Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
EVALUASI KINERJA IRIGASI DARI ASPEK KONSISTENSI EFISIENSI IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI PANDRAH. BIREUEN, ACEH
Maimun Rizalihadi1, Amir Fauzi2, Reza Tanzil3 1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111. email:
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111. 3 Dinas Pengairan Aceh, Jl. Ir. Mohd. Thaher No. 18, Lueng Bata, Banda Aceh.
ABSTRAK Salah satu kinerja jaringan irigasi dapat dilihat dari konsistensi nilai efisiensi irigasi selama pengoperasian proyek irigasi. Namun lemahnya tingkat pemeliharaan jaringan dan bangunan pendukung irigasi mengakibatkan peningkatan kehilangan air sehingga nilai efisiensi irigasi dapat mengalami penurunan. Kondisi ini dapat berdampak pada penurunan kinerja jaringan irigasi itu sendiri, sehingga area produksi padi telah direncanakan semula dapat mengalami penyusutan. Permasalahan ini telah terjadi hampir diseluruh proyek irigasi yang ada di Aceh. Inilah yang membuat produksi padi di Aceh mengalami pengurangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja jaringan irigasi Pandrah, Bireuen, Aceh, dengan mengkaji nilai efisiensi saat sekarang dan membandingkan dengan nilai efisiensi saat perencanaan. Penelitian ini dilakukan di ruas saluran utama, sekunder dan tersier dari Jaringan Irigasi Pandrah Kanan, Bireuen, Aceh. Pengukuran dilakukan pada Musim Tanam I (mei-Agustus 2012), yang terdiri dari pengukuran debit masuk dan debit keluar pada setiap ruas saluran. Kehilangan air akibat evaporasi diukur dengan menggunakan Class A Pan Evaporation, dan kehilangan akibat perkolasi dan rembesan dilakukan dengan Ponding Technic Method. Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa diperoleh nilai efisiensi saluran primer sebesar 87,50%, saluran sekunder sebesar 80,01% dan saluran tersier sebesar 76,13%, atau secata total nilai efisiensi Irigasi Pandrah Kanan menjadi 53,30%. Hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan nilai efisiensi sebesar 11,70% bila dibandingkan dengani nilai efisiensi rencana sebesar 65%. Penurunan nilai efesiensi disebabkan oleh kehilangan air akibat rembesan karena kerusakan saluran, dan pendistribusian air yang tidak teratur akibat kerusakan pada bangunan bagi dan sadap. Hal ini yang menyebabkan hampir 120 ha dari total area seluas 1007 ha tidak dapat diairi. Untuk itu perlu usaha-usaha pemeliharaan saluran dan bangunan pendukung untuk memperbaiki kinerja jaringan irigasi Pandrah, sehingga efesiensi jaringan dapat dipertahankan secara konsisten untuk mempertahankan area produksi padi demi program ketahanan pangan di Aceh umumnya dan Irigasi Pandrah khususnya dimasa-masa yang akan datang. Kata kunci : irigasi, efisiensi, kinerja, kehilangan air, evaporasi, perkolasi, rembesan, ponding technic method.
