Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253 pp. 20- 37
18 Pages
EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI LAWE BULAN KABUPATEN ACEH TENGGARA Akmal 1, Masimin 2, Ella Meilianda 3 Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 2) Ir. M.Sc. Dr. Dosen JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 3) ST. MT. Dr. Dosen JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 1)
Abstract: Irrigation water has an important role in improving food production, especially rice. However, because of the increasingly limited water availability, it is important to conduct the procedure of irrigation water distribution more efficiently. Irrigation is an attempt to provide water for rice farming is done by regular on rice plots. The water distribution will be expressed efficiently if water flow is supplied optimally through the irrigation in accordance with the rice plants needs in potential agricultural field. Irrigation efficiency is defined as the ratio between the supplied water amounts minus a given amount of water loss. Irrigation water management issues will arise if water deficiency occurs in tertiary unit, this study was conducted directly in the field using a drum technique for the rice and inflow-outflow technique in tertiary field unit. The parameters observed in direct measurements of the field were the irrigation water discharge, evapotranspiration, percolation, and effective rainfall. Results of this study indicated that the efficiency of irrigation value in rice fields (Ea) was 55.70%. The study results recommended that the irrigation efficiency by Irrigation Planning Standards need to be accounted for the rice fields, so that the obtained value of irrigation efficiency was 36.21% and the irrigation efficiency based on the planning was 37.60%. The irrigation efficiency in tertiary field unit of the rice crops in Lawe Bulan irrigation area was expected to be a feedback to the goverment in making policy about the irrigation water distribution systems more efficient in the use of irrigation water for solving the water deficiency problem in tertiary field unit. Keywords : Irrigation Efficiency, Tertiary Plot Rice, Drum Technique. Abstrak : Air irigasi berperan penting dalam peningkatan produksi pangan terutama padi. Namun dengan ketersedian air yang semakin terbatas, maka penting untuk melaksanakan tata cara pemberian air irigasi yang lebih efisien. Irigasi adalah suatu usaha memberikan air untuk keperluan pertanian tanaman padi yang dilakukan dengan cara teratur pada petak-petak sawah. Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman padi pada lahan pertanian yang potensial. Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi dengan jumlah kehilangan air yang diberikan. Permasalahan pengelolaan air irigasi akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak tersier sawah, penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan tekhnik drum padi dan teknik inflow - outflow di petak tersier sawah. Parameter-parameter yang diamati dalam pengukuran langsung di lapangan adalah debit air irigasi, evapotranspirasi, perkolasi, dan curah hujan efektif. Hasil penelitian ini menunjukan nilai efisiensi irigasi pada petak sawah (Ea) sebesar 55.70%. Hasil penelitian merekomendasikan efisiensi irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi perlu diperhitungkan sampai ke petak sawah, sehingga di peroleh nilai efisiensi irigasi sebesar 36.21% dan efisiensi irigasi berdasarkan perencanaan menjadi sebesar 37.60%. Efisiensi irigasi pada petak tersier sawah untuk tanaman padi di Daerah Irigasi Lawe Bulan diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan mengenai sistem pemberian air irigasi yang lebih efisien dalam penggunaan air irigasi sehingga membantu mengatasi masalah kekurangan air pada petak tersier sawah. Kata Kunci : Efisiensi Irigasi, Petak tersier Sawah, Teknik Drum.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 20
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN
kinerja pendistribusian dan pengalokasian air
Latar Belakang
secara efektif dan efisien dalam hal ini memberikan
Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan
dapat dibagi ke dalam dua zone, yaitu zona
tepat waktu. Permasalahan pengelolaan air irigasi
wilayah dengan topografi dataran rendah
akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak
dan zona wilayah dengan topografi dataran
tersier sawah.
bergelombang. DI. Lawe Bulan termasuk ke
Berdasarkan
informasi
dari
masyarakat
dalam zona wilayah kedua yaitu zona
bahwa di Daerah Irigasi Lawe Bulan yang terletak
wilayah
dataran
di Kabupaten Aceh Tenggara gejala krisis air sudah
geologi
mulai tampak di mana salah satu indikasinya yaitu
memiliki jenis tanah yang beragam terdiri
menurunnya debit air Irigasi Lawe Bulan, selain itu
dari dataran tinggi, perbukitan, pegunungan
tingkat efisiensi pemanfaatan air irigasi yang masih
lipatan dan patahan Terdapat adanya jenis
rendah. Sehubungan dengan permasalahan tersebut
tanah berwarna merah, kuning serta batuan
diatas maka Daerah Irigasi Lawe Bulan perlu
induk hasil endapan, batuan beku dan
dilakukan penelitian dan pertimbangan kembali
batuan-batuan
dalam mengevaluasi nilai efisiensi irigasi pada
dengan
bergelombang.
topografi
Dari
struktur
lainnya
dengan
tingkat
kesuburan tanah agak subur hingga kurang
petak tersier sawah.
subur. Areal pertanian cocok untuk tanaman pangan seperti padi, palawija, sayuran, dan buah-buahan
yang
di
kelola
secara
tradisional.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
Irigasi
perlu
dilakukan
penelitian
pendukung
terhadap efisiensi irigasi pada petak tersier sawah
keberhasilan pembangunan pertanian dan
untuk mengetahui efisiensi irigasi sebenarnya
merupakan
sehingga
sangat
merupakan
maka
kebijakan
strategis
guna
Pemerintah
yang
dapat
diketahui
faktor-faktor
yang
mempertahankan
mempengaruhi kehilangan air selama proses
produksi swasembada beras. Diperlukan
pemakaian air pada petak tersier sawah serta
pengelolaan dan perhatian khusus dalam
perkiraan pemakaian air dilapangan (pada petak
pengelolaan sumber daya air karena sangat
tersier) yang sangat berpengaruh terhadap hasil
berpengaruh terhadap pemanfaatan air untuk
produksi padi.
