perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR The Evaluation of Sungkur Irrigation System Maintenance Ponorogo East Java Province
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun Oleh :
SUCIPTO S940809111 MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PR OGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
Disusun Oleh : SUCIPTO S 940809111 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tim Pembimbing : Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001
…………………….. …………………….
Pembimbing II
Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc Nip. 196308221989031002
…………………….. …………………….
Mengetahui : Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
Disusun Oleh :
SUCIPTO S 940809111
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari
,
2011
Dewan penguji : Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip.
……………………………..
Sekretaris
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip.
……………………………..
Penguji I
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001
……………………………..
Penguji II
Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc Nip. 196308221989031002
……………………………..
Mengetahui : Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Drs. Suranto, MSc,PhD commit to userProf. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 195708201985031004 Nip. 194804221985032001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
SUCIPTO
NIM
:
S 940809111
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari gelar tersebut.
Surakarta,
Januari 2011
Yang membuat pernyataan
SUCIPTO
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR. Tesis ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana pada bidang keahlian Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini mengangkat permasalahan tentang kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dengan melakukan penilaian terhadap komponen
dan sub
komponen bangunan Jaringan Irigasi Sungkur selama tiga tahun, mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kondisi pada komponen dan sub komponen bangunan Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun ke tahun. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Surakarta,
Januari 2011
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan
mengucap
syukur
Alhamdulillah,
akhirnya
penulis
dapat
menyelesaikan tesis dengan judul Evaluasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Prof. Dr. Ir. Sobriyah,M.S, selaku Ketua Program studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing utama yang telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan.
4.
Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), selaku Sekretaris Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5.
Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc selaku pembimbing pendamping
6.
Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama menempuh perkuliahan.
7.
Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Departemen Pekerjaan Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis.
8.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pekerjaan Umum yang telah memberikan ijin dalam menempuh pendidikan Pasca Sarjana.
9.
Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Program Studi Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil
Universitas Sebelas Maret
Surakarta Angkatan Tahun 2009. 10.
Istriku tercinta LESTARI DEWI UTAMI, SH
serta anakku tersayang
LEXIANO ATHA KENZIATAMA yang telah memberikan banyak pengertian, pengorbanan dan dukungan selama masa tugas belajar. 11.
Orang tua tercinta Bapak KOESNO MIHARDJO dan IBU WIDJI atas dukungan dan doa restunya. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
12.
digilib.uns.ac.id
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah bapak – ibu berikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T Amin.
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Infrastruktur bidang irigasi tidak bertahan lama tanpa didukung oleh kegiatan pemeliharaan yang berkesinambungan. Banyaknya kerusakan pada suatu jaringan irigasi menjadi penyebab menurunnya fungsi jaringan irigasi tersebut. Hal ini terjadi pula pada jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d tahun 2009, mengetahui apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d tahun 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur dan terakhir untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 s/d tahun 2009. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kondisi jaringan irigasi Sungkur secara nyata, sehingga bisa menjadi masukan instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan pemeliharaan dimasa mendatang untuk tetap bisa menjaga dan juga meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur. Metode penelitian dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan nilai nyata kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2009. Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2009 digunakan sebagai acuan estimasi nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 dengan didukung data catatan kerusakan jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 dan data kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun tersebut. Hasil penilaian tahun 2008 digunakan untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 dengan pertimbangan pada data catatan kerusakan tahun 2007 dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur pada tahun 2007 kondisinya 70,26%, tahun 2008 kondisinya 68,76% dan tahun 2009 kondisinya 65,40%. Atau tingkat kerusakan yang terjadi pada tahun 2007 sebesar 29,74%, tahun 2008 sebesar 31,24%, dan tahun 2009 sebesar 34,60%. Hasil penelitian juga menunjukkan bawa kecenderungan kondisi komponen dan sub komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungannya mengalami penurunan. Untuk meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur maka direkomendasikan adanya pemeliharaan yang maksimal dengan cara menginventarisasi semua komponen bangunan yang rusak dan secepatnya diperbaiki dengan harapan kondisi jaringan irigasi Sungkur yang telah mengalami penurunan kondisi dari tahun ke tahun dapat dikembalikan fungsinya.
Kata Kunci : Penilaian Jaringan Irigasi, Pemeliharaan
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT The irrigation infrastructures that have been build not operate for longer time without the support of sustainable maintenance activities. The number of damage an irrigation is the cause of decreased function of the irrigation. This happens also on Sungkur irrigation on Ponorogo Distric. This study aimed to obtain the value of the condition of Sungkur irrigation from 2007 to 2009, to find out of maintenance activities are carried out from 2007 until 2009 to improve the function of Sungkur irrigation and the last is to know the tendency of the condition of Sungkur irrigation after the maintenance of over 2007 until in 2009. It is expected that this research can provide information on the condition of the Sungkur irrigation in the real condition, so that it could be relevant for Public Work Agencies input to determine the future direction of maintenance policies to be able to maintain and also improve the irrigation conditions. The research method is start from direct observation on the field to get the real value of the Sungkur irrigation conditions in 2009. The value of irrigation Sungkur conditions in 2009 is used as the reference value to estimate conditions in 2008 supported by data records of damages of Sungkur irrigation in 2008 and data maintenance activities conducted in that year. The result of the assessment year 2008 used to obtain the value of Sungkur irrigation conditions in 2007 with consideration of the data records of damage in 2007 and maintenance activities conducted in that year. The research result showes the condition of Sungkur irrigation is 70.26 % in 2007, 68.76% in 2008 and the condition is 65.40% in 2009. While the decreasing conditions that occurred in 2007 is 29.74%, in 2008 is 31.24%, and in 2009 is 34.60%. The result showes the tendency of condition each components and sub components on Sungkur Irrigation is become to decreased. To improve the condition of the Sungkur irrigation will require heavy maintenance. To inventory of all components of the irrigations structures are damaged, and repaired as soon as possible. So that the Sungkur irrigation which has suffered deterioration from year to year can be restored function.
Keywords: Assessment of Irrigation, Maintenance
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di ex Karisidenan
Madiun mempunyai luas 1.371,78 km² yang terletak antara 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo teletak pada ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut dimana 60% daerahnya merupakan dataran tinggi. Mayoritas mata pencaharian dibidang pertanian sehingga keberadaan air sangat dibutuhkan sebagai sarana irigasi. Kabupaten Ponorogo terbagi atas 32 Daerah Irigasi yang tersebar di 21 Kecamatan. (Anonim, 2008). Letak Kabupaten Ponorogo berbatasan langsung dengan Kabupaten Madiun sebelah Utara, sebelah Timur Kabupaten Trenggalek, sebelah Selatan Kabupaten Pacitan dan sebelah Barat Kabupaten Wonogiri, untuk jelasnya seperti terlihat pada Gambar 1.1. U
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Ponorogo (Anonim, 2008) commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemerintah Pusat melalui Sumber Dana Anggaran Pembangunan Belanja Nasional (APBN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 bertanggung jawab atas pembiayaan areal irigasi diatas 3.000 Ha yaitu pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (TPOP) Jaringan Irigasi didanai oleh Pemerintah Pusat dan dilaksanakan oleh masing – masing Pemerintah Kabupaten. Kabupaten Ponorogo mempunyai Daerah Irigasi dengan luasan diatas 3.000 Ha yaitu Dareah Irigasi Sungkur dengan Luas Areal 3.065 Ha. (Anonim, 2008). Pemeliharaan jaringan irigasi adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan kondisi jaringan irigasi dalam keadaan mantap siap untuk mendistribusikan air irigasi sehingga pelayanan terhadap masyarakat pemakai air tidak
terhambat.
Dengan
adanya
kerusakan–kerusakan
kecil
yang
dapat
menghilangkan debit air pada jaringan irigasi tersebut. Jaringan irigasi sebagai faktor utama dalam melayani masyarakat dalam pendistribusian air irigasi, sehingga perlu dipeliharan secara rutin dan berkesinambungan. Pembangunan infrastruktur bidang irigasi yang
telah dilaksanakan tidak
bertahan lama tanpa didukung oleh kegiatan pemeliharan yang berkesinambungan dengan alokasi anggaran yang memadai. Kondisi dan fungsi sarana/prasarana pendukung pertanian dari tahun-ketahun semakin menurun. Banyaknya kerusakan pada bangunan dan jaringan irigasi yang tidak tertangani maka kebutuhan air per ha tidak akan terpenuhi. Kerusakan bangunan yang terjadi pada jaringan irigasi Sungkur perlu mendapat perhatian yang lebih agar tidak semakin parah. Kerusakan komponen jaringan irigasi yang terjadi dapat menghambat kelancaran aliran air irigasi ke areal persawahan. Kondisi ini diperparah dengan pengalokasian dana anggaran operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang sangat minim. Rata-rata anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur sebesar empat ratus juta rupiah, sedangkan kebutuhan nyata setiap tahunnya untuk biaya operasi dan pemeliharaan mencapai lebih dari satu milyar rupiah. Anggaran terbatas menyebabkan pemeliharaan tidak bisa optimal, sehingga kerusakan tidak bisa tertangani semuanya. Kerusakan yang ditangani sebatas pengerukan sedimen pada jaringan irigasi, perbaikan pasangan yang mengalami kerusakan
dan
pemeliharaan rutin seperti pembersihan rumput, pembersihan saluran. Akibatnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tidak berjalan sesuai harapan. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kerusakan dan upaya pemeliharaan pada Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Diharapkan akan diketahui kecenderungan kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Diketahuinya kecenderungan kondisi ini bisa menjadi masukan khususnya bagi Dinas Pekerjaan Umum Kab. Ponorogo untuk menentukan arah kebijakan dimasa yang akan datang.
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dari tahun 2007 s/d 2009 ?
2.
Apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur?
3.
Bagaimanakah kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dari tahun 2007 s/d 2009.
2.
Mengetahui apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur.
3.
Mengetahui kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 .
1.4
Batasan Masalah
Agar tinjauan studi ini tidak meluas dan menyimpang dari masalah diatas, maka batasan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Lokasi penelitian dipilih wilayah kerja Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Sumoroto.
2.
Data kerusakan yang digunakan dari tahun 2007 s/d 2009 dianggap valid commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Penilaian kondisi jaringan irigasi Sungkur mengacu kepada Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air, Jakarta, 1999.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Memberi informasi kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo secara nyata dengan mengacu standar penilaian yang telah ditetapkan
2.
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam membuat kebijakan dalam menentukan arah dan strategi pembangunan di masa yang akan datang
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bambang Basuki Hartanto (2009) dalam penelitiannya menulis kerusakan komponen bangunan jaringan irigasi merupakan salah satu penyebab menurunya fungsi dan kinerja jaringan irigasi, hal ini terjadi pula pada jaringan irigasi Jetu. Fungsi jaringan irigasi Jetu untuk melayani pengairan irigasi sawah di kecamatan Karanganyar dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan komponen bangunan jaringan irigasi, juga untuk mengetahui kondisi existing jaringan irigasi, guna menentukan tindak lanjut pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi Jetu. Dengan keterbatasan anggaran dana yang ada diharapkan perbaikan jaringan irigasi, mampu meningkatkan kinerja jaringan irigasi. Penghitungan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menghitung kebutuhan biaya pemeliharaan yang terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan pemeliharaan darurat. Untuk menentukan biaya pemeliharaan Jaringan Irigasi disesuaikan dengan kebutuhan nyata pengelolaan irigasi. Penelitian ini menggunakan studi kasus di Daerah Irigasi Tempuran Kabupaten Blora sebagai tempat penelitian. Hasil penelusuran jaringan menunjukkan bahwa kondisi jaringan mengalami kerusakan akibat kurang pemeliharaan. Kerusakan berat terjadi pada saluran yaitu tertutupnya
saluran dengan sedimen, kerusakan bangunan sadap dan tidak
berfungsinya pintu air. Hasil hitungan biaya pengelolaan jaringan irigasi D.I. Tempuran adalah sebagai berikut biaya Operasi Jaringan irigasi Rp. 53.286.620,pemeliharaan jaringan irigasi sebesar Rp. 60.497.195,- . Pemeliharaan berat sebesar Rp. 481.547.870,-. Jadi biaya O & P sebesar Rp. 138.811,53/Ha/Th ( Suluh Jatmiko, 2007).
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang dijabarkan dalam PP Nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi, pada pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Penelitian Agus Suman (2010) membahas tentang hubungan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan instansi pengelola (petugas irigasi) terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan. Irigasi di Kabupaten Poso berjumlah 105 dengan luas keseluruhan
24.264 ha.
Kondisi jaringan irigasi belum terpelihara dengan baik sehingga tidak dapat mengairi seluruh areal persawahan dan menyebabkan produksi pertanian berkurang. Kegiatan operasi dan pemeliharaan ini dipengaruhi oleh kinerja petugas irigasi dan kinerja P3A. Kegiatan para stakeholder
belum berjalan dengan baik sehingga kinerja
jaringan irigasi belum berfungsi dengan baik. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi melalui kinerja P3A dan kinerja instansi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Poso dengan pertimbangan belum ada penelitian mengenai pengaruh kinerja P3A dan kinerja instansi terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pengaruh kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap kinerja jaringan irigasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan kuisioner. Data yang diperoleh dari 10 kecamatan dengan 138 P3A dan 92 petugas irigasi diolah menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan teknik perhitungan secara statistik. Hasil analisis diperoleh 56,60% kinerja P3A dan 82,40% kinerja instansi berpengaruh terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan. Pengaruh kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap kinerja jaringan irigasi primer dan sekunder 41,45% dan jaringan irigasi tersier 56,03%. Untuk meningkatkan kinerja P3A dan kinerja instansi diperlukan pembenahan organisasi dan kepengurusan serta perlunya penyuluhan dan pelatihan tentang masalah pengelolaan irigasi, sehingga kegiatan operasi dan pemeliharaan bisa berjalan lebih baik dan kondisi jaringan irigasi berfungsi dengan baik (Agus Suman, 2010 ). Tingkat efektifitas jaringan irigasi primer dan sekunder pada bagian hulu, tengah dan hilir jaringan, dimana debit yang direncanakan melalui saluran tersebut lebih kecil daripada kapasitas saluran yang ada sehingga diyakini bahwa pembangunan saluran irigasi tekesancommit boros. Dari penelitian Suroso, dkk (2007) dapat to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disimpulkan bahwa ketersediaan air di Sungai Banjaran masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada D.I Banjaran, pemanfaatan Jaringan Irigasi untuk pelayanan air irigasi kurang maksimal sehingga mengakibatkan efisiensi penggunaan air yang rendah. berlebihan
sedangkan
bagian
Pemakaian air dibagian hulu dan tengah sangat hilir
kekurangan
sehingga
perlu
dilakukan
penyuluhan/pembinaan kepada petani yang tergabung dalam perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dari instansi terkait mengenai pengelolaan air secara efektif dan efisien. Perlunya penegakan hukum kepada oknum yang melakukan pelanggaran perundang-undangan kususnya berkaitan dengan Undang-Undang Sumber Daya Air no.7 tahun 2004 dan terakhir perlu adanya penelitian lanjutan untuk optimasi pengelolaan air irigasi di Daerah Irigasi (DI) Banjaran (Suroso dkk, 2007) Degradasi kinerja terjadi akibat pengaruh simultan dari degradasi pengaruh fisik jaringan dan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan. Sebagian besar degradasi kondisi fisik jaringan terkait dengan kerusakan saluran irigasi, banyaknya pintu-pintu air yang rusak dan sedimentasi pada saluran pembuang terutama pada tingkat tersier. Rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan terkait dengan terbatasnya anggaran operasi dan pemeliharaan dari pemerintah yang jauh dari mencukupi, sementara swadaya dari petani dalam memupuk dana OP sangat terbatas. Tingkat keandalan jaringan irigasi maupun tingkat pemerataan distribusi air irigasi termasuk katagori rendah-sedang hal ini diakibatkan debit air irigasi yang cenderung menurun, penyebab degradasi kinerja jaringan irigasi pada level tersier yang bersifat eksternal terdiri dari lima aspek yaitu anggaran OP irigasi dari pemerintah sangat terbatas sehingga hanya dapat di sebgian jaringan sekunder dan tersier, jumlah petugas dan fasilitas pendukung yang tidak mencukupi, pembinaan P3A yang kurang memadai, koordinasi antar lembaga terkait lemah dan tumpang tindih, perubahan kawasan yang mendorong terjadinya konversi lahan kepenggunaan lain, faktor internal yang mempengarui kinerja jaringan irigasi adalah kinerja P3A yang masih rendah-sedang, bahkan cukup bnayak ditemukan adanya petak-petak tersier yang irigasinya tidak dikelola secara sistematis dalam wadah P3A, ini dapat dilihat dari keberadaan pengurus, kejelasan pembagian tugas antar pengurus, kemampuan untuk mendorong partisipasi petani dalam pemeliharaan jaringan tersier dan kuarter, kemampuan untuk mengumpulkan dan keterbukaan dalam penggunaan commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iuran irigasi dan ketrampilan untuk mencegah/memecahkan konflik internal organisasi P3A atau dengan pihak lain. Kendala lain dalam OP adalah terletak pada kebijakan pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan antisipasi terhadap dinamika budaya dan perkembangan wilayah, serta konsistensi dalam pengembangan dan pendayagunaan irigasi Sehingga dari kesimpulan diatas disarankan untuk meningkatkan kinerja OP jaringan irigasi harus dimulai dengan pemahaman paradigma dan konsistensi kebijakan sumber daya air baik oleh pemerintah pusat maupun daerah sehingga kebijakan yang dikeluarkan telah mampu mempertimbangkan kendala dan potensi kelembagaan pengelola jaringan irigasi serta dinamika masyarakat dapat berjalan dengan arah yang tepat dan konsisten. Selain itu diperlukan adanya peningkatan kemampuan swadaya petani dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan dalam jangka panjang dibutuhkan adanya peningkatan anggaran operasi dan pemeliharaan irigasi dan biaya rehabilitasi irigasi baik tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten dimana pengelolaannya tertuang dalam UU No.7 Tahun 2004 secepatnya ditindaklanjuti dalam bentuk petunjuk teknis dan siap dioperasionalkan agar degradasi kinerja jaringan irigasi tidak terus berlanjut (Sumaryanto dkk, 2006). Tulisan ini berdasarkan hasil penelitian dan analisis selama satu tahun mengenai irigasi
di Indonesia (1997-1998). Tujuan keseluruhan dari penelitian ini
adalah untuk meninjau pendekatan kebijakan masa lalu untuk pembangunan manajemen dan irigasi , mengevaluasi efektivitas , dan merekomendasikan pilihan yang dapat dipergunakan untuk masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun pengeluaran pemerintah sangat besar dalam pembangunan irigasi, produktivitas tanaman (intensitas tanam dan panen) tetap stagnan di tahun 1990-an. Krisis keuangan dan politik 1998 lebih lanjut menyebabkan kemiskinan massa, terutama di daerah pedesaan Indonesia. Makalah ini menyimpulkan bahwa para pengambil kebijakan Indonesia harus sekali lagi memprioritaskan pertumbuhan pedesaan berkualitas tinggi dengan memberi penyuluhan penggunaan tanah dan sumber daya air yang berkelanjutan. Tulisan ini menyarankan reformasi kebijakan yang tepat dan program yang dapat meningkatkan kinerja irigasi guna meningkatkan produktivitas pertanian yang diinginkan di Indonesia (Ramchand, 2001) commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Saat ini perubahan besar dalam tata kelola sistem irigasi sedang terjadi di banyak negara, terutama negara berkembang. Dengan adanya tata kelola sistem irigasi yang baik akan mengurangi beban anggaran negara. Makalah ini memberikan kontribusi berarti bagi pemerintahan dalam bentuk lima komponen utama dan tiga dampak pokok untuk bisa menjadi bahan evaluasi menuju tata pemerintahan yang baik. Banyak contoh di berbagai negara setelah diadakan suatu evaluasi terjadi suatu ketidakseimbangan/kontras antara biaya yamg telah dikeluarkan dengan hasil yang dicapai. Sejak tahun 1850, telah terjadi peningkatan besar dalam pembangunan negara. Saat ini terjadi gelombang proyek-proyek untuk merubah manajemen irigasi dan ini mencerminkan bahwa beban keuangan negara yang dimiliki sangat besar, terjadi pemborosan anggaran di banyak negara, sehingga menjadi berlebihan, yang menyebabkan penurunan system kinerja sistim irigasi dan ini terus berlanjut. Efek ini, setidaknya bias dicegah, karena awal tahun 1960-an sistem bantuan pembangunan internasional, jauh lebih siap untuk membiayai pembangunan atau perluasan irigasi daripada biaya pemeliharaan selanjutnya. Transisi yang terjadi sekarang ini, tentu melibatkan peran serta pemerintah. Sejarawan irigasi didesak untuk mencari contoh-contoh masa lalu yang mungkin membantu menunjukkan bagaimana mencapai hasil ini ( Abernethy, 2010 ) Pemeliharaan jaringan hidrolik dan pendistribusian air adalah fungsi utama dari skema pengelolaan irigasi. Pemeliharaan
melewati empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Artikel ini menunjukkan bagaimana manajemen informasi tersebut telah terkomputerisasi pada sebuah skema jaringan irigasi besar di Mali. Setelah menganalisis prosedur awal dan menilai kebutuhan pemangku kepentingan, model konseptual dibangun berdasarkan empat komponen yaitu Unit Operasi dan Pemeliharaan, rencana pemeliharaan tahunan, kegiatan pemeliharaan, dan tata-tanam. Perangkat lunak yang dikembangkan atas dasar ini memungkinkan
untuk menggambarkan jaringan dan kontraktor yang
terlibat dalam operasi pemeliharaan suatu jaringan irigasi. Catatan rencana kerja tahunan dan pemeliharaan dilakukan setiap tahun. Pengelolaan nomenklatur yang berbeda diperlukan dalam aplikasi perangkat lunak. Hasil akhir dalam bentuk tabel dan grafik memudahkan pengambilan keputusan berdasarkan catatan operasi masa lalu. Perangkat lunak ini dirancang commit dan dilaksanakan to user berdasarkan hasil dari sebuah
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fase percobaan awal, yang juga menyebabkan pembentukan unit pengolahan data yang bertugas mengelola sistem informasi di Mali. Seluruh masalah yang berkaitan dengan pelatihan, komitmen karyawan serta yang berkaitan dengan organisasi yang berhubungan dengan operasi pemeliharaaan jaringan irigasi dapat tertangani dengan menggunakan perangkat lunak yang ada di Mali ( Passouant et al , 2009) Penilaian kinerja dalam suatu sistem irigasi sangat perlu dilakukan saat ini. Tujuan penilaian mengusulkan beberapa indikator untuk membandingkan antara kinerja aktual dengan kriteria desain yang telah ditetapkan. Khusus untuk irigasi sprinkler, evaluasi kerugian
karena kondisi lingkungan dapat dianggap sebagai
indikator penting dalam kinerja sistem irigasi. Masalah ini memerlukan penjelasan analitis aliran air dan limbah melalui suatu penelitian/ eksperimen serta teori yang mendukung. Pada awalnya akan ada kesulitan pengukuran untuk identifikasi, kontribusi hasil akhir masing-masing-masing parameter, hubungan non-linear di antara variabel-variabel, sehingga akan membuat kesulitan untuk memperoleh gambaran lengkap dari proses analisa. Studi penelitian dan kajian teoritis banyak telah dilakukan baru-baru ini dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih dalam fenomena ini, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Telah disajikan sebuah model matematika untuk irigasi sprinkle dengan menggunakan tetes penyiraman balistik, didasarkan pada pendekatan dinamis yang sudah disederhanakan kemudian dibandingkan dengan hasil kinematis. Penelitian dan percobaan lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari permasalahan ini ( Lorenzini et al, 2005) Sistem irigasi Cu Chi di Vietnam merupakan bagian dari sistem reservoir Dau Tieng di Danau Dong Nai. Air pada reservoir Dau Tieng disediakan untuk memenuhi kebutuhan air yang semakin meningkat diperkotaan. Permodelan sistem operasi pemodelan menggunakan Irrigation Main System Operation (IMSOP) model diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja operasional. Proses perbaikan dengan membandingkan operasional penawaran dan permintaan selama dua tahun 2001 dan 2002. Dijelaskan pula bahwa sistem operasi dilakukan tanpa pertimbangan kebutuhan air tanaman dan regulasi saluran dengan tepat. Analisis operasional retrospektif mengungkapkan telah terjadi kelebihan pasokan dalam jumlah yang besar dan ketimpangan distribusi. Dua strategi operasi baru dipilih setelah analisis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
simulasi dan adanya evaluasi di lapangan. Sistem baru menunjukkan distribusi yang lebih adil. Pra-intervensi rata-rata rasio supply-demand yang berkisar antara 1,682,51 berkurang menjadi 1,20 untuk aliran terus-menerus dan 1,17 untuk operasi rotasi. Suatu analisis komprehensif realokasi air dengan sistem Cu Chi perlu dilakukan juga untuk mengantisipasi kebutuhan air di Ho Chi Minh City sebagai kota industri sehingga pasokan air relatif aman ketersediaannya ( George et al, 2004)
2.2 . Landasan Teori Irigasi merupakan bagian dari pengetahuan teknik sipil yang khusus membahas tentang pengairan. Dalam arti yang luas irigasi adalah suatu usaha pengairan yang menggunakan saluran buatan untuk keperluan produksi pertanian dengan memanfaatkan dan mengatur air yang mencakup bidang irigasi, drainase, reklamasi dan pengaturan banjir. Dan arti yang khusus irigasi adalah suatu usaha untuk mengatur dan memanfaatkan air yang tersedia baik disungai, mata air, waduk dengan menggunakan jaringan irigasi dan bangunan-bangunannya untuk kepentingan pertanian. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, dimana salah satu ciri negara agraris adalah sebagian besar penduduknya bermatapencaharian bercocok tanam (bertani). Maka sudah merupakan kewajiban bagi Pemerintah Indonesia membantu penduduknya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cara memberikan air irigasi dengan baik. Maksud dari pemberian air irigasi dengan baik adalah pemberian air irigasi secara tepat guna dan tepat waktu agar air yang diberikan itu cukup dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman dan tidak berlebihan yang mengakibatkan pemborosan air. Untuk itu pemerintah berkewajiban utuk menyediakan Prasarana Irigasi yang merupakan jaringan/saluran irigasi dan bangunan irigasi agar pemberian air irigasi dapat lebih adil dan merata sehingga sawah yang lokasinya jauh dari sungai dapat menerima air seperti halnya sawah yang dekat sungai. 2.2.1. Jaringan Irigasi Jaringan irigasi adalah satu kesatuan dari saluran irigasi dan bangunanbangunannya dalam suatu daerah irigasi yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi commit to user pemberian dan penggunaan air mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
irigasi beserta pembuangannya, untuk lebih jelsnya beberapa pengertian irigasi adalah sebagai berikut, Beberapa pengertian dalam konteks irigasi : 1.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2.
Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
3.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan,
pembagian,
pemberian,
penggunaan,
dan
pembuangannya. 4.
Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.
5.
Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.
6.
Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi.
7.
Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama
Jaringan irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi KP-01 yang didasarkan pada cara pengaturan, pengukiran aliran air dan lengkapnya fasilitas maka dapat dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu: 1. Jaringan Irigasi Teknis Jaringan irigasi teknis merupakan jaringan irigasi dimana saluran dan bangunancommitpembagian to user air irigasinya dapat diatur dan bangunannya telah lengkap, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
diukur dengan baik. Keadaan saluran dan bangunan telah permanen, pada daerah yang airnya melimpah jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan saluran pembuang yang biasanya air buangan tersebut dipakai untuk suplesi ke daerah irigasi yang kurang airnya. 2. Jaringan Irigasi Semi Teknis Jaringan irigasi semi teknis adalah jaringan irigasi dimana saluran telah ada dan berfungsi dengan baik akan tetapi bangunan-bangunannya belum dilengkapi pintu pengatur air, sehingga pembagian airnya hanya dapat diatur tidak dapat diukur. 3. Jaringan Irigasi Non Teknis/Alam Jaringan Irigasi non teknis merupakan jaringan irigasi yang sudah dilengkapi dengan saluran akan tetapi tidak dilengkapi dengan bangunan-bangunan pembagi air sehingga kondisinya tidak permanen. Jaringan irigasi non teknis ini pembagian airnya tidak dapat diatur dan tidak dapat diukur. Jaringan sederhana ini mudah diorganisasi tetapi mempunyai kelemahan yaitu pemborosan air karena terbuang percuma. Jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu: 1. Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk. 2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak tersier. 3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier. 4. Sistem pembuang yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah. Jaringan Irigasi ditinjau dari segi pengelolan terdiri dari: 1. Jaringan irigasi utama Pengelolaan jaringan irigasi utama dilaksanakan oleh Dinas Pengairan, yang meliputi tingkat saluran utama yaitu saluran primer dan saluran sekunder serta saluran tersier sejauh 50 meter dibawah bangunan ukur. 2. Jaringan irigasi tingkat tersier commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier ditangani oleh para petani dibawah bimbingan Dinas Pengairan. Dalam suatu jaringan irigasi akan dikenal beberapa macam saluran, yaitu: 1. Saluran Pembawa Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran yang mempunyai dimensi berbeda-beda, hal ini ditentukan dari jenis saluran dan luas daerah irigasi serta beberapa faktor yang dominan yang mempengaruhi dimensi saluran. Macam-macam saluran pembawa yang dapat dijumpai pada jaringan irigasi adalah: a.
Saluran Primer,
b.
Saluran Sekunder,
c.
Saluran Tersier,
d.
Saluran Sub-Tersier,
e.
Saluran Kwarter,
f.
Saluran Cadangan.
2. Saluran Pembuang Saluran pembuang adalah saluran yang berfungsi untuk membuang atau mengalirkan kelebihan air dari petak sawah. Meluapnya air akibat hujan yang biasanya terjadi pada saluran kwarter sampai pada saluran pembuang utama sehingga tidak akan merusak tanamn pertanian. Dalam perencanaan saluran pembuang biasanya dengan cara pembatasan pada sub surface / permukaan drainase yang di dalam tanah dengan jalan peresapan. 3. Saluran Campuran Saluran campuran merupakan saluran irigasi yang mempunyai fungsi ganda. yaitu berfungsi sebagai saluran pembawa air dari bangunan pengambilan sampai petak-petak sawah dan berfungsi pula menerima air buangan/kelebihan dari sawah yang kemudian dimanfaatkan sebagai air irigasi pada petak-petak sawah yang ada pada daerah dibawahnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
2.2.2. Bangunan Irigasi Bangunan irigasi adalah infrastruktur prasarana irigasi yang merupakan suatu kelengkapan jaringan irigasi teknis yang terletak pada jaringan irigasi dan berfungsi sebagai pengatur dan pengukur pemberian dan pembagian air irigasi ke areal pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung. 1.
Bangunan Utama
Bangunan utama adalah bangunan-bangunan irigasi yang harus ada dan berperan inti dalam pembagian air irigasi mulai dari pengambilan sumber air sampai pada persilangan saluran. Bangunan utama tersebut meliputi: a.
Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil atau menyadap air dari sumber air yang berupa mata air, sungai, waduk dan sumur. Bangunan pengambilan ada dua macam yaitu banguna pengambilan berpintu (intake) dan bangunan pengambilan bebas (free intake). Infrastruktur bangunan pengambilan berupa bendungan utama yaitu Dam. b.
Bangunan Pembagi
Bangunan pembagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi untuk membagi air irigasi ke daerah-daerah yang membutuhkan. Dengan adanya bangunan bagi ini akan didapatkan keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di areal sawah. Terdapat beberapa banguna pembagi yaitu bangunan pembagi yang terdapat pada saluran primer disebut bangunan bagi, bangunan pembagi yang terdapat pada saluran sekunder disebut bangunan sadap atau banguna bagi sadap, dan bangunan pembagi yang terdapat pada saluran tersier dan kwarter disebut box tersier dan box kwarter. 2.
Bangunan Pelengkap Bangunan Pelengkap di dalam jaringan irigasi adalah infrastruktur Prasarana
irigasi yang harus dibangun. yang diakibatkan keadaan atau kondisi lapangan yang mengharuskan adanya bangunan tersebut. Yang termasuk banguna pelengkap adalah: a. Bangunan Persilangan Bangunan persilangan adalah infrastruktur prasarana irigasi yang dibuat saat commit todengan user saluran air (sungai), jalan raya, saluran akan melintasi atau berpotongan
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rel kereta api, lembah atau jurang. Bangunan persilangan dapat dibuat dalam bebagai bentuk tergantung pada kondisi lapangan. Bentuk dari bangunan persilangan adalah: 1. Bangunan Talang Bangunan talang adalah suatu konstruksi jembatan yang dibuat melintas di atas perlintasan jalan raya, rel kereta api, sungai jurang atau lembah. Talang ini dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya. 2. Bangunan Gorong-Gorong Gorong-gorong adalah suatu konstruksi persilangan yang paling sederhan yang melintas di bawah jalan raya, rel kereta, tanggul dan bangunan-bangunan lain. Aliran gorong-gorong dapat berupa aliran bebas dan aliran bertekanan. 3. Bangunan Siphon Siphon adalah konstruksi persilangan berupa saluran tertutup berbentuk bundar atau persegi yang mengalirkan air melalui profil penuh saluran tertutup dan ada dibawah tekanan. Siphon mengalirkan air dari saluran melintas di bawah jalan raya, rel kereta api, sungai dan jurang atau lembah dibawah tekanan hidrostatik. 4. Bangunan Terjun Bangunan terjun adalah konstruksi bangunan irigasi yang berfungsi untuk menurunkan tinggi muka air dimana kemiringan dasar saluran jauh lebih landai dari kemiringan medan lapangan. Tipe bangunan terjun ada dua macam yaitu bangunan terjun dengan bidang tegak yang dibangun bila ketinggian tidak besar, dan bangunan terjun dengan bidang miring apabila tinggi terjun terlalu besar. b. Bangunan Penurunan Mendadak Bangunan penurunan mendadak adalah bangunan untuk mengatasi penurunan permukaan air secara mendadak. Bangunan ini dapat berupa pelimpah atau got miring. c. Bangunan Pembuang Air Hujan Bangunan pembuang air hujan adalah bangunan untuk membuang air hujan yang masuk ke dalam saluran. Bangunan ini dapat berupa pelimpah atau pipa hisap. d. Bangunan Bocoran dan Gerusan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Bangunan bocoran dan gerusan adalah bangunan untuk mengatasi terjadinya kebocoran pada saluran dan gerusan yang berlebihan pada saluran. Bangunan ini dapat berupa turap dan bronjong. Bangunan irigasi yang belum dijelaskan di atas yang masih merupakan inventarisasi prasarana irigasi adalah: 1. Bangunan Ukur Bangunan ukur berfungsi sebagai pengukur debit air yang mengalir pada saluran irigasi. Bangunan ukur biasanya dibangun setelah intake dan bangunan bagi, bangunan sadap dan box tersier dan kuarter. Bangunan ukur yang dijumpai pada jaringan irigasi di Kabupaten Ponorogo adalah bangunan ukur Cipoletty bentuk penampang trapesium dan bangunan ukur Met Drempel bentuk penampang persegi panjang. 2. Jalan Inspeksi Jalan inspeksi ternasuk dalam inventarisasi prasarana irigasi. Jalan inspeksi akan dijumpai pada daerah bendung utama yang berfungsi sebagai sarana petugas (PPA dan Juru serta pengawas) untuk mengatur dan mengawasi pintu air dan akan dijumpai disekitar bangunan-bangunan pembagi serta disamping saluran sebagai sarana inspeksi dan pengawasan petugas. 3. Rumah Pengatur Pintu Air Rumah pengatur pintu air juga termasuk dalam inventaris prasarana irigasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau posko pengawasan. Biasanya rumah pengatur pintu air ini berada disekitar Dam.
2.3 Tata Cara Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun selalu dapat berfungsi dengan baik serta mempunyai umur layanan yang lebih lama, guna pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya. Tata cara pemeliharaan jaringan irigasi pada hakekatnya adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka untuk usaha usaha pengamanan/ pencegahan jaringan irigasi yang bersangkutan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh manusia, hewan atau alam sebagai hasil dari penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ada beberapa kegiatan pengamanan/pencegahan yang dapat dilakukan antara lain commit to user yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
a.
Mencegah agar hewan tidak masuk ke dalam saluran,
b.
Melarang penggarapan sawah yang terlalu dekat dengan tanggul sehingga dapat mengakibatan ketidksetabilan tanggul,
c.
Melarang kendaraan yang lewat diatas tanggul, untuk itu perlu dibuatkan jalan inspeksi ditepi saluran irigasi karena jalan inspeksi tersebut diperlukan pada saat kegiatan monitoring dan pemeliharaan,
d.
Melarang pendirian bangunan atau penanaman pohon yang terlalu dekat tanggul,
e.
Melarang kegiatan-kegiatan lain yang diperkirakan dapat merusak tanggul saluran.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada tanggul dan salauran irigasi, dan sekaligus untuk menjaga keselamatan manusia dan hewan ada beberapa cara pengamanan yang dapat dilakukan, yaitu: a.
Pemagaran di tempat-tempat yang berbahaya, seperti disekitar bendung, ruas saluran yang cukup dalam,
b.
Pemasangan tanda-tanda larangan dengan jelas posisinya dan mudah dibaca huruf/gambarnya,
c.
Penyediaan tempat mandi hewan,
d. Penyediaan tempat penyeberangan hewan ternak. Berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan maka dapat ditentukan jenis penanganan pemeliharaan yang sesuai. Secara umum kegiatan pemeliharaan dibagi menjadi : 2.3.1
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin yang termasuk didalamnya adalah: 1.
Pembabatan rumput dan tumbuhan air, kegiatannya meliputi antara lain: a.
Rumput yang panjang dan tidak teratur yang tumbuh dilereng
saluran
harus dipotong secara teratur, b. 2.
Hasil pembabatan harus dibuang jauh dari lokasi semula.
Pembersihan sampah/kotoran a.
commitdisaluran to user harus diangkat dari saluran, Sampah/kotoran yang hanyut
perpustakaan.uns.ac.id
b.
19 digilib.uns.ac.id
Pembersihan sampah/kotoran dapat dilakukan bersama-sama pada saat pembabatan rumput.
3.
Pencabutan alang-alang semak belukar dan pepohonan liar, saluran yang kegiatannya antara lain: a.
Alang-alang, semak belukar dan pepohonan liar yang tumbuh dilereng saluran terutama sisi bagian dalan harus dicabut sampai keakar-akarnya,
b.
Hasil pencabutan, harus dibuang jauh –jauh dari tanggul dan sebaiknya dibakar.
4.
Penanaman gebalan rumput a.
Tanggul dan lereng saluran yang tidak selalu terendam air perlu ditanami rumput yang baik untuk membantu stabilitas lereng saluran agar tidak mudah longsor karena terkena aliran dan gerusan air irigasi,
b.
Secara teknis, untuk mendapatkan lereng yang lebih stabil, rumput yang akan ditanam terleih dulu diberi perkuatan dengan pasak bambu pada tanah mediannya.
2.3.2
Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan berkala dilakukan untuk mempertahankan mutu saluran dan
bangunan biasanya tanpa ada bagian konstruksi yang dirubah / diganti dan dikerjakan secara berkala. Kegiatan pemeliharaan secara berkala antara lain: 1.
Menutup lubang-lubang tanggul saluran yang dsebabkan oleh pengambilan air yang tidak bertanggung jawab,
2.
Menanggulangi rembesan/bocoran air yang berasal dari dalam saluran yaitu dengan cara menggali bagian tengah tanggul dan mengisinya dengan tanah tumbuk,
3.
Memotong pohon-pohon yang dapat merusak tanggul/bangunan,
4.
Memperkuat urugan tanah di belakang pasangan semula,
5.
Segera melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan kepada kondisi semula
6.
Mengeruk lumpur, dimaksudkan untuk menjaga kapasitas daya tampung saluran irigasi yang bersangkutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.3.3
20 digilib.uns.ac.id
Perbaikan Darurat Perbaikan darurat dilakukan supaya saluran dan bangunan yang rusak di
jaringan irigasi dapat segera difungsikan. Hal ini terutama dilakukan pada kerusakan akibat bencana alam khususnya pada musim penghujan sehingga mengakibatkan tanggul atau saluran menjadi longsor atau putus dan bangunan yang kritis. Kegiatan ini bisa dilakukan secara swakelola maupun dikontrakkan. Anggaran perbaikan darurat bisa dipenuhi dari anggaran bencana alam yang telah dianggarkan maupun bantuan dari APBD Provinsi atau APBN. Perbaikan darurat secara swakelola bisa dilaksanakan oleh Dinas maupun petani / Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dengan stimulan berupa karung banjir atau matras bronjong yang tersedia di dinas.
2.4
Sistem Pemeliharaan Jaringan Irigasi
2.4.1
Tahap perencanaan
Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, meliputi: 1)
Inspeksi Lapangan
Pelaksanaan kegiatan inspeksi lapangan berupa kegiatan-kegiatan berikut: (a)
Mantri/juru pengairan secara rutin harus memeriksa jaringan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya. Kerusakan saluran pembawa/pembuang dan bangunan dilaporkan dengan mengisi Formulir Pemeliharaan Laporan Kerusakan Jaringan Dan Fasilitas Irigasi dalam kategori berat, sedang, dan ringan. Isian formulir dan lampirannya diserahkan kepada Kepala Ranting Dinas pada awal bulan berikutnya.
(b)
Staf bagian pemeliharaan/pengamat harus mengadakan pengecekan lapangan bulanan kemudian membuat ringkasan pekerjaan yang diperlukan dan diusulkan dengan mengisi Formulir Pemeliharaan Laporan Skala Prioritas Kerusakan Jaringan Dan Fasilitas Irigasi dan dikirimkan ke cabang dinas setiap bulan.
(c)
Kepala ranting atau staf pemeliharaan harus melakukan inspeksi lapangan sewaktu-waktu, bila menerima laporan kejadian bencana alam, laporan terinci dibuat oleh ranting dinas diteruskan ke cabang dinas dengan Formulir Pemeliharaan Laporan Kerusakan Bencana Alam dan berikut lampirannya. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(d)
Cabang dinas atau instansi yang berwenang harus segera meneruskan laporan ke Dinas/Sub Dinas Pengairan, dan atau instansi lain yang berwenang serta terkait dengan mengacu pada struktur organisasi yang berlaku.
Inspeksi lapangan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis. 2)
Survei dan Desain
Kegiatan survey dan desain yang dilakukan berupa: (a)
Kepala ranting dinas menghitung kebutuhan bahan cat dan pelumas menggunakan Formulir Pemeliharaan Daftar Kebutuhan Bahan Cat Dan Pelumas Pintu Air, upah dan bahan untuk swakelola menggunakan Formulir Pemeliharaan Daftar Kebutuhan Upah Dan Bahan Untuk Swakelola, selanjutnya dilaporkan ke Cabang Dinas Pengairan setiap awal triwulan II, untuk bahan pembuatan usulan anggaran tahunan.
