perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh: SRI LESTARI K 7406144
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh: SRI LESTARI K 7406144
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 13 April 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sudiyanto, M. Pd. NIP. 19570217 198109 1 001
Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si. NIP. 1976090 200501 1 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Senin
Tanggal
: 26 April 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Wahyu Adi, M. Pd.
………………....
Sekretaris
: Drs. Sukirman, M. M.
Anggota I
: Drs. Sudiyanto, M. Pd.
Anggota II
: Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si.
.………………… ………………....
Disahkan oleh Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
iv
..………………....
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai arahan dan anjuran Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Wahyu Adi, M. Pd.
(…………................................)
Sekretaris
: Drs. Sukirman, M. M.
(…………................................)
Anggota I
: Drs. Sudiyanto, M. Pd.
(…………................................)
Anggota II
: Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si.
(…………................................)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Sri Lestari, NIM K7406144, EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010. Tujuan penelitian adalah: (1) Mengetahui pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. (2) Mengetahui efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. (3) Mengetahui hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yaitu (1) informan, yaitu Wakil kepala sekolah bagian kurikulum, para guru ekonomi, dan para siswa SMA Negeri 1 Surakarta yang memperoleh pelajaran ekonomi; (2) dokumen, arsip-arip yang berhubungan dengan pelaksanaan KTSP dan program pengajaran pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta; (3) peristiwa dan aktivitas, yaitu aktivitas siswa yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Teknik sampling menggunakan sampel bertujuan (Purposive Sampling). Teknik pengunpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui keabsahan data menggunakan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaksi. Hasil penelitian ini antara lain: (1) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) Realita menunjukkan bahwa sejauh ini KTSP sudah dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Pelaksanaannya (b) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota yang telah ditetapkan, yang meliputi: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan Kontekstual, Prinsip Fleksibel, Prinsip Menyeluruh. (c) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, hal ini disebabkan sekolah berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi KTSP kepada para guru, (d) Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran kurang mengandung unsur Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM). Hal tersebut disebabkan metode pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang konvensional, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran ekonomi, para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan fasilitas modern commit usertidak membuat RPP berdasarkan yang disediakan oleh sekolah, dan paratoguru
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karakteristik peserta didik (e) Pendekatan psikologis dan sosio-kultur dilakukan para guru ekonomi. (f) Penilaian belajar sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya, berkelanjutan, bentuk dan jenis tagihan bervariasi (g) Terdapat program perbaikan dan program pengayaan mata pelajaran ekonomi. (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif: KTSP disusun berdasarkan SNP, pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota, pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, keadaan dan potensi sekolah yang memadai, pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik, penilain belajar yang baik, terdapat program perbaikan dan program pengayaan; (b) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi yang belum efektif: RPP tidak dibuat secara maksimal, metode pembelajaran yang konvensional, kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas, dan pengawasan yang belum maksimal dalam memantau kualitas dan kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas; (3) Hambatan dan pemecahan masalah pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain (a) Hambatan: bertambahnya beban guru dari segi administrasi, media pembelajaran yang kurang memadai, keterbatasan dalam penguasaan teknologi pembelajaran bagi sebagian besar guru ekonomi, metode guru dalam mengajar kurang bervariasi dan bersifat konvensional, kegiatan belajar yang kurang kondusif di dalam kelas, kurangnya percontohan dalam soal dan analisis masalah ekonomi; (b) Pemecahan masalah: guru berpartisipasi dalam pengadaan media pembelajaran secara mandiri, siswa yang berperan dalam penggunaan teknologi, guru bekerjasama dalam memenuhi kewajiban administrasi, siswa bertanya kepada teman yang lebih paham, mengikuti program bimbingan belajar dan les privat, mencari referensi buku lain di perpustakaan. Kata kunci: efektivitas, kurikulum, program pengajaran, manajemen berbasis sekolah
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Sri Lestari. NIM K7406144. THE EFECTIVENESS OF CURRICULUM IMPLEMENTATION AND TEACHING LEARNING PROCESS OF ECONOMICS IN THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT SENIOR HIGH SCHOOL 1 SURAKARTA YEAR 2009/2010, Thesis. Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty, Sebelas Maret University, April 2010. This research is aimed to: (1) Know the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. (2) Know the efectiveness of the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. (3) Know the problems faced and the solutions taken in the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. This research uses descriptive qualitative method with single strategy fixed. The data resources are: (1) Informant, that is vice headmaster of curriculum, economic teacher , and the students of senior high school 1 Surakarta who are now having economic lesson. (2) Documents, archives related to the implementation of KTSP and the teaching learning process of economics senior high school 1 Surakarta. (3) The evidences and the activities, those are the students activities related to the teaching learning process. The technique of sampling uses purposive sampling. Data collection techniques used are observation, interview, and documentation. To know the validity of the data, the researches uses data triangulation (sources) and method triangulation. The technique of analyzing data uses interaction analysis model. The results of this research are: (1) The curriculum implementation and teaching learning process of economics are: (a) The fact shows that so far KTSP is implemented based on Peraturan Menteri number 22, 23, and 24 year 2006 about standard contents (SI), standard graduate competence (SKL) and the implementation. (b) The syllabus development is based on syllabus development principle of Dinas Pendidikan Kab/Kota, including: scientific principle, relevant principle, systematic principle, consistent principle, completeness principle, actual and contextual principle, flexible principle, principle comprehensive. (c) The implementation of KTSP has been developed, because the school take a part in giving the socialization of KTSP to the teachers. (d) The teaching and learning process contains less elements of fun effective creative innovative mobile study element (PAIKEM). That is caused of the economics teaching learning method that is still conventional, insufficient media used in economics lesson, the economics teachers who do not use the modern facilities provided by the school, and do not make lesson plans based the students characteristics. (e) Psychological and social-culture approach is done the economic teachers. (f) The evaluation is commit to user based on the materials given, continuously, the forms and kinds of evaluation can
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
varies. (g) There are remedial program and developing program of economic lesson. (2) The effectiveness of curriculum implementation and teaching learning process are: (a) The curriculum implementation and teaching learning process that are effective are: KTSP is arranged based on SNP, syllabus development is based syllabus development principles under Dinas pendidikan Kab/Kota, the implementation of KTSP has been developed, the school’s condition and potential are sufficient, psychological and social-culture is good, the evaluation is good, and there are remedial and developing program. (b) The curriculum implementation and teaching learning process that are not effective are: lesson plans are not made maximally, the teaching method is still conventional, the learning process that is less conducive, and un maximal control of the quality and quantity of lesson plans and the implementation. (3) The problems and the solutions in curriculum implementation and teaching learning process are: (a) problems: the increasing of the teacher’s responsibilities in the administration aspect, insufficient teaching media, limited knowledge of technology of the teachers, the teaching methods which are still conventional, unconducive activities, less of examples and exercises, and analysis of economic cases. (b) Solutions: the teachers take a part in providing teaching media, the students take a part in using technology, the teachers cooperate in completing the administrative duties, the students ask to their friends, join the study course programs, and private course, find some referent books in the library.
The key word: the effectiveness, curriculum, teaching learning process, school based management
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Jangan pernah berhenti pada satu titik. Cobalah untuk menggapai titik yang lain agar bertambah ilmu dan pengalaman kita” (Penulis) “Jadilah Sang Pemimpi untuk mengukir masa depanmu. Terdiam tanpa mimpi bagaikan hamparan lahan yang tandus dan gersang, maka ukirlah mimpimu seindah mega, gapai dan wujudkan mimpimu selagi kau masih bisa” (Penulis) “Ketulusan, Kesabaran, Kegigihan serta Keuletan dalam berusaha tidak akan sempurna tanpa Kepasrahan dalam doa kepada Allah SWT” (Penulis)
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk: 1. Bunda dan Bapak yang selalu menyayangiku, terima kasih atas doa yang selama ini menyertaiku dalam setiap langkah dan aktivitasku. 2. Kakakku Suyono dan kakak iparku Mba Uli, serta dua keponkanku Lintang & Fandi yang sangat usil dan selalu membuatku tertawa. 3. Para guru yang telah memberiku ilmu, terima kasih atas jasamu. 4. Sahabat terbaikku, ViNaTa_Ni, ViNaTa_San, Ririn, Yosie, Tasnim. Terima kasih untuk persahabatan selama ini. 5. Almamater tercinta
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 4. Drs. Sudiyanto, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dalam penyususnan skripsi. 5. Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan baik. 6. Drs. Sukirman, M. M., selaku pembimbing akademis penulis yang telah memberikan semangat untuk menyusun skripsi. 7. Bapak/Ibu dosen Program pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi yang penuh ketulusan dalam memberikan pengetahuannya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa. 8. Drs. H. M. Thoyibun, S. H., M. M., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta dengan sabar dan ramah dalam kerjasamanya dengan penulis. commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Drs. Suryadi, M. Pd., selaku Wakil kepala sekolah bagian Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan informasi degan sabar dan ramah dalam penelitian ini. 10. Para guru ekonomi dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Surakarta yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. 11. Sahabat-sahabat terbaikku: ViNaTa_Ni, ViNata_San, Ririn, Tasnim, dan Yosie terima kasih untuk persahabatan yang telah kita jalani selama ini. 12. Teman-temanku Bank Mini, FICOS, BEM, terima kasih untuk ilmu, pengalaman dan pertemanan yang kita jalin selama ini. 13. Teman-temanku: Tia PTN, Ita PTN, Ridwan PTN, Sari B. Inggris, Ika Sosant Tofan, Umam, Burhan, Khoir, Yarsi, Arum, Titin, dan semua teman-teman angkatan 2006 lainnya yang telah memberikan kesan yang begitu mendalam selamanya. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, 14 April 2010
Penulis
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...
i
HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………………
ii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….........
iv
HALAMAN REVISI…………………………………………………………...
v
ABSTRAK………………………………………………………………….......
vi
ABSTRACT…………………………………………………………………….
viii
MOTTO…………………………………………………………………………
x
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..
xi
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
xii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
xiv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………
xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….......
xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xviii BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………….……..
1
A. Latar Balakang Masalah...……..……............................................
1
B. Perumusan Masalah…………………………………………........
6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………........
6
D. Manfaat Penelitian…….………………………………………….
7
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………….......
8
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………
8
1. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah…………………….......
8
2. Tinjauan Kurikulum…………………………………………….
12
3. Tinjauan Program Pengajaran…………………………………..
22
4. Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran….….
28
B. Hasil Penelitian Yang Relevan…………………………………..
30
C. Kerangka Pemikiran………………………………………….......
33
BAB III METODOLOGI……………………………………………………...
35
A. Tempat dan Waktu Penelitian...………………………………… to user B. Bentuk dan Strategi commit Penelitian………………………………......
35
xiv
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Sumber Data……………..………………………………………
37
D. Teknik Sampling…………………………………………………
39
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………....
39
F. Validitas Data……………………………………………………
43
G. Analisis Data……..………………………………………………
44
H. Prosedur Penelitian…………………………………………….....
46
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………………...
48
A. Deskriptif Lokasi Penelitian……………………………………...
48
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian……………………………….
57
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori…………
70
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………….…………..
78
A. Simpulan……………………………………………………….....
78
B. Implikasi…………………………………………………………..
81
C. Saran……………………………………………………………...
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel Rencana Penelitian……………………….…..………… 35
Tabel 2. Tabel Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta…..………… 53 Tabel 3. Tabel Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta…………………. 53
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Skema Sistem Kurikulum……………………...……………….
15
Gambar 2.
Matrik RPP Format Silabus…………………….………………
26
Gambar 3.
Matrik RPP Format Satpel……………………….……………..
28
Gambar 4.
Skema Kerangka Pemikiran…………….………………………
34
Gambar 5.
Analisis Model Interaksi………………..………………………
46
Gambar 6.
Prosedur Penelitian……………………..……………………….
46
Gambar 7.
Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional………….........
51
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Pedoman Wawancara Untuk Guru SMA Negeri 1 Surakarta…......
Lampiran 2.
Pedoman Wawancara Untuk Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta…….....…………………….……………………………
Lampiran 3.
87
89
Pedoman Wawancara Untuk Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta………..…………….…………………………………...
90
Lampiran 4.
Field Note……………………..………………………………......
91
Lampiran 5.
Lembar Observasi……………..…………………………………..
160
Lampiran 6.
Foto Penelitian………………..…………………………………...
172
Lampiran 7.
Surat Ijin Menyususn Skripsi Kepada PD I…..…..……………….
177
Lampiran 8.
Surat Keputusan Dekan Tentang Ijin Penyusunan Skripsi…….….
178
Lampiran 9.
Surat Permohonan Research Kepada Rektor UNS………….....….
179
Lampiran 10. Surat Rekomendasi Research Dari PD III………………...…...….
180
Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Pelaksanaan Penelitian......
181
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 BAB I PENDAHUALUAN
A. Latar Balakang Masalah Generasi Muda merupakan bagian terpenting dalam suatu negara, mereka merupakan generasi
penerus sebagai agen of change yang akan
meneruskan tonggak kemajuan dalam suatu negara. Generasi muda sebagai penerus masa depan diharapkan mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu untuk diandalkan dan dibanggakan. Apabila generasi muda yang diciptakan dengan kualitas yang kurang memadai maka semakin terbelakang masa depan negara kita, tetapi apabila generasi yang diciptakan memiliki kualitas yang baik, memiliki skill yang tinggi dan mampu bersaing dengan negara lain, maka tidak menutup kemungkinan bangsa kita akan menjadi negara yang lebih baik lagi. Terkait dengan peningkatan kualitas generasi muda maka faktor pendidikan merupakan faktor terpenting dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Kerangka pendidikan dibutuhkan dan dipandang sebagai kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat yang ingin maju. Dengan pendidikan yang memadai diharapkan dan dituntut generasi muda memiliki academic knowledge (pengetahuan akademik), skill of thinking (kemampuan dalam berpikir), manajement skill (kemampuan dalam manjemen), dan communication skill (kemampuan dalam berkomunikasi). Dalam kerangka inilah pendidikan merupakan faktor terpenting bagi masyarakat yang ingin maju, demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas. Luasnya Negara kesatuan republik Indonesia dan sangat bervariasinya kondisi daerah beserta masalah-masalah yang dihadapi telah mendorong pemerintah untuk memperhatikan potensi daerah. Salah satunya melalui otonomi daerah dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola pendidikan di daerahnya. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi yang ditempuh pemerintah, maka tanggungjawab pemerintah daerah semakin meningkat, termasuk dalam manajemen pendidian. Pemerintah daerah diharapkan commit to user mampu meningkatkan dan memajukan kemampuannya dalam berbagai tahap
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 pembangunan pendidikan, sejak tahap perumusan kebijakan daerah, perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan di daerah masing-masing sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional yang digariskan pemerintah. Berkaitan dengan hal tersebut, gagasan kearah pengelolaan pendidikan yang memberikan keleluasan sekolah untuk menetapkan kebijakan secara luas menjadi salah satu alternatif pilihan. Dalam kerangka inilah menciptakan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) atau “school bassed manajement” (SBM) sebagai paradigma baru pengembangan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan sekolah dan kebutuhan daerah masing-masing. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. MBS merupakan kebijakan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kemampuan sekolah dan daerah dalam bottom-up planning policy, yaitu kebijakan pendidikan yang diprakarsai oleh setiap sekolah dan daerah serta ditindaklanjuti oleh setiap tingkatan manajemen di atasnya sampai tingkat pusat. Mengingat bahwa MBS, merupakan paradigma pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada saat ini, diperlukan berbagai sumber yang dapat membantu para pelaksana (kepala sekolah dan guru) di lapangan. Para pelaksna tersebut diharapkan dapat melaksanakan komponen-komponen dalam MBS dengan baik, dimana komponen-komponen tersebut meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Manajemen kurikulum dan program pengajaran Manajemen tenaga kependidikan Manajemen kesiswaan Manajemen keuangan dan pembiayaan Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat Manajemen layanan khusus (E. Mulyasa, 2007: 40-52) Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, manajeman kurikulum dan
program pengajaran merupakan komponen terpenting tanpa mengabaikan keenam komponen yang lain. Hal tersebut senada dengan M. Zainuddin (2008: 205) yang commit to user menyatakan bahwa “…baik yang berkaitan dengan kurikulum, formasi materi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 sarana dan prasarana, maupun sistem dengan penyempurnaan secara terusmenerus. Pengembangan pendidikan nasional secara terus-menerus ini lebih banyak menggunakan instrument kurikulum ketimbang komponen lain… “. Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan lokal. Perencanaa dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Sekolah dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Di tingkat sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Sekolah dapat menjabarkan dan menambah mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas sekolah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional. Pengembangan kurikulum muatan lokal selama ini tidak diimbangi dengan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Selama ini keberadaan masyarakat kurang atau bahkan tidak pernah diperhatikan dan diikusertakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalaupun ada partisipasi masyarakat selama ini lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas). Dalam kegiatan kurikulum terdapat kesulitan dalam membuat perangkat mengajar utamanya pada rencana pelaksanaan pembelajaran, urutan dari komponen yang berbeda-beda tiap guru dan format nilai, sehingga menghambat penyusunan perangkat pembelajaran bagi guru. Pada awal tahun 2007/2008 Indonesia menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dengan harapan KTSP merupakan sebuah kurikulum yang benar-benar dibuat oleh sekolah yang melibatkan unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, konselor, komite sekolah dan nara sumber, sehingga dengan sinerginya unsur -unsur tersebut akan commit to user menemukan kemudahan dalam proses pembuatan kurikulum. Kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 mempunyai kedudukan sentral dalam sebuah proses penyelenggaraan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan tidak akan pernah tercapai tanpa didasarkan dan diarahkan oleh kurikulum, karena kurikulum inilah yang akan mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Aktivitas pendidikan formal dilaksanakan di sekolah, sedangkan sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler, dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan kegiatan
manajemen
program
pengajaran.