kebutuhan tanaman, kehilangan air selama proses penyaluran air irigasi (distribution losses) dan selama proses pemakaian (field application losses). Pengelolaan sumber daya air yang dimaksudkan di sini adalah peningkatan 21 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai efisiensi irigasi pada petak tersier sawah yang sebenarnya lapangan.
melalui
pengukuran
langsung
di
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan
adanya
terhadap
jenis yaitu : (1) Sistem irigasi permukaan (surface
efisiensi irigasi pada petak tersier sawah
irrigation system), (2) Sistem irigasi bawah
untuk tanaman padi di Daerah Irigasi Lawe
permukaan (sub surface irrigation system), (3)
Bulan dan dapat menjadi masukan kepada
Sistem
pihak-pihak
irrigation system) dan (4) Sistem irigasi dengan
terkait
informasi
sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat
dalam
mengambil
kebijakan mengenai sistem pemberian air
irigasi
dengan
pemancaran
(sprinkle
tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system)
irigasi yang lebih efisien Jaringan Irigasi Jaringan irigasi yaitu prasarana irigasi, yang
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada satu musim tanam yaitu musim tanam kedua (MT. 2),
terdiri dari bangunan air dan saluran pemberi air pertanian beserta perlengkapannya.
dilakukan di petak tersier sawah Jaringan
Berdasarkan
pengelolaannya
dapat
Irigasi D.I Lawe Bulan di Kabupaten Aceh
dibedakan menjadi dua, yaitu (Kartasapoetra dan
Tenggara menggunakan teknik drum padi
Sutedjo, 1994) : (1). Jaringan irigasi utama dan (2).
dan teknik inflow - outflow sebagai neraca
Jaringan irigasi tersier
kesetimbangan debit air di petak tersier sawah
dengan
mengamati
parameter-
Dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Pasandaran
(1991)
mengklasifikasikan
sistem
parameter evapotranspirasi, perkolasi, dan
irigasi menjadi empat jenis yaitu : (1). Irigasi
curah hujan pada petak tersier sawah.
Sederhana, (2). Irigasi Setengah Teknis, (3). Irigasi Teknis dan (4). Irigasi Teknis Maju
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ini berisikan teori,
Kebutuhan Air Irigasi Di Petak Tersier Sawah
pengertian dan rumus-rumus yang berkaitan
Faktor yang berpengaruh pada analisa
erat dengan efisiensi irigasi pada petak
kebutuhan air untuk jenis tanaman padi adalah
tersier.
penyiapan
lahan,
penggunaan
konsumtif/
kebutuhan air bagi tanaman, perkolasi, pergantian Pengertian Irigasi Irigasi penyediaan
lapisan air dan curah hujan efektif. Kebutuhan air
merupakan dan
kegiatan
pengaturan
air
untuk
memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan
air
yang
berasal
dari
dari
proses
N F R = Etc + P - R e + WLR .......................(1)
Keterangan : NFR
permukaan dan air tanah. Ditinjau
di petak tersier sawah dapat digunakan persamaan :
penyediaan,
= Kebutuhan air di petak tersier sawah (mm/hari);
pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 22
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Etc
= Kebutuhan
air
tanaman,
merupakan total kedalaman air
Keterangan : LP = Kebutuhan air selama pengolahan/penyiapan
yang diperlukan selama periode
lahan (mm/hari);
waktu tertentu dan disediakan
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan
oleh curah hujan dan irigasi
air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
permukaan
yang sudah dijenuhkan (mm/hari);
sehingga
membatasi tanaman
tidak
pertumbuhan atau
hasil
tanaman
P
E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 x Eto
(mm/hari);
selama penyiapan lahan (mm/hari);
P
= Perkolasi (mm/hari);
Re
= Hujan efektif (mm/hari);
WLR = Penggantian
T
Air
= Waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan (hari);
lapisan
air
S
(mm/hari). Kebutuhan
= Perkolasi (mm/hari);
= Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan dan ditambah dengan genangan 50 mm, jadi 50
Selama
+ 200 = 250 mm;
Pengolahan e
Lahan
= Bilangan dasar logaritma natural 2.71828.
Tujuan dari pengolahan tanah/lahan terutama untuk memperbaiki tata udara tanah, menciptakan kondisi lumpur sebagai tempat tumbuh yang baik bagi padi sawah, membantu terciptanya lapisan kedap yang berguna membantu mencegah meresapnya
Kebutuhan Air Bagi Tanaman Linsley dan Franzini (1979) mengemukakan bahwa kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi, transpirasi yang kemudian dihitung sebagai evapotrasnpirasi.
air, serta memberantas gulma (Supriatno, Perkolasi
2003). Kebutuhan air untuk persiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian dan kebutuhan air untuk pengolahan tanah sangat
dipengaruhi
Besarnya
laju
pengolahan
oleh
sifat
kebutuhan
digunakan
tanah.
air
pada
rumus
yang
dikemukakan oleh Van de Goor dan Ziljstra
=
k
=
M
=
23 -
Mek (ek-1)
tidak jenuh yang terletak di antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Linsley dan Franzini (1979) mengemukakan bahwa laju perkolasi dipengaruhi oleh tekstur tanah, tinggi muka air, lapisan top soil, lapisan kedap dan topografi. DI. Lawe Bulan termasuk ke dalam zona wilayah dengan topografi dataran bergelombang.
