EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG
Oleh : ASEP SAEPUL MUSLIM A24103013
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
SUMMARY ASEP SAEPUL MUSLIM. Bund Terraces and Silt Pits Effectiveness to Reduce Overland Flow and Soil Erosion in Oil Palm Plantation Area in Rejosari Management Unit, PT. Perkebunan Nusantara VII, Lampung. (Under Supervision by Yayat Hidayat and Edy Sigit Sutarta). Oil palm plant is require a lot of water. The is plant suitable growth in humid tropical region such as in Indonesia. Averages rainfall required are 20002500 mm/years which it’s rainfall spread out evently throughout years, and has dry spell less than two months. Water management in oil palm plantation area, must be need to be practiced as good as possible in order to minimize water excess in rainy season and water deficit in dry season. Objective of this research was to investigate effectiveness of bund terraces and silt pits application which combined with vertical mulches to reduce overland flow and soil erosion in oil palm plantation. The applied treatments were bund terraces which combined with vertical mulches in block I, no treatment (control) in block II, and silt pits which combined vertical mulches in block III. The research was conducted from February to September 2007 in oil palm plantation, Rejosari Management Unit, PTPN VII, South of Lampung. Overland flow and sediment discharge were measured in each outlet and inlet of their micro catchments using automatic water level recorder (AWLR), current meter, and sediment sampling. Water level recordered in 10 minutes interval, while measurement current velocity and sediment sampling conducted daily and in each rainfall event. Discharge and sediment rating curve were constructed to convert overland flow and sediment discharge continuously from each water level recordered. Overland flow in bund terraces and silt pits treatments which combined with vertical mulches were 26.17 mm and 1.99 mm respectively, lower than overland flow in no treatment (60.66 mm). While total sediment load and soil erosion in bund terraces and silt pits which combined with vertical mulches were 4.82 kg/ha and 0.13kg/ha respectively, lower than sediment load in no treatment 15.02 kg/ha. Whereas soil erosion (total erosion) on each micro catchment are 238.68 kg/ha (bund terraces), 13.90 kg/ha (silt pit) and 729.28 kg (no treatment).
3
Bund terraces treatment which combined with vertical mulches were effective to reduce overland flow and soil erosion are 50.8 and 67.5 % respectively. While silt pits which combined with vertical mulches were effective to reduce overland flow and soil erosion till to 94.9 and 98.1 %.
4
RINGKASAN ASEP SAEPUL MUSLIM. Efektivitas Teras Gulud dan Rorak dalam Mengendalikan Aliran Permukaan dan Erosi pada Perkebunan Kelapa Sawit di Unit Usaha Rejosari, PT. Perkebunan Nusantara VII, Lampung. (Dibawah bimbingan Yayat Hidayat dan Edy Sigit Sutarta). Kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak dan tumbuh baik di Indonesia yang mempunyai iklim tropis basah. Curah hujan yang diperlukan rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi hujan merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Pengelolaan air di perkebunan kelapa sawit sangat perlu dilakukan sebaik mungkin supaya kelebihan air (water excess) pada musim penghujan dan kekurangan air (water deficit) pada musim kemarau dapat dikurangi seminimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal dalam menekan aliran permukaan dan erosi di perkebunan kelapa sawit. Perlakuan yang diterapkan adalah teras gulud yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal pada blok I, tanpa perlakuan (kontrol) pada blok II dan perlakuan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal pada blok III. Penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit Afdeling III Unit Usaha Rejosari, PTPN VII, Lampung Selatan dari bulan Februari sampai dengan September 2007. Pengukuran aliran permukaan dan erosi dilakukan di setiap outlet dan inlet dari ketiga micro catchment dengan menggunakan automatic water level recorder (AWLR), current meter, dan contoh sedimen. Tinggi muka air dicatat setiap interval 10 menit, sedangkan pengukuran kecepatan arus dan pengambilan contoh sedimen dilakukan bersamaan dan pada saat terjadi hujan. Kurva lengkung debit aliran dan sedimen dibuat untuk memprediksi nilai overland flow dan sedimen secara kontinyu dari setiap tinggi muka air. Aliran permukaan pada perlakuan teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal masing-masing sebesar 26.17 mm dan 1.99 mm, lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sebesar 60.66 mm. Sedangkan jumlah sediment load dan erosi tanah pada perlakuan teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal masing-masing sebesar 4.82 kg/ha dengan jumlah erosi sebesar 236.68 kg/ha dan 0.13 kg/ha
5
dengan jumlah erosi sebesar 13.90 kg/ha, lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sebesar 15.02 kg/ha dan 729.28 kg/ha. Teras gulud yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal efektif menekan overland flow dan erosi masing-masing sebesar 50.8 dan 67.5 %. Sedangkan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal efektif dalam menekan overland flow dan erosi hingga sebesar 94.9 dan 98.1 %.
6
EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ASEP SAEPUL MUSLIM A24103013
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
7
Judul Penelitian : Efektivitas Teras Gulud dan Rorak dalam Mengendalikan Aliran Permukaan dan Erosi pada Perkebunan Kelapa Sawit di Unit Usaha Rejosari, PT. Perkebunan Nusantara VII, Lampung Nama Mahasiswa : Asep Saepul Muslim Nomor Pokok
: A24103013
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Yayat Hidayat, M. Si NIP. 132 004 798
Dr. Edy Sigit Sutarta NIP. 110 411 686
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 11 Januari 1985. Penulis merupakan putra pertama dari pasangan Usto Supriyatna dan Hj. Heni Rohaeni. Pendidikan formal penulis dari SD sampai SMU diselesaikan di Garut. Tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kiansantang dan dilanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Garut. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 1 Tarogong Garut dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan Organisasi BEM TPB 2003/2004 sebagai pengurus Departemen Advokasi. Aktif dalam kegiatan OMDA HIMAGA (Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Mahasiswa Garut) sebagai Ketua HIMAGA 2006/2007, menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007 dan asisten mata kuliah Fisika Tanah tahun ajaran 2007/2008.
9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan, dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Rasullulah Muhammad SAW, atas segala perjuangan untuk mencapai sebuah kebenaran. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Teras Gulud dan Rorak dalam Mengendalikan Aliran Permukaan dan Erosi pada Perkebunan Kelapa Sawit di Unit Usaha Rejosari, PT. Perkebunan Nusantara VII, Lampung” merupakan bagian dari tugas akhir untuk memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang jumlah curah hujan, kurva lengkung debit aliran dan sedimen, curah hujan dan overland flow, intensitas hujan dan debit puncak serta pengaruh penerapan teknik konservasi tanah dan air terhadap aliran permukan dan erosi di perkebunan kelapa sawit. Penyusunan skripsi ini diperoleh dari data primer di lapangan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Direksi dan Staff Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan yang telah mendanai penelitian ini. 2. Manager dan Staff Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung beserta Sinder dan Staff Afdeling III.
10
3. Ir. Yayat Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing I atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 4. Dr. Edy Sigit Sutarta selaku Dosen Pembimbing II (Tim Peneliti PPKS) atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 5. Dr. Ir. Sudarmo, M.Si (Alm) selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala bimbingan, nasihat, kritik, saran dan arahan yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 6. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS yang telah memberikan dukungan dan semangat yang besar kepada penulis. 7. Ayah dan Ibu yang senantiasa menemani penulis dengan doa dan semangat yang tak henti untuk sebuah kehidupan yang harus diperjuangkan. 8. Siska Fitriyani I yang selalu setia menunggu dan menemani penulis, memberi semangat, doa, harapan untuk berjuang dan selalu mengingatkan untuk berjalan dalam kejujuran. 9. Hendra, Intan,Tutik, Mas Bekhi dan Pedro yang selalu membantu dan berjuang bersama untuk mensukseskan penelitian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bogor, Oktober 2007 Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Tujuan ..............................................................................................
1 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan ............................................................................ 3 2.1. Erosi ................................................................................................. 4 2.3. Sedimen ........................................................................................... 6 2.4. Konservasi Tanah dan Air ............................................................... 7 2.5. Teras Gulud ..................................................................................... 9 2.6. Rorak ............................................................................................... 10 2.7. Mulsa Vertikal ................................................................................. 10 2.8. Kelapa Sawit .................................................................................... 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat .......................................................................... 3.1. Bahan dan Alat ................................................................................ 3.3. Metode Penelitian ............................................................................ 3.3.1. Perlakuan ............................................................................... 3.3.2. Pengukuran Curah Hujan ...................................................... 3.3.3. Pengukuran Aliran Permukaan .............................................. 3.3.4. Pengukuran Debit Sedimen ................................................... 3.3.5. Pengolahan Data Aliran Permukaan ...................................... 3.3.6. Pengolahan Data Sedimen .....................................................
14 14 14 14 16 17 21 21 22
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administratif .................................................. 4.2. Keadaan Tanah ................................................................................ 4.3. Topografi ......................................................................................... 4.4. Iklim ................................................................................................
24 24 26 26
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Curah Hujan .................................................................................... 5.2. Kurva Lengkung Debit Aliran ......................................................... 5.3. Kurva Lengkung Debit Sedimen ..................................................... 5.4. Curah Hujan dan Overland Flow .................................................... 5.5. Intensitas Hujan dan Debit Puncak .................................................
28 29 31 32 39
12
5.6. Pengaruh Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Aliran Permukaan ............................................................. 41 5.7. Pengaruh Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Jumlah Sediment Load dan Erosi ..................................... 44 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 47 6.2. Saran ................................................................................................ 48 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49 DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 52
13
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks 1. Curah Hujan Bulanan Periode Februari-September 2007 ...................... 28 2. Curah Hujan dan Total Run Off Periode Februari-September 2007 ...... 38 3. Hubungan Intensitas Hujan dengan Debit Puncak ................................. 40 4. Curah Hujan, Overland Flow dan Debit Puncak pada MasingMasing Perlakuan .................................................................................... 42 Lampiran 1. Data Suhu dan Kelembaban Rata-Rata Bulanan di Daerah Penelitian Tahun 2007 ............................................................................................ 53 2. Data Curah Hujan Harian di Daerah Penelitian ..................................... 54 3. Data Tinggi Muka Air dan Debit Aliran ................................................ 59 4. Data Pengukuran Harian Total Run Off pada Setiap Perlakuan ............ 64 5. Data Curah Hujan, Overland Flow dan Erosi Setiap Kejadian Hujan ...................................................................................................... 72
14
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks 1. Teras Gulud (a) dan Rorak (b) yang dilengkapi dengan Lubang Resapan dan Mulsa Vertikal ..................................................... 15 2. Penakar Hujan Otomatis (a) dan Alat Pencatat Data (b) ........................ 17 3. Tata Letak Blok dan Peralatan pada Areal Penelitian ............................ 18 4. Weir (a), AWLR (Automatic Water Level Recorder) (b) dan Sekat Ukur (Fiskal) (c) ........................................................................... 19 5. Curah Hujan Bulanan ............................................................................. 29 6. Kurva Linier Tinggi Muka Air ............................................................... 30 7. Kurva Lengkung Debit Aliran ............................................................... 31 8. Kurva Lengkung Debit Sedimen ............................................................ 32 9. Grafik Hubungan Curah Hujan dan Overland Flow pada Perlakuan Teras Gulud (a), Kontrol (b) dan Rorak (c) .......................... 33 10. Curah Hujan dan Overland Flow pada Perlakuan Teras Gulud (a), Kontrol (b) dan Rorak (c) ....................................................................... 34 11. Curah Hujan dan Koefisien Overland Flow pada Perlakuan Teras Gulud (a), Kontrol (b) dan Rorak (c) ........................................... 37 12. Efektivitas Rata-Rata Perlakuan Teras Gulud dan Rorak dalam Menurunkan Aliran Permukaan ............................................................. 43 13. Efektivitas Rata-Rata Perlakuan Teras Gulud dan Rorak dalam Menurunkan Jumlah Sediment Load dan Erosi ...................................... 44
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tumbuh dengan baik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena di Indonesia memiliki iklim tropis basah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak dan umumnya dikembangkan pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Curah hujan yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (Fauzi et al., 2006). Untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman kelapa sawit memerlukan pengelolaan air sebaik mungkin supaya kelebihan air (water excess) dan kekurangan air (water deficit) dapat dikurangi seminimal mungkin. Kelebihan air pada musim hujan menyebabkan air mengalir langsung masuk ke sungai sehingga sangat sedikit dimanfaatkan oleh tanaman khususnya kelapa sawit. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran permukaan dan erosi yang mengakibatkan lapisan atas tanah terkikis oleh air sehingga unsur hara dan bahan organik yang ada di dalamnya ikut hilang dan tanah menjadi miskin hara diikuti dengan menurunnya kemampuan menyimpan air. Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi berupa kerusakan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah dapat mengakibatkan turunnya produktivitas lahan (Arsyad, 2000; Hashim et al., 1998; Suwardjo, 1981 dalam Sa’ad, 2004). Sedangkan pada musim kemarau defisit air yang merupakan masalah utama di daerah penelitian (Lampung Selatan)
2
mengakibatkan tidak adanya cadangan air tanah bagi tanaman sehingga pertumbuhan terganggu dan terjadi penurunan produksi. Defisit air yang mencapai 200 mm/tahun atau lebih pada areal pertanaman akan berpengaruh terhadap penurunan produksi kelapa sawit (Siregar, 1998). Untuk mengurangi terjadinya aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan cadangan air tanah, perlu adanya teknik konservasi seperti dengan pemberian mulsa, pembuatan guludan atau rorak yang mengikuti kontur agar air yang jatuh tidak terbuang begitu saja tetapi dapat meresap dan menjadi cadangan air pada saat musim kemarau tiba, mengingat iklim di daerah penelitian memiliki periode kering yang jelas.
1.2. Tujuan Mengkaji efektivitas penerapan teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal dalam menekan aliran permukaan dan erosi di perkebunan kelapa sawit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aliran Permukaan Aliran permukaan (overland flow) adalah bagian dari hujan (presipitasi) yang mengalir di atas permukaan tanah (Haridjaja et al., 1990). Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Schwab et al. (1981) menyatakan bahwa aliran permukaan tidak akan terjadi sebelum evaporasi, intersepsi, infiltrasi, simpanan depresi, tambatan permukaan dan tambatan saluran terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan yaitu iklim, topografi, vegetasi, geologi, tanah dan sifat DAS (Haridjaja et al., 1990). Iklim, terutama curah hujan, lama waktu hujan, intensitas dan penyebaran hujan mempengaruhi laju dan volume aliran permukaan (Asdak, 2004). Haridjaja et al. (1990) juga menyatakan bahwa pengaruh intensitas hujan terhadap jumlah dan laju aliran permukaan dapat dikatakan berbanding lurus. Artinya semakin besar atau tinggi intensitas hujan akan semakin besar pula aliran permukaan yang ditimbulkan. Begitu juga lamanya hujan, semakin lama hujan turun, maka aliran permukaan yang ditimbulkan semakin besar walaupun masih tergantung pada intensitas dan jumlah hujan. Pengaruh DAS terhadap aliran permukaan adalah melalui bentuk dan ukuran (morfometri) DAS, topografi, geologi, dan tataguna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi). Semakin besar ukuran DAS, semakin besar aliran permukaan dan volumenya (Asdak, 2004). Sifat
aliran
permukaan
yang
menentukan
kemampuan
dalam
menimbulkan aliran permukaan adalah jumlah, laju dan gejolak aliran permukaan.
4
Selain itu, sifat aliran permukaan dapat mempengaruhi kemampuannya untuk menimbulkan erosi (Arsyad, 2006). Jumlah aliran permukaan menyatakan jumlah air yang mengalir di permukaan tanah untuk suatu masa hujan atau masa tertentu dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm atau cm) atau dalam volume air (m3). Sedangkan laju aliran permukaan adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per satuan waktu, dinyatakan dalam m3/dtk atau m3/jam. Gejolak atau turbulensi yang terjadi sewaktu air mengalir di permukaan tanah merupakan peristiwa yang sangat berpengaruh sebagai penyebab erosi.
2.2. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin (Arsyad, 2006). Pada dasarnya erosi ditentukan oleh lima faktor yaitu iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia. Sitorus dan Tirtohadisurjo (1979) menyatakan bahwa jumlah hujan dan intensitas hujan akan menentukan jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan akibat erosi. Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi dalam suatu periode kemungkinan tidak akan menyebabkan erosi, jika intensitasnya rendah. Demikian juga halnya dengan suatu hujan yang intensitasnya tinggi, tetapi terjadi dalam periode yang singkat, kemungkinan juga tidak akan menyebabkan erosi karena air tidak cukup untuk mengalirkan tanah. Sebaliknya jika jumlah dan intensitas hujan tinggi akan mengakibatkan erosi yang hebat. Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai (DAS). Kedua faktor tersebut penting sebagai penyebab terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut
5
menentukan besarnya kecepatan dan volume aliran permukaan (Asdak, 2004). Semakin curam lereng maka semakin besar aliran permukaan yang dihasilkan dan semakin banyak sedimen yang terangkut sehingga menyebabkan terjadinya erosi. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, menurunkan kecepatan dan volume aliran permukaan, menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan (Asdak, 2004). Rahim (2003) juga menyatakan bahwa jenis tanaman yang biasa digunakan untuk penutup tanah adalah leguminosae (Centrosema pubescens dan Callopogonium muconoides). Pada umumnya, di tempat yang memiliki penutup tajuk yang rapat dan terdapat tanaman penutup tanah dengan kanopi yang rapat, dapat menekan aliran permukaan dan erosi dibandingkan dengan tanaman yang memiliki tajuk rapat tetapi tanaman penutup tanahnya dihilangkan. Hal ini didukung pernyataan dari Rahim (2003) bahwa pada perkebunan kelapa sawit memiliki laju erosi yang relatif rendah kecuali bila di bawah pepohonan kelapa sawit rumput atau serasah dibersihkan. Arsyad (2006) menjelaskan bahwa proses erosi yang disebabkan oleh air merupakan kombinasi dari empat sub proses yang berbeda, yaitu pemecahan, pengangkatan (entrainment), pengangkutan (transportation) dan pengendapan (deposition). Proses pemecahan terjadi akibat dari pukulan butir-butir hujan (gaya kinetik hujan) yang jatuh mengenai permukaan tanah sehingga tanah menjadi hancur dan terangkat, laju aliran permukaan yang besar menyebabkan muatan sedimen (sedimen terapung dan melayang) dan sedimen merayap terangkut.
