda, belum
secara sistematik yang dapat digunakan atau
menunjukkan keuntungan prestasi akademik
dipilih oleh guru untuk menyajikan materi
yang signifikan.
pelajaran
Guru
berperan
konsultan atau pembimbing,
sebagai
mengalirkan
masalah yang dikembalikan pada, kelompok
keekfektifan
telah ditetapkan. Ada beberapa metode dalam model
b. Metode Pembelajaran Jigsaw
pembelajaran kooperatif,di antaranya adalah
Ada banyak cara belajar, sehingga metode
mengatur
siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan yang
untuk dipecahkan lagi.
dibutuhkan
dan
pembelajaran
metode
jigsaw,
yang
pada
hakekatnya
yang
melibatkan tugas yang memungkinkan siswa
berbeda pula. Dengan banyaknya ragam
saling membantu dan mendukung satu sama
metode pembelajaran yang ada, temyata
lainnya
masing-masing
tersebut. Dalam model pembelajaran ini siswa
metode tersebut
memiliki
dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu,
akan
ketepatan metode pembelajaran yang dipilih
memiliki tujuan yang sama, mempunyai
memainkan penerapan penting dan utama
tanggung jawab dalam meteri yang dihadapi,
dalam
belajar
saling membagi tugas dan tanggung jawab
siswa. Menurut Atwi Soeparman (1993:45)
yang sama besarnya dalam kelompok, belajar
"metode adalah cara yang didalam fungsi
kepemimpinan
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan".
mempertanggungjawabkan
Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara
materi yang dibahas dalam kelompok. Jigsaw
dalam menyajikan (menguraikan, memberi
merupakan
contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran
kooperatif yang dikembangkan pertama kali
kepada, siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
oleh Aronson pada tahun 1971 (Aronson
meningkatkan
kompetensi
memiliki
persepsi
bahwa
mereka
sementara
salah
satu
secara
bentuk
merka individu
belajar
Menurut Wasti Soemanto (1998:102)
2000:443)
"metode
"metode mpembelajaran merupakan salah satu
digunakan
untuk
cara yang diperlukan guru dalam mengadakan
keragaman yang terdapat di sekolah Austin,
komunikasi
saat
Texas". Keadaan yang digambarkan oleh
berlangsungnya pembelajaran". Selanjutnya
Aronson sebagai akibat kekacauan karma
Dahlan
kan
kecurigaan dan persaingan antar siswa yang
"pembelajaran dalam arti luas adalah sebagai
berbeda ras. Keadaan tersebut didukung jugs
suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
oleh sistem pengajaran saat itu yang lebih
lingkungan
sebaik-baiknya
menekankan sikap kompetitif antar siswa..
menghubungkan
dengan
dengan
(1992:22)
siswa
pada
mengemuka
siswa,
dan sehingga
terjadi proses belajar".
Aronson
pembelajaran mengatasi
mengembangkan
jigsaw
ini
masalah
untuk
mengatasi masalah tersebut.
Dari pendapat-pendapat tersebut di
Langkah-langkah dalam menggunakan
atas dapatlah dikemukakan bahwa metode
model pembelajaran Jigsaw dalam proses
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 117
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) semua
dapat dideskripsikan sebagai berorientasi
siswa dalam kelas dibagi dalam kelompok-
produk
kelompok dengan anggota sekitar 5 siswa; 2)
kemampuan standar. Hasilnya berupa
setiap kelompok diberi lembar kegiatan berisi
kemampuan (Kagan, 1985:75).
pertanyaan-pertanyaan dengan
jumlah
yang
anggota
dan
dihitung
dengan
tes
disesuaikan
2) Jigsaw menitikberatkan pada penguasaan
kelompoknya,
materi meskipun juga melibatkan belajar
sehingga setiap anggota kelompok berusaha
keterampilan interpersonal.
menjawab satu pertanyaan dan memahaminya
3) Jigsaw menekankan elemen kerjasama dan
betul; 3) anggota kelompok yang sudah bisa
berbagi (saling bertukar pengetahuan).
menjawab
menjelaskan
Saling ketergantungan yang sangat positif
kepada anggota lain dalam satu kelompok
tedadi dalam kelompok karena pembagian
yang
hasil-hasil
materi belajar ke dalam komponen yang
pemahaman setiap anggota kelompok dalam
terpisah menjadi bagian yang penting dari
bentuk
guru
metode ini sehingga Jigsaw memberikan
membimbing diskusi kelompok dan diskusi
kesan yang setara pada semua siswa
kelas untuk mendapatkan kesimpulan akhir; 6)
karena semua siswa mempunyai peran
diberikan tes kooperatif sebagai ulangan
yang penting dan unit pada kelompoknya.
harian.
Oleh karena, itu komunikasi antar siswa
dan
sama;
memahami,
4)
dirumuskan
kesimpulan
bersama;
Pelaksanaan
proses
5)
evaluasi
dan
menjadi sangat kompleks dan penting. Hal
penildian metode Jigsaw meliputi pelaksanaan
ini
kuis
ketergantungan antar siswa yang tinggi.
individual
dan nilai perkembangan
menyebabkan
terjadinya
individu (Kagan 1985:71; Arends 1997:139).
