1
DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN KELAPA TERPADU TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DI KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Nendi Fatkhur Rahman NIM 7450406529
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
i
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari
:
Tanggal :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Etty Soesilowati, M.Si NIP. 196304181989012001
Amin Pujiati, SE, M.Si NIP. 196908212006042001
Mengetahui, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Dr. Hj. Suci Hatiningsih, DWP, M.Si NIP. 196812091997022001
ii
1
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal :
Penguji
Shanty Oktavilia, SE, M.Si NIP. 197808152008012016
Anggota I
Anggota II
Dr. Etty Soesilowati, M.Si NIP. 196304181989012001
Amin Pujiati, SE, M.Si NIP. 196908212006042001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001
iii
1
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Juli 2011
Nendi Fatkhur Rahman NIM 7450406529
iv
1
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto ”Cukuplah bagi kami Allah, menjadi Tuhan kami dan Dialah sebaik-baik wakil (yang membereskan semua urusan)” (Ali’Imran: 173) ”Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong” (Al-Anfal: 40) ”Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar” (Khalifah Umar R.A) “ Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening”
Persembahan 1. Bapak
dan
memberikan
Ibu
tercinta
do’a,
yang
selalu
semangat
dan
dukungannya 2. Adik-adikku Azis dan Anis tersayang 3. Teman-teman seperjuangan IESP 2006 4. Seorang yang selalu ada dengan do’a dan semangatnya.
v
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan anugerah, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian. 3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian. 4. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Amin Pujiati, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dosen dan karyawan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang yang telah mendukung dan memperlancar dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Subur selaku Ketua Gapoktan Mekar Jaya yang telah memberikan ijin dan memperlancar penelitian ini. 8. Seluruh Jajaran Pegawai Dinas Pertania Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
vi
1
Tegal. 9. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2006 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materiil maupun spiritual kepada penulis. Karena hanya Allah yang mampu membalas kebaikan dari semuanya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, jika masih ada kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan skripsi ini dapat penulis terima.
Semarang,
juli 2011
Penulis
vii
1
ABSTRAK Fatkhur Rahman, Nendi. 2011. “Dampak Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor Faktor Produksi di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal”. Skipsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I . Dr Etty Soesilowati, M.Si. II. Amin Pujiati, SE, M.Si. Kata kunci
: Pengolahan Kelapa terpadu, produktivitas dan efisiensi
Tanaman kelapa di Kabupaten Tegal, khususnya di Kecamatan Jatinegara merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan dari tanaman perkebunan yang lain, yang bisa sebagai penghasilan masyarakat dan untuk memenuhi konsumsi kelapa di Kabupaten Tegal. tetapi sungguh memprihatinkan terjadi penurunan produksi pada tahun 2008, karena itu untuk memajukan usahatani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten tegal, Pemerintah Kabupaten Tegal mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor faktor produksi kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang dilihat dari produktivitas dan efisiensi penggunaaan faktor-faktor produksicbagi petani kelapa. Populasi peserta program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu sebanyak 149 orang dan jumlah sampelnya 90 responden. Teknik sampel yang digunakan yaitu teknik purposive clusster area sampling. Metode pengumpulan datanya meliputi kuesioner (angket), wawancara, dan dokumentasi, metode analisis datannya adalah deskripsi presentasi, dan uji efisiensi. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu memberikan efek positif terhadap produktivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi petani kelapa. terbukti dengan hasil perhitungan uji t dengan uji sampel berpasangan diperoleh probabilitas signifikansi 0,00 < 0,05 dan uji efisiensi menunjukan dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu lebih efisien dibandingkan degan efisiensi penggunanaa faktor faktor produksi sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, terbukti dengan hasil efisiensi ekonomi sesudah adanya program 1,37592 sedangkan efisiensi ekonomi sebelum program sebesar 3,61016. Nilai efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga keduanya perlu penambahan penggunaan faktor produksi, tetapi nilai efisiensi ekonomi sesudah adanya program hampir mendekati satu, sehingga dapat dikatakan mendekati efisien.
vii i
1
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii PERNYATAAN ......................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi ABSTRAK................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Faktor-Faktor Produksi Usahatani .................................................. 2.2. Teori Produktivitas ......................................................................... 2.3. Hasil Produksi Usahatani ................................................................ 2.4. Fungsi Produksi .............................................................................. 2.5. Efisiensi ......................................................................................... 2.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas ....................................................... 2.7. Fungsi Produksi Cobb Douglas Dengan Pendekatan Produksi Frontier Stocahastic ........................................................................ 2.8. Teori Pertumbuhan ......................................................................... 2.9. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 2.10. Kerangka Berfikir ........................................................................... 2.11. Hipotesis .......................................................................................
ix
8 9 10 11 13 17 20 22 24 26 31 32
1
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 3.2 Populasi ............................................................................................ 3.3 Sampel Penelitian ............................................................................. 3.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................
33 33 33 34 35
3.5.1 Metode Kuesioner ..................................................................... 3.5.2 Metode Wawancara ................................................................. 3.5.2 Metode Dokumentasi ................................................................ 3.6 Metode Analisis Data ....................................................................... 3.6.1 Analisis Deskriptif ....................................................................
35 35 36 36 36
3.6.2 Uji t .......................................................................................... 36 3.6.3 Uji Efisiensi .............................................................................. 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ................................................................................ 41 4.1.1 Profil Petani Kelapa Yang Mengikuti Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ................................. 41 4.1.2
Proses
Dan
Mekanisme
Pelaksanaan
Program
Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu ................... 44 4.1.3 Dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu terhadap produktivitas dan efisiensi pengunaan faktor-faktor produksi kelapa ................................ 48 4.2.Pembahasan ...................................................................................... 61 BAB V PENUTUP 5.1.Simpulan .......................................................................................... 71 5.2.Saran ................................................................................................ 73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 77
x
1
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Luas Panen Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Kelapa Di Kabupaten Tegal Tahun 2004-2009 ............................................ 3 Tabel 1.2 Produksi Tanaman Perkebunana Menurut Jenis Tanaman Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun 2009 ....................... 4 Tabel 1.3 Produksi Kelapa Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ............ 5 Tabel 1.4 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu Kabupaten Tegal ................................. 6 Tabel..3.1 Distribusi Sampel Peserta Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu............................................................. 34 Tabel 4.1 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan ..Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara ..................... 41 Tabel 4.2 Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................................... 42 Tabel 4.3 Jumlah petani kelapa yang menjadi responden dirinci menurut ..usianya ............................................................................................. 43 Tabel 4.4 Pengalaman bertani responden ......................................................... 43 Tabel 4.5 Tempat Penjualan Petani kelapa ...................................................... 47 Tabel 4.6 Produktivitas Usaha Tani Kelapa sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu ................. 48 Tabel 4.7 Uji t ................................................................................................ 51 Tabel 4.8 Realisasi jumlah penerimaan dan pengeluaran petani kelapa sebelum adanya program ................................................................ 54 Tabel 4.9 Realisasi jumlah penerimaan dan pengeluaran petani kelapa sesudah adanya program ................................................................. 54
xi
1
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Fungsi Produksi Total Rata-Rata Dan Marginal .............................. 15 Gambar 2.2 Pengukuran efisiensi ....................................................................... 19 Gambar 2.3 Gambar Isoquan.............................................................................. 23 Gambar 2.4 Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi .................................... 24 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 31 Gambar 4.1 Bagan Mekanisme .......................................................................... 46
xii
1
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Perhitungan Pendapatan Dan Biaya Usaha Tani Kelapa Sebelum Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu....................................................................................... 77 Perhitungan Pendapatan Dan Biaya Usaha Tani Kelapa Sesudah Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu ...................................................................................... 78 Data Output Dan Input Usahatani Kelapa Sebelum Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa ...................................... 79 Data Output Dan Input Usahatani Kelapa Sesudah Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa ...................................... 81 Hasil uji t .................................................................................... 83 Hasil olah data Frontier sebelum program .................................. 84 Hasil olah data Frontier sesudah program .................................... 98 Kuisioner Untuk Petani ............................................................... 92 Foto Penelitian ........................................................................... 94
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris, dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena manyoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Negara Indonesia terletak di daerah tropis, sehingga mengakibatkan tanaman pertanian tumbuh dengan subur karena sinar matahari yang cukup. Namun produktivitas pertanian di indonesia masih belum sesuai seperti yang diharapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah masih rendahnya pengetahuan sumber daya manusia untuk mengelola lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani Indonesia masih mengunakan sistem manual dalam pengolahan lahan dan hasil pertanian. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan pertanian Indonesia. Dalam upanya mengembangkan pertanian Indonesia agar kualitas dan kuantitas produk pertanian dapat ditingkatkan maka perlu perencanaan pemerintah dalam kebijakan diversifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi. Selama tahun 2004-2009 subsektor pertanian, perkebunan, pertenakan, pangan dan perikanan masing-masing tumbuh rata-rata 3,47 persen per tahun, 3,08 persen per tahun, 3,16 persen per tahun, 3,53, dan 5,67 persen per tahun sementara subsektor kehutanan hanya mencapai 1,46 persen per tahun (BPS, 2009 dalam
1
21
Revitalisasi Pertanian, 2010) Namun demikian nilai tambah komoditas ini masih rendah karena pada umumnya ekspor dilakukan dalam bentuk segar (produk primer) dan olahan sederhana. Perkembangan industri hasil pertanian dan perikanan belum optimal, yang ditunjukan oleh rendahnya tingkat utilisasi industri hasil pertanian dan perikanan. Peningkatan produksi pertanian melalui proses pengolahan memerlukan investasi dan teknologi pengolahan yang lebih modern. Pengembangan sektor pertanian merupakan sektor yang di utamakan karena terkait dengan kesejahteraan petani. Pertanian merupakan penggerak utama pembangunan daerah, seiring dengan pengembangan kualiatas sumberdaya manusia yang ditopang dengan bidang-bidang lain secara terpadu. Sektor pertanian, industri dan pariwisata menjadi andalan bagi pembangunan daerah, dan kondisi saat ini dijadikan prioritas pembangunan daerah. Dalam rangka memulihkan kembali sektor pertanian di setiap daerah bayak mengembangkan program program di sektor pertanian baik tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, pertenakan, kehutanan maupun perikanan untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budidaya setelah padi. Pada tahun 2008 Indonesia dikenal memiliki luas perkebunan kelapa terbesar di dunia yakni 3.798 ribu Ha, sebagian besar merupakan perkebunan rakyat seluas 3,729 ribu ha (98,18%) sisanya milik Negara seluas 5,5 ribu ha (0,14%) dan perkebunan milik swasta seluas 64 ribu ha (1,68%), dengan total produksi sebesar 2.247 ribu ton setara kopra (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009).
31
Namun masih bayak potensi kelapa yang belum dimanfaatkan karena berbagai kendala terutama teknologi, permodalan dan daya serap pasar yang belum merata. Selain sebagai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga sebagai pendapatan bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyediaan lapangan kerja, pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru,serta sebagai pendorong tumbuh berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa dan produk ikutannya di Indonesia. Keadaan tanaman kelapa di Kabupaten Tegal pada tahun 2004-2009 cukup memprihatinkan, hal tersebut tercemin dari penurunan produksi pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Kelapa di Kabupaten Tegal Tahun 2004-2009 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Muda 1.165,73 1.353,89 1.165,73 1.936,48 1.353,89 1.715,24
Luas Areal (Ha) Produksi (ton Berhasil kopra) Tua/Rusak Panen 2.289,94 188,67 2.349,22 245.923,00 109,94 2.059,58 245,923,00 190,94 2.059,58 2.737,21 202,72 1.388.843,00 2.633,65 206,47 2.809,53 2.534,42 175,87 2,600,98
Rata-rata Produksi 1.025,89 837,49 837,49 461.337,00 1.066,78 1.732.40
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Tegal Dalam tabel di atas menunjukan bahwa produksi tanaman kelapa berfluktuasi yaitu bahwa pada tahun 2004 sampai 2006 mengalami penurunan, yaitu dari 2.349,22 ton menjadi 2.059,58 ton dan sempat mengalami kenaikan yang tinggi pada tahun 2007 yaitu naik menjadi 1.388.843 ton dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2008 dan 2009 yaitu masing 2.809,53 dan 2.600,98 ton.
41
Penurunan produksi berdampak pada tidak tercukupinya kebutuhan kelapa konsumsi, dan pendapatan petani berkurang. Penurunan produksi kelapa di kabupaten tegal disebabkan berbagai faktor diantaranya yaitu tanaman tua atau rusak, serangan OPT, penebangan pohon kelapa untuk bahan baku bangunan, pemeliharaan tanaman yang kurang intensif, dan alih fungsi lahan menjadi perumahan atau beralih ketanaman lain. Tanaman kelapa ini sudah cukup lama dikenal masyarakat kabupaten tegal, namun belum dibudidayakan secara intensif, masih terbatas sebagai tanaman sampingan di kebun maupun pekarangan, sehingga secara ekonomis belum diketahui potensi sebenarnya, meskipun sebenarnya potensi pengembangan tanaman kelapa di kabupaten Tegal cukup menjanjikan. Tanaman kelapa di Kabupaten Tegal, khususnya di Jatinegara merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan dari tanaman perkebunan yang lain. yang bisa sebagai penghasilan masyarakat sekitar dan untuk memenuhi konsumsi kelapa di Kabupaten Tegal. Tabel 1.2 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Dikecamatan Jatinegara Tahun 2009 Jenis Tanaman Kelapa Kapok Cengkeh Kopi Lada The Cabe Jamu
Produksi(Ton) 363.20 3.19 36.48 1.66 2.44 1.27 12.17
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal
5 1
Tetapi sungguh memprihatinkan dalam tahun 2008 mengalami penurunan produksi yang sebelumnya pada tahun 2007 sempat naik berikut disajikan tabel produksi dan rata-rata produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal Tabel 1.3 Produksi Produksi Kelapa Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun
Produksi (Ton kopra)
2005 2006 2007 2008 2009
141,85 141,85 253,93 249,15 363,20
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal
Dalam tabel diatas menunjukan produksi tanaman kelapa di Kecamatan Jatinegara dari tahun 2005-2009 berfluktuasi yang sempat naik pada tahun 2007 dari 141,85 ditahun 2006 menjadi 253,93 ditahun 2007, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan kembali yaitu 249,15 Dalam ragka pembangunan pertanian khususnya bidang perkebunan untuk menunjang Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN)
melaui Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Tegal pada akhir tahun 2008 mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan meningkatkan efisiensi produksi kelapa dengan memberdayakan kelompok usaha tani di daerah KIMBUN . Dimana terdapat beberapa kelompok usaha tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Tegal. Tabel dibawah adalah kelompok usaha tani pelaksana program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kabupaten Tegal.
61
Tabel 1.4 Data Kelompok Tani pelaksana Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu Kabupaten Tegal
No
Kecamatan
Desa
1
Surodadi
Sidoharjo Gembongdadi
2
Kramat
Kramat
3 4
Dukuhturi Jatinegara
Maribaya Kupu Sitail Sumbarang Cerih Jumlah
Nama Kelompok Tani Bina Tani Aji luhur Subur Makmur Ngudi Hasil Sumber Urip Sari Mukti Tirtoyoso Makmur Tani
Nama Ketua
Jumlah Anggota
Abu Seri Tahrudin
60 210
Luas Lahan (Ha) 24 15
Abdul Jalil
33
26
Khariri Ali Sudibyo Socheh Muhidin Saeroji
12 141 64 53 32 605
15 10 20 20 20 150
Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal
Program ini dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan (baik lahan sawah maupun tegalan), peningkatan mutu intensifikasi usaha tani dan penyediaan sarana dan prasarana pertanian serta diversifikasi minyak nabati di Kabupaten Tegal khususnya dibidang perkebunan yaitu terbentuknya Kimbun yang berbasis tanaman kelapa yang diharapkan akan menambah produktivitas dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi bagi petani kelapa. Oleh karena itu timbul masalah bagaimana keberlangsungan Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu di Kecamatan Jatinegara, apakah benar-benar dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi bagi petani kelapa. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengajukan penelitian yang berjudul “Dampak Program Pengembangan Dan Pengolahan
71
Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Petani Kelapa Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal”
1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah tersebut yang akan dikaji lebih dalam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. 2. Bagaimana proses dan mekanisme pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal 3. Bagaiman dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu terhadap produkitivitas dan efisiensi penggunaan fakto-faktor produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten tegal 2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan mekanisme program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
81
3. Untuk mengetahui dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu terhadap produkitivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian dalam skipsi ini adalah: 1. Bagi
peneliti,penelitian
ini
dapat
bermanfaat
memperdalam
wawasan
pengetahuan penulis tentang proses pengembangan dan pengelolaan kelapa 2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas 3. Bagi lembaga Pendidikan, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaraan perpustakaan dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain 4. Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui hasil dari program pengembangan dan pengolahan kelapa, sehingga dapat mengevaluasi dari kegiatan tersebut.
