STUDI EVALUASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI SUMBER WUNI KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG
JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)
Disusun Oleh: PRAYUDI ARDIANTO NIM. 105060413111001 – 64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG
2014
LEMBAR PERSETUJUAN STUDI EVALUASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI SUMBER WUNI KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG
JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)
Disusun oleh : PRAYUDI ARDIANTO NIM. 105060413111001 – 64 200
Telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Dwi Priyantoro, MS NIP. 19580502 198503 1 001
Linda Prasetyorini, ST., MT NIP. 19850524 201212 2 002
STUDI EVALUASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI SUMBER WUNI KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG Prayudi Ardianto1, Dwi Priyantoro2, Linda Prasetyorini2 1 Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya email :
[email protected] ABSTRAK Daerah Irigasi Sumber Wuni dengan luas area irigasi 421 Ha berfungsi sebagai sarana dan prasarana untuk menunjang Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) surplus beras 10 juta ton pada 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan air irigasi di D.I. Sumber Wuni berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Dari hasil evaluasi tersebut kemudian disusun rencana pola tanam baru dengan meningkatkan intensitas tanam padi secara optimal, kemudian dihitung kebutuhan air dan cara pembagian airnya. Pada kajian ini penulis menggunakan dua metode pemberian air yaitu metode Konvensional (penggenangan terus menerus) dan metode SRI (Sytem of Rice Intensification). Dari hasil evaluasi pada kondisi eksisting besarnya intensitas tanam total 265,04% dengan rincian padi 141,33%, palawija 78,53% dan tebu 45,18%, dengan pembagian air secara terus menerus. Kondisi neraca air eksisting rata-rata ketersediaan airnya terpenuhi. Berdasarkan Metode SRI dan Metode Konvensional dengan pola tanam rencana didapatkan intensitas tanam 272,50%, intensitas tanam padi menjadi 175,88% (meningkat 34,55%). Sistem pembagian air dapat dilakukan secara terus-menerus pada MT II sedangkan MT I dan MT III secara rotasi. Penghematan air yang dapat dilakukan dengan Metode SRI dan Metode Konvensional dengan pola tanam eksisting lebih hemat 28,59% dibandingkan Metode LPR-FPR (Evaluasi Kondisi Eksisting). Kata Kunci: Evaluasi, Intensitas tanam, Metode LPR-FPR, Metode SRI, Pola tanam. ABSTRACT Sumber Wuni Irrigation Area with total area of 421 Ha has a function as facility to support Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) 10 million ton surplus in 2014. The aim of this study is to evaluate irrigation water requirement at Sumber Wuni Irrigation Area based on data which have been collected. Based on the result of evaluation, then several analyses were conducted which consist of arranging new crop pattern by increasing crop intensity optimally, performing irrigation water requirement calculation, and methode of distribution irrigation land. In this study, two irrigation systems were applied, which is Conventonal method (continous system) and System of Rice Intensification (SRI method). The result of analysis on existing condition showed that the total crop 265,04%, with details paddy 141,33%, palawija 78,53%, and cane 45,18%, using continous water delivery system. The water balance condition showed the water availability. Based on SRI and Conventonal methods with planting pattern plan obtained total crop intensity 272,50%, crop intensity paddy becomes 175,88% (an increase 34,44%). Water distribution system can be carried out continuously on MT II, meanwhile MT I and MT III by rotation system. Water savings optimazed with the SRI method and conventional method with the existing cropping pattern 28.59% more efficient than the LPR-FPR method (Evaluation of Existing Conditions). Keywords: Evaluation, Crop intensity, LPR-FPR method, SRI method, Planting pattern.