4) Dengan Jigsaw semua materi dapat
Pelaksanaan kuis individual berlangsung kira-
terselesaikan dalam waktu yang relatif
kira setelah satu kali pembelajaran Jigsaw
lebih singkat dibandingkan dengan metode
selesai. Dalam pelaksanaan kuis individual
yang lain.
akan menentukan keberadaan seorang siswa dalam
kelompok
dan
Dengan adanya berbagai kelebihan.
keberadaan
Jigsaw tersebut, maka permasalahan siswa
kelompoknya di antara kelompok-kelompok
yang nantinya akan muncul saat pelaksanaan
lain. Tujuan utama dengan adanya nilai
Jigsaw akan dapat teratasi, dan keuntungan
perkembangan
bagi siswa adalah siswa dapat meningkatkan
individu
adalah
untuk
memberikan hasil akhir yang maksimal pada
kompetisinya
dalam
setiap peserta didik.
meningkatkan
rasa
Kelebihan
Jigsaw
dibandingkan
kebersamaan,
serta saling
menghargai, percaya diri dan sosial yang
metode yang lain dalam cooperative learning
tinggi.
adalah sebagai berikut.
2. Prestasi Belajar
1) Jigsaw lebih meningkatkan pengetahuan
pembelajaran
Prestasi
merupakan
konsep
yang
umum dan keterampilan dasar siswa yang ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 118
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
bersifat multi-aspek. Konsep prestasi merujuk
perilaku
pada keterampilan dan kemampuan yang
mengakibatkan siswa memiliki penguasaan
dikembangkan seseorang pada derajat di mana
terhadap
seseorang efektif dengan transaksinya dengan
disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar
lingkungan
untuk
dan
pada
seberapa
sukses
akibat
kegiatan
materi
mencapai
belajar
pembalajaran
tujuan
yang
pembelajaran.
seseorang menampilkan sesuatu. Menurut Mc.
Pemberian tekanan pengimsaan materi akibat
Ashan
kompetensi
perubahan dalam diri siswa setelah belajar
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
diberikan yang didefinisikan hasil belajar
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh
yang telah menjadi bagian dari dirinya,
pelajar
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
yang ditetapkan.
(Mulyasa
2006:38),
dalam
mengikuti
proses
belajar
sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch dan
Berdasarkan berbagai definisi tersebut
Cruinkilton (Mulyasa 2006:38) mengartikan
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar
kompetensi
adalah kompetensi siswa terhadap meteri
sebagai
penguasaan
terhadap
tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
pelajaran sebagai akibat
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
perilaku setelah mengikuti proses belajar
Selanjutnya
2006:38)
mengajar berdasarkan tujuan pembelajaran
menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang
yang ingin dicapai. Hasil belajar itu akan
terkandung dalam konsep kompetensi yaitu a)
diukur dengan sebuah tes.
Gordon
(Mulyasa
pengetahuan, b) pemahaman, c) kemampuan, d) nilai, e) sikap dan f) minat.
umum
itu
menghasilkan
lainan,
seperti
pengetahuan
,
sikap,
pengetahuan
keterampilan, kemauan, iformasi, dan nilai.
disipliner yang spesifik. Sementara itu, nilai
Berbagai macam tingkah laku yang berlain-
merupakan suatu prinsip abstrak mengenai
lainan inilah yang disebut kapabilitas sebagi
perilaku di mans anggota kelompok merasakan
hasil belajar. Terdapat 5 (lima) kategori
sebuah komitmen positif yang kuat dan
kapabilitas hasil belajar, yaitu a) keterampilan
emosional dan memberikan standar dalam
intelektual,
menilai tindakan atau tujuan tertentu. Nilai
informasiverbal, d) keterampilan monotorik,
menciptakan
dan e) sikap (Nana Sudjana 2002:45-46).
konteks
dan
belajar
berbagai macam tingkahlaku yang berlain-
Pengetahuan dapat dibagi menjadi pengetahuan
Berarti
dari perubahan
bagi
pengguanaan
kemampuan dan aplikasi pengetahuan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa
prestasi
merupakan
b)
strategi
kognitif,
c)
Kompetensi belajar matematika khususnya bangun datar segi tiga dalam tulisan ini diartikan
kemampuan
yang
mencakup
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
penguasaan perilaku kognitif, epektif dan
nilai, dan sikap yang direfieksikan dalam
psikornotorik yang dapat ditampilkan sebagai
kebiasaan berfikir dan bertindak. Perubahan
hasil
ISSN 2086 – 1397
belajar
IPA.
Perilaku
kognitif
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 119
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
ditampilkan
sebagai
perilakupsikomotorik
sikap
ilmiah
ditampilkan
dan
khususnya
sebagai
materi
penggunaan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
keterampilan proses.
pada siswa kelas kelas IX SMP Negeri
Kerangka Berpikir Penelitian
16 Banda Aceh.
Agar ditujukan
kerangka
untuk
pemikiran
mengarahkan
yang
2. Metode Jigsaw dalam pembelajaran
jalannya
materi
penggunaan
mikroorganisme
penelitian tidak menyimpang dari pokok
dalam pembuatan tempe pada siswa
permasalahan, maka tindakan pemecahan
kelas kelas IX SMP Negeri 16 Banda
untuk meningkatkan prestasi belajar IPA
Aceh dapat diimplementasikan.
