SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id
Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta, 1 Februari 2011 – Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu didampingi oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Deddy Saleh pada hari ini (1/2) dalam konperensi pers laporan kinerja ekspor impor di kantor Kementerian Perdagangan menyampaikan kepada media bahwa ekspor nonmigas tahun 2010 jauh melampaui target. Ekspor nonmigas tahun lalu mencapai US$ 129,7 miliar, meningkat 33% dibandingkan tahun 2009. Peningkatan itu 3,5 kali lipat di atas target Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebesar 7%-8,5%, bahkan cukup jauh di atas revisi yang ditargetkan oleh Kementerian Perdagangan sebesar 16%-18%. Peningkatan ekspor itu didukung oleh penguatan ekspor bulanan yang semakin mantap mendekati akhir tahun 2010, dan meningkat rata-rata 20% dibandingkan ekspor bulanan tahun 2008 yang merupakan rekor tertinggi sebelumnya (Grafik 1). “Kinerja ekspor nonmigas pada Desember 2010 yang mencapai US$ 13,5 miliar telah memecahkan rekor sepanjang sejarah perekonomian Indonesia”, kata Mendag. Total ekspor migas dan nonmigas tahun lalu mencapai US$ 157,7 miliar, yang juga merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekonomi Indonesia. Grafik 1. Kinerja Ekspor Nonmigas 2010 Ekspor Non Migas Indonesia US$ Miliar
Persen
15.0
12.5
200
Rata - rata nilai ekspor non migas bulanan 2008 sebesar US$ 9,0 miliar
Rata - rata nilai ekspor non migas bulanan 2010 sebesar US$ 10,8 miliar 150
10.0 100 7.5
Growth rate (yoy) 50
5.0
Moving p.a growth rate 0
2.5
Growth rate m to m
0.0
-50 Jan'09Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov DesJan'10Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Menguatnya kinerja ekspor tahun 2010 membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Surplus perdagangan selama 2010 mencapai US$ 22,1 miliar, terdiri dari surplus nonmigas sebesar US$ 21,4 miliar dan migas US$ 0,6 miliar. “Surplus perdagangan nonmigas tahun 2010 merupakan rekor tertinggi sejak digunakannya metode penghitungan yang memasukkan nilai impor kawasan berikat tahun 2008,” lanjut Mendag. Untuk bulan Desember 2010 neraca perdagangan mengalami surplus US$ 3,7 miliar, terdiri dari surplus nonmigas sebesar US$ 3 miliar dan migas sebesar US$ 0,7 miliar. Surplus nonmigas bulan Desember lagi-lagi merupakan yang tertinggi selama tahun 2010, sedangkan kumulatif neraca ekspor nonmigas Januari-Desember 2010 mengalami surplus US$ 21,4 miliar. Penguatan ekspor nonmigas didorong oleh peningkatan volume ekspor dan harga. Dari 10 produk utama, produk-produk yang mengalami kenaikan harga yang tinggi adalah produk karet (67,3%), sawit (25,7%) dan kakao (23,0%). Dominasi 10 produk utama ekspor nonmigas juga mengalami kenaikan, dari sebelumnya 47,3% menjadi 47,6% (Grafik 2). Sedangkan untuk ekspor manufaktur mengalami peningkatan volume signifikan yaitu otomotif (37,6%), alas kaki (34,1%), elektronik (17%) dan Tekstil dan Produk Tekstil/TPT (13%). Grafik 2. Diversifikasi Produk Ekspor Nonmigas Jan-Nov 2009
Produk Lainnya 52.7%
Jan-Nov 2010
10 Produk Utama 47.3%
Produk Lainnya 52.4%
Nilai Ekspor (US$ Miliar)
Pertumbuhan (%) 6.6
10.11
TPT
10 Produk Utama 47.6%
13.0
8.35 3.7
9.68
ELEKTRONIK
17.1
7.94 11.73
SAWIT
37.9
8.41
17.8 12.4
7.88 6.00 6.1
2.24
ALAS KAKI
44.1 2.30
37.6
1.53 1.38 1.17
UDANG
0.85 0.77
KOPI
0.73 0.78
31.2
6.3 50.1
Januari-November '10 KAKAO
93.9
34.1
1.56
OTOMOTIF
67.3
16.3
4.34
PRODUK HASIL HUTAN
22.0 25.7
4.3
8.51
PRODUK KARET
21.0
23.0 5.2
Nilai Satuan
Volume
18.5
Januari-November '09
Nilai -2.5
11.2 9.6 9.6
-18.7 -6.1
Sumber : BPS (diolah Puska Daglu)
Peningkatan Ekspor Nonmigas Tahun 2010 Didorong Seluruh Sektor “Yang menggembirakan”, kata Menteri Perdagangan, “peningkatan ekspor nonmigas tahun 2010 didorong oleh seluruh sektor baik pertambangan, industri maupun pertanian.” Pertambangan naik 35,4%, sedangkan pertanian meningkat 14,9% dan industri juga meningkat signifikan, sebesar 33,5%. Padahal, di tahun 2009 ekspor sektor industri mengalami kontraksi atau minus sebesar 16,9%. Ekspor industri tahun 2010 mencapai US$ 98 miliar. Naiknya ekspor produk industri bisa menjadi salah satu indikator pulihnya perekonomian dunia dari krisis global. Hal ini jelas terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia. Begitu juga permintaan terhadap produk sektor pertambangan dan pertanian.