91
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Faktor-faktor Produksi Dalam Usaha Tani Usaha tani dapat didefinisikan sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani atau keluarga tani atau Badan tertentu lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani adalah setiap pengorganisasian yang dari sumber-sumber alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan dibidang pertanian. AT Mosher dalam Yulianik (2006) Apabila ditinjau dari sudut pandang pembangunan pertanian, hal yang terpenting dari usaha tani adalah bahwa usaha tani harus senantiasa berubah dari waktu ke waktu baik dari segi ukuran maupun susunannya, pelaksanaan usaha tani hendaknya berkembang lebih efisien. Usaha tani sudah tidak lagi dilaksanakan secara primitif, namun harus lebih modern dan produktif demi tercipta peningkatkan sektor pertanian. Faktor produksi sendiri diartikan sebagai semua pengorbanan yang diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 2003). Macam faktor produksi atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan hubungan antara faktor
9
101
produksi ( Input ) dan hasil produksi (output ). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan ” factor relationship ” (FR). Dalam rumus matematis FR dirumuskan dengan rumus : Y = f ( X1. X2 ,. Xi,...Xn ) Dimana: Y = Produk/variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi X Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain ( Soekartawi 2003).
2.2 Teori Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang dan jasa) masukan yang sebenarnya. L. Greenberg dalam Dyas Achtin (2010) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu. Peningkatan produktivitas berkaitan dengan produksi. Produktivitas merupakan rasio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo dalam Haris Ahmad (2010), produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
11 1
Secara konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (j. Ravianto dalam Haris Ahmad, 2010) : a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya. b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas. c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh. d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi. e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.
2.3 Hasil Produksi Usaha Tani Telah kita ketahui bahwa manusia pada umumnya hidup dengan berusaha untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan alat untuk memenuhi kebutuhannya adalah
121
barang dan jasa yang setiap saat akan berubah jenis dan jumlahnya. Sehingga dalam memenuhi kebutuhannya diperlukan pengorbanan dan usaha untuk menghasilkan barang dan jasa, usaha inilah yang disebut produksi. Hasil yaitu keluaran atau (output) yang diperoleh dari pengelolaan input (sarana produksi/biasa disebut masukan) dari suatu usaha tani ( Daniel, 2002 dalam Dyas Achtin 2010 ) Produksi kelapa merupakan salah satu kegiatan produksi dalam bidang agraris. Berdasarkan pengertiannya bahwa kegiatan produksi agraris yaitu kegiatan produksi yang mengelola atau mengerjakan alat-alat untuk mendapatkan hasil, misalnya pertanian, pertenakan, perkebunan, perikanan darat dan lain-lain (Moeliono,1986:62 dalam Dyas Achtin 2010) Pada ahir panen petani selalu menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya, semua kemudian dinilaikan dengan uang, hasil itu tidah semua diperoleh oleh petani. Hasil dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha taninya seperti pupuk, pestisida, pengolahan tanah, dan perawatan. Setelah biaya tersebut dikurangkan terhadap hasil yang didapatnya barulah bisa dihitung berapa keuntungan yang diperoleh petani. Menurut Soekartawati (2002) ilmu usaha tani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).
13 1
Ditinjau dari segi pembangunan hal terpenting mengenai usaha tani adalah kondisi senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam susunannya, untuk memanfaatkan periode usaha tani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien.
2.4 Fungsi Produksi Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi dalam Avi Budi (2009) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dari pengertian ini dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Menurut Sukirno (2000) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan hasil produksi sering dinamakan output. Hubungan antara masukan dan keluaran diformulasikan dengan fungsi produksi berikut (Nicholson, 1995) Q = f (K,L,M.......) Dimana Q mewakili keluaran selama periode tertentu, K mewakili penggunaan mesin (yaitu modal) selama periode tertentu, L mewakili jam masukan tenaga kerja, M mewakili bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi ini menunjukkan kemungkinan variabel-variabel lain mempengaruhi proses produksi. Sedangkan menurut Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan
14 1
biasanya berupa input. Secara matematis hubungan itu dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3, Xi, ........Xn) Dalam jangka pendek perusahaan memiliki input tetap. Manajer harus menentukan berapa banyaknya input variabel yang perlu dipergunakan untuk memproduksi output. Untuk membuat keputusan, pengusaha akan memperhitungkan seberapa besar dampak penambahan input variabel terhadap produksi total. Misalnya input variabelnya adalah tenaga kerja dan input tetapnya adalah modal. Pengaruh "penambahan tenaga kerja terhadap produksi secara total dapat dilihat dari produksi rata-rata (average product, AP) dan produksi marginal (marginal product, MP)". Produksi marginal yaitu tambahan produksi total karena tambahan input (tenaga kerja) sebanyak 1 satuan. MP = dQ/dL Produksi rata-rata (AP) yaitu rasio antara total produksi dengan total input (variabel) yang dipergunakan (dalam hal ini produksi per tenaga kerja). APL = Q/L dimana: APL = produktivitas tenaga kerja persatuan orang. Total produksi (Q) yaitu jumlah seluruh produk yang dihasilkan dan L yaitu jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
15 1
Gambar 2.1 Fungsi Produksi Total, Rata-rata, dan Marginal Sumber : Miller dan Meiners, 2000 Dalam proses produksi terdapat tiga tipe produksi atas input atau faktor produksi (Soekartawi, 1990) yaitu: a. Increasing return to scale, yaitu apabila tiap unit tambahan input menghasilkan tambahan output yang lebih banyak daripada unit input sebelumnya. b. Constant return to scale, apabila unit tambahan input menghasilkan tambahan output yang sama dari unit sebelumnya. c. Decreasing return to scale, apabila tiap unit tambahan input menghasilkan tambahan output yang lebih sedikit daripada unit input sebelumnya. Ketiga reaksi produksi tersebut tidak dapat dilepaskan dari konsep produksi marjinal (marginal product) yang merupakan tambahan satu-satuan input X yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan produk marjinal (MP) umum di tulis AY/AX (Soekartawi, 1990). Dalam proses produksi tersebut setiap tipe reaksi produksi mempunyai nilai produk marjinal yang berbeda. Ep =
% 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 % 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑑𝑌 𝑌
= 𝑑𝑋
1
𝑋1
𝑑𝑌
= 𝑑𝑋 ∙ 1
𝑋1 𝑌
Secara umum hubungan-hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
16 1
1) Tahap 1: nilai Ep > 1: Produk total, produk rata-rata menaik dan produk marjinal juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama dengan produk rata-rata (increasing rate). 2) Tahap II: 1 < Ep < 0: Produk total menaik, tapi produk rata-rata menurun dan produk marjinal juga nilainya menurun sampai nol (decreasing rate). 3) Tahap III: Ep < 0: Produk total dan produk rata-rata menurun sedangkan produk marjinal nilainya negatif (negative decreasing rate) Fungsi produksi frontier adalah fungsi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquant ini adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang optimal (Soekartawi, 1990) Pengertian
efisiensi
dalam
produksi,
bahwa
efisiensi
merupakan
perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika ratio ouput besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi barang (Shone dalam Avi Budi, 2009). Farel membedakan efisiensi menjadi tiga yaitu: (1) efisiensi teknik, (2) efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan (3) efisiensi ekonomi. Efisiensi teknik mengenai hubungan antara input dan output. Timmer dalam Susantun (2000) mendefinisikan efisiensi teknik sebagai rasio input yang benar-benar digunakan dengan ouput yang tersedia.
171
Efisiensi alokatif menunjukan hubungan biaya dan ouput. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi ekonomi produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga. Jadi efisiensi ekonomis dapat dicapai jika kedua efisiensi tercapai.
2.5 Efisiensi Efisiensi merupakan perbandingan antara output fisik dan input fisik, semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai. Efisiensi juga dijelaskan oleh Yotopoulos dan Nugent dalam A Marhasan (2005) yaitu efisiensi sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang digunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai. Pengertian efisiensi ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi (Soekartawi, 2001). Suatu pengunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produk yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif, bila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih tinggi secara fisik dengan
181
menggunakan faktor produksi yang sama. Sedangkan efisiensi harga dapat dicapai oleh seorang petani bila ia mampu memaksimalkan keuntungan (mampu menyamakan nilai marginal produk setiap faktor produksi variabel dengan harganya). Efisiensi ekonomi dapat dicapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga juga mencapai efisien (Yatopoulos dan Lau dalam Yulianik, 2006) Efisiensi juga diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecilkecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produksi marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut; atau dapat dituliskan sebagai berikut : NPMx = Px ; atau NPM X =1 PX
Efisiensi yang demikian disebut dengan efisiensi harga atau allocative efficiency atau disebut juga sebagai price efficiency. Jika keadaan yang terjadi adalah:
1.
NPM X < 1 maka penggunaan input x tidak efisien dan perlu mengurangi PX
jumlah penggunaan input.
191
2.
NPM X > 1 maka penggunaan input x belum efisien dan perlu menambah PX
jumlah penggunaan input. (Soekartawi 1993) Menurut Nicholson (1995), alokasi sumber daya disebut efisien secara teknis jika alokasi tersebut tidak mungkin meningkatkan output suatu produk tanpa menurunkan produksi jenis barang lain. Farrel dan Kartasapoetra dalam Cloudio Satrya (2010) mengklasifikasikan konsep efisiensi ke dalam efisiensi harga (price or allocative efficiency) dan efisiensi teknik (technical efficiency). Lebih lanjut dijelaskan oleh Farrel dalam Witono Adityoga (1999) bahwa jika diasumsikan usaha tani mengunakan dua jenis input x1 dan x2 untuk memproduksi output tunggal y seperti terlihat pada 2.2. Gambar 2.2 Cara Pengukuran Efisiensi
Sumber : Soekartawi, 1990 Pada gambar tersebut UU' adalah garis isoquant yang menunjukkan berbagai kombinasi input X1 dan X2 untuk mendapatkan sejumlah output tertentu yang optimal. Garis ini sekaligus menunjukkan garis frontier dari fungsi produksi Cobb-
201
Douglass. Garis PP' adalah garis biaya yang merupakan tempat kedudukan titik-titik kombinasi biaya yang dialokasikan untuk dapat menggunakan sejumlah input X1 dan X2, untuk mendapatkan biaya minimum. Sedangkan garis OC menggambarkan jarak sampai seberapa jauh teknologi suatu usaha, apakah itu usaha pertanian atau bukan pertanian. Titik C menunjukkan posisi sebuah usaha tani, sedangkan D menunjukkan titik produksi yang optimum, A dan B menunjukkan ukuran penggunaan biaya yang tidak efisien. Jadi ukuran efisiensi ditunjukkan pada titik D, yang menggambarkan kombinasi input yang paling optimal karena merupakan persinggungan antara kurva isoquant UU' dengan kurva isocost PP'. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi akan dapat diketemukan pada gans isoquant (yang menggambarkan produksi frontier), yaitu : a. eflsiensi harga OA/OB < 1 b. eflsiensi teknik OB/OC < 1 c. eflsiensi ekonomi OA/OB x OB/OC = OA/OC
2.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglass Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel indeppenden, yang menjelaskan, (X) (Soekartawi, 2003) Secara matematik persamaan CobbDouglass dituliskan (Soekartawi, 1990) sebagai berikut:
211
Y = f (X1, X2,..........Xi,.......Xn) dimana: Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan 2.7 maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut sehingga menjadi: Log Y= log a+bl log X2+b2 logX2+V Perkembangan selanjutnya dari fungsi produksi Cobb-Douglass fungsi produksi frontier yaitu fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya (Soekartawi, 1990). Fungsi produksi frontier selain diklasifikasikan sebagai deterministic non-parametric frontier juga dikembangkan teknik teknik lain yang pada dasarnya pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglass antara lain: (a) deterministic parametric frontier, (b) deterministic statistical frontier, dan (c) stochastic frontier. (2) Fungsi Produksi CES (Constant Elasticity of Substitution) Fungsi produksi CES dapat diformulasikan sebagai berikut
22 1
Q= A I(XK-P +(L–a) UP YµP Keterangan:
Q = Tingkat output
K = Tingkat input modal L = Tingkat input tenaga kerja A = Parameter efisiensi; A > 0 a = Parameter distribusi; 0< x< l p = Parameter substitusi; p > -1 µ = Parameter hasil atas Skala (return to scale) Persamaan di atas hampir sama dengan fungsi produksi Cobb-Douglas, tergantung pada nilai homogenitasnya atau reaksi perubahan output sebagai akibat dari perubahan keseluruhan input (K dan L) yang dipergunakan. Apabila nilai µ=l (constant return to scale) maka fungsi produksi CES sama dengan fungsi produksi Cobb-Douglass. Pada fungsi produksi CES, nilai elastisitas substitusi tidak ditentukan secara apriori, sehingga dimungkinkan mendapatkan koefisien elastisitas substitusi lebih besar sama dengan nol dan lebih kecil sama dengan tidak terhingga. ( 0 < cy < oo ).
2.7 Fungsi Produksi Cobb Douglas Dengan Pendekatan Produksi Frontier Stocahastic Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi
23 1
produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquan. Garis isoquan ini adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan titik kombinasi penggunaan masuknya produksi yang optomal. (Soekartawi, 1993) Gambar 2.3 Gambar Isoquan Modal (arus jasa per unit periode)
Q1 0
Tenaga Kerja (arus jasa per unit periode)
Sumber : Miller dan Meiners Gambar 2.3 Menunjukan bahwa sumbu vertikal mengukur jumlah fisik modal yang dinyatakan sebagai arus jasa per unit periode dan sumbu horisontal mengukur jumlah tenaga kerja secara fisik yang dinyatakan sebagai arus jasa per unit periode. Isoquan yang ditarik khusus untuk tingkat output Q1. Setiap titik pada jurva isoqoan menunjukan kombinasi modal dan tenaga kerja dalam berbagai variasi yang selalu menghasilkan output yang sama sebanyak Q1. Menurut Nichoson (1993), batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) merupakan suatu grafik yang menunjukan semua kemungkinan kombinasi barang-barang yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya tertentu seperti ditunjukan pada Gambar 2.4
24 1
Gambar 2.4 Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi Teknis Kuantitas Y per minggu P’ B
YB
C
Yc D YA
A
XB
Sumber : Nicholson, 2002
Xc
XA
P’
Kuantitas X per Minggu
Pada gambar 2.4 , garis batas PP’ memperlihatkan seluruh kombinasi dari barang (barang X dan Y) yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya yang tersedia dalam suatu perekonomian. Kombinasi keduanya pada PP’ dan didalam kurva cembung adalah output yang mungkin diproduksi. Alokasi sumber daya yang tercermin oleh titik A adalah alokasi yang tidak efisien secara teknis kerena produksi dapat ditingkatkan. Titik B, contohnya, berisi banyak Y dan tidak mengurangi X dibanding dengan alokasi A.
2.8 Teori Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP
tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
25 1
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Dan padat pula diartikan sebagai proses multidimensional menuju ke arah yang lebih baik namun dilihat dari segi pendapatan dan output, atau lebih menitik beratkan pada aspek kuantitas saja. Namun demikian umumnya para ekonom memberikan istilah sama pada kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau pembagunan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP saja. Dalam penggunaan yang lebih umum,istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara-negara maju,sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara sedang berkembang. Lincoln Arsyad, (2004) Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang jika pendapatan perkapita menunjukan kecenderungan jangka panjang yang menaik. Namun tidak berarti pendapatan perkapita akan menunjukan kenaikan terus-mererus. Adanya resesi ekonomi, penurunan impor,kekacauan politik. Dapat mengakibatkan perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika kegiatan dimikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi. Pertumbuhan pada sektor pertanian sangat terkait dengan teori pertumbuhan The Law of Diminishing Return dari David Ricardo. Dimana terdapat hukum hasil yang semakin berkurang.
Pertumbuhan pada sektor pertanian juga terbatas pada
261
aspek kuantitas atau pendapatan dan output saja. Di dalam sektor pertanian ternyata berlaku fluktuasi produksi akibat penggunaan faktor produksi yang digunakan. Dalam kenyataannya terdapat hukum hasil yang semakin berkurang ”the law of diminishing return”. Berkenaan dengan hukum ini David Ricardo menyatakan bahwa apabila input variabel ditambahkan penggunaannya sedangkan input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan 1 unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik tetapi kemudian akan menurun apabila input variabel tersebut terus ditambah. Input tetap adalah tanah dimana dikatakan input tetap karena tanah bersifat tetap berapapun variabel yang digunakan. dan input variabel adalah tenaga kerja dan modal (produk marjinal) dari tenaga kerja dan kapital akan menurun dengan semakin banyaknya kedua input variabel ini digunakan pada sebidang tanah.
