EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Fitria 4301409018
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 16 Juli 2013
Fitria 4301409018
ii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Efektivitas
Penggunaan
Multimedia
Meminimalisasi Miskonsepsi
Interaktif
Siswa pada
dalam
Upaya
Materi Pokok
Larutan
Penyangga disusun oleh Fitria 4301409018 telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 16 Juli 2013.
Panitia: Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si 196310121988031001
Dra. Woro Sumarni, M.Si 196507231993032001
Ketua Penguji
Agung Tri Prasetya, S.Si, M.Si 196904041994021001 Anggota Penguji/
Anggota Penguji/
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Drs. Sigit Priatmoko, M.Si 196504291991031001
Drs. Kasmui, M.Si 196602271991021001
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO “Sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya” (QS : 2 :286)
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.
Ayah (Kadiman) dan Ibu (Samsiati)
2.
Kakek (Daryoko) dan Nenek (Kasinem)
3.
Kedua adikku (Siti Mursida dan Cahya Qurota a’yun)
4.
Dwi Septiani, Windi Andriyani, Nur Hidayah dan Brilliana Agnesia
5.
Teman-teman Chem Edu ’09
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian maupun pelaporan hasil penelitian.
2.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan melakukan penelitian.
3.
Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan nonteknis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian.
4.
Drs. Sigit Priatmoko, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran bagi penulis selama penyusunan skripsi.
5.
Drs. Kasmui, M.Si, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran bagi penulis selama penyusunan skripsi.
6.
Agung Tri Prasetya, S.Si, M.Si, sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran.
7.
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd, selaku kepala SMA Negeri 1 Jatisrono dan guru kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.
8.
Ayah, ibu, dan keluarga tercinta yang telah memotivasi dan memberikan doa dalam penyusunan skripsi ini.
v
9.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik material maupun spiritual. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, 16 Juli 2013us 2011
Penulis
vi
ABSTRAK Fitria. 2011. Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Sigit Priatmoko, M.Si dan Pembimbing Pendamping Drs. Kasmui, M.Si. Kimia merupakan bidang kajian yang melibatkan tiga level representasi yaitu level makroskopis, level mikroskopis dan level simbolik sehingga banyak menimbulkan miskonsepsi. Oleh karena itu, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan ketiga level representasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan multimedia interaktif dalam upaya meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. Populasi penelitian ini yaitu seluruh kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono tahun ajaran 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan bantuan multimedia interaktif dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design yang berbentuk pretestposttest control group design. Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil tes diagnostik miskonsepsi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase miskonsepsi siswa kelas eksperimen 28,03% dan kelas kontrol 42,88%. Nilai gain ternormalisasi kelas eksperimen 0,64 dan kelas kontrol 0,5 yang berarti peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Skor jawaban siswa yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama, sedangkan pada uji t satu pihak kiri thitung (-4,89) ≤ - t(0,95)(64) (- 1,67) yang berarti rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. Kata kunci : efektivitas, multimeda interaktif, miskonsepsi, larutan penyangga.
vii
DAFTAR ISI
Halaman PRAKATA .................................................................................................
v
ABSTRAK .................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvi
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah .................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ..........................................................................
4
1.3
Tujuan ............................................................................................
4
1.4
Manfaat ..........................................................................................
4
1.5
Pembatasan Masalah ......................................................................
5
2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
7
2.1
Konsep dan Konsepsi .....................................................................
7
2.2
Miskonsepsi ...................................................................................
7
2.3
Multimedia Interaktif .....................................................................
10
2.4
Materi Pokok Larutan Penyanga ....................................................
15
2.5
Kaitan antara Materi Pokok Larutan Penyangga, Multimedia Interaktif dan Miskonsepsi .............................................................
26
2.6
Kajian Penelitian yang Relevan .....................................................
27
2.7
Kerangka Berpikir ..........................................................................
28
2.8
Hipotesis .........................................................................................
30
3. METODE PENELITIAN .......................................................................
31
3.1
Desain Penelitian............................................................................
31
3.2
Alur Penelitian ...............................................................................
31
viii
Halaman 3.3
Variabel Penelitian .........................................................................
33
3.4
Penentuan Subyek Penelitian .........................................................
34
3.5
Instrumen Penelitian.......................................................................
35
3.6
Teknik Pengumpulan Data .............................................................
44
3.7
Pembuatan Multimedia Interaktif ..................................................
44
3.8
Metode Analisis Data .....................................................................
51
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................
64
5.1
Hasil Penelitian ..............................................................................
64
5.2
Pembahasan ....................................................................................
87
5. PENUTUP ..............................................................................................
142
5.1
Simpulan ........................................................................................
142
5.2
Saran...............................................................................................
142
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
144
LAMPIRAN ...............................................................................................
147
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Penyebab miskonsepsi ......................................................................
9
2.2
Naskah media flash materi larutan penyangga .................................
12
2.3
Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga .............
22
3.1
Pola rancangan penelitian .................................................................
31
3.2
Kriteria penilaian tingkat pemahaman ..............................................
38
3.3
Klasifikasi daya pembeda soal .........................................................
39
3.4
Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba ................................
39
3.5
Klasifikasi tingkat kesukaran soal ....................................................
40
3.6
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba ...........................
40
3.7
Interpretasi nilai koefisien reliabilitas ..............................................
43
3.8
Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi ...................................................................
45
3.9
Kriteria gain ......................................................................................
56
4.1
Hasil uji normalitas data nilai uas kimia kelas XI IPA .....................
65
4.2
Hasil uji homogenitas populasi.........................................................
65
4.3
Hasil uji kesamaan keadaan awal populasi.......................................
66
4.4
Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep pengertian larutan penyangga...............................................
4.5
Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep komponen larutan penyangga...............................................
4.6
69
Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH
4.8
68
Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ......................................
4.7
67
70
Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep perhitungan pH larutan penyangga ......................................
x
71
Tabel 4.9
Halaman Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep kapasitas larutan penyangga .................................................
72
4.10 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep fungsi larutan penyangga .....................................................
72
4.11 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep pengertian larutan penyangga...............................................
73
4.12 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep pengertian larutan penyangga hasil post test ..................................................................
74
4.13 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep komponen larutan penyangga...............................................
74
4.14 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep komponen larutan penyangga hasil post test ..................................................................
75
4.15 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ......................................
75
4.16 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep cara pembuatan larutan penyangga hasil post test ......................................................
76
4.17 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH
77
4.18 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH hasil post test .....................
77
4.19 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep perhitungan pH larutan penyangga ......................................
78
4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan pH larutan penyangga hasil post test ..................................................................
78
4.21 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep kapasitas larutan penyangga .................................................
80
4.22 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga hasil post test ..................................................................
81
4.23 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep fungsi larutan penyangga .....................................................
xi
81
Tabel
Halaman
4.24 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga hasil post test ..................................................................
82
4.25 Hasil uji gain ternormalisasi terhadap hasil belajar siswa ................
82
4.26 Hasil uji normalitas data post test pada kelas eksperimen................
83
4.27 Hasil uji normalitas data post test pada kelas kontrol ......................
83
4.28 Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep ...............................................................................................
84
4.29 Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi ......................................................................................
85
4.30 Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep ...............................................................................................
86
4.31 Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi ......................................................................................
86
4.32 Hasil uji Wilcoxon jawaban yang tergolong tidak paham konsep ...............................................................................................
87
4.33 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test ...........................................................
89
4.34 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test ..................................................................
91
4.35 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test ..........................................................
93
4.36 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test.................................................................
94
4.37 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol .......................................
122
4.38 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test ......................................................
124
4.39 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ..................................................
xii
127
4.40 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test .................................................................
130
4.41 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol .......................................
133
4.42 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test ......................................................
xiii
135
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Tampilan menu media flash larutan penyangga ...............................
14
2.2
Tampilan media flash pengertian larutan penyangga .......................
14
2.3
Tampilan media flash komponen larutan penyangga asam ..............
15
2.4
Kerangka berpikir penelitian ............................................................
30
3.1
Diagram alur penelitian ....................................................................
33
4.1
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor 1-10 ..................................................
4.2
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor 11-20 ................................................
4.3
95
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor 11-20 .......................................................
4.9
94
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor 1-10 .........................................................
4.8
93
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor 11-20 ...............................................
4.7
92
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor 1-10 .................................................
4.6
91
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor 11-20.........................................................
4.5
90
Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor 1-10...........................................................
4.4
90
95
Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kontrol ................................................
122
4.10 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen .................
125
4.11 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol ........................
xiv
126
Gambar
Halaman
4.12 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ..................................................
128
4.13 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen............................
131
4.14 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol ..................................
132
4.15 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol .......................................
134
4.16 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen .................
136
4.17 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol ........................
xv
136
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Silabus Kelas Eksperimen ...................................................................
147
2.
Silabus Kelas Kontrol ..........................................................................
150
3.
RPP Kelas Eksperimen ........................................................................
152
4.
RPP Kelas Kontrol...............................................................................
171
5.
Lembar Kerja Siswa ............................................................................
190
6.
Kisi- Kisi Soal Uji Coba ......................................................................
203
7.
Lembar Soal Uji Coba .........................................................................
205
8.
Kunci Jawaban Soal Uji Coba .............................................................
209
9.
Kriteria Penilaian Soal Uji Coba .........................................................
217
10. Data Hasil Uji Coba Soal.....................................................................
223
11. Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ...............
225
12. Analisis Reliabilitas Soal Uji Coba .....................................................
227
13. Analisis Validitas Soal Uji Coba .........................................................
228
14. Kisi- Kisi Soal Pre Test dan Post Test ................................................
230
15. Lembar Soal Post Test .........................................................................
232
16. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test........................................
235
17. Kriteria Penilaian Soal Pre Test dan Post Test ....................................
241
18. Daftar Nilai UAS Kelas XI IPA SMAN 1 Jatisrono ...........................
245
19. Uji Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA 1..........................................
246
20. Uji Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA 2..........................................
247
21. Uji Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA 3..........................................
248
22. Uji Homogenitas Populasi ...................................................................
249
23. Analisis Varians Data Kondisi Awal ...................................................
250
24. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................
252
25. Daftar Nilai Pre Test............................................................................
253
26. Daftar Nilai Post Test ..........................................................................
257
27. Persentase Penguasaan Konsep pada Hasil Pre Test ...........................
261
xvi
Lampiran
Halaman
28. Persentase Penguasaan Konsep pada Hasil Post Test .........................
265
29. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen (Uji Gain Ternormalisasi) ....................................................................
269
30. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Kontrol (Uji Gain Ternormalisasi) ....................................................................
270
31. Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Paham Konsep Kelas Eksperimen ..........................................................................................
271
32. Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Miskonsepsi Kelas Eksperimen ..........................................................................................
272
33. Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Tidak Paham Konsep Kelas Eksperimen ..........................................................................................
273
34. Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Paham Konsep Kelas Kontrol .................................................................................................
274
35. Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Miskonsepsi Kelas Kontrol
275
36. Uji Normalitas Jawaban yang Tergolong Tidak Paham Konsep Kelas Kontrol .................................................................................................
276
37. Uji Kesamaan Dua Varians Jawaban Paham Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................................................
277
38. Uji Kesamaan Dua Varians Jawaban Miskonsepsi Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................................................................
278
39. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Jawaban Paham Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................................
279
40. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Jawaban Miskonsepsi antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................................
280
41. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Jawaban Tidak Paham Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................................
281
42. Story Board Multimedia Interaktif ......................................................
283
43. Dokumentasi Jawaban Miskonsepsi Siswa .........................................
297
44. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen .........................................
302
45. Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ...............................................
303
xvii
Lampiran
Halaman
46. Formulir Usulan Dosen Pembimbing ..................................................
304
47. SK Pembimbing...................................................................................
305
48. Surat Ijin Penelitian .............................................................................
306
49. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...................................
307
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya menyebabkan ilmu ini dianggap rumit oleh siswa. Tsaparlis (2003) menyatakan bahwa kimia merupakan salah satu ilmu yang masih dianggap sulit oleh siswa. Sifatnya yang abstrak meliputi konsep struktural, bahasa simbolik, dan karakter matematika tidak hanya menyebabkan kesulitan bagi banyak siswa tetapi juga berkontribusi untuk menjadikannya sebagai pelajaran yang tidak disukai. Menurut Gabel dan Johnston sebagaimana dikutip oleh Wu (2001) juga menyatakan bahwa kimia merupakan bidang kajian yang kompleks karena di dalam kimia terdapat tiga level representasi, yang meliputi level makroskopis, level mikroskopis dan level simbolik. Pemahaman yang kompleks ini menyebabkan tidak semua konsep kimia dapat diamati secara langsung, sehingga dibutuhkan daya nalar yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam konsep kimia, khususnya pada level mikroskopis. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa terkadang membuat penafsiran sendiri terhadap suatu konsep yang dipelajarinya. Namun, hasil penafsiran yang berupa gagasan-gagasan yang ada dalam struktur kognitif siswa mengenai atribut-atribut kriteria dari konsep adakalanya tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan konsep yang telah disepakati para ahli. Timbulnya
1
2
ketidaksesuaian
tersebut
berdampak
pada
munculnya
kesalahan
dalam
pemahaman yang dikenal dengan istilah miskonsepsi. Miskonsepsi dalam diri siswa disebabkan oleh persepsi yang diterima siswa tidak sama dengan persepsi yang dikemukakan oleh ilmuwan. Siswa yang telah mengalami miskonsepsi tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami miskonsepsi karena siswa tersebut menganggap konsepsi yang telah dimilikinya adalah benar. Oleh sebab itu, cukup sulit membenarkan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa. Miskonsepsi pada satu materi kimia akan menyebabkan kesulitan belajar pada materi yang lain. Hal ini disebabkan antar konsep kimia memiliki keterkaitan. Salah satu materi pokok yang membutuhkan penalaran tinggi dalam pelajaran kimia adalah materi larutan penyangga sehingga materi ini berpotensi untuk menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ma’rifah (2012) yang menunjukkan bahwa masih terdapat miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga setelah menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif. Miskonsepsi tersebut meliputi pengertian dan sifat larutan penyangga, pH larutan penyangga pada penambahan asam/basa, pH larutan penyangga dengan prinsip kesetimbangan, dan fungsi larutan penyangga. Konsep
larutan
penyangga
membutuhkan
pemahaman
yang
mendalam mengenai reaksi kimia, perhitungan kimia (stoikiometri), dan rumusrumus dalam menentukan pH. Keterkaitan antara beberapa aspek dalam konsep larutan penyangga tersebut membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi.
3
Berdasarkan sifat ilmu kimia tersebut, seharusnya pembelajaran kimia berorientasi pada ketiga level representasi, yaitu level makroskopis, mikroskopis dan simbolik. Namun, berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jatisrono, pembelajaran kimia hanya menggunakan LKS dan buku teks yang hanya menekankan penyampaian meteri pada level simbolik dan makroskopis tetapi tidak bisa digunakan untuk menyampaikan konsep kimia pada level mikroskopis secara maksimal. Penggunaan multimedia interaktif merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat dipilih oleh guru untuk menyajikan konsep kimia yang bersifat abstrak. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa multimedia interaktif memadukan animasi, gambar, teks, audio, dan video yang dapat diproses dengan berbagai indra sehingga informasi dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Ariani (2010) menyatakan bahwa dengan multimedia interaktif, siswa tidak hanya dapat melihat gejala tetapi juga dapat berinteraksi untuk melihat gambaran nyata suatu konsep. Teoh (2007) juga menyatakan bahwa multimedia berguna dalam memvisualisasikan konsep, fitur multimedia interaktif dapat memberikan gambaran yang mendalam setelah belajar. Selain itu Teoh (2007) juga menyatakan bahwa multimedia interaktif sebagai media pembelajaran dapat mendukung transfer pengetahuan. Dengan demikian, penggunaan multimedia interaktif diharapkan dapat memperdalam pemahaman konsep dan dapat meminimalkan miskonsepsi yang mungkin terjadi. Penanggulangan miskonsepsi dengan menggunakan multimedia interaktif sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Greenbowe (2004). Hasil
4
penelitian Greenbowe (2004) menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada materi pokok elektrokimia, karena animasi komputer berupa grafik dan reaksi kimia yang terdapat dalam multimedia interaktif dapat membantu siswa dalam memahami materi dan mengubah miskonsepsi yang sebelumnya mereka alami menjadi konsepsi yang benar. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap penting untuk dilakukan penelitian mengenai “Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga”, dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi guru kimia untuk meminimalkan miskonsepsi siswa.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan
permasalahan
apakah
penggunaan
multimedia
interaktif
efektif
untuk
meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga?
1.3
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan
multimedia interaktif dalam upaya meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga.
1.4
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah,
dan peneliti.
5
1.4.1
Siswa Penggunaan multimedia interaktif diharapkan dapat menambah
pemahaman siswa terhadap materi pokok larutan penyangga dan membantu siswa untuk mengatasi adanya miskonsepsi ketika mempelajari materi pokok tersebut. 1.4.2
Guru Penggunaan multimedia interaktif dapat digunakan sebagai alternatif
dan bahan pertimbangan bagi guru dalam upaya mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa. 1.4.3
Sekolah Pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif diharapkan
dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan mutu pendidikan sekolah, khususnya dalam mata pelajaran kimia kelas XI. 1.4.4
Peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kreatifitas dan
keterampilan peneliti sebagai calon guru dalam memilih tindakan alternatif untuk mengatasi miskonsepsi siswa ketika mengajar nanti.
