Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
OPTIMASI DISTRIBUSI AIR JARINGAN IRIGASI AIR TANAH DAERAH IRIGASI MAGEPANDA KABUPATEN SIKKA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Burhan Budi1) , Mamok Suprapto2), Syafi’i 3) Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil, 2) Dosen Magister Teknik Sipil UNS Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524; Email:
[email protected] 1)
Abstrak Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terletak di arah Timur Pulau Flores. Daerah irigasi (D.I) Magepanda Kabupaten Sikka memiliki luas areal 525 Ha. Pada musim kemarau, DI Magepanda sering mengalami kekurangan air. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, air di pasok dari sumur pompa. Saat ini jumlah sumur pompa sebanyak 10 buah dengan kapasitas total 98 l/dt. Mengingat sistem pemberian air D.I. Magepanda merupakan sistem campuran dengan air tanah, maka D.I. Magepanda termasuk dalam kategori jaringan air tanah (JIAT). Permasalahan utama dalam JIAT adalah rendahnya hasil produksi pertanian sawah. Beragam kemungkinan penyebabnya, antara lain: 1) air sering tidak sampai ke areal pertanian paling ujung, 2) rendahnya biaya operasi dan pemeliharaan, 3) rendahnya pemahaman petani terhadap sistem irigasi pompa, 4) Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang sering tidak dipatuhi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yang didasarkan pada data-data dari lapangan baik berupa data primer maupun sekunder. penelitian ini melalui tiga tahap yaitu menentukan kebutuhan air tanaman, menentukan model optimasi dengan persamaan linear, dan tahap mendapatkan keuntungan optimal dan pola tanam di D.I. Magepanda , Kecamatan Magepanda Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan hasil simulasi, dengan menggunakan cropwat airnya masih cukup untuk mengairi lebih dari 10 ha, dengan demikian masih banyak air yang terbuang sia-sia sepanjang tahun. penelitian optimasi distribusi air untuk setiap musim tanam adalah sebagai berikut: Musim Tanam I, = Rp 479.660.600,-dengan luas areal optimum untuk tanamn padi 2,5 ha dan bawang merah 7,5 ha Musim Tanam II, =Rp 83.560.000,- dengan areal optimum untuk tanaman padi 2,5 ha dan bawang merah 1,11 ha Musim Tanam III, =Rp 432.800.000,-dengan luas areal optimum untuk tanaman padi 2,5 ha dan bawang merah 7,5 ha. Kata
kunci:
Debit
air,
Keuntungan,Luas
lahan,
1. PENDAHULUAN Dalam mencapai ketahanan dan kemandirian pangan melalui peningkatan produksi pangan khususnya beras, pemanfaatan air tanah dapat digunakan sebagai air irigasi di daerah-daerah yang kekurangan air, di mana air permukaan tidak memadai atau tidak ada sama sekali serta daerah tersebut memiliki potensi pertanian. Menurut BPS, Indonesia mengalami surplus beras sekitar 6 (enam) juta ton, namun sejak januari hingga Agustus 2011 ternyata Badan Urusan Logistik (Bulog) telah melakukan impor beras mencapai 1,62 juta ton (Badan Ketahanan pangan, 2012) Kementrian Pekerjaan Umum berupaya untuk meningkatkan produksi paling sedikit 7% pertahun. Upaya tersebut meliputi antara lain: Penyediaan air yang harus sesuai dengan waktu, ruang, jumlah, mutu, kondisi sarana/prasarana sumberdaya air (SDA), dan pengelolaan SDA yang sesuai dengan ketentuan (Win7,2013). Penyediaan air untuk masing-masing wilayah perlu dikaji agar infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi dan bermanfaat secara maksimal (Ditjen Sumber Daya Air, 2013).Sampai saat ini pemerintah telah menginvestasikan dana yang besar dalam pembangunan. Hingga tahun 2013, di indonesia tercatat sebanyak 33.862 daerah irigasi.Di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), khusunya Kabupaten Sikka terdapat Daerah Irigasi Teknis seluas areal 525 Ha, termasuk daerah irigasi Magepanda yang merupakan salah satu daerah lumbung padi. Adapun
optimasi
dengan
program
LINGO,pola
tanam
sumber air pengambilan antara lain menggunakan 10 buah sumur bor, dengan kapasitas masing pompa adalah 10/liter/detik dengan total luas areal yang diairi seluas 98 Ha. Masing- masing sumur bor mengairi areal seluas 10 ha. Penelitian ini mengkaji Berapa kebutuhan air tanaman,bagaimana proporsi optimal luas tanam setiap jenis tanaman,dan berapa keuntungan maksimal yang diperoleh berdasarkan proporsi setiap jenis tanaman,sehingga berdasarkan uraian diatas maka maksud penelitian ini adalah dapat mengetahui kebutuhan air untuk masing-masing tanaman di setiap musim tanam dengan luas areal yang optimal sehingga mendapatkan keuntungan yang optimal. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Magepanda,DusunPomboI,Kecamatan Magepanda,Kabupaten Sikka,Provinsi Timur, dengan luas ± 10 ha.