(Lincolin
Arsyad, 2004
2.9 Penelitian Terdahulu 1. “Dampak Ekonomi Dan Keberlanjutan Penerapan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kabupaten Minahasa Utara”. ( Ronald T.P.Hutapea dan Elsjet Tenda) Ronald T.P.Hutapea dan Elsjet Tenda dalam penelitiannya menerangkan akselerasi
adopsi teknologi pengolahan kelapa terpadu bertujuan untuk
mempercepat diseminasi teknologi dan mengevaluasi model yang telah oleh Balikta di Desa Kaleosan Kabupaten Minahasa utara. Pengumpulan data mengunakan
271
metode survei data
yang dikumpulkan meliputi karekteristik petani , tingkat
penerapan teknologi, serta usaha tani. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tingkat adopsi dan difusi teknologi anjuran, dampak teknologi terhadap pendapatan petani, dan keberlanjutan organisasi organisasi kelompok tani. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat adopsi dan difusi teknologi pembibitan kelapa dan tanaman sela jagung direspon cukup baik, dengan kisaran tingkat adopsi dan difusi teknologi sebesar 57, 33 – 70, 33. Kegiatan intregasi kelapa. Kegiatan intregasi kelapa dengan ternak babi serta pengolahan VCO tidak terjadi proses difusi. Walaupun tingkat adopsi pada kelompok tani cukup tinggi dengan kisaran 60,00 – 85,33. Pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa menunjukan dampak yang positif. Dengan kelayakan finansial BCR dan MBCR >1.
2. “Efisiensi Faktor-faktor Produksi Dalam Usaha Tani Bawang Merah” . (Tety Suciaty) Penelitian Tety Suciaty ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lahan, bibit, pupuk buatan, pestisida dan tenaga kerja pada usaha tani bawang merah. Lokasi penelitian di desa Pabuaran Lor Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon dari bulan Oktober tahun 2003 sampai dengan bulan Januari 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, terhadap petani bawang merah yang berjumlah 40 orang dari populasi sebanyak 68 orang dengan luas lahan garapan yang bervariasi yaitu berkisar dari 0,07 ha sampai 2,0 ha.
28 1
Analisis data dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass, yaitu Y = α.X1β1 . X2β2 . X3β3 X4β4 X5β5. eu dimana : Y = Produksi, α = Intersep/konstanta, X1 = Lahan, X2 = Bibit, X3 = Pestisida, X4 = Tenaga Kerja, X5 = Pupuk, βI = Koefisien regresi variabel bebas ke-i, dan u = Faktor kesalahan. Analisis data menggunakan program SPSS 13.0. Untuk mengetahui efisiensi ekonomi penggunaan masing-masing faktor produksi yaitu dengan menghitung ratio nilai produk marjinal suatu input Xi dengan harga input tersebut. Apabila dirumuskan secara matematis (Soekartawi 1993) yaitu : Eff = (dy/y) / (dx/x). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan faktor produksi lahan, pestisida dan pupuk buatan masih belum efisien, dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, (2) faktor produksi bibit dan tenaga kerja penggunaannya telah melampaui batas efisiensi, sehingga perlu dikurangi untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, dan (3) Pergerakan usaha tani di daerah penelitian berada pada skala usaha tani menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,093. 3. “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani Bawang Putih”. (Claudio Satrya Widyananto) Penelitian Claudio ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih di Kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo.
1 29
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di kecamatan Sapuran yang berjumlah 99 orang. Metode analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk menganalisis data penelitian ini. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua variabel yang secara signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), dan variabel tenaga kerja (X5) signifikan dalam mempengaruhi produksi bawang putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Sehingga nilai efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu dengan adanya kondisi usaha tani yang menunjukan skala hasil yang meningkat maka dapat dikatakan bahwa kondisi usaha tani bawang putih didaerah penelitian ini layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan. 4. “Efisiensi Produktifitas Sistem Usaha Tani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis”. (Dewi sahara dan Idir) penelitian efisiensi produksi sistem usaha tani padi sawah telah dilakukan dilahan sawah irigasi teknis dikecamatan Uepai, kabupaten Konawe, sulawesi tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dengan mengunakan regresi linear berganda, dilanjutkan dengan uji efisiensi olokatif. Hasil analisi positif terhadap produksi menunjukan
301
bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut, hasil uji efisiensi alokatif menunjukan bahwa untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal petani perlu mengurangi penggunaan pupuk sp-36. Oleh karena itu untuk mencapai produksi yang optomal dan keuntungan maksimal maka perlu memperluas arel panen, penambahan pestisida dan tenaga kerja serta mengurangi jumlah pupuk SP-36. 5. “Analisis Fungsi Produksi Dan Efisiensi Teknis”, (Ketut Sukiyono) Penelitian Ketut Sukiyono ini bertujuan untuk mengestimasi fungsi produksi dan efisiensi teknis cabai merah di Kecamatan Selupu Reja, Kabupaten Rejang Lebong dengan mengunakan responden sebanyak 60 orang yang dipilih dengan mengunakan metode acak sederhana. Fungsi produksi Frontie digunakan dan diestimasi dengan mengunakan metode MLE dan dengan asumsi bahwa CobbDouglass adalah bentuk fungsional dari fungsi produksi usaha tani cabai merah didaerah penelitian. Penelitian ini menunjukan bahwa manyoritas variabel bebas adalah signifikan dan mempunyai tanda yang sesuai dengan yang diharapkan kecuali tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa efisiensi teknik yang dicapai oleh petani antara 9,01% hingga 99,55% dengan rata-rata 61,20% lebih jauh, lebih dari 60% petani menjalankan usaha taninya diatas 50% efisiensi teknik.
311
2.10 Kerangka Berfikir Tanaman kelapa adalah tanaman perkebunan unggulan di Kecamatan Jatinegara, yang menjadi sumber pendapatan para petani, dimana pada beberapa kurun waktu tertentu berturut-turut mengalami penurunan produktivitas karena kurangnya perhatian khusus dan pengolahan yang baik terhadapa produksi kelapa, dengan adanya itu dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan Kabupaten Tegal mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu bagi para petani kelapa, yang diharapkan bisa meningkatkan produktivitas kelapa dan menambah pendapatan petani kelapa. Untuk lebih jelasnya, hubungan tersebut dapat ditunjukan pada bagan kerangka berfikir berikut ini:
Kelapa sebagai sektor ungulan tanaman perkebunan di Kecamatan Jatinegara mengalami penurunan produksi Program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
Mekanisme
Kelompok Tani
1. Kendala Efektif 1. Produktivitas Meningkat 2. Efisiens
Tidak Efektif 1. Produktivitas tidak meningkat 2. Tidak Efisien
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir
321
2.11 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari yang ingin kita pelajari. 1. Ho : 𝜇1 = 𝜇2 ( rataan hasil produktivitas kelapa sebelum dan sesudah adalah sama ) Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ( rataan hasil produktivitas kelapa sebelum dan sesudah adalah beda ) 2. Ho: Terjadi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara. Ha: Tidak terjadi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara.
1
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif pada dasarnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antara variabel yang diteliti.
3.2 Populasi Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal yang berjumlah 149 orang petani dari 3 kelompok tani.yaitu terdiri dari kelompok tani Sari Mukti, kelompok tani Tirtoyoso, dan kelompok tani Makmur Tani.
3.3 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan mengunakan metode Purposive clusster area sampling. Metode sampling ini diberi
33
341
nama demikian karena didalam pengambilan sampel peneliti dengan sengaja memilih para petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang dianggap mengetahui secara detail usaha tani kelapa, dari penanaman hingga produksi. Yaitu diambil secara acak 90 petani dari tiga kelompok tani yang ada di Kecamatan Jatinegara yang berjumlah 149 petani. Berikut distribusi sampel dimasing-masing kelompok tani : Tabel 3.1 Distribusi Sampel Peserta Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu No
Kelompok Tani
Desa
Jumlah peserta
Jumlah Sampel
1. 2. 3.
Sari Mukti Tirtoyoso Makmur Tani Jumlah
Sitail Sumbarang Cerih
64 53 32 149
39 32 19 90
3.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dalam perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut : (a) Jumlah produksi atau output (Y),yaitu jumlah buah kelapa yang dihasilkan oleh petani dalam satuan butir dan rupiah (Rp). (b) Luas lahan (X1), adalah luas tanah garapan yang digunakan dalam usaha tani kelapa diukur dalam satuan hektar (Ha) (c) Bibit (X2), yaitu jumlah pemakaian pada usaha tani kelapa dalam satuan batang dan rupiah (Rp) (d) Pupuk (X3), yaitu jumlah pemakaian pupuk kandang pada usaha tani kelapa dalam satuan karung dan rupiah (Rp).
351
(e) Tenaga Kerja (X4), yaitu jumlah petani yang dipekerjakan dalam usaha tani kelapa baik dalam penanaman maupun perawatan.
3.5 Metode Pengumpulan Data Didalam suatu penelitian, data mutlak diperlukan karena data tersebut dipergunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data yang obyektif dalam penelitian diperlukan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik sebagai berikut : 3.5.1 Metode Kuesioner Metode Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data dari responden yang terkait dengan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamtan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Dengan menyebarkan 90 angket secara acak di tiga kelompok tani di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, yang sebelumnya mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.. 3.5.2 Metode Wawancara Metode ini dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang hendak diteliti. Metode ini digunakan didalam menentukan permasalahan yang ada di Kecamatan Jatinegara disamping itu juga digunakan untuk membantu menjelaskan kepada responden apabila respnden kurang jelas dan tidak bisa menjawab angket yang dikarenakan buta huruf ataupu keterbatasan didalam memahami pertanyaan.
1 36
3.5.3 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data atau sumbersumber data yang terkait dengan Program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.
3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini analisis deskriptif menggambarkan bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program Pengembangan dan pengolahan Kelapa Terpadu dan menggambarkan bagaimana pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, baik proses, mekanisme maupun peran program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana pendapat petani kelapa tentang program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. 3.6.2 Uji t Uji t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji sampel berpasangan : yaitu uji untuk mengetahui perbedaan hasil pada satu kelompok orang antara sebelum dan sesudah diberi perilakuan atau pada satu kelompok tersebut dilakukan pengukuran dua kali pada karakteristik yang sama tapi beda subjek. Dalam penelitian ini pengujiannya seperti uji satu sampel untuk selisih dua kegiatan atau pengukuran tersebut, dengan test value diberi 0. Maka dalam uji
371
sampel berpasangan ini rumus yang digunakan sama dengan rumus uji t satu sampel yaitu : 𝑡=
× − 𝜇0 𝑠 𝑛
Dimana : 𝑡 = 𝑡 yang dihitung × = Rata-rata 𝑥i 𝜇0 = Nilai yang dihipotesiskan 𝑠 = Simpangan baku 𝑛 = Jumlah anggota sampel Uji ini digunakan untuk menjawab penelitian yang pertama yaitu adakah perubahan produktivitas kelapa setelah di adakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.yaitu dengan dengan perbandingan produktivitas petani kelapa sebelum dan setelah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa. 3.6.3 Uji Efisiensi Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah input atau faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja) yang digunakan pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal sudah efisien atau belum. Uji efisien meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi. 3.6.3.1 Efisiensi Teknis Guna menjawab tujuan penelitian yang kedua, yakni untuk melihat tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor produksi pada usaha tani kelapa di Kecamatan
381
Jatinegara, Kabupaten Tegal digunakan pengukuran tingkat efisiensi teknis yang dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan bantuan software Frontier Version 4.1c. Justifikasi nilai efisiensi teknis adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu, maka penggunaan input atau faktor produksinya sudah efisien. 2. Jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu (tidak sama dengan satu), maka penggunaan input atau faktor produksinya tidak efisien. Dalam penelitian ini, perbedaan pengelolaan dan hasil efisiensi adalah bagian terpenting karena kekhususan dalam pengelolaan. Selanjutnya analisis tersebut untuk mengidentifikasi pengaruh-pengaruh dari perbedaan beberapa faktor. Untuk mendapatkan efisiensi teknis (TE) dari usaha tani kelapa dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: TE = exp [E(i | ei)] Dimana 0 TEi 1 dan exp [E(i | ei)] adalah stochastic production frontier. Jika nilai TE semakin mendekati 1 maka usaha tani dapat dikatakan semakin efisien secara teknik dan jika nilai TE semakin mendekati 0 maka usaha tani dapat dikatakan semakin inefisien secara teknik 3.6.3.2 Efisiensi Harga Efisiensi
merupakan
upaya
penggunaan
input
sekcil-kecilnya
untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi harga tercapai apabila
1 39
perbandingan antara nilai produktivitas marginal (NPMx) sama dengan harga input tersebut (Px), (Nicholson, 1995). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : NPMx = Px atau NPM X =1 PX
b.Y ..Py X
= Px atau
b.Y .Py X .PX
=1
dimana: b = koefisien Y = produksi kelapa PY = harga produksi kelapa X = jumlah faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja) Px = harga faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja) Jika
NPM X > 1 maka penggunaan input x belum efisien. untuk mencapai efisiensi, PX
input x harus ditambah. Jika
NPM X < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. PX
untuk mencapai efisien input x perlu dikurangi. Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input (NPMXi) dengan harga inputnya (Vi) sama dengan satu. (Nicholson, 1995) kondisi ini menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi.
401
3.6.3.3 Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi dengan efisiensi harga dari seluruh faktor input. Efisiensi ekonomi usaha tani kelapa dapat dinyatakan sebagai berikut: EE = ET.EH Dimana: EE = Efesiensi Ekonomi ET = Efisiensi Teknis EH = Efisiensi Harga Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usaha tani yang dilakukan sudah mencapai tingkat efisiensi. Menurut Suryawati dalam Yulianik (2006), efisiensi ekonomi merujuk kepada produksi dengan ongkos terendah (leastcost production). Dengan kata lain, pada jumlah output tertentu, produsen mencapai efisiensi ekonomi dalam produksinya jika dan hanya jika produsen menggunakan faktor-faktor produksi (input) pada rasio tertentu di mana ongkos (per unit input) untuk sejumlah output tersebut adalah paling rendah.
1
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Petani Kelapa Yang Mengikuti Program Pengembangandan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan obyek penelitian berupa para petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang terdiri dari tiga kelompok tani dari tiga desa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal, berikut data kelompok tani di Kecamatan Jatinegara yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Tabel 4.1 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara
No
Kelompok Tani
Desa
Jumlah peserta
Jumlah Sampel
1. 2. 3.
Sari Mukti Tirtoyoso Makmur Tani Jumlah
Sitail Sumbarang Cerih
64 53 32 149
39 32 19 90
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Tegal
41
421
Jumlah petani yang dijadikan sampel adalah sebanyak 90 orang. Dimana dalam penentuan sampel peneliti menggunakan metode purposive cluster random sampling. Yang berarti bahwa jumlah petani yang dijadikan sampel diambil acak di tiap-tiap kelompok tani. Petani di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal yang menjadi sampel umumnya menjadikan kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, pertanian juga mereka gunakan sebagai alat tabungan mereka di masa depan. Para petani umumnya berpendidikan rendah. Dimana kebanyakan mereka hanya tamat Sekolah Dasar. Hal ini yang dimungkinkan menjadikan pola pikir mereka menjadi sederhana dan terbiasa hidup dengan keras. Berikut adalah tabel jumlah petani bedasarkan lama sekolah mereka.
Tabel 4.2 Petani Berdasarkan Tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4.
Tamatan Sekolah 0-6 tahun (SD/MI) 7-9 tahun (SMP/MTs) 10-12 tahun (SMA/MAN) >12 tahun >SMA Jumlah Sumber: Data primer diolah
Jumlah (Orang) 42 22 19 7 90
Persentase 46,67 24,44 21,11 7,78 100
Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa ternyata jumlah petani responden kebanyakan berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah ditunjukan dengan lamanya waktu menempuh sekolah yang sangat singkat. Kebanyakan hanya 6 tahun saja.
431
Pekerjaan di sawah untuk usaha tani kelapa termasuk pekerjaan yang berat dan cenderung mengunakan tenaga, para petani penggarap sawah umumnya didominasi oleh laki-laki dengan usia yang berkisar antara 41-50 tahun. Berikut adalah tabel petani kelapa yang menjadi responden menurut usianya :
Tabel 4.3 Jumlah Petani Kelapa Yang Menjadi Responden Dirinci Menurut Usianya No. 1. 2. 3. 4. 5.
Usia 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun <60 tahun Jumlah Sumber: Data Primer diolah
Jumlah (Orang) 5 29 31 15 10 90
Persentase 5,56 32,22 34,44 16.67 11,11 100
Selain didominasi dengan petani yang berumur 41-50 tahun, selain itu juga banyak yang berumur 31-40 tahun yaitu sebagai umur produktif petani untuk bekerja. Selain itu aspek pengalaman juga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk mengembangkan usaha tani kelapa. Berikut rata-rata pengalaman bertani kelapa responden
Tabel 4.4 Pengalaman Bertani Responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 7.