6
Proses terakhir, sedimen diendapkan di suatu tempat bersamaan dengan berkurangnya laju aliran permukaan. Agar proses erosi itu dapat ditekan seoptimal mungkin, perlu adanya pengendalian erosi dengan tujuan untuk mengontrol laju erosi supaya berada dalam batas yang dapat ditoleransikan dan melestarikan produktivitas lahan (Sinukaban 1989). Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui pendekatan vegetatif, kimia, dan mekanik (Arsyad, 2006). Pada umumnya, kombinasi pendekatan vegetatif dan mekanik sering dilakukan dibandingkan dengan pendekatan kimia. Hal ini disebabkan bahwa pendekatan kimia memerlukan biaya yang mahal untuk pelaksanaannya dan memerlukan jumlah zat kimia yang banyak (Asdak, 2004).
2.3. Sedimen Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya (Asdak, 2004). Sedangkan sedimentasi adalah sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air yang diendapkan pada suatu tempat apabila energi aliran permukaan yang mengangkut bahan tanah yang telah hancur mulai berkurang (Sinukaban, 1979). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sedimen adalah perbedaan lereng, panjang lereng, sistem pertanaman, tindakan konservasi tanah yang diterapkan dan sifat-sifat tanah atau erodibilitas tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan (Sa’ad, 2004). Semakin panjang dan curam suatu lereng maka semakin banyak jumlah sedimen yang dihasilkan dan sebaliknya. Sistem pertanaman dan tindakan konservasi yang baik dapat mengurangi jumlah sedimen
7
yang terbawa oleh aliran permukaan. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah maka semakin peka tanah tersebut terhadap erosi. Transpor sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan dari tempat yang lebih tinggi (hulu) ke daerah hilir dapat mnyebabkan pendangkalan sungai dan daerah hilir tersebut menjadi lebih subur dibandingkan dengan daerah hulu akibat terdeposisinya unsur hara di daerah hilir (Asdak, 2004). Sa’ad (2004) juga menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi di daerah pengendapan adalah tertimbunnya lahan pertanian, pelumpuran, pendangkalan waduk dan kualitas air menjadi kurang baik untuk dimanfaatkan.
2.4. Konservasi Tanah dan Air Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanahnya, memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi air adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2006). Tujuan dari konservasi tanah dan air adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah, memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak, menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas. Selain itu, Sinukaban (1989) menyatakan bahwa pada umumnya, pengelolaan tanah dan penanaman mengikuti kontur dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi.
8
Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga golongan utama, yaitu metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia (Arsyad, 2006). Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau bagian-bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butiran hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi. Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode mekanik adalah memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Sedangkan metode kimia adalah penggunaan bahan kimia baik berupa senyawa sintetik maupun berupa bahan alami yang telah diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Struktur tanah yang stabil merupakan salah satu faktor yang berpengaruh positif terhadap pengurangan kepekaan erosi tanah dan pertumbuhan tanaman. Agar air hujan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan air aliran permukaan lebih terkendali perlu penerapan dari ketiga metode diatas (metode vegetatif, mekanik dan kimia). Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa metode vegetatif dan mekanik adalah metode yang paling banyak digunakan. Noeralam et al. (2003) menyatakan bahwa untuk mengurangi laju aliran permukaan dan erosi perlu dilakukan konservasi tanah dan air, seperti dengan pemberian mulsa, memotong
panjang lereng dengan pembuatan rorak dan
9
guludan yang dapat menampung aliran permukaan. Selain itu, Sinukaban (1990) menyatakan bahwa dengan pengolahan tanah konservasi (conservation tillage) dapat mengurangi erosi dan aliran permukaan dengan menghasilkan permukaan tanah yang kasar sehingga simpanan depresi dan infiltrasi meningkat serta dapat meninggalkan sisa-sisa tanaman dan gulma pada permukaan tanah agar dapat menahan energi butir hujan yang jatuh.
2.5. Teras Gulud Teras gulud adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang searah kontur dan di sebelah atas lereng guludan dibuat saluran yang mengikuti arah guludan. Adanya saluran tersebut dapat meningkatkan permukaan resapan dan terhambatnya aliran permukaan oleh adanya guludan akan memberikan kesempatan aliran permukaan untuk meresap ke dalam tanah di sekitar saluran lebih lama, sehingga jumlah kelebihan aliran permukaan yang hilang dari petakan berkurang (Rama Mohan Rao, Ranga Rao, Ramachandram dan Agnihorti, 1978 dalam Brata, 1998). Selain itu, dengan adanya lubang resapan di sekitar saluran, dapat mempercepat peresapan air ke dalam tanah sehingga sangat sedikit air yang terbuang ke sungai. Ukuran guludan memiliki dalam saluran 25-40 cm dengan lebar 30 cm dan tinggi tumpukan tanahnya 30-40 cm (Arsyad, 2006). Jarak antara guludan tergantung dari kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah dan erosivitas hujan. Brata (1998) menyatakan bahwa efektifitas pengurangan aliran permukaan dan erosi meningkat dengan semakin pendeknya jarak antara saluran. Selain itu, sedimen yang terbawa oleh air banyak terselamatkan. Pembuatan kontur atau
10
guludan dapat menurunkan erosi sebanyak 50 % pada kemiringan lereng yang sedang, tetapi efektivitasnya menurun pada lereng yang lebih curam (Sinukaban, 1989).
2.6. Rorak Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan. Rorak merupakan lubang yang digali ke dalam tanah dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang berisar dari 1 sampai 5 meter (Arsyad, 2006). Lubang yang digali kemudian diisi oleh serasah atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitarnya. Hal ini berfungsi untuk menampung aliran permukaan dan serasah atau sisa-sisa tanaman dapat menahan partikel tanah pada dinding rorak serta sebagai bahan organik yang merupakan sumber makanan bagi organisme tanah. Penelitian yang dilakukan oleh Noeralam et al. (2003) menyatakan bahwa teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak paling efektif mengurangi aliran permukaan yaitu 88 % dari aliran permukaan pada lahan terbuka tanpa teknik pengendalian aliran permukaan dan tanpa tumbuhan. Adanya rorak menyebabkan aliran permukaan tertampung di dalam rorak kemudian terinfiltrasi secara perlahan dan dapat dimanfaatkan oleh vegetasi sehingga tidak semua aliran permukaan sampai ke titik pembuangan (outlet).
2.7. Mulsa Vertikal Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Spain dan Mc Cune (1956) dalam Brata (1998). Mulsa
11
vertikal adalah penggunaan sisa tanaman (mulsa) untuk tindakan konservasi tanah melalui penimbunan sisa tanaman pada rorak, teras gulud, parit-parit teras atau parit yang dirancang mengikuti kontur yang berfungsi untuk mengendalikan laju erosi dan aliran permukaan. Arsyad (2006) menyatakan bahwa mulsa mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan sehingga mengurangi daya kuras aliran permukaan. Selain itu, mulsa vertikal dapat meningkatkan kesuburan tanah karena adanya penambahan bahan organik, meningkatkan peresapan air, meningkatkan kehidupan mikroorganisme tanah dan meningkatkan kelembaban tanah. Penggunaan mulsa vertikal merupakan salah satu tindakan konservasi yang tepat guna dalam mengurangi aliran permukaan dan erosi dibandingkan dengan mulsa konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brata (1995) didapat bahwa penggunaan mulsa vertikal mampu mengurangi aliran permukaan 67-82 % dibandingkan dengan mulsa konvensional. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lal et al. (1980 dalam Noeralam, et al., 2003) menyatakan bahwa pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi 3-4 kali terhadap kapasitas infiltrasi pada tanah tanpa mulsa. Brata (1998) juga menyatakan bahwa perlakuan teras gulud yang dikombinasikan dengan perlakuan mulsa vertikal mampu menekan aliran permukaan selama musim tanam dibandingkan dengan perlakuan mulsa konvensional. Pemanfaatan sisa tanaman untuk mulsa vertikal yang dimasukkan dalam saluran teras gulud dapat menjaga dan memperbaiki permukaan resapan
12
pada dinding dan dasar saluran sehingga agregat tanah menjadi lebih mantap dan resisten terhadap erosi. Sedangkan Lubis (2004) menyatakan bahwa pada perlakuan guludan bersaluran yang dilengkapi dengan mulsa vertikal efektif menekan aliran permukaan dan erosi sebesar 100 %. Hal ini terbukti dari jumlah sedimen 0 ton/ha dan laju aliran permukaan 0 m3/dtk.
2.8. Kelapa Sawit Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika, dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia. Daerah penyebarannya yaitu di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Jambi. Tanaman ini termasuk pada famili Arecaceae yang dulunya disebut dengan Palmae (Fauzi et al., 2006). Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah dan teknik budidaya yang dipakai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah iklim, yaitu curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan radiasi matahari. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah 2000-2500 mm/tahun dengan curah hujan merata sepanjang tahun tanpa ada bulan kering yang berkepanjangan (Fauzi et al., 2006). Suhu yang sesuai berkisar antara 18-32 ºC dan 24-28 ºC dengan kelembaban relatif > 75 % dan intensitas cahaya 5-7 jam/hari (Yahya, 2006).
13
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti Podsolik, Latosol, Alluvial, dan Regosol. Selain itu, kelapa sawit membutuhkan sifat fisik tanah yang baik seperti tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 2060 %, debu 10-40 %, dan liat 20-50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir, tanah gambut tebal, adanya lapisan padas, drainase yang jelek, tanah dengan solum dangkal, permukaan air tanah yang tinggi dan struktur tanah yang buruk (Yahya, 2006). Pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak terlalu dipengaruhi oleh sifat kimia tanah karena kekurangan unsur hara dapat dipenuhi melalui pemupukan. Tumbuh pada pH 4.0-6.5 sedangkan bentuk wilayah yang dibutuhkan adalah dengan kemiringan lereng 0-15 %, tidak ada rawa dan penggenangan, drainase baik serta pengaruh air pasang dan surut tidak ada (Fauzi et al., 2006).
14
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan September 2007 di perkebunan kelapa sawit Afdeling III Unit Usaha Rejosari, PT. Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII), Kecamatan Natar, Lampung Selatan.
3.2. Bahan dan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat penakar hujan (ombrometer), Weir (bangunan pengukur debit aliran), AWLR (Automatic Water Level Recorder), current meter, sekat ukur, stopwatch, kantong plastik hitam, gelas ukur, ember, botol 600 ml, kertas saring, oven, cawan, timbangan, alat tulis, dan komputer dengan program exell. Bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu kertas pias pencatat pulsa pada AWLR, suspensi sedimen dan tinta.
3.3. Metode 3.3.1. Perlakuan Perlakuan yang diterapkan yaitu teras gulud yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal pada blok 375, tanpa perlakuan (kontrol) pada blok 415 dan perlakuan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal pada blok 414. Gambar tindakan konservasi tanah dan air disajikan pada Gambar 1.
15
(a)
(b) Gambar 1. Guludan (a) dan Rorak (b) yang Dilengkapi Lubang Resapan dan Mulsa Vertikal (Tim Faperta IPB - PPKS, 2006)
16
Guludan dibuat diantara tanaman dan sejajar kontur dengan beda tinggi (vertikal interval) 80 cm. Guludan yang dibuat mempunyai ukuran lebar dan dalam saluran kurang lebih 30 cm. Pada bagian tengah saluran dibuat lubang resapan dengan diameter 10 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50 cm. Lubang resapan dan saluran dalam guludan diberi sisa tanaman berupa pelepah dan daun kelapa sawit sebagai mulsa vertikal. Rorak dibuat diantara tanaman dan mengikuti kontur dengan panjang, lebar, dan kedalaman masing-masing 300 cm, 50 cm, dan 50 cm dengan posisi penempatan rorak dilakukan secara berselang seling. Jarak antar rorak dalam satu garis kontur adalah 200 cm. Di tengah-tengah saluran dibuat lubang resapan dan mulsa vertikal seperti pada perlakuan guludan.
3.3.2. Pengukuran Curah Hujan Data curah hujan diperoleh dari pengukuran alat penakar hujan (ombrometer) yang dipasang pada setiap micro catchment. Penakar hujan otomatis diletakkan di dekat blok 375 disamping kantor afdeling III, sedangkan penakar hujan tipe observatorium dipasang pada blok 415 dan blok 414. Alat penakar hujan diletakkan pada tempat yang terbuka, dimana dalam radius ± 10 m di sekitar alat merupakan areal yang kosong agar hujan yang jatuh tidak terhalang oleh tajuk tanaman. Gambar alat penakar hujan disajikan pada Gambar 2.
17
(a)
(b)
Gambar 2. Penakar Hujan Otomatis (a) dan Alat Pencatat Data (b)
3.3.3. Pengukuran Aliran Permukaan Pengukuran aliran permukaan dilakukan di 5 titik pengamatan (Weir) pada setiap micro catchment. Pada micro catchment 1 dan micro catchment 2 terdapat 2 Weir (AWLR 1 dengan AWLR 2 dan AWLR 3 dengan AWLR 4) yang dibangun pada bagian outlet dan inlet karena pada micro catchment ini saluran aliran airnya panjang. Pada micro catchment 3 terdapat 1 Weir (AWLR 5) karena saluran aliran airnya pendek dan hanya sebagai saluran pembuangan (outlet). Tata letak ketiga micro catchment dan peralatan pada areal penelitian disajikan pada Gambar 3 dimana batas micro catchment belum tergambar secara utuh akan tetapi dalam setiap perhitungan komponen hidrologi, luas micro catchment yang utuh sudah dipertimbangkan (Atmaja, 2007).
18
Gambar 3. Tata Letak Blok dan Peralatan pada Areal Penelitian Pada bangunan pengukur laju aliran permukaan (Weir), dipasang alat untuk mencatat tinggi muka air secara otomatis, yaitu AWLR (Automatic Water Level Recorder). Selain itu, dipasang sekat ukur untuk mengukur ketinggian air secara manual. Weir yang dilengkapi dengan AWLR yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 4. Pengukuran dilakukan setiap pagi hari di 5 titik pengamatan dimana pada masing-masing pengamatan dilakukan terlebih dahulu dengan melihat tinggi muka air yang tercatat pada sekat ukur kemudian dilihat pulsa terakhir yang muncul. Pengukuran kecepatan arus aliran permukaan dilakukan dengan menggunakan alat current meter yang merupakan suatu alat yang terdiri atas roda pemutar (impeller) yang kecepatan putarnya proporsional dengan kecepatan arus, yang dihubungkan dengan sirkuit listrik yang menunjukkan kecepatan arus
19
sehingga terpusat pada perputaran baling-baling dan jumlah bunyi yang dihasilkan. Satu kali bunyi sama dengan 10 kali putaran. Waktu yang diperlukan ± 1 menit dengan menggunakan stopwatch kemudian dicatat tinggi muka air, pulsa terakhir, jumlah bunyi dan waktu pengukuran.
(a)
(b)
(c) Gambar 4. Weir (a), Automatic Water Level Recorder (b) dan Sekat Ukur (c) (Tim Faperta IPB – PPKS, 2006) Jika arus aliran kecil, maka pengukuran dilakukan dengan metode kantong. Pertama dilihat tinggi muka air pada sekat ukur, aliran air ditampung ke dalam kantong bersamaan dengan berjalannya waktu (stopwatch). Pengukuran dilakukan 3 kali ulangan dengan waktu pengukuran mengikuti ulangan pertama. Setiap ulangan dicatat pulsa terakhir yang tercantum pada AWLR. Air yang ada dalam kantong ditakar pada gelas ukur dan dihitung berapa jumlah air yang
20
dihasilkan begitu juga setiap ulangannya. Didapat hasil pengukuran tinggi muka air, jumlah air yang ditampung, pulsa terakhir dan waktu pengukuran. Metode lain yang digunakan adalah dengan metode pelampung atau metode apung (floating method) pada saat aliran kecil dan tidak dapat diukur dengan kedua metode diatas. Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan. Benda apung yang dapat digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah kayu tipis (triplek) yang dapat terapung dalam aliran sungai. Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya pada bagian sungai yang relatif lurus dengan tidak banyak arus tidak beraturan. Pengukuran dilakukan beberapa kali sehingga dapat diperoleh angka kecepatan aliran rata-rata yang memadai kecuali pada saat terjadi hujan. Besarnya kecepatan permukaan aliran sungai (Vperm dalam m/dtk) adalah : Vperm =
L t
dimana L adalah jarak antara dua titik pengamatan (m) dan t adalah waktu perjalanan benda apung (detik). Pada saat terjadi hujan, pengukuran dilakukan sama seperti pada pengukuran harian tetapi yang membedakan adalah titik pengamatannya hanya satu karena keterbatasan alat. Titik pengamatan yang tidak menggunakan alat current meter, hanya dilihat tinggi muka air dan pulsa terakhir pada perubahan
ketinggian muka air per 10 menit. Kemudian catat pulsa dan ketinggian muka air yang didapat pada saat tinggi muka air naik maupun pada saat turun.
