Ekonomi Indonesia Menuiu2020 Globalisasi dan liberalisasi perdagangan telah menjadi realitas yang mau tidak mau harus diterima tanpa dapat dihindari. Dalam menghadapi arus globalisasi tersebut, berbagai belahan dunia membentuk blok (misalnya NAFTA, EU, West African Economic Union, AFTA, South American Community) untuk memperkuat posisi mereka
dalam percaturan ekonomi dunia. Akan tetapi, kecenderungan menunjukkan bahwa ekonomi dlinia di masa datang akan terpusat di tiga kutub ekonomi, yaitu Amerika Utara dengan NAFTA-nya, Eropa dengan EUnya dan Asia Timur dengan motor ASEAN+3 (Jepang, China dan Korea).
Artikel ini khusus disiapkan untuk mengulas secara singkat kesiapan Indonesia dalam menghadapi dinamika ekonomi dunia tersebut.
Sekilas Ekonomi Indonesia Sebagai sebuah negara besar, baik dari luas wilayah
Oleh: Noer AzamAchsanP)
maupun jumlah penduduknya, ternyata Indonesia bukanlah negara yang besar dari sisi ekonomi. Indonesia ...... hanya berada pada peringkat ke-7 di Asia, atau peringkat ke 26 di dunia (Microsoft Encarta Weltatlas, 2001).
Posisi di atas cukup menyedihkan mengingat Indonesia sebenarnya negara yang sangat kaya akan sumberdaya alamo Disamping anugerah berupa minyak bumi, gas alam,
I
Penulisadalah staf pengajarJurus~n Matematika FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
4 ISSN:0853-8464
AGRlMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
emas, tembaga serta beraneka ragam bahan tam bang
Belakangan terbukti bahwajulukan tersebut temyata tidak .
lainnya, Indonesia juga memiIiki potensi pertanian yang
tepat. Seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia
luar biasa, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa sawit,
sejak 1997, Indonesia seolah berubah menjadi macan
rempah-rempah sampai dengan produk pertanian dan
ompong. Pada tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami
perikanan. Keadaan demikian tidak terlepas dari sejarah
pertumbuhan negatif sekitar 12,5persen. Nilai mata uang
ekonominya yang reiatif singkat, lengkap dengan
anjlok sekitar 80 persen, sedangkan bursa saham anjlok
problematika yang masih melingkupinya hingga saat ini.
lebih dari 50 persen. Selain itu, puluhan industri terpaksa ditutup karen a kekurangan bahan baku yang
Dari tahun 1971 - 1981 Indonesia mencatat pertumbuhan
mengakibatkan
terjadinya
peningkatan
angka
ekonomi yang konsisten dan sangat mengesankan (di atas
pengangguran yang luar biasa. Pertumbuhan ekonomi
5 persen per tahun). Keberhasilan tersebut terutarna karena
yang dicapai secara konsisten selama harnpir 30 tahun
adanya "durian runtuh" berupa lonjakan harga minyak dari
seakan hilang seketika. Kemajuan yang dicapai selama ini
hanya 4 US$ per barel pada tahun 1971 menjadi 14 US$
temyata hanyalah semu, karen a fondasi ekonomi Indone-
pada tahun 1977 dan bahkan mencapai sekitar 35 US$ pada
sia temyata sangat rapuh.
tahun 1981. Akan tetapi, seiring jatuhnya harga minyak mulai
Setidaknya
sekitar awal1982 (menjadi hanya
"kesalahan" utama yang
sekitar 10 US$ per barrel), maka
perlu kita jadikan catatan.
ada
tiga
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melarnbat (kurang
Pertama, pemerintah yang
dari 5 persen per tahun). Oleh
lalu membuat kesalahan
karena
itu;. pemerintah
besar dengan menganut sys-
mengeluarkan serangkaian
tem tride-down effect,
kebijaksanaan
dimana
mendorong
untuk
jalannya
roda
pertumbuhan
perekonomian diperankan
ekspor non-migas. Sebagai
hanya kepada "sekelompok"
hasilnya, mulai tahun 1988-1997
orang tertentu.
ekonomi Indonesia kembali
akibatnya, keberhasilan
tumbuh secara mengesankan.
pembangunan
Pertumbuhan ekonomi saat itu
dinikmati oleh sebagian or-
tidak terlepas dari proses
ang, sementara kehidupan
industrialisasi yang digalakkan
sebagian besar penduduk
pemerintah dengan didukung
lainnya
oleh investasi asing dan
tetap
Sebagai
hanya
diliputi
kesederhanaan atau bahkan kemiskinan.
pinjarnan luar negeri. Karena sukses itu, Indonesia bersarnasarna dengan Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malay-
Kedua, proses industrialisasi yang dikembangkan selarna
sia, Thailand dan Philippina dijuluki sebagai the new Asian
ini pun tidak lebih hanya sekedar mengejar keuntungan
tiger atau seringjuga disebut the new industrialized coun-
jangka pendek. Backward linkages dan forward linkages
tries (NIC).
