EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA (Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009)
SKRIPSI
Oleh:
RATMIATI K 1305016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA (Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh : RATMIATI K 1305016
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada:
Hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
Ristu Saptono, S.Si NIP. 19790210 200212 1 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi :
Ketua
: Sutopo, S.Pd, M.Pd
(…………………..)
Sekretaris
: Drs. Mardjuki, M.Si
(…………………..)
Anggota I
: Dr. Mardiyana, M.Si
(…………………..)
Anggota II
: Ristu Saptono, S.Si, M.T
(…………………..)
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
RATMIATI.
K1305016.
EKSPERIMENTASI
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN
LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN
AWAL
MATEMATIKA
SISWA
TAHUN
AJARAN
2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, (2) apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matemátika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matemátika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah, (3) apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (4) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (5) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (6) apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (7) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 2 Kebakkramat tahun ajaran 2008/2009. Sampel penelitian ini diambil secara cluster random sampling, diperoleh 2 kelas yaitu, kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 40 siswa dan kelas VIII E sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 40 siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran STAD untuk kelompok eksperimen dan metode konvensional untuk kelompok kontrol. Sebagai prasyarat penelitian, kedua kelompok harus dalam keadaan seimbang, maka dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Data yang digunakan untuk melakukan uji keseimbangan adalah nilai rapot mata pelajaran matematika siswa kelas VII semester genap tahun ajaran
v
2008/2009 pada kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data prestasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika menggunakan metode tes, sedangkan data motivasi belajar matematika siswa dikumpulkan dengan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett. Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh hasil: (1) pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada materi pokok SPLDV ( Fa = 27,0023 > 3.981 = F0,05;1;74 ), (2) prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar matematika lebih tinggi tidak lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika lebih rendah pada materi pokok SPLDV ( Fb = 0,5244 < 3,148 = F0,05;4;62 ), (3) prestasi belajar matematika siswa dengan kemampuan awal matematika lebih tinggi tidak lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal matematika lebih rendah pada materi pokok SPLDV ( Fc = 1,2638 < 3.131 = F0,05;4;62 ), (4) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62), (5) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fac = 0,4274 < 3,148 = F0,05;4;62), (6) Tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fbc = 1,6178 < 2,528 = F0,05;4;62), (7) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fabc = 0,4567 < 2,528= F0,05;2;62).
vi
ABSTRACT RATMIATI. K1305016. AN EXPERIMENT OF MATHEMATICS TEACHING WITH STUDENT TEAMS ACHIECVEMENT DIVISION METHOD ON SUBJECT MATERIAL DOUBLE VARIABLE LENEAR EQUATION SYSTEM VIEWED FROM LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S INITIAL ABILITY OF MATHEMATICS IN EDUCATION YEAR OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, Juni 2010. This research is to find out: (1) whether students, who were taught by using STAD type, can produce the mathematics learning achievement better than ekspository learning method in the subject matter of SPLDV, (2) whether students with high mathematics learning motivation had better achievement than those with middle and low learning motivation, and students with middle mathematics learning motivation had better achievement than those with low in the subject matter of SPLDV, (3) whether students with high initial ability make better mathematics learning achievement than students with low and middle initial ability, as for students with middle initial ability make better mathematics learning achievement than students with low initial ability in the subject matter of SPLDV, (4) whether there is an interaction between learning method and students’ learning motivationon on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (5) whether there is an interaction between learning method and students’ initial ability of mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (6) whether there is an interaction between students’ mathematics learning motivation and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (7) whether there is an interaction between learning method , students’ mathematics learning motivation on the mathematics and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV. The research employed a quasi experimental method. The population of research is all students of grade VIII of SMP Negeri 2 Kebakkramat in the school year of 2008/2009. The sample of the research was obtained by using cluster random sampling technique; obtained 2 classes namely class VIII C as the experiment group which is consisting of 40 students and class VIII E as the control group which is consisting of 40 students. The learning method employed was STAD for the experiment group and ekspository learning method for the control group. The balance test of the prior ability was carried out by using t-test. The data used in conducting the balance test was grades of event semester school report for mathematics lesson of grade VII in the school year of 2007/2008 in the classes belonging to both experiment and control groups. The variable data collection of mathematic learning achievement was done using test method, while the variable data of students’ mathematics learning interest using questionnaire method. Technique of analyzing data employed was a three-way variance analysis with different cells conducted following the normality test with Liliefors method and homogeneity test with Bartlett method.
vii
Based on the result of calculation in the three-way variance analysis with different cells, the following results was obtained: (1) the mathematics learning with STAD produced better mathematics learning achievement than ekspository method in the subject matter of SPLDV ( Fa=27.0023>3.981=F0,05;1;74), (2) students with higher mathematics learning motivation have mathematics learning achievement not as good as students with lower mathematics learning motivation in the subject matter of SPLDV(Fb=0,5244<3,148=F0.05;4;62), (3) student with higher initial ability have mathematics learning achievement not as good as students with lower initial ability in the subject matter of SPLDV (Fc=1,2638 < 3.131=F0,05;4;64), (4) there is no interaction between learning method and students’ learning motivation on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62), (5) there is no interaction between learning method and students’ initial ability to the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fac= 0.4274< 3,148= F0,05;4;62 (6) there is no interaction between student students’ mathematics learning motivation and students’ initial ability in mathematics to the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fbc=1.6178= F0.05;4;62), (7) there is no interaction between learning method , students’ mathematics learning motivation on the mathematics and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fabc=0,4567<2,528=F0.05;2;62).
viii
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Qs. Al Insyirah: 6-8)
“Tak ada kehidupan yang berdasarkan kebahagiaan semata, namun kehidupan sebenarnya adalah hasrat dan kekuatan tekad” (Kahlil Gibran)
“Jangan takut untuk melakukan sesuatu yang baik, karena meskipun ada kesalahan kita dapat belajar darinya...”
ix
PERSEMBAHAN
Tulisan Sederhana Ini Ku Persembahkan Kepada: © Allah SWT Alhamdulillah ucapkan syukur Pada-Mu Ya Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. © Ibuku tercinta, atas kasih sayang, doa, semangat, dan pelukan hangat yang selalu menenangkan © Bapakku
tersayang,
untuk
doa,
dukungan,
dan
pembicaraan hangat yang membuatku lebih mengerti akan hidup © Seseorang yang telah memberikan kebahagiaan dan solusi serta mengajariku tentang banyak hal “R.A.P” © Adit yang selalu bersedia menemaniku dan membantuku serta memberiku semangat © Picka ‘n Ning terimakasih telah menjadi teman dan sahabat yang luar biasa © Teman-teman Angkatan’05 P. Matematika Thank’s for all… © Almamater yang ku banggakan
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Kemampuan Awal Matematika Siawa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009 sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini. 2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini. 3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini. 4. Dr. Mardiyana, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
xi
5. Ristu Saptono, S.Si, M.T, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Drs. Eko Widodo, Kepala SMP N 2 Kebakkramat yang telah memberikan izin serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan penelitian 7. Drs. Sutarno, guru matematika SMP N 7 Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya penelitian. 8. Siswa-siswi kelas VIII C dan kelas VIII E SMP N 2 Kebakkramat yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. 9. My little family…Ibu,,Bapak….terimakasih banyak atas dukungan, doa, fasilitas, dan kasih sayang yang tiada pernah habis…. 10. Seseorang yang selalu menghiburku di saat aku jenuh, memberiku semangat di saat aku malas, menemaniku di saat semua orang sibuk dengan aktivitasaktivitasnya…terimakasih telah menjadi cinta, teman, dan sahabat yang menemaniku… “Thank’s For All”…. 11. Keluarga kecilku di solo Picka, Ning, Nida…terimakasih untuk segala warna dan kenangan indah yang tak kan terlupakan… 12. Para sahabat dan teman-teman terbaikku….,,adit,,nda ndutz,,lilih,,picky,, pipit ….terimakasih bersedia selalu disisi untuk mendengar keluh dan memberiku semangat dengan segala canda tawa…aku tidak bisa membalas segala kebaikan kalian dengan apapun juga…. 13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Agustus 2009
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
5
D. Perumusan Masalah .....................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
9
1. Prestasi Belajar Matematika .................................................... 11 2. Metode Pembelajaran ............................................................. 12 3. Tinjauan Materi Pokok SPLDV ............................................... 18 4. Motivasi Belajar Matematika Siswa .………………………… 21 5. Kemampuan Awal Matematika Siswa ................................... 25 B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 27 C. Perumusan Hipotesis .................................................................... 30
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 31 1. Tempat Penelitian .................................................................. 31 2. Waktu Penelitian .................................................................... 31 B. Metode Penelitian ........................................................................ 31 1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 31 2. Rancangan Penelitian ............................................................. 32 3. Pelaksanaan Eksperimen ........................................................ 34 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 34 1. Populasi .................................................................................. 34 2. Sampel .................................................................................... 34 3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 35 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 35 1. Variabel Penelitian ................................................................. 35 2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 37 3. Instrumen Penelitian .............................................................. 39 E. Teknik Analisis Data .................................................................... 45 1. Uji Keseimbangan .................................................................. 45 2. Uji Prasyarat Analisis .............................................................. 46 3. Uji Hipotesis .......................................................................... 49 4. Uji Komparasi Ganda ............................................................. 54 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................ 57 1. Tes Kemampuan Awal Matematika ......................................... 57 2. Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ........................ .. 59 3. Tes Prestasi Belajar............................................................... .. 60 B. Deskripsi Data .............................................................................. 63 1. Data Kemampuan Awal Matematika ...................................... 63 2. Data Motivasi Belajar Matematika Siswa............................. .. 63 3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa .............................. .. 64
xiv
C. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 65 1. Pengujian Persyaratan Eksperimen....................................... .. 65 2. Persyaratan Analisis.............................................................. .. 67 a. Uji Normalitas ................................................................. .. 67 b. Uji Homogenitas ............................................................. .. 68 D. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 69 E. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................. 71 1. Hipotesis Pertama ................................................................. .. 71 2. Hipotesis Kedua .................................................................... .. 72 3. Hipotesis Ketiga.................................................................... .. 72 4. Hipotesis Keempat ................................................................ .. 73 5. Hipotesis Kelima................................................................... .. 74 6. Hipotesis Keenam ................................................................. .. 75 7. Hipotesis Ketujuh.................................................................. .. 76 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. .. 78 B. Implikasi...................................................................................... .. 79 C. Saran ........................................................................................... .. 80 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .. 82 LAMPIRAN..................................................................................................... .. 84 TABEL STATISTIK..................................................................................... ...
402
SURAT PERIJINAN ....................................................................................... .. 409
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Prosedur Penyekoran untuk STAD...……………………............ 17
Tabel 2.2
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu…………….. 18
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian …….…………………………………….. 42
Tabel 3.2
Notasi dan Tata Letak Data……………………………………..