Pengalaman Bertani 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun 20-30 tahun 31-35 tahun Jumlah Sumber: Data Primer diolah
Jumlah (Orang) 6 15 21 20 16 12 90
Persentase 6,67 16,67 23,33 22,22 17,78 13,33 100
1 44
Dari tabel diatas dapat diketahui pengalaman petani membudidayakan kelapa berkisar antara 6 tahun sampai 35 tahun. kebanyakan petani berpengalaman selama 16-20 tahun mencapai 23 %, kemudian 6,67% petani mempunyai pengalaman 6-10 tahun, dan 12 petani atau 13,33% petani memiliki pengalaman 31-35 tahun. Dari
hasil
tersebut,
petani
dapat
dikatakan
sudah
cukup
lama
membudidayakan kelapa. Pengalaman tersebut merupakan modal awal bagi petani dalam membudidayakan kelapa, karena dengan pengalaman tersebut petani dapat menghadapi berbagai hambatan dalam budidaya kelapa. Selain itu petani dapat mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi.
4.1.2 Proses dan Mekanisme Pelaksanaan Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu Pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dikuti oleh tiga kelompok tani yang berasal dari tiga desa yang terdiri dari desa Cerih, desa Sitail dan juga desa Sumbarang yang dalam pelaksanaan program tersebut yang pertama yaitu Penyuluhan tentang pembudidayaan kelapa dan pelatihan penanaman kelapa. Yaitu pemberian penyuluhan cara pemeliharaan tanaman kelapa yang sudah ada agar dapat memproduksi kelapa lebih baik lagi dan pelatihan penanaman kelapa dengan baik dan benar, dari pembuatan benih, pemilihan benih, pengolahan tanah, hingga penanaman. Kemudian yang kedua yaitu pelaksanaan Pelatihan pengolahan kelapa menjadi berbagai produk. Yaitu pelatihan yang diberikan kepada petani kelapa akan pemanfaatan kelapa menjadi berbagai produk olahan yang bernilai ekonomis tinggi, diantaranya yaitu proses pembuatan kelapa menjadi VCO,
451
pengolahan sabut kelapa, pengolahan tempurung kelapa mencadi arang/briket, pengolahan tempurung kelapa menjadi asam cair, pelatihan pembuatan nata de coco. Setelah pemberian penyuluhan dan pelatihan terhadap tiga kelompok tani yang dikuti 149, kemudian diadakan pembentukan GAPOKTAN (gabungan kelompok tani) yaitu sebagai pusat pengolahan petani. Dimana GAPOKTAN sebagai penampung hasil pertanian petani kelapa yang kemudian akan di proses menjadi produk olahan berbagai produk, selain itu sebagian hasil pertanian petani kelapa dijual langsung ke pasar atau tengkulak.berikut bagan mekanisme pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara
461
PROGRAM PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN KELAPA TERPADU
Penyuluhan pembudidayaan kelapa dan pelatihan penanaman kelapa Pelatihan mengolah kelapa menjadi bebagai produk
KELOMPOK TANI I
KELOMPOK TANI II
KELOMPOK TANI III
Produksi kelapa
Produksi Kelapa
Produksi kelapa
GAPOKTAN PENGOLAHAN KELAPA TERPADU
TENGKULAK PASAR
Poduksi minyak kelapa Produksi nata de coco Produksi arang/briket Pengolahan sabut kelapa.
Gambar 4.1 Bagan Mekanisme Pelaksanaan Program
471
Berikut presentase penyaluran hasil produksi kelapa ketempat penjualan : Tabel 4.5 Tempat Penjualan Petani Kelapa No. 1.
Tempat Gapoktan dan Pasar
2.
Gapoktan dan Tengkulak Pasar dan Tengkulak Gapoktan, Pasar, dan tengkulak Jumlah
3. 4.
Jumlah (Orang) 32
Persentase 35,56
34
37,78
13
14,44
11
12,22
90
100
Sumber: Data Primer diolah Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa petani banyak memilih menjual hasil pertanian kelapanya di Gapoktan dan para tengkulak yaitu sebesar 37,77% petani, 35,56% petani memilih menjual hasil panennya di gapoktan dan pasar, kemudiam 14,44% petani memilih menjual hasil panennya di pasar dan tengkulak, dan 12,22% petani memilih menjual hasil panennya di gapoktan, pasar, dan tengkulak. Pemilihan prersentasi penyaluran hasil panen kelapa, petani memilih menjual atau disalurkan melalui Gapoktan, pasar dan tengkulak, hal ini dipengaruhi oleh kapasitas penerimaan Gapoktan yang masih terbatas dan jarak tempat Gapoktan dari petani, menjadikan petani memilih menyalurkan atau menjual juga hasil panen kelapnya kepada tengkulak dan menjualnya langsung ke pasar. dilihat dari data diatas banyaknya petani lebih memilih menjual hasil panennya di Gapoktan dan tengkulak, karena di Gapoktan harga jualnya lebih tinggi, dan memilih tengkulak karena dengan menjual ditengkulak petani tingal menerima hasil bersihnya tanpa repot memikirkan masalah transportasi dan pemasaran.
481
4.1.3 Dampak Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kelapa. 4.1.3.1 Dampak Terhadap Produktivitas Petani Kelapa Dari hasil tabel pendapatan dan biaya usaha tani kelapa sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang terlampir dalam lampiran satu dan dua, dapat diketahui produktivitas petani kelapa baik sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang dihitung dengan rumus :
Poduktivitas =
Jumlah pendapatan usaha tani kelapa Jumlah pengeluaran faktor produksi usaha tani kelapa
Berikut disajikan tabel jumlah prduktivitas petani kelapa sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Tabel 4.6 Produktivitas Usaha tani Kelapa Sebelum Dan Sesudah Adanya Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu
No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Mustajid Ahmad Atoil Munawar Mukhtarom Miftahul Falah Fahrudin Muroh Abdul Gofar
Produktivitas A (Rp) 3.269798658 4.602888087 4.612716763 3.449531738 4.115853659 3.74278481 3.698275862
Produktivita B (Rp) 4.228893905 6.259927798 3.856716418 5.413111342 5.908536585 4.101935484 3.880115274
49 1
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Fakhuri M. Sujat Muhchidin Jani Kharisah Warjiin Kamin Abdul Jamil Mukhwan Muhkhasan Ubaidillah Hambali Kebagusan M. Nasucha Kasron Satori Rahman Sulim Jurip Zaenal Arifin M. Chasan Abdul Hadi M. Sahar Maghfuri Masruri H Yusup Azis Hj. Mu'addah Ahmad Khasan Jauhari Nasri Adi Slamet Dihu Khaeri Syakron Nardi Patoni A. Khasan Solikhah Sahiri Bazro Sudijah Patoni Sakur Warya Thulab Thobiin Muhkhidin Rumli Salim
4.015748031 4.102564103 3.292682927 3.484513274 3.506493506 4.2 4.417177914 3.409090909 3.805970149 4.005235602 3.489473684 4.235880399 3.964757709 4.591836735 4.087248322 3.953488372 4.590163934 4.565217391 4.602739726 4.21875 3.337912088 4.323725055 5.254901961 3.75 3.75 3.75 4.431818182 4.393700787 4.151291513 4.166666667 4.294605809 5.090497738 3.789473684 4.090909091 4.136029412 4.281376518 3.428571429 4.120879121 4.939849624 4.182692308 4.422604423 4.864864865 4.151291513 4.5
3.277108434 4.756125356 3.731707317 2.920245399 6.358441558 4.08 4.740740741 3.422818792 4.313432836 3.695652174 5.475789474 4.352409639 5.991189427 4.364864865 4.181696429 6.080841639 4.565371025 5.028169014 4.744186047 4.340425532 3.571984436 4.365192582 5.051531151 4.235294118 3.95890411 4.197530864 4.44966443 3.792169312 4.722222222 4.518987342 4.273224044 5.158959538 3.980487805 6.490909091 4.068010076 3.97983871 3.709090909 4.057788945 5.301359223 4.268398268 4.705107084 4.703170029 4.292929293 4.533333333
501
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Mawah Tarom Nur Shodiq Suyati Abrori Mas'ul Farikhin Masruroh Saprozi Rachmudin Sukur Rahmat H. Suyat wahrad Budi Sutomo Rahmat Suhadi Sabudin Santoso Hermawan Ramun Khusnul khotimah Kamat Sujati Wage Ahmad Tholib Durmadi Arifin Arif Makmuri M. Tofiq Suwarto M. Wasroni Sarifin H Slamet riyadi Muhwat Azis Zaenal Makhrobi Rahmat Sarwadi Wasnari Kamari Kamun Sukuri Ridwan Jumlah
4.5 4.930434783 4.5 4.272151899 5.1 4.591836735 4.090909091 4.948453608 5.012068966 6.818181818 3.170984456 4.362017804 4.086826347 3.535353535 3.624161074 3.410526316 4.20233463 4.971671388 3.923076923 4.090909091 5.018587361 4.585597826 4.757462687 4.811320755 4.424157303 5.361702128 5.333333333 5.307692308 5.032894737 4.510613208 4.76 5.20123839 1.313594662 4.442508711 4.357541899 4.885057471 4.935483871 4.027237354 4.872611465 385,715078
6.8 4.332134831 4.646666667 3.862660944 4.533333333 4.824324324 4.25 4.62585034 5.601156069 7.400768246 5.390673575 4.18359375 6.056886228 6.410774411 5.818791946 3.278571429 4.328912467 4.839416058 4.509473684 4.0375 7.962825279 6.929347826 7.189054726 7.270440252 4.482109228 5.563636364 4.857142857 4.798387097 4.652818372 6.816037736 5.165106383 4.779116466 1.73216885 6.041811847 4.387096774 6.83908046 5.966451613 4.094240838 6.258598726 435,9734994
Sumber : Data primer diolah (data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4).Keterangan : Produktivitas A (produktivita sebelum adanya program) Produktivitas B (produktivitas sesudah adanya program)
51 1
Dari perbandingan produktivitas usaha tani kelapa sebelum dan sesudah adanya program pada tebel 4.6 sebagian besar petani mengalami kenaikan produktivitas namun ada juga sebagian kecil petani yang mengalami penurunan produktivitas Hal tersebut dikarenakan dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, penyuluh memberikan himbauan kepada petani untuk memberikan penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus kepada pohon kelapa yaitu pembersihan kotoran pada pohon kelapa yang bertujuan untuk dapat meningkatkan produksi kelapa hingga produksi maksimal yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas. Tetapi karena adanya kelapa yang umurnya sudah tua dan tidak dapat lagi memproduksi dengan baik dan maksimal walaupun diberi perlakuan khusus menjadikan produktivitasnya turun. 4.1.3.1.1 Uji Sampel berpasangan Setelah dihitung dengan Program komputer SPSS 16 diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 4.7 Uji t Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Prodtv_A Prodtv_B
-.55843
Std. Deviation .97941
Std. Error Mean .10324
Lower -.76356
Upper -.35329
t -5.409
Sig. (2tailed)
df 89
Dilihat dari perhitungan diatas terlihat pada output probabilitas signifikansi = 000 < 0,05, Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya bahwa rataan keduanya
.000
521
adalah tidak sama. Dalam hal disini adalah produktivitas sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu adalah tidak sama, hasil diatas menunjukan bahwa adanya perubahan produktivitas setelah diadakannya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Jadi ada kenaikan produktivitas setelah diadakannya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. 4.1.3.2 Efisiensi Teknis Dari hasil penghitungan efisiensi teknis sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, melalui penghitungan regresi frontier skokastik dengan alat bantu paket komputer Frontier Version 4.1 c. diperoleh hasil efisiensi teknis produksi kelapa sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu diperoleh hasil sebesar 0,93496682 dan efisiensi produksi kelapa sesudah adanya program dan pengolahan kelapa terpadu adalah sebesar 0,86310514. Hal ini mengandung arti bahwa rata-rata petani usaha tani kelapa sebelum adanya program dapat mencapai 93 % dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang di korbankan sedangkan rata-rata petani usaha tani kelapa setelah adanya program dapat mencapai 86 % dari potensi produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang dikorbankan. Nilai rata-rata efisiensi teknis keduanya masih dibawah 1, artinya bahwa usaha tani kelapa baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum efisien secara teknis, masih terdapat peluang potensi untuk meningkatkan produksi dimana usaha tani kelapa sebelum program masih terdapat 7 % untuk meningkatkan produksi sedangkan sesudah adanya program masih terdapat 14% untuk meningkatkan
531
produksi kelapa. Berarti usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara baik sebelum dan sesudah program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu masih belum efisien secara teknis. Berdasarkan penghitungan efisiensi teknis dengan hasil penghitungan yang mendekati angka 1, usaha tani kelapa di kecamatan Jatinegara memang masih dikategorikan belum efisien. Namun sudah hampir mendekati tingkat efisiensi secara teknis. 4.1.3.3 Efisiensi Harga Efisiensi harga atau efisiensi alokatif adalah suatu keadaan efisiensi bila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Atau suatu cara bagaimana petani mampu memaksimumkan keuntungannya. Oleh karena itu dalam analisis penghitungan efisiensi harga yang menjadi penghitungan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha tani kelapa oleh petani di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dalam satuan rupiah. Termasuk juga dengan pendapatan yang diperoleh, sehingga akan diketahui jumlah efisiensi harga pada usaha tani kelapa berikut kesimpulan apakah usaha tani kelapa efisien secara harga atau tidak. Berikut disajikan tabel jumlah pengeluaran dan pendapatan petani kelapa sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.
541
Tabel 4.8 Realisasi Jumlah Penerimaan Dan Pengeluaran Petani Kelapa Sebelum Adanya Program Keterangan Jumlah 63.671.100 Produksi 1.778.200 Luas lahan 4.285.100 Bibit 7.193.500 Pupuk 1.820.000 Tenaga Kerja Sumber : Data primer diolah
Rata-rata 707.456,66 19.757,77 47.612,22 79.927,77 20222,22
Koefisien - 0,16065 0,36038 0,78427 0,09000
Tabel 4.9 Realisasi Jumlah Penerimaan Dan Pengeluaran Petani Kelapa Sesudah Adanya Program Keterangan Jumlah 95.720.500 Produksi 1.778.200 Luas lahan 4.285.100 Bibit 7.193.500 Pupuk 7.930.000 Tenaga Kerja Sumber : Data primer diolah
Rata-rata 1.063.561,11 19.757,77 47.612,22 79.927,77 88.111,11
Koefisien -0,41773 1,03280 0,40582 0,03250
Dari realisasi diatas dapat dihitung efisiensi harga sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dengan rum NPM =
dimana: b = koefisien Y = produksi kelapa PY = harga produksi kelapa X = jumlah faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja) Px = harga faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)
b.Y .Py X .PX
55 1
4.1.3.3.1 Efisiensi Harga Sebelum Adanya Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
NPM Luas lahan (NPM1)
X1
NPM = (-0,16065) . (707.456,66) 19.757,77 = -5,75231 Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk luas lahan pertanian usaha tani kelapa sebelum adanya program sebesar -5,75231. Hal ini berarti dalam penggunaan faktor produksi lahan pertanian ternyata tidak efisien secara harga. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga diperoleh hasil kurang dari 1. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi lahan atau dapat menambah faktor produksi bibit agar tercapai efisiensi secara harga.
NPM Bibit (NPM2)
X2
NPM = (0,36038) . (707.456,66) 47.612,22 = 5,35478 Pada penghitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi bibit diperoleh hasil 5,35478. Dari hasil penghitungan ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi bibit ternyata masih belum efisien secara harga. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi bibit menunjukan angka lebih besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan penambahan faktor produksi bibit agar lebih efisien.
56 1
NPM Pupuk (NPM3)
X3
NPM = (0,78427) . (707.456,66) 79927,77 = 6,94173 Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pupuk ternyata diperoleh hasil yang sama dengan efisiensi harga untuk faktor produksi bibit, dimana diperoleh hasil 6,94173. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor produksi pupuk juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan penambahan faktor produksi pupuk agar lebih efisien. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan angka yang lebih dari 1.
NPM Tenaga Kerja (NPM4)
X4
NPM = (0,090001) . (707456,66) 20222,22 = 3,14860 Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi tenaga kerja diperoleh hasil 3,14860. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor produksi tenaga kerja juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan penambahan faktor produksi tenaga kerja agar lebih efisien. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan angka yang lebih dari 1. Setelah melakukan penghitungan NPM untuk masing-masing faktor produksi, dimana efisiensi harga dihitung dari penambahan NPM efisiensi harga untuk masingmasing faktor produksi. Maka nilai dari efisiensi harganya adalah sebesar:
571
EH = NPM1 + NPM2 + NPM3 + NPM4 4 EH = -5,75231 + 5,35478 + 6,94173 + 3,14860 4 EH = 3,86128 Jadi besarnya efisiensi harga pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu adalah 3,86128. Hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabuaten Tegal belum efisien secara harga, sebab nilai efisiensi harganya lebih besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan penambahan input produksi agar menjadi lebih efisien.