21
3.3.4. Pengukuran Debit Sedimen Pengambilan contoh sedimen dilakukan bersamaan dengan pengukuran kecepatan aliran permukaan pada saat terjadi hujan puncak dengan menggunakan botol 600 ml. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar sedimen adalah metode penyaringan, dimana sebelum dilakukan penyaringan, sedimen dalam botol dikocok terlebih dahulu, tujuannya adalah suspensi dalam botol tercampur homogen. Selanjutnya, contoh sedimen disaring menggunakan kertas saring. Kertas saring yang berisi sedimen, selanjutnya dioven pada suhu 60 ºC selama 24 jam dan selanjutnya ditimbang untuk mengetahui berat kering mutlaknya.
3.3.5. Pengolahan Data Aliran Permukaan Laju aliran permukaan (debit) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Arsyad, 2006) : Q=AxV dimana Q adalah debit (m3/dtk), A adalah luas penampang aliran (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/dtk). Kecepatan aliran dihitung dengan menggunakan persamaan (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994) : V=aN+b dimana V adalah kecepatan aliran air (m/dtk), N adalah jumlah putaran per detik dan a,b adalah konstanta yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat alat ukur arus (a : 0,120 dan b : 0,005). Persamaan ini berlaku hanya pada metode current meter. Jika laju aliran permukaan kecil, maka menggunakan metode kantong plastik dengan persamaan : Q=
Banyaknya air yang tertampung ( ml ) Waktu ( dtk )
22
Kurva linier tinggi muka air diperoleh dari hubungan antara pulsa yang tercatat pada AWLR dengan tinggi muka air (m), dimana data pulsa yang tercatat pada AWLR sebagai absis (x) dan data tinggi muka air sebagai ordinat (y). Sedangkan kurva lengkung debit aliran didapat dengan mengkorelasikan data tinggi muka air (m) dengan debit aliran (m3/dtk), dimana data tinggi muka air sebagai absis (x) dan data debit aliran sebagai ordinat (y). Data debit aliran digunakan untuk menghitung volume debit aliran setiap 10 menit dengan cara mengalikan debit aliran dengan waktu. Kemudian diperoleh total run off dan overland flow harian dan bulanan dalam satuan (m3/10 menit) kemudian dikonversi dalam satuan mm dengan membagi luas masing-masing micro catchment dan disajikan sebagai data. Kemudian dihitung besarnya proporsi total run off dan overland flow terhadap curah hujan.
3.3.6. Pengolahan Data Sedimen Kadar sedimen ditentukan dengan menggunakan persamaan : Cs =
G V
dimana Cs adalah besarnya kandungan sedimen (gr/m3), G adalah bobot sedimen (gr ) dan V adalah volume air (m3). Debit sedimen diperoleh dari hasil perkalian antara kandungan sedimen dalam suatu aliran dengan debit aliran. Secara empiris debit sedimen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Qs = Cs x Qair dimana Qs adalah debit sedimen (gr/dtk), Cs adalah kandungan sedimen (gr/m3) dan Qair adalah debit aliran air (m3/dtk).
23
Kurva lengkung sedimen didapat dengan mengkorelasikan data debit aliran (m3/dtk) dengan data debit sedimen (gr/dtk), dimana data debit aliran sebagai absis (x) dan data debit sedimen sebagai ordinat (y). Dari persamaan, kurva lengkung sedimen dapat dihitung debit sedimen pada nilai debit aliran yang berbeda. Volume sedimen dalam interval waktu 10 menit dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Debit Sedimen (gr/dtk) x 10 menit x 60 detik.
24
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Administratif Secara geografi, daerah penelitian terletak pada 5º17’01.6’’ LS 5º17’27.6’’ LS dan 105º07’55.5’’ BT - 105º08’20.4’’ BT. Secara administrasi, lokasi penelitian termasuk dalam wilayah Desa Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Jarak Unit Usaha Rejosari dari Ibukota Propinsi adalah 27 km, dari kota Kabupaten Lampung Selatan 90 km, dari Pelabuhan Panjang 35 km, dan dari kantor Direksi 22 km (PT. Perkebunan Nusantara VII, 2007).
4.2. Keadaan Tanah Berdasarkan sistem klasifikasi taksonomi tanah (USDA), jenis tanah di daerah penelitian pada kategori subgroup terdiri dari Typic kanhapludult dan Fluventic dystropept (Tim Faperta IPB-PPKS, 2006). Typic kanhapludult adalah kanhapludult yang lain yang mempunyai kandungan karbon organik yang menurun secara teratur dengan bertambahnya kedalaman dan mempunyai sifat fisik yang buruk disebabkan banyak terdapatnya lapisan kedap air (lapisan dengan kandungan konkresi besi dan mangan yang tinggi). Tanah ini termasuk ke dalam order Ultisol (Soil Survey Staff, 2006). Terjadi penimbunan liat di horison bawah dan memiliki kejenuhan basa kurang dari 35 % (Hardjowigeno, 1995). Bahan induk tanah ini berasal dari batuan beku dan tuff (Djunaedi dan Suwardi, 1999). Ultisol pada umumnya digunakan untuk lahan pertanian dan sesuai untuk lahan perkebunan. Sedangkan macam tanah berdasarkan klasifikasi Dudal dan
25
Soepraptohardjo (1957; 1961 dalam Sistem Klasifikasi Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah, 1983, dalam Atmaja, 2007) macam tanah di daerah penelitian yaitu Podsolik Merah Kuning. Fluventic dystropept adalah dystropept lain yang mempunyai kandungan karbon organik yang menurun secara tidak teratur di antara kedalaman 25 sampai dengan 125 cm di bawah permukaan tanah mineral. Menurut soil survey staff (1998) Fluventic dystropept termasuk pada golongan Inceptisol. Inceptisol merupakan tanah yang belum berkembang lanjut sehingga kebanyakan tanah ini cukup subur (Hardjowigeno, 1995). Pada umumnya Inceptisol digunakan untuk pertanaman padi sawah (Soepardi, 1983) tetapi dapat digunakan untuk perkebunan. Tanah ini tersebar di Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, di daerah datar Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Tekstur tanah di daerah penelitian termasuk golongan liat sampai liat berpasir dengan solum tanah cukup dalamdalam (PT. Perkebunan Nusantara VII, 2007). Berdasarkan hasil analisis laboratorium, daerah penelitian memiliki kadar air kapasitas lapang antara 26-36 % dengan rataan kadar air titik layu permanen antara 18-26 % (Atmaja, 2007). Sedangkan menurut Yusuf (2007) menyatakan bahwa rataan air tersedia di daerah penelitian berkisar antara 7.5811.95 % volume dan didapat bahwa perlakuan kontrol memiliki rataan air tersedia paling rendah dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan kontrol sehingga air akan lebih cepat habis. Lebih sedikitnya air tersedia pada perlakuan kontrol dikarenakan solum yang dangkal dan adanya lapisan kedap air yang dapat memperlambat gerakan air sehingga air tidak mampu masuk terlalu jauh ke dalam tanah.
26
4.3. Topografi Daerah penelitian memiliki topografi datar sampai bergelombang (0-15 %) dengan kemiringan lereng agak landai (3-8 %). Satuan lahan daerah penelitian merupakan dataran volkan berombak agak tertoreh, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng 3-8 % (Junus et al., 1989). Kedalaman solum 20 sampai 200 cm (PT. Perkebunan Nusantara VII, 2007). Daerah penelitian mempunyai wilayah pelembahan yang bervariasi dimana daerah pelembahan pada blok 415 lebih luas (3,8 ha) dibandingkan blok 375 (1,4 ha), sedangkan blok 414 mempunyai daerah pelembahan yang paling sempit (Atmaja, 2007). Daerah lembah memiliki sistem drainase yang buruk dengan kedalaman solum yang dangkal dan struktur tanah yang kurang baik (masif). Tanah dengan struktur masif memiliki pori-pori yang sedikit dan apabila terjadi hujan maka pori-pori tersebut akan cepat terisi air (Yusuf, 2007). Apabila hujan masih berlanjut maka tanah tidak mampu lagi menyerap air sehingga sering terjadi penggenangan. Selain itu juga ditemukan adanya lapisan kedap.
4.3. Iklim Curah hujan di daerah penelitian antara 1500-2100 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 77-122 hari/tahun dan bulan kering 3-4 bulan/tahun. Water defisit yang terjadi di daerah penelitian mencapai 10-400 mm/tahun (PT. Perkebunan Nusantara VII, 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara maksimum bulanan selama tahun 2007 di daerah penelitian berkisar antara 32-36 °C, sedangkan rata-rata suhu udara minimum
27
berkisar antara 21-23 °C dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 68-93 % (Tabel Lampiran 1).
28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Curah Hujan Hasil pengamatan di lapang menunjukkan terdapat 73 hari hujan selama periode Februari sampai September 2007 dengan jumlah curah hujan rata-rata sebesar 848.6 mm. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada kontrol sebesar 1 046.8 mm dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan rorak hanya sebesar 898.7 dan 847.8 mm. Data curah hujan bulanan dan harian setiap perlakuan disajikan pada Tabel 1 dan Tabel Lampiran 2. Tabel 1. Curah Hujan Bulanan Periode Februari-September 2007 No.
Curah Hujan ( mm )
Bulan
CH rata-rata*
Jumlah
Teras Gulud
Kontrol
Rorak
( mm )
Hari Hujan 14
1.
Februari
144.1
172.8
150.3
140.5
2.
Maret
246.0
269.3
209.8
221.6
12
3.
April
161.0
198.0
174.6
160.1
13
4.
Mei
114.0
145.6
118.8
114.7
9
5.
Juni
109.8
124.4
94.3
100.7
11
6.
Juli
104.7
110.3
82.2
91.4
8
7.
Agustus
19.1
26.4
17.8
19.6
6
8.
September
0.0
0.0
0.0
0.0
0
847.8
848.6
73
Jumlah
898.7
1 046.8
* Poligon Thiesen
Tabel 1 menunjukkan bahwa selama periode musim hujan, curah hujan maksimum terjadi pada bulan Maret 2007 dengan curah hujan rata-rata 221.6 mm dimana curah hujan tertinggi terjadi pada kontrol sebesar 269.3 mm dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan rorak masing-masing sebesar 246.0 dan 209.8 mm. Penurunan curah hujan mulai terjadi dari bulan April 2007 (Gambar 5). Curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan rata-rata 19.6 mm dimana perlakuan kontrol memiliki curah hujan 26.4 mm lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan teras gulud 19.06 mm dan perlakuan rorak 17.8
29
mm. Sedangkan periode musim kering terjadi bulan September 2007 dimana mulai muncul daun tombak pada tanaman kelapa sawit. Munculnya daun tombak, bertujuan untuk mengurangi evapotranspirasi sehingga kehilangan air dapat ditekan seminimal mungkin.
Curah Hujan (mm)
300.0 250.0 200.0 150.0 100.0 50.0
Rorak
Se pt em be r
Kontrol
Ag us tu s
Ju li
Teras Gulud
Ju ni
M ei
Ap ril
M ar et
Fe br ua ri
0.0
Gambar 5. Curah Hujan Bulanan Tahun 2007
5.2. Kurva Lengkung Debit Aliran Berdasarkan pengamatan di lapang, terdapat hubungan linier antara nilai pulsa AWLR dengan tinggi muka air dan nilai tinggi muka air dengan nilai debit aliran hasil pengukuran setiap hari dan saat terjadi hujan. Nilai pulsa AWLR, tinggi muka air dan debit aliran masing-masing Weir disajikan pada Tabel Lampiran 3. Dengan meningkatnya nilai pulsa AWLR maka tinggi muka air juga akan meningkat dan begitu juga sebaliknya, dengan menurunnya nilai pulsa AWLR maka tinggi muka air akan menurun. Berdasarkan persamaan yang dihasilkan dari kurva linier tinggi muka air maka dapat diprediksi tinggi muka air secara kontinyu pada masing-masing Weir (Gambar 6). Untuk AWLR II terdapat dua persamaan tinggi muka air. Hal ini disebabkan telah digantinya pelampung
30
yang terdahulu dengan yang baru dan secara tidak sengaja, saat itu puli dari AWLR berubah sehingga terjadi perubahan yang drastis dari nilai pulsa AWLR II. AWLR II
y = 0.0055x - 0.411 2 R = 0.939
0.35
0.30
0.30
0.25
0.25
TMA (m)
TMA (m)
AWLR I
0.20 0.15 0.10
0.20 0.15 0.10 0.05
0.05
0.00
0.00 70
80
90
100
110
120
50
130
55
60
65
AWLR III
y = 0.0024x - 0.2822 2 R = 0.9773
80
0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 140
150
160
170
50
180
100
150
200
Pulsa
Pulsa
AWLR IV
AWLR V
y = 0.0008x - 0.4099 2 R = 0.9545 0.25
0.20
0.20 TMA (m)
0.25
0.15 0.10 0.05 0.00 500
75
y = 0.0053x - 0.2735 2 R = 0.8967
0.60
TMA (m)
TMA (m)
AWLR II 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00 130
70
Pulsa
PULSA
TMA (m)
y = 0.0106x - 0.5787 2 R = 0.905
y = 0,0096x - 0,6374 2 R = 0,9663
0.15 0.10 0.05 0.00
550
600
650
700
750
800
65
70
75
Pulsa
80
85
90
Pulsa
Gambar 6. Kurva Linier Tinggi Muka Air Kurva lengkung debit aliran didapat dari hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran pada masing-masing Weir. Peningkatan tinggi muka air diikuti dengan peningkatan debit aliran dan sebaliknya. Berdasarkan persamaan kurva lengkung debit aliran tersebut, dapat dihitung debit aliran dari berbagai kejadian hujan di setiap Weir. Kurva lengkung debit aliran disajikan pada Gambar 7.
31
5.3. Kurva Lengkung Debit Sedimen Kurva lengkung debit sedimen didapat dari hubungan antara debit aliran air dan debit sedimen pada masing-masing Weir. Peningkatan debit aliran air diikuti dengan peningkatan debit sedimen dan sebaliknya. Berdasarkan persamaan kurva lengkung debit sedimen tersebut, dapat dihitung debit sedimen
dari
berbagai kejadian hujan di setiap Weir. Kurva lengkung debit sedimen disajikan pada Gambar 8. 2.8239
(a)
2.8338
(b)
y = 4.4494x
y = 2.9046x 2 R = 0.99
2
R = 0.99
0.120 Debit Aliran (m3/dtk)
Debit Aliran (m3/dtk)
0.140 0.120 0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 0.00
0.30
0.05
0.10
0.15
TMA (m)
(c)
(d)
2.4293
y = 1.6006x 2 R = 0.98
0.700
Debit (m3/dtk)
0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.00 0.00
0.05
0.10
TMA (m)
0.25
0.30
0.35
2.8637
y = 3.3257x 2 R = 0.98
0.15
0.20
TMA (m)
(e)
3.5613
y = 9.1236x 2 R = 0.98
0.030 Debit Aliran (m3/dtk)
Debit (m3/dtk)
0.600
0.000 0.00
0.20
TMA (m)
0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
TMA (m)
Gambar 7. Kurva Lengkung Debit Aliran : AWLR I (a), AWLR II (b), AWLR III (c), AWLR IV (d) dan AWLR V (e)
0.25
32
5.4. Curah Hujan dan Overland Flow Curah hujan dapat menyebabkan terjadinya aliran permukaan (overland flow). Jika jumlah curah hujan melebihi kapasitas infiltrasi maka kelebihan air di permukaan tanah akan menjadi aliran permukaan karena aliran permukaan tidak akan terjadi apabila evaporasi, intersepsi, infiltrasi, simpanan depresi, tambatan permukaan dan tambatan saluran terjadi. (a)
1.6464
70.00 Qsed (g/dtk)
Qsed (g/dtk)
50.00 40.00 30.00 20.00
20.00 15.00 10.00 5.00
10.00 0.05
0.10
0.15
0.00 0.00
0.20
0.01
0.02
0.03
(c)
Qsed (g/dtk)
Qsed (g/dtk)
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.20
0.05
0.06
0.07
0.08
0.30
0.40
1.2251
(d)
1.1419
y = 320.25x R2 = 0.86
140.00
0.10
0.04
Qair (m3/dtk)
Qair (m3/dtk)
0.00 0.00
y = 588.04x 2 R = 0.85
25.00
60.00
0.00 0.00
1.5326
(b)
y = 1066.5x 2 R = 0.93
0.50
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0.00
0.01
0.01
0.02
y = 111.14x 2 R = 0.83
0.02
0.03
0.03
0.04
0.04
Qair (m3/dtk)
Qair (m3/dtk)
1.9384
(e)
y = 5591.4x 2 R = 0.90
6.00 Qsed (g/dtk)
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
Qair (m3/dtk)
Gambar 8. Kurva Lengkung Debit Sedimen : AWLR I (a), AWLR II (b), AWLR III (c), AWLR IV (d) dan AWLR V (e)
Peningkatan curah hujan umumnya dapat diikuti dengan peningkatan overland flow. Hubungan curah hujan dan overland flow disajikan pada Gambar 9, dimana data diambil dari beberapa kejadian hujan selama penelitian
33
berlangsung di lapangan. Overland flow meningkat sejalan dengan meningkatnya curah hujan. Hal ini berlaku apabila curah hujan lebih besar dari 20 mm. Sedangkan curah hujan kurang dari 20 mm, curah hujan tidak banyak mempengaruhi overland flow yang dihasilkan.