Tabel 3.3
Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan ……………………….62
Tabel 4.1
Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Awal……………... 66
Tabel 4.2
Ringkasan Hasil Uji Coba Angket ......................………………. 68
Tabel 4.3
Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar...………………. 66
Tabel 4.4
Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok
SPLDV
Kelompok
Eksperimen
dan
Kelompok
Kontrol……………….................................................................. 69 Tabel 4.5
Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa .…………….... 70
Tabel 4.6
Rataan dan Variansi Nilai Rapot Semester Genap ..................….71
Tabel 4.7
Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas………….... 71
Tabel 4.8
Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas………… 71
Tabel 4.9
Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas…………... 72
Tabel 4.10
Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas………… 73
Tabel 4.11
Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama..74
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ……………………………………........... 39
Gambar 4.1
Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar Matematika Siswa …………………………………………….. 432
Gambar 4.1
Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa ……………………………………... 433
Gambar 4.1
Grafik Interaksi Antara Motivasi Belajar Matematika dan Kemampuan Awal Matematika Siswa ……………………….. 434
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pembelajaran………………………………………...... 84
Lampiran 2
Lembar Kerja Siswa, Kuis..................... ……………………… 156
Lampiran 3
Lembar Validitas Isi Tes Kemampuan Awal Matematika ......... 210
Lampiran 4
Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematika……………….. .. 216
Lampiran 5
Soal Uji Coba Tes Kemampuan Awal Matematika…………... 218
Lampiran 6
Pembahasan
Soal
Uji
Coba
Tes
Kemampuan
Awal
Matematika.................................................................................. 228 Lampiran 7
Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Uji Coba Tes Kemampuan Awal Matematika ........................................................................239
Lampiran 8
Konsistensi Internal Tes Kemampuan awal Matematika……… 241
Lampiran 9
Reliabilitas Tes Kemampuan Awal Matematika……………… 243
Lampiran 10 Soal Tes Kemampuan Awal Matematika…………………….... 245 Lampiran 11 Pembahasan Soal Tes Kemampuan Awal Matematika……… 253 Lampiran 12 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika ........................................................………………. 261 Lampiran 13 Lembar Validitas Isi Angket Motivasi Belajar Matematika ...... 263 Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika ..............…….. 269 Lampiran 15 Uji Coba Angket Motivasi Belajar Matematika................…….. 270 Lampiran 16 Konsistensi Internal Angket Motivasi Belajar Matematika ……274 Lampiran 17 Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika ..................... 276 Lampiran 18 Angket Motivasi Belajar Matematika .....................…………... 278 Lampiran 19 Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika .............. 282 Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika…………………….. 288 Lampiran 21 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika………………. 290 Lampiran 22 Pembahasan Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika… 300 Lampiran 23 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ........................................................................……..321 Lampiran 24 Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika……….... 323 Lampiran 25 Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika………………….. 325
xviii
Lampiran 26 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika…………………………. 327 Lampiran 27 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar Matematika…………… 333 Lampiran 28 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika ........................................................………………. 346 Lampiran 29 Pembagian
Kelompok,
Skor
Perkembangan
Individu
dan
Penghargaan Kelompok …......................................................... 348 Lampiran 30 Kategori Motivasi Belajar Matematika dan Tendensi Sentral Tes.. …………………………………………………………………. 350 Lampiran 31 Nilai Rapot Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2008/2009 ..............………………………353 Lampiran 32 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas (Sebelum Penelitian) ...... 354 Lampiran 33 Uji Keseimbangan………………………................................... 361 Lampiran 34 Rangkuman Data Induk Penelitian .....................................….... 364 Lampiran 35 Uji Normalitas………………………………………................. 365 Lampiran 36 Uji Homogenitas…………………………………..................... 381 Lampiran 37 Uji Hipotesis Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama……. 390 Lampiran 38 Tabel Statistik ...........……………………………..................... 402 Lampiran 39 Surat Perijinan ...........……………………………..................... 409
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Dalam
dunia
pendidikan
saat
ini
kita
dihadapkan
pada
masalah yang lebih kompleks dimana sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu dihadapkan kepada masalah-masalah yang memerlukan matematika sebagai pemecahannya. Hampir di semua sekolah menengah pertama, pelajaran matematika mempunyai posisi yang penting. Hal ini dikarenakan matematika dapat diterapkan dalam ilmu yang lain. Melalui matematika, siswa diharapkan dapat berpikir teliti, logis, sistematis, kreatif, dan kritis. Dalam beberapa tahun terakhir ini, matematika menjadi salah satu pelajaran yang diujikan dalam UAN, sehingga menjadi salah satu pelajaran yang memberi kontribusi pada keberhasilan atau kegagalan siswa. Di sisi lain, sifat pelajaran matematika yang abstrak dan hierarkis menyebabkan tingkat kesulitan yang relatif tinggi pada siswa dalam mempelajarinya. Indikator kesulitan ini tampak pada pencapaian hasil belajar yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran lain. Banyak siswa yang merasa terbebani jika harus berhadapan dengan matematika di sekolah. Hal ini disebabkan mereka sudah menganggap bahwa matematika ini rumit, membingungkan dan banyak siswa merasa pesimis dahulu sebelum belajar matematika. Akibatnya siswa hanya menghafal materi pelajaran
1
2
matematika untuk memenuhi syarat lulus ujian saja. Oleh karena itu sering terjadi kekeliruan dalam pemahaman konsep yang berdampak negatif terhadap prestasi belajar matematika yang dicapai siswa. Guru mempunyai peran yang penting dalam menyiapkan peserta didik. Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Untuk dapat terus berkarya, kemampuan guru dalam berkreasi mengajar sangat diperlukan. Kompetensi guru dalam hal penguasaan materi, pengelolaan kelas, penciptaan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya, serta kemampuan guru dalam menilai prestasi siswanya merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi belajar. Motivasi pada diri seseorang merupakan daya pendorong untuk melakukan suatu aktivitas. Aktivitas belajar seorang siswa akan ditentukan oleh motivasi belajarnya dan motivasi belajar antara siswa yang satu pasti berbeda dengan siswa lainnya. Ada kecenderungan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi maka prestasinya akan baik pula, demikian pula siswa yang motivasinya rendah prestasinya juga kurang menggembirakan.. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang dapat memotivasi belajar siswa lebih tinggi. Materi pelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses belajar. Materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh
siswa SMP kelas VIII semester I. Namun
kenyataanya sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal sistem persamaan linear dua variabel. Hal inu dikarenakan dalam pemecahan soalsoalnya dibutuhkan ketelitian, sering terjadi kesalahan-kesalahan dalam penggunaan simbol-simbol dalam aljabar, dan siswa kesulitan ketika mereka harus mengubah soal cerita menjadi bentuk matematika. Selain itu dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Samo (2008) menyatakan bahwa ”this study has revealed that the students have many misconceptions in the use of symbols in Algebra wich have bearings on their learning of Algebra.” Hal ini menjelaskan
3
bahwa sering terjadi kesalahan dalam penggunaan symbol-simbol dalam aljabar sehingga menghambat pemahaman siswa terhadap materi aljabar. Berdasarkan observasi timbul masalah dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kebakkramat pada kelas VIII terutama pada sub pokok bahasan sistem persamaan dua variabel (SPLDV). Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil belajar ujian semester mata pelajaran tersebut, hasil yang diperoleh siswa belum maksimal, dari 40 siswa yang mengikuti ujian, sebanyak 15 % atau sebanyak 35 siswa masih dibawah KKM yang diterapkan yaitu 6,5. Menurut pendapat guru yang mengajar, siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Hal ini mungkin disebabkan metode mengajar yang digunakan oleh guru atau mungkin terdapat masalah pada siswa itu sendiri. Suherman (2003:7) menyatakan, bahwa pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull), jika siswa tidak hanya belajar untuk mengatasi sesuatu (learning to know), tetapi siswa juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), serta belajar bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together). Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan temannya sekelas, atau membuat sesuatu, akan jauh lebih menantang dan mengarahkan perhatian siswa daripada apabila siswa hanya harus mencerna saja informasi yang diberikan secara searah. Untuk itu, perlu diciptakan sistem lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang mementingkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai indikator tersebut, guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan mampu menyajikan metode pembelajaran yang lebih menarik. “Metode pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Keberhasilan suatu belajar tidak hanya tergantung pada siswa saja, tetapi juga peran guru. Siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Guru
4
dituntut untuk mengkondisikan kelas dan memilih metode pembelajaran dengan tepat agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang positif dengan sesama ketika mereka belajar dalam tim dalam memecahkan suatu masalah, sedangkan tipe metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mendekati pembelajaran kooperatif adalah tipe student teams-achievement division (STAD). Keberhasilan proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti proses belajar mengajar. Untuk itu pada setiap awal kegiatan belajar mengajar, seorang pengajar seharusnya mengetahui kemampuan awal siswanya. Dengan demikian diharapkan seorang pengajar dapat menentukan bagaimana proses belajar mengajar diatur dan metode apa yang tepat digunakan sehingga belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai eksperimentasi pembelajaran matematika menggunakan metode STAD pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan awal matematika pada siswa.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa benar-benar memahami materi dan menguasai konsep. Tetapi masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada setiap proses pembelajaran, padahal tidak semua pokok bahasan cocok disampaikan dengan metode konvensional. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut apakah metode mengajar yang diganti dapat menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. 2. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi belajar
5
sedang, dan rendah. Terkait dengan hal tersebut siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. Banyak siswa yang kurang memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan aktif dalam memahami konsep sistem persamaan linier dua variabel. Hal ini memungkinkan kemampuan awal yang dimiliki siswa berbeda-beda, yang dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mendalam, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode STAD pada kelompok eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol. 2. Motivasi belajar siswa dibatasi pada motivasi belajar matematika pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Kebakkramat pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. 3. Kemampuan awal siswa dibatasi pada kemampuan awal matematika pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Kebakkramat pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. 4. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel yang dilakukan pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Kebakkramat 2009/2010.
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ? 2. Apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah.? 3. Apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah? 4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV? 5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV? 6. Apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV? 7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV?
7
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. 2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matemátika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matemátika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah. 3. Untuk mengetahui apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV. 5. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV. 6. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV. 7. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV.
8
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk : 1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang penggunaan metode STAD pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis dengan subyek dan tempat penelitian yang berbeda. 4. Memberikan informasi kepada guru akan pentingnya motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika siswa untuk mendorong siswa belajar secara efektif dan efisien.