jaringan Nusa
irigasi Tenggara
2.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yang didasarkan pada data-data dari lapangan baik berupa data primer maupun sekunder.
18
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
2.3 Analisis Data Analisis data meliputi: 1.
2.
Menghitung kebutuhan air. Perhitungan curah hujan efektif. Evapotranspirasi akan menghitung besarnya evaporasi dan transpirasi yang sesuai dengan data klimatologi. Perencanaan pola tanam sebagai alternatif yang akan diambil guna mencapai suatu kondisi yang optimal. Dari setiap pola tanam yang akan diambil dibagi menjadi beberapa alternatif dengan masa awal tanam yang berbeda-beda. Dari setiap alternatif juga akan dibagi menjadi beberapa golongan supaya kebutuhan debit puncak dapat dikurangi. Analisa kebutuhan air dari tiap musim tanam yang disajikan. Ada beberapa hal yang besarnya kebutuhan air yang diperlukan, yakni jenis tanaman, besarnya perkolasi yang terjadi dilapangan, efisiensi irigasi dan evapotranspirasi Optimasi Program linear. Langkah-langkah optimasi yakni: 1. Tentukan model optimasi 2. Tentukan peubah yang akan dioptimasi 3. Menghitung harga batasan/kendala 4. Menetukan model matematika Fungsi tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah memaksimalkan keuntungan produksi, dengan menggunakan persamaan 2.42. Fungsi kendala Adapun yang menjadi batasan/kendala antara lain debit air tanam, dengan menggunakan persamaan 2.43 5. Mengoperasikan model optimasi untuk memperoleh luasan tertentu sehingga diperoleh keuntungan maksimum.
3.
Pola tanam hasil Optimasi Poal tanam optimum berdasrkan hasil optimasi keuntungan.
3. HASIL PENELITIAN 3.1 Kebutuhan Air Tanaman.
2.4 Tahap Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi: 1) Tahap Perhitungan kebutuhan air 2) Tahap Pembutan Model Optimasi 3) Tahap Perhitungan Keuntungan
Perhitungan evapotranspirasi metode Penman-Monteith dengan cropwat-8
19
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
Perhitungan Hujan efektif. Tampak dalam Gambar 4.5 pada baris Januari bahwa nilai ETo yang dihasilkan 3,48 beda kecil dengan basil perhitungan manual. Hal ini terjadi karena dalam perhitungan manual banyak dilakukan pembulatan angka. Nilai Eto dari software cropwat dari pengembangan metode Penman-Monteith digunakan untuk nilai evapotranspirasi dalam perhitungan kebutuhan air tanaman. Tingkat evapotranspirasi pada tahun 1998 rerata 3,48 mm/hari, dengan angka tertinggi sebesar 4,29 mm/hari pada tengah bulan I (pertama) Agustus dan terendah Januari tengah bulan I (pertama) yaitu 2,70 mm/hari. Angka evapotranspirasi dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, rerata sebesar 4,11 mm/hari. Evapotranspirasi terendah terjadi pada periode I bulan Mei sebesar 3,21 mm/hari, dan tertinggi periode I bulan Nopember sebesar 5,55 mm/hari. Hasil dari software cropwat digunakan untuk menghitung kebutuhan air tanaman. 3.2. Kebutuhan Air Tanaman. Penggunaan perangkat lunak cropwat bisa menghasilkan distribusi air yang Iebih efektif. Untuk mengetahui apakah hasil perhitungan dengan Kriteria Perencanaan masih bisa diterapkan sesuai dengan hasil cropwat yang dilakukan dengan membuat simulasi Pola tanam padi-padi-padi, padipadi-palawija, padi-palawija-palawija dari bulan dari awal dan pertengahan bulan(10 hari) dari bulan September sampai dengan bulan januari dengan metode cropwat. Contoh kebutuhan air yang dihasilkan dari program cropwat dalam satuan liter/detik/ha dari 1 Januari sampai dengan jadual panen sampai pascapanen pada periode II April.
