EFEKTIVITAS PEMBERIAN SIMULASI HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN HAND HYGIENE PETUGAS NON MEDIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
Ekorini Listiowati1, Lisa Nilamsari1 Program studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email:
[email protected] INTISARI Hospital Associated Infection (HAIs) masih menjadi permasalahan di dunia. Salah satu penyebabnya karena kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan masih rendah. Penyebaran HAIs tersebut 80% ditularkan melalui tangan. Petugas non medis di rumah sakit merupakan salah satu petugas yang memiliki risiko menularkan patogen melalui tangan, karena petugas non medis tetap memiliki peluang yang besar berada pada salah satu dari 5 momen penting hand hygiene. Simulasi hand hygiene merupakan salah satu jenis pelatihan yang dilaksanakan setiap pergantian shift jaga petugas non medis, guna membentuk perilaku dan
meningkatkan kepatuhan
petugas
non
medis
dalam
melaksanakan hand hygiene. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasy experimental dan teknik one group pre-posttest design. Populasi adalah semua petugas non medis di bagian kemanan, gizi, dan kebersihan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, jumlah sampel 37 orang. Uji analisis menggunakan uji T berpasangan untuk mengetahui perbedaan perilaku patuh sebelum dan sesudah simulasi hand hygiene. Hasil penelitian didapatkan, pelaksanaan hand hygiene sesuai dengan prosedur yang benar sebesar 0,55%. Tingkat kepatuhan meningkat menjadi 13,83% setelah dilakukan intervensi. Uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan, dimana nilai p<0,05; p=0,026 untuk petugas kemanan, p=0,027 untuk petugas gizi, dan p=0,002 untuk petugas kebersihan, artinya terdapat perbedaan perilaku patuh sebelum dan setelah pemberian 1
simulasi hand hygiene pada petugas non medis. Simulasi hand hygiene pada petugas non medis efektif dalam meningkatkan kepatuhan hand hygiene petugas non medis. Kata kunci: hand hygiene, kepatuhan, petugas non medis, simulasi
2
ABSTRACT Hospital Associated Infection (HAIs) is the world’s problem and one of the causes is hand hygiene compliance in healthcare workers are still low. Data showed 80% of HAIs spread by hands. Non medical healthcare workers are at risk for spreading the phatogen by hands, because although they don’t give intervention directly to the patients, they still have big possibilities to be in one of 5 moments hand hygiene. Hand hygiene simulation is one of training methods for heakthcare workers to create higher compliance in hand hygiene. This research was an experimental design with one group pre-posttest design. The population were all non medical healthcare workers in security department, nutritional department, and cleaning service department, the total sample is 37 persons. Paired T-test is used for stastitical analysis.The results obtained, the implementation of hand hygiene with proper procedure is 0,55%. The compliance rate increase after intervention by hand hygiene simulation 13,83%. Statistical analysis showed significant result p<0,05; p=0,026 for security department, p=0,027 for nutritional department, and p=0,002 for cleaning service department, meaning there is a difference in hand hygiene compliance of non medical healthcare workers before and after intervention by hand hand hygiene simulation.Hand hygiene simulation is effecticve to improve hand hygiene compliance. Therefore it can be used to improve hand hygiene compliance in non medical healthcare workers.
Keywords: hand hygiene, compliance, non medical healthcare workers, simulation
3
LATAR BELAKANG MASALAH
menjadi
Hospital Associated Infection (HAIs)
208%
dikarenakan
infeksi
tersebut2.
adalah infeksi yang didapatkan pasien
Jika melihat banyaknya kerugian
selama menjalani perawatan di rumah
yang
sakit
menjadi
diperlukan upaya untuk menekan angka
permasalahan di seluruh dunia. Angka
kejadian tersebut, salah satunya dengan
kejadian HAIs di berbagai negara masih
membersihkan
belum
infeksi
(RS).
bisa
HAIs
masih
diketahui
dengan
pasti,
disebabkan
oleh
tangan,
HAIs,
maka
karena
disebarkan
80% melalui
terutama di negara miskin dan negara
tangan2.Beberapa patogen penyebab HAIs
berkembang.
beberapa
memiliki frekuensi yang cukup tinggi di
penelitian terbaru menunjukkan rata-rata
tangan, seperti: Staphlococcus aureus yang
angka terjadinya HAIs di negara maju
merupakan penyebab utama dari infeksi
adalah 7,6% dan di negara berkembang
luka
10,1%1.
memiliki frekuensi sekitar 10-78% di
Namun
dari
Angka kejadian HAIs di Indonesia
paska
tangan,
operasi
dan
pneumonia
pseudomonas spp merupakan
masih belum bisa diketahui jumlahnya. Di
patogen penyebab infeksi nafas bawah
Amerika Serikat, angka kejadian HAIs
memiliki frekuensi sekitar 1-25% di
yaitu sekitar 1,7 sampai 2 juta tiap orang
tangan, jamur termasuk candida sp sekitar
setiap tahunnya, 99.000 orang tersebut
23-81% dan dapat bertahan selama satu
meninggal karenanya, dan 70% nya
jam di tangan3.
resisten terhadap obat. Kejadian HAIs menyebabkan
(LOS),
merupakan salah satu indikator patient
perawatan
safety. Pengurangan risiko infeksi terkait
meningkat. World Health Organization
pelayanan kesehatan merupakan salah
(WHO) menyatakan bahwa pada 7 juta
satu
orang
berdasarkan standar akreditasi rumah
mortalitas
length dan
yang
of
stay
Pencegahan dan pengendalian HAIs
biaya
terkena
HAIs
terdapat
sasaran
keselamatan
peningkatan biaya perawatan sebesar 80
sakit.
milyar dolar Amerika. Central of Disease
indikator
Control
akreditasi baru yang dikenal dengan
(CDC)
pengeluaran
mengestimasi
rumah
sakit
biaya
meningkat
Keselamatan standar
pasien
pasien
utama
menjadi penilaian
Akreditasi RS versi 20124. 4
Setiap
petugas
sakit
d. Tenaga Non Medis adalah seseorang
harusnya melakukan kebersihan tangan
yang mendapatkan ilmu pengetahuan
sebelum melakukan berbagai aktivitas
yang tidak termasuk pendidikan a, b,
sesuai
dan c diatas.
dengan
di
rumah
standar
WHO
yaitu:
sebelum kontak dengan pasien, sebelum
Sasaran evaluasi pelaksanaan hand
tindakan aseptik, setelah berisiko kontak
hygiene di rumah sakit dapat terbagi
dengan cairan tubuh, setelah kontak
menjadi: a) Perawat, asisten perawat,
dengan pasien, dan setelah kontak dengan
orderlies, dokter, residen, farmasist, dan
lingkungan5.