9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan / dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Winkel (1996:391) prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai. Selain itu menurut Zainal Arifin (1990:3) mengatakan bahwa prestasi adalah hasil
dari
kemampuan,
keterampilan
dan
sikap
seseorang
dalam
menyelesaikan suatu hal. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil kemampuan yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha dengan kemampuan yang dimilikinya. b. Pengertian Belajar Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Secara psikologis, tugas dan wewenang guru adalah mengetahui karakteristik siswa, memotivasi belajar, menyajikan bahan ajar, memilih metode belajar, dan mengatur kelas. (Ahmad Faqih,http://ahmadfaqih.multiply.com/journal/item/1/2 januari 2008) Para penganut konstruktivisme berpendapat bahwa pengetahuan itu adalah merupakan konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada disana dan orang tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus menerus dari seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisasi karena munculnya pemahaman yang baru. 9
10
Dalam belajar sistem, peran murid diutamakan dan keaktivan murid untuk membentuk pengetahuan dinomorsatukan. Semua peralatan, bahan, lingkungan, dan fasilitas disediakan untuk membantu pembentukan itu. Murid diberi kesempatan mengungkapkan pemikirannya akan suatu masalah, tanpa dihambat. Dengan dibiasakan berpikir sendiri dan mempertanggungjawabkan pemikirannya, murid akan terlatih untuk menjadi pribadi yang sungguh mengerti, yang kritis, kreatif, dan rational. Dalam pengertian konstruktivisme, murid tidak dianggap sebagai suatu tabula rasa yang kosong, yang tidak mengerti apa-apa sebelumnya. Murid dipahami sebagai subyek yang sudah membawa "pengertian awal" akan sesuatu sebelum mereka mulai belajar secara formal. Pengetahuan awal tersebut, meski kadang sangat naif atau tidak cocok dengan pengertian para ahli, perlu diterima dan nanti dibimbing untuk semakin sesuai dengan pemikiran para ahli. Pemikiran mereka itu meski naif, bukanlah salah tetapi terbatas berlakunya. (Paul Suparno, 1996) c. Pengertian Matematika Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, antara lain: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat (Soedjadi, 2000: 11)
11
Ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: 1) Memiliki objek kajian abstrak 2) Bertumpu pada kesepakatan 3) Berpola pikir deduktif 4) Memiliki simbol yang kosong dari arti 5) Memperhatikan semesta pembicaraan 6) Konsisten dalam sistemnya (Soedjadi, 2000: 13) d. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
12
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar matematika akan menjadi baik apabila proses pembelajaran matematika berjalan dengan baik. Hal ini dapat terjadi apabila situasi belajar dapat dioptimalkan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut
Slameto
(1995:
54
- 72) faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu: 1) Faktor intern, yang terdiri dari tiga faktor berikut. a) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. c) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani. 2) Faktor ekstern a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2. Metode Mengajar Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad). Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
13
Menurut Purwoto (2003: 70), “Metode mengajar adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar pembelajaran mencapai tujuannya atau sasarannya”. Sementara itu, Muhibbin Syah (1995: 202) mengatakan bahwa, “Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang teratur dan terpikir oleh guru yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. 1) Metode Ekspositori Percival dan Elington dalam Yeni Indrastoeti S.P (1999 : 43) menamakan model konvensional dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (the Teacher Centered Opproach). Dalam model pembelajaran yang berpusat pada guru hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi
14
pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi. Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal. Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998:6.7) menyebutkan bahwa metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian guru. (Sunarto, 2009) 2) Metode STAD Metode kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disampaikan
15
oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Metode kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan. Tujuan metode kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling diantara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati bagaimana kelompok bekerja. Kelebihan metode pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan metode lain, yaitu : a) Meningkatkan kemampuan siswa. b) Meningkatkan rasa percaya diri. c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. e) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama). Menurut Ballantine, J dan Larres, P bahwa, “ Student found the cooperative learning approach beficial in developing their generic skills.” Ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan umum para siswa. Apabila disimpulkan, menurut Slavin(1995:5), beberapa tipe pembelajaran kooperatif antara lain: a) Student Teams Achievement Division (STAD) b) Teams Games Tournament (TGT) c) Team Accelerated Instruction (TAI) d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
16
e) Jigsaw Dalam pelaksanaannya, metode pemlajaran kooperatif tipe STAD mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: a) Tahap Penyajian Materi Pelajaran Pada
tahap
ini,
bahan
atau
materi
pelajaran
matematika
diperkenalkan melalui pengajaran secara langsung. Dalam penyajian ini, maka perlu ditekankan pada: (1) Pendahuluan Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari peserta didik (siswa) dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang telah diajarkan. (2) Pengembangan (a) Menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai. (b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan. (c) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah. (d) Beralih pada konsep yang lain jika siswa menguasai pakok masalahnya. (3) Praktek Terkendali (a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan. (b) Memanggil peserta didik secara random untuk menyelesaikan soal. (c) Pemberian tugas kelas. b) Kegiatan Kelompok Selama
kegiatan
kelompok
masing-masing
siswa
bertugas
mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman sekelompok untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Guru memberikan lembar kegiatan dan kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri dan
17
selanjutnya
saling
mencocokkan
jawabannya
dengan
teman
sekelompoknya. Apabila diantara teman sekelompok tersebut ada yang kurang memahami, maka anggota kelompok yang lain membantunya. Guru menekankan bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari bukan untuk diisi atau diserahkan pada guru. Apabila peserta didik mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya kemudian kalau tidak mampu baru ditanyakan pada gurunya. c) Kuis (individu) Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diijinkan meminta atau memberi bantuan kepada siswa lain dalam mengerjakan kuis. Siswa diminta mengumpulkan pekerjaan tersebut untuk diperiksa sendiri oleh guru pada kesempatan lain. d) Perhitungan Skor Perkembangan Individu Guru membuat skor individual dan skor kelompok. Skor perkembangan individu diperoleh dari penilaian setiap tugas yang dikerjakan siswa dan kemudian dilihat perkembangannya skor masingmasing individu. Dari skor perkembangan individu ini dapat dilihat tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Sedangkan skor kelompok pada STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingkan dengan skor mereka sendiri pada pertemuan sebelumnya. Guru harus segera membuat skor kelompok dan mengumumkannya pada pertemuan pertana setelah kuis tersebut. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Secara ringkasnya prosedur penyekoran untuk STAD adalah sebagai berikut: Tabel 2. 1 Prosedur Penyekoran untuk STAD Langkah 1 Menetapkan skor dasar
Setiap siswa memberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu
Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Langkah 3 Menghitung skor perkembangan
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai
18
atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini
Cara menentukan nilai perkembangan individu untuk tiap-tiap kuis individu adalah sebagai berikut: Tabel 2. 2 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu Nilai Kuis
Nilai Perkembangan
· Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal · 10 poin sampai 1 poin di bawah nilai awal · Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin di atas nilai awal · Lebih dari 10 poin di atas nilai awal · Betul semua (nilai sempurna)
5 10 20 30 30
e) Pengakuan / Penghargaan Kelompok Guru mengadakan pengakuan / penghargaan kepada prestasi kelompok. Guru dapat memberikan sertifikat kepada anggota kelompok atau mempersiapkan suatu penghargaan dalam papan pengumuman. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut: (1) Superteam (kelompok super), diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25. (2) Greatteam (kelompok hebat), diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai 25. (3) Goodteam (kelompok baik), diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata antara 15 sampai 20. (Slavin, 1995: 80)
3.Tinjauan Tentang Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel A. Persamaan Linear Dua Variabel 1. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel Persamaan linear dua variabel / peubah adalah persamaan linear yang memuat dua variabel dan masing-masing variabel berpangkat satu.
19
Contoh : i. x + y = 7 ii. 4 x - 3 y = 24 iii. - x + 2 y = -8 2. Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel adalah himpunan pasangan bilangan (p,q) yang memenuhi persamaan x + y = c , apabila nilai p dan q memenuhi p + q = c Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan x + 2 y = 8 dengan
x dan y variabel pada bilangan cacah. Penyelesaian Pasangan nilai-nialai pengganti untuk
x dan y yang menghasilkan
kalimat-kalimat yang benar adalah sebagai berikut : x = 0, y = 4 x = 2, y = 3 x = 4, y = 2
x = 6, y = 1 x = 8, y = 0
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah
{(0,4), (2,3), (4,2), (6,1), (8,0)} B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 1. Pengertian SPLDV Sistem persaman linear dua variabel adalah dua atau lebih persamaan linear dengan dua variabel, yang mana kedua variabel tiap persamaan adalah sama, namun koefisien variabel dan konstanta untuk tiap persamaan belum tentu sama. Contoh : ì3 x + 2 y = 12 í î2 x + y = 7
Pada 3 x + 2 y = 12, maka 3 dan 2 disebut koefisien, sedangkan x dan y disebut variabel, dan 12 adalah konstantan.
20
Pada 2 x + y = 7, maka 2 dan 1 disebut koefisien, sedangkan x dan y disebut variabel, dan 7 adalah konstantan. 2. Himpunan Penyelesaian SPLDV Himpunan sistem persaman linear dua variabel adalah himpunan pasangan bilangan terurut yang memenuhi semua persamaan dalam sistem tersebut. Ada beberapa cara untuk menentukan penyelesaian suatu sistem persamaan, yaitu dengan metode grafik, metode eliminasi, dan metode substitusi. a. Metode Grafik Langkah-langkah himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik adalah sebagai berikut : 1) Carilah himpunan penyelesaian masing-masing persamaan 2) Gambarlah
grafik
himpunan
penyelesaian
masing-masing
persamaan pada satu bidang koordinat. 3) Tentukan titik potong kedua grafik tersebut (jika ada) 4) Titik
potong kedua grafik
tersebut
merupakan
himpunan
penyelesaian sistem persamaan tersebut. b. Metode Substitusi Metode eliminasi artinya menghilangkan salah satu variabel x atau y untuk mendapatkan satu penyelesaian. Jika kamu akan mencari nilai x, terlebih dahulu eliminasi ydari kedua persamaan itu. Usahakan supaya koefisien y pada persamaan pertama sama dengan koefisien y pada persamaan kedua (tanpa memperhatikan tandanya) c. Metode Eliminasi Metode substitusi adalah cara mengganti nilai x atau nilai y dari suatu persamaan ke persamaan lainnya, jika salah satu dalam x atau y mempunyai koefisien 1.
21
4.Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi Menurut Mc. Donald (Sardiman A.M, 2007 : 73 - 75), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu : 1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem ”neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3) Motivasi akan diransang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu tujuan.tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin dia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lainlain. Keadaan demikian perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian menderong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberi motivasi. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
22
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempermasalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja gfuru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. b. Fungsi Motivasi dalam Belajar Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential conditioning of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Motivasi berhubungan dengan suatu tujuan, sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi : 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tudak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Di samping itu ada fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. (Sardiman A.M, 2007 : 84 - 86)
23
c. Macam-Macam Motivasi 1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a) Motif –motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. b) Motif –motif yang dipelajari Motif-motif
ini
seringkali
disebut
dengan
motif-motif
yang
diisyaratkan secara sosial. Misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. 2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodwort dan Marquis a) Motif kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. b) Motif-motif darurat, yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi ini timbul karena adanya rangsangan dari luar. c) Motif –motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini munscul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. 3) Motivasi jasmani dan rohani Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya : refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohani adalah kemauan. 4) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a) Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perku ada rangsangan dari luar,
24
karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari bukubuku untuk dibacanya. b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. (Sardiman A.M, 2007 : 86 - 91) d. Motivasi dalam Belajar Matematika Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada intrinsik atau ekstrinsik. Penguatan motivasi belajar ada di tangan guru atau pendidik dan anggota masyrakat lain. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa cara dan bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah : 1) Memberi angka 2) Hadiah 3) Saingan atau kompetisi 4) Ego-involvement 5) Memberi ulangan 6) Mengetahui hasil 7) Pujian 8) Hukuman 9) Hasrat untuk belajar 10) Minat
25
11) Tujuan yang diakui (Sardiman A.M, 2007 : 92 - 95) Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar 1) Cita-cita atau aspirasi siswa 2) Kemampuan siswa 3) Kondisi siswa 4) Kondisi lingkungan siswa 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 97 - 100) 5. Kemampuan Awal Siswa Begitu banyak karakteristik yang bisa diidentifikasikan dalam diri siwa yang dapat membawa pengaruh pada pelaksanaan dan hasil pengajaran secara keseluruhan. Salah satu dari karakteristik tersebut adalah kemampuan awal yang telah dipelajari yang berguna sebagai pijakan dalam pemilihan strategi pengajaran yang optimal. Kemampuan awal sangat penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar. Reigeluth, (1983b) mengidentifikasi tujuh jenis kemampuan awal yang dapat
dipakai
untuk
memudahkan
perolehan,
pengorganisasian
dan
pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis kemampuan awal ini antara lain sebagai berikut : a. Pengetahuan
bermakna
tak
terorganisasi
(arbitrarily
meaningful
knowledge), sebagai tempat mengaitkan hafalan (yang tak bermakna) untuk memudahkan retensi. b. Pengetahuan
analogis
(analogic
knowledge),
yang
mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada di luar isi yang sedang dibicarakan. c. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge), yang dapat berfungsi sebagai kerangka cantolan bagi pengetahuan baru.
