arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Eksperimen Margonda : Sinematik dalam Ruang Nina Dwi Handayani Eksperimen Margonda berawal dari pengalaman sederhana saat mengamati alur kejadian suatu peristiwa yang terjadi pada beberapa meter ruas jalan di depan Gang Cengkeh di sepanjang Margonda. Proses pergerakan dalam sebuah ruang urban yang terjadi dalam kurun waktu antara pukul 14.00-18.00 ini ternyata menghasilkan sebuah pengalaman ruang yang baru dan benar-benar berbeda. Alur bergerak dialami dari kondisi diam di satu titik dan membiarkan momen gerak yang terjadi terekam dalam kamera foto secara beruntun. Gambar sinematik di bawah ini hanya semacam contoh suasana sequel sederhana yang berhasil diurutkan secara garis besar. Selama kurun waktu menunjukkan pukul 14.00-18.00 tersebut, ruang yang terekam secara sinematik dalam foto menunjukkan sebuah narasi yang menarik. Bagaimana urutan cerita tersebut menunjukkan perubahan waktu dari suasana dengan langit biru dan cerah berubah menjadi mendung gelap dan langit berwarna kelabu, serta dari pergerakan senja menuju suasana malam hari dan
Gambar 1. Urutan sinematik eksperimen Margonda pada pukul 14.00-18.00
Sebuah eksperimen kecil kemudian dilakukan untuk menggali kemungkinankemungkinan lain yang belum terpikirkan sebelumnya dalam proses sinematik dalam ruang. Dalam arsitektur sebuah ruang kota terdapat sebuah perjalanan yang diawali dengan mempelajari perjalanan sinematik. Di dalamnya terjadi sebuah proses yang berurutan yang dapat diterjemahkan dengan media yang berbeda. Eksperimen Margonda mencoba mengintervensi urutan dalam pola sinematik termasuk intervensi dengan menggunakan software corel draw dan photoshop yang melahirkan pola ruang baru. Termasuk di dalamnya adalah dimensi ruang dan pemahaman geometri yang terbentuk dari dua dimensi menuju 3 dimensi. Teori Sinematik dalam Glass-Box Pascal Schoning Eksperimen Margonda terinspirasi dari karya Pascal Schoning dalam Glass-Box in Cinematic House. Konsep sinematik menjadi kekuatan utama dalam sebuah ruang arsitektur Schoning, yang dengan demikian melahirkan sesuatu pemahaman 2
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
yang baru. Pemahaman menjadi meluas, termasuk di dalamnya adalah interpretasi ruang berdasarkan pola yang berurutan menjadi sebuah ruang dengan cerita yang berbeda. Karya
eksperimen
instalasi
arsitektur
karya
Pascal
Schoning,
arsitek
berusaha untuk melakukan sesuatu yang berbeda dalam memahami keterkaitan antara hal-hal yang terjadi antara sinema dan arsitektur. Schoning berusaha membebaskan apa yang tertanam dalam benak kita tentang solid material— –menjadi sesuatu yang benar benar bebas terlepas dan bisa bermakna apa saja. Pada hasil eksperimennya tersebut terdapat satu pernyataannya yang menarik, bahwa emosi kita mampu tampil sebagai materi bangunan yang bernilai potensi tinggi. Schoning membentuk sebuah ruang dari kaca dan didalamnya diproyeksikan sebuah sekuen gambar yang telah di program sedemikian rupa, menjadikan rumah kaca ini menjadi media yang dapat dinikmati dari beragam sudut dan intepretasi.
Gambar 2. Glass box karya Pascal Schoning
Schoning banyak bereksplorasi dengan proses sinematik dan arsitektur. Termasuk di dalamnya adalah sebuah pernyataannya tentang Manifesto for Architecture. Manifesto tersebut bercerita mengenai proses transformasi yang terjadi dari energi yang dapat terbentuk dari setiap orang yang melakukan dan merasakan pengalaman atas ruang tersebut. “Cinematic Architecture is a manifesto for an architecture that transforms solid material into the appearance of energy and spatiality. Its main building material is light and its ultimate aim is to achieve an ethereal state which only becomes real when it is energized by the person who occupies it.” (Schoning, 2006) 1. 2.
Sebuah representasi akan sebuah dunia cerita, penggambaran ‘beberapa bagian’ dari kenyataan dan maknanya yang lebih luas. Sebuah struktur yang berupa sebuah seni khusus dalam mengombinasikan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan —dari teori Vladimir Propp 3
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
3.
Sebuah proses menyeleksi, menyusun dan memerankan materi cerita guna mencapai efek temporal tertentu di benak penerima / penonton – narasi.