4.1.3.3.2 Efisiensi Harga Sesudah Adanya Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
NPM Luas lahan (NPM1)
X1
NPM = (-0,41773) . (1.063.561,11) 19.757,77 = -22,48641 Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk luas lahan pertanian usaha tani kelapa sesudah adanya program sebesar -22,48641. Hal ini berarti dalam penggunaan faktor produksi lahan pertanian ternyata tidak efisien secara harga. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga diperoleh hasil kurang dari 1. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi lahan atau penambahan bibit agar tercapai efisiensi secara harga.
581
NPM Bibit (NPM2)
X2
NPM = (1,03280) . (1.063.561,11) 47.612,22 = 23,07067 Pada penghitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi bibit diperoleh hasil 23,07067. Dari hasil penghitungan ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi bibit ternyata masih belum efisien secara harga. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi bibit menunjukan angka lebih besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan penambahan bibit agar lebih efisien.
NPM Pupuk (NPM3)
X3
NPM = (0,40582) . (1.063.561,11) 79.927,77 = 5,40005 Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pupuk ternyata diperoleh hasil 5,40005. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor produksi pupuk juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan penambahan faktor produksi pupuk agar lebih efisien. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan angka yang lebih dari 1.
NPM Tenaga Kerja (NPM4)
X4
NPM = (0,03250) . (1.063.561,11) 88.111,11 = 0,39229 Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi tenaga kerja diperoleh hasil 0,39229. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor produksi tenaga kerja juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan
591
pengunrangan faktor produksi tenaga kerja agar lebih efisien. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan angka yang kurang dari 1. Jumlah total efisiensi Harga EH = NPM1 + NPM2 + NPM3 + NPM4 4 EH = -22,48641 + 23,07067 + 5,40005 + 0,39229 4 EH = 1,59415 Jadi besarnya efisiensi harga sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu pada usaha tani kelapa
di Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal adalah 1,59415. Hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal belum efisien secara harga, sebab nilai efisiensi harganya lebih besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan penambahan input produksi agar menjadi lebih efisien 4.1.3.4 Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara seluruh efisien teknis dengan efisien harga dari seluruh faktor input, sebuah alokasi sumber daya yang efisien secara teknis dimana kombinasi output yang diproduksi juga mencerminkan preferensi masyarakat (Nicholson, 2002 dalam Cloudio, 2010) 4.1.3.4.1 Efisiensi Ekonomi Sebelum Program Dari hasil penghitungan efisiensi ekonomi sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, diketahui besar efisiensi teknis sebesar 0,93496, dan efisiensi harga sebesar 3,86128. Dimana efisiensi ekonomi
601
dapat dicapai apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga telah dicapai. Maka dapat dihitung besarnya efisiensi ekonomi sebagai berikut: EE = ET x EH = 0,93496 x 3,86128 = 3,61016 Jadi besarnya efisiensi ekonomis pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal adalah sebesar 3,61016 Hal ini berarti bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal masih belum efisien secara ekonomis sehingga perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi 4.1.3.4.2 Efisiensi Ekonomi Sesudah Program Dari hasil penghitungan efisiensi ekonomi sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, diketahui besar efisiensi teknis sebesar 0,86310, dan efisiensi harga sebesar 1,59415. Dimana efisiensi ekonomi dapat dicapai apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga telah dicapai. Maka dapat dihitung besarnya efisiensi ekonomi sebagai berikut: EE = ET x EH = 0,86310 x 1,59415 = 1,37592 Jadi besarnya efisiensi ekonomis pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal adalah sebesar 1,37592 Hal ini berarti bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal masih belum efisien secara ekonomis sehingga perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi.
611
4.2 Pembahasan 4.2.1 Produktivitas Produktivitas usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, setelah dihitung dengan program komputer SPSS 16 diperoleh hasil probabilitas signifikansi 0,00
<
0,05 Ho ditolak dan Ha diterima. Hal itu
menunjukan bahwa produktivitas usaha tani kelapa yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal berbeda. Hal ini menunjukan adanya perubahan produktivitas
setelah diadakannya
program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu. Berarti dengan diadakannya program tersebut memberikan efek positif bagi petani, yaitu meningkatkan produksi kelapa yang berimbas pada meningkatnya pendapatan petani. Sehingga dengan diadakannya program petani menjadi tahu tentang pembudidayaan kelapa yang benar dan baik, menjadikan petani tepat dalam penggunaan faktor produksi yang efektif dan efisien. yang menjadikan tanaman kelapa yang mereka miliki dapat berbuah hingga produksi yang maksimal. 4.2.2 Efisien Teknis Dilihat dari hasil efisiensi teknis usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal, baik sebelum maupun sesudah adanya program pengolahan kelapa terpadu diatas, menunjukan di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dalam penggunaan faktor- faktor produksi masih belum efisien secara teknis . Jadi penggunaan faktor-faktor produksinya masih belum dapat dikombinasikan secara baik sehingga menimbulkan inefisiensi. Secara teknis petani masih belum mampu
621
mengkombinasikan input yang benar-benar digunakan untuk menghasilkan output yang maksimal secara efisien. Dari hasil penghitungan efisiensi teknis melalui alat bantu paket komputer Frontier 4.1.c diperoleh hasil bahwa dari keseluruhan sampel yang diteliti tidak mampu mencapai tingkat efisiensi secara teknis baik sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Yakni rata-rata efisiensi teknis sebelum program sebesar sebesar 0,93496 dan ratarata efisien teknis sesudah adanya program sebesar 0,86310. Hal ini mengandung arti bahwa rata-rata petani usaha tani kelapa sebelum adanya program dapat mencapai 93 % dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang di korbankan sedangkan rata-rata petani usaha tani kelapa setelah adanya program dapat mencapai 86 % dari potensi produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang dikorbankan. Nilai rata-rata efisiensi teknis keduanya masih dibawah 1, artinya bahwa usaha tani kelapa baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum efisien secara teknis, masih terdapat peluang potensi untuk meningkatkan produksi dimana usaha tani kelapa sebelum program masih terdapat 7 % untuk meningkatkan produksi sedangkan sesudah adanya program masih terdapat 14% untuk meningkatkan produksi kelapa. berarti usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara baik sebelum dan sesudah program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu masih belum efisien secara teknis. Berdasarkan penghitungan efisiensi teknis dengan hasil penghitungan yang mendekati angka 1, usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara memang masih dikategorikan belum efisien. Namun sudah hampir mendekati tingkat efisiensi secara teknis.
631
Hal itu dikarenakan Petani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal masih belum tepat mengunakan faktor-faktor produksi dalam berusaha tani kelapa, hal ini terlihat dari penggunaan penggunaan luas lahan, penggunaan bibit yang berasal buah kelapa yang tumbuh tunas yang tidak secara khusus di buat untuk bibit unggul, kurangnya perawatan pada kelapa maupun komposisi dalam penggunaan pupuk pada saat penanaman dan banyak petani menganggap tanaman kelapa sebagai tanaman sampingan yang dapat tumbuh tanpa pemeliharaan khusus, padahal kelapa juga memerlukan perhatian khusus agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang maksimal. Dilihat
dari
perbandingan
sebelum
dan
sesudah
adanya
program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu efisiensi teknis sebelum adanya program lebih efisien dibanding dengan efisiensi teknis sesudah adanya pengolahan.hal ini dikarenakan nilai efisiensi teknis sebelum adanya program lebih mendekati 1 dari pada nilai efisiensi teknis sesudah diadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu karena dikatakan efisien jika mendekati 1,semakin mendekati 1 semakin efisien. Semakin tidak efisien teknis usaha tani kelapa setelah diadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di karenakan adanya penambahan faktor produksi dalam pemeliharaan kelapa yaitu ditambahnya tenaga kerja untuk membersihkan kelapa yang dalam pemeliharaannya tidak memenuhi himbauan dari penyuluh program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, yaitu yang seharusnya pembersihan dilakukan tiga kali dalam setahun tetapi dilakukan dengan satu kali saja dalam setahun. Hal itu
64 1
menjadikan produksi yang dikehendaki setelah adanya penambahan faktor produksi tersebut tidak maksimal. Keadaan seperti ini sangat sejalan dengan teori pertumbuhan hukum hasil yang semakin berkurang The Law of Diminishing Return dari David Ricardo, yaitu penambahan faktor-faktor produksi pada mulanya akan meningkatkan jumlah produksi, namun apabila input tersebut ditambah secara terus menerus maka akan menyebabkan penurunan jumlah produksi. Penambahan faktor-faktor produksi masih dimungkinkan hingga mencapai setandar penggunaan faktor produksi yang sesuai. Maka dari itu penggunaan faktor-faktor produksi harus secara proposional dan mengunakan faktor-faktor produksi yang efektif. Petani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten tegal harus mampu mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan yakni luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja secara proposional dan efektif agar tercapai efisiensi. Penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa dinilai kurang mendapat perhatian khusus dari para petani, karena dianggap tanaman kelapa sebagai tanaman sampingan yang ditanam dengan tumpang sari, dan dianggap petani kelapa adalah tanaman yang mudah hidup dan tidak rentan terhadap hama, hal itu menjadikan tanaman kelapa tidak mendapatkan perlakuan khusus dari petani. Dengan diadakannya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dapat memberikan pandangan bagi petani untuk dapat memberikan perhatian khusus terhadap tanaman kelapa, karena kelapa dapat dijadikan komoditi industri yang menguntungkan, namun kurang responya petani terhadap program tersebut menjadikan masih inefisiensi teknis dalam usaha tani.
651
4.2.3
Efisiensi Harga Pembahasan efisiensi harga dan efisiensi ekonomi akan menghasilkan tiga
hasil kemungkinan yaitu : (1) jika nilai efisiensi lebih besar dari 1, hal ini berarti bahwa efisien yang maksimal belum tercapai, sehingga penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar mencapai kondisi yang efisien. (2) jika nilai efisiensi lebih kecil dari satu , hal ini berarti bahwa kegiatan usaha tani yang dijalankan tidak efisien, sehingga untuk mencapai tingkat efisien maka faktor produksi yang digunakan perlu dikurangi. (3) jika nilai efisiensi sama dengan satu, hal ini berarti bahwa dari hasil dikondisi usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara
yang dijalankan sudah
mencapai tingkat efisien dan diperoleh keuntungan yang maksimal. Dari hasil penghitungan efisiensi harga sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara kabupaten Tegal diperoleh hasil efisiensi harga sebelum adanya program sebesar 3,86128 dan efisiensi harga sesudah adanya program sebesar 1,59415 yang artinya penggunaan input baik sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu belum efisien dan perlu menambahkan kuantitas penggunaan input produksi untuk mencapai efisiensi harga. Dilihat dari perbandingan efisiensi harga sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, efisiensi harga sesudah adanya program lebih efisien dibanding efisien sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Hal tersebut dikarenakan nilai efisiensi harga sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu lebih mendekati 1. Peningkatan efisiensi harga sesudahnya adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa
661
terpadu karena semakin proporsionalnya penggunaan faktor-faktor produksi yang dilakukan petani.
Penambahan Penggunaan faktor-faktor produksi yang masih
dimungkinkan hingga mencapai standar penggunaan yang proporsional untuk mencapai produksi yang maksimal dapat diketahui dari perhitungan efisiensi per faktor produksi. Hasil penghitungan efisiensi harga untuk NPM untuk faktor produksi luas lahan, sebelum adanya program sebesar -5,7523 dan hasil perhitungan efisiensi harga sesudah adanya program sebesar -22,48641 dimana menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi luas lahan pada usaha tani kelapa baik sebelum maupun sesudah program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu tidak efisien secara harga , sehingga perlu dilakukan pengurangan input. Yaitu harus ada penyesuaian luas lahan dengan bibit yang ditanam, yaitu mengatur jarak bibit yang sesuai dengan prosedur penanaman kelapa, jarak yang jauh antara kelapa satu dengan yang lain dapat dimanfaatkan dengan menanam tanaman di bawahnya sehingga pemanfaatan lahan jadi optimal. Dilihat dari perbandingan efisiensi harga untuk NPM faktor produksi luas lahan sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, efisiensi harga untuk NPM untuk luas lahan sebelum program lebih efisien dibanding dengan NPM untuk luas lahan sesudah adanya program, karena NPM luas lahan sebelum adanya program lebih mendekati 1. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus kelapa, menjadikan efisiensi NPM untuk luas lahan semakin berkurang. Dari penghitungan NPM untuk penggunaan faktor produksi bibit sebelum program adalah 5,35478 dan perhitungan NPM untuk penggunaan faktor produksi
671
sesudah program adalah 23,07067 . Angka ini menunjukan arti bahwa penggunaan faktor produksi bibit dalam usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal masih belum efisien secara harga sehingga perlu dilakukan penambahan input. Yaitu penambahan alokasi anggaran untuk pengadaan bibit unggul untuk menghasilkan produksi yang maksimal.karena umumnya para petani menggunakan bibit yang asal tanam, yaitu bibit dari kelapa yang tumbuh tunas karena terlalu lama disimpan. Dilihat dari perbandingan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi bibit baik sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu NPM untuk faktor produksi bibit sebelum adanya program lebih efisien dibanding dengan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi bibit sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Karena NPM faktor produksi bibit sebelum adanya program lebih mendekati 1. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus kelapa, menjadikan efisiensi NPM untuk bibit semakin berkurang. Dari penghitungan NPM untuk faktor produksi pupuk sebelum adanya program sebesar
6,94173 dan perhitungan NPM untuk faktor produksi pupuk
sesudah program sebesar 5,40005. hal ini berarti bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal baik sesudah maupun sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, masih belum efisien secara harga sehingga perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi harga. Yaitu penambahan alokasi anggaran untuk faktor produksi pupuk dimana selama ini petani kelapa di kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal mengunakan pupuk pada hanya satu kali saat menanam saja, yaitu mengunakan pupuk kandang yang diperoleh
681
dari membeli di peternak maupun dari hasil ternak sendiri. Sebenarnya penggunaan pupuk sebaiknya diberikan bertahap satu bulan sekali dengan dosis tertentu. Dari perbandingan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi pupuk baik sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu NPM faktor produksi pupuk sesudah adanya program lebih efisien dibanding dengan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi pupuk sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Karena NPM faktor produksi pupuk sesudah adanya program lebih mendekati 1. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus kelapa, menjadikan efisiensi NPM untuk pupuk semakin naik. Dari penghitungan NPM untuk faktor produksi tenaga kerja sebelum adanya program sebesar 3,14860 dan perhitungan NPM faktor produksi pupuk sesudah program sebesar 0,39229. hal ini berarti bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal baik sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, masih belum efisien secara harga. Dimana sebelum adanya program perlu dilakukan penambahan tenaga kerja untuk diberikan perlakuan khusus, agar menambah produksi buah kelapa hingga produksi maksimal. Sedangkan sesudah adanya program perlu dilakukan penggurangan tenaga kerja, tetapi sudah hampir mendekati efisien, hanya perlu penambahan perlakuan khusus pemeliharaan agar produksi buah kelapa mencapai titik maksimal, sehingga diperoleh efisiensi harga. Dari perbandingan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi tenaga kerja baik sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu NPM faktor produksi tenaga kerja sesudah adanya
691
program lebih efisien dibanding dengan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi pupuk sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Karena NPM faktor produksi pupuk sesudah adanya program lebih mendekati 1. Hal ini dikarenakan dengan adanya penambahan tenaga kerja menjadikan efisiensi NPM untuk luas lahan menjadi lebih efisien. Dari perbandingan diatas sejalan dengan teori pertumbuhan hukum hasil yang semakin berkurang The Law of Diminishing Return dari David Ricardo,
yaitu
penambahan faktor-faktor produksi pada mulanya akan meningkatkan jumlah produksi, namun apabila input tersebut ditambah secara terus menerus maka akan menyebabkan penurunan jumlah produksi. Penambahan faktor-faktor produksi masih dimungkinkan hingga mencapai setandar penggunaan faktor produksi yang sesuai. Maka dari itu penggunaan faktor-faktor produksi harus secara proposional dan mengunakan faktor-faktor produksi yang efektif. 4.2.4 Efisiensi Ekonomi Dari penghitungan efisiensi ekonomi sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang diperoleh hasil usaha tani kelapa sebelum program sebesar 3,61016 dan hasil usaha tani sesudah adanya program sebesar 1,37592
maka dapat dikatakan bahwa usaha tani kelapa baik sebelum
maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu belum efisien secara ekonomi. Agar tercapai keuntungan yang maksimal maka petani harus mempu menggunakan seluruh faktor-faktor produksi yang dimiliki secara efisien. Baik itu dalam menghasilkan output secara efisien agar optimal dan juga
701
guna memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya, Maka perlu dilakukan penambahan penggunaan faktor-faktor produksi agar tercapai efisiensi ekonomi pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Dilihat dari perbandingan efisiensi ekonomi sebelum adanya program dan sesudah adanya program dilihat dari nilai diatas, bahwa efisiensi sesudah adanya program lebih efisien, karena lebih mendekati satu, hal itu berarti menunjukan dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu menjadikan usaha tani kelapa lebih efisien walaupun penambahan efisiennya sedikit. Jadi dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dapat bermanfaat bagi para petani kelapa untuk mengunakan faktor-faktor produksi yang tepat untuk mencapai efisiensi sehingga berimbas pada peningkatan produktivitas
1
BAB V PENUTUP
5.3 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Profil petani yang mengikuti Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal diikuti terdiri dari tiga kelompok tani yaitu kelompok tani Sarimukti dari desa Sitail, kelompok tani Tirtoyoso dari desa Sumbarang dan kelompok tani Makmur tani dari desa Cerih. Petani yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu berumur antara 20 tahun sampai 60 tahun yang memiliki pengalaman bertani 6-35 tahun, dimana sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan hanya sampai sekolah dasar yang menjadikan pertanian sebagai sumber pendapatan utama bagi kebanyakan petani di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. 2. Mekanisme pelaksanaan Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa terpadu berjalan sesuai dengan yang direncanakan, yaitu terdiri dari dua kegiatan yaitu yang pertama adalah penyuluhan pembudidayaan kelapa yang dilanjutkan dengan pelatihan penanaman kelapa dan yang kedua pelatihan cara mengolah kelapa menjadi berbagai produk yang disosialisasikan kepada tiga kelompok tani, yang kemudian dibentuk menjadi GAPOKTAN (gabungan
71
721
kelompok tani) sebagai penampung hasil pertania petani kelapa yang kemudian akan diproses menjadi berbagai produk olahan kelapa, seperti briket, asam cair, dan nata de coco. 3. Dengan diadakannya Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu petani mendapat efek positif, yaitu peningkatan produktivitas. Sedangkan dilihat dari efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, dimana Untuk efisiensi
teknis
baik
sebelum
maupun
sesudah
adanya
program
pengembagandan pengolahan kelapa terpadu keduanya belum mencapai efisien teknis yaitu efisiensi teknis sebelum adanya program sebesar 0,93496 sedangkan efisiensi teknis sesudah program sebesar 0,86310. Jadi efisiensi teknis sebelum program lebih efisien dibanding dengan efisiensi teknis sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Untuk efisiensi harga baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum efisien. dimana efisien harga sebelum program sebesar 3,86128 dan efisiensi harga sesudah program sebesar 1,59415. jadi efisiensi harga sesudah adanya program lebih efisien dibanding dengan efisiensi harga sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Untuk efisiensi ekonomi baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum efisien, dimana efisiensi ekonomi sebelum adanya program sebesar 3,61016 dan efisiensi sesudah adanya program sebesar 1,37592. Jadi efisiensi ekonomi sesudah adanya program lebih efisien dibanding efisieansi sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.