(b)
Sebelum program tahunan pemeliharaan cabang dinas dituntaskan, survey dan desain pada pekerjaan swakelola besar dan pekerjaan yang akan diborongkan harus dilakukan dan dilaporkan pelaksanaannya menggunakan Formulir Pemeliharaan
Laporan
Pelaksanaan
Survey
Dan
Desain
Pekerjaan
Pemeliharaan Dan Sarana Irigasi. Lokasi perbaikan besar yang akan dilakukan perlu dipantau oleh Kepala Seksi Pemeliharaan Cabang Dinas. Pekerjaan pemeliharaan dengan swakelola dan diborongkan masing-masing disusun menggunakan Formulir Pemeliharaan : Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan dan menjadi suatu komponen dari Daftar Usulan Proyek (DUP/DUPDA). Data pokok dari hasil survey dan desain dipakai untuk mengisi Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan yang dicatat dalam buku Catatan Pemeliharaan Cabang Dinas. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(c)
Formulir Pemeliharaan Laporan Pelaksanaan Survei Dan Disain Pekerjaan Pemeliharaan Dan Sarana Irigasi dikirim ke Dinas/Sub Dinas PU Pengairan paling lambat bulan Maret tiap tahun. Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan harus diserahkan lewat Kantor Koordinator/Wilayah dan tiba di kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan dalam bulan Juni tahun anggaran sebelumnya agar anggaran pemeliharaan keseluruhan untuk tahun berikutnya dapat direncanakan tepat waktu.
Survey dan desain pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis. 3)
Penyusunan Program Setelah anggaran tahunan (DIP/DIPDA) diserahkan oleh Dinas/Sub Dinas Kepala Cabang Dinas, maka hasil survey dan desain pekerjaan yang pernah diselesaikan dan dilaporkan dalam Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan di analisa kembali dengan skala prioritas. Selanjutnya disusun program
pekerjaan
berkala
yang
di
swakelolakan
dalam
Formulir
Pemeliharaan: Program Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan program pekerjaan berkala yang diborongkan dalam Formulir Pemeliharaan Program Pekerjaan
Berkala
Yang
Diborongkan
oleh
cabang
dinas.
Formulir
Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan dikirimkan oleh cabang dinas kepada Kantor Propinsi/Pusat lewat Koordinator/Wilayah di bulan Nopember tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan program pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.4.2
Tahap Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan pemeliharaan dibagi dalam tahap persiapan dan tahap pelaksanaan : 1)
Persiapan
Pekerjaan yang diborongkan mencakup : (a) Persiapan dokumen pelelangan, (b) Pelaksanaan lelang, (c) Pembuatan kontrak kerja. Pekerjaan swakelola mencakup : (a) Pengajuan dari ranting dinas atas Daftar Kebutuhan Bahan Cat dan Pelumas Pintu Air dan Daftar Kebutuhan Upah Dan Bahan Untuk Di Swakelolakan, (b) Penunjukan pelaksana, 2)
Pelaksanaan.
(a)
Pelaksanaan perawatan rutin dilaksanakan oleh petugas pengairan setempat sebagai bagian tugas pokoknya dan dapat dilaksanakan secara swakelola. Hasil kerja yang dicapai harus dilaporkan setiap bulan dengan Formulir Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kegiatan perawatan rutin antara lain adalah: (1)
Membabat rumput pada tanggul dan tebing saluran,
(2)
Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu (ganggang, eceng gondok, dan lain-lain) yang berada di saluran,
(3)
Menutup lubang-lubang pada tanggul saluran (lubang ini biasanya dibuat oleh ketam, tikus, dan lain-lain),
(4)
Memperbaiki longsoran-longsoran kecil yang terjadi pada tanggul dan lereng saluran,
(5)
Merapikan profil saluran supaya sedapat mungkin tetap berbentuk trapesium,
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(6)
Membersihkan sampah/endapan di sekitar pintu air, alat pengukur debit, dan lain-lain,
(7)
Mencabut tanaman yang tumbuh pada bangunan air (biasanya pada sayap bangunan tumbuh tanaman liar),
(8)
Memangkas dahan pohon yang mengganggu jaringan telepon,
(9)
Memperbaiki kerusakan kecil bangunan dan prasarana pelengkapnya,
(10) Memberi pelumas pada pintu-pintu air .
(b)
Pelaksanaan pekerjaan berkala swakelola (Formulir Pemeliharaan: Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan). Untuk pekerjaan swakelola, Kepala/Staf Ranting Dinas ditugaskan sebagai pelaksana dengan surat penugasan dari Kepala Cabang Dinas. Ranting Dinas sebagai pelaksana wajib melaporkan setiap 2 (dua) minggu tentang progres pembayaran upah dan bahan, serta pelaksanaan fisik.
(c)
Pelaksana pekerjaan berkala yang di swakelolakan juga bertanggungjawab terhadap mutu dan volume pekerjaan swakelola yang diselesaikan. Dalam Formulir Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan disampaikan kepada Kepala Cabang Dinas oleh pelaksana pada hari Selasa setiap minggu pada periode laporan itu. Staf pemeliharaan cabang dinas menyusun laporan bulanan mengenai progres semua
pemeliharaan
swakelola
berdasarkan
informasi
dari
Formulir
Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan disusun dalam Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan harus disampaikan ke Kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan pada awal bulan berikutnya. (d)
Pelaksanaan
pekerjaan
diborongkan
(Formulir
Pemeliharaan
Laporan
Mingguan Kemajuan Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan). Berdasarkan syarat-syarat pekerjaan pemborongan petugas yang ditunjuk sebagai pengawas lapangan untuk pekerjaan diborongkan, diharuskan setiap minggu melaporkan progres pekerjaan pemeliharaan yang diawasi, dengan mempergunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Mingguan Kemajuan Pekerjaan Berkala Yang commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Diborongkan. Formulir ini diisi berdasarkan informasi yang dicatat di lapangan. Laporan ini diserahkan kepada cabang dinas pada hari Senin setiap minggu. (e)
Pembuatan gambar purna laksana (as-built drawings). Setelah pekerjaan pemeliharan dinyatakan selesai, khususnya bagian-bagian yang menyangkut perubahan dalam pelaksanaan harus dibuat gambar purna laksana (as-built drawings) oleh pelaksana dan diserahkan ke cabang dinas.
Tahapan pelaksanaan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu pada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis. 2.4.3
Pemantauan dan Evaluasi
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk bangunan irigasi mencakup : 1)
Pemantauan
pengadaan
dan
penggunaan
bahan
swakelola
(Formulir
Pemeliharaan : Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola dan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola) dan lampiran Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kasi Pemeliharaan Cabang Dinas harus memantau setiap bulan pengadaan dan penggunaan bahan pekerjaan swakelola dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Pengadaan
Bahan
Pekerjaan
Swakelola
dan
Formulir
Pemeliharaan:
Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kedua formulir ini diserahkan kepada Kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan tiap awal bulan berikutnya. Bagi bangunan khusus yang memerlukan upah dan bahan agak besar tiap tahun, perlu dicatat penggunaan dan sisanya di dalam Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Cat Dan Pelumas Pintu Bendung/Bangunan Bagi Besar oleh Kepala Ranting Dinas. Lampiran formulir ini lalu diperiksa oleh kepada Kantor Dinas/Sub Dinas Pengairan. 2)
Pemantauan pekerjaan berkala yang diborongkan (Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Realisasi Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan), dinas harus commit to user memantau keadaan realisasi fisik dan keuangan tiap bulan. Pemantauan ini
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilaksanakan untuk setiap paket pekerjaan. Keseluruhan paket pekerjaan dilaporkan dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Realisasi
Pekerjaan
Berkala Yang Diborongkan.
Formulir ini
perlu
disampaikan kepada Kantor Dinas/Sub Dinas Pengairan pada awal bulan berikutnya. 3)
Evaluasi pekerjaan pemeliharaan Formulir Pemeliharaan Laporan Tahunan Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan pada tiap akhir tahun anggaran hasil pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan termasuk pekerjaan swakelola dan pekerjaan yang diborongkan harus di evaluasi oleh Cabang Dinas dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Tahunan Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan. Formulir ini kemudian dikirim ke Kantor Dinas/Sub Dinas setiap bulan Januari tahun anggaran berikutnya. Pemantauan dan evaluasi pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.
2.5
Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Dasar yang dipakai untuk mengevaluasi
kinerja jaringan irigasi adalah
komponen penyusunya. Jaringan irigasi tersusun atas komponen: 1). bangunan utama, 2). saluran pembawa, 3). bangunan bagi/sadap, 4). saluran pembuang dan 5). bangunan pada saluran pembuang. Komponen penyusun jaringan irigasi disusun oleh sub-sub komponen penyusunnya. Masing-masing sub komponen, komponen penyusun jaringan irigasi dinilai kondisinya mengacu pada Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 ditunjukkan Tabel 2.1
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1. Penilaian Fisik Komponen Bangunan Utama Bendung Pada Jaringan Irigasi (Anonim, 1999) No 1
Bangunan
Baik
Bangunan Pengambilan - Pintu - Semua pintu dapat Pengambilan dioperasikan (Intake) dengan baik, secara mekanis dan hidrolis - Terdapat atap pelindung pintu - Pengaman pintu dan tembok penahan banjir - Semua daun pintu yang terpasang tidak bocor - Terdapat petunjuk manual operasi bendung. - Kondisi rata-rata aspek di atas 80% - 100% - Endapan / - Endapan di depan Lumpur pintu tidak setinggi ambang pintu pengambilan (intake) - Mudah / selalu dikurus secara berkala - Kondisi rata-rata aspek di atas 80%100% - Papan - Terdapat papan Operasi operasi bendung Bendung yang masih baik (Papan - Papan tersebut Eksploitasi) selalu diisi data yang benar - Kondisi rata-rata aspek diatas 80%100%
Kondisi Bangunan Cukup
Rusak
- Sebagian pintu tidak dapat dioperasikan dengan lancar - Atap pelindung dan pengaman pintu sebagian ada yang rusak - Daun pintu yang terpasang dijumpai kebocoran - Kondisi rata-rata aspek di atas 50%79%
- Semua pintu tidak dioperasikan dengan lancar - Tidak terdapat atap pelindung dan pengaman pintu pengambilan (intake) - Kondisi rata-rata aspek di atas 0% 49%
- Endapan di depan pintu mencapai tinggi ambang pintu pengambilan (intake) - Tidak selalu dikuras secara berkala - Kondisi rata-rata aspek di atas 50%70%
- Endapan sering melampaui ambang pintu pengambilan (intake) - Sulit/tidak pernah/ jarang dikuras - Kondisi rata-rata aspek di atas 0%49%
- Terdapat papan operasi bendung - Papan tersebut tidak / jarang diisi data yang benar - Kondisi rata-rata aspek diatas 50%70%
- Tidak terdapat papan operasi bendung - Kondisi rata-rata aspek diatas
Penilaian fisik komponen pada jaringan irigasi secara lengkap ditunjukkan pada Lampiran LP (1-7) Keadaan khusus Khusus untuk bendung gerak dan waduk yang besar, penilaian kondisi dilaksanakan oleh staf cabang dinas unit pengelola bending dan waduk. commit Pada evaluasi kondisi jaringan irigasi, jika: to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Bangunan bagi / bagi-sadap / sadap, 2. Ruas saluran pembawa Pada jaringan yang bersangkutan tidak diperlukan (tidak ada), maka perhitungan nilai kondisi terhitung dilaksanakan sebagai berikut : a. Bila luas rencana >150 Ha, maka kondisi dinilai sesuai keadaan b. Bila luas rencana <150 Ha, maka kondisi dinilai dengan cara memaksimalkan (Anonim, 1999)
2.6. Penilaian Komponen dan Pembobotan Setiap komponen utama dibagi menjadi beberapa komponen yang lebih kecil, yang masing-masing perlu dinilai kondisinya. Setiap komponen akan memberikan kontribusi nilai kondisi terhadap kondisi fisik jaringan irigasi secara keseluruhan. Kontribusi setiap komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi mempunyai bobot yang tidak sama. Bobot setiap komponen disusun atas dasar besarnya pengaruh setiap komponen tersebut terhadap terjaminnya pelayanan air irigasi. Bobot setiap komponen utama dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel. 2.2. Bobot Komponen Utama Jaringan Irigasi (Anonim, 1999) No 1 2 3 4 5
KOMPONEN Bangunan Utama Saluran Pembawa Bangunan Bagi / Sadap Saluran Pembuang Bangunan Pada Saluran Pembuang Jumlah:
BOBOT (%) 35 25 25 10 5 100
Bobot untuk setiap komponen utama tersebut merupakan gabungan dari masing-masing komponen penyusunnya Distribusi dari penilaian komponen utama jaringan irigasi disesuaikan dengan sub komponen bangunan yang ada pada jaringan irigasi Sungkur. Dari sub komponen bangunan yang ada masing-masing bobot di kalikan dengan bobot komponen bangunan kemudian dibagi dengan bobot utama. Dengan demikian bobot untuk masing-masing sub komponen terkecil dapat diketahui. Distribusi komponen dan bobot pada jaringan irigasi bendung tetap/bendung gerak standar dari Subdit. Bina Progam Ditjen Air, 1999, selengkapnya disajikan pada Gambar 2.1 commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bangunan 12% pengambilan
Bangunan penguras
Bendung Tetap/Gerak
Tubuh bendungan
Bangunan pelengkap bendung
Erosi dan atau sedimentasi Saluran pembawa
Bangunan bagi/sadap Jaringan Utama
25%
25%
100 % Saluran pembuang
Bangunan pada sal.uran
5%
Endapan/lumpur
3%
Pengukur debit
3%
Papan eksploitasi
1%
Pintu
4%
Endapan/lumpur
2%
Mercu
5%
Ruang olakan
4%
Papan Skala
1%
Sayap
2%
Koperan
2%
Jembatan Utama
1%
Rumah PPA
1%
Gawat Banjir
1%
6%
10%
35%
Sayap
Pintu/pintu banjir
4%
3%
5%
Profil Saluran 12% Bocoran
8%
Pintu sadap & pengatur
12%
Bangunan pengukur debit Tubuh bangunan
5% 8%
Erosi & sedimentasi
6%
Profil Saluran
4%
Pintu pengatur
2%
Tubuh Bangunan
3%
10%
5%
Gambar 2.1. Distribusi Komponen dan Bobot Pada Jaringan Irigasi to Gerak) user (Anonim, 1999 (Bendung Tetap ataucommit Bendung
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Distribusi komponen dan bobot pada bangunan utama standar dari Subdit. Bina Program Ditjen. Air (1999), untuk free intake, bendungan dan pompa disajikan pada Gambar 2.2.
Free Intake
Bendungan
Pintu Intake
25%
Regime Sungai Bocoran
10%
Pintu Intake
9%
Pintu Penguras
2%
Pelimpah/ Spilway
8%
Endapan
3%
Tanggul Banjir
5%
35%
30%
Bangunan pelengkap
Pompa
3%
Mekanis
25%
Bangunan Sipil
10%
35%
Gambar 2.2. Distribusi Komponen dan Bobot Pada Bangunan Utama (Untuk Free Intake, Bendungan dan Pompa) (Anonim, 1999)
2.7 Metode Perhitungan Penilaian Kondisi Jaringan Irigasi. Penilaian kondisi jaringan irigasi keseluruhan dilakukan dengan menghitung kondisi bangunan utama (%), saluran pembawa (%), bangunan bagi, bagisadap (%), saluran pembuang (%), dan bangunan sepanjang saluran pembuang (%), dengan metode perhitungan sebagai berikut: commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi Jaringan Irigasi dihitung dengan rumus: KJ = Kbu + Kbbs + Ksbw + Ksbg + Kbsbg.........................................(2.1) dengan: KJ = Kondisi Jaringan (%) Kbu = Kondisi bangunan utama (%) Kbbs = Kondisi bangunan bagi atau sadap (%) Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%) Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%) Kbsbg = Kondisi bangunan sepanjang saluran pembuang (%) Kondisi bangunan utama dihitung sebagaimana rumus berikut: Kbu = Kb(bu) 1 + Kb(bu) 2 + Kb(bu) (n)........................................(2.2) dengan: Kbu = Kondisi bangunan utama (%) Kb(bu) 1 = Kondisi rata-rata bangunan utama 1 (%) Kb(bu) 2 = Kondisi rata-rata bangunan utama 2 (%) Kb(bu) (n) = Kondisi rata-rata bangunan utama (n) (%) Kondisi Bangunan bagi/sadap dihitung sebagaimana rumus berikut: Kbbs = Kb(kbbs) 1 + Kb(kbbs) 2 + Kb(kbbs) (n)............................(2.3) dengan: Kbbs = Kondisi bangunan bagi/sadap (%) Kb(kbbs) 1 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 1 (%) Kb(kbbs) 2 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 2 (%) Kb(kbbs) (n) = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap (n) (%) Kondisi Saluran pembawa dihitung sebagaimana rumus berikut: Ksbw = Ks(ksbw) 1 + Ks(ksbw) 2 + Ks(ksbw)(n).........................(2.4) dengan: Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%) Ks(ksbw)1 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 1 (%) Ks(ksbw)2 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 2 (%) Ks(ksbw)(n) = Kondisi rata-rata salurah pembawa (n) (%) Kondisi saluran pembuang dihitung sebagaimana rumus berikut: Ksbg = Ks(ksbg) 1 + Ks(ksbg) 2 + Ks(ksbg)(n) ..............................(2.5) dengan: Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%) Ks(ksbg) 1 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 1 (%) Ks(ksbg) 2 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 2 (%) Ks(ksbg)(n) = Kondisi rata-rata saluran pembuang (n) (%)
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi bangunan disepanjang saluran pembuang dihitung sebagaimana rumus berikut: Kbsbg = Kb(kbsbg) 1 dengan: Kbsbg Kb(kbsbg) 1 Kb(kbsbg) 2 Kb(kbsbg) (n)
+ Kb(kbsbg) 2 + Kb(kbsbg) (n)...................(2.6) = = = =
Kondisi bangunan pembuang (%) Kondisi rata-rata bangunan pembuang 1 (%) Kondisi rata-rata bangunan pembuang 2 (%) Kondisi rata-rata bangunan pembuang (n) (%)
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB. III METODE PENELITIAN 3.1
Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo
Propinsi Jawa Timur berada dibawah pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air dibawah pengawasan langsung Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Sumoroto. Jaringan Irigasi Sungkur mempunyai luas areal 3065 Ha yang tersebar dibeberapa Kecamatan dan beberapa Kalurahan/Desa di Kabupaten Ponorogo. Penelitian mengambil lokasi di Jaerah Irigasi Sungkur karena belum ada penelitian sebelumnya mengenai kondisi Jaringan irigasi ini. Jaringan Irigasi sungkur merupakan satu-satunya jaringan irigasi di Ponorogo yang penanganannya ditangani langsung oleh pemerintah pusat yang kegiatan operasi dan pemeliharaannya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan
(TPOP) Jaringan Irigasi. Lokasi penelitian dijelaskan pada
Gambar 3.1 dan Skema JI Sungkur pada Gambar 3.2
commit to user
33
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
U
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian (Anonim, 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Bendung Duncak
Intake Sungkur
Bendung Sungkur
commit to user
Gambar 3.2 Skema Jaringan Irigasi Sungkur (Anonim, 2008)
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.2
Metode Penelitian Metode yang diterapkan dalam studi ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu
mangadakan penelitian menggunakan data primer (data primer yaitu data yang di kumpulkan langsung dari objek yang diteliti dan berasal dari situasi aktual dimana suatu peristiwa terjadi) dan data sekunder (data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber tertentu yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan yaitu Dinas pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo. Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah, yaitu: 3.2.1 a.
Pengumpulan Data. Data Sekunder meluputi: 1)
Data Skema Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo,
2)
Data Catatan Kerusakan JI Sungkur,
3)
Laporan TPOP JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2007,
4)
Laporan TPOP JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2008,
5)
Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2007,
6)
Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2008,
7) b.
Foto dokumentasi dan Peraturan Perundang-undangan.
Data Primer meliputi: 1)
Observasi lapangan.
3.2.2. Teknis Pengambilan Data a.
Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat dari dekat tentang kondisi jaringan irigasi. Teknik observasi dilakukan dengan cara pengambilan dokumentasi.
b.
Data sekunder diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo.
c.
Studi kepustakaan yaitu melakukan pencarian sumber-sumber informasi dari instansi terkait dari hasil pencatatan-pencatatan peristiwa penting, buku-buku, jurnal dan situs internet.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3
Analisis Analisis penelitian terbagi menjadi tiga langkah pelaksanaan, hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian. 3.3.1
Analisis Kondisi jaringan Irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian adalah: a.
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
b.
Melakukan survei untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Sungkur pada tahun 2009.
c.
Melakukan analisa penilaian kondisi Jaringan Irigasi Sungkur pada tahun 2009 dengan menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999.
d.
Komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi mempunyai bobot berbeda.
e.
Bobot setiap komponen disusun atas dasar besarnya pengaruh setiap komponen tersebut terhadap terjaminnya pelayanan air irigasi.
f.
Pembobotan dilakukan terhadap komponen utama jaringan irigasi meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran pembuang dan bangunan pada saluran.
g.
Bobot untuk setiap komponen utama tersebut merupakan gabungan dari masing-masing komponen penyusunnya/sub komponen.
h.
Bobot sub komponen dikalikan dengan kondisi fisik yang ada maka dihasilkan penilaiann sub komponen tersebut, kemudian sub komponen dijumlah untuk mengetahui total kondisi sub komponen.
i.
