EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN BERBASIS PETERNAKAN DAN PENGGEMUKAN SAPI (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil Di Mekarwangi, Sukawening, Garut - Jawa Barat )
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
INDRA AZHAR AHMAD NIM : 106046101635
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431H/2010M
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN BERBASIS PETERNAKAN DAN PENGGEMUKAN SAPI (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil Di Mekarwangi, Sukawening, Garut - Jawa Barat )
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh :
Indra Azhar Ahmad NIM: 106046101635
Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.
Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si.
NIP. 195811281994031001
NIP.150408861
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2010
Indra Azhar Ahmad
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN BERBASIS PETERNAKAN DAN PENGGEMUKAN SAPI (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil Di Mekarwangi, Sukawening, Garut - Jawa Barat )
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
INDRA AZHAR AHMAD NIM: 106046101635
Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I
Pembimbing II
DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A. NIP. 195811281994031001
Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si NIP.198110132008011006
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil di Mekarwangi, Sukawening, GarutJawa Barat )” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat.
Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,
Prof. DR. H. M. Amin Suma, S.H, M.A, M.M. NIP: 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah 1. Ketua
: Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, M.A, M.M. NIP. 195505051982031012
(………………….)
2. Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H NIP. 197407252001121001
(………………….)
3. Pembimbing I
: DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A. NIP. 195811281994031001
(………………….)
4. Pembimbing II
: Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si. NIP. 198110132008011006
(………………….)
5. Penguji I
: Dra. Afidah Wahyuni, M.Ag. NIP. 196804081997032002
(………………….)
6. Penguji II
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H NIP. 197407252001121001
(………………….)
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Jumadil Tsaniyah 1431 H Mei 2010 M
INDRA AZHAR AHMAD
iv
ABSTRAK INDRA AZHAR AHMAD. NIM 106046101635. Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil di Mekarwangi, Sukawening, Garut-Jawa Barat). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M. Isi: xiv + 118 halaman + 17 lampiran, 60 literatur (1973-2010). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan yang menjadikan penggemukan sapi sebagai basis pelaksanaan program. Selama ini pendekatan yang pemerintah lakukan dalam program pemberdayaan masyarakat hanya pendekatan ekonomi semata tanpa memperhatikan unsur kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat sehingga program tersebut tidak tepat sasaran. Maka Yayasan Bina Insan Kamil menggagas program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di desa Mekarwangi, Kecamatan Sukawening, Garut melalui pendekatan kultur lokal masyarakat setempat yaitu melalui usaha penggemukan sapi potong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanasi dan eksploratif. Pengumpulan data melalui observasi ke lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan yayasan terkait program. Analisis data menggunakan teknik Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi kinerja keuangan yayasan, Wilcoxon Signed Rank Test untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi ekonomi peternak binaan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan program, dan analisis terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam yang diterapkan dalam pelaksanaan program. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usaha penggemukan sapi di daerah Mekarwangi sebagai basis program pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan salah satu cara yang terbilang cukup efektif dalam meningkatkan pendapatan para peternak binaan, membuka lapangan pekerjaan di desa, mengurangi arus urbanisasi ke kota, dan merubah status sosial dari buruh tani menjadi peternak/pemilik sapi. Yayasan juga telah melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam pelaksanaan program. Kata Kunci: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, SABANSA, Peternakan, Penggemukan Sapi Pembimbing I
:
Pembimbing II
:
DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A. NIP. 195811281994031001 Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si. NIP.198110132008011006 v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Efektivitas Pemberdayaan
Ekonomi
Masyarakat
Pedesaan
Berbasis
Peternakan
dan
Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil di Mekarwangi, Sukawening, Garut-Jawa Barat), maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A. dan Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si, Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. 5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian. vi
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Farhan Musthofa, SEI, atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Bapak H. Zaenal Muttaqien, Ketua Yayasan Bina Insan Kamil, Mbak Kiki dan pengurus Yayasan BIK lainnya, yang banyak membantu penulis dalam memperoleh data program SABANSA hingga selesainya skripsi ini, dan Zidni Robbi Rodliyah, SEI, yang telah memberikan ide dalam penulisan skripsi ini. 8. Keluarga Ust. Saefuddin, tokoh masyarakat desa Mekarwangi atas segala arahan, masukan, dan bantuannya dalam mengumpulkan peternak binaan untuk perolehan data lapangan di desa Mekarwangi. 9. Ayahanda Rojikin, Ibunda Maspuriah, S.Pd. dan adik-adikku (Kikie Rakhmawaty dan Arifah Khairunnisa), yang senantiasa memberiku semangat dan motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini 10. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan. 11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza. Ciputat, Jumadil Tsaniyah 1431 H Mei 2010 M
INDRA AZHAR AHMAD vii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan Dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil di Mekarwangi, Sukawening, Garut-Jawa Barat )” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah.
Jakarta, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. NIP: 195505051982031012 1. Ketua
:
Dr. Euis Amalia, M. Ag NIP: 197107011998032002
(………………….)
2. Sekretaris
:
H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., (………………….) M.H NIP: 197407252001121001
3. Pembimbing I
:
Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A. NIP. 195811281994031001
4. Pembimbing II
:
Mohammad Nur Rianto Al Arif, (………………….) M.Si. NIP.150408861
5. Penguji I
:
(………………….)
6. Penguji II
:
(………………….)
(………………….)
KATA PENGANTAR
ﺣﻴﻢ اﻟﺮ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﷲ ﺑﺴﻢ Puji serta syukur selayaknya hanya kita panjatkan kehadirat Rabb Semesta Alam, Sumber Segala Ilmu Pengatahuan, Allah SWT, atas segala limapahan karunia dan rahmatNya yang tak terkira, serta atas segala Ilmu dan hidayah sampai kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selau penulis panjatkan kepada Da`i sejati yang membawa umat manusia, sehingga hingga saat ini dapat merasakan indahnya Islam Rasulullah Muhammad saw. Serta dengan tauladannya sehingga kita dapat merasakan izzah dan besarnya Dien Islam. Semoga penulis tergolong dari ummatnya dengan turut serta dalam “gerbong kereta dakwah” ini melalui bidang ekonomi islam. Dibalik terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas berkat pertolongan Allah yang juga diberikan melalui hamba-hambaNya yang insya Allah akan mendapat ganjaran yang lebih utama dariNya, Penulis hanya mampu mengucapkan terimakasi kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Supriyadi Ahmad dan Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si, selaku dosen pembimbing atas segenap waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
i
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. 5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian. 6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Mas Farhan, SEI, atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur, serta staf dari berbagai perpustakaan dari beberapa universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Bapak H. Zaenal Muttaqien, selaku Ketua Yayasan Bina Insan Kamil dan Mbak Kiki serta pengurus Yayasan BIK lainnya, yang banyak membantu penulis dalam memperoleh data program SABANSA hingga selesainya skripsi ini serta Zidni Robbi Rodliyah, SEI, yang telah memberikan ide dalam penulisan skripsi ini. 8. Keluarga Ust. Saefuddin dan istri selaku tokoh masyarakat desa Mekarwangi atas segala arahan dan masukan serta bantuannya dalam perolehan data lapangan di desa Mekarwangi. 9. Ayahanda Rojikin, dan Ibunda Maspuriah, beserta adik-adikku tersayang(Kikie Rakhmawaty dan Arifah Khairunnisa), yang senantiasa memberiku semangat dan motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini 10. Keluarga besar Drs. H. Sahroni dan Hj. Nunung Nurhayati yang memberikan support kepada penulis baik berupa do`a maupun nasehat-nasehat penyemangat. 11. Teman-teman di jurusan Muamalat perbankan syariah, khususnya angkatan 2006, terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan Jakarta, Mei 2010
Penulis ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN..................................................
iii
LEMBAR PENYATAAN......................................................................................
iv
ABSTRAK.............................................................................................................
v
KATA PENGANTAR...........................................................................................
vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................
xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR...................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah........................................................................
7
C. Pembatasan Masalah…………………………………………….
8
D. Perumusan Masalah……………………………………………..
9
E. Tujuan Penelitian………………………………………………...
9
F. Manfaat Penelitian……………………………………………….
10
G. Metodologi Penelitian.....................................................................
11
H. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu……………………………..
16
I. Sistematika Penulisan…………………………………………….
25
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT YANG EFEKTIF A. Kerangka Teori...............................................................................
27
1. Teori Efektivitas .........................................................................
27
a. Pengertian Efektivitas .............................................................
27
b. Hal-Hal yang Mempengaruhi Efektivitas..............................
28
c. Cara-Cara Mengukur Efektivitas...........................................
30
2. Teori Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat...............................
34
viii
BAB III
a. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat..................
34
b. Cakupan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat……………..
38
c. Indikator Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat......................
39
d. Karakteristik Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat................
41
e. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat..........................
41
f. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat...........
43
3. Teori Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang Efektif..........
44
a. Aspek Kemitraan Usaha Menurut Ginandjar Kartasasmita..
44
b. Lima Aspek Pendekatan Menurut Surjadi..............................
47
4. Prinsip-Prinsip Umum Ekonomi Syariah.....................................
51
a. Prinsip Tauhid.........................................................................
51
b. Prinsip Mashlahah...................................................................
52
c. Prinsip Keadilan......................................................................
54
d. Prinsip Khalifah.......................................................................
55
e. Prinsip Kebebasan...................................................................
56
f. Prinsip Tanggung jawab..........................................................
56
g. Prinsip Ma’ad..........................................................................
58
h. Prinsip Ownership...................................................................
58
i. Prinsip Nubuwwah...................................................................
59
j. Prinsip Work and Productivity................................................
61
k. Prinsip Jaminan Sosial............................................................
61
B. Kerangka Konseptual......................................................................
63
C. Hipotesis..........................................................................................
64
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, YAYASAN, DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................
66
1. Letak Geografis..........................................................................
66
2. Keadaan Penduduk.....................................................................
67
3. Tingkat Pendidikan.....................................................................
70
ix
BAB IV
4. Keadaan Perumahan...................................................................
72
5. Sarana Kesehatan.......................................................................
73
B. Gambaran Umum Yayasan Bina Insan Kamil................................
74
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Kamil..........................
74
2. Kegiatan Yayasan Bina Insan Kamil..........................................
75
C. Gambaran Umum Program SABANSA.........................................
77
1. Latar Belakang...........................................................................
77
2. Konsep Program SABANSA....................................................
79
3. Peran Yayasan Bina Insan Kamil...............................................
82
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Usaha Peternakan dan Penggemukan Sapi..................................................................... 1. Karakteristik Peternak Binaan...............................................
84 84
2. Karakteristik Program Penggemukan Sapi...........................
85
3. Kendala yang Dihadapi dalam Program SABANSA ...........
87
B. Analisis Efektivitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Penggemukan Sapi..................... 1. Analisis Program Berdasarkan Kerangka Teoritis..................
90 90
a. Aspek Kemitraan Usaha Ginandjar Kartasasmita..............
90
b. Aspek Pemberdayaan Surjadi..............................................
91
2. Analisis Program Berdasarkan Perhitungan Keuangan..........
92
3. Analisis Perubahan Kondisi Ekonomi Peternak Binaan........ .
96
4. Analisis Dampak Program terhadap Kehidupan Sosial......... .
99
C. Analisis Kesesuaian Program Berdasarkan Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah..........................................................................
101
1. Prinsip Mashlahah...................................................................
101
2. Prinsip Keadilan......................................................................
102
3. Prinsip Khalifah.......................................................................
104
4. Prinsip Kebebasan...................................................................
105
x
BAB V
5. Prinsip Tanggung jawab..........................................................
105
6. Prinsip Ma’ad..........................................................................
105
7. Prinsip Ownership...................................................................
106
8. Prinsip Nubuwwah...................................................................
106
9. Prinsip Work and Productivity................................................
107
10. Prinsip Jaminan Sosial.............................................................
107
PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................
109
B. Saran...............................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
113
LAMPIRAN..........................................................................................................
118
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Desa Mekarwangi………………………………...67
Tabel 3.2
Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Di Desa Mekarwangi Tahun 2010…………………………………..68
Tabel 3.3
Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Mekarwangi 2010 ……….69
Tabel 3.4
Data Pendidikan Di Kecamatan Sukawening Tahun 2010………….70
Tabel 3.5
Kualitas Angkatan Kerja Desa Mekarwangi Tahun 2010……………71
Tabel 3.6
Perumahan Desa Mekarwangi Tahun 2010………………………….72
Tabel 3.7
Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Sukawening Tahun 2010…….74
Tabel 3.8
Manfaat Pelaksanaan Program SABANSA………………………….83
Tabel 4.1
Laporan Arus Kas Penjualan Sapi Tahun 2008………..…………….94
Tabel 4.2
Laporan Arus Kas Penjualan Sapi Tahun 2009………..…………….95
xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Gambar 2.1
Rancang Bangun Ekonomi Syariah………………………………….51
Gambar 3.1
Peta Kecamatan Sukawening ……………………………………….66
Grafik 4.1
Umur Peternak Binaan……………………………………………….84
Grafik 4.2
Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Binaan……………………..85
Grafik 4.3
Tingkat Pendidikan Peternak Binaan………………………………...85
Grafik 4.4
Pekerjaan Peternak Binaan Sebelum Adanya Program……………...86
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Perhitungan SPSS…………………………………………………………….118 Panduan Wawancara………………………………………………………………..120 Hasil Wawancara dengan Pengelola SABANSA Yayasan BIK………………...…122 Hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Desa Mekarwangi…………………..126 Laporan Keuangan Yayasan Tahun 2008-2009……………………………………128 Surat Penelitian/Wawancara Ke Yayasan BIK…………………………………….129 Surat Penelitian/Wawancara Ke Kelurahan Mekarwangi………………………….130 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi…………………………………….131 Surat Keterangan Dari Kelurahan/Desa Mekarwangi……………………………...132 Tabel Z……………………………………………………………………………...133 Brosur BIK-Qurban………………………………………………………………...134 Brosur Sate Hatoya…………………………………………………………………135
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran memang sudah sekian lama menjadi momok bagi bangsa Indonesia dan hingga sekarang masih belum menunjukkan tanda-tanda menghilang, bahkan terus meningkat terutama di kelompok masyarakat pedesaan. Dalam hal penanggulangan kemiskinan ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi dan menghapus kemiskinan. Berbagai program telah dirumuskan dan dilaksanakan di lapangan, serta tidak sedikit pula dana telah dikucurkan ke masyarakat, seperti terus memacu pertumbuhan ekonomi nasional, menyediakan fasilitas kredit bagi masyarakat miskin antara lain melalui pemberian bantuan dana IDT, JPES, PPK, membangun infrastruktur di permukiman kumuh, pengembangan model pembangunan kawasan terpadu, termasuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas program pembangunan, dan lain-lain 1 . Menurut Yusuf
Wibisono 2 , upaya yang telah dilakukan pemerintah ini
sejalan dengan ajaran Islam. Dalam ajaran Islam, kemiskinan dipandang sebagai salah satu ancaman terbesar bagi keimanan (QS 2: 268). Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakannya (QS 30:40; QS 11:6) dan 1
Bagong Suyanto , “Perangkap Kemiskinan Dan Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Jurnal Dialog Kebijakan Publik II. Edisi 3 (September 2008): h, 32. 2
Yusuf Wibisono, “MDGs, Islam, dan Kemiskinan di Indonesia”, Republika, Sabtu, 06 Agustus 2005, h. 25.
1
2
telah menutup peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu (QS 67:15). Di dalam ajaran Islam pula, kepala keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya. Jika tidak mampu, maka kewajiban tersebut jatuh ke tangan kerabat dekat. Jika tidak mampu juga, kewajiban tersebut jatuh ke negara. Dengan demikian Islam mendorong negara mengentaskan kemiskinan dengan cara memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Hal ini menyiratkan Islam sebagai sebuah risalah paripurna dan ideologi hidup sangat memerhatikan masalah kemiskinan. Namun, harus diakui bahwa upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah hingga kini masih belum membuahkan hasil yang memuaskan. Data kemiskinan yang didapat penulis menggambarkan bahwa di tahun 2004, BPS memerkirakan jumlah orang miskin 36,1 juta orang atau 16,6 persen dari total penduduk Indonesia. Namun angka ini sangat konservatif. Bank Dunia memerkirakan angka kemiskinan hanya 7,4 persen dengan garis kemiskinan satu dolar AS sehari. Namun, jika garis kemiskinan dinaikkan menjadi dua dolar AS sehari, maka angka kemiskinan melonjak menjadi 53,4 persen atau sekitar 114,8 juta jiwa 3 . Angka ini kurang lebih sama dengan jumlah seluruh penduduk Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Angka kemiskinan tahun 2005 adalah 16,6% naik menjadi 17,8 % pada tahun 2006. Pada tahun 2007 memang ada penurunan menjadi 16,6% tetapi kondisi
3
Ibid, h.26.
3
ini diprediksi tidak akan tahan lama karena angka kemiskinan akan kembali meningkat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Wijaya Adi sebagaimana dikutip oleh Euis Amalia, mengatakan bahwa kenaikan harga BBM akan memicu peningkatan angka pengangguran sebesar 9,7 juta jiwa atau sebesar 8,6% dari seluruh angkatan kerja. Jumlah pengangguran pada Bulan Februari 2008 tercatat 9,43 juta atau 8,46% dari seluruh jumlah angkatan kerja, lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2007 yang mencapai 10,55 juta atau 9,75% dari jumlah angkatan kerja. Dengan kondisi seperti ini penduduk miskin pada Desember 2008 akan bertambah menjadi 41,7 juta jiwa atau 21,92%. Target yang ingin dicapai adalah mengurangi angka pengangguran menjadi 5,1% tahun 2009 dan mengurangi angka kemiskinan menjadi 8,2% tahun 2009. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alokasi BLT yang dialokasikan bagi 19,1 juta keluarga miskin sebenarnya hanya menambah penghasilan semu, sementara kenaikan harga BBM akan mengakibatkan harga-harga naik yang pada gilirannya membuat penduduk miskin semakin banyak 4 . Dari gambaran data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk sebagian pihak, berbagai bantuan dan program yang telah diupayakan pemerintah memang cukup bermanfaat. Tetapi masih banyak penduduk Indonesia baik di desa maupun di kota yang hidup terbelit kemiskinan. Di sisi lain, tak bisa diingkari, fakta bahwa
4
Euis Amalia, Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam Dalam Mewujudkan Keadilan Distributif, h. 7. Disampaikan pada Kuliah Ekonomi Pembangunan Islam UIN Jakarta, 2009.
4
kendati jumlah orang miskin menurun, namun kesenjangan dalam banyak hal justru semakin lebar. Pengalaman selama ini telah banyak memperlihatkan, bahwa pendekatan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan baik di tingkat nasional, regional maupun lokal umumnya adalah dengan menerapkan pendekatan ekonomi semata, yang seringkali kurang mengabaikan peran kebudayaan dan konteks lokal masyarakat. Lambatnya perkembangan ekonomi rakyat disebabkan sempitnya peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang mana hal itu merupakan konsekuensi dari kurangnya penguasaan dan pemilikan asset produksi terutama tanah dan modal. Karena pada umumnya masyarakat miskin tidak memiliki surplus pendapatan untuk bisa ditabung bagi pembentukan modal. Pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok sehari-hari. Di samping itu, faktor lain yang menyebabkan berbagai program pengentasan kemiskinan menjadi kurang efektif tampaknya adalah berkaitan dengan kurang dibangunnya ruang gerak yang memadai bagi masyarakat miskin itu sendiri untuk memberdayakan dirinya. Acap kali terjadi, kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan penduduk miskin justru terjebak menjadi program yang melahirkan ketergantungan baru, dan bahkan mematikan potensi swakarsa lokal 5 . Untuk itu diperlukan suatu model pemberdayaaan ekonomi masyarakat miskin dengan mengedepankan konteks kebudayaan dan lokal kemasyarakatan di
5
h, 32.