Curah Hujan Vs Overland Flow
y = 0.0774x - 1.0766 R2 = 0.8391
y = 0.3639x - 6.9612 R2 = 0.8068
20.0
3.5 3.0
Overland Flow (m m )
Overland Flow (m m )
Curah Hujan Vs Overland Flow
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
15.0 10.0 5.0 0.0
60.0
0.0
10.0
20.0
Curah Hujan (mm)
30.0
40.0
50.0
60.0
Curah Hujan (mm)
(a)
(b)
Overland Flow (mm)
Curah Hujan Vs Overland Flow y = 0.028x - 0.4924 R2 = 0.8709
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
Curah Hujan (mm)
(c) Gambar 9. Grafik Hubungan Curah Hujan dan Overland Flow pada Perlakuan Teras Gulud (a),Kontrol (b) dan Rorak (c)
Walaupun umumnya terjadi peningkatan curah hujan yang diikuti oleh peningkatan overland flow secara langsung, terdapat faktor lain yang berpengaruh sehingga besarnya curah hujan tidak bisa dijadikan parameter dalam menentukan besarnya overland flow karena curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan overland flow yang terjadi rendah (Gambar 10). Selama kejadian hujan, pada perlakuan teras gulud, kontrol, dan rorak memiliki overland flow paling tinggi masing masing sebesar 8.16 mm (dari curah hujan 40.21 mm) dengan persentase curah hujan yang menjadi overland flow sebesar 20.3 % , 16.17 mm (dari curah
12 /0 13 2/0 /0 7 15 2/0 /0 7 19 2/0 /0 7 24 2/0 /0 7 10 2/0 /0 7 12 3/0 /0 7 20 3/0 /0 7 21 3/0 /0 7 27 3/0 /0 7 28 3/0 /0 7 29 3/0 /0 7 03 3/0 /0 7 06 4/0 /0 7 07 4/0 /0 7 08 4/0 /0 7 13 4/0 /0 7 14 4/0 /0 7 15 5/0 /0 7 16 5/0 /0 7 31 5/0 /0 7 01 5/0 /0 7 08 6/0 /0 7 18 6/0 /0 7 07 6/0 /0 7 21 7/0 /0 7 7 /0 7
CurahHujan(mm)
CurahHujan(mm)
CurahHujan(mm)
14.0
50.0 12.0
40.0 10.0
30.0 8.0
20.0 6.0
10.0 4.0
2.0
0.0 0.0
Curah Hujan (mm)
70.0
60.0
40.0 15.0
30.0 10.0
10.0
0.0
Curah Hujan (mm)
70.0
60.0
10.0
0.0
Curah Hujan (mm) OverlandFlow(mm)
16.0
60.0
50.0 20.0
20.0
5.0
50.0 1.6
1.4
40.0
1.2
30.0
1.0
0.8
20.0
0.6
0.4
OverlandFlow(mm)
12 /0 13 2/0 /0 7 15 2/0 /0 7 19 2/0 /0 7 24 2/0 /0 7 10 2/0 /0 7 12 3/0 /0 7 20 3/0 /0 7 21 3/0 /0 7 27 3/0 /0 7 28 3/0 /0 7 29 3/0 /0 7 03 3/0 /0 7 06 4/0 /0 7 07 4/0 /0 7 08 4/0 /0 7 13 4/0 /0 7 14 4/0 /0 7 15 5/0 /0 7 16 5/0 /0 7 31 5/0 /0 7 01 5/0 /0 7 08 6/0 /0 7 18 6/0 /0 7 07 6/0 /0 7 21 7/0 /0 7 7 /0 7 70.0
OverlandFlow(mm)
12 /0 13 2/0 /0 7 15 2/0 /0 7 19 2/0 /0 7 24 2/0 /0 7 10 2/0 /0 7 12 3/0 /0 7 20 3/0 /0 7 21 3/0 /0 7 27 3/0 /0 7 28 3/0 /0 7 29 3/0 /0 7 03 3/0 /0 7 06 4/0 /0 7 07 4/0 /0 7 08 4/0 /0 7 13 4/0 /0 7 14 4/0 /0 7 15 5/0 /0 7 16 5/0 /0 7 31 5/0 /0 7 01 5/0 /0 7 08 6/0 /0 7 18 6/0 /0 7 07 6/0 /0 7 21 7/0 /0 7 7 /0 7
34
hujan 47.99 mm) dengan persentase curah hujan yang menjadi overland flow
sebesar 33.7 % dan 0.80 mm (dari curah hujan 42.71 mm) dengan persentase
curah hujan yang menjadi overland flow sebesar 1.9 %. Faktor lain yang mempengaruhi nilai overland flow tersebut adalah faktor lamanya hujan dan kadar
air tanah awal sebelum kejadian hujan. (a)
Overland Flow (mm)
(b) 25.0
0.0
Overland Flow (mm)
(c) 2.0
1.8
0.2
0.0
Overland Flow (mm)
Gambar 10. Curah Hujan dan Overland Flow pada perlakuan Teras Gulud (a), Kontrol (b) dan Perlakuan Rorak (c)
35
Tanggal 24 Februari 2007, curah hujan mencapai nilai maksimum dengan overland flow yang dihasilkan pada perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak masing-masing sebesar 2.98 mm (dari curah hujan 48.04 mm) dengan persentase curah hujan yang menjadi overland flow sebesar 6.2 %, 4.03 mm (dari curah hujan 61.70 mm) dengan persentase curah hujan yang menjadi overland flow sebesar 6.5 % dan 0.00 mm (dengan curah hujan 57.21 mm). Untuk perlakuan rorak, ketika curah hujan maksimum terjadi, tidak menghasilkan overland flow karena kadar air tanah awal yang rendah dan memiliki solum yang lebih dalam dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan kontrol. Selain itu, tidak adanya saluran yang nyata seperti pada perlakuan teras gulud dan kontrol kecuali pada titik pembuangan (outlet) sehingga tidak ada sumbangan dari tempat lain dan air yang mengalir berasal dari air hujan yang jatuh dan tertampung di dalam simpanan depresi. Nilai overland flow tanggal 24 Februari 2007 lebih kecil dibandingkan dengan nilai overland flow tanggal 29 Maret 2007. Hal ini disebabkan keadaan kadar air tanah awal yang rendah akibat dari selang hujan yang sangat panjang (30 Januari-12 Februari 2007) sehingga air hujan yang turun banyak menjadi air terinfiltrasi. Sedangkan tanggal 29 Maret 2007 nilai overland flow tinggi karena kadar air awal yang tinggi akibat dari curah hujan yang tinggi (28 Maret 2007) sehingga sebagian besar air hujan yang turun menjadi overland flow. Gambar 10 juga menunjukkan bahwa perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak, overland flow mulai terjadi pada curah hujan lebih besar sama dengan 16.80 mm, 15.57 mm dan 22.46 mm. Perlakuan kontrol, overland flow mulai terjadi pada curah hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan teras
36
gulud dan rorak. Hal ini disebabkan pada perlakuan kontrol tidak ada tindakan konservasi yang dapat menghambat laju aliran permukaan sedangkan perlakuan teras gulud, dengan adanya guludan dapat menghambat air yang turun menjadi aliran permukaan. Selain itu, adanya mulsa vertikal dan lubang resapan dapat meningkatkan permukaan resapan air. Untuk perlakuan rorak, overland flow mulai terjadi pada curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teras gulud. Hal ini disebabkan topografi pada perlakuan rorak lebih datar dibandingkan dengan teras gulud. Selain itu, memiliki tingkat penutupan vegetasi yang rapat baik penutupan tajuk tanaman maupun vegetasi penutup tanah dan memiliki solum yang dalam sehingga air dapat masuk ke tanah lebih dalam dibandingkan dengan kontrol yang memiliki lapisan kedap. Karakter yang sama juga terlihat pada koefisien overland flow. Semakin tinggi curah hujan maka semakin tinggi koefisien overland flow yang dihasilkan dan tergantung kadar air awalnya (Gambar 11). Perlakuan kontrol memiliki koefisien overland flow lebih tinggi sebesar 0.34 dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan rorak masing-masing sebesar 0.20 dan 0.19.
12 /0 2 13 /0 /0 7 2 15 /0 /0 7 2 19 /0 /0 7 2 24 /0 /0 7 2 10 /0 /0 7 3 12 /0 /0 7 3 20 /0 /0 7 3 21 /0 /0 7 3 27 /0 /0 7 3 28 /0 /0 7 3 29 /0 /0 7 3 03 /0 /0 7 4 06 /0 /0 7 4 07 /0 /0 7 4 08 /0 /0 7 4 13 /0 /0 7 4 14 /0 /0 7 5 15 /0 /0 7 5 16 /0 /0 7 5 31 /0 /0 7 5 01 /0 /0 7 6 08 /0 /0 7 6 18 /0 /0 7 6 07 /0 /0 7 7 21 /0 /0 7 7 /0 7
CurahHujan(m m )
CurahHujan(m m)
CurahHujan(mm) 60.0 35.0
50.0 30.0
40.0 25.0
30.0 20.0
20.0 15.0
10.0 10.0
5.0
0.0 0.0
Curah Hujan (mm)
70.0 60.0
60.0
50.0 50.0
40.0 40.0
30.0 30.0
20.0 20.0
10.0 10.0
0.0
Curah Hujan (mm)
70.0 4.0
60.0
50.0 3.5
3.0
40.0 2.5
30.0 2.0
20.0 1.5
10.0 1.0
0.5
0.0 0.0
Curah Hujan (mm)
Koef. OverlandFlow(%)
(a)
Koef. OverlandFlow(%)
12 /0 13 2/0 /0 7 15 2/0 /0 7 19 2/0 /0 7 24 2/0 /0 7 10 2/0 /0 7 12 3/0 /0 7 20 3/0 /0 7 21 3/0 /0 7 27 3/0 /0 7 28 3/0 /0 7 29 3/0 /0 7 03 3/0 /0 7 06 4/0 /0 7 07 4/0 /0 7 08 4/0 /0 7 13 4/0 /0 7 14 4/0 /0 7 15 5/0 /0 7 16 5/0 /0 7 31 5/0 /0 7 01 5/0 /0 7 08 6/0 /0 7 18 6/0 /0 7 07 6/0 /0 7 21 7/0 /0 7 7 /0 7
70.0
Koef. OverlandFlow(% )
12 /0 2 13 /0 /0 7 2 15 /0 /0 7 2 19 /0 /0 7 24 2/0 /0 7 2 10 /0 /0 7 3 12 /0 /0 7 3 20 /0 /0 7 3 21 /0 /0 7 27 3/0 /0 7 3 28 /0 /0 7 3 29 /0 /0 7 3 03 /0 /0 7 4 06 /0 /0 7 4 07 /0 /0 7 4 08 /0 /0 7 4 13 /0 /0 7 14 4/0 /0 7 5 15 /0 /0 7 5 16 /0 /0 7 5 31 /0 /0 7 5 01 /0 /0 7 6 08 /0 /0 7 6 18 /0 /0 7 6 07 /0 /0 7 7 21 /0 /0 7 7 /0 7
37
40.0
Koef . Overland Flow (%)
(b)
0.0
Koef . Overland Flow (%)
(c)
Koef . Overland Flow (%)
Gambar 11. Curah Hujan dan Koefisien Overland Flow pada perlakuan Teras Gulud (a), Kontrol dan Perlakuan Rorak (c)
Nilai total run off harian dan bulanan disajikan pada Tabel Lampiran 4
dan Tabel 2. Total run off tertinggi terjadi pada bulan April 2007 (Tabel 2)
dimana total run off terbesar terjadi pada kontrol sebesar 131.99 mm dari curah
hujan sebesar 198.02 mm (66.7 %). Hal ini disebabkan tidak adanya tindakan
konservasi sehingga tidak ada bangunan yang dapat menghambat aliran
38
permukaan, adanya lapisan kedap yang menyebabkan air tidak dapat masuk ke tanah lebih dalam dan ketika tanah memasuki fase jenuh maka kelebihan air hujan akan menjadi aliran permukaan. Sedangkan perlakuan teras gulud dan rorak masing-masing menghasilkan total run off hanya 91.44 mm dari curah hujan sebesar 160.97 mm (56.8 %) dan 101.93 (dari curah hujan sebesar 174.59 mm (58.4 %). Hal ini disebabkan adanya guludan dan rorak dapat menghambat aliran permukaan. Tabel 2. Curah Hujan dan Total Run Off Periode Februari-September 2007 Teras Gulud Bulan
CH
Total Run Off
Kontrol CH
Rorak
Total Run Off
CH
Total Run Off
……...……………………………….(mm)………………………………………………… Februari
144.13
25.42
172.78
Maret
245.99
40.70
April
160.97
91.44
Mei
114.03
58.81
150.31
2.71
269.31
97.56
209.75
16.84
198.02
131.99
174.59
101.93
6.56
142.20
42.29
115.68
18.13
Juni
109.79
3.78
124.40
27.74
94.31
9.67
Juli
104.72
0.38
87.65
9.70
82.18
4.34
Agustus
19.06
0.00
26.35
0.00
17.80
0.20
September
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Memasuki bulan Mei-Agustus 2007, nilai total run off pada perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak mengalami penurunan, dimana penurunan terbesar terjadi pada kontrol. Hal ini disebabkan berhentinya aliran air terjadi lebih dulu (28 Mei 2007) dibandingkan perlakuan teras gulud (28 Juni 2007) dan rorak (11 Agustus 2007). Bulan Agustus, pada perlakuan rorak menghasilkan total run off paling besar dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan kontrol. Hal ini disebabkan aliran air di saluran pengaliran pada perlakuan rorak tidak terhenti hingga tanggal 10 Agustus. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa bulan April-Agustus 2007, nilai total run off pada perlakuan rorak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan teras gulud. Hal ini disebabkan pada perlakuan rorak tidak memiliki saluran air yang
39
nyata kecuali pada ujung pembuangan (outlet) sehingga ketika terjadi hujan, air yang turun langsung mengisi cekungan yang berada di pelembahan dan apabila cekungan sudah terisi penuh maka aliran air dengan cepat terbuang. Berbeda dengan perlakuan teras gulud yang memiliki saluran yang nyata yaitu pada daerah hulu (inlet) dan daerah hilir (outlet) sehingga waktu konsentrasinya lebih lama dibandingkan dengan perlakuan rorak.
5.5. Intensitas Hujan dan Debit Puncak Pengaruh intensitas hujan terhadap jumlah dan laju aliran permukaan dapat dikatakan berbanding lurus, artinya semakin tinggi intensitas hujan akan semakin besar aliran permukaan yang ditimbulkannya. Selain itu, faktor lama hujan juga berpengaruh terhadap debit puncak dimana semakin lama hujan dengan intensitas tinggi dapat dengan cepat meningkatkan debit aliran air dibandingkan dengan semakin pendek terjadinya hujan dengan intensitas tinggi atau semakin lama terjadinya hujan dengan intensitas rendah. Sedangkan semakin singkat hujan yang turun dengan intensitas rendah maka tidak dapat menghasilkan debit puncak. Intensitas hujan maksimum terjadi tanggal 29 Maret 2007 sebesar 87.54 mm/jam dengan lama waktu hujan 29 menit (Tabel 3). Debit puncak aliran terjadi pada perlakuan kontrol sebesar 0.72 m3/dtk dengan curah hujan 47.99 mm. Sedangkan perlakuan teras gulud menghasilkan debit puncak hanya sebesar 0.37 m3/dtk dengan curah hujan 40.21 mm atau lebih rendah 51.4 % dari kontrol.