Hasil pengurangan Komponen utama dengan
nilai total sub komponen
menunjukkan kondisi/nilai dari komponen tersebut dan seterusnya sehingga didapatkan kondisi Jaringan irigasi Sungkur aktual tahun 2009. j.
Didapat kondisi Jaringan Irigasi Sungkur aktual 2009, selanjutnya kondisi ini sebagai pijakan penilaian kondisi Jaringan Irigasi Sungkur pada tahun 2008 mengacu kepada biaya pemeliharaan yang dianggarkan, dokumentasi, laporan commit to user TPOP dan catatan kerusakan.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
k.
Kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 yang telah diketahui digunakan sebagai acuan untuk penilaian kondisi jaringan tahun 2007 dengan cara seperti yang dilakukan pada poin j.
l.
Hasil akhir diketahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
3.3.2
Analisis Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Hasil Kegiatan Pemeliharaan tahun 2007 s/d 2009
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan hubungan antara peningkatan kondisi jaringan irigasi Sungkur dan hasil pemeliharaan adalah sebagai berikut: a.
Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009 didapatkan dari Sub Bab 3.3.1
b.
Berdasarkan laporan kegiatan TPOP diketahui kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahu yaitu tahun 2008 dan tahun 2007.
c.
Pada komponen bangunan irigasi yang dilakukan pemeliharaan dibandingkan sebelum pemeliharaan maka prosentase kondisi jaringan irigasi akan naik.
d.
Selisih sebelum pemeliharaan dengan sesudah pemeliharaan pada komponen jaringan irigasi didapatkan prosentase pemeliharaan komponen bangunan irigasi.
e.
Prosentase pemeliharaan komponen yang mendapatkan pemeliharaan dikalikan dengan bobot komponennya didapatkan bobot akhir pemeliharaan.
f.
Bobot akhir komponen yang mendapatkan pemeliharaan ini dijumlah maka didapatkan prosentase pemeliharaan yang dilaksanakan selama dua tahun yaitu pemeliharaan tahun 2007 dan tahun 2008.
3.3.3
Analisis Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 s/d 2009
Langkah-langkah
yang
dilakukan
dalam
penelitian
untuk
mendapatkan
kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah sebagai berikut: a.
Analisis dari rumusan masalah yang pertama didapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009.
b.
Nilai pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2008 didapatkan commit to user dari Sub Bab 3.3.2
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Dari Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur rumusan masalah pertama dan nilai pemeliharaan maka didapatkan persamaan linier dari kedua nilai tersebut.
d.
Didapatkan grafik hubungan antara nilai kondisi dengan nilai pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur.
e.
Didapatkan hasil kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan.
f.
Kondisi jaringan irigasi sungkur bisa naik, menurun ataupun tetap.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mulai
Pengumpulan Data JI Sungkur
Data Sekunder 2007,2008,2009
Data Pemeliharaan 2008
Survei Kondisi JI 2009
Data Pemeliharaan 2007
Kondisi Jaringan th 2009 = Kondisi Jaringan th 2010 sebelum ada pemeliharaan
Analisa : Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Pembobotan dan Evaluasi Hasil Analisa
Kondisi JI Sungkur 2009
Kondisi JI Sungkur 2008
Kecenderungan Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari Tahun 2007 s/d 2009
Selesai
commit to user Gb.3.3 Bagan Alir Rancangan Penelitian
Kondisi JI Sungkur 2007
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Input - Observasi Lapangan
-
-
-
-
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2009 DIPA 2008 Laporan TPOP 2008 Data Kerusakan AKNOP 2008
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2008 DIPA 2007 Laporan TPOP 2007 Data Kerusakan AKNOP 2007
Proses
Output
- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2009
- Penilaian
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2008
kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2007
Gb.3.2 Matrik Penelitian commit to user
Goal
- Nilai Kondisi JI Sungkur th 2007-2009 - Mengetahui kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahu 2007s/2008 dapat meningkatkan fungsi JI Sungkur - Kecenderungan kondisi JI Sungkur th
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Profil Pengairan, Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Kabupaten Ponorogo. ______, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, www.dpuairjatim.org/data/.../Permen%20PU%20no.32%202007.pdf, Oktober, 16, 2008. ______, 2006, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008. ______, 2004, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008. ______, 1999, Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi Subdit Bina Program Ditjen Air. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. ______, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia Abernethy, C.L., 2010. Governance of irrigation systems: Does history offer lessons for today, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.552/abstract Agus Hari Wahyudi, 2009, Materi Kuliah Sistem Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Air ” Konsep Pemeliharaan Irigasi SNI”, Surakarta. Agus Suman, 2010. Evaluasi Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Di Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Bambang Basuki Hartanto, 2009. Evaluasi Kerusakan Dan Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi Jetu. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta George, Biju A., Malano, Hector M., Vo Khac Tri, Turral, Hugh, 2004. Using modelling
to improve operational performance in the Cu Chi irrigation system, Vietnam, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.109/abstract
Jatmiko Suluh, 2007. Kajian Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Tempuran Di Kabupaten Blora. Tesis (Tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. commit to user
99
43 digilib.uns.ac.id 100
perpustakaan.uns.ac.id
Lorenzini, Giulio and Wrachien, Daniele De, 2005. Performance assessment of sprinkler irrigation systems: a new indicator for spray evaporation losses, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.171/abstract Oad, Ramchand, 2001. Policy reforms for sustainable irrigation management – a case study of Indonesia, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.28/abstract Passouant, M., Le Gal, P.Y., and Keita, B., 2009. The contribution of information systems in maintaining large-scale irrigation schemes, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.469/abstract Sobriyah, 2008, Penilaian Kerusakan Jaringan Irigasi, Materi Kuliah Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil (MTRPBS), Universitas Sebelas Maret, Surakarta S Suroso, PS Nugroho, P Pamuji, 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Dinamika Teknik Sipil. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta. Sumaryanto, M Siregar, Deri H, M Suryadi, 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan dan Upaya Perbaikannya. Laporan Penelitian. Deptan . Bogor.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai ketersediaan air yang cukup namun tidak merata pada seluruh wilayah Kabupaten. Berdasarkan siklus Hidrologi 80% air tersedia pada musim penghujan sedangkan pada musim kemarau sebesar 20%. Di Kabupaten Ponorogo jaringan irigasi terbangun meliputi bendung sebanyak 140 buah, pengambilan bebas 107 buah, saluran primer 19,091 Km, saluran sekunder 237,638 Km, bangunan air lainnya 663 buah, mata air 321 buah semua mengairi areal sawah seluas 32.617 Ha. Jaringan irigasi Sungkur merupakan salah satu jaringan irigasi terbangun yang keberadaannya mempunyai kontribusi besar untuk mencukupi kebutuhan air irigasi yang meliputi lima Kecamatan di Kabupaten Ponorogo yaitu Sampung, Kauman, Sukorejo, Jambon dan Badegan. Jaringan Irigasi sungkur masuk dalam pengawasan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Cabang Somoroto Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo, terbagi menjadi dua Kejuron yaitu Sungkur Kanan dan Sungkur Kiri.
4.2.
Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Kondisi suatu
jaringan irigasi sangat mempengarui terhadap pelayanan
jaringan tersebut untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Pemeliharaan terhadap jaringan irigasi sangat berpengaruh terhadap kondisinya. Jaringan Irigasi sungkur Kiri merupakan salah satu bagian bagian pengawasan wilayah Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Ponorogo melalui Unit Pelayanan Teknis DPU Cabang
Sumoroto. Secara administrasi jaringan irigasi Sungkur Kiri terletak di 3 (tiga) Kecamatan yaitu : 1.
Kecamatan Sampung,
2.
Kecamatan Kauman dan Kecamatan Sukorejo. commit to user
3.
42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jaringan Irigasi Sungkur Kiri ini dibatasi oleh jaringan irigasi lain yang juga dalam pengawasan wilayah Dinas pekerjaan Umum kabupaten Ponorogo, yaitu: 1. Sebelah Utara dibatasi JI Gakok Bawah, 2. Sebelah Timur dibatasi Kali Sungkur tempuran, 3. Sebelah Selatan dibatasi JI Sungkur Kanan, 4. Sebelah Barat dibatasi JI Sumorobangun. Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi JI Sungkur Kiri adalah Kali Sungkur yang diambil dari free intake Sungkur. Adapun luas areal persawahan/ baku sawah yang terlayani seluas 1127 Ha sawah. Dalam tulisan ini akan disajikan data kondisi jaringan Sungkur Kiri, yang diperoleh dari investigasi dilapangan tahun 2009 dan secara berturut-turut digunakan sebagai pedoman untuk memprediksi kondisi Jaringan Irigasi Sungkur tahun 2008 dan tahun 2007. Kondisi jaringan disajikan bobot komponen utama yang terbagi menjadi beberapa sub komponen. Distribusi prosentase bobot komponen bangunan dan sub komponen Jaringan Irigasi Sungkur Kiri dalam kondisi sempurna sesuai dengan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 dapat terlihat pada gambar 4.1
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bang. Pengambilan
Free Intake
35%
Sayap
Bang. Pelengkap
Sal. Pembawa
Jaringan Utama
100 %
Bang. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
Bang. Pd Sal.
\
25%
25%
27%
Pintu Intake
20%
Pengukur debit
5%
Papan Exploitasi
2%
Sayap
3%
Koperan
2%
Jembatan Utama
1%
Rumah PPA
1%
Gawat Banjir
1%
Profil Saluran
8%
Bangunan pd Sal.
7%
5%
3%
Profil Saluran
15%
Bocoran
7%
Erosi/Sedimentasi
3%
Pintu Sadap& Pengatur
12%
Tubuh Bangunan
6%
Bang. Pengukur Debit
5%
Sayap
1%
Jalan Inspeksi
1%
Erosi&Sedimentasi
6%
Profil Saluran
4%
Pintu Pengatur
3%
Tubuh Bangunan
2%
10%
5%
Gambar 4.1 Distribusi Komponen dan bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Kondisi Standar ( Anonim, 1999) commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.1. Bangunan Utama Free Intake Sungkur Kiri Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air irigasi pada Jaringan Irigasi Sungkur Kiri adalah Kali Sungkur yang diambil dari free intake Sungkur Kiri meliputi Saluran Primer Sungkur Kiri, Saluran Sekunder Sumoroto dan Saluran Sekunder Carat. Bobot kondisi bangunan utama dapat dilihat pada Tabel 4.1 Bangunan Pengambilan Sungkur Kiri ( bobot 27,00%) Tabel 4.1 Bobot Kondisi Bangunan Pengambilan Sungkur Kiri Nama Komponen Pintu Intake Pengukur debit Papan eksploitasi
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
2007
20,00
85%
75%
70%
17,00
15,00
14,00
5,00
85%
80%
77%
4,25
4,00
3,85
2,00
70%
70%
70%
1,40
1,40
1,40
22,65
20,40
19,25
Bangunan pengambilan terbagi atas tiga sub komponen yaitu bangunan pintu intake, bangunan pengukur debit dan bangunan papan eksploitasi dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 27,00% terhadap jaringan irigasi. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 4,35% pada tahun 2007, 6,60% pada tahun 2008 dan 7,75% pada tahun 2009. Pada kondisi standar komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot 27,00%, sehingga dapat diketahui bangunan pengambilan pada free intake Sungkur kondisinya pada tahun 2007 adalah 83,89%, tahun 2008 adalah 75,56% dan tahun 2009 sebesar 71,30%. Kondisi ini didapatkan dari pembagian bobot kondisi lapangan dibandingkan dengan bobot kondisi standar kemudian dikalikan dengan seratus persen. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi bangunan pengambilan pada tahun 2007 masuk katagori baik karena nilai kondisi diatas 80,00%, sedangkan tahun 2008 dan tahun 2009 masuk kategori kondisi cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pengambilan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.2
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
25 20 Papan eksploitasi
15
Pengukur debit
10
Pintu Intake
5 0 2007
2008
2009
Gambar 4.2 Grafik Kondisi Bangunan Pengambilan Sungkur Kiri Dari Gambar 4.2 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pengambilan pada free intake jaringan irigasi Sungkur Kiri kecenderungannya menurun. Pada tahun 2007 kondisinya masuk kategori baik, karena tidak adanya pemeliharaan pada bangunan pengambilan ini maka kondisinya menurun menjadi kategori cukup. a.
Sayap intake Sungkur Kiri ( bobot 5,00%) Bangunan Sayap terbagi atas dua sub komponen yaitu sayap dan koperan
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 5,00% terhadap bangunan utama free intake. Tabel 4.2 Bobot Kondisi Bangunan Sayap Intake Sungkur Kiri Nama Sub Komponen
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
Sayap
3,00
70%
77%
77%
2,10
2,31
2,31
Koperan
2,00
70%
80%
80%
1,40
1,60
1,60
3,50
3,91
3,91
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,09%-1,50%. Berdasarkan penelitian dilapangan komponen sayap bangunan utama free intake pada jaringan irigasi Sungkur Kiri bobot kondisinya tahun 2008 s/d tahun 2009 adalah 3,91% ini artinya
bangunan sayap pada jaringan irigasi Sungkur Kiri
kondisinya 78,20% sedangkan pada tahun 2007 kondisinya 70,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air commit to user Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi sayap pada free intake
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi sayap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.3
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Koperan Sayap
2007
2008
2009
Gambar 4.3 Grafik Kondisi Sayap Intake Sungkur Kiri Dari Gambar 4.3 grafik kondisi sayap pada tahun 2008 dan 2009 ada peningkatan kondisi dibandingkan tahun 2007, hal ini karena ada perbaikan pada sayap bangunan free intake jaringan irigasi Sungkur Kiri. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 kondisi bangunan sayap tetap tidak mengalami perubahan, hal ini karena tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan sayap pada kurun waktu ini tetapi tidak mempengaruhi kondisi bangunan. b.
Bangunan Pelengkap Intake Sungkur Kiri ( bobot 3,00%) Bangunan pelengkap pada free intake Sungkur Kiri terbagi atas tiga sub
komponen yaitu jembatan utama, rumah PPA dan gawat banjir, komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00% terhadap bangunan utama free intake. Tabel 4.3 Bobot Kondisi Bangunan Pelengkap Sungkur Kiri Nama Sub Komponen
Bobot
Kondisi Lapangan
Kondisi fisik 2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
Jembatan utama
1,00
70%
70%
65%
0,70
0,70
0,65
Rumah PPA
1,00
40%
30%
30%
0,40
0,30
0,30
Gawat Banjir
1,00
40%
40%
40%
0,40
0,40
0,40
1,50
1,40
1,35
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,50% pada tahun 2007, 1,60% pada tahun 2008 dan 1,65% pada tahun 2009 sehingga bobot commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi lapangannya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada kondisi standar komponen bangunan pelengkap pada bangunan ini mempunyai bobot 3%, sehingga dapat diketahui bangunan pelengkap pada free intake Sungkur kondisinya pada tahun 2007 adalah 50,00%, tahun 2008 adalah 46,67% dan tahun 2009 sebesar 45,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori rusak pada tahun 2008 dan 2009, sedangkan tahun 2007 masuk dalam katagori cukup. Kondisi bangunan pelengkap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.4
1.6 1.4 1.2
Gawat Banjir
1 0.8
Rumah PPA
0.6
Jembatan utama
0.4 0.2 0 2007
2008
2009
Gambar 4.4 Grafik Kondisi Bangunan Pelengkap Sungkur Kiri Dari Gambar 4.4 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pelengkap free intake Sungkur jaringan irigasi Sungkur Kiri dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini, bangunan dibiarkan dalam kondisi rusak. 4.2.2 Saluran Pembawa Sungkur Kiri Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran yang mempunyai dimensi yang berbeda-beda. Komponen penyusun pada saluran pembawa meliputi: profil saluran, bangunan pada saluran, bocoran dan endapan/erosi. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Profil Saluran Sungkur Kiri (bobot 8,00%) commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Profil saluran terbagi menjadi saluran pasangan dan saluran tanah, berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi profil saluran pada saluran pembawa jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.4 Tabel 4.4 Bobot Kondisi Profil Saluran Sungkur Kiri Bobot
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
Komponen
2007
2008
2009
2007
2008
2009
Saluran Pasangan
6,00
65%
70%
60%
3,90
4,20
3,60
Saluran Tanah
2,00
80%
83%
80%
1,60
1,66
1,60
5,50
5,86
5,20
Profil Saluran terbagi atas dua sub komponen yaitu saluran pasangan dan saluran tanah dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 8,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 2,50% pada tahun 2007 sehingga kondisi profil saluran adalah 65,00% sedangkan pada tahun 2008 penurunan sebesar 2,14% maka kondisinya 73,25% dan pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 2,80% berarti kondisi profil saluran 65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi profil saluran pada saluran pembawa Sungkur Kiri masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi profil saluran dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.5
6 5 4
Saluran Tanah
3
Saluran Pasangan
2 1 0 2007
2008
2009
Gambar 4.5 Grafik Kondisi Profil Saluran Sungkur Kiri Dari Gambar 4.5 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 commit to user kecenderungan grafik komponen profil saluran pada saluran pembawa tahun 2008
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami kenaikan karena ada perbaikan saluran yaitu adanya perbaikan pada saluran sekunder Sumoroto yang dilakukan pada tahun sebelumnya, akan tetapi tahun berikutnya mengalami penurunan lagi hal ini karena tidak adanya pemeliharaan dan pertambahan kerusakan pada saluran ini. b.
Bangunan Pada Saluran Sungkur Kiri ( bobot 7,00%)
Bangunan pada saluran terbagi menjadi beberapa sub komponen meliputi talang, gorong-gorong, bangunan terjun, bangunan affour, guyangan ternak dan jembatan. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembawa jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kiri Nama Sub Komponen Talang GorongGorong Bangunan Terjun Bangunan Afur Guyangan Ternak Jembatan
Bobot Komponen 2,500
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008
Kondisi fisik 2007 2008 2009 75% 70% 68%
1,875
1,750
1,700
2,000
80%
75%
70%
1,600
1,500
1,400
1,000
85%
85%
85%
0,850
0,850
0,850
0,500
70%
70%
65%
0,350
0,350
0,325
0,500 0,500
65% 75%
60% 70%
50% 70%
0,325 0,375 5,375
0,300 0,350 5,100
0,250 0,350 4,875
Bangunan pada saluran pembawa Sungkur kiri terbagi atas enam sub komponen, dalam kondisi sempurna bangunan pada saluran mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,625% pada tahun 2007, 1,90% pada tahun 2008 dan 2,125% pada tahun 2009. Pada kondisi standar komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot 7%, sehingga dapat diketahui bangunan pengambilan pada free intake Sungkur kondisinya pada tahun 2007 adalah 76,79%, tahun 2008 adalah 72,86% dan tahun 2009 sebesar 69,64%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pada saluran commit to user Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.6.
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6
Jembatan
5
Guyangan Ternak
4
Bangunan Afur
3
Bangunan Terjun
2
Gorong-Gorong
1
Talang
0 2007
2008
2009
Gambar 4.6 Grafik Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kiri Dari Gambar 4.6 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pada saluran Sungkur Kiri menurun setiap tahunnya, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan pada saluran ini. c.
Bocoran Saluran Sungkur Kiri ( bobot 7,00%) Bocoran mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa,
karena semakin besar bocoran maka akan mengganggu kapasitas debit yang melewati saluran yang berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi., untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran pembawa jringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.6 Tabel 4.6 Bobot Kondisi Bocoran saluran Sungkur Kiri Nama Sub Komponen Bocoran
Bobot
Kondisi fisik
Bobot Kondisi Lapangan 2009
Komponen
2007
2008
2009
2007
2008
7,00
75%
73%
70%
5,25
5,11
4,90
5,25
5,11
4,90
Bocoran saluran Sungkur Kiri, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,75% pada tahun 2007, 18,90% pada tahun 2008 dan 2,10% pada tahun 2009. Pada kondisi standar komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot 7,00%, sehingga dapat diketahui bocoran pada saluran pembawa kondisinya pada tahun 2007 adalah 75,00%, tahun commit 2008 adalah to user73,00% dan tahun 2009 sebesar
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
70,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit.Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi bocoran pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.7.
5.3 5.2 5.1 Bocoran
5 4.9 4.8 4.7 2007
2008
2009
Gambar 4.7 Grafik Kondisi Bocoran Dari Gambar 4.7 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen Bocoran pada saluran sungkur kiri menurun dari tahu ke tahun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bocoran pada saluran ini. d.
Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri ( bobot 3,00%) Endapan/Erosi menjadi masalah yang besar apabila tidak segera ditangani,
sedimentasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena semakin besar sedimentasi maka berpengaruh terhadap penampang serta kapasitas rencana saluran terhadap bangunan ukur. Sedimentasi mengakibatkan kemungkinan tumbuhnya tanaman liar/gulma pada penambang saluran. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi endapan/erosi pada saluran pembawa jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut. Tabel 4.7 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri Nama Sub Komponen
Bobot Komponen
Endapan/Erosi
3,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 60%
65%
Bobot Kondisi Lapangan 2007
2008
2009
60%
1,80
1,95
1,80
commit to user
1,80
1,95
1,80
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Endapan/ Erosi pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,20% pada tahun 2009 dan tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 karena ada pengerukan serta normalisasi saluran maka penurunan menjadi 1,05%. sehingga bobot kondisi lapangan pada tahun 2009 dan tahun 2007 adalah 1,80% ini artinya kondisi sedimentasi pada saluran Sungkur Kiri adalah 60,00%, sedangkan tahun 2008 bobot kondisi 1,95% sehingga endapan/erosis kondisinya 65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup. Adapun
kecenderungan kondisi endapan/erosi pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.8
1.95 1.9 1.85
Endapan/Erosi
1.8 1.75 1.7 2007
2008
2009
Gambar 4.8 Grafik Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri Dari Gambar 4.8 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik naik pada tahun 2008 , hal ini karena pada tahun tersebut ada kegiatan pengerukan sedimentasi pada saluran primer Sungkur Kiri. Sedangkan tahun berikutnya mengalami penurunan lagi hal ini terjadi karena tidak adanya kegiatan pengerukan pada tahun 2009 akibat tingginya sedimentasi. 4.2.3 Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kiri ( bobot 25,00%) Bangunan ini berfungsi untuk membagi air irigasi sehingga didapatkan keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di areal sawah. Bangunan Bagi/Sadap terbagi atas lima sub komponen yaitu pintu sadap commit to user dan pengatur, bangunan pengukur debit, tubuh bangunan, sayap dan jalan inspeksi
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 25,00% terhadap Jaringan Irigasi. Untuk dapat mengetahui kondisi bangunan bagi/sadap pada saluran pada Jaringan Irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.8 Tabel 4.8 Bobot Kondisi Bangunan Bagi/SadapSungkur Kiri Kondisi fisik 2007 2008 2009
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008
12,00
65%
70%
65%
7,80
8,40
7,80
5,00
80%
70%
65%
4,00
3,50
3,25
6,00 1,00 1,00
80% 75% 70%
75% 75% 70%
70% 70% 70%
4,80 0,75 0,70 18,05
4,50 0,75 0,70 17,85
4,20 0,70 0,70 16,65
Bobot Komponen
Nama Sub Komponen Pintu Sadap & Pengatur Bangunan Pengukur Debit Tubuh bangunan Sayap Jalan inspeksi
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 6,90% pada tahun 2007, sehingga bobot kondisinya menjadi 18,05% ini artinya
Bangunan
bagi/sadap pada jaringan irigasi Sungkur Kiri kondisinya 72,20% sedangkan pada tahun 2008 penurunan bobotnya sebesar 7,15% sehingga bobot kondisi bangunan bagi sadap menjadi 17,85% berarti kondisi lapangannya 71,4 %, sedangkan tahun 2009 penurunan bobot sebesar 8,35% sehingga kondisi lapangannya 66,60%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup, yaitu nilai kondisi dibawah 80,00%. Adapun kecenderungan kondisi bangunan bagi /sadap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.9.
20 Jalan inspeksi
15
Sayap Tubuh bangunan
10
Bangunan Pengukur Debit 5
Pintu Sadap & Pengatur
0 2007
2008
2009
commit to user Gambar 4.9 Grafik Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kiri
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari Gambar 4.9 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik mengalami penurunan dari tahun ke tahun, meskipun pada tahun 2008 ada perbaikan pintu BSL 10 pada saluran sekunder Sumoroto. Untuk itu dibutuhkan pemeliharaan yang lebih maksimal terhadap keberadaan bangunan bagi/sadap yang ada pada saluran irigasi Sungkur Kiri. 4.2.4
Saluran Pembuang Sungkur Kiri (bobot 10%) Saluran pembuang ini berfungsi untuk membuang atau mengalirkan
kelebihan air dari petak sawah dan mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai. sehingga kelebihan air tersebut tidak akan merusak tanaman pertanian, Saluran pembuang ini terbagi dari sub komponen erosi / sedimentasi dan sub komponen profil saluran pembuang itu sendiri. Untuk dapat mengetahui kondisi
saluran
pembuang pada Jaringan Irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.9 Tabel 4.9 Bobot Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kiri. Nama Sub Komponen Erosi & Sedimentasi Profil saluran
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
6,00
70%
65%
60%
4,20
3,90
3,60
4,00
85%
75%
70%
3,40
3,00
2,80
7,60
6,90
6,40
Saluran pembuang pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 10,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2,40% ,tahun 2008 sebesar 3,10% sedangkan tahun 2009 sebesar 3,60%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 64,00%, tahun 2008 adalah 69,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 76,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi saluran pembuang pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.10
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Profil saluran Erosi & Sedimentasi
2007
2008
2009
Gambar 4.10 Grafik Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kiri Dari Gambar 4.10 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik terus mengalami penurunan, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan terutama adanya endapan/erosi pada saluran pembuang. 4.2.5
Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kiri (bobot 5,00%) Bangunan pada saluran pembuang terbagi atas dua sub komponen yaitu sub
komponen pintu pengatur dan sub komponen tubuh bangunan. Bangunan ini berupa gorong-gorong dan pintu pembuang untuk mengalirkan kelebihan air dari saluran irigasi. Untuk mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembuang pada jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kiri Nama Sub Komponen Pintu Pengatur Tubuh bangunan
Bobot Komponen
Kondisi fisik 2007 2008 2009
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008
3,00
80%
80%
75%
2,40
2,40
2,25
2,00
75%
72%
70%
1,50 3,90
1,40 3,80
1,40 3,65
Saluran pembuang dalam kondisi sempurna pada jaringan irigasi Sungkur Kiri mempunyai bobot 5,00%. Hasil analisa selama tiga tahun pada tahun 2007 terjadi penurunan bobot sebesar 1,10% sehingga bobot kondisi lapangannya 3,90% ini artinya kondisi bocoran pada saluran Sungkur kiri adalah 78,00%, sedangkan pada tahun 2008 dan tahun 2009 penurunan bobotnya sebesar 1,35% berarti kondisi bangunan pada saluran pembuang sebesar 73,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian commit to user Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan pada saluran pembuang Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kiri Dari Gambar 4.11 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik kondisi bangunan saluran pembuang pada saluran Sungkur Kiri dibandingkan tahun 2007 mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. 1.2.6 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri merupakan gabungan dari sub-sub komponen penyusun komponen pada jaringan irigasi Sungkur Kiri. Komponen tersebut meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran pembuang dan bangunan pada saluran pembuang. Masing-masing nilai kondisi komponen dijumlah sehingga nilai totalnya merupakan nilai kondisi existing dari jaringan tersebut. Untuk mengetahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri dapat dilihat pada Table 4.11
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Kondisi Lapangan
Komponen 2007
2008
2009
27,650 %
25,710 %
24,510 %
Saluran Pembawa
17,925 %
18,020 %
16,775 %
Bangunan Bagi/Sadap
18,050 %
17,850 %
16,650 %
7,600 %
6,900 %
6,400 %
3,900 %
3,800 %
3,650 %
75,125 %
72,280 %
67,985 %
Bangunan Utama Free Intake
Saluran Pembuang Bang. Pada Sal. Pembuang
Dari tabel analisa diatas kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri pada kondisi sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan irigasi Sungkur memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun 2007 kondisinya sebesar 75,125% mengalami penurunan sebesar 24,825%, pada tahun 2008 kondisinya menjadi 72,130% mengalami penurunan 27,870% dan terakir tahun 2009 kondisinya menjadi 67,985% mengalami penurunan 32,015%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Dari gambar diatas terlihat dari tahun 2007 s/d tahun 2009 kecenderungan jaringan commit to user irigasi Sungkur Kiri mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun pada
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jaringan irigasi Sungkur kiri tersebut telah dilakukan upaya pemeliharaan, hal ini karena kerusakan terus terjadi setiap tahun tetapi pemeliharaannya tidak dilakukan secara menyeluruh.
4.3
Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Jaringan Irigasi Sungkur Kejuron Sungkur Kanan merupakan bagian dari
Jaringan Irigasi Sungkur yang memanfaatkan Kali Sungkur untuk mencukupi kebutuhan irigasi melalui Bendung Sungkur. Jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam pengelolaannya di bawah pengawasan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo. Secara administrasi terletak di Kecamatan Badegan dan Kecamatan Kauman. Jaringan Irigasi Sungkur kanan ini dibatasi oleh jaringan irigasi lain yang juga dalam pengawasan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo yaitu : 1. Sebelah Utara dibatasi JI Sungkur Kiri, 2. Sebelah Timur dibatasi Kali Krece, 3. Sebelah Selatan dibatasi perbukitan, 4. Sebelah Barat dibatasi JI Sumorobangun. Baku sawah yang bisa terlayani dari jaringan irigasi Sungkur Kanan adalah 1486 Ha tersebar di dua kecamatan tersebut. Dalam tulisan ini akan disajikan data kondisi jaringan Sungkur Kanan, yang diperoleh dari investigasi dilapangan tahun 2009 dan secara berturut-turut digunakan sebagai pedoman untuk memprediksi kondisi Jaringan Irigasi Sungkur tahun 2008 dan 2007. Kondisi Jaringan disajikan bobot komponen utama yang terbagi menjadi beberapa sub komponen. Distribusi prosentase bobot komponen bangunan dan sub komponen dalam kondisi sempurna sesuai dengan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 Jaringan Irigasi Sungkur Kanan dapat terlihat pada Gambar 4.12
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pintu /Pintu Banjir
5%
Endapan Lumpur
3%
Pengukur Debit
3%
Papan Exploitasi
1%
Pintu
4%
Endapan Lumpur
2%
Mercu
5%
Ruang Olakan
4%
Papan Skala
1%
Sayap
2%
Koperan
2%
Jembatan Utama
1%
Rmh PPA/Gedung
1%
Gawat Banjir
1%
Profil Saluran
8%
Bang. Pd Sal.
7%
Bang. Pengambilan 12%
Bang. Penguras
Bendung Gerak
35%
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
6%
10%
4%
3%
Profil Saluran Jaringan Utama
100 %
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
Bang. Pd Sal. Pembuang
25%
25%
15%
Bocoran
7%
Endapan/Sedimentasi
3%
Pintu Sadap& Pengatur
12%
Tubuh Bangunan
6%
Bang. Pengukur Debit
5%
Sayap
1%
Jalan Inspeksi
1%
Erosi & Sedimentasi
6%
Profil Saluran
4%
Pintu Pengatur
3%
Tubuh Bangunan
2%
10%
5%
Gambar 4.13 Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Kondisi Standart (Anonim, 1999) commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.1
Bangunan Utama Bendung Sungkur ( bobot 35,00%) Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air pada Jaringan
Irigasi Sungkur Kanan adalah Kali Sungkur yang diambil dari bendung gerak Sungkur. Jaringan Sungkur Kanan meliputi Saluran Primer Sungkur Kanan, Saluran Sekunder Bedrek, Saluran Sekunder Banaran, Saluran Sekunder Sawahan Kiri, Saluran Sekunder Sawahan Kanan dan Saluran Sekunder Asem Loro. Bobot kondisi bangunan utama dapat dilihat pada Tabel 4.12 a.
Bangunan Pengambilan Bendung Sungkur Kanan ( bobot 12,00%) Bangunan pengambilan bendung gerak terbagi atas empat sub komponen yaitu
bangunan pintu , endapan/lumpur, pengukur debit dan bangunan papan eksploitasi dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 12,00% terhadap bangunan utama. Tabel 4.12 Bangunan Pengambilan Bendung Sungkur Kanan Nama Sub Komponen
Bobot Komponen Pintu 5,00 Endapan/Lumpur 3,00 Pengukur debit 3,00 Papan Eksploitasi 1,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 85% 80% 70% 80% 75% 70% 75% 75% 75% 40%
40%
40%
Bobot Kondisi Lapangan 2007 4,25 2,40 2,25
2008 4,00 2,25 2,25
2009 3,50 2,10 2,25
0,40 9,30
0,40 8,90
0,40 8,25
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 2,70% pada tahun 2007, 3,10% pada tahun 2008 dan 3,75% pada tahun 2009. Pada kondisi standar
komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot 12,00%, sehingga
dapat diketahui bangunan pengambilan pada bendung Sungkur kondisinya pada tahun 2007 adalah 77,50%, tahun 2008 adalah 74,17% dan tahun 2009 sebesar 68,75% didapatkan dari pembagian bobot kondisi lapangan dibandingkan dengan bobot kondisi standar kemudian dikalikan dengan seratus persen. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup, yaitu nilai kondisi diatas 80,00%. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pengambilan commit to user dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.14
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10 Papan Eksploitasi Pengukur debit
5
Endapan/Lumpur Pintu
0 2007
2008
2009
Gambar 4.14 Grafik Kondisi Bangunan PengambilanSungkur Kanan Dari Gambar 4.14 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen Bangunan Pengambilan Jaringan Irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini b.
Tubuh Bendung Sungkur Kanan ( bobot 10,00%) Tubuh Bendung terbagi atas tiga sub komponen yaitu mercu, ruang olakan dan
papan skala dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 10,00% terhadap bangunan utama. Tabel 4.13 Bobot Kondisi Bangunan Tubuh Bendung Nama Sub Komponen Mercu Ruang olakan Papan Skala
Bobot Komponen 5,00 4,00 1,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 45% 45% 40% 80% 75% 70% 80% 75% 70%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 2,25 2,25 2,00 3,20 3,00 2,80 0,80 0,75 0,70 6,25 6,00 5,50
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 3,75%, tahun 2008 sebesar 4,00% sedangkan tahun 2009 sebesar 4,50%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 55,00%, tahun 2008 adalah 60,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 62,50%.
Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi tubuh bendung masuk commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi tubuh bendung dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Grafik Kondisi Tubuh Bendung Sungkur Kanan Dari Gambar 4.15 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen tubuh bendung jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. c.
Bangunan Penguras ( bobot 6,00%)
Tabel 4.14 Bobot Kondisi Bangunan Penguras Bendung Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Pintu penguras Endapan lumpur
Bobot Komponen 4,00 2,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 75% 72% 70% 80%
70%
60%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 3,00 2,88 2,80 1,60 4,60
1,40 4,28
1,20 4,00
Bangunan penguras bendung Sungkur terbagi atas dua sub komponen yaitu pintu penguras dan endapan lumpur, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 6,00% terhadap bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,40%, tahun 2008 sebesar 1,72% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,00%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 66,67%, tahun 2008 adalah 71,33% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 76,67%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari commit to user Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisinya
masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan
penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Grafik Kondisi Bangunan Penguras Bendung Sungkur Kanan Dari Gambar 4.16 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Sungkur jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. d.
Sayap Bendung Sungkur Kanan ( bobot 4,00%)
Tabel 4.15 Bobot Kondisi Bangunan Sayap Bendung Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Sayap Koperan
Bobot Komponen 2,00 2,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 67% 65% 60% 75% 65% 65%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 1,34 1,30 1,20 1,50 1,30 1,30 2,84 2,60 2,50
Bangunan Sayap pada bendung Sungkur terbagi atas dua sub komponen yaitu sayaps dan koperan, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 4,00% terhadap bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,16%, tahun 2008 sebesar 1,40% sedangkan tahun 2009 sebesar 1,50%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi saluran pembuang pada tahun 2007 adalah 71,00%, tahun 2008 adalah 65% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 62,50%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun kecenderungan kondisi bangunan penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.17
3 2.5 2
Koperan
1.5
Sayap
1 0.5 0 2007
2008
2009
Gambar 4.17 Grafik Kondisi Bangunan Sayap Bendung Sungkur Kanan Dari Gambar 4.17 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Sungkur jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. e.
Bangunan Pelengkap Bendung Sungkur Kanan (3,00%)
Tabel 4.16 Bobot Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Sungkur Kanan Nama Sub Komponen
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
Jembatan utama
1,00
80%
80%
80%
0,80
0,80
0,80
Rumah PPA
1,00
40%
35%
30%
0,40
0,35
0,30
Gawat Banjir
1,00
45%
45%
45%
0,45
0,45
0,45
1,65
1,60
1,55
Bangunan Penguras pada bendung Sungkur terbagi atas dua sub komponen yaitu pintu penguras dan endapan lumpur, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 6% terhadap bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,35%, tahun 2008 sebesar 1,40% sedangkan tahun 2009 sebesar 1,45%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi saluran pembuang pada tahun 2007 adalah 55,00%, tahun 2008 adalah commit 53,33%tosedangkan tahun 2009 kondisi saluran user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembuang sebesar 51,67%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan
penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.18
Gambar 4.18 Grafik Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Dari Gambar 4.18 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Sungkur jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. 4.3.2
Saluran Pembawa Sungkur Kanan ( bobot 25,00%) Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan
pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran yang mempunyai dimensi yang berbeda-beda. Komponen penyusun pada saluran pembawa meliputi : profil saluran, bangunan pada saluran, bocoran dan endapan/erosi. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Profil Saluran Sungkur Kanan ( bobot 8,00%)
Profil saluran terbagi menjadi saluran pasangan dan saluran tanah. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi profil saluran pada saluran pembawa jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Table 4.17
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.17 Bobot Kondisi Profil Saluran Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Saluran Pasangan Saluran Tanah
Bobot Komponen 6,00 2,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 60% 65%
75% 70%
70% 68%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 3,60 1,30 4,90
4,50 1,40 5,90
4,20 1,36 5,56
Profil Saluran terbagi atas dua sub komponen yaitu saluran pasangan dan saluran tanah dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 8,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 3,10% pada tahun 2007 sehingga kondisi profil saluran adalah 61,25% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 2,10% maka kondisi profil salurannya 73,75%. Tahun 2009 penurunan bobot yang terjadi sebesar 2,44% sehingga kondisinya 69,50% Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi profil saluran pada Saluran Pembawa Sungkur kanan masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Profil Saluran dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.19
Gambar 4.19 Grafik Kondisi Profil Saluran Sungkur Kanan Dari Gambar 4.19 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen profil saluran jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi naik pada tahun 2008, hal ini karena adanya perbaikan pada dua berturut-turut yaitu tahun 2007 dan tahun 2008 yaitu pada saluran primer Sungkur Kanan, saluran sekunder Sawahan dan saluran sekunder Asem Loro sedangkan pada commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun 2009 mengalami penurunan lagi karena tidak adanya pemeliharaan dan kondisi saluran ada kerusakan disaluran lain. b.
Bangunan Pada Saluran Sungkur Kanan (7,00%) Bangunan pada saluran terbagi menjadi beberapa sub komponen meliputi
talang, gorong-gorong, bangunan terjun, bangunan afvour, guyangan ternak dan jembatan. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bangunan pada saluran pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Talang Syphpon GorongGorong Bangunan Afur Guyangan Ternak Jembatan
Bobot Komponen 2,500 2,500
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik 2007 2008 2009 80% 62% 60% 80% 75% 70%
2007 2,000 2,000
2008 1,550 1,875
2009 1,500 1,750
1,000
85%
80%
60%
0,850
0,800
0,600
0,500
70%
70%
70%
0,350
0,350
0,350
0,250 0,250
60% 70%
60% 70%
50% 70%
0,150 0,175 5,525
0,150 0,175 4,900
0,125 0,175 4,500
Bangunan pada saluran Sungkur Kanan terbagi atas enam sub komponen yaitu talang, siphon, gorong-gorong, bangunan afvour, guyangan ternak dan jembatan. Bangunan pada saluran dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,475%, tahun 2008 sebesar 2,10% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,50%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan pada saluran pembawa Sungkur Kanan tahun 2007 adalah 78,93%, tahun 2008 adalah 70,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 64,29%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan
saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.20
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6 Jembatan
5
Guyangan Ternak
4
Bangunan Afur
3
Bangunan Terjun
2
Gorong-Gorong
1
Talang
0 2007
2008
2009
Gambar 4.20 Grafik Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kanan Dari Gambar 4.20 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pada saluran Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan pada saluran ini sehingga sangat mempengarui terhadap kondisinya. c.
Bocoran Pada Saluran Sungkur Kanan ( bobot 7%)
Bocoran mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena semakin besar bocoran maka akan mengganggu kapasitas debit yang melewati saluran yang berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi., untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.19 Tabel 4.19 Bobot Kondisi Bocoran Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Bocoran
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
Komponen
2007
2008
2009
7,00
75%
72%
70%
2007
2008
2009
5,25
5,04
4,90
5,25
5,04
4,90
Bocoran pada saluran pembawa Sungkur Kanan, dalam kondisi sempurna bangunan pada saluran mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,75%, tahun 2008 sebesar 1,96% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,10%. Sehingga commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan pada saluran pembawa Sungkur Kanan pada tahun 2007 adalah 75,00%, tahun 2008 adalah 72,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 70,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan pada saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.21
5.3 5.2 5.1 Bocoran
5 4.9 4.8 4.7 2007
2008
2009
Gambar 4.21 Grafik Kondisi Bocoran Pada Saluran Sungkur Kanan Dari Gambar 4.21 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bocoran pada saluran Sungkur Kanan mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bocoran pada saluran ini sehingga kebocoran semakin besar. d.