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Ketersediaan air untuk proyek irigasi merupakan faktor utama keberhasilan proyek irigasi. Meskipun jumlah air tersedia cukup, namun bila konsistensi efisiensi distribusi air tidak terjaga, maka dapat menyebabkan air tidak dapat mencukupi seluruh areal yang direncakan. Salah satu kinerja jaringan irigasi dapat dilihat dari konsistensi nilai efisiensi irigasi itu sendiri. Penurunan efesiensi dapat terjadi karena pengelolaan daerah irigasi yang kurang baik. Operasi dan pemeliharaan yang tidak dijalankan dengan baik dan teratur mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah air akibat peningkatan kehilanhan air. Tuong (1999 dan 2000) menyatakan bahwa lemahnya pengelolaan jaringan irigasi dapat meningkat kehilangan air karena rembesan, perkolasi dan pendistribusian air yang tidak tepat,
SDA - 108
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
hal yang sama juga dijelaskan oleh Tabbal (1992) dan Thompson (1999). Hal inilah yang menjadi permasalahan utama dari proyek-proyek irigasi yang ada di Aceh. Salah satu proyek irigasi di Aceh adalah Irigasi Pandrah. Daerah Irigasi Pandrah merupakan jaringan irigasi teknis yang sumber airnya berasal dari sungai Krueng Pandrah, Kecamatan Pandrah, Kabupaten Bireuen. Irigasi ini dibangun untuk mengairi lahan persawahan seluas 1.007 Ha dengan debit pengambilan Qp = 2,061 m3/det. Analisa debit pengambilan didasarkan pada Anonim (1994), dimana nilai efisiensi irigasi secara keseluruhan hingga pada petak sawah adalah 65%. Nilai tersebut didasarkan dari nilai efesiensi pada saluran primer 90%, saluran sekunder 90% dan saluran tersier 80% yang diadopsi dari Anonim (1986). Namun saat sekarang, Daerah Irigasi Pandrah mengalami kekurangan air sehingga mengakibatkan sekitar 120 ha tidak mendapatkan air irigasi. Permasalahan ini disebabkan oleh bebrapa ruas saluran mengalami keretakan dan kerusakan pada pelapis pasangan tebing yang terbuat dari semen. Disamping itu, beberapa bangunan sadap dan bagi tidak difungsikan dengan baik, dan terjadi penumpukan sedimen serta tanaman liar tumbuh di dalam saluran, Anonim (1995). Kondisi ini dapat megakibatkan terjadinya rembesan dan perubahan tahanan aliran di dalam saluran tersebut. Sehingga dapat berakibat pada peningkatan kehilangan air yang berdampak pada nilai efisiensi Irigasi, akhirnya dapat mengurangi kinerja irigasi. Anonim (1995) menyatakan bahwa kekurangan air tejadi pada kedua Musim tanam I (Mei-Agustus) dan Musim Tanam II (Oktober-Januari), sehingga areal daerah irigasi yang direncanakan tidak dapat diari seraca keseluruhan. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka perlu mengevaluasi kembali nilai efisiensi jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Pandrah untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efisiensi sistem Irigasi Pandrah saat sekarang dan membandingkan dengan efisiensi yang digunakan pada saat perencanaan berdasarkan analisa kehilaangan air yang terjadi pada sistem irigasi tersebut. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan acuan terhadap pengelola sistem Irigasi Pandrah dalam perencanaan pembagian air pada masa yang akan datang, dan juga sebagai acuan perencanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan sistem Irigasi Pandrah khususnya dan proyek irigasi yang ada di Aceh umumnya..
Lingkup Penulisan Penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan yaitu pada Saluran Induk Pandrah Kanan sampai dengan boks tersier akhir BPKn. 3 T1. Analisa efisiensi pada penelitian ini hanya dikaji berdasarkan pengukuran debit masuk dan keluar dan kehilangan air akibat evaporasi dan rembesan di dalam ruas saluran tersebut di atas. Faktor-faktor yang menyebabkan kehilangan air diluar yang ditetapkan di atas tidak dilakukan pengkajian.
2.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Efisiensi Irigasi Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Anonim (1986) .mendefenisikan efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah, Alfaro (1989) dan Brouwer (1989). Efisiensi penggunaan air erat hubungannya dengan kehilangan air dalam irigasi. Besarnya efisiensi dan kehilangan air berbanding terbalik, bila angka kehilangan air besar maka nilai efisiensi kecil begitu juga sebaliknya jika angka kehilangan air kecil maka nilai efisiensinya besar. Adapun kehilangan air pada jaringan irigasi diakibatkan karena Evaporasi, Perkolasi, Perembesan (seepage), air terbuang sia-sia, dan kehilangan energy, Bos (1990), Tabbal (1992) dan Thompson (1999) . Atas dasar ini maka efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. Mengacu pada Anonim (1986) maka efisiensi irigasi pada saluran primer dan sekunder diambil 90% sedangkan untuk tingkat tersier 80%. Angka
SDA - 109
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
efisiensi irigasi keseluruhan tersebut dihitung dengan cara mengkonversi efisiensi di masing-masing tingkat yaitu 0,9 x 0,9 x 0,8 = 0,648 ≈ 65 %. Brouwer (1989) dan Bos (1990) menyatakan efisiensi irigasi didasarkan atas asumsi bahwa sebagian jumlah air akan mengalami kehilangan selama pengaliran yang dimulai dari pintu pengambilan hingga petak sawah. Menurut Bos (1990) saluran pembawa (conveyance) yaitu perjalanan air dari sumbernya dibawa melalui saluran primer, saluran sekunder sampai bangunan sadap tersier (tertiary offtake). Jenis-jenis efisiensi irigasi menurut Bos (1990) secara jelas tergambar pada Gambar 1 di bawah ini.