Perlakuan
rorak
menghasilkan
debit
puncaknya
lebih
rendah
dibandingkan dengan teras gulud sebesar 5.4 %. Hal ini disebabkan keadaan lahan
40
yang datar dan tidak ada saluran air yang nyata kecuali pada titik pembuangan (outlet). Curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 24 Februari yang menghasilkan debit puncak pada perlakuan teras gulud sebesar 0.12 m3/dtk (dengan curah hujan 48.05 mm), kontrol sebesar 0.23 m3/dtk (dengan curah hujan sebesar 61.70 mm) dan perlakuan rorak sebesar 0.001 m3/dtk (dengan curah hujan 57.21 mm). Intensitas maksimum dan debit puncak pada tanggal 24 Februari lebih rendah dibandingkan 29 Maret meskipun curah hujannya lebih besar. Hal ini disebabkan curah hujan pada tanggal 24 Februari terjadi dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 2.83 jam. Tabel 3. Hubungan Intensitas Hujan dengan Debit Puncak I10 Tanggal
Teras Gulud Debit CH Puncak (m3/dtk)
Kontrol Debit CH Puncak
CH
Rorak Debit Puncak
Waktu
(m3/dtk)
(jam)
(mm)
(m3/dtk)
(mm)
-
24.48
0.01
20.57
-
0.82
0.02
16.65
0.02
17.10
-
0.40
16.16
0.02
9.96
-
0.55
(mm/jam)
(mm)
12/02/2007
26.34
19.47
13/02/2007
42.81
17.63
15/02/2007
23.11
12.01
-
19/02/2007
7.71
21.15
-
24.68
0.02
18.96
-
2.80
24/02/2007
19.64
48.04
0.12
61.70
0.23
57.21
-
2.83
10/03/2007
11.36
16.80
-
28.40
0.01
15.59
-
1.78
12/03/2007
9.03
29.75
-
33.30
0.01
31.82
-
3.50
20/03/2007
18.63
28.65
0.01
32.32
0.01
23.78
-
1.52
21/03/2007
29.21
44.68
0.13
48.18
0.46
38.57
-
1.50
27/03/2007
10.74
18.18
-
17.73
0.01
18.32
-
1.68
28/03/2007
11.27
42.53
0.04
37.21
0.04
27.32
-
3.17
29/03/2007
87.54
40.21
0.37
47.99
0.72
38.73
0.02
0.48
03/04/2007
52.39
38.01
0.28
52.88
0.79
42.71
0.02
0.85
06/04/2007
21.43
28.59
0.08
37.21
0.33
36.00
0.01
1.58
07/04/2007
16.87
18.73
0.03
24.29
0.02
20.25
-
1.25
08/04/2007
47.93
22.92
0.04
21.55
0.01
20.25
-
0.45
13/04/2007
7.57
17.08
0.01
22.03
0.02
21.85
-
2.68
14/05/2007
8.43
26.66
-
33.30
0.01
28.60
-
3.50
15/05/2007
7.32
12.34
-
15.57
0.01
13.82
-
1.90
16/05/2007
34.40
28.09
0.03
44.07
0.24
37.92
-
1.07
31/05/2007
44.76
26.77
-
31.34
0.02
22.46
-
0.60
01/06/2007
26.31
29.31
0.01
25.66
0.02
18.70
-
0.93
08/06/2007
25.64
23.41
-
26.25
0.01
18.29
-
0.88
18/06/2007
19.15
22.59
-
26.44
0.01
18.96
-
1.18
07/07/2007
17.49
18.73
-
15.67
-
9.32
-
0.83
21/07/2007
28.96
44.62
-
54.84
0.05
39.53
-
1.60
41
5.6. Pengaruh Penerapan Teknik Koservasi Tanah dan Air terhadap Aliran Permukaan Tindakan konservasi tanah yang berbeda diterapkan pada ketiga micro catchment dan memberikan nilai aliran permukaan yang berbeda-beda di setiap perlakuan. Tabel 4 menunjukkan bahwa penerapan teknik konservasi berupa teras gulud dan rorak, menghasilkan jumlah overland flow dan debit puncak lebih rendah dibandingkan dengan kontrol masing-masing sebesar 26.17 mm dan 1.19 m3/dtk (43.1 % dan 38.6 % lebih rendah dari kontrol) serta 1.99 mm dan 0.06 m3/dtk (3.3 % dan 2.0 % lebih rendah dari kontrol). Hal ini disebabkan aliran air terhambat dengan adanya guludan dan rorak yang dibuat searah kontur yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal sehingga air tertampung dan meresap ke dalam tanah sebelum mengalir ke titik pembuangan. Lubang resapan yang diisi mulsa dapat mempercepat proses peresapan air dan mampu meningkatkan laju infiltrasi serta dinding resapan saluran dilindungi dengan adanya mulsa vertikal sehingga porositas tanah menjadi lebih baik. Juga pada saluran guludan diberi serasah sehingga dapat mengurangi pukulan dari butiran hujan yang dapat merusak agregat tanah. Penelitian yang dilakukan Brata (1955, dalam Noeralam, et al., 2003) menyatakan bahwa penggunaan mulsa vertikal hanya mampu mengurangi aliran permukaan 67-82 % dibandingkan mulsa konvensional. Pada perlakuan kontrol, jumlah overland flow dan debit puncak selama kejadian hujan yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan rorak masing-masing sebesar 60.66 mm dan 3.08 m3/dtk. Hal ini disebabkan pada kontrol tidak ada tindakan konservasi sehingga air hujan yang turun banyak menjadi aliran permukaan. Selain itu, kedalaman tanah yang
42
dangkal (kurang dari 1 meter) karena adanya lapisan kedap yang menyebabkan air masuk ke tanah tidak terlalu dalam.
Tabel 4. Curah hujan, Overland Flow dan Debit Puncak pada Masing-Masing Perlakuan CH RataRata
Kontrol Debit OLF Puncak
OLF
Debit Puncak
(mm)
(mm)
(m3/dtk)
OLF
Debit Puncak
(mm)
(m3/dtk)
(mm)
(m3/dtk)
12/02/2007
19.48
0.08
13/02/2007
15.18
0.96
-
0.12
0.01
-
-
0.02
1.02
0.02
-
-
15/02/2007
11.97
0.34
19/02/2007
19.82
0.29
-
0.59
0.02
-
-
-
0.33
0.02
-
-
24/02/2007
49.67
2.98
0.12
4.03
10/03/2007
19.32
0.04
-
0.33
0.23
-
-
0.01
-
12/03/2007
28.20
0.14
-
0.74
0.01
-
-
-
20/03/2007
26.08
0.16
0.01
0.20
21/03/2007
40.04
2.91
0.13
7.01
0.01
-
-
0.46
0.11
27/03/2007
16.00
0.06
-
-
0.28
0.01
-
-
28/03/2007
33.08
1.41
29/03/2007
38.56
8.16
0.04
1.74
0.04
0.07
-
0.37
16.17
0.72
0.67
0.02
03/04/2007
40.48
4.08
0.28
12.89
0.79
0.80
0.02
06/04/2007 07/04/2007
30.09
1.59
0.08
6.37
0.33
0.18
0.01
19.11
0.72
0.03
0.80
0.02
-
-
08/04/2007
19.36
0.67
0.04
1.02
0.01
-
-
13/04/2007
17.96
0.05
0.01
0.39
0.02
-
-
14/05/2007
26.66
0.04
-
0.42
0.01
-
-
15/05/2007
12.50
-
-
0.02
0.01
-
-
16/05/2007
32.98
0.60
0.03
3.67
0.24
0.09
-
31/05/2007
24.86
0.25
-
0.69
0.02
0.04
-
01/06/2007
22.78
0.40
0.01
0.47
0.02
0.03
-
08/06/2007
21.05
0.10
-
0.18
0.01
-
-
18/06/2007
20.98
0.16
-
0.22
0.01
-
-
07/07/2007
13.82
-
-
0.02
-
-
-
21/07/2007
42.83
-
-
0.94
0.05
-
-
Jumlah
662.87
1.19
60.66
3.08
1.99
0.06
Tanggal
Teras Gulud
26.17
Rorak
Efektivitas perlakuan teras gulud dan rorak dibandingkan kontrol selama kejadian hujan disajikan pada Gambar 12. Perlakuan teras gulud dan rorak efektif menurunkan aliran permukaan masing-masing sebesar 50.8 % dan 94.9 %. Noeralam (2003) pada penelitiannya menyatakan bahwa teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak paling efektif mengurangi aliran permukaan yaitu
43
88 % dari aliran permukaan pada lahan terbuka tanpa teknik pengendalian aliran permukaan dan tanpa tumbuhan.
94.9
100.0
Efektivitas (%)
80.0
50.8
60.0 40.0 20.0 0.0 Teras Gulud
Rorak
Gambar 12. Efektivitas Rata-Rata Perlakuan Teras Gulud dan Rorak dalam Menurunkan Aliran Permukaan Pada perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak, terlihat jelas perbedaan aliran permukaan dan debit puncak yang dihasilkan. Perlu diingat bahwa rorak tidak bisa dijadikan gambaran lebih efektif dalam menekan aliran permukaan dibandingkan dengan teras gulud. Hal ini disebabkan bentuk rorak di lapangan dibuat selang seling (zig-zag) antara rorak yang satu dengan rorak yang lainnya dan jarak antara rorak ± 2 meter sehingga memungkinkan air dapat mengalir dari lahan menuju outlet melalui sela-sela diantara rorak. Berbeda dengan teras gulud, dimana guludan yang dibuat memanjang searah kontur sehingga air yang mengalir di permukaan tertahan dan dapat meresap lebih banyak pada lubang resapan dan tanah disekitarnya.
44
5.7. Pengaruh Penerapan Teknik Koservasi Tanah dan Air terhadap Jumlah Sediment Load dan Erosi Gambar 13 menunjukkan bahwa perlakuan teras gulud dan rorak efektif menurunkan jumlah sediment load dibandingkan kontrol masing masing sebesar 79.4 % dan 95.9 %. Hal ini disebabkan oleh adanya saluran (guludan dan rorak) yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal yang dapat menampung massa tanah sehingga sedimen yang terbawa aliran banyak yang diendapkan. Jumlah sediment load rata-rata selama kejadian hujan yang dihasilkan pada perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak masing-masing sebesar 4.82 kg/ha, 15.02 kg/ha dan 0.13 kg/ha (Tabel Lampiran 5). Jumlah sedimen yang dihasilkan ini sangat kecil karena aliran permukaan yang dihasilkan rendah, keadaan topografi yang datar sampai dengan bergelombang (<15 %) dan mempunyai kemiringan lereng yang tidak terlalu curam sehingga sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan akan terdeposisi di daerah datar tersebut dan sangat sedikit sampai pada titik pembuangan (outlet). Sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan banyak yang berasal dari jalan utama dibandingkan dengan sedimen yang berasal di daerah penelitian. Hal ini disebabkan parit yang berada di pinggir jalan tidak ada tanaman penutup tanah yang dapat menghambat laju sedimen. (a)
100.0
(b) 98.09
79.4
95.9
100 80 Efektivitas (%)
Efektivitas (%)
80.0
67.55
60.0 40.0 20.0 0.0 Teras Gulud
Kontrol
Rorak
60 40 20 0 Teras Gulud
Rorak
Gambar 13. Efektivitas Rata-Rata Perlakuan Teras Gulud dan Rorak dalam Menurunkan Sedimen Load (a) dan Erosi (b)
45
Menurut Robinson (1979, dalam Arsyad, 2006) menyatakan bahwa pada luas 0.1 km2 memiliki nisbah pelepasan sedimen (SDR) sebesar 53.0 %. Di daerah penelitian, perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak memiliki luas daerah aliran sungai yang hampir sama ± 0.1 km2 sehingga dapat diasumsikan memiliki nisbah pelepasan sedimen sebesar 53.0 %. Jumlah erosi tanah yang dihasilkan di daerah penelitian dengan SDR sebesar 53.0 %, yaitu untuk perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak masing-masing sebesar 236.68 kg/ha, 729.28 kg/ha dan 13.90 kg/ha. Perlakuan teras gulud dan rorak menghasilkan jumlah erosi tanah lebih rendah dibandingkan dengan kontrol masing-masing sebesar 67.5 % dan 98.1 %. Hal ini disebabkan adanya tindakan konservasi berupa teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal yang dapat menampung massa tanah sehingga sedimen yang terbawa aliran banyak yang diendapkan. Sedimen yang banyak diendapkan tersebut, menghasilkan jumlah erosi yang sedikit dibandingkan dengan kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2004) menyatakan bahwa pada perlakuan teras gulud yang dilengkapi dengan mulsa vertikal, efektif menekan erosi sebesar 100 % dengan jumlah sedimen yang terselamatkan 100 % dibandingkan bedengan konvensional. Kondisi vegetasi di daerah penelitian juga dapat mempengaruhi transport sedimen mengingat tanaman kelapa sawit yang ditanam berumur 10 tahun sehingga memiliki penutup tajuk yang rapat dan dapat mengurangi percikan air hujan yang dapat merusak agregat tanah. Selain itu, terdapat tanaman penutup tanah sejenis leguminosa (Calopogonium spp.) yang dapat mengurangi jumlah dan laju aliran permukaan sehingga jumlah sedimen yang sampai pada outlet sedikit. Hasil penelitian yang dilakukan Afrianto (2005) menyatakan bahwa pada
46
lahan yang penutup tajuknya rapat, lebih banyak serasah serta perakaran tanaman yang lebih baik mampu menahan kehilangan tanah oleh erosi dibandingkan dengan lahan tanpa penutup tajuk dan penutup tanah.
47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Curah hujan yang jatuh selama penelitian (Februari-September 2007) sebesar 848.6 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada kontrol sebesar 1 046.8 mm diikuti oleh perlakuan teras gulud 898.7 mm dan perlakuan rorak 847.8 mm. 2. Overland flow pada perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak, mulai terjadi pada curah hujan > 16.80 mm, > 15.57 mm dan > 22.46 mm. 3. Aliran permukaan dipengaruhi oleh jumlah, intensitas dan lama hujan. Pada intensitas hujan maksimum 10 menit (87.54 mm/jam), perlakuan teras gulud, kontrol dan rorak menghasilkan debit puncak aliran permukaan masing-masing sebesar 0.37 m3/dtk, 0.72 m3/dtk dan 0.02 m3/dtk. 4. Overland flow pada perlakuan teras gulud dan rorak masing-masing sebesar 26.17 mm dan 1.99 mm lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sebesar 60.66 mm. Sedangkan jumlah sedimen rata-rata yang terbawa oleh overland flow pada perlakuan teras gulud dan rorak masing-masing sebesar 4.82 kg/ha dan 0.13 kg/ha lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sebesar 15.02 kg/ha. 5. Perlakuan teras gulud dan rorak menghasilkan erosi tanah rata-rata masing-masing sebesar 236.68 kg/ha dan 13.90 kg/ha lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sebesar 729.28 kg/ha.
48
6. Perlakuan teras gulud yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal sangat efektif menekan aliran permukaan dan erosi berturut-turut sebesar 50.8 dan 67.5 %. Sedangkan pada perlakuan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal sangat efektif menekan aliran permukaan dan erosi sebesar 94.9 dan 98.1 %.
6.2. Saran Teknik konservasi tanah dan air berupa teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal dapat diterapkan pada perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau sehingga akan meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit.
49
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, R. 2005. Pengaruh Karakteristik Hujan terhadap Konsentrasi Sedimen dalam Aliran Permukaan pada Dua Tipe Penggunaan Lahan (Agroforesty dan Hutan Sekunder) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Cibadak, Sukabumi. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Atmaja, I. S. T. 2007. Karakteristik Aliran Permukaan dan Erosi pada Perkebunan Kelapa Sawit dengan Perlakuan Teras Gulud dan Rorak di Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB Brata, K. R. 1995. Peningkatan Efektivitas Mulsa Vertikal sebagai Tindakan Konservasi Tanah dan Air Pada Pertanian Lahan Kering dengan Pemanfaatan Bantuan Cacing Tanah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 5 (2) : 69-72 ………………………… 1998. Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Mulsa Vertikal untuk Pengendalian Aliran Permukaan, Erosi dan Kehilangan Unsur Hara dari Pertanian Lahan Kering. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 1 (1) : 21-27.) Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa., dan R. Hartono. 2006. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya : Jakarta Harahap, I. Y. dan W. Darmosarkoro. 1999. Pendugaan Kebutuhan Air untuk Pertunbuhan Kelapa Sawit di Lapang dan Aplikasinya dalam Pengembangan Sistem Irigasi. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Vol 7 (2) : 87-104 Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta Kartasapoetra, A. G. dan Sutedjo, M. M. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. PT. Bumi Aksara : Jakarta Lubis, A. 2004. Pengaruh Modifikasi Sistem Microcatchment terhadap Aliran Permukaan, Erosi serta Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah pada Pertanian Lahan Kering. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
50
Murtilaksono, K. dan E. D. Wahyuni. 2004. Hubungan Ketersediaan Air Tanah dan Sifat-Sifat Dasar Fisika Tanah. Jurnal Tanah dan Lingkungan. Vol 6 (2) : 46-50 Noeralam, A. S., S. Arsyad dan A. Iswandi. 2003. Teknik Pengendalian Aliran Permukaan yang Efektif Pada Usaha Tani Lahan Kering Berlereng. Jurnal Tanah dan Lingkungan. Vol 5 (1) : 13-16 PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero). 2007. Profil Unit Usaha Rejosari. PTPN VII (Persero) UU Rejosari. Lampung Rachim, D. A. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. IPB. Bogor Rahim, S. E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. PT. Bumi Aksara : Jakarta Sa’ad, N. S. 2004. Kajian Pendugaan Erosi Sub Daerah Aliran Sungai Tugu Utara (Ciliwung Hulu). Jurnal Tanah dan Lingkungan. 6 (1) : 31-38 Sinukaban, N. 1989. Konservasi Tanah dan Air di Daerah Transmigrasi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor .............................. 1990. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi dan Pemberian Mulsa Jerami terhadap Produksi Tanaman Pangan dan Erosi Hara. Jurnal Penelitian Tanah dan Pupuk. No. 9 : 32-38 Siregar, H. H. 1998. Model Simulasi Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Karakteristik Kekeringan Kasus Kebun Kelapa Sawit Di Lampung. Tesis. Pascasarjana. IPB Sitorus, S. R. P. dan W. Tirtohadisurjo. 1979. Konservasi Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB. Bogor Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. IPB. Bogor Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua. Bahasa Indonesia, 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ………………………… 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th edition. United States Departement of Agriculture Schwab, G. O., R. K. Frevert., T. W. Edminster and K. K. Barnes. 1981. Soil and Water Conservation Engineering. Third Edition. John Willey and Sons, Inc. New York Tim Faperta IPB-PPKS Medan. 2006. Teknik Peresapan Air Bebas Aliran Permukaan dalam Upaya Peningkatan Produksi Kelapa Sawit. IPB
51
Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Junus, Dai., H. Darul SWP., A. Hidayat., H. Y.Sumulyadi., Hendra S., Yayat A. H., A. Hermawan., P. Buurman. Dan T. Balsem. 1989. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Tanjung Karang (1110), Sumatera. PPT, Bogor Yusuf, S. M. 2007. Karakteristik Aliran Permukaan pada Perkebunan Kelapa Sawit dengan Perlakuan Teras Gulud dan Rorak di Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB
52
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Suhu dan Kelembaban Rata-Rata Bulanan di Daerah Penelitian Tahun 2007
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata
Suhu Udara Maksimum Minimum (°C) 33 23 32 23 33 23 35 22 34 23 33 22 34 22 34 21 35 21 36 22 34 23 34 23 34 22
Suhu Udara
Lama Penyinaran
27 27 26 26 27 26 27 26 27 28 28 27 27
(jam/hari) 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4
Maksimum 99 99 99 90 84 83 83 83 83 82 83 85 88
Kelembaban Relatif Minimum Rata-Rata (%) 74 86 76 88 82 93 55 83 55 74 56 76 53 73 50 70 44 68 47 69 55 71 62 77 59 77
54
Tabel Lampiran 2. Data Curah Hujan Harian di Daerah Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Tanggal 2/2/2007 2/3/2007 2/4/2007 2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.49 0.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.49 3.21 19.47 24.48 20.57 17.63 16.65 17.10 2.01 1.86 1.38 12.01 16.16 9.96 7.55 7.83 7.07 1.67 0.49 0.93 0.00 0.00 0.00 21.15 24.68 18.96 6.22 5.91 5.37 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.57 8.52 4.98 48.04 61.70 57.21 0.88 1.27 1.25 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 0.00 0.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.34 21.51 17.12 1.75 12.71 7.48 1.03 0.00 21.60 5.83 0.00 0.00 6.02 55.65 1.14 0.00
No.