1.5
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan untuk lebih memfokuskan penelitian
ini. Adapun pembatasan masalahnya yaitu sebagai berikut: 1. Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Office Power Point sebagai software utamanya.
6
2. Penggunaan multimedia interaktif dikatakan efektif dalam meminimalisasi miskonsespsi siswa apabila: a. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. b. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. c. Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. 3. Peneliti bertindak sebagai guru dan miskonsepsi pada guru sudah sangat diminimalkan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep dan Konsepsi Rosser (dalam Dahar, 1989) menyatakan bahwa konsep adalah suatu
abstrak mental yang mewakili suatu kelas stimulus-stimulus, kejadian-kejadian yang mempunyai atribut yang sama. Selain itu, konsep menggambarkan keteraturan atau hubungan dengan sekelompok faktor-faktor yang ditandai oleh beberapa simbol atau tanda. Ciri-ciri konsep menurut Dahar (1989) adalah sebagai berikut: 1. Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut. 2. Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia dar fakta-fakta tersebut. 3. Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkan timbulnya fakta-fakta baru. Oleh karena itu, konsep dapat mengalami perubahan (bersifat tentatif). Setiap siswa mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep. Hal tersebut terjadi karena setiap siswa mempunyai cara yang berbedabeda dalam membangun pengetahuan mereka. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep disebut konsepsi (Berg, 1991).
2.2
Miskonsepsi Terdapat kecenderungan bahwa siswa memiliki konsepsi yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Beberapa di antara siswa tersebut ada yang memiliki 7
8
konsepsi yang berbeda dengan konsepsi ilmuwan, konsepsi ilmuwan biasanya lebih kompleks, lebih rumit, dan lebih banyak melibatkan keterkaitan antar konsep. Jika konsepsi siswa ternyata sama dengan konsepsi ilmuwan yang telah disederhanakan, maka konsepsi siswa tersebut tidak dikatakan salah. Namun, jika konsepsi
siswa
bertentangan
dengan
konsepsi
ilmuwan
yang
telah
disederhanakan, maka siswa tersebut dikatakan mengalami kesalahan konsepsi atau miskonsepsi (Berg, 1991). Dahar (1996) menyatakan bahwa miskonsepsi dapat terjadi karena kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah dalam struktur kognitifnya. Berg (1991) menyatakan bahwa kesalahan yang diperbuat oleh siswa dalam belajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber tertentu, misalnya salah hitung atau salah dalam penulisan rumus.
2.
Kesalahan dalam mengingat atau menghafal.
3.
Kesalahan yang terjadi terus menerus serta menunjukkan kesalahan dengan sumber tertentu. Aufschnaiter (2010) mengemukakan bahwa miskonsepsi terjadi
sebagai hasil dari pengalaman siswa yang berulang-ulang atas fenomena kehidupan sehari-hari mereka. Berdasarkan hal tersebut maka miskonsepsi terkadang cukup logis dan konsisten. Pada Tabel 2.1 berikut ini disajikan faktorfaktor penyebab miskonsepsi yang dikemukakan oleh Suparno (2005).
9
Tabel 2.1 Penyebab miskonsepsi Sebab utama Peserta didik
Pengajar
Buku Teks Konteks
Metode mengajar
Sebab khusus Prakonsepsi atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap atau salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa. Beberapa miskonsepsi bisa terjadi karena guru kurang menguasai bahan pelajaran atau memahami pelajaran yang tidak benar. Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku teks sulit diahami atau penjelasan yang ada dalam buku teks tidak benar. Bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain dengan bahasa ilmiah akan menyebabkan miskonsepsi, teman lain dan keyakinan agama juga berpengaruh terhadap timbulnya miskonsepsi pada siswa. Beberapa metode mengajar yang digunakan oleh guru, telebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan tetapi sering mempunyai dampak jelek, yaitu memunculkan miskonsepsi siswa.
Berg (1991) menyatakan bahwa miskonsepsi memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya adalah: 1.
Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki.
2.
Seringkali “sisa” miskonsepsi terus menerus mengganggu. Soal-soal yang sederhana dapat dikerjakan, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit miskonsepsi muncul kembali.
3.
Seringkali siswa yang sudah pernah mengatasi miskonsepsi setelah beberapa bulan ia salah kembali.
4.
Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tak dapat dihilangkan atau dihindari.
5.
Siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti dapat mengalami miskonsepsi.
10
Taber (2001) mengemukakan bahwa hampir seluruh materi dalam kajian ilmu kimia dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Jika miskonsepsi ini tidak segera diatasi, hal ini sangat berbahaya karena melalui pernyataan singkatnya, Helm dan Novak (Kumaedi, 2000) menyatakan, “Many of these misconceptions are perpasive, stable, and resistant to change”. Suparno (2005) juga menyatakan, miskonsepsi sulit dibenahi atau dibetulkan, terlebih bila miskonsepsi itu dapat membantu memecahkan persoalan tertentu. Hal ini akan berbahaya apabila miskonsepsi terjadi pada konsep-konsep kimia, karena konsepkonsep kimia memiliki kecenderungan untuk saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi miskonsepsi pada salah satu konsep maka miskonsepsi tersebut akan terbawa katika mempelajari konsep-konsep berikutnya. Berdasarkan Barke (2009), ada 2 alternatif untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, yaitu: 1.
Menyampaikan konsep yang telah disepakati oleh ilmuwan kemudian mendiskusikan miskonsepsi.
2.
Membiarkan terjadinya miskonsepsi pada siswa terlebih dahulu kemudian membuat mereka tidak nyaman dengan konsep yang mereka miliki setelah itu baru mengajarkan kepada siswa tentang konsep yang telah disepakati oleh ilmuwan.
2.3
Multimedia Interaktif Ariani (2010) menyatakan bahwa multimedia merupakan perpaduan
antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bimap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi
11
file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik. Menurut Daryanto (2010), multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. Multimedia yang dipakai dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Power Point sebagai software utamanya. Macromedia Flash Profesional 8 adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh para animator untuk menghasilkan animasi yang professional. Di antara program-program animasi, program Macromedia Flash Profesional 8 merupakan program yang paling fleksibel dalam pembuatan animasi, seperti animasi interaktif, game, company profile, presentasi, movie, dan tampilan animasi lainnya (Rosari, 2006). Rosari
(2006)
mengemukakan
beberapa
keunggulan
program
Macromedia Flash Profesional 8, antara lain: 1.
Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain.
2.
Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie.
3.
Dapat membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
12
4.
Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan.
5.
Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam beberapa tipe, diantaranya: .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov.
6.
Dapat mengolah dan membuat animasi dari objek Bitmap.
7.
Flash program animasi berbasis vektor memiliki fleksibilitas dalam pembuatan objek-objek vektor. Sebelum membuat multimedia interaktif dengan menggunakan
software Macromedia Flash Profesional 8 terlebih dahulu dibuat naskah media. Pada Tabel 2.2 berikut ini disajikan naskah media flash yang dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan story board. Tabel 2.2 Naskah media flash materi larutan penyangga No 1.
Materi Pendahuluan
2.
Pengertian Larutan Penyangga
3.
Larutan Penyangga Asam a. Komponen larutan penyangga asam b. Cara pembuatan larutan penyangga asam
c. Mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH
Isi presentasi Video apersepsi tentang larutan penyangga yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang larutan penyangga. a. Animasi larutan penyangga yang ditambahkan HCl. b. Teks materi yang berisi pengertian larutan penyangga. a. Animasi komponen larutan penyangga asam. b. Teks yang berisi materi mengenai komponen larutan penyangga asam. a. Teks yang berisi materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga asam. b. Animasi cara pembuatan larutan penyangga asam. c. Suara yang mengiringi teks materi cara pembuatan larutan penyangga asam. a. Animasi yang memvisualisasikan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. b. Teks yang memberikan penjelasan mengenai mekanisme larutan penyangga asam dalam
13
Lanjutan Tabel 2.2 Naskah media flash materi larutan penyangga No
Materi
d. pH larutan penyangga asam
4.
Larutan Penyangga Basa a. Komponen larutan penyangga basa b. Cara pembuatan larutan penyangga basa
c. Mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan pH
d. pH larutan penyangga basa
5.
Kapasitas Larutan Penyangga
Isi presentasi mempertahankan pH. c. Suara yang mengiringi teks penjelasan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH agar dapat memperdalam pemahaman siswa. a. Teks materi yang berisi pH larutan penyangga asam. b. Suara yang berfungsi sebagai penegasan atas hal-hal yang penting. a. Animasi komponen larutan penyangga basa. b. Teks yang berisi materi tentang komponen larutan penyangga basa. a. Teks yang berisi materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga basa. b. Animasi cara pembuatan larutan penyangga basa. c. Suara yang mengiringi teks materi cara pembuatan larutan penyangga basa. a. Animasi yang memvisualisasikan mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan pH ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. b. Teks yang memberikan penjelasan mengenai mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan pH. c. Suara yang mengiringi teks penjelasan mekanisme larutan penyangga basa dalam mempertahankan pH agar dapat memperdalam pemahaman siswa. a. Teks materi yang berisi pH larutan penyangga basa. b. Suara yang berfungsi sebagai penegasan atas hal-hal yang penting. a. Animasi yang berisi bahwa semakin banyak jumlah mol komponen penyang-ga, semakin besar kemampuannya mem-pertahankan pH. b. Animasi yang berisi bahwa larutan penyangga akan berfungsi sebagai penahan pH yang baik jika perbandingan asam lemah : basa konjugasi atau basa lemah : asam konjugasi antara 0,1 – 10 . c. Teks yang berisi materi kapasitas larutan penyangga.
14
Lanjutan Tabel 2.2 Naskah media flash materi larutan penyangga No 6.
Materi Fungsi Larutan Penyangga
Isi presentasi a. Teks yang berisi materi fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan dalam bidang industri. b. Gambar tabel larutan penyangga yang berperan dalam darah manusia. c. Animasi yang berisi fungsi larutan penyangga dalam industri obat tetes mata.
Gambar 2.1 sampai 2.3 berikut ini merupakan contoh tampilan media flash yang akan digunakan dalam penelitian.
Apersepsi
Gambar 2.1 Tampilan menu media larutan penyangga
Gambar 2.2 Pengertian larutan penyangga
15
Gambar 2.3 Komponen larutan penyangga asam
2.4
Materi Pokok Larutan Penyangga Materi pokok larutan penyangga merupakan salah satu materi pokok
dalam pelajaran kimia yang mencakup tiga level, yaitu level makroskopis, level mikroskopis, dan level simbolik. Level mikroskopis pada materi larutan penyangga termasuk materi yang sifatnya invisible dan banyak menimbulkan miskonsepsi. Konsep dalam bab ini membutuhkan pemahaman yang mendalam serta melibatkan penggunaan reaksi kimia, mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH larutan (bersifat invisible), perhitungan kimia (stoikiometri), dan rumus-rumus dalam menentukan pH. Keterkaitan antara aspek-aspek yang ada dalam konsep larutan penyangga tersebut yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi. Berikut ini adalah paparan mengenai materi pokok larutan penyangga. 2.4.1
Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer
berfungsi mempertahankan harga pH larutan. Ketika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam, basa atau air maka perubahan pH yang terjadi tidak begitu
16
berarti dan dapat diabaikan. Komponen larutan penyangga adalah asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. Larutan penyangga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. 2.4.2
Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam merupakan campuran antara larutan asam
lemah dan basa konjugasinya. Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan asam lemah dengan basa konjugasinya, misalnya campuran CH3COOH dan NaCH3COO. Larutan penyangga asam juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam lemah dengan basa kuat dengan syarat pada akhir reaksi ada sisa asam lemah, sedangkan basa kuat habis bereaksi. CH3COOH(aq) + NaOH(aq)
CH3COONa(aq) + H2O(l)
Karena NaOH habis bereaksi dan ada sisa CH3COOH, pada akhir reaksi terdapat campuran CH3COOH dan CH3COONa yang merupakan komponen pembentuk larutan penyangga. Dalam larutan, campuran itu akan membentuk kesetimbangan sebagai berikut: CH3COOH(aq)
CH3COO-(aq) + H+(aq)
Apabila ditambahkan sedikit asam (H+) atau basa (OH-) ke dalam larutan tersebut, akan terjadi reaksi berikut. 1. Jika ditambahkan asam maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk CH3COOH, menurut reaksi: CH3COO-(aq) + H+(aq)
CH3COOH(aq)
17
2. Jika ditambahkan basa, ion OH- akan dinetralkan oleh CH3COOH, menurut reaksi: CH3COOH (aq) + OH-(aq) 2.4.3
CH3COO-(aq) + H2O(l)
Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa merupakan campuran larutan basa lemah
dengan asam konjugasinya. Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara mencampur larutan basa lemah dengan asam konjugasinya, misalnya campuran NH4OH dan NH4Cl (komponen penyangganya NH4OH dan NH4+). Larutan penyangga basa juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan basa lemah dengan asam kuat dengan syarat akhir reaksi terdapat sisa basa lemah, sedangkan asam kuat habis bereaksi. NH4OH(aq) + HCl(aq)
NH4Cl(aq) + H2O(l)
Karena HCl habis bereaksi dan terdapat sisa NH4OH, pada akhir reaksi terdapat campuran NH4OH dan NH4+ (asam konjugasi dari NH4OH). Dalam larutan, campuran ini akan membentuk kesetimbangan sebagai berikut: NH4OH(aq)
NH4+(aq) + OH-(aq)
Apabila ditambahkan sedikit asam (H+) atau basa (OH-) ke dalam larutan tersebut, akan terjadi reaksi berikut. 1. Jika ditambahkan asam maka ion H+ akan dinetralkan oleh basa, menurut reaksi: NH3 (aq) + H+(aq)
NH4+ (aq)
2. Jika ditambahkan basa, ion OH- akan bereaksi dengan ion NH4+, menurut reaksi:
18
NH4+ (aq) + OH-(aq) 2.4.4
NH3 (aq) + H2O(l)
Menentukan pH Larutan Penyangga
2.4.4.1 Larutan penyangga asam Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH 3COOH) dengan larutan garam natrium asetat (CH3COONa). Dalam larutan, campuran tersebut terionisasi sebagai berikut: CH3COOH(aq) CH3COONa(aq)
CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Asam asetat adalah asam lemah. Tetapan ionisasi untuk reaksi ionisasi asam asetat adalah: 𝐾𝑎 =
𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂− [𝐻 +] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
Asam asetat hanya sedikit terionisasi, sedangkan natrium asetat terionisasi sempurna. Ion CH3COO- dari garam mengakibatkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri, sehingga asam asetat yang mengion semakin kecil. Untuk memudahkan dalam perhitungan, konsentrasi asam asetat dalam larutan dianggap tetap dan ion CH3COO- dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan CH3COOyang berasal dari asam asetat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:
𝐾𝑎 =
𝑔 [𝐻 + ] [𝑎]
atau
[𝑎]
[𝐻+] = 𝐾𝑎 [𝑔]
19
Volume larutan adalah volume campuran asam dan basa konjugasi, sehingga pH larutan penyangga hanya bergantung pada tetapan ionisasi asam serta perbandingan mol asam dan basa konjugasi. 𝑎 [𝐻 +] = 𝐾𝑎 𝑉 𝑔 𝑉 Persamaan tersebut pada V yang sama dapat ditulis sebagai berikut: [𝐻 +] = 𝐾𝑎
𝑎 𝑔
Sehingga, 𝑝𝐻 = − log 𝐾𝑎
𝑎 𝑎 = − log 𝐾𝑎 − log 𝑔 𝑔
𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 + log
𝑎 𝑔
Keterangan: Ka = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi 2.4.4.2 Larutan penyangga basa Contoh larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amonia (NH 3) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl). Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut: NH3(aq) + H2O(l) NH4Cl(aq)
NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4+(aq) + Cl-(aq)
20
Tetapan ionisasi basa lemah NH3 adalah: 𝐾𝑏 =
𝑁𝐻4 + [𝑂𝐻 −] [𝑁𝐻3 ]
Dalam hal ini konsentrasi H2O dianggap konstan. Dalam larutan, ion NH4+ dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan konsentrasi NH3 dianggap tepat, karena pengaruh ion NH4+ dari NH4Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke pihak NH3. Sehingga persamaan dapat dituliskan:
𝐾𝑏 =
𝑔 [𝑂𝐻 − ]
[𝑂𝐻 −] = 𝐾𝑏
atau
[𝑏]
[𝑏] [𝑔]
Volume larutan adalah volume campuran basa dan asam konjugasinya, maka persamaan menjadi: [𝑂𝐻 −] = 𝐾𝑏
𝑏 𝑔
Sehingga, 𝑝𝑂𝐻 = − log 𝐾𝑏
𝑏 𝑏 = − log 𝐾𝑏 − log 𝑔 𝑔
𝑝𝑂𝐻 = 𝑝𝐾𝑏 + log 𝑝𝐻 = 14 − 𝑝𝑂𝐻 Keterangan: Kb = tetapan ionisasi basa lemah a = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi
𝑏 𝑔
21
2.4.5
Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas penyangga mengacu pada jumlah asam atau basa yang dapat
ditambahkan ke dalam larutan penahan sebelum terjadi perubahan pH yang besar. Pada umumnya, kapasitas maksimum untuk menahan perubahan pH terjadi jika konsentrasi-konsentrasi asam (basa) lemah dan basa (asam) konjugasinya dijaga tetap tinggi atau kurang lebih sama satu sama lain. Larutan penyangga mempunyai kapasitas maksimum pada pH = pKa (pOH = pKb). Hal ini berarti larutan penyangga efektif pada daerah pKa – log
𝑎 𝑔
< pH < pKa + log
𝑎 𝑔
untuk
larutan penyangga asam, sedangkan untuk larutan penyangga basa efektif pada daerah pKb – log
𝑎 𝑔
𝑎
< pOH < pKb + log 𝑔 . Bilamana perbandingan konsentrasi
asam/basa konjugasi terhadap elektrolit lemahnya lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit pH di atas atau di bawah nilai pK. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara pH 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk ammonia-amonium klorida, sekitar pH 8,24 sampai 10,24 (Petrucci, 1987). 2.4.6
Fungsi Larutan Penyangga Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh
enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada pH tertentu. Untuk mempertahankan nilai pH agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga.
