EKOWISATA BAHARI, MENGAPA TIDAK? Oleh : Bambang Ariyo Damar Kepariwisataan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan
adalah keseluruhan kegiatan yang
terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha, dengan beberapa tujuan disebutkan yaitu: a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, b. meningkatkan kesejahteraan rakyat, c. menghapus kemiskinan, d. mengatasi pengangguran, e. melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, lima tujuan tersebut lebih bermotif ekonomi dan lingkungan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Dampak Ekonomi Secara formal, para ahli membedakan dampak ekonomi yang terjadi karena kegiatan pariwisata, terdiri dari Efek Langsung (Direct Effects), Efek Tidak Langsung (Indirect Effects) dan Efek Induksi (Induced Effects). Sementara itu, Efek Tidak Langsung dan Efek Induksi kadang-kadang disebutnya sebagai Efek Sekunder (Secondary Effects) yang menyertai Efek Langsung selaku Efek Primer (Primary Effect)
. Dampak total
ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun induksi, yang masing-masing dapat diukur sebagai keluaran bruto (gross output) atau penjualan (sales), penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added). Secara nyata, kegiatan pariwisata memberikan manfaat pada penjualan, keuntungan, lapangan kerja, pendapatan pajak dan penghasilan dalam suatu daerah. Dampak yang paling dirasakan
langsung, terjadi di dalam sub-sektor pariwisata primer, penginapan, restoran, angkutan, hiburan dan perdagangan eceran (retail) 1. Kepariwisataan digambarkan
dalam
sebagai contoh
stimulan ringan
kegiatan
sebagai
ekonomi
berikut:
jika
dapat Cilacap
kedatangan 100 ribu orang saja wisatawan pada tahun 2014 ini dan mereka menginap di Cilacap, dan mereka perlu 1 butir telor untuk sarapan tiap pagi, maka diperlukan 100 ribu butir telor. Lalu siapa yang memasok telor itu? jawabannya adalah masyarakat peternak. Contoh sedarhana lain adalah: bayangkan bila Cilacap bisa menahan satu malam saja wisatawan yang berangkat dari barat yaitu dari arah Jawa Barat/Pangandaran yang menuju ke timur Jogja-Solo-Bali dan mereka yang singgah di Cilacap itu menginap di hotel-hotel yang ada di Cilacap, maka dipastikan ekonomi Cilacap akan bergerak lebih kencang lagi. Trend Global Pariwisata Namun tidak berhenti pada efek ekonomi saja, dewasa ini tren pariwisata sudah bergerak lebih jauh lagi, tidak sekadar melihat pemandangan alam lalu pergi begitu saja, Pariwisata harus menguntungkan secara ekonomi, tetapi
sekaligus
juga
dapat
melestarikan
lingkungan
alam
dan
kebudayaan, oleh karena itulah muncul konsep ecotourism atau ekowisata. Bahkan belakangan ini ada kecenderungan ekowisata menjadi salah satu produk pariwisata paling populer di dunia. Keinginan para wisatawan saat ini yang utama adalah konservasi alam, para wisatawan lebih ingin ikut terlibat langsung dalam konservasi alam itu, bukan lagi sekadar dilayani. Pengertian Ekowisata2 Apa yang disebut dengan ekowisata atau sering juga ditulis atau disebut dengan ekoturisme, wisata ekologi, ecotoursism, eco-tourism, eco tourism, eco tour, eco-tour dan sebagainya? Rumusan 'ecotourism' sebagaimana dikemukakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal 1 2
http://caretourism.wordpress.com http://caretourism.wordpress.com
tahun 1990 yaitu sebagai berikut: "Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people." "Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”. Dalam ekowisata, prinsip tanggung jawab dan menghormati alam dan budaya