26
d. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan atau komparatif. e. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang berfungsi untuk mengkonkretkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh. f. Pengetahuan pengalaman (experiental knowledge), yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkretkan dan menyediakan contoh bagi pengetahuan baru. g. Strategi kognitif (cognitive stategy), yang menyediakan cara mengolah pengetahuan baru, mulai dari penyandian, penyimpanan sampai pada pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan. Ketujuh jenis kemampuan awal ini dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu pertama kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan diajarkan meliputi pengetahuan tingkat lebih tinggi, pengetahuan setingkat, pengetahuan tingkat lebih rendah, dan pengetahuan pengalaman. Kedua pengetahuan yang berada di luar pengetahuan meliputi pengetahuan bermakna tak terorganisasi, dan pengetahuan anlogis, dan ketiga pengetahuan mengenai keterampilan generik (generic skill) hanya meliputi strategi kognitif. Apabila dilihat dari tingkat penguasaannya, kemampuan awal bisa diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu a. Kemampuan awal siap pakai b. Kemampuan awal siap ulang c. Kemampuan awal pengenalan Bagaimanapun, peranannya
sebagai
kemampuan pertimbangan
awal
siap
dalam
pakai
paling
pertimbangan
penting
rancangan
pembelajaran, khususnya pemilihan strategi pengajaran. Bagian paling penting dari jenis kemampuan awal ini adalah konsep, prosedur, serta prinsip yang mendasari disiplin ilmu yang akan dipelajari. (Hamzah B. Uno, 2006 : 158-161)
27
Dalam penelitian ini pengelompokkan kemampuan siswa berdasarkan pada nilai tes awal yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini kemampuan awal dikategorikan ke dalam 3 kategori, yaitu : 1) Tinggi
: nilai lebih besar atau sama dengan (nilai rata-rata +
1 standar 2
deviasi) 2) Sedang
: nilai lebih dari (nilai rata-rata kurang dari (nilai rata-rata +
3) Rendah
1 standar deviasi) dan nilai 2
1 standar deviasi) 2
: nilai kurang dari atau sama dengan (nilai rata-rata -
1 standar 2
deviasi)
B. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut : Belajar merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan sengaja dalam rangka memperoleh suatu pengalaman atau pengetahuan. Mengajar tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi harus dapat membawa siswa belajar. Guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas dan kemudahan bagi suatu kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan maksimal. Sedangkan belajar sendiri tidak hanya usaha menguasai pengetahuan saja tetapi juga suatu aktivitas baik fisik maupun mental untuk merubah diri siswa ke arah yang lebih baik sebagai hasil pengalamannya sendiri. Pada dasarnya keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya metode pembelajaran, motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat akan mengakibatkan terhambatnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk mengatasinya,
seorang
guru
harus
mengetahui
macam-macam
metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Pada materi
28
pokok SPLDV penggunaan metode pembelajaran STAD dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada menggunakan metode ekspositori. Dalam pembelajaran ekspositori masih menempatkan guru sebagai pusat belajar dengan sistem pembelajaran yang bersifat kaku, linier, monoton dan siswa diharapkan untuk duduk diam selama satu jam atau lebih dalam deretan bangkubangku yang mengahadap ke depan. Hal ini memerlukan suatu inovasi dalam suatu proses belajar mengajar yaitu dengan siswa berusaha memperoleh pengetahuan dan pemahamannya sendiri melalui pengalaman belajar yang diberikan kepada mereka dalam suasana belajar yang menyenangkan. Metode pembelajaran STAD dapat dijadikan alternatif dalam menyajikan materi sub pokok bahasan SPLDV. Metode pembelajaran STAD menuntut belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, diharapkan dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa. Dengan ini mereka dengan aktif menggunakan otak, baik untuk menentukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan masalah, mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Sehngga dengan itu kebermaknaan siswa dalam belajar akan tercapai. Selain metode mengajar dalam proses belajar mengajar, motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa juga memegang peranan yang cukup penting terhadap pencapaian hasil belajar. Prestasi belajar setiap siswa belum tentu sama. Perbedaan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa. Motivasi belajar sangat diperlukan dalam kegiatan belajar karena siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha dengan tekun untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi mungkin akan mengalami kegagalan di dalam proses belajar dikarenakan dalam dirinya tidak tumbuh motivasi untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
29
Sedangkan kemampauan awal yang dimiliki siswa menjadikan mereka lebih siap dan sanggup untuk mengikuti pelajaran berikutnya karena kemampuan awal yang dimiliki siswa merupakan pengetahuan dasar bagi kesiapan dan kesanggupan
mengikuti
pelajaran
selanjutnya.
Siswa
yang
mempunyai
kemampuan dasar yang baik pada saat pre tes sebelum menerima materi SPLDV, mungkin akan mempunyai prestasi yang lebih baik pada saat ulangan harian materi SPLDV dari pada siswa yang mempunyai kemampuan dasar yang rendah pada saat pre tes sebelum menerima materi SPLDV. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran STAD, motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika berperan dalam menentukan prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV. Dari pemikiran di atas digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut: Motivasi Belajar
Metode Mengajar
Prestasi Belajar
Kemampuan Awal
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
30
C. PERUMUSAN HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional dalam pelajaran matematika pada pokok bahasan SPLDV. 2. Siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah pada pokok bahasan SPLDV. 3. Siswa dengan kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa dengan kemampuan awal matematika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal matematika rendah pada pokok bahasan SPLDV. 4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV. 5. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV. 6. Terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV. 7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebakkramat dengan subyek penelitian siswa-siswa kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009. Untuk uji coba tes dan angket dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebakkramat. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu: a.
Tahap Persiapan 1) Bulan April-Juni 2009
: pengajuan judul dan proposal skripsi.
2) Bulan Juni-Juli 2009
: persiapan instrumen penelitian.
3) Bulan September 2009
: uji coba instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
dengan
melakukan
eksperimentasi
model
pembelajaran
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 yaitu pada bualan September sampai dengan bulan Oktober 2009. c.
Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 1) Bulan November 2009 -Januari 2010 : pengolahan data hasil penelitian. 2) Bulan Februari-Mei 2010
: penyusunan laporan. B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena peneliti tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variable variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2003:82) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. 31
32
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu metode pembelajaran matematika STAD dan metode pembelajaran konvensional. Untuk variabel bebas yang lain yaitu motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa dijadikan sebagai variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat. 2. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini digunakan 3 variabel bebas yaitu metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran matematika STAD dan metode pembelajaran konvensional, sedangkan motivasi belajar matematika siswa dibagi menjadi motivasi tinggi, sedang, dan rendah begitu juga kemampuan awal dibagi menjadi kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan rancangan faktorial sederhana 2 ´ 3 ´ 3, untuk mengetahui pengaruh tiga variable bebas terhadap variable terikat.
Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian Model
Motivasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Pembel
Belajar
(b1)
(b2)
(b3)
ajaran
(b)
(a)
Kemam
Tinggi
Sedang
puan
(c1)
(c2)
(c3)
(c1)
a1b1c1
a1b1c 2
a1b1c3
a 2 b1c1
a 2 b1c 2
a 2 b1c3
Rendah Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
(c2)
(c3)
(c1)
(c2)
(c3)
a1b2 c1
a1b2 c 2
a1b2 c3
a1b3 c1
a1b3 c 2
a1b3 c3
a 2 b2 c1
a 2 b2 c 2
a 2 b2 c3
a 2 b3 c1
a 2 b3 c 2
a 2 b3 c3
Awal (c) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (a1) Model Pembelajaran Konvensional (a2)
33 33
34
3. Pelaksanaan Eksperimen Sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu akan dilihat kemampuan awal dari sampel penelitian yang akan dikenai perlakuan, baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai rapot siswa pada mata pelajaran matematika kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus yaitu metode pembelajaran matematika STAD, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode konvensional. Pada akhir eksperimen kedua kelompok tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal tes prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV. Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan tabel uji statistik yang digunakan.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
(Suharsimi Arikunto,
1998: 115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kebakkramat pada tahun pelajaran 2008/209 sebanyak 6 kelas dengan banyaknya siswa adalah 240 siswa. 2. Sampel Menurut Suhassimi Arikunto (2002: 109) bahwa, ”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu siswa kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan VIII-E sebagai kelas kontrol.
34
35
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Dalam hal ini setiap kelas pada kelas VIII SMP Negeri 2 Kebakkramat merupakan sub populasi atau cluster. Dari enam kelas yang ada, diambil dua kelas secara acak dengan kemampuan siswa yang seimbang. Untuk mengetahui bahwa keadaan kelas seimbang dengan dilakukan uji keseimbangan.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan tiga variabel bebas, yaitu : a. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika : 1) Definisi Operasional Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu. 2) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan logika matematika 3) Skala Pengukuran : skala interval
b. Variabel Bebas Budiyono (2003: 29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel independen atau variabel penyebab. Ada tiga variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu: 1) Metode Mengajar a) Definisi operasional Metode mengajar adalah suatu cara yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar,
36
yang meliputi metode STAD yang diterapkan pada kelas eksperimen dan metode konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol. b) Indikator : Pemberian perlakuan metode STAD pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol. c) Skala pengukuran : Skala nominal. d) Simbol: a1 = Metode STAD a2 = Metode Ekspositori 2) Motivasi Belajar Matematika a) Definisi Operasional Motivasi belajar siswa adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap
adanya
tujuan.
Motivasi
belajar
siswa
dikelompokkan menjadi motivasi belajar siswa tinggi, sedang dan rendah. b) Indikator : skor yang diperoleh dari angket motivasi belajar siswa c) Skala Pengukuran
: skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk kategori tinggi
: X m ³ X gabm +
Untuk kategori sedang
: X gabm -
Untuk kategori rendah
: X m £ X gabm -
1 s gabm 2
1 1 s gabm < X m < X gabm + s gabm 2 2 1 s gabm 2
Keterangan : s gabm = standar deviasi gabungan motivasi X gabm = rerata skor gabungan motivasi (seluruh siswa)
Xm
d) Simbol
= skor total motivasi siswa
:
b1 : motivasi belajar tinggi b2 : motivasi belajar sedang b3 : motivasi belajar rendah
37
3) Kemampuan Awal Siswa a) Definisi Operasional Kemampuan awal sangat penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar. b) Indikator : skor yang diperoleh dari angket motivasi belajar siswa c) Skala Pengukuran
: skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk kategori tinggi
: X k ³ X gabk +
Untuk kategori sedang
: X gabk -
Untuk kategori rendah
: X k £ X gabk -
1 s gabk 2
1 1 s gabk < X k < X gabk + s gabk 2 2 1 s gabk 2
Keterangan : s gabk = standar deviasi gabungan kemampuan awal X gabk = rerata skor gabungan kemampuan awal (seluruh
siswa) X k = skor total kemampuan awal siswa
d) Simbol : c1 : kemampuan awal tinggi c2 : kemampuan awal sedang c3 : kemampuan awal rendah
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 234) bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
38
sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal yaitu nilai rapot siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2007/2008. Data yang diperoleh digunakan untuk menguji keseimbangan rataan kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Metode Angket Menurut Budiyono (2003: 47), “Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis”. Metode angket digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika siswa. Angket dalam penelitian ini memuat pernyataan-pernyataan mengenai motivasi belajar matematika siswa yang terdiri dari 30 soal dengan bentuk daftar cek (check list) dengan prosedur pemberian skor berdasarkan motivasi belajar matematika siswa, yaitu: 1) Untuk instrumen positif : a) Kolom pertama, skor 4 menunjukkan motivasi belajar matematika sangat tinggi. b) Kolom kedua, skor 3 menunjukkan motivasi belajar matematika tinggi. c) Kolom ketiga, skor 2 menunjukkan motivasi belajar matematika sedang. d) Kolom keempat, skor 1 menunjukkan motivasi belajar matematika rendah. 2) Untuk instrument negatif : a) Kolom pertama, skor 1 menunjukkan motivasi belajar matematika rendah. b) Kolom kedua, skor 2 menunjukkan motivasi belajar matematika sedang. c) Kolom ketiga, skor 3 menunjukkan motivasi belajar matematika tinggi. d) Kolom keempat, skor 4 menunjukkan motivasi belajar matematika sangat tinggi.