Dalam
pelaksanaan
program
pengajaran, guru dituntut untuk kreatif dalam mengemas pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut tentu saja kurikulum sangat berperan besar, baik kurikulum tingkat sekolah maupun kurikulum tingkat kelas. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah merupakan tanggungjawab dari kepala sekolah sedangkan kurikulum tingkat kelas yang bertanggung jawab adalah guru. Salah satu pelaksanaan kurikulum tingkat kelas adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Guru harus benar-benar paham tentang kurikulum untuk menjalankan tugasnya dengan baik, tanpa adanya pemahaman yang jelas maka hasilnya tidak akan maksimal, sebagian guru masih bingung dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hal ini ditunjukkan melalui keadaan tingkat nasional maupun lokal. Berdasarkan Kompas (31 Juli 2006) diberitakan, Setelah dalam rentang waktu yang sangat panjang guru ditempatkan tak lebih sebagai “mesin pelaksana” dari paket kurikulum, kini diberi otonomi untuk mengembangkan kurikulum sendiri. Dengan pemberian otonomi ini, mulai terbayang: sebagian besar guru akan bekerja dengan penuh gairah karena dapat mengekspresikan kreativitasnya sendiri; kelas akan lebih hidup, karena guru lebih dekat dengan realitas siswa dan dunia sekitar; dan komunikasi dua arah antara guru dan siswa akan lebih cair, karena guru mempunyai kesempatan luas untuk “menjadi dirinya sendiri”. Namun, pada sisi lain muncul pula kecemasan oleh beberapa pertanyaan commit to user yang mengusik. Satu diantaranya, yang dijadikan topik tulisan ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Mungkinkah para guru mengembangkan kurikulum sendiri, seperti yang diharapkan ? Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Surakarta, dapat dikatakan SMA Negeri 1 Surakarta adalah salah satu SMA di wilayah Surakarta yang melaksanakan sistem manajemen berbasis sekolah. Kondisi sekolah yang strategis dan kondusif sebagai tempat belajar merupakan pilihan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya, sehingga SMA Negeri 1 Surakarta merupakan sekolah yang memiliki input siswa yang bagus. Input yang berkualitas tidak menjamin output yang berkualitas, apabila tidak didukung oleh proses yang berkualitas pula. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat ketidakpuasan siswa dalam pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dalam hal kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi. Dalam pembelajaran di kelas guru jarang menggunakan metode pembelajaran siswa aktif, sehinggga siswa merasa bosan dalam mengikuti pelajaran selain itu siswa cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat di dalam kegiatan pembelajaran. Peranan kurikulum dan program pengajaran di dalam proses ini sangatlah besar. Dari pengamatan yang dilakukan dapat dikatakan terjadi ketidakpuasan siswa terhadap guru yang mengajar, hal tersebut ditunjukkan dari siswa yang kurang memperhatikan ketika guru mengajar di dalam kelas. Guru seharusnya menjadi fasilitator apabila terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan berusaha untuk membantu
siswa
dalam
memecahkan
masalah
tersebut,
namun
dalam
kenyataannya terdapat beberapa siswa cenderung menutup diri dengan permasalahan yang dihadapinya dan tidak berusaha untuk menanyakannya dengan pihak guru. Mereka menganggap metode yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran kurang memberikan motivasi untuk belajar, tetapi malah menimbulkaan dampak membosankan, mengantuk di dalam kelas, dan suasana yang kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas
maka perlu diketahui bahwa
kurikulum tingkat kelas merupakan salah satu komponen terpenting dalam peningkatan mutu peserta didik. Oleh sebaab itu peneliti tertarik untuk meneliti commit to user salah satu perangkat pendukung peningkatan kualitas sekolah dalam rangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 pelaksanaan pendidikan berbasis otonomi daerah, yang dikemas dalam manajemen berbasis sekolah. Untuk itu peneliti memilih judul: “EFEKTIVITAS
PELAKSANAAN
KURIKULUM
DAN
PROGRAM
PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
SMA NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah (probelamatika) diperlukan sebagai arah atau pedoman dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta ? 2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta ? 3. Apa hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah
tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1
Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. 2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran commit to user 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 3. Hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah
tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah. b. Memberikan wawasan tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah. c. Bahan referensi peneliti yang lain yang akan meneliti permasalahan yang berhubungan dengan efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
2. Manfaat Praktis a. Bagi SMA Negeri 1 Surakarta: Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
menjadi
rekomendasi
dan
bahan
pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah. b. Bagi FKIP pendidikan Akuntansi Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah. c. Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan peneliti agar mengetahui lebih mendalam tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Snelbecker (Lexy J. Moleong, 2009: 57) berpendapat bahwa “Teori sebagai seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan data atas dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagi wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”. Mengkaji teori yang relevan dengan masalah yang dirumuskan merupakan langkah awal untuk mencari jawaban atas masalah tersebut. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan teori yang relevan dan mendukung dengan permasalahannya. Teori yang peneliti gunakan untuk mendukung rencana penelitian ini adalah: 1. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah a. Manajemen Sekolah G.R. Terry (Nunung Chozanah, 1994: 22) definisi manajemen adalah, “Manajemen sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya melalui usaha orang lain atau ada usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai dan untuk mencapai tujuan tersebut dengan memberdayakan kemampuan orang lain. Mary Parker Follet yang dikutip dalam Wikipedia.com, menyatakan bahwa “who wrote on the topic in the early twentieth century, defined management as the art of getting things done through people", yang artinya manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi tersebut mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan commititu to oleh userdirinya sendiri. dengan cara melaksanakan pekerjaan
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Pengaturan manajemen sangatlah berperan penting dalam pencapaian tujuan dalam suatu organisasi, tanpa manejemen tujuan organisasi sukar untuk dicapai. Begitu pula dalam pelaksanaan kebijakan sekolah, manajemen berperan dalam pengaturan dan upaya peningkatan kualitas sekolah. Gaffar (1989) yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 19-20) mengemukakan bahwa Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sismetik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang. Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa manajemen sangat berperan penting dalam proses pendidikan untuk mengatur segala proses pendidikan yang saling terkait, karena terdapat komponen-komponen yang berhubungan
secara sistematis.
Tanpa manajemen
pendidikan
tujuan
pendidikan nasional tidak akan terwujud secara optimal, efektif dan efisien. Manajemen pendidikan dalam pelaksanaannya dikenal dengan desentralisasi pendidikan, yakni otonomi daerah
dengan pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah untuk membuat keputusan manejemen dan menyusun perencanaan sendiri dalam mengatasi masalah pendidikan, dengan mengacu kepada sistem pendidikan nasional. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa praktek desentralisasi manejemen pendidikan dapat diterapkan di dalam beberapa tingkat dan struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat nasional sampai tingkat satuan pendidikan yakni sekolah.
b. Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school-based management. Istilah ini pertama kali
muncul di Amerika Serikat ketika
masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. Sementara di Indonesia konsep ini telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 disosialisasikan bersamaan dengan pewacanaan kurikulum 1994 pada tenaga pendidik dan kependidikan. E. Mulyasa (2007: 24) menyatakan bahwa “MBS memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam rangka kebijakan nasional”.
Dengan
pemberian otonomi tersebut sekolah memiliki kewenangan dalam mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Donoseputro (1997: 3-6) menyatakan: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa diperlukan kerjasama dari berbagai pihak baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, kepala sekolah, guru,dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
1) Tujuan MBS Dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan MBS memiliki tujuan sebagai berikut: a) Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. b) Peningkatan mutu, antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disinsentif. c) Peningkatan pemerataan, antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok commit to user tertentu. Hal ini dimungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
2) Manfaat MBS MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya, keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah, guru didorong untuk berinovasi, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
3) Komponen-komponen MBS Hal yang paling penting dalam implementasi MBS adalah manajemen terhadap komponen-komponen itu sendiri, dimana komponen-komponen tersebut meliputi: a) b) c) d) e) f) g)
Manajemen kurikulum dan program pengajaran Manajemen tenaga kependidikan Manajemen kesiswaan Manajemen keuangan dan pembiayaan Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat Manajemen layanan khusus (E. Mulyasa, 2007: 40-52)
Dari ketujuh komponen tersebut manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan komponen terpenting diantara keenam komponen yang lain, namun keenam komponen yang lain tidak boleh diabaikan karena ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan MBS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 2. Tinjauan Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. (Oemar Hamalik 2003: 16). Definisi kurikulum dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 Butir 19 menyatakan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan demikian setiap satuan pendidikan akan memiliki acuan dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan masingmasing sekolah, dimana tujuan masing-masing sekolah bermuara pada tujuan nasional pendidikan. Kurikulum ditinjau dari berbagai aspek memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan substansi yang terkandung di dalamnya. Ditinjau dari isi dan materi pelajaran, kurikulum di bentuk agar memberi kemudahan bagi guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa sehingga siswa memperoleh pengetahuan karena isi dan materi telah tersusun dalam kurikulum. Hal ini ditegaskan oleh Hamalik dalam Muhammad Joko Susilo (2007: 78) bahwa “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan”. Mata ajaran (subject matter) yang dimaksud adalah pemgalaman orang tua atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 orang-orang pandai masa lampau, yang telah tersusun secara sistematis dan logis. Sementara itu menurut ahli lain, “Kurikulum adalah program pendidikan” (Oemar Hamalik, 2006: 10) yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa
melakukan
berbagai
kegiatan
belajar,
sehingga
mendorong
perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegitan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain. Semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam kurikulum. Kurikulum mencerminkan keseluruhan siklus input-proces-output, sehingga kurikulum adalah serangkaian pengalaman belajar yang melibatkan semua kegiatan yanga terdapat dalam sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Romine dalam Oemar Hamalik (2006: 10) dan Muhammad Joko Susilo (2007: 79) yang menyatakan bahwa “Curriculum is interpreted to mean all of the organized course activites, and experience which pupils have under the direction of school, whether in the classroom or not”. Berdasarkan rumusan tersebut, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruang kelas, melainkan mencakup juga kegiatan di luar kelas. Pandangan modern menjelaskan, bahwa kegiatan intrakulikuler dan kegiatan ekstrakulikuler tidak ada pemisahan yang tegas. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa to user yang sangat penting, karena kurikulum merupakan bagian commit dari sekolah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 melibatkan semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah dan memiliki perananan yang penting bagi guru karena sebagai acuan dalam proses belajar mengajar agar siswa memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan.
b. Komponen Kurikulum Kurikulum
merupakan
suatu
sistem
yang
memiliki
suatu
komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya karena merupakan suatu proses kegiatan yang berkesinambungan, dan dalam proses tersebut selalu dikembangkan menuju perpaduan dan penyempurnaan. Menurut Muhammad Joko Susilo (2007: 89) berpendapat bahwa kurikulum terdiri atas empat komponen yaitu: 1) Tujuan Kurikulum disusun berdasarkan tujuan pelajaran atau tujuan sekolah (pendidikan) yang hendak dicapai. 2) Bahan pelajaran Kurikulum harus memuat bahan pelajaran yang sesuai guna mencapai tujuan. 3) Proses belajar mengajar Bahan-bahan pelajaran yang telah dipilih, harus didesain sedemikian rupa dalam kurikulum agar efektif ketika disajikan kepada siswa. 4) Penilaian atau evaluasi Menentukan standar nilai untuk mengevaluasi efektivitas penyajian bahan pelajaran dan pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Komposisi kurikulum yang dikemukakan M. Joko Susilo tersebut menunjukkan bahwa keempat komponen kurikulum tersebut memiliki hubungan yang saling terkait. Tujuan merupakan komponen kurikulum yang paling pertama dan merupakan harapan yang ingin diwujudkan setiap pendidikan. Oleh karena itu dalam menetapkan tujuan harus memperhatikan tiga komponen yang lain baik komponen bahan pelajaran, proses belajar mengajar maupun penilaian. Begitu juga dalam menentukan bahan pelajaran harus memperhatikan tiga komponen yang lain, karena semua komponen user tersebut saling berkaitan. commit Apabilato keempat komponen tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 dijalankan secara efektif maka akan dapat dijadikan tolak ukur atas keberhasilan yang akan dicapai. Kesalingketerkaitan
komponen-komponen
tersebut
dapat
digambarkan dalam bagan berikut: Tujuan
penilaian
Bahan Pelajaran
Proses belajar Mengajar
Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum Sumber: Muhammad Joko susilo (2007: 89) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran. Melalui proses pembelajaran diharapkan terdapat perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran diharapkan mengandung unsur PAIKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif,
Kreatif,
Efektif
dan
Menyenangkan,
sehingga
memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Sedangkan evaluasi merupkan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum
itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti
kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah kurikulum dapat dipertahankan atau tidak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 c. Fungsi Kurikulum Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat penting, karena dengan kurikulum akan bermanfaat bagi beberapa pihak baik peserta didik, orang tua siswa, guru, dan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh sebab itu kurikulum mempunyai beberapa fungsi diantaranya: 1) Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan - tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat untuk dicapai. Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicitacitakan, tujuan-tujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat yang saling mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum di sini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan). 2) Fungsi kurikulum bagi anak didik Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak didik yang akan hidup di zamannya. 3) Fungsi kurikulum bagi pendidik Guru merupakan pendidik profesional, yang secara implisit telah merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang ada di pundak para orang tua. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai pedoman kerja dalam menyususn dan mengorganisasi pengalaman belajar pada anak didik dan sebagai pedoman dalam mengevaluasi perkembangan anak didik. 4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tangging jawab terhadap kurikulum, fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan Pembina lainnya adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 5) Fungsi kurikulum bagi orang tua Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan tersebut dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah mengenai masalah menyangkut anak-anak mereka. 6) Fungsi kurikulum bagi sekolah tingkat di atasnya Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi dalam dua komponen yaitu dalam pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru. 7) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan yang bersangkutan baik ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan ikut memberikan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnan program pendidikan di sekolah.
