Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved Area (Studi Komparasi Penjualan Oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : WINDA FEVLONA NIM : 104046101668
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIVITAS PENJUALAN SHAR-E PADA UNSERVED AREA (STUDI KOMPARASI PENJUALAN OLEH DA’I MUAMALAT DAN PT POS INDONESIA) telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 4 November 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H.Muhammad Amin Suma,SH,MA,MM NIP.150 210 422 PANITIAN UJIAN 1. Ketua :Dr.Euis Amalia, M.Ag (.........................................) NIP. 150 289 264 2. Sekretaris :Ah.Azharuddin (........................................) NIP. 150 318 308 3. Pembimbing I :Dr.Yayan Sofyan, MA (........................................) NIP. 150 277 991
Lathif,
M.Ag,MH
4. Pembimbing II :Yuke Rahmawati, MA (........................................) NIP. 150 389 720 5. Penguji I :Dr.Euis Amalia, M.Ag (.........................................) NIP. 150 289 264 6. Penguji II :Dr. JM.Muslimin, P.hD (........................................) NIP. 150 312 427
KATA PENGANTAR
ا ار
ا
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penguasa alam semesta, yang senantiasa melimpahi kehidupan penulis. Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut-Nya. Alhamdulillah, meskipun penulis mengalami banyak halangan dan rintangan dalam menyelesaikan studi maupun skripsi ini, namun penulis dapat memetik hikmah dari pengalaman yang penulis alami. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhamad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Ah. Azharuddin Lathief, M.Ag, MH, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr.Yayan Sofyan, MA dan Ibu Yuke Rahmawati, MA atas kesediaannya memberikan waktu kepada penulis di tengah kesibukan beliau untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu kepada penulis selama kuliah 5. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan. 6. Orang tuaku tercinta, khususku persembahkan untuk ayahku yang tidak sempat menyaksikan selesainya skripsi ini, Allahummagfirlahu warhamhu, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan Amal Ibadahnya di terima di sisi Allah dan untuk bundo tercinta terima kasih atas setiap do’anya setiap malam yang tiada henti dan motivasinya yang tak pernah habis untuk selalu mengingatkan agar tidak bermalas-malasan 7. Al Mukarram K.H.Hambali Ilyas, guru, sekaligus orang tua yang sudah mendidik penulis sampai saat ini, terima kasih atas dukungan moril dan materiilnya. 8. Kakanda Sri Darma Fitri serta suami Bang Yat dan Novia Roza berserta suami Da Bas terima kasih atas dorongannya yang selalu mengingatkan untuk tidak bermalas-malasan serta keponakan-keponakanqu yang selalu membuat keceriaan (Azizah, Nanda, Zaki, dan Fakhri) 9. Mas David, Mas Jamal, Mba Narti Kru BIG serta Kru PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini. 10. My Best Friends, Fani, Reni, Ii, Dita, Echa, Yuni, Nelly yang telah memberikan masukan dan diskusi-diskusi yang berarti dan seluruh rekan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PS C Angkatan 2004 yang telah menemani hari-hariku selama kuliah. 11. Guru-guruku serta teman-temanku di Pondok Pesantren Al Kenaniyah mba ika, mba itoh, k’itoh ,k’widi, aniz terima kasih atas nasehat dan kebersamaan setiap harinya. 12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir. Hanya kepada Allah, penulis memanjatkan doa. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Jakarta, 23 Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
iv
Daftar Tabel
vii
Daftar Gambar
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
D. Review Studi Terdahulu
10
E. Kerangka Teori
12
F. Metode Penelitian dan Tehknik Penulisan
15
G. Sistematika Penulisan
18
BAB II TINJAUAN UMUM A. Pengertian Pemasaran
20
B. Pemasaran Perspektif Islam
23
C. Teori Efektivitas
25
D. Penjualan
28
1. Pengertian menjual
29
2. Tujuan Umum Penjualan
28
3. Penjualan sebagai fungsi Pemasaran
30
4. Konsep Penjualan Dalam Islam E. Da’I Muamalat
31 34
BAB III Objek Penelitian A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia,Tbk
38
1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia,Tbk
38
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia,Tbk
41
3. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia, Tbk
42
4. Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia, Tbk
46
5. Perkembangan Bank Muamalat Dengan Adanya Shar-e
54
6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dilihat
57
dari Beberapa Rasio B. PT POS Indonesia 1. Sejarah Berdirinya PT POS Indonesia
63
2. Visi Dan Misi PT POS Indonesia
64
3. Struktur Organisasi PT POS Indonesia
65
4. Kerjasama PT POS dengan Bank Muamalat Indonesia
65
C. Shar-e 1. Sejarah Shar-e
67
2. Pengertian Shar-e
69
3. Landasan Hukum Kartu Shar-e
71
4. Karakteristik Produk Shar-e
71
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Gambaran Umum Penjualan Shar-e di Indonesia
73
B. Analisis Penjualan Shar-e Oleh Da’I Muamalat
81
C. Analisis Penjualan Shar-e Oleh PT POS Indonesia
87
D. Komparasi Penjualan Da’I Muamalat dan PT POS Indonesia
91
1. Analisis SWOT Pada Strategi Da’ I Muamalat
93
2. Analisis SWOT Pada PT Pos Indonesia
98
3. Strategi Yang Dilakukan Agar Program Bis Berjalan Dengan Baik 100 BAB V Kesimpulan Dan Saran Penelitian A. Kesimpulan Hasil Penelitian
102
B. Saran-saran Hasil Penelitian
104
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Pemkembangan jaringan PT BMI Tbk lima tahun terakhir
56
2. Tabel 3.2 Rekening nasabah PT BMI Tbk
57
3. Tabel 4.1 Penjualan Shar-e di seluruh cabang di Indonesia
75
tahun 2005-2007 4. Tabel 4.2 Jumlah nasabah Shar-e se-Indonesia per Desember 2007
77
5. Tabel 4.3 Data Jumlah Aliansi Shar-e se-Indonesia
79
6. Tabel 4.4 Data Jumlah Da’i dan penjualan Shar-e 2005-2007
85
7. Tabel 4.5 Jumlah transaksi Shar-e di SOPP Pos tahun 2005-2007
90
8. Tabel 4.6 Penjualan Shar-e oleh DM dan PT Pos pada unserved area pada 91 tahun 2005-2007 9. Tabel 4.7 Matrik IFAS
96
10. Tabel 4.8 Matrik EFAS
97
11. Tabel 4.9 Matrik IFAS
99
12. Tabel 5 Matrik EFAS
100
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PT BMI Tbk
43
2.
Gambar 3.2
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio FDR
58
3.
Gambar 3.3
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR
58
4.
Gambar 3.4
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA
60
5.
Gambar 3.5
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROE
60
6.
Gambar 3.6
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO
61
7.
Gambar 3.7
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF
62
8.
Gambar 3.8
Struktur Organisasi PT POS Indonesia
65
9.
Gambar 4.1
Diagram Penjualan Shar-e se-Indonesia 2005-2007
78
10.
Gambar 4.2
Grafik Penjualan Shar-e dan Jumlah Da’i 2005-2007
86
11.
Gambar 4.3
Skema Processing Shar-e
89
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri oleh siapapun yang dapat berpikir jernih dan logis, bahwa Islam merupakan suatu system hidup, suatu pedoman hidup (way of life). Sebagai suatu pedoman hidup, ajaran Islam terdiri atas aturan-aturan mencakup keseluruhan sisi kehidupan manusia. Secara garis besar, aturan-aturan tersebut dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu aqidah, akhlak dan syariah. Dua bagian pertama, aqidah dan akhlak bersifat konstan, sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kehidupan manusia.1 Syariah terdiri atas bidang muamalah (sosial) dan bidang ibadah (ritual). Ibadah merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan Sang Penciptanya (hablum minallah) sedangkan muamalah digunakan sebagai aturan main manusia dalam berhubungan dengan sesamanya (hablum minannas). Muamalah inilah yang menjadi obyek paling luas yang harus digali manusia dari masa ke masa, salah satunya dalam ekonomi, karena seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia akan senantiasa berubah Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa Islam adalah agama universal yang tidak hanya mengatur masalah kehidupan ukhrowi saja tetapi juga masalah duniawi termasuk di dalamnya masalah ekonomi. 1
Eko Supriyatno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2005),h 1
Kehidupan ekonomi pada mulanya masih bersifat simple, dan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi yang dilakukan masih sederhana. Seiring dengan perkembangan zaman populasi manusia mengalami pertumbuhan, sehingga kegiatan ekonomi yang ada juga mengalami peningkatan.2 Kondisi membutuhkan fasilitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fenomena tersebut mendorong masyarakat untuk mencari dana guna mendirikan perusahaan, dan di sisi lain terdapat sekelompok orang yang mempunyai kelebihan dana dan bermaksud untuk melakukan investasi. Dalam perjalanannya timbul keinginan untuk mendirikan lembaga intermediasi untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, lembaga tersebut pada akhirnya bernama bank. Operasional perbankan pada mulanya masih bersifat menabung, meminjam, dan investasi. Adapun proses transaksi yang menggunakan sistem bunga, dimana hingga saat ini sistem pranata bunga menjadi elemen terpenting dalam perekonomian. Perkembangan sistem perbankan dengan pranata bunga diawali dengan pembukaan cabang di negara-negara dunia yang dimaksudkan untuk mempermudah mendapatkan investasi. Demikian pula yang terjadi di negara yang mayoritas penduduknya Islam perbankan konvensional berkembang pesat namun realita membuktikan bahwa sistem bunga justru membuat perekonomian menjadi hancur, barulah kemudian muncul perbankan syariah yang dimulai pada tahun 1975 dengan didirikannya Dubai Islamic Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah
2
Said Sa’ad Marton, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta:Zikrul Hakim, 2201) h. 124
Bank syariah secara fundamental memang berbeda dengan bank konvensional yang menguasai sistem perbankan saat ini. Sasaran yang dijadikan dasar operasional bank syariah bukan hanya sekedar mencari keuntungan, tetapi lebih dari itu suatu bank syariah harus berpegang teguh pada konsep syariat Islam itu sendiri yang mencita-citakan kebahagiaan umat manusia (falah), serta kehidupan yang baik (hayatan toyyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan (ukhuwah) dan keadilan sosioekonomi serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spiritual umat manusia3 Berkembangnya bank-bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal priode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnean A Purwataatmadja, M.Dawam Raharjo, A.M Saefuddin, M.Amin Aziz dan lain-lain. Bank syariah pertama baru berdiri di Indonesia pada tahun 19904, ini berawal dari Lokakarya yang dilakukan MUI tentang bunga bank dan perbankan pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua Bogor, Jawa Barat, hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Syahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990, Berdasarkan amanat Munas IV MUI dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di Indonesia, Kelompok kerja 3
M. Umer Chapra , Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press,2000) Cet
ke-1, h 11 4
ke-2, h 34
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Cet
yang disebut tim perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut, Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991, Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar.5 Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturahmi presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382.000, dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga saat ini Bank Muamalat Indonesia sudah berdiri selama kurang lebih 17 tahun, dan sampai saat ini perkembangan bank syariah sudah berkembang pesat walaupun masih belum maksimal, ini terbukti dari jumlah bank syariah di Indonesia terus meningkat terhitung per maret 2007 data bank syariah di Indonesia terdapat 23 bank syariah yang terdiri dari tiga bank umum syariah (BUS) dan dua puluh unit usaha syariah (UUS). Disamping itu, terdapat 105 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Ketiga BUS adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Dengan adanya
kebijakan BI yang diarahkan melalui Peraturan Bank
Indonesia (PBI) Nomor 8/3/PBI/2006 tentang layanan syariah yang dapat dilakukan
5
hal.25
M.Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori Ke Praktek, (Jakarta:Gema Insani Press, 2001)
di kantor cabang konvensional atau lebih dikenal dengan office channeling setelah aturan PBI tentang office channelling efektif, maka unit usaha syariah (UUS) mulai memperlebar sayap layanan. Tercatat pada Juni 2006, ada kira-kira 250 kantor konvensional yang juga menjadi titik layanan syariah. Dengan tambahan kantong layanan syariah ini, nasabah syariah memiliki ruang gerak yang lebih luas, karena mereka tak hanya terbatas bisa menyetor dari outlet UUS, tapi juga dari kantor konvensional bank induk yang sudah menyediakan baik layanan konvensional maupun syariah6. Hasilnya, ada tambahan deposit nasabah syariah hinggá Rp50miliar. Bersamaan dengan bergulirnya waktu, tepat setahun kemudian, jaringan office channelling telah bertambah hampir 1.000 kantor baru, yang menyimpan Rp 450 miliar lebih dana masyarakat. Unit Usaha syariah juga berkembang sangat pesat diantaranya adalah Bank BNI Syariah, Bank BTN Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank BRI syariah, Bank Danamon Syariah, Bank DKI Syariah, Bank Permata Syariah dan lain sebagainya. Untuk mempertahankan keberhasilan ini, maka bank umum syariah dituntut harus lebih mampu mewujudkan budaya kerja yang islami dan juga harus mampu menciptakan produk-produk yang bernilai rasional ekonomi dan rasional syariah yang bisa diterima oleh masyarakat Islam maupun non Islam. Salah satu inovasi produk yang dilakukan BMI adalah dengan adanya produk Shar-E yang diluncurkan pada 6
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=309372&kat_id=4)
tahun 2004 yang merupakan sebuah produk simpanan sebagai upaya mewujudkan misi BMI dan mencerminkan inovasi tiada henti dan kepeloporan BMI sebagai bank pertama murni syariah yang ingin terus mengembangkan industri perbankan syariah berbasis teknologi mutahir dan landasan keimanan yang tinggi. Selain itu, Shar-E merupakan ide dan terobosan atas keterbatasan jaringan fisik dan solusi yang mutahir, BMI terus meningkatkan konten dan konteks produknya agar nasabah semakin terpikat. walaupun telah memiliki positioning kuat di benak nasabah, BMI terus mengembangkan infrastrukturnya, terutama di bidang teknologi informasi, jaringan, dan sumber daya insani. Selain itu, sebagai upaya meningkatkan kualitas servis, BMI melakukan aliansi strategis diantaranya yang dilakukan dengan bergabung dengan ATM bersama dan ATM BCA yang memungkinkan nasabah BMI dapat mengakses di lebih 9000 ATM di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya diharapkan akan membuat layanan terhadap nasabah semakin optimal, dan menjadikan nasabah semakin loyal dan terpuaskan. Ini adalah fasilitas yang diberikan kepada nasabah Shar-e yaitu dengan memanjakan nasabah dengan kemudahan bertransaksi dengan perbankan dan konsumsi dan diikuti standar keamanan yang baik tanpa batasan geografis di Indonesia dengan menjalin kerjasama dengan banyak pihak. Dengan fasilitas tersebut membuat penjualan Shar-e selalu meningkat setiap tahunnya, ini terbukti dari meningkatnya penjualan Shar-E setiap tahunnya pada tahun pertama saja penjualannya mencapai 500.000 kartu Shar-E (setengah juta) ini merupakan hasil yang sangat membanggakan, oleh karena keberhasilan tersebut BMI
mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai bank dengan pertumbuhan nasabah tabungan Shar-E tercepat di Jakarta dan oleh Majalah SWA dinobatkan menjadi salah satu pemenang Innovation Award 2005 karena produk Shar-E yang inovatif. Dalam laporan Bank Muamalat pada tahun 2005 nasabah Shar-E mencapai 132.669 orang, sedang pada akhir tahun 2006 telah mencapai 663.887 nasabah atau maningkat 400 persen. Per 24 April 2007, Bank Muamalat telah mencatatkan 800.262 nasabah Shar-E dengan total average balance Rp708,99 milyar7. Percepatan pertumbuhan Produk Shar-E tersebut, menurut ِA. Riawan Amin (Dirut Bank Muamalat Indonesia), karena dukungan dari luasnya jaringan dan outlet yang digunakan untuk penyebaran produk Shar-E tersebut.8 Juga karena bekerja sama dengan PT POS Indonesia yang memiliki jaringan yang luas ke berbagai pelosok Indonesia saat ini tempat-tempat yang menyediakan Shar-E telah mencapai 2.985 outlet yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 51 Kantor Cabang, 8 Kantor Cabang Pembantu, 21 Unit Layanan syariah, 93 Kantor Kas, 43 Gerai Muamalat, 2.768 SOPP POS 9, sesuai dengan misi Shar-E yaitu to serve the unserved people atau melayani mereka yang belum terlayani. Selain bekerjasama dengan PT POS Indonesia BMI juga melakukan program Da’I Muamalat (DM), yaitu suatu program perekrutan da’i-da’i di daerah untuk 7
www.bankmuamalat.com
8
www.shar-e.com
9
Dikutip dari wawancara pribadi dengan David, SE staff Officer BMI, Gedung Arthaloka Lt.4 Tanggal 10 Juni 2008
manjadi rekanan/partner BMI dalam mensosialisasikan Perbankan Syariah dan juga bertugas memasarkan produk Shar-e, ini dilakukan BMI agar mempercepat penjualan shar-e sehingga seluruh masyarakat di Indonesia dapat bertransaksi secara syariah. Secara lebih spesifik, DM direkrut oleh Baitul Mall Muamalat (BMM) kemudian BMM menseleksi sumber daya insani dengan kriteria umum memahami syariah Islam di bidang ekonomi yang mampu memberikan pemahaman dan mengubah perilaku masyarakat dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah Islam di bidang ekonomi menjadi tahu, sadar, faham dan peduli untuk melaksanakannya dalam seluruh perekonomiannya. Da’I Muamalat tidak hanya menjual produk perbankan syariah tetapi juga memberikan pengetahuan tentang perbankan syariah dan menginformasikan keunggulan yang diberikan oleh produk tersebut (dalam hal ini Shar-E). Dengan latar belakang tersebut maka penulis ingin membahas skripsi tentang “Efektivitas Penjualan Shar-E Pada Unserved Area (Studi Komparasi Antara Penjualan Oleh Da’I Muamalat dan PT.POS Indonesia)” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Masalah penelilitian dalam skripsi ini akan dibatasi pada beberapa hal: Pertama, dilihat dari segi rentang waktu yang digunakan untuk penjulan produk Shar-e adalah selama 3 (Tiga) tahun : Tahun 2005-2007. Kedua, penjualan Shar-e hanya dibatasi pada unserved area/daerah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah Agar mempermudah pembahasan, maka penulis mencoba merumuskan masalah agar lebih spesifik dan tegas, yaitu:
1.