khususnya
pokok
bahasan
penggunaan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
METODOLOGI PENELITIAN Bentuk dan Strategi Penelitian
pada siswa kelas kelas IX SMP Negeri 16
Berdasarkan masalah yang diajukan
Banda Aceh dalam penelitian ini adalah
dalam penelitian ini lebih menekankan pada
menggunakan metode Jigsaw.
masalah proses, maka jenis penelitian ini
Hipotesis Tindakan
adalah penelitian tindakan kelas
dengan
strategi
Adapun
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
menggunakan
siklus.
berfikir, maka dapat diajukan hipotesis sebagai
rancangan
berikut.
perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4)
1. Penerapan
metode
Jigsaw
meningkatkan prestasi
dapat
belajar IPA
refleksi.
penelitiannya
Penelitian
meliputi
tindakan
kelas
:
1)
yang
dilaksanakan
Pelaksanaan
Perencanaa n
Perencanaa n
Konsep Materi I
Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi
Konsep Materi II
Pelaksanaan Dan seterusnya Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 120
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
teknik observasi langsung, sesuai dengan
Data dan Sumber Data Data penelitian dalam penelitian ini
keterlibatan peneliti dilakukan sejak observasi
berupa informasl mengenai penerapan metode
tak berperan, observasi berperan sampai
jigsaw di SMP dalam upaya meningkatkan
observasi berperan aktif. Kegiatan yang
prestasi belajar IPA. Data tersebut digali tiga
dilakukan selama observasi yaitu, mengamati
sumber yaitu:
secara cermat, mencatat, mempelajari dan
1. Peristiwa diperoleh dari : a) proses
menghayati pertemuan di kelas,
metode
sosialisasi metode jigsaw di sekolah kepada
Jigsaw yang diterapkan, dampak prestasi
guru, dan b) proses pembelajaran dengan
siswa, dan peningkatan pembelajaran di
penerapan metode jigsaw di sekolah, c)
sekolah.
proses dalam upaya meningkatkan prestasi
3. Mengkaji Dokumen Arsip
belajar siswa .
Teknik
ini
dilakukan
berkaitan
2. Sumber informan berasal dari : a) siswa
dengan sumber yang berasal dari arsip surat
kelas IX yang diajar menggunakan metode
keputusan, buku sumber yang relevan, hasil
jigsaw, dan b) guru kelas IX, mata
penelitian dan kritisi terhadap guru, terutama
pelajaran IPA.
siswa kelas IX yang diajar menggunakan
3. Sumber data arsip atau dokumen, diperoleh
metode Jigsaw dan guru mata pelajaran IPA
dari : a) dokumen atau arsip dari guru
sebagai informan utama, tidak semua orang
tentang prestasi belajar siswa dan efektifitas
dalam
sikap
informan. Sebab yang diteliti hanya informan
siswa
penggunaan
dalam
pembelajaran
mikroorganisme
dalam
yang
diteliti
menjadi
ekspert. Informan ekspert adalah orang-orang
pembuatan tempe dengan menggunakan
yang
metode jigsaw, dan b) dokumen atau arsip
mengetahui, menguasai dan banyak terlibat
sekolah.
dalam kegiatan yang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
1.
lembaga
jawab,
benar-benar
4. Metode Tes
Wawancara Mendalam Keterampilan
bertanggung
Dalam penelitian ini tes digunakan mengorek
untuk memperoleh data tentang pemahaman
kebenaran sumber wawancara diperlukan,
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
karena informan dan responder memiliki dan
penggunaan
mempunyai
untuk
pembuatan tempe. Hasilnya digunakan acuan
Untuk
untuk
penelitian
peneliti
wewenang (Sutopo
sumber 2002:52).
melihat
mikroorganisme
kemajuan
siswa
dalam
dalam
memperoleh sumber yang menyeluruh akan
mengikuti proses pembelajaran, serta untuk
dilakukan heuristik. Informan sebagai nara
menganalisis
sumber mempunyai peranan penting.
berikutnya.
2.
F. Uji Validitas Data
Observasi Langsung Observasi
dilakukan
merefleksi
tindakan
secara
Data hasil penelitian dikumpulkan
langsung dan tidak langsung. Pelaksanaan
melalui observasi, studi dokumentasi dan
ISSN 2086 – 1397
akan
dan
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 121
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
achievement kompetensi
test yang
pelaksanaan pembelajaran
untuk
mengetahui
diharapkan
dengan
Jigsaw
dalam
metode penggunaan
berkaitan. Derajat validasi juga dapat dicapai melalui
trianggulasi
data
dengan
mikroorganisme
menyilangkan antara data dengan sumber.
dalam pembuatan tempe. Untuk pemeriksaan
Jawaban dari seorang informan (ekspert)
keabsahan data dilakukan menggunakan cara
yang diperoleh dari wawancara, dicek lagi
yaitu triangulasi dan auditing.
dengan data dokumenter (ini yang disebut
Untuk kepentingan keabsahan data,
trianggulasi), kalau perlu diulangi lagi dengan
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi,
wawancara, observasi dan dokumen lain,
yaitu pengujian validims data dengan cara
sehingga
membandingkan dan mengecek balik derajat
sesungguhnya.