Petugas di rumah sakit
therapist; b) Ahli teknisi dan teknologi; c)
bukan hanya petugas medis tetapi juga
staf non klinis (asisten administrasi, staf
termasuk
medis.
kantor, unit klerk); d) staf lingkungan
Berdasarkan Menteri Kesehatan RI pada
(IPSRS, IPAL, petugas kebersihan, petugas
Pasal
1979,
keamanan); e) Pekerja sosial rumah sakit;
standardisasi ketenagakerjaan di rumah
f) Staf penyaji makanan, g) Sopir, vendor,
sakit terbagi menjadi 3, yaitu:
h) Mahasiswa, pengunjung, penunggu
a. Tenaga medis adalah lulusan fakultas
pasien5.
1
petugas Nomor
non
262
Tahun
kedokteran atau kedokteran gigi dan pascasarjananya pelayanan
yang
medis
dan
memberikan pelayanan
penunjang medis.
Petugas non medis di rumah sakit merupakan salah satu petugas yang memiliki
risiko
menularkan
patogen
melalui tangan, karena meskipun tidak
b. Tenaga Para Medis Perawatan adalah
memberikan intervensi langsung kepada
lulusan sekolah atau akademi perawat
pasien, petugas non medis tetap memiliki
kesehatan
peluang yang besar berada pada salah
yang
memberikan
pelayanan kesehatan paripurna. c. Tenaga Para Medis Non Perawat
satu dari 5 momen penting hand hygiene. Dari
hasil
studi
dilakukan
akademi bidang kesehatan lainnya
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum
yang
didapatkan data tentang pelaksanaan
penunjang.
pelayanan
Rumah
Sakit
yang
adalah seorang lulusan sekolah atau memberikan
di
pendahuluan
PKU
hand hygiene pada petugas non medis di rumah
sakit.
Dari
hasil
wawancara 5
dengan tim PPI didapatkan hasil bahwa
dilakukan
selama ini tim PPI, yang memang belum
menetap menjadi 32 – 54% dalam periode
lama dibentuk, masih lebih berfokus pada
follow up.
kepatuhan hand hygiene petugas medis saja,
seperti
dokter
yang kemudian
Salah satu cara untuk memberikan
perawat.
pelatihan adalah dengan memberikan
Kepedulian pihak manajemen rumah sakit
materi tentang hand hygiene dan simulasi
terhadap petugas non medis masih belum
pada petugas non medis di Rumah Sakit
maksimal. Padahal rumah sakit PKU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II akan
Simulasi
segera mengajukan akreditasi. Karena
pelatihan yang memperagakan sesuatu
itulah dibutuhkan suatu penelitian untuk
dalam bentuk tiruan yang mirip dengan
mengetahui pelaksanaan hand hygiene
keadaan
dan bagaimana kepatuhan pelaksanaan
hygiene merupakan salah satu jenis
hand hygiene tersebut pada petugas non
metode pelatihan dengan memperagakan
medis dengan pemberian simulasi.
6 langkah mencuci tangan yang benar
Pelatihan aktivitas
adalah
yang
meningkatkan
dan
intervensi,
serangkaian
dirancang
keahlian,
adalah
salah
sebenarnya.
satu
metode
Simulasi
hand
pada 5 momen penting hand hygiene.
untuk
Simulasi hand hygiene pada petugas
pengetahuan,
non medis ini diharapkan dapat sebagai
pengalaman, ataupun perubahan sikap
media
individu6.
pengingat
serta
dapat
Beberapa
penelitian
meningkatkan motivasi petugas untuk
bahwa
pemberian
melaksanakan hand hygiene. Harapan
intervensi dengan metode pelatihan dapat
akhirnya terjadi perubahan sikap yaitu
meningkatkan
dalam
peningkatan pelaksanaan hand hygiene
pelaksanaan hand hygiene di rumah sakit.
yang tepat pada petugas non medis rumah
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
sakit. Karena itulah peneliti tertarik untuk
Kate Stenske, et al (2013), pelatihan hand
melakukan penelitian terkait dengan hal
hygiene memberikan peningkatan yang
tersebut.
membuktikan
kepatuhan
signifikan pada kepatuhan pelaksanaan hand hygiene oleh staff rumah sakit dari 11 – 21% menjadi 36 – 54% setelah 6
TINJAUAN PUSTAKA
setelah terpapar dengan cairan tubuh, 4)
Hand hygiene (kebersihan tangan)
setelah bersentuhan dengan pasien, 5)
merupakan teknik dasar yang paling
setelah menyentuh lingkungan sekitar
penting
pasien. Menurut WHO langkah-langkah
dalam
penceghan
dan
pengendalian infeksi (Potter & Perry,
hand hygiene adalah sebagai berikut:
2005).
1. Teknik hand hygiene dengan mencuci
Menurut
hygiene
WHO
merupakan
(2009)
hand
membersihkan
tangan
tangan dengan sabun dan air atau
a)
handrub berbasis alkohol yang bertujuan
b) Berikan sabun secukupnya, dan
mengurangi
atau
berkembangnya
mikroorganisme
tangan
(WHO,
2009).
mencegah
ratakan ke seluruh permukaan
di
Hand hygiene
tangan c)
merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah HAIs (Van dan Enk, 2006). Tujuan
hand
hygiene
adalah
Basahkan tangan dengan air
Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
d) Telapak tangan kanan digosokkan
untuk
ke punggung tangan kiri beserta
membuang kotoran dan organisme yang
ruas-ruas
menempel
sebaliknya
di
tangan
dan
untuk
mengurangi jumlah mikroba total pada
e)
Gosok
jari,
telapak
tangan
juga kanan
saat itu. WHO (2009), menyatakan bahwa
dengan
hand hygiene yang efektif melibatkan
dengan jari-jari saling terkait
kesadaran kesehatan pekerja, indikasi, dan
kapan
hygiene.
waktu
Aksi
hand
melakukan hygiene
f)
telapak
begitu
tangan
kiri
Letakkan punggung jari pada
hand
telapak satunya dengan jari saling
dapat
mengunci
dilakukan dengan handrubbing dengan
g)
Jempol kanan digosok memutar
produk berbasis alkohol atau dengan
oleh telapak tangan kiri, begitu
mencuci tangan dengan sabun dan air.
sebaliknya
Terdapat “5 momen” dimana petugas
h) Jari
kiri
menguncup,
gosok
kesehatan harus melakukan hand hygiene
memutar ke kanan dan ke kiri
yaitu: 1) sebelum menyentuh pasien, 2)
begitu juga sebaliknya
sebelum melakukan prosedur asepsis, 3) 7
i)
Jari
kiri
menguncup,
gosok
Jempol kanan digosok memutar
memutar ke kanan dan ke kiri
oleh telapak tangan kiri, begitu
pada
pula sebaliknya
telapak
kanan
dan
sebaliknya j)
g)
h) Jari
Keringkan tangan.
kaki
menguncup,
gosok
memutar ke kanan dan
ke kiri
Mencuci tangan memerlukan waktu
pada
telapak
sekitar 40-60 detik, sedangkan waktu
sebaliknya
kanan
dan
yang dibutuhkan untuk melakukan
i)
langkah e sampai h sekitar 15 – 30
Waktu yang diperlukan yaitu sekitar
detik.