Bagaimana strategi Da’i Muamalat dalam meningkatkan Penjualan Shar-E?
2.
Bagaimana strategi PT POS dalam meningkatkan penjualan Shar-E?
3.
Bagaimanakah perbandingan penjualan Shar-E oleh PT POS Indonesia dan oleh Da’i Muamalat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk: a. Mengetahui strategi yang dilakukan oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia dalam meningkatkan penjualan produk Shar-e b. Mengetahui tingkat penjualan produk Shar-e yang dilakukan oleh PT.Bank Muamalat Indonesia,Tbk. c. Mengidentifikasi metode apa yang paling efektif dalam
peningkatan
penjualan produk Shar-e pada unserved area/daerah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah 2. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Bank, Sebagai informasi bagi bank untuk mengetahui metode apa yang paling efektif dalam meningkatkan penjualan Shar-e, sehingga dapat mengambil keputusan yang dianggap perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dimasa yang akan datang.
b. Penulis, supaya dapat menambah pengetahuan mengenai pemasaran, dalam tataran teoritis dan praktek di lingkungan perbankan syariah yang berkembang dewasa ini. c. Kalangan akademisi dan mahasiswa, sebagai bahan bacaan tambahan dan sumber referensi bagi pihak-pihak yang memerlukan.
D. Review Studi Terdahulu Penelitian tentang pembahasan ini bukan penelitian yang pertama, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh: 1. Ireesca Rahman”Analisa Pemberian Hadiah Umroh Dalam Mempengaruhi Minat dan Jumlah Nasabah Shar-E” Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah , Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Pada skripsi ini penulis hanya membahas apakah adanya program pemberian umroh bagi nasabah Shar-e mempengaruhi minat nasabah untuk manabung, hasil dari skripsi ini menyatakan bahwa mayoritas motif utama responden dalam menabung adalah sebagai motif simpanan dan sekaligus motif berjaga-jaga adalah sebesar 46%.Dan untuk motifator keseluruhan yang mempengaruhi minat nasabah dalam memilih Shar-E, Peringkat pertama yang dipilih oleh 95% responden adalah motif agama, dan peringkat kedua yang dipilih oleh 89% responden adalah motif fasilitas dan pelayanan, sedangkan motivator hadiah umroh berada pada peringkat ketujuh dengan responden yang memilihnya sebesar 44 persen.
2. Maimunah, “Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Peningkatan Pendapatan Pegadaian Syariah Cab. Dewi Sartika” (studi Perbandingan dengan Pegadaian Konvensional Cabang Bidara Cina), Jurusan Muamalat program Studi Perbankan Syariah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari skripsi ini berdasarkan hasil uji hipotesa yang dilakukan penulis, maka besarnya biaya promosi yang telah dikeluarkan antara pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dan Pegadaian konvensional Cabang Bidara Cina, tidak memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan pendapatannya. Akan tetapi besarnya pendapatan yang diterima disebabkan oleh faktor lain diluar kegiatan promosi seperti banyaknya cabang pegadaian konvensional dan pegadaian merupakan lembaga yang telah lama berdiri dan telah dikenal oleh masyarakat. 3.
Abdul Rozak, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah dalam Menggunakan Produk Shar-E pada PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk”, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini adalah bahwa berdasarkan regresi linier berganda antara variable independent (agama, fasilitas, pelayanan, dan lokasi) terhadap variable dependen (keputusan nasabah) didapat nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,932. Hal ini berarti bahwa variable agama, fasilitas, pelayanan, dan lokasi berpengaruh terhadap nilai keputusan nasabah sebesar 93,2%. Sedangkan sisanya 6,8% dipengaruhi oleh variable lain seperti persepsi masyarakat terhadap manfaat adanya produk Shar-E.
Dengan adanya penelitian terdahulu, maka penulis pun tertarik untuk mengangkat penelitian yang berkaitan dengan produk Shar-e dalam hal ini adalah mengenai strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) yaitu tentang “Efektivitas Penjualan Produk Shar-e Pada Unserved Area (Studi Komparasi Penjualan Oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia), Dari beberapa penelitian tentang produk Shar-e belum ada yang membahas tentang penjualan yang dilakukan oleh Da’i dan PT Pos Indonesia, yang merupakan suatu strategi yang cerdas yang dipilih oleh Bank Muamalat dalam memasarkan produknya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara Da’i dan PT Pos Indonesia
E. Kerangka Teori Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu: kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar, Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran,
merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.. Apabila pasar sasaran telah ditentukan melalui riset pemasaran, maka perusahaan/bank harus menyusun suatu rencana untuk memasuki pangsa pasar yang telah dipilih, rencana tersebut akan berisi keputusan-keputusan yang membagi pada empat srategi yaitu: Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), dan Promosi (Promotion) (4P). Keempat strategi tersebut oleh pemasar harus diupayakan agar terpadu sehingga dapat mempengaruhi tanggapan nasabah yang pada gilirannya akan dapat memberikan kepuasan dalam melayani nasabah Sedangkan tujuan pemasaran adalah untuk memahami keinginan dan kubutuhan konsumen agar produk atau jasa sesuai bagi konsumen sehingga produk atau jasa tersebut dapat terjual dengan sendirinya 10 Pemasaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk merasakan, melayani, dan memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam pemasaran mencakup bauran pemasaran diantaranya pengembangan produk, distribusi, penetapan harga, dan promosi. Kegiatan pemasaran produk tidak terlepas dari adanya persaingan antar perusahaan. Promosi merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam memenangkan persaingan. Kegiatan promosi terdiri dari periklanan, promosi penjualan, personal selling, dan publisitas. Adapun kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk dalam memasarkan produknya salah satunya adalah personal 10
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta:Liberty,1997) hal 5
selling.yang dilakukan oleh Da’i Muamalat yang berperan sebagai informator dan edukator perbankan syariah bagi masyarakat umum, khususnya di daerah-daerah pelosok Indonesia yang tidak terjangkau oleh bank syariah,dan juga dengan bekerjasama dengan PT POS Indonesia, yang sudah mempunyai jangkauan jaringan yang sangat luas hampir di seluruh kecamatan di Indonesia Beberapa hal yang melatarbelakangi bank menggunakan personal selling diantaranya dapat mendekati nasabah untuk mengetahui lebih banyak tentang masalah yang dihadapi dan dapat menyediakan penjelasan secara rinci. Pencapaian tujuan perusahaan akan lebih berhasil apabila orientasi penjualan lebih bersifat membantu menyelesaikan masalah konsumen, bukan hanya untuk menghabiskan persediaan, Untuk melihat efektivitas penjualan shar-e pada unserved area/daerah yang belum terjangkau bank syariah, perbandingan penjualan yang dilakukan oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia maka kerangka berpikir penulis digambarkan pada skema berikut: Malalui program Da’I Muamlat
Teknik Pemasaran
Pada Penjualan Shar-e Pada Unserved Area
Melalui PT Pos Indonesia
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan kepustakaan. Hasil telaah kepustakaan dijadikan sebagai kerangka pemikiran atau landasan teori dalam operasional penelitian ini. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian juga merupakan perpaduan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan survay. Jenis pelaporan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan. Jadi dalam penelitian ini penulis tidak mengambil kesimpulan terlalu jauh dari data yang telah dikumpulkan, karena tujuan deskriptif analisis hanya pada taraf pengumpulan fakta-fakta saja, jadi hanya sekedar uraian suatu keadaan. 2. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data 1) Data kualitatif yaitu penelitian yang bukan angka, yang sifatnya tidak dapat dihitung yang berbentuk/berupa informasi atau penjelasan yang didasarkan pada pendekatan teoritis dan penilaian logis. 2) Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka yang sifatnya dapat dihitung dan diukur jumlahnya untuk dioleh menggunakan metode statistik.
b. Sumber Data 1) Data Primer Merupakan data yang berbentuk database yang diperoleh langsung dari Bank Muamalat Indonesia tentang penjualan Shar-e Pada daerah unserved area, penjualan melalui PT. Pos Indonesia dan database yang diperoleh dari Baitul Mal Muamalat (BMM) tentang penjualan Shar-e malalui Da’i Muamalat. 2) Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari literature-literatur kepustakaan seperti bukubuku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan ini.
3. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini. Penulis menggunakan penelitian sebagai berikut: a. Penelitian Kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literature yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, literature ini berupa skripsi terdahulu, buku, majalah,
internet,
bulletin
dan
lain
sebagainya.
Langkah dalam
melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip, untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini.
b. Penelitian lapangan (field research), dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan informasi tentang penjualan Shar-e dan metode dalam meningkatkan penjualan Shar-e 1) Observasi
yaitu
mengamati
secara
langsung
proses
penjualan/Pembukaan rekening Shar-e Pada PT Pos Indonesia 2) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak yang terlibat dalam penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan orang yang terlibat dalam penanganan masalah penenelitian, wawancara dengan staff pengurus penjualan Da’i Muamalat pada Baitul Mal Muamalat Slipi, dan juga wawancara dengan Officer Bank Muamalat Indonesia tentang penjualan Shar-e Pada PT POS 3) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data Penjualan Shar-e oleh Da’i Muamalat
yang
diperoleh
dari
Baitul
Mal
Muamalat,
dan
mengumpulkan data penjualan Shar-e Oleh PT POS yang diperoleh sari kantor pusat Bank Muamalat Indonesia dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. C. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak mengadakan penghitungan melainkan penekanan ilmiah11
11
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997) cet ke-8, h.6
yang
bersifat
deskriptif
analisis,
yaitu
sebuah
metode
dimana
penulis
menggambarkan permasalahan yang didasari pada data yang telah diperoleh, kemudian menganalisa data tersebut lebih lanjut. Proses analisa dimulai dari membaca, mempelajari, dan menalaah data secara seksama, selanjutnya diambil kesimpulan dari hasil analisa tersebut Tehnik penulisan Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan "Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007." F. Sistematika Penulisan BAB I menyajikan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka konsep,metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II menyajikan tinjauan pustaka. Meliputi pemasaran,pemasaran perspektif Islam, teori efektivitas, pengertian penjualan, tujuan umum penjualan, penjualan sebagai fungsi umum pemasaran, politik dan hukum penjualan, penjualan yang efekif, konsep penjualan dalam Islam, Da’i Muamalat BAB III menyajikan data hasil penelitian. meliputi gambaran umum Bank Muamalat Indonesia berupa sejarah perkembangan, visi, misi, produk dan jasa, Perkembangan Bank Muamalat dengan adanya Shar-e, perkembangan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dilihat dari beberapa rasio,dan Gambaran umum PT Pos Indonesia meliputi sejarah, visi dan misi, struktur organisasi dan kerjasama antara PT Pos Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia, dan tentang Shar-e
menjelaskan tentang sejarah Shar-e, pengertian Shar-e, landasan hukum Shar-e, dan karakteristik produk Shar-e. BAB IV menyajikan Hasil Penelitian, gambaran umum penjualan Shar-e di Indonesia, analisis penjualan Shar-e oleh Da’i Muamalat, analisis penjualan Shar-e oleh PT Pos Indonesia, komparasi penjualan Shar-e oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia. BAB V menyajikan Penutup. Berisi Kesimpulan dan Saran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.12 Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Sedangkan Pemasaran Menurut Philip Kottler Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan betukar sesuatu yang bernilai satu sama lain13. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti: kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran transaksi dan hubungan pasar, pemasaran serta pemasar. Sedangkan menurut Murti Sumarni sistem Pemasaran telah memungkinkan kesemuanya itu berlangsung sebab, pemasaran itu sendiri merupakan studi tentang proses
pertukaran
yaitu,
bagaimana
transaksi dimulai,
dimotivasikan
dan
dikonsumsikan, sedangkan tujuan pemasaran adalah untuk memahami keinginan dan 12
www.wikipedia.org
13
Philip Kottler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta:Indeks, 2005) cet ke-11, h. 10
kebutuhan konsumen agar produk atau jasa sesuai bagi konsumen sehingga produk atau jasa tersebut dapat terjual dengan sendirinya, jadi pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.14 Definisi ini menyadari bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga mencakup barang, jasa serta gagasan. Berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar
14
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997), edisi revisi, h. 5
kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah15 •
faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat,
•
faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pendangan penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (comunication). Tujuan akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (“total Customer Statisfaction”). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Atau secara singkat adalah memenuhi kebutuhan pelanggan.
