EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN
(Skripsi)
Oleh EKA NOVITA SUWISNO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN
Oleh EKA NOVITA SUWISNO
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Discovery Learning untuk meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan peserta didik pada materi larutan penyangga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA1 sampai dengan XI MIPA4 SMA Negeri 1 Bandar Lampung semester genap Tahun 2015-2016 yang berjumlah 132 peserta didik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu kelas XI MIPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA1 sebagai kelas kontrol. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalence Control Group Design. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model Discovery Learning sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Efektivitas model discovery learning ditunjukkan oleh adanya perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi peserta didik untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing
Eka Novita Suwisno 0,32 dan 0,46 dan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi peserta didik untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,59. Berdasarkan pengujian hipotesis (uji-t), disimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan peserta didik pada materi larutan penyangga.
Kata kunci: keterampilan memprediksi dan menyimpulkan, larutan penyangga, Discovery Learning.
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN
Oleh EKA NOVITA SUWISNO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Pogram Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahian Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi (Lampung Utara), pada tanggal 16 November 1992 sebagai anak pertama dari 3 bersaudara dari kedua orang tua senantiasa dimuliakan oleh Allah SWT yaitu Bapak Suwisno, S.Sos. dan Ibu Hamsanah.
Pendidikan formal diawali di TK Aisyiyah Bustanul Athfal diselesaikan tahun 1999, SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2005, SMP Negeri 7 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2008, dan SMA Negeri 3 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2011.
Tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia di Jurusan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur mandiri. Berbagai kegiatan organisasi kampus yang pernah diiukuti, mulai dari Koperasi Mahasiswa (KOKMA). Di tingkat jurusan, aktif sebagai anggota eksakta muda Penelitian dan Pengembangan (Litbang) 2011-2012. Tahun 2015 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4 Pesisir Selatan dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Teritegrasi (KKNKT) di Desa Marang, Kec. Pesisir Selatan, Kab. Pesisir Barat.
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Dengan baitan-baitan syukur kepada-Nya “Alhamdulillahirabbil „alamin” kupersembahkan lembaran goresan tinta ini kepada Mamah dan Papah yang sangat ku muliakan Mamah HAMSANAH dan Papah SUWISNO,S.SOS. yang senantiasa dimuliakan oleh Allah SWT Tak pernah sedikitpun beliau meminta balasan atas cucuran keringat yang telah diteteskan untuk memenuhi kebutuhan pendidikanku Mamah dan Papah, terima kasih atas segala ridho, do’a yang selalu mengiringi langkah putri sulungmu untuk menggapai kesuksesan. Terimakasih telah menjadi motivasi dan alasan terbesarku untuk tetap melangkah dalam kesulitan sekalipun. Semoga karyaku ini dapat membuat mu tersenyum bangga padaku, dan semoga Allah SWT membalas setiap langkah, pengorbanan dan derai nafasmu dengan Jannah-Nya. Aamiin Ya Robbalalamin. Adik-adikku tercinta (Dewi Agustini dan Khaisar Soewisno) Barokallohu fiikum, Terima kasih sudah selalu memberikan semangat, keceriaan, motivasi dan dukungannya. Keluarga dan semua sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang kusayangi yang tak dapat aku sebutkan satu persatu.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
MOTTO
Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang kau makan, engkau tidak akan meraih kesuksesan sebelum meneguk pahitnya kesabaran (Sabda Nabi SAW)
“tak satupun dapat menggantikan ketekunan untuk mencapai keberhasilan” (Calvin Coolidge)
“Kamu sendiri yang dapat merubah dimasa depan dengan usaha mu dimasa kini, bukan orang lain atau bahkan sahabatmu sendiri, mereka hanya menjadi penonton dari usaha yang kamu kerjakan. Maka, berikanlah pertunjukan yang membuat penonton itu kagum dan bangga kepadamu” (Dr. Ary Ginanjar Agustian)
Manusia yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi manusia lainnya. (HR Al-Thabarani)
SANWACANA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas model discovery learning pada Materi Larutan Penyangga dalam Meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan ” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;
2.
Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3.
Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
4.
Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I terima kasih, yang telah berkenan memberikan bimbingan, kesabaran dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Drs.Tasviri Efkar, M.Si. selaku selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran dengan segala kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
6.
Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini agar lebih baik.
7.