Efisiensi penggunaan air di sawah
Air irigasi dibutuhkan tanaman Vm=W-Pe
volume air yang diberikan ke sawah VF
Tambahan vol. air non irigasi dari saluran tersier v3 Efisiensi di saluran tersier
Efisiensi di petak tersier Vol. air yang diberikan pada saluran tersier Vd
Tambahan vol. air non irigasi dari dari saluran pembawa V2 Efisiensi sistem irigasi
Efisiensi di saluran pembawa
Efisiensi secara keseluruhan
Tambahan vol.air dari sumber lain V1 Vol. air yang diberikan dari sumbernya VC
Gambar 1 Penggunaan efisiensi irigasi, Bos dan Nugteren (1990).
Efisiensi di Saluran Pembawa (Conveyance Efficiency) Menurut Bos (1990) saluran pembawa (conveyance) yaitu perjalanan air dari sumbernya dibawa melalui saluran primer, saluran sekunder sampai bangunan sadap tersier (tertiary offtake). Efisiensi di saluran pembawa (conveyance efficiency) dinyatakan dengan : SDA - 110
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Ec
Vd V 2 x100% Vc V 1 .......................................................………...(1)
dimana : Ec Vc Vd V2 V1
= = = = =
Efisiensi di saluran pembawa Volume air yang diberikan dari sumbernya Volume air yang diberikan pada saluran tersier Tambahan volume air non irigasi dari saluran pembawa Tambahan volume air dari sumber lain
Efisiensi di Saluran Tersier (Distribution Efficiency) Menurut Bos (1990) saluran tersier (distribution) yaitu perjalanan air dari pintu sadap tersier dibawa melalui saluran tersier dan saluran kwarter sampai ke box tersier atau box kuarter (field inlet). Efisiensi di saluran tersier (distribution efficiency) dinyatakan dengan : Ed
Vf V 3 x100% ......................................................................(2) Vd
dimana : Ed Vf V3
= = =
Efisiensi di saluran tersier Volume air yang sampai ke sawah Tambahan volume air non irigasi dari saluran tersier
Efisiensi Sistem Irigasi (Irrigation System Efficiency) Menurut Bos (1990) efisiensi sistem irigasi (irrigation system efficiency) merupakan kombinasi dari efisiensi di saluran pembawa (conveyance efficiency) dan efisiensi di saluran tersier (distribution efficiency). Efisiensi sistem irigasi (Es) dinyatakan dengan : Es
Vf V 2 V 3 x100% Vc V 1 …...……................................................(3)
Es = Ec x Ed
……………………......................................(4)
Kehilangan Air Irigasi Tidak semua air yang diambil dari sumber dapat digunakan pada daerah perakaran tanaman. Sebahagian dari air akan hilang selama pengaliran di dalam saluran dan sawah. Sisa air tersebut akan berada di daerah perakaran yang dapat digunakan oleh tanaman. Dengan kata lain, hanya sebahagian air yang digunakan secara efesien sedangkan sisanya akan hilang, Brouwer (1989). Kehilangan air irigasi yang terjadi di saluran disebabkab oleh : 1.Evaporasi pada muka air 2. Perkolasi pada lapisan tanah di bawah saluran 3. Rembesan melalui pematang sawah dan saluran 4. Peluapan di atas pematang sawah 5. Pecahnya pematang sawah 6. Limpasan melalui saluran 7. Lubang tikus pada saluran. Sedangkan kehilangan air irigasi yang terjadi di petak sawah disebabkan oleh : 1. Limpasan permukaan ke saluran drainase 2. Perkolasi kearah di bawah daerah perakaran Persentase kehilangan air yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang diuraikan di atas, atau jumlah air yang digunakan secara efisien dalam suatu sistem irigasi digambarkan sebagi nilai efesiensi irigaasi.