22
Dalam keadaan normal, darah manusia mempunyai pH antara 7,35 – 7,45. Nilai pH tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H2PO4- dan basa konjugasinya HPO42-. Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri. Dalam industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, pHnya harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Berdasarkan kajian dari beberapa penelitian mengenai miskonsepsi pada materi larutan penyangga serta buku-buku yang berkaitan dengan materi larutan penyangga, ada beberapa kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi pada siswa mengenai materi larutan penyangga. Pada Tabel 2.3 berikut ini disajikan beberapa kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi pada siswa mengenai materi larutan penyangga. Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No 1.
Miskonsepsi Pengertian Larutan Penyangga: Larutan penyangga adalah larutan yang berfungsi untuk mempertahankan pH. Jika larutan penyangga diencerkan atau ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat, maka pH larutan sama sekali tidak mengalami perubahan (Ma’rifah, 2012).
Rumusan konsep pH larutan penyangga tidak berubah secara signifikan jika sedikit diencerkan dengan aquades, ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat.
Cara mengatasi miskonsepsi Multimedia interaktif menyajikan animasi percobaan pengukuran pH larutan penyangga dengan menggunakan pH universal dan pH meter.
23
Lanjutan Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No 2.
3.
4.
Miskonsepsi Komponen larutan penyangga: a. Komponen larutan penyangga adalah asam lemah (basa lemah) dengan garamnya (Ma’rifah, 2012). b. Larutan penyangga asam adalah campuran dari asam dan basa (Khodaryah, 2010). Cara pembuatan larutan penyangga: a. Larutan penyangga hanya dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan asam konjugasinya). b. Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya. c. Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah mol yang sama (Khodaryah, 2010). d. Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan mereaksikan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah mol yang sama (Khodaryah, 2010). Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH: a. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam kuat, maka H+ dari asam kuat akan bereaksi dengan asam lemahnya.
Konsep yang benar
Cara mengatasi miskonsepsi
Komponen larutan penyangga asam adalah asam lemah dan basa konjugasinya sedangkan komponen larutan penyangga basa adalah basa lemah dan asam konjugasinya.
Multimedia interaktif menyajikan animasi dan teks yang menjelaskan komponen larutan penyangga.
Ada 2 cara membuat larutan penyangga: a. Mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya yang merupakan basa konjugasi atau asam konjugasi dari asam lemah atau basa lemah dengan perbandingan 0,1 – 10. b. Mencampurkan asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dalam jumlah berlebih. Atau mencampurkan basa lemah dengan asam kuat dimana basa lemah dalam jumlah berlebih.
Multimedia interaktif menyajikan animasi pembuatan penyangga disertai dengan software pH meter untuk menjelaskan bahwa campuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya (atau basa lemah dengan asam konjugasinya) dengan perbandingan di luar 0,1 – 10 tidak efektif untuk mempertahankan pH.
a. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam kuat, maka H+ dari asam kuat akan bereaksi dengan basa konjugasinya sehingga konsentrasi ion H+ hampir tidak berubah tetapi jumlah basa konjugasi berkurang.
Multimedia interaktif menyajikan animasi mekanisme larutan penyangga ketika ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat disertai teks dan suara untuk memperjelas animasi yang disajikan.
24
Lanjutan Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No
5.
Miskonsepsi
Konsep yang benar
b. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH- dari basa kuat akan bereaksi dengan basa konjugasinya. c. Jika sedikit asam ditambahkan pada larutan penyangga asam maka konsentrasi H3O+ atau H+ meningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). d. Jika sedikit asam ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi H3O+ atau H+ meningkat sedangkan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). e. Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan penyangga asam maka konsentrasi OHmeningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). f. Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi OHmeningkat dan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap (Khodaryah, 2010). pH larutan penyangga: a. Dalam perhitungan pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam atau basa kuat, reaksi stoikiometrinya tidak diperhitungkan (Ma’rifah, 2012).
b. Apabila ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit basa kuat, maka OHdari basa kuat akan bereaksi dengan asam lemah sehingga konsentrasi ion OH- hampir tidak berubah tetapi jumlah basa konjugasi akan bertambah. c. Apabila ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan sedikit asam kuat, maka H+ dari asam kuat akan bereaksi dengan basa lemah sehingga konsentrasi ion H+ hampir tidak berubah tetapi jumlah basa lemah berkurang dan asam konjugasi bertambah. d. Apabila ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan sedikit basa kuat, maka OH- dari basa kuat akan bereaksi dengan asam konjugasi sehingga konsentrasi ion OHhampir tidak berubah tetapi jumlah asam konjugasi berkurang. a. Dalam perhitungan pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam atau basa kuat harus dituliskan terlebih dahulu persamaan stoikiometri larutannya kemudian data yang dimasukkan dalam rumus pH larutan penyangga adalah data akhir reaksi (sisa).
Cara mengatasi miskonsepsi
Multimedia interaktif menyajikan teks penurunan rumus pH larutan penyangga disertai dengan suara yang menegaskan bahwa dalam menggunakan rumus pH jangan sampai terbalik, asam/basa lemah harus dibagi dengan basa/asam
25
Lanjutan Tabel 2.3 Kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga No
6.
Cara mengatasi miskonsepsi b. Dalam perhitungan pH laru- b. Jika ada garam yang konjugasinya bukan tan penyangga yang terdiri mengandung basa kon- garamnya. dari asam lemah atau basa jugasi/asam konjugasi lemah dengan garamnya lebih dari satu maka yang mempunyai basa konjumlah mol basa konjugasi/asam konjugasi lebih jugasi/asam konjugasi dari satu, jumlah asam harus dikalikan jumkonjugasi/basa konjugasi lahnya. tidak diperhitungkan. Kapasitas larutan penyangga: Campuran antara asam lemah Larutan penyangga Multimedia interakdengan basa konjugasinya efektif mempertahan- tif menyajikan ani(atau basa lemah dengan asam percobaan kan pH jika perbandi- masi konjugasinya) pasti memiliki yang membandingngan antara asam sifat penyangga walaupun lemah/basa lemah de- kan 2 campuran laperbandingan mol asam lemah ngan basa konjugasi rutan penyangga, didengan basa konjugasinya /asam konjugasinya mana yang perban(basa lemah dengan asam konberkisar antara 0,1 dingan komponenjugasinya) tidak berkisar antanya tidak berkisar sampai 10. ra 0,1 – 10. antara 0,1 sampai 10 tidak dapat mempertahankan pH seperti yang perbandingan komponennya berkisar antara 0,1 samMiskonsepsi
Konsep yang benar
Fungsi larutan penyangga: Asidosis adalah suatu kondisi dimana pH menurun, maka konsentrasi H3O+ atau H+ juga turun (Khodaryah, 2010).
Dalam darah terdapat larutan penyangga karbonat, hemoglobin dan oksihemoglobin sehingga jika terjadi penambahan asam ke dalam tubuh tidak akan terjadi asidosis (pH darah menurun sebagai akibat konsentrasi H3O+ atau H+ meningkat).
pai 10. 7.
Multimedia interaktif menyajikan animasi dan teks fungsi larutan penyangga agar siswa lebih mudah mengingat materi.
26
2.5
Kaitan antara Materi Pokok Larutan Multimedia Interaktif dan Miskonsepsi
Penyangga,
Menurut Tsaparlis (2003), kimia merupakan salah satu kajian ilmu yang bersifat abstrak sehingga sulit dipahami. Kean (1985) juga menyebutkan bahwa sebagian besar kimia bersifat abstrak. Ciri khas dunia kimia yang tak nampak harus dikhayalkan karena tidak dapat dialami langsung. Salah satu bahan kajian kimia yang bersifat abstrak adalah materi pokok larutan penyangga karena di dalam materi tersebut mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH tidak dapat diamati secara langsung (bersifat invisible), hal ini merujuk pada level mikroskopis dari materi larutan penyangga. Selain itu, materi larutan penyangga juga meliputi level makroskopis yang dapat dipelajari melalui percobaan maupun level simbolik yang melibatkan penulisan reaksi-reaksi kimia dan rumus pH. Materi larutan penyangga termasuk materi banyak menimbulkan miskonsepsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ma’rifah (2012) yang menemukan bahwa miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga setelah menggunakan strategi konflik kognitif masih begitu banyak, yaitu meliputi pengertian dan sifat larutan penyangga (46,67%), pH larutan penyangga pada penambahan asam/basa (26,67%), pH larutan penyangga dengan prinsip kesetimbangan (30,00%), fungsi larutan penyangga (26,67%). Konsep dalam bab ini membutuhkan pemahaman yang mendalam serta melibatkan penggunaan reaksi kimia, perhitungan kimia (stoikiometri), dan rumus-rumus dalam menentukan pH. Keterkaitan antara aspek-aspek yang ada dalam konsep larutan
27
penyangga tersebut yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi. Kean (1985) menawarkan sebuah pendekatan studi dalam belajar kimia yang sebagian besar bersifat abstrak, yaitu dengan menciptakan gambar batin mengenai dunia abstrak yang dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat memadukan animasi, gambar, teks, audio, dan video sehingga dapat memvisualisasikan, menganalogikan dan menyajikan materi yang bersifat abstrak. Dengan
demikian,
diharapkan
penggunaan
multimedia
interaktif
dapat
meminimalisasi adanya miskonsepsi.
2.6
Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai penggunaan multimedia interaktif berbantuan
komputer untuk menurunkan miskonsepsi sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kici (2012). Penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan multimedia yang dapat menciptakan suasana yang interaktif dapat menurunkan miskonsepsi siswa pada kajian fotosintesis, hal ini karena tampilan pada multimedia interaktif tersebut dapat membawa siswa ke dalam dunia mikro yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh indra. Penelitian lain dilakukan oleh Alias (2009). Dari hasil penelitiannya, ia menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif (yang dipakai adalah media power point) dapat menurunkan miskonsepsi hingga 89% pada materi statistika. Hal ini karena multimedia interaktif dapat mengubah
28
belajar siswa dari pasif menuju aktif sehingga berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Greenbowe (2004) yang meneliti mengenai efektivitas penggunaan multimedia interaktif dalam mengurangi miskonsepsi siswa pada materi pokok elektrokimia. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat mengurangi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Greenbowe (2004) menyatakan bahwa animasi komputer berupa grafik dan reaksi kimia yang terdapat dalam multimedia interaktif dapat membantu siswa dalam memahami materi dan mengubah miskonsepsi yang sebelumnya mereka alami. Hasil penelitian Wiyono (2012) juga menyatakan bahwa visualisasi yang disajikan melalui multimedia interaktif memungkinkan
siswa
melakukan
navigasi,
berinteraksi,
berkreasi
dan
berkomunikasi dengan menghubungkan panca indra mereka dengan antusias sehingga informasi yang masuk ke memorinya lebih tahan lama dan mudah dipanggil pada saat informasi tersebut dibutuhkan.
2.7
Kerangka Berpikir Materi pokok larutan penyangga adalah salah satu bahan kajian kimia
yang sifatnya kompleks karena terdiri dari tiga level representasi yaitu level makroskopis, level mikroskopis dan level simbolik. Level mikroskopis materi larutan penyangga terdapat pada mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH yang tidak dapat diamati secara langsung (bersifat invisible). Selain itu, materi larutan penyangga juga mencakup level makroskopis yang dapat dipelajari melalui percobaan dan level simbolik yang melibatkan penulisan reaksi-
29
reaksi kimia dan rumus pH. Kompleksnya materi larutan penyangga ini menyebabkan sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep. Level mikroskopis pada konsep larutan penyangga menyebabkan meteri tersebut bersifat abstrak dan menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Tugas guru dalam mengatasi miskonsepsi ini adalah menerapkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan gambar batin mengenai dunia abstrak sehingga materi kajian kimia dapat dipahami dengan mudah. Gambar batin mengenai konsep kimia dapat diciptakan guru melalui penggunaan sebuah media, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan multimedia interaktif. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat memadukan animasi, gambar, teks, audio, dan video yang dapat diproses dengan berbagai indra sehingga siswa dapat menerima dan mengolah informasi kemudian dipertahankan dalam ingatannya. Dengan demikian, penggunaan multimedia ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi larutan penyangga pada level makroskopis, simbolik dan mikroskopis. Dengan meningkatnya pemahaman siswa, berarti tingkat miskonsepsi dapat berkurang dan hasil belajar siswa khususnya pada aspek kognitif dapat meningkat. Gambar 2.4 berikut ini merupakan gambaran kerangka berpikir dari penelitian yang dilakukan.
30
Konsep larutan penyangga sangat kompleks meliputi level makroskopis, simbolik dan mikroskopis. Level mikroskopis pada konsep larutan penyangga menyebabkan meteri tersebut bersifat abstrak dan menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Perlu adanya metode pembelajaran yang dapat menciptakan gambar batin mengenai dunia abstrak sehingga dapat dipahami.
Multimedia interaktif dapat memadukan animasi, teks, suara, dan gambar sehingga dapat menciptakan sesuatu yang abstrak menjadi konkret. Penggunaan pendekatan dan media yang tepat menyebabkan terjadinya peningkatan pemahaman materi larutan penyangga pada level makroskopis, simbolik dan mikroskopis
Pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif dapat meminimalkan tingkat miskonsepsi siswa Miskonsepsi berkurang dan hasil belajar pada aspek kognitif meningkat. Gambar 2.4 Kerangka berpikir penelitian
2.8
Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga.
31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True
Experimental Design yang berbentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010). Pada Tabel 3.1 berikut ini disajikan pola rancangan penelitian yang akan dilakukan. Tabel 3.1 Pola Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen Kontrol
Keadaan Awal 01 01
Perlakuan X -
Keadaan Akhir 02 02
Keterangan: X
: Pembelajaran kimia dengan menggunakan multimedia interaktif
-
: Pembelajaran kimia tanpa menggunakan multimedia interaktif
01
: Pre test
02
: Post test
3.2
Alur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian adalah:
1.
Menganalisis
bagian-bagian
dari
materi
larutan
penyangga
yang
memungkinkan terjadinya miskonsepsi melalui kajian terhadap buku-buku dan penelitian atau skripsi sebelumnya.
31
32
2.
Menyusun multimedia interaktif dengan bimbingan dosen pembimbing.
3.
Membuat instrumen penelitian meliputi kisi – kisi soal uji coba, soal uji coba, kunci jawaban soal uji coba dan kriteria penilaian soal uji coba.
4.
Melaksanakan uji coba instrumen penelitian di kelas XII IPA yang telah mendapatkan materi larutan penyangga, kemudian menganalisis dan menetapkan instrumen penelitian.
5.
Mengambil data awal kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono untuk menentukan sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling.
6.
Memberikan pre test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
7.
Melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian. Pada pelaksanaan ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol tanpa menggunakan multimedia interaktif.
8.
Memberikan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
9.
Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian untuk mengukur tingkat miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga.
10. Menganalisis/mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan. 11. Menarik kesimpulan dan menyusun serta melaporkan hasil-hasil penelitian. Secara ringkas alur penelitian dapat digambarkan seperti Gambar 3.1 berikut ini:
33
Mengkaji ragam miskonsepsi pada konsep larutan penyangga Membuat multimedia interaktif dan instrumen penelitian Melakukan uji coba soal diagnostik miskonsepsi Menentukan kelas eksperimen dan kontrol kemudian melakukan penelitian Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Pre-test
Pre-test
Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif
Pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif
Post-test
Post-test
Analisis miskonsepsi dan penguasaan konsep siswa
Analisis miskonsepsi dan penguasaan konsep siswa
Menarik kesimpulan Gambar 3.1 Diagram alur penelitian
3.3
Variabel Penelitian
3.3.1
Variabel Bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan multimedia
interaktif dengan Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Office Power Point sebagai software utamanya.