39
c. Metode Tes Suharsimi Arikunto (2002 :127) berpendapat bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang dibuat dalam penelitian ini berisi tentang materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar dan angket motivasi belajar. Tes kemampuan awal matematika yang dibuat dalam penelitian ini berisi tentang materi prasyarat SPLDV yaitu PLSV dan persamaan garis lurus, sedangkan tes prestasi belajar yang dibuat dalam penelitian ini berisi tentang materi pokok bahasan SPLDV.
3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data tentang kemampuan awal matematika dan prestasi belajar matematika dan angket motivasi belajar siswa. Adapun langkah-langkah dalam menyusun tes kemampuan awal matematika dan prestasi belajar matematika serta angket motivasi belajar terdiri dari: 1) membuat kisi-kisi tes. 2) menyusun soal-soal tes. 3) memvalidasi isi butir tes. 4) merevisi butir tes. 5) mengadakan uji coba tes. 6) menguji konsistensi internal dan reliabilitas tes. 7) menentukan butir tes yang dapat digunakan. Instrumen penelitian disusun dalam bentuk soal obyektif berdasarkan kisikisi yang telah dibuat. Setelah instrumen penelitian selesai disusun, dilakukan uji validitas isi dan selanjutnya diuji cobakan terlebih dahulu sebelum dikenakan pada sampel penelitian. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu
40
konsistensi internal, taraf kesukaran dan uji reliabilitas. Cara untuk mengetahui bahwa instrumen yang dibuat memenuhi syarat- syarat tersebut adalah: a. Metode Tes 1) Uji Validitas Isi Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi adalah: membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir tes, kemudian menelaah butir tes. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Langkah berikutnya yaitu para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan. Lebih lanjut lagi tentang langkah-langkah memvalidasi isi butir soal menurut Budiyono (2003: 59) adalah penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Dalam penelitian ini validitas isi dilakukan oleh para pakar yaitu beberapa guru matematika SMP Negeri 2 Kebakkramat dan beberapa dosen matematika di UNS. Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi: a). Segi materi (1). Soal sesuai dengan indikator. (2). Pengecoh sudah berfungsi. (3). Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat. b). Segi konstruksi (1).
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas,dan tegas.
(2).
Pokok soal bebas dari pernyataan yang dapat menimbulkan penafsiran ganda.
(3).
Panjang pilihan jawaban relatif sama.
(4).
Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
(5).
Pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya.
41
(6).
Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c). Segi bahasa (1).
Soal menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia.
(2).
Soal menggunakan bahasa yang komunikatif.
(3).
Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
2) Uji Konsistensi Internal Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrument. Semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya”. Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy =
n å XY - (å X)(å Y)
(n å X 2 - (å X) 2 )(n å Y 2 - (å Y) 2 )
Keterangan : rxy
: indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
: banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y
: skor total (dari subyek uji coba) Soal dikatakan konsisten jika rxy ³ 0,3 dan jika rxy < 0,3 maka soal
dikatakan tidak konsisten dan harus di drop (dibuang). (Budiyono, 2003: 65) 3) Taraf Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:
42
P =
B JS
Keterangan: P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut: -
Soal dengan 0 £ P < 0,30 adalah soal sukar
-
Soal dengan 0,30 £ P £ 0,70 adalah soal sedang
-
Soal dengan 0,70 < P £ 1,00 adalah soal mudah
Dengan ketentuan bila jawaban benar skornya adalah 1 dan bila jawaban salah skornya adalah 0. Soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soalsoal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 £ P £ 0,70. (Suharsimi Arikunto, 2005: 211-214) 4) Uji Reliabilitas Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang sama jika digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2003:65) yang menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah sama atau hampir sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan dengan kondisi yang sama pada waktu yang sama. Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini digunakan rumus dari Kuder-Richardson (KR–20) sebagai berikut : 2 æ n öæç s t - å p i q i r11 = ç ÷ 2 st è n - 1 øçè
ö ÷ ÷ ø
43
Keterangan:
r11
: indeks reliabilitas instrumen
n
: banyaknya instrumen
pi
: proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi
: 1 - pi
st
2
:variansi total (Budiyono, 2003 : 70)
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,90 £ r11 £ 1,00 : Sangat Tinggi 0,70 £ r11 < 0,90 : Tinggi 0,40 £ r11 < 0,70 : Cukup 0,20 £ r11 < 0,40 : Rendah 0,00 £ r11 < 0,20 : Sangat Rendah Masidjo (1995:243) Dalam penelitian ini, instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai indeks reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7 (tinggi atau sangat tinggi). b. Metode Angket 1) Uji Validitas Isi Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi, langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah : membuat kisi-kisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian menelaah angket, Budiyono (2003:59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Penelaahan dilakukan oleh pakar atau validator yaitu beberapa guru matematika SMP Negeri 2 Kebakkramat Dalam penelitian ini validitas isi dilakukan oleh para pakar yaitu beberapa guru matematika SMP Negeri 2 Kebakkramat dan beberapa dosen matematika di UNS. Langkah berikutnya yaitu para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.
44
Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi: (1) Kesesuaian kisi-kisi tes. (2) Kesesuaian dengan unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar (3) Kesesuaian dengan tujuan penelitian. (4) Butir soal telah mempresentasikan tentang motivasi belajar matematika siswa (5) Butir soal merupakan sampel yang representatif. (6) Titik berat itam yang diujikan telah seimbang dengan titik berat tahap perkembangan siswa SMP kelas VIII (7) Soal menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia. (8) Item soal tidak memerlukan pengetahuan yang lain dalam menjawabnya. 2) Uji Konsistensi Internal Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrument. Semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya”. Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson yang terdapat pada halaman 51. 3) Uji Reliabilitas Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998:192) yang menyatakan bahwa rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut : 2 æ n öæç åsi ö÷ r11 = ç ÷ 1- 2 n 1 st ÷ø è øçè
45
Keterangan:
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen 2
s i : variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4,...,n 2
s t : variansi skor skor yang diperoleh subyek uji coba
(Budiyono, 2003 : 70) Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,90 £ r11 £ 1,00 : Sangat Tinggi 0,70 £ r11 < 0,90 : Tinggi 0,40 £ r11 < 0,70 : Cukup 0,20 £ r11 < 0,40 : Rendah 0,00 £ r11 < 0,20 : Sangat Rendah (Masidjo, 1995:243) Dalam penelitian ini, instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai indeks reliabilitas ³ 0,7 (tinggi atau sangat tinggi).
E. Teknik Analisa Data 1. Uji Keseimbangan Sebelum peneliti melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan agar hasil dari eksperimen adalah benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut digunakan uji-t, dengan prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Menentukan hipotesis H0 : m1 = m 2 (kedua populasi seimbang) H1 : m1 ¹ m 2 (kedua populasi tidak seimbang) b. Tingkat signifikansi : a = 0,05
46
c. Statistik uji
t=
(X1 - X 2 ) 1 1 + n1 n 2
sp sp = 2
~ t (n 1 + n 2 - 2)
(n 1 - 1)s1 2 + (n 2 - 1)s 2 2 n1 + n 2 - 2
Dengan: t
= harga statistik yang diuji t ~ t (n1 + n2 - 2)
X1
= rata-rata nilai raport kelas X semester 1 kelas eksperimen
X2
= rata-rata nilai raport kelas X semester 1 kelas kontrol
2
= Variansi dari kelas eksperimen
2
= Variansi dari kelas kontrol
s1
s2
n1
= cacah anggota kelas eksperimen
n2
= cacah anggota kelas kontrol
s2 p
= variansi gabungan
sp
= deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik: DK = {t | t < -ta/2; n, atau t > ta/2; n} e. Keputusan uji: H0 ditolak jika t Î DK f. Kesimpulan 1). Kedua populasi seimbang jika H0 diterima. 2). Kedua populasi tidak seimbang jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Prasyarat Analisis Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menentukan teknik analisis statistik yang digunakan, maka untuk memenuhi prasyarat analisis dalam penelitian ini digunakan 2 macam pengujian yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
47
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, untuk uji normalitas digunakan metode Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut : 1) Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2)
Taraf signifikansi : a = 0.05
3) Statistik uji L = MaksïF(zi) - S(zi)ï Dengan : L
= Koefisien Liliefors dari pengamatan
zi
= skor standar, untuk zi =
F(zi)
= P(Z £ zi) ; Z ~ N (0,1)
S(zi)
= proporsi cacah z £ zi terhadap seluruh cacah zi
s
= standar deviasi sampel;
X
= rataan sampel
Xi - X ; s
4) Daerah kritik DK = {LïL > La;n} dengan n adalah ukuran sampel Untuk beberapa a dan n, nilai La;n dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji Lilliefors.