Tanggal
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.
3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007 3/25/2007
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.26 8.42 3.70 0.00 0.00 0.00 9.75 8.32 6.75 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16.80 28.40 15.59 0.00 0.00 0.00 29.75 33.30 31.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.20 1.96 1.35 4.10 3.82 3.47 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.88 1.66 0.37 28.65 32.32 23.78 44.68 48.18 38.57 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 6.79 0.00 8.27 0.00 0.00 0.00 0.00 20.26 0.00 31.62 0.00 0.00 1.84 3.80 0.00 0.00 0.97 28.25 43.81 0.00 0.00 0.00 0.00
55
26. 27.
2/27/2007 2/28/2007
1.60 0.00
2.25 0.00
1.99 0.00
1.95 0.00
53. 54.
3/26/2007 3/27/2007
No.
Tanggal
82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104.
4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 4/29/2007 4/30/2007 5/1/2007 5/2/2007 5/3/2007 5/4/2007 5/5/2007 5/6/2007 5/7/2007 5/8/2007 5/9/2007 5/10/2007 5/11/2007 5/12/2007 5/13/2007 5/14/2007 5/15/2007 5/16/2007
0.00 18.18
0.00 17.73
0.00 18.32
0.00 18.07
Tabel Lampiran 2. Lanjutan No. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77.
Tanggal 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 4/9/2007 4/10/2007 4/11/2007 4/12/2007 4/13/2007 4/14/2007 4/15/2007 4/16/2007 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 42.53 37.21 27.32 40.21 47.99 38.73 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.77 0.78 0.43 38.01 52.88 42.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 28.59 37.21 36.00 18.73 24.29 20.25 22.92 21.55 20.25 4.24 6.86 5.11 0.00 0.00 0.00 10.80 11.75 11.89 9.09 8.81 5.78 17.08 22.03 21.85 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.87 1.47 1.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 35.69 42.31 0.00 0.00 0.00 0.66 44.54 0.00 0.00 33.93 21.09 21.57 5.40 0.00 11.48 7.90 20.32 0.00 0.00 0.00 1.65 0.00 0.00
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.49 7.83 6.43 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.93 3.43 2.14 0.00 0.00 0.00 4.02 4.70 4.02 26.66 33.30 28.60 12.34 15.57 13.82 28.09 44.07 37.92
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.25 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.50 0.00 4.25 29.52 13.91 36.70
56
78. 79. 80. 81.
4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007
1.10 0.00 0.00 0.29
1.86 0.00 0.00 0.69
1.61 0.00 0.00 0.67
1.52 0.00 0.00 0.55
105. 106. 107. 108.
5/17/2007 5/18/2007 5/19/2007 5/20/2007
No.
Tanggal
136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156.
6/17/2007 6/18/2007 6/19/2007 6/20/2007 6/21/2007 6/22/2007 6/23/2007 6/24/2007 6/25/2007 6/26/2007 6/27/2007 6/28/2007 6/29/2007 6/30/2007 7/1/2007 7/2/2007 7/3/2007 7/4/2007 7/5/2007 7/6/2007 7/7/2007
7.66 0.00 0.00 0.00
9.79 0.00 0.00 0.00
6.72 0.00 0.00 0.00
8.06 0.00 0.00 0.00
Tabel Lampiran 2. Lanjutan No. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129.
Tanggal 5/21/2007 5/22/2007 5/23/2007 5/24/2007 5/25/2007 5/26/2007 5/27/2007 5/28/2007 5/29/2007 5/30/2007 5/31/2007 6/1/2007 6/2/2007 6/3/2007 6/4/2007 6/5/2007 6/6/2007 6/7/2007 6/8/2007 6/9/2007 6/10/2007
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.27 0.98 0.00 5.29 2.45 3.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26.77 31.34 22.46 29.31 25.66 18.70 0.00 0.00 0.00 5.62 2.97 3.79 9.36 12.93 10.93 0.00 0.00 0.00 1.21 2.94 2.44 1.82 1.86 1.62 23.41 26.25 18.29 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 0.00 0.75 3.62 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26.86 24.56 0.00 4.13 11.07 0.00 2.20 1.77 22.65 0.00 0.00
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 2.53 6.66 3.86 22.59 26.44 18.96 9.59 11.75 9.35 0.00 0.00 0.00 2.42 4.90 3.86 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.93 2.06 2.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.09 4.11 3.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.73 15.67 9.32
CH rata-rata ( mm ) 4.35 22.66 10.23 0.00 3.73 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.25 0.00 0.00 14.57
57
130. 131. 132. 133. 134. 135.
6/11/2007 6/12/2007 6/13/2007 6/14/2007 6/15/2007 6/16/2007
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
157. 158. 159. 160. 161. 162.
7/8/2007 7/9/2007 7/10/2007 7/11/2007 7/12/2007 7/13/2007
No.
Tanggal
190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208.
8/10/2007 8/11/2007 8/12/2007 8/13/2007 8/14/2007 8/15/2007 8/16/2007 8/17/2007 8/18/2007 8/19/2007 8/20/2007 8/21/2007 8/22/2007 8/23/2007 8/24/2007 8/25/2007 8/26/2007 8/27/2007 8/28/2007
1.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.69 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel Lampiran 2. Lanjutan No. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181.
Tanggal 7/14/2007 7/15/2007 7/16/2007 7/17/2007 7/18/2007 7/19/2007 7/20/2007 7/21/2007 7/22/2007 7/23/2007 7/24/2007 7/25/2007 7/26/2007 7/27/2007 7/28/2007 7/29/2007 7/30/2007 7/31/2007 8/1/2007
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.96 0.00 2.25 11.57 0.00 5.62 1.21 9.79 1.35 19.83 23.01 17.03 44.62 54.84 39.53 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 0.00 2.40 5.73 4.12 19.96 46.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.54 13.51 9.64 1.54 0.69 0.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.92 6.76 4.50 1.54 1.18 1.54 1.27 0.49 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 10.56 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.73 1.42 0.59 0.00 0.00 0.00 0.00
58
182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189.
8/2/2007 8/3/2007 8/4/2007 8/5/2007 8/6/2007 8/7/2007 8/8/2007 8/9/2007
0.00 0.00 0.00 3.25 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 3.72 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 1.61 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 2.86 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel Lampiran 2. Lanjutan No. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227.
Tanggal 9/6/2007 9/7/2007 9/8/2007 9/9/2007 9/10/2007 9/11/2007 9/12/2007 9/13/2007 9/14/2007 9/15/2007 9/16/2007
Curah Hujan ( mm ) Blok I Blok II Blok III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CH rata-rata ( mm ) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216.
8/29/2007 8/30/2007 8/31/2007 9/1/2007 9/2/2007 9/3/2007 9/4/2007 9/5/2007
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel. Lampiran 2 Data Tinggi Muka Air dan Debit Aliran AWLR I
Tanggal
Pulsa
2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007
90 90 89 87 88 86 85 88 92 90 87 90 89 88 88 90 Error 89 88 89 88 86 86 88 89 88 Error 85 84 85 83 84 83 84 82 80 84 82 82 82 83 83 82
TMA (m) 0.069 0.063 0.061 0.056 0.052 0.048 0.042 0.040 0.062 0.048 0.041 0.041 0.042 0.030 0.031 0.054 0.044 0.040 0.036 0.038 0.096 0.080 0.076 0.074 0.070 0.065 0.064 0.064 0.061 0.060 0.054 0.052 0.051 0.052 0.051 0.043 0.071 0.050 0.044 0.042 0.043
Debit Aliran ( m3/dtk ) 0.0025839 0.0020297 0.0017305 0.0013357 0.0010745 0.0008861 0.0008285 0.0006862 0.0018857 0.0008864 0.0005114 0.0005021 0.0005773 0.0002153 0.0001775 0.0012356 0.0006341 0.0004747 0.0003239 0.0003837 0.0058628 0.0035913 0.0032002 0.0030989 0.0027083 0.0022386 0.0021492 0.0020431 0.0017158 0.0015887 0.0012347 0.0011140 0.0009954 0.0008756 0.0011235 0.0007712 0.0028073 0.0009682 0.0006513 0.0007495 0.0007847 Tdk Diukur 0.040 0.0005906
Tanggal
Pulsa
3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 * 4/9/2007 * 4/10/2007 * 4/11/2007 * 4/12/2007 4/13/2007 4/14/2007 4/15/2007 4/16/2007 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 7/23/2007
85 85 89 95 96 94 93 92 88 90 88 87 91 91 91 91 91 91 90 90 90 91 90 89 88 88 88 85 84 83 80 80 80 78 79 79 77
Debit TMA Aliran (m) ( m3/dtk ) 0.083 0.0038510 0.073 0.0028742 0.075 0.0031198 0.120 0.0100761 0.137 0.0184621 0.127 0.0131336 0.122 0.0106130 0.121 0.0102995 0.113 0.0086918 0.129 0.0113691 0.118 0.0097002 0.114 0.0090900 Tdk Diukur 0.132 0.0122267 0.132 0.0169484 0.139 0.0130813 0.139 0.0215183 0.130 0.0114026 0.132 0.0150298 0.127 0.0099314 Tdk Keukur 0.135 0.0100359 0.136 0.0096668 0.129 0.0103671 0.121 0.0101239 0.119 0.0098790 0.111 0.0078741 0.104 0.0073595 0.100 0.0065231 0.098 0.0061267 0.092 0.0050284 0.087 0.0043285 0.081 0.0036822 0.076 0.0032392 0.071 0.0027857 0.065 0.0021777 0.067 0.0024509 0.061 0.0016754 0.032 0.0001733
60
3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007 3/25/2007
87 96 87 87 85
0.055 0.116 0.096 0.091 0.084
Tdk Diukur 0.0014441 0.0094445 0.0057568 0.0049820 0.0040580
Tabel Lampiran 2 Lanjutan AWLR II Tanggal
Pulsa
2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007
152 149 150 148 147 140 141 140 144 143 141 142 141 141 141 148 Error 138 138 138 63** 64 63 63 63 62 61 62 61 61 61 61 61 61 61 60
TMA (m) 0.084 0.078 0.073 0.068 0.063 0.060 0.053 0.051 0.062 0.052 0.048 0.049 0.043 0.041 0.043 0.051 0.048 0.045 0.044 0.044 0.087 0.084 0.081 0.079 0.076 0.071 0.065 0.065 0.063 0.059 0.055 0.055 0.051 0.049 0.049 0.043
Debit Aliran ( m3/dtk ) 0.0026053 0.0022247 0.0019459 0.0014182 0.0011190 0.0009547 0.0008620 0.0007738 0.0010648 0.0006522 0.0004587 0.0005169 0.0003887 0.0003023 0.0003074 0.0005888 0.0004650 0.0003700 0.0003589 0.0003542 0.0029244 0.0026305 0.0024073 0.0022395 0.0020416 0.0017377 0.0012490 0.0012108 0.0010536 0.0009478 0.0007777 0.0007423 0.0005935 0.0006746 0.0006745 0.0004956
Tanggal
Pulsa
3/25/2007 3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 4/9/2007 4/10/2007 4/11/2007 4/12/2007 4/13/2007 4/14/2007 4/15/2007 4/16/2007 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 7/23/2007
63 62 62 62 64 66 64 66 80 56 56 55 55 59 61 60 61 61 61 61 62 64 68 56 59 59 60 61 61 62 62 62 55 55 60
Debit TMA Aliran (m) ( m3/dtk ) 0.083 0.0026402 0.079 0.0023081 0.074 0.0020037 0.074 0.0019249 0.101 0.0045146 0.128 0.0083843 0.101 0.0045146 0.118 0.0067647 0.117 0.0066019 0.113 0.0057818 0.115 0.0063353 0.111 0.0055646 0.108 0.0053269 Tdk Diukur 0.116 0.0063698 0.123 0.0075589 0.120 0.0071739 0.118 0.0067125 0.116 0.0062021 0.113 0.0059177 0.116 0.0064028 0.112 0.0057535 0.109 0.0053463 0.106 0.0049448 0.099 0.0041233 0.097 0.0038310 0.092 0.0032931 0.087 0.0028459 0.084 0.0025370 0.077 0.0020515 0.072 0.0017324 0.069 0.0014078 0.065 0.0011904 0.063 0.0010352 0.059 0.0009178 0.043 6.889E-05
61
3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 * 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007
61 61 61 61 61 61 61 61
0.058 0.048 0.044 0.041 0.045 0.044
65 71 66 error
0.093 0.094 0.090 0.088
0.044
0.0008682 0.0004753 0.0003493 0.0004664 0.0004810 0.0005511 Tdk Diukur 0.0004476 Tdk Diukur 0.0005863 0.0036517 0.0031067 0.0027908
Tabel Lampiran 2 Lanjutan AWLR III Debit Aliran ( m3/dtk ) 0.0059711 0.0045289 0.0041126 0.0033653 0.0028526 0.0024855 0.0019630 0.0016344 0.0041130 0.0053405 0.0030559 0.0038422
Tanggal
Pulsa
79 78 78 77 76 76 75 75 78 81 78 79
TMA (m) 0.103 0.093 0.090 0.082 0.076 0.072 0.069 0.065 0.090 0.099 0.079 0.086
3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007
73 73 74 78 83 78 80 80 77 81 79 77
79 77 76 81 79 78 77 77 78 76 77 79 80 88 70 71
0.082 0.069 0.061 0.102 0.088 0.078 0.068 0.069 0.163 0.140 0.129 0.123 0.116 0.111 0.105 0.104
0.0034393 0.0020359 0.0013848 0.0055516 0.0038761 0.0029528 0.0019450 0.0020359 0.0043992 0.0141185 0.0110185 0.0094031 0.0077712 0.0068856 0.0057577 0.0057387
4/7/2007 4/8/2007 * 4/9/2007 * 4/10/2007 * 4/11/2007 * 4/12/2007 * 4/13/2007 * 4/14/2007 * 4/15/2007
81 81 82 82 83 83 82 82 83 83 85 84 85 86 84
Tanggal
Pulsa
2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007
TMA (m) 0.114 0.109 0.113 0.154 0.201 0.172 0.164 0.107 0.157 0.191 0.169 0.163 Tidak Diukur 0.182 0.182 0.183 0.184 0.181 0.181 0.174 0.173 0.177 0.177 0.173 0.173 0.180 0.180 0.172
Debit Aliran ( m3/dtk ) 0.0075718 0.0067094 0.0070823 0.0195257 0.0514493 0.0256705 0.0206965 0.0026889 0.0171430 0.0213024 0.0236769 0.0208625
0.0292071 0.0360320 0.0302223 0.0412178 0.0286859 0.0395270 0.0258492 0.0317298 0.0269177 0.0325051 0.0244829 0.0296427 0.0279030 0.0368839 0.0238410
62
3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007 3/25/2007
70 70 69 70 69 68 71 70 73 71 70 69 70 70 69 72 78 74 73 73
0.101 0.101 0.098 0.094 0.088 0.087 0.103 0.085 0.128 0.096 0.088 0.082 0.083 0.076 0.073
0.0050854 0.0052931 0.0047937 0.0044529 0.0038204 0.0036095 0.0059206 0.0035030 0.0105684 0.0048194 0.0038693 0.0032649 0.0032788 0.0027197 0.0024317 Tidak Diukur 0.108 0.0066174 0.159 0.0184474 0.139 0.0134581 0.128 0.0105742 0.120 0.0085116
* 4/16/2007 * 4/17/2007 * 4/18/2007 * 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 7/23/2007 7/24/2007