Kebutuhan air tanaman padi periode awal januari MT-I.
Berdasarkan gambar grafik Rerata kebutuhan dan ketersediaan air untuk tanaman padi pada MT-I. dari jadwal tanam sampai pada masa pengisian bulir menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan air masih mengandalkan curah hujan. Pemberian air terhadap tanaman padi dilakukan setiap hari, sesuai tingkat kebutuhan. Sehingga pola tanam baik berdasarkan jenis tanaman, awal tanam serta sistem golongan dapat diatur sesuai debit yang tersedia. Besarnya penggunaan air terhadap pola tanam, MT-I, MTII dan MT-III dengan menggunakan jenis tanaman yang sama di tunjukkan dalam gambar. Musim tanam 1 pada Gambar 4.14, Gambar 4.20, dan Gambar 4.26. Secara berurutan musim tanam I dimulai tanggal 1 Januari, musim tanam tanggal 01 Mei dan musim tanam III pada 01 Nopember. Jadual panen dari ke-3 musim tanam bervariasi tergantung jenis tanaman yang kan ditanam sesuai dengan kebutuhan misalnya padi dimulai tanam awal januari, panen tanggal minggu ke 3 bulan April. Rerata kebutuhan dan ketersediaan air per hektar untuk tanaman padi, jagung, kacang hijau, cabe dan bawang merah setiap musim tanam dengan menggunakan sumur bor di daerah irigasi magepanda kabupaten Sikka adalah sebagai berikut:MT- I; Padi = 3,13 l/det, Jagung = 12,46 l/det, Kacang hijau = 2,50 l/det, Cabe = 3,40 l/det, bawang merah = 19,20 l/det.MT- II; Padi = 67,02 l/det, Jagung = 54,90 l/det, Kacang hijau = 40,08 l/det, Cabe = 49,15 l/det, bawang merah = 65,24 l/det.MT-III; Padi = 39,19 l/det, Jagung = 8,42 l/det, Kacang hijau = 4,42 l/det, Cabe = 12,29 l/det, bawang merah = 0,6 l/det. 3.2 Analisis Hasil Optimasi 3.2.1
Kebutuhan air tanaman padi periode awal Januari
Model Optimasi
Model matematika program linear yang disusun ini di coba penggunaanya untuk perencanaan pengelolaan irigasi pertanian pada areal irigasi Magepanda, Kabupaten Sikka yang menggunakan sumur pompa. Agar permasalahan yang ada di lapangan dapat sesuai dengan model yang dikehendaki maka perlu beberapa batasan, yakni: Debit air dan luas lahan. 20
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
Nilai keuntungan tiap jenis tanaman pada setiap Musim Tanam merupakan nilai konstanta pada fungsi tujuan dalam model matematika program Linear,yaitu: a) Musim Tanam I Z1 = 18.275.000.L11 +16.052.000 L21+ 14.550.000 L31+ 15.577.500 L41 + 57.863.500 L51 b) Musim Tanam II Z2 = 13.275.000.L12+11.052.000 L22+ 11.550.000 L32 + 12.577.500 L42 + 45.365.000 L52 c) Musim Tanam III Z3 = 18.275.000.L13+11.052.000 L23 + 13.050.000 L33 + 15.577.500 L43 + 51.615.000 L53 berdasarkan kebutuhan air dan ketersediaan air maka dapat disusun persamaan constrain function untuk setiap musim tanam dengan luas areal padi constrain 25% dari total areal yang ada, karena setiap musim tanam padi di tanam 25% dari luas areal yang ada maka didapat nilai Tabel 4.19. Persamaan Kebutuhan Air MT I, MT II, MT III