Seluruh Dosen Pendidikan Kimia yang telah mengajar dan membimbing selama ini, juga staf administrasi P. MIPA Unila atas segala bantuannya.
8.
Bapak Badruzamann,, S.Pd. M.Pd. selaku Kepala Sekolah, staf TU, siswa kelas XI MIPA1 dan MIPA4 SMAN 1 Bandar Lampung dan Ibu Diah Eko Erniwanti, S.Pd. sebagai Guru Mitra yang telah membantu selama penelitian.
9. Keluarga Tercinta ( Papah, Mamah, Batin Dewi, Kiyai Khaisar) yang tak pernah berhenti memberiku doa dan dukungan. 10. Abang (Akhmad Ferdi Arianto) yang setia menjadi pendengar dan penasihat terbaik serta selalu ada baik dalam kesenangan maupun kesulitan. 11. Sahabat P.Kimia 11 (Resti, Murni, Tika, Subainar, Dian .A. , Tami, Septi dan Ika ). Rekan seperjuangan skripsi Dhaifina Trias Sukawati, Mahdalena .N Purba, mbak Yesi Elmasari, semua rekan P.Kimia 2011 serta adik tingkat P.Kimia, dan keluarga KKN-KT (Ayu, Nanda, Mella, Viska, Rifka, Utari, Tari,Yoga).
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, 18 Agustus 2016 Penulis,
Eka Novita Suwisno
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
5
E. Ruang Lingkup ....................................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
8
A. Pembelajaran Konstruktivisme ............................................................
8
B. Model Discovery Learning ..................................................................
11
C. Efektivitas Pembelajaran .....................................................................
15
D. Keterampilan Proses Sains ...................................................................
16
E. Analisis konsep ....................................................................................
21
F. Kerangka Pemikiran.............................................................................
24
G. Anggapan Dasar ..................................................................................
25
H. Hipotesis Penelitian .............................................................................
26
i
III. METODE PENELITIAN ........................................................................
27
A. Populasi dan Sampel ............................................................................
27
B. Data Penelitian .....................................................................................
28
C. Metode dan Desain Penelitian .............................................................
28
D. Variabel Penelitian ...............................................................................
29
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen .....................................
29
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian..........................................................
30
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................................
32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................
37
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data .......................................................
37
B. Pembahasan..........................................................................................
43
C. Hambatan-Hambatan dalam Pembelajaran ..........................................
53
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ..............................................................................................
54
B. Saran ....................................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1.
Analisis SKL-KI-KD ..........................................................................
59
2.
Silabus ..................................................................................................
68
3.
RPP ......................................................................................................
80
4.
Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) ...........................................................
95
5.
Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) .......................................................... 101
6.
Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) .......................................................... 107
7.
Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4) ........................................................... 115
8.
Tabel Kisi-Kisi Soal Tes Uraian ......................................................... 120
9.
Soal Pretes dan Postes .......................................................................... 122
10. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ............................................. 125 11. Lembar Observasi Guru Mengajar ...................................................... 136 12. Penilaian Sikap Siswa pada Kelas Eksperimen ................................... 147 13. Penilaian Sikap Siswa pada Kelas Kontrol .......................................... 154 14. Rubrik Penilaian Perilaku .................................................................... 157 15. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa Keterampilan Memprediksi .......... 168 16. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa Keterampilan Menyimpulkan ....... 176 17. Daftar Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ...................................... 184 18. Perhitungan dan Analisis Data ............................................................ 188
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Analisis konsep larutan penyangga ............................................................. 22
2.
Desain penelitian ........... ............................................................................. 28
3.
Data normalitas keterampilan memprediksi ................................................ 40
4.
Data normalitas keterampilan menyimpulkan ............................................. 40
5.
Data homogenitas n-Gain keterampilan memprediksi................................. 41
6.
Data homogenitas n-Gain keterampilan menyimpulkan ............................ 41
7.
Data perbedaan dua rata-rata n-Gain memprediksi ..................................... 42
8.
Data perbedaan dua rata-rata n-Gain menyimpulkan ................................. 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Prosedur pelaksanaan penelitian .................................................
32
Gambar 2
Rata-rata nilai pretes dan postes memprediksi ...........................
37
Gambar 3
Rata-rata nilai pretes dan postes menyimpulkan ........................
38
Gambar 4
Rata-rata nilai n-Gain memprediksi dan menyimpulkan ............