5 ISSN: 0853-8464
A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
dan industri yang dikembangkan hampir tidak terlihat saI}la
penduduk dan menyumbang sekitar 2, 1 persen PDB Indo-
sekali. Industri yang ada tidak lebih hanyalah sekedar
nesia.
bengkel perakitan dengan memanfaatkan tenaga kerja yang murah, serta sedikit sekali memanfaatkan ketersediaan
Kedua, kesenjangan ekonomi antar sektor yang juga luar
bahan baku lokal.
biasa besar. Sebagai gambaran, data tahun 1998 menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya memiliki
Ketiga, mengandalkan hutang luar negeri untuk menopang
kontribusi sebesar 19% dari total PDB, akan tetapi masih
jalannya pembangunan. Lebih parah lagi, hutang-hutang
menyerap sekitar 45% tenaga kerja. Sektor lainnya, Industri
tersebut sebagian diantaranya adalah hutangjangka pendek
misalnya, yang menyumbang hampir 25% PDB, hanya
dan digunakan untuk pembangunan ekonomi yang sifatnya
mampu menyerap 11 % tenaga kerja. Kondisi demikian
jangka panjang.
tentu saj a sangat berpengaruh ke kesejahteraan pekerjanya.
Oleh karena itu, bisa dimengerti jika akhimya hampir
Jika produktifitas dirumuskan sebagai rasio antara PDB
semua industri nyaris mati manakala krisis keuangan
dan jumlah tenaga kerja yang terlibat didalamnya, maka
melanda Indonesia tahun 1997 lalu. Jatuhnya matauang
sektor pertanian hanya mempunyai index sebesar 0,4 (yang
rupiah membuat industri kita mengalami kelangkaan bahan
berarti hanya 40% produktivitas, rata-rata nasional).
baku yang tidak mampu diimpor lagi. Sebaliknya, para
Sebaliknya, sektor pertambangan memiliki index sebesar
konglomerat pemilik modallebih senang melarikan dananya
17,2 yang berarti 1700% dibandingkan produktivitas rata-
ke -luar negeri sehingga terjadi capital outflow besar-
rata nasional. Dengan demikian, tenaga kerja sektor
besaran. Disamping itu, hutang para konglomerat (yang
pertambangan rata-rata 45 kali lebih makmur dibandingkan
kemudian dikonversi menjadi hutang publik pada masa
tenaga kerja di sektor pertanian.
pemerintahan Presiden Habibie), akhirnya menyeret Indonesia ke dalam krisis keuangan yang berkepanjangan
Ketiga, jumlah pengangguran yang luar biasa. Bulan
hingga saat ini.
Januari 2002 Menakertrans sempat menyebut angka pengangguran sebesar 40 juta (yang berarti mencapai 40-
Problematika Ekonomi Saat Ini
an persen) yang kemudian diralat. Data resmi menunjukkan pengangguran di Indonesia sebesar 9,8 persen. Di tahun-
Di balik pertumbuhan ekonomi yang telah dijelaskan di
tahun mendatang jumlah pengangguran akan semakin
atas, perekonomian Indonesia saat ini menanggung
meningkat lagi. Di satu sisi, setiap tahun akan masukjutaan
permasalahan yang sangat berat, diantaranya (Achsani,
angkatan kerja baru. Di lain fihak -dengan tingkat
2003):
pertumbuhan sekitar 5 persen per tahun- lapangan kerja baru yang bisa diciptakan tidak akan sebanding dengan
Pertama, kesenjangan ekonomi antar wilayah yang sangat
jumlah pengangguran yang ada ditambah dengan angkatan
tajam. Jawa-Bali yang hanya mencakup 7,2% wilayah In-
kerja baru.
donesia, ternyata dihuni oleh 64% penduduk dan menyumbang sekitar 60% ke dalam PDB Indonesia.