Berdasarkan Hasil pada Tabel 4.19 dapat di formulasikan nilai fungsi tujuan (objective function), dengan Constrain luas areal dan debit air, dengan menggunakan alat bantu program LINGO untuk setiap musim tanam, selengkapnya akan didapatkan dapat dilihat pada contoh gambar 4. 28 sebagai berikut. MT - I
mendapatkan total keuntungan selama tiga musim tanam dan keuntungan tiap musim tanam adalah sebagai berikut: Persamaan model matematika tersebut diselesaikan dengan metode Simpleks yang proses iterasinya dilakukan dengan bantuan komputer yaitu program LINGO dengan memasukan nilai Constrain dari tabel 4.26, maka didapat nilai X1= 2,5 Ha,Padi X2= 0, Jagung X3= 0,Kacang hijau X4= 0,Cabe X5= 7,5 Ha, Bawang merah Sehingga didapat Objective Value MT I = Rp 47.996.000,dengan luas lahan optimum 2,5 ha untuk tanaman padi dan 7,5 ha untuk tanaman bawang merah setiap musim tanam selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.Sedangkan untuk MT II X1= 2,5 Ha, Padi. X2= 0,11Jagung. X3= 0 Kacang hijau. X4= 0 Cabe. X5= 1,11Ha, Bawang merah. Sehingga didapat Objective Value MT II = Rp 8.356.000,dengan luas lahan optimum 2,5 ha untuk tanaman padi, 0,11 dan 1,11 ha untuk tanaman bawang merah pada musim tanam II, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F. X1= 2,5,Padi X2= 0, Jagung X3= 0,Kacang hijau X4= 0,Cabe X5= 7,5 Ha, Bawang merah Sehingga didapat Objective Value MT III = Rp 43.280.000 dengan luas lahan optimum 2,5 ha untuk tanaman padi dan bawang merah 7,5 ha pada musim tanam III, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F . Awal Tanam Eksisiting
Musim MT- I MT-II
MT- I Hasil Optimasi MT- II MT - III
Padi 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Luas Tanaman (Ha) Jagung Kacang Hijau Cabe Bawang Merah 2,5 0 0 0 2,5 0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0
7,5 1,11 7,5
Keuntungan (Rp/ha) 29.327.500 29.327.500 47.966.600 8.356.600 43.280.000
Gambar 4.28 Model Persamaan kebutuhan air tanaman MT-I
1. IMPLIKASI Gambar 4.29 Hasil Optimasi Luas lahan dan Keuntungan Optimum MT- I 3.2.2 Keuntungan Optimasi Berdasarkan hasil pada pembahasan sebelumnya, maka susunan model matematika program Linear untuk
Optimasi Distribusi Air Jaringan Irigasi Air tanah merupakan upaya mengukur cara kerja jaringan tata air tambak berdasarkan kondisi fisik dan fungsinya dalam mengatur tata air. Dari Hasil Optimasi tersebut dihasilkan keuntungan yang optimal dari setiap musim tanam yang ada di semua sumur bor sehingga kinerja dan rekomendasi kegiatan yang diperlukan. Perhitungan didasarkan pada 21
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
rekomendasi kegiatan yang diperlukan terhadap saluran dan bangunan. Selain menambah khazanah pengetahuan dan teknologi bidang keirigasian, diharapkan implementasi dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja jaringan irigasi tambak desa Magepanda khusunya Irigasi Magepanda dan JIAT di NTT pada umumnya.
2. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan : Sesuai dengan hasil Analisis dan pembahasan optimasi pola tanam Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) Di Daerah Irigasi Magepanda disimpulkan: 1. K ebutuhan air per hektar untuk tanaman padi, jagung, kacang hijau, cabe dan bawang merah setiap musim tanam dengan menggunakan sumur bor di daerah irigasi magepanda kabupaten Sikka adalah sebagai berikut: MT- I; Padi = 3,13 l/det, Jagung = 12,46 l/det, Kacang hijau = 2,50 l/det, Cabe = 3,40 l/det, bawang merah = 19,20 l/det. MT- II; Padi = 67,02 l/det, Jagung = 54,90 l/det, Kacang hijau = 40,08 l/det, Cabe = 49,15 l/det, bawang merah = 65,24 l/det. MT-III; Padi = 39,19 l/det, Jagung = 8,42 l/det, Kacang hijau = 4,42 l/det, Cabe = 12,29 l/det, bawang merah = 0,6 l/det. 2. M odel optimasi setiap musism tanam dengan menggunakan program Linear pada JIAT di D.I. Magepanda adalah 1. Musim Tanam I Z1 = 18.275.000.L11 +16.052.000 L21+ 14.550.000 L31+ 15.577.500 L41 + 57.863.500 L51 2. Musim Tanam II Z2 = 13.275.000.L21+11.052.000 L22+ 11.550.000 + L32 + 12.577.500 L42 45.365.000 L52 3. Musim Tanam III Z3 = 18.275.000.L31+11.052.000 L32 + 13.050.000 + L33 + 15.577.500 L43 51.615.000 L53 3. Keuntungan maksimal setiap musim tanam adalah sebagai berikut: 1. Musim Tanam I, = Rp 479.660.600,-dengan luas areal optimum untuk tanamn padi 2,5 ha dan bawang merah 7,5 ha 2. Musim Tanam II, =Rp 83.560.000,- dengan areal optimum untuk tanaman padi 2,5 ha dan bawang merah 1,11 ha. 3. Musim Tanam III, =Rp 432.800.000,-dengan luas areal optimum untuk tanaman padi 2,5 ha dan bawang merah 7,5 ha.
3. REKOMENDASI Beberapa saran yang dapat dilakukan antara lain : Setelah menganalisis dengan beberapa metode antara lain dengan Cropwat dan mengoptimasi dengan menggunakan persamaan linear dengan program LINGO untuk mendapatkan distribusi air JIAT D.I. irigasi
Magepanda, sehingga dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. A gar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pola tanam pada semua daerah irigasi di Magepanda guna memperoleh pola tanam yang optimal 2. A gar dilakukan evaluasi serta pemeliharaan terhadap jaringan irigasi air tanah untuk mengoptimalkan fungsi jaringan, agar air yang didistribusikan dapat memenuhi kebutuhan. 3. A gar pengambilan air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sesuai dengan luasan areal yang akan diairi, mengingat debit air sumur bor masih cukup besar. 1) DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013, Profil Pengairan, Balai Wilayah Nusa Tenggara II. Abernethy, C.L., 2010. Governance of irrigation systems: Does history offer lessons for today, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.55 2/abstract Ahmad Wahyudi,dkk, 2014., Study Optimasi Pola Tanam pada daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan program Linear, jurnal teknik pomits Vol.3,No.1 Andi Dananta Ar, 2011, Irigasi Parsitipatif: Membangun Irigasi yang Berpihak kepadapetanihttp://ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/2011/05/03/irigasi-parsitipatifmembangun-irigasi-yang-berpihak-kepadapetani/.17 September 2013. Agus Dharma, 2010,Perkembangan kebijakan Sumber DayaAir dan Pengaruhnya terhadap Pengelolaan Irigasi. http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/. 13 September 2013 Agus Suhardono, 2010., Optimasi penggunaaan lahan Pertanian dengan Program Linear Didownload 23 Mei 2014. Bambang Triatmojo., 2008, Hidrologi terapan, Beta ofset Jogyakarta. Chay Asdak., 2010, Hidrologi dan pengelolaan Daerah aliran Sungai, gadjah Mada University press, jogjakarta Chow, V.T., Maidment, D.R., dan Mays, L.W., 1988, Applied Hidrology Mcgraw Hill, New York. Ditjen Pengairan., 1986, Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, Direktorat jenderal Pengairan, Departemen pekerjaan umum, Galang persada, Bandung Ditjen Sumber Daya Air., 2005, kebutuhan dan cara pemberian air irigasi, seri modul Nomor: PPA 9/72, Edisi ke-3, Badan penelitian dan 22
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
pengembangan direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta
kecamatan kerambitan, kabupaten Tabanan), EJurnal Agribisnis dan Agrowisata, Vol.