1. PENDAHULUAN Latar Belakang UU No.7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama masyarakat. Selain itu dalam menciptakan ketahanan pangan dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas tanam pada lahan pertanian. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas adalah dengan menggalakkan kegiatan menanam padi dengan menggunakan metode SRI (System of Rice Intensification), Metode SRI ini merupakan metode hemat air disertai metode pengelolaan tanaman yang baik dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi hingga 30-100% bila dibandingkan dengan menggunakan metode irigasi konvensional (tergenang terusmenerus). Dengan metode SRI dapat berkontribusi dalam mensukseskan Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) 10 juta ton pada tahun 2014. Daerah irigasi (D.I.) Sumber Wuni merupakan salah satu D.I. yang terletak di Kabupaten Malang dengan luas area irigasi sebesar 421 Ha. Daerah Irigasi Sumber Wuni ini sebagai sarana dan prasarana untuk menunjang program pemerintah mewujudkan surplus 10juta ton beras tahun 2014. Identifikasi masalah Permasalahan yang ada pada Daerah Irigasi Sumber Wuni antara lain: 1. Air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air irigasi mengalami pengurangan di musim kemarau. 2. Petani menanam padi sepanjang musim terutama pada bagian hulu daerah irigasi, hal tersebut tidak sesuai dengan Rencana Tata Tanam Daerah (RTTD). 3. Pada hulu dan hilir Kali Jaruman masih ada beberapa Daerah Irigasi yang masih harus diairi, selain D.I Sumber Wuni. 4. Bendung Rampal tidak hanya memenuhi kebutuhan air irigasi D.I
Sumber Wuni tetapi juga digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan air industri PT.PINDAD Persero. 5. Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang dikeluarkan Dinas Pengairan Kabupaten Malang yang dirasa tidak terlaksana dengan baik atau tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Rumusan masalah Berikut rumusan masalahnya : 1. Bagaimanakah neraca air eksisting terhadap intensitas tanam kondisi eksisting pada Daerah Irigasi Sumber Wuni? 2. Bagaimanakah rencana tata tanam untuk mendukung peningkatkan intensitas tanam padi? 3. Bagaimanakah sistem pemberian dan pembagian air irigasi untuk mendukung peningkatkan intensitas tanam padi dari hasil rencana tata tanam? 4. Berapakah penghematan kebutuhan air irigasi yang dapat dilakukan dari hasil rencana tata tanam? 2. TINJAUAN PUSTAKA Debit Andalan Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Untuk menentukan kemungkinan terpenuhi atau tidak terpenuhi, debit debit yang sudah diamati disusun dengan urutan kecil kebesar. Catatan mencakup N tahun sehingga nomor tingkatan m debit dengan kemungkinan tak terpenuhi 20% dapat dihitung dengan rumus (Ditjen Pengairan4, 1986:17): m = 0,20 x N Dimana : m = Nomor urut data N = Jumlah data Curah Hujan Andalan Curah hujan andalan ini digunakan untuk memperoleh curah hujan yang diharapkan selalu datang dengan peluang
kejadian tertentu dan digunakan sebagai data masukan. Data masukan untuk perhitungan dalam studi ini menggunakan R80. Hal tersebut berarti curah hujan yang terjadi sama atau lebih besar dari R80 yaitu 80%.
T
Kebutuhan Air Irigasi Metode Water Balance Kebutuhan air untuk pengolahan tanah menentukan kebutuhan minimum air irigasi. Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air, yaitu besarnya air untuk penjenuhan, pelumpuran, genangan air, lamanya pengolahan tanah, evaporasi dan perkolasi yang terjadi.Kebutuhan air di sawah pada umumnya dinyatakan dengan persamaan berikut (Ditjen Pengairan2, 1986:5): NFR = ETc + P – Reff + WLR Dimana : NFR =Kebutuhan air bersih di sawah (mm/hari) ETc = Penggunaan Konsumtif (mm/hari) P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari) Reff = Curah hujan efektif (mm/hari) WLR = Pergantian lapisan air (mm/hari) a.Pengolahan Lahan Metode yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan irigasi selama pengolahan tanah yang diterapkan dalam KP-01 dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). M .ek IR k (e 1) Keterangan: IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensasi kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1x ETo selama penyiapan lahan (mm/ hari) P = Perkolasi k = M.T/S
b.Evapotranspirasi Perhitungan evapotranspirasi metode Penman Modifikasi dinyatakan dalam persamaan (Hadisusanto, 2011:92): ETo = c [W. Rn + (1-W).f(U).(es-ea)] dimana: ETo = Evapotranspirasi (mm/hari) W = Temperatur yang behubungan dengan faktor penimbang Rn = Net radiasi equivalen evaporasi (mm/hari) f(U) = fungsi kecepatan angin (es-ea) = saturation defisit (mbar) c = Faktor pendekatan untuk konpensasi efek kondisi cuaca siang dan malam hari
S
e
= jangka waktu penyiapan lahan, hari = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm. = Bilangan ekspotensial (2,71828)
LPR-FPR Kebutuhan air irigasi dapat dihitung salah satunya dengan metode FPR (faktor palawija relatif)-LPR (luas palawija relatif). Persamaan untuk metode FPR yaitu : Q FPR LPR Dengan : FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol) Q = Debit yang mengalir di sungai (ltr/det) LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol) Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Jenis Tanah Jenis Tanah Alluvial
FPR (l/det) ha. palawija Air Air Air cukup kurang memadai 0.18 0.18 - 0.36 0.36
Latosol
0.12
0.12 - 0.23
0.23
Grumosol
0.06
0.06 - 0.12
0.12
Giliran
Perlu
Mungkin
Tidak
3
Sumber: Ditjen Pengairan , 1997
Nilai LPR adalah perbandingan kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman pembanding yang digunakan adalah palawija yang mempunyai nilai satu. Tabel 2. Angka Pembanding LPR Tanaman No 1 2
Jenis Tanaman
Koefisien Pembanding 1
Palawija Padi musim penghujan (rendeng) a. Pembibitan 20 b. Garap/ 6 pengolahan tanah c. Pertumbuhan 4 /pemeliharaan 3 Padi musim kemarau Sama dengan (gadu ijin) padi rendeng 4 Padi Gadu tidak ijin 1 Tebu 5 a. Bibit / muda 1,5 b. Tua 0 6 Tembakau / Rosela 1 Pengisian tambak 7 3 (sawah tambak) Sumber : Ditjen Pengairan3, 1997
Pemberian Air Irigasi Mengingat pentingnya fungsi air bagi penanaman padi di sawah, maka pengaturan pemberian air perlu disesuaikan dengan kebutuhannya. Kebutuhan air tanaman dapat juga dihitung berdasarkan kebutuhan air di lapangan dan debit yang diperlukan pada pintu pemasukan yaitu: HxA Q1 x10.00 0 T Dimana : Q1 = Kebutuhan harian air di 3 lapangan/petak sawah (m /hr) H = Tinggi genangan (m) A = Luas area sawah (ha) T = Interval pemberian air (hari) Pemberian air untuk tanaman padi berbeda-beda, tergantung dengan iklim, tanah, debit air, kebutuhan tanaman dan kebiasaan petani. Menurut cara pemberiaannya, pemberian air untuk tanaman padi.