15
http://hadisugito.fadla.or.id/2005/12/11/strategi-pemasaran-dan pengendalian-mutu-produk/
Ada hubungan erat antara mutu suatu produk dengan kepuasan pelanggan serta keuntungan industri. Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah. Eksekutif puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu produk sebagai prioritas utama, sehingga setiap industri tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan manajemen mutu total (“Total Quality Management”).
B. Pemasaran dalam Perspektif Islam Pengertian Syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.16 Definisi diatas didasarkan pada salah satu ketentuan dalam bisnis islam yang tertuang dalam kaidah fiqih yang mengatakan:
!"ی# $% ا ا ت ا ا أن یل د “ Pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”17
16
Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Jakarta:Mizan, 2006) h.
17
Wahbah Al Zuhaili, Al Wajiz fi Ushul Al Fiqh, (Beirut: Dar al Fikr al Mu’ashir, 1997) h 117
27
Ini artinya bahwa dalam Syariah marketing,seluruh proses baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value) tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang islami. Syakir sula di dalam bukunya Syariah marketing menyebutkan bahwa ada 4 karakteristik yang menjadi panduan bagi pemasar yaitu: Teitis (Rabbaniyah), Etis (Akhlaqiyah), Realistis (Al Waqi’iyyah), Humanistis (Insaniyyah)18 Dalam Pemasaran Islam harus mematuhi hukum-hukum syariah dalam segala aktivitas pemasaran mulai dari melakukan strategi pemasaran, memilah-milah pasar (segmentasi), kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi focusnya (targeting), hingga menetapkan identitas perusahaan yang harus senantiasa tertanam dalam benak pelanggannya (positioning). Konsep pemasaran disini tidaklah berarti pemasaran sebagai sebuah fungsi atau departemen dalam perusahaan, tetapi bagaimana kita bisa melihat pasar secara kreatif dan inovatif. Pemasaran bukanlah hanya seperti anggapan orang, yaitu studi untuk menjual. Atau, seperti yang dipahami beberapa kalangan hanyalah marketing mix semata, yaitu pembuatan strategi untuk produk (product), harga (price), tempat/distribusi (place), atau promosi (Promotion). Namun pengertian terhadap pemasaran itu sendiri cakupannya lebih luas. Ketika perusahaan melakukan kegiatan pemasarannya, niat yang ada adalah mendapat keuntungan semaksimal mungkin. Namun, dalam prinsip syariah, kegiatan pemasaran ini harus dilandasi oleh semangat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin dengan 18
Syakir Sula, Syariah Marketing h.28
tujuan untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri.
C. Teori Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja (performance) efisien dan efektivitas. Menurut ahli manajemen Peter Brucker yang dikutip dari buku Manajemen karangan T.Hani Handoko efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Efeketivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan19. Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara lain: 1. Adanya efeknya (akibatnya, pengaruh dan kesan) 2. manjur dan mujarab 3. membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku Kemudian dari kata itu muncul pada kata keefektifan yang diartikan dengan kerelaan, hal terkesan, kemajuan dan keberhasilan20. Sedangkan dalam Ensiklopedi Umum efektifitas diartikan dengan menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Maksudnya adalah suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha tersebut mencapai
19
20
T. Hani. Handoko, Manajemen, (Yogyakarta, BPFE,1998),cet Ke-2,h.7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),h.219
tujuannya.Secara ideal efektif dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti tercapai tujuannya 2. Indikator Efektivitas Dalam Buku Sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun unsur-unsur sebagai berikut: 1. Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 2. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif itu, maka biaya tenaga kerja material , peralatan, waktu, keuangan dan lainlainnya telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya penerobosan serta penyelewengan. 3. Pembagian Kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja dan waktunya yang tersedia. 4. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang haruslah seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari dengan adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lainnya. 5. prosedur Kerja yang praktis yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan
tersebut haruslah kegiatan yang operasional dan dapat dilaksanakan dengan lancar 21 Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran yang dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber daya tersebut dikelola secara tepat dan benar. Efisiensi yang tinggi dalam mencapai sasaran akan menghasilkan produktifitas yang tinggi dan salah urus dalam mengelolala usaha atau organisasi dapat mengakibatkan rendahnya tingkat efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dengan efisiensi rendah dapat mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, sebaliknya efisiensi tinggi tetapi tidak efektif berarti tidak tercapainya sasaran atau terjadinya penyimpangan sasaran22 Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut:23 a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar dan tidak berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit.
21
Sujudi, F.X,O & M Penunjang Keberhasilan Proses Management, (Jakarta,CV.masagung, 1990)cet, ke-3 h. 36-39 22
Kisdanto Atmo Soeprapto,Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan, (Jakarta, Media Kumpotindo, 2000,) h. 15 23
Mochtar Efendy, Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam h.153-158
b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi lingkungan dan agamanya. c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu, dan tenaga tidak digunakan secara boros. Jika dilihat dari sudut eakonomi sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen. d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan adil dalam semua perbuatannya.
D. Penjualan Istilah penjualan terkadang dianggap sama dengan istilah pemasaran. Padahal kedua istilah tersebut mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pemasaran meliputi kegiatan yang luas, sedangkan penjualan hanyalah merupakan satu kegiatan saja di dalam pemasaran. Untuk memperoleh gambaran yang jelas haruslah diketahui terlebih dahulu definisi dari pemasaran. Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi. 24
24
Swastha, Basu, Manajemen Penjualan, (Yogyakarta: BPFE, 2001) Ed.3, h.8.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa proses pemasaran dimulai sejak sebelum barang-barang diproduksi, tidak dimulai pada saat produksi selesai, juga tidak berakhir dengan penjualan. Semua keputusan yang diambil dalam bidang pemasaran harus ditujukan untuk menentukan produk dan pasarnya, harganya, serta promosinya. 1. Pengertian Penjualan Menurut Hopkins T, penjualan adalah proses permintaan atas barang dan jasa dari produsen kepada mereka yang membutuhkan atau mereka yang akan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari barang atau jasa tersebut dengan melalui transaksi pembelian.25 2. Tujuan Umum Penjualan Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin, dan mempertahankan atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan itu dapat tercapai apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan, dengan demikian tidak berarti bahwa barang atau jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Perusahaan umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya26, yaitu: a. Mencapai volume penjualan tertentu b. Mendapatkan laba tertentu 25
T, Hopkins, Selling for Dummies, (California: IGD, Books Worldwide, 1995) h.9.
26
Swastha, Manajemen Penjualan, h.80.
c. Menunjang pertumbuhan perusahaan Usaha-usaha untuk mencapai ketiga tujuan itu tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh pelaksana penjualan atau para penjual, untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik diantara fungsionaris dalam perusahaan (seperti bagian produksi yang membuat produknya, bagian keuangan yang menyediakan dananya, bagian personalia yang menyediakan tenaganya, dan sebagainya) maupun dengan para penyalur. Namun demikian semua ini tetap menjadi tanggung jawab pimpinan atau top manager untuk mengukur seberapa besar kesukswsan atau kegagalan yang dihadapi. 3. Penjualan Sebagai Fungsi Pemasaran Fungsi penjualan merupakan fungsi yang paling penting dari suatu kegiatan perusahaan. Perusahaan harus menentukan selisih antara input dan output. Keuangan perusahaan tergantung dari usaha penjualan yang dapat terealisir melalui penjualan yang terus-menerus disertai kenaikan volume penjualan dan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen. Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi tambahan sebagai berikut: a. Fungsi perencanaan dan pengembangan produk Penjualan harus menawarkan produk yang akan memenuhi kebutuhan serta keinginan para pembeli. Ia harus memutuskan produk yang akan diproduksinya dan bilamana ia harus memproduksinya. Ia harus menyediakan produk bilamana pembeli menginginkannya dan dengan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli. Perencanaan produk dapat dianggap sebagai fungsi produksi tetapi hal itu penting pula bagi pemasaran.
b. Fungsi mencari kontak Fungsi ini mencakup tindakan mencari dan melokasi pembeli potensial yang dilakukanoleh para penjual. c. Fungsi penciptaan permintaan Fungsi ini mencakup semua usaha khusus yang dilakukan oleh para penjual untuk merangsang para pembeli untuk membeli produk mereka. Karena pengusaha
ingin
memperbesar
volume
penjualannya,
maka
usaha
menciptakan permintaan sangat luas sekali dan di dalamnya tercakup tindakan menjual secara personil atau personal selling, mengadakan reklame dan lainlain. d. Fungsi mengadakan perundingan Syarat serta kondisi penjualan harus dirundingkan oleh para pembeli dan penjual, yang mencakup kuantitas, kualitas, produk, harga, dan waktu. f.
Fungsi kontraktual Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melaksanakan penjualan inklusif transfer hak milik.
4. Konsep Penjualan dalam Islam Jual Beli dalam istilah fiqh disebut dengan al bai’ yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Lafal al ba’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira’ (beli),
dengan demikian kata al bai’ berarti jual tetapi sekaligus juga berarti beli. 27 Jadi jual beli adalah tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Pada masyarakat primitife jual beli dilangsungkan dengan cara saling menukarkan harta dengan harta/barter (al-muqayadah), tidak dengan uang sebagaimana berlaku di zaman ini karena masyarakat primitife belum mengenal adanya alat tukar seperti uang, sedangkan setelah manusia mengenal nilai tukar (uang) jual beli muqayyadah mulai kehilangan tempat, karena saat ini masyarakat sudah mengenal adanya uang yaitu sebagai alat tukar. Islam bukan hanya mengajarkan umatnya tetang masalah ukhrowi tetapi juga dalam masalah-masalah dunia yang menyangkut kehidupan sehari-hari termasuk di dalamnya adalah masalah ekonomi dan salah satunya adalah jual beli dan juga mengajarkan bagaimana seharusnya etika bisnis yang bagus dalam masyarakat yang tidak merugikan siapapun, manusia bekerja bukan hanya untuk meraih sukses di dunia ini namun juga untuk kesuksesan di akhirat, semua kerja seseorang akan mengalami efek yang demikian besar pada diri seseorang, baik efek positif maupun efek negative, dia harus bertanggung jawab dan harus memikul semua konsekuensi aksi dan transaksinya selama di dunia ini pada saatnya nanti di akhirat yang dikenal dengan yaumul hisab.28
27 28
Dr. H.Nasrun Haroen MA, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) h.111 Dr. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001) h.35
Rasululah Saw sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis dan cara jual beli yang Islami, di antaranya ialah: Pertama, bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis, Kedua, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyakbanyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.29 Dan juga harus bersikap ramah-tamah dan tidak merugikan orang lain. Dalam Buku Etika Bisnis karangan Dr. Mustaq Ahmad h.38 bahwa bisnis/jual beli
yang menguntungkan sesuai dalam pandangan Al Quran mengandung tiga
elemen dasar yaitu: •
Mengetahui investasi yang paling baik
•
Membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal
•
Mengikuti perilaku yang baik Dalam sejarah, agama Islam telah mempunyai pandangan yang positif
terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomis. Nabi Muhammad SAW adalah
29
www.agustinto.niriah.com
seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim, Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa:
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
E. Da’I Muamalat BMI berinisiatif membangun kerjasama dengan BMM di dalam hal pemasaran produk shar-e, kerjasama ini bertujuan untuk mendongkrak dan meningkatkan angka penjualan kartu shar-e, sehingga seluruh masyarakat dapat bertransaksi secara syariah, dengan menggunakan komunikasi pemasaran yang tepat. Kerjasama yang dibangun melahirkan Da’I Muamalat yang menggunakan strategi personal selling sebagai bagian dari strategi utamanya. Oleh karenanya, kerjasama ini dipandang sebagai salah satu strategi pemasaran produk yang tergolong unik, sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut pengaruhnya sebagai pola pemasaran syariah dengan baragam turunannya, terhadap kenaikan penjualan produk. Definisi da’I muamalat (DM) menurut BMM adalah seorang yang memahami syariah islam di bidang ekonomi yang mampu memberikan pemahaman mengubah
perilaku masyarakat dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah islam di bidang ekonomi, menjadi tahu, paham, sadar, dan peduli untuk melaksanakan dalam seluruh perekonomiannya30.oleh karenanya, untuk menjadi da’i muamalat, BMM menetapkan beberapa standarisasi yang cukup ketat, terutama karena wilayah pemasarannya nanti lebih diutamakan pada wilayah yang disana belum berdiri pelayanan cabang dari BMI atau biasa disebut unserved area. Da’I muamalat pertama kali diluncurkan pada bulan juni 2005 dengan merekrut 81 orang tenaga da’I setelah melalui proses seleksi administrasi dan kemudian diwajibkan mengikuti pelatihan intensif selama 1 minggu31, yang meliputi pembinaan fisik, mental, keilmuan, sebelum akhirnya diberikan amanah untuk mengemban misi penjualan produk shar-e melalui jalur pembinaan dan da’wah secara langsung dengan bertatap muka kepada masyarakat yang berada dalam wilayah sesuai pembagiannya, seperti Jawa, Bali, Madura, Lampung, sebagian Kalimantan, dan diperluas ke wilayah Irian, sulawesi, NTT dan bulan Februari 2006 lalu dengan tambahan da’i baru menjadi total da’i 250 da’i. pada setiap area dipilih sebuah empowering house (EH), yang dipimpin seorang kooordinator da’i, dan secara berkala mengadakan pertemuan guna support system, pembinaan DM, evaluasi pemasaran
30
Dikutip dari Tesis Wido supraha, Strategi Personal Selling Da’I Muamalat di dalam memasarkan Produk Shar-e, 2007 h. 47 31
Hasil wawancara pribadi dengan Nurjamal karyawan BMM pada tanggal 28 Mei 2008
Laporan dari setiap DM diberikan kepada Koordinator DM setiap harinya, dan kemudian coordinator DM melaporkan kepada manager 279, istilah untuk menager BMI di wilayah terdekat dari area kerja, dan juga kepada coordinator pusat BMM secara berkala setiap minggu dan setiap bulannya. Adapun seluruh biaya operasional termasuk konpensasi da’i dipenuhi oleh BMI Pembina yang berlokasi paling dekat dengan unserved area. BMI
Pembina ini bertugas memberikan pembinaan dan
pengarahan langsung kepada team da’i muamalat, saat ini terdapat 17 Empowering House (EH) yang tersebar di 17 daerah yakni Pandeglang, Kerawang, Majalengka, Banjarnegara, Wonosobo, Pati, Unggaran, Sukoharjo, Wates, Mediun, Blitar, Probolilnggo, Bondowoso, Madura, Jombang, Kotabumi, dan Singaraja. Da’I muamalat diberikan kepercayaan
penuh untuk bebas berkreasi dan
berimprovisasi dalam mengejar target-terget penjualannya yang telah ditetapkan oleh BMM dengan menggunakan beragam media seperti presentasi, ceramah agama baik melalui mesjid-mesjid, pesantren-pesantren atau sekolah-sekolah, dan beragam institusi yang disana terdapat kesempatan untuk menyampaikan misi da’wah ini. oleh karenanya dapat dilihat bahwa terdapat unsure pendidikan sekaligus muatan materi perekonomian di dalam program ini yang sangat menarik untuk dapat didukung bersama, tentunya dengan terus meningkatkan kualitas produk jual itu sendiri yang akan berdampak pada citra ekonomi syariah di mata para penggunanya. Program ini pun pantas didukung oleh seluruh pemerhati ekonomi syariah dikarenakan para da’I ini pada hakikatnya mengawal fatwa majelis ulama (MUI) tentang haramnya bunga bank, yang tentu dalam posisi ini mereka dapat disebut
sebagai konsultan perbankan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat awam. Singkatnya DM melakukan da’wah perbankan syariah di kabupaten-kabupaten unserved area. Dalam perjalanannya, DM mendapatkan cukup banyak permasalahan dan hambatan dari lapangan yang telah menjadi input berharga bagi peningkatan kualitas pengembangan ekonomi syariah di negeri ini seperti tingkat penerimaan masyarakat atas konsep ekonomi syariah, tingkat kemudahan pemakaian teknologi, dukungan bank cabang wilayah terdekat, sampai pada masalah sejauh mana efektifitas program da’I muamalat khususnya dalam mendongkrak penjualan kartu shar-e BMI.