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
Teknik Analisa Data
ditemukan
kenyataan
yang
melalui waktu dan alai yang berbeda, dengan
Sajian data mengenai implementasi
metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan
metode Jigsaw yang digunakan dalam upaya
jalan:
hasil
meningkatkan prestasi belajar penggunaan
pengamatan dengan data hasil wawancara; 2)
mikroorganisme dalam pembuatan tempe,
membandingkan apa yang dikatakan orang di
dianalisis untuk pengembangan karakteristik
depan umum dengan apa yang dikatakan
data atau kategori data. Disamping itu analisis
secara pribadi; 3) membandingkan apa yang
dilakukan juga untuk memperoleh reduksi
dikatakan orang tentang .situasi penelitian
data. Seleksi data dilakukan dengan teknik
dengan apa yang- dikatakannya sepanjang
analisis dalam rangka mendapatkan sajian data
waktu; 4) membandingkan keadaan dan
penelitian untuk dilakukan penarikan simpul
perspektif
vertifikasi. Penarikan kesimpulan melalui
1)
membandingkan
seseorang
data
dengan
berbagai
pendapat dan pandangan orang di berbagai
verifikasi
tingkatan;
hasil
permasalahan penelitian. Proses analisis dapat
wawancara dengan isi suatu dokumen yang
digambarkan dengan skema sebagai berikut:
5)
membandingkan
dalam
rangka
menjawab
Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Penarikan simpul Verifikasi
Gambar Proses Analisis Data ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 122
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
latihan baik disekolah maupun di rumah.
Prosedur Penelitian Berkenaan dengan pokok permasalahan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap
yang dirumuskan dalam judul penelitian ini
ini antara lain : a) pengumpulan data, dan b)
serta uraian masalah yang telah dirumuskan,
mempersiapkan dan merencanakan penerapan
maka jenis data yang akan dikumpulkan
metode Jigsaw untuk materi penggunaan
adalah prestasi belajar siswa pada penggunaan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe.
mikroorganisme dalam pembuatan tempe.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Prestasi belajar yang dimaksud adalah data
a. Tahap informasi : penyampaian
hasil/prestasi belajar dari kelompok siswa
mengenai kompetensi dasar dan
yang dijadikan, eksperimen, oleh karena itu
indikator,
teknik pengumpulan data yang digunakan
membentuk kelompok kooperatif.
adalah tes. Penulis menggunakan, instrumen
b. Tahap pelaksanaan : pembagian
sebagai
pengumpul
data
berupa
lembar
tugas
materi
kelompok
pembelajaran,
ahli
dengan
observasi yang dilakukan oleh peneliti berupa
memberikan
lembar pertanyaan yang hares diisi oleh guru
membaca tugas/LKS yang menjadi
guna mengetahui peningkatan prestasi belajar
tanggung
siswa
pada
mikroorganisme
materi
diskusi
awal (home group), dan pelaporan.
c. Tahap,
Dalam. penelitian tindakan kelas ini,
menggunakan metode Jigsaw dengan tujuan
jawabnya,
ahli
kelompok ahli , dikusi kelompok
dalam pembuatan tempe
peneliti dalam melaksanakan pembelajaran
para
-
penggunaan
melalui metode Jigsaw dalam pembelajaran.
LKS,
Evaluasi
:
kuis,
nilai
peningkatan individu dan tim. 3. Tahap Observasi
a.
Tindakan guru memonitor selama
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
proses pembelajaran berlangsung,
kelas kelas IX SMP Negeri 16 Banda Aceh
yaitu
khususnya dalam penguasaan konsep materi
pembelajaran
penggunaan
mikroorganisme dalam pembuatan
mikroorganisme
dalam
pembuatan tempe. Adapun secara singkat tindakan akan dibagi tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. 1. Tahap Perencanaan
mengamati
proses penggunaan
tempe
b.
Membantu siswa jika ada yang mengalami kesulitan
4. Tahap Refleksi Sebelum mengadakan refleksi dan evaluasi peneliti hares mengetahui hasil yang
Anak yang mengalami kesulitan pada
dilakukan. Kemudian mengadakan reflesi dan
pokok bahasan penggunaan mikroorganisme
evaluasi dari kegiatan a, b, c bila hasil refleksi
dalam pembuatan tempe adalah anak yang
dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya
motivasi belajarnya rendah dan kurang siap
peningkatan kompetensi belajar khususnya
dalam menerima pelajaran, juga kurang ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 123
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
dalam
penguasaan
konsep
penggunaan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe pada
1. Siklus I a. Tahap Perencanaan
siswa kelas IX maka tidak perlu dilanjutkan
Sebelum, dibuat rencana tindakan maka
pada siklus II. Namun jika belum menunjukan
diadakan identifikasi siswa sebagai subyek
adanya
penelitian.
peningkatan
khususnya
kompetetisi
dalam
dasar
informasi
dan
konsep
dokumen diperoleh sebanyak 33 siswa putri
dalam
dan 26 siswa putra, masih banyak dibawah
pembuatan tempe siswa kelas IX maka perlu
rata-rata dalam mata. pelajarn IPA secara
dibuat siklus II yang meliputi : tahap
konkrit karena dalam pembelajaran pembuatan
perencanaan
tempe
penggunaan
penguasaan
Berdasarkan
mikroorganisme
tindakan,
tahap
pelaksanaan
menggunakan
metode
ekspositoril
tindakan, tahap observasi tindakan, dan tahap
ceramah. Sehingga guru perlu menerapkan
refleksi.