2
Grafik 3. Perkembangan Ekspor Nonmigas Menurut Sektor Pertumbuhan (%)
Ekspor Non Migas Menurut Sektor (US$ Miliar)
35.36
26.7
Pertambangan
32.11
19.7
33.47
98.0
Industri -16.92
73.4
14.90
5.0
Pertanian
2010 4.4
-5.06
2009
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Sementara itu, dilihat dari segi volume, ekspor industri November 2010 mengalami kenaikan 7,5% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 5). Grafik 4. Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Juta Ton
Persen
40
200
35 150
30 25
Growth rate (y o y)
100
20 50
Moving p.a growth rate
15 10
0
5
Growth rate (m to m)
0
-50 Okt'09
Nov
Des
Jan'10
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sept
Okt
Nov
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Grafik 5. Perkembangan Volume Ekspor Manufaktur Juta Ton
Persen
8
50
7
40 Growth rate (m to m)
6
30
5 20 4 10
3 0
2
Growth rate (y o y) -10
Moving p.a growth rate
1 0
-20 Okt'09
Nov
Des
Jan'10
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sept
Okt
Nov
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor Nonmigas Selama 2010 konsentrasi lima pasar ekspor nonmigas utama (Jepang, RRT, AS, Malaysia dan Singapura) mencapai 47%. Komposisi ini diperkirakan stabil atau berkurang hingga mencapai 43%-47% selama periode 2010-2014. Dibandingkan tahun 2009, konsentrasi lima pasar ekspor tahun 2010 telah mengalami perubahan. Pada 2009, posisi RRT ada di nomor tiga setelah Jepang dan AS. Pada 2010, posisi AS digeser oleh RRT. Sejak tahun 2009 India juga menggeser posisi Malaysia. Pangsa pasar India kini sebesar 7,6%, sedangkan pangsa Malaysia hanya sebesar 6%. “Ekspor ke RRT tahun 2010 telah menggeser posisi AS, dengan pangsa sebesar 10,9%, mengalami peningkatan US$ 5,2 miliar dibandingkan tahun 2009,” tegas Mendag.