731
5.2 Saran Adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu adalah salah satu perhatian pemerintah untuk memberdayakan petani kelapa dan meningkatkan kesejahteraan petani kelapa, dengan diberikan penyuluhan dan memfasilitasi petani. Maka dari itu harus ada peran aktif dari petani dan pengawasan khusus dari penyuluh pertanian untuk mencapai kesuksesan dan tujuan yang dikehendaki. Dari penyusunan penelitian ini diperoleh beberapa saran antara lain 1. Para petani diharapkan lebih mampu menggunakan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dimilikinya secara proporsional. Sehingga menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Mereka hendaknya juga harus lebih kreatif dalam menjalankan kegiatan usaha mereka seperti penggunaan pupuk kandang yang ramah bagi tanah, bersedia menerima ilmu baru yang diberikan kepada mereka, dan merubah mindset lama petani. 2. Kelompok-kelompok tani di Kecamatan Jatinegara harus benar-benar diberdayakan dalam program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dengan aktif. Sebab selama ini petani belum benar-benar mengikuti dalam program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.petani hanya serbatas sebagai penyuplay kelapa saja. 3. Pemerintah hendaknya memberikan pandangan dan bantuan dalam tindak lanjut dalam pemasaran produk olahan kelapa supanya dapat diditribusikan di berbagai wilayah, karena selama ini pemerintah hanya memberikan program-
74 1
program baru tetapi belum ada tindah lanjut untuk kemajuan dimasa mendatang.
751
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A. dan Mulyani, Anny. 2003. “ Pemanfaatan lahan berpotensi untuk pengembangan produksi kelapa”. Dalam Jurnal Litbang Pertanian, Volume 22 No. 1. Hal 24-32 Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Achtin, Dyas. 2010. “Pengaruh Produktifitas pertanian Padi Terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Gunung Pati Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi UNNES Ahmad, Haris. 2010. Teori Produktivitas. http:// harisahmad.blogspot.com. (27 Desember 2009) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arif, Himawan. 2007. Modul Frontier Version 4.1 Program Untuk Estimasi Stocahastic Frontier. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP. Arsyal, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN. Budi, Avi. 2010 ”Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Jagung di Kabupaten Grobogan Tahun 2007”. Skipsi .semarang: Fakultas Ekonomi UNNES Laporan Akhir Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani. 2010. Jakarta: BAPPENAS. Laporan Akhir Kegiatan Peremajaan Tanaman Perkebunan Rakyat TP,APMN. 2008. Tegal: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal. Lay, Patrik. dan D.J. Taror. 2006. “Perkembangan teknologi pengolahan minyak kelapa”. Dalam Jurnal Monograf Pasca Panen Kelapa. Hal 20-29: Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Marhasan. 2005. “Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Murbei dan Kokon di Kabupaten Enrekang”. Dalam jurnal ISSN. Volume 2 No. 109-119 Pinang: STIKIP Cokroaminoto. Miller, R. Leroy, Meiner, Roger E. “Teori Mikro Ekonomi”. Jakarta: Raja Grafindo. Nicholson, Walter. 2002. “Mikroekonomi Intermediate”. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pedoman Umum Pengembangan Kelapa Terpadu. 2010. Jakarta: Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan.
761
Sahara, Dewi. Idris. 2005. “Efisiensi Produksi Sistem Usaha Tani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis”. Sulawesi Tenggara: BPTP Siswi, Yulianik. 2006. “Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Brebes (Studi Kasus Desa Larangan)”. Skipsi: Semarang. Fakultas Ekonomi UNDIP Soekartawi. 1993. “Prinsip dasar ekonomi pertanian”. Jakarta: Grafindo Persada. _________. 2003. “Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2007. “Statistik Untuk Penelitian”. Bandung: CV Alfabeta. Sukestiyarno. 2010. “Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS”. Semarang: Universitas Negeri semarang. Sukirno, Sadono. 2005. “Mikro Ekonomi Teori Pengantar”. Grafindo Persada: Jakarta Sukiyono, Ketut. 2004. “Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknis”. Dalam Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Indonesia, Volume 6 No.2. Hal 104-110 Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Supardi. dan Rozany, Achmad. 2006. “Pemberdayaan petani kelapa dalam upaya peningkatan pendapatan”. Dalam Jurnal Litbang Pertanian, Volume 25 No. 1. Hal 31-36. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Widyananto, Claudio Satrya. 2010. “ Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha tani Bawang Putih”. Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP.
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
771
Perhitungan Pendapatan dan Biaya Uasaha Tani Kelapa Sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
No.
Nama
1 Mustajid 2 Ahmad Atoil 3 Munawar 4 Mukhtarom 5 Miftahul Falah 6 Fahrudin Muroh 7 Abdul Gofar 8 Fakhuri 9 M. Sujat 10 Muhchidin Jani 11 Kharisah 12 Warjiin 13 Kamin 14 Abdul Jamil 15 Mukhwan 16 Muhkhasan 17 Ubaidillah 18 Hambali Kebagusan 19 M. Nasucha 20 Kasron 21 Satori 22 Rahman Sulim 23 Jurip 24 Zaenal Arifin 25 M. Chasan 26 Abdul Hadi 27 M. Sahar 28 Maghfuri 29 Masruri H 30 Yusup Azis 31 Hj. Mu'addah 32 Ahmad Khasan 33 Jauhari 34 Nasri Adi 35 Slamet Dihu 36 Khaeri 37 Syakron 38 Nardi 39 Patoni 40 A. Khasan 41 Solikhah 42 Sahiri 43 Bazro 44 Sudijah 45 Patoni 46 Sakur 47 Warya 48 Thulab 49 Thobiin 50 Muhkhidin 51 Rumli Salim 52 Mawah 53 Tarom 54 Nur Shodiq 55 Suyati 56 Abrori 57 Mas'ul 58 Farikhin 59 Masruroh 60 Saprozi 61 Rachmudin 62 Sukur Rahmat 63 H. Suyat 64 wahrad 65 Budi Sutomo 66 Rahmat Suhadi 67 Sabudin 68 Santoso Hermawan 69 Ramun 70 Khusnul khotimah 71 Kamat Sujati 72 Wage 73 Ahmad Tholib 74 Durmadi 75 Arifin 76 Arif Makmuri 77 M. Tofiq 78 Suwarto 79 M. Wasroni 80 Sarifin H 81 Slamet riyadi 82 Muhwat Azis 83 Zaenal Makhrobi 84 Rahmat 85 Sarwadi 86 Wasnari 87 Kamari 88 Kamun 89 Sukuri 90 Ridwan Rata-rata Jumlah
Produksi A (Buah) 812 255 532 221 225 528 330 510 480 270 210 180 630 240 450 255 255 221 255 300 525 435 255 600 975 720 450 405 650 1.072 600 600 700 585 930 375 375 345 375 360 300 375 705 360 375 1.095 435 600 720 750 750 375 945 750 450 850 750 375 800 969 355 204 490 455 350 216 432 360 585 255 375 270 225 255 255 525 420 320 690 1.020 255 510 560 525 255 260 425 255 345 255 476,9111 42.922
Biaya Harga (Rp) 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.400 1.300 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.400 1.400 1.400 1.400 1.400 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.400 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.486,6667 133.800
Pendapatan A (Rp) Total Biaya (Rp) 974.400 382.500 798.000 331.500 337.500 739.200 429.000 765.000 720.000 405.000 315.000 270.000 945.000 360.000 675.000 382.500 382.500 331.500 382.500 450.000 787.500 609.000 357.000 840.000 1.365.000 1.008.000 675.000 607.500 975.000 1.608.000 900.000 900.000 1.050.000 877.500 1.395.000 562.500 562.500 517.500 562.500 540.000 450.000 562.500 1.057.500 540.000 562.500 1.642.500 652.500 900.000 1.080.000 1.125.000 1.125.000 562.500 1.417.500 1.125.000 675.000 1.275.000 1.125.000 562.500 1.200.000 1.453.500 532.500 306.000 735.000 682.500 525.000 324.000 648.000 540.000 877.500 382.500 562.500 405.000 337.500 382.500 382.500 787.500 630.000 480.000 1.035.000 1.530.000 382.500 714.000 840.000 787.500 382.500 390.000 637.500 382.500 517.500 382.500 707.456,6667 63.671.100
298.000 83.100 173.000 96.100 82.000 197.500 116.000 190.500 175.500 123.000 90.400 77.000 225.000 81.500 198.000 100.500 95.500 95.000 90.300 113.500 171.500 149.000 90.300 183.000 299.000 219.000 160.000 182.000 225.500 306.000 240.000 240.000 280.000 198.000 317.500 135.500 135.000 120.500 110.500 142.500 110.000 136.000 247.000 157.500 136.500 332.500 156.000 203.500 222.000 271.000 250.000 125.000 287.500 250.000 158.000 250.000 245.000 137.500 242.500 290.000 78.100 96.500 168.500 167.000 148.500 89.400 190.000 128.500 176.500 97.500 137.500 80.700 73.600 80.400 79.500 178.000 117.500 90.000 195.000 304.000 84.800 150.000 161.500 599.500 86.100 89.500 130.500 77.500 128.500 78.500 167.520,0000 15.076.800
Keuntungan (Rp) 676.400 299.400 625.000 235.400 255.500 541.700 313.000 574.500 544.500 282.000 224.600 193.000 720.000 278.500 477.000 282.000 287.000 236.500 292.200 336.500 616.000 460.000 266.700 657.000 1.066.000 789.000 515.000 425.500 749.500 1.302.000 660.000 660.000 770.000 679.500 1.077.500 427.000 427.500 397.000 452.000 397.500 340.000 426.500 810.500 382.500 426.000 1.310.000 496.500 696.500 858.000 854.000 875.000 437.500 1.130.000 875.000 517.000 1.025.000 880.000 425.000 957.500 1.163.500 454.400 209.500 566.500 515.500 376.500 234.600 458.000 411.500 701.000 285.000 425.000 324.300 263.900 302.100 303.000 609.500 512.500 390.000 840.000 1.226.000 297.700 564.000 678.500 188.000 296.400 300.500 507.000 305.000 389.000 304.000 539.936,6667 48.594.300
Produktivitas A 3,269798658 4,602888087 4,612716763 3,449531738 4,115853659 3,742784810 3,698275862 4,015748031 4,102564103 3,292682927 3,484513274 3,506493506 4,200000000 4,417177914 3,409090909 3,805970149 4,005235602 3,489473684 4,235880399 3,964757709 4,591836735 4,087248322 3,953488372 4,590163934 4,565217391 4,602739726 4,218750000 3,337912088 4,323725055 5,254901961 3,750000000 3,750000000 3,750000000 4,431818182 4,393700787 4,151291513 4,166666667 4,294605809 5,090497738 3,789473684 4,090909091 4,136029412 4,281376518 3,428571429 4,120879121 4,939849624 4,182692308 4,422604423 4,864864865 4,151291513 4,500000000 4,500000000 4,930434783 4,500000000 4,272151899 5,100000000 4,591836735 4,090909091 4,948453608 5,012068966 6,818181818 3,170984456 4,362017804 4,086826347 3,535353535 3,624161074 3,410526316 4,202334630 4,971671388 3,923076923 4,090909091 5,018587361 4,585597826 4,757462687 4,811320755 4,424157303 5,361702128 5,333333333 5,307692308 5,032894737 4,510613208 4,760000000 5,201238390 1,313594662 4,442508711 4,357541899 4,885057471 4,935483871 4,027237354 4,872611465 4,285723089 385,715077983
Pajak lahan (Rp) 30.000 10.000 25.000 9.000 9.600 18.000 11.500 22.500 23.500 13.000 8.000 8.000 30.000 9.000 35.000 10.000 10.000 9.600 10.500 13.500 27.000 27.000 10.500 27.000 41.000 29.000 23.000 25.000 30.500 41.000 20.000 25.000 35.000 23.000 35.000 13.000 15.000 12.000 14.000 20.000 10.000 13.500 27.000 15.000 14.000 35.000 27.000 23.500 27.000 26.000 30.000 15.500 35.000 30.000 21.000 30.000 25.000 15.000 22.500 30.000 9.000 11.000 24.000 26.000 21.500 10.000 26.000 12.500 24.500 10.500 15.000 8.500 9.800 9.600 10.000 19.000 16.500 15.000 30.000 39.000 9.000 23.000 21.000 22.000 8.600 9.500 21.000 8.000 19.000 9.000 19.757,7778 1.778.200
Bibit (Rp) 78.000 22.100 48.000 22.100 20.400 67.500 34.500 48.000 42.000 30.000 22.400 17.000 75.000 25.500 48.000 25.500 25.500 20.400 23.800 30.000 52.500 42.000 23.800 56.000 98.000 70.000 42.000 42.000 75.000 105.000 60.000 70.000 75.000 60.000 97.500 37.500 35.000 30.000 37.500 37.500 30.000 37.500 75.000 37.500 37.500 112.500 39.000 60.000 75.000 75.000 75.000 37.500 97.500 75.000 42.000 75.000 75.000 37.500 75.000 90.000 22.100 25.500 52.500 49.000 42.000 23.400 54.000 36.000 52.000 27.000 37.500 25.200 23.800 23.800 25.500 49.000 36.000 30.000 70.000 105.000 23.800 35.000 52.500 52.500 25.500 30.000 37.500 25.500 37.500 25.500 47.612,2222 4.285.100
Pupuk (Rp) 150.000 36.000 80.000 45.000 32.000 92.000 55.000 100.000 90.000 60.000 40.000 32.000 100.000 27.000 100.000 45.000 40.000 45.000 36.000 50.000 72.000 60.000 36.000 80.000 140.000 100.000 75.000 75.000 100.000 140.000 140.000 125.000 150.000 100.000 165.000 65.000 65.000 58.500 39.000 65.000 50.000 65.000 125.000 65.000 65.000 165.000 75.000 100.000 100.000 150.000 125.000 52.000 140.000 125.000 75.000 125.000 125.000 65.000 125.000 150.000 27.000 40.000 72.000 72.000 65.000 36.000 90.000 60.000 80.000 45.000 65.000 27.000 20.000 27.000 24.000 90.000 45.000 25.000 75.000 140.000 32.000 72.000 68.000 510.000 32.000 30.000 52.000 24.000 52.000 24.000 79.927,7778 7.193.500
Tenaga Kerja (Rp) 40.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 40.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 40.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.222,2222 1.820.000
781
Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran Usaha Tani Kelapa Sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
No.