Bagong Suyanto, “Perangkap Kemiskinan Dan Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin,”
5
mana program tersebut diadakan. Dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan mengedepankan kearifan lokal, semenjak tahun 2007 telah dilakukan pilot project pengembangan ekonomi masyarakat melalui usaha penggemukan sapi oleh Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) di desa Cibuntu dan Mekarwangi kecamatan Sukawening Kabupaten Garut Jawa Barat sebanyak 43 sapi dan desa Ngasem Jumapolo Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah sebanyak 25 ekor, dengan melibatkan hampir sekitar 30 kepala keluarga dhu’afa. Yayasan yang pada awal berdirinya di tahun 1992 ini bergerak di bidang perekonomian ummat dengan berbasis pada baitul maal, dan merupakan pelopor baitul maal di Indonesia dengan pendirinya H. M. Zainal Muttaqin dan Aries Mufti menggagas program SABANSA (SATU BANTU SATU) yaitu suatu program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi, dengan memberdayakan masyarakat lokal yang secara ekonomi tidak mampu dan tergolong kaum dhu’afa. Langkah-langkah yang dilakukan pihak yayasan adalah menyediakan sejumlah anak sapi dan diberikan kepada peternak binaan untuk dikembangbiakan dan digemukan. Yayasan juga bertindak sebagai agen penjualan dari sapi-sapi yang telah digemukkan oleh para peternak binaan pada setiap momen Idul Adha. Namun dalam pelaksanaan program ini terdapat kendala teknis menyangkut moral hazard dari para peternak binaan, manajemen pengelolaan dan pencatatan keuangan yayasan yang belum terkoordinir dengan baik dan lokasi program yang jauh dari pantauan yayasan membuat pilot project program ini mengalami kegagalan
6
di daerah Karang Anyar- Jawa Tengah namun dapat bertahan di daerah Cibuntu dan Mekarwangi Jawa Barat, sehingga mulai April 2008 program SABANSA mulai difokuskan di desa Mekarwangi dan Cibuntu , suatu pedesaaan yang tertinggal secara ekonomi namun religius dalam ibadah di daerah Garut dengan kultur lokal kemasyarakatan mayoritas bekerja sebagai petani dan peternak sapi/kambing. Program pemberdayaan ini telah mengangkat sekitar 17 kepala keluarga peternak binaan di Desa Mekarwangi dan Cibuntu bangkit dari jurang kemiskinan dan jerat para tengkulang menuju kepada kehidupan ekonomi dan sosial yang lebih baik, mengurangi arus urbanisasi warga Garut ke kota Jakarta serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Beranjak dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mekanisme yang diterapkan oleh Yayasan Bina Insan Kamil dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat di Garut dan pengaruh program SABANSA dalam pemberantasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan dalam penelitian berjudul : “Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan Bina Insan Kamil di Mekarwangi, Sukawening, Garut-Jawa Barat)“
7
B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang timbul dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan melalui program SABANSA dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pilot project program pemberdayaan ekonomi berbasis penggemukan sapi yang diujicobakan di desa Ngasem Jumapolo, Karang Anyar mengalami kegagalan karena moral hazard dari petani yang menjual bibit sapi yang telah diberikan yayasan. Tidak adanya tokoh masyarakat yang menjadi pengawas yayasan di lokasi program membuat permasalahan ini tidak cepat diketahui oleh pihak yayasan. Namun di desa Mekarwangi program ini berjalan dengan baik, karena keuletan warga dalam beternak sapi dan memiliki tokoh masyarakat yang juga merupakan bagian dari pengurus yayasan sebagai pengawas langsung peternak binaan membuat desa Mekarwangi lebih terkontrol dan ditetapkan oleh yayasaan sebagai tempat program SABANSA ini dilanjutkan. Hal ini berdampak pada jumlah penerima program ini berkurang dari total 30 kepala keluarga menyisakan 17 kepala keluarga di desa Mekarwangi.
2.
Program SABANSA yang difokuskan oleh yayasan Bina Insan Kamil di desa Mekarwangi baru berjalan selama dua tahun sehingga belum terlihat peningkatan yang signifikan dalam aspek pendapatan peternak binaan. Namun keberhasilan yang dapat terlihat adalah menekan laju urbanisasi penduduk desa MekarwangiGarut untuk pergi bekerja di sektor informal di kota Jakarta karena dengan program SABANSA ini mereka mempunyai kesibukan dalam mengurus sapisapi binaan dan mendapatkan nafkah dari mengelola sapi.
8
3.
Keterbatasan modal yang dimiliki oleh yayasan Bina Insan Kamil. Hal ini menyebabkan tiap peternak binaan tidak mendapatkan dana yang ideal dalam proses penggemukan sapi. Sedangkan tujuan yang dikejar oleh yayasan adalah sebanyak mungkin penduduk yang dapat dilibatkan dalam upaya pemberdayaan ekonomi ini.
4.
Kurangnya SDM dari yayasan yang bertindak sebagai pengawas di daerah penggemukan sapi mengakibatkan pengawasan terhadap kinerja para peternak kurang terkontrol dengan baik.
5.
Proses pemasaran sapi dalam kurun waktu dua tahun berjalan hanya terfokus pada Idul Adha saja. Padahal dalam masa Idul Adha persaingan dalam menjual sapi cukup tinggi sehingga resiko untuk sapi hasil penggemukan yayasaan tidak terjual cukup tinggi. Namun di tahun 2010 ini yayasan telah mendirikan rumah makan ”Sate Hatoya“ dengan menu berbahan dasar daging sapi sebagai sarana pemanfaatan sapi program SABANSA selain dari penjualan di masa Idul Adha.
C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan penelitian ini fokus dan tidak melebar, maka permasalahan yang ingin diteliti pada penelitian ini dibatasi pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi yang diprakarsai oleh Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) di desa Mekarwangi-Garut. Program ini berfokus pada pengembangbiakan dan penggemukan sapi potong dengan melibatkan sekitar 17 kepala keluarga dhu’afa, yang selanjutnya dinamai ‘‘program SATU
9
BANTU SATU (SABANSA)‘‘ khususnya dampak program ini terhadap keadaan ekonomi dan sosial para peternak binaan. Data-data yang dianalisis adalah data program SABANSA yang telah tercatat di yayasan dari April 2008 sampai Februari 2010 karena sampai saat ini penulis meneliti, program SABANSA ini masih terus berlangsung.
D. Perumusan Masalah Masalah yang diteliti oleh penulis dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana model program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi melalui program SABANSA? 2. Apakah model pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi sudah berjalan efektif? 3. Apakah program SABANSA sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Syariah?
E. Tujuan Penelitian Seiring dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka yang akan menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis penerapan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis usaha peternakan dan penggemukan sapi melalui program SABANSA di desa Mekarwangi, Kecamatan Sukawening-Garut.
10
2. Menganalisis efektivitas model pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di desa Mekarwangi, Kecamatan Sukawening-Garut. 3. Menganalisis kesesuaian program SABANSA dengan prinsip-prinsip Ekonomi Syariah.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini bisa dilihat dari beberapa aspek, yaitu: 1. Bagi akademisi dan pemerhati kaum marginal lainnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan dan bahan untuk pengembangan dan penelitian tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan lebih lanjut. 2. Bagi masyarakat, hal ini dapat memberikan gambaran tentang potensi peternakan sapi dalam meningkatkan perekonomian keluarga, juga dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pemberantasan kemiskinan. Bagi Yayasan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap kinerja program SABANSA yang telah berjalan serta dapat dijadikan rujukan untuk dapat menggaet mitra usaha dalam memenuhi sektor permodalan program pemberdayaan ini 3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan pilihan metode pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan sehingga dapat dijadikan
11
masukan untuk menciptakan model pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan yang lebih efektif dan sesuai dengan kultur budaya setempat.
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk pada penelitian eksplanasi, yaitu menjelaskan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi dengan menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk penelitian eksploratif yaitu bertujuan untuk melihat pola, gagasan atau merumuskan hipotesis bukan untuk menguji hipotesis 6 . Penelitian eksploratif juga dilakukan untuk lebih memaham i karakteristik dari suatu masalah, mengingat sangat sedikit sekali penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang suatu fenomena yang perlu dipahami 7 . 2. Pendekatan Penelitian Menurut pendekatannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik 8 .
6
Hermawan, Asep, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis,( Jakarta: LPFE Trisakti, 2003) , h.2. 7 8
Ibid, h.3. Ibid, h.3.
12
3. Kriteria Data Menurut cara perolehannya, data penelitian ini terdiri atas dua kategori, yaitu: a. Data primer merupakan data-data yang peneliti peroleh dari lapangan (field research). Dalam hal ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui indepth interview dengan petani/peternak penerima dan pelaksana program, tokoh masyarakat desa, dan aparatur desa. b. Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) berupa dokumen mengenai prosedur program SABANSA, laporan keuangan program SABANSA, juga dari berbagai literatur baik dalam bentuk buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet dan lainnya. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: a. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke Desa Sukawening, Mekarwangi, Garut-Jawa Barat. Tujuannya untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian berkaitan dengan program SABANSA yang dijalankan oleh yayasan Bina Insan Kamil dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. b. Wawancara (interview), yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak yayasan Bina Insan Kamil dan peternak binaan program SABANSA. c. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan keuangan yayasan Bina Insan Kamil dan laporan-laporan lain yang terkait dengan masalah penelitian.
13
5. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi yang dijalankan oleh Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) di Desa Mekarwangi, Sukawening, Garut-Jawa Barat. Melibatkan sekitar 17 kepala keluarga dhu’afa, yang rata-rata bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan minim dan frekuensi kerja tidak tetap. Program ini telah berjalan dari tahun 2007 dan masih berjalan sampai sekarang. Namun data yang dianalisis adalah data yang tercatat di yayasan dari tahun 2008 sampai 2009. 6. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis efektivitas model, data yang terkumpul akan dianalisis melalui pendekatan kuantitatif. Pengujian melalui analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur dampak program SABANSA terhadap peternak binaan secara ekonomi terhadap 2 (dua) aspek, yaitu kinerja keuangan dan perubahan kondisi ekonomi. a) Kinerja Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan petani/peternak binaan, digunakan rumus Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio). Pada bagian ini, penulis menganalisis arus kas dan mengukurnya menggunakan Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) dengan rumus 9 :
9
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 201.
14
Keterangan: PI
= Profitability Index, yaitu salah satu metode penilaian investasi dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan
PV
= Present Value, yaitu nilai sekarang dari arus kas masuk akan datang dari proyek tersebut
Di mana apabila hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang baik dan bisa diterima. Namun jika hasil analisis rasio lebih kecil (<) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang tidak baik dan tidak dapat diterima 10 . b) Perubahan Kondisi Ekonomi Pengukuran terhadap perubahan kondisi ekonomi peternak binaan dan hubungannya
terhadap
pelaksanaan
program
menggunakan
tes
statistik
nonparametrik Wilcoxon Signed Rank Test (uji dua sampel berhubungan) dengan rumus sebagai berikut:
10
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 164
15
Keterangan: E σ T n
= = = =
Mean (rataan hitung) Simpangan baku Jumlah jenjang/rangking Jumlah sampel
Untuk landasan pengujian dipergunakan nilai T. H0 diterima apabila T ≥ Tα. H0 ditolak apabila T< Tα 11 . Metode statistik nonparametrik digunakan karena nilai data variabel tergolong kepada data nonmetrik. Data nonmetrik adalah data kualitatif yang dapat berbentuk suatu atribut, karakteristik atau kategori atau dikotomi. Yang termasuk data nonmetrik adalah tipe data nominal atau ordinal. Data nominal adalah data di mana sebutan seperti “laki-laki” atau “perempuan” diberikan kepada item dan tidak ada implikasi di dalam sebutan tersebut bahwa item yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada item lainnya. Sedangkan data ordinal hanya memberikan informasi tentang apakah suatu item lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan item lainnya; data ini sama sekali tidak menyatakan ukuran perbedaan 12 . Data mengenai kondisi ekonomi dimaksud meliputi kondisi pendapatan peternak, jumlah sapi dan nilai aset yang dimiliki. Kondisi ekonomi responden dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberikan program, apakah terjadi
11
Djarwanto, Statistik Non Parametrik, ( Yogyakarta: BPFE, 2003), h. 26
12
J. Supranto, Statistik; Teori dan Aplikasi Jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 2001), h. 294.
16
peningkatan atau-kah penurunan. Dari hasil penghitungan tersebut, dapat dilihat pengaruh antara variabel dependen (kondisi ekonomi petani/peternak) dan independen (program pemberdayaan) 13 . Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan mengunakan program SPSS, untuk efektivitas dan efisiensi serta menghindari human error.
H. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu Sudah
terdapat
beberapa
penelitian
sebelumnya
tentang
masalah
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pemberantasan kemiskinan: 1.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Petani Terpadu Binaan PT. Gulf Resources (GRISSIK) Ltd. (Studi Kasus Di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin) Riki junaidi (2003) 14 meneliti tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan PT. Gulf terhadap masyarakat petani yang berada di wilayah operasi perusahaan di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Di mana kondisi perekonomian petani tersebut berada dalam garis kemiskinan dan lahan yang ada tidak tergarap karena ketiadaan modal untuk menggarap lahan tersebut. Untuk itu
13
Jogiyanto HM, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman, (Yogyakarta: BPFE, 2004) h. 65. 14
Riki Junaidi, “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Petani Terpadu Binaan PT. Gulf Resources (GRISSIK) Ltd. (Studi Kasus Di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin)”, (Tesis S2 Program Pasca Sarjana FISIP UI, 2003)
17
PT. Gulf berusaha membantu para petani dengan memberikan permodalan, pengetahuan dan keahlian dalam menggarap lahan sehingga dengan bekal itu semua diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup para petani di sekitar PT. Gulf. Sasaran dari program ini adalah aspek ekonomi petani, yaitu tumbuhnya usaha ekonomi produktif di pedesaan seperti peternakan, perikanan, dan pertanian yang dapat membantu meningkatkan pendapatan para petani. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program petani terpadu binaan PT. Gulf Resources Ltd. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan perubahan tingkat pendapatan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan setelah dilaksanakannya program pemberdayaan oleh PT.Gulf, dan untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini diketahui bahwa proses yang dilalui dalam pelaksanaan program meliputi langkah persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan bertahap, yaitu sosialisasi program, penentuan petani binaan, pelatihan di Bogor, pengajuan proposal, penyiapan lahan, pencairan dana program, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Di mana kesimpulan yang didapat adalah program ini boleh dikatakan telah meningkatkan pendapatan petani binaan namun peningkatan pendapatan tersebut tidak merata antara petani yang satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan adanya penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan oleh petanai binaan, anggota tim pendamping maupun aparatur desa.
18
Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penelitian yang digunakan, di mana Riki menggunakan pendekatan penelitian kualitatif sedangkan penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Perbedaan juga tampak pada objek penelitian di mana Riki berfokus pada berbagai macam usaha yang diberikan PT. Gulf untuk memberdayakan petani miskin di wilayah operasionalnya sebagai bagian dari CSR perusahaan, sedangkan penulis terfokus pada peternakan dan penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Kamil yang mempunyai unsur sosial juga mempunyai aspek bisnis.
2.
Efektifitas Program Pemberdayaan Ekonomi Untuk Orang Tua Dan Anak Jalanan Di Surabaya (Studi Kasus Program Pengembangan Kewirausahaan Dan Program Pengembangan Minat Dan Bakat Di Yayasan Arek Lintang Surabaya) Moh. Roubal Arif Khan (2002) 15 meneliti tentang efektivitas program
pemberdayaan ekonomi untuk anak-anak jalanan dan keluarganya yang digagas oleh Yayasan Arek Lintang- sebuah organisasi non pemerintah yang menangani anak jalanan di wilayah Surabaya- melalui program pengembangan kewirausahaan bagi orang tua dan pengembangan minat dan bakat bagi anak-anak jalanan. Serta faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas program.
15
Moh. Roubal Arif Khan , “Efektifitas Program Pemberdayaan Ekonomi Untuk Orang Tua Dan Anak Jalanan Di Surabaya (Studi Kasus Program Pengembangan Kewirausahaan Dan Program Pengembangan Minat Dan Bakat Di Yayasan Arek Lintang Surabaya)”, (Tesis S2 Program Pasca Sarjana FISIP UI, 2002)
19
Pengumpulan data melalui observasi lapangan, studi dokumenter, wawancara pada seluruh peserta program yaitu 16 orang tua dan 16 anak jalanan dan wawancara mendalam pada 5 orang tua dan 5 anak jalanan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan analisis evaluatif dengan jenis penelitian gabungan antara kuantitatif dengan kualitatif. Analisis data menghasilkan kesimpulan bahwa program pengembangan kewirausahaan bagi orang tua tidak berjalan efektif, sedangan program pengembangan bakat dan minat anak jalanan berjalan cukup efektif dilihat dari bertambahnya kesadaran orang tua untuk tidak membiarkan anaknya bekerja di jalanan, berkurangnya aktifitas anak di jalanan bahkan ada yang sudah lepas dari jalanan, dan adanya kegiatan produktif anak jalanan untuk mengisi waktu luang. Secara garis besar program pemberdayaan ekonomi yang diterapkan oleh Yayasan Arek Lintang bisa dikatakan belum mencapai hasil yang diharapkan. Perbedaan pada penelitian ini adalah di objek penelitian, di mana Moh. Roubal Arif Khan mengambil objek orang tua dan anak-anak jalanan sebagai bagian dari program
pemberdayaan
ekonomi
dengan
mengkhususkan
pada
program
pengembangan minat dan bakat anak-anak serta kewirausahaan bagi orang tua sedangkan penulis mengambil objek para buruh tani miskin yang diberdayakan untuk menggemukan bibit sapi potong dengan sistem bagi hasil antara pihak yayasan dan petani binaan terhadap hasil keuntungan penjualan pada momen Idul Adha.
20
3.
Dampak Zakat Poduktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Dan Faktor2 Yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Usaha
Mustahik
(Studi
Kasus
Pendayagunaan Zakat Produktif Oleh Dompet Dhu’afa), Rafiqoh Ahmad Hamzah (2008) 16 melakukan penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan tentang sejauhmana implementasi zakat produktif melalui program pendampingan yang dilakukan masyarakat mandiri DD berpengaruh terhadap pemberdayaan ekonomi mustahik (mitra) serta apakah karakteristik mitra dan nilai bantuan yang diberikan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha mereka. Data-data dianalisis dengan menggunakan metode eksplanatory kualitatif yang menganalisis hubungan kausalitas antara dependen variabel dan independen variabel, di mana IV (Independen Variabel) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha mustahik dengan indikator karakteristik mustahik dan nilai bantuan. Sementara DV (Dependen Variabel) adalah keberhasilan pemberdayaaan ekonomi mustahik yang diukur dari kelanjutan usaha, perkembangan usaha, kepemilikan aset produktif dan tingkat penghasilan. Kesimpulan besar yang dihasilkan tesis ini adalah program pendampingan yang dilakukan Masyarakat Mandiri berhasil memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup sebanyak 33 mitra atau 82,5% dari total responden. Di samping itu beberapa indikator dari karakteristik mustahik yaitu umur dan jumlah tanggungan, berpengaruh
16
Rafiqoh Ahmad Hamzah, “Dampak Zakat Poduktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mustahik (Studi Kasus Pendayagunaan Zakat Produktif Oleh DD)”, (Tesis S2 Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
21
terhadap keberhasilan usaha. Umur berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha dengan potensi keberhasilan terbesar pada mitra yang berusia antara 30 sampai 39 tahun. Jumlah tanggungan mitra berpengaruh negatif terhadap keberhasilan usaha. Potensi keberhasilan usaha ada pada mitra yang jumlah tanggungannya berkisar antara 1-3 orang, sementara rata-rata jumlah tanggungan yang menjadi ancaman bagi keberhasilan usaha adalah 4-5 orang. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada objek penelitiannya, di mana Rafiqoh meneliti tentang pemberdayaan zakat produktif dalam meningkatkan taraf hidup mitra binaannya menggunakan elemen dana zakat sebagai modal usaha. Sedangkan penulis dalam objek penelitiannya terhadap yayasan Bina Insan Kamil, menggunakan elemen dana pribadi dari yayasan sebagai modal usaha dalam memberdayakan masyarakat di dasa Sukawening, sedangkan penerapan aspek zakat dilakukan yayasan dalam bentuk pemberian anak sapi dari peternak binaan yang telah berhasil kepada peternak dhu’afa lainnya yang belum dapat mengikuti program ini secara cuma-cuma.
4.
Pengaruh Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) Terhadap Perekonomian Para Mustahik (Studi Pada Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Bandung) Afriyani (2006) 17 mencoba meneliti tentang pengaruh program MISYKAT yang
dijalankan oleh LAZ DPU DT Bandung terhadap peningkatan perekonomian para
22
mitra binaannya yang menggunakan dana tersebut sebagai tambahan modal usaha. Data-data
dianalisis
dengan
metode
penelitian
deskriptif
analitis,
yaitu
mendeskripsikan data yang diperoleh baik data kuantitatif maupun kualitatif dan memaparkan secara keseluruhan untuk dilakukan analisis lebih lanjut sesuai dengan karakter dan jenis datanya masing-masing. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan sampel responden sebanyak 20% dari 175 nasabah MISYKAT DPU DT yaitu berjumlah 35 orang. Sedangkan data kualitatif dianalisis dengan metode content analisys yaitu suatu cara dalam menganalisis data bertitik tolak kepada kerangka teori 18 . Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah program pemberdayaan di MISYKAT DPU DT dapat berjalan dengan baik tidak terlepas dari proses pendampingan baik dari sisi ruhiyah maupun dari sisi usaha anggota. Serta mengungkapkan tentang pengaruh zakat terhadap perekonomian para mustahik yang ternyata pengaruhnya positif dalam meningkatkan pendapatan para mustahik (kaum perempuan miskin di sekitar pesantren Daarut Tauhid). Penelitian ini juga menggunakan dana zakat dalam memberdayakan masyarakat dengan berfokus pada pemberian modal usaha kepada para mustahiq zakat melalui usaha MISKYAT. DPU DT sebagai lembaga pengelola hanya bertindak sebagai 17
Afriyani, “Pengaruh Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) terhadap Perekonomian Para Mustahik (Studi Pada Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Bandung)” (Skripsi S1 Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006) 18
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) Cet. Ke-9, h. 40.
23
pendamping mitra binaan dalam mengembangkan usaha mitra binaannya yang beraneka macam, karena mitra diberikan keluasan dalam berusah di berbagai bidang. Hal ini yang membedakan dengan penelitian penulis di mana pihak Yayasan Bina Insan Kamil telah menetapkan bahwa usaha yang digeluti berfokus pada peternakan dan penggemukan sapi potong, sehingga proses pendampingan dan pengorganisasian manajemen juga lebih terfokus hanya pada usaha peternakan dan penggemukan sapi potong saja.