Gambar 1. Pengaturan Air Tiap Masa Pertumbuhan Tanaman Padi Sumber : Departemen Pertanian, 1997:159 a. Penggenangan Terus-menerus Air irigasi yang dialirkan ke petak sawah secara terus menerus di seluruh area irigasi. Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air harus betul-betul terjamin dan drainase harus berfungsi dengan baik untuk membuang kelebihan air terutama dimusim hujan. b. Pengairan Terputus-putus Metode SRI (System of Rice Intensification) pada budidaya padi dilakukan dengan memberikan air irigasi secara terputus-putus (intermittent). Irigasi diberikan pada saat tanah cukup kering (batas bawah) sampai genangan dangkal (batas atas). Setelah batas atas tercapai irigasi dihentikan dan genangan air di lahan dibiarkan berkurang hingga batas bawah kembali tercapai. Batas atas irigasi adalah macak-macak atau genangan 2. Batas bawah irigasi adalah saat kondisi air di lahan terlihat retak rambut
Gambar 2. Skema Pemberian Air Metode SRI Sumber:Puslitbang Sumber DayaAir,2010 Metode irigasi SRI memiliki ciri khas sebagai berikut:
1. Irigasi terputus macak-macak atau genangan dangkal (± 2 cm) sampai retak rambut 2. Tanam benih muda (10 hari setelah semai) dan satu lubang satu 3. Jarak tanam lebar 30cm x 30cm, 40cm x 40cm 4. Penggunaan pupuk organik (kompos) 5. Penyiangan minimal empat kali pada umur tanaman 10, 20, 30 dan 40 Hari Setelah Tanam (HST) 6. Pengendalian hama terpadu.
3. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Studi Kabupaten Malang terletak pada koordinat antara 112o 17’ 10,90” – 122o 57’ 00,00” Bujur Timur dan antara 7o 44’ 55,11” – 8o 26’ 35,45” Lintang Selatan.
Intensitas tanam Intensitas tanam adalah prosentase dari perbandingan antara luas pencapaian tanam pada suatu lahan dengan luas lahan yang bersangkutan dalam kurun waktu setahun. (Priyantoro, 1984:135) Gambar 3. Peta Lokasi Studi Gilir dan Golongan Sistem Giliran adalah cara pemberian air disaluran tersier atau saluran utama dengan interval waktu tertentu bila debit yang tersedia kurang dari faktor K. Sistem golongan adalah sawah dibagi menjadi golongan - golongan saat permulaan pekerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing-masing. Faktor K adalah perbandingan antara debit tersedia di bendung dengan debit yang dibutuhkan pada periode pembagian dan pemberian air. Debit yang tersedia K Debit yang dibutuhkan Pada kondisi air cukup (faktor K=1), pembagian dan pemberian air adalah sama dengan rencana pembagian dan pemberian air. Pada saat terjadi kekurangan air (K<1), pembagian dan pemberian air disesuaikan dengan nilai faktor K yang sudah dihitung. Tabel 3. Kriteria Pemberian Air dengan Faktor K Faktor K = 0,75 – 1,00 Faktor K = 0,50 – 0,75 Faktor K = 0,25 – 0,50 Faktor K < 0,25
Terus menerus Giliran di saluran tersier Giliran di saluran sekunder Giliran di saluran primer
Sumber : Kunaifi, 2010.