Nama
1 Mustajid 2 Ahmad Atoil 3 Munawar 4 Mukhtarom 5 Miftahul Falah 6 Fahrudin Muroh 7 Abdul Gofar 8 Fakhuri 9 M. Sujat 10 Muhchidin Jani 11 Kharisah 12 Warjiin 13 Kamin 14 Abdul Jamil 15 Mukhwan 16 Muhkhasan 17 Ubaidillah 18 Hambali Kebagusan 19 M. Nasucha 20 Kasron 21 Satori 22 Rahman Sulim 23 Jurip 24 Zaenal Arifin 25 M. Chasan 26 Abdul Hadi 27 M. Sahar 28 Maghfuri 29 Masruri H 30 Yusup Azis 31 Hj. Mu'addah 32 Ahmad Khasan 33 Jauhari 34 Nasri Adi 35 Slamet Dihu 36 Khaeri 37 Syakron 38 Nardi 39 Patoni 40 A. Khasan 41 Solikhah 42 Sahiri 43 Bazro 44 Sudijah 45 Patoni 46 Sakur 47 Warya 48 Thulab 49 Thobiin 50 Muhkhidin 51 Rumli Salim 52 Mawah 53 Tarom 54 Nur Shodiq 55 Suyati 56 Abrori 57 Mas'ul 58 Farikhin 59 Masruroh 60 Saprozi 61 Rachmudin 62 Sukur Rahmat 63 H. Suyat 64 wahrad 65 Budi Sutomo 66 Rahmat Suhadi 67 Sabudin 68 Santoso Hermawan 69 Ramun 70 Khusnul khotimah 71 Kamat Sujati 72 Wage 73 Ahmad Tholib 74 Durmadi 75 Arifin 76 Arif Makmuri 77 M. Tofiq 78 Suwarto 79 M. Wasroni 80 Sarifin H 81 Slamet riyadi 82 Muhwat Azis 83 Zaenal Makhrobi 84 Rahmat 85 Sarwadi 86 Wasnari 87 Kamari 88 Kamun 89 Sukuri 90 Ridwan Rata-rata Jumlah
Produksi B (Buah)
Harga (Rp)
Pendapatan B (Rp)
1.102 306 608 306 285 748 396 560 491 270 224 288 840 320 600 255 340 306 340 400 665 551 323 760 1.365 960 600 540 900 1.407 800 850 1.000 780 1.054 550 525 460 525 480 420 475 987 480 475 1.606 580 840 960 1.000 1.000 500 1.134 1.025 600 1.000 1.050 500 1.000 1.425 340 306 630 595 560 306 540 480 780 378 475 378 300 340 340 700 630 400 875 1.311 340 714 700 700 306 360 525 272 460 289
1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.800 1.700 1.700 1.500 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.800 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.500 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.500 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700 1.700
1.873.400 520.200 1.033.600 520.200 484.500 1.271.600 673.200 952.000 834.700 459.000 380.800 489.600 1.428.000 576.000 1.020.000 433.500 510.000 520.200 578.000 680.000 1.130.500 936.700 549.100 1.292.000 2.320.500 1.632.000 1.020.000 918.000 1.530.000 2.391.900 1.440.000 1.445.000 1.700.000 1.326.000 1.791.800 935.000 892.500 782.000 892.500 816.000 714.000 807.500 1.480.500 816.000 807.500 2.730.200 986.000 1.428.000 1.632.000 1.700.000 1.700.000 850.000 1.927.800 1.742.500 900.000 1.700.000 1.785.000 850.000 1.700.000 2.422.500 578.000 520.200 1.071.000 1.011.500 952.000 520.200 918.000 816.000 1.326.000 642.600 807.500 642.600 510.000 578.000 578.000 1.190.000 1.071.000 680.000 1.487.500 2.228.700 578.000 1.213.800 1.190.000 1.190.000 520.200 612.000 892.500 462.400 782.000 491.300
627,4111 56.467
1.695,5556 152.600
1.063.561,1111 95.720.500
Total Biaya (Rp) 443.000 83.100 268.000 96.100 82.000 310.000 173.500 290.500 175.500 123.000 130.400 77.000 350.000 121.500 298.000 100.500 138.000 95.000 132.800 113.500 259.000 224.000 90.300 283.000 461.500 344.000 235.000 257.000 350.500 473.500 340.000 365.000 405.000 298.000 472.500 198.000 197.500 183.000 173.000 205.000 110.000 198.500 372.000 220.000 199.000 515.000 231.000 303.500 347.000 396.000 375.000 125.000 445.000 375.000 233.000 375.000 370.000 200.000 367.500 432.500 78.100 96.500 256.000 167.000 148.500 89.400 280.000 188.500 274.000 142.500 200.000 80.700 73.600 80.400 79.500 265.500 192.500 140.000 310.000 479.000 84.800 235.000 249.000 687.000 86.100 139.500 130.500 77.500 191.000 78.500 235.408,8889 21.186.800
Biaya Keuntungan (Rp)
Produktivitas B Pajak lahan (Rp)
1.430.400 437.100 765.600 424.100 402.500 961.600 499.700 661.500 659.200 336.000 250.400 412.600 1.078.000 454.500 722.000 333.000 372.000 425.200 445.200 566.500 871.500 712.700 458.800 1.009.000 1.859.000 1.288.000 785.000 661.000 1.179.500 1.918.400 1.100.000 1.080.000 1.295.000 1.028.000 1.319.300 737.000 695.000 599.000 719.500 611.000 604.000 609.000 1.108.500 596.000 608.500 2.215.200 755.000 1.124.500 1.285.000 1.304.000 1.325.000 725.000 1.482.800 1.367.500 667.000 1.325.000 1.415.000 650.000 1.332.500 1.990.000 499.900 423.700 815.000 844.500 803.500 430.800 638.000 627.500 1.052.000 500.100 607.500 561.900 436.400 497.600 498.500 924.500 878.500 540.000 1.177.500 1.749.700 493.200 978.800 941.000 503.000 434.100 472.500 762.000 384.900 591.000 412.800 828.152,2222 74.533.700
4,228893905 6,259927798 3,856716418 5,413111342 5,908536585 4,101935484 3,880115274 3,277108434 4,756125356 3,731707317 2,920245399 6,358441558 4,080000000 4,740740741 3,422818792 4,313432836 3,695652174 5,475789474 4,352409639 5,991189427 4,364864865 4,181696429 6,080841639 4,565371025 5,028169014 4,744186047 4,340425532 3,571984436 4,365192582 5,051531151 4,235294118 3,958904110 4,197530864 4,449664430 3,792169312 4,722222222 4,518987342 4,273224044 5,158959538 3,980487805 6,490909091 4,068010076 3,979838710 3,709090909 4,057788945 5,301359223 4,268398268 4,705107084 4,703170029 4,292929293 4,533333333 6,800000000 4,332134831 4,646666667 3,862660944 4,533333333 4,824324324 4,250000000 4,625850340 5,601156069 7,400768246 5,390673575 4,183593750 6,056886228 6,410774411 5,818791946 3,278571429 4,328912467 4,839416058 4,509473684 4,037500000 7,962825279 6,929347826 7,189054726 7,270440252 4,482109228 5,563636364 4,857142857 4,798387097 4,652818372 6,816037736 5,165106383 4,779116466 1,732168850 6,041811847 4,387096774 6,839080460 5,966451613 4,094240838 6,258598726 4,844149993 435,973499410
30.000 10.000 25.000 9.000 9.600 18.000 11.500 22.500 23.500 13.000 8.000 8.000 30.000 9.000 35.000 10.000 10.000 9.600 10.500 13.500 27.000 27.000 10.500 27.000 41.000 29.000 23.000 25.000 30.500 41.000 20.000 25.000 35.000 23.000 35.000 13.000 15.000 12.000 14.000 20.000 10.000 13.500 27.000 15.000 14.000 35.000 27.000 23.500 27.000 26.000 30.000 15.500 35.000 30.000 21.000 30.000 25.000 15.000 22.500 30.000 9.000 11.000 24.000 26.000 21.500 10.000 26.000 12.500 24.500 10.500 15.000 8.500 9.800 9.600 10.000 19.000 16.500 15.000 30.000 39.000 9.000 23.000 21.000 22.000 8.600 9.500 21.000 8.000 19.000 9.000 19.757,7778 1.778.200
Bibit (Rp) 78.000 22.100 48.000 22.100 20.400 67.500 34.500 48.000 42.000 30.000 22.400 17.000 75.000 25.500 48.000 25.500 25.500 20.400 23.800 30.000 52.500 42.000 23.800 56.000 98.000 70.000 42.000 42.000 75.000 105.000 60.000 70.000 75.000 60.000 97.500 37.500 35.000 30.000 37.500 37.500 30.000 37.500 75.000 37.500 37.500 112.500 39.000 60.000 75.000 75.000 75.000 37.500 97.500 75.000 42.000 75.000 75.000 37.500 75.000 90.000 22.100 25.500 52.500 49.000 42.000 23.400 54.000 36.000 52.000 27.000 37.500 25.200 23.800 23.800 25.500 49.000 36.000 30.000 70.000 105.000 23.800 35.000 52.500 52.500 25.500 30.000 37.500 25.500 37.500 25.500 47.612,2222 4.285.100
Pupuk (Rp) 150.000 36.000 80.000 45.000 32.000 92.000 55.000 100.000 90.000 60.000 40.000 32.000 100.000 27.000 100.000 45.000 40.000 45.000 36.000 50.000 72.000 60.000 36.000 80.000 140.000 100.000 75.000 75.000 100.000 140.000 140.000 125.000 150.000 100.000 165.000 65.000 65.000 58.500 39.000 65.000 50.000 65.000 125.000 65.000 65.000 165.000 75.000 100.000 100.000 150.000 125.000 52.000 140.000 125.000 75.000 125.000 125.000 65.000 125.000 150.000 27.000 40.000 72.000 72.000 65.000 36.000 90.000 60.000 80.000 45.000 65.000 27.000 20.000 27.000 24.000 90.000 45.000 25.000 75.000 140.000 32.000 72.000 68.000 510.000 32.000 30.000 52.000 24.000 52.000 24.000 79.927,7778 7.193.500
Tenaga Kerja (Rp) 185.000 15.000 115.000 20.000 20.000 132.500 72.500 120.000 20.000 20.000 60.000 20.000 145.000 60.000 115.000 20.000 62.500 20.000 62.500 20.000 107.500 95.000 20.000 120.000 182.500 145.000 95.000 115.000 145.000 187.500 120.000 145.000 145.000 115.000 175.000 82.500 82.500 82.500 82.500 82.500 20.000 82.500 145.000 102.500 82.500 202.500 90.000 120.000 145.000 145.000 145.000 20.000 172.500 145.000 95.000 145.000 145.000 82.500 145.000 162.500 20.000 20.000 107.500 20.000 20.000 20.000 110.000 80.000 117.500 60.000 82.500 20.000 20.000 20.000 20.000 107.500 95.000 70.000 135.000 195.000 20.000 105.000 107.500 102.500 20.000 70.000 20.000 20.000 82.500 20.000 88.111,1111 7.930.000
1 79
Data Output dan Input Usaha Tani Kelapa Sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Mustajid Ahmad Atoil Munawar Mukhtarom Miftahul Falah Fahrudin Muroh Abdul Gofar Fakhuri M. Sujat Muhchidin Jani Kharisah Warjiin Kamin Abdul Jamil Mukhwan Muhkhasan Ubaidillah Hambali Kebagusan M. Nasucha Kasron Satori Rahman Sulim Jurip Zaenal Arifin M. Chasan Abdul Hadi M. Sahar Maghfuri Masruri H Yusup Azis Hj. Mu'addah Ahmad Khasan Jauhari Nasri Adi Slamet Dihu Khaeri Syakron Nardi Patoni A. Khasan Solikhah Sahiri Bazro Sudijah Patoni Sakur
Produksi A(Y) 812 255 532 221 225 528 330 510 480 270 210 180 630 240 450 255 255 221 255 300 525 435 255 600 975 720 450 405 650 1.072 600 600 700 585 930 375 375 345 375 360 300 375 705 360 375 1.095
Luas lahan(X1) 6.000 1.750 4.000 1.700 1.700 4.500 2.300 4.000 3.500 2.000 1.600 1.700 5.000 1.700 4.000 1.700 1.700 1.700 1.750 2.000 3.500 3.000 1.700 4.000 7.000 5.000 3.000 3.000 5.000 7.000 2.500 5.000 5.000 4.000 6.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.000 2.500 5.000 2.500 2.500 7.500
Bibit(X2) 60 17 40 17 17 45 23 40 35 20 16 17 50 17 40 17 17 17 17 20 35 30 17 40 70 50 30 30 50 70 40 50 50 40 65 25 25 25 25 25 20 25 50 25 25 75
Pupuk(X3) 30 9 20 9 8 23 11 20 18 10 8 8 25 9 20 9 8 9 9 10 18 15 9 20 35 25 15 15 25 35 20 25 25 20 33 13 13 13 13 13 10 13 25 13 13 33
Tenaga Kerja (X4) 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
801
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Warya Thulab Thobiin Muhkhidin Rumli Salim Mawah Tarom Nur Shodiq Suyati Abrori Mas'ul Farikhin Masruroh Saprozi Rachmudin Sukur Rahmat H. Suyat wahrad Budi Sutomo Rahmat Suhadi Sabudin Santoso Hermawan Ramun Khusnul khotimah Kamat Sujati Wage Ahmad Tholib Durmadi Arifin Arif Makmuri M. Tofiq Suwarto M. Wasroni Sarifin H Slamet riyadi Muhwat Azis Zaenal Makhrobi Rahmat Sarwadi Wasnari Kamari Kamun Sukuri Ridwan
435 600 720 750 750 375 945 750 450 850 750 375 800 969 355 204 490 455 350 216 432 360 585 255 375 270 225 255 255 525 420 320 690 1.020 255 510 560 525 255 260 425 255 345 255
3.000 4.000 5.000 5.000 5.000 2.500 7.000 6.000 3.000 5.000 5.000 3.000 4.000 5.000 1.750 1.750 3.500 3.500 3.500 1.750 3.600 2.250 4.000 1.750 2.500 1.750 1.750 1.700 1.700 3.500 3.000 2.000 5.000 7.000 1.700 3.500 3.500 3.500 1.700 2.000 2.250 1.750 2.250 1.700
30 40 50 50 50 25 65 50 30 50 50 25 50 60 17 17 35 35 35 18 36 24 40 18 25 18 17 17 17 35 30 20 50 70 17 35 35 35 17 20 25 17 25 17
15 20 25 25 25 13 35 25 15 25 25 13 25 30 9 8 18 18 13 9 18 12 20 9 13 9 8 9 8 18 15 10 25 35 8 18 17 17 8 10 13 8 13 8
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 81
Data Output dan Input Usaha Tani Kelapa Sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Nama Mustajid Ahmad Atoil Munawar Mukhtarom Miftahul Falah Fahrudin Muroh Abdul Gofar Fakhuri M. Sujat Muhchidin Jani Kharisah Warjiin Kamin Abdul Jamil Mukhwan Muhkhasan Ubaidillah Hambali Kebagusan M. Nasucha Kasron Satori Rahman Sulim Jurip Zaenal Arifin M. Chasan Abdul Hadi M. Sahar Maghfuri Masruri H Yusup Azis Hj. Mu'addah Ahmad Khasan Jauhari Nasri Adi Slamet Dihu Khaeri Syakron Nardi Patoni A. Khasan Solikhah Sahiri Bazro
Produksi B (Y) 1.102 306 608 306 285 748 396 560 491 270 224 288 840 320 600 255 340 306 340 400 665 551 323 760 1.365 960 600 540 900 1.407 800 850 1.000 780 1.054 550 525 460 525 480 420 475 987
Luas lahan(X1) 6.000 1.750 4.000 1.700 1.700 4.500 2.300 4.000 3.500 2.000 1.600 1.700 5.000 1.700 4.000 1.700 1.700 1.700 1.750 2.000 3.500 3.000 1.700 4.000 7.000 5.000 3.000 3.000 5.000 7.000 2.500 5.000 5.000 4.000 6.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.000 2.500 5.000
Bibit(X2) 60 17 40 17 17 45 23 40 35 20 16 17 50 17 40 17 17 17 17 20 35 30 17 40 70 50 30 30 50 70 40 50 50 40 65 25 25 25 25 25 20 25 50
Pupuk(X3)
Tenaga Kerja (X4)
30 9 20 9 8 23 11 20 18 10 8 8 25 9 20 9 8 9 9 10 18 15 9 20 35 25 15 15 25 35 20 25 25 20 33 13 13 13 13 13 10 13 25
4 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 3 1 2 1 2 1 2 1 3 2 1 3 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3
821
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Sudijah Patoni Sakur Warya Thulab Thobiin Muhkhidin Rumli Salim Mawah Tarom Nur Shodiq Suyati Abrori Mas'ul Farikhin Masruroh Saprozi Rachmudin Sukur Rahmat H. Suyat wahrad Budi Sutomo Rahmat Suhadi Sabudin Santoso Hermawan Ramun Khusnul khotimah Kamat Sujati Wage Ahmad Tholib Durmadi Arifin Arif Makmuri M. Tofiq Suwarto M. Wasroni Sarifin H Slamet riyadi Muhwat Azis Zaenal Makhrobi Rahmat Sarwadi Wasnari Kamari Kamun Sukuri Ridwan
480 475 1.606 580 840 960 1.000 1.000 500 1.134 1.025 600 1.000 1.050 500 1.000 1.425 340 306 630 595 560 306 540 480 780 378 475 378 300 340 340 700 630 400 875 1.311 340 714 700 700 306 360 525 272 460 289
2.500 2.500 7.500 3.000 4.000 5.000 5.000 5.000 2.500 7.000 6.000 3.000 5.000 5.000 3.000 4.000 5.000 1.750 1.750 3.500 3.500 3.500 1.750 3.600 2.250 4.000 1.750 2.500 1.750 1.750 1.700 1.700 3.500 3.000 2.000 5.000 7.000 1.700 3.500 3.500 3.500 1.700 2.000 2.250 1.750 2.250 1.700
25 25 75 30 40 50 50 50 25 65 50 30 50 50 25 50 60 17 17 35 35 35 18 36 24 40 18 25 18 17 17 17 35 30 20 50 70 17 35 35 35 17 20 25 17 25 17
13 13 33 15 20 25 25 25 13 35 25 15 25 25 13 25 30 9 8 18 18 13 9 18 12 20 9 13 9 8 9 8 18 15 10 25 35 8 18 17 17 8 10 13 8 13 8
2 2 4 2 2 2 2 3 1 3 3 2 2 2 2 2 3 1 1 3 1 1 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
1 83