5.
Efektivitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid Muhyil
Qoyyim
(2009) 19
menganalisis
efektivitas/pengaruh
model
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadikan masjid sebagai basis pelaksanaan program dengan metode penelitian eksplanasi. Objek penelitian ini adalah program Pemberdayaan Pedesaan oleh Masyarakat secara Mandiri melalui Lembaga
Keagamaan
yang
merupakan
program
dari
Kementrian
Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal yang bermitra dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Efektivitas model pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid ini dianalisis dengan analisis Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi kinerja keuangan mitra binaan,
19
Muhyil Qoyyim, “Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid (Studi pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid)” (Skripsi S1 Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)
24
Wilcoxon Signed Rank Test untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi ekonomi mitra binaan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan program, dan analisis SWOT menggunakan Matriks Kearns untuk menganalisis apa yang sudah baik dan apa yang masih belum baik dari pelaksanaan program ini menurut perspektif mitra binaan. Penulis juga memaparkan ide strategis pengembangan program berdasarkan kerangka yang disajikan oleh Subir Chowdury. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa menjadikan masjid sebagai basis program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu cara yang terbilang cukup efektif mengingat posisi masjid sangat berdekatan dengan masyarakat, sehingga mengetahui permasalahan riil yang dihadapi masyarakat dan memiliki keleluasaan untuk bersama masyarakat merumuskan langkah advokasinya. Penelitian ini hampir mendekati pada penelitian yang penulis lakukan, sehingga metode penelitian yang dilakukan oleh Muhyil Qoyyim dijadikan rujukan penulis untuk meneliti. Perbedaannya hanya terletak di jenis usaha yang diteliti oleh Muhyil Qoyyim masih luas, meliputi bidang perdagangan, pertanian, peternakan dan jasa, serta menggunakan peran lembaga masjid sebagai pengelola dalam mendistribusikan bantuan dana usaha kepada mitra binaannya (jamaah masjid). Sedangkan penelitian yang penulis lakukan sudah spesifik hanya pada usaha peternakan dan penggemukan sapi potong saja serta pihak yayasan yang bertindak sebagai pengelola.
25
I. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 1428 H / 2007 M. Dalam skripsi ini penulis menyusun lima bab uraian, di mana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan masing-masing sub-bab yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis memaparkan Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan (review) Kajian Terdahulu,
dan
Sistematika Penulisan. BAB II PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT YANG EFEKTIF Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan kepustakaan yang memuat deskripsi tentang teori yang digunakan dalam proses penelitian dan pembahasan, kerangka konseptual serta hipotesis. Dalam hal ini berisi tentang teori efektivitas, teori pemberdayaan ekonomi masyarakat, teori pemberdayaan ekonomi masyarakat yang efektif. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, YAYASAN BINA INSAN KAMIL DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Bab ini memuat tentang gambaran umum yayasan Bina Insan Kamil, gambaran umum program SABANSA serta gambaran umum desa Mekarwangi, meliputi profil yayasan, latar belakang program SABANSA, permasalahan yang
26
dihadapi, letak geografis desa, jumlah penduduk, mata pencarian penduduk, kondisi sosial ekonomi penduduk, dan lain-lain. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat deskripsi data hasil temuan di lapangan yang berisi tentang pelaksanaan program SABANSA yang meliputi karakteristik petani/peternak binaan, kendala yang hadapi dalam menjalankan program. Juga menganalisis dampak program dari sisi efektivitasnya terhadap kondisi ekonomi petani/peternak program serta kinerja keuangan Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) yang dianalisis dengan menggunakan analisis Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) untuk analisis kinerja keuangan, Uji Statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan bantuan program SPSS untuk analisis perubahan kondisi ekonomi/pengaruh program terhadap kondisi ekonomi petani/peternak binaan. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyimpulkan kesimpulan dari semua hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran untuk pengembangan program ke depan yang dapat penulis sampaikan
BAB II PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT YANG EFEKTIF
A. Kerangka Teori 1. Teori Efektivitas a. Pengertian Efektivitas Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja adalah efektivitas. Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara lain: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruh, dan kesan), (2) Manjur atau mujarrab, (3) Membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku. Dari kata itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan keadaan, berpengaruh, hal terkesan, kemanjuran, dan keberhasilan 1 . Menurut ahli manajemen Peter Brucker, efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Efektivitas merupakan kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara atau peralatan yang tepat 2 . Sedangkan efektivitas diartikan sebagai padanan kata yang menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain bahwa suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai tujuannya.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 284. 2
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi ke 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 7
27
28
Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti, sehingga ada standarisasi tercapainya suatu tujuan dan lain sebagainya 3 . b. Hal-Hal yang Menghambat Efektivitas Setidaknya ada 7 (tujuh) hal yang berpotensi menghambat efektivitas kerja, di antaranya 4 : Pertama, tidak memiliki tujuan yang jelas dan target terukur. Tanpa tujuan yang jelas dan target terukur, semua yang kita lakukan menjadi tidak fokus. Inilah yang kemudian menjadikan waktu dan energi menjadi tidak efektif. Sayangnya, kita seringkali bekerja tanpa tahu untuk apa kita bekerja. Kita-pun shalat, namun seringkali tidak tahu untuk apa kita shalat. Sehingga tujuan yang jelas dan target yang terukur mutlak diperlukan agar setiap langkah kerja yang kita lakukan efektif. Kedua, tidak memiliki rencana detail. Setelah memiliki tujuan jelas serta target yang terukur, kita pun dituntut memiliki rencana detail. Rencana detail layaknya peta yang akan memandu setiap langkah, sehingga waktu yang kita miliki benar-benar efektif. Tanpa adanya peta, lagi-lagi kita akan terjebak pada penghamburan waktu dan energi. Ketiga, tidak teratur dalam hidup. Ketidakteraturan ini biasanya akan mendatangkan
3
4
banyak
masalah.
Tidak
teratur
makan
misalnya,
akan
Kanisius, Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Kanisius, 1973) h. 36.
Aa Gym, ”Efektivitas Amal dan Ibadah”, artikel diakses pada tanggal 14 maret 2010 dari http://republika.co.id
29
mengundang penyakit maag. Demikian pula tidak teratur dalam bekerja, berolahraga, belajar, dan sebagainya. Keempat, komunikasi yang tidak baik. Sekitar 70% (Tujuh puluh persen) aktivitas hidup kita diisi dengan komunikasi. Maka, siapa pun yang ingin efektif dalam bekerja, harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Banyak masalah yang lahir dari miscommunication. Masalah sepele saja bisa menghancurkan rumah tangga bila suami dan istri tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Demikian pula di kantor, di pasar, di sekolah dan di mana pun. Satu penyebab gagalnya komunikasi adalah kuatnya dugaan/prasangka dan tidak lengkapnya informasi yang kita terima tentang sesuatu hal. Maka pastikan, komunikasi kita memenuhi unsur penyampaian yang tenang, sopan, fasih, apik, lembut dan secukupnya. Sedangkan isinya harus
benar, manfaat dan tak
menyakiti. Kelima, konflik yang tidak perlu. Mempermasalahkan hal-hal kecil dan tidak prinsipil berpotensi menimbulkan konflik yang tidak perlu. Bila sudah terjadi konflik, maka energi kita akan terkuras, sehingga tugas utama kita terbengkalai. Saat suami istri terlibat konflik misalnya, maka fungsi-fungsi di rumah tangga akan terbengkalai, anak kehilangan kasih sayang dan keberkahan hidup akan hilang. Karena itu, saat terjadi singgungan dalam kondisi apapun, yang kita kedepankan bukan ego dan nafsu, namun semangat bersaudara, semangat solusi dan semangat sukses bersama.
30
Keenam, bersikap emosional. Selain menggangu suasana, sikap emosional akan menghambat efektivitas kerja. Orang yang emosional cenderung membesarbesarkan masalah, pendendam, dan
menuntut. Bila sudah demikian, waktu-
waktu produktif kita akan banyak yang terbuang percuma. Karena itu, mustahil sebuah pekerjaan akan berkualitas bila dilakukan dalam keadaan emosional. Ketujuh, menunda-nunda pekerjaan. Setiap waktu memiliki haknya sendirisendiri. Saat kita menunda sebuah pekerjaan, maka pada saat bersamaan kita telah mengambil hak sepenggalan waktu dan ini menjadi awal datangnya masalah baru. Setiap detik yang kita lalui adalah rangkaian keputusan. Maka pilihlah keputusan terbaik. Salah satunya dengan tidak menunda-nunda pekerjaan. c. Cara-Cara Mengukur Efektivitas Dalam melakukan pengukuran terhadap aspek efektivitas pada penelitian ini, penulis berfokus pada konsep pembahasan efektivitas dilihat dari segi manajemen khususnya manajemen biaya (keuangan) dan dari studi kelayakan bisnis. Dalam perspektif manajemen biaya, efektivitas sebuah perusahaan sering diukur dengan membandingkan laba operasi sesungguhnya dengan yang dianggarkan. Perbedaan antara laba operasi sesungguhnya dengan laba operasi yang dianggarkan dalam suatu periode tertentu disebut selisih laba operasi 5 .
5
Blocher dkk, Manajemen Biaya; Dengan Tekanan Strategik Jilid 2,(Jakarta: Salemba Empat, 2001) h.726.
31
Namun, selisih laba operasi tidak dapat menjelaskan penyebab dari perbedaan atau membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengurangi perbedaan yang sama di masa datang sehingga perlu dilakukan analisis pendekatan terhadap efisiensi dari operasi keuangan perusahaan yang berubahubah tersebut, yaitu dengan menggunakan analisis Anggaran Fleksibel. Anggaran fleksibel adalah sebuah anggaran yang menyesuaikan pendapatan dan biaya yang mengalami perubahan dalam pencapaian output. Dengan perubahan output (unit yang diproduksi terjual pada perusahaan manufaktur, jumlah pasien per hari untuk rumah sakit, jumlah siswa untuk sekolah) pendapatan dan biaya perusahaan juga berubah dari yang dianggarkan. Anggaran fleksibel dapat membantu manajemen dalam menjawab pertanyan penting tentang operasi, seperti 6 : 1) Mengapa laba bersih menurun? 2) Mengapa harga pokok penjualan meningkat dari 69 menjadi 71% ? Dapatkah manajemen melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya hal yang sama di masa datang? 3) Mengapa biaya penjualan dan umum naik menjadi Rp 150.000,- ? 4) Apa alasan dari memburuknya hasil operasi? Apakah disebabkan perubahan pada: a) Unit terjual b) Harga jual 6
Ibid.,h. 727.
32
c) Mix penjualan d) Biaya produksi e) Biaya umum dan penjualan Anggaran fleksibel memampukan manajemen
untuk menganalisis hasil
operasi dan perubahan pada kondisi operasi secara detail serta membantu untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Total penjualan dan biaya dari anggaran fleksibel dihitung dengan formula 7 : Total penjualan
=
Jumlah unit terjual x harga jual dianggarkan tiap unit
Total biaya
=
Total biaya variabel + total biaya tetap
=
(jumlah unit terjual x biaya variabel dianggarkan tiap unit) + biaya tetap dianggarkan
Penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam studi kelayakan bisnis, jika dilihat dari aspek keuangan, maka dapat menggunakan metode analisis rasiorasio keuangan. Rasio-rasio keuangan ini meliputi rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio Leverage dan rasio profitabilitas. Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Pada umumnya ada empat metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode penilaian investasi Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Of Return, Probilability Index Serta Break Even Point 8 .
7 8
Ibid., h. 729. Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 197.
33
Berdasarkan ketersediaan data di tempat penulis meneliti, maka metode penilaian investasi yang dapat dihitung dan dianalisis hanya metode probitability index. Pemakaian metode profitability index (PI) ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan 9 .
Keterangan: PI
= Profitability Index, yaitu salah satu metode penilaian investasi dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan
PV
= Present Value, yaitu nilai sekarang dari arus kas masuk akan datang dari proyek tersebut
Di mana apabila hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang baik dan bisa diterima. Namun jika hasil analisis rasio lebih kecil (<) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang tidak baik dan tidak dapat diterima 10 .
9
Ibid.,h. 201.
10
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 164
34
2. Teori Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat a. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 1) Pemberdayaan Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya membangun sumber daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya 11 . Istilah pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah asing empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam batas-batas tertentu bersifat interchangeable
atau
dapat
dipertukarkan.
Dalam
pengertian
lain,
pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat 12 . Pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh 11
12
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2000) Cet I. h. 263
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam; Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi (Bandung: ROSDA, 2001), h.30.
35
sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya 13 . Sementara itu menurut Jim Ife, ‘’pemberdayaan adalah penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka bisa menemukan masa depan mereka lebih baik. Menurut Gunawan Sumohadiningat, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran tentang
potensi
yang
mengembangkannya 14 ,
dimiliki dengan
mereka
kata
lain
serta
berupaya
untuk
memberdayakan
adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakn pilihan-pilihan. Dengan paparan di atas, jelaslah bahwa proses pengembangan dan pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-
13
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2003) cet ke 1, h. 56. 14
Gunawan Sumihadiningrat, Pembangunan Daerah Dan Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997), h. 165
36
pilihan. Sebab, manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihanpilihan dan dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas 15 . 2) Ekonomi Menurut para ahli, perkataan ekonomi berasal dari bahasa yunani, oicos dan nomos. Oicos berarti rumah dan nomos berarti aturan. Jadi ekonomi adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga rakyat (volkhuisudin) maupun dalam rumah tangga negara (staatshuishouding) Jadi, ekonomi merupakan suatu tata cara aturan yang ada dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat pemuas kebutuhannya yang bersifat langka. Cara yang dimaksud disini berkaitan dengan aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka 16 . 3) Masyarakat Merujuk pada Ron Shaffer, Steve Deller dan Dave Marcouiller bahwa sebagian besar definisi yang ada tentang masyarakat merujuk pada area, kumpulan dan sosial ekonomi interaksi. Maka, definisi masyarakat yang dgunakan adalah sekelompok orang yang secara keberadaaan fisik dibatasi
15
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, h.42.
16
Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), h.221
37
dgn geografis, politik, sosial dan ekonomi, dan dengan hubungan komunikasi yang intens 17 . Ada lima pendekataan dalam studi tentang masyarakat ( Long, Anderson dan Blubaugh 1973; Sanders 1966; Wilkinson 1992 dalam Ron Shaffer dkk, 2004 ; 2-3) yang dimaksud tersebut meliputi18 : pendekatan kualitatif, ekologi, etnografi, sosiologi dan ekonomi. (a) Pendekatan
kualitatif,
merupakan
perspektif
yang
memandang
masyarakat sebagai suatu tempat hidup, pendekatan ini melihat pada perumahan, sekolah dan perilaku individu-individu yang ada dalam komunitas. (b) Pendekatan ekologi, adalah suatu studi dari masyarakat sebagai unit kewilayahan, secara khusus distribusi kewilayahan dari kelompokkelompok orang, mereka berinteraksi dalam komunitas dan di antara komunitas. (c) Pendekatan etnografi adalah studi dari masyarakat sebagai suatu pedoman hidup. Pada pendekatan ini bersandar pada keseluruhan dimensi kebudayaaan masyarakat, tidak hanya aspek demografi, ekonomi dan geografi. (d) Pendekatan sosiologi, memandang masyarakat sebagai suatu sistem sosial dan terkonsentrasi pada hubungan sosial yang ada di dalam
17
Ibid., h. 222.
18
Ibid.,h. 223.
38
masyarakat yang bentuknya berada dalam kelompok-kelompok, dan sistem-sistem yang lebih besar yang kedudukannya berada di dalam atau di luar masyarakat. (e) Pendekatan ekonomi, melihat pada hubungan-hubungan antara bidangbidang ekonomi dengan rumah tangga. Seperti pertanian, tipe-tipe pekerjaan dan keterampilan-keterampilan. Di samping itu pendekatan ini juga mempertimbangkan sumber-sumber daya (alam, manusia, keuangan, dan material) yang ditemukan dalam masyarakat. Jadi bisa disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi yang kurang mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan 19 . b. Cakupan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Michael Sheraden (2006) mengatakan pemberdayaan ekonomi masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pemberdayaan yaitu 20 : Pertama, aset manusia (human asset) berkaitan erat pada pemberdayaan kualitas sumber daya manusianya. Human capital ini termasuk pada golongan aset tidak nyata. Human asset secara umum meliputi intelegensia, latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Usaha-
19
20
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, h.264
Ismet Firdaus dan Ahmad Zaky, Upaya Meningkatkan Equity Perempuan Dhu’afa Desa Bojong Indah, Parung, (Jakarta:Dakwah Press, 2008), h. 226.
39
usaha untuk meningkatkan human asset ini biasanya dlakukan dalam berbagai program yang bersifat kualitatif seperti program pelatihan dan keterampilan dalam bentuk kursus-kursus, penyuluhan, yang kesemuanya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya menghasilkan output pada peningkatan kualitas SDM. Kedua, pemberdayaan aset modal keuangan (finansial asset), meliputi modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin produksi, dan komponen produksi lainnya. Salah satu permasalahan klasik yang dihadapi para pelaku perekonomian adalah sulitnya mendapatkan modal untuk kredit usaha. Ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi setiap persyaratan yang diajukan oleh lembaga keuangan formal seperti bank menjadikan sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada umumnya tidak memiliki aset yang cukup untuk menjaminkan kepada pihak bank. Ketiga, pemberdayaan aset sosial (social asset). Aset sosial meliputi keluarga, teman, koneksi atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada pekerjaaan, kredit dan tipe aset lainnya. c. Indikator Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 21 1) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, ke tempat hiburan, dan lain-
21
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h 64-66
40
lain. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian. 2) Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan individu maupun keluarga sehari-hari. Seseorang dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli dengan uangnya sendiri. 3) Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti TV, berlangganan koran. 4) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama pasangan mengenai keputusan-keputusan keluarga. 5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga. 6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang anggota DPRD setempat, mengetahui pentingnya memiliki akta nikah. 7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes yang berkaitan dengan permasalahan masyarakat. 8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, memiliki rumah, tanah, aset produktif.
41
d. Karakteristik Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Konsep ini meliputi ciri atau karakter pemberdayaan yang berdasarkan tiga hal utama yang bersifat adaptif terhadap masyarakat, yaitu 22 : Pertama, berbasis masyarakat (community based), artinya masyarakat bertindak sebagai pelaku/subjek dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program pemberdayaan ekonomi. Masyarakat memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang kegiatan yang diperlukan serta pelaksanaannya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama (selektive decision) Kedua, berbasis sumber daya setempat (local resources based) artinya program ini didasarkan pada sumber-sumber yang tersedia pada daerah tersebut. Ketiga, berbasis berkelanjutan (suistainable) artinya program yang dirancang harus dapat berfungsi sebagai motor penggerak awal, tidak berhenti pada akhir suatu program. Agar hal tersebut dapat tercapai diperlukan strategi, perencanaan dan pelaksanaan yang tepat guna. e. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Tujuan pengembangan ekonomi masyarakat ialah untuk mendukung keterjaminan, kesempatan dan keberdayaan melalui 23 : 1) Pengembangan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial 2) Penguatan akuntabilitas dan inklusifitas kelompok-kelompok masyarakat
22
Ismet Firdaus dan Ahmad Zaky, h. 227
23
Edi Suharto, Analisis Jaringan Sosial, h.2.
42
3) Peningkatan partisipasi berbasis luas 4) Perluasan akses masyarakat terhadap informasi dan jaringan sosial 5) Penyempurnaaan pemerintah, lembaga dan kebijakan pada skala lokal dan nasional sehingga responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Adapun target pengembangan masyarakat/peningkatan kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan atau empowerment agar anggota masyarakat terlibat dalam proses produktif yang didasarkan pada kesetaraan atau equity, keterjaminan atau security, keberlangsungan atau sustainability dan kerjasama atau cooperation. Bila pemberdayaan, kesetaraan, keterjamianan, keberlangsungan dan kerjasama dapat berjalan secara simultan maka sasaran kesejahteraan dapat dicapai 24 . Jadi, inti tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah mengarahkan dan mendorong perubahan struktural yaitu dengan memperkuat kedudukan dan peran ekonomi masyarakat dalam perekonomian nasional. Dengan demikian, pelaku ekonomi mayarakat mampu menikmati yang dihasilkannya dan seterusnya mampu menghasilkan dan bermanfaat secara berkelanjutan.
24
Asep Usman Ismail Dkk, Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Masyarakat Kampung Badak Putih Dan Kampung Satu Duit, (Jakarta: Dakwah Press, 2007), h. 54.