setempat
menyesuaikan
diri
menjadi dengan
sangat budaya
penting. dan
situasi
Wisatawan
harus
setempat,
bukan
sebaliknya. Wisatawan juga harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan menghormati budaya dari kawasan yang dikunjunginya Potensi Ekowisata Cilacap Bicara ekowisata yang potensial untuk dikembangkan tidak bisa dipisahkan antara Pulau Nusakambangan dengan Segara Anakan, keduanya seyogyanya terintegrasi menjadi satu destinasi dan daya tarik, perpaduan antara ekowisata nusakambangan dan wisata bahari segara anakan. 1. Jelajah Nusakambangan Pulau Nusakambangan yang memanjang dari barat ketimur sepanjang kurang lebih 36 km dan lebar antara 4 – 6 km dengan luas keseluruhan sekitar 210 km2 atau 21.000 ha memang menyimpan misteri dan daya tarik wisata seperti goa, pantai, benteng dan keindahan batukarang dan keindahan panorama alam, hutan cagar alam, dan hutan belantara, sebut saja misalnya: Goa Ratu, Goa Putri, Goa Masigitsela, Goa Bendung, Goa Ronggeng, Pantai Permisan, Pantai Pasir Putih, Pantai Rancababakan. Selain diajak untuk sekadar bersantai menikmati pamandangan alam dan terlepas dari kejenuhan aktivitas sehari-hari dan mampu memberikan nuansa alam yang asli kepada wisatawan (leisure tourism),
Para
wisatawan juga juga dapat berinteraksi secara langsung menjelajahi bentang alam (out door tourism) yang ada misalnya: hiking/ forest trekking, bersepeda/ cycling (jika nantinya tersedia jalur/ track) atau jelajah
goa/ caving). Selain itu untuk menambah pengalaman/ experience serta aktualisasi diri dan terlibat dengan melestarikan kekayaan alam dan ekosistem para wisatawan bisa berkontribusi secara langsung dalam gerakan penghijauan/ reboisasi hutan yaitu dengan menanam pohon di pulau ini. 2. Hutan Mangrove Hutan Mangrove di Segara Anakan tergolong mempunyai diversitas vegetasi yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP) UGM tahun 2001 – 2002, menunjukan bahwa di suatu kawasan hutan Mangrove di Segara Anakan, dapat ditemukan sekitar 30 spesies tumbuhan. Sebagai ekosistem pasang surut, ekosistem hutan Mangrove akan didominasi air laut ketika air pasang, dan ketika air surut yang dominant adalah air tawar. Dengan demikian, komoditas hutan Mangrove mempunyai toleransi yang lebar terhadap perubahan salinitas. Hutan Mangrove di Segara Anakan merupakan habitat dari berbagai satwa liar. Kalau kita berlayar dengan menggunakan jakung (perahu kecil) atau compreng (perahu yang berukuran lebih besar yang dapat mengangkut belasan orang penumpang) menyusuri kanalkanal di sela-sela hutan Mangrove yang oleh masyarakat setempat disebut kali atau lorongan 3 . Berjalan di atas akar dan disekitar batang bakau
sungguh
mengasyikan,
dengan
udara
yang
sejuk
dan
pemandangan yang hijau, wisatawan juga bisa turut aktif dalam pelestarian hutan bakau dengan secara langsung terlibat dalam penanaman mangrove di area hutan mangrove. 3. Wisata Bahari Segara Anakan Segara Anakan itu sendiri adalah suatu laguna yang dalam hubungannya dengan Samudera Hindia dipisahkan oleh pulau Nusakambangan. Akibat dari adanya Pulau Nusakambangan itu maka, keganasan ombak Samudera Hindia menjadi terhalang, sehingga keadaan perairan di 3
http://cilacapmedia.com/index.php/component/content/article/14-budaya/778-menelusurisejarah-kampung-laut