5) Keputusan uji H0 ditolak jika L Î DK atau Ho diterima jika L Ï DK (Budiyono, 2004: 170-171)
48
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama. Pada penelitian ini, untuk uji homogenitas digunakan metode Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat, sebagai berikut : 1) Hipotesis H0 : s12 = s22 = s32 =…..= sk2 (populasi-populasi homogen) H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen) 2) Tingkat signifikansi : a = 0.05 3) Statistik uji
c2 =
(
2.203 2 f log RKG - å f j log s j c
)
Dengan : c 2 ~ χ 2 (k - 1) k : banyaknya populasi f
: derajat kebebasan untuk RKG = N - k
f j : derajat kebebasan untuk sj2 = nj-1
j
: 1, 2, 3, …k
N : banyaknya seluruh pengukuran
n j : banyaknya pengukuran pada sampel ke-j
c=1+
1 3(k - 1)
RKG =
å SS j åf j
æ ö çå 1 - 1 ÷ ç f j åfj ÷ è ø
; SSj =
åX
(å X ) = (n 2
2 j
j
nj
j
2 - 1)s j ; Sj2 =
SS j fj
4) Daerah kritik DK = { c2 | c2 > c2a;k-1} Untuk beberapa a dan (k-1), nilai c2a;k-1 dapat dilihat pada tabel nilai chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1). 5) Keputusan uji H0 ditolak jika c2 Î DK atau Ho diterima jika c2 Ï DK. (Budiyono, 2004: 175-178)
49
3. Uji Hipotesis Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel terikat. Model dari analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut : X ijkl = m + a i + b j + g k + (ab )ij + (ag )ik + (bg ) jk + (abg )ijk + e ijkl
dengan : Xijkl
= Data amatan ke- l yang dikenai faktor A (metode mengajar) kategori ke i faktor B (motivasi siswa) kategori ke j dan faktor C (kemampuan awal siswa) kategori ke k
m
= Rerata dari seluruh data amatan
ai
= Efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat
bj
= Efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat
gk
= Efek faktor C kategori ke-k pada variabel terikat
(ab )ij
= Kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
e ijk
= Kesalahan experimental yang berdistribusi normal N (0, s ij2 )
i
= 1, 2;
j
k
L
= 1, 2,3;
= 1, 2, 3;
1
: pembelajaran dengan metode STAD
2
: pembelajaran konvensional
1
: motivasi belajar tinggi
2
: motivasi belajar sedang
3
: motivasi belajar rendah
1
: kemampuan awal tinggi
2
: kemampuan awal sedang
3
: kemampuan awal rendah
= 1, 2, 3, ....,n (n = cacah sampel masing-masing sel) (Budiyono, 2004: 235)
50
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu : a. Hipotesis pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang hipotesis yang perumusannya adalah sebagai berikut : : a i = 0 untuk semua i, i= 1, 2
1) H0A
: paling sedikit ada satu a i yang tidak nol
H1A
: b j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3
2) H0B
: paling sedikit ada satu b j yang tidak nol
H1B 3) H0C
:
g k = 0 untuk semua k, k =1, 2, 3
H1C
:
paling sedikit ada satu g k yang tidak nol
: (ab i j ) = 0 untuk semua pasang (i,j)
4) H0AB
: paling sedikit ada satu (ab i j ) yang tidak nol
H1AB 5 ) H0AC
:
(ag )ik
H1AC
:
paling sedikit ada satu (ag )ik yang tidak nol
6) H0BC
:
(bg ) jk
H1BC
:
paling sedikit ada satu (bg ) jk yang tidak nol
:
(abg )ijk
7) H0ABC
= 0 untuk semua pasang (i,k)
= 0 untuk semua pasang (j,k)
= 0 untuk setiap i =1,2; j = 1,2,3; k = 1,2,3
H1ABC : paling sedikit ada (abg )ijk yang tidak nol (Budiyono, 2004 : 237) b. Komputasi Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data b
a
c
b1 c1
b2
c2
c3
c1
c2
b3 c3
c1
c2
c3
a1
a1b1c1
a1b1c 2
a1b1 c 3
a1b2 c1 a1b2 c 2
a1b2 c3
a1b3 c1
a1b3 c 2
a1b3 c3
a2
a 2 b1c1
a 2 b1c 2
a 2 b1c3
a 2 b2 c1 a 2 b2 c 2
a 2 b2 c3
a 2 b3 c1
a 2 b3 c 2
a 2 b3 c3
Sel abij memuat : Xij1 ; Xij2 ;…;X ijnij
51
dimana : a1 = Metode STAD a2 = Metode ekspositori b1 = Motivasi belajar tinggi b2 = Motivasi belajar sedang b3 = Motivasi belajar rendah c1 = Kemampuan awal tinggi c2 = Kemampuan awal sedang c3 = Kemampuan awal rendah 1) Notasi-notasi nijk
= Ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) = Banyaknya data amatan pada sel ij = Frekuensi sel ij
nh
= Rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
N
=
ån
i jk
pqr 1 å i , j , k n i jk
= banyaknya seluruh data amatan
i , j ,k
SSijkl =
åX
2 ijkl
l
æ ö ç å X ijkl ÷ l ø -è nijk
2
= Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij ABC ijk = rataan pada sel ijk
ABij
=
å ABC
ijk
= Jumlah rataan pada baris ke-i, kolom ke-j
ijk
= Jumlah rataan pada baris ke-i, kolom ke-k
i, j
ACik
=
å ABC i,k
BCjk
=
å ABC
ijk
= Jumlah rataan pada kolom ke-j, kolom ke-k
j ,k
G
=
å ABC i , j ,k
ijk
= Jumlah rataan semua sel
52
2) Besaran-besaran (1)
(4)
=
=
G2 pqr
(2)
=
=
B 2j
å pr å j
(3)
=
i , j ,k
C k2 =å k pq
(5)
j
(7)
å SS ijk
AC ik2 q
(8)
=
BC 2jk
å
p
j
(6)
Ai2 åi qr
=
å j
(9)
=
ABij2 r
å ABC i, j
3) Jumlah Kuadrat JKA
= nh [(3) - (1)]
JKAB
= nh [(1) + (6) - (3) - (4)]
JKB
= nh [(4) - (1)]
JKAC
= nh [(1) + (7) - (3) - (5)]
JKC
= nh [(5) - (1)]
JKBC
= nh [(1) + (8) - (4) - (5)]
JKABC = nh [(3) + (4) + (5) + (9) - (1) - (6) - (7 ) - (8)] JKG
= (2)
JKT
= JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKG
4) Derajat Kebebasan dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkC
= r-1
dkAB = (p - 1)(q - 1)
dkBC = (q-1)(r-1)
dkAC = (p-1)(r-1)
dkABC = (p-1)(q-1)(r-1)
dkG
= N – pqr
dkT
=N–1
5) Rataan Kuadrat RKA = JKA / dkA
RKAB = JKAB / dkAB
RKB = JKB / dkB
RKAC = JKAB / dkAC
RKC = JKC / dkC
RKBC = JKBC / dkBC
RKABC = JKABC/ dkABC
RKG = JKG / dkG
c. Statistik Uji 1) Untuk H0A adalah Fa = RKA / RKG 2) Untuk H0B adalah Fb = RKB / RKG
2 ijk
53
3) Untuk H0C adalah Fc = RKC / RKG 4) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB / RKG 5) Untuk H0AC adalah Fac = RKAC / RKG 6) Untuk H0BC adalah Fbc = RKBC / RKG 7) Untuk H0ABC adalah Fabc = RKABC / RKG d. Daerah Kritik Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {Fa Fa > Fa ; p -1, N - pqr } Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {Fb Fb > Fa ;q -1, N - pqr } Daerah kritik untuk Fc adalah DK = {Fc Fc > Fa ;r -1, N - pqr } Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {Fab Fab > Fa ;( p -1)(q -1),( N - pqr ) } Daerah kritik untuk Fac adalah DK = {Fac Fac > Fa ;( p -1)(r -1),( N - pqr ) } Daerah kritik untuk Fbc adalah DK = {Fbc Fbc > Fa ;(q -1)(r -1),( N - pqr ) } Daerah kritik untuk Fabc adalah DK = {Fabc Fabc > Fa ;( p -1)(q -1)(r -1),( N - pqr ) } e. Keputusan Uji H0 ditolak apabila Fobs Î DK (Budiyono, 2003: 237-239) f. Rangkuman Analisis Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi tiga Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber
JK
dK
RK
Fobs
A
JKA
p-1
RKA
Fa
B
JKB
q-1
RKB
Fb
C
JKC
r-1
RKC
Fc
AB
JKAB
(p - 1)(q - 1)
RKAB
Fab
AC
JKAC
(p - 1)(r - 1)
RKAC
Fac
BC
JKBC
(p q- 1)(r - 1)
RKBC
Fbc
Variansi Efek Utama
Interaksi
54
ABC
JKABC (p - 1)(q - 1)(r-1)
RKABC
Fabc
Galat
JKG
N - pqr
RKG
-
JKT
N-1
-
-
Total
4. Uji Komparasi Ganda Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikansi yang kecil. Uji komparasi ganda dilakukan apabila H0 ditolak dan variabel bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas tiga kategori. Jika H0 ditolak tetapi variabel bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas dua kategori maka untuk melihat perbedaan pengaruh antara kedua kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji komparasi juga perlu dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel bebas. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Scheffe adalah sebagai berikut: a. Identifikasi semua pasangan komparasi yang ada b. Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi c. Menentukan tingkat signifikansi d. Mencari harga statistik uji F , antara lain: 1) Komparasi Rataan antar Kolom Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah F.i-.j =
(X
×i
- X ×j
)
2
æ1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ×i n× j ø
55
Keterangan : F.i-.j : nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j X×i : rataan pada kolom ke-i X × j : rataan pada kolom ke-j
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n×i
: ukuran sampel kolom ke-i
n×j
: ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = { F.i-.j | F.i-.j > (q-1)Fa; q-1, N-pq } 2) Komparasi Rataan antar Sel Pada Kolom yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :
Fij-kj =
(X ij - X kj )2 æ 1 1 ö÷ RKG ç + ç n ij n kj ÷ è ø
Keterangan : Fij-kj
: nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan pada sel-kj
X ij
: rataan pada sel-ij
X kj
: rataan pada sel-kj
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n ij
: ukuran sel-ij
n kj
: ukuran sel-kj
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F ij-kj | Fij-kj > (pq-1)Fa; pq-1, N-pq} 3) Komparasi Rataan antar Sel Pada Baris yang Sama
56
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah :
Fij-ik =
(X ij - X ik )2 æ 1 1 RKGç + ç n ij n ik è
ö ÷ ÷ ø
Keterangan : Fij-ik
: nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan pada sel-ik
X ij
: rataan pada sel-ij
X ik
: rataan pada sel-ik
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n ij
: ukuran sel-ij
nik
: ukuran sel-ik
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F ij-ik | Fij-ik >(pq-1)Fa; pq-1, N-pq} e
Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata
f. Menyusun rangkuman analisis. ( Budiyono, 2004 : 213-215 )
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam yaitu berupa tes kemampuan awal matematika siswa pada materi prasyarat SPLDV yaitu PLSV dan persamaan garis, tes prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV dan angket motivasi belajar matematika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu sebelum dikenakan pada obyek penelitian, instrumen perlu diuji cobakan untuk melihat validitas isi, konsistensi internal butir soal, tingkat kesukaran butir soal tes prestasi dan reliabilitas instrumen. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh data sebagai berikut : 1. Tes Kemampuan Awal a. Validitas Isi Tes Kemampuan Awal Tes kemampuan awal matematika pada materi pokok SPLDV terdiri dari 40 butir soal. Validitas isi instrumen tes kemampuan awal matematika dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pertama, ada revisi pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya, nomor butir soal yang direvisi yaitu nomor 7, 8, 9, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34, 36, 37 dan 38. Sedangkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator kedua, ada revisi pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9 dan 10. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa yang komunikatif, butir soal yang direvisi yaitu nomor 2, 6, 7, 9 dan 22. Setelah dilakukan revisi maka 40 butir soal tes kemampuan awal
57
58
matematika dinyatakan valid secara validitas isi, karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 3) b. Konsistensi Internal Butir Soal Instrumen tes kemampuan awal belajar matematika pada materi pokok SPLDV yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal, setelah dilakukan uji konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment diperoleh 26 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi indeks konsistensi internal rxy ³ 0,3 . Sedangkan 14 butir soal tidak layak digunakan karena rhit dari 14 soal tersebut (rxy butir ke 3, 12, 13, 16, 18, 20, 23, 26, 28, 33, 34, 37, 38, 39) kurang dari rxy = 0,3. Butir-butir soal yang tidak layak digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan digunakan untuk penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal tes kemampuan awal belajar matematika matematika.
(Perhitungan
konsistensi internal tes prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi datar disajikan pada Lampiran 8) c. Taraf Kesukaran Butir Soal Bö æ Berdasarkan kategori tingkat kesukaran ç P = ÷ yaitu sukar (0 £ P JS ø è
<0,30); sedang (0,30 £ P £ 0,70); dan mudah (0,70
rumus KR-20, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah r11 = 0,799327295. Karena 0,71 £ r11 < 0,90, maka soal tes prestasi belajar matematika siswa
59
tersebut termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena r11 = 0,799327295 ³ 0,7 maka soal tes kemampuan awal belajar matematika dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika siswa disajikan pada Lampiran 9) Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes kemampuan awal belajar matematika Uji Konsistensi Internal Jumlah Sebelum Uji Coba (butir) 40
Jumlah Setelah Uji Coba (butir)
26
Nomor butir soal yang tidak digunakan
3,12,13,16,18,20,23,26,
Uji Reliabilitas
Angka
0,799327295
28,33,34,37,38,39
Kriteria
tinggi
2. Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa a.