BAB III OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Perkembangan PT Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesa (MUI) dan Pemerintah. Muamalat mulai beroperasi 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 199232. Dengan dukungan tokoh-tokoh dan pemimpin Muslim terkemuka dan beberapa pengusaha muslim, pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian sahamsenilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 106 miliar sebagai wujud dukungannya. Pada 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan33.
32
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Cet
ke-2 h. 35 33
www.bankmuamalat.com
Krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negatif spread dan bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. Sistem syariah menjadikan Bank Muamalat terjaga dari negatif spread pada saat krisis moneter menghantam sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah. Dalam upaya memperkuat permodalan, Bank Muamalat berupaya mencari pemodal potensial dan mendapat tanggapan positif dari Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. Pada Rapat Umum Pemegang Saham 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Kurun waktu antara tahun 1999 dan 2000 merupakan masa yang penuh tantangan dan keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam periode tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi dari setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Bank Muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari internal. Kenudian menggelar
rencana kerja lima tahun yang berhasil mengembalikan Bank Muamalat ke kondisi keuangan dan pertumbuhan yang berkesinambungan. Dari tahun 1998 hingga 2007, total asset Bank Muamalat meningkat mendekati 2.100% dan ekuitas tumbuh sebesar 2.000%.34 Perkembangan tersebut menambah jumlah asset Bank Muamalat menjadi Rp 10,57 triliun di akhir tahun 2007, dengan modal pemegang saham mencapai Rp 846,16 miliar dan pencapaian laba bersih sebesar Rp 145,33 miliar, menjadikan bank syariah yang paling menguntungkan di Indonesia35. Di tahun 2004, sebuah inovasi lahir untuk mengawali fatwa MUI tentang haramnya bunga bank, yaitu dengan diluncurkannya produk Shar-E. Shar-E lahir untuk memberi pelayanan di wilayah yang sebelumnya tak terlayani (un-served area) dan menggugurkan unsur ketidaktersediaan jaringan layanan perbankan syariah yang memperoleh pengecualian fatwa MUI tersebut diatas. Berkat terobosan ini, Shar-E meraih predikat The Most Innovative Product untuk kategori “Customer Modes of Entry” dari Kementrian Negara Riset dan Teknologi/ Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Shar-E tidak hanya memperluas jaringan pelayanan, namun juga berdampak pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening tabungan baru. Sejak kehadiran Shar-E, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan. 34
Dikutip dari Laporan Tahunan 2007 Annual Report Bank Muamalat Indonesia, h. 6
35
Ibid, h. 7
2. Visi, Misi, dan Strategi PT Bank Muamalat Indonesia 1. Visi Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di padar rasional. 2. Misi Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder. 3. Strategi36 Menerapkan konsep-konsep syariah murni yang Islami, dan meningkatkan Fee Based Income. Untuk mencapai tujuannnya PT Bank Muamalat Indonesia mendasarkan usaha dengan kegiatan sebagai berikut: a. Sasaran pembinaan yaitu membina dan mempercepat perkembangan masyarakat ekonomi menengah kebawah bangsa Indonesia untuk menjembatani kesenjangan social ekonomi yang terjadi karena dampak pembangunan, sehingga terbentuk dasar yang kokoh bagi pengembangan
36
Jurnal Muamalat, Tahun 2004
manusia Indonesia seutuhnya dalam Pembangunan Nasional jangka panjang 25 tahun kedua.
b. Strategi Pengembangan •
Bekerjasama dengan baik dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang telah ada. Mendorong pengembangan Bank Perkreditan Rakyat baru di daerah potensial.
•
Bekerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (BAZIS) mengintensifkan pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh.
•
Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga penyediaan bantuan teknik manajemen untuk pengusaha kecil dan menengah.
•
Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga penyediaan bantuan pembinaan ketrampilan akuntansi.
•
Mengembangkan peranan kelembagaan penyediaan teknologi pasca panen.
•
Mengembangkan peranan kelembagaan pemasaran hasil produksi.
3. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia37
37
www.muamalatbank.com
Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur format yang mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan. Dari pengertian ini perlu kita ketahui bentuk organisasi yang ada pada bank syariah. Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang sangat membedakan dari bank syariah adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan landasan syariat yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nsional (DSN).38 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
38
h. 25.
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Kantor Bank Syariah, Desember 1999,
Sumber: Bank Muamalat Indonesia
1. Shareholder Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS) Pemilik saham bertindak sebagai pemilik modal dan terdiri atas umat Islam yang berpartisipasi membeli saham PT Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, RUPS mempunyai kedudukan tertinggi dalam organisasi PT Bank Muamalat Indoneisa. 2. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah) Dewan Pengawas Syariah (DPS) biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setia bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap
opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu, penetapan anggota DPS biasanya dilakukan oleh RUPS, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari DSN. 3. Board of Commissioners (Dewan Komisaris) Dewan komisaris bertugas sebagai penentu garis-garis besar kebijakan perusahaan, diantaranya adalah mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi dan melaksanakan tugas-tugas secara khusus yang diamanatkan dalam anggaran dasar. 4. President Director (Dewan Direksi) Direksi sebagai pejabat pelaksanaan yang terlibat langsung dan bertanggung jawab atas kegiatan operasi bank. Tugas-tugasnya adalah menghimpun dan mengurus perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas perseroan.
KEPENGURUSAN PT BANK MUAMALAT INDONESIA
1. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board) Ketua
: K.H. M.A Sahal Mahfudh
Anggota
: Prof. Dr. H. Muardi Chatib Prof. Dr. H. Umar Shihab K.H Ma’ruf Amin
2. Dewan Komisaris (Board of Commissioners) Komisaris Utama
: Drs. H. Abbas Adhar
Komisaris
: Drs. Aulia Pohan, M.A Prof. Korkut Ozal H. Iskandar Zulkarnain, S.E. M.Si Dr. Ahmed Abisourour
3. Direksi (Board of Directors) Direktur Utama
: H.A. Riawan Amin, M.Sc
Direktur
: Ir.H. Arviyan Arifin Ir.H. Andi Buchari, M.M Drs.U. Saefudin Noer, M.Si H.M. Hidayat, S.E.Ak
4. Produk dan Jasa PT Bank Muamalat Indonesia39 1. Produk Penghimpunan Dana a. Shar-E Merupakan layanan virtual banking melalui kartu tabungan dan transaksi isi ulang yang dilayani oleh jaringan kantor pos online di seluruh Indonesia yang belum terdapat kantor bank syariah dan merupakan solusi untuk mengatasi kondisi darurat setelah fatwa MUI bahwa bunga bank haram. Shar-E adalah tabungan instant investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, debit dan phone banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000,langsung dapat diperoleh satu kartu Shar-E dengan saldo awal Rp 100.000,sebagai sarana menabung dan berinvestasi di Bank Muamalat. Shar-E dapat dibeli melalui kantor pos Diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai pembayaran). b. Fullprotek
39
www.bankmuamalat.com
Kartu investasi berasuransi yang dikelola secara murni syariah dengan bagi hasil menguntungkan, bekerja sama dengan Asuransi Takaful Keluarga. FulPROTEK merupakan kartu multiguna yang berfungsi sebagai kartu asuransi, ATM dan debit. c. Sharia Mega Covers Merupakan kartu tabungan multiguna berasuransi yang dikelola murni secara syariah dengan bagi hasil menguntungkan, bekerja sama dengan Mega Life dan Mega Insurance Syariah. Sharia Mega Covers menawarkan berbagai macam kemudahan antara lain sebagai kartu asuransi, ATM dan debit, tarik tunai bebas biaya disemua ATM Muamalat, ATM BCA dan ATM Bersama di seluruh Indonesia bahkan di jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS (Malaysia Electronic Payment System). d. Taawun Card Sebuah inovasi baru dari Bank Muamalat Indonesia, bekerja sama dengan Asuransi Bintang Syariah dan Panin Life Syariah. Sebuah kartu tabungan dengan berbagai macam fungsi, yaitu: ATM, Kartu Kredit dan transaksi perbankan lainnya, juga memiliki fungsi Asuransi Rumah, Santunan Rawat Inap, Asuransi Kecelakaan dan Asuransi Pendidikan. e. Kas Kilat Layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-E, bekerja
sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad. Muamalat kas kilat-i (mk2)-pengiriman uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia. f. Tabungan Ummat Merupakan tabungan dengan akad mudharabah di counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat di seluruh counter Bank Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama.Tabungan Ummat dengan kartu Muamalat juga dapat berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut. g. Tabungan Arafah Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insyaallah pelaksanaan haji tetap terjamin. h. Deposito Mudharabah Yaitu investasi berjangka bagi nasabah perorangan dan badan hokum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sector riil yang halal, sehingga memberikan bagi hasil yang halal, tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
i. Deposito Fulinves Merupakan jenis investasi berjangka yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 1, 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp 2.000.000 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan. j. Giro Wadi’ah Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/ PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/ PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai pembayaran). k. Dana Pensiun Muamalat Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah dan berusia maksimal 60 tahun. Iuran ini sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat
didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. 2. Produk Penanaman Dana 2.1. Konsep Jual Beli a. Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep ini untuk penanaman Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif. b. Istishna’ Adalah jual beli dimana Shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada system pembayarannya yaitu istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. Untuk pembiayaan pembangunan gedung (penyediaan barang yang baru memiliki kriteria-kriteria). c. Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Untuk pembiayaan pertanian. 2.2. Konsep Bagi Hasil a. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. b. Mudharabah Adalah kerja sama antara bank dengan mudharib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/ pedagang (mudharib) untuk dikelola. Musyarakah dan Mudharabah banyak digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang mudah dalam penentuan pendapatan dan biaya usaha. 2.3.Konsep Sewa a. Ijarah Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir) sebagai penyewa suatu barang milik Bank, dan Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya. Ijarah dan IMBT digunakan untuk pembiayaan alat-alat berat. b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir) sebagai penyewa. Musta’jir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
2.4.Produk Sewa a. Wakalah Berarti penyerahan, pendelegasian ataupemberian mandat. Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/ kuasa dari lembaga/ seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan Kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa. Prinsip wakalah digunakan untuk collection, agency/ arranger. b. Kafalah Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam penertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Prinsip kafalah digunakan pada Bank Garansi atau Letter of Credit (L/C). c. Hawalah Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang
wajib
menanggungnya.
Dalam
pengertian
lain,
merupakan
pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
d. Rahn Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana Rahn adalah jaminan hutang atau gadai. e. Qardh Adalah pemberian hata kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, Qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. 2.5. Jasa Layanan a. ATM Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nasabah melakukan penarikan dana
tunai,
pemindahbukuan
antar
rekening,
pemeriksaan
saldo,
pembayaran Zakat, Infaq dan Shadaqah (hanya pada ATM Muamalat), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di seluruh ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM
BCA/PRIMA dan ATM Bersama yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat dilakukan transfer antar bank. b. SalaMuamalat Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center melalui (0210 2511616, 0807 1 MUAMALAT atau 0807 11 SHARE yang memberikan kemudahan kepada nasabah setiap saat dan dimanapun nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, transfer antar rekening, serta mengubah PIN. c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga ZIS lainnya yang bekerja sama dengan Bank Muamalat, melalui phone banking dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat.
5. Perkembangan Bank Muamalat Indonesia dengan adanya Shar-e Salah satu srategi Bank Muamalat di dalam melipatgandakan jangkauan serta kehadiran produk dan layanan perbankan syariah dalam waktu yang sesingkatsingkatnya adalah dengan strategi aliansi
Era kesatuan dunia menjadikan Bank Muamalat memilih strategi aliansi dalam menghadirkan seluruh siklus layanannya (Muamalat Service Cycles), dari pembukaan rekening sampai dengan penarikan tunai. Untuk pembukaan rekening, Bank Muamalat telah beraliansi dengan PT POS Indonesia sejak tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara ini merupakan perusahaan berpengalaman melayani transaksi tunai dan pengiriman uang dengan jumlah outlet terluas di Indonesia. Melalui Shar-e dan aliansi seluruh delivery channel, seluruh kabupaten di Indonesia telah terlayani oleh Bank Muamalat. Sampai dengan akhir tahun 2007, nasabah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah namun bisa terjangkau oleh Bank Muamalat Indonesia dengan strategi aliansinya adalah 452.796 orang, atau 37% dari total rekening Shar-e seluruh Indonesia. Bahkan nasabah-nasabah dari kabupaten atau kota dari propinsi baru yang belum terjangkau bank syariah telah terlayani Shar-e. Sejak kehadiran Shar-e, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan. Sampai dengan 31 maret 2008 melalui 2.861 SOPP (Sistem Online Payment Point), Bank Muamalat benar-benar telah merentangkan jangkauan pelayanan hampir ke seluruh kecamatan di Indonesia, setiap daerah yang terdapat kantor pos online dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik bank manapun, serta merchant Debit Prima di seluruh pelosok tanah air, nasabah Muamalat semakin mudah memperoleh akses dan semakin terlayani, Shar-e mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat untuk mengedepankan aliansi serta inovasi hingga saat ini.