Keempat, beban hutang yang sangat besar. Pada akhir
Sebaliknya, Papua misalnya, mencakup luasan sebesar
2001 lalu, posisi hutang luar negeri (LN) pemerintah tercatat
22% wilayah Indonesia, tetapi hanya dihuni oleh 0,8%
USD 71,4 Milyar dan hutang dalam negeri (DN)
6, ISSN:0853,8464
AGRlMEDIA - Volume 9, No.2 Oesember 2004
pemerintah sebesar Rp 659,- Triliun. Jika ditambah dengan
pemerintah menyediakan lebih banyak uang lagi.
hutang LN swasta yang besamya mencapai USD 63,4
Kasus demikian menimpa Argentina pada awa11980-
Milyar, maka total hutang Indonesia (pemerintah dan
an yang menyeret Argentina ke dalam hyper injlasi.
swasta) saat ini mencapai sekitar Rp 2.100 Triliun pada kurs Rp 10.000,- per USD. Sejak 2002 pemerintah telah
2) "But short-term debt in foreign currency can also
melunasi sebagian hutang-hutangnya, akan tetapi
kill you! (hutangjangka pendek dalam mata uang asing
pemerintahjuga melakukan beberapa piminjaman baru.
juga bisa membunuhmu)". Di satu sisi, banyaknya uang yang beredar (misal USD) berada dalamjumlah
Posisi hutang yang demikian besar tentunya sangat
tertentu dan tidak "tak-terbatas". Sebaliknya,
berbahaya. Prof. Ricardo Hausmann dari School of Gov-
permintaan akan uang terse but datang dari ban yak
ernment, Harvard University, dalam makalahnya yang
pihak (negara). Dalam kondisi dimana permintaan dari
dipresentasikan di Chulalongkorn University akhir
pihak lain sangat tinggi, dan kewajiban membayar
Oktober 200 1, menjelaskan "bahayanya" hutang ke dalam
hutang suatu negara juga besar, maka sebagai
empat kategori sebagai berikut:
akibatnya akan muncul kepanikan sebagaimana terjadi di Mexico (1984) dan Korea Selatan (1997).
1)
,,Avoid short-term domestic public debt, it can kill you! (hindari hutang publik dalam negeri yang
3) "Dollar debt can kill you! (Pinjaman dalam bentuk
berjangka pendek, itu bisa membunuhmu)".
dollar juga bisa membunuhmu)" Menurut Chang dan
Sebagaimana kita ketahui bersama, pinjaman DN
Valasco (2000), suatu sistem perbankan tidak akan
biasanya berbunga tinggi sebagaimana SBI, sehingga
mengalami krisis jika ia menerapkan regime mata uang
setiap pergerakan suku bunga akan mempengaruhi
mengambang dan memiliki kewajiban membayar
pengeluaran fiskal, yang pada tahap tertentu bisa
hutang dalam bentuk mata uang lokal. Dalam hal
menyeret negara ke dalam self-fulfilling injlationary
demikian, bank sentral memiliki kredibilitas kuat untuk
crisis sebagaimana diungkapkan oleh Calvo (1989).
membayar hutang dalam mata uang yang dikendalikannya. Akan tetapi, jika kurs mata uang
Pada suatu kondisi dimana pasar menduga bahwa laju
dibuat mengambang dan kewajiban membayar hutang
inflasi akan tinggi, maka ada kecenderungan bahwa
dalam bentuk dollar, maka ada kemungkinan negara
nilai mata uang akan melemah terhadap dollar. Untuk
akan mengalami krisis keuangan apabila kurs mata
mengatasi hal ini, otoritas bank sentral akan menaikkan
uang ambruk secara tiba-tiba, sebagaimana yang
suku bunga untuk menjaga agar mata uang tidakjatuh.
terjadi di Ecuador. Kasus ini menimpa Indonesia tahun
Akan tetapi kenaikan suku bunga ini akan
1997-19981alu.
menyebabkan terjadinya defisit anggaran karena bertambahnya pengeluaran untuk membayar bunga
4) " ... and even if they do not, the currency mismatches
hutang (untuk tahun 2001-2002, kenaikan suku bunga
they generated make monetary policy less effective
sebes~r
2,8
(dan bahkan jika mereka (hutang LN) tidak
Tingginya suku bunga tersebut akan
membunuhmu, problema kurs yang mereka ciptakan
menyebabkan ketidaknyamanan dalam kalkulasi
akan membuat kebijakan moneter menjadi tidak
moneter, yang pada akhimya justru akan memaksa
efektif)". Kewajiban mengembalikan hutang dalam
1% sudah akan menambah pengeluaran Triliun).