20-30 detik.
2. Teknin
hand
handrubbing
hygiene
dengan
menggunakan
bahan
Keringkan tangan
Kepatuhan kesetiaan,
didefinisikan
ketaatan
sebagai
atau
loyalitas.
berbasis alkohol:
Kepatuhan dalam lingkup pelaksanaan
a)
Berikan alkohol secukupnya pada
hand hygiene adalah ketaatan dalam
tangan
melakukan hand hygiene dengan indikasi
b) Ratakan c)
alkohol
ke
seluruh
dan tata cara yang benar. Menurut Smet,
permukaan tangan
kepatuhan
adalah
tingkat
Gosok telapak tangan kiri dengan
melaksanakan
telapak tangan kanan
berperilaku sesuai dengan apa yang
suatu
seseorang
cara
atau
d) Telapak tangan kanan digosokaan
disarankan atau dibebankan kepadanya.
ke punggung tangan kiri beserta
Perilaku adalah suatau kegiatan atau
ruas-ruas
aktivitas yang dapat diamati langsung dan
jari,
begitu
juga
sebaliknya e)
Gosok
telapak
dengan f)
telapak
tidak langsung. Perilaku baru terjadi tangan
kanan
apabila ada sesuatu yang diperlukan
kiri
untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut
tangan
dengan jari-jari saling terkait
rangsangan. Berarti rangsangan tertentu
Letakkan punggung jari pada
akan
telapak satunya dengan jari saling
Kepatuhan
mengunci
ketaatan dalam melaksanakan kebersihan
menghasilkan hand
reaksi
hygiene
tertentu4. merupakan
tangan baik dengan mencuci tangan 8
dengan air, ataupun dengan handrub
dalam pembelajaran kelompok. Proses
berbasis alkohol. Banyak faktor yang
pembelajaran yang menggunakan metode
berkontribusi
rendahnya
simulasi
di
benda atau kegiatan yang sebenarnya,
kepatuhan
terhadap
hand
hygiene
antara
cenderung
objeknya
pertugas kesehatan, termasuk kurangnya
melainkan
pengetahuan tentang pentingnya hand
bersifat pura-pura (Anita, 2007). Dalam
hygiene dalam mengurangi penyebaran
pembelajaran yang menggunakan metode
infeksi, kurangnya pemahaman tentang
simulasi, peserta dibina kemampuannya
teknik
berkaitan
hand
hygiene
yang
benar,
kegiatan
bukan
mengajar
dengan
yang
ketrampilan
kurangnya fasilitas cuci tangan, serta
berinteraksi dan berkomunikasi dalam
ketakutan petugas akan terjadinya iritasi
kelompok. Di samping itu, dalam metode
pada tangan jika terkena sabun5.
simulasi peserta diajak untuk dapat
Simulasi adalah salah satu metode
bermain peran beberapa perilaku yang
pelatihan yang memperagakan sesuatu
dianggap
dalam bentuk tiruan yang mirip dengan
pembelajaran.
keadaan yang sesungguhnya. Simulasi
adalah
adalah sebuah replikasi atau visualisasi
memperagakan tata cara mencuci tangan
dari perilaku sebuah system, misalnya
yang benar dan juga menyebutkan 5
sebuah perencanaan, yang berjalan pada
momen penting mencuci tangan.
kurun waktu tertentu (Sa’ud, 2005). Jadi
sesuai
Simulasi
kegiatan
Dalam
dengan
hand hygiene
pelatihan
menjalankan
tujuan dengan
fungsi
dan
dapat dikatakan bahwa simulasi itu
tugasnya, rumah sakit membutuhkan
adalah
tenaga kerja untuk menjalankan seluruh
sebuah
model
yang
berisi
seperangkat variable yang menampilkan
aktifitas
ciri utama dari system kehidupan yang
mencapai target-target pekerjaan. Sumber
sebenarnya.
memungkinkan
daya manusia yang dimiliki oleh sebuah
keputusan-keputusan yang menentukan
rumah sakit beranekaragam dan harus
bagaimana
mampu
Simulasi ciri-ciri
dimodifikasi
secara
utama
bisa
bekerja
ada,
sehingga
sama
agar
dapat
mampu
Metode
memberikan pelayanan yang maksimal
simulasi merupakan salah satu metode
termasuk kepuasan pada pengguna. Oleh
pembelajaran
karena
yang
nyata.
itu
yang
dapat
digunakan
itu,
dibutuhkan
standardisasi 9
ketenagakerjaan yang ditetapkan oleh
diobservasi sebelum dilakukan intervensi,
Menteri Kesehatan RI pada Pasal 1 Nomor
kemudian
262
standardisasi
intervensi. Populasi dalam penelitian ini
ketenagakerjaan di rumah sakit terbagi
adalah semua petugas non medis yang
menjadi 3, yaitu:
bekerja
a. Tenaga medis adalah lulusan fakultas
Muhammadiyah
Tahun
1979,
diobservasi
di
lagi
Rumah
setelah
Sakit
Yogyakarta
PKU
Unit
II.
kedokteran atau kedokteran gigi dan
Sampel penelitian ini adalah petugas non
pascasarjananya
memberikan
medis yang ditemukan saat penelitian
pelayanan
dilaksanakan. Sampling dilakukan dengan
pelayanan
yang
medis
dan
penunjang medis.
melakukan telusur terhadap petugas non
b. Tenaga Para Medis Perawatan adalah
medis
yang
ada
saat
lulusan sekolah atau akademi perawat
dilaksanakan.
kesehatan
sampel pada penelitian ini menggunakan
yang
memberikan
pelayanan kesehatan paripurna.