43
f. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Secara umum bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang bisa dikembangkan pada saat sekarang adalah: 1) Pelatihan wirausaha Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pemahaman dan wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual tentang konsep-konsep kewirausahaan dengan segala seluk beluk permasalahan yang ada didalamnya sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap peserta yang pada akhirnya peserta diharapkan
memiliki
pengetahuan
teoritis
dan
penguasaan
teknik
kewirausahaan dalam berbagai bidang. 2) Pemagangan dan pelatihan Yang dimaksud dengan pemagangan adalah pemagangan peserta pada perusahaan yang berkaitan dengan rencana usaha yang akan dijalaninya kelak. Pemagangan sangat perlu mengingat suasana dan realitas usaha mempunyai karakteristik khas, yang berbeda dengan pendidikan atau kegiatan diluar usaha. 3) Permodalan Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam pemberdayaan ekonomi, tetapi bukan yang utama. Oleh karena itu untuk mendapatkan dukungan keuangan yang cukup stabil, perlu mengadakan kerjasama yang baik dengan lembaga keuangan.
44
4) Pembinaan Pembinaan adalah membina terhadap usaha yang dijalankan agar usaha mereka meningkat dan kebutuhan hidupnya terpenuhi.
3. Teori Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang Efektif a. Aspek Kemitraan Usaha Menurut Ginandjar Kartasasmita 25 Ginanjar Kartasasmita mendefinisikan pemberdayaan ekonomi yang efektif dasar pandangannya adalah bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, dengan kata lain, memberdayakannya. Secara praktis upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat ini diarahkan untuk meningkatkan produktivitas rakyat sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan
25
Ginandjar Kartasasmita, ”Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan Guna Mewujudkan Perekonomian Nasional Yang Tangguh Dan Mandiri” Disampaikan Pada Seminar Nasional LP2KMK-GOLKAR, Jakarta, 7 Nopember 1996, h.3.
45
hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya. Dengan demikian, dapatlah diartikan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Dalam kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi 26 . Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran
akan
potensi
yang
dimilikinya
serta
berupaya
untuk
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkahlangkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. 26
Ibid., h.4
46
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Ginandjar berpendapat bahwa kemitraan usaha adalah solusi yang efektif dalam memberdayakan ekonomi rakyat. Kemitraan usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, saling menghidupi, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Prinsip kerja sama seperti itu dapat mengatasi pembatas potensi usaha yang melekat pada satu unit usaha 27 .
27
Ibid., h.7.
47
b. Lima Aspek Pengembangan Masyarakat Menurut Surjadi. Surjadi (1981:85-137) memberikan sejumlah metode/strategi pengembangan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan yang secara umum relatif masih berprofesi sebagai petani yang efektif, di antaranya 28 : 1) Adanya Musyawarah Dengan Masyarakat Metode ini dipandang sebagai yang paling banyak dipergunakan. Metode ini bersifat face to face relation. Hal yang paling mendasar dalam menggunakan metode ini adalah hal khusus apa yang hendak disampaikan kepada masyarakat. Metode ini dipandang dapat merangsang minat masyarakat terhadap masalahmasalah yang dihadapi oleh masyarakat dan menjadikan mereka berfikir bahwa hal yang amat baik jika mereka sendiri yang memikirkan dan memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Beberapa saran berikut ini berguna ketika kontak langsung ini dipakai di tengah-tengah masyarakat: (a) Menyenangkan dalam diskusi dan dalam bergaul. Tunjukkan juga bahwa para pengembang (juru dakwah) menyukai masyarakat dan kehadiran mereka adalah untuk menjadi mitra masyarakat dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. (b) Pandai-pandailah menjadi pendengar yang baik. (c) Yakin akan fakta-fakta yang dmiliki.
28
102.
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, h.96-
48
(d) Bila ide-ide baru keluar dalam percakapan, buatlah suasana sedemikian rupa sehingga setiap orang/kelompok merasa bahwa ide itu keluar dari mereka. (e) Pergunakanlah bahasa sederhana yang bisa dipahami oleh masyarakat. (f) Hilangkan adu argumentasi yang kontara-produktif (g) Bila meninggalkan kelompok, tinggalkan kesan bersahabat serta tumbuhkan keinginan pada mereka agar penyuluh masyarakat bisa sering menemui mereka. 2) Demonstrasi Hasil Di mana pun lingkungannnya, masyarakat mengerjakan sesuatu berdasarkan cara-cara yang biasa mereka kerjakan karena mereka tahu hasil apa yang diharapkan bila mereka menerapkan cara-cara lama yang mereka kuasai turun temurun. Berkaitan dengan ini, para penyuluh harus memahami bahwa masyarakat desa bekerja atas dasar pengalamannya dan pengalamannya terbatas pada cara-cara mengerjakan dan cara berpikir di desanya. Di sinilah peran kita untuk mengubah cara bekerja dan cara berpikir masyarakat desa. Menurut Surjadi (1981), dalam mencoba mengubah praktik-praktik yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan, para penyuluh harus memahami mengapa mereka mengerjakannya dengan cara-cara yang ditempuhnya itu. 3) Demonstrasi Proses Adalah memperlihatkan kepada yang lain bagaimana memperkembangkan sesuatu yang mereka kerjakan sekarang atau mengajari mereka bagaimana menggunakan suatu alat baru. Misalnya, penyuluh mempertunjukkan bagaimana
49
caranya membuat sabun, masyarakat kemudian menyaksikan dan sekembalinya mereka ke rumah, mereka dapat membuat sabun sendiri. Beberapa hal yang penting diperhatikan ketika demonstrasi proses dipraktikan di tengah-tengah masyarakat, di antaranya: (a) Diusahakan sebanyak mungkin masyarakat yang hadir (b) Menjelaskan apa yang didemonstrasikan itu dilaksanakan (c) Menjelaskan mengapa demonstrasi itu dilaksanakan (d) Menunjukkan kepada masyarakat bagaimana mengerjakannya (e) Usahakan agar masyarakat bisa mengikuti setiap langkah demonstrasi (f) Berilah waktu dan kesempatan untuk bertanya (g) Memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan demontrasi jenis apa pun 4) Melibatkan Tokoh Masyarakat Menurut Surjadi, pengalaman pengembangan masyarakat di seluruh dunia menunjukkkan bahwa kerja sama dengan para pemimpin masyarakat adalah metode yang efektif. Baik atau jelek, konservatif atau progresif, pemimpinpemimpin ini-lah yang banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat. Secara demikian, semua kekuatan masyarakat baik formal maupun non-formal, fungsinya justru dipegang oleh para pemimpin ini. Maka jelas, betapa pemimpin adalah bagian sangat penting dalam setiap proses pengembangan masyarakat. Bekerja sendiri tidak akan pernah menyamai hasil yang dicapai lewat bekerja dengan orang banyak. Pada kenyataannya,
50
kelompok masyarakat (khususnya masyarakat pedesaan) mempunyai sejumlah pemimpin informal (natural leaders) dan bila mereka memperoleh pengalaman dalam mengembangkan masyarakatnya, maka pemimpin-pemimpin baru akan muncul dengan sendirinya. 5) Dilakukan Dalam Aksi Kelompok Metode ini didasarkan kepada tesis sederhana, bahwa banyak masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat yang hanya bisa dipecahkan lewat usahausaha kelompok, di antaranya: (a) Melalui diskusi-diskusi, kelompok mengenal problem-problem yang dihadapi
oleh
masyarakat
dan
tumbuh
keinginan
untuk
ikut
memecahkannya, setidaknya tumbuh tanggung jawab untuk ikut mencarikan jalan keluarnya. (b) Meminta saran para teknisi untuk mengetahui alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut. (c) Memilih alternatif yang oleh kelompok dianggap paling sesuai dengan situasi. (d) Capailah keputusan untuk melakukan aksi (e) Rencanakan aksi pertama kelompok (f) Memulai bekerja
51
4. Prinsip-Prinsip Umum Ekonomi Syariah Gambar 2.1 Rancang Bangun Ekonomi Islam
(Sumber: Agustianto,2008) a.
Prinsip Tauhid Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia
menyaksikan bahwa tiada sesuatu pun yang layak disembah selain Allah dan tidak ada pemilik langit, bumi, dan isinya, selain daripada Allah. Oleh karena itu, Allah adalah pemilik hakiki, manusia hanya diberi amanah untuk memiliki sementara waktu, sebagai ujian bagi mereka. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah karena kepada-Nya kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis. 29 Menurut Imaduddin Abdurrahim, seperti yang dikutip oleh Euis Amalia mengatakan bahwa orang yang mampu mentauhidkan Allah SWT secara konsisten akan melihat manusia lain sama dengan dirinya, dan karena itu dia akan
29
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 2007), h. 35.
52
memperlakukan orang lain sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan orang. 30 Sejalan dengan itu, Mausudul Alam Choudhoury dalam Contibution to Islamic Economic Theory, menghubungkan aspek ketauhidan ini dengan dimensi persaudaraan (tauhid and brotherhood). Dalam pemikirannya konsep tauhid tidak saja tercermin dalam hubungan vertikal (manusia dengan khaliqnya) tetapi terwujud dalam hubungan horisontal (manusia dengan sesamanya). Sebagai refleksi dari prinsip unitas (kesatuan) ini, maka seseorang yang tunduk pada nilai-nilai Islam (islamic man) tidak akan melakukan: 1) Mendiskriminasi di antara pekerja, penjual, pembeli, mitra kerja, dan sebagainya atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, gender, agama, dan lainnya; 2)Terpaksa melakukan praktek yang tidak etis, karena hanya Allah-lah yang ditakuti dan dicintai; 3) Menimbun kekayaan (iktinaz), karena kekayaan merupakan amanah Allah. 31 b. Prinsip Mashlahah Setiap sistem sosial-ekonomi, termasuk Islam, bertujuan untuk merealisasikan kemashlahatan dengan meraih manfaat dan menolak mudharat. Kemashlahatan yang ingin diciptakan adakalanya cenderung pada kepentingan individu atau cenderung pada kepentingan kelompok. Idealnya adalah antara dua kepentingan itu dapat dijembatani, karena seringkali antara kepentingan individu dan kepentingan
30
Euis Amalia, Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam Dalam Mewujudkan Keadilan Distributif, h. 10. Disampaikan pada Kuliah Ekonomi Pembangunan Islam UIN Jakarta, 2009. 31
Ibid,h. 10.
53
kelompok terjadi tabrakan 32 . Sistem ekonomi Islam bukanlah sistem kapitalis yang cenderung memanjakan individu. Bukan pula sosialis yang mementingkan kepentingan kolektif. Tapi sistem ekonomi Islam mencoba mempertemukan kedua kepentingan itu dalam perkawinan yang tidak merugikan bagi keduanya. Dalam istilah Fanjari, al taufiiq baina al mashalih al mutadlaribah 33 , mempertemukan kepentingan-kepentingan yang saling kontradiktif. Inilah keunikan yang dimiliki oleh ekonomi Islam, bahwa ia menaruh perhatian tinggi pada penciptaan keseimbangan antara kepentingan (mashlahah ) pribadi dan kepentingan kelompok. Keseimbangan ini adalah prinsip yang tidak berubah yang didasarkan pada dalil-dalil al Qur’an dan Hadits. Meskipun Islam memberikan kelonggaran kepada individu untuk memanfaatkan segala hal yang menjadi hak miliknya, bukan berarti melepaskan kebebasan itu secara mutlak. Tetapi ada kewajiban untuk memperhatikan hak-hak orang lain. Wahbah Zuhaili seperti yang dikutip oleh Jalaluddin pembatasan
penggunaan
hak
dapat
dilakukan
menjelaskan bahwa
apabila
individu
ketika
mempergunakan haknya itu melakukan hal-hal berikut 34 : (a) Dimaksudkan untuk membahayakan orang lain; (b) Dimaksudkan untuk tujuan yang tidak syar`i;
32
Ahmad Jalaluddin, Mempertimbangkan 'Mashlahah Syar`Iyyah'sebagai Landasan Siyasah Iqtishadiyah Dalam Islam, Yogjakarta: Jurnal Ekonomi dan Bisnis UIN Sunan Kalijaga, 2009. h 35 33
Syauqi al Fanjari, Dzaatiyat al Siyasah al Iqtishadiyah al Islamiyah, Kairo, 1413-1993,
34
Ahmad Jalaluddin, Mempertimbangkan 'Mashlahah Syar`Iyyah',h 38
hal. 17.
54
(c) Menimbulkan bahaya yang lebih besar dari mashlahah (yang ingin diciptakan); (d) Penggunaan yang tidak pada tempatnya sehingga membahayakan orang lain; (e) Penggunaan hak secara serampangan (teledor). Dalam kondisi-kondisi tertentu, ketika sulit ditemukan kata kompromi antara dua mashlahah itu, telah disepakati bahwa kemaslahatan individu dikorbankan demi kemashlahatan bersama yang lebih luas. Tapi penerapan kaidah ini secara serampangan seringkali berbuah kezaliman terhadap individu. Sebabnya adalah kaburnya pengertian kepentingan umum yang diwakili oleh negara dan kepentingan individu yang diwakili oleh rakyat kecil. Bahwa seringkali yang terjadi adalah mengorbankan kepentingan individu (rakyat kecil) untuk kepentingan dan kemashlahatan individu yang lain (pemilik modal). 35 c.
Prinsip Keadilan Dalam Islam, keadilan merupakan ajaran yang sangat fundamental dan
mencakup keseluruhan aspek kehidupan: ekonomi, sosial, politik, bahkan lingkungan hidup. Luasnya dimensi aplikatif keadilan, al-Qur’an memaknakannya dengan berbagai arti, seperti: “sesuatu yang benar, sikap tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang, cara yang tepat dalam mengambil keputusan, keseimbangan, dan pemerataan”. Dalam konteks ekonomi Choudhury memaknainya dengan
35
Ibid, h. 39.
55
distributional equity (keadilan distributif) sebagai pilar utama dalam penegakan keadilan ekonomi. 36 Pada tataran sosiologis, keadilan berarti bahwa “setiap orang harus diperlakukan sebagaimana mestinya, tanpa tekanan yang tidak wajar atau diskriminasi”. Sehingga ia mencakup “perlakuan yang fair, persamaan serta rasa proporsional dan keseimbangan”. Tanpa keadilan dalam kehidupan, maka tatanan sosial juga akan mengalami distorsi yang pada akhirnya membahayakan diri sendiri. Keseimbangan merupakan dimensi horisontal dari Islam yang dalam perspektif yang lebih praktis meliputi keseimbangan jasmani-ruhani, material-non material, individu dan sosial. 37 d. Prinsip Khilafah (Pemerintahan) Dalam al Qur‘an (al Baqarah (2):30), Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Artinya setiap manusia adalah pemimpin dan pemakmur bumi di mana setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam. Fungsi utamanya adalah agar menjaga keteraturan interaksi antar kelompok termasuk dalam bidang ekonomi. 38 Dalam Islam, pemerintah memainkan peranan yang kecil, tetapi sangat penting dalam perekonomian. Peran utamanya adalah untuk menjamin perekonomian agar 36
Euis Amalia, Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam,h. 11.
37
Ibid, h. 11.
38
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, h. 40.
56
berjalan sesuai dengan syariah, dan untuk memastikan supaya tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka mencapai maqashid al-syari‘ah (tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-Ghazali adalah untuk memajukan kesejahteraan manusia dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia. 39 e.
Prinsip Kebebasan Sedangkan yang dimaksud dengan kebebasan kehendak disini adalah
kebebasan yang dibingkai dengan tauhid, artinya manusia bebas tidak sebebasbebasnya tetapi terikat dengan batasan-batasan yang diberikan oleh Allah. Dalam Islam, prinsip ini merupakan unsur komplementer dari konsep khalifah. Karena “sampai pada tingkat tertentu, manusia dianugerahi kehendak bebas (free will) untuk mengarah dan membimbing kehidupannya sendiri sebagai khalifah di bumi”. Kebebasan manusia untuk mengaplikasikan potensi nalar kreatifnya akan mendorong fungsi kekhalifahannya terimplementasi secara aktual. 40 f.
Prinsip Pertanggungjawaban Kebebasan ini juga menyiratkan tanggung jawab sebagai penyertanya. Refleksi
adanya tanggung jawab ini, antara lain dengan adanya pembalasan terhadap setiap tindakan manusia. Prinsip kebebasan ini berwujud dengan adanya kebolehan kepemilikan individu terhadap harta, legalitas perdagangan dan kebolehan menjalin
39
Ibid,h. 41
40
Euis Amalia, Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam,h. 11
57
akad kerjasama. Sedangkan refleksi tanggung jawab dalam aspek kebebasan ini antara lain berwujud pertanyaan Allah di akherat akan asal muasal dan arah pengelolaan harta. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya kebebasan yang tidak hanya mencakup seluruh perbuatan di dunia dan akhirat saja tetapi juga terhadap lingkungan di sekitarnya. 41 Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam hal pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan. Kebebasan di sini adalah kebebasan dalam bertindak yang dibingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan, tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun. Dalam hal ini, keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al Qur’an agar harta kekayaan tidak menjadi barang dagangan yang hanya beredar di antara orangorang kaya saja (al Hasyr (59):7), akan tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu kesatuan. 42
41
Ibid, h. 11
42
Ibid, h. 12
58
g.
Prinsip Ma’ad (Hasil) Walaupun sering diterjemahkan sebagai “kebangkitan“ tetapi secara harfiah
ma’ad berarti “kembali“. Karena kita semua akan kembali kepada Allah. Pandangan dunia yang khas dari seorang muslim tentang dunia dan akherat dapat dirumuskan sebagai: “dunia adalah ladang akhirat“ artinya, dunia adalah wahana bagi manusia untuk bekerja dan beraktivitas (beramal saleh). Namun, akhirat lebih baik daripada dunia, sehingga Allah melarang kita untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa. 43 Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk berjuang dan perjuangan ini akan mendapatkan ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu ma’ad diartikan juga sebagai imbalan/ganjaran. Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis diformulasikan oleh Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan laba akhirat. Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam. 44 h. Prinsip Ownership (Kepemilikan) Dalam kapitalis, prinsip umum kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan swasta. Dalam sistem sosialis, kepemilikan negara. Sedangkan dalam Islam, berlaku prinsip kepemilikan multijenis, yakni mengakui bermacam-macam bentuk
43
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, h. 41.
44
Ibid,h. 42.
59
kepemilikan baik oleh swasta, negara atau campuran. Prinsip ini adalah terjemahan dari nilai tauhid: pemilik langit, bumi dan seisinya adalah Allah, sedangkan manusia hanya diberi amanah untuk mengelolanya. Dengan demikian, konsep kepemilikan swasta diakui. Namun, untuk menjamin keadilan, yakni supaya tidak ada proses penzaliman segolongan orang terhadap segolongan yang lain, maka cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Dengan demikian, kepemilikan negara dan nasionalisasi juga diakui. Sistem kepemilikan campuran juga mendapat tempat dalam Islam, baik campuran swastanegara, swasta domestik-asing, atau negara-asing. Semua konsep ini berasal dari filosofi, norma, dan nila-nilai Islam. 45 i.
Prinsip Nubuwwah (Kenabian) Untuk umat Islam, Allah telah mengirimkan “manusia model” yang terakhir
dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad saw. Sifatsifat utama Rasulullah yang harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya, adalah sebagai berikut 46 : 1) Siddiq (benar, jujur) Dari konsep siddiq ini, muncullah konsep turunan khas ekonomi dan bisnis, yakni efektivitas (mencapai tujuan yang benar, tepat) dan efisiensi (melakukan
45
Ibid,h 42.
46
Ibid, h. 38-40.
60
kegiatan dengan benar, yakni menggunakan teknik dan metode yang tidak menyebabkan kemubaziran) 2) Amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas) Sifat ini akan membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu Muslim. Kumpulan individu dengan kredibilitas dan tanggung jawab yang tinggi akan melahirkan masyarakat yang kuat, karena dilandasi oleh saling percaya antaranggotanya. Sifat amanah memainkan peranan yang fundamental dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab, kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur. 3) Fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas) Implikasi ekonomi dan bisnis dari sifat ini adalah bahwa segala aktivitas harus dilakukan dengan ilmu, kecerdikan, dan pengoptimalan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan. Para pelaku bisnis harus pintar dan cerdik supaya usahanya efektif dan efisien dan agar tidak menjadi korban penipuan. Maka terbentuklah konsep manajemen dalam Islam yaitu work hard and smart. 4) Tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran) Sifat tabligh ini menurunkan prinsip-prinsip ilmu komunikasi (personal maupun massal), pemasaran, penjualan, periklanan, pembentukan opini massa, open management, iklim keterbukaan, dan lain-lain.
61
j.