d. Pengembangan Kurikulum Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya mengembangan sistem pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2003: 24-30) kurikulum memiliki komponen-komponen sebagai berikut: 1) Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undan-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. 2) Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang berupa bahan kajian dan pelajaran 3) Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 4) Organisasi kurikulum, yang terdiri dari mata pelajaran terpisah, mata pelajaran berkorelasi, bidang studi/pengajaran, program yang berpusat pada anak, core program, dan eclectic program. 5) Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kurikulum dengan hubungannya yang saling terkait menunjukkan bahwa proses pengembangan kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Adakalanya kurikulum yang telah disusun tidak dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks, dan melibatkan berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut ketrampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum. Kurikulum didesain atas pengembangan dan perbaikan. Pelaksanaan pengembangan kurikulum memberikan kesempatan lebih luas terhadap guru untuk berimprovisasi, terutama dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekolah yang memiliki kemampuan mandiri dapat menjabarkan standar
isi
dan
standar
kompetensi
lulusan
secara
mandiri
serta
mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten, dan kota). Karena sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan dalam pengembangan silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi dan kebutuhan masing-masing, maka pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional memberikan acuan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan silabus, dengan adanya standar yang harus dipenuhi maka komponen dalam silabus diharapkan tidak ada yang terlewatkan dan diharapkan guru lebih mudah dalam pengembangan silabus. Landasan pengembangan silabus tersebut terdapat dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 17 ayat (2) dan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 20. “Silabus” yang dimaksudkan adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang commit to user implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 kurikulum berbasis sekolah, kurikulum hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. (E. Mulyasa, 2009: 133). Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang akan ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran, dimana kegiatan pembelajaran harus dilakukan untuk membentuk suatu kompetensi tertentu. Upaya pembelajaran yang dilakukan kemudian diadakan penilain dengan tujuan agar mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki oleh siswa. Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa. Secara lebih rinci dijelaskan Departemen Pendidikan Nasional (2007: 126) menyatakan bahwa “Silabus adalah
rencana
pembelajaran
pada
suatu
dan/atau
kelompok
mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”. Pengembangan silabus sekolah harus berpedoman pada delapan prinsip pengembangan silabus, agar pengembangan yang dilakukan oleh sekolah tetap berada dalam koridor standar pendidikan nasional. Sesuai dengan standar Departemen Pendidikan Nasional (2007: 128-130), terdapat delapan prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: 1) Prinsip Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungawabkan secara keilmuan 2) Prinsip Relevan Dalam pengembangan silabus diharapkan terdapat kesesuaian antara cakupan, kedalaman dan tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dengan karakteristik peserta didik. Serta diharapkan terdapat keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai lulusan. Demikian halnya dalam kaitannya dengan jenjang pendidikan yang ada di atasnya sehingga terjadi kesinambungan commit to user dalam pengembangan silabus.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 3) Prinsip Sistematis Komponen-komponen dalam silabus saling berkaitan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4) Prinsip Konsisten Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, sehingga terdapat konsistensi antara format dalam silabus dengan pelaksanaan dalam proses pembelajaran, baik dalam interaksi antara siswa dan guru maupun antara teori dan praktik dalam rangka membentuk kompetensi peserta didik. 5) Prinsip Memadai Prinsip memadai berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Serta didukung sarana dan prasarana yang tersedia dalam proses belajar mengajar. Dengan sarana prasarana yang memadai, maka dalam penyampaian kompeteni dasar akan lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa. 6) Prinsip Aktual dan Kontekstual Berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7) Prinsip Fleksibel Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak harus menyajikan mutlak seperti dalam silabus, tetapi guru dapat mengembangkan berbagai ide baru. Sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang peserta didik. 8) Prinsip Menyeluruh Komponen dalam silabus yang dikembangkan harus mencakup commit user afektif, dan psikomotorik. keseluruhan ranah kompotensi baiktokognitif,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
dengan
kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsipprinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum. Dengan prinsip pengembangan kurikulum, pengengembangan silabus oleh sekolah tetap berada dalam koridor standar nasional pendidikan. Pengembangan silabus KTSP dalam prosesnya dapat dilakukan melalui tiga cara seperti berikut: 1) Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai. 2) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP; bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri. 3) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri. (E. Mulayasa, 2009: 134) Dengan
demikian
setiap
satuan
pendidikan
berhak
dalam
pengembangkan silabus sesuai dengan kemampuan masing-masing, apabila sekolah belum mampu atau belum memenuhi kriteria dalam pengembangan silabus secara mandiri, maka guru dan kepala sekolah diperbolehkan menggunakan model silabus dari BNSP, atau bisa juga memfotokopi silabus dari sekolah lain, namun guru dan kepala sekolah harus menyesuaikan kurikulum tersebut, serta menganalisisnya dengan cara memilah dan mimilih setiap kompetensi dasar yang dikembangkan disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan inti penjabaran dari kurikulum yang dapat dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan yaitu guru, kelompok guru atau kelompok kerja guru masing-masing mata pelajaran
dibawah koordinasi dan supervisi Dinas
Pendidikan setempat. Oleh Karena itu melalui pengembangan kurikulum dari satuan pendidikan, diharapkan mampu menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan bagi siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 e. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas Pelaksanan kurikulum dibagi mejadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses administrasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas terdapat unsur pembagian tugas guru secara administrasi untuk menjamin kelancaran pelaksanan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu: pembagian tugas mengajar, pembagian tugas pembinaan ekstrakulikuler, dan pemberian tugas bimbingan belajar. Berkaitan dengan tugas mengajar, kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru dalam mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kegiatan tersebut antara lain: a) Menyusun pelaksanaan program unit. b) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran c) Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa d) Pengisian buku laporan pribadi siswa bagi wali kelas. Dengan penjabaran tugas guru, maka guru akan lebih mudah dalam menjalankan kewajibannya dalam mengajar di dalam kelas. Langkah yang dilakukan oleh guru akan lebih terbimbing dan terkontrol. Sehingga pelaksaan pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien.
3. Tinjauan Program Pengajaran a. Pengertian Program Pengajaran Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan dalam proses commit to user belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan kegiatan manajemen program pengajaran. Dalam manajemen program pengajaran terdapat suatu perencanaan pengajaran yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengajaran oleh guru. Dengan adanya perencanaan maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan akan lebih terstuktur dan terinci dengan baik karena dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. E. Mulyasa (2007: 41) menyatakan bahwa “manajemen atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan di bidang pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien”. Dengan demikian segala sesuatu yang berhubungan dan mendukung kegiatan pengajaran dapat dinyatakan dalam aktivitas manajemen pengajaran, dimana manajemen pengajaran tersebut bertujuan untuk menciptakan kegiatan pengajaran yang lebih efektif dan efisien. Perencanaan pengajaran menurut Abdul Majid (2008: 17) “dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Berdasarkan deskripsi tersebut lingkup
manajemen
program
pengajaran
lebih
terdeskripsikan
bila
dibandingkan dengan pengertian sebelumnya, karena dalam pengertian tersebut dijelaskan secara rinci bagian apa saja yang menjadi lingkup dari program pengajaran, yaitu: materi pelajaran, media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian. Sedangkan menurut Oemar hamalik (2003: 55) menyatakan bahwa “pengajaran atau instruction adalah a goal-directed teaching process which is more or less pre-planned”. Dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah hal commit tosenantiasa user utama dan setiap proses pengajaran diarahkan untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu proses pengajaran harus direncanakan. Lebih lengkapnya definisi pengajaran atau pembelajaran oleh Oemar hamalik (2003: 57) menyatakan bahwa “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawai, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan program pengajaran merupakan sebuah proses disiplin ilmu pengetahuan, system, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi satuan pendidikan dan lingkungan sekitar merupakan hal penting jangan sampai diabaikan.
b. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Tugas utama guru dalam kaitannya dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun guru harus membuat RPP, karena perencanaan merupakan pedoman pembelajaran. Seperti yang dinyatakan oleh E. Mulyasa (2009: 154) “Guru boleh saja tidak membuat kurikulum, boleh juga tidak membuat alat peraga, bahkan dalam hal tertentu tidak melakukan penilaian, tetapi tidak boleh tidak membuat perencanaan”. Dengan demikian pembuatan perencanaan (RPP) merupakan hal wajib yang harus dibuat oleh guru sebelum melakukan pembelajaran, karena merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2007: 144) menyatakan bahwa “Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) to user kompetensi dasar yang terdiri commit atas (satu) kali pertemuan atau lebih”. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 demikian rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk menunjang pembentukan kompetensi yang akan diharapkan. Dalam hal ini, guru harus menjabarkan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar (SKKD) dalam bidangnya untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, RPP memiliki kedudukan yang esensial dalam pembelajaran yang efektif karena akan membantu membuat disiplin kerja yang baik, suasana yang lebih menarik, pembelajaran yang diorganisasikan dengan baik, relevan dan akurat.
c. Pengembangan Rencana Pelaksaan Pembelajaran Pengembangan rencana pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak boleh
menyimpang
dalam
peraturan
yang
telah
ditetapkan,
dalam
pengembangan rencana pembelajaran minimal harus memuat komponenkomponen berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Tujuan pembelajaran Materi pembelajaran Metode pembelajaran Sumber belajar Penilaian hasil belajar (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 145) Sedangkan menurut ahli lain, Muhammad Joko Susilo (2007:146-
148) pengembangan RPP dapat memuat komponen-komponen berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Identitas mata pelajaran Standar kompetensi Kompetensi dasar Materi pokok Materi pembelajaran Strategi pembelajaran Media pembelajaran Penilaian/asesmen dan tindak lanjut Sumber bacaan Pengembangan
rencana
pembelajaran
harus
mengacu
pada
kompetensi dasar yang ada dalam silabus. Guru bebas mengembangkan kompetensi standar tersebut kedalam sejumlah kompetensi yang diperlukan oleh peserta didik, sesuai dengan karakteristik dan kondisi lingkungan serta kebutuhan daerah dan kebutuhan sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Pengembangan RPP dalam implementasi KTSP dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, menambah kolom lebih rinci pada format silabus. Kedua, membuat format terpisah dalam bentuk satuan pelajaran (Satpel). (E. Mulyasa, 2009: 162). Dapat dikatakan cara pertama lebih tepat dilakukan oleh guru yang sudah berpengalaman, sedangkan cara kedua lebih cocok digunakan oleh guru pemula atau oleh para calon guru. Guru yang belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci dibandingkan dengan guru yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Berikut merupakan contoh pengembangan RPP dalam bentuk format silabus dan bentuk Satuan Pelajaran:
MATRIK RPP Kelas
:…………………………………..
Standar Kompetensi
:…………………………………..
Kompetensi Indikator Materi
Kegiatan
dasar
Belajar
Pokok
Penilaian Instrumen Tugas Alokasi Sumber Penilaian
Waktu
Pendahuluan Pembentukan kompetensi Penutup
Gambar 2. Matrik RPP Format Silabus Sumber: E. Mulyasa, 2009; p: 163 Matrik di atas memberikan kemudahan, karena guru hanya mengisi matrik tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan ditanamkan kepada siswa. Format tersebut dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah serta dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Selanjutnya kemampuan guru sendiri yang akan mengembangkan persiapan belajar, dan akan yang akan melakukan proses pembelajaran. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN commit to user
Belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 I. IDENTITAS MATA PELAJARAN Mata pelajaran : ……………………………………. Satuan pendidikan : ……………………………………. Kelas/semester : ……………………………………. Pertemuan ke : ……………………………………. Alokasi waktu : ……………………………………. II. KOMPETENSI DASAR ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. III. INDIKATOR ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. IV. TUJUAN PEMBELAJARAN …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… V. MATERI STANDAR …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… VI. METODE PEMBELAJARAN …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan awal ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. Kegiatan inti ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Kegiatan akhir …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..
VIII. ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR …………………………………………………………………….. commit to user ……………………………………………………………………...
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
IX. PENILAIAN ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Gambar 3. Matrik RPP Format Satpel Sumber: E. Mulyasa, 2009; p: 164-165 Pengembangan RPP dengan format Satpel lebih rinci, sehingga menggunakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan cara pertama. Pembuatannya pun perlu dilakukan beberapa kali, mungkin untuk satu silabus perlu tiga sampai lima Satpel. Sedangkan cara pertama, silabus langsung berfungsi sebagai satpel, setelah ditambah beberapa kolom.
4. Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran
Makna efektivitas bagi setiap orang akan memiliki makna yang berbeda, sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung dan Maginson dalam Mulyasa E (2007: 82) “Efektivenes means different to different people”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001: 219) mengemukakan bahwa “Efektivitas berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Sedangkan menurut Starawaji (2009) menyatakan: Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Di dalam kamus bahasa Indonesia Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketetapan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan suatu program, karena merupakan pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan. Berdasarkan cakupan teori di atas maka kurikulum dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria berikut ini: 1) Kesesuaian susunan kurikulum dengan panduan BSNP, terdapat: landasan kurikulum tingkat sekolah, terdapat visi dan misi, tujuan dan motto sekolah dan terdapat standar kompetensi lulusan 2) Terdapat komponen kurikulum yang meliputi: tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian atau evaluasi 3) Kesesuaian format silabus yang meliputi: penelitian identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikaor, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar sesuai Standar Nasional Pendidikan. 4) Pengembangan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan dibawah dinas pendidikan Kabupaten/Kota yang meliputi: silabus berbasis kemampuan dasar, pengembangan pengalaman belajar
terdapat
ranah
kognitif,
psikomotorik,
afektif,
terdapat
pengembangan kecakapan hidup 5) Analisis keadaan dan potensi sekolah yang meliputi: iklim belajar yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai 6) Pengembangan kurikulum: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan Kontekstual, Prinsip Fleksibel, dan Prinsip Menyeluruh Program pengajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 1) Pengembangan
Rencana
Pelaksaan
Pembelajaran
minimal
terdapat
komponen-komponen berikut: Tujuan pembelajaran, Materi pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar, Metode pembelajaran yang sesuai, alat, dan sarana pembelajaran, serta Penilaian hasil belajar 2) Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang efektif yang meliputi: waktu, memberikan pelayanan yang berbeda kepada siswa yang berbeda karakteristik dan keunikan, merancang kegiatan pembelajaran yang kondusif di dalam kelas, adanya pendekatan psikologis dan sosio-culture. 3) Pelaksanaan dan pengelompokan penilaian hasil belajar yang meliputi: penilaian mengacu kepada kemampuan, berkelanjutan, didaktis, menggali informasi
B. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang dilampirkan yang dianggap relevan dengan masalah yang peneliti teliti: 1. Dra. Susi Gustina pada tahun 2007, yaitu mengenai “Sosialisasi paradigma baru dalam pelaksanaan kurikulum learner centered”. Hasil penelitian menunjukkan situasi pembelajaran yang diciptakan oleh para aplikan adalah baik, hal tersebut ditunjukkan dari peningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, seperti aktif mengikuti aktivitas seni, meningkatkan kepekaan untuk merasakan elemen-elemen seni (bunyi, gerakan), menciptakan gerakan atau bunyi secara kreatif, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam pemecahan masalah.
2. Dewi Kuntari pada tahun 2009, yaitu mengenai “Problematika Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di SMA Negeri Di Bondowoso)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA Negeri Bondowoso yaitu diawali dengan menyusun komponen KTSP seperti: Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Tingkat satuan commit to user Kalender Pendidikan, Silabus. Pendidikan, Struktur dan Muatan KTSP,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri Bondowoso adalah membuka pelajaran, kegiatan inti, menutup pelajaran. Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku teks, LKS, buku-buku lain yang relevan dengan materi, koran, kliping, majalah, internet, sedangkan media yang digunakan oleh guru adalah OHP, LCD, laptop, komputer, kartu kasus, televisi, DVD, VCD. Metode belajar bervariasi ceramah, diskusi, tanya jawab. Penilaian yang digunakan adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian akhir semester, bentuk lain dengan wawancara, tugas kelompok dan tugas
idividu.