(1968) sebagai berikut: LP
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah zona
..............................(2)
M.T S Eo + P
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Curah Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan yang jatuh selam masa tumbuh yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala komsumtif tanaman (Arsyad, 1989), dengan
Pemberian Air di Tingkat Tersier
kata lain hujan efektif adalah besar hujan
Sosrodarsono
dan
Takeda
(1976)
yang dapat digunakan untuk memberi
mengemukakan bahwa air irigasi dapat diberikan
sumbangan kebutuhan air untuk tanaman
dengan
pada masa pertumbuhannya, meliputi untuk
(intermitten),
evapotranspirasi dan perkolasi.
(continious) dan pemberian air aliran balik (reused
Besarnya
hujan
efektif
dapat
diperkirakan dengan persamaan berikut:
cara
pemberian pemberian
air air
terputus-putus terus
menerus
water). Dalam hal ini petak tersier yang ditinjau menggunakan sistim aliran Irigasi terputus-putus (intermitten) yaitu cara pemberian air irigasi
R e = R - S R - E T - P . . . . . . . . . . . . . . . (3)
dengan selang waktu tertentu yakni ± 5 hari sekali.
Keterangan : Re
= Curah hujan efektif (mm/hari);
R
= Curah hujan (mm/hari);
SR = Limpasan Permukaan (mm/Hari); ET = Evapotranspirasi (mm/hari); P
= Perkolasi (mm/hari).
Efisiensi Air Irigasi di Petak Tersier Sawah Efisiensi penggunaan air di sawah adalah perbandingan antara jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman dengan jumlah air yang sampai ke petakan sawah. Efisiensi di petak tersier (Tertiary Unit Efficiency) adalah perbandingan antara jumlah air
Tanaman Padi Kartasapoetra (1994) tanaman padi
yang diberikan kepada akar tanaman dengan
merupakan jenis tanaman yang terdapat di
jumlah air yang diberikan kepada lahan usaha tani.
tanah persawahan dan tanaman padi sebagai
Dengan kata lain gabungan efisiensi di saluran
tanaman penghasil beras yang kebutuhan
tersier dengan efisiensi penggunaan air di sawah.
airnya diperoleh dari air hujan ataupun dari
Efisiensi pemakaian air di petak tersier
air irigasi yang dialirkan ke petak-petak
sawah (Field Application Efficiency) dinyatakan
tersier sawah.
dengan persamaan:
Syarat
dalam
membudidayakan
tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa
Ea
Vm Vf …………………………………(4)
faktor yaitu tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Kebutuhan
Keterangan : ea = efisiensi penggunaan air di petak tersier sawah (%)
air sangat diperlukan tanaman padi sawah untuk pertumbuhan.
Vf
= volume air yang diberikan ke sawah (mm/hari)
Vm
=
volume air irigasi yang diperlukan
oleh tanaman (mm/hari) Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 24
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Evapotranspirasi,
perkolasi,
curah
Pengukuran Kebutuhan Air Irigasi di Petak
hujan efektif dan debit air irigasi merupakan parameter-parameter mempengaruhi
yang
efisiensi
Tersier Sawah
sangat
pemberian
Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air
air
untuk tanaman pada suatu lahan sawah dapat
irigasi pada petak tersier sawah. Parameter-
dilakukan
parameter
melalui
lapangan yaitu penggunaan teknik drum padi.
pengukuran langsung di lapangan dengan
Dastane (1974) menggunakan kontainer atau teknik
menggunakan metode teknik drum.
drum untuk menilai evapotranspirasi, perkolasi,
tersebut
diperoleh
dengan
pengukuran
langsung
di
kebutuhan air dan juga curah hujan yang tidak efektif dari tanaman padi
bund
A : ET ;
Gambar 1
A
B
C1
C2
B : ET + Percolation ;
C
C3
C : ET + Percolation + run-off ;
Teknik Drum untuk menilai evapotranspirasi, perkolasi dan curah hujan efektif (Dastane, 1974)
Tiga kontainer (drum) A, B, dan C,
tinggi yang sama seperti di petak tersier sawah.
dengan kapasitas 40 galon, diameter 50 cm
Perbedaan nilai pada dua hari berturut-turut
dan tinggi 125 cm, ditanam di sawah dan
yang diperlihatkan oleh kehilangan air harian
seperempat dari tinggi drum dibiarkan di
dalam
atas permukaan tanah. Untuk wadah B dan
sedangkan di wadah B, menunjukkan total
C tidak menggunakan dasar wadah. Untuk
kebutuhan air harian. Perbedaan tinggi air harian
kontainer C, pipa outlet dipasang pada
antara wadah A dan B adalah hilangnya perkolasi.
interval
wadah
A,
mewakili
evapotranspirasi,
0,5 cm untuk mengendalikan
Kontainer C untuk menilai curah hujan tidak
ketepatan air. Wadah yang diisi dengan
efektif. Kedalaman maksimum perendaman diatur
tanah dan padi ditanam di dalam, bersama
oleh tinggi tanaman padi dan tinggi dari pematang
dengan tanaman pada petak tersier sawah.
sawah di lapangan, yang mana yang lebih kecil.