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dibagi atas tiga kegiatan utama, yakni meliputi pengumpulan data, metode pengukuran, pengolahan dan analisa data untuk mendapatkan kehilangan air di dalam saluran dan efisiensi jaringan irigasi. Uraian lebih lengkap dijelaskan bab berikut ini.
SDA - 111
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama satu musin tanam yaitu pada Musim Tanam I pada bulan Mei-Agustusi tahun 2011 di Jaringan Irigasi Pandrah yang berlokasi di Kabupaten Bireuen, Aceh. Penelitian dilakukan pada Saluran Induk Pandrah Kanan dimulai setelah pintu pengambilan (intake) kanan sampai dpengan boks tersier BPKn 3 T1, untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2, (Anonim, 1994).
Gambar 2 Layout Jaringan Irigasi Lokasi Penelitian, Anonim (1994).
Data dan Sumber Data Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data sekunder antara lain Skema Jaringan Irigasi dan Bangunan Daerah Irigasi Pandrah yang bersumber pada Anonim, 1994 dan 1995. Sedangkan data primer merupakan data pengukuran langsung di lapangan, yang terdiri dari : debit inflow dan outflow di saluran, evaporasi, dan rembesan.
Metoda Pengukuran Untuk mendukung penelitan ini digunakan peralatan sebagai berikut : Current Meter, Bak meter, Stop Watch, dan Panci Evaporasi Kelas A. Pengukuran yang dilakukan terdiri dari debit yang masuk dan keluar di ruas saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan current meter untuk mengukur kecepatan dan Bak meter untuk mengukur luas tampang saluran dan kedalaman aliran di saluran. Pengukuran penguapan air yang terjadi di saluran digunakan Panci Evaporasi Kelas A. Alat ini ditempatkan pada satu ditik di areal penelitian. Pengamatan dilakukan berdasarkan pencatatan harian selama satu musim tanam. Sementara rembesan yang terjadi di dalam saluran dilakukan dengan metode teknik ponding, Fipps (2002), dimana pada ke dua ujung ruas saluran di bendung. Besarnya nilai rembesan didapat dari selisih elevasi air yang terjadi pada ruas saluran selama 12 jam setelah dikurangi dengan evaporasi.
Analisa Data Hasil pengukuran debit yang masuk dan keluar, evaporasi dan rembesan merupakan parameter untuk menganalisa kehilangan air yang terjadi di ruas saluran. Nilai-nilai ini merupakan sebagai dasar untuk menghitung efesien irigasi yang terjadi pada setiap ruas saluran utama, sekunder dan tersier. Untuk menghitung nilai efesiensi untuk masingmasing ruas saluran didasarkan persamaan 2.1 sampai dengan 2.4 yang disajikan pada bab sebelumnya.
SDA - 112
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efisiensi pada saluran primer Pengukuran pada saluran primer dimulai dari sebelum bangunan ukur ambang lebar BPKn.1aa (Pias 1) hingga setelah bangunan bagi sadap BPKn1 (Pias 13) dengan panjang saluran 1.064 m. Volume air yang diberikan dari sumbernya (Vc) sebesar 1935,89 m³ yang diperoleh dari hasil pengukuran pada pias 1 sebelum bangunan ukur BPkn. 1aa, sedangkan volume air yang diberikan pada saluran tersier (Vd) sebesar 2068,47 m³ dalam kasus ini didapat dari pengukuran pada pias 10, pias 11, pias 12 dan pias 13a yang merupakan volume air yang diberikan pada saluran sekunder. Tambahan volume air dari sumber lain (V1) sebesar 428,14 m³ berasal dari bangunan suplesi BPkn 1g. Tambahan volume air non irigasi dari saluran pembawa (V2) tidak terdapat pada saluran primer ini, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Efisiensi pada saluran primer No.