(2)
problematika
yang
dihadapi
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan adalah (a) kesulitan dalam membuat perangkat mengajar utamanya pada rencana pelaksanaan pembelajaran, urutan dari komponen yang berbeda-beda tiap guru, format penilaian, dan juga keterlambatan pengiriman
kalender
pendidikan
dari
pusat,
sehingga
menghambat
penyusunan perangkat pembelajaran bagi guru; (b) kesulitan guru dalam mengoperasikan komputer, LCD dan laptop; (c) sarana dan prasarana yang terbatas;. (3) upaya mengatasi problematika yang dihadapi guru yaitu: (a) mengatasi kesulitan guru dalam menyusun perangkat mengajar, upaya yang dilakukan adalah dengan mendatangkan pakar/ahli untuk mengadakan sosialisasi dan konsultasi tentang kesulitan yang dihadapi guru; (b) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam metode ataupun media adalah pihak kepala sekolah, mengadakan kursus untuk guru seperti komputer dan LCD; (b) untuk melengkapi sarana dan prasarana dilakukan dengan musyawarah dengan komite sekolah, rapat orang tua wali murid.
3. Riptono pada tahun 2007, yaitu mengenai “Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMK Negeri 6 Surakarta tahun diklat 2007/2008”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta sudah sesuai dan sejalan dengan tuntutan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan commit to user Nomor 19 Tahun 2005 tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Standar Nasional Pendidikan. (2) Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta ini, sekolah memiliki suatu kewenangan sendiri untuk mengembangkan peranan guru dan kreatifitas guru untuk lebih maju meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa sehingga lulusan dapat bersaing di dunia kerja. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menggunaan manajemen berbasis sekolah yang didukung dengan otonomi daerah sehingga sudah sinkron sesuai tuntutan dunia pendidikan; (3) Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta adalah: (a) Pendanaan, sarana dan prasarana yang terbatas, (b) Terdapat sebagian guru dan karyawan yang sulit diajak maju. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan persamaan dan perbedaan hasil penelitian, persamaan dan perbedaan tersebut berdasarkan
pada
masing-masing
tujuan
penelitian.
Persamaan
tersebut
ditunjukkan dalam pelaksaan kurikulum telah sesuai dan sejalan dengan tuntutan UU Rebuplik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Faktor-faktor yang menghambat pelaksaan kurikulum adalah pendanaan, sarana dan prasarana yang terbatas dan terdapat sebagian guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat mengajar. Perbedaan hasil penelitian ditunjukkan berdasarkan keluasan dan kedalaman penelitian, hasil penelitian Riptono menggambarkan secara umum tentang pelaksanaan kurikulum dan hambatan yang dialami para guru, sedangkan hasil penelitian Dewi Kuntari lebih bersifat khusus dan memberikan banyak informasi bagi pembaca, karena menggambarkan pelaksanaan kurikulum dari awal perencanaan, pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, hambatan yang dihadapi para guru dan upaya mengatasi hambatan yang dihadapi para guru. Sedangkan hasil penelitian Susi Agustina menjelaskan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan model siswa aktif akan lebih efektif dan dapat meningkatkan motisasi siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan dalam commit to user pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
C. Kerangka Pemikiran Manajemen
pendidikan
adalah
suatu
penataan
bidang
garapan
pendidikan yang selalu ditingkatkan untuk menciptakan siswa yang berkualitas. Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah pendekatan sentralistik masih diperlukan, terutama untuk menentukan kurikulum pendidikan nasional agar dapat tercapai kesamaan dan pemerataan standar pendidikan di seluruh wilayah tanah air. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, desentralisasi pendidikan tidak hanya dilimpahkan pada pemerintah daerah namun hingga ke tingkat satuan pendidikan. Manajemen berbasis sekolah merupakan merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan,
dan
penilaian
kurikulum.
Perencanaan
dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Pengembangan kurikulum harus memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan dari Departemen Pendidikan Nasional agar tidak menyimpang dalam pelaksanaannya. Begitu pula dalam program pengajaran, guru harus berusaha menciptakan pembelajaran yang PAIKEM di dalam menyampaikan materi commit to yang user telah ditetapkan sebelumnya. sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Untuk memperjelas kerangka pemikiran yang telah dirumuskan di atas, dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran berikut ini:
Manajemen Berbasis Sekolah
1. Manajemen kurikulum dan program pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran tingkat sekolah
Manajemen kurikulum dan program pengajaran tingkat kelas
2. Manajemen tenaga kependidikan 3. Manajemen kesiswaan 4. Manajemen keuangan dan pembiayaan 5. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan 6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat 7. Manajemen layanan khusus
Efektivitas perencanaan oleh pusat Efektivitas pelaksanaan oleh guru Pengembangan kurikulum oleh guru Pelaksanaan pembelajaran oleh guru Efektivitas penilaian oleh pusat
Keterangan: : Permasalahan yang diteliti. : Permasalahan yang tidak diteliti.
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
Hambatan yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta, dengan objek penelitian pada bagian pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran. Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini adalah: a. SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai potensi kesulitan dalam pengembangan pengajaran mata pelajaran ekonomi, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran di kelas. b. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah favorit, sehingga dapat dijadikan barometer pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah. c. Belum pernah ada mahasiswa yang mengadakan penelitian
dengan tema
manajemen berbasis sekolah di tempat tersebut.
2. Waktu Penelitian Waktu yang direncanakan peneliti untuk melakukan penelitian kurang lebih enam bulan, dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 1. Tabel Rencana Penelitian No
Tahun 2009
Keterangan
Okt
1
Pengajuan Judul
2
Penyusunan Proposal
3
Izin Penelitian
4
Pengumpulan Data
5
Analisis Data
6
Penyusunan Laporan Penelitian commit to user
35
Nov
Des
Tahun 2010 Jan
Feb
Maret
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Pelaksanaan penelitian memerlukan suatu metode tertentu yang dianggap sesuai dengan masalah yang diteliti. Pemilihan metode yang tepat dapat menunjang penelitian dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam melakukan penelitian terdapat berbagai metode yang dapat digunakan. Oleh karena itu peneliti harus menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan, situasi dan kondisi dalam penelitian tersebut. Sesuai dengan permasalahan, situasi dan kondisi yang peneliti rumuskan, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2009: 4) menyatakan metode kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sedangkan menurut Kirk dan Miller yang dikutip Lexy J. Moleong (2009: 4) mendefinisikan bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
pada
manusia
baik
dalam
kawasannya
maupun
dalam
peristilahannya”. Sementara itu Wolf dan Tymiz dalam sukardi (2006: 2) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka, yang mungkin tidak dapat diungkapkan melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu”. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak menggunakan perantara angka sebagai transpormasi fenomena, tetapi langsung berinteraksi dengan subjek yang diteliti, melakukan observasi atau dengan melakukan wawancara untuk mengungkap pengakuan subjek yang diteliti baik melalui simbol-simbol atau tingkah laku yang muncul di lapangan. Simbol, pengkuan, to user atau rangkaian tindakan tersebut commit kemudian dikumpulkan dan digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 masukan utama dalam menggambarkan subjek atau obek penelitian secara deskriptif. H. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini (1996: 73) menyatakan penelitian deskriptif adalah “Prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2009: 11) menjelaskan bahwa “data yang dikumpulkan adalah kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, … dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang memberikan gambaran penyajian laporan tersebut”. Berdasarkan pengertian para ahli di atas penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif karena menggambarkan keadaan mengenai pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran, bagaimana sistem pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta.
2. Strategi Penelitian Strategi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal terpancang. Menurut H. B. sutopo (2002: 42) penelitian terpancang adalah, “Penelitian kualitatif yang sudah menentukan focus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya”. Berdasarkan pengertian tersebut tunggal berarti penelitian hanya dilakukan pada satu lokasi penelitian, yaitu SMA Negeri 1 Surakarta, sedangkan terpancang artinya ada tujuan untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta.
C. Sumber Data H. B. Sutopo (2002: 58) menyatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa jenis, bisa berupa orang, peristiwa, commit to user tempat atau lokasi, benda, serta dokumen atau arsip”. Sedangkan menurut Lofland
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2009: 157) mengemukakan bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Pemahaman terhadap sumber data sangatlah penting, karena ketepatan dalam memilih sumber data akan menentukan kenyataan dan ketepatan data atau informasi yang diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan Hasil penelitian yang berkualitas dapat ditunjang dengan informan yang relevan, yang dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Informan adalah seorang yang mengetahui dan berhubungan dengan masalah yang akan diuji dan bersedia memberikan keterangan-keterangan
yang dibutuhkan.
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Kurikulum, para guru mata pelajaran ekonomi, dan siswa dalam pengumpulan data.
2. Dokumen Dokumen merupakan sumber informasi yang dibutuhkan yang dapat berupa bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu. Peneliti memanfaatkan dokumen bertujuan agar penelitian didukung dengan bukti yang ada dan dapat diyakini kebenarannya. Dokumen yang akan digunakan peneliti adalah pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran serta data-data lain yang menunjang kegiatan penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta.
3. Peristiwa dan Aktivitas Data juga dapat dikumpulkan dari tempat, peristiwa dan aktivitas atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Dari pengamatan aktivitas atau peristiwa, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana suatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Peristiwa adalah sumber data secara disengaja atau pun tidak disengaja. Sedangkan aktivitas merupakan rutinitas yang berulang atau yang hanya satu kali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 terjadi. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas secara formal ataupun tidak formal, tertutup atau terbuka untuk dapat diamatai oleh siapapun. (H. B. Sutopo, 2002) Peristiwa dan aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan pelaksanaan program pengayaan, dimana peneliti mengamati dan mengobservasi kegiatan para siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
D. Teknik Sampling Lexy J. Meleong (2009: 224) menyatakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions)”. Sedangkan menurut H. B. Sutopo (2002: 55) bahwa “Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel pemilihan secara acak tetapi sampel bertujuan (purposive sampling). Peneliti mengambil sample informan yang menguasai permasalahan yang peneliti teliti sehingga dapat memberikan berbagai informasi yang peneliti perlukan. Dengan purposive sampling ini diharapkan peneliti akan memperoleh responden yang dapat memberikan informasi yang relevan di lapangan. Peneliti dalam melakukan penunjukan responden menggunakan kriteria yang konsisten, dan bukan atas dasar perasaan segan dan tidak senamg terhadap seseorang dengan tujuan untuk menghindari terjadinya bias dalam memperoleh informasi yang diinginkan. Informan kunci maupun informan pendukung dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah bagian kurikulum, para guru, dan para siswa yang mengikuti pelajaran ekonomi yang dipilih sebagaimana teknis di atas.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian dengan menggunakan commitpenelitian to user kualitatif dan jenis sumber data alat tertentu. Sesuai dengan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah:
1. Wawancara “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Lexy J. Meleong, 2009: 186) Penggunaan teknik wawancara bertujuan apabila data yang dibutuhkan belum tersedia secara komplit dalam teknik dokumentasi. Menurut Lexy J. Meleong (2009: 187-188) terdapat tiga macam teknik wawancara: a. Wawancara Pembicaraan Informal Wawancara ini bersifat spontanitas karena pertanyaan yang diajukan tergantung pada pewawancara dan hubungan antara pewawancara dengan yang diwawancarai dalam suasana wajar, biasa. Selain itu pemberian pertanyaan dan jawabannya yang diajukan seperti percakapan biasa dalam kehidupan seharihari. b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara Dalam bentuk ini pewawancara harus membuat daftar pertanyaan secara runtut dan dan membuat kerangka beserta garis besar pokok-pokok pertanyaan. Pembuatan daftar pertanyaan tersebut harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan wawancara dimulai. Hal tersebut dilakukan agar dapat mencakup secara keseluruhan pertanyaan yang akan diajukan. c. Wawancara Baku Terbuka Pelaksaan wawancara ini dengan menggunakan seperangkat pertanyaan dari baku, urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Kefleksibelan dalam wawancara sangat terbatas, sehingga kecakapan pewawancara sangat diperlukan dalam pelaksanaan teknik ini. Berdasarkan jenis wawancara di atas, peneliti menggunakan teknik commit to user wawancara dengan sistem petunjuk umum wawancara, sehingga peneliti harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar semua informasi yang dibutuhkan dapat terangkum dalam sesi tanya jawab tersebut.
2. Dokumentasi Slamet
Widodo
(2004:
79)
mengemukakan
bahwa
“Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen”. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2009: 216) menyatakan bahwa “ Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”. Teknik ini digunaan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Lebih mudah dan murah didapatkan b. Waktu dan tenaga lebih efisien c. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam suatu pengujian d. Dokemen digunakan sebagai sumber data karena datanya bersifat relatif stabil dan kaya akan informasi. Dokumen yang peneliti gunakan adalah buku dan sumber yang berhubungan dengan kurikulum dan program pengajaran.
3. Observasi Slamet Widodo (2004: 64) mengemukakan bahwa “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”. Teknik observasi yang tepat dapat membantu dalam mengumpulkan informasiinformasi yang relevan dan dapat mengurangi bias. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat tiga jenis teknik observasi, yaitu: a. Teknik observasi partisipasi lawannya non partisipasi Slamet Widodo (2004: 65) menyatakan bahwa “Observasi partisipasi (participant observation) jika observer terlibat langsung secara aktif dalam obyek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut non observasi partisipasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 b. Teknik observasi sistematis lawannya non sistematis Observasi sistematis merupakan observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut kategorinya. c. Teknik observasi eksperimental lawannya non eksperimental Observasi eksperimen merupakan observasi yang dilakukan terhadap situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan. Berdasarkan teknik obserasi tersebut peneliti menggunakan teknik observasi partisipsi, non partisipasi, sistematis dan non eksperimen. Berdasarkan teknik observasi partisipasi peneliti dapat berdialog atau bercakap-cakap yang mengarah pada pendalaman dan kelengkapan datanya, disamping itu peneliti juga bisa mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang dipelajari demi kemantapan datanya. Peneliti melakukan interaksi dengan objek yaitu bercakap-cakap dengan Waka Kurikulum dan para gugu ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta untuk memperoleh informasi yang relevan, terutama mengenai pelaksaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta. Berdasarkan teknik non partisipasi peneliti dapat mengamati kegiatan belajar mengajar guru untuk memperoleh data yang dibutuhkan terutama informasi atau data yang berkaitan dengan hambatan dalam pelaksaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri1 Surakarta. Menurut teknik observasi ini, peneliti hanya melakukan pengamatan tanpa melakukan interaksi atau peran apapun terhadap objek dan lingkungan objek. Berdasarkan teknik observasi sistematis peneliti harus membuat indikator terlebih dahulu, dengan pembuatan indikator maka kerangka penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu sehingga akan mempermudah penelitian. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut kategorinya. Berdasarkan teknik non eksperimental peneliti tidak mempersiapkan keadaan atau situasi sedemikian rupa berupa rekayasa untuk menguji cobakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 sesuatu, tetapi peneliti meneliti keadaan murni dalam pelaksaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta.
F.
