PEMANFAATAN BLOG DALAM MEMASARKAN PERPUSTAKAAN: Mengapa Tidak? Anita Nusantari (Pustakawan UK Petra Surabaya)
[email protected] & Henny Linggawati Holbrook (Pustakawan Cobb County Public Library System,Georgia-USA)
[email protected]
ABSTRAK Ditengah-tengah abad dijital dimana kemajuan teknologi informasi sedemikian pesat, perpustakaan sudah waktunya membuka diri terhadap perubahan. Pustakawan dituntut untuk dapat melihat berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi informasi tersebut. Perpustakaan perlu mulai berbenah dan bersiap melakukan pemasaran agar tetap atau bahkan makin diminati penggunanya. Blog adalah salah satu alternatif media yang memberikan peluang bagi perpustakaan untuk memasarkan produk dan layanannya. Dengan keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang selalu menjadi keluhan perpustakaan, fasilitas blog adalah salah satu solusi untuk melakukan pemasaran layanan perpustakaan yang efektif.
PENDAHULUAN Apakah yang harus dilakukan perpustakaan agar tetap diminati oleh penggunanya? Ini adalah sebuah pertanyaan sederhana, yang disadari atau tidak, menjadi dasar dari setiap perpustakaan yang ada, baik di Indonesia maupun di Amerika, untuk terus memacu layanan yang diberikan kepada penggunanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan sebuah perpustakaan terkait erat dengan pengguna yang menggunakan jasa-jasa layanan
perpustakaan tersebut. Angka-angka statistik yang tertera di laporan penggunaan jasa-jasa layanan perpustakaan dapat dijadikan sebagai barometer performa perpustakaan. Apalah arti sebuah perpustakaan tanpa adanya pemanfaatan jasa-jasa layanan perpustakaan yang signifikan dari penggunanya. Keberadaan perpustakaan harus memberi arti dan manfaat bagi pengguna yang dilayaninya.
Ditengah-tengah abad dijital, dimana kemajuan teknologi informasi sedemikian pesat perpustakaan sudah waktunya membuka diri terhadap perubahan. Pustakawan dituntut untuk dapat melihat berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi informasi tersebut. Perpustakaan perlu mulai berbenah dan bersiap melakukan pemasaran agar tetap atau bahkan makin diminati penggunanya.
Menurut Weingand (1987)
pemasaran adalah “an exchange relationship“. Pemasaran adalah sebuah proses yang bisa memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Weingand menggambarkan pemasaran seperti simbol masyarakat Tionghoa Yin & Yang pada Gambar 1.
Library Service
Community needs
Gambar 1. Simbol masyarakat Tionghoa (Weingand, 1987)
Pada Gambar 1 yang menggambarkan simbol masyarakat Tionghoa tersebut, bagaimana Yin menyatu dengan Yang, Weingand menuliskan Layanan Perpustakaan merupakan satu kesatuan dengan kebutuhan komunitas yang dilayani. Perpustakaan dituntut tidak cukup membuat produk kemudian menawarkannya ke pengguna, tetapi perpustakaan dituntut harus bisa menciptakan produk-produk layanan yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Perpustakaan harus melihat kembali hubungan yang ada saat ini antara produsen (perpustakaan) dan konsumen (pengguna perpustakaan), dan menggunakan prinsip-prinsip pemasaran agar kesatuan antara Layanan Perpustakaan dan kebutuhan komunitas yang dilayani dapat terwujud dengan sempurna.
PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERPUSTAKAAN Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi, informasi memberikan dampak yang sangat besar bagi perpustakaan. Perkembangan ini memunculkan berbagai penamaan baru dalam konsep perpustakaan modern seperti perpustakaan tanpa dinding (Library without walls), perpustakaan dijital (digital library), perpustakaan maya (virtual library), maupun perpustakaan elektronik (e-library).
Dalam fungsinya sebagai pusat informasi, perpustakaan sangat disibukkan dengan kegiatan mengumpulkan, mengevaluasi, menyeleksi, dan menyebarkan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. Didalam menjalankan fungsinya untuk melayani kebutuhan penggunanya tersebut, perpustakaan dipacu untuk melihat kemajuan teknologi sebagai partner yang membantu fungsi perpustakaan itu sendiri. Penggunaan teknologi
komputer yang terus berkembang, dimanfaatkan untuk sarana penyimpanan dan temu kembali informasi yang efisien dan efektif. Dengan berkembangnya teknologi Internet, keberadaan website menjanjikan sebagai sarana yang efektif untuk memasarkan produkproduk layanan perpustakaan untuk mencapai target pengguna yang diinginkan.