7 ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
bentuk dollar akan memberikan efek ke neraca pembayaran yang seringkali menghilangkan kelebihan sistem kurs mengambang serta inflation targeting seperti yang dianut Indonesia saat ini.
Fenomena ini diterangkan dengan gamblang oleh Svennson (1998). Penurunan suku bunga (dalam kondisi ceteris paribus) normalnya akan diikuti oleh depresiasi nilai mata uang lokal, yang selanjutnya akan meningkatkan agregat permintaan karen a ekspor meningkat (harga di LN menjadi murah). Sebaliknya, depresiasi kurs lokaljuga akan membebani perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk dollar. Dalam kondisi demikian, perubahan suku bunga bisa berefek . negatif atau positif (tetapi kecil), bergantung pada kekuatan kedua faktor tersebut.
Dalam keadaan demikian, inflation targeting menjadi
sia bisa memanfaatkan) adalah NAFTA dan EU. Bahkan
sangat problematis. Jika suku bunga berefek positif-
Mei 2004, EU telah memasukkan 10 negara eropa timur
kecilke permintaan, maka suku'bunga harus sering
ke dalam kenaggotaan EU. Belum lagi masuknya China,
diubah agar ada efek yang signifikan ke permintaan.
Rusia dan Vietnam ke dalam perekonomian dunia.
Akan tetapi hal ini akan membuat suku bunga menjadi
Perluasan EU dan hadimya China-Rusia-Vietnam ini mau
volatile. Sebaliknya jika suku bunga berefek negatif
tidak mau akan I)1embawa dampak bagi Indonesia, karena
ke permintaan, maka suku bunga hams diubah ke arah
mereka mirip Indonesia dan produk-produk mereka akan
yang berlawanan. Akan tetapi menaikkan suku bunga
menjadi saingan berat bagi ekspor Indonesia.
juga bukan kebijakan yang tepat dalam kondisi ekonomi yang lesu. Dilema demikian dibahas panjang
Di kawasan Asia pun, tantangan tidak kalah berat. Mulai
lebar dalam Calvo dan Reinhart (2000), Aghion,
Januari 2003, kawasan perdagangan bebas ASEAN
Becchetta dan Banerjee (1999), Chang, Velasco dan
(AFTA) sudah mulai diberlakukan. Konsekuensinya,
Cespedes (2000), Velasco (2001) dan Hausmann,
barang-barang produksi negara-negara ASEAN saat ini
Panizza dan Stein (2001).
telah "be bas" berkeliaran di kawasan ini tanpa bisa dihindari karena segala bentuk tarif dan hambatan ekspor-
Tantangan di Masa Depan
impor akan dihilangkan atau paling tidak ditekan serendah mungkin (maksimaIS%). Tidak perlu heranjika negara kita
Dalam kondisi yang masih "sakit" dan dengan beban
kebanjiran barang-barang impor berharga sangat murah.
hutang yang luar biasa seperti saat ini, ekonomi kita masih
Sebaliknya, barang-barang produk Indonesia juga bebas
diterjang pula oleh liberalisasi perdagangan dunia.
dipasarkan ke negara anggota ASEAN lainnya sepanjang
Tantangan paling besar (sekaligus peluang kalau Indone-
bisa bersaing dengan produk negara-negara lain.
8 ISSN: 0853-8464
AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
dilandasi oleh empat pilar utama sebagai berikut:
Dari hasil search di www.repub/ika.co. id dan
www.kompas.com dengan kata kunci AFTA, ditemukan lebih 300 berita terkait dan mayoritas memberitakan tentang
J)
Free movement ofgoods. Konsep ini memungkink'an
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapinya. Komentar
terjadinya pergerakan barang-barang tanpa ada
ketidaksiapan datang dari menteri, pejabat pusat maupun
hambatan (pajak bea masuk, tarif, quota dll), yang
daerah, pengusaha nasional, ketua asosiasi sampai ke
merupakan bentuk lanjut dari kawasan perdagangan
petani. Dari sisi sektoral, ketidaksiapannya pun sangat
bebas (sebagaimana AFTA) dengan menghilangkan
lengkap. Dari industri berat, industri kimia, tekstil, pariwisata
segala bentuk hambatan perdagangan (obstacles)
sampai pertanian.
yang tersisa. Dengan demikian, barang-barang produksi negara anggotaASEAN akan bebas diperjual
Belum hilang "kegamangan" akan datangnya era
belikan di seluruh kawasan sebagaimana di negeri
perdagangan bebas dan AFTA, kita sudah harus bersiap-
sendiri.