34
3.3.2
Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah miskonsepsi siswa pada
hasil belajar larutan penyangga. Data tingkat miskonsepsi didapatkan melalui tes diagnostik miskonsepsi. 3.3.3
Variabel kontrol Variabel kontrol meliputi guru, model dan metode pembelajaran, LKS
yang digunakan siswa, materi pelajaran, kurikulum dan jumlah jam pelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah kooperatif tipe STAD sedangkan metode pembelajarannya meliputi: diskusi, praktikum, ceramah dan pemberian tugas. LKS yang digunakan siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol adalah sama, materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pokok larutan penyangga, kurikulum yang dipakai adalah KTSP, dan jumlah jam pelajaran yang digunakan untuk penelitian adalah sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 12 jam pelajaran.
3.4
Penentuan Subyek Penelitian
3.4.1
Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA N 1 Jatisrono kelas XI jurusan IPA tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 3 kelas.
35
3.4.2
Sampel Dari populasi yang tersebar yaitu kelas XI IPA dipilih satu kelas
kontrol yaitu kelas XI IPA 2 sebanyak 33 siswa dan satu kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 1 sebanyak 33 siswa. 3.4.3
Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random
sampling dari populasi normal dan homogen dengan pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, guru mempunyai kemampuan yang sama, materi berdasarkan pada kurikulum yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan.
3.5
Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2010). 3.5.1
Jenis instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes
diagnostik miskonsepsi. Soal tes diagnostik miskonsepsi digunakan pada saat pre test dan post test. Tes diagnostik miskonsepsi yang digunakan berupa tes benar salah beralasan. Hal ini sesuai Taber (2010) yang menawarkan suatu tes benar salah beralasan sebagai tes diagnostik miskonsepsi. Tiap-tiap butir soal disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang mungkin dijawab pada pertanyaan essay atau pertanyaan terbuka. Dalam tes ini siswa diminta untuk mengidentifikasi
36
pernyataan pada soal tersebut benar ataukan salah, selain itu siswa juga diminta untuk memberikan alasannya, sehingga dengan menggunakan tes diagnostik tersebut miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat teridentifikasi. 3.5.2
Prosedur Penyusunan Instrumen Prosedur penyusunan instrumen merupakan langkah - langkah yang
dilakukan peneliti dalam menyusun instrumen penelitian dengan maksud agar instrumen yang digunakan dapat menghasilkan data yang sesuai. Lagkah–langkah dalam menyusun instrumen meliputi perencanaan, penulisan butir pertanyaan dan penyediaan tolak ukur. 3.5.2.1 Perencanaan Langkah ini dimulai dengan melakukan kajian terhadap konsep larutan penyangga yang diperoleh dari silabus dan buku-buku kimia. Langkah selanjutnya adalah menganalisis kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga yang diperoleh dari buku dan penelitian sebelumnya. Maksud dilakukannya langkah tersebut adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam instrumen penelitian. Hasil rumusan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen. 3.5.2.2 Penulisan butir pertanyaan Berdasarkan
kisi-kisi
instrumen
kemudian
disusun
butir-butir
pertanyaan. Tes diagnostik miskonsepsi berupa pernyataan benar salah beralasan, tiap-tiap pernyataan disusun berdasarkan kemungkinan miskonsepsi siswa yang mungkin terjadi pada konsep larutan penyangga. Jumlah butir soal yang dibuat
37
untuk diujicobakan sebanyak 30 butir yang terdiri atas komposisi jenjang sebagai berikut: 1.
Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 2 soal = 6,67%
2.
Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 9 soal = 30%
3.
Aspek penerapan (C3) terdiri dari 12 soal = 40%
4.
Aspek analisis (C4) terdiri dari 6 soal = 20%
5.
Aspek sintesis (C5) terdiri dari 1 soal = 3,33%
3.5.2.3 Penyediaan tolak ukur Penyediaan tolak ukur atau kriteria penilaian merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam penyusunan instrumen. Suharsimi (2006) menyatakan bahwa manfaat dari penyediaan tolak ukur adalah: 1. untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh faktor subyektif. 2. untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu berbeda. 3. untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data. Tolak ukur yang disediakan dalam tes diagnostik miskonsepsi berupa pengkatagorian hasil jawaban siswa dari tiap butir soal. Jawaban siswa dikelompokkan ke dalam kategori tingkat pemahaman menurut Costu (2008) dengan sedikit modifikasi. Kriteria penilaian tingkat pemahamannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
38
Tabel 3.2 Kriteria penilaian tingkat pemahaman Tingkat pemahaman Paham
Paham sebagian
Miskonsepsi
Tidak Paham
3.5.3
Kriteria penilaian
Ketentuan
Skor
Jawaban siswa mencakup semua tinjauan teoritis konsep yang dikemukakan para ahli. Jawaban siswa mencakup sebagian (tidak mencakup semua) tinjauan teoritis konsep yang dikemukakan para ahli. - Jawaban siswa menunjukkan kesalahpahaman yang mendasar tentang konsep yang dimilikinya. - Jawaban siswa menunjukkan sebagian informasi yang benar tetapi terdapat kesalahpahaman dalam menjelaskan. Jawaban siswa tidak relevan dan tidak logis.
Jawaban benar serta alasan yang dikemukakan lengkap dan benar. Jawaban salah karena alasan yang dikemukakan benar tetapi kurang lengkap. Jawaban salah karena alasan yang diberikan bertentangan dengan konsep yang benar.
5
Jawaban salah dan alasan salah serta tidak sesuai dengan maksud soal atau hanya mengulangi pertanyaan.
1
4
2
Uji Coba Instrumen Setelah menyelesaikan penyusunan instrumen di bawah bimbingan
dosen pembimbing I, dosen pembimbing II dan guru mitra, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen soal tes diagnostik miskonsepsi kepada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Jatisrono. 3.5.4
Analisis Uji Coba Instrumen Setelah dilakukan uji coba soal tes, kemudian dihitung daya beda soal,
tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas soal tes diagnostik miskonsepsi.
39
3.5.4.1 Daya beda soal Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berdasarkan Surapranata (2005) daya beda soal uraian ditentukan dengan rumus sebagai berikut: D=
Mean kelompok atas −Mean kelompok bawah Skor maksimum soal
Klasifikasi daya pembeda berdasarkan Suharsimi (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3 Klasifikasi daya pembeda soal Inteval DP ≤ 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
Kriteria Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik
Jumlah butir soal dan nomor soal dengan klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba Klasifikasi daya pembeda Baik Cukup Jelek
Nomor soal 3, 6, 8, 12, 14, 17, 20, 22, 23, 25, 30 5, 7, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 19, 21, 24, 27 1, 2, 4, 9, 26, 28, 29 Jumlah
Jumlah butir soal 11 12 7 30
(Keterangan: Perhitungan daya pembeda soal uji coba ini dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 225)
40
3.5.4.2 Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Berdasarkan Surapranata (2005) rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran (P) dari soal uraian adalah: P=
Mean Skor maksimum yang ditetapkan
dimana: Mean =
Jumlah skor siswa peserta tes pada suatu soal Jumlah peserta didik yang mengikuti tes
Klasifikasi tingkat kesukaran soal berdasarkan Suharsimi (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini. Tabel 3.5 Klasifikasi tingkat kesukaran soal Interval P = 0,00 0,00 < P 0,30 < P 0,70 < P P = 1,00
0,30 0,70 1,00
Kriteria Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah
Jumlah butir soal dan nomor soal dengan klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba Klasifikasi tingkat kesukaran Sukar Sedang
Mudah
Nomor Soal 21, 26, 28 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 20, 22, 23, 25, 27, 29, 30 10, 13, 16, 19, 24 Jumlah
Jumlah butir soal 3 22
5 30
(Keterangan: Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba ini dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 225)
41
3.5.4.3 Validitas Validitas instrumen tes dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal. 3.5.4.3.1 Validitas isi soal Validitas isi soal tes diagnostik miskonsepsi dikatakan tinggi apabila tes tersebut dapat mengungkap data-data mengenai miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa secara tepat. Upaya untuk memperoleh validitas isi soal dilakukan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing dan menyesuaikan soal tes dengan kurikulum yang berlaku. 3.5.4.3.2 Validitas butir soal Validitas butir soal diuji menggunakan rumus korelasi Product Moment yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada setiap soal dengan skor totalnya. Menurut Sudijono (1987), teknik korelasi Product Moment digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan berikut ini: a. Variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat kontinu. b. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak-tidaknya mendekati homogen. c. Regresinya merupakan regresi linear. Rumus korelasi Product Moment berdasarkan Suharsimi (2006) adalah sebagai berikut: N
rxy = N
XY − ( X)( Y)
X2 − ( X)
2
N
Y 2 − ( Y)
2
42
dimana: rxy
=
koefisien korelasi suatu butir/item
N
=
jumlah subyek
X
=
skor suatu butir/item
Y
=
skor total
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Jatisrono, dari 30 butir soal yang diujicobakan diperoleh: 1.
Soal-soal yang valid ada 24 soal dengan nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan 30.
2.
Soal-soal yang termasuk kategori tidak valid ada 6 yaitu soal dengan nomor 1, 2, 4, 10, 13 dan 29.
Perhitungan hasil validitas soal uji coba ini dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 228. 3.5.4.4 Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010). Sehingga reliabilitas suatu instrumen menyatakan derajat konsistensi data hasil pengukuran. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen soal tes diagnostik miskonsepsi ini adalah rumus Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen yang skornya bukan satu dan nol. Suharsimi (2006) menyatakan rumus
43
Alpha Cronbach yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut: r11 =
k k −1
1−
Σ𝜎 𝑏 2 𝜎𝑡 2
dengan 𝜎 =
Σ𝑋 2 −
(Σ 𝑋 )2 𝑛
𝑛
dimana: r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir soal
𝜎𝑏 2
= jumlah variansi butir
𝜎𝑡 2
= variansi total
X
= skor siswa pada setiap butir soal
N
= jumlah siswa Sebagai acuan untuk menginterpretasi nilai koefisien reliabilitas
digunakan kriteria menurut Suharsimi (2010) yang disajikan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Interpretasi nilai koefisien reliabilitas Besarnya nilai r Antara 0,81 s/d 1,00 Antara 0,61 s/d 0,80 Antara 0,41 s/d 0,60 Antara 0,21 s/d 0,40 Antara 0,00 s/d 0,20
Interpretasi Reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang Reliabilitas rendah Reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r11 = 0,91. Nilai koefisien korelasi tersebut pada interval 0,81 s/d 1,00 yang berarti reliabilitas soal dalam kategori sangat tinggi. Perhitungan reabilitas ini dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 227.
44
3.6
Teknik Pengumpulan Data
3.6.1
Tes Diagnostik Miskonsepsi Tes diagnostik miskonsepsi digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi yang terjadi pada siswa mengenai materi pokok larutan penyangga yang dilakukan pada siswa kelas XI sebelum dan setelah proses pembelajaran. 3.6.2
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal–
hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda atau sebagainya (Suharsimi, 2006). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui nama – nama siswa dan nilai siswa pada semester ganjil sebagai dasar analisis data tahap awal.
3.7
Pembuatan Multimedia Interaktif Multimedia interaktif disusun secara sistematis dengan tahapan mulai
dari produksi wacana, pembuatan Story Board, dan pembuatan program media. 3.7.1
Produksi Wacana Multimedia interaktif ini ditujukan untuk meminimalisasi adanya
miskonsepsi pada siswa, maka dalam pembuatannya harus mempertimbangkan kemungkinan miskonsepsi yang akan dialami siswa. Oleh sebab itu, pada tahap produksi wacana dilakukan studi pustaka terhadap miskonsepsi yang biasanya terjadi pada materi larutan penyangga dengan mengkaji buku-buku yang relevan dan mengkaji penelitian terdahulu.
45
3.7.2
Pembuatan Story Board Tahap ini dimulai dengan membuat tabel kisi-kisi pembuatan
multimedia interaktif. Dari tabel kisi – kisi tersebut dikembangkan Story Board yang menjadi pedoman pembuatan multimedia interaktif (Story Board dapat dilihat pada lampiran 42 halaman 283). Tabel 3.8 berikut ini menyajikan kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga berdasarkan penelitian terdahulu. Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No 1.
2.
Label konsep Pengertian dan sifat larutan penyangga
Cara pembuatan larutan penyangga
Rumusan konsep
Miskonsepsi
pH larutan penyangga tidak berubah secara signifikan jika sedikit diencerkan dengan aquades, ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat (dengan catatan larutan penyangga masih berada dalam kapasitas larutan penyangga).
Larutan penyangga adalah larutan yang berfungsi untuk mempertahankan pH. Jika larutan penyangga diencerkan atau ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat, maka pH larutan sama sekali tidak mengalami perubahan. a. Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya. b. 10 mL 0,1 M NH4OH dengan 10 mL 0,1 M HCl akan membentuk larutan penyangga. c. Larutan penyangga hanya
Ada 2 cara membuat larutan penyangga: a. Mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya yang merupakan basa konjugasi atau asam konjugasi dari asam lemah atau basa lemah dengan perbandingan 0,1 – 10. b. Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa
Komponen multimedia Teks materi pengertian larutan penyangga, animasi larutan penyangga ditambah dengan HCl.
Teks materi cara pembuatan larutan penyangga, animasi cara pembuatan larutan penyangga, suara yang berfungsi untuk memberikan keterangan materi.
46
Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No
3.
Label konsep
Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH
Rumusan konsep
Miskonsepsi
kuat dimana asam dapat dibuat dengan mencamlemah yang dicampurkan asam lepurkan dalam jummah dengan balah berlebih. Atau sa konjugasinya Mencampurkan (atau basa lesuatu basa lemah mah dengan dengan suatu asam asam konjugasinya). kuat dimana basa d. Larutan pelemah yang dicamnyangga asam purkan dalam jumdapat dibuat delah berlebih. ngan mereaksikan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah mol yang sama. a. Apabila ke dalam a. Apabila ke dalarutan penyangga lam larutan peasam ditambahkan nyangga asam sedikit asam kuat, ditambahkan maka H+ dari asam sedikit asam kuat akan bereaksi kuat, maka H+ dengan basa kondari asam kuat jugasinya sehingga akan bereaksi konsentrasi ion H+ dengan asam hampir tidak berlemahnya. ubah tetapi jumlah b. Apabila ke dabasa konjugasi lam larutan peberkurang. nyangga asam b. Apabila ke dalam ditambahkan larutan penyangga sedikit basa kuasam ditambahkan at, maka OHsedikit basa kuat, dari basa kuat maka OH- dari akan bereaksi basa kuat akan dengan basa bereaksi dengan konjugasinya. asam lemah se- c. Jika sedikit ahingga konsentrasi sam ditambahion OH- hampir kan pada laruttidak berubah an penyangga tetapi jumlah basa asam maka konjugasi akan konsentrasi bertambah. H3O+ atau H+ meningkat dan konsentrasi
Komponen multimedia
Animasi yang memvisualisasikan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat, teks yang memberikan penjelasan mengenai mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH, suara yang mengiringi teks penjelasan mekanisme larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH agar dapat memperdalam pemahaman siswa.
47
Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No
4.
Label konsep
Fungsi larutan penyangga dalam tubuh
Rumusan konsep
Miskonsepsi
c. Apabila ke dalam asam lemah dan larutan penyangga basa konjugatbasa ditambahkan nya tetap. sedikit asam kuat, d. Jika sedikit amaka H+ dari asam sam ditambahkuat akan bereaksi kan pada larutdengan basa lemah an penyangga sehingga konsenbasa maka kontrasi ion H+ hampir sentrasi H3O+ tidak berubah tetaatau H+ mepi jumlah basa leningkat sedangmah berkurang kan konsentrasi dan asam konjugabasa lemah dan si bertambah. asam konjugatd. Apabila ke dalam nya tetap. larutan penyangga e. Jika sedikit babasa ditambahkan sa ditambahkan sedikit basa kuat, pada larutan pemaka OH- dari nyangga asam basa kuat akan bemaka konsenreaksi dengan atrasi OH- mesam konjugasi seningkat dan hingga konsentrasi konsentrasi ion OH- hampir asam lemah dan tidak berubah tetabasa konjugatpi jumlah asam nya tetap. konjugasi berku- f. Jika sedikit barang. sa ditambahkan pada larutan penyangga basa maka konsentrasi OH- meningkat dan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap. a. Larutan penyang- a. Fungsi larutan ga untuk memperpenyangga datahankan pH dalam darah adarah. Ketika ada pelah mempertanambahan asam, hankan kadar maka ion H+ akan hemoglobin bereaksi dengan darah.
Komponen multimedia
Teks materi fungsi larutan penyangga, animasi fungsi larutan penyangga, gambar fungsi larutan pe nyangga
48
Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No
5.
Label konsep
Komponen larutan penyangga
Rumusan konsep
Miskonsepsi
ion hemoglobin b. Asidosis adalah suatu kondisi dan ketika terjadi dimana pH mepenambahan basa nurun, maka maka ion H+ akan konsentrasi bereaksi dengan H3O+ atau H+ hemoglobin. juga turun. b. Larutan penyangga dalam sel dan kelenjar ludah c. Larutan penyangga dalam industri. d. Dalam darah terdapat larutan penyangga karbonat, hemoglobin dan oksihemoglobin sehingga jika terjadi penambahan asam ke dalam tubuh tidak akan terjadi asidosis (pH darah menurun sebagai akibat konsentrasi H3O+ atau H+ meningkat). Komponen larutan a. Campuran penyangga asam adaHNO3 dan lah asam lemah dan NaNO3 adalah basa konjugasinya selarutan pedangkan komponen nyangga karena larutan penyangga campuran asam basa adalah basa lelemah dan gamah dan asam konjuramnya. gasinya. b. Campuran H3PO4 dan Na3PO4 bukan larutan penyangga karena campuran asam kuat dan garamnya.