Teknik
penelitian pengambilan
metode total sampling dan purposive
c. Tenaga Para Medis Non Perawat
sampling dengan total 27 petugas yang
adalah seorang lulusan sekolah atau
terdiri dari 7 petugas keamanan, 7
akademi bidang kesehatan lainnya
petugas gizi, dan 23 petugas kebersihan.
yang
memberikan
pelayanan
penunjang.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dengan menggunakan
d. Tenaga Non Medis adalah seseorang
checklist
untuk
mengetahui
tingkat
yang mendapatkan ilmu pengetahuan
kepatuhan perawat dalam melakukan
yang tidak termasuk pendidikan a, b,
hand hygiene. Checklist ini terdiri dari 3
dan c diatas.
bagian yaitu: 5 momen penting hand hygiene, tata cara mencuci tangan, dan
METODE PENELITIAN
hand
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian
kuantitatif
dengan
rubbing
berbasis alkohol. Pretes
group pre-posttest design. Penelitian ini
tingkat
terdiri
melakukan
satu
kelompok
yang
bahan
Data dikumpulkan
melalui 2 tahap, yaitu pretes dan postes.
desain quasy experimental dan teknik one dari
menggunakan
dilakukan kepatuhan hand
untuk
mengetahui
perawat hygiene
dalam sebelum 10
dilakukannya intervensi (simulasi hand
1. Petugas Keamanan
hygiene). Cara mengumpulkan datanya
Dari hasil observasi didapatkan
dengan melakukan observasi langsung
data bahwa fasilitas untuk melakukan
selama
dilakukan
hand hygiene di bagian keamanan
intervensi berupa simulasi hand hygiene,
belum memadai. Belum ada tempat
selanjutnya
postes.
untuk cuci tangan maupun handrub
Pengambilan data postest dilakukan satu
berbasis alkohol yang tersedia di pos
minggu
petugas
12
hari.
Setelah
dilakukan setelah
pengumpulan
intervensi.
datanya
sama
Cara
keamanan.
Sehingga
bila
dengan
petugas berniat untuk melakukan
pretes yaitu dengan melakukan observasi
hand hygiene harus berjalan ke depan
langsung untuk mengetahui kepatuhan
tempat penunggu pasien (sekitar 5-7
hand hygiene. Waktu pelaksanaan postes
meter) untuk bisa melakukan handrub
yakni 12 hari.
atau melakukan hand wash di kamar
Analsis data pada penelitian ini digolongkan
menjadi
univariat
dan
kecil terdekat. Hal tersebut jugalah yang
menjadi
salah
satu
alasan
bivariat. Analisis data univariat meliputi:
petugas keamanan tidak melakukan
jenis
hand hygiene. Dari hasil wawancara
kelamin,
usia,
dan
tingkat
pendidikan yang disajikan dalam bentuk
dengan
frekuensi dan persentase. Sedangkan
maupun anggota petugas keamanan
analisis bivariat yang digunakan yaitu uji
didapatkan
T
menganggap dengan melakukan hand
berpasangan
perbedaan
untuk
tingkat
mengetahui
kepatuhan
kepala data
bagian
keamanan
bahwa
mereka
hand
hygiene pelayanan kepada pasien akan
hygiene petugas non medis sebelum dan
tertunda. Apalagi jika datang pasien
setelah
gawat atau jika pasien datang secara
dilakukannya
simulasi
hand
hygiene.
berurutan.
Petugas
mengatakan
bahwa mereka merasa mengabaikan HASIL Berdasarkan wawancara
pasien bila tidak langsung melayani hasil
observasi
didapatkan
data
dan
pasien datang dan harus melakukan
sebagai
hand hygiene terlebih dahulu. Apalagi
berikut: 11
hand rub yang tersedia letaknya cukup
melakukan hand hygiene. Akan tetapi
jauh.
momen dan langkah yang dilakukan
2. Petugas Gizi
masih belum tepat.
Dari hasil observasi di bagian
3. Petugas Kebersihan
gizi didapatkan data bahwa fasilitas
Dari hasil observasi didapatkan
untuk melakukan hand hygiene sudah
data bahwa fasilitas untuk melakukan
cukup memadai. Terdapat wastafel
hand hygiene di bagian kebersihan
untuk melakukan cuci tangan lengkap
belum memadai. Belum ada tempat
dengan sabunnya di depan pintu
untuk cuci tangan maupun handrub
keluar. Jadi petugas bisa melakukan
berbasis alkohol yang tersedia di
hand
keluar
ruang petugas kebersihan. Sehingga
membagikan makanan pasien. Akan
bila petugas melakukan cuci tangan
tetapi
mereka
wash handuk
sebelum untuk
lap
masih
melakukannya kain
di
memakai handuk lap biasa yang
mencuci
digantung dan digunakan berkali-kali,
menggunakan sabun colek, sehingga
bukan lap atau tisu sekali pakai sesuai
cuci tangan hanya bisa dilakukan
standar. Fasilitas untuk handrub juga
seadanya. Untuk melakukan hand rub
sudah cukup memadai. Terdapat satu
pun petugas harus berjalan agak jauh
hand rub berbasis alkohol yang ada di
di bagian lorong (10-15 meter) atau
dalam ruangan petugas dan cukup
masuk ke bagian gizi, sangat tidak
terjangkau untuk melakukan hand rub.
mudah
Dari hasil wawancara dengan kepala
wawancara dengan kepala bagian
bagian gizi didapatkan data bahwa
kebersihan dan beberapa petugas
sudah pernah ada kuesioner yang
kebersihan didapatkan data bahwa
dibagikan kepada petugas tentang
hampir semua petugas masih belum
pelaksanaan hand hygiene sebelumnya
tahu tentang hand hygiene. Belum
sehingga petugas gizi sudah cukup
pernah ada sosialisasi tentang hand
mengetahui tentang hand hygiene.
hygiene. Simulasi hand hygiene sudah
Kesadaran petugas untuk melakukan
pernah dilakukan sebelumnya oleh
hand hygiene juga baik. Hampir semua
pihak RS tetapi petugas kebersihan
dijangkau.
pel
tempat
Dari
dengan
hasil
12
mengalami
perubahan
anggota
menggunakan sarung tangan saat
sehingga anggota yang baru (hampir
bekerja. Sedangkan sarung tangan
semua petugas adalah anggota baru)
tidak disediakan di bagian kebersihan.
belum pernah terpapar dengan hand
Mereka mengambil sarung tangan
hygiene sama sekali. Petugas juga
yang
mengatakan bahwa mereka bingung
bangsal tiap harinya. Satu sarung
jika harus melakukan hand hygiene
tangan
saat
petugas dalam satu hari.
bertugas
karena
petugas
disediakan untuk
untuk
seluruh
perawat pekerjaan
Tabel 1. Karakteristik responden Jenis Kelamin
Prsentase Departemen Total (%) Keamanan Gizi Kebersihan 7 0 10 17 45,95 0 7 13 20 54,05 7 7 23 37 100
Laki-laki Perempuan Total Usia <26 0 26-35 1 36-45 3 >45 3 Total 7 Pendidikan Terakhir SD 0 SMP 2 SMA/sederajat 5 Universitas 0 Total 7 Sumber: Data sekunder
Berdasarkan didapatkan
data
tabel bahwa
di
4 0 2 1 7
4 10 8 1 23
8 11 13 5 37
21,63 29,72 35,14 13,51 100
0 0 6 1 7
8 9 6 0 23
8 11 17 1 37
21,63 29,72 45,95 2,70 100
atas,
perempuan
(54,05%)
lebih
banyak
secara
daripada laki-laki (45,95%). Rentang usia
menyeluruh responden berjenis kelamin
terbanyak responden adalah antara 3613
45, yaitu sebanyak 13 orang (35,14%).
adalah SMA/sederajat yaitu sebanyak 17
Pendidikan terakhir terbanyak responden
orang
(45,95%).