Tinggi air di drum dipertahankan pada
Setiap curah hujan yang merendam tanaman di luar ketinggian kritis tertentu atau yang melebihi
25 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ketinggian pematang sawah adalah tidak
irigasi dan mengevaluasi efisiensi irigasi pada
efektif.
petak sawah guna memenuhi kebutuhan air irigasi
Semakin
tinggi
peningkatan
tanaman, outlet yang terpasang atau strip geser semakin didorong ke atas hingga ketinggian
pematang
menjadi
faktor
pembatas.
untuk tanaman padi. Rahmi Putri Yantri (2012). Melakukan penelitian tentang studi efisiensi irigasi pada petak sawah dalam upaya peningkatan hasil padi di
Ketinggian
air
ditetapkan
pada
daerah irigasi Krueng Jreue. Penelitian dilakukan
ketinggian yang dipilih dalam wadah C.
pada satu musim tanam yaitu musim tanam kedua
ketinggian ini dapat disesuaikan dengan
di petak sawah pada Jaringan BJKr21 D.I Krueng
meningkatnya
tanaman.
Jreue yaitu di Desa Gani Kecamatan Ingin Jaya
Evapotranspirasi dan perkolasi berlanjut dan
Kabupaten Aceh Besar. Penelitian dilakukan
membuat defisit setiap hari. Ketika hujan
langsung di lapangan dengan menggunakan teknik
turun, pertama kali menjadi defisit. Ketika
drum padi dan teknik inflow-outflow di petak
berlebihan, surplus mengalir keluar melalui
sawah. Hasil pengukuran dihitung dan di analisa
pipa outlet. Ini adalah curah hujan tidak
berdasarkan parameter-parameter yang diamati di
efektif. Perbedaan antara kadar air dalam
lapangan yaitu debit air irigasi, evapotranspirasi,
wadah B dan C adalah curah hujan tidak
perkolasi, dan curah hujan untuk mendapatkan nilai
efektif. Jika tidak ada hujan, tingkat air di
efisiensi irigasi pada petak sawah.
pertumbuhan
wadah C secara bertahap akan mencapai permukaan
tanah
dan
tanaman
akan
memerlukan irigasi sesuai dengan yang dibutuhkannya.
METODE PENELITIAN Penelitian efisiensi irigasi pada petak tersier sawah ini, hanya dilakukan untuk tanaman padi yaitu pada musim tanam ke-2 (Juli 2013 November 2013). Metode yang digunakan dalam
Penelitian-Penelitian Terdahulu Iwan
Melakukan
penelitian ini adalah metode pendugaan. Metode
penelitian tentang studi efisiensi irigasi pada
pendugaan adalah melakukan estimasi terhadap
petak sawah di daerah irigasi pandrah.
nilai dugaan/taksiran suatu parameter tertentu,
Penelitian ini
bahwa D.I
karena pada umumnya nilai parameter suatu
Pandrah mengalami kekurangan air pada
distribusi tidak diketahui. Metode ini meliputi
petak tersier bangunan pandrah kanan 3
pengumpulan data, metode pengukuran langsung
tersier 1 (BPKn3T1) kurang mendapatkan
dilapangan dan analisa data terhadap efisiensi
air
irigasi pada petak tersier sawah pada saat
irigasi,
Syahdi
(2012).
menunjukan
sehingga
perlu
diadakan
pembagian air secara giliran dan golongan.
pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman padi.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian pemberian air Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 26
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala proses pengambilan data dilakukan setiap hari yaitu
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan persawahan
tanaman
padi
pada pukul 07.00 WIB.
yang
menggunakan air sungai Lawe Bulan yang
Prosedur Pengukuran Penelitian
dialirkan melalui jaringan irigasi dengan
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi
luas areal sawah 1.389 Ha dibangun pada
Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada
tahun 2000 di Kabupaten Aceh Tenggara.
saat penyiapan lahan sampai masa pertumbuhan
Mengingat luasnya petak tersier sawah
tanaman padi di petak tersier sawah dengan luas
untuk Daerah Irigasi Lawe Bulan maka
areal pengamatan 0,09 Ha dengan ukuran (19 m x
dalam penelitian ini teknik pengambilan
47 m) atau ± 893 m2 yang berada didaerah hilir
sampel dengan cara metode sampel random
Desa Salang Sigotom Kecamatan Deleng Pokhisen.
sederhana dengan luas areal pengamatan
Waktu penelitian 125 hari diawali dari masa
0,09 Ha dilakukan di petak tersier sawah
pengolahan lahan (25 juli 2013), masa tanam
yang umumnya berada didaerah hilir Desa
sampai
Salang
November 2013) pada musim tanam ke-2. Semua
Sigotom
Kecamatan
Deleng
Pokhisen
dengan
berbunga-matang
penuh
(26
data primer yang terkumpul dicatat pada tabel pencatatan, untuk mendapatkan data akurat proses pengambilan data dilakukan sehari sekali atau 24
Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian
jam sekali, yaitu setiap hari pada pukul 07.00 WIB,
ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sebelum terjadinya perubahan cuaca pada siang
sekunder
hinggga sore hari akibat dari tiupan angin dan
yang diperoleh dari instansi
terkait, terdiri dari peta Kabupaten, Skema
penguapan udara dari sinar matahari.
Jaringan Irigasi dan data lain yang dapat
Pertumbuhan tanaman padi diamati dalam
mendukung serta data primer yang diperoleh
dua fase (fase vegetatif dan fase generatif). Fase
langsung dari lapangan pada saat penelitian
vegetatif dimulai sejak masa tanam sampai dengan masa anakan maksimum yang membutuhkan waktu rata-rata selama 45 hari dengan tinggi tanaman
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian terdiri dari pengumpulan data sekunder dan primer. Semua data primer yang terkumpul termasuk
data
curah
hujan
harian,
evapotranspirasi, perkolasi, curah hujan efektif dan debit air irigasi di petak tersier sawah dicatat pada tabel pencatatan dengan
27 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
mencapai ± 70.1 cm, sedangkan fase generatif dimulai sejak masa anakan maksimum sampai dengan masa butir padi matang penuh (siap panen) yang membutuhkan waktu rata-rata selama 41 hari dengan tinggi tanaman mencapai ± 94.5 cm
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pengukuran Pemberian Air Irigasi di
yang digunakan pada petak tersier sawah dengan
Petak Tersier Sawah
persamaan berikut :
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pengulangan untuk memperoleh nilai rata-rata, pada saat air irigasi melewati
Q Qinflow (air masuk kepetak sawah) Qoutflow (air keluar dari petak sawah) ..................(5)
pintu masuk dan keluar dari pematang
Pengukuran Evapotranspirasi, Perkolasi dan
sawah, debit air ditampung dan diukur
Curah Hujan Efektif
dengan menggunakan wadah ember dalam
Pengukuran evapotrasnpirasi, perkolasi dan
waktu yang bersamaan selama 5 detik.