Langkah-langkah Pengolahan Data Tahapan-tahapan perhitungan dan pengolahan data dalam studi ini, adalah: 1. Perhitungan debit andalan. 2. Perhitungan hujan efektif 3. Mengevaluasi tata tanam eksisting 4. Menghitung kebutuhan air menggunakan metode Water Balance. 5. Menghitung kebutuhan air irigasi rencana berdasarkan hasil evaluasi FPR-LPR. 6. Menganalisa keseimbangan air kondisi eksisting. 7. Membuat alternatif pola tata tanam berdasarkan hasil neraca air. 8. Menghitung kebutuhan air irigasi rencana berdasarkan Metode SRI (System Rice of Intensification) 9. Menganalisa keseimbangan air. 10. Perencanaan pembagian dan pemberian air irigasi 11. Intensitas tanam padi meningkat. 4. PEMBAHASAN Debit Andalan Hasil perhitungan debit andalan dan curah hujan efektif, dengan merangking data mulai dari besar hingga kecil,
peluang terjadinya dengan persamaan Weibull dengan keandalan 80% (Q80). Tabel 4. Perhitungan Debit Andalan
Tabel 5. Rekapitulasi Rerata Intensitas Tanam Eksisting Tahun 2007-2012 TAHUN
Bulan (lt/dtk)
Tak Terpenuhi No (%) I
Januari II III
I
Februari II III
I
Maret II III
April II III
I
Mei II III
I
Juni II III
I
1
20,00
422 422 394 374 450 412 410 409 430 337 320 352 341 431 418 416 395 395
2
40,00
428 428 405 432 478 478 460 427 454 358 332 403 431 440 432 419 434 410
3
60,00
482 482 468 468 498 498 478 478 478 449 388 420 440 450 437 426 432 419
4
80,00
5
100,00
600 597 564 533 557 557 498 498 479 498 431 477 464 466 465 426 419 410 681 628 597 583 583 581 531 531 498 523 434 530 484 490 476 430 434 426 422 422 394 374 450 412 410 409 430 337 320 352 341 431 418 416 395 395
Q80
No
Tak Terpenuhi (%)
Juli I
II
Bulan (lt/dtk) September Oktober
Agustus III
I
II
III
I
II
III
I
1
20,00
2
40,00
395 395 395 368 190 106 106 102 86 88 405 405 400 372 390 394 212 212 154 102
3
November
II
III
I
II
III
86 91
88 91
91 99
99 99
99 99
Desember I
II
III
100 122 122 130 130 195
60,00
426 417 419 372 320 206 275 223 162 154 154 126 126 126 126 212 212 212
4
80,00
426 417 419 395 402 397 294 248 212 154 144
5
100,00 Q80
99
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 RERATA MT I RERATA MT II RERATA MT III RERATA TOTAL Sumber: Hasil Analisa
INTENSITAS TANAM RERATA (%) PADI PALAWIJA TEBU TOTAL 150,36 62,47 44,89 257,72 142,28 80,05 44,89 267,22 144,66 60,10 44,89 249,64 140,86 78,15 45,61 264,61 128,50 111,88 45,61 285,99 77,62 5,27 15,06 97,96 63,71 20,00 15,06 98,76 0,00 53,25 15,06 68,31 141,33 78,53 45,18 265,04
132 130 212 285 285 332
438 445 448 440 402 397 324 275 275 212 212 212 212 212 247 538 538 640 395 395 395 368 190 106 106 102 86 88 86 88 91 99 99 100 122 122
Evaluasi Kebutuhan Air Berikut ini adalah kebutuhan air irigasi hasil evaluasi berdasarkan hasil evaluasi FPR-LPR.
Sumber : Hasil Perhitungan
Evaluasi Tata tanam Eksisting Evaluasi pencapaian intensitas tanam eksisting 5 tahun masa tanam terakhir. Tabel 6. Kebutuhan Air Nyata Berdasarkan OP Metode LPR-FPR Masa Tanam 2007-2012 2007/2008 Keterangan
Padi Rendeng
Padi Gadu Ijin
Tebu
2009/2010
2010/2011
2011/2012
Tinggi Genangan Rerata
Kebutuhan Air Rerata
Tinggi Genangan Rerata
Kebutuhan Air Rerata
Tinggi Genangan Rerata
Kebutuhan Air Rerata
Tinggi Genangan Rerata
Kebutuhan Air Rerata
Tinggi Genangan Rerata
Rekapitulasi Rerata Kebutuhan Air Nyata
Rekapitulasi Tinggi Genangan Rerata
(ltr/dt/ha)
(mm/hari)
(ltr/dt/ha)
(mm/hari)
(ltr/dt/ha)
(mm/hari)
(ltr/dt/ha)
(mm/hari)
(ltr/dt/ha)
(mm/hari)
(ltr/dtk/ha)
(mm/hari)
Bibit
6,788
58,644
6,367
55,008
6,312
54,535
5,568
48,109
6,523
56,362
Keb. Air untuk Pembibitan
Pembibitan
Garap
2,036
17,593
1,910
16,502
1,894
16,361
1,670
14,433
1,957
16,909
6,529
56,410
Tanam
1,366
11,799
1,281
11,067
1,327
11,465
1,464
12,651
1,512
13,066
Keb. Air untuk Pengolahan Tanah
Pengolahan Tanah
Bibit
6,512
56,264
6,421
55,478
6,315
54,558
6,975
60,264
7,509
64,876
1,959
16,923
Garap
1,954
16,879
1,926
16,643
1,894
16,367
2,093
18,079
2,253
19,463
Kebutuhan Air Tanam Padi
Tanam Padi
Tanam
1,306
11,280
1,297
11,204
1,028
8,880
1,497
12,937
1,405
12,140
1,348
11,649
0,330
2,847
0,315
2,719
0,264
2,277
0,305
2,635
0,551
4,759
Kebutuhan Air Padi Gadu Tak Ijin
Padi Gadu Tak Ijin
Padi Gadu Tak Ijin Palawija
2008/2009