Tabel 2. Frekuensi 5 moment hand hygiene Kemanan Gizi Kebersihan Total Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
Momen Sebelum kontak pasien Sebelum tindakan asepsis Setelah kontak pasien Setelah kontak cairan tubuh Setelah kontak dengan lingkungan pasien Total Sumber: Data primer
21
11
0
0
0
0
21
11
0 45
0 23
0 0
0 0
0 0
0 0
0 45
0 25
0
0
0
0
0
0
0
0
94 160
113 147
205 205
222 222
470 470
484 484
835 901
819 855
Secara keseluruhan didapatkan data
sebanyak 21 momen (2,33%). Sedangkan
bahwa pada saat pretest moment hand
pada saat postest moment hand hygiene
hygiene
yang
petugas non medis yang terbanyak adalah
terbanyak adalah momen setelah kontak
momen setelah kontak dengan lingkungan
dengan lingkungan pasien yaitu 835
pasien yaitu 819 momen (95,79%) yang
momen
kemudian
kemudian dilanjutkan dengan momen
setelah
setelah kontak dengan pasien sebanyak
petugas
(92,68%)
dilanjutkan kontak
non
dengan
dengan
medis
yang momen
pasien
sebanyak
45
23 momen (2,92%) dan terakhir adalah
momen (4,99%) dan terakhir adalah
momen sebelum kontak dengan pasien
momen sebelum kontak dengan pasien
sebanyak 11 momen (1,29%).
14
Tabel 3 Frekuensi kepatuhan 5 moment hand hygiene Kemanan Gizi Kebersihan Pr Momen Pre Post Pre Post Post e P T P T P T P T P T P T Sebelum kontak pasien 0 21 3 8 0 0 0 0 0 0 0 0 Sebelum tindakan asepsis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Setelah kontak pasien 0 45 8 15 0 0 0 0 0 0 0 0 Setelah kontak cairan tubuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Setelah kontak dengan lingkungan pasien 0 94 8 105 5 200 60 162 0 470 39 445 16 1 12 20 6 16 47 3 44 Total 0 0 9 8 5 0 0 2 0 0 9 5 Sumber: Data Primer
Secara keseluruhan didapatkan data
hygiene petugas yaitu sebanyak 118
bahwa pada saat pretest pada petugas
momen yang terdiri dari 3 momen
non medis terdapat total 896 momen
sebelum kontak pasien, 8 momen setelah
dimana terdapat 5 momen patuh yaitu
kontak pasien, dan 107 momen setelah
momen setelah kontak dengan lingkungan
kontak dengan lingkungan pasien. Untuk
pasien. Momen tersebut terdiri dari 21
momen tidak patuh pada saat posttest
momen sebelum kontak psien, 8 momen
didapatkan 712 momen yang terdiri dari
setelah kontak pasien, dan 835 momen
8 momen sebelum kontak pasien, 15
setelah kontak dengan lingkungan pasien.
momen setelah kontak pasien, dan 712
Sedangkan pada saat posttest didapatkan
momen setelah kontak dengan lingkungan
peningkatan pada momen patuh hand
pasien.
Departemen Keamanan Gzi Kebersihan
Tabel 4. Kepatuhan hand hygiene Pretest Patuh % Tidak % Patuh 0 0 160 100 19 5 2,44 200 97,56 60 0 0 470 100 39
Postest % Tidak % 12,93 128 87,07 27,03 162 72,97 8,06 445 91,94 15
Total Sumber: Data primer
5
0,55
896
99,45
118
13,83
735
86,17
Secara keseluruhan didapatkan data
saat pretest. Sedangkan pada postest
bahwa pada petugas non medis RSPKU
didapatkan kenaikan momen patuh yaitu
Muhammadiyah
sebanyak 118 (13,83%) momen patuh
Yogyakarta
Unit
II
didapatkan 5 (0,55%) momen patuh dan
dan 735 (86,17%) momen tidak patuh.
896 (99,45%) momen tidak patuh pada Tabel 5. Analisis statistik hubungan antara kepatuhan hand hygiene dengan karakteristik responden Karakteristik Jenis kelamin Usia Tingkat pendidikan Sumber: Data primer
Nilai p 0,010 0,160 0,571
Data diatas menunjukkan analisis statistik
hubungan
antara
kepatuhan
Kesimpulan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
jenis
kelamin
Sedangkan
responden
untuk
usia
(p<0,05).
dan
tingkat
petugas non medis dengan karakteristik
pendidikan tidak memiliki hubungan yang
responden menggunakan uji Man-Whitney
signifikan dengan kepatuhan petugas non
untuk jenis kelamin (2 kelompok) dan
medis(p>0,05).
Kruskal-Wallis untuk usia dan tingkat
Analisis
satistik
perbedaan
pendidikan (3 kelompok). Dari hasil data
perubahan perilaku petugas non medis
diatas
setelah dilakukan simulasi hand hygiene
didapatkan
hubungan
yang
bahwa signifikan
terdapat antara
di tiap bagian
kepatuhan petugas non medis dengan
16
Tabel 6. Analisis satistik perbedaan perilaku petugas non medis setelah dilakukan simulasi hand hygiene Departemen Nilai p Kesimpulan Keamanan 0,026 Signifikan Gizi 0,027 Signifikan Kebersihan 0,002 Signifikan Sumber: Data primer
Secara perbedaan
keseluruhan perubahan
terdapat
perilaku
yang
gizi dengan petugas keamanan (p=0,034) dan
petugas
gizi
dengan
petugas
signifikan antara petugas keamanan, gizi,
kebersihan (p=0,003). Untuk petugas
dan
keamana dengan petugas kebersihan
kebersihan
Sedangkan
bila
(p<0,05;
p=0,006).
dibandingkan
secara
tidak terdapat hubungan yang signifikan
terpisah terdapat perbedaan perubahan
dalam perubahan perilaku secara statistik
perilaku yang signifikan antara petugas
(p=0,219).