39
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, sifat, dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah (Fadiawati, 2011). Tiga aspek penting yang merupakan hakikat ilmu kimia yaitu kimia sebagai produk, proses, dan sikap (Tim Penyusun,2006). Menurut Tawil dan Liliasari (2014), ketiga aspek tersebut dalam kegiatan pembelajarannya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati, mengidentifikasi, mengajukan pertanyaan, meng-umpulkan data, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Kimia sebagai produk dapat berupa hukum, konsep, dalil, dan teori. Kimia sebagai sikap meliputi keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena (Tim Penyusun, 2013).
Pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan suatu pendekatan yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam
2
memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah adalah mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking) (Tim Penyusun, 2013).
Pendekatan ilmiah dapat diakomodasikan dalam suatu model pembelajaran. Model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar (Hudojo Purmiasa, 2002). Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ilmiah adalah discovery learning (Permendikbud No. 65, 2013).
Model discovery learning merupakan suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan peserta didiknya menemukan sendiri beragam informasi yang dibutuhkan ( Nasih dan Lilik, 2009). Discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Tahapan pada model discovery learning yaitu stimulation (pemberian rangsangan), problem statement (identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), dan generalization (pengambilan kesimpulan). Langkah-langkah tersebut akan mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat serta mendorong dan menginspirasi peserta didik sehingga mampu berpikir hipotetik, mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran sehingga hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif (Tim Penyusun, 2013c).
3
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Lampung dengan guru bidang studi kimia diperoleh bahwa pembelajaran kimia cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Bandar Lampung lebih dominan menggunakan metode konvensional, meskipun terkadang guru sudah menggunakan cara membentuk kelompok diskusi. Peserta didik lebih sering mencatat apa yang guru bacakan atau tuliskan dipapan tulis, sehingga peserta didik menjadi jenuh. Peserta didik kurang diajak untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya untuk merumuskan sendiri apa yang harus dicapai dalam pembelajaran. Kegiatan praktikum hanya dilakukan pada materi tertentu saja untuk membuktikan konsep kimia yang didapat. Akibatnya peserta didik kurang diajak untuk menggunakan pengetahuannnya dan kemampuan berpikirnya untuk membangun konsep yang harus dicapai dalam pembelajaran serta peserta didik menjadi pasif. Hal ini dapat dilihat bahwa peserta didik kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisispasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta didik agar penyajian materi kimia menjadi lebih menarik, sehingga dapat membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan persepsi buruk peserta didik terhadap pelajaran kimia. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu memahami materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
4
Salah satu kompetensi dasar yang harus di kuasai peserta dikelas XI semester genap adalah KD 3.13 Menganalisis peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan KD 4.13 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga. Untuk mencapai kompetensi tersebut peserta didik diajak aktif ikut serta dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan ide dan gagasan baru yang sebelumnya tidak diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran kimia harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan memberikan pengalaman belajar secara langsung yang dapat melatih berfikir siswa melalui proses keterampilan proses sains.
KPS adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori IPA, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Rustaman, 2005). KPS terdiri atas keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills) (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diatini (2015), yang berjudul “Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa model discovery learning efektif dapat meningkatkan kemampuan Generating pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”, dan Sari (2014), menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
5
penguasaan konsep dan kemampuan menyimpulkan pada materi hukum-hukum dasar kimia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian ini dengan judul: “Efektivitas Model Discovery Learning Pada Materi Larutan Penyangga Dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi dan Menyimpulkan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran larutan penyangga, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana efektivitas model pembelajaran discovery learning pada materi larutan penyangga dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu: 1.
Bagi siswa Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi
6
siswa dalam memecahkan masalah kimia dan melatih keterampilan memprediksi dan menyimpulkan. 2.
Bagi guru Pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.
3.
Bagi Sekolah Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik keterampilan memprediksi dan menyimpulkan siswa menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. 2.
Adapun tahap-tahap pembelajaran dalam model discovery learning adalah pemberian rangsangan, identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan generalisasi (Priyatni, 2014).
3.
Keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan (Dahar, 1989).
4.
Keterampilan memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang,
7
berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 5.
Keterampilan menyimpulkan yaitu kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan logika induktif dari data yang telah terkumpul melalui hasil observasi/pengamatan (Dirdjosoemarto dkk, 2004).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Nur dalam Trianto (2010), teori pembelajaran berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner. Pendekatan pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan ilmiah sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Menurut Carin dan Sund dalam Hosnan (2014), ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
9 bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.