Prinsip Work And Productivity Sesungguhnya ada dua unsur utama yang mempunyai peranan dalam kegiatan
produksi, yaitu tanah (alam) dan kerja. Tanah adalah kekayaan alam yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan manusia, sedangkan kerja adalah segala kemampuan dan kesungguhan yang dikerahkan manusia, baik jasmani maupun akal pikiran, untuk mengolah kekayaan alam bagi kepentingan manusia. Dari hasil penggabungan kerja manusia dengan alam inilah produksi lahir dan tumbuh. Secara syar’i seorang Muslim dituntut bekerja untuk mencukupi kebutuhan sendiri, untuk kepentingan keluarga, untuk kepentingan masyarakat, untuk memakmurkan bumi dan untuk kehidupan semua makhluk secara umum. 47 k. Prinsip Jaminan Sosial Di antara orang-orang yang mampu bekerja, ada orang yang harus menganggur dan tidak mendapatkan kerja sama sekali atau tidak mendapatkan kerja yang sesuai untuknya sehingga tidak memperoleh upah yang mencukupi karena banyaknya anggota keluarga atau tingginya harga barang-barang. Mereka ini dikategorikan orang-orang lemah atau orang-orang yang tidak mampu. 48 Islam mewajibkan masyarakatnya untuk tidak membiarkan kaum lemah diinjak-injak oleh orang kuat di tengah perjalanan hidup yang penuh dengan ambisi. Islam mewajibkan pada
47
Yusuf Qardhawi. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam.(Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 146-159. 48
Ibid,h 411
62
masyarakat yang mampu untuk membimbing mereka agar menjadi kuat dan mandiri. Ekonomi Islam tidak cukup hanya menjamin hidup orang yang membutuhkan dengan jalan memberikan kesempatan kerja bagi orang yang menganggur dan membantu orang yang lemah dan faqir. Tetapi Islam menentukan pula untuk orang yang mempunyai kebutuhan mendadak tunjangan dari baitul maal, yang bisa membangkitkan mereka jika jatuh, menyambung hidupnya jika terputus jalan hidupnya, dan mengganti sebagian yang hilang jika mereka bangkrut. 49 Untuk mendanai jaminan sosial, dalam Islam ada berbagai sumber yang disebutkan oleh al Qur’an dan Sunnah yang juga diaplikasikan oleh para khalifah. Di antara sumber-sumber dana tersebut adalah 50 : 1) Zakat 2) Sumber-Sumber Dana Negara, meliputi ghanimah, fai’, kharaj. 3) Hak-Hak Lain Dalam Harta, meliputi pembayaran kafarat, fidyah. 4) Shadaqah Sunnah 5) Shadaqah Jariyah dan Wakaf Sosial
49
Ibid, h. 414.
50
Ibid, h. 416-427
63
B. Kerangka Konseptual Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Pemberdayaan Kualitas SDM
Pemberdayaan Aset Modal Keuangan
Pemberdayaan Aset Sosial
Berbasiskan Masyarakat Lokal Dan Berkelanjutan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Yang Efektif
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Didukung Oleh Kemitraan Usaha Adanya Musyawarah Dengan Masyarakat Adanya Demonstrasi Hasil Adanya Demonstrasi Proses Melibatkan Unsur Pemimpin/Tokoh Masyarakat Dilakukan Dalam Aksi Kelompok
Program SABANSA
Membuka Lapangan Pekerjaan
Mengurangi Arus Urbanisasi Ke Jakarta
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Memperbaiki Kehidupan Sosial dan Agama
64
C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori, penulis akan mengajukan hipótesis atau pendugaan sementara dari penelitian ini, sebagai berikut: Hipotesis (1) H0 =
Program tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan peserta program
H1 =
Program berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan peserta program
Hipotesis (2) H0 =
Program tidak berpengaruh dalam mengurangi arus urbanisasi peserta program ke kota
H1 =
Program berpengaruh dalam mengurangi arus urbanisasi peserta program ke kota
Hipotesis (3) H0 =
Program tidak berpengaruh dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
H1 =
Program berpengaruh dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
65
Hipotesis (4) H0 =
Program tidak berpengaruh dalam memperbaiki kehidupan sosial keagamaan peserta program
H1 =
Program berpengaruh dalam memperbaiki kehidupaan sosial keagamaan peserta program
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, YAYASAN BINA INSAN KAMIL DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Sukawening berjarak sekitar 15 km dari Ibukota Kabupaten Garut. Luas wilayahnya 3.883 ha dengan proporsi wilayah berdasarkan penggunaan lahan adalah 39% lahan pesawahan, 23% perkampungan, 17% hutan, 10% tegalan, 10% kebun campuran dan 1% lain-lain. Sekitar 63% wilayahnya berada pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan
lahan
hampir
40%.
Adapun
batas-batas
wilayah
administratifnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Cibatu, Kersamanah, dan Malangbong, sebelah barat berbatasan dengan
Karangtengah, sebelah
selatan berbatasan dengan Wanaraja dan sebelah timur berbatasan dengan Banyuresmi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta Kecamatan Sukawening di bawah ini.
Gambar 3.1. Peta Kecamatan Sukawening 66
67
Kecamatan Sukawening terdiri dari 11 desa/kelurahan dan salah satunya adalah desa Mekarwangi yang menjadi lokasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan yang dilakukan oleh yayasan BIK. Desa Mekarwangi berada di ketinggian 700,5 meter dari permukaan laut dan memiliki wilayah seluas 262,025 ha. Batas wilayah desa Mekarwangi adalah sebelah utara berbatasan dengan desa Mekarluyu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sukamukti, sebelah timur berbatasan dengan desa Caringin, sebelah barat berbatasan dengan desa Sukawening. Pusat pemerintahan desa Mekarwangi berjarak sekitar 22 km dari ibukota kabupaten Garut dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 1,5 jam.
2. Keadaan Penduduk Untuk mengetahui keadaan penduduk desa Mekarwangi dan persebarannya dapat dilihat dari jumlah penduduk, golongan umur serta rasio jenis kelamin. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Mekarwangi Jumlah Laki-Laki
1367 orang
Jumlah Perempuan
1290 orang Total
2657 orang
Jumlah KK
653 KK
Kepadatan Penduduk
1 per km
Sumber : Buku Administrasi Desa Mekarwangi, Februari 2010.
Dari jumlah penduduk tersebut, semuanya memeluk agama Islam dan tidak ada warga pendatang. Semua warga desa Mekarwangi adalah penduduk asli
68
Mekarwangi yang beretnis Sunda. Hal ini menyebabkan penduduk Mekarwangi tidak mengalami kesulitan dalam beribadah dan menjalankan aktifitas keseharian dalam kultur budaya Sunda. Di samping itu, pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan suatu daerah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berakibat sulitnya suatu keluarga untuk meningkatkan kesejahteraannya, karena pendapatan yang dihasilkan akan semakin banyak yang dikeluarkan. Untuk itu yang diperlukan adalah penduduk usia produktif (15-49 tahun) yang bekerja/mempunyai penghasilan. Adapun untuk desa Mekarwangi, golongan umur penduduknya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Di Desa Mekarwangi Tahun 2010 Golongan Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 59 60 ke atas
97 95 97 87 90 64 63 75 92 98 235 274
95 80 94 80 84 82 59 66 96 97 225 232
192 175 191 167 174 146 122 141 188 195 460 506
Jumlah
1367
1290
2657
Sumber : Buku Administrasi Desa Mekarwangi, Februari 2010.
69
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa Mekarwangi yang masuk ke dalam golongan usia produktif (15- 49 tahun) berjumlah 1.133 orang yang terdiri dari 569 orang laki-laki dan 564 orang perempuan. Informasi yang masih berhubungan dengan kependudukan dan tidak kalah pentingnya adalah bidang usaha yang digeluti oleh penduduk desa Mekarwangi. Keterangan ini penting untuk mengetahui di sektor mana sajakah penduduk bekerja dan apakah sesuai dengan karakter wilayah desa Mekarwangi. Tabel di bawah ini bisa memberikan informasi tersebut. Tabel 3.3 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Mekarwangi 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pedagang Keliling Peternak Pengusaha Kecil dan Menengah TNI/POLRI Pegawai Swasta Jumlah
Jumlah
Persentase(%)
262 329 11 20 295 50 2 53
25,64 % 32,19 % 1,08 % 1,96 % 28,86 % 4,89 % 0,2 % 5,19 %
1.022
100 %
Sumber : Buku Administrasi Desa Mekarwangi, Februari 2010.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa penduduk desa Mekarwangi kebanyakan bekerja sebagai buruh tani yaitu 329 orang atau 32,19 % dari jumlah usia produktif sebesar 1.022 orang, di mana sektor peternakan menempati posisi kedua yaitu 295 orang atau 28,86 %. Dan petani di posisi ketiga terbesar yaitu sejumlah 25,64 %. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan peternakan
70
menjadi andalan perekonomian penduduk desa Mekarwangi. Dan pekerjaan ini sudah akrab dengan keseharian para penduduk desa.
3. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu refleksi tingkat kesejahteraan dan kemajuan kehidupan suatu daerah. Dengan semakin banyaknya sarana pendidikan di suatu daerah serta diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan maka diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di daerah pedesaan. Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan pendidikan di Kecamatan Sukawening dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4 Data Pendidikan Di Kecamatan Sukawening Tahun 2010 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
JENIS SEKOLAH
JUMLAH
TK RA SD Negeri SD Swasta/MI SLTP Negeri SLTP Swasta/MTs SMU Negeri SMU Swasta/MA SMK Perguruan Tinggi JUMLAH
7 3 46 5 5 5 2 1 74
Sumber : Buku Administrasi Kecamatan Sukawening Tahun 2010
Tabel di atas memperlihatkan bahwa Kecamatan Sukawening telah memiliki sarana pendidikan yang baik dan memadai mulai dari tingkat TK sampai SMU.
71
Namun jika dilihat dari proporsinya, jumlah SD lebih banyak dibandingkan dengan SMU. Hal ini memperlihatkan bahwa kebanyakan masyarakat Sukawening hanya mengeyam pendidikan sampai SD. Keterbatasan ekonomi membuat banyak keluarga di Sukawening yang tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Serta adanya keharusan bagi anak untuk membantu kerja orang tua di sawah/kebun yang lebih jelas menghasilkan uang membuat pendidikan bagi anak adalah barang yang mahal. Bagi mereka “bisa baca tulis” cukup untuk menjalani kehidupan ini. Untuk lebih mengetahui kualitas angkatan kerja terutama di Desa Mekarwangi dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.5 Kualitas Angkatan Kerja Desa Mekarwangi Tahun 2010 NO
ANGKATAN KERJA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1.
Penduduk usia 18 - 56 tahun yang buta aksara dan huruf/angka latin
10
8
2.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tidak tamat SD
100
147
3.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SD
316
350
4.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SLTP
290
300
5.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SMU
30
20
6.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat Perguruan Tinggi
11
8
757 orang
833 orang
Jumlah
Sumber : Buku Administrasi Desa Mekarwangi Februari 2010
72
Tabel 3.5 memperlihatkan bahwa jumlah angkatan kerja yang berusia 18 – 56 tahun di Desa Mekarwangi paling banyak menamatkan pendidikan hanya sampai di jenjang SD saja yaitu berjumlah 316 laki-laki dan 350 perempuan. Sedangkan yang menamtkan pada jenjang SLTP berada di posisi kedua terbanyak. Hal ini sesuai dengan bidang usaha yang kebanyakan digeluti oleh masyarakat desa Mekarwangi yaitu di sektor pertanian dan peternakan yang tidak membutuhkan pengetahuan/pendidikan yang tinggi cukup pengalaman dan kerja keras.
4. Keadaan Perumahan Perumahan merupakan kebutuhan pokok manusia lainnya selain makanan dan pakaian. Dari kondisi perumahan yang dimiliki oleh penduduk di suatu daerah juga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan penduduk daerah tersebut. Tabel 3.6 Perumahan Desa Mekarwangi Tahun 2010 NO
KONDISI PERUMAHAN A. Rumah Menurut Dinding 1. Tembok 2. Kayu B. Rumah Menurut Lantai 1. Keramik 2. Semen 3. Kayu 4. Tanah C. Rumah Menurut Atap 1. Genteng 2. Asbes
JUMLAH 248 rumah 366 rumah 203 rumah 50 rumah 359 rumah 2 rumah 607 rumah 7 rumah
Sumber : Buku Administrasi Desa Mekarwangi, Februari 2010.
73
Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa kondisi perumahan di desa Mekarwangi paling banyak berdinding dan berlantaikan kayu serta beratap genteng. Struktur bangunan perumahan penduduk desa Mekarwangi juga bergaya rumah panggung di mana bagian bawah digunakan sebagai kandang hewan peliharaan seperti ayam, bebek, angsa dan lain-lain. Kayu digunakan sebagai elemen perumahan di daerah ini karena dapat menyerap panas ketika siang sehingga rumah menjadi hangat di malam hari. Namun dari kondisi perumahan penduduk desa Mekarwangi dapat digambarkan bahwa kondisi kesejahteraan penduduk masih di bawah garis kemiskinan.
5. Sarana Kesehatan Faktor kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia suatu daerah. Ketersediaan sarana kesehatan terutama di bidang persalinan seperti puskesmas, posyandu yang baik dan lengkap dapat mengurangi angka kematian bayi dan dapat meningkatkan jumlah penduduk sebagai aset suatu daerah. Untuk Kecamatan Sukawening jumlah sarana kesehatan yang ada bisa dilihat pada tabel 3.7.
74
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Sukawening Tahun 2010 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.
FASILITAS KESEHATAN Puskesmas Lengkap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) Posyandu MCK Umum
JUMLAH 3 1 4 3 6 6
Sumber : Buku Administrasi Kecamatan Sukawening, 2010.
Dengan melihat data di atas dapat dikatakan bahwa sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Sukawening sudah cukup memadai. Hal ini juga menyiratkan bahwa akses penduduk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Kecamatan Sukawening dan desa-desa di dalamnya cukup baik.
B. Gambaran Umum Yayasan Bina Insan Kamil 1. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) 1 Kelahiran yayasan Bina Insan Kamil berawal dari keprihatinan dan kepedulian sejumlah aktivis muda Islam terhadap nasib para siswi/mahasiswi berjilbab yang terusir dari sekolah/kampus dan rumahnya pada awal tahun 80-an. Mereka kemudian berhimpun dalam wadah KSUI (Komite Solidaritas Umat Islam) yang bergerak dalam advokasi dan bantuan pembiayaan saudara-saudara muslimah yang terdzalimi. Selang beberapa waktu, ketika KSUI tidak bisa lagi aktif lantaran para pengurusnya terpencar ke berbagai tempat karena melanjutkan
1
2010.
Proposal Yayasan Bina Insan Kamil, “Profil Yayasan Bina Insan Kamil”, Jakarta: Februari
75
kuliah, kerja atau aktivitas dakwah lainnya, sebagian aktivis yang masih ada lalu mendirikan Lembaga Bina Insan Kamil - selanjutnya disingkat LBIK- sebuah kelompok swadaya masyarakat yang berkiprah di bidang dakwah, pendidikan dan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Untuk mendukung dan melancarkan berbagai aktivitas yang ada maka para pengurus merasa perlu adanya legalitas institusi. Maka pada Juni 1990 melalui Akte Notaris Yudo Paripurno, SH, LBIK resmi menjadi lembaga formal dengan nama yayasan Lembaga Bina Insan Kamil (LBIK). Melalui perubahan akte pada April 2003, seiring dengan reorganisasi dan penyegaran pengurus, kata lembaga dihapus, sehingga namaya menjadi Yayasan Bina Insan Kamil (BIK).
2. Kegiatan Yayasan Bina Insan Kamil 2 Kegiatan Yayasan Bina Insan Kamil terfokus pada tiga bidang, yaitu dakwah, pendidikan, serta sosial ekonomi masyarakat. Di bidang dakwah dan pendidikan, kiprah BIK dimulai tahun 1988 dengan menerbitkan buletin Jum’at LD HANIF. Hingga saat ini, LD HANIF tetap eksis beredar pada hari Jum’at di masjid-masjid Jabodetabek maupun kota-kota lain di Indonesia. Setelah itu berturut-turut berdiri Taman Kanak-Kanak Al Qur’an (TKA) BIK pada Juni 1992 – sekarang bernama Taman Kanak-Kanak Islam Bina Insan Kamil (TK)
2
Ibid
76
BIK - kemudian berdiri Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) BIK tahun 1994 untuk siswa SD ke atas. Sebelumnya pada akhir 1992 juga didirikan PGTQ (Pendidikan Guru Taman Al Qur’an) BIK yang kini menjadi PGTK BIK yang pesertanya datang dari sekitar Jabodetabek maupun daerah-daerah lain di Indonesia. Hingga kini telah ribuan alumnus PGTK BIK mengabdi di berbagai lembaga pendidikan islam di tanah air. Yang teranyar adalah Pesantrean Wirausaha pada tahun 2004 yang memadukan
kurikulum
agama
dan
kewirausahan/bisnis
yang
dapat
diselenggarakan dengan membebaskan biaya kepada para santrinya. Kini Pesantren Wirausaha BIK telah memasuki angkatan ketiga. Di bidang sosial ekonomi, yayasan BIK adalah pelopor pendirian lembaga keungan mikro (LMK) syariah Baitul Maal Wattamwil (BMT) pada maret 1992. Dengan modal awal Rp 5 juta, BMT BIK telah membantu permodalan dan pengembangan usaha lebih dari 1000 pedagang kecil dan membantu ratusa kaum dhu’afa dari cengkeraman rentenir. Yayasan BIK juga mensponsori pendirian P3UK (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil) pada akhir tahun 1993 yang bertugas menyelenggarakan sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan BMT. Hingga kini telah ada lebih dari 1000 BMT di seluruh wilayah Indonesia. Aktivitas sosial lain yang digeluti yayasan BIK dan terus berjalan sampai saat ini adalah santunan dhu’afa berupa bantuan pengobatan gratis, sembako murah, beasiswa dan lain-lain, bekerja sama dengan pengurus masjid/musholla di
77
Jabodetabek dengan membentuk Dana Dhu’afa BIK yang dananya berasal dari dana ZIS para donatur maupun dari keuntungan unit-unit usaha BIK. Banyak dari kegiatan yang dilakukan BIK seperti TPA, Pesantren Wirausaha, pengobatan bekam bersifat gratis atau paling tidak sangatlah murah. Padahal dana yang diperlukan untuk membiayai semua itu sangatlah besar. Untuk mengatasinya, Yayasan BIK tidak mengandalkan donasi namun membentuk unit-unit usaha yang keuntungannya diharapkan dapat membantu mengatasi pembiayaan program BIK di antaranya yaitu BIKMart yang bergerak di bidang pelatihan, produksi dan pemasaran produk-produk herbal seperti madu, minyak zaitun, habbatussauda dan lain-lain. Ada lagi BIK-Q yang bergerak di bidang aqiqah dan qurban, HANIF Press di bidang penerbitan dan distribusi buku. Serta RLC di bidang pelatihan SDM dengan program Ihsan Character Development Programme (ICDP).
C. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan 1. Latar Belakang Lahirnya Program SABANSA Program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin pedesaan yang digagas oleh yayasan BIK melalui usaha penggemukan sapi potong ini lahir dari kejelian para pengurus yayasan melihat adanya potensi yang dimiliki oleh masyarakat miskin pedesaan di daerah Garut dan Karang Anyar yaitu: 1) Pada umumnya mereka adalah pekerja keras dan terbiasa memelihara hewan ternak turun temurun.
78
2) Lahan untuk kandang dan bahan baku untuk pakan ternak (rumput, jerami, singkong dan lain-lain) relatif mudah di dapat. 3) Pangsa pasar daging sapi potong dan hewan qurban masih sangat terbuka lebar serta permintaan akan daging sapi yang belum dapat dipenuhi oleh pasar lokal. 4) Pengalaman yayasan BIK dalam mengelola pemasaran hewan qurban dan hewan aqiqah selama 4 (empat) tahun serta telah memiliki jaringan pemasaran yang luas di bidang produk-produk herbal. Sedangkan masalah yang masyarakat miskin pedesaan hadapi selalu berputar di tingkat pendidikan masyarakat desa yang relatif rendah sehingga gampang dibodohi dan ditakut-takuti oleh para tengkulak, kelemahan dalam aspek permodalan, kurangnya pembinaan/penyuluhan serta sulitnya pemasaran hasil produksi para peternak, sehingga tengkulak atau rentenir menjadi tempat para peternak ini bergantung. Beban ekonomi masyarakat kecil yang semakin berat seiring dengan kenaikan harga kebutuhan pokok juga membuat mereka selalu terlilit jerat hutang para rentenir. Maka berdasarkan kajian terhadap permasalahan yang dihadapi kebanyakan masyarakat pedesaan di daerah Garut dan Karang Anyar serta potensi yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan tersebut maka solusi yang ditawarkan oleh yayasan adalah: 1) Menciptakan sumber penghasilan di pedesaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka yang relatif rendah.
79
2) Usaha yang cocok berdasarkan karakter serta lingkungan masyarakat itu tinggal adalah usaha penggemukan sapi untuk dijual pada momen Idul Fitri maupun Idul Adha karena tingginya pangsa pasar daging sapi di kedua momen tersebut sehingga diharapkan keuntungan signifikan dapat diraih. 3) Yayasan bertindak sebagai pemberi modal dan sekaligus sebagai pemasar/penjual sapi hasil penggemukan para peternak binaan dengan sistem bagi hasil terhadap keuntungan yang didapat.
2. Konsep Program SABANSA 3 Agar konsep pemberdayaan masyarakat pedesaan ini mudah diingat oleh masyarakat, maka Yayasan Bina Insan Kamil (BIK) menamakannya program SATU BANTU SATU (SABANSA). Maksudnya, satu orang atau satu keluarga yang Allah anugerahkan kelebihan rezeki membantu satu orang/satu keluarga di desa yang tergolong dhu’afa, atau sebuah institusi/perusahaan di kota besar membantu satu kampung di pedesaan yang tergolong tertinggal. Bantuan diwujudkan berupa bibit sapi yang akan diberikan kepada petani dhu’afa di pedesaan untuk digemukkan dalam kurun waktu tertentu dan akan dipasarkan oleh yayasan BIK pada momen Idul Adha dan Idul Fitri dengan sistem bagi hasil terhadap keuntungan yang didapat antara peternak binaan, yayasan dan investor.