85 84 84 85 84 84 84 78 78 79 79 78 77 77 78 77 76 75 69
TMA (m) 0.112 0.106 0.102 0.096 0.091 0.087 0.084 0.082 0.089 0.105 0.086 0.089 0.088 0.079 0.075 0.100 0.090 0.081 0.075 0.074 0.171
Tanggal
Pulsa
3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 * 4/9/2007 * 4/10/2007 * 4/11/2007 *
611 607 622 664 711 689 679 679 701 742 709 670
0.173 0.169 0.169 0.163 0.163 0.161 0.161 0.158 0.153 0.151 0.143 0.138 0.132 0.126 0.120 0.117 0.090 0.055 0.031
0.0300205 0.0236830 0.0290136 0.0206550 0.0228466 0.0187906 0.0220470 0.0185751 0.0146365 0.0153497 0.0137601 0.0130320 0.0116405 0.0103636 0.0086164 0.0082184 0.0048902 0.0009367 0.0006180
Tabel Lampiran 2 Lanjutan AWLR IV
Tanggal
Pulsa
2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007
590 591 591 585 579 574 560 561 569 610 591 606 600 595 592 598 602 603 591 593 684
Debit Aliran ( m3/dtk ) 0.0063808 0.0053921 0.0047262 0.0040745 0.0035453 0.0032641 0.0030687 0.0029669 0.0034679 0.0050820 0.0031895 0.0035953 0.0033161 0.0025144 0.0019897 0.0046399 0.0034661 0.0028108 0.0020460 0.0019021 0.0263111
696 696 698 697 696 697 688 688
Debit TMA Aliran (m) ( m3/dtk ) 0.114 0.0064430 0.110 0.0057381 0.115 0.0065798 0.154 0.0145761 0.192 0.0328206 0.172 0.0221234 0.168 0.0189539 0.164 0.0178171 0.152 0.0142800 0.192 0.0328053 0.172 0.0206620 0.166 0.0183922 Tidak Diukur 0.184 0.0242137 0.184 0.0406362 0.183 0.0230005 0.182 0.0334396 0.180 0.0208176 0.181 0.0338891 0.177 0.0199293 0.176 0.0292271
63
2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007 3/25/2007
653 633 635 624 628 606 611 619 619 617 615 614 618 618 601 625 error 610 602 607 608 601 635 689 634 628 616
0.142 0.127 0.124 0.120 0.119 0.105 0.105 0.105 0.103 0.102 0.100 0.094 0.092 0.104 0.091 0.116 0.098 0.089 0.088 0.086 0.082 0.082
0.0118752 0.0085654 0.0077789 0.0070470 0.0072441 0.0051128 0.0050374 0.0050960 0.0048929 0.0047431 0.0044647 0.0038047 0.0035950 0.0049322 0.0035158 0.0068564 0.0042380 0.0033491 0.0031890 0.0030550 0.0027139 0.0026831 Tidak Diukur 0.104 0.0049574 0.157 0.0162023 0.132 0.0099382 0.127 0.0087042 0.118 0.0070601
4/12/2007 * 4/13/2007 * 4/14/2007 * 4/15/2007 * 4/16/2007 * 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 7/23/2007
693 692 691 691 698 698 685 684 682 682 681 error 667 661 660 646 654 641 635 630 628 622 569
TMA (m) 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Tanggal
Pulsa
3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007
73 72 72 74 77 77 76 68 68 77 77 77
0.175 0.173 0.173 0.173 0.181 0.181 0.173 0.173 0.170 0.170 0.169 0.165 0.161 0.158 0.154 0.144 0.150 0.139 0.133 0.130 0.125 0.120 0.062
0.0200681 0.0293522 0.0195923 0.0288187 0.0213092 0.0341302 0.0190545 0.0287210 0.0187037 0.0275625 0.0159701 0.0140601 0.0140079 0.0142713 0.0141073 0.0123985 0.0135354 0.0113027 0.0097016 0.0086423 0.0079519 0.0070410 0.0008399
Tabel Lampiran 2 Lanjutan AWLR V
Tanggal 2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007
Pulsa
Debit Aliran ( m3/dtk ) 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000 0.0000000
77
Debit TMA Aliran (m) ( m3/dtk ) 0.070 0.0005424 0.058 0.0003000 0.055 0.0002655 0.072 0.0007271 0.105 0.0032538 0.103 0.0029407 0.099 0.0026332 0.093 0.0021249 0.091 0.0018020 0.107 0.0034078 0.102 0.0031105 0.101 0.0029001 Tidak Diukur 0.112 0.0036932
64
2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007 3/25/2007
0.000
70 74 73 73
72 72 70 69
70 70
73 73 74 73
0.0000000 Tidak Diukur 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.066 0.0007292 0.065 0.0006352 0.059 0.0003701 0.050 0.0001192 Tidak Terukur Tidak Terukur 0.035 0.0001309 0.032 0.0000442 0.022 0.0000168 0.026 0.0000036 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.025 5.294E-05 0.020 6.983E-06 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.000 0.0000000 0.069 0.0007816 0.065 0.0006618 0.062 0.0005185 0.062 0.0004628
4/9/2007 4/10/2007 4/11/2007 4/12/2007 4/13/2007 4/14/2007 4/15/2007 4/16/2007 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 7/23/2007
78 79 78 78 77 78 78 77 77 77 77 error 78 78 error error error error 75 76 72
0.121 0.112 0.111 0.112 0.101 0.108 0.108 0.107 0.101 0.104 0.102 0.100 0.097 0.093 0.090 0.095 0.089 0.088 0.083 0.084 0.041
0.0043528 0.0039101 0.0037276 0.0037770 0.0031516 0.0036850 0.0035777 0.0033920 0.0029347 0.0029101 0.0027110 0.0025568 0.0024657 0.0020910 0.0019293 0.0022684 0.0016834 0.0015509 0.0013243 0.0012375 0.0001353
Tabel Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Harian Aliran Permukaan pada Setiap Perlakuan Bulan : Februari
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
2/1/2007
0.00
1.930
1.930
-
0.00
1.168
1.168
-
0.00
0.088
0.088
-
2/2/2007
0.00
2.075
2.075
-
0.00
0.538
0.538
-
0.00
0.035
0.035
-
2/3/2007
0.00
2.118
2.118
-
0.00
0.818
0.818
-
0.00
0.018
0.018
-
2/4/2007
0.00
1.873
1.873
-
0.00
2.006
2.006
-
0.00
0.000
0.000
-
2/5/2007
0.99
1.503
1.503
-
0.49
2.753
2.753
-
0.32
0.000
0.000
-
2/6/2007
0.00
1.175
1.175
-
0.00
2.183
2.183
-
0.00
0.000
0.000
-
2/7/2007
0.00
0.897
0.897
-
0.00
2.125
2.125
-
0.00
0.000
0.000
-
2/8/2007
0.00
0.645
0.645
-
0.00
1.582
1.582
-
0.00
0.000
0.000
-
2/9/2007
0.00
0.732
0.732
-
0.00
1.313
1.313
-
0.00
0.000
0.000
-
2/10/2007
0.00
0.530
0.530
-
0.00
1.182
1.182
-
0.00
0.000
0.000
-
2/11/2007
0.33
1.166
1.166
-
0.49
1.127
1.127
-
3.21
0.000
0.000
-
2/12/2007
19.47
0.120
0.041
0.079
24.48
1.687
1.566
0.121
20.57
0.000
0.000
-
60
2/13/2007
17.63
1.081
0.122
0.959
16.65
4.769
3.746
1.023
17.10
0.000
0.000
-
2/14/2007
2.01
0.141
0.141
-
1.86
2.168
2.168
-
1.38
0.000
0.000
-
2/15/2007
12.01
0.357
0.014
0.342
16.16
2.354
1.761
0.593
9.96
0.000
0.000
-
2/16/2007
7.55
0.579
0.579
-
7.83
1.319
1.319
-
7.07
0.000
0.000
-
2/17/2007
1.67
0.525
0.525
-
0.49
1.185
1.185
-
0.93
0.000
0.000
-
2/18/2007
0.00
0.315
0.315
-
0.00
0.468
0.468
-
0.00
0.000
0.000
-
2/19/2007
21.15
1.965
1.675
0.290
24.68
3.357
3.026
0.332
18.96
0.000
0.000
-
2/20/2007
6.22
0.225
0.225
-
5.91
2.273
2.273
-
5.37
0.000
0.000
-
2/21/2007
0.00
0.046
0.046
-
0.00
1.028
1.028
-
0.00
0.000
0.000
-
2/22/2007
0.00
0.078
0.078
-
0.00
0.848
0.848
-
0.00
0.000
0.000
-
2/23/2007
4.57
0.089
0.089
-
8.52
0.975
0.975
-
4.98
0.000
0.000
-
2/24/2007
48.04
3.495
0.518
2.977
61.70
6.557
2.527
4.029
57.21
0.000
0.000
-
2/25/2007
0.88
0.874
0.874
-
1.27
2.017
2.017
-
1.25
0.828
0.828
-
2/26/2007
0.00
0.265
0.265
-
0.00
3.376
3.376
-
0.00
0.713
0.713
-
2/27/2007
1.60
0.054
0.054
-
2.25
3.865
3.865
-
1.99
0.613
0.613
-
2/28/2007 Total
0.00 144.13
0.571 25.421
0.571 20.774
-
0.00 172.78
3.767 58.808
3.767 52.710
-
0.00 150.31
0.416 2.713
0.416 2.713
-
61
4.647 Koef. RO (%) Koef. RO
17.638 0.176
14.413
6.098 3.224
34.036 0.340
30.507
-
3.529
1.805 0.018
1.805
-
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan : Maret
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
Curah Hujan (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
3/1/2007
0.00
0.211
0.211
-
0.00
3.717
3.717
-
0.00
0.291
0.291
-
3/2/2007
0.00
0.358
0.358
-
0.00
1.917
1.917
-
0.00
0.206
0.206
-
3/3/2007
8.26
0.309
0.309
-
8.42
2.103
2.103
-
3.70
0.117
0.117
-
3/4/2007
0.00
0.225
0.225
-
0.00
1.854
1.854
-
0.00
0.096
0.096
-
3/5/2007
9.75
0.259
0.259
-
8.32
1.886
1.886
-
6.75
0.074
0.074
-
3/6/2007
0.00
0.215
0.215
-
0.00
1.527
1.527
-
0.00
0.039
0.039
-
3/7/2007
0.00
0.394
0.394
-
0.00
1.536
1.536
-
0.00
0.022
0.022
-
3/8/2007
0.00
0.137
0.137
-
0.00
1.461
1.461
-
0.00
0.006
0.006
-
3/9/2007
0.00
0.176
0.176
-
0.00
1.230
1.230
-
0.00
0.000
0.000
-
62
3/10/2007
16.80
0.095
0.056
3/11/2007
0.00
0.028
0.028
3/12/2007
29.75
0.168
0.030
3/13/2007
0.00
0.224
0.224
3/14/2007
0.00
0.043
3/15/2007
2.20
3/16/2007
0.039
28.40
2.184
1.859
0.325
15.59
0.000
0.000
-
0.00
2.014
2.014
-
0.00
0.000
0.000
-
33.30
2.840
2.104
0.735
31.82
0.000
0.000
-
-
0.00
2.158
2.158
-
0.00
0.099
0.099
-
0.043
-
0.00
2.053
2.053
-
0.00
0.059
0.059
-
0.107
0.107
-
1.96
2.058
2.058
-
1.35
0.016
0.016
-
4.10
0.190
0.190
-
3.82
2.094
2.094
-
3.47
0.010
0.010
-
3/17/2007
0.00
0.176
0.176
-
0.00
1.876
1.876
-
0.00
0.005
0.005
-
3/18/2007
0.00
0.066
0.066
-
0.00
1.826
1.826
-
0.00
0.000
0.000
-
3/19/2007
0.88
0.119
0.119
-
1.66
1.796
1.796
-
0.37
0.000
0.000
-
3/20/2007
28.65
0.740
0.582
0.158
32.32
2.095
1.890
0.204
23.78
0.000
0.000
-
3/21/2007
44.68
4.477
1.571
2.906
48.18
8.286
1.276
7.010
38.57
0.709
0.599
0.110
3/22/2007
0.00
1.946
1.946
-
0.00
3.087
3.087
-
0.00
0.897
0.897
-
3/23/2007
0.00
1.894
1.894
-
0.00
2.968
2.968
-
0.00
0.727
0.727
-
3/24/2007
0.00
1.425
1.425
-
0.00
2.812
2.812
-
0.00
0.651
0.651
-
3/25/2007 3/26/2007
0.00 0.00
1.331 0.723
1.331 0.723
-
0.00 0.00
3.236 3.376
3.236 3.376
-
0.00 0.00
0.765 0.646
0.765 0.646
-
0.138
63
-
-
3/27/2007
18.18
0.730
0.671
0.059
17.73
4.034
3.756
0.278
18.32
0.567
0.567
-
3/28/2007
42.53
4.445
3.032
1.413
37.21
4.533
2.789
1.744
27.32
0.755
0.686
0.069
3/29/2007
40.21
11.669
3.505
8.164
47.99
19.388
3.219
16.169
38.73
3.297
2.631
0.665
3/30/2007
0.00
5.078
5.078
-
0.00
2.485
2.485
-
0.00
3.800
3.800
-
3/31/2007
0.00
2.741
2.741
-
0.00
3.132
3.132
-
0.00
2.982
2.982
-
245.99
40.699 16.545 0.165
27.821 11.310
12.878 5.235
269.31
97.562 36.226 0.362
71.095 26.399
209.75
16.836 8.026 0.080
15.991 7.624
Total Koef. RO (%) Koef. RO
26.467 9.827
0.845 0.403
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan : April
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
Curah Hujan (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
4/1/2007
0.00
2.903
2.903
-
0.00
3.630
3.630
-
0.00
2.673
2.673
-
4/2/2007
0.77
2.959
2.959
-
0.78
0.867
0.867
-
0.43
2.463
2.463
-
4/3/2007
38.01
9.533
5.456
52.88
13.788
0.898
12.890
42.71
3.401
2.601
0.800
4/4/2007
0.00
3.988
3.988
-
0.00
0.896
0.896
-
0.00
2.926
2.926
-
4/5/2007
0.00
4.206
4.206
-
0.00
3.396
3.396
-
0.00
2.602
2.602
-
4.077
64
4/6/2007
28.59
3.606
2.020
1.586
37.21
9.435
3.062
6.372
36.00
2.998
2.822
0.176
4/7/2007
18.73
3.554
2.837
0.717
24.29
4.761
3.965
0.797
20.25
3.783
3.783
-
4/8/2007
22.92
6.969
6.301
0.668
21.55
4.416
3.401
1.015
20.25
5.440
5.440
-
4/9/2007
4.24
6.473
6.473
-
6.86
3.731
3.731
-
5.11
5.767
5.767
-
4/10/2007
0.00
5.113
5.113
-
0.00
4.161
4.161
-
0.00
4.837
4.837
-
4/11/2007
10.80
6.268
6.268
-
11.75
4.970
4.970
-
11.89
5.013
5.013
-
4/12/2007
9.09
3.909
3.909
-
8.81
5.650
5.650
-
5.78
4.414
4.414
-
4/13/2007
17.08
4.974
4.928
22.03
7.223
6.836
0.387
21.85
4.005
4.005
-
4/14/2007
0.00
4.523
4.523
-
0.00
5.815
5.815
-
0.00
3.651
3.651
-
4/15/2007
0.00
4.687
4.687
-
0.00
6.071
6.071
-
0.00
3.885
3.885
-
4/16/2007
0.00
4.210
4.210
-
0.00
6.167
6.167
-
0.00
3.998
3.998
-
4/17/2007
1.87
3.170
3.170
-
1.47
4.515
4.515
-
1.61
4.017
4.017
-
4/18/2007
0.00
1.296
1.296
-
0.00
4.547
4.547
-
0.00
3.247
3.247
-
4/19/2007
0.00
1.042
1.042
-
0.00
3.968
3.968
-
0.00
3.350
3.350
-
4/20/2007
1.10
0.945
0.945
-
1.86
4.170
4.170
-
1.61
4.527
4.527
-
4/21/2007 4/22/2007
0.00 0.00
1.090 1.027
1.090 1.027
-
0.00 0.00
4.134 3.744
4.134 3.744
-
0.00 0.00
4.700 2.208
4.700 2.208
-
0.046
65
-
-
4/23/2007
0.29
1.200
1.200
-
0.69
3.645
3.645
-
0.67
2.475
2.475
-
4/24/2007
0.00
0.426
0.426
-
0.00
3.715
3.715
-
0.00
3.510
3.510
-
4/25/2007
0.00
0.157
0.157
-
0.00
3.397
3.397
-
0.00
4.720
4.720
-
4/26/2007
0.00
0.658
0.658
-
0.00
2.667
2.667
-
0.00
1.826
1.826
-
4/27/2007
0.00
0.649
0.649
-
0.00
2.411
2.411
-
0.00
1.778
1.778
-
4/28/2007
0.00
0.804
0.804
-
0.00
1.983
1.983
-
0.00
1.411
1.411
-
4/29/2007
7.49
0.609
0.609
-
7.83
2.121
2.121
-
6.43
1.022
1.022
-
4/30/2007
0.00
0.487
0.487
-
0.00
1.993
1.993
-
0.00
1.283
1.283
-
160.97
91.437 56.802 0.568
84.342 52.395
198.02
131.986 66.653 0.667
110.525 55.815
174.59
101.929 58.381 0.584
100.953 57.822
Total Koef. RO (%) Koef. RO
7.09 4.407
21.461 10.838
0.976 0.559
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan : Mei
Tanggal
5/1/2007 5/2/2007
Curah Hujan (mm) 0.00 0.00
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm) 0.294 0.269
0.294 0.269
Curah Hujan (mm)
OLF (mm) -
0.00 0.00
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm) 1.900 1.651
1.900 1.651
OLF (mm) -
Curah Hujan (mm) 0.00 0.00
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm) 1.130 1.255
1.130 1.255
OLF (mm) -
66
-
-
5/3/2007
0.00
0.301
0.301
-
0.00
1.613
1.613
-
0.00
1.048
1.048
-
5/4/2007
0.00
0.313
0.313
-
0.00
1.335
1.335
-
0.00
0.888
0.888
-
5/5/2007
0.00
0.172
0.172
-
0.00
1.311
1.311
-
0.00
0.890
0.890
-
5/6/2007
0.00
0.021
0.021
-
0.00
1.407
1.407
-
0.00
0.791
0.791
-
5/7/2007
0.00
0.098
0.098
-
0.00
2.413
2.413
-
0.00
0.760
0.760
-
5/8/2007
0.00
0.036
0.036
-
0.00
1.143
1.143
-
0.00
0.643
0.643
-
5/9/2007
0.00
0.135
0.135
-
0.00
1.126
1.126
-
0.00
0.758
0.758
-
5/10/2007
0.00
0.225
0.225
-
0.00
0.908
0.908
-
0.00
0.733
0.733
-
5/11/2007
1.93
0.077
0.077
-
3.43
0.781