T-TEST PAIRS=Prodtv_A WITH Prodtv_B (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Prodtv_A
4.2857
90
.68042
.07172
Prodtv_B
4.8441
90
1.10545
.11652
Paired Samples Correlations N Pair 1
Prodtv_A & Prodtv_B
Correlation 90
.482
Sig. .000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1 Prodtv_A Prodtv_B
-.55843
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.97941
.10324
of the Difference Lower -.76356
Upper -.35329
Sig. (2t -5.409
df
tailed) 89
.000
1 84
Hasil Olah Data Frontier Sebelum Program Output from the program FRONTIER (Version 4.1c) instruction file = terminal data file = nend1.dta Error Components Frontier (see B&C 1992) The model is a production function The dependent variable is logged the ols estimates are : coefficient
standard-error
t-ratio
beta 0 0.40229275E 0.71638181E 0.56156193E beta 1 -0.16540700E 0.14896102E -0.11104046E beta 2 0.33874310E 0.25555828E 0.13255023E beta 3 0.81387854E 0.21133446E 0.38511397E beta 4 0.91218525E-01 0.86079732E-01 0.10596981E sigma-squared 0.88827086E-02 log likelihood function =
0.87431856E
the estimates after the grid search were : beta 0 0.40901590E beta 1 -0.16540700E beta 2 0.33874310E beta 3 0.81387854E beta 4 0.91218525E-01 sigma-squared 0.12909298E-01 gamma 0.55000000E mu is restricted to be zero eta is restricted to be zero iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.87694176E 0.40901590E0.16540700E 0.33874310E 0.81387854E 0.91218525E01 0.12909298E-01 0.55000000E gradient step iteration = 5 func evals = 45 llf = 0.87714950E 0.40817576E0.16520838E 0.36419849E 0.78489312E 0.90276531E01 0.13067347E-01 0.56615451E iteration = 9 func evals = 75 llf = 0.87715501E 0.40601104E0.16065112E 0.36038435E 0.78427640E 0.90001349E01 0.13097418E-01 0.56775230E the final mle estimates are :
851
coefficient
standard-error
t-ratio
beta 0 0.40601104E 0.67912769E 0.59784198E beta 1 -0.16065112E 0.14012280E -0.11465024E beta 2 0.36038435E 0.25412037E 0.14181640E beta 3 0.78427640E 0.21807691E 0.35963295E beta 4 0.90001349E-01 0.83564017E-01 0.10770347E sigma-squared 0.13097418E-01 0.44658869E-02 0.29327697E gamma 0.56775230E 0.28895325E 0.19648587E mu is restricted to be zero eta is restricted to be zero log likelihood function =
0.87715501E
LR test of the one-sided error = 0.56729008E with number of restrictions = 1 [note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations =
9
(maximum number of iterations set at : number of cross-sections = number of time periods =
90 1
total number of observations = thus there are:
0
100)
90
obsns not in the panel
covariance matrix : 0.46121442E -0.92167215E-01 0.51235150E-01 0.37457235E-01 0.80356929E-02 -0.22093297E-04 -0.25770181E-02 -0.92167215E-01 0.19634398E-01 -0.18057443E-01 -0.12264539E-02 -0.74697487E-03 0.19913499E-04 0.14816544E-02 0.51235150E-01 -0.18057443E-01 0.64577163E-01 -0.46341268E-01 -0.36865643E-02 0.10925011E-03 0.82261263E-02 0.37457235E-01 -0.12264539E-02 -0.46341268E-01 0.47557537E-01 0.37981781E-02 -0.14443213E-03 -0.10833960E-01 0.80356929E-02 -0.74697487E-03 -0.36865643E-02 0.37981781E-02 0.69829450E-02 -0.36464836E-05 -0.27628983E-03 -0.22093297E-04 0.19913499E-04 0.10925011E-03 -0.14443213E-03 -0.36464836E-05 0.19944146E-04 0.11571544E-02 -0.25770181E-02 0.14816544E-02 0.82261263E-02 -0.10833960E-01 -0.27628983E-03 0.11571544E-02 0.83493979E-01
1 86
technical efficiency estimates : firm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
eff.-est. 0.90481125E 0.94151488E 0.92002384E 0.88609031E 0.93018190E 0.85843004E 0.95041560E 0.90324888E 0.92238418E 0.92143771E 0.90918115E 0.83317340E 0.89973061E 0.92044957E 0.84578925E 0.94021556E 0.96070741E 0.88609031E 0.94151488E 0.95205655E 0.94907502E 0.94558230E 0.94021556E 0.95440356E 0.93830665E 0.94589860E 0.95344750E 0.92377770E 0.91264750E 0.94703499E 0.93520919E 0.87785182E 0.93822919E 0.94881810E 0.94216982E 0.94563982E 0.94563982E 0.91951452E 0.94563982E 0.93409795E 0.95205655E 0.94563982E 0.94027288E 0.93409795E 0.94563982E 0.95843966E
1 87
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 mean efficiency =
0.94558230E 0.95440356E 0.94589860E 0.95512790E 0.95512790E 0.94563982E 0.93696512E 0.96053768E 0.95344750E 0.97294115E 0.95512790E 0.95251237E 0.96043595E 0.96345934E 0.98284009E 0.89369999E 0.92954512E 0.90120946E 0.89813993E 0.86811442E 0.87541412E 0.95039319E 0.94881810E 0.93553183E 0.94563982E 0.95067534E 0.93170200E 0.94021556E 0.96070741E 0.94907502E 0.93579373E 0.96382031E 0.93387412E 0.95004930E 0.96070741E 0.94169022E 0.96815105E 0.95838576E 0.96070741E 0.90672518E 0.96617731E 0.96148036E 0.91302243E 0.96070741E 0.93496682E
88 1
Hasil Olah Data Frontier Sesudah Program Output from the program FRONTIER (Version 4.1c) instruction file = terminal data file = nend2.dta Error Components Frontier (see B&C 1992) The model is a production function The dependent variable is logged the ols estimates are : coefficient
standard-error
t-ratio
beta 0 0.41668656E 0.83092325E 0.50147418E beta 1 -0.23132654E 0.17315722E -0.13359335E beta 2 0.98453197E 0.29594021E 0.33267936E beta 3 0.23299671E 0.24673050E 0.94433685E beta 4 0.54726811E-01 0.40578537E-01 0.13486640E sigma-squared 0.11982082E-01 log likelihood function =
0.73963093E
the estimates after the grid search were : beta 0 0.42984612E beta 1 -0.23132654E beta 2 0.98453197E beta 3 0.23299671E beta 4 0.54726811E-01 sigma-squared 0.28633833E-01 gamma 0.95000000E mu is restricted to be zero eta is restricted to be zero iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.82296826E 0.42984612E0.23132654E 0.98453197E 0.23299671E 0.54726811E01 0.28633833E-01 0.95000000E gradient step iteration = 5 func evals = 47 llf = 0.83216157E 0.42934668E0.24398681E 0.10050595E 0.25275742E 0.28459241E01 0.28578170E-01 0.97637672E iteration = 10 func evals = 83 llf = 0.84075640E 0.48303576E0.35991236E 0.11064699E 0.27181115E 0.36218613E01 0.32332747E-01 0.99352625E pt better than entering pt cannot be found iteration = 14 func evals = 115 llf = 0.85496466E
891
0.51905956E0.41773247E 0.10328004E 0.40582663E 0.32506024E01 0.35251758E-01 0.99999999E the final mle estimates are : coefficient
standard-error
t-ratio
beta 0 0.51905956E 0.32191358E 0.16124190E beta 1 -0.41773247E 0.40037043E-01 -0.10433649E beta 2 0.10328004E 0.19148346E 0.53936796E beta 3 0.40582663E 0.12236273E 0.33165870E beta 4 0.32506024E-01 0.22533660E-01 0.14425541E sigma-squared 0.35251758E-01 0.20734407E-02 0.17001575E gamma 0.99999999E 0.51621955E-04 0.19371602E mu is restricted to be zero eta is restricted to be zero log likelihood function =
0.85496466E
LR test of the one-sided error = 0.23066745E with number of restrictions = 1 [note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations =
14
(maximum number of iterations set at : number of cross-sections = number of time periods =
90 1
total number of observations = thus there are:
0
100)
90
obsns not in the panel
covariance matrix : 0.10362835E 0.15658246E-01 0.30975049E-01 -0.51843978E-01 0.67899397E-02 -0.22412943E-02 0.33590893E-04 0.15658246E-01 0.16029648E-02 -0.10102643E-01 0.12442855E-01 -0.91870765E-03 0.39681880E-03 -0.69217400E-05 0.30975049E-01 -0.10102643E-01 0.36665916E-01 -0.27034412E-01 -0.10885174E-02 0.19171764E-03 0.23236048E-05 -0.51843978E-01 0.12442855E-01 -0.27034412E-01 0.14972638E-01 0.15484708E-02 -0.62946554E-03 0.60791312E-05 0.67899397E-02 -0.91870765E-03 -0.10885174E-02 0.15484708E-02 0.50776584E-03 0.55208843E-04 -0.19377160E-05
90 1
-0.22412943E-02 0.39681880E-03 0.55208843E-04 0.42991565E-05 0.26962192E-06 0.33590893E-04 -0.69217400E-05 -0.19377160E-05 0.26962192E-06 0.26648263E-08 technical efficiency estimates : firm eff.-est. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
0.81412279E 0.84748395E 0.69497279E 0.83728362E 0.81800335E 0.75139922E 0.81086349E 0.64010651E 0.65038362E 0.64052070E 0.65247976E 0.82661391E 0.75454400E 0.87559071E 0.68582841E 0.69773635E 0.95412187E 0.83728362E 0.92066935E 0.94891955E 0.84996381E 0.84482177E 0.88379937E 0.85734138E 0.86967425E 0.87377687E 0.91995111E 0.82795600E 0.81916581E 0.88808963E 0.75142677E 0.77365660E 0.91018424E 0.89157693E 0.71983155E 0.99976818E 0.95432417E 0.83616975E 0.95432417E 0.87252496E 0.99636552E 0.86343616E 0.88658920E
0.19171764E-03 -0.62946554E-03 0.23236048E-05
0.60791312E-05
1 91
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 mean efficiency =
0.87252496E 0.86343616E 0.99506020E 0.88928608E 0.96015977E 0.87377687E 0.91018424E 0.89826666E 0.92959101E 0.77996905E 0.99358660E 0.91995111E 0.91018424E 0.97747103E 0.98080620E 0.82917624E 0.98470890E 0.94164883E 0.88897702E 0.80522887E 0.78814309E 0.84650839E 0.79890230E 0.67834016E 0.89966564E 0.89157693E 0.96489212E 0.86343616E 0.98687931E 0.87154610E 0.93031513E 0.97586365E 0.89469875E 0.96594867E 0.94891955E 0.79641121E 0.84635133E 0.97586365E 0.92470036E 0.92784392E 0.92784392E 0.87827728E 0.83500027E 0.93404290E 0.79020180E 0.80016595E 0.82948410E 0.86310514E
1 92
KUISIONER UNTUK PETANI DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN KELAPA TERPADU TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DI KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL Oleh : Nendi Fatkhur Rahman I. 1. 2. 3. 4.
IDENTITAS (diisi oleh enumerator) Nama Responden :........................................................................................................ Nama Kelompok Tani :............................................................................................... Alamat :.......................................................................................................... Tanggal Wawancara :...................................................................................................
II. KARAKTERISTIK RESPONDEN 5. Umur :...................................................................................... 6. Jenis Kelamin :L/P 7. Status : Menikah / Belum Menikah / Janda / Duda 8. Pendidikan Terahir : SD / SMP / SMA / PT 9. Jumlah anggota keluarga yang membantu bekerja di lahan usahatani kelapa :.......... 10. Apakah usahatani kelapa adalah sumber utama pendapatan keluarga ( a )Ya ( b )Tidak Bila Ya, Sebutkan pekerjaan sambilan anda:............................................................... Bila Tidak, Sebutkan Pekerjaan Utama anda :............................................................. III. USAHATANI KELAPA 11. Pola tanam kelapa yang dilakukan : ............................................................................. 12. Jenis benih yang digunakan : ....................................................................................... 13. Alasan Tanam Kelapa : ................................................................................................. 14. Lama bertani kelapa :...........................................................................................Tahun 15. Apa saja imput yang anda butuhkan untuk memproduksi kelapa? No. Input Jumlah Harga Total (Jumlah x Harga) 1 Pembelian Bibit :.......................Batang Rp...................... Rp....................... 2
3
Pembelian Pupuk : ............................. ............................. .............................. Biaya Lain-lain .............................. ..............................
:..............................Kg Rp...................... :..............................Kg Rp...................... :..............................Kg Rp......................
Rp....................... Rp....................... Rp.......................
:................................... Rp........................ Rp........................ :................................... Rp........................ Rp.......................
16. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam setiap produksi?
931
No. 1
2
Keterangan Masa Penanaman Jumlah Tenaga Kerja Masa Perawatan Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Orang
Upah
Hari
Total (Jumlah x Harga)
...................... Rp................... .................. Rp....................... . ...................... Rp................... .................. Rp....................... . .
17. Berapa jumlah benih yang hidup dan tumbuh besar:........................................................ 18. Berapa produksi kelapa sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu (Produksi sebelum tahun 2008) No Keterangan Jumlah Harga Jual Total 1
Produksi Kelapa (butir) ..................
Rp.................
..................
19. Berapa produksi kelapa sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu (Produksi sekarang) No Keterangan Jumlah Harga Jual Total 1
Produksi Kelapa (butir)
20. Status lahan anda No Luas Lahan 1
.................... Rp.................
Status
Produksi Kelapa (butir) Rp.....................
.....................
Pajak Tanah
Rp....................
Sewa
Rp......................
IV. LAIN-LAIN 21. Bagaimana proses dan mekanisme pelaksanaan Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu: ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... 22. Penjualan hasil panen : ( a ) di Pasar; ( b )Tengkulak, ( c ) di Gapoktan 23. Informasi harga jual kelapa diperoleh dari............................................................... 24. Penentu harga jual.................................................................................................... 25. Wilayah pemasaran kelapa....................................................................................... Terimakasih Atas Bantuan dan Kerjasama Anda
941
FOTO PENELITIAN Foto Lahan Kelapa
1 95
Foto Mesin dan Alat Pengolahan Kelapa
1 96
Foto Wawancara Dengan Petani Kelapa