Validitas Data
Data-data yang telah diperoleh dan dikumpulkan untuk diteliti harus diusahakan kebenarannya, oleh karena itu diperlukan cara untuk mendukung derajat kebenarannya yang disebut validitas data. Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian. (H.B. Sutopo, 2002: 78) adapun dalam penelitian yang akan dilaksanakan peneliti menggunakan cara trianggulasi dan review informan dalam memeriksa keabsahan datanya. 1. Trianggulasi Keabsahan data dalam penelitian merupakan syarat penting untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas, keabsahan data diperlukan dengan teknik pemeriksaan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Menurut Lexy J. Moleong (2001: 173), Untuk menetapkan trustworthiness atau keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan dalam teknik pemeriksaan data yaitu kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (conformability). Pendapat lain dari Patton yang dikutip H. B. Sutopo (2002: 78-82) terdapat empat macam teknik trianggulasi, yaitu: a. Trianggulasi data/sumber (Data Triangulation) dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data yang sama b. Trianggulasi peneliti (Investigator Triangulation) yaitu pengumpulan data yang sama dan dilakukan oleh beberapa orang c. Trianggulasi metodologis (Methodological Triangulation) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda ataupun dengan menggunakan data yang sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, dan d. Trianggulasi teoritis (Theoretical Triangulation) yaitu menggunakan penelitian tentang topic yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa prespektif teoritis yang berbeda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Berdasarkan
beberapa
pengertian
trianggulasi
di
atas
peneliti
menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data sejenis dan berkaitan yang terkumpul dari berbagai sumber data yang berbeda, yaitu dengan teknik wawancara yang dilakukan dengan nara sumber baik dari Kepala Bidang Kurikulum, para guru mata pelajaran ekonomi dan para siswa dalam pengumpulan data. Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, yaitu baik dengan cara wawancara maupun dokumentasi. 2. Review Informan Review Informan merupakan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan oleh informan pokok dengan cara mengekpos hasil sementara atau hasil akhir peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti tersebut merupakan pertanyaan yang dapat disetujui mereka.
G. Analisis Data Bogdan dan Biklen yang dikutip Lexy J. Moleong (2005: 248), mengemukakan bahwa: Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dianggap penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Selanjutnya menurut Janice McDrury dalam Lexy J. Moleong (2005: 248) menyatakan tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data, 2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data, 3. Menulis model yang ditemukan 4. Koding yang telah dilakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Proses analisis dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan secara bersamaaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Miles dan Huberman dalam bukunya H. B. Sutopo (2002: 92) menyatakan bahwa “Dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen utama tersebut adalah reduksi data, sajian data dan pemeriksaan simpulan serta verifikasinya”.
1. Reduksi Data H. B. Sutopo (2002: 92) mengemukakan bahwa “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”. Reduksi data merupakan komponen pertama dam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari catatn-catatan tertulis di lapangan yang diarahkan dan diorganisir agar dapat menjadi suatu kesimpulan.
2. Sajian Data Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah reduksi data adalah sajian data. Sajian data merupakan serangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang disusun secara logis dan sistematis yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian. Sajian data merupakan deskripsi mengenai kondisi rinci untuk menceritaan dan menjawab setiap permasalahan dalam penelitian, dengan maksud agar mempermudah dalam pemahaman atas gambaran fenomena yang ada pada objek penelitian.
3. Pemeriksaan Simpulan dan Verifikasi Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Data yang diperoleh pada saat awal penelitian merupakan suatu kesimpulan, namun belum jelas dan masih bersifat sementara, yang kemudian meningkat sampai pada simpulan yang mantap, yaitu pernyataan yang telah commit user proses analisis data. Agar lebih memiliki landasan yang kuat karena telahtomelalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 jelas, dapat dilihat pada gambar analisis model interaktif menurut Miles & Huberman sebagaimana dikutip H. B. Sotopo berikut ini:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Pemeriksaan Simpulan dan Verifikasi
Gambar 5. Analisis Model Interaksi Sumber: H. B. Sutopo, 2002; p: 96
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam suatu penelitian yang dimulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut:
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data Awal
Pengajuan Judul
Analisis Data Akhir
Penyusunan Proposal
Penarikan Kesimpulan
Izin Penelitian
Pembuatan Laporan
commit to user Gambar 6. Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Penjelasan mengenai tahapan penelitian tersebut adalah: 1. Tahap Persiapan Penelitian Dalam tahap ini kegiatannya adalah pengajuan judul terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal, yaitu rencana penelitian yang memuat semua hal yang akan dilakukan dalam penelitian. Proposal ini meliputi pendahuluan, landasan teori dan metodologi penelitian.
Setelah
proposal mendapat persetujuan dari pihak yang bersangkutan, tahapan selanjutnya adalah izin penelitian pada objek yang akan diteliti. 2. Tahap Pengumpulan Data Dalam tahap ini peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: observasi, dokumentasi dan wawancara. 3. Tahap Analisis Data Awal Dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan tersebut sesuai denagn yang diharapkan dan yang tidak diperlukan 4. Tahap Analisis Data Akhir Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam pengumpulan data merupakan data yang sangat mendukung tujuan penelitian. 5. Tahap Penarikan Kesimpulan Setelah semua data yang diperoleh dianalisis denagn pendekatam kualitatif, tahap selanjutnya adalah verifikasi/menarik kesimpulan dari apa yang dihasilakn dalam analisis data tersebut. Penarikan kesimpulan didasarkan pada tujuan penelitian denagan dukungan oleh data yang valid sehingga data penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 6. Tahap Pembuatan Laporan Tahap akhir dalam proses penelitian ini adalah penyusunan laporan penelitian. Laporan ini disusun berdasar atas semua data yang telah diolah dan dianalisis yang kemudian disusun dalam bentuk skripsi dengan aturan yang sudah ditetapkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan SMA Negeri 1 Surakarta Bulan Agustus 1943 (Zaman Pendudukan Jepang ) Bapak Mr. Widodo Sastrodiningrat (waktu itu kepala bagian pendidikan kasunanan) dan Bapak Soetopo Adiputro (waktu itu kepala pendidikan karisidenan Surakarta), bersamasama menghadap pembesar Jepang untuk mengusulkan rencana pembukaan sekolah sederajat AMS (Setingkat SMA). Setelah disetujui, Bapak Mr. Widodo Sasrtodingrat menghubungi Bapak Soeprapto untuk menjadi tenaga pengajar sekaligus membantu mencarikan tenaga pengajar yang lain. Berdasarkan SK X/II/1943
berdirilah Koto Chu Gokko Sekolah Menengah Tinggi Negeri
(SMTN). Sekolah ini, bertempat di Manahan (Sekarang Gedung SMP Negeri I Surakarta). Tahun 1947 terjadi Agresi Militer Belanda I, sehingga gedung sekolah di Manahan diserahkan kepada Angkatan Laut dan kegiatan belajar mengajar memakai gedung SMP Negeri II (sekarang Palace Hotel Mangkunegaran). Nama SMTN digunakan sampai bulan November 1949 karena setelah itu diganti dengan nama SMA A/B berdasarkan SK No XX / 12 / 1949. Berikutnya pada tanggal 1 Agustus 1956 berubah menjadi SMA Negeri III A/B yang terletak di Margoyudan, sekolah tersebut terdiri dari: a. SMA Negeri I – B
: di bawah pimpinan Bp. Soepandan
b. SMA Negeri II – A
: di bawah pimpinan Bp. Paryatmo
c. SMA Negeri III- B
: di bawah pimpinan Bp. Roespandji Atmowirogo
Tanggal 30 Januari 1967 SMA Negeri III – B pindah dari Margoyudan (Jl Monginsidi No 40) ke Jl. Warungmiri No 90. Dengan demikian, sekolah masih tersisa di Margoyudan adalah SMA Negeri I dan II. SMA Negeri 1 Surakarta sampai dengan sekarang tetap beralamat di Margoyudan (sekarang Jl Monginsidi commit to user No 40 Surakarta). 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Letak SMA Negeri 1 Surakarta menghadap ke selatan yaitu menghadap perkampungan penduduk dengan batas sebelah barat SMA Negeri II Surakarta. Kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Universitas Kristen Surakarta (UKS) dan di sebelah utara berbatasan dengan SMP Kristen 3 Surakarta. Secara geografis letak SMA Negeri 1 Surakarta cukup strategis, karena berada di antara instansi pendidikan yang lain, seperti SMA Negeri II, SMA Warga, SMA Kristen Widya Pratama, SMA Kristen III. Hal ini menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Perkembangan SMA Negeri 1 Surakarta tidak lepas dari usaha dan partisipasi setiap kepala sekolah. Nama–nama kepala sekolah yang pernah menjadi pimpinan SMA Negeri I Surakarta adalah sebagai berikut: a. R.M Soepandan
: 1 November 1947 s/d 31 Juli 1963
b. R.M Soehardjo
: 1Agustus 1963 s/d 31 September 1966
c. R.Prawoto
: 1 November 1966 s/d 15 Juni 1971
d. R. Marsaid
: 16 Juni 1971 s/d 1 April 1976
e. Drs. Sarwono, B. Sc
: 1 April 1976 s/d 29 September 1986
f. Drs. Sri Widodo
: 29 September 1986 s/d 2 Februari 1991
g. Drs. H. Djambari Soetjipto
: 2 Februari 1991 s/d 28 Maret 1995
h. Drs. H. Kuswanto
: 29 Maret 1995 s/d 1 Juli 2002
i. Dra. Hj. Tatik Sutarti
: 1 Juli 2002 s/ d 25 November 2004
j. Drs. Sartono Praptoharjono
: 25 November 2004 s/d 25 November 2007
k. Drs. H. M Thoyibun, SH, M.M. : 25 November 2007 s/d Sekarang
2. Visi dan Misi a. Visi Visi SMA Negeri 1 Surakarta adalah mewujudkan insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, disiplin, cerdas dan berwawasan luas. Pengertian dan makna dari kata-kata pada visi tersebut adalah: 1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti melaksanakan perintah dan commitagama to user menjauhi larangan sesuai dengan yang dianutnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
2) Berbudi luhur berarti santun dalam bertindak, jujur, menjunjung tinggi tata karma, dan cinta tanah air. 3) Disiplin mengandung arti taat dan patuh pada peraturan atau tata tertib yang berlaku dengan penuh kesadaran. 4) Cerdas berarti mampu menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 5) Berwawasan luas berarti mampu menggali potensi diri sehingga dapat mengembangkan potensi tersebut secara optimal dalam era globalisasi.
b. Misi Misi SMA Negeri 1 Surakarta untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan adalah: 1) Memelihara dan meningkatkan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut dengan mengembangkan sikap toleransi. 2) Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. 3) Menanamkan kesadaran berdisiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah. 4) Melaksanakan pendidikan, pembelajaran dan pelayanan yang optimal sehingga menghasilkan insan yang berprestasi dalam semua bidang. 5) Meningkatkan fasilitas sekolah sebagai sumber belajar. 6) Mendayagunakan
dan
mengembangkan
kegiatan
yang
menambah
wawasan. 7) Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi baik lokal, maupun internasional. 8) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian
warga sekolah terhadap
kelestarian lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan secara global.
3. Tujuan Sekolah Tujuan pendidikan SMA Negeri 1 surakarta antara lain adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beraklak mulia. b. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berbudi luhur, cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik. c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan pada peserta didik untuk dapat hidup bermasyarakat dan bernegara pada martabat dan budi luhur bangsa. e. Mempersiapkan dan membekali anak didik dengan pendidikan yang berwawasan global. f. Membekali peserta didik untuk dapat memelihara seni dan budaya jawa yang ada, khususnya seni budaya Surakarta.
4. Struktur Organisasi Setiap perusahaan maupun organisasi tentu harus mempunyai struktur organisasi yang jelas untuk mengetahui tugas, wewenang, dan tanggungjawab setiap bagian maupun personel. Berikut ini merupakan struktur organisasi SMA Negeri 1 Surakarta: Komite Sekolah Drs. Sutarno, M.Pd (Ketua)
Kepala Sekolah Drs.H.M Thoyibun, SH, M.M (Pembina) Kepala Tata Usaha
Waka Kurikulum Drs. Suryadi, M.Pd Dibantu: 1. Drs. Hapsoro HP, M.Pd 2. Dra. Sri Prautami B 3. Irwan Taufik, SE
Waka Sapra Drs. Bambang Budi H Dibantu: 1. Drs. Suparno 2. Dra. Milangsih
Waka Kesiswaan Drs. Suyoto Dibantu: 1. Drs. Imron 2. Drs. Asrori 3. MYE. Widiyani, S.Pd
Waka Kemasyarakatan Dra. Niken Dwi Sari Dibantu: 1. Drs. Tri Wahyono, M.Pd 2. Drs. Sulastri
Dewan Guru commit to user Siswa Gambar 7. Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional Sumber: Program Kerja Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta tahun Pelajaran 2009+2010 (2009: 60)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
5. Sarana Prasarana SMA Negeri 1 Surakarta didirikan di atas lahan seluas 7.105 m2 yang sebagian besar terdiri dari bangunan yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar dan memiliki kapasitas daya tampung sebanyak 1254 siswa yang terbagi dalam 37 ruang kelas dimana 24 ruang kelas terletak di lantai atas dan 13 ruang kelas lainnya berada di lantai bawah. Ruang kelas tersebut terdiri dari: a. Kelas X
: 10 kelas RSBI
b. Kelas XI : 2 kelas Aksel 3 kelas RSBI 6 kelas IPA 3 kelas IPS c. Kelas XII : 2 kelas Aksel 2 kelas RSBI 6 kelas IPA 3 kelas IPS Selain ruang kelas tersebut, SMA Negeri 1 Surakarta juga memiliki fasilitas-fasilitas pendukung untuk memperlancar proses belajar mengajar. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain: a.
Laboratorium kimia
(1 buah)
b.
Laboratorium fisika
(1 buah)
c.
Laboratorium Biologi
(1 buah)
d.
Laboratorium Matematika
(1 buah)
e.
Laboratorium IPS
(1 buah)
f.
Laboratorium Bahasa
(2 buah)
g.
Laboratorium Komputer
(2 buah)
h.
Website dan Multimedia
(1 buah)
i.