0.781
-
2.14
0.902
0.902
-
5/12/2007
0.00
0.095
0.095
-
0.00
0.750
0.750
-
0.00
0.814
0.814
-
5/13/2007
4.02
0.116
0.116
-
4.70
0.510
0.510
-
4.02
0.500
0.500
-
5/14/2007
26.66
0.283
0.244
33.30
2.014
1.595
0.419
28.60
0.509
0.509
-
5/15/2007
12.34
0.352
0.352
15.57
2.571
2.548
0.023
13.82
0.474
0.474
-
5/16/2007
28.09
1.703
1.107
44.07
6.519
2.848
3.671
37.92
0.830
0.735
0.095
5/17/2007
7.66
0.737
0.737
-
9.79
2.809
2.809
-
6.72
0.835
0.835
-
5/18/2007
0.00
0.251
0.251
-
0.00
2.188
2.188
-
0.00
0.682
0.682
-
0.039 0.596
67
5/19/2007
0.00
0.159
0.159
-
0.00
0.964
0.964
-
0.00
0.430
0.430
-
5/20/2007
0.00
0.028
0.028
-
0.00
1.101
1.101
-
0.00
0.353
0.353
-
5/21/2007
0.00
0.064
0.064
-
0.00
0.577
0.577
-
0.00
0.342
0.342
-
5/22/2007
0.00
0.039
0.039
-
0.00
0.532
0.532
-
0.00
0.343
0.343
-
5/23/2007
0.00
0.037
0.037
-
0.00
0.395
0.395
-
0.00
0.492
0.492
-
5/24/2007
1.27
0.020
0.020
-
0.00
0.430
0.430
-
0.00
0.283
0.283
-
5/25/2007
5.29
0.131
0.131
-
0.00
0.474
0.474
-
0.00
0.251
0.251
-
5/26/2007
0.00
0.075
0.075
-
0.00
0.452
0.452
-
0.00
0.248
0.248
-
5/27/2007
0.00
0.054
0.054
-
0.00
0.407
0.407
-
0.00
0.174
0.174
-
5/28/2007
0.00
0.049
0.049
-
0.00
0.393
0.393
-
0.00
0.163
0.163
-
5/29/2007
0.00
0.047
0.047
-
0.00
0.158
0.158
-
0.00
0.153
0.153
-
5/30/2007
0.00
0.048
0.048
-
0.00
0.136
0.136
-
0.00
0.136
0.136
-
5/31/2007
26.77
0.329
0.075
0.254
31.34
3.318
2.633
0.686
22.46
0.322
0.282
0.040
Total Koef. RO (%) Koef. RO
114.03
6.556 5.749 0.057
5.667 4.970
0.889
142.20
42.290 29.740 0.297
37.491 26.365
115.68
18.131 15.673 0.157
17.996 15.557
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan :
0.779
4.799 3.375
0.135 0.117
68
Juni
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
6/1/2007
29.31
0.561
0.164
6/2/2007
0.00
0.072
0.072
6/3/2007
5.62
0.033
6/4/2007
9.36
6/5/2007
Curah Hujan (mm)
OLF (mm) 0.397
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
25.66
1.869
1.397
0.473
-
0.00
1.337
1.337
0.033
-
2.97
1.027
0.099
0.099
-
12.93
0.00
0.250
0.250
-
6/6/2007
1.21
0.050
0.050
6/7/2007
1.82
0.044
0.044
6/8/2007
23.41
0.378
0.278
6/9/2007
0.00
0.429
0.429
6/10/2007
0.00
0.269
6/11/2007
0.00
6/12/2007
Curah Hujan (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
18.70
0.470
0.439
0.0309
-
0.00
0.425
0.425
-
1.027
-
3.79
0.369
0.369
-
0.992
0.992
-
10.93
0.395
0.395
-
0.00
1.552
1.552
-
0.00
0.357
0.357
-
-
2.94
0.596
0.596
-
2.44
0.378
0.378
-
-
1.86
0.857
0.857
-
1.62
0.378
0.378
-
26.25
1.692
1.508
0.183
18.29
0.395
0.395
-
-
0.00
1.339
1.339
-
0.00
0.488
0.488
-
0.269
-
0.00
1.318
1.318
-
0.00
0.563
0.563
-
0.098
0.098
-
0.00
1.160
1.160
-
0.00
0.578
0.578
-
0.00
0.108
0.108
-
0.00
1.035
1.035
-
0.00
0.409
0.409
-
6/13/2007
0.00
0.062
0.062
-
0.00
0.688
0.688
-
0.00
0.340
0.340
-
6/14/2007
0.00
0.114
0.114
-
0.00
0.626
0.626
-
0.00
0.378
0.378
-
0.100
69
6/15/2007
0.00
0.086
0.086
-
0.00
0.637
0.637
-
0.00
0.378
0.378
-
6/16/2007
0.00
0.083
0.083
-
0.00
0.601
0.601
-
0.00
0.248
0.248
-
6/17/2007
2.53
0.032
0.032
-
6.66
0.601
0.601
-
3.86
0.221
0.221
-
6/18/2007
22.59
0.176
0.017
26.44
1.191
0.973
0.217
18.96
0.357
0.357
-
6/19/2007
9.59
0.143
0.143
-
11.75
1.133
1.133
-
9.35
0.328
0.328
-
6/20/2007
0.00
0.192
0.192
-
0.00
1.218
1.218
-
0.00
0.365
0.365
-
6/21/2007
2.42
0.023
0.023
-
4.90
1.192
1.192
-
3.86
0.457
0.457
-
6/22/2007
0.00
0.178
0.178
-
0.00
1.138
1.138
-
0.00
0.254
0.254
-
6/23/2007
0.00
0.037
0.037
-
0.00
0.613
0.613
-
0.00
0.152
0.152
-
6/24/2007
0.00
0.074
0.074
-
0.00
0.641
0.641
-
0.00
0.138
0.138
-
6/25/2007
0.00
0.075
0.075
-
0.00
0.464
0.464
-
0.00
0.132
0.132
-
6/26/2007
0.00
0.046
0.046
-
0.00
0.432
0.432
-
0.00
0.114
0.114
-
6/27/2007
1.93
0.014
0.014
-
2.06
0.406
0.406
-
2.51
0.148
0.148
-
6/28/2007
0.00
0.004
0.004
-
0.00
0.430
0.430
-
0.00
0.163
0.163
-
6/29/2007
0.00
0.023
0.023
-
0.00
0.631
0.631
-
0.00
0.166
0.166
-
6/30/2007 Total
0.00 109.79
0.023 3.776
0.023 3.121
-
0.00 124.40
0.329 27.744
0.329 26.871
-
0.00 94.31
0.124 9.670
0.124 9.639
-
0.158
70
0.655 Koef. RO (%) Koef. RO
3.439 0.034
2.843
0.596
22.301 0.223
21.600
0.873 0.702
10.253 0.103
10.221
0.031 0.033
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan : Juli
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
Curah Hujan (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
7/1/2007
0.00
0.019
0.019
-
0.00
0.181
0.181
-
0.00
0.103
0.103
-
7/2/2007
0.00
0.010
0.010
-
0.00
0.157
0.157
-
0.00
0.085
0.085
-
7/3/2007
0.00
0.004
0.004
-
0.00
0.165
0.165
-
0.00
0.079
0.079
-
7/4/2007
2.09
0.005
0.005
-
4.11
0.182
0.182
-
3.54
0.114
0.114
-
7/5/2007
0.00
0.016
0.016
-
0.00
0.182
0.182
-
0.00
0.091
0.091
-
7/6/2007
0.00
0.005
0.005
-
0.00
0.138
0.138
-
0.00
0.135
0.135
-
7/7/2007
18.73
0.010
0.006
0.004
15.67
0.195
0.175
0.020
9.32
0.114
0.114
-
7/8/2007
1.71
0.016
0.016
-
2.84
0.285
0.285
-
3.54
0.120
0.120
-
7/9/2007
0.00
0.019
0.019
-
0.00
0.243
0.243
-
0.00
0.113
0.113
-
7/10/2007 7/11/2007
0.00 0.00
0.002 0.004
0.002 0.004
-
0.00 0.00
0.235 0.287
0.235 0.287
-
0.00 0.00
0.058 0.058
0.058 0.058
-
71
-
-
7/12/2007
0.00
0.006
0.006
-
0.00
0.217
0.217
-
0.00
0.051
0.051
-
7/13/2007
0.00
0.004
0.004
-
0.00
0.161
0.161
-
0.00
0.045
0.045
-
7/14/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.161
0.161
-
0.00
0.060
0.060
-
7/15/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.174
0.174
-
0.00
0.036
0.036
-
7/16/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.061
0.061
-
7/17/2007
4.96
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
2.25
0.088
0.088
-
7/18/2007
11.57
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
5.62
0.076
0.076
-
7/19/2007
1.21
0.000
0.000
-
9.79
0.157
0.157
-
1.35
0.077
0.077
-
7/20/2007
19.83
0.000
0.000
-
23.01
0.209
0.209
-
17.03
0.171
0.171
-
7/21/2007
44.62
0.000
0.000
-
54.84
2.325
1.383
0.942
39.53
0.703
0.703
-
7/22/2007
0.00
0.131
0.131
-
0.00
1.379
1.379
-
0.00
0.515
0.515
-
7/23/2007
0.00
0.061
0.061
-
0.00
0.506
0.506
-
0.00
0.313
0.313
-
7/24/2007
0.00
0.019
0.019
-
0.00
0.328
0.328
-
0.00
0.253
0.253
-
7/25/2007
0.00
0.027
0.027
-
0.00
0.569
0.569
-
0.00
0.199
0.199
-
7/26/2007
0.00
0.001
0.001
-
0.00
0.262
0.262
-
0.00
0.185
0.185
-
7/27/2007
0.00
0.006
0.006
-
0.00
0.282
0.282
-
0.00
0.145
0.145
-
72
7/28/2007
0.00
0.004
0.004
-
0.00
0.194
0.194
-
0.00
0.200
0.200
-
7/29/2007
0.00
0.005
0.005
-
0.00
0.170
0.170
-
0.00
0.038
0.038
-
7/30/2007
0.00
0.005
0.005
-
0.00
0.170
0.170
-
0.00
0.025
0.025
-
7/31/2007
0.00
0.005
0.005
-
0.00
0.179
0.179
-
0.00
0.028
0.028
-
104.72
0.384 0.366 0.004
0.379 0.362
110.27
9.695 8.792 0.088
8.734 7.920
0.962 0.872
82.18
4.338 5.278 0.053
4.338 5.278
-
Total Koef. RO (%) Koef. RO
0.004 0.004
0.000
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan : Agustus
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
Curah Hujan (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
8/1/2007
0.00
0.001
0.001
-
0.00
0.004
0.004
-
0.00
0.011
0.011
-
8/2/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.009
0.009
-
8/3/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.013
0.013
-
8/4/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.011
0.011
-
8/5/2007
3.25
0.000
0.000
-
3.72
0.000
0.000
-
1.61
0.040
0.040
-
8/6/2007 8/7/2007
0.00 0.00
0.000 0.000
0.000 0.000
-
0.00 0.00
0.000 0.000
0.000 0.000
-
0.00 0.00
0.055 0.028
0.055 0.028
-
73
-
-
8/8/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.019
0.019
-
8/9/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.007
0.007
-
8/10/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.003
0.003
-
8/11/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.001
0.001
-
8/12/2007
8.54
0.000
0.000
-
13.51
0.000
0.000
-
9.64
0.000
0.000
-
8/13/2007
1.54
0.000
0.000
-
0.69
0.000
0.000
-
0.51
0.000
0.000
-
8/14/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/15/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/16/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/17/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/18/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/19/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/20/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/21/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/22/2007
2.92
0.000
0.000
-
6.76
0.000
0.000
-
4.50
0.000
0.000
-
8/23/2007
1.54
0.000
0.000
-
1.18
0.000
0.000
-
1.54
0.000
0.000
-
74
8/24/2007
1.27
0.000
0.000
-
0.49
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/25/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/26/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/27/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/28/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/29/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/30/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
8/31/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
0.00
0.000
0.000
-
Total Koef. RO (%) Koef. RO
19.06
0.000 0.001 0.000
0.000 0.001
0.000
26.35
0.004 0.014 0.000
0.004 0.014
-
17.80
0.196 1.099 0.011
0.196 1.099
-
0.000
0.000
Tabel Lampiran 4. Lanjutan Bulan : September
Tanggal
Curah Hujan (mm)
Blok I Run Base Off Flow (mm) (mm)
Curah Hujan (mm)
OLF (mm)
Blok II Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
Curah Hujan (mm)
Blok III Run Base Off Flow (mm) (mm)
OLF (mm)
9/1/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/2/2007 9/3/2007
0.00 0.00
0.000 0.000
0.000 0.000
-
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
-
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
-
75
-
-
9/4/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/5/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/6/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/7/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/8/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/9/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/10/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/11/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/12/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/13/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/14/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/15/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
9/16/2007
0.00
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
0.000
0.000
0.000
-
Total Koef. RO (%) Koef. RO
0.00
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000
0.000
0.000 0.000
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000
-
0.000 0.000
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000
-
0.000
0.000
76
Tabel Lampiran 5. Data Curah Hujan, Overland Flow dan Erosi Setiap Kejadian Hujan Kontrol
CH Tanggal
12/02/2007 13/02/2007 15/02/2007 19/02/2007 24/02/2007 10/03/2007 12/03/2007 20/03/2007 21/03/2007 27/03/2007 28/03/2007 29/03/2007 03/04/2007 06/04/2007 07/04/2007 08/04/2007 13/04/2007 14/05/2007 15/05/2007 16/05/2007 31/05/2007 01/06/2007
RataRata (mm) 21.51 17.12 12.71 21.60 55.65 20.26 31.62 28.25 43.81 18.07 35.69 42.31 44.54 33.93 21.09 21.57 20.32 29.52 13.91 36.70 26.86 24.56
OLF
Sedimen Load
(mm) 0.12 1.02 0.59 0.33 4.03 0.33 0.74 0.20 7.01 0.28 1.74 16.17 12.89 6.37 0.80 1.02 0.39 0.42 0.02 3.67 0.69 0.47
(kg/ha) 2.83 10.56 5.08 7.14 10.86 5.64 7.45 6.88 33.00 8.81 14.63 67.45 53.01 31.74 18.05 20.35 25.67 4.77 5.49 17.45 6.27 4.04
Aktual (mm) 0.08 0.96 0.34 0.29 2.98 0.04 0.14 0.16 2.91 0.06 1.41 8.16 4.08 1.59 0.72 0.67 0.05 0.04 0.00 0.60 0.25 0.40
Teras Gulud OLF Sedimen Load Efektivitas Efektivitas Aktual thd Kontrol thd Kontrol (%) (kg/ha) (%) 34.66 0.16 94.50 6.30 0.86 91.81 42.23 0.18 96.47 12.65 0.80 88.78 26.11 8.93 17.80 87.93 0.02 99.65 81.25 0.04 99.46 22.71 0.19 97.18 58.55 11.81 64.22 78.62 0.29 96.72 18.96 5.99 59.08 49.51 48.86 27.57 68.37 22.35 57.83 75.11 6.02 81.03 9.94 4.51 75.03 34.20 8.00 60.67 88.02 4.49 82.51 90.80 0.06 98.69 100.00 0.04 99.22 83.76 1.23 92.92 62.96 0.11 98.21 16.07 0.27 93.43
Rorak OLF Efektivitas Aktual thd Kontrol (mm) (%) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 98.43 0.00 0.07 96.03 0.67 95.88 0.80 93.80 0.18 97.24 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.09 97.41 0.04 94.17 0.03 93.46
Sedimen Load Efektivitas Aktual thd Kontrol (kg/ha) (%) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 99.84 0.00 0.05 99.67 1.18 98.25 1.40 97.36 0.59 98.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06 99.63 0.01 99.82 0.02 99.55
77
08/06/2007 18/06/2007 07/07/2007 21/07/2007 Rata-Rata
Ket :
22.65 22.66 14.57 46.33 27.99
0.18 0.22 0.02 0.94 2.33
CH : Curah Hujan
4.00 2.18 0.64 16.55 15.02
0.10 0.16 0.00 0.00 1.01
45.65 27.15 0.00 100.00 50.83
OLF : Overland Flow
0.13 0.09 0.00 0.00 4.82
96.72 95.80 0.00 100.00 79.43
0.00 0.00 0.00 0.00 0.08
0.00 94.86
0.00 0.00 0.00 0.00 0.13
0.00 95.86