Kebutuhan Air Rerata
MH
0,338
2,918
0,318
2,751
0,326
2,815
0,430
3,713
0,379
3,270
0,353
3,047
MK I
0,332
2,872
0,327
2,826
0,280
2,419
0,361
3,118
0,420
3,626
Kebutuhan Air Palawija
Palawija
MK II
0,342
2,952
0,316
2,733
0,100
0,867
0,291
2,515
0,437
3,777
0,333
2,878
Muda
0,504
4,350
0,469
4,055
0,298
2,571
0,307
2,654
0,571
4,935
Kebutuhan Air Tebu Muda
Tebu Muda
Tua
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,430
3,713
Sumber : Hasil Perhitungan
Selain kebutuhan air nyata dari perhitungan tersebut juga didapat nilai FPR sebesar MT I= 0,325; MT II= 0,346; dan MT III= 0,333. Didapatkan pula kriteria Koefisien Pembanding LPR Tanaman, Fase Pembibitan= 17,577; Pengolahan Tanah= 5,273; Pemeliharaan= 3,629; Padi Gadu Tak Ijin= 0,731; Palawija= 0,814 dan Tebu Muda= 1,179.
Gambar 3. Pengukuran Tinggi Genangan Sumber: Hasil Survei Kondisi dilapangan tinggi genangan pada pematang sawah pada fase vegetatif adalah 5cm–10cm. Apabila dibandingkan pemberian air hasil evaluasi, pemberian air dilapangan lebih boros.
Neraca Air Dari hasil analisa neraca air kondisi eksisting Masa Tanam 2007-2008 sampai 2011-2012 dapat kebutuhan kondisi eksisting dibandingkan dengan Qeksisting, MT I, MT II dan MT III terpenuhi kebutuhan air irigasi. Sedangkan dapat kebutuhan kondisi eksisting dibandingkan dengan Qandalan, MT I, MT II dan MT III cenderung kurang terpenuhi kebutuhan air irigasi hampir pada semua bulan. Rencana Tata tanam Dengan mempertimbangkan pola tanam petani setempat yaitu Padi+Palawija+Tebu, Padi+Palawija +Tebu, Padi+Palawija+Tebu. Intensitas tanam padi dapat ditingkatkan hingga 175,88% dalam setahun.
Rencana Pembagian Golongan Pembagian golongan dibagi berdasarkan rincian sebagai berikut: Wn.1.ka; Wn.2.ki; dan Wn.3.ki menjadi Golongan I dibagi menurut Metode SRIsesuai dengan kriteria lokasi budidaya. Wn.3.ka menjadi Golongan II menggunakan Metode Konvensional dan harus dipisahkan dengan golongan yang lain, karena pada saluran Wn.3.ka dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air industri PT. PINDAD Persero. Wn.3.te dan Wn.4.ki menjadi Golongan III menggunakan Metode Konvensional. Wn.5.ki, dan Wn.5.ka menjadi Golongan IV menggunakan Metode Konvensional. PETA PEMBAGIAN GOLONGAN D.I. SUMBER WUNI K.Jaruman
Sbr.Wuni
D.Rampal
421
BLOK GOLONGAN I B.S Sbr.Wn 1 B.S Sbr.Wn 2 Wn 1 ka 7 Ha
Wn.2 ki 14 Ha
B.B Sbr.Wn Wn.3 ka 8 Ha
Wn.3 ki 76 Ha
BLOK GOLONGAN II SAL SBR WUNI
Wn.3 te 50 Ha
B.S Sbr.Wn 3
B.S Sbr.Wn 4 Wn.5 ka 124 Ha
Wn 4 ki 62 Ha
BLOK GOLONGAN III Wn 5 ki 80 Ha
BLOK GOLONGAN IV
Gambar 4. Peta Pembagian Golongan D.I. Sumber Wuni Sumber: Hasil Analisa
Rencana Pemberian Air Irigasi Fase Kegiatan Tanaman Padi a. Persemaian selama ± 30 hari dengan perbandingan 5% luas lahan b. Pengolahan tanah selama ± 30 hari dengan perbandingan 95% luas lahan c. Pemeliharaan tanaman ± 90 hari dengan perbandingan 100% luas lahan. Kebutuhan air rencana ini dihitung dengan metode FPR-LPR. Satuan Pengali/Kelipatan Palawija Relatif a. Persemaian =17,577 Ha.Pol b. Pengolahan = 5,273 Ha.Pol c. Pemeliharaan tanam = 3,629 Ha.Pol d. Palawija = 0,814 Ha.Pol e. Tebu (Bibit dan Muda) = 1,179 Ha.Pol Dengan nilai FPR sebagai berikut: a. Musim Tanam I : 0.325 ltr/dt/ha.pol b. Musim Tanam II : 0,346 ltr/dt/ha.pol c. Musim Tanam III : 0,333 ltr/dt/ha.pol Pengaplikasian Metode SRI harus meninjau lokasi studi. Terdapat beberapa kriteria lokasi untuk budidaya padi Metode SRI: (Kementerian Pertanian, 2014:12) a. Hamparan lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin. b. Luas hamparan masing-masing kelompok minimal 20 Ha. c. Bukan daerah rawan genangan / banjir dan infrastruktur drainase cukup memadai. d. Diutamakan yang di daerah sekitarnya tersedia bahan organik (hijauan, kotoran hewan). e. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 ha / KK Untuk daerah studi ini, karena tanahnya merupakan tanah dengan tingkat perkolasi sedang atau rendah batas atas dan batas bawah irigasi mengacu pada metode yang biasa dilakukan petani di Jawa Barat. Batas atas irigasi adalah macak-macak (pada fase vegetatif) atau genangan 2 cm (pada fase generatif). Batas bawah irigasi adalah saat kondisi di lahan terlihat retak rambut.