Kemajuan teknologi ini tidak saja semakin hari semakin canggih, akan tetapi juga semakin murah dan mudahnya
pemanfaatannya bagi orang awam. Disamping itu,
kemajuan teknologi yang pesat tersebut, memberikan begitu banyak pilihan akan produkproduk teknologi yang dapat dimanfaatkan. Hal ini menuntut pustakawan untuk dapat kreatif memanfaatkan setiap keuntungan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi tersebut.
Dalam kenyataannya, kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesat ini mampu merubah praktek pelaksanaan layanan perpustakaan. John Ashford, dikutip dari Mustafa (1998), menggambarkan perubahan praktek layanan perpustakaan seperti digambarkan pada Gambar 2.
Traditional
Selection
Automated
More sources
Acquisition Less manual works, Cataloguing
More sharing
Circulation
User support
This is what the skills of librarian are really meant for
Gambar 2: Libraries toward 2000: The changing tasks of the librarian
Gambar 2 menunjukkan terjadinya pergeseran porsi penyerapan waktu dan energi pustakawan. Pergeseran pekerjaan terjadi dari yang bersifat teknis ke arah layanan dan resource sharing. Hal tersebut terjadi karena secara berangsur-angsur pekerjaan teknis sudah ditangani secara terpadu dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Selain merubah praktek pelaksanaan layanan perpustakaan, Lancaster
(1997)
mengemukakan
berbagai
keuntungan
Rowley (1980) dan perpustakaan
apabila
memanfaatkan teknologi informasi. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain: pemenuhan kebutuhan akan peningkatan efisiensi, kebutuhan untuk menangani infomasi dan aktivitas yang lebih besar, menciptakan peluang untuk pengembangan layanan baru, serta meningkatkan manajemen perpustakaan secara keseluruhan karena adanya pengelolaan data yang lebih cepat dan lebih baik.
Ada berbagai macam teknologi informasi yang ditawarkan yang bisa dimanfaatkan untuk pemasaran perpustakaan. Pustakawan harus dengan bijaksana dan jeli memilih teknologi informasi seperti apa yang sesuai digunakan untuk memasarkan perpustakaannya. Tulisan ini akan mengulas weblog (blog) sebagai salah satu alternatif untuk memasarkan perpustakaan. Apakah itu blog serta berbagai alasan mengapa menggunakan blog akan dipaparkan berikut ini.
DEFINISI WEBLOG Menurut Fichter, Blog, kependekan dari Weblog, adalah situs Web yang memuat entrientri singkat, ditampilkan dalam urutan kronologis terbalik. Blog ini cukup bervariasi, dari catatan harian seseorang sampai pada situs berita yang memantau perkembangan dalam topik apapun dari berita di luar Mongolia sampai ke masalah hak cipta.
Lebih lanjut pembahasan tentang arti blog ini dijelaskan dengan bahasa yang lebih popular, gamblang, dan mudah dimengerti melalui kompilasi definisi oleh Enda Nasution
dalam artikelnya “Apa itu Blog?” di Enda Nasution’s Weblog. Menurut Jorn Barger yang dikutip oleh Enda Nasution, istilah Weblog adalah untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri. Selanjutnya, kutipan lain yang diambil oleh Enda Nasution, yang menambahkan tentang definisi Weblog ini, dikutip dari Cameron Barret yang menulis pada Blog-nya essay berjudul Anatomy of a Weblog dikatakan:“Blog seringkali sangat terfokus pada sebuah subjek unik yaitu sebuah topik dasar dan/atau sebuah konsep yang menyatukan tematema dalam Blog tersebut.”