Komponen multimedia pada obat tetes mata.
Teks materi komponen larutan penyangga, animasi komponen larutan penyangga.
49
Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi No 6.
Label Rumusan konsep konsep pH larutan a. pH larutan pepenyangga nyangga yang terdiri dari 100 mmol CH3COOH (Kb= 1,8 x 10-5) dan 100 mmol NaCH3COOH ketika ditambah dengan 1 mmol NaOH adalah 𝑛𝑎 [H+] = Ka x -5
𝑛𝑔 99 x 101
Miskonsepsi a. pH larutan penyangga yang terdiri dari 100 mmol CH3COOH (Kb =1,8 x 10-5) dan 100 mmol NaCH3COOH ketika ditambah dengan 1 mmol NaOH adalah 𝑛𝑎 [H+] = Ka x
𝑛𝑔 = 1,8 x 10 100 -5 -5 =1,8x 10 x = 0,98 x 10 100 = 1,8 x 10-5 pH = 5-log 0,98 pH = 5-log1,8 b. pH dari larutan b. Rumus pH lapenyangga asam: 𝑛𝑎 rutan penyang[H+] = Ka x 𝑛𝑔 ga basa: 𝑛𝑎 pH = - log [H+] [H+] = Ka x 𝑛𝑔 Keterangan: + pH = log [H ] na = jumlah mol c. Rumus pH laasam lemah rutan penyangng = jumlah mol ga asam: basa konjugasi 𝑛𝑔 [H+] = Ka x c. pH dari larutan 𝑛𝑎 + penyangga basa pH = log [H ] 𝑛𝑎 [OH ] = Kb x 𝑛𝑔 Keterangan: pOH= -log [OH-] na= jumlah mol pH = 14 – pOH asam lemah Keterangan: ng= jumlah mol na = jumlah mol basa konjugasi basa lemah d. Dalam perhing = jumlah mol tungan pH laruasam konjugasi tan penyangga d. Jika ada garam yang terdiri dari yang mengandung asam lemah basa konjugasi atau basa lemah /asam konjugasi dengan garamlebih dari satu nya yang memmaka jumlah mol punyai basa basa konjugasi konjugasi/asam /asam konjugasi konjugasi lebih harus dikalikan dari satu, jumjumlahnya. lah asam konju-
Komponen multimedia Teks materi rumus pH larutan penyangga, suara yang memberikan penegasan hal yang penting.
50
Lanjutan Tabel 3.8 Kisi-kisi multimedia interaktif dihubungkan dengan rumusan konsep dan miskonsepsi Label konsep
No
7.
Kapasitas larutan penyangga
3.7.3
Rumusan konsep
Miskonsepsi
gasi/basa konjugasi tidak diperhitungkan. Larutan penyangga Campuran antara efektif mempertahan- asam lemah dekan pH jika perbandi- ngan basa konjungan antara asam gasinya (atau basa lemah/basa lemah de- lemah dengan angan basa konjugasi sam konjugasinya) /asam konjugasinya pasti memiliki siberkisar antara 0,1 fat penyangga wasampai 10. laupun perbandingan mol asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya) tidak berkisar anta-ra 0,1 – 10.
Komponen multimedia
Animasi yang berisi bahwa semakin banyak jumlah mol komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan pH, animasi yang berisi bahwa larutan penyangga akan berfungsi sebagai penahan pH yang baik jika perbandingan asam lemah : basa konjugasi atau basa lemah : asam konjugasi antara 0,1 – 10, teks yang berisi materi kapasitas larutan penyangga.
Pembuatan Program Media Multimedia interaktif dibuat berdasarkan Story Board yang telah
disusun dengan menggunakan program Macromedia Flash Profesional 8 dan Microsoft Office Power Point sebagai program utamanya. Fitur Macromedia ini memberikan kemudahan-kemudahan dalam membangun dan mengatur animasi yang diinginkan. Materi presentasi pada multimedia interaktif disajikan dalam beberapa tampilan berupa teks, animasi, audio, dan video. Simulasi dan animasi yang dibuat sebagian dirancang oleh penulis dan sebagian mengunduh dari internet.
51
3.8
Metode Analisis Data Analisis data merupakan langkah paling penting dalam penelitian,
karena dalam analisis data akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang sudah diajukan. 3.8.1
Analisis Data Tahap Awal Data yang digunakan untuk uji tahap awal ini adalah nilai ulangan
akhir semester ganjil siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jatisrono pada mata pelajaran kimia. Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisis normalitasnya, homogenitasnya dan kesamaan keadaan awal populasinya. 3.8.1.1 Uji normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji normalitas data pada analisis data tahap awal ini digunakan sebagai dasar penentuan sampel dengan teknik cluster random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus: k 2
X = i=1
Keterangan: X2
= chi kuadrat
Oi
= frekuensi pengamatan
Ei
= frekuensi yang diharapkan
K
= banyaknya kelas
Oi − Ei Ei
2
52
Harga 2hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan 2tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k-3. Data berdistribusi normal jika 2hitung < 2tabel. 3.8.1.2 Uji homogenitas populasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi bersifat homogen ataukah tidak. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang menjadi populasi penelitian terdiri dari tiga kelas. Setelah data homogen baru diambil sampel dengan teknik cluster random sampling. Homogenitas populasi diuji menggunakan uji Bartlett karena populasinya lebih dari dua kelas. Hipotesis yang digunakan adalah: H0
: Varians antar kelompok tidak berbeda.
Ha
: Varians antar kelompok berbeda.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan uji Bartlett adalah: 1.
Menghitung varians gabungan dari semua kelas, dengan rumus: 𝛴 𝑛𝑖 − 1 𝑠𝑖 2 𝑠 = 𝛴 (𝑛𝑖 − 1) 2
2.
Menghitung harga satuan B, dengan rumus: 𝐵 = (log 𝑠 2 ) 𝛴 (𝑛 − 1)
3.
Menghitung nilai statis chi-kuadrat (X), dengan rumus: 2 𝑋𝑑𝑎𝑡𝑎 = 𝑙𝑛 10
𝐵−
Keterangan: si2 = variansi masing-masing kelompok s2 = variansi gabungan B = koefisien Bartlet
(𝑛𝑖 − 1) 𝑙𝑜𝑔 𝑆𝑖2
53
ni = jumlah siswa dalam kelas Harga 2hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan 2tabel dengan taraf signifikan () = 5% dan derajat kebebasan (dk) = k–1. Populasi homogen (H0 diterima) jika 2hitung < 2(1-)(k-1). 3.8.1.3 Uji kesamaan keadaan awal populasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Jika data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari kelas dalam populasi, maka populasi benar-benar berangkat dari titik tolak yang sama. Langkah berikutnya setelah populasi terbukti normal, homogen dan memiliki rata-rata yang sama adalah menetapkan kelas yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol secara cluster random sampling. Hipotesis yang diajukan pada uji ini adalah: H0 : 1 = 2 = ...... = k Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐴𝑦 𝑘 −1 𝐹= 𝐷𝑦 𝛴(𝑛𝑖 − 1) dengan : 1.
Jumlah kuadrat rata-rata (Ry) 𝐽2
Ry = 𝛴𝑛 , dengan J = J1 + J2 + ..... + Jk 𝑖
2.
Jumlah kuadrat antar kelompok (Ay) Ay = 𝛴
𝐽𝑖2 𝑛𝑖
- Ry
54
3.
Jumlah kuadrat total (𝛴𝑌 2 ) 𝛴𝑌 2 = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan
4.
Jumlah kuadrat dalam (Dy) Dy = 𝛴𝑌 2 – Ry – Ay
Kriteria pengujian, tolak H0 jika F ≥ F(1-α)(v1,v2) , dimana F(1-α)(v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1 – α), α = 5% dan dk = (v1,v2). 3.8.2
Analisis Data Tahap Akhir Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka
dilaksanakan tes akhir (post test). Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi: analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa, analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa, dan uji kesamaan dua rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa. 3.8.2.1 Analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase tingkat penguasaan konsep siswa dari setiap soal. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan hasil pre test dan post test dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tingkat penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol jika: 1.
Persentase siswa yang paham konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
2.
Persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.
55
3.
Persentase siswa yang tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum dilakukan perhitungan
persentase terlebih dahulu dilakukan pengkategorisasian tiap-tiap jawaban siswa berdasarkan tingkat penguasaan konsepnya. Rumus yang digunakan dalam perhitungan presentase jawaban siswa adalah: 𝑃
%P
= 𝑁 x 100%
%T
= 𝑁 x 100%
%M
= 𝑁 x 100%
𝑇
𝑀
Keterangan: %P =
Persentase siswa kategori paham konsep
%T =
Persentase siswa kategori tidak paham konsep
%M=
Persentase siswa kategori miskonsepsi
P
=
Jumlah siswa kategori paham konsep
M
=
Jumlah siswa kategori miskonsepsi
T
=
Jumlah siswa kategori tidak paham konsep
N
=
Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian
3.8.2.2 Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa digunakan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ditentukan melalui perhitungan gain ternormalisasi. Berikut ini adalah rumus gain ternormalisasi berdasarkan Meltzer (2002):
56
< 𝑔 >=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 – 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain < 𝑔 > menurut klasifikasi Meltzer (2002) yang dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini: Tabel 3.9 Kriteria gain Indeks gain g > 0,70 0,30 < g ≤ 0,70 g ≤ 0,30
Interpretasi Tinggi Sedang Rendah
Multimedia interaktif efektif untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa jika nilai < 𝑔 > pada kelas eksperimen lebih besar daripada nilai
< 𝑔 > pada kelas
kontrol. 3.8.2.3 Uji kesamaan dua rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa Uji ini digunakan untuk membuktikan hipotesis utama, yaitu penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga. Multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa jika rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, artinya: 1.
Rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
2.
Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.
3.
Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.
57
Uji kesamaan dua rata-rata ini dilakukan pada tiap-tiap tingkat penguasaan konsep siswa yang mencakup paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep sehingga data siswa harus dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kriteria tingkat penguasaan konsepnya kemudian diberikan skor berdasarkan kriteria penilaiannya. Sebelum melakukan uji kesamaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians. 3.8.2.3.1 Uji normalitas data Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Namun, jika data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka uji selanjutnya menggunakan statistik non parametrik. Pasangan hipotesis yang diuji: Ho: distribusi data berbeda dengan distribusi normal. Ha: distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus: k 2
X = i=1
Keterangan: X2
= chi kuadrat
Oi
= frekuensi pengamatan
Ei
= frekuensi yang diharapkan
k
= banyaknya kelas
Oi − Ei Ei
2
58
Menurut Sudjana (2005), kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1.
H0 diterima jika hitung 2
2
(1 ) ( k 3)
dengan taraf signifikan 5 % dan derajat
kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data tidak berbeda normal atau data berdistribusi normal. 2.
2 (21 )( k 3) dengan taraf signifikan 5 % dan derajat H0 ditolak jika hitung
kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data berbeda normal
atau tidak
berdistribusi normal. 3.8.2.3.2 Uji kesamaan dua varians Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah: H0
= Varians data hasil belajar kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol.
Ha
= Varians data hasil belajar kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol.
Kesamaan dua varians diuji menggunakan rumus:
𝐹=
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Menurut Sugiyono (2010) H0 diterima jika Fhitung < F0,5 α(v1, v2) dengan v1 = n1 – 1 dan v2 = n2 – 1, dimana n1 = banyaknya data terbesar dan n2 = banyaknya data terkecil dan taraf kesalahan (α) adalah 5%.
59
3.8.2.3.3 Uji kesamaan dua rata-rata Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak. Berikut ini adalah hipotesis yang dikemukakan pada tiap-tiap tingkat penguasaan konsep siswa. 1. Uji kesamaan rata-rata pada jawaban yang tergolong paham konsep menggunakan uji pihak kanan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H0
: Rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama.
Ha
: Rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.
2. Uji
kesamaan rata-rata
pada
jawaban
yang tergolong miskonsepsi
menggunakan uji pihak kiri. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H0
: Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama.
Ha
: Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.
60
3. Uji kesamaan rata-rata pada jawaban yang tergolong tidak paham konsep menggunakan uji pihak kiri. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H0
: Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama.
Ha
: Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.
Jika 12 = 22 dalam uji-t digunakan rumus sebagai berikut: 𝑡=
𝑥1 − 𝑥2 1 1 𝑠 𝑛 + 𝑛 1 2
dengan (𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2 𝑠 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 2
dk
= 𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan: 𝑥1
: rata-rata skor pada kelas kontrol
𝑥2
: rata-rata skor pada kelas eksperimen
s2
: variansi gabungan
s12
: variansi pada kelas kontrol
s22
: variansi pada kelas eksperimen
𝑛1
: banyaknya siswa pada kelas kontrol
𝑛2
: banyaknya siswa pada kelas eksperimen
61
Menurut Sudjana (2005) kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1.
Uji pihak kanan H0 diterima jika thitung < t(1-α) dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain.
2.
Uji pihak kiri H0 ditolak jika thitung ≤ - t(1-α). Untuk harga-harga t lainnya H0 diterima (Sudjana, 2005).
Jika σ12 ≠ σ22, maka yang digunakana adalah statistik t’, yaitu: 𝑥1 − 𝑥2
𝑡′ =
𝑠1 2 𝑠2 2 + 𝑛1 𝑛2
Menurut Sudjana (2005) kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1.
Uji pihak kanan H0 ditolak jika t’ ≥
𝑤 1 𝑡1 + 𝑤 2 𝑡2 𝑤1+ 𝑤2
dan terima H0 jika t mempunyai harga-harga
lain. 2.
Uji pihak kiri H0 ditolak jika t’ ≤ − diterima.
Dimana: w1
=
w2
=
𝑠1 2 𝑛1 𝑠2 2 𝑛2
𝑤 1 𝑡1 + 𝑤 2 𝑡2 𝑤1+ 𝑤2
. Untuk harga-harga t lainnya H0
62
t1
= 𝑡(1 – α),(𝑛 1 −1)
t2
= 𝑡(1 – α),(𝑛 2 −1)
Keterangan : 𝑥1
: rata-rata skor pada kelas kontrol
𝑥2
: rata-rata skor pada kelas eksperimen
s2
: variansi gabungan
s12
: variansi pada kelas kontrol
s22
: variansi pada kelas eksperimen
𝑛1
: banyaknya siswa pada kelas kontrol
𝑛2
: banyaknya siswa pada kelas eksperimen Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka uji kesamaan
dua rata-rata menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji Wilcoxon. Dalam uji Wilcoxon, jika ukuran sampel n lebih besar dari 25, maka J dapat dianggap berdistribusi normal. Langkah-langkah dalam menggunakan uji Wilcoxon adalah sebagai berikut: 1. Menentukan rata-rata dengan rumus: μJ
=
𝑛 (𝑛 + 1) 4
2. Menentukan simpangan baku. Rumus yang digunakan adalah:
σJ
=
𝑛 𝑛 + 1 (2𝑛 + 1) 24
3. Membandingkan Zhitung dengan Ztabel. Ztabel didapat dari daftar distribusi normal baku dengan menggunakan transformasi:
63
z
=
𝐽 − μJ σJ
Keterangan: μJ
= rata-rata
σJ
= simpangan baku
J
= jumlah yang harga mutlaknya paling kecil
n
= banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian evaluatif diperoleh melalui tes tertulis yang dilakukan sebelum proses pembelajaran (pre test) dan sesudah proses pembelajaran (post test). Data tersebut kemudian dianalisis serta dilakukan pembahasan sehingga ditemukan kesimpulan. Hal tersebut akan diuraikan dalam bab 4 ini.
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Analisis Data Tahap Awal Analisis data tahap awal dilakukan untuk membuktikan bahwa antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama. Analisis data tahap awal terdiri dari tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas populasi dan uji kesamaan keadaan awal populasi. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal diambil dari nilai UAS kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono pada semester I. 4.1.1.1 Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji kenormalan ini menentukan jenis statistik yang akan digunakan dalam
penelitian. Jika data berdistribusi
normal maka menggunakan statistik parametrik tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Hasil
64
65
perhitungan uji normalitas data nilai ulangan semester 1 kimia siswa kelas XI IPA dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Hasil uji normalitas data nilai uas kimia kelas XI IPA No 1 2 3
Kelas XI IPA1 XI IPA2 XI IPA3
χ2hitung
χ20,95(k-3)
Kriteria
4,67 4,16 5,52
7,81 9,49 7,81
Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal
(Keterangan: Perhitungan uji normalitas data nilai UAS kelas XI- IPA ini dapat dilihat pada lampiran 19, 20 dan 21 halaman 246, 247 dan 248) Suatu populasi dikatakan normal jika χ2hitung ≤ χ20,95(k-3). Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa χ2hitung untuk setiap kelas kurang dari χ20,95(k-3), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Hal ini berarti bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. 4.1.1.2 Uji homogenitas populasi Homogenitas populasi diuji menggunakan uji Bartlet karena populasinya lebih dari dua kelas. Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil uji homogenitas populasi Data
χ2 hitung
χ20,95(2)
Kriteria
Nilai ujian akhir semester I mata pelajaran kimia
1,42
5,99
Homogen
(Keterangan: Perhitungan uji homogenitas populasi ini dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 249) Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh 2hitung = 1,42 untuk = 5% dengan dk(k-1) = (3-1) = 2 diperoleh χ20,95(2) = 5,99. Karena 2hitung < χ20,95(2) maka populasi mempunyai varians sama atau homogen.