curah hujan menggunakan metode teknik drum
Material
dengan pengaturan seperti yang telah dijelaskan
yang
digunakan
adalah
pipa
paralon diameter 3 inchi, ember kapasitas 10 liter dan stopwatch.
diatas. Mekanisme pengukuran untuk memperoleh
Selisih antara air yang masuk dan air
nilai evapotranspirasi ditunjukkan pada Gambar 3.2
yang keluar merupakan jumlah air yang
dimana ketinggian air pada drum C1 dihari pertama
diberikan atau digunakan pada petak tersier
dikurangi dengan ketinggian air pada drum A2
sawah.
dihari kedua, perbedaan ketinggian air drum C1 dan
Melalui teknik inflow-outflow pada
drum A2 menunjukkan nilai evapotranspirasi.
penelitian ini dapat diperoleh air irigasi
Gambar 2.
Pengukuran teknik drum pada saat masa tanam
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 28
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Gambar 3. Pengukuran evapotranspirasi menggunakan teknik drum
Evapotranspirasi = C 1 (air dalam drum C h-1) — A2
(air
dalam
drum
A
h-
2).............(6)
Perkolasi diperoleh berdasarkan perbedaan
Apabila terjadi hujan dan adanya pemberian air irigasi maka ketinggian air pada drum C1 ditambah dengan pemberian air irigasi dan hujan harian. Pengukuran ini dapat
ditunjukkan
dengan
Evapotranspirasi = C1 + Hujan harian + Air irigasi- A2....................(7)
persamaan
harian antara tinggi air drum A dan drum B. Pengukuran
ini
dapat
ditunjukkan
dengan
persamaan sebagai berikut : Perkolasi = A(air dalam drum A) - B(air dalam drum B) ........(8)
sebagai berikut :
Gambar 4.
Mekanisme
untuk
Perbedaan antara kadar air dalam drum B
memperoleh hujan efektif adalah pada saat
dan drum C adalah curah hujan tidak efektif, nilai
hujan turun. Air yang berlebih pada drum C
curah hujan tidak efektif yang didapat akan
akan mengalir keluar melalui pipa outlet.
dikurangi dengan curah hujan harian yang terjadi
Air yang keluar dari pipa outlet disebut
untuk mendapatkan nilai curah hujan efektif. Curah
curah hujan tidak efektif atau surface run-
hujan harian dalam penelitian ini menggunakan alat
off.
ukur hujan biasa (manual rain-gauge). Pengukuran
29 -
pengukuran
Pengukuran perkolasi menggunakan teknik drum
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ini dapat ditunjukkan dengan persamaan
Persamaan (4) mengikuti metode pengukuran
sebagai berikut:
lapangan.
CH t i d a k
HASIL DAN PEMBAHASAN
efektif
= B(air dalam drum B) - C(air dalam drum
C)...(9)
CHe f e k t i f = CHh a r i a n e f e k t i f .... ... ... ..(10)
Hasil
—
CHt i d a k
dan
pembahasan
ini
meliputi
pengamatan dan pengukuran lapangan, kebutuhan air di petak sawah, efisiensi irigasi di petak sawah serta evaluasi efisiensi irigasi.
Analisis Data Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan pertumbuhan tanaman padi
Pengamatan dan Pengukuran Lapangan
adalah jumlah hari dan tinggi tanaman pada
Data Hasil Pengamatan Dilapangan
setiap fase tumbuh tanaman padi. Data yang
Pengamatan dilakukan pada saat penyiapan
diperoleh dari hasil pengukuran adalah
lahan sampai masa pertumbuhan tanaman padi di
evapotranspirasi, perkolasi dan jumlah air
petak sawah seluas 0,09 Ha . Bibit padi yang
irigasi yang diberikan di petak tersier sawah
ditanam pada lokasi penelitian menggunakan jenis
dicatat dan dikelompokan berdasarkan masa
bibit padi hibrida. Pengukuran inflow-outflow pada
pengolahan lahan dan masa pertumbuhan
petak sawah saat pemberian air irigasi dilakukan
tanaman.
pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran
Hasil
pengukuran
ini
kemudian
untuk diperoleh nilai rata-rata.
dianalisis untuk mendapatkan kebutuhan air
Data pertumbuhan tanaman padi dibedakan
di petak tersier sawah dan pemberian air di
antara fase vegetatif dan fase generatif. Fase
petak tersier sawah.
generatif dimulai sejak masa tanam sampai dengan masa anakan maksimum yang membutuhkan waktu
Analisis Efisiensi Air Irigasi di Petak
rata-rata selama 45 hari, sedangkan fase generatif
Tersier Sawah
dimulai sejak masa anakan maksimum sampai curah
dengan masa butir padi matang penuh (siap
hujan efektif dan debit air irigasi merupakan
dipanen) yang membutuhkan waktu rata-rata
parameter-parameter
selama 42 hari.