Perkembangan Jaringan Bank Muamalat Lima Tahun Terakhir Tabel 3.1 Tahun
Cabang
Cabang
Kantor Kas
Pembantu
Gerai
Unit
Muamalat
Pelayanan
SOPP POS
Syariah
2003
32
8
70
46
-
-
2004
43
10
78
46
-
-
2005
47
13
81
46
-
573
2006
51
8
89
43
18
1400
2007
51
8
90
43
21
1800
(Laporan Tahunan Bank Muamalat tahun 2007 hal 20) Shar-e tidak hanya memperluas jaringan pelayanan , namun juga berdampak pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening tabungan baru. Seiring dengan waktu, Bank Muamalat meyakini bahwa Shar-e akan menjadi peran kunci dalam menjaga rasio Rekening Giro dan rekening Tabungan terhadap total dana pihak ketiga, sehingga diperoleh komposisi pendanaan yang ideal dan efektif. Shar-e Juga mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat, berikut perkembangan nasabah Bank Muamalat Indonesia Lima Tahun Terakhir:
Rekening Nasabah Bank Muamalat40 Tabel 3.2 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
8,044
9,442
10,684
11,937
13,148
14,989
18,278
22,465
26,722
205,143
249,104
297,086
349,943
411,879
517,022
615,044
694,310
724,975
-
-
-
-
-
7,521
132,669
663,877
1,239,439
Mudharabah
29,228
35,847
43,914
55,529
71,710
95,225
119,849
147,173
157,259
TOTAL
243,015
294,033
351,684
417,409
496,737
634,757
885,840
1,527,825
2,148,395
Wadiah Non Shar-E Shar-E
Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007
Sampai dengan 25 Januari 2008, Pemegang Rekening Shar-E Bank Muamalat mencapai 1.310.524 kartu dari 440 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia dan beberapa negara lainnya. Saldo rata-rata yang berhasil dihimpun mencapai Rp. 1.338.860.363,04, atau saldo rata-rata per nasabah mencapai lebih dari Rp. 1 juta.
6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dilihat dari Beberapa Rasio. 1. Rasio Likuiditas Rasio FDR (Financing to Debt Ratio)
40
Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007, h.21
Gambar 3.2 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio FDR
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa Rasio FDR PT BMI Tbk dari tahun 2003-2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa PT BMI Tbk mampu membayar kembali kepada para nasabahnya yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan kepada mudharibnya. 2. Rasio Solvabilitas Faktor Permodalan (CAR= Capital Adequacy Ratio) Gambar 3.3 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR 18.00 16.33
16.00 14.00
14.23 13.04
12.00
12.17 10.69
10.00 8.00
CAR
6.00 4.00 2.00 0.00 2003
2004
2005
2006
2007
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 PT BMI Tbk mengalami peningkatan rasio CAR sebesar 3.29% dibanding rasio CAR tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa PT BMI Tbk memiliki kemampuan untuk menutupi kenaikan aktivanya sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Tetapi pada tahun 2007 rasio CAR PT BMI Tbk mengalami penurunan sebesar 4.46% dibanding rasio CAR tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penurunan kecukupan modal dalam menunjang aktiva yang
mengandung dan
menghasilkan risiko, ini tidak diimbangi dengan penurunan aktiva bank yang mengandung risiko tersebut. Tetapi rasio ini masih cukup aman bagi PT BMI Tbk karena berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%. Kesimpulan rasio Solvabilitas: Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dalam hal solvabilitas menunjukkan bahwa PT BMI Tbk mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya.41 3. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas) Beberapa rasio yang sering digunakan yakni: a. Rasio ROA (Return On Assets) 41
Malayu Hasibuan, “Dasar-dasar Perbankan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.104.
Gambar 3.4 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA
3 2.53
2.5
2.27 2.1
2 1.5
1.8 1.33
ROA
1 0.5 0
2003
2004
2005
2006
2007
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 PT BMI Tbk mengalami penurunan rasio ROA, ini membuktikan ketidakmampuan
manajemen
PT
BMI
Tbk
dalam
memperoleh
keuntungan (laba). Tetapi pada tahun 2007 rasio ROA PT BMI Tbk mengalami peningkatan, ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen PT BMI Tbk dalam memperoleh keuntungan (laba). b. Rasio ROE (Return On Equity) Gambar 3.5 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROE 25 21.99 20
18.1 15.49
15 10
23.24
ROE
8.81
5 0
2003 2004 2005 2006 2007
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa terjadinya peningkatan rasio ROE dari tahun ke tahun, artinya PT BMI Tbk mampu memperoleh laba bersih yang dihubungkan dengan pembayaran dividen para pemegang saham. Berarti terjadinya peningkatan laba bersih pada PT BMI Tbk yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham bank. c. Rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) Gambar 3.6 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 rasio BOPO mengalami penurunan, artinya tingginya tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Tetapi pada tahun 2007 rasio BOPO mengalami peningkatan, artinya rendahnya tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
d. Non Performing Financing (NPF)
Gambar 3.7 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa NPF PT BMI Tbk mengalami peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2006, ini berarti peningkatan pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh PT BMI Tbk. Tetapi pada tahun 2007 PT BMI Tbk mampu menurunkan jumlah pembiayaan bermasalah sebesar 3.51%. Kesimpulan Rasio Rentabilitas: Dengan menggunakan empat rasio rentabilitas diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja PT BMI Tbk dalam memperoleh keuntungan (laba) cukup maksimal dan rendahnya tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh manajemen bank.
B. PT POS Indonesia 1. Sekilas Sejarah PT Pos Indonesia42 Tahun 26 - 8- 1746
Uraian Kantorpos pertama di Indonesia adalah di Batavia didirikan oleh Gubernur Jendral GW Baron
1906
Posts Telegraafend Telefoon Diensts
27-9 – 1945
Jawatan PTT Republik Indonesia ditandai Pengambilalihan Kantor Pusat PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT dari pemerintahan Militer Jepang. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Bakti Postel
1961
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961 status Jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi
1965
PN Pos dan Telekomunikasi dibagi dua menjadi : PN Pos dan Giro berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1965 dan PN Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1965
1978
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1978, status PN Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro. Dasar Hukum :
20 - 6-1995
Undang-undangNomor Perseroan;
1
Tahun
1995
tentang
Perusahaan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1995 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi Perusahaan (Persero) (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 11); 42
www.posindonesia.com
Anggaran Dasar PT Pos Indonesia (Persero) yang tercantum dalam akta Notaris Sutjipto, SH Nomor117 tanggal 20 Juni 1995tentang Pendirian Perusahaan Persero PT Pos Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan akta Notaris Sutjipto, SH Nomor 89 tanggal 21 September 1998 dan Nomor111 tanggal 28 Oktober 1998
2. Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi perusahaan jejaring terintegrasi yang memberikan solusi terbaik bagi seluruh stakeholder. Misi
1. Secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan perusahaan sebagai infrastruktur jejaring terintegrasi di bidang komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel. 2. Berupaya untuk mengembangkan secara berkesinambungan produk layanan komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel yang bernilai tinggi, sehingga menjadi pilihan utama stakeholder. 3. Meningkatkan
kapasitas
perusahaan
dalam
membangun
serta
mengembangkan bisnis melalui pendekatan aliansi strategis. 4. Berusaha secara terus menerus mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai serta memiliki kesiapan dalam menghadapi persaingan global.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
4. Kerjasama dengan PT POS dengan Bank Muamalat Indonesia PT POS Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bertujuan untuk turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerinatah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan
bidang pelayanan jasa POS bagi masyarakat pada khususnya, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia, dengan menerapkan perseroan terbatas.43 Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS Indonesia sudah dimulai sejak lama namun kerjasama mengenai penjualan dan penyetoran dana tabungan melalui produk Shar-e baru dimulai pada 9 Maret 2004 dengan penandatanganan kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS Indonesia Nomor 009/BMI/PKS/III/2004 dan Nomor PKS/18/DIRKUG/0304 tentang pemanfaatan layanan POS untuk penjualan paket kartu perdana Shar-e dan pengiriman dana bagi pemegang kartu Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia sengaja menggandeng PT POS untuk memasarkan dan pendistribusian kartu Shar-e karena PT POS sangat dekat dengan masyarakat di seluruh Indonesia, banyak dari aktivitas masyarakat yang bersentuhan dengan POS, oleh karena itu Bank Muamalat ingin membuat bahwa Shar-e dekat dengan masyarakat. Salah satu faktor yang melatarbelakangi kerjasama antara Bank Muamalat dengan POS adalah karena jaringan POS sudah sangat luas hampir mencakup seluruh kecamatan di Indonesia, sehinggga Shar-e bisa masuk ke seluruh masyarakat di Indonesia bahkan daerah yang tidak terdapat Bank Syariah, masyarakat dapat memperoleh tabungan syariah hanya dengan mendatangi POS online yang terdekat untuk membeli Shar-e dan menabung.
43
Dikutip dari Proposal Kerjasama Operasional Layanan Shar-e POS yang disajikan oleh SBU Layanan Keuangan PT POS Indonesia Bandung 2007 h.1
Strategi Bank Muamalat bekerjasama dengan PT POS dalam memasarkan produknya merupakan strategi yang cerdas karena Bank Muamalat tidak perlu mengeluarkan investasi yang besar untuk
membuka cabang di seluruh pelosok-
pelosok Indonesia, tetapi hanya dengan melakukan kerjasama dengan POS maka seluruh masyarakat Indonesia akan terjangkau sampai tingkat keluruhan44 Aktivasi pelayanan transaksi Bank Muamalat di kantor pos meliputi: verifikasi dan identifikasi data nasabah (Prinsip mengenal nasabah) saat pembeliaan kartu perdana (starter pack), penerimaan setoran lanjutan (fund collection), sistem operasi internal dan rekonsiliasi/settlement termasuk pemindahbukuan (transfer) dari Pos ke Bank Indonesia.
C. Shar-E 1. Sejarah Shar-E Ide munculnya bermula dari adanya tuntutan dari masyarakat-masayarakat di daerah-daerah yang ingin meninggalkan riba, namun daerah tersebut tidak terjangkau oleh layanan perbankan syariah, di sisi lain Bank Muamalat belum mampu memenuhi keinginan masyarakat untuk membuka kantor cabang hingga ke pelosok tanah air, karena kendala permodalan. Maka itu, manajemen berinovasi dengan meluncurkan kartu Shar-e yang merupakan produk tabungan dan investasi syariah berbasis teknologi yang dikombinasi dengan ATM dan kartu debit
44
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0803/04/eko11.html
Pada dasarnya Shar-e juga memiliki keterkaitan dengan visi dan misi BMI yang ingin dominan di pasar spritual dan dikagumi di pasar rasional sedangkan misinya menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan kepada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan oriantasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi pemegang saham Shar-e.menunjukkan semangat kewirausahaan dari segi penjualannya, misalnya dengan adanya program penjualan shar-e crew, shar-e rabat, shar-e debitur dan sebagainya. Untuk menjadi Bank syariah utama, maka bank muamalat indonesia harus mamapu menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan layanan syariah, karena terbatasnya jumlah kantor cabang BMI, maka dibutuhkan produk yang inovatif yang mampu menjawab masalah tersebut. Sehingga, diluncurkan Shar-e sebagai terobosam mengatasi keterbatasan modal, jika bank ini harus membuka kantor cabang di setiap daerah. Shar-e merupakan produk penghimpunaan dana yang inovatif dan belum pernah ada, dimana produk kartu bertabungan tersebut akan memudahkan nasabah membuka tabungan secara instan. Operasional kartu shar-e juga inovatif dimana BMI melakukan afiliasi dengan pihak lain, misalnya PT.POS, jaringan ATM bersama, jaringan ATM BCA/Prima dan jaringan MEPS (Malaysian Electronic Payment System). Secara resmi produk shar-e diluncurkan pada tanggal 10 maret 2004, tapi produk ini benar-benar mulai serius dipasarkan terhitung pada desember 2004, Shar-e dilumcurkan untuk mengawal fatwa MUI mengenai haramnya bunga Bank. Dengan
adanya Shar-e, maka tercabutlah kedaruratan bank konvensional dan terbukalah pintu hijrah muamalah bagi masyarakat yang ingin berinvestasi secara syariah di seluruh pelosok tanah air. Sehingga, aset umat bisa disalurkan kembali untuk produktifitas umat. 2. Pengertian Shar-E Bank Muamalat Indonesia, tbk sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia telah mengambil peranan yang sangat penting dalam perkembangan perbankan islam Indonesia. BMI terbukti berhasil dalam mengatasi badai krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997an Hal tersebut dikarenakan BMI dalam menjalankan usahanya selalu berpedoman pada sector riil disamping produk-produk yang sesuai dengan prinsip syariah Islam, diantara produk yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat adalah Produk Shar-e merupakan produk investasi syariah yang diperuntukan bank bagi nasabah yang ingin menyimpan uangnya di bank dengan kemudahan cara transaksinya. Shar-e berasal dari kata sharia yang berarti syariah atau aturan-aturan dari Alllah (sedangkan (ain) dalam logo adalah kata dalam bahasa arab yang berarti mata atau lensa yang menerima cahaya dan memantulkannya ke seluruh penjuru45. Huruf”e” dalam kata Shar-e adalah kependekan kata elektronik yang berarti Sha-e didukung dengan teknologi yang tinggi yang memberikan kemudahan layanan
45
Dikutip dari Skripsi Ihdina Darsya, Analisis SWOT terhadap produk Shar-e. h.44
bertransaksi elektronis46. Shar-e merupakan tabungan instant syariah yang dapat dibeli di BMI dan juga kantor pos online di seluruh Indonesia. Brand Shar-e dibangun dengan maksud untuk menerima syariah seutuhnya dan memanfaatkannya keseluruh dunia. Melalui kemudahannya, masyarakat diajak untuk turut serta berinvestasi secara syariah dan dananya akan disalurkan untuk membangun dan memaksimalkan produksi secara halal Shar-e juga berarti easy, every where, and extradionary. Easy mudah memilikinya, mudah penyetorannya, mudah pengelolaan dananya. Dengan membeli paket perdana Shar-e, kita langsung menjadi nasabah Bank Muamalat. Every where, cukup membeli paket shar-e di bank muamalat dan kantor pos online. Extraordinary, setiap bulan nasabah memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan ke rekening. Shar-e dapat diperoleh di BMI maupun di seluruh SOPP kantor pos online di seluruh Indonesia. Hanya dengan mendatangi BMI atau kantor pos online dan membayar sebesar 125.000 lalu mengisi formulir pembelian Shar-e maka nasabah akan mendapatkan starterpack dengan isi rekening awal 100.000 starterpack terdiri dari kartu Shar-e, buku petunjuk, personal identification number (PIN) ds Telephone identification Number (TIN) 16 digit nomor di kartu Shar-e merupakan nomor rekening pada BMI. Shar-e menawarkan berbagai fasilitas diantaranya: menarik uang tunai di lebih dari 8.888 Anjungan Mandiri Tunai (ATM) yang terdiri dari ATM Bank Muamalat, 46
www.shar-e.com
ATM BCA, ATM Bank Permata dan ATM bersama, Fasilitas lainnya, kartu Shar-e dapat dipergunakan sebagai kartu debit di merchant-merchat yang memiliki logo debit BCA. Bank Muamalat juga menyediakan layanan phone banking 08-07-1Mumalat untuk keperluan informasi saldo, mutasi dan layanan pengaduan 3. Landasan Hukum Kartu Shar-e Pada dasarnya karrtu Shar-e adalah sebuah jasa pelayanan yang diberikan oleh Bank Muamalat untuk memudahkan proses transaksi nasabah secara Islami dalam bentuk produk tabungan melalui teknologi kartu plastic. Dengan demikian landasan hakum kartu shar-e mengacu pada fatwa Dewan Syariah nasional No 02/DSNMUI/IV/2000 tentang tabungan dan peraturan Bank Indonesia No 10 tahun 1998 4. Karakteristik Produk shar-e 1. Paket Perdana Paket perdana Shar-e adalah satu kemasan paket dengan ukuran kotak 14 cm x 11 cm x 2 cm yang terdiri dari: a. sebuah dompet b. Sebuah kartu ATM c. Sebuah kartu TIN (Telephone Identification Number) d. Sebuah kartu PIN (Personal Identification Number) e. Buku Panduan 2. Fitur Shar-e Saldo awal rekening yang merupakan saldo thresahold adalah sebesar Rp.100.000 yang akan efektif setelah dilakukan pembelian di kantor BMI atau
kantor SOPP Pos atau agen penjuual lainnya. Shar-e bisa dibeli dengan harga 125.000 per paket, dimana Rp 100.000 merupakan saldo dan Rp 25.000 merupakan harga dari paketnya atau semacam harga kartu paket perdana SIM card telepon selular. 3. PIN dan TIN Pemegang kartu akan menerima nomor PIN dan TIN yang merupakan akses untuk melakukan seluruh transaksi keuangan melalui Phone Banking, call center, jaringan ATM dan jaringan debit BCA. Untuk meningkatkan keamanan transaksi keuangan, maka setelah melakukan pembelian, pemegang kartu diharuskan untuk segera melakukan perubahan PIN. Nomor TIN yang dicetak dan dimasukkan dalam paket perdana berisi nomor kunci yang harus disimpan selama menjadi pemegang kartu dan dapat digunakan untuk menghubungi Phone Banking di call center pada saat kehilangan atau lupa nomor PIN. Atas penyerahan nomor TIN dan Nomor PIN kepada pemegang kartu, BMI dibebaskan dari segala tuntutan penyalahgunaan kartu, nomor PIN dan nomor TIN, seluruh transaksi melalui rekening Shar-e yang dilakukan dengan menggunakan PIN dianggap merupakan transaksi yang sah dan pemegang kartu bertanggung jawab atas seluruh transaksi tersebut.