Validitas Isi Angket Angket motivasi belajar siswa terdiri dari 30 butir. Validitas isi instrumen tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS. Berdasarkan hasil validasi oleh validator pertama, kedua dan ketiga diperoleh hasil bahwa tidak ada bagian yang perlu direvisi atau ditinjau ulang karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria penelaahan angket minat belajar yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian. (Hasil validasi dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Angket Instrumen angket tingkat angket motivasi belajar matematika yang diuji cobakan sebanyak 30 butir soal, setelah dilakukan uji konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment diperoleh 28 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi indeks
60
konsistensi internal rxy ³ 0,3 . Sedangkan sebanyak 2 butir soal ( rxy butir ke 25 dan 26) tidak dapat digunakan karena rxy < 0,3. Butir-butir soal yang tidak dapat digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan digunakan dalam penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal tes angket motivasi belajar matematika siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 8). c.
Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen angket motivasi belajar matematika siswa menggunakan rumus Alpha. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah r11 = 0,7693. Karena 0,71 £ r11 < 0,90, maka angket motivasi belajar matematika siswa tersebut termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena karena r11 = 0,7693 ³ 0,7 maka soal tes prestasi belajar dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas angket minat belajar matematika siswa disajikan pada Lampiran 9) Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Coba Angket Uji Konsistensi Internal Jumlah
Jumlah
Nomor butir
Sebelum Uji
Setelah Uji
soal yang tidak
Coba (butir)
Coba (butir)
digunakan
30
28
25 dan 26
Uji Reliabilitas
Angka
Kriteria
0,7736
tinggi
3. Tes Prestasi Belajar a.
Validitas Isi Tes Prestasi Tes prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV terdiri dari 40 butir soal. Validitas isi instrumen tes prestasi
belajar matematika
dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pertama, ada revisi
61
pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya, nomer butir soal yang direvisi yaitu nomor 7, 9, 10, 15,16, 22, 29, 30, 32, 33, dan 35. Sedangkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator kedua, ada revisi pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban homogen dan logis, nomer butir soal yang direvisi yaitu nomor 2 dan 14. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang pengecoh sudah berfungsi, butir soal yang direvisi yaitu nomer 2 dan 14. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 8, 34, dan 36. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa yang komunikatif, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 7, 8, 10 dan 18. Setelah dilakukan revisi maka 40 butir soal tes prestasi dinyatakan valid secara validitas isi, karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 3) b. Konsistensi Internal Butir Soal Instrumen tes tes prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal, setelah dilakukan uji konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment diperoleh 25 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi indeks konsistensi internal rxy ³ 0,3 . Sedangkan 15 butir soal tidak layak digunakan karena rhit dari 15 soal tersebut (rxy butik ke 4, 6, 7, 15, 23, 24, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 38, 39, 40) kurang dari rxy = 0,3. Butir-butir soal yang tidak layak digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan digunakan untuk penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal tes prestasi belajar matematika. (Perhitungan konsistensi internal tes prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi datar disajikan pada Lampiran 8)
62
c.
Taraf Kesukaran Butir Soal Berdasarkan kategori tingkat kesukaran P =
B yaitu sukar (0 £ P JS
<0,30); sedang (0,30 £ P £ 0,70); dan mudah (0,70
termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena karena r11 = 0,81091932 ³ 0,7 maka soal tes prestasi belajar dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika siswa disajikan pada Lampiran 9) Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Uji Konsistensi Internal
Uji Reliabilitas
Jumlah
Jumlah
Nomor butir
Sebelum Uji
Setelah Uji
soal yang tidak
Coba (butir)
Coba (butir)
digunakan
Angka
Kriteria
4, 6, 7 , 15, 23, 40
25
24, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 38, 39,40
0,81091932
tinggi
63
B. Deskripsi Data 1. Data Kemampuan Awal Matematika Siswa Data kemampuan awal matematika siswa diperoleh melalui tes. Untuk mengetahui kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa, data yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata ( X gabm ) dan standar deviasi ( s gabk ). Untuk X k ³ X gabk + dikategorikan X gabk -
tinggi,
1 s gabk kemampuan awal matematika 2
untuk
1 1 s gabk < X k < X gabk + s gabk , 2 2
kategori
sedang
jika
X k £ X gabk -
sedangkan
1 s gabk 2
kemampuan awal matematika dikategorikan rendah. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa X gabk = 68,0625 dan s gabk = 8,0573. Sehingga untuk X k > 72,0912 dikategorikan
kemampuan awal matematika tinggi, 64,03385 £ X k £ 72,0912 dikategorikan kemampuan awal matematika sedang dan untuk X k < 64,03385 dikategorikan kemampuan awal matematika rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, untuk kelompok eksperimen terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal tinggi, 21 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal sedang dan 9 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal matematika rendah. Sedangkan untuk kelompok kontrol terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal matematika tiggi, 20 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal sedang dan 10 siswa termasuk dalam kemampuan awal matematika rendah. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30) 2. Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Data minat belajar matematika siswa diperoleh melalui angket. Untuk mengetahui
minat
belajar
yang
dimiliki
siswa,
data
yang
diperoleh
dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata ( X m ) dan standar deviasi ( s gabm ). Untuk X m ³ X gabm +
1 s gabm motivasi belajar dikategorikan tinggi, 2
64
untuk kategori sedang jika X gabm X m £ X gabm -
1 1 s gabm < X m < X gabm + s gabm , sedangkan 2 2
1 s gabm motivasi belajar dikategorikan rendah. 2
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa X gabm = 78,5
dan s gabm = 8,859. Sehingga untuk X m > 82,9295 dikategorikan motivasi
belajar tinggi, 74,0705 £ X m £ 82,9295 dikategorikan motivasi belajar sedang dan untuk X m < 74,0705 dikategorikan motivasi belajar rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, untuk kelompok eksperimen terdapat 11 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar tinggi, 17 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar sedang dan 12 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar rendah. Sedangkan untuk kelompok kontrol terdapat 11 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar tinggi, 19 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar sedang dan 10 siswa termasuk kategori motivasi belajar rendah. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30) 3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Data prestasi belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tes akhir materi pokok SPLDV setelah obyek peneliti diberi perlakuan dengan metode pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, sementara kelompok kontrol dengan metode pembelajaran konvensional. Berdasarkan data prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV kemudian ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rerata ( X ), median (Me), modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan (J) dan deviasi standar (s). Data hasil tes prestasi belajar siswa dan deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 4.4
65
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok SPLDV Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Ukuran Tendensi Sentral
Ukuran Dispersi
Kelompok X
Mo
Me
Skor min
Skor maks
J
s
Eksperimen
77,325
73
76,5
63
93
30
8,0587
Kontrol
67,25
70
68
53
78
25
6,4001
Keterangan : X : rataan
J
: jangkauan
Mo : modus
s
: standar deviasi
Me : median
C. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Pengujian Persyaratan Eksperimen Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Uji keseimbangan ini diambil dari nilai rapot matematika siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.5 Rataan dan Variansi Nilai Rapot Semester Ganjil Kelompok
Jumlah (siswa)
Rataan
Variansi
Eksperimen
40
64,625
113,15641
Kontrol
40
64,325
165,4053
Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Sampel
Lhit
Ltab
Keputusan Uji
Kesimpulan
1. Eksperimen
0.0755
0,1400 H0 tidak ditolak
Normal
2. Kontrol
0,1390
0,1400 H0 tidak ditolak
Normal
66
Dari tabel tampak bahwa harga Lhit untuk masing-masing sampel tidak melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak yang berarti masing-masing sampel tersebut berasal dari
populasi
yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32). Selain itu, juga dilakukan uji homogenitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas Sumber Kemampuan Awal
2 c obs
2 c tabel
1,3197
3,841
Keputusan Uji
Kesimpulan
H0 tidak ditolak
Homogen
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 2 2 c obs = 1,3197 sedangkan c tabel untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah c 02,05;1 = 2 3,841. Karena c obs = 1,3197 < c 02,05;1 = 3,841 maka H0 tidak ditolak. Hal ini
berarti kedua kelompok tersebut homogen.(Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 32) Data yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah nilai rapot mata pelajaran matematika siswa kelas VII semester genap dari sampel yang digunakan sebagai obyek penelitian. Kelompok eksperimen menggunakan kelas VIII C dengan jumlah siswa 40 siswa diperoleh rerata 64,625 dan variansi 113,15641. Sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan kelas VIII E dengan jumlah siswa 40 siswa diperoleh rerata 64,325 dan variansi 165,4053. Hasil
uji
keseimbangan
dengan
menggunakan
uji-t
diperoleh
tobs = 0,1137. Karena tobs = 1,4534 Ï DK = {t | t < – 1,960 atau t > 1,960}, maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33).
67
2. Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Untuk melakukan uji normalitas masing-masing sampel digunakan metode Lilliefors. Dengan menggunakan metode Lilliefors diperoleh harga statistik uji untuk taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai berikut: Tabel 4. 8 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Sumber
Lmaks
Ltab
Keputusan
Kesimpulan
Uji 1. Eksperimen
0,1103
0,1400
H0 tidak ditolak
2. Kontrol
0,1196
0,1400
H0 tidak ditolak
3. Motivasi Belajar Tinggi
0,1574
0,1832
H0 tidak ditolak
4. Motivasi Belajar Sedang
0,1301
0,1477
H0 tidak ditolak
5. Motivasi Belajar Rendah
0,1221
0,1832
H0 tidak ditolak
6. Kemampuan Awal
0,1402
0,19
Matematika Tinggi 7. Kemampuan Awal
ditolak 0,1319
0,1384
Matematika Sedang 6. Kemampuan Awal Matematika Rendah
H0 tidak
H0 tidak ditolak
0,0982
0,195
H0 tidak ditolak
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari tabel tampak bahwa harga L = Maksimal {| F (zi) - S (zi) |} pada kelompok eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi, motivasi belajar sedang, motivasi belajar rendah, kemampuan awal matematika tinggi, kemampuan awal matematika sedang, kemampuan awal matematika rendah tidak melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti masing-masing sampel
68
tersebut berasal dari
populasi
yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).
b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4. 9 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Homogenitas Sumber Model Pembelajaran Motivasi Belajar Siswa
2 c obs
Keputusan Uji
Kesimpulan
1,94
3,841 H0 tidak ditolak
Homogen
0,2837
5,991 H0 tidak ditolak
Homogen
4,7787
5,991 H0 tidak ditolak
Kemampuan Awal Matematika Siswa
2 c tabel
Homogen
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 2 2 c obs = 1,94 sedangkan c tabel untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah c 02,05;1 = 3,841. 2 Karena c obs = 1,94 < c 02,05;1 = 3,841 maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kedua
kelompok tersebut homogen. Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi, 2 2 sedang, dan rendah adalah c obs = 0,2837 sedangkan c tabel untuk tingkat 2 signifikansi 0,05 adalah c 02, 05; 2 = 5,991. Karena c obs = 0,2837 < c 02, 05; 2 = 5,991
maka H0 tidak ditolak. Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan kemampuan awal 2 matematika belajar tinggi, sedang, dan rendah adalah c obs = 4,7787 sedangkan 2 2 c tabel untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah c 02, 05; 2 = 5,991. Karena c obs = 4,7787
< c 02, 05; 2 = 5,991 maka H0 tidak ditolak.Hal ini berarti kedua kelompok tersebut homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36).