66
4.1.1.3 Uji kesamaan keadaan awal populasi Uji kesamaan keadaan awal populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa populasi benar-benar berangkat dari titik tolak yang sama. Hasil uji kesamaan keadaan awal populasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil uji kesamaan keadaan awal populasi Data
F hitung
F(0,95)(2;95)
Kriteria
Nilai ujian akhir semester I mata pelajaran kimia
0,13
3,09
Rata-rata antar kelas tidak berbeda
(Keterangan: Perhitungan uji kesamaan keadaan awal populasi ini dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 250) Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diperoleh F hitung = 0,13 sedangkan untuk α = 5% dan dk = (2;95) diperoleh F(0,95)(2;95) = 3,09. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika F hitung ≥ F(0,95)(2;95). Karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung < F(0,95)(2;95), maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata antar kelas tidak
berbeda. Hasil
perhitungan
uji
normalitas
dan
homogenitas
populasi
menunjukkan bahwa populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama atau homogen. Sedangkan hasil uji kesamaan keadaan awal populasi menunjukkan bahwa populasi tersebut memiliki rata-rata yang sama. Dengan demikian populasi berangkat dari titik tolak yang sama. Hasil ketiga analisis ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar pengambilan sampel penelitian secara cluster random sampling. Berdasarkan pengambilan sampel ini diperoleh 2 kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan
67
pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif. 4.1.2
Analisis Data Tahap Akhir
4.1.2.1 Analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa hasil pre test Persentase tingkat penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil tes diagnostik miskonsepsi baik hasil pre test maupun post test. Berdasarkan jawaban siswa juga diperoleh ragam miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa. Untuk hasil pre test pada setiap sub materi dapat dilihat gambarannya sebagai berikut: 4.1.2.1.1 Pengertian larutan penyangga Konsep pengertian larutan penyangga terdapat pada soal nomor 2 dan 14. Soal nomor 2 bertujuan megetahui konsepsi siswa dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. Sedangkan soal nomor 14 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep pengertian larutan penyangga dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep pengertian larutan penyangga Nomor soal 2 14
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 0% 36,36% 63.64% 48,48% 21,21% 33,33% 54,55% 12,12% 39,39% 54,55%
Tidak paham 30,30% 6,06%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.4 di atas ditemukan bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan
68
penyangga adalah 36,36% pada kelas eksperimen dan 21,21% pada kelas kontrol. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga adalah 54,55% pada kelas eksperimen dan 54,55% pada kelas kontrol. 4.1.2.1.2 Komponen larutan penyangga Soal diagnostik miskonsepsi tentang konsep komponen larutan penyangga terdapat pada nomor 11 dan 19. Tujuan dari soal nomor 11 dan 19 adalah untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep komponen larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep komponen larutan penyangga Nomor soal 11 19
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 0% 51,52% 48,48% 6,06% 39,39% 0% 42,42% 57,58% 36,36% 21,21%
Tidak paham 54,55% 42,42%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.5 di atas ditemukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 11 adalah 51,52% dan pada kelas kontrol sebanyak 39,39%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 19 adalah 42,42% pada kelas eksperimen dan 21,21% pada kelas kontrol.
69
4.1.2.1.3 Cara pembuatan larutan penyangga Konsep cara pembuatan larutan penyangga terdapat pada soal nomor 5 dan 17. Kedua soal ini bertujuan untuk megetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep cara pembuatan larutan penyangga dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga Nomor soal 5 17
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 0% 0% 100% 0% 0% 48,48% 30,30% 21,21% 21,21% 39,39%
Tidak paham 100% 39,39%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.6 di atas ditemukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 5 baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah 0%. Sebagian besar siswa tidak menjawab soal ini. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 17 adalah 30,30% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol. 4.1.2.1.4 Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH Konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH terdapat pada soal nomor 6 dan 7. Soal nomor 6 bertujuan megetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga basa ketika ditambah dengan sedikit basa kuat. Sedangkan soal nomor 7 bertujuan untuk mengetahui
70
konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga asam ketika ditambah sedikit basa kuat. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre Test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH Nomor soal 6 7
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 21,21% 3,03% 75,76% 39,39% 0% 6,06% 30,30% 63,64% 24,24% 33,33%
Tidak paham 60,61% 42,42%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 6 adalah 3,03% dan pada kelas kontrol sebanyak 0%. Sedangkan persentase siswa
yang mengalami miskonsepsi dalam
mengerjakan soal nomor 7 adalah 30,30% pada kelas eksperimen dan 33,33% pada kelas kontrol. 4.1.2.1.5 Perhitungan pH larutan penyangga Soal diagnostik miskonsepsi tentang konsep perhitungan pH larutan penyangga terdapat pada nomor 8, 9, 12, 13, 15, 16, 18, dan 20. Soal nomor 9, 12, 13, 15, dan 16 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai langkahlangkah menghitung pH larutan penyangga, sedangkan soal nomor 8, 18 dan 20 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat. Hasil
71
pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep perhitungan pH larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep perhitungan pH larutan penyangga Nomor soal 8 9 12 13 15 16 18 20
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 6,06% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 3,03% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0%
Tidak paham 100% 100% 93,94% 100% 100% 96,97% 100% 100%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa sebagian besar siswa tergolong tidak paham konsep dalam menjawab soal mengenai konsep perhitungan pH larutan penyangga. Sebagian besar siswa tidak menjawab soalsoal tersebut. Miskonsepsi siswa terjadi pada soal nomor 12 dan 16 dan hanya terjadi pada kelas kontrol. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 12 adalah 6,06% sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 16 adalah 3,03%. 4.1.2.1.6 Kapasitas larutan penyangga Soal diagnostik miskonsepsi tentang konsep kapasitas larutan penyangga terdapat pada nomor 1. Tujuan dari soal nomor 1 adalah untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga. Hasil
72
pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep kapasitas larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep kapasitas larutan penyangga Nomor soal 1
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 6,06% 45,45% 48,48% 0% 39,39%
Tidak paham 60,61%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261) Berdasarkan Tabel 4.9 di atas diperoleh bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi mengenai konsep kapasitas larutan penyangga adalah 45,45% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol. 4.1.2.1.7 Fungsi larutan penyangga Konsep fungsi larutan penyangga terdapat pada soal nomor 3, 4 dan 10. Soal nomor 3 dan nomor 10 bertujuan megetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam tubuh manusia. Sedangkan soal nomor 4 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam obat tetes mata. Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep fungsi larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Persentase penguasaan konsep siswa hasil pre test pada konsep fungsi larutan penyangga Nomor soal 3 4 10
Paham 15,15% 6,06% 33,33%
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 63,64% 21,21% 36,36% 42,42% 51,52% 42,42% 3,03% 60,61% 21,21% 45,45% 57,58% 18,18%
Tidak paham 21,21% 36,36% 24,24%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 261)
73
Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep fungsi larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 3 adalah 63,64% dan pada kelas kontrol sebanyak 42,42%. Miskonsepsi siswa juga terjadi ketika menjawab soal nomor 4, yaitu sebesar 51,52% pada kelas eksperimen dan 60,61% pada kelas kontrol. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 10 adalah 21,21% pada kelas eksperimen dan 18,18% pada kelas kontrol. 4.1.2.2 Analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa hasil post test Tingkat penguasaan konsep siswa dari hasil post test pada setiap sub materi dapat dilihat gambarannya sebagai berikut: 4.1.2.2.1 Pengertian larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep pengertian larutan penyangga berdasarkan hasil post test dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini. Tabel 4.11 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep pengertian larutan penyangga Nomor soal 2 14
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 75,76% 9,09% 15,15% 51,52% 45,45% 75,76% 24,24% 0% 63,64% 36,36%
Tidak paham 3,03% 0%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Berdasarkan Tabel 4.11 di atas didapatkan bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga adalah 9,09% pada kelas eksperimen dan 45,45% pada kelas kontrol.
74
Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga adalah 24,24% pada kelas eksperimen dan 36,36% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep pengertian larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep pengertian larutan penyangga hasil post test Nomor soal 2
14
Miskonsepsi a. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga karena masing-masing dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya. b. Ketiga larutan mempunyai komponen-komponen larutan penyangga. pH larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah untuk mempertahankan harga pH.
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep pengertian larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.2.2 Komponen larutan penyangga Hasil analisis persentase penguasaan konsep komponen larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep komponen larutan penyangga Nomor soal 11 19
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 27,27% 72,73% 0% 30,30% 69,70% 54,55% 36,36% 9,09% 33,33% 60,61%
Tidak paham 0% 6,06%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi komponen larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 11 adalah 72,73% dan pada kelas kontrol sebanyak 69,70%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam
75
mengerjakan soal nomor 19 adalah 36,36% pada kelas eksperimen dan 60,61% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep komponen larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.14 berikut ini. Tabel 4.14 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep komponen larutan penyangga hasil post test Nomor soal 11
19
Miskonsepsi a. Asam asetat bersifat asam lemah dan natrium format sebagai basa konjugasi. b. Asam format dan asam asetat tergolong asam lemah sehingga larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. c. Asam menurut Bronsted-Lowry adalah molekul yang berperan sebagai pemberi H+ dan basa kojugasi adalah penerima H+. CH3COOH dan HCOONa bukan pasangan asam basa konjugasi karena untuk membentuk HCOONa maka asam asetat akan melepaskan 3H +, sehingga campuran antara CH3COOH dan HCOONa bukan merupakan larutan penyangga. a. Campuran antara Na2CO3 dan H2CO3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. H 2CO3 sebagai donor H+ dan CO32- sebagai penerima H+. b. Campuran antara Na2CO3 dan H2CO3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan garamnya.
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep komponen larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.2.3 Cara pembuatan larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep cara pembuatan larutan penyangga dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini. Tabel 4.15 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep cara pembuatan larutan penyangga Nomor soal 5 17
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 54,55% 24,24% 21,21% 12,12% 63,64% 69,7% 30,30% 0% 51,52% 48,48%
Tidak paham 24,24% 0%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265)
76
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep cara pembuatan larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 5 adalah 24,24% dan pada kelas kontrol sebanyak 63,64%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 17 adalah 30,30% pada kelas eksperimen dan 48,48% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.16 berikut ini. Tabel 4.16 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep cara pembuatan larutan penyangga hasil post test Nomor soal 5
Miskonsepsi Ba(OH)2 0,047 mol pH =5 [H+] = 10-5 [H+] = Ka x
2+
Ba + 2OH0,047 mol 0,094 mol [𝐻𝐶𝑁] [𝑂𝐻 − ]
= 10-5 x = 10-5 x 10-5 17
≠ 10-5 x
(0,1 𝑥 2) 𝑚𝑜𝑙 0,094 𝑚𝑜𝑙 0,2 𝑚𝑜𝑙 0,094 𝑚𝑜𝑙 0,2 𝑚𝑜𝑙 0,094 𝑚𝑜𝑙
Maka pernyataan dalam soal salah. Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL membentuk larutan penyangga karena perbandingan mol dari kedua larutan berada pada kapasitas larutan penyangga.
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.2.4 Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH Hasil analisis persentase penguasaan konsep mengenai mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH disajikan pada Tabel 4.17 berikut ini.
77
Tabel 4.17 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 87,88% 6,06% 6,06% 84,85% 9,09% 72,73% 27,27% 0% 60,61% 39,39%
Nomor soal 6 7
Tidak paham 6,06% 0%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Berdasarkan Tabel 4.17 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 6 adalah 6,06% dan pada kelas kontrol sebanyak 9,09%. Sedangkan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 7 adalah 27,27% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep cara pembuatan larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.18 berikut ini. Tabel 4.18 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH hasil post test Nomor soal 6 7
Miskonsepsi -
Ion OH akan bereaksi dengan garam dari NH4OH. Ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi CH 3COO- dengan reaksi: CH3COO- + OHCH3COOH.
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep mekanisme larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.2.5 Perhitungan pH larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep perhitungan pH larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.19 berikut ini.
78
Tabel 4.19 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep perhitungan pH larutan penyangga Nomor soal
Paham
8 9 12 13 15 16 18 20
63,64% 93,94% 30,30% 57,58% 69,70% 69,70% 78,79% 78,79%
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 27,27% 9,09% 21,21% 48,48% 6,06% 0% 84,85% 6,06% 60,61% 9,09% 36,36% 39,39% 21,21% 21,21% 24,24% 45,45% 12,12% 18,18% 81,82% 15,15% 18,18% 12,12% 60,61% 21,21% 9,09% 12,12% 42,42% 39,39% 21,21% 0% 45,46% 30,30%
Tidak paham 30,30% 9,09% 24,24% 30,30% 3,03% 18,18% 18,18% 24,24%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Berdasarkan Tabel 4.19 di atas diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga. Persentase siswa dari kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 8, 9, 12, 13, 15, 16, 18 dan 20 masing-masing adalah 27,27%; 6,06%; 60,61%; 21,21%; 12,12%; 18,18%; 9,09% dan 21,21%. Sedangkan persentase siswa dari kelas kontrol yang mengalami miskonsepsi pada nomor tersebut berturut-turut adalah 48,48%; 6,06%; 39,39%; 45,45%; 15,15%; 21,21%; 39,39% dan 30,30%. Ragam miskonsepsi yang ditemukan pada konsep perhitungan pH larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan pH larutan penyangga hasil post test Nomor soal 8 a.
Miskonsepsi Setelah penambahan HCl 1,5 mmol CH3COO-(aq) + H+ (aq) CH3COOH(aq) M: 100 mmol 1,5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol 101,5 mmol [H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ]
= 1,8 x 10-5 x
101,5 98,5
= 1,8 x 10-5
79
Lanjutan Tabel 4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan pH pH hasil post = 4,73 larutan penyangga test Nomor soal
Miskonsepsi b.
pH awal [H+]
+
= - log [H ] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] -5 = Ka x − = 1,8 x 10 x [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 ]
100 100
= 1,8 x 10-5 = 4,74
Setelah penambahan HCl 1,5 mmol 100 [H+] = 1,8 x 10-5 x = 1,2 x 10-3 1,5
9
12
pH = 2,921 Selisih pH = 4,74 – 2,921= 1,819 107 Mol NH4Cl = = 2 mol Mol NH3
=
[OH-]
=
53,5 22,4 𝐿 = 1 mol 22,4 𝑚𝑜𝑙 /𝐿 [𝑁𝐻4 + ] Kb x =2x [𝑁𝐻3 ]
2 1
10-5 x = 4 x 10-5
pOH = 5 – log 4 pH = 9 + log 4 [𝐻𝐶𝑁] [H+] = Ka x − [𝑂𝐻 ]
= 2 x 10-5 x 13
0,3 𝑥 1 𝑚𝑜𝑙 8 40
𝑚𝑜𝑙
= 3 x 10-5
pH = 5 – log 3 pH = 9 + log 2 pOH = 5 – log 2 [OH-] = 2 x 10-5 [𝑁𝐻4 𝑂𝐻] -5 [OH-] = Kb x + = 1 x 10 x
(20 𝑥 0,1) 𝑚𝑚𝑜𝑙
[𝑁𝐻4 ]
2 𝑚𝑚𝑜𝑙
15
= 1 x 10-5 x = 1 x 10-5 2 𝑚𝑚𝑜𝑙 2 x 10-5 ≠ 1 x 10-5 𝑔𝑟 1000 3,4 1000 [NH3] = x = x = 0,2 M 𝑀𝑟 𝑚𝐿 17 1000 Mol NH3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol 𝑔𝑟 5,35 Mol NH4Cl = = = 0,1 mol 𝑀𝑟
[H+] 16
264 132
pH pH [H+] [H+] 10 1 𝑉1 𝑉2
-4
53,5 𝑏 𝑔
= Kb x = 1,8 x 10-5 x
0,2 0,1
= 3,6 x 10-5
= 5 – log 3,6 = 4,44 =4 = 10-4 𝑎 = Ka x 𝑔
= 2 x 10-4 x =
0,4 𝑥 𝑉1 0,3 𝑥 𝑉2 3 4
0,2 𝑥 𝑉1 0,3 𝑥 𝑉2
= Jadi volume HCOOH : volume (HCOO)2Ba agar diperoleh pH larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 4.