Pias
Lokasi
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Debit Waktu Q tempuh (m³/dtk) (dtk) 4
5
Pias 1 Sebelum BPkn. 1aa 1.3128 Pias 2 Setelah BPkn. 1aa 1.3118 Pias 3 Sebelum BPkn. 1a 1.3057 Pias 4 Setelah BPkn. 1a 1.2976 Pias 5 Sebelum BPkn. 1b 1.2776 Pias 6 Setelah BPkn. 1b 1.2738 Pias 7 Sebelum BPkn. 1g 1.2247 1474.6785 Pias 8 Setelah BPkn. 1g 1.5150 Pias 9 Sebelum BPkn. 1k 1.4294 Pias 10 Menuju BLS 0 0.7734 Pias 11 Setelah sadap Pkn.1 kn 0.0964 Pias 12 Setelah sadap Pkn.1 kr 0.1462 Pias 13a Setelah BPkn. 1 0.3866 JUMLAH
Volume V(m³)
Kehilangan air V(m³)
Vc (m³)
Vd (m³)
V1 (m³)
V2 (m³)
6
7
8
9
10
11
1935.89 1934.44 1925.48 1913.61 1884.11 1878.49 1806.02 2234.16 2107.86 1140.54 142.14 215.66 570.13
Ec1 (%) (9+11)/(8+10) 12
1935.89 -1.46 -8.96 -11.87 -29.50 -5.62 -72.47 428.14 -126.30
428.14
87.50%
1140.54 142.14 -39.39 215.66 570.13 1935.89 2068.47 428.14
Hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2-1 tersebut didapat nilai efisiensi saluran primer sebesar 87,50%. Bila dibandingkan dengan nilai yang digunakan pada perencanaan yaitu 90%, maka terjadi penurunan nilai efisiensi pada saluran primer sebesar 2,50%. Hal ni terjadi karena ada sebagian ruas saluran yang mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan kehilangan air akibat rembesan meningkat.
Efisiensi pada saluran sekunder Pengukuran pada saluran sekunder dimulai dari setelah bangunan bagi sadap BPKn1(Pias 13) sampai dengan Pias 21 yaitu setelah bangunan jembatan BPKn. 2m dengan panjang saluran sekunder 1.379 m. Volume air yang diberikan dari sumbernya (Vc) sebesar 1014,60 m³ yang merupakan hasil pengukuran pada pias 13 setelah bangunan bagi sadap BPkn. 1, sedangkan volume air yang diberikan pada saluran tersier (Vd) sebesar 811.80 m³ didapat dari pengukuran pada pias 21 diantara jembatan BPkn. 2m dengan bangunan sadap BPkn.2. Tidak terdapat tambahan volume air dari sumber lain (V1) pada saluran sekunder ini demikian juga dengan Tambahan volume air non irigasi dari saluran pembawa (V2), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
SDA - 113
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Tabel 2 Efisiensi pada saluran sekunder No.
Pias
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pias 13b Pias 14 Pias 15 Pias 16 Pias 17 Pias 18 Pias 19 Pias 20 Pias 21
Lokasi 3
Debit Waktu Volume (V+1) - (V) Q tempuh V(m³) V(m³) (m³/dtk) (dtk) 4
5
6
Vc (m³)
Vd (m³)
V1 (m³)
V2 (m³)
8
9
10
11
7
Setelah BPkn. 1 0.5166 1014.60 Sebelum BPkn. 2c 0.5110 1003.66 Setelah BPkn. 2c 0.4995 981.12 Sebelum BPkn. 2k 0.4578 899.22 Setelah BPkn. 2k 0.4557 1964.0837 895.12 Sebelum BPkn. 2L 0.4398 863.83 Setelah BPkn. 2L 0.4387 861.74 Sebelum BPkn. 2m 0.4152 815.45 Setelah BPkn. 2m 0.4133 811.80 JUMLAH
Ec2 (%) (9+11)/(8+10) 12
1014.60 -10.94 -22.54 -81.91 -4.09 -31.29 -2.09 -46.29 -3.65
80.01%
811.80 1014.60 811.80
Hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2-1 didapat nilai efisiensi saluran sekunder sebesar 80,01%. Bila dibandingkan dengan nilai yang digunakan pada perencanaan yaitu 90%, maka terjadi penurunan nilai efisiensi pada saluran sekunder sebesar 9,99%. Hal ni terjadi karena ada sebagian ruas saluran yang mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan kehilangan air akibat rembesan meningkat. Kehilangan juga terjadi pada bangunan pelengkap yang juga membuat penurunan nilai efisiensi pada saluran sekunder.