Tabel 4.8 Analisis satistik perbedaan perubahan perilaku petugas non medis setelah dilakukan simulasi hand hygiene di tiap bagian Departemen Nilai sig. Kesimpulan Keamanan-Gizi-Kebersihan 0,006 Signifikan Kemanan-Gizi 0,034 Signifikan Gizi-Kebersihan 0,003 Signifikan Kebersihan-Keamanan 0,219 Tidak signifikan Sumber: Data primer Secara perbedaan
keseluruhan perubahan
terdapat yang
keamana dengan petugas kebersihan
signifikan antara petugas keamanan, gizi,
tidak terdapat perbedaan perilaku yang
dan
signifikan
kebersihan
Sedangkan
bila
perilaku
kebersihan (p=0,003). Untuk petugas
(p<0,05;
p=0,006).
dibandingkan
secara
dalam
perubahan
perilaku
secara statistik (p=0,219).
terpisah terdapat perbedaan perubahan perilaku yang signifikan antara petugas gizi dengan petugas keamanan (p=0,034) dan
petugas
gizi
dengan
petugas 17
PEMBAHASAN 1. Gambaran
bagian PPI RS PKU Muhammadiyah pelaksanaan
simulasi
hand hygiene
Yogyakarta Unit II secara singkat dan pemberian buku saku hand hygiene
Simulasi
hand
hygiene
kepada setiap petugas yang hadir.
merupakan salah satu jenis pelatihan
Dalam sehari, setiap petugas yang
dengan memperagakan 6 langkah
masuk
hand hygiene yang benar berdasarkan
memiliki kesempatan untuk mengikuti
standard WHO. Kegiatan ini dilakukan
simulasi sebanyak satu kali, yaitu pada
pada saat pergantian shift jaga petugas
saat pergantian shift jaga siang. Total
(satu kali dalam sehari) yang dihadiri
simulasi
oleh petugas jaga pagi dan siang. Tiap
sebanyak 4 kali. Rata-rata petugas
simulasi dipimpin oleh salah satu
yang
petugas secara bergantian. Petugas
penelitian adalah 2,29 kali untuk
yang bertindak memimpin simulasi
petugas keamanan, 3,43 kali untuk
akan menyebutkan 5 momen hand
petugas gizi, dan 2,30 untuk petugas
hygiene
serta
kebersihan.
lainnya
untuk
memimpin
petugas
memperagakan
sama. Sebelum pelaksanaan simulasi, dahulu
penanggungjawab
bagian PPI RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II memberikan materi singkat kepada para petugas serta instruksi agar petugas melaksanakan kegiatan ini pada saat pergantian shift jaga siang. Simulasi hand hygiene
pada
penelitian ini dilakukan selama 4 hari. Simulasi
akan
dimulai
pagi
yang
ataupun
dilakukan
mengikuti
simulasi
siang
adalah saat
6
langkah hand hygiene secara bersamaterlebih
shift
dengan
pemberian materi secara singkat oleh
2. Gambaran pelaksanaan 5 moment hand hygiene Pelaksanaan 5 moment hand hygiene baik sebelum da setelah intervensi
hampir
sama.
Dimana
frekuensi momen terbanyak pada saat sesudah kontak dengan lingkungan pasien yakni 92,68% pada pretest dan 95,79% pada postest. Hampir seluruh petugas tidak menyadari keharusan mencuci tangan di setiap momen setelah kontak dengan lingkungan pasien (satu cuci tangan untuk satu 18
pasien).
Apalagi
(terutama
ketika
petugas
petugas
kebersihan)
kemudian kontak lagi dengan pasien lainnya.
melakukan tindakan dengan memakai
Prsentasi momen ketiga adalah
handscoon. Petugas sudah merasa
momen
aman
menggunakan
pasien yaitu 2,33% pada pretest dan
handscoon, sehingga merasa tidak
1,29% pada saat postetst. Sebagian
perlu untuk melakukan hand hygiene
besar
lagi. Penggunaan sarung tangan baik
menyadari keharusan mencuci tangan
bersih maupun steril tidak mengubah
sebelum bersentuhan dengan pasien.
atau menggantikan pelaksanaan hand
Petugas non medis merasa bahwa
hygiene. Hand hygiene harus dilakukan
mencuci
sebelum mengguakan sarung tangan
setelah bersentuhan dengan pasien,
dan setelah sarung tangan dilepas.
apalagi
jika
sudah
Frekuensi
momen
terbanyak
sebelum
petugas
pasien sebesar 4,99% pada pretest
sempat
dan 1,29% pada postest. Petugas non
hygiene.
tidak
medis
cukup
ada
dengan
tidak
dilakukan
pasien
yang
membutuhkan bantuan petugas harus langsung
menrasap
non
tangan bila
kedua yaitu setelah kontak dengan
medis
kontak
perlu
tanggap untuk
sehingga
tidak
melakukan
hand
Untuk dua momen yang lainnya,
melakukan hand hygiene bila hanya
yaitu
bersentuhan dengan pasien dalam
asepsis dan setelah kontak cairan
waktu beberapa detik, missal setelah
tubuh
menuntun pasien masuk ke klinik.
penelitian
Petugas
bahwa
tindakan asepsis yaitu segera setelah
untuk
menyentuh bagian tubuh pasien yang
juga
mereka
mengatakan
tidak
sempat
momen
sebelum
tidak ini.
ditemukan Momen
sebelum
berisiko
berdatangan
meneteskan obat tetes mata, sebelum
sehingga melakukan
petugas hand
berurutan, sering
hygiene
tidak setelah
kontak dengan pasien yang satu,
Misal:
pada
melakukan hand hygiene bila pasien secara
infeksi.
tindakan
sebelum
melakukan perawatan luka, sebelum melakukan
oral
hygiene,
dan
sebagainya. Momen setelah kontak dengan cairan tubuh pasien juga tidak 19
ditemukan pada penelitian ini. Momen
melakukan kebersihan tangan karena
ini
melakukan
merasa tidak membutuhkan hand
suction, membuang urin tampung
hygiene dalam aktivitasnya di rumah
pasien, memasang infus, mengambil
sakit. Padahal petugas non medis pun
darah, dan sebagainya. Memang kecil
tetap harus berperan dalam mencegah
sekali kemungkinan untuk petugas
terjadinya
non medis berada pada momen ini,
rumah sakit5. Komitmen kelembagaan
karena momen ini adalah momen yang
penting
biasanya
kepatuhan hand hygiene. Faktor yang
bias
terdiri
dari:
dilakukan
oleh
petugas
infeksi
nosokomial
untuk
di
meningkatkan
medis yang berhubungan langsung
paling
dengan perwatan pasien.
petugas kesehatan dalam penerapan cuci
Petugas non medis di rumah sakit merupakan salah satu petugas memiliki
patogen
risiko
melalui
meskipun
menularkan
tangan,
tidak
karena
memberikan
intervensi langsung kepada pasien, petugas non medis tetap memiliki peluang yang besar berada pada salah satu dari 5 momen penting hand hygiene.