80
Lanjutan Tabel 4.20 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan pH larutan penyangga hasil post test Nomor soal 18
20
Miskonsepsi pH [H+] [H+]
=5 = 10-5 = Ka x
10-5
=
1
=
x [H+]
= 100 mL 𝑚𝑚𝑜𝑙 = Ka x
[H+]
=
+
[H ] pH
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖 10 𝑚𝑚𝑜𝑙 10-5 x 0,1 𝑥 𝑚𝑚𝑜𝑙 10 𝑚𝑚𝑜𝑙 0,1 𝑥 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖 50 𝑚𝑚𝑜𝑙 10-5 x 0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 10-3 =3
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep perhitungan pH larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.2.6 Kapasitas larutan penyangga Hasil analisis penguasaan konsep mengenai kapasitas larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.21 berikut ini. Tabel 4.21 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep kapasitas larutan penyangga Nomor soal 1
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Paham Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 3,03% 57,58% 39,39% 18,18% 69,70%
Tidak paham 12,12%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kapasitas larutan penyangga. Persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 1 adalah 57,58% dan pada kelas kontrol sebanyak 69,70%. Miskonsepsi yang ditemukan pada konsep kapasitas larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.22 berikut ini.
81
Tabel 4.22 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep kapasitas larutan penyangga hasil post test Nomor soal 1
Miskonsepsi a. Campuran antara NaCH3COO dan CH3COOH merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah dan basa konjugasi sehingga dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit HCl. b. Campuran antara NaCH3COO dan CH3COOH masih dalam kapasitas larutan penyangga sehingga dapat mempertahankan pH.
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep kapasitas larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.2.7 Fungsi larutan penyangga Hasil pengolahan data tes diagnostik miskonsepsi pada konsep fungsi larutan penyangga ditunjukkan pada Tabel 4.23 berikut ini. Tabel 4.23 Persentase penguasaan konsep siswa hasil post test pada konsep fungsi larutan penyangga Nomor soal 3 4 10
Paham 72,73% 63,64% 54,55%
Tingkat penguasaan konsep Kelas eksperimen Kelas kontrol Tidak Miskonsepsi Paham Miskonsepsi paham 27,27% 0% 42,42% 57,58% 36,36% 0% 30,30% 66,67% 33,33% 12,12% 51,52% 45,45%
Tidak paham 0% 3,03% 3,03%
(Keterangan: Perhitungan persentase tingkat penguasaan konsep ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 265) Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa persentase siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 3 adalah 27,27% dan pada kelas kontrol sebanyak 57,58%. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 4 adalah 36,36% pada kelas eksperimen dan 39,39% pada kelas kontrol. Miskonsepsi juga ditemukan pada jawaban siswa dalam mengerjakan soal nomor 10, yaitu sebesar 33,33% pada kelas eksperimen dan 45,45% pada kelas kontrol. Ragam miskonsepsi yang
82
ditemukan pada konsep fungsi larutan penyangga disajikan pada Tabel 4.24 berikut ini. Tabel 4.24 Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga hasil post test Nomor soal 3 4 10
Miskonsepsi Ketika terjadi penambahan asam, ion H + akan dinetralkan oleh H2PO4membentuk H3PO4. Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar dapat mempertahankan pH obat tetes mata. a. Ion H+ akan dinetralkan oleh salah satu komponen larutan penyangga dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga. b. Ion H+ akan bereaksi dengan H2CO3 dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga karbonat.
(Keterangan: Ragam miskonsepsi siswa pada konsep fungsi larutan penyangga ini dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 297) 4.1.2.3 Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa Analisis peningkatan hasil belajar dilakukan untuk mengetahui efektivitas multimedia interaktif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dilakukan dengan menggunakan uji gain ternormalisasi. Hasil perhitungan uji gain ternormalisasi terhadap hasil pre test dan post test siswa dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut ini. Tabel 4.25 Hasil uji gain ternormalisasi terhadap hasil belajar siswa Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai indeks gain 0,64 0,5
Kriteria peningkatan Sedang Sedang
(Keterangan: Perhitungan peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30 halaman 269 dan 270) Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai indeks gain dari hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan nilai indeks gain dari hasil belajar siswa kelas kontrol sebesar 0,5. Kriteria peningkatan
83
hasil belajar dari kedua kelas tergolong sedang karena nilai indeks gain dari kedua kelas berada di antara 0,3 sampai dengan 0,70. 4.1.2.4 Uji kesamaan dua rata-rata tingkat penguasaan konsep siswa Data yang digunakan dalam analisis kesamaan dua rata-rata adalah data hasil post test. Sebelum dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji statistik, terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas data hasil post test dilakukan pada setiap tingkat penguasaan konsep siswa, yang meliputi data jawaban siswa yang tergolong paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep. Hasil uji normalitas data post test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.26 berikut ini. Tabel 4.26 Hasil uji normalitas data post test pada kelas eksperimen Tingkat penguasaan konsep Paham Miskonsepsi Tidak Paham
χ2hitung
χ20,95(k-3)
Kriteria
7,54 9,18 23,27
7,81 9,49 7,81
Berdistribusi normal Berdistribusi normal Tidak erdistribusi normal
(Keterangan: Perhitungan normalitas data post test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 31, 32 dan 33 halaman 271, 272 dan 273) Sedangkan hasil uji normalitas data post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.27 berikut ini. Tabel 4.27 Hasil uji normalitas data post test pada kelas kontrol Tingkat penguasaan konsep Paham Miskonsepsi Tidak Paham
χ2hitung
χ20,95(k-3)
Kriteria
2,52 4,07 64,35
7,81 9,49 7,81
Berdistribusi normal Berdistribusi normal Tidak erdistribusi normal
(Keterangan: Perhitungan normalitas data post test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 34, 35 dan 36 halaman 274, 275 dan 276) Berdasarkan Tabel 4.26 di atas diperoleh bahwa data jawaban siswa pada kelas eksperimen yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi
84
berdistribusi normal karena masing-masing memiliki χ2hitung sebesar 7,54 dan 9,18 dimana χ20,95(k-3) dari kedua data masing-masing adalah 7,81 dan 9,49 sehingga χ2hitung < χ20,95(k-3). Namun, data jawaban siswa yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal karena χ2hitung > χ20,95(k-3), dimana χ2hitung sebesar 23,27 dan χ20,95(k-3) sebesar 7,81. Sedangkan Tabel 4.27 menunjukkan bahwa data jawaban siswa pada kelas kontrol yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi berdistribusi normal karena masing-masing memiliki χ2hitung sebesar 2,52 dan 4,07 dimana χ20,95(k-3) dari kedua data masing-masing adalah 7,81 dan 9,49 sehingga χ2hitung < χ20,95(k-3). Namun, data jawaban siswa yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal karena χ2hitung > χ20,95(k-3), dimana χ2hitung sebesar 64,35 dan χ20,95(k-3) sebesar 7,81. Berdasarkan uraian tersebut maka uji selanjutnya pada jawaban yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi menggunakan uji parametrik sedangkan pada jawaban yang tergolong tidak paham konsep menggunakan uji non parametrik. Setelah dilakukan uji normalitas data post test siswa, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua varians (uji homogenitas). Uji kesamaan dua varians hanya dilakukan pada data-data yang berdistribusi normal yaitu data jawaban yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi. Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut ini. Tabel 4.28 Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep Kelompok Eksperimen Kontrol
S2 252,60 248,62
dk 32 32
Fhitung 1,02 1,02
F(0,05)(32;32) 1,80 1,80
Kriteria Kedua kelompok mempunyai varians yang sama
(Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong paham konsep dapat dilihat pada lampiran 37 halaman 277)
85
Uji kesamaan dua varians juga dilakukan pada jawaban siswa yang tergolong miskonsepsi. Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi disajikan pada Tabel 4.29 berikut ini. Tabel 4.29 Hasil uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi Kelompok Eksperimen Kontrol
S2 18,98 29,76
dk 32 32
Fhitung 1,57 1,57
F(0,05)(32;32) 1,80 1,80
Kriteria Kedua kelompok mempunyai varians yang sama
(Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua varians jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 38 halaman 278) Tabel 4.28 menunjukkan bahwa data jawaban yang tergolong paham konsep memiliki Fhitung sebesar 1,02 dan F(0,05)(32;32) sebesar 1,80. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.29 diperoleh bahwa data jawaban yang tergolong miskonsepsi memiliki Fhitung sebesar 1,57 dan F(0,05)(32;32) sebesar 1,80. Berdasarkan kedua tabel tersebut diperoleh bahwa Fhitung < F(0,05)(32;32). Oleh sebab itu, data jawaban siswa yang tergolong paham konsep dan miskonsepsi baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol bersifat homogen. Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Uji kesamaan
dua
homogenitasnya.
rata-rata Data
dilakukan
yang
setelah
berdistribusi
data normal
diuji
normalitas
selanjutnya
dan
dianalisis
menggunakan uji parametrik sedangkan data yang tidak berdistribusi normal dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik. Uji kesamaan dua rata-rata pada jawaban yang tergolong paham konsep menggunakan uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pada jawaban yang tergolong paham konsep disajikan pada Tabel 4.30 berikut ini.
86
Tabel 4.30 Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep Kelompok Eksperimen Kontrol
Kelas XI IPA 1 XI IPA 2
X
61,36 45,39
n 33 33
dk
thitung
t(0,95)(64)
64
4,10
1.67
Kriteria H0 ditolak
(Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep dapat dilihat pada lampiran 39 halaman 279) Berdasarkan Tabel 4.30 di atas diperoleh bahwa besarnya t hitung adalah 4,10 dan t(0,95)(64) sebesar 1,67 sehingga thitung ≥ t(0,95)(64). Dengan demikian H0 ditolak, artinya rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata juga dilakukan pada data jawaban yang tergolong miskonsepsi. Uji kesamaan dua ratarata pada jawaban yang tergolong miskonsepsi menggunakan uji satu pihak, yaitu uji pihak kiri. Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 4.31 berikut ini. Tabel 4.31 Hasil uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi Kelompok Eksperimen Kontrol
Kelas XI IPA 1 XI IPA 2
X
11,21 17,15
n 33 33
dk 64
thitung - 4,89
t(0,95)(64) 1.67
Kriteria H0 ditolak
(Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 40 halaman 280) Berdasarkan Tabel 4.31 di atas diperoleh bahwa besarnya t hitung adalah -4,89 dan t(0,95)(64) sebesar 1,67. Kriteria pengujiannya adalah tolah H0 jika thitung ≤ -t(0,95)(64). Dengan demikian H0 ditolak, artinya rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Data jawaban yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal sehingga uji kesamaan dua rata-rata pada data ini menggunakan uji
87
statistika non parametrik, yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon pada jawaban yang tergolong tidak paham konsep dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut ini. Tabel 4.32 Hasil uji wilcoxon jawaban yang tergolong tidak paham konsep Data Jawaban yang tergolong tidak paham konsep
Rank +
Rank -
μJ
σJ
zhitung
z(0,95)(64)
Kriteria
75
215
150
35
- 2,14
1,67
H0 ditolak
(Keterangan: Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 41 halaman 281) Berdasarkan Tabel 4.32 di atas didapatkan bahwa nilai z hitung adalah 2,14 dan nilai z(0,95;64) sebesar 1,67. Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika zhitung ≤ - z(0,95;64). Dengan demikian H0 ditolak, artinya rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.
4.2
Pembahasan
4.2.1
Pengambilan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Jatisrono tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 dengan jumlah siswa sebanyak 98 orang. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, peneliti terlebih dahulu melakukan analisis tahap awal terhadap populasi. Uji tahap awal ini terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan keadaan awal populasi. Data yang digunakan dalam analisis tahap awal ini adalah nilai ujian akhir semester I mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatisrono tahun ajaran 2012/2013.
88
Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh χ 2hitung dari kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 berturut-turut sebesar 4,67; 4,16 dan 5,52, sedangkan χ2tabel dengan dk = k-3 dan α = 5 % berturut-turut yaitu sebesar 7,81; 9,49 dan 7,81. Harga χ2hitung dari masing-masing kelas lebih kecil dari χ20,95(k-3), sehingga dapat disimpulkan bahwa χ2hitung berada pada daerah penerimaan Ho. Hal ini menunjukkan bahwa data masing-masing kelas berdistribusi normal. Uji homogenitas populasi menggunakan uji Bartlet karena populasi terdiri dari tiga kelas. Berdasarkan hasil uji homogenitas populasi diperoleh χ2hitung=1,42 dan untuk α = 5% dengan dk (k-1) = (3-1) = 2 diperoleh χ20,95(2) =5,99. Karena χ2hitung < χ20,95(2), maka populasi mempunyai varians sama/homogen. Uji kesamaan keadaan awal populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa populasi benar-benar berangkat dari titik tolak yang sama. Berdasarkan hasil uji kesamaan keadaan awal populasi diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,13 dan nilai F(0,05)(2;95) sebesar 3,09. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa populasi (ketiga kelas) memiliki kesamaan rata-rata karena Fhitung ≥ F(0,05)(2;95). Berdasarkan analisis data tahap awal diperoleh bahwa data terbukti berdistribusi normal, bersifat homogen dan memiliki kesamaan keadaan awal sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan secara cluster random sampling. Dari pengambilan sampel ini diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 1 sedangkan sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan
89
multimedia interaktif sedangkan pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol tanpa menggunakan multimedia interaktif. 4.2.2
Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meminimalkan Persentase Siswa yang Miskonsepsi Analisis persentase dilakukan pada data hasil pre test dan post test.
Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test dapat dilihat pada Tabel 4.33 berikut ini. Tabel 4.33 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test Nomor Paham soal Σ Siswa % 1 2 6,06 2 0 0 3 5 15,15 4 2 6,06 5 0 0 6 7 21,21 7 2 6,06 8 0 0 9 0 0 10 11 33,33 11 0 0 12 0 0 13 0 0 14 11 33,33 15 0 0 16 0 0 17 16 48,48 18 0 0 19 0 0 20 0 0 Rata-rata 8,48
Miskonsepsi Σ Siswa % 15 45,45 12 36,36 21 63,64 17 51,51 0 0 1 3,03 10 30,30 0 0 0 0 7 21,21 17 51,51 0 0 0 0 18 54,55 0 0 0 0 10 30,30 0 0 14 42,42 0 0 21,52
Tidak paham Σ Siswa % 16 48,48 21 63,64 7 21,21 14 42,42 33 100 25 75,76 21 63,64 33 100 33 100 15 45,45 16 48,48 33 100 33 100 4 12,12 33 100 33 100 7 21,21 33 100 19 57,58 33 100 70
Jika Tabel 4.33 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut ini.
90
33
35
33
Jumlah Siswa
30
25
25
21
20
21
21 17 14
1516 12
15 10 5
33
11
10 7
5 2
15 7
2
0
7 2
00
1
5
6
00
00
8
9
0 1
2
3
4
7
10
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.1 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor 1-10
33
35
33
33
33
33
33
Jumlah Siswa
30 25 20
19
18
1716
15
16
11
10 7
10 5
14
4 0
00
00
12
13
00
00
00
15
16
0
00
0 11
14
17
18
19
20
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.2 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil pre test pada soal nomor 11-20 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test dapat dilihat pada Tabel 4.34 berikut ini.
91
Tabel 4.34 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test Nomor Paham soal Σ Siswa % 1 0 0 2 16 48,48 3 12 36,36 4 1 3,03 5 0 0 6 13 39,39 7 8 24,24 8 0 0 9 0 0 10 19 57,58 11 2 6,06 12 0 0 13 0 0 14 13 39,39 15 0 0 16 0 0 17 7 21,21 18 0 0 19 12 36,36 20 0 0 Rata-rata 15,61
Miskonsepsi Σ Siswa % 13 39,39 7 21,21 14 42,42 20 60,60 0 0 0 0 11 33,33 0 0 0 0 6 18,18 13 39,39 2 6,06 0 0 18 54,55 0 0 1 3,03 13 39,39 0 0 7 21,21 0 0 18,94
Tidak paham Σ Siswa % 20 60,60 10 30,30 7 21,21 12 36,36 33 100 20 60,60 14 42,42 33 100 33 100 8 24,24 18 54,55 31 93,94 33 100 2 6,06 33 100 32 96,97 13 39,39 33 100 14 42,42 33 100 65,45
Jika Tabel 4.34 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 berikut ini. 33
35
33
33
Jumlah Siswa
30 25
20
20 15
13
10 5
20 16
10 7
14 12
20 14 11 8
13
12 7 1
0
19
00
0
5
6
6 00
00
8
9
8
0 1
2
3
4
7
10
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.3 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor 1-10
92
35
33
31
33
33
32
33
Jumlah Siswa
30 25 18
20
18
13
15
13
1313 7
10 5
12
2
0
2
2
00
00
01
15
16
14
7 00
00
0 11
12
13
14
17
18
19
20
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.4 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil pre test pada soal nomor 11-20 Hasil analisis persentase data pre test tersebut menunjukkan bahwa terdapat 100% siswa tergolong tidak paham konsep dalam mengerjakan beberapa soal. Soal-soal tersebut meliputi soal nomor 5, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 18, dan 20 yang merupakan soal-soal hitungan dan melibatkan rumus pH larutan penyangga. Jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal yang lain juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih tergolong tidak paham konsep dan miskonsepsi. Hal ini karena siswa belum mendapatkan materi mengenai konsep larutan penyangga. Hasil post test siswa menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test dapat dilihat pada Tabel 4.35 berikut ini.