Perpustakaan
(1 buah)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53 6. Guru Siswa dan Karyawan
a. Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta Tenaga pengajar yang tersedia di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 96 orang guru, dengan rincian 22 orang guru normatif, 54 orang guru IPA, 12 orang guru IPS, dan 8 orang guru Bimbingan Konseling (BK). Deskripsi tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Surakarta apabila ditinjau dari latar belakang pendidikan nampak dalam tabel berikut: Table 2. Tabel Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1
Sarjana Muda (DIII)
1
1,04 %
2
Sarjana (S1)
81
84,38 %
3
Master (S2)
14
14,58 %
96
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Surakarta berpendidikan sarjana (S1) yaitu sebesar 84,38 % sisanya yaitu sebesar 14,58 % berpendidikan master (S2), dan 1,04 berpendidikan sarjana muda (DIII). b. Siswa SMA Negeri 1 Surakarta Jumlah siswa SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 adalah 1254 siswa dengan rincian sebagai berikut: Table 3. Tabel Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta Jenis Kelamin L P X-RSBI 1 12 22 X-RSBI 2 12 22 X-RSBI 3 13 21 X-RSBI 4 12 22 X-RSBI 5 12 22 X-RSBI 6 14 20 X-RSBI 7 14 20 X-RSBI 8commit to user 12 21 X-RSBI 9 12 22
Kelas
X
RSBI
Jumlah 34 34 34 34 34 34 34 33 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
XI
XII
X-RSBI 10 XI-AKSEL 1 AKSEL XI-AKSEL 2 Jumlah XI-RSBI 1 RSBI XI-RSBI 2 XI-RSBI 3 XI- IA 1 XI- IA 2 XI- IA 3 IPA XI- IA 4 XI- IA 5 XI- IA 6 XI-IS 1 IPS XI-IS 2 XI-IS 3 Jumlah XII-AKSEL 1 AKSEL XII-AKSEL 2 XII- RSBI 1 RSBI XII- RSBI 2 XII-IA 1 XII-IA 2 XII-IA 3 IPA XII-IA 4 XII-IA 5 XII-IA 6 XII-IS 1 IPS XII-IS 2 XII-IS 3 Jumlah JUMLAH (X + XI + XII)
12 7 8 140 7 8 11 18 18 16 18 15 18 14 14 16 173 6 8 11 7 18 20 20 18 18 19 14 12 14 185 498
22 18 20 252 19 18 14 20 20 22 19 24 20 18 18 16 228 17 17 16 19 22 22 20 22 22 22 26 26 26 277 757
34 25 28 392 26 26 25 38 38 38 37 39 38 31 32 32 400 23 25 27 26 40 42 40 40 40 41 40 38 40 462 1254
c. Karyawan SMA Negeri Surakarta Karyawan di SMA Negeri 1 Surakarta berjumlah 36 orang, dengan rincian 18 orang sebagai tenaga administrasi dan 18 orang sebagai tenaga lapangan. Tugas karyawan tersebut adalah membantu jalannya kegiatan commit to user sekolah agar dapat berjalan dengan lancar, kegiatan tersebut meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
1) Administrasi, yang terdiri dari: a) KTU b) Agendaris c) Kepegawaian d) Keuangan e) Inventaris f) Kesiswaan g) Perpustakaan h) Pembantu perpustakaan i) Administrasi RSBI dan AKSEL j) Bendahara k) Presensi l) Resepsionis m) Kurikulum 2) Tenaga Lapangan, yang terdiri dari: a) Cleaning Service b) KopSis c) Penjaga d) Satpam e) Driver f) Teknisi g) Laboratorium h) Tukang
7. Bidang-bidang Lain Sebagai Pendukung Lembaga a. Komite Sekolah Komite
sekolah
dibentuk
berdasarkan
keputusan
Menteri
Pendidikan Nasional RI No 044/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah. Keberadaan komite sekolah adalah untuk mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan dan efisiensi commit to user Ketua komite sekolah berasal pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dari pihak eksternal sekolah, ketua komite sekolah SMA Negeri 1 Surakarta untuk periode 2008 – 2011 adalah Drs Harsoyo Supodo, M. M dengan wakil ketua Drs. H. Anwar Hamdani, S. H, M. M.. Komite sekolah SMA Negeri 1 Surakarta memiliki peran untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan, mendukung baik berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, dan sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan. b. Bimbingan Konseling (BK) Seorang individu pasti memiliki perbedaan dengan individu lainnya disamping ada persamaan martabat dan harkat kemanusiaannya. Ada sejumlah perbedaan dalam diri manusia seperti perbedaan kecerdasan, bakat, sikap, kebisaan, pengetahuan dan sebagainya. Sekolah yang hanya memperlakukan seseorang sebagai yang sama dengan yang lain dapat menimbulkan masalah pada diri peserta didik, sehingga mereka butuh bantuan atau bimbingan agar tiap individu dengan kebutuhan dan masalahnya yang unik atau khas dapat dipenuhi atau dipecahkan. dalam hal ini, pemerintah mengupayakan program bimbingan dan penyuluhan sekolah Sebagai realisasinya, maka di SMAN I Surakarta membentuk petugas khusus BP yang bertugas memberikan bantuan dan pelayanan pada semua siswa, khususnya yang mempunyai masalah di lingkungan sekolah. BP juga membantu siswa memilih program sesuai keadaan seperti minat, dan bakat dengan harapan siswa dapat berhasil dengan studinya. BP juga memperlancar administrasi sekolah dengan adanya keharmonisan dan kerjasama anatar guru, siswa, karyawan, dan staf sekolah yang lain sehingga dapat memperlancar kinerja semua personalia. SMA Negeri 1 Surakarta memiliki 8 konselor yang masing-masing membina dan mengelola kelas-kelas tertentu. Dalam melaksanakan tugasnya konselor bekerjasama denga guru. Untuk memudahkan pelayanan kepada commit to user siswa maka disusun suatu program kerja antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
1) Kegiatan yang berhubungan dengan siswa, antara lain: a) Legalisasi izin masuk bagi siswa yang datang terlambat b) Legalisasi izin meninggalkan kelas / sekolah c) Mengadakan konseling tentang berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa d) Pengumpulan data pribadi e) Berbagai macam layanan bimbingan, misalnya: layanan informasi, layanan artikulasi, layanan orientasi f) Home visit g) Penjelasan tentang psikologi belajar 2) Kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan siswa a) Meneliti prestasi siswa b) Menampung persoalan dari orang tua siswa c) Penelitian terhadap tata tertib 3) Kegiatan lainnya a) Membantu kelancaran PBM b) Membantu kelancaran administrasi pegawai c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan instansi lain d) Membantu menyelenggarakan pengaturan alat sekolah e) Membantu pelaksanaan dan penyelenggaraan rapat
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikaji, yaitu mengenai efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah, maka berikut ini peneliti paparkan deskripsi hasil penelitian berdasarkan dokumentasi, observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta. Guna memperoleh data yang valid dan menghilangkan bias dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi metode dan trianggulasi sumber untuk menguji validitas data dari commit to user responden.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Berdasarkan trianggulasi metode maka setelah peneliti mengadakan wawancara dengan responden, peneliti membandingkan informasi dari responden dengan data yang ada seperti dokumen KTSP, silabus, RPP, dan sebagainya yang relevan dengan informasi responden. Apabila informasi dari responden tersebut didukung dengan dokumen yang ada maka informasi dari responden tersebut dinyatakan valid. Sedangkan menurut metode trianggulasi sumber, peneliti memberikan pertanyaan yang sama pada beberapa responden. Apabila jawaban tiap-tiap responden mengarah pada jawaban yang sama maka informan tersebut valid. Deskripsi data hasil penelitian tersebut meliputi: (1) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta, (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta, (3) Hambatan pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta.
1. Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya mengembangan sistem pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Surakarta, KTSP merupakan kurikulum yang ditetapkan dari pusat, garis-garis besar dalam pelaksaan kurikulum sudah diatur dan ditetapkan oleh Badan Standar Nasional pendidikan. Kurikulum yang ditetapkan oleh pusat kemudian dikembangkan oleh commit sekolah to user masing-masing, sehingga SMA daerah yang sesuaikan dengan potensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Negeri 1 Surakarta mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta. Ini dapat dilihat dari pernyataan Wakasek Kurikulum sebagai berikut: “… SMA 1 menggunakan KTSP itu dari pusat, nasional sudah membuat garis-garis besar kaitannya dengn kurikulum …, dari pusat diberikan kepada daerah, itu juga di daerah ada revisi ada pembenahan-pembenahan disesuaikan dengan potensi daerah atau disesuaikan dengan lingkungan yang ada di SMA 1.” (Lihat field Note No. 40 dan 43). Pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan susunan kurikulum dalam panduan BSNP, terdiri dari beberapa komponen antara lain: landasan kurikulum tingkat sekolah, terdapat visi dan misi, tujuan dan motto sekolah dan terdapat standar kompetensi lulusan. Selain hal tersebut, kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta telah memenuhi empat komponen wajib kurikulum, yaitu: terdapat tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan terdapat penilaian atau evaluasi. Dengan adanya kriteria yang telah ditetapkan tersebut maka akan membantu dan mempermudah dalam pelaksanaan kurikulum (Lihat Field Note No. 50). Pelaksanaan kurikulum yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta secara bertahap mengalami perubahan kearah yang lebih baik, melihat fenomena pendidikan Indonesia yang telah berulang kali mengalami perubahan kurikulum. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta, pada saat KTSP mulai diberlakukan banyak guru mengalami hambatan. Hambatan tersebut disebabkan karena guru belum memahami aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam KTSP, antara lain hambatan dan kebingungan dalam menentukan KKM, kurang paham dalam pembuatan RPP, dan hambatan dalam membuat dan menyiapkan media pembelajaran. Namun setelah KTSP terlaksana selama kurang lebih empat tahun, pelaksanaan KTSP di SMA Negeri 1 Surakarta dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dari pusat. Ini dapat dilihat dari pernyataan para guru ekonomi dan Wakasek kurikulum yang menyatakan: “Sudah lebih baik sekarang dari pada dulu, awal bingung, tuntutan macam-macam, anak-anak harus tuntas walaupun lamanya berbeda-beda …” dan “… Pada awalcommit KTSPto kurang user begitu dipahami oleh guru, contohnya bagaimana cara menentukan KKM, bagaimanan cara membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
RPP, bagimana membuat, menyiapkan media pembelajaran sekaligus penggunaannya. Tapi untuk tahap demi tahap SMA 1 mengalami sosialisasi bisa mengalami penyesuaian, sekarang katakanlah sudah 80 % guru sudah bisa menjalankan mengajar kurikulum KTSP sesuai ketentuan dari pusat.” (Lihat Field Note No. 1, 3 dan 41). Perubahan tersebut tidak luput dari partisipasi sekolah dalam membekali pengetahuan guru tentang KTSP, yang dilakukan dengan memberikan sosialisasi berupa seminar, workshop disekolah, melibatkan guru dalam penataran di propinsi dan penataran di kota, keterlibatan dalam MGMP, dan mendatangkan dosen dari perguruan tinggi untuk memberikan sosialisasi tentang pelaksanaan KTSP. Sehingga pada akhirnya guru merasa paham dan mengalami kemudahan dalam pembuatan perangkat pembelajaran. Ini dapat dilihat dari pernyataan Wakasek Kurikulum yang menyatakan: “Pengembangan kurikulum itu diantaranya ada timnya, itu meliputi dari steak holder yang ada dari SMA kepala sekolah Wakil kepala sekolah, ditambah lagi guru-guru senior dan dilibatkan juga komite….. adanya sosialisasi ada dari sekolah adanya seminar atau workshop di sekolahan…” (Lihat Field Note No. 42 dan 45). Perangkat pembelajaran merupakan bagian dari proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, karena tugas utama guru adalah memberikan pelajaran kepada siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas harus bersumber pada kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk silabus dan RPP, dengan silabus dan RPP tersebut guru-guru ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta memiliki pedoman dalam mengajar. Ini dapat dilihat dari pernyataan para guru dan Wakasek Kurikulum sebagai berikut “…kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk silabus, kemudian silabus yang ada diberikan kepada guru, guru mengajarkan silabus yang ada di KTSP, Bagi guru kurikulum sebagai acuan...” (Lihat Field Note No. 2, 4 dan 44). Berdasarkan gambaran tersebut di atas, pada dasarnya pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sesuai dengan alurnya dan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan sekolah telah mengembangkan kurikulum (mata pelajaran ekonomi) yang telah ditetapkan commit to user kurikulum sebagai pedomannya. dari pusat dengan garis-garis besar pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta telah mengalami perubahan kearah yang lebih baik, hal tersebut didukung dengan pemberian soaialisasi yang berupa seminar, workshop, penataran baik tingkat propinsi maupun kota dan terdapat MGMP bagi para guru.
2. Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran sangat dipengaruhi oleh kinerja guru di sekolah tersebut. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang dimiliki guru yang berkinerja baik sangat berbeda dengan efektivitas kurikulum dan program pengajaran dari guru yang kurang memiliki potensi dalam mengajar, karena para guru tersebut memiliki cara mengajar yang berbeda-beda sesuai dengan gaya masing-masing dalam mengajar. Untuk lebih jelasnya berikut hasil penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi. a. Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan kurikulum mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta terdapat ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan terdapat pengembangan kecakapan hidup karena dalam pengembangan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan dibawah dinas pendidikan Kabupaten/Kota dan sesuai dengan panduan Standar Nasional Pendidikan (Lihat Field Note No. 5 dan 9). Selain itu untuk mendukung pelaksanaan kurikulum, maka materi yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan silabus, oleh karena itu materi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat diperoleh dari berbagai sumber yang relevan dengan tuntutan kurikulum, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, mengandung unsur ilmiah, dan saling berkaitan untuk membentuk suatu kompetensi. Ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan yang dinyatakan oleh sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
“…memahami materi ekonomi yang ada di kurikulum sesuai dengan materi pokoknya…materi ada beberapa buku. Ada dari penerbit Rosda, Cempaka putih, Darma Kalokatama, yang penting materinya relevan dengan panduan silabus… Untuk tujuannya selain siswa tahu diharapkan siswa dapat menerapkan dimasyarakat…” (Lihat Field Note No. 6, 10, 11, 14, 15, 46 dan 51). Kurikulum selain dipandang sebagai sebuah program mata pelajaran juga dipandang sebagai keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa. SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai keadaan dan potensi sekolah yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, dengan lingkungan sekolah yang diatur sedemikian rupa diharapkan siswa merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (Lihat Field Note No. 52). Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya pelaksanaan kurikulum mata pelajaran ekonomi sudah baik, hal tersebut ditunjukkan dengan kurikulum mata pelajaran ekonomi terdapat ranah kognitif, afektif, psikomotorik, dan terdapat pengembangan kecakapan hidup. Kurikulum mata pelajaran ekonomi mengandung unsur ilmiah, relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman, karena materi yang diajarkan sesuai dengan silabus yang bersumber dari kurikulum. Selain dipandang dari sudut isi dan materi pelajaran kurikulum juga dapat dipandang dari sudut lingkungan dan perkembangna siswa, dari sudut lingkungan dan perkembangna siswa, SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai keadaan dan potensi sekolah yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan letak SMA Negeri 1 Surakarta yang strategis, fasilitas di ruang kelas yang memadai, tata letak bangunan sekolah yang baik dan didukung beberapa fasilitas sekolah yang tersedia.