69
D. Pengujian Hipotesis Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 4. 10 berikut: Tabel 4. 10 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber A B C AB AC BC ABC Galat Total
JK
Dk
RK
1487,852969
1
1487,853
27,0023
57,7853672
2
28,8927
0,5244
139,2688
2
69,6344
1,2638
67,4169232
2
33,7085
0,6118
47,0999144
2
23,55
0,4274
356,5753928
4
89,1438
1,6178
100,6592312
4
25,1648
0,4567
3416,2556
62
55,101
5672,914198
79
Fobs
Fa
Keputusan
3,98
H0 ditolak
3,148
H0 tidak ditolak
3,148
H0 tidak ditolak
3,148
H0 tidak ditolak
3,148
H0 tidak ditolak
2,528
H0 tidak ditolak
2,528
H0 tidak ditolak
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa : 1. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran ekspositori pada materi pokok SPLDV. 2. Pada efek utama kolom (B), H0B tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi, motivasi belajar matematika sedang, dan motivasi belajar matematika rendah pada materi pokok SPLDV. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
70
3. Pada efek utama kolom (C), H0C tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal belajar matematika tinggi, kemampuan awal belajar matematika sedang, dan kemampuan awal belajar matematika rendah pada materi pokok SPLDV. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan SPLDV. 4. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak. Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika berbeda (tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi pada materi pokok SPLDV, dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori. 5. Pada efek utama interaksi (AC), H0AC tidak ditolak. Hal ini berarti siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika berbeda (tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi, pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kemampuan awal matematika yang lebih tinggi dan siswa dengan kemampuan awal matematika lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori.
71
6. Pada efek utama interaksi (BC), H0BC tidak ditolak. Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi mempunyai prestasi belajar yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika sedang dan rendah. 7. Pada efek utama interaksi (ABC), H0ABC tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 37).
E. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Dari perhitungan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.10 diperoleh Fa = 27,0023 > 3.981 = F0,05;1;74 , sehingga H0A ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika antara penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran ekspositori pada materi pokok SPLDV. Berdasarkan rataan marginal (pada siswa-siswa yang diberi metode STAD adalah 77,325 sedangkan pada siswa-siswa yang diberi metode ekspositori adalah 67,25)
sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi
metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik
daripada siswa-siswa yang
diberi metode ekspositori. Hal ini disebabkan karena metode STAD memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan ketrampilan siswa dan
72
juga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode STAD menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada metode ekspositori pada subpokok bahasan SPLDV.
2. Hipotesis Kedua Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.12 diperoleh Fb = 0,5244 < 3,148 = F0,05;4;62 , sehingga H0B tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi, motivasi belajar matematika sedang, dan motivasi belajar matematika rendah pada materi pokok SPLDV. Keputusan H 0 B tidak ditolak dimungkinkan karena adanya faktor lain yang tidak terkontrol selama penelitian yaitu pada saat pengisian angket turut mempengaruhi hasil nilai angket misalnya pengisian jawaban tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya yang dialami oleh siswa dan siswa cenderung mengisi angket dengan kondisi yang positif semua. Hal ini akan mempengaruhi skor angket yang diperoleh siswa. Padahal pada saat pengisian angket telah diarahkan agar angket tersebut diisi sesuai dengan kondisi siswa yang sebenarnya dan tidak akan mempengaruhi nilai prestasi siswa tersebut. 3. Hipotesis Ketiga Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.12 diperoleh Fc = 1,2638 < 3.131 = F0,05;4;62 , maka H0C tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi, kemampuan awal matematika sedang, dan kemampuan awal matematika rendah pada materi pokok SPLDV.
73
Keputusan H0C tidak ditolak dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran kurang sungguh-sungguh sehingga prestasi belajar yang diperoleh sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika lebih rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi tidak berbeda (mengalami peningkatan yang sama).
4. Hipotesis Keempat Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.10 diperoleh Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62, maka H0AB tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB berarti siswa yang mempunyai
motivasi belajar matematika berbeda (tinggi,
sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi pada materi pokok SPLDV, dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap kategori motivasi belajar siswa. Dan juga tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor materi, suasana pembelajaran di kelas dan juga tingkat intelegensi siswa dimungkinkan lebih menentukan
74
kemampuan siswa untuk memahami suatu permasalahan sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan tingkat intelegensi yang relatif rendah hasil prestasi belajarnya juga rendah. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas eksperimen, hampir semua siswa dengan berbagai motivasi belajar yaitu tinggi, sedang, maupun rendah ikut tertarik dan termotivasi dalam memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Akibatnya, setiap siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang, maupun rendah mengalami peningkatan prestasi yang sama. Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori muncul keluhan siswa bahwa materi yang diberikan kurang menarik dan membosankan. Faktor materi yang sulit dan pembelajaran yang kurang menarik, mengakibatkan siswa dengan berbagai motivasi belajar yaitu tinggi, sedang, maupun rendah berperilaku sama di dalam kelas sehingga apabila ada peningkatan prestasi belajar dimungkinkan hanya terjadi pada beberapa siswa dengan motivasi belajar tinggi. Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan dan bagaimana pun motivasi belajar matematika siswa, tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman 432. 5. Hipotesis Kelima Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.10 diperoleh Fac = 0,4274 < 3,148 = F0,05;4;62, maka H0AC tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB berarti Hal ini berarti siswa yang mempunyai
kemampuan awal matematika
berbeda (tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi, pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kemampuan awal matematika yang lebih tinggi dan siswa dengan kemampuan awal matematika lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif
75
tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori. Hal ini dikarenakan oleh kurang disiplinnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol, yang mengakibatkan ada sebagian siswa yang kurang perhatian pada materi yang disampaikan. Yang mengakibatkan siswa dengan berbagai kemampuan awal matematika yaitu tinggi, sedang, maupun rendah mempunyai prestasi yang tidak jauh berbeda sehingga apabila ada peningkatan prestasi belajar dimungkinkan hanya terjadi pada beberapa siswa dengan kemampuan awal matematika tinggi. Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan dan bagaimana pun kemampuan awal matematika siswa, tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman 433.
6. Hipotesis Keenam Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.12 diperoleh Fbc = 1,6178 < 2,528 = F0,05;4;62, maka H0BC tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0BC berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi mempunyai prestasi belajar yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika sedang dan rendah.. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas eksperimen maupun pada pembelajaran konvensional di kelas kontrol, siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih tinggi lebih mempunyai motivasi yang lebih tinggi. Hal ini terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang
76
mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi, mereka lebih aktif (sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran dan aktif mengerjakan soal maupun bertanya) mengikuti kegiatan pembelajaran dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika lebih rendah. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi mempunyai motivasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunayai kemampuan awal matematika sedang mempunyai motivasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika rendah. Grafik Interaksi Antara Motivasi Belajar Matematika dan Kemampuan Awal Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman 434.
7. Hipotesis Ketujuh Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.10 diperoleh Fabc = 0,4567 < 2,528= F0,05;2;62, maka H0ABC tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0ABC berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap kategori motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika siswa. Hal ini dipengaruhi oleh faktor materi, suasana pembelajaran di kelas. Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan, bagaimana pun motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Selain itu adanya variabel bebas lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang
77
memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang tidak terkontrol oleh peneliti.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode pembelajaran ekspositori pada materi pokok SPLDV. 2. Motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV. 3. Kemampuan awal matematika siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV. 4. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap kategori motivasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. 5. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap kategori kemampuan awal matematika siswa pada materi pokok SPLDV. 6. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika tinggi mempunyai prestasi yang tidak berbeda dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika rendah pada materi pokok SPLDV. 7. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
78
79
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap kategori motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa pada materi pokok SPLDV.
B. Implikasi Berdasar atas kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada materi pokok SPLDV. Dengan kata lain, motode pembelajaran yang digunakan akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV. Hal tersebut berkenaan oleh beberapa hal yaitu a.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan yaitu adanya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah akan meningkatkan ketrampilan siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai akan memperoleh manfaat malalui aktivitas tersebut, siswa menjadi lebih kritis, siswa lebih aktif bertanya dan membangun pengetahuan berdasar pengalaman mereka sendiri kemudian memberi makna pada pengetahuan itu.
b.
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung banyak faktor yang mempengaruhi siswa ataupun dari luar diri siswa seperti kondisi sosial ekonomi siswa, latar belakang keluarga dan lingkungan.
c.
Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada subpokok
80
bahasan SPLDV baik untuk siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika kategori tinggi, sedang maupun rendah
2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa pada subpokok bahasan SPLDV. Pengajaran dengan metode pembelajaran STAD dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada subpokok bahasan SPLDV. Selain itu, Usaha guru dalam membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain kemampuan awal siswa dan motivasi belajar matematika yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain itu guru perlu memperhatikan komponen lain yang mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, antara lain tingkat intelegensi, aktivitas belajar siswa, minat belajar siswa, kedisiplinan siswa, latar belakang dan lingkungan siswa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang peneliti dapat sampaikan yaitu: 1. Bagi guru Kepada guru matematika penulis memberikan saran agar pada subpokok bahasan SPLDV, pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu hendaknya guru memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, misalnya aktivitas belajar, motivasi belajar siswa, kondisi sosial ekonomi, latar belakang dan lingkungan, sehingga dapat dicari alternatif dalam membentuk pola pembelajaran dalam kelas yang mengakibatkan prestasi siswa meningkat..
81
2. Bagi siswa Siswa hendaknya memperkaya sumber belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, namun siswa harus menambah referensi tentang materi yang dipelajari dari sumber yang lain, baik media cetak seperti buku-buku bacaan maupun media elektronik seperti internet. Hal ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
3. Bagi Peneliti Lain Dalam penelitian ini metode pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi, karakteristik cara berpikir, kreativitas, aktivitas, minat siswa, dan lain-lain. Untuk peneliti lain yang akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD hendaknya lebih matang dalam persiapan, terutama kepastian alokasi waktu yang akan dipakai untuk penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Faqih. 2008. MengenalTeoriKontruktivisme. http: // ahmad faqih multiply. com/ journal/ item/. 3 Juni 2009 Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press . 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press Ballantine, J dan Larres, P. 2007. Cooperative Learning: A Pedagogy to Improve Students Generic Skill?. Journal Education & Training. v49, n2, p 126-137. Dimyati, Dr dan Mudjiono, Drs. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Hamzah B. Uno. 2007. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara Masijdo, I 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius Oemar Hamalik. 2001. Proes Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara Paul Saptono. 1996. Konstruktivisme dan Dampaknya terhadap Pendidikan. http: // www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/11/18/0236.html. 3 Juni 2009 Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: UNS Press Ruseffendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. http :// ridwan 202. wordpress. com / 2008 / 05 / 03/ ketercapaian prestasi belajar/. 2 Mei 2009 Samo. 2009. Student’s Perceptions About The Symbols, Letters And Sign And Algebra And How Do These Affect Their Learning Of Algebra : A Case Study In A Government Girl Secondary School Karaci. International Journal Of Matematics Theaching and learning. http://www.Cimt.Plymouth.ac.uk/journal/Samo.pdf. Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
82
83
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta . 1995. Matematika 2b untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Asiman and Schuster Co. Soejadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Penidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sudirman. 2007. Cerdas Aktif Matematika Pelajaran Matematika Untuk SMP. Jakarta : Ganeca Exact Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. . 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sunarto. 2009. Pengertian Metode Ekspositori. http :// sunartombs. wordpress. com/ 2009/ 03/ 09 / pengertian-metode-ekspositori /. 2 mei 2009 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Winkel, W S. 1996 . Psikologi Pengajaran . Jakarta : Gramedisa Widiasarana Indonesia . 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo. Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.