Segara Anakan relatif tenang. Air laut Samudera Hindia masuk ke laguna ini melalui plawangan atau pintu selat Nusakambangan baik yang ada di ujung Timur maupun di ujung Barat. Di Segara Anakan, air laut Samudera Hindia itu bertemu dengan air tawar yang ditumpahkan oleh sungai-sungai yang mengalir dari daratan tinggi disebelah Utara, misalnya sungai Citandui, sungai Cibeureum, sungai Cikonde, sungai Cemeneng, dan lainlain. Berkeliling di laguna itu sembari bersantai di atas kapal sungguh sangat mengasyikan sembari menikmati pemandangan alamnya. Keindahan lingkungan Segara Anakan dengan sajian hutan mangrove-nya yang merupakan habitat mangrove terbesar se-Asia merupakan salah satu potensi wisata yang dapat kita nikmati di daerah ini. Bagi yang hobi mancing, Segara Anakan pun jadi surganya. Beragam ikan hewan laut bisa ditemui seperti ikan kerapu, udang galah, sidat dan lainnya 4. Pengamatan Burung Berbagai
jenis burung
ternyata
banyak terdapat
di Area
Pulau
Nusakambangan dan Segara Anakan, jadi ada nilai plus selama para wisatawan berada di daerah tersebut, selain berwisata alam dan berkontribusi
tehadap
ekosistem,
para
wisatawan
juga
disuguhi
pemandangan dari beberapa jenis burung yang hidup disana, bisa menjadi sarana edukasi bagi para penggemar dan peneliti burung seperti mempelajari pola migrasi, pola reproduksi dan sebagainya. Tercatat lebih dari 63 species burung baik dari hutan dataran rendah maupun hutan mangrove terdapat di Nusakambangan dan Segara Anakan 4 , bahkan beberapa diantaranya sudah dikategorikan langka/ rentan seperti: bangau bluwok (Mycteria cinerea) dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus). 5. Desa Wisata Kampung Laut Kampung Laut adalah sebutan untuk seluruh pemukiman yang berada di Segara Anakan, yaitu kawasan perairan yang terletak di antara daratan 4
Ekspedisi Sahabat Burung Indonesi (SBI) Ke Important Bird Area (IBA) Segara Anakan, Nusa Kambangan – Cilacap 1-4 JULI 2004/ http://diarone.wordpress.com/2009/02/03/ekspedisisahabat-burung-indonesi-sbi-ke-important-bird-area-iba-segara-anakan-nusa-kambangancilacap-1-4-juli-2004/
Cilacap sebelah Barat dengan Pulau Nusakambangan. Kampung Laut pada awalnya adalah suatu kawan pemukiman yang berdiri di atas laut dengan rumah-rumah panggung sebagai tempat tinggal warganya. Namun kini seiring kemajuan zaman dan perubahan lingkungan sudah tidak ada lagi pemukiman yang berdiri di atas air dengan rumah panggungnya. Namun demikian kampung laut tetaplah unik, suatu kawasan pedesaan di Pulau Nusakambangan yang potensial untuk dijadikan destinasi ekowisata yaitu sebagai Desa Wisata yaitu dengan menghidupkan kembali suasana asli perkampungan di atas air dalam bentuk homestay, tentu akan memberikan pengalaman tersendiri yang unik bagi siapa saja yang mengunjunginya. Jadikan Regional Class Icon5 Tidak berhenti sampai tahap eksplorasi dan potensi ekowisata, namun tidak kalah penting adalah menjadikan ekowisata tersebut sebagai regional class icon minimal untuk Jawa Tengah, suatu keunikan yang khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, suatu keunikan yang mampu menjadi branding bagi promosi pariwisata Cilacap agar mudah diingat dan mampu menjadi word of mouth di kalangan orang-orang (sebagai calon wisatawan potensial) yang memiliki interest yang sama. Dengan bentang alamnya yang indah di Nusakambangan dan Segara Anakan, keanekaragaman hayati dan budayanya, Cilacap dapat menjadi
trendsetter dalam
pengelolaan ekowisata di tingkat regional bahkan nasional
5
Tourism Marketing 3.0 Turning Tourist to Advocate