Bruner (Dahar, 1989) menganggap bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Gabel dalam Husamah dan Yanur (2013) menyatakan bahwa melalui kegiatan laboratorium terutama praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa.
Piaget menjelaskan teori belajar pada dasarnya siswa diharapkan membangun sendiri perolehan yang ia dapatkan melalui pengalaman. Teori ini dikenal sebagai teori belajar konstruktivisme. Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Slavin dalam Nurhadi dan Senduk (2002) mengemukakan teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
10 menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemerosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).
Menurut Nur dan Wikandari dalam Trianto (2007), proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh postif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1.
2.
3.
Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.
11 B. Model Discovery Learning
Menurut Dahar (1996), salah satu model instruksional kognitif yang berpengaruh ialah model dari Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya meberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti diatas, merupakan satu-satunya macam belajar yang mendapat perhatian Bruner.
Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah dan Suhana, 2009).
Ketika mengaplikasikan model discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kegiatan belajar seperti ini mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorientasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa). Pada pembelajaran dengan model discovery learning, guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi problem solver, seorang saintis, historian/seorang ahli. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, meng-
12 kategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan (Kurniasih dan Sani, 2014).
Ada beberapa fungsi metode discovery learning, yaitu sebagai berikut: a.
Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.
b.
Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
c.
Membangun sikap percaya diri (self confidance) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuannya (Hanafiah dan Suhana, 2009).
Berikut ini merupakan kelebihan dari model discovery learning : a.
Pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat lebih lama.
b.
Hasil belajar dengan model ini mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.
c.
Secara menyeluruh, belajar dengan model ini meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas (Dahar, 1996).
Adapun kekurangan dari model discovery learning yaitu : a.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode discovery ini dapat hilang bila berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara belajar yang lama.
b.
Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan pengembangan aspek konsep, keterampilan dan emosi kurang diperhatikan.
13 c.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan siswa.
d.
Tidak menyediakan kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih lebih dulu oleh guru (Kurniasih dan Sani, 2014).
Menurut Pemendikbud Nomor 59 Tahun 2014, dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Kegiatan memberikan stimulasi dapat menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi, seorang guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
14 2.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Identifikasi masalah merupakan tahapan setelah melakukan stimulasi, dalam hal ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah.
3.
Data collection (pengumpulan data)
Pada tahap ini guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4.
Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Berdasarkan generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang logis.
15 5.
Verification (pembuktian)
Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, pernyataan atau identifikasi masalah yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
C. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Nuraeni (2010) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya perbedaan secara statistik terhadap rata-rata nilai pretes postes siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol (Soelemani dkk, 2012). Menurut Sudjana (1990) efektivitas dapat diartikan sebagai tindakan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
16 membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektivan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat.
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pelajaran. Kriteria keefektivan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada : 1. Ketuntasan belajar pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar. 2. Model pembelajaran dikatakn efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran. 3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
D. Keterampilan Proses Sains
Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains adalah kemampuan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami fenomena apapun juga. Keterampilan proses sains mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga aspek-aspek keterampilan proses sains dapat digunakan dalam beberapa pendekatan dan model pembelajaran. Demikian halnya dalam model pembelajaran yang dikembangkan yaitu discovery learning, keterampilan proses sains menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.
17 Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang dikemukakan Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terpadu (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati (mengobservasi), mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
1.
Mengamati Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan panca indra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.
18 2.
Mengklasifikasikan (mengelompokkan) Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasikan antara lain: mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang sejenis.
3.
Mengukur Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh kegiatan yang menampakkan ketermpilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur, dan kegiatan sejenis yang lain.
4.
Memprediksi Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
5.
Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan).
19 6.
Menyimpulkan Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.
Adapun salah satu keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah keterampilan memprediksi dan menyimpulkan. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses memprediksi. Prediksi bisa berdasarkan metode ilmiah atau pun subjektif belaka. Cartono (2007) menyusun indikator-indikator keterampilan memprediksi sebagai berikut : menggunakan pola-pola hasil pengamatan dan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.
Salah satu indikator dari keterampilan proses sains yang selanjutnya yaitu keterampilan menyimpulkan. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Kemampuan menyimpulkan merupakan aspek penting dari keterampilan proses sains yang perlu dilatihkan dalam pembelajaran kimia di sekolah, karena keterampilan ini menuju pada pembuatan kesimpulan mengenai hasil observasi yang didasarkan atas pengetahuan awal siswa
20 (Indrawati, 1999). Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika siswa mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka, siswa memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar mereka. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.