Evapotranspirasi,
perkolasi,
yang
sangat air
Pada fase vegetatif tinggi tanaman mencapai
irigasi pada petak tersier sawah. Parameter-
± 70.1 cm dan pada fase generatif tinggi tanaman
parameter
mencapai ± 94.5 cm
mempengaruhi
efisiensi
tersebut
pemberian
diperoleh
melalui
pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan metode teknik drum. Efisiensi air irigasi di petak tersier sawah dapat dihitung dengan menggunakan Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 30
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 1 Data Pertumbuhan Tanaman Padi Fase
Tanggal
Jumlah Hari
Tinggi (Cm)
38
-
24-07-2013 Pengolahan Lahan
s/d 31-08-2013
Vegetatif Tanam
01-09-2013
Anakan
26-09-2013
25
39.8
Maks. Anakan
17-10-2013
21
70.1
Generatif Berbunga
02-11-2013
16
87.4
Panen
26-11-2013
24
94.5
Data Hasil Pemberian Air Irigasi Di Petak Sawah
Gambar 5.
Pemberian air irigasi pada petak sawah
Pada Gambar 5 terlihat bahwa pada
tanaman padi dapat melekat pada tanah. kemudian
masa pengolahan lahan membutuhkan air
pemberian air irigasi di petak sawah ditambah
irigasi yang lebih besar untuk proses
sedikit demi sedikit disesuaikan dengan masa
penggenangan yaitu 1.33 liter/detik/ha dari
pertumbuhan tanaman. Pada fase berbunga-matang
pada masa pertumbuhan tanaman rata-rata
penuh pemberian air irigasi mulai dikurangi sedikit
0.97 liter/detik/ha. Pada masa pertumbuhan
demi sedikit dan pemberian air irigasi mulai
tanaman yaitu fase tanam-anakan air irigasi
dihentikan satu minggu sebelum masa panen. Hal
yang diberikan ke petak sawah cukup
ini bertujuan agar pemberian air irigasi dapat
sedikit atau selama menanam tanah agak
digunakan secara optimal di seluruh areal petak
dikeringkan 31 -
dengan
tujuan
agar
akar
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sawah sehingga tidak terjadi kekurangan air
mm/hari dan curah hujan efektif rata-rata adalah
di daerah hilir petak persawahan.
1.21 mm/hari.
Kebutuhan Air Tanaman Padi
Kebutuhan Air di Petak Tersier Sawah
Evapotranspirasi hasil pengukuran di
Kebutuhan air di petak sawah yang dihitung
petak sawah sejak fase tanam sampai
pada penelitian ini adalah kehilangan air akibat
dengan fase berbunga mengalami kenaikan
evapotranspirasi tanaman dan kehilangan air akibat
dan
penuh
perkolasi. Hasil perhitungan kebutuhan air di petak
mengalami penurunan. Hasil pengukuran
sawah akibat kehilangan air pada masing-masing
dari masa pengolahan lahan hingga masa
fase pertumbuhan tanaman.
menjelang
fase
matang
pertumbuhan tanaman rata-rata adalah 3.50 mm/hari, Perkolasi rata-rata adalah 2.65 Tabel 2
Hasil perhitungan kebutuhan air di petak sawah
Fase - Fase Pertumbuhan Tanaman
fase
Etc (mm/hari)
P (mm/hari)
Re (mm/hari)
WLR (mm/hari)
NFR (mm/hari)
Pengolahan lahan
4.07
2.21
0.6
63.75
5.68
Tanam – Anakan
4.48
2.64
2.92
45
4.2
Anakan - Maksimum Anakan
4.45
2.85
0.05
45
7.25
Maksimum Anakan – Berbunga Berbunga - Matang Penuh
4.77 4.33
2.88 2.68
2.94 1.63
45 45
4.71 5.39
Pergantian lapisan air (WLR) pada
pengolahan lahan hinga pertumbuhan tanaman
vegetatif
matang penuh yaitu 48.75 mm/hari.
pemupukan
dan
perlu
generatif
setelah
dijadwalkan
dan
Hasil pengamatan dilapangan, kehilangan air
mengganti lapisan air menurut kebutuhan.
di
Penggantian
dilakukan
evapotranspirasi dan perkolasi juga disebabkan
sebanyak 2-3 kali masing-masing 45 mm
adanya kehilangan air akibat rembesan pada petak
satu
setelah
tersier sawah. Rembesan yang terjadi disebabkan
transplantasi (3,0 mm/hari selama 1/2
oleh pematang sawah yang kurang baik, sehingga
bulan). Selanjutnya untuk pergantian lapisan
mengakibatkan kebocoran/ rembesan air di areal
air
pematang sawah.
bulan
(WLR)
lapisan
dan
pada
air
dua
petak
ini
bulan
sawah
fase
petak
tersier
sawah
selain
akibat
pengolahan lahan 63.75 mm satu bulan (4,25 mm/hari selama 1/2 bulan), nilai ratarata pergantian lapisan air dari masa
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 32
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Gambar 6 Kebutuhan
air
di
petak
sawah berdasarkan teknik drum padi
Dari Gambar 6 di atas dapat dilihat
Efisiensi Air Irigasi di Petak Tersier Sawah
bahwa kebutuhan air tanaman pada fase
Sistem pemberian air irigasi pada petak
pengolahan lahan lebih besar dari pada fase
sawah dilakukan dengan cara pemberian air
tanam anakan, hal ini disebabkan oleh faktor
terputus-putus antara satu petak sawah dengan
kondisi tanah yang relatif kering sehingga
petak sawah lainnya. Efisiensi penggunaan air
pada proses menggemburkan dan membajak
irigasi di petak sawah terhadap kebutuhan air
diperlukan air yang lebih banyak. Selain itu
irigasi dihitung berdasarkan Persamaan (4) diatas.
faktor tingkat curah hujan yang rendah
Evapotranspirasi, perkolasi dan debit air
menyebabkan evaporasi menjadi lebih besar
irigasi merupakan parameter-parameter efisiensi
dari pada fase pertumbuhan tanaman.
penggunaan air irigasi di petak tersier sawah.