3
Proposal Yayasaan Bina Insan Kamil Pusat Penjualan Hewan Qurban,”Penyediaan Hewan Qurban Dan Bagi Berkah Qurban (BABERQU)” Jakarta : 2009.
80
Ilustrasi Konsep Usaha Penggemukan Sapi Jumlah sapi yang digemukkan 150 ekor (investasi selama ± 7 bulan) Nilai investasi bibit sapi/ekor Rp 5.000.000,-
Harga penjualan bersih sapi/ekor Rp 6.500.000,-
Total kebutuhan investasi sapi Rp 750.000.000,-
Total penjualan bersih sapi/ekor Rp 975.000.000,Margin Penjualan Rp 225.000.000,-
INVESTOR (35%) Rp 78.750.000,-
SISTEM BAGI HASIL
YAYASAN (15%) Rp 33.750.000,-
PETERNAK (50%) Rp 112.500.000,-
Konsep program ini telah diujicobakan sejak 2007 di desa Mekarwangi Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut sebanyak 43 sapi dan desa Ngasem Jumapolo Kabupaten Karang Anyar sebanyak 25 ekor. Program ini melibatkan 30 kepala keluarga yang tergolong dhu’afa , yang rata-rata bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan minim dan frekuensi kerja tidak tetap. Karena itu, mereka membutuhkan pekerjaan tambahan yang bisa menambah penghasilan.
81
Mengapa harus berupa hewan sapi ? Argumentasinya adalah sebagai berikut: a. Zakat berupa uang cenderung dipergunakan untuk hal-hal komsumtif. Bahkan kerapkali digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. b. Sebagian petani memiliki keahlian beternak sapi. c. Filosofi memberikan kail, bukan memberikan ikan. d. Tingginya permintaan daging sapi, khususnya pada Idul Fitri dan Idul Adha. e. Nilai tambah dari kulit dan kotoran sapi. Jika dalam tahap uji coba ini terlihat kapasitas, kemampuan dan integritas para peternak binaan, maka tahun depan direncanakan setiap kepala keluarga akan mendapatkan satu ekor sapi yang dananya berasal dari dana ZIS. Dengan demikian diharapkan peternak binaan akan mendapatkan tambahan penghasilan senilai harga sapi qurban tahun depan. Namun dalam pelaksanaan uji coba program ini terdapat kendala teknis menyangkut moral hazard dari para peternak binaan, manajemen pengelolaan dan pencatatan keuangan yayasan yang belum terkoordinir dengan baik serta lokasi program yang jauh dari pantauan yayasan membuat pilot project program ini mengalami kegagalan di daerah Karang Anyar-Jawa Tengah di mana para peternak binaan menjual sapi yang diberikan kepada mereka. Kejadian yang menimpa program di Karang Anyar ini tidak terjadi di daerah Mekarwangi-Garut, karena adanya tokoh masyarakat yang merupakan orang tua
82
dari salah satu pengurus yayasan yang bertindak sebagai pengawas program ini sehingga segala kegiatan para peternak binaan serta permasalahan yang terjadi dapat langsung diketahui oleh yayasan melalui tokoh masyarakat tersebut. Beranjak dari pengalaman tersebut maka yayasan menetapkan mulai April 2008 program SABANSA mulai difokuskan di desa Mekarwangi-suatu pedesaaan yang tertinggal secara ekonomi namun religius dalam ibadah di daerah Garut dengan kultur lokal kemasyarakatan mayoritas bekerja sebagai buruh tani serta peternak sapi/kambing- serta dengan memperbaiki manajemen pengelolaan dan pencatatan keuangan yayasan yang belum terkoordinir dengan baik dalam program ini.Program pemberdayaan ini telah mengangkat sekitar 17 kepala keluarga peternak binaan di desa Mekarwangi bangkit dari jurang kemiskinan dan jerat para tengkulang menuju kepada kehidupan ekonomi dan sosial yang lebih baik, mengurangi arus urbanisasi warga Garut ke kota Jakarta serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
3. Peran Yayasan Bina Insan Kamil Pada program ini, yayasan berperan sebagai arrangger (Amil) dan sekaligus pemasar. Yayasan menjadi perantara dan pengatur aliran zakat (bantuan berupa hewan ternak/bibit anak sapi) muzakki kepada mustahik (peternak binaan), kemudian memasarkan hewan yang telah digemukkan oleh peternak binaan. Sebagai catatan, selama ini banyak peternak yang harus gigit jari lantaran hewan peliharaannya tidak terjual atau terpaksa dibeli oleh tengkulak dengan harga
83
sangat murah. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses pasar dan informasi yang dimiliki petani, sehingga mereka tidak tahu kemana harus menjual hewan. Dengan hadirnya yayasan sebagai pemasar, diharapkan petani tidak lagi kesulitan dalam menjual sapi peliharaannya.
PIHAK
PETERNAK
INVESTOR
YAYASAN
Tabel 3.8 Manfaat Pelaksanaan Program SABANSA MANFAAT 1. Mendapatkan modal usaha untuk penggemukan sapi dengan sistem bagi hasil yang adil 2. Jaminan kepastian pasar, karena hasilnya dibeli oleh BIK-Q, unit usaha YAYASAN BIK 3. Pendapatan utama dari bagi hasil keuntungan penjualan sapi potong, hewan qurban dan aqiqah 4. Sumber dana yang berasal dari ZIS akan meningkatkan status ekonomi peternak 5. Pendapatan tambahan dari kotoran sapi yang bisa diolah menjadi pupuk kompos dan bio gas untuk bahan bakar. 1. Melakukan perintah Allah dan Rasul-Nya agar harta itu tidak hanya berputar di sekitar kaum kaya saja (Q.S 59:7) 2. Tingkat keuntungan lebih tinggi dibandingkan investasi di bank 3. Turut serta dalam mengentaskan kemiskinan dan pemberdayaan petani/peternak pedesaan yang umumnya kaum dhu‘afa 4. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat desa yang sesuai dengan keahliannya 1. Membantu menyukseskan program pengentasan kemiskinan pemerintah 2. Menyediakan lapangan pekerjaan d sektor peternakan dan pemasaran hasil ternak peternak binaan 3. Menciptakan sumber penghasilan bagi masyarakat pedesaan sehingga mengurangi arus urbanisasi ke kotakota besar
(Sumber: Data diolah, 2010)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Penerapan
Program
Pemberdayaan
Ekonomi
Masyarakat
Pedesaan Berbasis Usaha Peternakan dan Penggemukan Sapi. 1.
Karakteristik Peternak Binaan Grafik 4.1 Umur Peternak Binaan
(Sumber : data diolah, 2010) Grafik di atas memperlihatkan komposisi umur para peternak binaan yang mendapatkan program pemberdayaan melalui penggemukan sapi. Dapat dilihat bahwa dari 17 peternak binaan hanya 5 orang yang berusia sekitar 50-60 tahun sedangkan 12 orang sisanya berada di kisaran 20-40 tahun atau sekitar 70,6 % dari 17 peternak binaan adalah para pemuda desa Mekarwangi. Hal ini mengindikasikan bahwa target yayasan dalam memberdayakan para pemuda desa agar mempunyai sumber penghasilan di desa sendiri berhasil mencapai sasaran sehingga para pemuda
84
85
desa Mekarwangi tidak pergi ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya untuk mencari nafkah karena sudah memiliki usaha penggemukan sapi ini. Grafik 4.2 Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Binaan
(Sumber : data diolah, 2010) Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa jumlah tanggungan keluarga (istri, anak yang belum berkeluarga) yang masih menjadi tanggungan peternak binaan paling banyak 9 orang dalam satu keluarga peternak binaan dan paling sedikit adalah 1 orang dalam satu keluarga peternak (belum mempunyai anak). Jika dibuat kisaran maka terdapat 9 peternak yang mempunyai tanggungan antara 4-9 orang atau 52,9 % dari total peternak. Sedangkan 8 peternak mempunyai tanggungan berkisar antara 1-3 orang atau sekitar 47,1 %. Dari data ini dapat diindikasikan bahwa peternak binaan memiliki jumlah tanggungan yang cukup banyak sehingga pengeluaran kebutuhan sehari-hari juga lumayan besar. Grafik 4.3 Tingkat Pendidikan Peternak Binaan
(Sumber : data diolah, 2010)
86
Dari grafik di atas dapat diamati bahwa mayoritas peternak binaan mengeyam pendidikan hanya sampai sekolah dasar (SD) yaitu 94,12 % dari 17 peternak dan hanya 1 orang saja yang menyelesaikan jenjang SMP atau 5,88 %. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha yang diberikan kepada mereka tidak membutuhkan pengetahuan atau proses pemikiran yang mendalam/rumit, maka usaha penggemukan sapi sangat tepat diberikan kepada mereka. Dalam usaha peternakan dan penggemukan sapi yang dibutuhkan hanya etos kerja yang ulet dalam mencari pakan ternak dan pengalaman dalam cara-cara menggemukkan sapi.
2.
Karakteristik Program Penggemukan Sapi Grafik 4.4 Pekerjaan Peternak Binaan Sebelum Adanya Program
(Sumber : data diolah, 2010) Dari grafik 4.4 terlihat bahwa sebelum adanya program penggemukan sapi oleh yayasan BIK, mayoritas para peternak binaan bekerja sebagai buruh tani yang menggarap sawah orang lain dengan upah Rp 15.000/hari dan mendapatkan makan siang dari pemilik sawah. Setelah mereka mendapatkan sapi untuk digemukkan dari yayasan maka seluruh aktifitas mereka terfokus kepada pencarian pakan untuk penggemukan sapi.
87
Sedangkan sisanya adalah penduduk yang memang sudah menggeluti usaha penggemukan sapi namun hanya sedikit memiliki sapi untuk digemukkan sehingga biaya dan tenaga yang dikeluarkan dalam mengurus sapi tidak sebanding dengan hasil yang didapat karena jumlah sapi yang sedikit. Sehingga setelah mereka mendapatkan program penggemukan sapi dari yayasan maka jumlah sapi yang mereka urus lumayan banyak sehingga dapat menutup biaya dan tenaga dalam mengurus sapi. Strategi pemilihan peternak binaan ini dilakukan oleh yayasan agar buruh tani yang belum memiliki keahlian dalam menggemukkan sapi ini dapat belajar dari penduduk lainnya yang memang sudah beternak sapi secara turun temurun yang juga merupakan bagian dari peternak binaaan yayasan BIK. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan dalam menggemukkan sapi di mana melibatkan penduduk yang sudah terbukti berhasil dalam usaha menggemukkan sapi sehingga penduduk yang pada awalnya bekerja sebagai buruh tani dapat merasakan menjadi peternak sapi. Dalam kehidupan sosial hal ini dapat meningkatkan status sosial mereka dari sebagai buruh tani yang hanya mengharapkan upah dari pemilik sawah yang tidak menentu ada setiap hari menjadi pemilik sapi.
3.
Kendala yang Dihadapi dalam Program SABANSA Dalam pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan
berbasis penggemukan sapi ini berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara secara mendalam terhadap pengurus yayasan serta pihak
88
peternak binaan, maka didapat kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi terbagi dalam dua bagian utama, yaitu: a.
Kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bina Insan Kamil Secara umum kendala yang dihadapi oleh yayasan dalam program
pemberdayaan ini adalah 1) Keterbatasan modal yang dimiliki oleh yayasan, sehingga yayasan tidak bisa memberikan jumlah sapi dan biaya operasional yang ideal kepada peternak binaan. Padahal dalam targetnya, pihak yayasan ingin sebanyak mungkin penduduk desa Mekarwangi yang dapat diberdayakan dalam program ini. Keterbatasan modal ini diakibatkan karena sedikit investor yang mau berinvestasi dalam sektor peternakan yang memiliki resiko tinggi terhadap kegagalan. Sehingga dana yang dialokasikan hanya dari pihak yayasan saja. 2) Belum adanya sumber daya manusia dari pihak yayasan yang secara keahlian di bidang penggemukan sapi yang tinggal bersama di lingkungan peternak binaan. Di mana mereka berperan sebagai penyuluh sekaligus pengawas terhadap kegiatan program penggemukan sapi yayasan. Pihak yayasan masih menggunakan jasa konsultan peternakan dari IPB yang memberikan penyuluhan secara massal kepada peternak sekali setahun mengenai pengolahan pakan ternak yang dapat digunakan dalam penggemukan sapi serta alternatif pemanfaatan terhadap kotoran sapi. 3) Persaingan dalam menjual sapi di Idul Adha semakin ketat sehingga pihak yayasan semakin sulit untuk memasarkan sapi hasil penggemukan peternak
89
binaan. Untuk mengatasi hal ini, maka mulai tahun 2010, yayasan mulai mendirikan rumah makan Sate Hatoya yang berlokasi di lantai 1 kantor Yayasan Bina Insan Kamil yang berada di jalan Jatinegara Timur No. 107 G serta di warung kaki lima depan Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. Diharapkan dengan adanya rumah makan yang semua menunya berbahan baku daging sapi ini dapat menjadi solusi dalam pemanfaatan sapi hasil penggemukan sapi ke depannya. b.
Kendala yang Dihadapi oleh Peternak Binaan Secara umum kendala yang dihadapi oleh peternak binaan dalam program
penggemukan sapi yayasan adalah 1) Jumlah sapi yang diberikan kepada peternak binaan masih dirasa terlalu sedikit, di mana rata-rata peternak sapi mendapatkan sekitar 4-5 sapi untuk digemukkan. Padahal biaya bulanan yang dikeluarkan oleh peternak untuk kebutuhan hidup peternak dan untuk biaya pakan ternak cukup besar sehingga dari bagi hasil keuntungan jika jumlah sapi yang digemukkan oleh peternak sedikit tidak dapat menutupi biaya pengeluaran peternak. Ilustrasinya adalah sebagai berikut: biaya operasional penggemukan sapi Rp 600.000/bulan, jangka waktu penggemukan 7 bulan sehingga total biaya operasional Rp 4.200.000,-. Jika peternak hanya menggemukkan sapi 4 ekor dengan asumsi bagi hasil peternak 50% terhadap margin penjualan (Rp7.000.000 – Rp5.000.000) peternak mendapatkan Rp 1.000.000/ekor sehingga keuntungan peternak hanya Rp 4.000.000,- di mana defisit Rp 200.000,-
90
2) Kurangnya penyuluhan dan bimbingan dari ahli peternakan baik yang dimiliki oleh desa Mekarwangi maupun dari internal yayasan sehingga peternak hanya mengandalkan pengetahuan tradisional dalam menggemukan sapi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan berat sapi tiap bulannya tidak maksimal. Padahal tenaga yang dikeluarkan oleh peternak dalam mencari rumput dan membeli singkong untuk konsentrat sudah cukup besar.
B. Analisis Efektivitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi 1.
Analisis Program Berdasarkan Teori Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang Efektif
a.
Aspek Kemitraan Usaha menurut Ginandjar Kartasasmita Ginandjar berpendapat bahwa kemitraan usaha adalah solusi yang efektif dalam
memberdayakan ekonomi rakyat. Berdasarkan pernyataan tersebut, hasil analisis penulis dari laporan keuangan yayasan terlihat program SABANSA dalam menghimpun dana sebagai modal untuk penggemukan sapi di tahun 2008 berasal dari unit-unit usaha yang dimiliki oleh yayasan (BMT, HANIF Press, dana Yayasan) dan beberapa dana investor. Hal ini menyebabkan modal yang terhimpun sedikit sehingga jumlah sapi yang dapat diberikan kepada peternak binaan untuk digemukkan juga sedikit sehingga hasil yang di dapat belum optimal. Namun, di tahun 2009, berkat keberhasilan program ini di tahun 2008 dan pencatatan laporan keuangan yayasan yang baik, Yayasan BIK mendapatkan modal dari KUR BSM dengan nisbah 50:50.
91
Di mana penyertaan modal dari BSM (Bank Syariah Mandiri) ini dapat menambah modal untuk membeli bibit sapi untuk digemukkan sehingga peternak binaan mendapatkan jatah sapi penggemukan yang lumayan banyak setiap orangnya. Hasilnya terlihat ada peningkatan dalam penjualan di tahun 2009. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Yayasan BIK telah menerapkan kemitraan usaha dalam program pemberdayaan ekonomi berbasis penggemukan sapi di daerah Mekarwangi. b.
Lima Aspek Pemberdayaan Menurut Surjadi Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Yayasan BIK, para peternak binaan,
dan pengamatan langsung penulis di daerah pemberdayaan. Program SABANSA dalam pelaksanaannya melibatkan tokoh masyarakat dalam program pemberdayaan ini. Tokoh masyarakat ini juga memiliki kemapanan finansial yang baik, tokoh yang disegani di aparatur desa, dan merupakan tokoh agama yang menjadi panutan masyarakat Mekarwangi.Tokoh masyarakat ini yang merekomendasikan keluarga dhu’afa yang menjadi binaan yayasan, sekaligus sebagai pengawas langsung program terhadap kerja para peternak binaan. Jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan program, maka dipecahkan secara musyawarah antara peternak binaan dan tokoh masyarakat di mana hasil dari musyawarah tersebut disampaikan kepada pihak yayasan oleh tokoh masyarakat itu. Program ini juga dilakukan dalam aksi kelompok yaitu terfokus pada dua kampung: kampung Cibuntu dan kampung Mekarwangi, di mana masing-masing kelompok saling
membantu
dalam
pertukaran
informasi/pengetahuan
dalam
usaha
92
penggemukan sapi dan dalam mencari rumput/pakan ternak lainnya. Namun pihak yayasan dalam pengamatan penulis belum dapat menerapkan demonstrasi proses dalam usaha penggemukan sapi yang ideal di daerah Mekarwangi. Hal ini dikarenakan yayasan juga belum memiliki SDM yang mumpuni untuk penggemukan sapi sehingga alternatif yang dilakukan oleh yayasan adalah mengambil peternak besar yang sudah berhasil sebagai bagian dari peternak binaan sehingga cara-cara penggemukan dapat dibagikan kepada peternak binaan yang belum ahli. Demonstrasi hasil hanya melalui hasil dari penjualan sapi penggemukan ini dirasa para peternak binaan dapat menopang kehidupan ekonomi mereka di tahun pertama program ini diadakan sehingga para peternak binaan ini terus menjadi bagian dari program SABANSA sampai penulis meneliti. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek yang telah dipenuhi oleh yayasan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang efektif adalah melibatkan tokoh masyarakat, adanya musyawarah dengan masyarakat, dilakukan dalam aksi kelompok serta adanya demonstrasi hasil melalui keuntungan dari penjualan sapi penggemukan. Namun yayasan belum menerapkan demonstrasi proses, sehingga dapat dikatakan program SABANSA ini cukup efektif menurut teori Surjadi.
2.
Analisis Program Berdasarkan Perhitungan Kinerja Keuangan Setiap model pengembangan ekonomi harus ditunjukkan dampak pada
perbaikan kondisi ekonomi masyarakat terhadap adanya suatu proyek dalam kurun waktu tertentu. Untuk menganalisis pengaruh model program pemberdayaan ekonomi
93
masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh Yayasan Bina Insan Kamil, perlu dilakukan penelaahan terhadap kinerja keuangan usaha tersebut dengan mengunakan teknik analisis arus kas (cash flow) terhadap usaha peternakan dan penggemukan sapi yang pencatatannya dilakukan oleh pihak Yayasan Bina Insan Kamil. Mengingat bentuk usaha yang dijalankan oleh peternak binaan binaan masih sederhana, maka analisis arus kas yang diterapkan pun akan sederhana menyesuaikan dengan kondisi laporan keuangan yang ada. Penilaian kinerja keuangan dilakukan menggunakan analisis Profitability Index (PI) atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) dengan rumus:
Keterangan: PI
= Profitability Index, yaitu salah satu metode penilaian investasi dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan
PV
= Present Value, yaitu nilai sekarang dari arus kas masuk akan datang dari proyek tersebut
Di mana apabila hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang baik dan bisa diterima. Namun jika hasil analisis
94
rasio lebih kecil (<) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang tidak baik dan tidak dapat diterima 1 . Berbeda dengan sektor perdagangan dan jasa, sektor peternakan memiliki siklus usaha yang lebih panjang. Rata-rata setiap usaha ternak yang menjadi peternak binaan program baru akan mencapai masa panen setelah melewati 6-7 bulan masa penggemukan, sehingga pendapatan dari usaha penggemukan ini tidak bisa diukur per bulan, melainkan setelah mencapai masa panen/momen Idul Adha. Sehingga analisis laporan keuangannya diukur pertahun anggaran. Berikut ini adalah hasil analisis Profitability Index (PI) atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) berdasarkan arus kas yang tercatat di yayasan Bina Insan Kamil terhadap hasil penjualan sapi hasil penggemukan peternak binaan. Tabel 4.1 Laporan Arus Kas Penjualan Sapi Yayasan Bina Insan Kamil Yang Berakhir 31/12/2008 Komponen Kas Masuk Penjualan Sapi 385,635,000 Kas Keluar Modal Sapi SABANSA Biaya Promosi Biaya Transportasi Administrasi Total Kas Keluar Surplus (Kas Bersih) (Sumber : data diolah, 2010)
1
208,000,000 1,326,900 4,030,750 277,000 213,634,650 172,000,350
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 164
95
Analisis Profitability Index program pada tahun 2008 sebagai berikut :
= 0,83 Terlihat bahwa pada tahun 2008, hasil analisis rasio lebih kecil (<) dari 1 yaitu 0,83 yang menandakan bahwa kinerja keuangan yayasan pada tahun ini tidak baik. Hal ini disebabkan usaha ini baru memasuki tahun-tahun awal percobaan sehingga yayasan belum dapat mengetahui kondisi persaingan di pasar penjualan sapi Idul Adha. Namun hal ini cukup memberikan gambaran bahwa usaha penggemukan sapi ini dapat dikatakan berhasil mencapai target sehingga dapat dlanjutkan tahun depan. Tabel 4.2 Laporan Arus Kas Penjualan Sapi Yayasan Bina Insan Kamil Yang Berakhir 31/12/2009 Komponen Kas Masuk Penjualan Sapi 926,730,000 Kas Keluar Modal Sapi SABANSA Honor Pengawas Honor Penyuluh Biaya Obat-Obatan Sapi Singkong Biaya Konsentrat Sapi Biaya Transportasi Biaya Operasional Idul Adha Total Kas Keluar Surplus (Kas Bersih) (Sumber : data diolah, 2010)
351,440,000 2,000,000 1,600,000 3,020,000 1,500,000 4,800,000 21,875,000 100,439,475 486,674,475 440,055,525
96
Analisis Profitability Index program pada tahun 2009 sebagai berikut :
= 1,25 Terlihat bahwa Profitability Index penjualan sapi dari tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan dari yang awalnya berada pada posisi kurang baik karena 0,83 < 1, menjadi baik (lebih > 1) pada 1.25. Hal ini menandakan bahwa pelaksanaan program membawa efek positif bagi kelangsungan usaha dalam bidang peternakan dan penggemukan sapi.