Dalam Studi ini dengan perhitungan rencana kebutuhan air irigasi dihitung dengan dua cara. Pertama dihitung dengan Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Kondisi Eksisting. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5 Tabel 7. Kebutuhan Air Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Kondisi Eksisting Uraian
Musim
Luas Baku sawah
I
II
III
Tabel 8. Kebutuhan Air Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Rencana. Musim
I
Kebutuhan Air Irigasi Konvensional SRI Gol. II Gol. III Gol. IV Tinggi Gol. I (m3/hari) (lt/det) (lt/det) (lt/det) (lt/det) Genangan 8 Ha 112 Ha 204 Ha (mm/hari) 97 Ha
77,62 % Padi - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegatatif - Pemeliharaan Fase Generatif 5,27 % Palawija dll 15,06 % Tebu
7,53 4517,76 564,72 451,78 138,10 584,30
0,09 52,29 6,54 5,23 1,60 6,76
1,77 10,11
24,84 45,24 141,58 257,88
1,92 10,92
7,33
102,56 186,80
7,91
2,85 11,77
0,12 0,50
63,71 % Padi - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegatatif - Pemeliharaan Fase Generatif 20,00 % Palawija dll 15,06 % Tebu
6,18 3707,66 463,46 370,77 523,80 584,30
0,07 42,91 5,36 4,29 6,06 6,76
1,55 8,84
21,71 39,55 123,78 225,45
1,68 9,55
6,40
89,66
163,31
6,92
0,45 0,49
6,31 6,89
11,50 12,54
0,49 0,53
0,00 % Padi - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegatatif - Pemeliharaan Fase Generatif 53,25 % Palawija dll 15,06 % Tebu
0,00 0,00 0,00 0,00 1394,73 584,30
0,00 0,00 0,00 0,00 16,14 6,76
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,11 0,46
1,56 6,46
0,00
0,00
0,00
0,00
1,15 0,47
16,15 6,62
29,41 12,05
1,25 0,51
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 5. Neraca Air Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Kondisi Eksisting Dari hasil analisa neraca air diatas masih ada air yang tersisa pada beberapa bulan, maka intensitas tanam masih dapat ditingkatkan. Kedua dihitung dengan Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Rencana. Ditampilkan pada Tabel 8 dan Gambar 6.