BAB III OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Perkembangan PT Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesa (MUI) dan Pemerintah. Muamalat mulai beroperasi 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 199247. Dengan dukungan tokoh-tokoh dan pemimpin Muslim terkemuka dan beberapa pengusaha muslim, pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian sahamsenilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 106 miliar sebagai wujud dukungannya. Pada 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan48. Krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negatif spread dan
47
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Cet
ke-2 h. 35 48
www.bankmuamalat.com
bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. Sistem syariah menjadikan Bank Muamalat terjaga dari negatif spread pada saat krisis moneter menghantam sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah. Dalam upaya memperkuat permodalan, Bank Muamalat berupaya mencari pemodal potensial dan mendapat tanggapan positif dari Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. Pada Rapat Umum Pemegang Saham 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Kurun waktu antara tahun 1999 dan 2000 merupakan masa yang penuh tantangan dan keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam periode tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi dari setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Bank Muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari internal. Kenudian menggelar rencana kerja lima tahun yang berhasil mengembalikan Bank Muamalat ke kondisi keuangan dan pertumbuhan yang berkesinambungan.
Dari tahun 1998 hingga 2007, total asset Bank Muamalat meningkat mendekati 2.100% dan ekuitas tumbuh sebesar 2.000%.49 Perkembangan tersebut menambah jumlah asset Bank Muamalat menjadi Rp 10,57 triliun di akhir tahun 2007, dengan modal pemegang saham mencapai Rp 846,16 miliar dan pencapaian laba bersih sebesar Rp 145,33 miliar, menjadikan bank syariah yang paling menguntungkan di Indonesia50. Di tahun 2004, sebuah inovasi lahir untuk mengawali fatwa MUI tentang haramnya bunga bank, yaitu dengan diluncurkannya produk Shar-E. Shar-E lahir untuk memberi pelayanan di wilayah yang sebelumnya tak terlayani (un-served area) dan menggugurkan unsur ketidaktersediaan jaringan layanan perbankan syariah yang memperoleh pengecualian fatwa MUI tersebut diatas. Berkat terobosan ini, Shar-E meraih predikat The Most Innovative Product untuk kategori “Customer Modes of Entry” dari Kementrian Negara Riset dan Teknologi/ Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Shar-E tidak hanya memperluas jaringan pelayanan, namun juga berdampak pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening tabungan baru. Sejak kehadiran Shar-E, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan.
49
Dikutip dari Laporan Tahunan 2007 Annual Report Bank Muamalat Indonesia, h. 6
50
Ibid, h. 7
2. Visi, Misi, dan Strategi PT Bank Muamalat Indonesia 1. Visi Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di padar rasional. 2. Misi Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder. 3. Strategi51 Menerapkan konsep-konsep syariah murni yang Islami, dan meningkatkan Fee Based Income. Untuk mencapai tujuannnya PT Bank Muamalat Indonesia mendasarkan usaha dengan kegiatan sebagai berikut: c. Sasaran pembinaan yaitu membina dan mempercepat perkembangan masyarakat ekonomi menengah kebawah bangsa Indonesia untuk menjembatani kesenjangan social ekonomi yang terjadi karena dampak pembangunan, sehingga terbentuk dasar yang kokoh bagi pengembangan manusia Indonesia seutuhnya dalam Pembangunan Nasional jangka panjang 25 tahun kedua.
51
Jurnal Muamalat, Tahun 2004
d. Strategi Pengembangan •
Bekerjasama dengan baik dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang telah ada. Mendorong pengembangan Bank Perkreditan Rakyat baru di daerah potensial.
•
Bekerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (BAZIS) mengintensifkan pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh.
•
Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga penyediaan bantuan teknik manajemen untuk pengusaha kecil dan menengah.
•
Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga penyediaan bantuan pembinaan ketrampilan akuntansi.
•
Mengembangkan peranan kelembagaan penyediaan teknologi pasca panen.
•
Mengembangkan peranan kelembagaan pemasaran hasil produksi.
3. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia52 Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur format yang mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan. Dari pengertian ini perlu kita ketahui bentuk organisasi yang ada pada bank syariah. Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
52
www.muamalatbank.com
konvensional misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang sangat membedakan dari bank syariah adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan landasan syariat yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nsional (DSN).53 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Sumber: Bank Muamalat Indonesia
53
h. 25.
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Kantor Bank Syariah, Desember 1999,
1. Shareholder Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS) Pemilik saham bertindak sebagai pemilik modal dan terdiri atas umat Islam yang berpartisipasi membeli saham PT Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, RUPS mempunyai kedudukan tertinggi dalam organisasi PT Bank Muamalat Indoneisa. 2. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah) Dewan Pengawas Syariah (DPS) biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setia bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu, penetapan anggota DPS biasanya dilakukan oleh RUPS, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari DSN. 3. Board of Commissioners (Dewan Komisaris) Dewan komisaris bertugas sebagai penentu garis-garis besar kebijakan perusahaan, diantaranya adalah mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi dan melaksanakan tugas-tugas secara khusus yang diamanatkan dalam anggaran dasar. 4. President Director (Dewan Direksi) Direksi sebagai pejabat pelaksanaan yang terlibat langsung dan bertanggung jawab atas kegiatan operasi bank. Tugas-tugasnya adalah menghimpun dan mengurus perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas perseroan.
KEPENGURUSAN PT BANK MUAMALAT INDONESIA
1. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board) Ketua
: K.H. M.A Sahal Mahfudh
Anggota
: Prof. Dr. H. Muardi Chatib Prof. Dr. H. Umar Shihab K.H Ma’ruf Amin
2. Dewan Komisaris (Board of Commissioners) Komisaris Utama
: Drs. H. Abbas Adhar
Komisaris
: Drs. Aulia Pohan, M.A Prof. Korkut Ozal H. Iskandar Zulkarnain, S.E. M.Si Dr. Ahmed Abisourour
3. Direksi (Board of Directors) Direktur Utama
: H.A. Riawan Amin, M.Sc
Direktur
: Ir.H. Arviyan Arifin Ir.H. Andi Buchari, M.M Drs.U. Saefudin Noer, M.Si H.M. Hidayat, S.E.Ak
4. Produk dan Jasa PT Bank Muamalat Indonesia54 1. Produk Penghimpunan Dana b. Shar-E Merupakan layanan virtual banking melalui kartu tabungan dan transaksi isi ulang yang dilayani oleh jaringan kantor pos online di seluruh Indonesia yang belum terdapat kantor bank syariah dan merupakan solusi untuk mengatasi kondisi darurat setelah fatwa MUI bahwa bunga bank haram. Shar-E adalah tabungan instant investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, debit dan phone banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000,langsung dapat diperoleh satu kartu Shar-E dengan saldo awal Rp 100.000,sebagai sarana menabung dan berinvestasi di Bank Muamalat. Shar-E dapat dibeli melalui kantor pos Diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai pembayaran). b. Fullprotek
54
www.bankmuamalat.com
Kartu investasi berasuransi yang dikelola secara murni syariah dengan bagi hasil menguntungkan, bekerja sama dengan Asuransi Takaful Keluarga. FulPROTEK merupakan kartu multiguna yang berfungsi sebagai kartu asuransi, ATM dan debit. c. Sharia Mega Covers Merupakan kartu tabungan multiguna berasuransi yang dikelola murni secara syariah dengan bagi hasil menguntungkan, bekerja sama dengan Mega Life dan Mega Insurance Syariah. Sharia Mega Covers menawarkan berbagai macam kemudahan antara lain sebagai kartu asuransi, ATM dan debit, tarik tunai bebas biaya disemua ATM Muamalat, ATM BCA dan ATM Bersama di seluruh Indonesia bahkan di jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS (Malaysia Electronic Payment System). d. Taawun Card Sebuah inovasi baru dari Bank Muamalat Indonesia, bekerja sama dengan Asuransi Bintang Syariah dan Panin Life Syariah. Sebuah kartu tabungan dengan berbagai macam fungsi, yaitu: ATM, Kartu Kredit dan transaksi perbankan lainnya, juga memiliki fungsi Asuransi Rumah, Santunan Rawat Inap, Asuransi Kecelakaan dan Asuransi Pendidikan. e. Kas Kilat Layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-E, bekerja
sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad. Muamalat kas kilat-i (mk2)-pengiriman uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia. f. Tabungan Ummat Merupakan tabungan dengan akad mudharabah di counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat di seluruh counter Bank Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama.Tabungan Ummat dengan kartu Muamalat juga dapat berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut. g. Tabungan Arafah Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insyaallah pelaksanaan haji tetap terjamin. h. Deposito Mudharabah Yaitu investasi berjangka bagi nasabah perorangan dan badan hokum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sector riil yang halal, sehingga memberikan bagi hasil yang halal, tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
i. Deposito Fulinves Merupakan jenis investasi berjangka yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 1, 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp 2.000.000 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan. j. Giro Wadi’ah Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/ PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/ PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai pembayaran). k. Dana Pensiun Muamalat Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah dan berusia maksimal 60 tahun. Iuran ini sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat
didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. 2. Produk Penanaman Dana 2.1. Konsep Jual Beli a. Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep ini untuk penanaman Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif. b. Istishna’ Adalah jual beli dimana Shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada system pembayarannya yaitu istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. Untuk pembiayaan pembangunan gedung (penyediaan barang yang baru memiliki kriteria-kriteria). c. Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Untuk pembiayaan pertanian. 2.2. Konsep Bagi Hasil a. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. b. Mudharabah Adalah kerja sama antara bank dengan mudharib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/ pedagang (mudharib) untuk dikelola. Musyarakah dan Mudharabah banyak digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang mudah dalam penentuan pendapatan dan biaya usaha. 4.3.Konsep Sewa a. Ijarah Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir) sebagai penyewa suatu barang milik Bank, dan Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya. Ijarah dan IMBT digunakan untuk pembiayaan alat-alat berat. b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir) sebagai penyewa. Musta’jir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
4.4.Produk Sewa a. Wakalah Berarti penyerahan, pendelegasian ataupemberian mandat. Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/ kuasa dari lembaga/ seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan Kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa. Prinsip wakalah digunakan untuk collection, agency/ arranger. b. Kafalah Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam penertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Prinsip kafalah digunakan pada Bank Garansi atau Letter of Credit (L/C). c. Hawalah Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang
wajib
menanggungnya.
Dalam
pengertian
lain,
merupakan
pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
d. Rahn Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana Rahn adalah jaminan hutang atau gadai. e. Qardh Adalah pemberian hata kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, Qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. 2.5. Jasa Layanan a. ATM Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nasabah melakukan penarikan dana
tunai,
pemindahbukuan
antar
rekening,
pemeriksaan
saldo,
pembayaran Zakat, Infaq dan Shadaqah (hanya pada ATM Muamalat), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di seluruh ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM
BCA/PRIMA dan ATM Bersama yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat dilakukan transfer antar bank. b. SalaMuamalat Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center melalui (0210 2511616, 0807 1 MUAMALAT atau 0807 11 SHARE yang memberikan kemudahan kepada nasabah setiap saat dan dimanapun nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, transfer antar rekening, serta mengubah PIN. c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga ZIS lainnya yang bekerja sama dengan Bank Muamalat, melalui phone banking dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat.