Dernikian juga untuk siklus III,
metode Jigsaw agar siswa dapat memahami
selanjutnya sampai prestasi belajar meningkat.
konsep penggunaan mikroorganisme dalam
HASIL PENELITIAN DAN
pembuatan tempe dengan konkrit. Hasil
PEMBAHASAN
kompetensi belajar siswa sebelurn penerapan
Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
metode Jigsaw dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Hasil Analisis Nilai Penguasaan Kosep Penggunaan Mikroorganisme dalam Pembuatan Tempe Sebelum Perlakuan N
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Std. devation
Sebelum perlakuan pi
33
50
70
2060
62,42
6,746
Sebelum perlakuan pa
26
30
70
1570
60,38
9,265
Valid N (listwise)
Dari hasil pengamatan dan analisis dapat diketahui bahwa prestasi siswa Negeri 16 Banda
SMP
Aceh pada pelajaran
matematika khususnya penguasaan konsep penggunaan
mikroorganisme
kompetensi belajar digunakan pembelajaran menggunakan metode Jigsaw. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan
rencana
dalam
menggunakan
pembuatan tempe masih rendah terbukti dari
menanarnkan
nilai rata-rata kelas IX putri 62,42 dan rata-
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
rata kelas IX putra 60,38, serta masih
dengan penyajian materi dengan demonstrasi
banyaknya
menggunakan media gambar agar siswa
siswa
yang
belum
tuntas
belajarnya, sehingga untuk meningkatkan ISSN 2086 – 1397
lebih
mudah
metode
pembelajaran
konsep
memahami
Jigsaw
guru
penggunaan
konsep
dan
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 124
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
pembelajaran lebih bermakna. Adapun cara yang dilakukan. adalah : 1) menyampaikan materi
secara
lisan
tertulis,
Mengadakan refleksi untuk tindakan yang
2)
telah dilaksanakan apakah berhasil dan efektif
pembuatan
dalam meningkatkan prestasi pembelajaran
tempe, 3) memberikan informasi tentang
dengan menggunakan metode Jigsaw. Guru
jenis-jenis mikroorganisme, 4) memberikan
selaku
informasi
penggunaan
menginformasikan
dan
d. Tahap Refleksi
definisi
tentang
penggunaan
peneliti
perlu
media
dalam
pembelajaran
dengan
meminta siswa duduk dalam tatanan kerja
mengevaluasi siswa
kelompok kooperatif sambil mengingatkan
pertanyaan-pertanyaan lisan seputar indikator
keterampilan
pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian
yang
akan
guru
sesuai
mikroorganisme dalam pembuatan tempe, 5)
kooperatif
konsep,
kreatif
mengamati
dan
dengan memberikan
dilakukan, 6) pembagian tugas kelompok
guru
ahli dengan memberikan. LKS, 7) para ahli
kelompok yang bekerja bagus (acuan guru
membaca tugas/LKS yang menjadi tanggung
adalah hasil pengamatan aktifitas siswa dalam
jawabnya, 8) diskusi kelompok ahli, 9)
keterampilan kooperatif) dan dilanjutkan
diskusi kelompok asal, 10) setelah kelompok
dengan mengadakan response/kuis secara
berdiskusi dilanjutkan presentasi/pelaporan
tertulis
hasil dari masing-masing kelompok, dan 11)
kompetensi yang diharapkan dapat dikiiisai
guru memberikan apresiasi terhadap hasil
siswa. Nilai tersebut dicatat guru dan peneliti
presentasi/pelaporan
yang
masing-masing
memberikan
untuk
penghargaan
mengetahui
dipakai
sebagai
sejauh
dasar
kepada
mana
analisis
kelompok.
perkembangan prestasi belajar bangun datar
c. Tahap Observasi
segi tiga siswa kelas IX SMP Negeri 16
Peneliti mengamati siswa pada waktu
Banda Aceh dari setiap pertemuan ke
pembelajaran. Apakah dengan melakukan
pertemuan berikutnya.
penerapan metode Jigsaw dapat membantu
2. Siklus II
siswa untuk memahami konsep penggunaan
a. Tahapan Perencanaan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe.
Melanjutkan
Berdasarkan observasi menunjukkan bahwa
melalui
dengan metode Jigsaw siswa kelas IX SMP
mengajar dengan menggunakan Metode
Negeri 16 Banda Aceh lebih tertarik dan
Jigsaw
senang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA,
penggunaan
meskipun masih terlihat ada beberapa siswa
pembuatan tempe. Guru sebagai peneliti
yang kurang antusias. Guru membimbing
mencatat
siswa, mengadakan evaluasi dan mengolah
siswa dalam pembelajaran penggunaan
data yang diperoleh, mengidentifikasi dan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
menginterpretasi
pada setiap pertemuan.
data
untuk
tingkat pencapaian tindakan. ISSN 2086 – 1397
menentukan
tindakan
pelaksanaan
untuk
sebelumnya proses
memaharni
mikroorganisme
perkembangan
belajar
konsep dalam
kemampuan
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 125
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
Melaksanakan
pembelajaran
menggunakan
metode
menanamkan
Jigsaw,
konsep
d. Tahap Refleksi
guru
Mengadakan refleksi untuk tindakan yang
penggunaan
telah dilaksanakan apakah berhasil dan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
efektif
dengan
pembelajaran
penyajian
materi
dengan
dalam
meningkatkan dengan
prestasi
menggunakan
praktikum dan demonstrasi menggunakan
metode Jigsaw. Guru mengamati dan
media gambar pada materi penggunaan
mengevaluasi siswa dengan memberikan
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
pertanyaan-pertanyaan
agar siswa lebih mudah memahami
indikator
konsep
dicapai.
dan
pembelajaran
bermakna.