Guru dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka guru dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan siswa untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bias berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya siswa lebih percaya diri tentang kesimpulan siswa ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Siswa juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pen-
21 dukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.
E. Analisis konsep
Herron et al dalam (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Lebih lanjut lagi, Herron et al (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.
Tabel 1 KD 3.13 Menganalisis Peran Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup Analisis Konsep No
1
2
Label Konsep Larutan penyangga
Penyangga asam
Defenisi Konsep
Jenis Konsep
Larutan yang dapat mempertahankan PH bila diberikan sedikit asam ataupun basa, dan memiliki peran penting dalam kehidupan terutama di dalam tubuh makhluk hidup, Larutan penyangga ada 2 macam yaitu larutan penyangga asam dan penyangga basa
Prinsip
Larutan yang mengandung suatu asam lemah, dan basa konjugasinya
Prinsip
Atribut Konsep Kedudukan Konsep Atribut Atribut Sub Koordinat Super Kritis Variabel Ordinat Koordinat Kompone Penyangga Kesetimba Memperta PH n larutan asam, ngan hankan penyangga penyanga dalam PH basa, peran larutan Larutan larutan penyangga penyangga asam dalam Larutan tubuh, pH penyangga larutan basa penyangga Peran larutan penyangga Fungsi penyangga dalam tubuh Asam lemah Basa konjugasi
Jenis asam dan basa
Penyangga asam
Kesetimba ngan dalam larutan
Contoh
Non Contoh
Air liur, darah, CH3COOH +NaCH3CO OH
Air, HCl, NaOH
NH3 +NH4Cl
CH3COOH +NaCH3CO OH
HCl
22
3
Penyangga basa
Larutan yang mengandung suatu basa lemah, dan asam konjugasiny
Prinsip
4.
Fungsi Larutan Penyangga Pada Tubuh
5.
Perhitungan pH larutan penyangga asam dan basa
Larutan penyangga Proses sangat penting dalam kehidupan, seperti darah , air liur untuk menjaga kesetimbangan dalam tubuh pH larutan konsep penyangga yang cenderung konstan memiliki perumusan pH yang berbeda dari rumus pH sebelumnya,
Jenis asam basa
Penyangga basa
Kesetimba ngan dalam larutan
NH3 + NH4Cl
Darah , dan air liur
Jenis larutan penyang ga dalam tubuh ,
Fungsi larutan penyangga dalam tubuh
Kesetimba ngan dalam larutan
Penyangga fosfat, penyangga hemoglobin , penyangga karbonat,
Rumus pH larutan penyangga
pH larutan penyang ga
Perhitunga n pH larutan penyangga
Kesetimba ngan dalam larutan
pH larutan (100 ml CH3COOH 0,1 M + 180 ml CH3COOK 0,1 M) adalah 5
Basa lemah Asam konjugasi
NaCl
pH larutan HCl 0,1 M=1
23
24 F. Kerangka Pemikiran
Tujuan pembelajaran kimia tidak sekedar mencapai pemahaman kimia tetapi juga diharapkan dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan soft skill peserta didik. Discovery learning mengkombinasikan dua cara pengajaran yaitu guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan siswa bersikap aktif.
Materi yang dipakai untuk mengapilkasikan model discovery learning adalah larutan penyangga. Tahap awal model discovery learning adalah pemberian rangsangan (stimulasi).
Pemberian rangsangan dengan peserta didik yaitu dengan memahami suatu wacana pendahuluan atau mengamati suatu visualisasi gambar mikroskopis, animasi atau video yang relevan dengan menggunakan inderanya. Melalui pemberian stimulasi ini, peserta didik akan terlatih untuk mengidentifikasi wacana, permasalahan atau fenomena-fenomena pada larutan penyangga. Tahap kedua adalah identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis. Setelah diberikan permasalahan, peserta didik diminta untuk membuat pertanyaan tentang masalah apa saja yang mereka temukan melalui pengamatan yang telah dilakukan. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Tahap ket iga adalah pengumpulan data (data collection). Pada tahap ini, peserta didik mengumpulkan data-data atau informasi tentang permasalahan atau fenomena yang relevan guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan informasi yang dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu dengan mengidentifikasi gam-
25 bar submikroskopis, serta merancang percobaan dan melakukan percobaan larutan penyangga.