5. Perkembangan Bank Muamalat Indonesia dengan adanya Shar-e Salah satu srategi Bank Muamalat di dalam melipatgandakan jangkauan serta kehadiran produk dan layanan perbankan syariah dalam waktu yang sesingkatsingkatnya adalah dengan strategi aliansi
Era kesatuan dunia menjadikan Bank Muamalat memilih strategi aliansi dalam menghadirkan seluruh siklus layanannya (Muamalat Service Cycles), dari pembukaan rekening sampai dengan penarikan tunai. Untuk pembukaan rekening, Bank Muamalat telah beraliansi dengan PT POS Indonesia sejak tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara ini merupakan perusahaan berpengalaman melayani transaksi tunai dan pengiriman uang dengan jumlah outlet terluas di Indonesia. Melalui Shar-e dan aliansi seluruh delivery channel, seluruh kabupaten di Indonesia telah terlayani oleh Bank Muamalat. Sampai dengan akhir tahun 2007, nasabah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah namun bisa terjangkau oleh Bank Muamalat Indonesia dengan strategi aliansinya adalah 452.796 orang, atau 37% dari total rekening Shar-e seluruh Indonesia. Bahkan nasabah-nasabah dari kabupaten atau kota dari propinsi baru yang belum terjangkau bank syariah telah terlayani Shar-e. Sejak kehadiran Shar-e, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan. Sampai dengan 31 maret 2008 melalui 2.861 SOPP (Sistem Online Payment Point), Bank Muamalat benar-benar telah merentangkan jangkauan pelayanan hampir ke seluruh kecamatan di Indonesia, setiap daerah yang terdapat kantor pos online dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik bank manapun, serta merchant Debit Prima di seluruh pelosok tanah air, nasabah Muamalat semakin mudah memperoleh akses dan semakin terlayani, Shar-e mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat untuk mengedepankan aliansi serta inovasi hingga saat ini.
Perkembangan Jaringan Bank Muamalat Lima Tahun Terakhir Tabel 3.1 Tahun
Cabang
Cabang
Kantor Kas
Pembantu
Gerai
Unit
Muamalat
Pelayanan
SOPP POS
Syariah
2003
32
8
70
46
-
-
2004
43
10
78
46
-
-
2005
47
13
81
46
-
573
2006
51
8
89
43
18
1400
2007
51
8
90
43
21
1800
(Laporan Tahunan Bank Muamalat tahun 2007 hal 20) Shar-e tidak hanya memperluas jaringan pelayanan , namun juga berdampak pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening tabungan baru. Seiring dengan waktu, Bank Muamalat meyakini bahwa Shar-e akan menjadi peran kunci dalam menjaga rasio Rekening Giro dan rekening Tabungan terhadap total dana pihak ketiga, sehingga diperoleh komposisi pendanaan yang ideal dan efektif. Shar-e Juga mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat, berikut perkembangan nasabah Bank Muamalat Indonesia Lima Tahun Terakhir:
Rekening Nasabah Bank Muamalat55 Tabel 3.2 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
8,044
9,442
10,684
11,937
13,148
14,989
18,278
22,465
26,722
205,143
249,104
297,086
349,943
411,879
517,022
615,044
694,310
724,975
-
-
-
-
-
7,521
132,669
663,877
1,239,439
Mudharabah
29,228
35,847
43,914
55,529
71,710
95,225
119,849
147,173
157,259
TOTAL
243,015
294,033
351,684
417,409
496,737
634,757
885,840
1,527,825
2,148,395
Wadiah Non Shar-E Shar-E
Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007
Sampai dengan 25 Januari 2008, Pemegang Rekening Shar-E Bank Muamalat mencapai 1.310.524 kartu dari 440 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia dan beberapa negara lainnya. Saldo rata-rata yang berhasil dihimpun mencapai Rp. 1.338.860.363,04, atau saldo rata-rata per nasabah mencapai lebih dari Rp. 1 juta.
6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dilihat dari Beberapa Rasio. 4. Rasio Likuiditas Rasio FDR (Financing to Debt Ratio)
55
Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007, h.21
Gambar 3.2 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio FDR
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa Rasio FDR PT BMI Tbk dari tahun 2003-2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa PT BMI Tbk mampu membayar kembali kepada para nasabahnya yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan kepada mudharibnya. 5. Rasio Solvabilitas Faktor Permodalan (CAR= Capital Adequacy Ratio) Gambar 3.3 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR 18.00 16.33
16.00 14.00
14.23 13.04
12.00
12.17 10.69
10.00 8.00
CAR
6.00 4.00 2.00 0.00 2003
2004
2005
2006
2007
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 PT BMI Tbk mengalami peningkatan rasio CAR sebesar 3.29% dibanding rasio CAR tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa PT BMI Tbk memiliki kemampuan untuk menutupi kenaikan aktivanya sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Tetapi pada tahun 2007 rasio CAR PT BMI Tbk mengalami penurunan sebesar 4.46% dibanding rasio CAR tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penurunan kecukupan modal dalam menunjang aktiva yang
mengandung dan
menghasilkan risiko, ini tidak diimbangi dengan penurunan aktiva bank yang mengandung risiko tersebut. Tetapi rasio ini masih cukup aman bagi PT BMI Tbk karena berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%. Kesimpulan rasio Solvabilitas: Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dalam hal solvabilitas menunjukkan bahwa PT BMI Tbk mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya.56 6. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas) Beberapa rasio yang sering digunakan yakni: e. Rasio ROA (Return On Assets) 56
Malayu Hasibuan, “Dasar-dasar Perbankan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.104.
Gambar 3.4 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA
3 2.53
2.5
2.27 2.1
2 1.5
1.8 1.33
ROA
1 0.5 0
2003
2004
2005
2006
2007
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 PT BMI Tbk mengalami penurunan rasio ROA, ini membuktikan ketidakmampuan
manajemen
PT
BMI
Tbk
dalam
memperoleh
keuntungan (laba). Tetapi pada tahun 2007 rasio ROA PT BMI Tbk mengalami peningkatan, ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen PT BMI Tbk dalam memperoleh keuntungan (laba). f. Rasio ROE (Return On Equity) Gambar 3.5 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROE 25 21.99 20
18.1 15.49
15 10
23.24
ROE
8.81
5 0
2003 2004 2005 2006 2007
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa terjadinya peningkatan rasio ROE dari tahun ke tahun, artinya PT BMI Tbk mampu memperoleh laba bersih yang dihubungkan dengan pembayaran dividen para pemegang saham. Berarti terjadinya peningkatan laba bersih pada PT BMI Tbk yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham bank. g. Rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) Gambar 3.6 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 rasio BOPO mengalami penurunan, artinya tingginya tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Tetapi pada tahun 2007 rasio BOPO mengalami peningkatan, artinya rendahnya tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
h. Non Performing Financing (NPF)
Gambar 3.7 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa NPF PT BMI Tbk mengalami peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2006, ini berarti peningkatan pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh PT BMI Tbk. Tetapi pada tahun 2007 PT BMI Tbk mampu menurunkan jumlah pembiayaan bermasalah sebesar 3.51%. Kesimpulan Rasio Rentabilitas: Dengan menggunakan empat rasio rentabilitas diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja PT BMI Tbk dalam memperoleh keuntungan (laba) cukup maksimal dan rendahnya tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh manajemen bank.
B. PT POS Indonesia 1. Sekilas Sejarah PT Pos Indonesia57 Tahun 26 - 8- 1746
Uraian Kantorpos pertama di Indonesia adalah di Batavia didirikan oleh Gubernur Jendral GW Baron
1906
Posts Telegraafend Telefoon Diensts
27-9 – 1945
Jawatan PTT Republik Indonesia ditandai Pengambilalihan Kantor Pusat PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT dari pemerintahan Militer Jepang. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Bakti Postel
1961
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961 status Jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi
1965
PN Pos dan Telekomunikasi dibagi dua menjadi : PN Pos dan Giro berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1965 dan PN Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1965
1978
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1978, status PN Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro. Dasar Hukum :
20 - 6-1995
Undang-undangNomor Perseroan;
1
Tahun
1995
tentang
Perusahaan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1995 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi Perusahaan (Persero) (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 11); 57
www.posindonesia.com
Anggaran Dasar PT Pos Indonesia (Persero) yang tercantum dalam akta Notaris Sutjipto, SH Nomor117 tanggal 20 Juni 1995tentang Pendirian Perusahaan Persero PT Pos Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan akta Notaris Sutjipto, SH Nomor 89 tanggal 21 September 1998 dan Nomor111 tanggal 28 Oktober 1998
2. Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi perusahaan jejaring terintegrasi yang memberikan solusi terbaik bagi seluruh stakeholder. Misi
5. Secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan perusahaan sebagai infrastruktur jejaring terintegrasi di bidang komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel. 6. Berupaya untuk mengembangkan secara berkesinambungan produk layanan komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel yang bernilai tinggi, sehingga menjadi pilihan utama stakeholder. 7. Meningkatkan
kapasitas
perusahaan
dalam
membangun
serta
mengembangkan bisnis melalui pendekatan aliansi strategis. 8. Berusaha secara terus menerus mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai serta memiliki kesiapan dalam menghadapi persaingan global.
5. Struktur Organisasi Perusahaan
6. Kerjasama dengan PT POS dengan Bank Muamalat Indonesia PT POS Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bertujuan untuk turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerinatah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan
bidang pelayanan jasa POS bagi masyarakat pada khususnya, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia, dengan menerapkan perseroan terbatas.58 Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS Indonesia sudah dimulai sejak lama namun kerjasama mengenai penjualan dan penyetoran dana tabungan melalui produk Shar-e baru dimulai pada 9 Maret 2004 dengan penandatanganan kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS Indonesia Nomor 009/BMI/PKS/III/2004 dan Nomor PKS/18/DIRKUG/0304 tentang pemanfaatan layanan POS untuk penjualan paket kartu perdana Shar-e dan pengiriman dana bagi pemegang kartu Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia sengaja menggandeng PT POS untuk memasarkan dan pendistribusian kartu Shar-e karena PT POS sangat dekat dengan masyarakat di seluruh Indonesia, banyak dari aktivitas masyarakat yang bersentuhan dengan POS, oleh karena itu Bank Muamalat ingin membuat bahwa Shar-e dekat dengan masyarakat. Salah satu faktor yang melatarbelakangi kerjasama antara Bank Muamalat dengan POS adalah karena jaringan POS sudah sangat luas hampir mencakup seluruh kecamatan di Indonesia, sehinggga Shar-e bisa masuk ke seluruh masyarakat di Indonesia bahkan daerah yang tidak terdapat Bank Syariah, masyarakat dapat memperoleh tabungan syariah hanya dengan mendatangi POS online yang terdekat untuk membeli Shar-e dan menabung.
58
Dikutip dari Proposal Kerjasama Operasional Layanan Shar-e POS yang disajikan oleh SBU Layanan Keuangan PT POS Indonesia Bandung 2007 h.1
Strategi Bank Muamalat bekerjasama dengan PT POS dalam memasarkan produknya merupakan strategi yang cerdas karena Bank Muamalat tidak perlu mengeluarkan investasi yang besar untuk
membuka cabang di seluruh pelosok-
pelosok Indonesia, tetapi hanya dengan melakukan kerjasama dengan POS maka seluruh masyarakat Indonesia akan terjangkau sampai tingkat keluruhan59 Aktivasi pelayanan transaksi Bank Muamalat di kantor pos meliputi: verifikasi dan identifikasi data nasabah (Prinsip mengenal nasabah) saat pembeliaan kartu perdana (starter pack), penerimaan setoran lanjutan (fund collection), sistem operasi internal dan rekonsiliasi/settlement termasuk pemindahbukuan (transfer) dari Pos ke Bank Indonesia.
C. Shar-E 1. Sejarah Shar-E Ide munculnya bermula dari adanya tuntutan dari masyarakat-masayarakat di daerah-daerah yang ingin meninggalkan riba, namun daerah tersebut tidak terjangkau oleh layanan perbankan syariah, di sisi lain Bank Muamalat belum mampu memenuhi keinginan masyarakat untuk membuka kantor cabang hingga ke pelosok tanah air, karena kendala permodalan. Maka itu, manajemen berinovasi dengan meluncurkan kartu Shar-e yang merupakan produk tabungan dan investasi syariah berbasis teknologi yang dikombinasi dengan ATM dan kartu debit
59
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0803/04/eko11.html
Pada dasarnya Shar-e juga memiliki keterkaitan dengan visi dan misi BMI yang ingin dominan di pasar spritual dan dikagumi di pasar rasional sedangkan misinya menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan kepada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan oriantasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi pemegang saham Shar-e.menunjukkan semangat kewirausahaan dari segi penjualannya, misalnya dengan adanya program penjualan shar-e crew, shar-e rabat, shar-e debitur dan sebagainya. Untuk menjadi Bank syariah utama, maka bank muamalat indonesia harus mamapu menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan layanan syariah, karena terbatasnya jumlah kantor cabang BMI, maka dibutuhkan produk yang inovatif yang mampu menjawab masalah tersebut. Sehingga, diluncurkan Shar-e sebagai terobosam mengatasi keterbatasan modal, jika bank ini harus membuka kantor cabang di setiap daerah. Shar-e merupakan produk penghimpunaan dana yang inovatif dan belum pernah ada, dimana produk kartu bertabungan tersebut akan memudahkan nasabah membuka tabungan secara instan. Operasional kartu shar-e juga inovatif dimana BMI melakukan afiliasi dengan pihak lain, misalnya PT.POS, jaringan ATM bersama, jaringan ATM BCA/Prima dan jaringan MEPS (Malaysian Electronic Payment System). Secara resmi produk shar-e diluncurkan pada tanggal 10 maret 2004, tapi produk ini benar-benar mulai serius dipasarkan terhitung pada desember 2004, Shar-e dilumcurkan untuk mengawal fatwa MUI mengenai haramnya bunga Bank. Dengan
adanya Shar-e, maka tercabutlah kedaruratan bank konvensional dan terbukalah pintu hijrah muamalah bagi masyarakat yang ingin berinvestasi secara syariah di seluruh pelosok tanah air. Sehingga, aset umat bisa disalurkan kembali untuk produktifitas umat. 2. Pengertian Shar-E Bank Muamalat Indonesia, tbk sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia telah mengambil peranan yang sangat penting dalam perkembangan perbankan islam Indonesia. BMI terbukti berhasil dalam mengatasi badai krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997an Hal tersebut dikarenakan BMI dalam menjalankan usahanya selalu berpedoman pada sector riil disamping produk-produk yang sesuai dengan prinsip syariah Islam, diantara produk yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat adalah Produk Shar-e merupakan produk investasi syariah yang diperuntukan bank bagi nasabah yang ingin menyimpan uangnya di bank dengan kemudahan cara transaksinya. Shar-e berasal dari kata sharia yang berarti syariah atau aturan-aturan dari Alllah (sedangkan (ain) dalam logo adalah kata dalam bahasa arab yang berarti mata atau lensa yang menerima cahaya dan memantulkannya ke seluruh penjuru60. Huruf”e” dalam kata Shar-e adalah kependekan kata elektronik yang berarti Sha-e didukung dengan teknologi yang tinggi yang memberikan kemudahan layanan
60
Dikutip dari Skripsi Ihdina Darsya, Analisis SWOT terhadap produk Shar-e. h.44
bertransaksi elektronis61. Shar-e merupakan tabungan instant syariah yang dapat dibeli di BMI dan juga kantor pos online di seluruh Indonesia. Brand Shar-e dibangun dengan maksud untuk menerima syariah seutuhnya dan memanfaatkannya keseluruh dunia. Melalui kemudahannya, masyarakat diajak untuk turut serta berinvestasi secara syariah dan dananya akan disalurkan untuk membangun dan memaksimalkan produksi secara halal Shar-e juga berarti easy, every where, and extradionary. Easy mudah memilikinya, mudah penyetorannya, mudah pengelolaan dananya. Dengan membeli paket perdana Shar-e, kita langsung menjadi nasabah Bank Muamalat. Every where, cukup membeli paket shar-e di bank muamalat dan kantor pos online. Extraordinary, setiap bulan nasabah memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan ke rekening. Shar-e dapat diperoleh di BMI maupun di seluruh SOPP kantor pos online di seluruh Indonesia. Hanya dengan mendatangi BMI atau kantor pos online dan membayar sebesar 125.000 lalu mengisi formulir pembelian Shar-e maka nasabah akan mendapatkan starterpack dengan isi rekening awal 100.000 starterpack terdiri dari kartu Shar-e, buku petunjuk, personal identification number (PIN) ds Telephone identification Number (TIN) 16 digit nomor di kartu Shar-e merupakan nomor rekening pada BMI. Shar-e menawarkan berbagai fasilitas diantaranya: menarik uang tunai di lebih dari 8.888 Anjungan Mandiri Tunai (ATM) yang terdiri dari ATM Bank Muamalat, 61
www.shar-e.com
ATM BCA, ATM Bank Permata dan ATM bersama, Fasilitas lainnya, kartu Shar-e dapat dipergunakan sebagai kartu debit di merchant-merchat yang memiliki logo debit BCA. Bank Muamalat juga menyediakan layanan phone banking 08-07-1Mumalat untuk keperluan informasi saldo, mutasi dan layanan pengaduan 5. Landasan Hukum Kartu Shar-e Pada dasarnya karrtu Shar-e adalah sebuah jasa pelayanan yang diberikan oleh Bank Muamalat untuk memudahkan proses transaksi nasabah secara Islami dalam bentuk produk tabungan melalui teknologi kartu plastic. Dengan demikian landasan hakum kartu shar-e mengacu pada fatwa Dewan Syariah nasional No 02/DSNMUI/IV/2000 tentang tabungan dan peraturan Bank Indonesia No 10 tahun 1998 6. Karakteristik Produk shar-e 1. Paket Perdana Paket perdana Shar-e adalah satu kemasan paket dengan ukuran kotak 14 cm x 11 cm x 2 cm yang terdiri dari: f. sebuah dompet g. Sebuah kartu ATM h. Sebuah kartu TIN (Telephone Identification Number) i.