Dalam
lebih
melaksanakan
lisan
.pembelajaran Kemudian
penghargaan
yang
guru
kepada
seputar ingin
memberikan
kelompok
yang
pembelajaran siswa selalu dibimbing dan
bekerja bagus (acuan guru adalah hasil
dipantau oleh guru sampai seluruh materi
pengamatan
dapat dipahami siswa.
keterampilan kooperatif: kelompok ahli
c. Tahap Observasi
aktivitas
siswa
dalam
dan kelompok asal) dan dilanjutkan
Peneliti mengamati siswa pada waktu
dengan mengadakan response/kuis secara
pembelajaran, apakah dengan melakukan
tertulis untuk mengetahui sejauh mana
penerapan metode Jigsaw dapat membantu
k6mpetensi
siswa
konsep
dikuasai siswa. Nilai tersebut dicatat guru
dalam
selaku peneliti yang dipakai sebagai dasar
pembuatan tempe. Berdasarkan observasi
analisis perkembangan prestasi belajar
setelah guru memodifikasi metode Jigsaw
materi penggunaan mikroorganisme dalam
dalam pembelajaran materi penggunaan
pembuatan tempe pada siswa kelas IX
mikroorganisme dalam pembuatan tempe,
SMP Negeri 16 Banda Aceh dari setiap
menunjukkan bahwa siswa, lebih tertarik,
pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hasil
senang dan antusias mengikuti kegiatan
nilai ulangan/kuis siswa pads siklus II
pembelajaran
penggunaan
lebih baik/sempurna maka guru tidak perlu
mikroorganisme dalam pembuatan tempe.
mengadakan tindakan lagi. Hasil prestasi
Guru membimbing siswa, mengadakan
materi penggunaan mikroorganisme dalam
evaluasi
pembuatan
untuk
penggunaan
dan
diperoleh,
memahami mikroorganisme
mengolah
data
mengidentifikasi
yang
yang
tempe
diharapkan
sesudah
dapat
penerapan
dan
Metode Jigsaw pada Siklus II siswa kelas
menginterpretasi data untuk menentukan
IX dapat dilihat pada tebel berikut.
tingkat pencapaian tindakan.
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 126
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
Tabel Hasil Prestasi Belajar Penggunaan Mikroorganisme dalam Pembuatan Tempe Sesudah Penerapan Metode Jigsaw N Minimum 33 50 26 30 33 60 26 45 33 70 26 60 26
Sebelum perlakuan pi Sebelum perlakuan pa Siklus lpi siklus 1pa siklus 2pi Siklus 2pa Valid N (listwise)
Maximum 70 70 95 95 100 100
Sum 2060 1570 2530 2040 2865 2295
Mean 62,42 60,38 76,67 78,46 86,82 88,27
Std.Deviation 6,746 9,265 9,974 12,147 9,085 11,571
yang ditemukan guru dari observasi dan
Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan yang dilakukan guru pada
tindakan yang dilakukan kemudian guru
setiap pertemuan selalu dipantau. Dalam
merefleksikan program pembelajaran dan
memantau
tindakan
tindakan
tersebut,
guru
yang
dilakukan.
Dari
hasil
menggunakan lembar peneliti dan catatan
penelitian dan pantauan tersebut dapat
sebagai
melihat
dilihat hasil perkembangan prestasi belajar
perkembangan prestasi belajar penggunaan
siswa dalam setiap evaluasi pada akhir
mikroorganisme dalam pembuatan tempe.
pembelajaran seperti tercantum dalam tabel
Setelah
berikut.
alat
bantu
melakukan
untuk
dan
menyelesaikan
tindakan pada setiap putaran/siklus, catatan
Tabel Hasil Analisis Nilai Penguasaan Konsep Penggunaan Mikroorganisme dalam Pembuatan Tempe Sebelum Perlakuan, Siklus I dan Siklus II
Sebelum perlakuan pi Sebelum perlakuan pa Siklus 1pi Siklus 1pa Sebelum perlakuan pi Sebelum perlakuan pa Siklus 2pi Siklus 2pi Valid N (listwise)
N 33 26 33 26 33 26 33 26 26
Minimum 50 30 60 45 60 55 70 60
Maximum 70 70 95 95 88 98 100 100
Sum 2060 1570 2530 2040 2486 2175 2865 2295
Mean 62,42 60,38 76,67 78,46 75,33 83,65 86,82 88,27
Std. Deviation 6,746 9,265 9,974 12,147 7,144 10,503 9,085 11,571
Dari tabel tersebut dapat dilihat
yang lebih baik pada siklus I kompetensi rata-
hasil tindakan pada setiap putaran/siklus.
rata kelas IX putri dari 62,42 naik menjadi
Pada, siklus I sampai ke II dari penerapan
76,67 dan putra dari 60,38 naik menjadi
metode Jigsaw setiap siswa mengalami
78,46, ini dapat diartikan bahwa pada
peningkatan. Siswa dapat meraih kompetensi
putaran/siklus I secara kelompok dengan
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 127
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
penggunaan
metode
Jigsaw
pada
pembelajaran penggunaan mikroorganisme
pembuatan tempe, siswa dapat belajar secara langsung nyata.