Efisiensi pada saluran tersier Nilai efisiensi di saluran tersier (distribution efficiency) didapat dari pengukuran yang dimulai setelah bangunan jembatan BPKn. 2m atau sebelum sadap BPKn. 2 sampai dengan sebelum boks tersier akhir BPKn. 3T1 dimana saluran tersier tersebut memiliki panjang saluran 878 m. Volume air yang diberikan pada saluran tersier (Vd) sebesar 471,68 m³ didapat dari hasil pengukuran pada pias 21 yang berlokasi setelah bangunan jembatan BPKn. 2m atau sebelum sadap BPKn. 2, sedangkan volume air yang sampai ke sawah (Vf) sebesar 359,08 m³ didapat dari pengukuran pada pias 23 (saluran kuarter Pkn 3 T1a Kr), pias 26 (saluran kuarter Pkn 3 T1b Kn) dan pias 28 yang berlokasi sebelum boks tersier BPkn. 3T1. Tidak ada tambahan volume air non irigasi dari saluran tersier (V3) diberikan di saluran ini, selengkapnya analisa effisiensi saluran tersier dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Efisiensi pada saluran tersier No.
Pias
Lokasi
Debit Q (m³/dtk)
Waktu tempuh (dtk)
Volume V(m³)
Kehilangan air V(m³)
Vd (m³)
Vf (m³)
V3 (m³)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6
Setelah BPkn 2m Pias 21b 0.3481 Pias 22 Sebelum BPkn. 3T1a 0.3308 Pias 23 Setelah sadap Pkn 3T1a Kr 0.0404 Pias 24 Setelah BPkn 3T1a 0.2836 1355.0931 Pias 25 Sebelum BPkn. 3T1b 0.2688 Pias 26 Setelah sadap Pkn 3T1b Kn 0.0868 Pias 27 Setelah BPkn. 3T1b 0.1729 Pias 28 Sebelum BPkn. 3T1 0.1378 JUMLAH
471.68 448.27 54.77 384.34 364.23 117.62 234.35 186.70
Ed (%) (9+10)/8 11
471.68 -23.41 54.77
-9.17 -74.87
76.13% 117.62
-12.26 -47.66 471.68
186.70 359.08
Dengan menggunakan persamaan 2-2 didapat nilai efisiensi saluran tersier sebesar 76,13%. Bila dibandingkan dengan nilai yang digunakan pada perencanaan yaitu 80%, maka terjadi penurunan nilai efisiensi pada saluran sekunder sebesar 3,87%. Namun kehilangan yang terjadi pada ruas saluran ini bukan disebabkan oleh rembesan. Akan tetapi kehilangan yang terjadi sangat dominan terjadi akibat keruasakan bangunan sadap dan bagi. Sehingga pengaturan debit tidak sesuai dengan yang direncanakan. Disamping itu dicurigai adanya penyadapan liar baik untuk kebutuhan petak sawah dan kebutuhan rumah tangga petani. Namun berapa besar kehilangan yang terjadi akibat ini secara tepat belum dikaji.
SDA - 114
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Efisiensi sistem irigasi Efisiensi sistem irigasi (irrigation system efficiency) menurut Bos (1990) merupakan kombinasi dari efisiensi di saluran pembawa (conveyance efficiency) dan efisiensi di saluran tersier (distribution efficiency), dimana dalam kasus ini kombinasi tersebut terdiri dari efisiensi di saluran primer, efisiensi di saluran sekunder dan efisiensi di saluran tersier. Dengan melakukan modifikasi pada persamaan 2-4 dimana efisiensi sistem irigasi (Es) = efisiensi saluran primer (Ec1) x efisiensi saluran sekunder (Ec2) x efisensi saluran tersier (Ed) didapat nilai efisiensi sistem irigasi (Es) sebesar 53,30%. Menurut Anonim (1986) perencanaan nilai efisiensi irigasi secara keseluruhan air yang sampai ke petak sawah adalah 65% dari air yang disadap. Nilai ini cukup signifikan berbeda dengan hasil penelitian yakni 53,30%. Angka di atas menunjukkan bahwa telah terjadi kekurangan air sebesar 11,70% dari yang direncanakan, atau bila dikonversikan maka terdapat 117,819 Ha lahan yang tidak dapat terairi. Berkurangnya nilai efisiensi ini menggambarkan bahwa saluran pada Jaringan Irigasi Pandrah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh usia bangunan dan kurang maksimalnya kegiatan operasi dan pemeliharaan pada jaringan irigasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja irigasi sangat mempengaruhi nilai efesiensi pemeberian air untuk irigasi. Untuk mengembalikan kinerja irigasi yang baik maka perlu mempertahankan nilai efisiensi secara konsisten, sehingga air yang dibutuhkan untuk irigasi dapat diairi dengan jumlah yang sama dalam ruang dan waktu. Dengan deminkian produksi padi di daerah Pandrah khususnya dan Aceh umumnya dapat ditingkatkan demi ketahanan pangan di masa yang akan datang.