Poin kedua menyatakan tentang unsur narasi atau cerita yang dapat kita temui dalam sebuah proses sinematik. Dalam membentuk cerita diperlukan sebuah struktur yang menyatukan satu demi satu bagian untuk membentuk satu cerita besar, baik itu adegan gambar dan suasana.. Sinematik dan arsitektur adalah sebuah proses yang kadang berlangsung secara mutualisme. Keduanya sama-sama memiliki fungsi untuk mengartikulasikan ruang hidup. Ekspresi yang tertangkap dalam sebuah ekspresi sinematik adalah sebuah struktur arsitektural yang melekat. Demikian halnya pada pengalaman arsitektur yang memiliki esensi atas sinematik itu sendiri. Di sisi lain, arsitektur sebagai elemen kunci dari mise-en-scene ini diuraikan dalam eksplorasi sinematik berlaku pada arsitektur dan keprihatinan baru pada urbanisme, spasialitas dan media, bioskop menjadi kata kunci baru di bidang arsitektur dan sering dirujuk dalam arsitektur, analisis desain dan kritik. Aristoteles memiliki teori tentang mimesis yang bermakna membawa kenyataan ke dalam sebuah tiruan atau replika. Terdapat 3 konsep dasar, yakni piranti teori mimetik yang dinyatakan oleh Aristoteles, narasi adalah penyajian tontonan. act of vision Konsep ini kemudian berkembang melalui makna perspektif yang berarti melihat. Perspektif merupakan cara yang paling praktis untuk mengenali obyek dan Perspektif menjadi konsep yang paling sentral dan paling terperinci dalam narasi tersebut menjadi: the pictorial the dramatic Berdasarkan teori tersebut diatas, dalam sebuah proses narasi atau bercerita memungkinkan adanya sebuah konsep pictorial dan dramatic, dan apabila yang bergerak harus mampu terinterpretasikan pula secara arsitektural. Saya antiklimaks pada saat narasi tersebut ditransfer dalam bahasa ruang. Akankah berbentuk semacam alur yang membawa pada sebuah suasana ruang yang sama, atau bahkan membebaskan sama sekali. Berkaitan dengan teori mimesis Aristoteles di atas, titik berat konsep narasi tersebut ada pada penyajian tontonan sekaligus sifatnya yang berfungsi menunjukkan. Terdapat usaha untuk menunjukkan sesuatu baik yang terlihat atau tersembunyi, yang terlihat dalam sebuah urutan gambar-gambar yang tersajikan secara bersekuel. Sesuatu yang tertunjukkan itulah akhirnya mampu diterjemahkan dalam sebuah radian yang luas dengan interpretasi yang sangat berbeda pula. Eksperimen Margonda Berangkat dari eksperimen Schoning, saya mencoba memperkenalkan Eksperimen 4
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Margonda. Eksperimen Margonda mengambil lokasi pada beberapa meter ruas jalan di sepanjang jalan Margonda, Depok. Yang diujicobakan dalam eksperimen ini adalah sebuah cara untuk mengintervensi runutan yang terjadi dengan mengaburkan urutan atau sequel yang sudah ada, termasuk membalik imaji yang tercipta dengan bantuan program software Corel-Draw dan Photoshop. Hal ini dimungkinkan untuk membentuk imaji atas cahaya matahari yang tersimpan dalam bentuk foto aslinya dengan bentukan imaji baru yang benar-benar berbeda atau menghasilkan sesuatu yang sangat baru dan bermakna lain. Pada proses intervensi ini, kita akan melihat cahaya matahari sebagai sesuatu yang bisa tampil dengan komposisi gelap terang, bentuk dan ruang yang berbeda, dengan perlakuan atau intervensi yang berbeda pula. Pada dasarnya proses intervensi pun saya sebutkan akan bisa berlaku tanpa batas serta menghasilkan sesuatu yang akan tanpa batas pula. Pada proses pembentukan sesuatu yang baru tersebut, sebuah proses bertahap ruang urban ditangkap melalui media kamera. Kemudian diintervensi dengan sebuah tools dari program komputer agar mampu menghasilkan sebuah narasi yang berbeda. top-up book yang memungkinkan sebuah usaha untuk mencari inti sari dari sebuah konsep sinematik. Terdapat sebuah cerita atau narasi baik yang terlihat atau tersembunyi dalam sebuah teks yang mengacu pada sebuah runutan peristiwa yang terekam Dengan cara memperlihatkan imaji ruang yang terintervensi software Corel-Draw yang menampilkan sequel dalam bentuk yang berkebalikan, maka diharapkan dapat sekaligus membentuk imaji yang terinterpretasikan menjadi tampilan yang unik dan dapat diulangi. Gambar di samping memperlihatkan imaji ruang yang terintervensi software Corel-Draw yang menampilkan sequel suasana dan cahaya yang benar-benar berbeda. Menunjukkan sebuah narasi yang memperlihatkan semacam permainan bentuk dan warna terhadap obyek arsitektural yang ada. Bagaimana anak-anak dapat menunjukkan bangunan berkubah merah yang sangat iconic di sepanjang jalan Margonda,
Gambar 3. Eksperimen Margonda bagian 1
yang berseberangan. Termasuk mobil sedan merah yang melaju. Kita juga bisa melihat untuk jalur yang lebar seperti Margonda tidak banyak shelter untuk para pejalan kaki, walaupun Margonda termasuk jalur paling padat di Depok.
Gambar di samping memperlihatkan imej ruang dengan suasana yang berganti mendung dan awan bergerak berwarna kelabu. Narasi dalam buku cerita ini adalah mencari sebuah payung yang harus ditemukan pada saat anak-anak mempersiapkan diri mereka dalam hujan.