dalam pembuatan tempe hasilnya adalah
Siklus II siswa yang menerapkan
cukup baik, namun peneliti berkeinginan
metode Jigsaw kompetensi siswa
meningkatkan dengan cara menyempurnakan
meningkat. Dari keseluruh siklus yang telah
kekurangannya pada siklus I dan pada siklus
dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru
II kompetensi rata-rata kelas IX putri dari
telah
75,33 naik menjadi 86,82 dan putra dari 83,65
penggunaan
naik menjadi 88,27, ini berarti penggunaan
pembuatan
metode Jigsaw pada siklus II pembelajaran
Jigsaw pada siswa kelas IX SMP Negeri 16
penggunaan
Banda
mikroorganisme
dalam
pembuatan tempe hasilnya adalah sangat baik. Jika
dilihat
penggunaan pembuatan
prestasi
sebelum
pembelajaran
mikroorganisme tempe
Aceh.
dalam
menggunakan
Dalam
setiap
metode
program
pembelajaran terdapat kendala atau hambatan
belajar
dan guru berusaha mengatasi hambatan,
dalam
sehingga
mikroorganisme tempe
melaksanakan
lebih
menerapkan
program pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efisien.
metode Jigsaw adalah rendah. Perkembangan
Simpulan
pada siklus pertama ini dapat dilihat secara
1. Siklus I
perorangan ada peningkatan prestasi yang
a. Hasil dari penerapan metode Jigsaw pada.
lebih
baik.
Prestasi
siswa
sesudah
Pembelajaran
penggunaan
menerapkan metode Jigsaw pada siklus
mikroorganisme dalam pembuatan tempe
pertama sudah dapat lebih baik dari prestasi
dapat dilihat dari siklus I siswa dapat
sebelumnya. Setelah dilakukan observasi dan
meraih
kegiatan refleksi ditemukan bahwa guru
penguasaan konsep
dalam menerapkan metode Jigsaw juga dalarn
sehingga penguasaan konsep rata-rata,
penyajian materi menggunakan demonstrasi
kompetensi rata-rata kelas IX putri dari
bermedia gambar dan kendala yang ditemikan
62,42 naik menjadi 76,67 dan putra dari
pada siswa tidak sepenuhnya terlibat di
60,38 naik menjadi 78,46., ini dapat
dalamnya.
diartikan bahwa pada putaran/siklus I
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
secara
prestasi
khususnya yang
dalam
lebih baik
kelompok dengan penggunaan
refleksi guru pada pembelajaran melalui
metode
rencana tindakan yang melibatkan seluruh
penggunaan
siswa aktif dengan bimbingan guru. Hasil
pembuatan tempe hasilnya adalah cukup
observasi dan refleksi guru pada penerapan
baik.
metode Jigsaw yang di dalam penyajian
b. Hambatan
Jigsaw
pada
pembelajaran
mikroorganisme
yang
ditemukan
dalam
pada
materi dengan praktikum dan menggunakan
penerapan Jigsaw adalah : siswa kelas IX
demonstrasi
dan
SMP Negeri 16 Banda Aceh tidak aktif
dalam
sepenuhnya dalam melakukan diskusi
bermedia
penggunaan ISSN 2086 – 1397
gambar
mikroorganisme
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 128
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
kelompok baik kelompok ahli maupun
dengan penentuan materi dan pembatasan
kelompok
belum
materi. Setiap siklus seialu membawa dampak
memanfaatkan waktu secara optimal dan
yang positif ke arah peningkatan penguasaan
siswa
dalam
konsep penggunaan mikroorganisme dalam
mengutarakan
pembuatan tempe siswa. kelas IX SMP Negeri
asal,
masih
siswa
malu-malu
berkomunikasi
atau
pendapat.
16 Banda Aceh, Tahun Pelajaran 2012/2013.
c. Cara mengatasi hambatan pada siklus I adalah: guru kelas IX SMP Negeri 16 Banda
Aceh
memberikan
motivasi,
Saran 1. Bagi Guru
a.
Guru IPA perlu menerapkan metode
membimbing, mengarahkan siswa dalam
pembelajaran metode pembelajaran
kegiatan
Jigsaw
pembelajaran,
individual memberi
maupun
baik
kelompok,
rambu-rambu
tentang
secara
menyampaikan
materi
guru
penggunaan mikroorganisme dalam
batas
pembuatan
tempe.
Metode
waktu mulai dari melakukan penyajian
pembelajaran Jigsaw dengan ini juga
materi secara demonstrasi, mengerjakan
bisa diterapkan untuk materi bahasan
LKS dan evaluasi.
lainnya yang berhubungan dengan
2. Siklus II
kecil,
peristiwa
sehari-hari,
sehingga
Pada siklus II kendala sudah semakin
konsep-konsep
penerapan
mikroorganisme dalam pembuatan
metode
Jigsaw
sudah
berkembang, kegairahan. belajar penggunaan mikroorganisme meningkat,
dalam pembuatan tempe
dan
penggunaan
penguasaan
mikroorganisme
penggunaan
tempe tidak mudah terlupakan.
b.
konsep
Guru IPA SMP perlu diadakan pelatihan-pelatihan
dalam
penggunaan
tentang
metode
pembelajaran
pembuatan tempe pada siklus II kompetensi
dan memodifikasi berbagai. metode
rata-rata kelas IX putri dari 75,33 naik menjadi
pembelajaran
86,82 dan putra dari 83,65 naik menjadi 88,27
learning (STAD, TGT, Jigsaw, GI,
sehingga siklus ini diharapkan sebagai siklus
Coop-Coop) sehingga pembelajaran
pemantapan.
dapat lebih bermakna bagi siswa.