siap untuk menghadapi era "Masyarakat Ekonomi ASEAN
mendapatkan barang "terbaik" dengan harga
2020" yang perjanjiannya telah ditandatangani oleh para
"termurah"
Pada akhirnya konsumen akan bisa
Kepala Negara ASEAN tanggal 8 Oktober 2003 (Bali Concorde II). Kecenderungan ke depan bahkan akan
2) Freedom of movement for workers. Konsep ini
mengarah ke terbentuknya East-Asian Economic Commu-
dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas
nity yang tidak hanya melibatkan 10 negaraASEAN, tetapi
tenaga kerja sesuai dengan tuntutan pasar dan
juga China, Jepang dan Korea. Usaha-usaha ke arah itu
memberi kesempatan kepada setiap pekerja untuk
sudah dimulai dengan ditandatanganinya perjanjian
menemtlkan pekerjaan terbaik sesuai dengan
ASEAN-China Free Trade Area dan juga Joint Declara-
kualifikasi yang dimiliki. Selanjutnya, mobilitas tenaga
tion on the Comprehensive Economic Partnership antara
kerja akan mendorong terjadinya kontak dan
ASEAN-Jepang.
meningkatkan saling pengertian antar sesama penduduk negara-negara ASEAN. Konsekuensinya,
"Masyarakat Ekonomi ASEAN" sendiri kira-kira akan mirip
warga negara ASEAN akan bebas bekerja di Indone-
dengan Pasar Tunggal Eropa (European single market)
sia dan sebaliknya setiap WNI akan puny a
saat ini dan bisa digambarkan sebagai satu kawasan
kesempatan yang sarna untuk bisa bekerja di seluruh
ekonomi tanpa frontier dimana setiap penduduk maupun
kawasan ASEAN. Pengecualian tentu saja masih
sumber daya dari setiap negara anggota bisa bergerak
dimungkinkan, misalnya untuk tentara atau polisi.
bebas di negara-negara anggota lainnya (sebagaimana dalam negeri sendiri). Tujuannya adalah untuk mencapai
3) Freedom of establishment and provision of services
tingkat kegunaan yang paling optimal yang pada akhirnya
and mutual recognition of diplomas. Konsep ini
akan mendorong tercapainya tingkat kemakmuran
menjarnin setiap expert warga negara ASEAN akan
(kesejahteraan) yang sarna (merata) diantara negara-negara
bebas membuka praktek layanan di setiap wilayah
anggota ASEAN.
ASEAN
tanpa
ada
diskriminasi
kewarganegaraan.Konsekuensinya setiap dokter, Konsep ini -kalau mengikuti European Union (EU) yang
akuntan, pengacara dan WNI profesionallainnya akan
kelihatannya akan dijadikan model oleh ASEAN-
bebas membuka praktek di negara-negara ASEAN
9 ISSN: 0853-8464
A GRiMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
lainnya, sebagaimana halnya dokter serta profesional
dengan sesama WNI, tetapi juga dengan seluruh warga
dari negara ASEAN akan bebas membuka praktek di
ASEAN. Konsekuensinya, tenaga kerja Indonesia harus
seluruh wilayah Indonesia.
memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau minimal sarna dengan tenaga kerja luar agar bisa memperoleh pekerjaan
4) Free movement ofcapital. Konsep ini akan menjamin
yang layak. Padahal, kita tahu pasti bahwa kualitas
bahwa modal atau kapital akan bisa berpindah secara
pendidikan kita termasuk yang paling buruk diantara
leluasa diantara negara-negara ASEAN, yang secara
negara-negara ASEAN. Di lain pihak, kita juga sadar betul
teoritis memungkinkan terjadinya penanarnan modal
bahwa negeri-negeri tetangga kita menawarkan berbagai
secara efisien. Dengan demikian, setiap pemilik modal
"iming-iming" untuk menarik ahli-ahli kita agar mau hijrah
baik WNI maupun waga negara lainnya akan bebas
ke luar negeri. Kasus hengkangnya sejumlah doktor ke
dan leluasa memindahkan investasinya dari Indone-
Malaysia, Singapura dan Brunei akhir-akhir ini adalah
sia ke negara ASEAN -atau sebaliknya- demi
contoh yang sangat nyata. jadi masuknya tenaga asing ke
mencapai efisiensi tertinggi tanpa bisa dicegah.
Indonesia serta keluarnya tenaga Indonesia ke luar negeri sarna-sarna bisa menimbulkan efek yang luar biasa besar.