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisa dari penelitian yang dialakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Efisiensi sistem irigasi pada saluran Jaringan Irigasi Pandrah Kanan Daerah Irigasi Pandrah diperoleh 53,30% menurun 11,70% bila dibandingkan dengan efisiensi rencana yang sebesar 65%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kinerja jaringan irigasi akibat penurunan efesiensi jaringan irigasi. 2. Penurunan efisiensi disebabkan oleh peningkatan kehilangan air akibat rembesan pada saluran yang mengalami kerusakan dan bangunan pelengkap yang tidak difungsikan dengan benar. 3. Kehilangan air juga diduga terjadi akibat kehilangan energi akibat penyadapan liar disepanjang saluran dan penggunaan domestik rumah tangga namun belum dilakukan kajian yang lebih mendetail.
Saran Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dalam perbaikan penelitian lanjutan adalah sebagai berikut: 1.
Untuk meningkatkan efisiensi perlu diadakan perbaikan pada saluran yang mengalami kerusakan melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan pada Jaringan Irigasi Pandrah Kanan, sehingga kinerja irigasi dapat dipertahankan.. 2. Untuk mengurangi sadap-sadap liar yang terdapat pada saluran perlu diadakan kerjasama dan sosialisasi dengan perkumpulan petani pemakai air keujreun blang. 3. Perlu kajian lanjutan terhadap faktor-faktor kehilangan air akibat penyadapan dan pengoperasian bangunan pelengkap irigasi, sehingga nilai efisiensi yang diperoleh akan lebih tepat untuk tindakan antisipasi dimasa yang akan datang dalam mengevaluasi kinerja sistem jaringan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA Alfaro, J.F., et al, 1989, Irrigation Water Management , FAO, Rome. Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi KP-03, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Galang Persada, Bandung. Anonim, 1994, Buku Saku Operasi D.I Pandrah, Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh. Anonim, 1995, Pedoman Umum Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Pandrah, Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh. Brouwer, C., Prins, K. dan Heibloem, M., 1989, Irrigation Water Management : Irrigatigation Schedulling, Trainning manual, FAO, Rome, Italy. Bos, M.G., 1990, On Irrigation Efficiencies, International Institute for Land Reclamation and Improvement/ILRI, Wageningen The Netherlands. SDA - 115
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Fipps, G dan Leigh, E, 2002, Canal Ponding Test Results Delta Lake Irrigation District Edcough Texas, Texas A&M University, Texas. Guerra, L.C., S.I. Bhuiyan, T.P. Tuong, R. Barker, 1998, Producing More Rice With Less Water From Irrigated Systems, International Water Management Institude (IWMI), Colombo Sri Langka. Tabbal, D.F., R.M. Lampayan, and S.I. Bhuiyan. (1992). Water-efficient irrigation technique for rice. In: Murty VVN, Koga K, eds. Soil and water engineering for paddy field management. Proceedings of the International Workshop on Soil and Water Engineering for Paddy Field Management, 28-30 January 1992, Asian Institute of Tech., Bangkok, Thailand. p 146-159. Thompson, J. 1999. Methods for increasing rice water use efficiency. Rice Water Use Efficiency Workshop Proceedings. pp. 45-46. CRC for Sustainable Rice Production. Tuong TP. 1999. Productive water use in rice production: opportunities and limitations”. Journal of Crop Production 2(2): 241 – 264. Tuong TP, Pablico PP, Yamauchi M, Confesor R, Moody K. 2000. Increasing water productivity and weed suppression of wet seeded rice: effect of water management and rice genotypes. J. Experimental Agriculture 36:1-19.
SDA - 116