Kebersihan
tangan
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang
dari
petugas
kesehatan dengan pasien. Walaupun demikian kesehatan,
masih
banyak
terutama
tangan
adalah
kepatuhan ketersediaan
fasilitas cuci tangan, dukungan dari
3. Kepatuhan hand hygiene
yang
mempengaruhi
petugas
petugas
non
pihak rumah sakit, dan persepsi petugas tentang cuci tangan7. Adanya prosedur tetap pencegahan infeksi dan
dukungan
kelembagaan
yang
diikuti dengan observasi secara terusmenerus serta umpan balik kinerja dapat
meningkatkan
kepatuhan
petugas sebesar (97,3%)8. Pada saat dilakukan observasi postest mengeluhkan
beberapa tangannya
petugas menjadi
kering setelah sering melakukan cuci tangan. Penggunaan sabun yang sering dan berulang dapat menyebabkan dermatitis iritan, sehingga perawatan tangan yang mencakup penggunaan
medis di rumah sakit yang tidak 20
pelembab
sangat
penting
untuk
mencegah iritasi pada kulit5.
mengandung Staphylococcus aureus,
Pengetahuan merupakan salah satu
faktor
yang
kepatuhan
mempengaruhi
melaksanakan
Cincin yang dipakai petugas banyak basil gram negative, dan Candida sp. yang tidak akan hilang bila cincin
hand
tetap dipakai saat melakukan cuci
hygiene. Tingkat pengetahuan tentang
tangan. Petugas yang memakai cincin
hand hygiene tidak hanya sebatas
saat
ketepatan momen dan langkah tetapi
meningkatkan risiko untuk terjadinya
juga syarat lain yang harus dipenuhi,
kontaminasi melalui tangan9.
seperti kuku tidak boleh panjang dan
bertugas
Hand
dapat
semakin
hygiene
harus
sesuai
prosedur
yang
teah
tidak menggunakan aksesoris (cincin,
dengan
jam tangan, gelang) saat melakukan
ditentukan, Bila tidak sesuai dengan
hand hygiene. Ada perawat yang sudah
prosedur dapat menyebabkan masih
melakukan
ada bagian di area permukaan tangan
hand
benar tetapi
hygiene
dengan
masih menggunakan
yang
tidak
tergosok
cincin saat melakukan hand hygiene
mikroorganisme
masih
sehingga hasilnya tidak maksimal.
pada area tersebut10.
sehingga menempel
Gambar 4.1 Daerah yang terlewat pada hand hygiene yang salah5 Gambar di atas adalah area
4. Efektivitas simulasi hand hygiene
tangan yang masih terkontaminasi
pada petugas non medis RS PKU
bakteri jika tidak melakukan prosedur
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
mencuci tangan dengan benar.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data bahwa angka kepatuhan petugas non medis 21
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
hygiene,
Unit II adalah 0,55% pada saat pretest
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
dan
memberikan materi singkat terkait
13,83%
intervensi
setelah
dengan
dilakukan
PPI
RS
PKU
hand
dengan hand hygiene: tujuan, manfaat,
hygiene. Sedangkan berdasarkan hasil
5 momen hand hygiene , serta langkah-
uji analisis dengan uji T berpasangan
langkah pelaksanaannya. Peneliti juga
dan
memberikan
uji
simulasi
tim
Wilcoxon
didapatkan
buku
saku
kepada
perbedaan yang signifikan (p<0,05)
peserta terkait dengan materi yang
pada perilaku petugas non medis PKU
disampaikan.
Muhammadiyah Ygyakarta Unit II
Penelitian yang dilakukan Gould
pada sebelum dan sesudah dilakukan
memberikan hasil bahwa pemberian
simulasi hand hygiene. Signifikansi
intervensi
didapatkan
kepatuhan
baik
pada
petugas
dapat hand
meningkatkan hygiene
petugas
keamanan (p=0,026), petugas gizi
kesehatan11. Intervensi tersebut dapat
(p=0,027),
dilakukan
maupun
petugas
dengan
berbagai
cara
kebersihan (p=0,002), yang artinya
antara lain: pendidikan dan pelatihan
simulasi hand hygiene efektif untuk
tentang hand hygiene, poster, video,
meningkatkan
hand
penyediaan fasilitas, dan follow up
hygiene petugas. Hal ini disebabkan
rutin dari pihak rumah sakit. Prieto
karena simulasi dapat meningkatkan
melakukan
pengetahuan,
kemampuan,
serta
kepatuhan
menghasilkan
perubahan
dalam
kepatuhan
kebiasaan kerja. jenis
pelatihan
meningkatkan
hand
memberikan
ini
dapat
pengetahuan
para
perawat,
didapatkan
peningkatan
dengan berupa
pemberian penelitian
yang
dimana
terjadi
hygiene.
Ketika
memulai pelaksanaan simulasi hand
Hal
pelaksanaan
ini
sebanyak
sesuai telah
terjadi setelah
intervensi
pentingnya
hand hygiene maupun
hasil
kepatuhan
26,3%12.
hand
hygiene
intervensi
pesertanya tentang hand hygiene, baik prosedur
tentang
pendidikan dan pelatihan terhadap
Simulasi yang merupakan salah satu
penelitian
dengan
dilakukan, peningkatan
hand hygiene setelah 22
diberikan pelatihan dalam bentuk
pandangan biologis merupakan suatu
simulasi sebesar 13,83%.
kegiatan atau aktivitas organisme
Pendidikan merupakan sarana untuk
memberikan
pengetahuan.
yang bersangkutan14. Jadi perilaku manusia
pada
hakekatnya
adalah
Mangkupawira berpendapat bahwa
aktivitas dari manusia itu sendiri.
pengetahuan merupakan unsur pokok
Proses
dalam perubahan perilaku bagi setiap
terjadi dalam waktu pendek atau
individu13. Pelatihan dengan metode
dalam waktu lama bergantung pada
simulasi adalah suatu metode efektif
factor-faktor yang mempengaruhinya.
dalam
Perilaku
yang
objek/sasaran, di mana ada interaksi
pengetahuan
akan lebih langgeng
antara
daripada perilaku yang tidak didasari
meningkatkan
pengetahuan
fasilitator
(penyampai
informasi) dengan objek (penerima Seseorang
yang
perilaku
dapat
didasarkan
oleh pengetahuan15.
informasi) dengan objek (penerima informasi).