b. Efektivitas Pelaksanaan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi Pelaksanaan program pengajaran merupakan bagian dari pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, sebelum melaksanakan pengajaran tugas utama guru kaitannya dengan dokumen kurikulum commit to adalah user membuat rencana pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, dalam kondisi dan situasi apapun guru harus membuat RPP, karena perencanaan merupakan pedoman pengajaran. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta guru merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, namun para guru mata pelajaran ekonomi tidak perpartisipasi secara maksimal dalam pelaksanaan kurikulum tingkat kelas. Hal tersebut terbukti dari para guru tidak membuat RPP berdasarkan karakteristik peserta didik, pembuatan RPP dilakukan berdasarkan pembagian materi pelajaran pada masing-masing guru. Pembuatan RPP digunakan sebagai pemenuhan administrasi sekolah saja yang berakibat pembelajaran di kelas berjalan monoton dan kurang bervariasi (Lihat Field note no. 53). Pelaksanaan pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta dibagi menjadi dua yaitu pelajaran ekonomi dan akuntansi, bagi kelas dua dan tiga mendapat pelajaran ekonomi dan akuntansi, sedangkan kelas satu hanya mendapat beban belajar ekonomi saja. Berdasarkan kesepakatan bersama pelajaran ekonomi dan akuntansi dilaksanakan mulai semester pertama hingga semerter kedua pada kelas dua dan tiga. Pelaksanan tersebut merupakan perubahan dari ketentuan awal yang berupa pelajaran ekonomi dilaksanakan di semester satu dan akuntansi di semester dua bagi kelas dua dan tiga (Lihat Field Note No. 17). Sehingga guru memiliki waktu yang lebih dari sekedar cukup untuk menyampaikan beban materi kepada siswa dengan menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi, karena guru diberikan kewenangan dalam mengembangkan RPP dengan mengkolaborasikan ide-ide baru. Ini dapat dilihat dari pernyataan guru ekonomi sebagai berikut: “Kalau sebaiknya metodenya kan anak suka yang aktif. Itukan langsung pengamatan langsung aja, ndak itu kalau saya lho ya ,kan istilahnya bisa personal terus pendekatan perseorangan…, anak-anak yang aktif, mereka mencari, anak-anak mencari di internet hanya pokok-pokonya kemudian dipresentasikan” (Lihat Field Note No. 8). Pelaksanaan di lapangan menunjukkan fenomena yang berbeda dari to user harapan yang telah ditetapkan,commit sebagian besar guru ekonomi mengajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
menggunakan metode tradisional (konvensional). Hal ini berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari siswa yang menyatakan “Siswa lebih banyak mengerjakan soal di buku, trus dikumpulkan dinilai dan diparaf atau ditandatangani …, Biasanya ngantuk, lha cara ngajarnya tradisional jadi cepet bosan …, Gurunya ceramah, sama saja dengan yang di LKS. Yang guru gunakan hanya papan tulis dan Boardmarker aja …” (Lihat Field Note No. 26). Fenomena tersebut berbeda dengan pernyataan guru, yang menyatakan bahwa “…untuk ekonomi waktunya cukup, bahkan bisa untuk menggunakan bermacam-macam model…” (Lihat Field Note No. 17) dan diperkuat dengan Field Note No. 18 yang menyatakan “…sebelum pelajaran berakhir guru merangkum kembali yang sudah dipelajari tetapi apabila dalam proses presentasi antar siswa yang menjelaskan ntar kalau siswa tidak bisa menjelaskan baru kemudian guru yang menjelaskan…”. Selain metode, penggunaan media dalam pembelajaran ekonomi kurang bervariasi, sebagian besar guru hanya melakukan pembelajaran dengan menggunkan papan tulis dan ceramah, hal ini sesuai dengan pernyataan para siswa yang menyatakan “….Tidak pernah menggunakan, gurunya hanya menggunkan papan tulis saja mba….Gurunya agak gaptek mba….”(Lihat Field Note No. 25). Fenomena tersebut sesuai dengan pernyataan guru ekonomi yang memaparkan bahwa dirinya tidak pernah menggunakan media yang bervariasi dalam pembelajaran dan hanya sedikit guru yang menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, hal ini sesuai dengan pernyataan guru ekonomi “Saya tidak pernah pakai... ya tidak saja, ya seperti tadi bisa diamati langsung…” (Lihat Field Note No. 12). Dan guru tidak menggunakan fasilitas yang disediakan sekolah secara maksimal, padahal sekolah menyediakan fasilitas pokok yang memadai (Lihat Field Note No. 7 dan 52) Berdasarkan uraian di atas mengakibatkan berbagai respon sikap dari para siswa, respon tersebut antara lain: terdapat siswa yang mengantuk atau tidur, bercakap-cakap dengan teman, mengerjakan soal, malas memperhatikan pelajaran, menyepelekan guru ketika mengajar, dan hanya sebagian kecil commit to user siswa yang memperhatikan ketika guru mengajar dikelas (Lihat Field Note
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
No. 29). Selain hal tersebut terdapat sebagian kecil siswa yang meninggalkan pelajaran ekonomi ketika pelajaran sedang berlangsung di dalam kelas. Ini sesuai dengan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa ““Ada mba, ada beberapa anak…., Ada yang ninggalin kelas biasanya maksimal 5 anak mba…., Beliau terkadang disepelekan….” (Lihat Field Note No. 30). Dampak dari pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah banyak siswa yang kurang paham terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru, hal tersebut di sebabkan metode mengajar guru yang kurang mengandung unsur PAIKEM. Ini dapat dilihat dari pernyataan siswa sebagai berikut: “Tidak, Karena siswanya hanya gojeg dan cerita, untuk memperhatikan jadi males, gurunya menjelaskan yang tidak sesuai dengan materi. Sebenarnya kalau benar-benar memperhatikan ya paham, tapi karena ada faktor ngantuk jadi bosan jadi malas untuk memperhatikan bu guru. Jadinya ya tidak tahu….” (Lihat Field Note No. 28) Penilaian merupakan bagian dalam pelaksanaan kurikulum, setelah siswa mengalami proses pembelajaran maka penilaian dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil penelitian, penilaian yang dilakukan guru mata pelajaran ekonomi sebagian besar sangat bervariasi, setiap guru memiliki cara penilaian masing-masing untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Penilaian tersebut antara lain dilakukan dengan cara: memberikan ulangan, tugas kelompok dan individu, presentasi, mengerjakan LKS, kuis, debat, ulangan tengah semester dan ulangan semesteran. Selain itu penilain dilakukan sesuai dengan materi yang telah diajarkan, secara berkelanjutan dan bentuk tagihan mudah dipahami oleh siswa (Lihat Field Note No. 13 dan 34). Hasil dari penilain berupa nilai yang berhak siswa ketahui, diantara lima guru ekonomi tidak semua guru transparan terhadap nilai siswa, terdapat guru yang tidak memberitahukan nilai kepada peserta didiknya (Lihat Field Note No. 36), seharusnya semua guru harus transparan terhadap hasil pembelajaran yang dilakukan oleh siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa. Seperti pernytaan dari guru commit akuntansi “Emang diharuskan, jadi kalau ada to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
ulangan atau tugas harus dikembalikan ke siswa bila sudah dikoreksi” (Lihat Field Note No. 21) Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman guru dalam melaksanakan program pengayaan dan program perbaikan. Program pengayaan ekonomi dilakukan dengan membentuk tim lomba mata pelajaran ekonomi, sedangkan program perbaikan dilakukan dengan cara memberikan remidi kepada siswa yang belum mamapu memenuhi KKM ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta. Ini sesuai dengan pernyataan para guru ekonomi, siswa dan Wakasek Kurikulum sebagai berikut: “Kalau ada yang dibawah KKM biasanya gurunya memberi motivasi biar besok semangat lagi diperbaiki. Biasanya remidinya dalam bentuk tugas saja…, Ada mba, ada tim akuntansi yang kenggotaanya diambil dari XII IS 1-3 ada 5 anak…, Ada, jadi misalkan untuk SMA untuk kompetensi dasar tertentu diajarkan, setelah diajarkan diadakan evaluasi, kalau nilanya belum memenuhi KKM diadakan remidi…., Sedangkan untuk tambahan-tambahan yang lain kita juga berikan pada anak-anak yang berpotensi. (Lihat Field Note No. 22, 35, 37, dan 47). Pelayanan yang diberikan guru kepada siswa, merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dalam proses belajar mengajar, berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta para guru ekonomi bersikap sosio culture terhadap para siswa, hal tersebut nampak dari para guru yang tidak membedakan karakteristik siswa dari status sosial, guru sering memberikan motivasi kepada siswa agar rajin dalam belajar, guru memiliki semangat dalam bekerja, dan guru bersedia memberikan penjelasan kepada siswa yang belum paham terhadap sebuah materi. Ini dapat dilihat dari pernyataan beberapa siswa yang menyatakan bahwa: “Kalau murid gaduh biasanya saya tunjuk maju…, Kalau sudah selesai pelajaran sekitar sepuluh menit sebelum pelajaran berakhir guru merangkum kembali yang sudah dipelajari…, Memperlakukan murid dengan sama tidak membeda-bedakan dari satatus social, kepinteran, Cuma kalau ada murid yang rame sering dipehatikan karena guru menjelaskan…, Kalau motivasi hampir setipa guru memberi walupun intensitasnya sedikit atau banyak, ya memberi motivasilah…, Gurunya sering masuk belum pernah kosong…, Datangnya normal kurang lebih 5 menit setelah bel gurunya sudah masuk….” (Lihat Field Note No. 18, 31, 32, dan 33). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran ekonomi belum efektif, sedangkan pelaksanaan penilaian, sikap guru dan tindak lanjut sudah baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan guru belum membuat RPP sesuai dengan karakteristik peserta didik, metode mengajar yang konvensional, media pemebelajara yang belum memadai sehingga proses belajar mengajar kurang kondusif dan monoton yang berakibat terjadi aktivitas siswa diluar materi yang diajarkan oleh guru. Sedangkan penilain, sikap guru dan tindak lanjut ditunjukkan dengan bentuk dan jenis tagihan guru yang bervariasi, berkelanjutan, penilaian sesuai dengan materi yang diajarkan dan mudah dipahami oleh siswa. Dari penilain tersebut apabila terdapat siswa yang belum memenuhi KKM maka siswa akan mendapatkan program perbaikan dari guru berupa remidi, dan apabila siswa memiliki kompetensi lebih maka akan diseleksi untuk mengikuti program pengayaan sekolah. Sedangkan sikap guru yang baik ditunjukkan dengan sikap sosio culture yang tidak membeda-bedakan karakteristik siswa, sering memberikan motivsi, dan memiliki semasssngat bekerja.
3. Hambatan dan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta a. Hambatan dan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kurikulum Mata Pelajaran Ekonomi Hambatan dalam pelaksanaan KTSP adalah adanya kebingunan yang dialami oleh sebagian besar guru ekonomi pada saat diberlakukan KTSP, kebingungan tersebut antara lain dalam menentukan KKM, cara membuat RPP dan tentang penyediaan dan penggunaan media pembelajaran. Sementara itu terdapat berbagai macam tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru. Ini dapat dilihat dari pernyataan guru dan Wakasek kurikulum sebagai berikut: “Sudah lebih baik sekarang dari pada dulu, awal bingung, tuntutan macam-macam…, Pada awal ya maklum ya, dari pengenalan yang baru, pihak yang menjalankan aturan yang ada di KTSP kurang begitu dipahami oleh guru, contohnya bagaimana cara menentukan KKM, commit to user bagaimanan cara membuat RPP, bagimana membuat, menyiapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
media pembelajaran sekaligus penggunaannya…” (Lihat Field Note No. 3 dan 41). Namun hambatan tersebut dapat diatasi dengan diadakan sosialisasi baik berupa seminar, workshop di sekolah, penataran di tingkat propinsi dan ditingkat kota, serta dengan diadakannya pertemuan-pertemuan guru dalam MGMP, hal ini berdasarkan pada pernyataan dari Wakasek kurikulum yang menyatakan bahwa “Langkahnya ada beberapa adanya sosialisasi ada dari sekolah adanya seminar atau workshop di sekolahan, adanya workshop…, ada penataran di tingkat propinsi, penataran dikota guru-guru dikirim kesana dan tidak kalahnya masing-masing MGMP berusaha untuk meningkatkan kualitas” (Lihat Field Note No. 45). Kendala lain dalam pelaksanaan KTSP adalah bertambahnya beban guru dari segi administrasi yaitu tugas guru dalam penyusunan silabus, penjabaran dalam bentuk RPP dan tugas guru untuk mencari materi kompetensi yang belum lengkap. Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya hambatan pelaksanaan kurikulum dapat diatasi, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sosialisasi KTSP kepada guru maka guru semakin paham dan mengalami kejelasan tentang pelaksanaan KTSP. Pada akhirnya guru mengalami kemudahan dalam pembuatan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, dan menentukan KKM siswa.
b. Hambatan dan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi Implementasi KTSP di SMA Negeri 1 Surakarta sudah dilaksanakan mulai tahun 2006-2007 dan dalam pelaksanaan belajar mengajar materi yang diperlukan oleh guru dalam mengajar sudah terpenuhi, karena materi dapat diambil dari berbagai sumber yang relevan dengan tuntutan kurikulum (Lihat Field Note No. 10 dan 51) namun siswa merasa materi yang diberikan hanya bersumber dari LKS, sedangkan materi dalam LKS terlalu ringkas dan kurang commit to usersiswa yang belum paham terhadap memberikan contoh soal. Sehingga terdapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
materi yang disampaikan terutama dalam hal analisis masalah perekonomian. Ini sesuai dengan pernyataan dari para siswa yang menyatakan bahwa: “Bukunya minimal seharusnya ada lagi, masalahnya gurunya hanya pakai di LKS, ya nanti nek ulangan enak kan tinggal baca lagi aja,eh ternyata soalnya lebih sulit dari yang ada di LKS…, Kendalanya katakata di LKS membingungkan…, Hambatan nya tidak ada, kalau yang terlalu spesifiknya UAN lebih banyak analisis soal sedangkan guru ngajarnya hanya berupa hafalan teori…” (Lihat Field Note No. 38). Berdasarkan keterangan dari Wakasek kurikulum dan para guru ekonomi, terdapat hambatan dalam media pembelajaran, perlu ada penambahan media untuk memperlancar proses KBM. Misalnya CD, kaset, gambar-gambar dan kaitannya tentang fenomena-fenomena di masyarakat yang berhubungan dengan pelajaran, sehingga diharapkan guru bersedia menyiapkan media pembelajaran secara mandiri dan tidak bergantung dari sekolah Lihat Field Note No. 49). Kendala lain dalam pelaksanaan program pengajaran adalah karena guru belum mahir dalam menggunakan media pembelajaran, dan guru harus dihadapkan dengan perbedaan karakteristik siswa dalam menerima materi yang disampaikan. Ini sesuai dengan Wakasek kurikulum yang menyatakan bahwa “… hambatannya adalah kelengkapan sarana prasarana sendiri belum begitu lengkap dan juga disamping itu kendala lain adalah guru yang menggunakan media pembelajaran belum mahir masih ada kendala. Didalam pembagian waktu, kalau untuk anak yang pandai akan lebih cepat kalau untuk anak yang kurang begitu pandai akan memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan dalam kegiatan belajar mengajar pun waktunya cukup terbatas…,:. (Lihat Field Note No. 48). Hambatan lain dalam pelaksanaan pengajaran ekonomi juga dirasakan para siswa, siswa merasa bosan dalam mengikuti pelajaran ekonomi karena metode mengajar guru yang kurang bervariasi. Cara mengajar guru yang monoton mengakibatkan kondisi kelas yang kurang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar. Ini sesuai dengan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa “… Kondisi kelas tidak nyaman karena pada banyak yang mengantuk. Guru mengajarnya dengan metode itu-itu terus…, Kalau ada suatu bab atau materi commit to user yang tidak bisa ya udah ketinggalan, jadi harus mati-matian ngejar ketinggalan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
itu, itu ya disebabkan cara guru ngajar kaya tadi, trus buku LKS nya, materi dalam LKS terlalu padat penjelasan kurang terperinci terlalu sempit…” (Lihat Field Note No. 38). Mengalami kegiatan pembelajaran yang demikian, siswa tidak menyerah untuk mendapatkan ilmu dengan cara yang lain, siswa aktif bertanya kepada teman yang lebih paham, siswa mempelajari kembali pelajaran yang telah diperoleh dan dengan les BimBel maupun privat (Lihat Field Note No. 39). Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya guru dan siswa mengalami kendala dalam pelaksanaan program pengajaran mata pelajaran ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan bahwa guru mengalami keterbatasan media pembelajaran untuk mengajar dan belum semua guru mahir dalam penggunaan media dan fasilitas pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan kendala bagi siswa, siswa merasa materi yang diajarkan guru kurang dalam hal percontohan soal, metode pembelajaran guru yang konvensional sehingga menimbulkan kondisi pembelajaran yang membosankan bagi siswa.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam sub bab ini dikemukakan analisis data yang berhasil dikumpulkan peneliti guna menjawab perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: (1) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta, (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta, (3) Hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. Temuan studi dalam penelitian ini diantaranya adalah pelaksanaan commit to user kurikulum (KTSP) berjenjang dari pusat hingga tingkat satuan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tingkat pusat menetapkan ketentuan dalam pelaksanaan kurikulum dan sekolah diberi kewenangan dalam mengembangkan kurikulum tersebut. Hal tersebut sesuai dengan kajian teori yang peneliti kemukakan pada BAB II. Hal yang menarik adalah konsep KTSP tidak sesuai realita di lapangan dan berbenturan dengan ketetapan Diknas yang lain tentang pendidikan nasional. Hal tersebut berkaitan dengan konsep KTSP yang menyatakan bahwa sekolah diberi kewenangan untuk menyususn kurikulum sendiri sesuai dengan potensi daerah masing-masing. 1.
Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta Pelaksanaan kurikulum merupakan bagian dari sekolah yang sangat
penting, karena melibatkan semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah dan memiliki perananan yang penting bagi guru karena kurikulum sebagai acuan dalam proses belajar mengajar agar siswa memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pelaksanaan kurikulum berikut adalah pelaksanaan kurikulum yang di dasarkan atas data dari informan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman, dan benar-benar mengetahui proses pelaksanaan KTSP di SMA Negeri 1 Surakarta, pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta adalah sebagai berikut: a. KTSP disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Perubahan kurikulum merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, perubahan kurikulum perlu disesuaikan dengan perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan teknologi dan seni). Pemerintah mengambil langkah nyata dengan menetapkan KTSP sebagai kurikulum yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 2006. KTSP untuk sekolah menengah atas merupakan sebuah kurikulum operasional
yang
bertujuan
mempersiapkan
peserta
didiknya
untuk
melanjutkan jenjang yang lebih tinggi dan bukan untuk bekerja. Dalam proses commit to user melibatkan para guru ekonomi pelakanaan kurikulum mata pelajaran ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
dan mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam SNP yang ditetapkan dengan peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Sedangkan ketetapan pelaksanaan KTSP (Standar Isi dan Standar kelulusan) diatur dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2006. b. Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota Pengembangan silabus yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta berdasarkan pada prinsip yang telah ditetapkan, sehingga silabus yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar telah memenuhi syarat pengembangan silabus. Prinsip pengembangan silabus yang dimaksud meliputi: 1) Prinsip Ilmiah, 2) Prinsip Relevan, 3) Prinsip Sistematis, 4) Prinsip Konsisten, 5) Prinsip Memadai, 6) Prinsip Aktual dan Kontekstual, 7) Prinsip Fleksibel, 8) Prinsip Menyeluruh. c. Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik Data di SMA Negeri 1 Surakarta menunjukkan sekolah berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi KTSP kepada para guru, sehingga guru memiliki wawasan dalam pelaksanaan KTSP. Selain mendapat sosialisasi yang diselenggarakan pihak sekolah, para guru kemudian mengikuti sosialisasi di tingkat Musyawarah Guru Program Diklat (MGMP). Namun dalam pelaksanaannya tidak semua guru berpartisipasi dalam mengikuti sosialisasi di tingkat MGMP, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Sosialisasi yang diterima guru, berpengaruh pada pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran (ekonomi), walaupun terdapat sebagian kecil guru tidak berbartisipasi secara menyeluruh dalam pelaksanaan KTSP commitpelaksanaan to user hasil yang diperoleh menunjukkan kurikulum di SMA Negeri 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Surakarta mengalami kemajuan kearah yang lebih baik bila dibandingkan pada saat ditetapkan KTSP pada tahun 2006. d. Keadaan dan potensi sekolah yang memadai Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dipengaruhi oleh keadaan dan lingkungan masing-masing sekolah. Keadaan dan lingkungan belajar di SMA Negeri 1 Surakarta adalah baik dan memadai. Hal ini disebabkan tersedianya beberapa fasilitas yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar di kelas IPS dan kelas X. Selain itu ditunjang dengan pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Faktor lain yang menunjang adalah jumlah guru mata pelajaran ekonomi yang memadai, sehingga dalam pengajaran ekonomi tidak kekurangan guru. e. RPP tidak dibuat secara maksimal RPP merupakan merupakan sebuah perencanaan pelaksanaan pembelajaran
yang bertujuan
membentuk
kompetensi
peserta didik,
perencanaan merupakan pedoman pengajaran bagi guru, sehingga dalam kondisi apapun guru harus membuat RPP, namun para guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta tidak membuat RPP secara maksimal. Hal ini disebabkan para guru tidak membuat RPP berdasarkan karakteristik peserta didik masing-masing kelas. Pembuatan RPP dilaksanakan secara kolektif oleh para guru ekonomi dan hanya sebagai pemenuhan administrasi sekolah saja. Akibat dari pembuatan RPP seperti fenomena di atas menyebabkan kegiatan belajar mengajar kurang bervariasi dan bersifat monoton, sehingga timbul kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran ekonomi. f. Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran 1) Metode pembelajaran yang konvensional Sebagian besar guru ekonomi di SMA Negeri 1 surakarta mengajar dengan menggunakan medote pempelajaran yang konvensional, sehingga partisipai siswa kurang nampak dalam metode tersebut. Akibat lain yang ditimbulkan
pembelajaran
kurang
mengandung
unsur
PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) sehingga to user siswa merasa bosan dalamcommit mengikuti pelajaran ekonomi (akuntansi).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Penyebab lain adalah kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran ekonomi, padahal media pembelajaran mampu berperan dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif di dalam kelas. Para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan fasilitas modern yang disediakan oleh sekolah. 2) Kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas Pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang berlangsung di kelas kurang kondusif, dikarenakan banyak siswa yang bercakap-cakap dengan teman diluar materi pelajaran, mengantuk dan jenuh ketika guru mengajar di kelas, selain itu terdapat beberapa siswa yang keluar kelas ketika pelajaran berlangsung. 3) Pendekatan psikologis dan sosio-kultur Guru ekonomi berusaha memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa, guru tidak membeda-bedakan perbedaan karakteristik pada siswa. Guru tidak memandang perbedaan status sosial siswa, guru pun berusaha memberikan pelayanan apabila terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Guru bersedia mengulang materi yang belum dipahami oleh siswa. Guru memberikan motivasi kepada para siswa, agar menumbuhkan semangat belajar pada diri siswa. Motivasi diberikan oleh guru ketika pelajaran berlangsung diselang menyampaikan materi pelajaran. g. Penilaian belajar yang baik Pelaksanaan dan pengelompokan penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya. Sebagian besar guru mengadakan penilaian setelah materi yang diajarkan per bab selesai, sehingga penilaian dialakukan secara berkelanjutan setiap materi selesai. Setiap ulangan, dan tugas yang diberikan guru sebagian besar menggunakan soal uraian karena akan lebih menggali informasi tingkat pemahaman siswa, sedangkan soal untuk tengah semester dan semesteran menggunakan soal pilihan ganda dan uraian karena dengan pertimbangan akan menggali commit to user pemahaman siswa secara umum.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Hasil penilain siswa berhak diketahui oleh siswa, namun terdapat guru yang kurang transparan dalam hasil penilain siswa. Guru langsung menyajikan dalam nilai jadi dalam bentuk raport. h. Terdapat program perbaikan dan program pengayaan Berdasarkan data wawancara dan hasil observasi peneliti, SMA Negeri 1 Surakarta mengadakan program perbaikan yang ditujukan kepada siswa yang belum memenuhi KKM mata pelajaran ekonomi. Program perbaikan dilakukan dengan memberikan remidiasi kepada siswa, dan tidak ada penambahan jam khusus kepada siswa yang belum memenuhi KKM. Pengadaan program pengayaan ditujukan untuk mempersiapkan siswa-siswi dalam mengikuti perlombaan ekonomi (akuntansi) baik tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun tingkat nasional. Pelaksanaan program pengayaan dilakukan dengan mengadakan seleksi masuk bagi siswa IPS kelas XI, dan diadakan pembinaan kepada para peserta tim secara berkala.
2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta
Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi terdapat bagian yang sudah efektif dan terdapat bagian yang belum efektif, yang dibuktikan dengan: a. Kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif 1) KTSP disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan 2) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota 3) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik 4) Keadaan dan potensi sekolah yang memadai commit to user yang baik 5) Pendekatan pikologis dan sosio-culture
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
6) Penilain belajar yang baik 7) Terdapat program perbaikan bagi siswa yang belum memenuhi KKM 8) Terdapat program pengayaan bagi siswa yang berpotensi b. Kurikulum dan program pengajaran yang belum efektif a) RPP tidak dibuat secara maksimal b) Metode pembelajaran yang konvensional c) Kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas d) Pengawasan proses yang belum maksimal, dalam memantau kualitas dan kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas.
3. Hambatan dan pemecahan masalah Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta berkaitan dengan penerapan KTSP adalah: a. Hambatan yang dialami para guru ekonomi Kendala utama dalam pelaksanaan KTSP adalah media pembelajaran yang kurang memadai dan sebagian besar guru ekonomi kurang menguasai teknologi dalam pembelajaran. Akibatnya dalam pelaksanaan pembelajaran tercipta suasana pembelajaran yang kurang kondusif dan kurang mengandung unsur PAIKEM. Kendala lain adalah bertambahnya beban guru dari segi administrasi, guru harus melengkapi berbagai tuntutan administrasi seperti menyusun silabus, menjabarkan silabus dalam bentuk RPP dan guru harus mencari kelengkapan materi kompetensi yang belum lengkap. b. Hambatan yang dialami para siswa Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri Surakarta, hambatan yang dialami siswa yang mendapat pelajaran ekonomi sebagian besar merasa metode guru dalam mengajar kurang bervariasi sehingga menimbulkan rasa commit to user yang kurang menarik dan cara bosan pada diri siswa. Metode pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
mengajar yang konvensional menyebabkan kondisi kelas yang kurang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar. Akibatnya banyak terjadi aktivitas siswa diluar materi yang dijarkan oleh guru, seperti: terdapat siswa yang bercakap-cakap dengan teman atau ngobrol, terdapat siswa yang merasa ngantuk, kurang memperhatikan pelajaran, bermain kartu. Kendala lain adalah materi yang didapat oleh siswa berasal dari LKS, guru kurang memberikan contoh soal untuk pelajaran ekonomi akuntansi, sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi belum begitu mendalam. Menurut informan, yang menjadi kendala adalah kurangnya percontohan dalam analisis soal ekonomi, terdapat siswa kelas tiga yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal UAN pada bulan Maret 2010. Hal tersebut dikarenakan guru memberikan materi sama dengan yang terdapat di LKS yang berupa hapalan teori sedangkan analisis permasalahan belum memadai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah peneliti laksanakan, maka dapat disimpulkan: 1. Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi a. Realita menunjukkan bahwa sejauh ini KTSP sudah dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendiddikan (SNP), Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan dan Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). b. Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota yang telah ditetapkan, sehingga silabus yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar telah memenuhi syarat pengembangan silabus. Prinsip pengembangan silabus yang dimaksud meliputi: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan Kontekstual, Prinsip Fleksibel, Prinsip Menyeluruh. c. Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, hal ini disebabkan sekolah berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi KTSP kepada para guru, namun dalam pelaksanaannya tidak semua guru berpartisipasi secara maksimal dalam pelaksanaan KTSP. Walaupun terdapat sebagian kecil guru tidak berbartisipasi secara menyeluruh dalam pelaksanaan KTSP hasil yang diperoleh menunjukkan pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta mengalami kemajuan kearah yang commit user lebih baik bila dibandingkan pada to saat ditetapkan KTSP pada tahun 2006. 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 d. Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran kurang mengandung unsur Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM). Hal tersebut disebabkan metode pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang konvensional, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran ekonomi, para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan fasilitas modern yang disediakan oleh sekolah, dan para guru tidak membuat RPP berdasarkan karakteristik peserta didik, Sehingga menimbulkan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas. e. Pendekatan psikologis dan sosio-kultur dilakukan para guru ekonomi, berusaha memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa, guru tidak membeda-bedakan perbedaan karakteristik pada siswa, memberikan motivasi agar menumbuhkan semangat belajar pada diri siswa. f. Penilaian belajar yang baik dilakukan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya, penilaian dilakukan secara berkelanjutan. Bentuk dan jenis tagihan bervariasi setiap ulangan. Hasil penilain siswa kurang transparan disebabkan terdapat guru langsung menyajikan nilai jadi dalam bentuk raport. g. Terdapat program perbaikan dan program pengayaan mata pelajaran ekonomi. Program perbaikan dilakukan dengan memberikan remidiasi kepada
siswa.
Pengadaan
program
pengayaan
ditujukan
untuk
mempersiapkan siswa-siswi dalam mengikuti perlombaan ekonomi (akuntansi) baik tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun tingkat nasional.
2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi terdapat bagian yang sudah efektif dan terdapat bagian yang belum efektif, yang dibuktikan dengan: a. Kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif 1) KTSP disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 2) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota. 3) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik. 4) Keadaan dan potensi sekolah yang memadai. 5) Pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik. 6) Penilain belajar yang baik. 7) Terdapat program perbaikan bagi siswa yang belum memenuhi KKM 8) Terdapat program pengayaan bagi siswa yang berpotensi b. Kurikulum dan program pengajaran yang belum efektif 1) RPP tidak dibuat secara maksimal 2) Metode pembelajaran yang konvensional 3) Kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas 4) Pengawasan proses yang belum maksimal, dalam memantau kualitas dan kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas.
3. Hambatan dan pemecahan masalah pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi a. Hambatan yang dialami para guru ekonomi 1) Bertambahnya beban guru dari segi administrasi, guru harus melengkapi berbagai tuntutan administrasi seperti menyusun silabus, menjabarkan silabus dalam bentuk RPP dan guru harus mencari kelengkapan materi kompetensi yang belum lengkap. 2) Media pembelajaran yang kurang memadai untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mrngajar 3) Keterbatasan dalam penguasaan teknologi pembelajaran bagi sebagian besar guru ekonomi b. Hambatan yang dialami para siswa 1) Metode guru dalam mengajar kurang bervariasi, cara mengajar yang konvensional dan metode pembelajaran yang kurang menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 2) Kondisi kelas yang kurang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan rasa bosan, mengantuk dan terjadi aktivitas lain diluar kegiatan belajar mengajar pada diri siswa. 3) Tingkat pemahaman siswa terhadap materi belum begitu mendalam, yang disebabkan kurangnya percontohan dalam soal dan
analisis
masalah ekonomi. a. Pemecahan masalah yang dilakukan guru 1) Guru berpartisipasi dalam pengadaan media pembelajaran secara mandiri 2) Siswa yang berperan dalam penggunaan teknologi 3) Guru bekerjasama dalam memenuhi kewajiban administrasi b. Pemecahan masalah yang dilakukan siswa 1) Bertanya kepada teman yang lebih paham 2) Mengikuti program bimbingan belajar dan les privat 3) Mencari referensi buku lain di perpustakaan
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dikaji implikasinya, baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis. 1. Implikasi Teoritis KTSP telah diatur dan ditetapkan dengan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendiddikan (SNP), Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, maka setiap sekolah hendaknya melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan untuk pedoman dalam melaksankan Kegiatan Belajar mengajar (KMB) di sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 2. Implikasi Praktis a. Proses pelaksanaan KTSP melibatkan peran serta guru, maka diperlukan kebijakan yang jelas untuk mengatur kegiatn guru selain melaksanakan KBM dan seharusnya setiap guru aktif berpartisipasi dalam proses pelaksanaan KTSP ini. b. Metode pembelajaran sangat berpengaruh dalam pelaksaan pembelajaran, maka metode pembelajaran yang bervariasi perlu dilaksanakan. c. Peran media yaitu membantu memudahkan siswa dalam memahami materi, maka program pengadaan media perlu segera dilaksanakan. d. Pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik sangat membantu dalam pelaksanaan KMB di dalam kelas. e. Program perbaikan dan program pengayaan yang dilaksanakan setiap sekolah memerlukan bimbingan yang intensif dari guru agar menambah kualitas peserta didik.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru: a. Para guru ekonomi pada khususnya dan para guru mata pelajaran yang lain pada umumnya di SMA Negeri 1 Surakarta untuk lebih berpartisipasi dalam mengimplementasikan pelaksanaan KTSP, yaitu selalu berpedoman pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun berdasarkan KTSP dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar. b. Hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan koorperatif, sehingga akan menciptakan pembelajaran yang kondusif di dalam kelas dan mengangdung pembelajaran yang aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 2. Bagi sekolah a. Sekolah hendaknya mendukung para guru dalam upaya pelaksanaan KTSP dengan menyediakan media yang dibutuhkan guru dalam proses KBM. b. Berkoordinasi dengan institusi pendidikan tinggi untuk mengadakan pelatihan, seminar dan lokakarya tentang pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Misalnya pelatihan bagi para guru tentang metode pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dengan menghadirkan dosen atau dengan menghadirkan jajaran Badan Standar Nasional pendidikan (BNSP). c. Berkoordinasi dengan para siswa untuk mengadakan sharing untuk membicarakan berbagai permasalahan siswa yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas.
commit to user