Selanjutnya tahap keempat adalah pengolahan data (data processing). Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk menemukan informasi yang akan dijadikan pengetahuan baru untuk mendapatkan pembuktian secara logis. Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam mengolah data hasil pengumpulan yang telah dilakukan, peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada kegiatan ini, diharapkan peserta didik dapat bersikap jujur dalam hal pengolahan data percobaan. Tahap kelima adalah pembuktian (verification). Pada tahap ini peserta didik dapat menentukan suatu kebenaran hipotesis yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Dengan kebebasan dalam mengolah semua informasi yang mereka dapatkan, lalu mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik. Tahap terakhir adalah generalisasi (generalization). Pada tahap ini siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan, berdasarkan hasil menalar secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada tahap ini peserta didik dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan discovery learning pada materi larutan penyangga.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1.
Perbedaan n-Gain kemampuan membedakan siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 yang menjadi
26 subjek penelitian semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar. 2.
Faktor-faktor lain di luar perilaku pada kedua kelas diabaikan.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga.
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015-2016 yang tersebar dalam empat kelas yaitu kelas XI MIPA1 sampai dengan XI MIPA4 yang masing-masing berkisar antara 30-35 siswa. Selanjutnya, dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Berdasarkan pertimbangan dari peneliti dengan bantuan guru mitra maka diambil 2 kelas sampel yaitu kelas XI MIPA1 dan XI MIPA4 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan secara heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama antara satu kelas dengan kelas yang lainnya.Kelas XI IPA4 ditentukan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model discovery learning
28
(X), sedangkan kelas XI IPA1 sebagai kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional.
B.
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Data hasil tes sebelum pembelajaran (pretes) mengenai materi larutan penyangga yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitifnya. 2. Data kinerja guru. 3. Data aktivitas siswa. 4. Data hasil tes setelah pembelajaran (postes) mengenai materi larutan penyangga.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan design non equivalent control group design (Creswell, 1997) yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 2. Desain penelitian Kelas
Pretes
Perlakuan
Postes
Kelas eksperimen
O1
X
O2
Kelas kontrol
O1
-
O2
Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) yang terdiri dari 9 soal uraian. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model discovery learning (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran
29
konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) yang terdiri dari 9 soal uraian.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan model discovery learning (X) dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan proses sains dalam memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model discovery learning pada materi larutan penyangga sejumlah 4 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mengukur keterampilan memprediksi dan menyimpulkan, pada lembar observasi kinerja guru.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan kevalidan isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen
30
dengan ranah yang diukur. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M. Si., sebagai dosen pembimbing untuk memvalidasi.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Pra penelitian Tujuan pra penelitian, yaitu: a.
Meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.
b.
Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan saranaprasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c.
2.
Menentukan populasi dan sampel penelitian.
Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
31
a.
Tahap persiapan Pada tahap ini, peneliti menyusun analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes,Lembar Kerja Siswa (LKS) materi larutan penyangga, dan lembar kinerja guru terhadap pembelajaran materi larutan penyangga.
b.
Tahap pelaksanaan penelitian Adapun prosedur pelaksanaan penelitian, yaitu: (1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan penyangga sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran menggunakan model discovery learning diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol (3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c.
Analisis dan pelaporan hasil penelitian Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan.
32
b.
1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.
penelitian
a.
Pra penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Postes
Kelas eksperimen (Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning)
Analisis data Pembahasan dan simpulan
Analisis dan pelaporan hasil penelitian
Kelas kontrol (Pembelajaran konvensional)
Pretes
Penelitian
1. Menentukan populasi dan sampel penelitian 2. Menyusun instrumen penelitian
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1.
Analisis data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berikut teknik analisis data, antara lain:
33
a. Mengubah skor menjadi nilai Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan proses sains dalam memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga dirumuskan sebagai berikut: Nilai peserta didik = ...................................(1) b. Menghitung n-Gain dari nilai peserta didik Perhitungan n-Gain digunakan untuk melihat efektivitas model discovery learning pada sampel. Perhitungan n-Gain dirumuskan sebagai berikut:
n - Gain
Nilai Postes - Nilai Pretes .............................................................(2) Nilai Maksimum - Nilai Pretes
2. Pengujian hipotesis a. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut: Hipotesis: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut: ................................................................................................(3) Keterangan: Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan
34
Kriteria uji: Terima H0 jika
2
<
2
(1-α)(k-3)
atau
2
hitung <
2
Tabel
dengan taraf nyata 0,05.
b. Uji homogenitas dua varians Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian yang dibandingkan memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.