Ditjen Sumber Daya Air., 2008, peraturan pemerintah republik indonesia Nomor: 42 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, jakarta.
Lorenzini, Giulio and Wrachien, Daniele De, 2005. Performance assessment of sprinkler irrigation systems: a new indicator for spray evaporation losses, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.17 1/abstract No.1, januari 2013.
Ditjen Sumber Daya Air., 2010, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:14 tahun 2010, Tentang Estándar pelayanan minimum, Kementian Pekerjaan Umum, Jakarata Ditjen Sumber Daya Air., 2013, http://sda.pu.go.id/datasda/. Didownload I mei 2014. Dr. Heru Hendrayana, Geological Engineering Dept, Faculty of Engineering, Gadjah MadaUniversityEmai:
[email protected] : www.heruhendrayana.staff.ugm.ac,idTahun 2002.14 September 2013 Duckstein, L., dan plate, E.J., 1987, Engineering Reliability and Risk in Water Resources, martinus Nijhoff, Dordrecht. Erman Mawardi., 2007, Desain hidraulik bangunan irigasi. Alfabeta. Bandung. Encona Eng. Inc dkk., 1988 ,Studi kondisi hidrogeologi dan karakteristik hidraulik akuifer. Frederic, A.T., 2007, Studi Peningkatan/Optimasi daerah irigasi (DI) Legare kabupaten Nabire Propinsi Papua, Tesis Teknik Sipil ITB, Bandung. George, Biju A., Malano, Hector M., Vo Khac Tri, Turral, Hugh, 2004. Using modelling to improve operational performance in the Cu Chi irrigation system, Vietnam, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.10 9/abstract Gusta Gunawan, dkk, Aleks Kurniawan, 2010., penerapan Teknik Optimasi dan Simulasi dalam Penyusunan Pola Operasi Waduk Untuk pemenuhan Kebutuhan Listrik, Seminar Nasional Fakultas Teknik –UR. Didownload 23 Mei 2014 Hamdy A Taha, 1993, Riset Operasi edisi kelima jilid 1. Hansen dkk, 1986, Pasandan dan Taylor, 1984 Studi kebutuhan air irigasi untuk perumbuhan tanaman. Imayama, K. dan Sugio, S., 1988, Differnce of Discharge from Natural Watershed and Urban Watershed, Proc. 11th Congress of The Asia and Pasific Division Of the IAHR, Gadjah Mada University, jogjakarta. I Putu Sony Aryawan., Wayan Windia., Putu Udayani Wijayanti., 2013, Peran Subak dalam Aktifitas Pertanian padi Sawah (kasus di Subak dalem,
Maghfirotus Sya’diyah,dkk ,2010.,Study Optimasi Pola tanam untuk memaksimalkan keuntungan hasil produksi pertanian di jaringan irigasi Manyar kecamatan Babat kabupaten lamongan dengan menggunakan Program Linier (SOLVER) Mamok Suprapto., 2008, pemodelan pengelolaan Aliran Rendah Dengan pendekatan Hidrologi Elementer, Disertasi FT Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mathur, Y.P., Gunawant Sharma., dan pawde, A.W., 2009, optimal Operation Scheduling of Irrigation canals using genetic Algoritm, Internation journal of recent trends in Engineering, Vol. 1, No. 6, may 2009. Mohamad Hasan., 2012, Pengelolaan sumber daya Air Terpadu Guna Mendukung ketahanan Pangan, Makalah pada Seminar dan Pengukuhan pengurus HATHI Cabang Jawa Tengah, Semarang. Moore, R.J., 2007, The PDM Rainfall-Runoff Model, Hydrol. Earth. Sci., 11(1),483-499, 2007 Oad, Ramchand, 2001. Policy reforms for sustainable irrigation management – a case study of Indonesia, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.28 /abstract Passouant, M., Le Gal, P.Y., and Keita, B., 2009. The contribution of information systems in maintaining largescale irrigation schemes, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.46 9/abstract PLA Deptan, 2007., Pemanfaatan Air Tanah pada Musim kemarau yang digunalkan sebagai Sumber Utama. Phengphaengsy, 2011., Pemanfaatan Air, siklus Hidrologi, Aliran sungai. Putra Puja Bakti, dkk, 2010 Studi Optimasi Linear irigasi D.I. Sumberbendo Jeruk Kabupaten Probolinggo.syndrome