Sebuah kartu PIN (Personal Identification Number)
j.
Buku Panduan
2. Fitur Shar-e Saldo awal rekening yang merupakan saldo thresahold adalah sebesar Rp.100.000 yang akan efektif setelah dilakukan pembelian di kantor BMI atau
kantor SOPP Pos atau agen penjuual lainnya. Shar-e bisa dibeli dengan harga 125.000 per paket, dimana Rp 100.000 merupakan saldo dan Rp 25.000 merupakan harga dari paketnya atau semacam harga kartu paket perdana SIM card telepon selular. 3. PIN dan TIN Pemegang kartu akan menerima nomor PIN dan TIN yang merupakan akses untuk melakukan seluruh transaksi keuangan melalui Phone Banking, call center, jaringan ATM dan jaringan debit BCA. Untuk meningkatkan keamanan transaksi keuangan, maka setelah melakukan pembelian, pemegang kartu diharuskan untuk segera melakukan perubahan PIN. Nomor TIN yang dicetak dan dimasukkan dalam paket perdana berisi nomor kunci yang harus disimpan selama menjadi pemegang kartu dan dapat digunakan untuk menghubungi Phone Banking di call center pada saat kehilangan atau lupa nomor PIN. Atas penyerahan nomor TIN dan Nomor PIN kepada pemegang kartu, BMI dibebaskan dari segala tuntutan penyalahgunaan kartu, nomor PIN dan nomor TIN, seluruh transaksi melalui rekening Shar-e yang dilakukan dengan menggunakan PIN dianggap merupakan transaksi yang sah dan pemegang kartu bertanggung jawab atas seluruh transaksi tersebut.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian terhadap penjualan Shar-e yang dilakukan oleh PT Pos dan Da’I Muamalat maka kesimpulannya sebagai berikut: 1. Beberapa hal yang dilakukan Da’I Muamalat dalam meningkatkan penjualan Shar-e adalah: •
Ceramah, Da’i menjadikan strategi ceramah sebagai salah satu tehnik pemasarannya, ceramah dilakukan dari masjid ke masjid bekerjasama dengan pengurus masjid terkait, kegiatan ceramah ini dibuat secara formal dengan mengadakan sesi khusus dan mengundang para jamaah untuk dapat menghadirinya, materi ceramah masih bersifat umum, yakni pentingnya berekonomi secara syariah, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar syariah dalam segenap aspek kehidupan
•
Presentasi, Da’i menjadikan strategi presentasi sebagai tehnik komunikasi pemasaran berikutnya, kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi beragam institusi keislaman seperti: pesantren, pusat pendidikan, organisasi dan kelompok orang yang ingin mendapatkan pengetahuan lebih khusus tentang produk Shar-e, oleh karena itu materi presentasi telah bersifat khusus, dimana dijelaskan lebih detail tentang keuntungan mengunakan produk syariah dalam
hal ini kartu Shar-e pada khususnya dan produk perbankan syariah pada umumnya. •
Koordinasi, Da’i Muamalat harus mengikuti koordinasi setiap pekannya, koordinasi dilakukan di Empowering House (EH) yang bertanggung jawab pada sebuah area tertentu, kegiatan ini penting dilakukan guna mengavaluasi setiap permasalahan yang dihadapi DM di lapangan
•
Closing, karena DM diberikan target untuk melakukan proses finalisasi terhadap prospektus, dengan target penjualan adalah 100 kartu Shar-e setiap bulan oleh setiap DM di wilayah unserved area, ini merupakan evaluai tentang tingkat penjuakan kartu Shar-e oleh DM apakah memenuhi target atau tidak
2. PT Pos di dalam meningkatkan penjualan Shar-e hanya melakukan promosi melalui iklan-iklan seperti brosur, spanduk, Pos hanya menunggu datangnya nasabah yang membuka Shar-e atau melakukan transaksi lainnya, Pos akan memberikan informasi yang lengkap apabila ada masyarakat yang akan membeli kartu Shar-e 3. Hasil Penjualan Shar-e tiga tahun terakhir selalu meningkat sampai tahun 2007 penjualan Shar-e mencapai 1.293.493, ini berarti nasabah Shar-e sudah lebih dari satu juta nasabah. 4. Program Da’I Muamalat hanya bisa mempunyai konstribusi yang kecil dalam memasarkan produk shar-e, ini terbukti dari tingkat penjualan Shar-e yang dilakukan oleh DM, pada tiga tahun terakhir DM baru bisa menjual Shar-e
sebanyak 48.552, dari seluruh penjualan Shar-e seluruh Indonesia maka penjualan yang dilakukan oleh DM hanya 4% saja, sedangkan PT Pos dapat menjual sebayak 177.313, yaitu sebanyak 12% walaupun masih belum tinggi angkanya namun ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak membeli melalui PT Pos daripada pada Da’I Muamalat.
B. Saran Dari hasil penelitan yang dilakukan, maka peneliti menyarankan agar Bank Muamalat melakukan metode yang lebih efektif lagi dalam meningkatkan penjualan Shar-e, Program Da’I Muamalat masih bisa untuk dilaksanakan namun peneliti menyarankan agar betul-betul dipilih dan diseleksi orang-orang yang benar-benar mahir bukan saja dalam hal fiqh Muamalat namun juga ekonomi secara umum, dan diharapkan mereka yang direkrut sebagai Da’i orang-orang yang sudah mempunyai masa atau jamaah sehingga akan lebih mudah dalam menggandeng nasabah, dan juga perlu adanya komunikasi yang kontinyu antara nasabah dan Da’i.
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Karim Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,Cet Ke-4, 2006 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, Cet.1, 2001. Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2002 Assauri, Sofyan, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet Ke-7, 2004 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Kantor Bank Syariah, 1999 Bank Muamalat Indonesia, Laporan Keuangan PT BMI,Tbk, 2006 _____________________, Annual Report PT Bank Muamalat, Tbk, 2007 Basu, Swastha, Manajemen Penjualan, Ed.3, Yogyakarta: BPFE, 2001. Chapra, Umar, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, Cet Ke-1, 2000 Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalat, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet Ke-1, 2000 Hasibuan, Malayu S.P, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Ed.2, 2004. Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Mulia, Ed.1, 2001.
_______, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet ke-1, 2002. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Prenhallindo, Ed.11, 2003. Lupiyadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik, Jakarta: PT Salemba Empat Patria, Ed.1, 2001. Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet Ke-17, 2002 Marthon, Said Sa’ad, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004 Roesli, Abu Bakar. Ilmu Pemasaran , Jakarta: Sumber Bahagia Offset, 1998 Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002 Swastha, Basu DH dan sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, adisi tiga, Yogyakarta: Liberty, 1999 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, Cet Ke-2, 2004 Sumarni, Murti, Marketing Perbankan edisi revisi, Yoyakarta: Liberty, 1997 Supriyatno, Eko, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet Ke-1, 2005 Syakir Sula, Muhammad, Kartajaya, Hermawan, Syariah Marketing, Bandung: Penerbit Mizan, 2006. Syahdeini, Sutan Remi, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, Cet.1, 1999.
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Telp.(62-21)74711537 Fax (62-21) 7491821 Jln. Ir. H.Juanda No.95 Ciputat-Jakarta
[email protected]
www.uinjjkt.ac.id.email
PEDOMAN WAWANCARA Nama
:Winda Fevlona
Judul Skripsi :Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved Area (Studi Komparasi Penjualan
Oleh Da’i dan PT Pos Indonesia)
Narasumber
:David, SE (Staff BIG BMI)
Wawancara
:Pada Tangggal 10 Juni 2008 di Gedung Arthaloka Lt.4
1. Apa saja yang dilakukan Bank Muamalat di dalam menigkatkan penjualan Shar-e? Dalam meningkatkan penjualan Shar-e BMI melakukan berbagai cara seperti menggandeng PT Pos sebagai perantara dalam menyalurkan Shar-e kapada masyarakat Indonesia, ini merupakan langkah strategis agar dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia,walaupun daerahnya belum terdapat cabang Bank Syariah dan juga bekerjasama dengan BMM dengan adanya program Da’i Muamalat
2. Berapa jumlah outlet tempat penjualan Shar-e saat ini? Sampai saat ini tempat-tempat yang menyediakan Shar-e telah mencapai 2.985 outlet yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 51 Kantor Cabang, 8 Kantor Cabang Pembantu, 21 Unit Layanan Syariah, 93 Kantor Kas, 43 Gerai Muamalat, 2.768 SOPP Pos
3. Kapan kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT Pos? Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT Pos Indonesia sudah dimulai sejak lama namun kerjasama mengenai penjualan dan penyetoran dana tabungan melalui produk Shar-e baru dimulai pada 9 maret 2004 dengan penandatanganan kerjasama antara BMI dengan PT Pos Indonesia Nomor 009/BMI/PKS/III/2004 dan Nomor PKS/18/DIRKUG/0304 tentang pemanfaatan layanan Pos untuk penjualan paket kartu perdana Shar-e dan pengriman dana bagi pemegang kartu Shar-e.
4. Berapakah total transaksi layanan Bank Muamalat di Kantor Pos sampai tahun 2007? Total transaksi layanan Bank Muamalat di kantor Pos pada tahun 2007 adalah 1.972.164 transaksi,ini terdiri dari 137.775 transaksi kolektif,74.888 transaksi pembelian Shar-e, 1.768.397 transaksi setoran
5. Apakah Bank Muamalat melakukan pemantauan terhadap penjualan yang dilakukan oleh Pos?dan apakah karyawan Pos mengerti tentang Shar-e? Tentunya,BMI melakukan pemantauan terhadap penjualan Shar-e di kantor Pos, karyawan Pos atau SDM Pos yang melakukan tugas di gerai Muamalat dia harus mengerti Shar-e karena dia akan ditanya oleh calon-calon nasabah Shar-e, karyawan Pos sebelumnya mengikuti training yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Telp.(62-21)74711537 Fax (62-21) 7491821 Jln. Ir. H.Juanda No.95 Ciputat-Jakarta
[email protected]
www.uinjjkt.ac.id.email
PEDOMAN WAWANCARA Nama
:Winda Fevlona
Judul Skripsi :Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved Area (Studi Komparasi Penjualan
Oleh Da’i dan PT Pos Indonesia)
Narasumber
:Nurjamal (Staff BMM)
Wawancara
:Pada Tangggal 28 Mai 2008 di Kantor BMM, Slipi
1. Apakah yang dimaksud dengan Da’i Muamalat (DM)? Da’i Muamalat adalah seseorang yang memahami syariah Islam di bidang ekonomi yang mampu memberikan pemahaman mengubah perilaku masyarakat dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah Islam di bidang ekonomi, menjadi
tahu, paham, sadar dan peduli untuk melaksanakan dalam seluruh
perekonomiannya.
2. Kapan Pertama kali program Da’i ini ada? Da’i Muamalat pertama kali diluncurkan pada bulan Juni 2005 dengan merekrut 81 orang tenaga da’i setelah melalui proses seleksi administrasi dan kemudian diwajibkan mengikuti pelatihan intensif selama satu minggu.
3. Apa tujuan Bank Muamalat menggandeng BMM di dalam memasarkan produk Shar-e? Program Da’i yang dilakukan oleh BMM bertujuan untuk mensosialisasikan Perbankan Syariah kepada masyarakat Indonesia terutama daerah unserved area, Da’i bertugas sebagai informator dan educator tentang perbankan syariah.
4. Apa saja yang dilakukan DM di dalam memasarkan produk Shar-e? Melakukan ceramah, presentasi serta koordinasi guna untuk evaluasi serta closing yaitu melihat sejauh mana pencapaian target penjualan Shar-e.
5. Apakah para da’i diberikan terget dalam menjualan produk Shar-e? Berapa target Perbulan? Tentunya, para da’i diberikan target per bulan yaitu menjual 25 kartu, dalam penjualan Shar-e dalam satu kartu Da’i mendapat fee sebesar Rp.7000,- apabila melebihi target maka BMI akan memberikan intensif atau bonus.