Endapan/Erosi Pada Saluran Sungkur Kanan (bobot 3,00%) Endapan/Erosi menjadi masalah yang besar apabila tidak segera ditangani,
sedimentasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena semakin besar sedimentasi maka berpengaruh terhadap penampang serta kapasitas rencana saluran terhadap bangunan ukur. Sedimentasi mengakibatkan kemungkinan tumbuhnya tanaman liar/gulma pada penambang saluran. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran pembawa jaringan rigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.20 commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.20 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Pada Saluran Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Endapan/Erosi
Bobot Komponen 3,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 70% 65% 50%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 2,10
1,95
1,50
2,10
1,95
1,50
Endapan/ Erosi pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan secara terus menerus yaitu bobot sebesar 1,50% pada tahun 2009, 1,05% pada tahun 2008 dan 0,9% pada tahun 2007. sehingga bobot kondisi lapangan pada tahun 2009 adalah 1,50%, tahun 2008 adalah 1,95% dan tahun 2007 adalah 2,10% ini artinya kondisi sedimentasi pada saluran Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu tahun 2007 kondisinya 70,00%, tahun 2008 kondisinya 65,00% dan tahun 2009 kondisinya 50%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi endapan/erosi pada saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.22
Gambar 4.22 Grafik Kondisi Endapan/Erosi Pada Saluran Sungkur Kanan Dari Gambar 4.19 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik turun dari tahun ke tahun hal ini terjadi karena tingginya tingkat sedimentasi pada jaringan irigasi ini, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap endapan/erosi pada saluran ini. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.3
Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kanan (bobot 25,00%) Bangunan ini berfungsi untuk membagi air irigasi sehingga didapatkan
keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di areal sawah. Bangunan Bagi/Sadap terbagi atas lima sub komponen yaitu pintu sadap dan pengatur, bangunan pengukur debit, tubuh bangunan, sayap dan jalan inspeksi dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 25,00% terhadap jaringan irigasi. Untuk dapat mengetahui kondisi bangunan bagi/sadap pada saluran pada Jaringan Irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.21 Tabel 4.21 Bobot Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Pintu Sadap & Pengatur Bangunan Pengukur Debit Tubuh bangunan Sayap Jalan inspeksi
Bobot Komponen
Kondisi Lapangan
Kondisi fisik 2007 2008 2009
2007
2008
2009
12,00
65%
75%
70%
7,80
9,00
8,40
5,00 6,00 1,00 1,00
70% 80% 80% 70%
65% 75% 70% 70%
65% 70% 65% 70%
3,50 4,80 0,80 0,70 17,60
3,25 4,50 0,70 0,70 18,15
3,25 4,20 0,65 0,70 17,20
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 7,80% pada tahun 2009 dan sehingga bobot kondisinya menjadi 17,20% ini artinya bangunan bagi/sadap pada jaringan irigasi Sungkur Kanan kondisinya 68,80% sedangkan pada tahun 2008 penurunan bobotnya sebesar 6,85% sehingga bobot kondisi bangunan bagi sadap menjadi 18,15% berarti kondisi lapangannya 72,60 %, sedangkan pada tahun 2007 penurunan bobot sebesar 7,40% maka kondisi lapangannya 70,40% ada penurunan dibanding tahun 2008. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup, yaitu nilai kondisi dibawah 80,00%. Adapun kecenderungan kondisi bangunan bagi /sadap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.23.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jalan inspeksi Sayap Tubuh bangunan Bangunan Pengukur Debit Pintu Sadap & Pengatur
2007
2008
2009
Gambar 4.23 Grafik Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kanan Dari Gambar 4.23 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik naik pada tahun 2008 , hal ini karena pada tahun tersebut ada kegiatan perbaikan pintu BSK2 pada saluran primer Sungkur Kanan dan BSK4 pada saluran sekunder Bedrek dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2008 hal ini karena tidak ada perbaikan tahun berikutnya dibarengi dengan kerusakan bangunan bagi/sadap lainnya. 4.3.4
Saluran Pembuang Sungkur Kanan ( bobot 10,00%) Saluran pembuang ini berfungsi untuk membuang atau mengalirkan
kelebihan air dari petak sawah dan mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai. sehingga kelebihan air tersebut tidak akan merusak tanaman pertanian, saluran pembuang ini terbagi dari sub komponen erosi/sedimentasi dan sub komponen profil saluran pembuang itu sendiri. Untuk dapat mengetahui kondisi saluran pembuang pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.22 Tabel 4.22 Bobot Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kanan. Nama Sub Komponen
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
Erosi & Sedimentasi
6,00
70%
65%
60%
4,20
3,90
3,60
Profil saluran
4,00
70%
70%
65%
2,80
2,80
2,60
7,00
6,70
6,20
Saluran pembuang pada suatu jaringan irigasi dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 10,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot to user dari tahun ke tahun. Tahun 2007commit sebesar 3,00% ,tahun 2008 sebesar 3,30%
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan tahun 2009 sebesar 3,80%. sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ke tahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 62,00%, tahun 2008 adalah 67,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 70%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi saluran pembuang pada saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24 Grafik kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kanan Dari Gambar 4.24 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik kondisi saluran pembuang terus mengalami penurunan, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan terutama adanya endapan/erosi pada saluran pembuang. 4.3.5
Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kanan (bobot 5,00%) Bangunan pada saluran pembuang terbagi atas dua sub komponen yaitu sub
komponen pintu pengatur dan sub komponen tubuh bangunan. Bangunan ini berupa gorong-gorong dan pintu pembuang untuk mengalirkan kelebihan air dari saluran irigasi. Untuk mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembuang pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.23
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.23 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kanan Nama Sub Komponen Pintu Pengatur Tubuh bangunan
Bobot
Kondisi fisik
Bobot Kondisi Lapangan 2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
3,00
65%
65%
60%
1,95
1,95
1,80
2,00
80%
75%
70%
1,60
1,50
1,40
3,55
3,45
3,20
Saluran pembuang dalam kondisi sempurna pada jaringan irigasi Sungkur Kanan mempunyai bobot 5,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,45% ,tahun 2008 sebesar 1,55% sedangkan tahun 2009 sebesar 1,80%. sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ke tahun. Kondisi bangunan pada saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 64,00%, tahun 2008 adalah 69,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 71,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bocoran pada saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.25.
Gambar 4.25 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kanan Dari Gambar 4.25 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik kondisi bangunan pada saluran pembuang saluran Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.6
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Kondisi jaringan irigasi Sungkur Kanan merupakan gabungan dari sub-sub
komponen penyusun komponen pada jaringan irigasi Sungkur Kanan. Komponen tersebut meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran pembuang dan bangunan pada saluran pembuang. Masing-masing nilai kondisi komponen dijumlah sehinggaa nilai totalnya merupakan nilai kondisi existing dari jaringan tersebut. Untuk mengetahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri dapat dilihat pada Tabel 4.24 Tabel 4.24 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Kondisi Lapangan
Komponen 2007
2008
2009
Bangunan Utama Bendung Sunkur
27,34 % 26,48 %
25,55 %
Saluran Pembawa
15,35 % 14,99 %
14,40 %
Bangunan Bagi/Sadap
17,60 % 18,15 %
17,20 %
Saluran Pembuang
3,00 %
3,30 %
3,80 %
Bang. Pada Sal. Pembuang
3,55 %
3,45 %
3,20 %
66,84 % 66,37 %
64,15 %
Dari tabel analisa diatas kondisi jaringan irigasi Sungkur Kanan pada kondisi sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan irigasi Sungkur Kanan memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun 2007 kondisinya sebesar 66,84% mengalami penurunan sebesar 23,16%, pada tahun 2008 kondisinya menjadi 66,37% mengalami penurunan 23,63% dan terakir tahun 2009
kondisinya menjadi 64,85% mengalami penurunan 32,15%. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.26
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
70 60
Bang. Pada Sal. Pembuang
50
Saluran Pembuang
40
Bangunan Bagi/Sadap
30
Saluran Pembawa
20
Bangunan Utama
10 0 2007
2008
2009
Gambar 4.26 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Dari gambar diatas terlihat dari tahun 2007 s/d tahun 2009 kecenderungan jaringan irigasi Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun pada jaringan irigasi Sungkur Kanan tersebut telah dilakukan upaya pemeliharaan, hal ini karena kerusakan terus terjadi setiap tahun tetapi pemeliharaannya tidak dilakukan secara menyeluruh.
4.4.
Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Jaringan Irigasi Sungkur Duncak merupakan bagian dari Jaringan Irigasi
Sungkur Kiri yang memanfaatkan kali/afvour Duncak untuk mencukupi kebutuhan irigasi melalui Bendung Duncak. Kondisi Jaringan disajikan bobot komponen utama yang terbagi menjadi beberapa sub komponen. Distribusi prosentase bobot komponen bangunan dan sub komponen dalam kondisi standart sesuai dengan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 Jaringan Irigasi Sungkur Duncak dapat terlihat pada Gambar 4.27
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bang. Pengambilan 12%
Bang. Penguras
Bendung Tetap
35%
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
100 %
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
Bang. Pd Sal.
25%
25%
Pintu /Pintu Banjir
5%
Endapan Lumpur
3%
Pengukur Debit
3%
Papan Exploitasi
1%
Pintu
4%
Endapan Lumpur
2%
Mercu
5%
Ruang Olakan
4%
Papan Skala
1%
Sayap
2%
Koperan
2%
Jembatan Utama
1%
Rmh PPA/Gedung
1%
Gawat Banjir
1%
Profil Saluran
8%
Bang. Pd Sal.
7%
6%
10%
4%
3%
Profil Saluran
15%
Bocoran
7%
Erosi/Sedimentasi
3%
Pintu Sadap& Pengatur
12%
Tubuh Bangunan
6%
Bang. Pengukur Debit
5%
Sayap
1%
Jalan Inspeksi
1%
Erosi & Sedimentasi
6%
Profil Saluran
4%
Pintu Pengatur
3%
Tubuh Bangunan
2%
10%
5%
Gambar 4.27 Distribusi Komponen dan bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Kondisi Standart (Anonim, 1999) commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.1
Bangunan Utama Bendung Duncak Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air pada Jaringan
Irigasi Sungkur Kiri Duncak adalah kali/afvour Duncak yang merupakan buangan dari saluran sekunder Sumoroto, dimana dalam pengawasannya menjadi satu kejuron yaitu Kejoron Sungkur Kiri. Jaringan Sungkur Kiri Duncak terdiri hanya satu saluran sekunder yaitu saluran sekunder Duncak. Bangunan utama berupa bendung tetap Duncak dimana bobot kondisi bangunan utama bendung Duncak dapat dilihat pada Tabel 4.25 a.
Bangunan Pengambilan Bendung Duncak (bobot 12,00%)
Tabel 4.25 Bobot Kondisi Bangunan Pengambilan Nama Sub Komponen Pintu Endapan/ Lumpur Pengukur debit Papan Eksploitasi
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2007
2008
2009
Komponen
2007
2008
2009
5,00
80%
75%
70%
4,00
3,75
3,50
3,00
65%
65%
50%
1,95
1,95
1,50
3,00
70%
70%
70%
2,10
2,10
2,10
1,00
0%
0%
0%
0,00
0,00
0,00
8,05
7,80
7,10
Bangunan pengambilan bendung tetap terbagi atas empat sub komponen yaitu bangunan pintu , endapan/lumpur, pengukur debit dan bangunan papan eksploitasi dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 12,00% terhadap bangunan utama. didapatkan dari pembagian bobot kondisi lapangan dibandingkan dengan bobot kondisi standar kemudian dikalikan dengan seratus persen. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 3,90%, tahun 2008 sebesar 4,20% sedangkan tahun 2009 sebesar 4,90%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan pengambilan pada bending Duncak pada tahun 2007 adalah 67,08%, tahun 2008 adalah 65,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 59,17%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pengambilan dari tahun 2007 s/d commit to user 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.28.
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Papan Eksploitasi Pengukur debit Endapan/Lumpur Pintu
2007
2008
2009
Gambar 4.28 Grafik Kondisi Bangunan Pengambilan Bendung Duncak Dari Gambar 4.28 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pengambilan bendung Duncak dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. b.
Tubuh Bendung Duncak ( bobot 10,00%) Tubuh bendung terbagi atas tiga sub komponen yaitu mercu, ruang olakan
dan papan skala dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 10% terhadap bangunan utama. Tabel 4.26 Bobot Kondisi Bangunan Tubuh Bendung Duncak Nama Sub Komponen Mercu Ruang olakan Papan Skala
Bobot Komponen 5,00 4,00 1,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 72% 70% 65% 65% 60% 50% 70% 70% 70%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 3,60 3,50 3,25 2,60 2,40 2,00 0,70 0,70 0,70 6,90 6,60 5,95
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 3,10%, tahun 2008 sebesar 3,40% sedangkan tahun 2009 sebesar 4,05%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan pengambilan pada bendung Duncak pada tahun 2007 adalah 69,00%, tahun 2008 adalah 66,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 59,50%.Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum commit to user tahun 1999 maka kondisi tubuh
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bendung masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi tubuh bendung dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.29
7 6 5
Papan Skala
4
Ruang olakan
3
Mercu
2 1 0 2007
2008
2009
Gambar 4.29 Grafik Kondisi Tubuh Bendung Duncak Dari Gambar 4.29 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen tubuh bendung Duncak dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini c.
Bangunan Penguras Bendung Duncak (6,00%) Bangunan Penguras pada bendung Duncak terbagi atas dua sub komponen yaitu
pintu penguras dan endapan lumpur, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 6% terhadap bangunan utama. Tabel 4.27 Bobot Kondisi Bangunan Penguras Bendung Duncak Nama Sub Komponen Pintu penguras Endapan lumpur
Bobot
Bobot Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
Komponen
2007
2008
2009
2007
2008
2009
4,00
65%
65%
65%
2,60
2,60
2,60
2,00
70%
65%
60%
1,40
1,30
1,20
4,00
3,90
3,80
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2%, tahun 2008 sebesar 2,10% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,20%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan penguras pada bendung Duncak pada tahun 2007 adalah 66,67%, tahun 2008 adalah 65,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
63,33%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.30
4 3.5 3 2.5
Endapan lumpur
2
Pintu penguras
1.5 1 0.5 0 2007
2008
209
Gambar 4.30 Grafik Kondisi Bangunan Penguras Dari Gambar 4.30 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Duncak dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. d.
Bangunan Sayap Bendung Duncak ( bobot 4,00%)
Tabel 4.28 Bobot Kondisi Bangunan Sayap Bendung Duncak Nama Sub Komponen Sayap Koperan
Bobot Komponen 2,00 2,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 70% 55% 50% 80% 70% 60%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 1,40 1,60 3,00
1,10 1,40 2,50
1,00 1,20 2,20
Bangunan sayap pada bendung Duncak terbagi atas dua sub komponen yaitu sayap dan koperan, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 4,00% terhadap bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,00%, tahun 2008 sebesar 1,50% sedangkan tahun 2009 sebesar 1,80%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun commit to userpada tahun 2007 adalah 75,00%, kondisi bangunan sayap pada bendung Duncak
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun 2008 adalah 62,50% sedangkan tahun 2009 kondisi bangunan sayap sebesar 55%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan sayap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.31.
3 2.5 2
Koperan
1.5
Sayap
1 0.5 0 2007
2008
2009
Gambar 4.31 Grafik Kondisi Bangunan Sayap Bendung Duncak Dari Gambar 4.31 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan sayap bendung Duncak dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini. e.
Bangunan Pelengkap Bendung Duncak (3,00%) Bangunan Pelengkap bendung pada bendung Duncak terbagi atas tiga sub
komponen yaitu jembatan utama, rumah PPA dan gawat banjir. Bangunan ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00% terhadap bangunan utama. Tabel 4.29 Bobot Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Duncak Nama Sub Komponen Jembatan utama Rumah PPA Gawat Banjir
Bobot Komponen 1,00 1,00 1,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008
75% 0% 45%
0,75 0,00 0,45 1,20
70% 0% 45%
70% 0% 45%
commit to user
0,70 0,00 0,45 1,15
0,70 0,00 0,45 1,15
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil analisa selama tiga tahun pada tahun 2007 terjadi penurunan bobot sebesar 1,80% sehingga bobot kondisi lapangannya 1,20% ini artinya kondisi bangunan pelengkap bendung pada bendung Duncak adalah 44%, sedangkan pada tahun 2008 dan tahun 2009 penurunan bobotnya sebesar 1,85% berarti kondisi bangunan pada bangunan pelengkap bendung sebesar 38,33%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori rusak. Adapun kecenderungan kondisi
bangunan pelengkap bendung dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.32
1.2 1 0.8
Gawat Banjir
0.6
Rumah PPA Jembatan utama
0.4 0.2 0 2007
2008
2009
Gambar 4.32 Grafik Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Duncak Dari Gambar 4.32 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pelengkap
bendung Duncak dalam
kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini, karena kerusakan yang terlalu berat rumah PPA dirobohkan sehingga sangat mempengarui keberadaan dari bangunan pelengkap bendung Duncak ini. 4.4.2
Saluran Pembawa Sungkur Duncak Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan
pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran yang mempunyai dimensi yang berbeda-beda. Komponen penyusun pada saluran pembawa meliputi profil saluran, bangunan pada saluran, bocoran dan endapan/erosi. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Profil Saluran Sungkur Duncak ( bobot 8,00%)
Profil saluran terbagi menjadi saluran pasangan dan saluran tanah. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi profil saluran pada saluran pembawa sekunder Duncak dilihat pada Table 4.30 sebagai berikut. Tabel 4.30 Bobot Kondisi Profil Saluran Duncak Bobot
Nama Sub Komponen Saluran Pasangan Saluran Tanah
Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
Komponen
2007
2008
2009
6,00 2,00
60% 70%
80% 70%
60% 70%
2007
2008
2009
3,60 1,40
4,80 1,40
3,60 1,40
5,00
6,20
5,00
Profil Saluran terbagi atas dua sub komponen yaitu saluran pasangan dan saluran tanah dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 8,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 3,00% pada tahun 2007 sehingga kondisi profil saluran adalah 62,50% sedangkan pada tahun 2008 penurunan sebesar 1,80% maka kondisinya 77,50%. Untuk tahun 2009 penurunan bobotnya mencapai 3,00% sehingg kondisi profil saluran adalah 62,50%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi profil saluran pada Saluran Pembawa Sungkur kanan masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Profil Saluran dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.33
7 6 5 4 3 2 1 0
Saluran Tanah Saluran Pasangan
2007
2008
2009
Gambar 4.33 Grafik Kondisi Profil Saluran Sungkur Duncak Dari Gambar 4.33 didapatkan grafik kondisi profil saluran mengalami kenaikan pada commit to user tahun 2008 hal ini karena ada kegiatan perbaikan saluran pada tahun sebelumnya
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimana kondisinya terdapat banyak kerusakan saluran. Kemudian tahun 2009 kondisi profil saluran mengalami penurunan lagi, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan pada bangunan saluran Duncak pada tahun tersebut, padahal terdapat kerusakan lain pada saluran tersebut b.
Bangunan Pada Saluran Sungkur Duncak ( bobot 7,00%)
Bangunan pada saluran terbagi menjadi beberapa sub komponen meliputi talang, gorong-gorong, bangunan terjun, bangunan afvour, guyangan ternak dan jembatan. Bangunan ini dibangun akibat keadaan atau kondisi lapangan yang mengharuskan adanya bangunan tersebut sehingga saluran tersebut dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bangunan pada saluran sekunder Duncak pada Tabel 4.31 Tabel 4.31 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Duncak Nama Sub Komponen Talang GorongGorong Bangunan Afur Guyangan Ternak Jembatan
Bobot Komponen 2,00
Kondisi Lapangan 2009 2007 2008
Kondisi fisik 2007 2008 2009 75% 73% 70%
1,50
1,46
1,40
2,00 1,00
75% 70%
72% 70%
70% 70%
1,50 0,70
1,44 0,70
1,40 0,70
1,00 1,00
60% 65%
60% 65%
60% 65%
0,60 0,65 4,95
0,60 0,65 4,85
0,60 0,65 4,75
Bangunan pada saluran Sungkur Duncak terbagi atas enam sub komponen, dalam kondisi sempurna bangunan pada saluran mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2,05%, tahun 2008 sebesar 2,15% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,25%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan pada saluran Duncak pada tahun 2007 adalah 70,71%, tahun 2008 adalah 69,29% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 67,86%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pada saluran Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.34 commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5
Jembatan
4
Guyangan Ternak Bangunan Afur GorongGorong
3 2 1 0 2007
2008
2009
Gambar 4.34 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Duncak Dari Gambar 4.34 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen bangunan pada saluran Duncak mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan pada saluran ini c.
Bocoran Pada Saluran Sungkur Duncak ( bobot 7,00%) Bocoran mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa,
karena semakin besar bocoran maka akan mengganggu kapasitas debit yang melewati saluran yang berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi., untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran Duncak dilihat pada Tabel 4.30 Tabel 4.32 Bobot Kondisi Bocoran Saluran Sungkur Duncak Nama Sub Komponen Bocoran
Bobot Komponen 7,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 80% 70% 65%
Bobot Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 5,60
4,90
4,55
5,60
4,90
4,55
Bocoran pada Saluran Sungkur Duncak, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,40%, tahun 2008 sebesar 2,10% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,45%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bocoran pada saluran Duncak pada tahun 2007 adalah 80,00%, tahun 2008 adalah 70,00% sedangkan tahun 2009 kondisi commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saluran pembuang sebesar 65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi pada tahun 2007 masuk katagori baik sedangkan pada tahun 2008 dan tahun 2009 masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bocoran pada saluran Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.35
Gambar 4.35 Grafik Kondisi Bocoran Saluran Sungkur Duncak Dari Gambar 4.35 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik komponen Bocoran pada saluran Duncak mengalami penurunah dari kategori baik pada tahun 2007 menjadi katagori cukup pada atahun berikutnya , hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bocoran pada saluran ini. d.