3
Grafik 6. Diversifikasi Pasar Ekspor Nonmigas 2010
2009
FILIPINA 2%
THAILAND 3%
INGGRIS 1%
JEPANG 12%
5 NEGARA TUJUAN UTAMA 46%
INGGRIS 2% HONG KONG 2% SPANYOL 2% TAIWAN JERMAN 3% 2%
FILIPINA 2%
AS 11%
LAINNYA 22%
SPANYOL 2% TAIWAN 3% JERMAN 2%
RRT 9% MALAY 6%
KORSEL 5%
5 NEGARA TUJUAN UTAMA 47%
HONG KONG 2%
SING 8%
BELANDA 3%
AS 10%
LAINNYA 22%
SING 7% RRT 11% MALAY 6%
THAILAND 3% BELANDA KORSEL 3% 5%
INDIA 7%
JEPANG 13%
INDIA 8%
Sumber : BPS (diolah Puska Daglu)
Impor 2010 Menandakan Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat Impor selama tahun 2010 mencapai US$ 135,6 milliar, naik 40% dibandingkan tahun 2009. “Meningkatnya permintaan impor bahan baku/penolong dan barang modal merupakan respons terhadap meningkatnya realisasi investasi (PMTB) sebesar 54,2% selama tahun 2010,” jelas Mendag Mari Pangestu. Investasi PMDN naik sebesar 60% dan PMA naik 51,9%. “Semula, peningkatan investasi berpengaruh kepada kenaikan impor barang modal dan bahan baku. Akan tapi kemudian meningkatkan ekspor sektor industri,” imbuh Mendag (Grafik 7). Grafik 7. Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang (US$ Miliar )
Pertumbuhan (%)
26.9
31.69
Barang Modal 20.4
-4.50 98.7
Bahan Baku/Penolong
Barang Konsumsi
69.6
41.73 -32.03
10.0
47.98
2010
6.8
-18.68
2009
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Struktur impor Indonesia tahun 2010 didominasi oleh bahan baku/penolong yang mencapai US$ 98,7 miliar. Proporsi impor bahan baku/penolong mengalami peningkatan dari 71,9% menjadi 72,8% (Grafik 8). Peningkatan impor bahan baku/penolong itu mencerminkan tumbuhnya industri di dalam negeri. Industri tersebut memproses lebih lanjut bahan baku/penolong untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Grafik 8. Pertumbuhan dan Pangsa Impor Nonmigas Barang Konsumsi 7.4%
Barang Konsumsi 7.0%
Barang Modal 21.1%
Bahan Baku/Penolong 71.9%
2009
Barang Modal 19.8%
Bahan Baku/Penolong 72.8%
2010
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
4
Pemanfaatan Preferensi Tarif FTA di Negara Tujuan Ekspor “Perkembangan lain yang menggembirakan,” kata Menteri Perdagangan, “kini semakin banyak produk ekspor Indonesia yang memanfaatkan keringanan bea masuk di negaranegara tujuan” (Grafik 9). Dari tabulasi seluruh kantor yang menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA) ekspor Indonesia ke mancanegara diperoleh informasi semakin banyak ekspor Indonesia yang memanfaatkan fasilitas keringanan bea masuk. Fasilitas itu merupakan bagian dari fasilitasi FTA (Free Trade Agreement) atau EPA (Economic Partnership Agreement). ”Pemanfaatan keringanan bea masuk itu diharapkan akan semakin meningkatkan daya saing produk ekspor kita di negara-negara tujuan,” kata Mari Pangestu. Grafik 9. Peningkatan Realisasi Pemanfaatan SKA ke Mitra FTA/EPA Pangsa Nilai SKA terhadap ekspor Non Migas AKFTA
ACFTA
AFTA
IJEPA
Total
AIFTA
70.0
63.1
(%)
60.0
50.0
40.0
37.6 40.4
40.5
32.3 26.8
30.0
23.2 20.0
20.7 16.0
10.0
4.0
-
-
2007
2008
2009
2010
Catatan: Jumlah SKA dalam rangka AIFTA sebanyak 1013, dengan nilai US$ 452 juta
Nilai SKA berdasarkan Tipe Preferensi FTA 25,000
200,000
20,000
150,000
15,000
US$ juta
Total Jumlah SKA
Total Jumlah SKA berdasarkan Tipe Preferensi FTA 250,000
100,000 50,000 -
10,000 5,000
2007
2008
2009
2010
AKFTA
4,262
22,937
27,210
28,622
ACFTA
0 AKFTA
2007
2008
2009
2010
343
2,942
1,603
2,776
19,491
89,095
97,793
24,235
ACFTA
204
1,804
2,607
5,287
AFTA
2,332
11,604
16,606
103,334
AFTA
1,360
9,434
6,417
8,710
IJEPA
-
16,228
46,275
48,571
IJEPA
0
1,705
2,479
AIFTA
-
-
-
1,013
AIFTA
0
-
0.0
452
Total
26,085
139,864
187,884
205,775
Total
1,907
15,884
13,106
19,867
2,642
Sumber: Kemendag, Desember 2010
Pemanfaatan SKA preferensi dalam kerangka AFTA selama tahun 2010 mengalami peningkatan. Produk yang diekspor ke ASEAN yang memanfaatkan SKA preferensi AFTA didominasi oleh komoditi minyak nabati dan hewani, tembaga, dan bahan bakar mineral, yang selama tahun 2010 pemanfaatannya meningkat di atas 60%. Sedangkan untuk negara tujuan Jepang, produk yang memanfaatkan SKA Form IJEPA adalah plastik, bahan bakar mineral, ikan, dan kayu. Perusahaan yang memanfaatkan SKA preferensi ACFTA didominasi oleh PMDN. Tahun 2010, sebanyak 74% perusahaan PMDN dari total perusahaan memanfaatkan SKA Form E. Dari jumlah itu, perusahaan PMDN skala sedang mencapai 35,3%, sedangkan skala kecil mencapai 35,3%. Kondisi serupa terjadi pada pemanfaatan SKA Form IJEPA. Perusahaan PMDN lebih mendominasi pemanfaatan SKA Form IJEPA ketimbang perusahaan PMA, yang masingmasing sebanyak 72% dan 28%. Dari 72% perusahaan PMDN yang memanfaatkan SKA Form IJEPA tersebut, sebanyak 54,1% perusahaan sedang dan 30% perusahaan kecil (Grafik 10).