Gambar 4. Eksperimen Margonda 2
Suasana yang terbangun adalah bagaimana mereka menikmati warna awan yang gelap, jalanan aspal yang basah, dan beberapa lampu mobil dan bangunan mulai dinyalakan. 5
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Memperlihatkan permainan poros yang berkebalikan yang membentuk sebuah narasi yang berbeda dari imej jalan Margonda dan gedung Alfa-Midi. Dalam geometri kita mengenal sumbu simetri yang mengakibatkan sisi kiri dan kanan akan membentuk pola A-A’. Akan tetapi intervensi yang dilakukan melahirkan bentuk A’ menjadi bayangan dalam blok-blok bentuk dan warna yang tereduksi, meskipun pola A-A’ tetap berlaku sempurna.
Permainan poros atau sumbu dengan kondisi yang lebih tajam membawa imajinasi ruang yang jauh berbeda. Anak-anak dapat meilhatnya dan menemukan pola-pola bentukan semacam pola mata serangga., atau hal-hal yang berkaitan dengan imajinasi anak-anak yang melhatnya dari jalanan Margonda dan gedung Alfa-Midi.
Permainan berikutnya adalah Margonda dalam intervensi positif dan negatif. Digambarkan dengan intervensi kontras hitam dan putih. Terdapat banyak hidden-story dalam pilihan intervensi ini, gambar di atas hanyalah sebuah contoh sederhana. Permainan ini dimaksudkan untuk menantang anak-anak untuk menemukan bentuk-bentuk baru yang diterjemahkan dari jalanan Margonda.
6
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Tampilan media pop-up book dalam Eksperimen Margonda adalah salah satu pilihan menarik untuk membangun karakter tiga dimensi yang meruang. Anakanak memiliki pengalaman atas cerita yang dapat mereka pilih sendiri untuk diterjemahkan sekaligus memahami karakter gelap terang dan dimensi ruang yang terjadi pada cerita tersebut. Pop-up book memiliki karakter kejutan akan cerita yang tertunda di baliknya, dan hal tersebut dapat merangsang imajinasi anak-anak dalam bercerita. Eksperimen Margonda dieksplorasi melalui intervensi tersebut, bisa jadi kita akan menemukan sesuatu yang lain yang berbeda dari tampilan sekuens yang ada. Eksperimen ini memiliki kaitan erat dengan narasi dalam arsitektur. Konsep top-up book yang dipilih untuk menterjemahkan Eksperimen Margonda pada akhirnya memunculkan pola-pola yang memungkinkan siapapun dapat melihat dan memahami cerita di dalamnya. Selain itu, pengguna dapat menyentuh dan bereksplorasi dengan pola 3 dimensi karena terdapat bagian yang dipotong dan terlipat untuk menarik keingintahuan pembaca. Desain dan termasuk arsitektur pada hakekatnya adalah sebuah konsep yang seharusnya bisa diterima universal oleh setiap manusia dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimilikinya. Pemahaman tersebut akan menempatkan kembali manusia untuk berkomunikasi dengan menggunakan indera yang dimiliki pada ruang yang dimasukinya. Orang-orang dengan memiliki kapasitas yang sama untuk bisa berkomunikasi dengan ruang yang dimasukinya. Konsep top-up book untuk menjelaskan olah rasa inderawi ini dapat dikembangkan pada pola yang lebih nyata, yaitu eksplorasinya terhadap arsitektur dengan cara yang sangat unik. Kemampuan visual yang kita miliki menempati porsi terbesar manusia dalam beraktivitas. Namun dalam perkembangannya banyak studi yang mengangkat kekuatan indera yang lain seperti sentuhan, suara, penciuman dan pengecap sampai kemungkinan pengembangan studi tentang sensory yang lain, seperti pemahaman akan suhu, otak tengah sampai pada kemampuan keseimbangan. Pada saat semua sensory yang kita miliki mampu terstimulasi dengan baik dan mampu berinteraksi dengan karya arsitektural, hal tersebut menjadi suatu value yang dapat menjadi kekuatan karya arsitektur terbangun. Satu hal lainnya adalah keterlibatan memori yang mungkin sangat berperan dalam menggerakkan semua organ sensory dalam tubuh kita. melahirkan kemungkinan sebuah cerita atau narasi, yang bisa tertangkap dengan jelas ataupun tersembunyi dan melahirkan pengalaman baru yang benarbenar berbeda sama sekali. Berdasarkan karya Pascal Schoning, Eksperimen Margonda mencoba menangkap esensi perjalanan yang direkam di beberapa meter ruas jalan Margonda dan mencoba menampilkan sisi lain dari hidden-story dengan intervensi terhadap urutan yang terjadi dan sekaligus melahirkan media yang berbeda dalam mengalami ruang.
7
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Referensi Film Art: An Introduction. New York: McGraw-Hill. Special Issue of Jianzhushi (The Architect). Bimonthly edition. Morphology of The Folkstale2nd. Austin: University of Texas Press. Manifesto for a Sinematik Architecture Architectural Association School of Architecture.
8