II
1,77 10,11 7,33 7,33 0,11 0,46
1,55 8,84 6,40 6,40 0,45 0,49
III
Uraian
Luas Baku sawah Padi 54,43 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegatatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 5,27 % Tebu 12,80 %
Kebutuhan Air Irigasi SRI Konvensional Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Tinggi (m3/hari) (lt/det) (lt/det) (lt/det) (lt/det) Genangan 97 Ha 8 Ha 112 Ha 204 Ha (mm/hari) 5,28 3167,83 395,98 316,78 138,02 496,64
0,06 36,66 4,58 3,67 1,60 5,75
1,24 7,09
17,42 99,27
31,72 180,82
1,34 7,66
5,14
71,91
130,98
5,55
0,11 0,39
1,56 5,49
2,84 10,01
0,12 0,42
Padi 76,45 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegatatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 10,75 % Tebu 12,80 %
7,42 4449,39 556,17 444,94 281,54 496,64
0,09 51,50 6,44 5,15 3,26 5,75
1,86 10,61
26,06 148,54
47,46 270,55
2,01 11,46
7,69
107,60
195,98
8,30
0,24 0,42
3,39 5,85
6,18 10,66
0,26 0,45
Padi 45,00 % - Persemaian - Pengolahan Lahan - Pemeliharaan Fase Vegatatif - Pemeliharaan Fase Generatif Palawija dll 42,20 % Tebu 12,80 %
4,37 2619,00 327,38 261,90 1105,22 496,64
0,05 30,31 3,79 3,03 12,79 5,75
1,05 6,00
14,74 84,00
26,84 152,99
1,14 6,48
4,35
60,85
110,83
4,69
0,91 0,40
12,80 5,62
23,31 10,24
0,99 0,43
Sumber : Hasil Perhitungan
0,00 0,00 0,00 0,00 1,15 0,47
Gambar 6. Neraca Air Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Rencana. Rencana Jadwal Rotasi Perhitungan ini didasarkan atas memperhatikan jumlah ketersediaan air dan debit yang dibutuhkan untuk irigasi, pada Metode SRI dan Konvensional dengan Pola Tanam Rencana. Rata-rata petani bekerja 12 jam dalam sehari dengan periode gilir selama 10 harian, berikut rumus yang digunakan: • Faktor K > 0,75 = Penggenangan terusmenerus • Faktor K 0,5 - 0,75 = Gilir Tersier • Faktor K 0,25-0,5 = Gilir Sekunder Periode 1 = Periode 2 =
Keb. Gol III Keb. Gol III Keb. Gol IV Keb. Gol IV Keb. Gol III Keb. Gol IV
x 120 x 120
1,24 7,09 5,14 5,14 0,11 0,39
1,86 10,61 7,69 7,69 0,24 0,42
1,05 6,00 4,35 4,35 0,91 0,40
Untuk Golongan I dan Golongan II tidak Golongan III dan Golongan IV dalam 1 diberlakukan sistem rotasi. Untuk hari diberlakukan 2 periode. Tabel 9. Detail Jadwal Pembagian Air Metode SRI (System of Rice Intensification) dan Metode Konvensional dengan Pola Tanam Rencana Lama Gilir (jam) Periode I
Jadwal Pemberian Air (hari ke-) (Operasi pukul 05.00 -17.00)
Periode II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Secara Terus-menerus
Gol.4
Gol.3 Gol.3
09.00
Gol.4 Gol.4
Gol.3 09.00
Gol.4
Gol.3 Gol.3
09.00
Gol.4 Gol.4
Gol.3 09.00
Gol.4
Gol.3 09.00
Gol.4
09.00
Gol.3
Gol.4
Gol.3
09.00
Gol.4
Gol.3
Gol.3
Gol.4
10.00
77
10.00
10.00
43
Gol.4
Gol.3
Secara Terus-menerus
Secara Terus-menerus Secara Terus-menerus Secara Terus-menerus Secara Terus-menerus Secara Terus-menerus
Gol.4
09.00
Gol.3
Gol.4
09.00
09.00
Gol.3 09.00
Gol.4
Gol.3 09.00
Gol.4
Gol.3 09.00
Gol.4
Gol.3
09.00
Gol.4
Gol.4
Gol.3
Gol.3 10.00
77
10.00
43
Gol.4
Gol.3
Secara Terus-menerus
10.00
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Gol IV Gol III Gol II Gol I Gol IV Gol III Gol II Gol I Gol IV Gol III Gol II Gol I
Jadwal
Sumber: Hasil Analisa
dan Metode Konvensional dengan pola Rekapitulasi kebutuhan Air Irigasi Berdasarkan hasil rekapitulasi tanam rencana memiliki debit air yang kebutuhan air irigasi dan dibandingkan seimbang, dan untuk intersitas tanam lebih dengan debit yang tersedia, Metode SRI unggul dengan metode yang lain. Tabel 10. Prosentase Penghematan Air Irigasi Periode Metode LPR-FPR Metode SRI + Metode Konvensional Musim (Evaluasi Kondisi Eksisting) (Pola Tanam Eksisting) Tanam lt/dt lt/dt I 4451,637 3787,215 II 5280,340 4129,869 III 3392,097 1454,367 Total 13124,074 9371,451 Prosentase Pemakaian Metode SRI + Metode Konvensional (Pola Tanam Eksisting) Terhadap Metode LPR-FPR (Kondisi Eksisting) Sumber: Hasil Perhitungan
Metode SRI + Metode Konvensional (Pola Tanam Rencana) lt/dt 3247,321 4352,327 3477,971 11077,619 28,59%
Sedangkan apabila ditinjau dari Konvensional dengan pola eksisting lebih penghematan air dengan intensitas tanam hemat 28,59% dibandingkan Metode yang sama, Metode SRI dan Metode LPR-FPR (Kondisi Eksisting). Tabel 11.Rekapitulasi Analisa Penghematan dan Peningkatan D.I. Sumber Wuni Keterangan SIDLACOM Posisi Kebutuhan Air Irigasi Maksimal (lt/dt) Total Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt) Penghematan Air Irigasi Terhadap Kondisi Eksisting Intensitas Tanam Padi Total Intensitas Tanam Peningkatan Intensitas Tanam Padi Terhadap Kondisi Eksisting Sumber: Hasil Analisa