5
Grafik 10. Eksportir yang Memanfaatkan SKA Preferensi FTA Tahun 2010 Eksportir yang Memanfaatkan SKA Preferensi IJEPA Berdasarkan Jenis Perusahaan
Eksportir yang Memanfaatkan SKA Preferensi ACFTA Berdasarkan Jenis Perusahaan Kecil, 2.9% Mikro, 2.9%
Kecil, 2.5% Kecil, 30.0%
Kecil, 35.3% Sedang 45.7%
Sedang 31.9%
Mikro, 2.3%
Mikro, 3.9%
PMDN 72%
PMDN 74%
PMA 26%
Sedang 36.3%
PMA 28%
Sedang 54.1%
Besar 48.6% Besar 24.5%
Besar 65.5%
Besar 13.5%
Sumber: Kemendag, Desember 2010
Perkembangan Ekspor ke RRT Mengkonfirmasi Manfaat AC-FTA Ekspor nonmigas ke RRT selama tahun 2010 mencapai US$ 14,1 miliar atau naik 57,8% dibandingkan tahun 2009. Kenaikan ekspor ke RRT tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya (Tabel 1). “Perkembangan ini mengkonfirmasi manfaat AC-FTA (ASEAN-China Free Trade Area) bagi ekspor nonmigas kita,” tegas Menteri Perdagangan. Selama ini ekspor produk industri tetap mendominasi ekspor nonmigas Indonesia ke RRT. Selama Januari-November 2010, kinerja ekspor produk industri ke RRT mencapai US$ 7,0 miliar atau naik 31,9% dibandingkan periode yang sama 2009. Tabel 1. Beberapa Pasar Tujuan Ekspor Nonmigas Indonesia NEGARA TUJUAN JEPANG
2009
2010
PERUBAHAN %
11.98
16.50
37.75
RRT
8.92
14.07
57.76
USA
10.47
13.33
27.29
KOREA SELATAN
5.17
6.87
32.78
TAIWAN
2.88
3.25
13.08
AUSTRALIA
1.71
2.36
38.04
Tujuan Ekspor ASEAN UNI EROPA RRT JEPANG USA
NILAI FOB (US$ 'MILIAR)
Jan 1.92 1.17 1.01 1.30 0.99
Nilai Ekspor Non Migas Bulanan Tahun 2010 Menurut Negara Tujuan Utama (US$ Miliar) Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov 1.82 2.35 2.18 2.10 2.39 2.15 2.41 1.87 2.52 2.63 1.41 1.41 1.08 1.32 1.24 1.52 1.62 1.39 1.39 1.58 0.98 1.09 0.93 1.02 1.02 0.92 1.24 1.09 1.31 1.76 1.06 1.33 1.25 1.41 1.30 1.37 1.39 1.37 1.33 1.68 0.91 1.09 1.06 1.05 1.14 1.28 1.14 1.01 1.22 1.12
Des 2.69 1.93 1.70 1.72 1.30
Sumber : BPS (diolah)
Sementara itu, defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan RRT selama tahun 2010 mencapai US$ 5,6 miliar, meningkat sebesar US$ 1 miliar dibandingkan tahun 2009. Namun, jika dibandingkan dengan defisit tahun 2008 sebelum krisis ekonomi terjadi yang mencapai US$ 7,2 miliar, maka nilai defisit tahun 2010 tersebut menurun tajam. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email:
[email protected]
6