Pada
tiap-tiap
fase
pertumbuhan
Perhitungan efisiensi penggunaan air irigasi di
tanaman, terlihat bahwa pada fase anakan-
petak tersier sawah pada setiap fase dapat dilihat
maks kebutuhan air tanaman yang lebih
pada Tabel 3.
besar dari fase-fase pertumbuhan tanaman
Dari Tabel 3 dapat dilihat kebutuhan air
lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor
tanaman (Vm) pada tiap fase pertumbuhan tanaman
kondisi tanaman padi, dimana tanaman padi
senantiasa tidak tetap tergantung pada kondisi
di sawah mulai beranak dan daunnya
dilapangan, dengan demikian besarnya air irigasi
bertambah
transpirasi
(Vf) yang diberikan disesuaikan dengan keadaan
bertambah. Selain itu faktor tingkat curah
tanaman padi di lapangan dan diharapkan tidak
hujan
diberikan secara berlebihan.
sehingga
yang
tingkat
rendah
menyebabkan
evapotranspirasi menjadi lebih besar.
33 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 3
Efisiensi air irigasi di petak sawah tiap fase pertumbuhan tanaman
Fase - Fase Pertumbuhan Tanaman Vm (mm/hari) Vf (mm/hari) Ea (%) Pengolahan lahan
5.68
11.52
49.30
Tanam – Anakan
4.20
8.41
49.97
Anakan - Maks. Anakan
7.25
11.20
64.74
Maks. Anakan-Berbunga
4.71
9.47
49.74
Berbunga - Matang Penuh
5.39
8.32
64.75
5.45
9.78
55.70
Rata-rata
Gambar 7 Grafik Efisiensi Irigasi Pada Tiap Fase Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan perhitungan
analisis
padi di sawah apabila kekurangan air akan
efisiensi irigasi pada petak
menurunkan hasil produksi, oleh karena itu dalam
tersier sawah (Ea)
hasil
secara keseluruhan
pemberian air kebutuhan tanaman padi harus tepat
sebesar 55,7% seperti diperlihatkan pada
waktu dan jumlahnya agar dapat menghemat air
tabel 3 diatas.
irigasi sehingga di daerah hilir air tercukupi.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa
untuk
tiap
fase
pertumbuhan
kebutuhan air irigasi yang diberikan ke
Efisiensi irigasi pada petak tersier sawah dapat ditingkatkan dengan membuat bangunan pematang sawah yang baik
petak tersier sawah (Vf) lebih besar dari pada kebutuhan air yang diperlukan oleh
Evaluasi Efisiensi Irigasi
tanaman padi (Vm) hal ini menunjukan
Di Daerah Irigasi Lawe Bulan nilai efisiensi
salah satu penyebab terjadinya kekurangan
irigasi berdasarkan hasil perencanaan sebesar
air di daerah hilir. Diketahui bahwa tanaman
67,50% yaitu pada saluran primer 90%, saluran Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 34
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sekunder 90% dan saluran tersier 85%
menjadi 37,6%, yang mengakibatkan luas sawah
dengan luas sawah yang diairi sebesar
yang diairi menjadi berkurang.
±10,91 ha. Namun dari hasil pengukuran di lapangan (tabel 4) nilai efisiensi turun Tabel 4 Efisiensi Irigasi Ea
Ej
Etotal
(%)
(%)
(%)
Pengolahan lahan
49.3
67.5
33.28
Tanam - Anakan
49.97
67.5
33.73
Anakan - Maksimum Anakan
64.74
67.5
43.7
Maksimum Anakan - Berbunga
49.74
67.5
33.58
Berbunga - Matang Penuh
64.75
67.5
43.71
Rata-rata
55.7
67.5
37.6
Fase - Fase Pertumbuhan Tanaman
Kondisi
ini
dapat
ditingkatkan
kembali apabila permasalahan di lapangan dapat dicegah atau diatasi sehingga efisiensi irigasi kembali meningkat ke kondisi sesuai Standar Perencanaan Irigasi sebesar 65% atau
mencapai
efisiensi
irigasi
perencanaan irigasi Lawe Bulan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pada saat penggenangan lahan air harus cukup
sesuai
agar struktur tanah menjadi lumpur setelah
sebesar
tanah dibajak 2 kali, penggenangan lahan
67,5%.
dibiarkan selama 2-3 hari, agar akar tanaman
Perhitungan
peningkatan
efisiensi
irigasi dan peningkatan luas sawah yang diairi dapat dihitung kembali.
efisiensi
2. berdasarkan hasil pengukuran dilapangan efisiensi irigasi lawe bulan pada petak sawah
Hal lain yang juga berperan dalam meningkatkan
padi dapat mudah melekat pada tanah.
irigasi
(Ea) sebesar 55,70 %.
yaitu
3. Pemberian air irigasi pada petak sawah nilai
memperbaiki pola perilaku petani daerah
(Vf) pada masa pengolahan lahan sebesar 1.33
hulu yang dalam penggunaan air irigasi
liter/detik/ha dan masa pertumbuhan tanaman
yang masih bersifat boros. Perilaku petani
padi sebesar 0.97 liter/detik/ha.
tersebut mengakibatkan petani di daerah
4. Dengan menggunakan teknik drum kebutuhan
hilir mengalami kekurangan air sehingga
air pada petak sawah yaitu masa pengolahan
pembagian air di daerah hulu dan hilir tidak
lahan nilai Vm sebesar 5.68 mm/hari dan masa
merata terutama pada musim kemarau.
pertumbuhan tanaman rata-rata 5.45 mm/hari.