Endapan/Erosi Saluran Sungkur Duncak( bobot 3,00%) Endapan/Erosi menjadi masalah yang besar apabila tidak segera ditangani,
sedimentasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena semakin besar sedimentasi maka berpengaruh terhadap penampang serta kapasitas rencana saluran terhadap bangunan ukur. Sedimentasi mengakibatkan kemungkinan tumbuhnya tanaman liar/gulma pada penambang saluran. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran pada Saluran Duncak dilihat pada Tabel 4.33
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.33 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Duncak Bobot
Nama Sub Komponen
Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
2009
Komponen
2007
2008
2009
2007
3,00
65%
60%
55%
1,95
1,80
1,65
1,95
1,80
1,65
Endapan/Erosi
2008
Endapan/ Erosi pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan secara terus menerus yaitu bobot sebesar 1,35% pada tahun 2009, 1,20% pada tahun 2008 dan 1,05% pada tahun 2007. sehingga bobot kondisi lapangan pada tahun 2009 adalah 1,65%, tahun 2008 adalah 1,80% dan tahun 2007 adalah 1,95% ini artinya kondisi sedimentasi pada saluran Duncak dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu tahun 2009 kondisinya 55,00%, tahun 2008 kondisinya 60,00% dan tahun 2007 kondisinya 65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi endapan/erosi pada saluran Sungkur Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.36
2 1.9 1.8 Endapan/Erosi
1.7 1.6 1.5 1.4 2007
2008
2009
Gambar 4.36 Grafik Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Duncak Dari Gambar 4.36 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik turun dari tahun ke tahun hal ini terjadi karena tingginya tingkat sedimentasi pada saluran irigasi ini, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap endapan/erosi pada saluran ini commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.3
Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Duncak ( bobot 25,00%) Bangunan ini berfungsi untuk membagi air irigasi sehingga didapatkan
keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di areal sawah. Bangunan Bagi/Sadap terbagi atas lima sub komponen yaitu pintu sadap dan pengatur, bangunan pengukur debit, tubuh bangunan, sayap dan jalan inspeksi dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 25,00% terhadap Jaringan Irigasi. Untuk dapat mengetahui kondisi bangunan bagi/sadap pada saluran Sungkur Duncak pada Table 4.34 Tabel 4.34 Bobot Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Duncak Nama Sub Komponen Pintu Sadap & Pengatur Bangunan Pengukur Debit Tubuh bangunan Sayap Jalan inspeksi
Bobot Komponen
Kondisi Lapangan
Kondisi fisik 2009 2008 2007
2007
2008
2009
12,00
65%
68%
65%
7,80
8,16
7,80
5,00
65%
70%
75%
3,75
3,50
3,25
6,00 1,00 1,00
65% 70% 70%
65% 75% 70%
70% 75% 70%
4,20 0,75 0,70 17,20
3,90 0,75 0,70 17,01
3,90 0,70 0,70 16,35
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot kondisi secara terus menerus pada bangunan bagi/sadap yaitu bobot sebesar 8,65% pada tahun 2009, 7,99% pada tahun 2008 dan 7,08% pada tahun 2007.
sehingga bobot kondisi
lapangan pada tahun 2009 adalah 16,35%, tahun 2008 adalah 17,01% dan tahun 2007 adalah 16,35% ini artinya kondisi sedimentasi pada saluran Duncak dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu tahun 2009 kondisinya 65,4%, tahun 2008 kondisinya 68,04% dan tahun 2007 kondisinya 68,80%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup, yaitu nilai kondisi dibawah 80%. Adapun kecenderungan kondisi bangunan bagi /sadap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.37
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
18 16 14
Jalan inspeksi
12
Sayap
10
Tubuh bangunan
8
Bangunan Pengukur Debit
6
Pintu Sadap & Pengatur
4 2 0 2007
2008
2009
Gambar 4.37 Grafik Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Duncak Dari Gambar 4.37 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik kondisi bangunan bagi/sadap mengalami penurunan, meskipun pada tahun 2008 dilakukan perbaikan pada pintu penguras saluran Duncak, hal ini menunjukkan masih perlu dilakukannya pemeliharaan yang menyeluruh terhadap bangunan bagi/sadap pada saluran Sungkur Duncak supaya kondisinya lebih baik dari tahun sebelumnya. 4.4.4
Saluran Pembuang Sungkur Duncak ( bobot 10,00%) Saluran pembuang ini berfungsi untuk membuang atau mengalirkan
kelebihan air dari petak sawah dan mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai. sehingga kelebihan air tersebut tidak akan merusak tanaman pertanian, Saluran pembuang ini terbagi dari sub komponen erosi / sedimentasi dan sub komponen profil saluran pembuang itu sendiri. Untuk dapat mengetahui kondisi
saluran
pembuang pada saluran Sungkur Duncak dilihat pada Tabel 4.35 Tabel 4.35 Bobot Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Duncak. Bobot
Kondisi Lapangan
Kondisi fisik
Nama Sub Komponen
Komponen
2007
2008
2009
Erosi & Sedimentasi
6,00
75%
70%
65%
4,05
4,20
3,90
Profil saluran
4,00
75%
75%
75%
3,00
3,00
3,00
7,50
7,20
6,90
commit to user
2007
2008
2009
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Saluran pembuang pada suatu jaringan irigasi dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 10,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2,50% ,tahun 2008 sebesar 2,80% sedangkan tahun 2009 sebesar 3,10%. sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 69,00%, tahun 2008 adalah 72,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 75,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi saluran pembuang pada saluran Sungkur Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.38
8 7 6 5
Profil saluran
4
Erosi & Sedimentasi
3 2 1 0 2007
2008
2009
Gambar 4.38 Grafik Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Duncak Dari Gambar 4.38 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik terus mengalami penurunan, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan dan juga pengerukan pada saluran pembuang akibat sedimentasi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 4.4.5
Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Duncak (bobot 5,00%) Bangunan pada saluran pembuang terbagi atas dua sub komponen yaitu sub
komponen pintu pengatur dan sub komponen tubuh bangunan. Bangunan ini berupa gorong-gorong dan pintu pembuang untuk mengalirkan kelebihan air dari saluran irigasi. Untuk mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembuang pada Jaringan Irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.36 commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.36 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Duncak Nama Sub Komponen Pintu Pengatur Tubuh bangunan
Bobot Komponen 3,00 2,00
Kondisi fisik 2007 2008 2009 80% 80% 75%
Kondisi Lapangan 2009 2007 2008 2,40 2,40 2,25
80%
1,60 4,00
75%
70%
1,50 3,90
1,40 3,65
Bangunan pada saluran pembuang dalam kondisi sempurna pada jaringan irigasi Sungkur kiri mempunyai bobot 5,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,00% ,tahun 2008 sebesar 1,18% sedangkan tahun 2009 sebesar 1,35%. sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 73,00%, tahun 2008 adalah 78,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 80,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi bangunan pada saluran pada tahun 2008 dan tahun 2009 masuk katagori cukup, sedangkan pada tahun 2007 masuk katagori kondisi baik. Adapun kecenderungan
kondisi
bocoran pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.39
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Tubuh bangunan Pintu Pengatur
2007
2008
2009
Gambar 4.39 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Duncak Dari Gambar 4.39 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungan grafik kondisi bangunan saluran pembuang pada saluran Sungkur Duncak mengalami penurunan. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.6
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak merupakan gabungan dari sub-sub
komponen penyusun komponen pada jaringan irigasi Sungkur Duncak. Komponen tersebut meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran pembuang dan bangunan pada saluran pembuang. Masing-masing nilai kondisi komponen dijumlah sehinggaa nilai totalnya merupakan nilai kondisi existing dari jaringan tersebut. Untuk mengetahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak dapat dilihat pada Tabel 4.37 Tabel 4.37 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Kondisi Lapangan
Komponen 2007
2008
2009
Bangunan Utama Bendung Duncak
23,15 %
21,95 %
20,20 %
Saluran Pembawa
17,50 %
17,75 %
15,95 %
Bangunan Bagi/Sadap
17,20 %
17,01 %
16,35 %
7,50 %
7,20 %
6,90 %
4,00 %
3,90 %
3,65 %
69,35 %
67,81 %
63,05 %
Saluran Pembuang Bang. Pada Sal. Pembuang
Dari tabel analisa diatas kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak pada kondisi sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan irigasi Sungkur Duncak memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun 2007 kondisinya sebesar 69,35% mengalami penurunan sebesar 30,65%, pada tahun 2008 kondisinya menjadi 67,81% mengalami penurunan 32,19% dan terakir tahun 2009 kondisinya menjadi 63,05% mengalami penurunan 36,95%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.40
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
70 60
Bang. Pada Sal. Pembuang
50
Saluran Pembuang
40
Bangunan Bagi/Sadap
30
Saluran Pembawa
20
Bangunan Utama
10 0 2007
2008
2009
Gambar 4.40 Kondisi jaringan Irigasi Sungkur Duncak Dari gambar diatas terlihat dari tahun 2007 s/d tahun 2009 kecenderungan jaringan irigasi Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun pada jaringan irigasi Sungkur Duncak tersebut telah dilakukan upaya pemeliharaan, hal ini karena kerusakan terus terjadi setiap tahun tetapi pemeliharaannya tidak dilakukan secara menyeluruh.
4.5.
Evaluasi Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Secara Keseluruhan Jaringan irigasi Sungkur secara keseluruhan merupakan gabungan dari tiga
pengambilan yaitu free intake Sungkur yang lebih dikenal dengan jaringan irigasi Sungkur Kiri, Bendung Duncak yang air nya diambil dari kali/avfour Duncak dikenal dengan jaringan irigasi sekunder Sungkur Duncak yang merupakan terusan dari saluran
sekunder
Sumoroto
yang
berasal
dari
Sungai
Sungkur.
Dalam
pengawasannya kedua pengambilan ini masuk dalam Kejuron Sungkur Kiri UPT DPU Ponorogo cabang Sumoroto. Total baku sawah yang dilayani seluas 1579 Ha terbagi atas jaringan irigasi Sungkur kiri seluas 1127 Ha sedangkan jaringan irigasi Sungkur Duncak seluas 452 Ha. Sedangkan pengambilan yang ketiga melalui Bendung Sungkur yang lebih dikenal dengan jaringan irigasi Sungkur Kanan. Pengwasan jaringan irigasi Sungkur Kanan masuk dalam Kejuron Sungkur Kanan, dimana luas daerah layanannya mencapai 1486 Ha. Untuk mengetahui kondisi keseluruhan dari kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah dengan menggabungkan ketiga jaringan yangcommit ada yaitu jaringan irigsi Sungkur Kiri, Sungkur to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kanan dan Sungkur Duncak didasarkan pada luas baku sawahnya. Untuk mengetahui kondisinya dapat dilihat pada Tabel 4.38 Tabel 4.38 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kondisi Lapangan
Komponen 2007
2008
2009
Bangunan Utama
26,84 %
25,53 %
24,38 %
Saluran Pembawa
16,61 %
16,51 %
15,50 %
Bangunan Bagi/Sadap Saluran Pembuang
17,71 % 5,36 %
17,87 % 5,20 %
16,87 % 5,21 %
3,75 %
3,65 %
3,43 %
70,26 %
68,76 %
65,40 %
Bang. Pada Sal. Pembuang
Kondisi jaringan irigasi Sungkur pada kondisi sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan irigasi Sungkur memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun 2007 kondisinya sebesar 70,26% mengalami penurunan sebesar 29,74%, pada tahun 2008 kondisinya menjadi 68,76% mengalami penurunan 31,24% dan terakir tahun 2009 kondisinya menjadi 65,40% mengalami penurunan 34,60%. Dari tabel ditunjukkan hampir semua komponen yang ada pada jaringan irigasi Sungkur dari tahun ke tahun mengalami penurunann kondisi meskipun dalam waktu kurun tiga tahun ada pemeliharaan terhadap komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur. Kecuali pada komponen bangunan bagi/sadap pada tahun 2008 mengalami kenaikan kondisi. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi jaringan irigasi Sungkur keseluruhan masuk katagori cukup. Kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun ada upaya perbaikan dan pemeliharaan dari instansi yang terkait. Hal ini akibat tidak maksimalnya pemeliharaan pada jaringan irigasi Sungkur. Akibatnya yang terjadi meskipun ada upaya pemeliharaan tiap tahunnya, kondisi tetap menurun akibat timbulnya kerusakan baru yang tidak tertangani secara cepat dari tahun ke tahun, sehingga kerusakan bisa menumpuk yang berakibat pada penurunan kondisi dari jaringan irigasi Sungkur tersebut. Adapun kondisi jaringan irigasi Sungkur keseluruhan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.41 di bawah ini : commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
80 70 60 50 40
3.75 5.36
3.65 5.20
17.71
3.43 5.21
17.87
16.87
16.61
16.51
15.50
25.53
24.38
30 20 10
26.84
Bangunan Utama Saluran Pembawa Bangunan Bagi/Sadap Saluran Pembuang
0 2007
2008
2009
Bang. Pada Sal. Pembuang
Gambar 4.41 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Keseluruhan Diperlukan penanganan yang cepat setiap ada kerusakan komponen maupun sub komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur dari instansi yang terkait untuk tetap mempertahankan kondisi yang ada. Tabel diagram distribusi terhadap komponen dan sub komponen pada jaringan irigasi Sungkur Kiri tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.42. Secara keseluruhan hasil penelitihan diagram distribusi komponen dan sub komponen jaringan irigasi Sungkur meliputi Sungkur Kiri, Sungkur Kanan dan Sungkur Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 selebihnya dapat dilihat pada Lampiran S-8. Analisa untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur secara keseluruhan dari tahun 2007 s/d 2009 ditunjukkan pada Tabel 4.39 dan analisa selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran R-28 Tabel Penilaian Jaringan Irigasi Sungkur.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2007
Bang. Pengambilan
Free Intake
27,65
22,60
Sayap
Jaringan Utama
17,93
75,13
Bang Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
B. Pd Sal. Pembuang
18,05
17,00
Pengukur debit
4,25
Papan Exploitasi
1,40
Sayap
2,10
Koperan
1,40
Jembatan Utama
0,70
Rumah PPA
0,40
Gawat Banjir
1,50
Profil Saluran
5,50
Bangunan pd Sal.
5,38
3,50
Bang. Pelengkap
Sal. Pembawa
Pintu Intake
1,50
Profil Saluran
10,88
Bocoran
5,25
Erosi/Sedimentasi
1,80
Pintu Sadap& Pengatur
7,80
Tubuh Bangunan
4,00
Bang. Pengukur Debit
4,80
Sayap
0,75
Jalan Inspeksi
0,70
Erosi&Sedimentasi
4,70
Profil Saluran
3,40
Pintu Pengatur
2,40
Tubuh Bangunan
1,50
7,60
3,90
Gambar 4.42 Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun 2007
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
Tabel 4.39 Analisa Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri BANGUNAN UTAMA
2009
JENIS BANGUNAN/SALURAN NO
1.
A.FREE BENDU INTA NG K GERA E K (BANGUNAN UTAMA) (35%)
c. Papan eksploitasi
(5%)
(2%)
Sayap (5%) a. Sayap (3%)
b. Koperan (2%)
3.
Nilai Bobot
Hasil Inventarisasi
BAIK
CUKUP
RUSAK
Kondisi rata-rata aspek dibawah : 80%-100%
Kondisi rata-rata aspek dibawah: 50%-79%
Kondisi rata-rata aspek dibawah: 0%-49%
Kerusakan
Kondisi Standar
Lapang an
Turun
Bangunan Pengambilan (27%) a. Pintu intake (20%)
b. Pengukur debit
2.
STANDAR
Bangunan Pelengkap (3%) a. Jembatan (1%)
b. Rumah PPA/Gudang/BM (1%)
c. Gawat Banjir (1%)
- Semua pintu mudah dioperasikan - Semua daun pintu terpasang tidak bocor/utuh - Terdapat atap pelindung pintu - Pengaman pintu dan tembok penahan banjir (banjir skerm/ skimming wall) - Terdapat sarana pengukur debit yang kondisi fisik dan hidroliknya berfungsi baik - Dilengkapi tabel pembacaan debit - Dilengkapi papan duga (peilschaal) pada posisi benar
- Sebagian pintu tidak dapat dioperasikan - Daun pintu ada kebocoran kecil - Atap pelindung dan pengaman pintu sebagian ada yang rusak
- Semua pintu tidak dapat dioperasikan - Daun pintu rapuh/bocor - Tidak terdapat pelindung dan pengaman pintu intake
- Pintu dalam kondisi baik, tidak ada kerusakan, stang dapat beroperasi dengan baik, olie diberikan secara rutin dan ada kebocoran kecil
70%
20
14
6
- Sarana pengukur debit kurang akurat - Tidak terdapat papan duga (peilschaal)
- Sarana pengukuran debit tidak
- Sarana pengukur debit berfungsi baik, dilengkapi dengan papan duga, angka kabur bagian dasar tak terlihat
77%
5
3.85
1.15
- Papan operasi bendung cukup baik tetapi pengisian datanya tidak rutin
70%
2
1.4
0.6
berfungsi - Kondisi fisik dalam keadaan rusak - Tidak terdapat sarana pengukuran debit dan papan duga - Tidak terdapat papan operasi bendung
- Terdapat papan operasi bendung yang masih baik - Papan tersebut selalu diisi data
- Terdapat papan operasi bendung yang masih baik - Papan tersebut tidak/jarang
- Konstruksi sayap masih baik - Lubang rembesan (wheephole) berfungsi baik
- Konstruksi sayap dalam keadaan utuh tetapi terdapat beberapa retakan - Lubang rembesan tidak berfungsi
- Terdapat banyak retakan / patahan - Lubang rembesan tidak berfungsi
- Konstruksi bangunan dalam kondisi baik dan tidak terdapat retakan
77%
3
2.31
0.69
- Tidak ada gerusan pada koperan
- Terdapat gerusan pada koperan tetapi tidak membahayakan sayap
- Terdapat gerusan pada koperan yang membahayakan sayap
- Dalam kondisi baik, tidak terdapat gerusan
80%
2
1.6
0.4
- Terdapat jembatan diatas bendung ( apabila bendung tersebut mempunyai dua intake/ penguras kanan kiri)
- Jembatan diatas bendung mengalami rusak ringan
- Jembatan tidak ada ( bila ada dua pintu pengambilan/intake/ penguras kanan-kiri) - Jembatan tidak dapat dilalui
- Jembatan dalam kondisi baik dapat dilaui kendaraan ber motor, aspal terkelupas
65%
1
0.65
0.35
- Terdapat rumah PPA - Terdapat gudang penyimpanan (stoplog, olie dan lain-lain) - Terdapat BM (bench mark) - Alat komunikasi ada dalam keadaan baik/dapat digunakan - Alat darurat ada, cukup
- Rumah PPA mengalami kerusakan ringan - BM sudah goyang/rusak
- Tidak terdapat rumah PPA dan gudang penyimpanan
- Kondisi sangat rusak, genteng bocor, pintu jendela hilang sangat tidak terawat
30%
1
0.3
0.7
- Alat komunikasi ada dalam keadaan baik - Alat darurat ada terbatas
- Tidak ada alat komunikasi - Alat darurat tidak ada
- Karena kondisi rumah PPA rusak maka tidak tersedia peralatan gawat banjir yang memadai
40%
1
0.4
0.6
35
24.51
10.49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Tabel 4.39 Analisa Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri (lanjutan 1)
2008
2007 Nilai Bobot
Perkiraan Kerusakan
Perbaikan 2008
Kondisi Standar
Sebelum Perbaikan
-
Tidak ada perbaikan
-
Pintu dalam kondisi baik, tidak ada kerusakan, stang dapat beroperasi dengan baik, olie diberikan secara rutin dan tidak ada kebocoran, pelindung pintu perlu perawatan
75%
-
Tidak ada perbaikan
-
Sarana pengukur debit berfungsi baik, dilengkapi dengan papan duga , angka terbaca tetapi agak kabur
80%
-
Tidak ada perbaikan
-
Papan operasi bendung cukup baik tetapi pengisian datanya tidak rutin
-
Tidak ada perbaikan
-
20
Lapang an
Nilai Bobot
Perkiraan Ket.
Kerusakan
Perbaikan 2007
Turun
Kondisi
Sebelum Perbaikan
Standar
Lapang an
Ket. Turun
15
5
Naik
-
Tidak ada perbaikan
-
Pintu dalam kondisi baik, tidak ada kerusakan, stang dapat beroperasi dengan baik, olie diberikan secara rutin dan tidak ada kebocoran, pelindung pintu dalam kondisi baik
85%
20
17
3
Naik
5
4
1
Naik
-
Tidak ada perbaikan
-
Sarana pengukur debit berfungsi baik, dilengkapi dengan papan duga , terbaca jelas
85%
5
4.25
0.75
Naik
70%
2
1.4
0.6
Tetap
-
Tidak ada perbaikan
-
Papan operasi bendung cukup baik tetapi pengisian datanya tidak rutin
70%
2
1.4
0.6
Tetap
Konstruksi bangunan dalam kondisi baik dan tidak terdapat retakan
77%
3
2.31
0.69
Tetap
-
Ada perbaikan
-
Sayap dalam kondisi banyak batuan yang terkelupas ada bagian yang mengalami penurunan
70%
3
2.1
0.9
Turun
-
-
Tidak ada perbaikan
-
Dalam kondisi baik, tidak terdapat gerusan
80%
2
1.6
0.4
Tetap
-
Ada perbaikan
-
Terdapat gerusan
70%
2
1.4
0.6
Turun
-
Tidak ada perbaikan
-
Jembatan dalam kondisi baik dapat dilaui kendaraan ber motor
65%
1
0.7
0.3
Tetap
-
Tidak ada perbaikan
-
Jembatan dalam kondisi baik dapat dilaui kendaraan ber motor
70%
1
0.7
0.3
Naik
-
Tidak ada perbaikan
-
Kondisi sangat rusak, genteng bocor, pintu jendela hilang sangat tidak terawat
30%
1
0.3
0.7
Tetap
-
Tidak ada perbaikan
-
Kondisi sangat rusak, genteng bocor, tidak terawat sangat tidak terawat
40%
1
0.4
0.6
Naik
-
Tidak ada perbaikan
-
Karena kondisi rumah PPA rusak maka tidak tersedia peralatan gawat banjir yang memadai
40%
1
0.4
0.6
Tetap
-
Tidak ada perbaikan
-
Karena kondisi rumah PPA rusak maka tidak tersedia peralatan gawat banjir yang memadai
40%
1
0.4
0.6
Tetap
35
25.71
9.29
35
27.65
7.35
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.6.
Evaluasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur Pemeliharaan jaringan irigasi adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan
kondisi jaringan irigasi dalam keadaan mantap siap untuk mendistribusikan air irigasi sehingga pelayanan terhadap masyarakat pemakai air tidak terhambat. Kerusakan – kerusakan kecil yang terjadi dapat menghilangkan debit air pada jaringan irigasi tersebut. Jaringan irigasi sebagai faktor utama dalam melayani masyarakat dalam pendistribusian
air
irigasi,
sehingga
perlu
dipelihara
secara
rutin
dan
berkesinambungan. Jaringan Irigasi Sungkur merupakan salah satu jaringan irigasi terbesar di Kabupaten Ponorogo dimana luas areal baku sawahnya mencapai 3065 Ha. Dalam pengawasannya terbagi menjadi dua Kejuron yaitu Kejuron Sungkur Kiri yaitu Jaringan irigasi Sungkur yang air bakunya diambil dari pengambilan bebas/free intake Sungkur dan Bendung Duncak, sedangkan Kejuron Sungkur Kanan merupakan jaringan irigasi Sungkur yang air bakunya diambil melalui bending Sungkur. Kegiatan Tugas Pembantuan Operasi & Pemeliharaan (TPOP) jaringan irigasi Sungkur merupakan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 dimana jaringan irigasi yang mempunyai baku sawah diatas 3000 Ha pengelolaan pada pemerintah pusat sedangkan pelaksanaan kegiatannya diserahkan kepada pemerintah kabupaten Ponorogo. Adapun kegiatan yang dilakukan pemeliharaan terhadap jaringan irigasi Sungkur meliputi pengerukan sedimentasi pada saluran primer maupun saluran sekunder, rehabilitasi terhadap saluran yang mengalami kerusakan pasangan, perbaikan sayap dan koperan pada bangunan pengambilan, juga perbaikan pintu-pintu pada bangunan bagi/sadap yang ada pada jaringan irigasi Sungkur. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sangat kecil dibandingkan dengan tingkat kerusakan yang ada karena pemeliharaan disesuaikan dengan anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat. Keterbatasan anggaran biaya pemeliharaan mengakibatkan semua kerusakan tidak tertangani dengan maksimal. Hal ini menjadi penyebab pemeliharaan yang dilaksanakan tidak berpengaruh besar terhadap peningkatan kondisi jaringan irigasi Sungkur. Adapun seberapa besar pengaruh pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur terhadap kondisinya dapat dilihat pada Tabel 4.40 commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.40 Nilai Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur Nama Sub Komponen Sungkur Kiri Sayap(bobot 5%) Sayap intake Sungkur kiri Koperan intake Sungkur Kiri Profil Saluran (bobot 8%) Saluran pasangan Sungkur Kiri Saluran tanah Sungkur Kiri Pintu sadap dan pengatur (bobot 12%) Pintu BSL 10 Endapan & Erosi Pengerukan Sungkur Kanan Profil Saluran (bobot 8%) saluran Pasangan B al, B sk, B sw Saluran Tanah B al, B sk, B sw Pintu sadap dan pengatur (bobot 12%) Pintu BSK 4 & BSK 2 Sungkur Duncak Profil Saluran (bobot 8%) saluran Pasangan Duncak Pintu sadap dan pengatur (bobot 12%) Pintu penguras Duncak
Bobot Komponen
Nilai Pemeliharaan 2007 2008
Bobot akhir Pemeliharaan 2007 2008
3,00 2,00
7% 10%
0,21 0,20
6,00 2,00
5% 3%
0,30 0,06
12,00
5%
0,60
3,00
5%
0,15
6,00 2,00
15% 5%
0,90 0,10
12,00
10%
1,20
6,00 12,00
20%
1,20 3% 1,97
0,36 3,31
Tabel 4.42 diatas menunjukkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dari tahun 2007 s/d tahun 2008 pada jaringan irigasi Sungkur. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan pada jaringan yang ada di jaringan irigasi Sungkur yaitu jaringan irigasi Sungkur Kiri, Sungkur Kanan dan Sungkur Duncak. Pemeliharaan meliputi perbaikan sayap, perbaikan saluran baik saluran pasangan maupun saluran tanah, perbaikan pintu bangunan bagi/sadap dan perbaikan pintu bangunan penguras. Nilai pemeliharaan selama dua tahun dari tahun 2007 s/d 2008 dihitung dari jumlah seluruh kegiatan pemeliharaan selama dua tahun, yaitu dengan menjumlahkan selisih kondisi komponen bangunan yang mengalami perbaikan kemudian dikalikan dengan bobot setiap komponen bangunan yang mengalami perbaikan. Hasil rincian pemeliharaan yang dilaksanakan tahun 2007 sebesar 1,97% sedangkan tahun 2008 sebesar 3,31%, anggaran yang dialokasikan dari pemerintah sesuai dengan DIPA tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 367,800,- sedangkan tahun 2008 anggaran yang dialokasikan untuk pemeliharaan jaringan irigasi commit to user Sungkur sebesar Rp. 438,295,-
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil penelitian menunjukkan Tahun 2007 kondisinya sebesar 70,26% mengalami penurunan sebesar 29,74%, pada tahun 2008 kondisinya menjadi 68,76% mengalami penurunan 31,24% dan terakir tahun 2009 kondisinya menjadi 65,40% mengalami penurunan 34,60%. Gambar 4.43 menunjukkan hubungan pemeliharaan yang telah dilaksanakan dengan kondisi jaringan irigasi Sungkur. 71 70 69 68 67 66 65 64
Pemeliharaan
63
Tanpa Pemeliharaan
62 61 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.43 Kecenderungan JI Sungkur tahun 2007 s/d 2009 dengan Pemeliharaan Dan Tanpa Pemeliharaan Gambar diatas menunjukkan selama dua tahun pemeliharaan dari tahun 2007 s/d 2008 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur, akan tetapi kondisi jaringan irigasi Sungkur tetap menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun seperti terlihat pada Gambar 4.43. Disarankan untuk menambah anggaran pemeliharaan komponen bangunan yang mengalami kerusakan untuk mengembalikan kondisi jaringan irigasi Sungkur dalam keadaan standar. Semakin lama membiarkan bangunan irigasi rusak maka kinerja jaringan irigasi akan terganggu. Anggaran terbatas membuktikan pemeliharaan yang dilaksanakan tidak mempengarui kondisi jaringan irigasi Sungkur, kecenderunan sebaliknya meskipun ada pemeliharaan kondisi jaringan semakin turun.
commit to user
104 digilib.uns.ac.id LS-1
perpustakaan.uns.ac.id
2007
Bang. Pengambilan
Free Intake
27,65
22,60
Sayap
Jaringan Utama
17,93
75,13
Bang Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
B. Pd Sal. Pembuang
18,05
17,00
Pengukur debit
4,25
Papan Exploitasi
1,40
Sayap
2,10
Koperan
1,40
Jembatan Utama
0,70
Rumah PPA
0,40
Gawat Banjir
1,50
Profil Saluran
5,50
Bangunan pd Sal.
5,38
3,50
Bang. Pelengkap
Sal. Pembawa
Pintu Intake
1,50
Profil Saluran
10,88
Bocoran
5,25
Erosi/Sedimentasi
1,80
Pintu Sadap& Pengatur
7,80
Tubuh Bangunan
4,00
Bang. Pengukur Debit
4,80
Sayap
0,75
Jalan Inspeksi
0,70
Erosi&Sedimentasi
4,70
Profil Saluran
3,40
Pintu Pengatur
2,40
Tubuh Bangunan
1,50
7,60
3,90
Gambar 4.42 Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun 2007 commit to user
105- 2 digilib.uns.ac.id LS
perpustakaan.uns.ac.id
2008 Bang. Pengambilan
Free Intake
25,71
2,04
Sayap
Jaringan Utama
18,02
72,28
Bang Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
B. Pd Sal. Pembuang
17,85
15,00
Pengukur debit
4,00
Papan Exploitasi
1,40
Sayap
2,31
Koperan
1,60
Jembatan Utama
0,70
Rumah PPA
0,30
Gawat Banjir
1,40
Profil Saluran
5,86
Bangunan pd Sal.
5,10
3,91
Bang. Pelengkap
Sal. Pembawa
Pintu Intake
1,40
Profil Saluran
10,96
Bocoran
5,11
Erosi/Sedimentasi
1,95
Pintu Sadap& Pengatur
8,40
Tubuh Bangunan
3,50
Bang. Pengukur Debit
4,50
Sayap
0,75
Jalan Inspeksi
0,70
Erosi&Sedimentasi
3,9
Profil Saluran
3,00
Pintu Pengatur
2,40
Tubuh Bangunan
1,40
6,90
3,80
Gambar 4.42a Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun2008 commit to user
106- 3 digilib.uns.ac.id LS
perpustakaan.uns.ac.id
2009 Bang. Pengambilan
Free Intake
24,51
10,25
Sayap
Jaringan Utama
16,78
67,99
Bang Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
B. Pd Sal. Pembuang
16,65
14,00
Pengukur debit
3,85
Papan Exploitasi
1,40
Sayap
2,31
Koperan
1,60
Jembatan Utama
0,65
Rumah PPA
0,30
Gawat Banjir
1,35
Profil Saluran
5,20
Bangunan pd Sal.
4,875
3,91
Bang. Pelengkap
Sal. Pembawa
Pintu Intake
1,35
Profil Saluran
10,08
Bocoran
4,90
Erosi/Sedimentasi
1,80
Pintu Sadap& Pengatur
7,80
Tubuh Bangunan
3,25
Bang. Pengukur Debit
4,20
Sayap
0,70
Jalan Inspeksi
0,70
Erosi&Sedimentasi
3,60
Profil Saluran
2,80
Pintu Pengatur
2,25
Tubuh Bangunan
1,40
6,40
3,65
Gambar 4.42b Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun 2009 commit to user
107- 4 digilib.uns.ac.id LS
perpustakaan.uns.ac.id
2007 Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Bendung Gerak
27,34
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
66,84
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
15,35
17,6
Sal. Pembuang
Bang.Sal.Pembuang
7
3,55
9,3
4,6
6,25
2,84
1,65
Profil Saluran
10,47
Bocoran
5,25
Endapan/erosi
2,1
Pintu Sadap& Pengatur
7,8
Tubuh Bangunan
3,5
Bang. Pengukur Debit
4,8
Sayap
0,8
Jalan Inspeksi
0,7
Erosi & Sedimentasi
4,2
Profil Saluran
2,8
Pintu Pengatur
1,95
Tubuh Bangunan
1,6
Pintu /Pintu Banjir
4,25
Endapan Lumpur
2,40
Pengukur Debit
2,25
Papan Exploitasi
0,40
Pintu
3,00
Endapan Lumpur
1,600
Mercu
2,25
Ruang Olakan
3,20
Papan Skala
0,80
Sayap
1,34
Koperan
1,50
Jembatan Utama
0,80
Rmh PPA/Gedung
0,40
Gawat Banjir
0,45
Profil Saluran
4,95
Bang. Pd Sal.
5,52
Gambar 4.42c Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Tahun 2007 commit to user
108 digilib.uns.ac.id LS - 5
perpustakaan.uns.ac.id
2008 Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Bendung Gerak
26,48
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
66,37
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
14,99
18,15
Sal. Pembuang
6,7
Bang.Sal.Pembuang
3,45
8,9
4,28
6
2,6
1,6
Profil Saluran
10,8
Bocoran
5,04
Endapan/erosi
1,95
Pintu Sadap& Pengatur
9
Tubuh Bangunan
3,25
Bang. Pengukur Debit
4,5
Sayap
0,7
Jalan Inspeksi
0,7
Erosi & Sedimentasi
3,9
Profil Saluran
3,8
Pintu Pengatur
1,95
Tubuh Bangunan
1,5
Pintu /Pintu Banjir
4
Endapan Lumpur
2,25
Pengukur Debit
2,25
Papan Exploitasi
0,4
Pintu
2,88
Endapan Lumpur
1,4
Mercu
2,25
Ruang Olakan
3
Papan Skala
0,75
Sayap
1,3
Koperan
1,3
Jembatan Utama
0,8
Rmh PPA/Gedung
0,35
Gawat Banjir
0,45
Profil Saluran
5,9
Bang. Pd Sal.
4,9
Gambar 4.42d Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Tahun 2008 commit to user
109 digilib.uns.ac.id LS - 6
perpustakaan.uns.ac.id
2009 Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Bendung Gerak
25,55
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
64,15
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
14,4
17,2
6,2
Bang.Sal.Pembuang 3,2
Pintu /Pintu Banjir
3,5
Endapan Lumpur
2,1
Pengukur Debit
2,25
Papan Exploitasi
0,4
Pintu
2,8
Endapan Lumpur
1,2
Mercu
2
Ruang Olakan
2,8
Papan Skala
0,7
Sayap
1,2
Koperan
1,3
Jembatan Utama
0,8
Rmh PPA/Gedung
0,3
Gawat Banjir
0,45
Profil Saluran
5,56
8,25
4
5,5
2,5
1,55
Profil Saluran
10,06
Bocoran
4,9
Endapan/erosi
1,5
Bang. Pd Sal.
Pintu Sadap& Pengatur
8,4
Tubuh Bangunan
3,25
Bang. Pengukur Debit
4,2
Sayap
0,65
Jalan Inspeksi
0,7
Erosi & Sedimentasi
3,6
Profil Saluran
2,6
Pintu Pengatur
1,8
Tubuh Bangunan
1,4
4,5
Gambar 4.42e Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Tahun 2009 commit to user
110 digilib.uns.ac.id LS - 7
perpustakaan.uns.ac.id
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Bendung Tetap
23,15
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
69,35
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
Bang. Pd Sal.
17,50
17,50
7,50
4,00
8,05
4,004
6,90
3,00
1,20
Profil Saluran
9,95
Bocoran
5,60
Endapan/erosi
1,95
Pintu Sadap& Pengatur
7,80
Tubuh Bangunan
3,75
Bang. Pengukur Debit
4,20
Sayap
0,75
Jalan Inspeksi
0,70
Erosi & Sedimentasi
4,50
Profil Saluran
3,00
Pintu Pengatur
2,40
Tubuh Bangunan
1,60
Pintu /Pintu Banjir
44,00
Endapan Lumpur
1,95
Pengukur Debit
2,102
Papan Exploitasi
0,00
Pintu
2,60
Endapan Lumpur
1,401
Mercu
3,60
Ruang Olakan
2,602
Papan Skala
0,700
Sayap
1,401
Koperan
1,601
Jembatan Utama
0,75
Rmh PPA/Gedung
0,000
Gawat Banjir
0,45
Profil Saluran
5,005
Bang. Pd Sal.
4,95
Gambar 4.42f Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Tahun 2007 commit to user
111 digilib.uns.ac.id LS - 8
perpustakaan.uns.ac.id
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Bendung Tetap
21,95
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
67,81
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
Bang. Pd Sal. Pembuang
17,75
17,75
7,20
3,90
7,807
3,903
6,606
2,502
1,15
Profil Saluran
11,00
Bocoran
4,90
Endapan/erosi
1,80
Pintu Sadap& Pengatur
8,16
Tubuh Bangunan
3,50
Bang. Pengukur Debit
3,90
Sayap
0,75
Jalan Inspeksi
0,75
Erosi & Sedimentasi
4,20
Profil Saluran
3,00
Pintu Pengatur
2,40
Tubuh Bangunan
1,50
Pintu /Pintu Banjir
3,75
Endapan Lumpur
1,95
Pengukur Debit
2,101
Papan Exploitasi
0,000
Pintu
2,602
Endapan Lumpur
1,31,
Mercu
3,53,
Ruang Olakan
2,402
Papan Skala
0,700
Sayap
1,101
Koperan
1,401
Jembatan Utama
0,70,
Rmh PPA/Gedung
0,000
Gawat Banjir
0,45
Profil Saluran
6,206
Bang. Pd Sal.
4,85
Gambar 4.42g Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Tahun 2008 commit to user
112 digilib.uns.ac.id LS - 9
perpustakaan.uns.ac.id
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Bendung Tetap
20,20
Tubuh Bendung
Sayap
B. Pkp.Bendung
Jaringan Utama
63,05
Sal. Pembawa
B. Bagi/Sadap
Sal. Pembuang
Bang. Pd Sal. Pembuang
15,95
16,35
6,90
3,65
Pintu /Pintu Banjir
3,50
Endapan Lumpur
1,50
Pengukur Debit
2,10
Papan Exploitasi
0,00
Pintu
2,60
Endapan Lumpur
1,20
Mercu
3,25
Ruang Olakan
2,00
Papan Skala
0,70
Sayap
1,00
Koperan
1,20
Jembatan Utama
0,70
Rmh PPA/Gedung
0,00
Gawat Banjir
0,45
Profil Saluran
5,00
Bang. Pd Sal.
4,75
7,10
3,803
5,95
2,202
1,15
Profil Saluran
9,75
Bocoran
4,55
Endapan/erosi
1,65
Pintu Sadap& Pengatur
7,8
Tubuh Bangunan
3,25
Bang. Pengukur Debit
3,90
Sayap
0,70
Jalan Inspeksi
0,70
Erosi & Sedimentasi
3,90
Profil Saluran
3,00
Pintu Pengatur
2,25
Tubuh Bangunan
1,40
Gambar 4.2h Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak Tahun 2009 commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
71 70 69 68 67 66
Pemeliharaan
65
Tanpa Pemeliharaan
64 63 62 61 2006
2007
2008
commit to user
2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Hasil analisis terhadap evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur
Kabupaten Ponorogo dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasar hasil analisis kondisi komponen dan sub komponen bangunan Jaringan Irigasi Sungkur dapat diketahui kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. Tahun 2007 kondisi jaringan 70,26% katagori cukup, b. Tahun 2008 kondisi jaringan 68,76% katagori cukup, c. Tahun 2009 kondisi jaringan 65,40% katagori cukup. 2. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan selama tiga tahun dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur, akan tetapi peningkatan tersebut tidak mempengarui
kecenderungan
kondisinya.
Meskipun
ada
pemeliharaan
kecenderungan jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 tetap menurun. Berdasarkan penelitian nilai pemeliharaan tahun 2007 adalah 1,97% dan tahun 2008 adalah 3,31%. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d tahun 2009 mengalami penurunan terus menerus. Penurunan yang terjadi dari tahun 2007 ke tahun 2008 adalah 1,5% sedangkan dari tahun 2008 ke tahun 2009 penurunan kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah 3,36%.
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
5.2
Saran Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik yang akan datang maka hal yang perlu diperhatikan: 1. Data jaringan irigasi Sungkur untuk penelitian lebih dari tiga tahun. 2. Perlu pemeliharaan lebih serius terhadap kerusakan jaringan irigasi Sungkur mengingat cukup vitalnya keberadaan jaringan irigasi ini bagi masyarakat 3. Mengalokasikan ketercukupan dana pemeliharaan sehingga kondisi jaringan irigasi Sungkur bisa dipertahankan. 4. Perlu adanya peran serta dari masyarakat untuk ikut andil menjaga asset yang ada pada jaringan Sungkur ini sehingga bisa bermanfaat dalam jangka waktu yang lebih lama. 5. Untuk menyempurnakan kajian ini diharapkan penelitian lebih lanjut dengan cakupan bahasan yang lebih luas untuk studi kasus ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Profil Pengairan, Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Kabupaten Ponorogo. ______, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, www.dpuairjatim.org/data/.../Permen%20PU%20no.32%202007.pdf, Oktober, 16, 2008. ______, 2006, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008. ______, 2004, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008. ______, 1999, Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi Subdit Bina Program Ditjen Air. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. ______, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia Abernethy, C.L., 2010. Governance of irrigation systems: Does history offer lessons for today, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.552/abstract Agus Hari Wahyudi, 2009, Materi Kuliah Sistem Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Air ” Konsep Pemeliharaan Irigasi SNI”, Surakarta. Agus Suman, 2010. Evaluasi Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Di Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Bambang Basuki Hartanto, 2009. Evaluasi Kerusakan Dan Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi Jetu. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta George, Biju A., Malano, Hector M., Vo Khac Tri, Turral, Hugh, 2004. Using modelling to
improve operational performance in the Cu Chi irrigation system, Vietnam, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.109/abstract
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Jatmiko Suluh, 2007. Kajian Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Tempuran Di Kabupaten Blora. Tesis (Tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Lorenzini, Giulio and Wrachien, Daniele De, 2005. Performance assessment of sprinkler irrigation systems: a new indicator for spray evaporation losses, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.171/abstract Oad, Ramchand, 2001. Policy reforms for sustainable irrigation management – a case ICID study of Indonesia, Journal. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.28/abstract Passouant, M., Le Gal, P.Y., and Keita, B., 2009. The contribution of information systems in maintaining large-scale irrigation schemes, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.469/abstract Sobriyah, 2008, Penilaian Kerusakan Jaringan Irigasi, Materi Kuliah Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil (MTRPBS), Universitas Sebelas Maret, Surakarta Suroso S, PS Nugroho, P Pamuji, 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Dinamika Teknik Sipil. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta. Sumaryanto, M Siregar, Deri H, M Suryadi, 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan dan Upaya Perbaikannya. Laporan Penelitian. Deptan . Bogor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user