3. Analisis Perubahan Kondisi Ekonomi Peternak Binaan Perubahan kondisi ekonomi peternak binaan diukur dengan indikator perubahan pendapatan peternak, jumlah sapi dan nilai aset yang dimiliki peternak antara sebelum dan sesudah intervensi dari program. Pengukuran perubahan dilakukan menggunakan Uji Statistik Wilcoxon Signed Rank Test. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah H0
= Program tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ekonomi peserta program
H1
= Program berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ekonomi peserta program
97
Berikut ini adalah hasil pengolahan data melalui bantuan program SPSS versi 16. Ranks N Sesudahprogram Sebelumpogram
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
3a
2.00
6.00
Positive Ranks
12b
9.50
114.00
Ties
2c
Total
17
a. Sesudahprogram < Sebelumpogram b. Sesudahprogram > Sebelumpogram c. Sesudahprogram = Sebelumpogram
Dasar Pengambilan Keputusan Uji T: Dengan membandingkan nilai T hitung dengan T tabel. •
Apabila T hitung < T tabel,maka H0 ditolak.
•
Apabila T hitung > T tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Hasil Analisis terhadap uji T dari Tabel Wilcoxon Signed Ranks. Dari output terlihat bahwa dari 17 data kondisi ekonomi sesudah dan sebelum menerima program, 3 data mempunyai rangking negatif, 12 data mempunyai rangking positif, dan 2 data dengan rangking sama. Dalam uji Wilcoxon, yang dipakai adalah jumlah rangking yang paling kecil, karena itu dalam kasus ini diambil rangking yang negatif, yaitu 6,00 (lihat output pada kolom ‘sum of ranks’). Dari angka ini didapat statistik uji Wilcoxon (T) adalah 6. Dengan melihat tabel Wilcoxon, untuk n (jumlah data) = 17, uji satu sisi dan tingkat signifikasi (α) = 5%, maka didapat Statistik tabel (T tabel) Wilcoxon = 41. Dari hasil penjabaran terhadap uji Wilcoxon di atas maka kesimpulan yang didapat
98
adalah oleh karena T hitung < T tabel = 6 < 41 maka H0 ditolak yang berarti program berpengaruh terhdaap perubahan kondisi ekonomi peternak binaan. Test Statisticsb Sesudahprogram Sebelumpogram Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-3.075a .002
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dasar Pengambilan Keputusan Uji Z: Dengan membandingkan nilai Z hitung dengan Z tabel. •
Apabila Z hitung > Z tabel,maka H0 ditolak.
•
Apabila Z hitung < Z tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Hasil Analisis terhadap uji Z dari Test Statistics. Dari output terlihat nilai z sebesar -3,075. Sedangkan z tabel dapat dihitung pada tabel z dengan α = 5%, maka luas kurva normal adalah 50% - 5% = 45% atau 0,45. Pada tabel z, untuk lus 0,45 didapat angka z tabel sekitar -1,645 (tanda ‘-‘ menyesuaikan dengan angka z output). Maka berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan z hitung > z tabel = -3,075 > -1,645, maka H0 ditolak
Dengan Menggunakan Angka Signifikansi. •
Jika angka signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
•
Jika angka signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima.
99
Hasil yang didapat dari tabel menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2tailed)/asymptotic significance untuk uji dua sisi adalah 0,002. Oleh karena kasus ini adalah uji satu sisi, maka nilai Sig menjadi 0,002/2 = 0,001. Di sini menandakan bahwa signifikansi dibawah 0,05 ( 0,001 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya berdasarkan uji T, uji Z dan Uji Signifikansi maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa
program
pemberdayaan
ekonomi
masyarakar
berbasis
penggemukan sapi memang mempunyai efek yang nyata/berpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi peternak.
4. Analisis Dampak Program terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Selain memiliki dampak secara ekonomis yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, program yang dijalankan juga memiliki dampak sosial bagi para peternak binaan dalam kapasitasnya sebagai peserta program dan jamaah masjid. Dampak program terhadap kehidupan sosial keagamaan tampak pada: a. Peningkatan Status Sosial Peserta Program SABANSA Dampak sosial dari program yang paling nyata terlihat dan terasa pengaruhnya adalah peningkatan status sosial peserta program dari yang awalnya tidak memiliki aset karena hanya sebagai buruh tani menjadi pemilik sapi penggemukan kerjasama dengan yayasan BIK. Adanya perubahan ini membuat mereka semakin bersemangat dalam menjalani kehidupan setelah adanya program SABANSA. Hal tersebut merupakan dampak langsung dari program, mengingat
100
beberapa rangkaian program dilaksanakan di daerah yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani. Sedangkan dengan adanya program penggemukan sapi ini kegiatan peribdatan peserta program tidak mengalami gangguan. Para peternak binaan tetap melaksanakan sholat lima waktu walaupun harus pergi jauh dalam mencari rumput tapi ketika masuk waktu sholat maka mereka langsung menunaikan sholat di tempat mereka mencari rumput sehingga mereka sering membawa perlengkapan sholat dalam keranjang rumput. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam tetap dipegang teguh oleh masyarakat desa Mekarwangi. b. Peningkatan Kualitas Hubungan (Ukhuwah) antar Peserta Program SABANSA. Berdasarkan hasil yang diteliti dari pelaksanaan wawancara terhadap peternak, responden/peternak berpendapat bahwa dengan adanya program ini terjadi peningkatan kualitas hubungan (ukhuwah) antar peserta program. Hal ini terlihat dengan semakin seringnya mereka berkumpul untuk membahas permasalahan yang terjadi di antara mereka dalam hal pencarian pakan ternak seperti rumput, singkong, pengolahan pakan ternak yang efektif, cara-cara menggemukan sapi yang baik dan lain-lain. Dalam pertemuan tersebut mereka saling mengungkapkan permasalahan yang mereka hadapi dan berbagi solusi penyelesaian permasalahan tersebut. Tak jarang mereka bahu–membahu memberikan bantuan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh sesama peserta program. Melalui mekanisme seperti demikian, terciptalah suasana ukhuwah yang mengikat dalam persaudaraan.
101
C. Analisis Kesesuaian Program SABANSA Berdasarkan Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah 1.
Prinsip Maslahah Islam memandang pengangguran sebagai suatu masalah yang berdampak buruk
bagi kehidupan individu, keluarga dan masyarakat secara umum, juga mempengaruhi kejiwaan umat. Dengan dampak buruk yang diakibatkan oleh pengangguran, maka wajar apabila Islam sangat membenci pengangguran. Karena itu, diperintahkan setiap Muslim untuk bekerja dan mencari penghasilan di muka bumi. Rasulullah pernah menyebutkan di hadapan para sahabat, bahwa ia dan juga sebagian Rasul lainnya yang merupakan utusan Allah SWT bekerja dalam mencukupi kehidupannya sebagai penggembala kambing dan pedagang seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi lainnya. Rasulullah saw bersabda : 2
ﺣﺪﺛﻨﺎ إﺑﺮاهﻴﻢ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﻴﺴﻰ ﻋﻦ ﺛﻮر ﻋﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺪان ﻋﻦ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل ) ﻣﺎ أآﻞ:اﻟﻤﻘﺪام رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ أﺣﺪ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻗﻂ ﺧﻴﺮا ﻣﻦ أن ﻳﺄآﻞ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﻳﺪﻩ وإن ﻧﺒﻲ اﷲ داود ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼم ( آﺎن ﻳﺄآﻞ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﻳﺪﻩ “Tidak ada sesuatu makanan yang lebih baik bagi seseorang melainkan apa yang dihasilkan dari karya tangannya sendiri”(HR. Bukhari) Hadits ini menjelaskan bahwa Islam menawarkan konsep yang tidak memberikan bantuan materi yang bersifat sementara namun mengulurkan tangan untuk 2
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar Ibnu Katsir, Cet.III. 1987 M/ 1407 H. j. 2, h. 729
102
memberikan pekerjaan yang halal. Beranjak dari pemaparan di atas maka program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Kamil melalui usaha penggemukan sapi yang melibatkan penduduk miskin desa Mekarwangi telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Di mana program ini memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk miskin yang pada awalnya hanya sebagai buruh tani yang mengandalkan belas kasihan pemilik sawah untuk menggunakan tenaganya dalam menggarap sawah. Namun dengan memberikan bibit sapi untuk digemukkan, para peserta program bekerja keras mencari rumput, singkong agar sapi yayasan dapat bertambah berat sehingga dengan berat yang semakin besar maka bagi hasil yang didapat atas upah peserta juga semakin tinggi karena harga jual sapi juga tinggi. 2.
Prinsip Keadilan Kesenjangan pendapatan dan perbedaan kekayaan alam yang dimiliki oleh
masyarakat berlawanan dengan semangat Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial-ekonomi. Maka kesenjangan tersebut harus diatasi dengan cara-cara Islam, yaitu 3 : a. menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah dalam bidang yang menguasai hajat hidup masyarakat. b. Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi. c. Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar hidup seluruh masyarakat. d. Melaksanakan tugas tolong menolong di antara sesama
3
51.
Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia, 2009), h
103
Agar distribusi pendapatan dapat berjalan secara adil, dalam pelaksanaan proses ekonomi dalam dunia usaha, disusunlah akad-akad ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu pelarangan terhadap gharar, maysir dan riba. Rasulullah SAW bersabda: 4
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻧﺼﺮ ﺑﻦ. ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﺸﺮ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ اﻟﺒﺰار. ﺣﺪﺛﻨﺎ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ اﻟﺨﻼل اﻟﻘﺎﺳﻢ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ) ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻴﻢ ( ﺑﻦ داود ﻋﻦ ﺻﺎﻟﺢ ﺑﻦ ﺻﻬﻴﺐ ﻋﻦ اﻟﺒﻴﻊ. ) ﺛﻼث ﻓﻴﻬﻦ اﻟﺒﺮآﺔ:أﺑﻴﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ (إﻟﻰ أﺟﻞ واﻟﻤﻘﺎرﺿﺔ وأﺧﻼط اﻟﺒﺮ ﺑﺎﻟﺸﻌﻴﺮ ﻟﻠﺒﻴﺖ ﻻﻟﻠﺒﻴﻊ ”Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah, yaitu: menjual dengan kredit, mudharabah, mencampur gandum untuk keperluan rumah tangga bukan untuk keperluan jual beli.”(HR Ibnu Majah) Dalam hadits di atas terdapat mudharabah yaitu salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli dalam suatu hal. Secara terminologi, para ulama fiqh mendefinisikan mudharabah atau qiradh yaitu Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama. Dan apabila terjadi kerugian maka ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal 5 . Dalam Islam akad mudharabah dibolehkan karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal yang bertindak sebagai Shohibul Maal dan pakar
4
Ibnu Majah, Sunan Ibni Majah, Beirut, dar al-Fikr, tt., j.2 hal.768.
5
Haroen Nasroen, Fiqh Muamalat, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h.176
104
dalam suatu pekerjaan yang bertindak sebagai Mudharib dengan pembagian hasil terhadap keuntungan yang didapat sesuai dengan ijab qabul yang telah disepakati. Beranjak dari pemaparan di atas, maka program penggemukan sapi yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Kamil telah menggunakan akad mudharabah, yaitu pihak yayasan memberikan modal kepada peternak sapi berupa bibit sapi serta biaya operasional untuk menggemukkan sapi dan peternak binaan menggunakan tenaganya untuk memelihara dan menggemukkan sapi. Di mana setelah masa panen dan sapi terjual, maka pembagian keuntungan yang didapat antara peternak binaan dan yayasan sebesar 50% : 50%. Dalam hal ini, pihak yayasan telah melakukan distribusi pendapatan yang berkeadilan, di mana yayasan memanfatkan dana dari pihak yang mampu (investor) untuk membantu kaum dhu’afa di pedesaan dalam skema bisnis sosial-ekonomi. 3. Prinsip Khilafah Dalam hal ini, Yayasan BIK membantu pemerintah dalam mengambil peran untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan melalui upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Mekarwangi yang secara kultur budaya beternak sapi. Namun dalam kenyataannya, masih banyak penduduk yang bekerja sebagai buruh tani karena tidak terdistribusinya kekayaan/sumber daya yang ada. Dengan program SABANSA ini maka membantu pula kewajiban aparatur desa Mekarwangi dalam meningkatkan perekonomian warganya, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendistribusikan pendapatan masyarakat.
105
4. Prinsip Kebebasan Dalam pelaksanaan program penggemukan sapi ini, pihak yayasan memberikan kebebasan bagi para peternak binaan dalam upaya untuk menggemukan sapi dan dalam pencarian pakan ternak seperti rumput, singkong, batang pisang dan lain-lain. Tidak ada target yang dibebankan kepada peternak, hanya imbalan yang mereka terima sebanding dengan hasil penggemukan sapi. Untuk itu, para peternak giat dalam mencari rumput/pakan ternak lainnya supaya sapi binaan mereka dapat mencapai berat yang ideal untuk di jual. 5. Prinsip Tanggung Jawab Pelaksanaan prinsip tanggung jawab dilakukan oleh kedua belah pihak: pihak yayasan dan peternak binaan. Di mana tanggung jawab yayasan adalah memasarkan sapi program SABANSA dan tidak berlaku curang dalam pembagian keuntungan yang didapat dari hasil penjualan sapi kepada para peternak. Sedangkan tanggung jawab yang diemban oleh peternak adalah menjaga, merawat dan menggemukan sapi binaan sehingga layak dijual pada saat panen. 6. Prinsip Ma’ad Dalam pelaksanaan program SABANSA, pihak yayasan selain mendapatkan keuntungan materi dari hasil pemberdayaan melalui usaha penggemukan sapi tetapi juga telah melaksanakan fungsi sosial dan menjalankan kewajiban agama, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan, memberdayakan kaum dhu’afa, dan membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Sedangkan peternak mendapatkan imbalan dari usaha menggemukkan sapi sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidup
106
diri dan keluarganya. Status sosial peternak juga meningkat dari yang awalnya hanya buruh tani menjadi pemilik sapi hasil kerja sama dengan pihak yayasan. 7. Prinsip Ownership Prinsip kepemilikan yang diterapkan dalam program SABANSA adalah dalam hal kepemilikan aset bersama yaitu sapi, di mana pihak yayasan memiliki sapi karena sapi tersebut dibeli dari dana yang dihimpun oleh yayasan sedangkan peternak pun memiliki kepemilikan atas nilai jual sapi penggemukan itu karena yayasan
telah
mempercayakan
peternak
untuk
merawat,
menjaga
dan
menggemukan sapi tersebut sehingga peternak mempunyai hak milik juga terhadap sapi itu. 8. Prinsip Nubuwwah Peternak ini terpilih sebagai binaan yayasan melalui seleksi kepribadian, ibadah dan kondisi sosial masyarakat Mekarwangi. Pelaksanaan sifat-sifat kenabian dalam program SABANSA terlihat dari kejujuran peternak dalam menggemukan sapi dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam, tidak menyiksa hewan dan tidak melakukan penipuan dengan cara pengglonggongan sapi. Peternak pun dengan pengalaman turun temurun berupaya untuk mencari cara penggemukan sapi yang optimal agar berat badan sapi dapat meningkat dengan mencampur berbagai macam pakan ternak serta pemakaian konsentrat alamiah. Dan jika mengalami masalah terkait program, peternak pun berkumpul dengan tokoh masyarakat untuk bermusyawarah dalam mencapai solusi bersama.
107
Pihak yayasan juga terbuka dalam hasil penjualan sapi SABANSA dan terbuka dalam menerima keluh kesah para peternak binaan, tidak membohongi peternak, serta cerdik dalam memasarkan sapi SABANSA sehingga dengan terjualnya sapi maka dapat memberikan imbalan kepada peternak sesuai dengan kerja keras mereka. Dengan penjabaran di atas, maka baik pihak yayasan maupun peternak telah melaksanakan prinsip-prinsip kenabian dalam program SABANSA. 9. Prinsip Work and Productivity Dengan adanya program SABANSA, maka produktivitas masyarakat Mekarwangi meningkat khususnya produktivitas kerja masyarakat yang menjadi binaan yayasan. Hal ini terlihat dari pagi hari setelah menunaikan sholat Subuh, para peternak pergi untuk mencari rumput bahkan sampai ke dalam hutan. Dan di sore hari mereka memandikan dan membersihkan kandang sapi. Aktivitas yang mereka lakukan dalam mengurus sapi menjadi rutinitas keseharian mereka, berbeda ketika masih menjadi buruh tani di mana pekerjaan menggarap sawah tidak menentu datangnya tergantung dari kebutuhan pemilik sawah. Dengan adanya program SABANSA ini, peternak memiliki pekerjaan tetap dan bersemangat dalam menjalani kehidupan karena dengan mengurus sapi maka mereka dapat mencukupi kebutuhan diri dan keluarga mereka. 10. Prinsip Jaminan Sosial Yayasan Bina Insan Kamil juga memberikan dana ZIS (zakat, infaq,shodaqoh) kepada peternak yang secara kondisi di lapangan benar-benar fakir berupa anak sapi sebesar Rp 3.000.000/keluarga dengan kriteria peternak tersebut menunjukkan
108
keuletan dan keberhasilan dalam usaha penggemukan sapi di tahun pertama program, maka pada tahun kedua dana ZIS tersebut diberikan kepada peternak binaan yang terpilih. Hal ini mendorong peternak untuk berupaya semaksimal mungkin dalam menggemukan sapi binaan. Karena
peternak yang ulet dalam
bekerja mendapatkan tambahan berupa anak sapi dari dana ZIS selain imbalan dari bagi hasil keuntungan penjualan sapi penggemukan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, baik melalui hasil wawancara mendalam terhadap pengurus yayasan BIK dan peternak binaan, pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan analisis dokumen laporan keuangan program, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Model program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh Yayasan Bina Insan Kamil merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan yang memadukan pendekatan lembaga keuangan dalam bentuk pemberian bantuan finansial berwujud bibit sapi, dengan pendekatan komunitas lewat pelibatan masyarakat dhu’afa yang terpilih untuk menggemukan sapi. 2. Model program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh Yayasan Bina Insan Kamil dapat dikatakan cukup efektif berdasarkan kajian teoritis terhadap teori pemberdayaan ekonomi masyarakat yang efektif menurut Ginandjar Kartasasmita dan Surjadi. Hasil analisis kinerja keuangan mitra binaan dengan menggunakan analisis Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio), ditemukan bahwa Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi yang 109
110
dilaksanakan oleh Yayasan Bina Insan Kamil memberikan dampak yang positif pada usaha penggemukan sapi di mana Profitability Index tahun 2008 sebesar
0,83 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan mencapai 1,25.
Berdasarkan hasil uji statistik nonparametrik Wilcoxon, Program ini berdampak pada peningkatan kondisi ekonomi peserta program dengan signifikansi perubahan dari uji statistik menunjukkan tingkat signifikansi lebih kecil dari α 5 %. Selain berdampak pada kondisi ekonomi, program juga membawa dampak positif secara sosial bagi para peserta program. Dampak tersebut adalah peningkatan status sosial peserta program,
peningkatan
ukhuwah antar peserta program, dan peningkatan partisipasi peserta program dalam penyelesaian permasalahan sosial yang terjadi di lingkungannya. 3. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh Yayasan Bina Insan Kamil telah sesuai dengan prinsip-prinsp ekonomi Syariah di mana telah memenuhi kesepuluh prinsip-prinsip umum ekonomi Syariah, yaitu prinsip Tauhid, prinsip maslahah, prinsip keadilan, prinsip khalifah, prinsip kebebasan, prinsip tanggung jawab, prinsip ma’ad, prinsip ownership, prinsip nubuwwah, prinsip work and productivity dan prinsip jaminan sosial.