ALASAN-ALASAN MEMILIH WEBLOG
Mengapa memilih Weblog ? Fichter memberikan alasan karena penggunaan blog yang sangat mudah. Pustakawan tidak perlu memiliki keahlian khusus dalam penulisan web. Cukup hanya berbekal “bisa berinternet” saja. Pustakawan hanya perlu menuliskan identitas diri untuk kemudian memilih desain. Setelah itu perpustakaan sudah memiliki sebuah blog. Nasution (2007) menambahkan berbagai alasan menggunakan blog. Ada 8 alasan yang dikemukakan. Yang pertama adalah tanpa biaya. Hal ini dikarenakan penyedia layanan web untuk membuat blog banyak ditawarkan tanpa biaya, atau kalau dengan biaya biasanya relatif sangat murah. Bandingkan hal ini dengan pembuatan situs Web yang perlu biaya lumayan untuk mendaftarkan URL yang dipilih. Yang kedua adalah mudah. Pengguna tidak perlu mempunyai pengetahuan yang canggih akan bahasa HTML dan sebagainya. Cukup mendaftarkan diri di penyedia layanan blog yang tersedia.
Pengguna sudah dapat ber blogging ria. Selanjutnya, yang ketiga, adalah cocok untuk siapa saja. Yang keempat adalah memberikan “sense of purpose.” Kelima, melatih kemampuan berfikir. Keenam, sebagai tempat untuk berbagi dan berekspresi. Hal ini dimungkinkan dengan adanya fitur komentar di dalam pembuatan blog tersebut. Dan yang ketujuh adalah memiliki komunitas sendiri. Dengan pilihan topik yang khas dan unik, hal ini mengundang komunitas tersendiri untuk berbagi tentang topik yang dipilih tersebut. Yang terakhir adalah sebagai "The New Media" di Internet.
Selanjutnya, Abram seperti dikutip Albanese (2006) mengatakan blog dapat digunakan untuk membuat folksonomies dan message board. Blog juga dapat menciptakan context, pembelajaran, komunitas, dan memperbaiki kualitas. Blog bahkan memungkinkan pengguna untuk menambahkan review pada katalog perpustakaan. Hal ini adalah trend jangka panjang. Evan juga dikutip oleh Albanese mengemukakan pendapatnya berbagai interaksi online yang tidak formal sangat penting bagi masa depan perpustakaan. Dengan berbagai alasan diatas, blog merupakan salah satu peluang untuk memasarkan produk dan layanan perpustakaan.
KEGUNAAN BLOG
Apa saja yang bisa dilakukan dengan blog? Fitcher menuliskan yang bisa dilakukan perpustakaan dengan blog sebagai berikut:
1) Mempromosikan kegiatan perpustakaan
2) Mendukung
pengguna
perpustakaan
yang
setia
memanfaatkan
layanan
perpustakaan 3) Menciptakan kedekatan dengan komunitas yang dilayani 4) Mendukung komunitas yang dilayani 5) Menciptakan ikatan-ikatan baru
Dengan keterbatasan SDM, waktu, dan dana yang merupakan keluhan yang sering kita dengarkan dari para pustakawan, blog merupakan pilihan yang sangat sesuai untuk mempromosikan kegiatan perpustakaan. Tentunya dalam hal ini dituntut kekreatifan pustakawan untuk memanfaatkan fasilitas yang murah meriah ini. Contoh kegiatan pemasaran layanan perpustakaan yang dapat dilakukan dengan fasilitas blog ini adalah promosi koleksi baru yang dimiliki perpustakaan. Fitcher menyarankan untuk mengelompokkan koleksi baru kedalam topik-topik yang menarik seperti: horror, misteri, roman, fiksi dan lain sebagainya. Sangat menarik apabila diadakan review buku baru dan didiskusikan dengan pengguna dan libatkan pengguna agar bisa merekomendasikan ke pengguna lain. Dapat juga dilakukan promosi program minat baca bagi komunitas yang dilayani, seperti yang dilakukan oleh perpustakaan penulis di perpustakaan umum Cobb County di Georgia-Amerika dalam mempromosikan program membaca Let’s Read Cobb! Dan masih banyak kegiatan perpustakaan lainnya yang dapat dibuat interaktif dengan pengguna sehingga membuat blog perpustakaan tersebut menarik ditengah tengah keberadaan blog blog lainnya di alam maya ini.
Fitcher memberikan tip-tip berguna yang dapat menarik pengguna untuk mengunjungi blog perpustakaan tersebut, misalnya kutipan-kutipan dari karya-karya sastra terkenal
yang selalu di update setiap hari, mengadakan kuis setiap hari Jumat, berbagi hal-hal yang pengalaman-pengalaman yang menarik tentang kampus seminggu sekali dan lain sebagainya. Fitcher juga menegaskan jangan terlalu takut untuk mengembangkan “keunikan” dari blog yang dimiliki perpustakaan.