Hipotesis ( Sampel penelitian memiliki varians yang homogen) ( Sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)
Statistik Uji
Atau
......................(4)
Kriteria Uji Terima H0 hanya jika
atau
dengan taraf nyata
0,05. Dalam hal lainnya tolak H0.
c.
Uji perbedaan dua rata-rata Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang lebih tinggi antara pembelajaran discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari peserta didik SMA Negeri 1 Bandar Lampung.
35
Rumusan Hipotesis: H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpul kan pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan pembelajaran discovery learning lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang pada kelas diterapkan pembelajaran konvensional. H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpul kan pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan pembelajaran discovery learning lebih tinggi dari pada ratarata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga ada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. Keterangan: µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok larutan penyangga pada kelas yang diterapkan pembelajaran discovery learning. µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. x : keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen (
=
), maka
pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut: ..............................(5)
(Sudjana, 2005)
36
Keterangan: thitung = Perbedaan dua rata-rata. = Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang diterapkan model pembelajaran discovery learning. = Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang diterapkan model pembelajaran konvensional. = Simpangan baku gabungan. = Jumlah peserta didik pada kelas yang diterapkan discovery learning. = Jumlah speserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku peserta didik yang diterapkan discovery learning.. = Simpangan baku peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α dengan derajat kebebasan d (k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1 – α).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: 1.
Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada kelas yang diterapkan discovery learning pada materi larutan penyangga lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi larutan penyangga.
2.
Model discovery learning pada materi larutan penyangga efektif dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: 1.
Model discovery learning hendaknya diterapkan sebagai model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran kimia khususnya materi larutan penyangga.
2. Bagi calon peneliti lain tertarik untuk menerapkan model discovery learning, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan terutama pada persiapan perangkat pembelajaran.
55
3.
Pada penerapan pembelajaran dengan model discovery learning hendaknya memperhatikan alokasi waktu, karena dalam pelaksanaannya pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama disetiap tahap-tahap discovery learning.
DAFTAR PUSTAKA
Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Seminarof Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung. Creswell, J. W. 1997. Re-search Design Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage Publications. Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta. Diantini. 2015. “Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan NonElektrolit”. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dirdjosoemarto dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP. Esler, W.K dan Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary Science. California Wads Worth. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pelajar Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs- UPI. Bandung. Hanafiah dan Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembeajaran. PT Refika Aditama. Bandung Hudojo. 2002. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. FMIPA UM. Malang Husamah, S., dan Yanur. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Presentasi Pustakaraya. Jakarta. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.
Indrawati. 1999. Pembelajaran Inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah Dasar. FMIPA UNJ. Jakarta. Kurniasih, I dan Sani, B. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kata Pena. Jakarta Syaodih N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta. Priyatni, E. T. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta. Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar: salah satu unsur pelaksanaan strategi belajar mengajar: teknik penyajian. Rineka Cipta. Jakarta. Rustaman, N.Y dan Widodo, A. 2005. Keterpaduan Kurikulum dan Pembelajaran dalam Menyiapkan Guru IPA Sekolah Dasar Treand dan Alternatif. Majalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta. Sani, I. K. 2014. Sukses Mengimplemenasikan Kurikulum 2013. Kata Pena. Jakarta. Sari, P.A.W. 2014. Efektivitas Discovery Learning Dalam Meningkatkan Penguasan Konsep dan Kemampuan Menyimpulkan Pada Hukum-Hukum Dasar Kimia. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Slavin, R. E. 2002. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung Soelemani, H dkk. 2012. The Effect of Instruction Based on Multiple Intelligences of Theory on the Attitude and Learning of General English. Journal English Language Teaching 5 (9).University of Istahan. Iran Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Tawil, M. dan Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM. Tim Penyusun. 2013a. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta. __________. 2013c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta.
__________. 2014. Permendikbud Nomor 59. 2014 Kurikuum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta. __________. 2013. Permendikbud Nomor 65. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3. Balai Pustaka. Jakarta. Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 3 April 2016, Tersedia:http://www.Edukasi.kompas.com