Dari keseluruhan siklus I sampai II
c.
dalam
cooperative
Metode pembelajaran dalam Jigsaw
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
lebih berdampak positif dalam hal
sebagai berikut: dengan menggunakan Jigsaw
siswa mengalami perubahan konsep
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
diri dan motivasi berprestasi
khususnya dalam penguasaan konsep materi penggunaan
mikroorganisme
dalam
d.
Dalam mengimplementasikan metode pembelajaran dalam Jigsaw,
guru
pembuatan tempe untuk siswa kelas IX SMP
dapat
hasil
Negeri 16 Banda Aceh, hambatan-hambatan
pemahaman individu melalui kuis dan
melakukan
penilaian
dalam penerapan metode Jigsaw dapat diatasi ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 129
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
evaluasi formatif.
e.
Guru
IPA
memusat kelompok siswa yang pandai
SMP
perlu
atau
diadakan
kurang
pandai,
melainkan
pelatihan-pelatihan dalam merancang
pembagiannya dalam kelompok harus
pembelajaran, membentuk kelompok
merata) agar siswa lebih mempunyai
belajar,
perspektif
menyediakan
lingkungan
yang
pembelajaran,
suatu
para
memperhatikan kecerdasan/inteligen
siswa, berbagai
para
2. Bagi Siswa
a.
Siswa harus selalu belajar dan berani mengeluarkan
menggunakan teknik bertanya yang
mencapai
meningkan
diharapkan.
dan
pembelajaran,
pengembangan
penilaian
autentik.
kelompok
belajar
Pembentukan yang
kondusif
(dalam satu kelompok jangan sampai
ISSN 2086 – 1397
b.
keterampilan
berfikir tingkat tinggi, menerapkan
dan
lebih baik.
siswa,
pengembangan pemecahan masalah
belajar,
perspektif tentang kerja sama menjadi
mendukung
mempertimbangkan
keanekaragaman
tentang
ide-idenya
untuk
kompetensi
yang
Siswa harus bisa bekerja sama dengan orang lain.
c.
Siswa
harus
mengetahui
menumbuhkan berprestasinya kompetensi
bisa
motivasi untuk yang
mencapai diharapkan
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 130
Endang Hartati, Penerapan Model Pembelajaran…
Daftar Pustaka
Arends. 200 1. Learning to Teach. 5 Edition. Singapore : Mc Grow-Hill Aronson.
2000.
Histori
of
the
Jigsaw.www.Jigsaw.org.
Diperoleh
pada
tanggal
3
September 2005 Brophy. 1998. Motivating Students to Learn. Toronto: McGraw-Hill Candler. 1995. Cooperating Learning and Hands-On Sciene. San Juan Capistrano, Clifornia: Kagan Cooperative Learning Cruickshank. Donald R. Bainer. Deborah L. dan Metcalf Kim K. 1995. The Act of Teaching: Second Edition. Boston: Mc Grow-Hill College Dahlan. 1992. Manajemen Pembelajaran Modern. Jakarta: Gramedia Dimyati. 1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Johnson and Johnson. 1994. An Overview of Cooparetive Learning. http://www.coperation.org/pages/overviewpaper.html.Diperoleh pada tanggal 16 Maret 2006. Kagan. 1985. Dimension of Cooperative Classroom Structure. Learning to Cooperative, Cooperate to Learn: 67-102. London: Planum Press Maltby. 1995. Educational . Psychology: An Australian and New Zealand Perspective. Sidney: John Willey & Sons Manning and Lucking. 1992.
The What, Why and How of Cooperative Learning. (Marcia K.
Pearlshall. Relevant Research). (69-75). Washington:TNSTA Mc. Niff. 1992. Management of Learning. Sidney: John Willey & Sons Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Purwaningsih E. 2004. Efektifitas Model Pembelajaran Jigsaw dan Peta Konsep terhadap Prestasi Belajara Fisika dalam Materi Interferensi Cahaya pada Lapisan Tipis ditinjau dari Minat dan Intelegensi Siswa. Surakarta:Prograrn Studi Pendidikan Sains. Program Pascasarjana UNS Roland. 1997. Benefits of Collaborative Learning. http://www.fsu.wou.edu. Diperoleh pada tanggal 3 September 2005 Salvia. 1995. An Introduction to Cooperative Learning Research. London: Plenum Press Soemanto. W. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Soeparman. A. 1993. Disain Intruksional, Jakarta : PAU – UT Sudjana. N. 2002. Dasa-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Towns. 1999. How Do I Get My Students to Work Together ? : Getting Cooperative Learning Started. Journal of Chemical Education (JCE) 75 (1):67-69 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Depdiknas Walf. 1995. Prosedure Cooperative Learning. Sidney: John Willey & Sons ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 131