Tidak akan mengherankan apabila kemudian dengan blog perpustakaan ini akan dapat meraih komunitas baru. Dengan sifat blog yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, perpustakaan berkesempatan dapat menjangkau pengguna sebanyak mungkin.
WAKTU YANG TEPAT MENGGUNAKAN BLOG Kapan saatnya perpustakaan menggunakan blog? Fitcher menuliskan pastikan terlebih dahulu blog adalah alat yang tepat untuk memasarkan perpustakaan. Perpustakaan harus menentukan terlebih dahulu “siapa yang menjadi target pengguna.” Apakah memang target pengguna perpustakaan adalah orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan internet? Apakah target pengguna adalah orang-orang yang menyukai hal baru? Apakah perpustakaan ingin menjangkau pengguna yang lebih luas lagi?
Setelah menentukan target dan lingkup pengguna perpustakaan,
perpustakaan harus
menentukan pesan apa yang akan disampaikan melalui blog. Dalam hal ini perpustakaan dituntut untuk memahami keinginan pengguna dan kreatif. Langkah berikutnya adalah memilih blogging tools. Perpustakaan bisa memulainya dengan mencoba setidaknya dua
atau tiga penyedia layanan blog. Dengan mencoba beberapa blog, perpustakaan bisa memilih blog seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BLOG Sebelum memulai membuat blog, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih penyedia layanan blog. Ada beberapa pilihan penyedia layanan blog secara gratis seperti tercantum di bawah ini: PENYEDIA LAYANAN ALAMAT BLOG B2
http://www.cafelog.com/
Blog City
http://www.blog-city.com/
Blogger.com
http://www.blogger.com
Blosxom
http://www.blosxom.com/
FogCreek's CityDesk
http://www.fogcreek.com/CityDesk
Live Journal
http://www.livejournal.com/
Nucleus CMS
http://nucleuscms.org/
Onclave
http://www.onclave.org/
Pitas
http://www.pitas.com/
Pmachine
http://www.pmachine.com/
Web Crimson
http://webcrimson.com/
WordPress
http://www.wordpress.com/
Xangan
http://www.xanga.com/
Pustakawan perlu untuk melihat-lihat berbagai layanan blog yang ditawarkan untuk memastikan layanan blog mana yang sesuai. Setelah memilih layanan blog yang sesuai,
pustakawan dapat dengan mudah mengikuti langkah-langkah yang diberikan melalui layanan blog yang telah dipilih tersebut. Berikut ini akan diberikan contoh langkahlangkah sederhana pembuatan blog.
Langkah-langkah sederhana pembuatan blog dapat ditampilkan sebagai berikut: Pilih salah satu penyedia layanan blog (lihat daftar yang telah diberikan di atas). Contoh pada gambar 3 dan gambar 4 menampilkan situs wordpress.com dan situs blogger.com yang menawarkan layanan pembuatan blog gratis. Segera setelah blog diaktifkan, langkah-langkah berikutnya yang diberikan oleh masing-masing penyedia layanan blog sangat mudah untuk diikuti. Dalam sekejab, perpustakaan sudah memiliki salah satu media online sebagai sebuah peluang untuk memasarkan layanan perpustakaan yang ada.
Gambar 3. Tampilan Penyedia Layanan blog WordPress
Gambar 4. Tampilan Penyedia Layanan blog Blogger
Setelah menentukan penyedia layanan blog, tiga langkah mudah dalam pembuatan blog, yaitu: -
membuat account
-
memberi nama blog
-
memilih template
Tentunya sebelum memulai membuat blog ini, hal yang harus dipikirkan oleh perpustakaan dengan serius adalah cetak biru dari blog yang akan dibangun ini. Perpustakaan tidak hanya mengikuti trend dari pembuatan blog yang menjamur dimanamana, akan tetapi telah dipikirkan tentang maksud dan tujuan serta pesan yang diemban dengan pembuatan blog ini. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk
senantiasa meng”update” pesan/isi dari blog tersebut. Selalu meng“update” informasi adalah salah satu ciri dari blog. Apabila perpustakaan memang menginginkan blognya diminati pengguna, perpustakaan harus siap mengelola isi informasi dari blog. Selain selalu meng”update” informasi, perpustakaan juga dapat memasarkan blognya melalui promosi ke pengguna, promosi ke berbagai milis perpustakaan ataupun milis-milis yang diminati pengguna.