Dengan demikian apa darnpaknya bagi Indonesia? Sangat Selain itu, akan terbuka pula kesempatan bagi dokter,
besar tentunya.
pengacara, akuntan, ahli asuransi serta profesional dari Pertama, perdagangan antar negara akan berlangsung
negara lain untuk membuka praktek di Indonesia.
sangat bebas, jauh lebih bebas dari era AFTA. Di dalam
Konsekuensinya,jika kualitas dokter dan profesional kita
AFTA, pemerintah masih dimungkinkan misalnya
tidak bisa bersaing, maka mereka-mereka terpaksa menjadi
menerapkan bea masuk 1 sampai 5 persen atau juga
penonton di negeri sendiri. Dalam mengatasi hal ini,
mengeluarkan kebijakan khusus untuk melindungi industri
asosiasi profesi semacam Ikatan Dokter Indoneisa,
atau barang-barang produksi dalarn negeri yang sangat
Persatuan Insinyur Indonesia, Persatuan Aktuaris Indone-
sensitif. Sebaliknya, pada tahun 2020 nanti barang-barang
sia dan asosiasi lainnya seharusnya bisa berperan secara
produk Indonesia akan sepenuhnya bersaing dengan
signifIkan.
barang-barang produksi negara lainnya. Dengan kualitas yang ada saat ini serta tingginya pajak dan pungutan
Ketiga, persaingan untuk menarik investasi bagi
sebagaimana banyak dikeluhkan pengusaha, niscaya akan
kelangsungan pembangunan juga akan semakin berat
sangat sulit bagi barang Indoneisa untuk bisa bersaing.
dengan adanya prinsip free movement of capital. Jika
Vietnarn dan Karnboja memiliki keunggulan dalarn hal
dilihat dari kacarnata ini, kasus hengkangnya Sony, Aiwa,
tenaga kerja yang lebih murah, sedangkan Singapura,
Nike dan perusahaan lainnya dari Indonesia -yang sangat
Malaysia dan Thailand sangat bersaing dalarn kualitas dan
ramai dibicarakan dalarn bulan November-Desember 2002
juga manajemen.
lalu- adalah fenomena yang sangat wajar dan tidak perlu ditanggapi secara emosional. Bahkan, bukan tidak mungkin
Kedua, pergerakan temiga kerja akan terjadi secara bebas
pengusaha-pengusaha . nasional kita justru akan
yang bisa memberikan darnpak IUM biasa bagi Indonesia.
menanamkan modalnya di negara-negara anggota ASEAN
Di satu sisi, persaingan tenaga kerja di dalarn negeri akan
lain demi mencapai efisiensi yang lebih baik.
sangat kompetitif. Pekerja kita tidak hanya akan bersaing
10 ISSN: 0853-8464
.4 GRIMEDLA • Volume 9, No, 2 Desember 2004
Untuk melihat kesiapan kita dalam menyongsong lahimya
langsung mengatakan "ya" ketika PM Goh Cok Tong
Masyarakat Ekonomi ASEAN serta melihat posisi relatif
mengutarakan ide Pasar Tunggal ASEAN pada KTT-
Indonesia dalam konsteIasi ekonomi Asia Timur, berikut
ASEAN di Kamboja November 2002 lalu. Ketiga, menjadi
dilampirkan hasil simulasi yang penulis lakukan seandainya
bisa dimengerti pula kenapa Mr. Watanabe (Direktur JETRO
skenario Masyarakat EkonomiASEAN diterapkan saat ini.
Jepang) minta supaya pasar tunggal juga mencakup Ko-
Simulasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu metode
rea Selatan, China dan Jepang. Semuan kebijakan dan
Fuzzy-Clustering pada data negara-negara ASEAN+3 dari
komentar tersebut temyata·dilakukan dengan perhitungan
tahun 1990-2001. Untuk melihat pengaruh "krisis keuangan
sangat matang.
,
Asia 1997", data dipecah menjadi dua periode (sebelum dan setelah krisis). Peubah yang digunakan dalam simulasi
Penutup
ini sama dengan kriteria-nya EU (Maastrich Treaty Crite-
rion), yaitu debtlGDP Ratio, budget-deficitlGDP Ratio,
Dengan melihat persoalan yang masih dihadapi saat ini
exchange rates stability, inflation rates dan long-term
serta beratnya persaingan dengan negara-negara ASEAN
interest rates. Hasil simulasi bisa dilihat di Lampiran 1-2.
lainnya, haruskah Indonesia menentang konsep "Masyarakat Ekonomi ASEAN" yang telah disepakati pada
Dari Lampiran 1-2 tersebut, kita dapat melihat adanya
KIT ASEAN di Bali, Oktober 2003 lalu? Tentu saja tidak.
pengelompokan yang relatif konsisten sebagai berikut:
II
: Singapore, Jepang, Korea dan China.