111
B. Saran Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang penulis telah paparkan, kiranya penulis dapat menyampaikan saran atas pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi yang telah dijalankan Yayasan Bina Insan Kamil sebagai perbaikan program ke depannya, yaitu: 1. Karena di lapangan/lingkungan peternak binaan tinggal belum terdapat penyuluh peternakan sapi sehingga pihak yayasan dapat bekerjasama dengan instansi peternakan kota Garut dapat menempatkan penyuluh di lingkungan para peternak tinggal sehingga peternak mendapatkan kemudahan penyuluhan tentang pengolahan pakan ternak yang baik sesuai dengan kondisi geografis peternak tinggal. 2. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan-perusahaan besar seperti Indosat, Telkom, Gudang Garam, Pertamina dan lain-lain memiliki kewajiban dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Pihak yayasan dapat membuat proposal tentang usaha pemberdayaan ini dan keberhasilan program SABANSA kepada perusahaan tersebut sehingga pihak perusahaan besar dapat mengalokasikan dana CSR ke program SABANSA. Hal ini diharapkan kekurangan modal usaha yang yayasan hadapi dapat terselesaikan. Sehingga dengan ketersediaan modal yang baik maka yayasan dapat memberikan jumlah sapi yang ideal kepada para peternak binaan dan dapat meminjamkan modal untuk operasional bulanan kepada peternak selama program penggemukan sapi berlangsung. Sehingga pada saat panen nanti, pinjaman
112
tersebut dapat dikembalikan dari bagi hasil keuntungan antara yayasan, peternak binaan dan investor. 3. Kita ketahui bahwa media merupakan alat propaganda yang efektif dan efisien dalam menyebarkan berita kepada masyarakat luas. Maka yayasan perlu membuat liputan keberhasilan dari pelaksanaan program pemberdayaan melalui usaha penggemukan sapi ini baik melalui media cetak seperti buletin, majalah maupun media elektronik seperti website, blogspot, radio bahkan televisi. Sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui manfaat program ini dan menjadikan program SABANSA rujukan untuk membuat program yang serupa di daerah mereka tinggal atau bersama-sama Yayasan BIK memperluas jangkauan program ini di daerah Garut.
113
DAFTAR PUSTAKA Aa Gym. ”Efektivitas Amal dan Ibadah”, artikel diakses pada tanggal 14 maret 2010 dari http://republika.co.id Afriyani. “Pengaruh Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) terhadap Perekonomian Para Mustahik (Studi Pada Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Bandung)” Skripsi S1 Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. Ahmad Hamzah, Rafiqoh. “Dampak Zakat Poduktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mustahik (Studi Kasus Pendayagunaan Zakat Produktif Oleh Dompet Dhuafa)” Tesis S2 Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Jakarta : UI Press, 1988. Amalia, Euis. “Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam Dalam Mewujudkan Keadilan Distributif” Disampaikan Pada Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan Islam UIN Jakarta, 2009. Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah; Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: Tazkia Institue, 1999. Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis: Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008. Bariadi, Lili. Dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta : CED, 2005. Blocher. Et All. Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Stratejik. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Djarwanto. Statistik Non Parametrik, Yogyakarta: BPFE, 2003. Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
114
Firdaus, Ismet dan Zaky, Ahmad. Upaya Meningkatkan Equity Perempuan Dhu’afa Desa Bojong Indah, Parung, Jakarta: Dakwah Press, 2008. Firdaus, Rachmat dan Ariyanti, Maya. Manajemen Perkreditan Bank Umum : Teori, Masalah, Kebijakan Dan Aplikasinya Lengkap Dengan Analisis Kredit. Bandung : ALFABETA, 2004. Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Hendari. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani Press, 2003. Handoko, T. Hani. Manajemen Edisi ke 2, Yogyakarta: BPFE, 1998. Hansen And Mowen. Manajemen Biaya Buku 2. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2006. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalat. Jakarta : PT. Gaya Media Pratama, 2000. Hermawan, Asep. Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: LPFE Trisakti, 2003. Ismail, Asep Usman. Dkk. Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Masyarakat Kampung Badak Putih Dan Kampung Satu Duit, (Jakarta: Dakwah Press, 2007. . Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Jogiyanto. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman, Yogyakarta: BPFE, 2004. Junaidi, Riki. “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Petani Terpadu Binaan PT. Gulf Resources (GRISSIK) Ltd. (Studi Kasus Di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin)”, Tesis S2 Program Pasca Sarjana FISIP UI, 2003. Jurnal Dialog Kebijakan Publik II. ”Mengurai Benang Kusut Masalah Kemiskinan di Indonesia.”. Edisi 3 (September 2008). Kanisius. Ensiklopedi Umum, Jakarta: Kanisius, 1973.
115
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam ed Ketiga, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009. Kartasasmita, Ginandjar. “Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan Guna Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh Dan Mandiri” Disampaikan Pada Seminar Nasional Lembaga Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah dan Koperasi (LP2KMK-GOLKAR), Jakarta, 7 Nopember 1996. Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Kencana, 2004. Kertajaya, Hermawan dan Sula, M. Syakir. Syariah Marketing. Bandung : Mizan, 2006. Khan, Moh. Roubal Arif. “Efektifitas Program Pemberdayaan Ekonomi Untuk Orang Tua Dan Anak Jalanan Di Surabaya (Studi Kasus Program Pengembangan Kewirausahaan Dan Program Pengembangan Minat Dan Bakat Di Yayasan Arek Lintang Surabaya)”,Tesis S2 Program Pasca Sarjana FISIP UI, 2002. Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta : Indeks, 2005. Machendrawaty, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam; Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, Bandung: ROSDA, 2001. Majah, Ibnu. Sunan Ibni Majah, Beirut, dar al-Fikr, Marthon, Said Sa’ad. Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global. Jakarta : Zikrul Hakim, 2004. Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE, 2000. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005. Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar Ibnu Katsir, Cet.III. 1987 M/ 1407 Mulyadi. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005. Nangoi, Ronald. Pemberdayaan Di Era Ekonomi Pengetahuan. Jakarta : Grasindo, 2004. Qardhawi, Yusuf. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.Jakarta : Zikrul Hakim, 2005.
116
Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Robbani Press, 2004 Qoyyim, Muhyil. “Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid (Studi pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid)” Skripsi S1 Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Rivai, Veithzal dan Veithzal, Andariia Permata. Credit Management Handbook. Jakarta : Rajawali Pres, 2008. Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. Manajemen Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo, 1999. Rochaety, Ety. Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS Ed. Revisi. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009. Sekaran, Uma. Research Methods For Business: A Skill Building Approach. USA: John Wiley & Sons, 2003. Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999. Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2003. Sumihadiningrat, Gunawan, Pembangunan Daerah Dan Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997. Supranto, J, Statistik; Teori dan Aplikasi Jilid 2, Jakarta : Erlangga, 2001. Suyanto, Bagong. “Perangkap Kemiskinan Dan Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin,” Jurnal Dialog Kebijakan Publik II. Edisi 3 (September 2008). Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007. Tim Penulis Fakultas Syariah Dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat : FSH UIN Jakarta, 2007. Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknis Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003.
117
. Evaluasi Kinerja Perusahaan: Teknik Evaluasi Bisnis Dan Kinerja Perusahaan Secara Komprehensif, Kuantitatif, dan Modern. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002. Weston, Fred dan Copeland, Thomas E. Manajemen Keuangan Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara, 1992. Weston, Fred dan Eugene, F.Brigham. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 1993. Wibisono, Yusuf. “MDGs, Islam, dan Kemiskinan di Indonesia,” Republika , Sabtu, 06 Agustus 2005. Yusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995.
118 LAMPIRAN Pendapatan Peternak Binaan Sebelum Program (7bulan) Rp 4.200.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 5.000.000 Rp 4.000.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 3.150.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Pendapatan Peternak Binaan Setelah Program (bagi hasil) Rp 5.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.000.000 Rp 3.000.000 Rp 6.000.000 Rp 8.000.000 Rp 6.000.000 Rp 5.000.000 Rp 7.000.000 Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Rp 3.000.000 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Sesudahprogram Sebelumpogram
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
3a
2.00
6.00
Positive Ranks
12b
9.50
114.00
Ties
2c
Total
17
a. Sesudahprogram < Sebelumpogram b. Sesudahprogram > Sebelumpogram c. Sesudahprogram = Sebelumpogram
119
Test Statisticsb Sesudahprogra mSebelumpogram -3.075a
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
nama uju nunu epe azid urif parman mamat iyat oman enjah asro gugun kholidin solihin kirman takim oman
Umur Peternak 60 54 54 41 37 41 41 41 41 54 35 19 28 35 20 35 53
.002
Jumlah Tanggungan nama Keluarga uju 6 nunu 2 epe 5 azid 8 urif 3 parman 9 mamat 5 iyat 4 oman 4 enjah 3 asro 4 gugun 1 kholidin 3 solihin 1 kirman 1 takim 4 oman 2
120
PANDUAN WAWANCARA DATA DIRI RESPONDEN NAMA
:………………………………………………..
ALAMAT TINGGAL
:……………………………………………….. …………………………………………………
TANGGAL/WAKTU WAWANCARA
:………………………………………………..
ASPEK DEMOGRAFI 1. Berapa usia Bapak?........................................................................................................ 2. Apa status pernikahan Bapak saat ini?........................................................................... 3. Jika sudah menikah, apakah Bapak telah memiliki anak?............................................... 4. Berapa orang anggota keluarga yang menjadi tanggungan Bapak?.................................. 5. Apakah sejak lahir Bapak sudah menetap di sini?........................................................... 6. Bagaimana kondisi lingkungan di daerah Bapak?............................................................
ASPEK KEAGAMAAN 1. Apa agama yang Bapak anut?............................................................................................ 2. Sejak kapan Bapak memeluk agama tersebut?.................................................................. 3. Berapa jauh jarak antara rumah Bapak dengan masjid/musholla?.................................... 4. Bagaimana kondisi ibadah Bapak sebelum adanya program SABANSA?...................................................................................................................... 5. Bagaimana kondisi ibadah Bapak setelah adanya program SABANSA?.....................................................................................................................
ASPEK SOSIAL 1. Apa latar belakang tingkat pendidikan Bapak?................................................................. 2. Apakah Bapak bisa membaca?......................................................................................... 3. Bagaimana pendidikan anak-anak Bapak?........................................................................
121 4. Apakah Bapak merasa ada perubahan ke arah yang lebih baik setelah mendapatkan program SABANSA?........................................................................................................ 5. Bagaimana kondisi hubungan keluarga Bapak sebelum dan sesudah adanya SABANSA?...................................................................................................................... 6. Apa permasalahan yang Bapak hadapi dalam program SABANSA?.......................................................................................................................
ASPEK EKONOMI 1. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apa pekerjaan utama Bapak?............................ 2. Berapa rata-rata penghasilan Bapak sebulan?................................................................... 3. Sudah berapa lama Bapak menekuni pekerjaan tersebut?................................................ 4. Bagaimana kesesuaian ternak sapi ini dengan keahlian Bapak?....................................... 5. Berapa lama Bapak mengikuti program SABANSA?....................................................... 6. Apakah penghasilan ternak sapi ini dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga tiap bulan?................................................................................................................................. 7. Apakah Bapak dapat menabung tiap bulan?..................................................................... 8. Apakah Bapak merasa ada peningkatan pendapatan setelah mendapatkan program SABANSA?..................................................................................................................... 9. Bagaimana status rumah Bapak?....................................................................................... 10. Selain rumah, Apa harta yang Bapak miliki ? ...........................................................................................................................................
122 HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA YAYASAN BINA INSAN KAMIL H. M. ZAINAL MUTTAQIN TERKAIT PROGRAM SABANSA
Apa latar belakang yayasan menggagas program SABANSA ini? Dulu yayasan ini banyak membantu masyarakat miskin perkotaan dengan bakti sosial, santunan dan lain-lain. Setelah kami evaluasi ternyata masyarakat miskin ini adalah kaum urban. Jadi walaupun dibenahi di kota-kota besar tidak menyelesaikan masalah karena akar permasalahannya ada di kampung-kampung, mereka miskin, pendidikannya rendah, aset terhadap teknologi juga rendah, sehingga mereka menjadi orang urban di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung. Inilah yang menjadi sumber kekumuhan dan kemiskinan di kota-kota besar tersebut. Sehingga kalau kita Cuma ngasih-ngasih begitu tidak menyelesaikan masalah, sehingga yayasan beralih untuk membantu kaum miskin di pedesaan.
Mengapa dipilih sapi? Karena berdasarkan pengalaman dan obrolan dengan masyarakat di sana, mereka sudah terbiasa menggemukkan sapi sebagai penghasilan tambahan dari milik orang-orang kota. Secara lahan mereka mempunyai tempat untuk memelihara sapi. Secara bahan pakan ternak seperti rumput masih banyak karena di kampung dan di gunung. Dan secara nilai tambah ekonomis, karena ini adalah sapi qurban, maka memiliki nilai yang signifikan ketika di jual pada saat Idul Adha sehingga bisa menjadi tambahan bagi penghasilan mereka jika di rawat dengan bagus dan hasil penggemukannya juga bagus artinya tumbuh sehat dan besar. Jadi kita ingin membuat program pemberdayaan masyarakat miskin pedesaan yang sesuai dan cocok dengan keadaan mereka tidak membuat berat dan mereka juga mempunyai kemampuan, dan secara ekonomi mempunya nilai tambah yang signifikan.
Kapan tepatnya awal mula program pemberdayaan ini dilaksanakan? Sebenarnya program ini awal mulanya di Boyolali tahun 2005, berjalan satu dua tahun, lalu tahun 2007 kita masuk ke Garut. Sapi-sapi dari Boyolali kita bawa ke Jakarta dan kita jual pada saat Idul Adha, karena kurang tenaga maka kita mengambil orang Garut, karena salah satu
123 panitianya orang Garut. Dalam proses itu, orang Garut mengatakan ke yayasan bahwa di daerah kami juga biasa menggemukkkan sapi. Lalu yayasan pun melihat ke lokasi, dan ternyata benar mereka terbiasa menggemukkan sapi dan kondisi ekonomi mereka buruk sekali, rumahnya kumuh dan kebanyakan dari mereka itu buruh tani yang menggarap lahan orang lain. Maka karena niat untuk pemberdayaan maka yayasan menggulirkan program SABANSA ke Garut, kalau melihat segi bisnis kita tidak akan ke sana. Karena yang di Boyolali, koordinatornya bermasalah sehingga sapi-sapi yang digemukkan yayasan tidak sampai ke peternak.
Kenapa Pak? Ya, karena resikonya sangat tinggi, sapi itu kan bisa mati, sakit dan macam-macamlah. Tetapi karena niat kita ikhlas untuk pemberdayaan ya sudahlah. Kalau segi bisnis kita beli saja sapi 1 bulan sebelum Idul Adha di pasar lalu kita gemukkan di sana terus kita jual pada Idul Adha. Itu yang paling praktis, resikonya kecil untungnya jelas. Tapi kalau kita bicara pemberdayaan itulah pilihan yang kita ambil, kita sisihkan sedikit untuk mereka supaya bisa berjalan. Alhamdulillah selama ini walaupun belum optimal tapi adalah peningkatan yang lumayan.
Kapan bulan dimulainya proses penggemukan sapi tiap tahunnya? Mereka itu inginnya sapi putih(sapi lokal). Itulah masalahnya, orang kampung budayanya belum terbiasa menggemukan sapi-sapi impor yang dari Australia itu. Nah kalau sapi yang dari Australia itu cepat penggemukannya bisa 4-5 bulan, tapi kalau sapi putih itu sekitar 7-8 bulan. Jadi sekitar bulan Februari, Maret paling telat Mei sudah kita mulai penggemukan. Jadi tergantung kalau Idul Adha tinggal 6 bulan kita ambil bibit yang sudah besar, kalau masih 9 bulan sebelum hari H kita ambil sapi yang kecil. Kira-kira seperti itu. Karena idealnya sapi itu pertumbuhannya sehari itu 0,5 kg. jadi kalau kita gemukkan selama 6-7 bulan di dapat berat 100kg atau 1 kwintal jadi kalau kita beli sapi yang beratnya 100kg pada saat di jual jadi 2,5 kw.
Terkait masalah sapi glonggongan gimana Pak? Oh kalau sapi glonggongan biasanya kalau sapi diglonggong itu cepat sakit makanya ga bisa lama, jadi biasanya sapi diglonggong 1 hari sebelum dipotong/dijual. Jadi kalau besok mau dijual maka malamnya diglonggong biar beratnya naik. Kalau lebih dari 1 hari akan mati.
124 Apalagi kita jualnya buat qurban, yayasan sampikan kalau ini buat ibadah jangan ada yang macam-macam dan alhamdulillah hal itu ga ada dan tradisi itu ga ada di daerah itu. Yang sulit adalah membina petani dalam hal kejujuran petani, contohnya yayasan sudah memberikan sapi untuk digemukkan, dan setelah 4-5 bulan sapi itu tumbuh besar tuh. Ada aja yang bilang sapi ini sakit, atau dijual dan ditukar dengan sapi lain yang lebih kecil dan banyak. Sapi yayasan yang besar itu. Enggak semua petani sih, tapi ada yang seperti itu, atau dijual untuk biaya anak masuk sekolah. Karena yayasan kan tidak mengontrol tiap hari. Jadi jika dikasih 2 ekor sapi yayasan setelah 4-5 bulan besar mereka tukar jadi 4 ekor sapi yang kecil. Pada saat dikontrol, mereka bilang itu titipan si fulan, padahal itu sapi yayasan yang sudah ditukar. Tapi itu yayasan tidak masalah, karena niat kita kan pemberdayaan tapi dari segi moral itu jelek.
Sampai kapan peternak menjadi binaan yayasan, dan program SABANSA ini bisa beralih ke peternak lainnya? Jadi begini target kita adalah dari satu sapi dari zakat itu, di tahun berikutnya bisa menjadi dua ekor sapi. Jadi kalau sudah mendapat dua ekor sapi milik peternak dan mendapat titipan dari orang lain, maka program SABNSA tidak diberikan kepada mereka. Namun, saat ini yayasan belum evaluasi sampai kapan peternak ini menjadi binaan SABANSA karena terkait terhadap fluktuasi harga pasar. Jadi kan kita kasih nih 4 ekor sapi untuk digemukkan, 3 ekor dari dana yysan, 1 ekor yang dari zakat ditambah dana yayasan. Merasa yang 1 ekor ini milik mereka, maka mereka jual tanpa nunggu Idul Adha, akhirnya tujuan untuk menambah penghasilan tidak tercapai. Begitalah kalau mau memberdayakan orang kampung selain modal yang kuat, kontrol terhadap pelaksanaan juga harus kuat. Dan permasalahan yang yayasan hadapi adalah belum ada orang yayasan yang stay di sana, yang mengarahkan dan mengontrol. Sehingga yayasan hanya mengambil dari peternak sebagai koordinator kelompoknya.
Bagaimana kendala program SABANSA ini? Permasalahannya ada di perilaku masyarakat Garut, mereka tidak bisa melihat aset berharga, langsung dijual. Jadi sapi yang dari zakat itu langsung mereka jual, bahkan dibawah harga modal pembelinnya untuk kebutuhan konsumtif sehingga tujuan untuk mendapatkan nilai tambah tidak terpenuhi.
125
Bagaimana konsep ideal program SABANSA? Memang dari tujuan belum tercapai tapi ada perubahan, minimal anak mereka bisa sekolah dari hasil sapi ini. Makanya ke depan kita akan mengembangkan community development, kita beli tanah di situ sekitar 1/0,5 ha. Kita kumpulkan sapi di satu tempat dengan diawasi oleh orang kita yang sekaligus mengajari manajemen dan membina perilaku mereka sekaligus mengawasi konerja mereka. Mereka tinggal mencari rumput. Sehingga masalah kontrol terhadap sapi bisa efektif. Karena memberdayakan orang kampung itu susah, karean mereka sudah terbiasaa miskin sehingga kalau dapat sesuatu langsung dibelanjakan. Idealnya memang petani dapat 1 sapi jantan dan 1 sapi betina, nah kan sapi betina itu beranak, yang jantan dijual di tahun kedua. Tahun kedua diberikan sapi jantan lagi petani sudah memiliki 2 sapi dari anak sapi yang sudah besar. Jadi ke depan dana yang terkumpul akan diberikan sesuai dengan jumlah ideal tiap peternak biar konsep ini berjalan. Bukan dana yang ada dibagi rata semua peternak. Kita akaan evaluasi peternak yang baik dan konsekuen yang akan tetap dijag dan diberikn dana idela sekitar 13-15 juta per peternak meliputi pembelian 1 ekor sapi betina,1 ekor sapi jantan, biaya pemeliharaan sapi dan biaya kebutuhan hidup selama penggemukan.
Jakarta, Mei 2010 Pewawancara
Indra Azhar Ahmad
Ketua Yayasan Bina Insan Kamil
H. M. Zainal Muttaqin