Blair (2006) menyamakan kelahiran blog dengan kelahiran bayi. Kalau orangtua merencanakan dengan teliti kelahiran bayinya, demikian juga seorang blogger (pengguna blog) harus melakukan hal yang sama. Seperti menginginkan kelahiran seorang bayi, memulai sebuah blog juga merupakan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup yang jelas, target pengguna yang jelas, penampakan yang professional, dan pemeliharaan yang berkelanjutan, semuanya tidak terjadi hanya dalam waktu semalam saja. Blair menambahkan langkah-langkah “melahirkan” sebuah blog yang bisa berumur panjang (dalam arti benar-benar diminati dan berdaya guna) adalah:
1) Ruang lingkup/visi 2) Identifikasi pengguna utama dan sekunder 3) Tentukan topik-topik utama 4) Sumber dari isi/berita yang jelas darimana diperoleh 5) Penjadwalan 6) Ide-ide untuk pemasaran dan peluncuran 7) Kriteria evaluasi 8) Rambu-rambu publikasi
9) Rambu-rambu editorial 10) Ukuran keberhasilan
Menentukan ruang lingkup blog dari awal akan mencegah blog keluar dari tujuan awal. Dengan penentuan ruang lingkup dari awal akan membuat pemilihan isi senantiasa konsisten.
Setelah
menentukan
ruang
lingkup,
langkah
berikutnya
adalah
mengidentifikasikan siapa pengguna utama dan sekunder. Mengidentifikasikan pengguna utama akan membantu mengetahui hal-hal yang menarik perhatian pengguna. Dengan memahami siapa pengguna utama akan membuat blog yang dibuat tidak salah sasaran.
Setelah mengerti ruang lingkup dan pengguna, berikutnya adalah menentukan topik-topik yang menjadi prioritas. Keberhasilan berkomunikasi dengan pengguna juga ditentukan oleh topik-topik yang jelas dan sesuai minat.
Langkah berikutnya adalah sumber-sumber yang digunakan untuk isi yang baru. Darimana sumber berasal harus ditentukan dengan jelas. Perpustakaan diharapkan menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya sebagai acuan untuk membuat isi baru.
Menentukan jadwal sangat penting dalam dunia perblog-an. Blair (2006) mengemukakan pengalamannya yang membutuhkan sekitar 6 bulan dimulai dari pertemuan-pertemuan (rapat-rapat) sampai dengan diluncurkannya sebuah blog. Bagaimanapun juga proses pembuatan blog memerlukan waktu yang tidak pendek dan harus dipikirkan dengan serius. Promosi dan peluncuran blog perpustakaan harus memperhatikan waktu yang tepat. Bagi perpustakaan universitas misalnya waktu peluncuran disesuaikan dengan saat-
saat mahasiswa tidak sedang libur dan tidak sedang menjalani ujian. Peluncuran blog perpustakaan membutuhkan waktu yang tidak pendek, untuk mengetahui ketertarikan pengguna yang menjadi sasaran.
Selanjutnya menentukan kriteria evaluasi keberhasilan blog. Jumlah pengunjung blog, siapa saja yang mengunjungi, respon pengunjung,
bisa dijadikan masukan untuk
keberhasilan blog. Kalau perlu diadakan survey khusus dalam hal ini.
Keteraturan
“update’ menjadi langkah berikut yang harus diperhatikan. Blair (2006) menyatakan keteraturan update merupakan kunci agar pengguna setia untuk mengunjungi blog perpustakaan yang dibangun tersebut. Yang harus dilakukan berikutnya adalah adanya rambu-rambu editorial yang jelas. Informasi seperti apa? Seberapa panjang informasinya? Topik-topik apa saja yang diperbolehkan?.
Langkah terakhir dalam pembuatan blog yang sukses adalah mengukur kesuksesan itu sendiri. Setelah pada langkah diatas diukur respon pengguna, untuk kemudian diperbaiki hal-hal yang penting untuk menarik pengunjung, apakah pengguna semakin meningkat, apakah blog diupdate dengan teratur? Apakah setiap posting menarik bagi pengguna? Banyakkah pengguna yang setia?