35 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 5. Nilai
efisiensi
irigasi
berdasarkan
meliputi untuk evapotranspirasi dan perkolasi.
Standar Perencanaan Irigasi sebesar 65%,
pada
petak
sawah
masa
pengolahan lahan 32.04% dan masa
Saran
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti
pertumbuhan tanaman rata-rata 37.25%
memberi beberapa saran sebagai berikut :
atau rata-rata masa pengolahan lahan
1. Untuk menghindari rembesan air irigasi pada
dan pertumbuhan tanaman 36.21%
pematang sawah, maka diharapkan kepada
sedangkan efisiensi irigasi berdasarkan
kelompok petani setempat untuk melakukan
Perencanaan
perawatan/pemeliharaan pematang sawah.
Daerah
Irigasi
Lawe
Bulan sebesar 67.50%, dimana masa
2. Pemberian air irigasi masih dapat dihemat lagi
pengolahan lahan 33.28% dan masa
berdasarkan
pertumbuhan tanaman rata-rata 38.68%
pemberian air irigasi tidak berlebih yang mana
atau rata-rata masa pengolahan lahan
kelebihan air irigasi dapat digunakan untuk
dan pertumbuhan tanaman 37.60%.
mengatasi areal sawah yang kekurangan air atau
6. Peningkatan nilai efisiensi irigasi dapat
kebutuhan,
diharapkan
dalam
untuk memperluas lahan pertanian.
dilakukan apabila ada kesadaran yang tinggi
dari
memelihara
para
petani
untuk
saluran
dan
sarana
bangunan irigasi yang ada dan juga dalam
penggunaan
air
irigasi
di
sesuaikan dengan kebutuhan air di petak
sawah
pematang
sawah
dengan yang
membuat baik
agar
terhindar dari rembesan. 7. Evapotranspirasi,
perkolasi,
curah
hujan efektif dan debit air irigasi merupakan parameter-parameter yang sangat
mempengaruhi
efisiensi
pemberian air irigasi pada petak tersier sawah. 8. Curah hujan efektif digunakan untuk mendefinisikan sebagian kecil dari jumlah air hujan yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan
air
untuk
tanaman pada masa pertumbuhannya,
DAFTAR PUSTAKA Ambler, J.S., 1991. Irigasi di Indonesia Dinamika Kelembagaan Petani, LP3ES, Jakarta. Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, Penerbit IPB Press, Bogor. Bos, M.G. and Nugteren, J., 1990, On Irrigation Efficiencies, Intern.Instit.for Land Reclamation and Improvement/ILRI, Wageningen The Netherlands. Brouwer, C., A.Goffeau, dan M. Heibloem., 1985, Irrigation Water Management, Training Mhanual No. 1 - FAO Introduction to Irrigation, Rome. Dastane, ND., 1974, Effective Rainfall In Irrigate Agriculture, Irrigation and Drainage Paper Vol. 25 FAO, Rome. Direktorat Jenderal Pengairan, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung. Doorenbos, J., and W. O. Pruit., 1984, Guidelines for Predicting Crop Water Requirement, FAO Irrigation and Drainage Paper, Roma. Israelsen, W.O., dan Hansen, 1962, Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Terjemahan Endang. Erlangga, Jakarta. Kartasapoetra, A.G., dan M. Sutedjo, 1994, Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara, Jakarta. Linsley, R.K and J.B. Franzini, 1979, Water Resources Engineering, Mc Graw Hill Book Co, New York.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 36
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pasandaran, E., 1991, Irigasi di Indonesia, Strategi dan Pengembangan. LP3ES, Jakarta. Purba, W.F., 1974, Kebutuhan Air untuk Pertanaman Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Makalah Seminar Penerapan Teknologi Madya pada Industri Pertanian, FATEMETA IPB, Bogor. Salim, M., 2007, Peranan Saluran Irigasi Bendung Pesayangan Untuk Mencukupi Kebutuhan Tanaman Padi Petak Sawah di Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, Tesis Doktoral, Universitas Negeri Semarang. Sosrodarsono, S. dan Takeda, 1976, Hidrologi untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta. Sudjarwadi, 1987, Teknik Sumberdaya Air, Diktat kuliah Jurusan Teknik Sipil UGM, Yogyakarta. Supriatno, M., 2003, Optimasi Sistem Pengelolaan Air Irigasi di Daerah Irigasi KruengAceh, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Syahdi, I., 2012, Studi Efisiensi Irigasi Pada Petak Sawah Di Daerah Irigasi Pandrah. Tesis. Magister Teknik Sipil. Universitas Syiah kuala. Banda Aceh. Triatmodjo, B., 2009, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta. Van de Goor G.A.W. dan Zijlstra G. 1968 Irrigation requirements for double cropping of lowland rice in Malaya. ILRI Publication 14. Wageningen Vergara BS, Chang TT. 1985. The flowering response of the rice plant to photoperiod, 4th edn. Los Banos, Philippines: IRRI. Yantri,P.R., 2012, Studi Efisiensi Irigasi Pada Petak Sawah Dalam Upaya Peningkatan Hasil Padi Di Daerah Irigasi Krueng Jreue. Tesis. Magister Teknik Sipil. Universitas Syiah kuala. Banda Aceh.
37 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014