Metode Metode LPR-FPR Water Balance (Evaluasi Kondisi Eksisting) SIDLAC OM Perencanaan Evaluasi 235,686 529,168 3574,330 13124,074
Metode SRI + Metode Konvensional (Pola Tanam Eksisting)
Metode SRI + Metode Konvensional (Pola Tanam Rencana)
Penghematan 516,549 9371,451
Penghematan 525,311 11077,619
28,59% 265,04%
141,33% 265,04%
141,33% 265,04%
175,88% 272,50% 34,55%
Metode SRI dan Metode Konvensional dengan pola tanam rencana merupakan pengoptimalan debit yang tersedia dengan pengaturan tata guna air yang optimal guna meningkatkan intensitas tanam padi yang optimal dan tetap meninjau Metode Water Balance sebagai dasar perencanaan dan metode LPR-FPR sebagai hasil evaluasi. 5. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil pembahasan dari studi ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah: 1) Berdasarkan hasil perhitungan analisa neraca diketahui bahwa kebutuhan kondisi eksisting dibandingkan dengan Qeksisting, MT I, MT II dan MT III terpenuhi kebutuhan air irigasi. Sedangkan dapat kebutuhan kondisi eksisting dibandingkan dengan Qandalan, MT I, MT II dan MT III cenderung kurang terpenuhi kebutuhan air irigasi hampir pada semua bulan. Intensitas tanam total kondisi eksisting mencapai 265,04 %, dengan rincian intensitas tanam tanaman padi 141,33 %, intensitas tanam tanaman palawija 78,53 %, dan intensitas tanam tanaman tebu 45,18 %. 2) Rencana tata tanam pada D.I. Sumber Wuni adalah Padi+Jagung+Tebu (MH) - Padi+ Jagung +Tebu (MK I) - Padi+ Jagung +Tebu (MK II). Dari hasil evaluasi besarnya intensitas tanam total dari 265,04 % dapat meningkat menjadi 272,50% (terjadi peningkatan 7,46%), dengan rincian intensitas tanam padi meningkat dari 141,33 % menjadi 175,88% (terjadi peningkatan 34,55%). 3) Sistem pemberian dan pembagian air pada Daerah Irigasi Sumber Wuni apabila menggunakan Metode SRI dan Metode Konvensional (penggenangan terus menerus) dengan pola tanam rencana pemberian air dapat dilakukan secara terus-menerus pada MT II sedangkan MT I dan MT III pemberian
air dilakukan secara rotasi, untuk pembagian air dilakukan gilir tingkat sekunder, dengan lama gilir 43 jam untuk golongan III dan gilir pada golongan IV selama 77 jam. Sedangkan untuk golongan I dan golongan II dilakukan secara terus menerus dan tidak diperkenankan untuk dilakukan sistem rotasi. 4) Penghematan air dapat dilakukan dengan kondisi intensitas tanam sama dengan kondisi eksisting, Metode SRI dan Metode Konvensional (penggenangan terus menerus) dengan pola tanam kondisi eksisting lebih hemat 28,59% dibandingkan Metode LPR-FPR (Evaluasi Kondisi Eksisting). Saran Dari hasil analisa yang perlu diperhatikan adalah ketaatan petani dalam melakukan tata tanam sesuai dengan RTTG yang telah ada. Perlu diperhatikan untuk juru dalam pemberian dan pembagian air irigasi. Untuk meningkatkan hasil produksi padi dan penggunaan air secara efisien dan efektif maka penanaman padi menggunakan metode SRI merupakan solusi yang tepat yang dapat diterapkan oleh para petani. Selain memerlukan tenaga petani yang trampil, perlu adanya perhatian khusus serta pendampingan dan pembinaan dari pemerintah setempat seperti pengenalan penanaman padi metode SRI. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-sayuran. Jakarta: Departemen Pertanian, Badan Pengendali Bimas Ditjen Pengairan1. 1986. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01. Bandung: Ditjen. Pengairan Dep. PU Galang Persada Ditjen Pengairan2. 1986. Kriteria Perencanaan Penunjang. Bandung:
Ditjen. Pengairan Dep. PU Galang Persada Ditjen Pengairan3. 1997. Pedoman Umum Operasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Bandung: Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum – Japan International Cooperation Agency (JICA). Kementerian Pertanian. 2014. Konsep Pedoman Teknis Pengembangan System of Rice Intensification TA.2014. Jakarta: Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan Air DI. Tibunangka dengan Sumur Renteng pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis
tidak dipubikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Priyantoro, Dwi.1984. Studi Alternatif Pemberian Air Irigasi sebagai Usaha menaikkan Intensitas Tanam Di Jaringan Irigasi Bendung Tumpang. Studi Akhir tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Puslitbang Sumber Daya Air. 2010. Irigasi Hemat Air Pada Budidaya Padi Dengan Metode Sri System Of Rice Intensification. http://www.pusairpu.go .id/index.php/hasil-litbang/214-irigasihemat-air-pada-budidaya-padi-denganmetode-sri-system-of-riceintensification. (diakses tanggal 1 September 2013)