CONTOH BLOG PERPUSTAKAAN
Perpustakaan Georgia State University (http://www.library.gsu.edu/news/) adalah salah satu contoh perpustakaan yang membangun blognya dengan serius. Setiap waktu selalu ada berbagai posting terbaru yang berisi berbagai kegiatan, berita terbaru perpustakaan maupun mempromosikan berbagai resources yang dimiliki perpustakaan. Tampilan dari
blog tersebut dapat dilihat di situs blog mereka: http://www.library.gsu.edu/news/ dan seperti tampak dalam gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Tampilan Blog Perpustakaan Georgia State University
Perpustakaan Umum Waterboro juga memiliki blog yang sangat dinamis. Berbagai berita perpustakaan dan promosi layanan informasi senantiasa diperbarui dari hari ke hari. Tampilan blog perpustakaan Umum Waterboro dapat dilihat di situs mereka di http://www.waterborolibrary.org/blog.htm dan seperti terlihat pada gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Tampilan Blog Perpustakaan Umum Waterboro
Di Indonesia, blog belum terlalu dimanfaatkan oleh perpustakaan. Putu Pendit, seorang pustakawan Indonesia yang telah membangun sebuah blog dan melalui blognya, Putu Pendit berbagi pengalaman penelitian di bidang perpustakaan dan informasi di Indonesia. Blog Putu Pendit dapat dilihat di http://360.yahoo.com/putu_pendit dan seperti terlihat di gambar 7.
Gambar 7. Tampilan Blog Putu Pendit
KESIMPULAN
Dari uraian di atas jelaslah, bahwa blog adalah salah satu alternatif media yang memberikan peluang bagi perpustakaan untuk memasarkan produk dan layanannya. Dengan keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang selalu menjadi keluhan perpustakaan, fasilitas blog adalah salah satu solusi untuk melakukan pemasaran layanan perpustakaan yang efektif. Pembuatan Blog sangat mudah karena tidak memerlukan seorang ahli komputer untuk menanganinya dan tidak memakan biaya
untuk
penempatannya, karena adanya penyedia layanan blog yang gratis. Tetapi perpustakaan tetap dituntut untuk berperan aktif untuk menjaga kekinian (kemutakhiran) dari isi blog tersebut. Hal ini merupakan kunci utama dalam mengelola blog untuk tetap bertahan. Pembuatan blog oleh perpustakaan tentulah bukan dimaksudkan untuk mengikuti trend semata. Manfaatkanlah peluang ini dengan sebaik mungkin dan seserius mungkin, agar perpustakaan semakin ramai diminati.
ACUAN - Albanese, Andrew Richard. “Google is not the Net.” Library Journal Vol.131 Issue 15 (September 15, 2006): 32. - Blair, Joanna Blair, and Cathy Cranston. “Preparing for the Birth of Our Library Blog, Computer in Libraries.” Academic Research Library Vol. 26 Issue 2 (February 2006): 10. - Fichter, Darlene. “Why and How to Use Blogs to Promote Your Library's Services.” Marketing Library Services. November/December 2003. Information Today, Inc. 4 June 2007 < http://www.infotoday.com/mls/nov03/fichter.shtml> - Kotler, Philip. Principles of Marketing, 11th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2006. - Lancaster, F.W., and Beth Sandore. Technology and Management in Library and Information Service. Illinois: University of Illinois, 1997. - Nasution, Enda. “Delapan Sebab Utama Memiliki Weblog.” Enda Nasution’s Weblog. 2004. 4 June 2007
- Rowley, Jennifer. The Electronic Library. London: Facet Publishing, 1998. - Tennant, Roy. “Academic Library Futures.” Library Journal Vol. 131 Issue 20 (December 15, 2006): 34. - Weingand, Darlene E. Marketing/Planning Library and Information Services. Colorado: Libraries unlimited, 1987.
TENTANG PENULIS Nama Alamat Instansi Email Nama Alamat Instansi Email
: : : : : : : :
Anita Nusantari Bumi Citra Fajar, Sekawan Molek I/B-26 Sidoarjo Perpustakaan Universitas Kristen Petra Surabaya [email protected] Henny Linggawati Holbrook 266 Roswell Street, Marietta-Georgia 30060 Cobb County Public Library System, Georgia-USA [email protected]