Beberapa alasan disampaikan disini, diantaranya sebagai
: Malaysia-Vietnam-Thailand
berikut:
III : Indonesia-Filipina IV : Myanmar, Kamboja, Laos V
Pertama, tuntutan dunia memang mengarah kesana.
: Brunei Darusalam
Pepatah lama mengatakan "Air besar batu bersibak". Dalam keadaan air bah atau banjir, batu-batu akan
Dari pengelompokan tersebut, jelas terlihat bahwa Indo-
cenderung berkumpul satu sarna lain agar tidak hanyut. Oi
nesia ada di kelompok tengah bersama Filipina. Kalau
tengah serbuan globalisasi dan liberalisasi perdagangan,
memperhatikan kondisi ekonomi real saat ini, barangkali
mau tidak mau akan muncul blok-blok ekonomi. Tanpa
bisa dikatakan bahwa posisi Indonesia hanya lebih baik
membentuk blok perdagangan dengan negara tetangga,
dari Myanmar, Laos dan Kamboja. Indonesia bahkan kalah
sangat sulit bagi Indonesia (dan Asia Tenggara secara
dari Vietnam yang merupakan anggota bam ASEAN.
umum) untuk bisa bersaing dengan blok perdagangan lain. Oleh karena itu, sangat wajar bila muncul pemikiran untuk
Dari hasil pengelompokan tersebut, kita juga bisa
membentuk blok perdagangan ASEAN untuk menyatukan
menjelaskan fenomena-fenomena ekonomi yang terjadi
kekuatan ASEAN dengan 530 juta penduduknya.
selama setahun terakhir. Pertama, hasil ini memperkuat sinyalemen kenapa investor asing cenderung menutup
Kedua selain sisi negatif yang terkesan menakutkan,
investasinya dari Indonesia sebagaimana kasus Sony, Aiwa,
Masyarakat EkonomiASEAN juga punya sisi positifyang
Nike dB dan mengalihkannya ke Vietnam, Malaysia atau
sangat besar. Jika konsep tersebut berjalan baik, maka
China. Kedua, ini juga memberikan justifikasi ilmiah
kesenjangan ekonomi antar negara ASEAN akan bisa
kenapa Mahathir Mohammad dan Takshin Sinawatra
diperkecil, bahkan dalam jangka panjang akan tercapai
111 ! ISSN: 0853-8464
A G RlMEDL4. - Volwne 9. No.2 Desember 2004
Daftar Pustaka
kemakmuran yang relatif sarna. Ibarat mencari rata-rata, makli negara kaya akan tertarik ke bawah sedangkan negara
Achsani, N.A. dan H.G Strohe. (2000). Statistische Oberblick uber die indonesische Wirtschaft.
miskin akan tertarik ke atas.
Discussion Paper of Statistics No 16. Fakultas Ekonomi, Universitas Potsdam Selain itu, akan terbuka kesempatan bagi WNI untuk bekerja secara bebas di negara-negara ASEAN lainnya, tentunya jika kualifikasinya memenuhi persyaratan. Dengan demikian, kasus pengusiran TKI dan kasus Nunukan tidak ~an
terjadi lagi. Masalah penguasaan bahasa tentunya
menjadi faktor yang sangat mendesak untuk diperbaiki (disamping ken1arnpuan teknis tentunya) agar para pekerj a
Achsani, N.A. (2003). Sekilas Ekonomi Indonesia: Sukses Masa Lalu, Problematika Saat Ini dan Tantangan Masa Depan. Paper dipresentasikan
pada Seminar Sehari ISCTECS Eropa bekerjasama dengan Pusat Kajian Asia Tenggara, Universitas Frankfurt. Frankfurt am Main, 5 Juli 2003.
kita bisa bekerja di negara lain.
Aghion et al. (1999). Capital Markets and the Instability of Open Economies. CEPR Discussion Paper 2083, London.
Akhirnya, keikutsertaan Indonesia ke dalarn blok semacam
Artis dan Zhang (1998). Memberships ofEMU: A Fuzzy Clustering Analysis of Alternative Criteria.
ini tentunya meruPakan "keputusan politik" pemerintah. Kalau Goh Cok Tong, Thaksin Shinawatra dan Ketua JETRO Watanabe mendukung ide demikian, tentunya itu bukan sekedar dukungan semata. Tim ahli mereka tentu sudah memikirkan segala aspek positif maupun negatifnya.
Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah maupun para ahli kita mengkaji secara mendalam dan memikirkan masak-masak segala persoalan yang terkait dengannya. Berbagai studi serta persiapan maksimal perlu dilakukan agar kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya. Tahapan-tahapan yang realistis perlu dipikirkan untuk menekan damPak negatif yang mungkin timbul. Jangan
European University Institute Working Papers RSC No. 98/52 Calvo and Reinhart (2000). Fear of Floating. Paper dipresentasikan pada Conference on Currency Unions. Hoover Institute, Stanford University Chang et al. (2000). Liquidity Crises in Emerging Markets: Theory and Policy. NBER Working Paper W7272. Hausmann, R (2001). The Dol/arization Debate: Is it over? Paper dipresentasikan pada Conference 2001. Svennson (1998). Inflation Targeting as a Monetary Rule. NBER WorkingpaperW6970. Velasco (2001). Balance Sheets and Exhange Rates Policy. Unpublished Manuscript.
sarnpai kasus AFTA terulang kembali. Perjanjian AFTA sudah ditandatangani pemerintah, tetapi iklim usaha, aparat pemerintah maupun pelaku ekonomi sangat tidak siap.
12 ISSN:0853-8464
AGRIMEDLA . Volume 9. No.2 Desember 2004
Lampiran lao Hasil Fuzzy-Clustering dengan 3 kelompok., periode sebelum krisis (atas) dan sesudah krisis (bawah).
1111
.11 01111
1,20000 1,00000 0,80000 0,60000 0,40000 0,20000 0,00000
Ii!
en z ;:, CD !!l
i
~ ~
~
~1;
o
-
~o~
,~
~
.::,.1;~ ,,'(:-~
r:.
.,s:-0 .~~~
Q.~
0<..0
~~
~~<:$
0'
W
~ ~'l> .s.~
o~
~1;
v'l>
~
v1;~
~~ ~4,1;~
~~
'i~
.~1;
v~
01;
+0<': Cy
1_1.11 0111]
~,
1,20000
<
1,00000
~
0,80000
f
~1;
::,.'l;-li ~'l>
z
!"
'"
Ii'" 3 If
....'" C> C>
0,60000 0,40000 0,20000 0,00000 ~1;
~
~1;
-~
,~~.
J
~~
J
Q.~
0~
&0
~
~~
fG
~
/
~
r:.
~
/
v'lj
.~
,
~~
~
#
~
1;
~
~
~
0·
Lampiran 1b. Hasil Fuzzy-Clustering dengan 4 kelompok., periode sebelum krisis (atas) dan sesudah krisis (bawah).
1111 1111 0111 OIV
I
1,20000 1,00000 0,80000 0,60000 0,40000 0,20000 0,00000
~
i'!'
.~
~
El
i
rz,Cj
~o<::'
...10.
~
§'It
il;-'b'
~
,<::'
~~
.~'li A....,<::-'li
rz,~
&0
0
~~
.~~
~~
6:J~
q,'<::'
it-
~<::'
~
~~
..,i«:~f
o~
v'li
rfr'lt
~
(;'li
~
~~ ~4.,'li
~<::-
)'lt~
.'It
~<::'
G
0'lt
*:-<§ ~.
~
~
~
11111111 0111 OIV
~
1,20000
i
1,00000
!D zp
0,80000
N
5i'
0,60000
~
0,40000
I
IjI
!!1 N co ~
0,20000 0,00000 i:,~
0
~o<::'
,<::'
.~
~,fiICj ~'li
~~
.~'li A....,<::-'li
0~
&0
~~o
~~
.~q
q,'<::'
.~OJ
~«:
it-
~<::'
~
~~
..,i«:~f
o~
v'li
'is'lt
~o
'b~ G
~
~~
~4.,'li
~<::)'ltq
'It
~<::'
G
0'lt
~
~.
Lampiran 2. Pengelompokan Negara-negaraASEAN+3
Negara
Sebelum Krisis
Setelah I
Sebelum Krisis
Setelah I
Indonesia
1
1
1
1
Malaysia
3
1
3
1
Thailand
3
1
3
1
Philippines
1
1
1
1
3
3
3
3
Japan
3
3
3
3
China
3
3
3
3
S. Korea
3
3
3
3
15 ~N: 0853-8464
A GRIMEDIA • Volume 9, No.2 Desember 2004