[email protected] di download mei 2014 Roni Komarudin., 2010, peningkatan Jaringan irigasi melalui penerapan manajemn yang tepat dan konsisten pada daerah irigasi Ciramajaya, http://www.Jurrnal.Tekniksipil.4-agungwiyono-dkk-Vol17-no.2.pdf. 23
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
Rudi Azuan.,2009, peningkatan Kinerja Operasi waduk dengan cara rotasi pemberian air pada daerah irigasi Way jepara lampung. Tesis Teknik Sipil UnS, Surakarta. Soemarto.,
2012, http://udynhaddad.blogspot.com/2012/06/pen etapan -laju-infiltrasi-dan perkolasi.html Didownload 28 mei 2013
Suripin.,2001, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi Offset, Jogyakarta Suyono Sosrodarsono., Kensaku Takeda., 1985, Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramita, jakarata. Sri Harto, BR., 1993, Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Sya’diyah dkk, 2010., Studi Optimasi Pola Tanam untuk memaksimalkan keuntungan hasil Produksi pertanian di jaringan Irigasi Manyar Babat kabupaten Lamongan dengan menggunakan program Linear (Solver), jurnal Sumber daya alam & lingkumngan,
[email protected] Terry, A. Howell., 2013, Irrigation Efficiency, United States Departemen of Agriculture (USDA), Bushland, Texas, USA
[1] Manajemen Informatika dan Komputer Sinar Nusantara. Surakarta. (Unpublised).
[2] Anonim. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2011 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak..
[6] Prasetio, A.B., Albasri & Rasidi. 2010. Perkembangan
Budidaya Bandeng Di Pantai Utara Jawa Tengah (Studi Kasus: Kendal, Pati dan Pekalongan). Prosiding. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, http://isjd.pdii.lipi.go.id/. Diakses tanggal 3 April 2013.
[7] Sidra, Andi. 2012. Sistem Informasi Spasial Kondisi Fisik
Jaringan Irigasi Bantimurung Kabupaten Maros. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. http://repository.unhas.ac.id/. Diakses tanggal 10 April 2013.
[8] Sriyana. 2010. Sistem Informasi Jaringan Irigasi
(SIJARI) Kabupaten Sukoharjo berbasis Program Arcview GIS 3.3. Jurnal Teknik. Volume 31 Nomor 1. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik/... /1510/. Diakses tanggal 5 Desember 2013.
[9] Tri Rahajeng, E.A. 2011. Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi (DI) Krisak http://pasca.uns.ac.id/. Agustus 2013.
Kabupaten Wonogiri. Diakses tanggal 10
[10] Wahjono, H.D. 2007, Pengembangan Sistem Database Sumber Daya Air Kota Samarinda. Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 8 Nomor 3:189-196 http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article /.../398/. Diakses tanggal 7 Desember 2012.
[11] Yuskardi. 2012. Analisis Harga Satuan Angka Kebutuhan
Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI) Berdasarkan Klasifikasi Kondisi Jaringan Irigasi. http://pasca.uns.ac.id/p=2456/. Diakses tanggal 10 Agustus 2013.
[3] Ditjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/SE/M/11 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Reklamasi Rawa. Jakarta.
[4] Indarto & Usman, F. 2010. Desain Fitur dan
Implementasi Sistem Informasi Daerah Irigasi (Studi Kasus: Daerah Irigasi Sampean Baru). Media Teknik Sipil. http://media.sipil.ft.uns.ac.id/index.php/mts/ar ticle/view/89/85/. Diakses tanggal 20 November 2012.
[5] McLoughlin. 2007. O & M Budget Irrigation System
Level In Third World: Economic, Explore Alternative Journal of The American Water Resources Association. Volume 4, Issue 3, page 599-607. http://online.library.wiley.com/doi/10.1111/j.1 752-1688.1988.tb00911.x/abstract/. Diakses tanggal 9 September 2013.
24