perubahan
Perubahan perilaku hand hygiene dapat
terjadi
setelah
diberikan
dipaparkan oleh pengetahuan terus
simulasi dalam waktu empat hari
menerus akan memberikan pengaruh
dimana terjadi peningkatan kepatuhan
terhadap perilakunya. Jika petugas
hand hygiene petugas non medis,
non medis diberikan pengetahuan
namun
tentang hand hygiene melalui simulasi
terbentuk
secara terus menerus maka dapat
bertahan dalam waktu yang lama
merubah
hingga
perilaku
hand
hygienny
perilaku secara
akhirnya
tersebut optimal akan
akan bila
terbentuk
sehingga kepatuhan akan meningkat.
budaya hand hygiene yang baik. Untuk
Seperti pada
itu pengawasan dari pihak rumah
meningkat
penelitian
dari
0,55%
ini
yang
menjadi
13,83%.
sakit
harus
melakukan
dilaksanakan, audit
dan
dengan
pemberian
Mengubah perilaku seseorang
feedback secara rutin, sehingga akan
agar dapat mengikuti keinginan yang
terlihat penurunan dan peningkatan
disampaikan tidaklah mudah. Batasan
kepatuhan hand hygiene. Keterlibatan
perilaku menurut Notoatmodjo dari
pihak manajemen rumah sakit dalam 23
melakukan audit terhadap kepatuhan
Pelaksanaan
pelatihan
hand hygiene merupakan salah satu
merupakan salah satu cara yang
faktor penting yang mempengaruhi
efektif untuk meningkatkan kepatuhan
tingkat
hand hygiene, namun membutuhkan
kepatuhan
hand
hygiene
petugas dalam periode follow up7.
waktu
Pemberian motivasi kepada petugas
Monitoring atau audit dari pihak
juga harus terus dilakukan, agar
rumah sakit, khususnya bagian PPI,
semangat petugas untuk melakukan
juga
hand hygiene tetap berlanjut.
mempertahankan tingkat kepatuhan
Motivasi
sangat
dan
biaya
perlu
yang
banyak3.
dilakukan
untuk
berperan
petugas dalam melaksanakan hand
penting dalam belajar16. Pelatihan
hygiene. Kepatuhan petugas dalam
dapat meningkatkan motivasi, yang
melakukan
dalam penelitian ini dilakukan dengan
cenderung lebih tinggi saat mereka
simulasi hand hygiene17. Seseorang
tahu
ada
observasi
yang
rutin
yang memiliki motivasi yang tinggi
dilakukan5.
Feedback
dari
pihak
dapat
rumah
patut
untuk
meningkatkan
kinerjanya.
hand
sakit
hygiene
juga
Riyadi menemukan adanya hubungan
diberikan
yang signifikan antara kinerja dengan
memberikan reward
perilaku18. Sehingga apabila petugas
dengan
memiliki motivasi yang tinggi untuk
hygiene terbaik sehingga motivasi
melakukan
petugas
hand
hygiene
maka
perilaku hand hygiene yang baik juga
missal tingkat untuk
dengan
akan
cara
pada petugas
kepatuhan melakukan
hand hand
hygiene bias terus terjaga.
akan tercipta. Karena itu pihak rumah sakit
perlu
untuk
suasana
yang
petugas
untuk
menciptakan
membuat
motivasi
melakukan
hand
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan: a) Simulasi hand hygiene efektif
dalam
meningkatkan
hygiene menjadi lebih tinggi, missal
kepatuhan hand hygiene petugas non
dengan pemberian reward pada saat
medis, b) Tingkat kepatuhan hand
audit hand hygiene.
hygiene petugas non medis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II 24
mengalami
peningkatan
setelah
diberikan intervensi berupa simulasi hand.
Darurat di Rumah Sakit, Buletin BUK Edisi I Tahun 2012, Jakarta. 5. World Health Organization (WHO).
2. Saran: a) Menyediakan fasilitas yang memadai
untuk
melakukan
(2009). A Guide to the Implementation
hand
of the WHO Multimodal Hand Hygiene
hygiene terutama di bagian petugas
Improvement Strategy. Diakses dari
keamanan dan petugas kebersihan
http://www.who.int/en/ tanggal 22
sehingga
September 2014.
mempermudah
petugas
dalam melakukan hand hygiene, b)
6. Shimokura G, Weber D, Miller W,
Melakukan penelitian lebih lanjut
Wurtzel H, Alter M. (2006). Factors
tentang hand rub berbasis alkohol
associated with personal protection
yang peling efisien untuk digunakan
equipment use and hand hygiene
oleh petugas sehingga rumah sakit
among hemodialysis staff. Am J Infect
lebih
Control. Hh: 100-7.
mudah
dalam
menyediakan
fasilitas tersebut.
7. Sylvia, F. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Kepatuhan
dalam
Petugas
Penerapan
Cuci
Tangan di Poli Gigi RSCM Jakarta.
1. The Cocrane Library. (2013). Hospital Acquired Infection. Diakses dari http://
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 8. Khaled M, Elaziz A, Imam M. (2008).
http://www.thecochranelibrary.com/
Assesment of Knowledge, attitude and
tanggal 29 September 2014.
practice of hand washing among health
2. Keevil, Bill. (2011). Reducing HAIs in ICUs with copper
touch surfaces.
University of Southampton.
care workers in Ain Shams University Hospitals in Cairo.
The
Egyptian
Journal of Community Medicine.
3. Kampf. (2004). The six golden rules to
9. William et al. (2003). Impact of Ring
improve compliance in hand hygiene.
Wearing on Hand Contamination and
Institute
Comparison of Hand Hygiene Agents in
fur
Hygiene
und
Umweltmedizin. Germany. 4. Dirjen Bina Upaya Kesehatan. (2012)
a Hospital. Clinical Infectious Disease 2003, 36:1383–90.
Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat 25
10. Brooker,
C.
(2008).
Ensiklopedia
Keperawatan. Jakarta: EGC.
pada
11. Gould, D J, Chamberlain, A. (2011). The use
of
a
ward-based
18. Riyadi, S. ( 2007). Asuhan Keperwatan
educational
Pasien
dengan
Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
teaching package to enhance nurses’ compliance
with
infection
control
procedures. Journal of Clinical Nursing 2011;6(1):55–67. 12. Prieto, J, Macleod Clark J. (2005). Contact precautions for clostridium difficile
and
methicillin-resistant
staphylococcus aureus (MRSA). Journal of
Research
in
Nursing
2005;10(5):511–26. 13. The
Joint
Comission.
(2009).
Measuring Hand Hygiene Aderence: Overcoming the Challenges. The Joint Comission. 14. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 15. Mangkupawiro. (2008). Manajemen Sumber
Daya
Manusia
Strategik.
Jakarta: PT Ghalia Indonesia. 16. Santrock,
J.
(2008).
Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. 17. Siagian,
Sondang.
Meningkatkan
(2009).
Produktivitas
Kiat Kerja.
Jakarta. PT Rineka Cipta.
26