93
Tabel 4.35 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test Nomor Paham soal Σ Siswa % 1 1 3,03 2 25 75,76 3 24 72,73 4 21 63,64 5 18 54,55 6 29 87,88 7 24 72,73 8 21 63,64 9 31 93,94 10 18 54,55 11 9 27,27 12 10 30,30 13 19 57,58 14 25 75,76 15 23 69,70 16 23 69,70 17 23 69,70 18 26 78,79 19 18 54,55 20 26 78,79 Rata-rata 62,73
Miskonsepsi Σ Siswa % 19 57,58 3 9,09 9 27,27 12 36,36 8 24,24 2 6,06 9 27,27 9 27,27 2 6,06 11 33,33 24 72,73 20 60,61 7 21,21 8 24,24 4 12,12 6 18,18 10 30,30 3 9,09 12 36,36 7 21,21 28,03
Tidak paham Σ Siswa % 13 39,39 5 15,15 0 0 0 0 7 21,21 2 6,06 0 0 3 9,09 0 0 4 12,12 0 0 3 9,09 7 21,21 0 0 6 18,18 4 12,12 0 0 4 12,12 3 9,09 0 0 9,24
Jika Tabel 4.35 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. 35
Jumlah Siswa
25
24
25
24 21
19
20
21 18
13
15
3
1
18
12 9
10 5
31
29
30
9
87
5 0
3
22
0
11
9 0
2
4 0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.5 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor 1-10
94
30 Jumlah Siswa
20
20 15 10
26
25
24
25
26
23
77
18 12
10
8 4
3
5
23
19
10
9
23
0
6
6
7 4
34
0
3
0
0
0 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.6 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dari hasil post test pada soal nomor 11-20 Sedangkan sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test dapat dilihat pada Tabel 4.36 berikut ini: Tabel 4.36 Rekapitulasi sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test Nomor Paham soal Σ Siswa % 1 6 18,18 2 17 51,52 3 14 42,42 4 10 30,30 5 4 12,12 6 28 84,85 7 20 60,61 8 7 21,21 9 28 84,85 10 17 51,52 11 10 30,30 12 12 36,36 13 8 24,24 14 21 63,64 15 27 81,82 16 20 60,61 17 17 51,52 18 14 42,42 19 11 33,33 20 15 45,45 Rata-rata 46,36
Miskonsepsi Σ Siswa % 23 69,70 15 45,45 19 57,58 22 66,67 21 63,64 3 9,09 13 39,39 16 48,48 2 6,06 15 45,45 23 69,70 13 39,39 15 45,45 12 36,36 5 15,15 7 21,21 16 48,48 13 39,39 20 60,61 10 30,30 42,88
Tidak paham Σ Siswa % 4 12,12 1 3,03 0 0 1 3,03 8 24,24 2 6,06 0 0 10 30,30 3 9,09 1 3,03 0 0 8 24,24 10 30,30 0 0 1 3,03 6 18,18 0 0 6 18,18 2 6,06 8 24,24 10,76
95
Jika Tabel 4.36 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.
28
30 23
Jumlah Siswa
25
22
20
21
19
17 15
13 10
8
4
5
17 15
16 10
6
20
14
15 10
28
7
4 1
32
1
0
23
0
1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.7 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor 1-10 30
Jumlah Siswa
25
27 23
21
20
20
20 15
15
1213
10
8 8
10
1716
10
76
5
5
1413
12
0
1
0
15 11
10
8
6 2
0
0 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nomor Soal Paham
Miskonsepsi
Tidak Paham
Gambar 4.8 Sebaran derajat penguasaan konsep siswa kelas kontrol dari hasil post test pada soal nomor 11-20
96
Berdasarkan Tabel 4.35 dan Tabel 4.36 akan dijabarkan mengenai miskonsepsi-miskonsepsi siswa dalam memahami materi larutan penyangga setelah proses pembelajaran berdasarkan hasil tes diagnostik miskonsepsi. 1. Butir soal nomor 1 Soal nomor 1 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengaplikasikan kapasitas larutan penyangga untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 1 yaitu paham konsep sebesar 3,03%, miskonsepsi sebesar 57,58% dan tidak paham konsep sebesar 39,39%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 1 yaitu paham konsep sebesar 18,18%, miskonsepsi sebesar 69,70% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%. Pernyataan nomor 1 adalah: Jika ke dalam 1 L larutan penyangga yang terdiri dari 0,002 mol NaCH3COO dan 0,1 mol CH3COOH (Ka = 1 x 10-5), ditambahkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 mL maka tidak akan menyebabkan perubahan pH yang berarti karena campuran tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.22 meliputi: a. Campuran antara NaCH3COO dan CH3COOH merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah dan basa konjugasi sehingga dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit HCl.
97
b. Campuran antara NaCH3COO dan CH3COOH masih dalam kapasitas larutan penyangga sehingga dapat mempertahankan pH. Berdasarkan pernyataan (a) diperoleh bahwa dalam menjawab soal nomor 1 siswa berpedoman pada fungsi larutan penyangga, yaitu dapat mempertahankan
pH
larutan.
Larutan
penyangga
berfungsi
untuk
mempertahankan pH larutan hanya jika berada pada kapasitas penyangga. Oleh karena itu untuk menentukan keefektifan larutan penyangga dalam mempertahankan pH larutan siswa harus menganalisis terlebih dahulu apakah larutan penyangga tersebut berada dalam kapasitas penyangga atau tidak. Larutan penyangga hanya dapat mempertahankan pH jika komposisi asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya berkisar antara 0,1 sampai 10. Untuk menghindari terjadinya miskonsepsi pada
konsep
kapasitas
larutan
penyangga
seharusnya
guru
ketika
menyampaikan konsep pengertian larutan penyangga juga menyebutkan bahwa larutan penyangga hanya dapat mempertahankan pH jika komposisinya berada dalam kapasitas larutan penyangga. Miskonsepsi siswa berdasarkan pernyataan (b) terjadi karena siswa menganggap campuran larutan CH3COONa 0,002 mol dan 0,1 mol CH3COOH berada dalam kapasitas larutan penyangga. Miskonsepsi ini karena siswa mengalami kesalahan hitung. 2. Butir soal nomor 2 Soal nomor 2 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. Tabel 4.35
98
menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 2 yaitu paham konsep sebesar 75,76%, miskonsepsi sebesar 9,09% dan tidak paham konsep sebesar 15,15%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 2 yaitu paham konsep sebesar 51,52%, miskonsepsi sebesar 45,45% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 2 adalah: Diketahui: a. Larutan A terbuat dari campuran larutan Na 2CO3 dan larutan NaHCO3. b. Larutan B terbuat dari campuran larutan NaHCO3 dan H2CO3. c. Larutan C terbuat dari campuran larutan Na2CO3 dan larutan H2CO3. Ketiga larutan di atas merupakan larutan penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.12 meliputi: a. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga karena masing-masing dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya. b. Ketiga larutan mempunyai komponen-komponen larutan penyangga. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa beberapa siswa mengalami miskonsepsi dalam menjawab soal nomor 2 karena kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep pasangan asam-basa konjugasi. Konsep larutan penyangga memiliki kaitan dengan konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry dalam menentukan komponen larutan penyangga. Oleh karena itu, sebelum memberikan materi larutan penyangga guru seharusnya memberikan apersepsi mengenai teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry
99
agar siswa tidak mengalami miskonsepsi dalam mengidentifikasi larutan penyangga. 3. Butir soal nomor 3 Soal nomor 3 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam kelenjar ludah. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 3 yaitu paham konsep sebesar 72,73%, miskonsepsi sebesar 27,27% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 3 yaitu paham konsep sebesar 42,42%, miskonsepsi sebesar 57,58% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 3 adalah: Dalam kelenjar ludah terdapat larutan penyangga yang terdiri dari campuran H2PO4- dan basa konjugasinya HPO42-. Ketika terjadi penambahan asam, ion H+ akan dinetralkan oleh H2PO4- membentuk H3PO4. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.24 adalah ketika terjadi penambahan asam, ion H+ akan dinetralkan oleh H2PO4membentuk H3PO4. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa miskonsepsi pada beberapa siswa karena siswa terkecoh oleh soal. Pernyataan dalam soal dapat diterima secara logis yaitu disebutkan bahwa H2PO4- + H+
H3PO4
100
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa ini disebabkan oleh kesalahan dalam mengingat atau menghafal komponen larutan penyangga fosfat yang terdapat pada kelenjar ludah. Oleh karena itu, dibutuhkan hafalan yang kuat dalam mempelajari materi yang bersifat konsep. 4. Butir soal nomor 4 Soal nomor 4 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam obat tetes mata. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 4 yaitu paham konsep sebesar 63,64%, miskonsepsi sebesar 36,36% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 4 yaitu paham konsep sebesar 30,30%, miskonsepsi sebesar 66,67% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 4 adalah: Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.24 adalah larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar dapat mempertahankan pH obat tetes mata. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi mengemukakan alasannya secara umum dan tidak sesuai dengan maksud soal. Soal dimaksudkan untuk mengetahui konsepsi siswa tentang fungsi larutan penyangga dalam obat tetes mata. Alasan yang
101
tepat adalah larutan penyangga digunakan dalam pembuatan obat tetes mata agar tidak terjadi iritasi pada mata ketika digunakan sebagai akibat terjadinya perubahan pH dalam obat tetes mata. Sedangkan alkalosis atau asidosis terjadi apabila pH dalam darah terlalu basa atau terlalu asam. Alkalosis atau asidosis ini jarang terjadi karena dalam darah terdapat larutan penyangga. Oleh karena itu, tidak ada kaitan antara penggunaan larutan penyangga dalam obat tetes mata dengan alkalosis atau asidosis. 5. Butir soal nomor 5 Soal nomor 5 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 5 yaitu paham konsep sebesar 54,55%, miskonsepsi sebesar 24,24% dan tidak paham konsep sebesar 21,21%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 5 yaitu paham konsep sebesar 12,12%, miskonsepsi sebesar 63,64% dan tidak paham konsep sebesar 24,24%. Pernyataan nomor 5 adalah: Jika di laboratorium disediakan kristal Ba(OH)2 sebanyak 8 gram (Mr = 171) dan larutan HCN 0,1 M (Ka = 1 x 10-5) sebanyak 2 L, maka kedua zat ini dapat digunakan untuk membuat larutan buffer dengan pH = 5. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.16 adalah: Ba(OH)2 0,047 mol
Ba2+ 0,047 mol
+ 2OH0,094 mol
102
pH
=5
[H+]
= 10-5
[H+]
= Ka x
[𝐻𝐶𝑁] [𝑂𝐻 − ]
= 10-5 x
(0,1 𝑥 2) 𝑚𝑜𝑙 0,094 𝑚𝑜𝑙 0,2 𝑚𝑜𝑙
= 10-5 x 0,094 𝑚𝑜𝑙 10-5
0,2 𝑚𝑜𝑙
≠ 10-5 x 0,094 𝑚𝑜𝑙
Maka pernyataan dalam soal salah. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa miskonsepsi tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan komponen larutan penyangga sehingga berdampak pada kesalahan dalam menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Berdasarkan jawaban siswa tersebut diperoleh bahwa siswa menganggap OH- sebagai basa konjugasi dari HCN sehingga mereka salah di dalam menerapkan rumus pH larutan penyangga. Seharusnya siswa mereaksikan Ba(OH)2 dan HCN terlebih dahulu agar konsentrasi CN- (basa konjugasi HCN) dapat ditentukan. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan konsep cara pembuatan larutan penyangga guru harus memastikan bahwa siswa sudah memahami konsep komponen larutan penyangga dan teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry. 6. Butir soal nomor 6 Soal nomor 6 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga basa ketika ditambah dengan sedikit basa kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan
103
konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 6 yaitu paham konsep sebesar 87,88%, miskonsepsi sebesar 6,06% dan tidak paham konsep sebesar 6,06%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 6 yaitu paham konsep sebesar 84,85%, miskonsepsi sebesar 9,09% dan tidak paham konsep sebesar 6,06%. Pernyataan nomor 6 adalah: Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung basa lemah NH4OH (larutan ammoniak) ditambahkan sedikit basa kuat, maka ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat akan bereaksi dengan NH4+. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.18 adalah siswa menyebutkan bahwa ion OH- akan bereaksi dengan garam dari NH4OH. Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa penguasaan konsep siswa terhadap konsep mekanisme larutan penyangga sangat tinggi karena jumlah siswa yang tergolong miskonsepsi dan tidak paham konsep dalam menjawab soal nomor 6 ini sangat sedikit. Hal ini disebabkan soal tersebut tidak mengecoh siswa sehingga memiliki tingkat kesukaran yang rendah. 7. Butir soal nomor 7 Soal nomor 7 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga asam ketika ditambah sedikit basa kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 7 yaitu paham konsep sebesar 72,73%, miskonsepsi sebesar 27,27% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan
104
berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 7 yaitu paham konsep sebesar 60,61%, miskonsepsi sebesar 39,39% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 7 adalah: Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung asam lemah CH3COOH ditambahkan sedikit basa kuat, maka CH3COO- akan bereaksi dengan ion OHyang berasal dari penambahan basa kuat. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.18 adalah siswa menyebutkan bahwa Ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi CH3COO- dengan reaksi: CH3COO- + OH-
CH3COOH
Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa penguasaan konsep siswa dalam menyelesaikan soal nomor 7 lebih rendah daripada soal nomor 6 walaupun keduanya bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai konsep mekanisme larutan penyangga. Hal ini disebabkan pernyataan pada soal ini bersifat mengecoh. Jika siswa tidak teliti maka mereka akan menganggap CH3COO- dan OH- dapat bereaksi membentuk CH3COOH. 8. Butir soal nomor 8 Soal nomor 8 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menyelesaikan soal perhitungan pH larutan penyangga asam sebelum dan setelah penambahan asam kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 8 yaitu paham konsep sebesar 63,64%, miskonsepsi sebesar 27,27% dan tidak paham konsep
105
sebesar 9,09%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 8 yaitu paham konsep sebesar 21,21%, miskonsepsi sebesar 48,48% dan tidak paham konsep sebesar 30,30%. Pernyataan nomor 8 adalah: Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 1000 mL larutan CH3COOH 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5) dan 1000 mL larutan CH3COONa 0,1 M ditambahkan 10 mL HCl 0,15 M, maka selisih pH sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4,73. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 meliputi: CH3COO-(aq) + H+ (aq)
a.
CH3COOH(aq)
M:
100 mmol
1,5 mmol
R:
-1,5 mmol
-1,5 mmol
S:
98,5 mmol
-
[H+]
= Ka x
pH
= 4,73
b. pH awal [H+]
100 mmol +1,5 mmol 101,5 mmol
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −]
= 1,8 x 10-5 x
101,5 98,5
= 1,8 x 10-5
= - log [H+] = Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −]
= 1,8 x 10-5 x
Setelah penambahan HCl 1,5 mmol 100
[H+]
= 1,8 x 10-5 x
pH
= 2,921
Selisih pH
= 4,74 – 2,921= 1,819
1,5
= 1,2 x 10-3
100 100
= 1,8 x 10-5 = 4,74
106
Berdasarkan pernyataan (a) diperoleh bahwa miskonsepsi tersebut karena siswa kurang teliti dalam memahami maksud soal. Selain itu, soal ini juga bersifat mengecoh dengan menyebutkan selisih pH sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4,73, sehingga ketika siswa sudah menemukan angka 4,73 mereka menganggap bahwa pernyataan dalam soal tersebut adalah benar. Padahal, 4,73 adalah nilai pH larutan penyangga setelah penambahan HCl. Berdasarkan pernyataan (b) diperoleh bahwa miskonsepsi siswa terjadi dalam menghitung pH larutan penyangga setelah penambahan HCl. Kesalahan ini tergolong kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber tertentu karena siswa salah dalam menerapkan rumus. Siswa memasukkan konsentrasi HCl sebagai konsentrasi basa konjugasi. Konsep larutan penyangga banyak melibatkan penggunaan rumus dan perhitungan. Oleh karena itu, siswa harus sering diberikan latihan soal mengenai perhitungan pH larutan penyangga agar mereka terbiasa menggunakan rumus tersebut dan terbiasa berhitung. 9. Butir soal nomor 9 Soal nomor 9 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai langkah-langkah menghitung pH larutan penyangga basa. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 9 yaitu paham konsep sebesar 93,94%, miskonsepsi sebesar 6,06% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol
107
untuk soal nomor 9 yaitu paham konsep sebesar 84,85%, miskonsepsi sebesar 6,06% dan tidak paham konsep sebesar 9,09%. Pernyataan nomor 9 adalah: Seorang siswa melarutkan 107 gram padatan NH4Cl ke dalam 22,4 L gas ammonia (STP) yang dialirkan ke dalam 1 L air. Jika diketahui Kb NH 3 = 2 x 10-5 dan Mr NH4Cl = 53,5 maka pH yang akan dihasilkan adalah 5. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: 107
Mol NH4Cl
= 53,5 = 2 mol
Mol NH3
= 22,4 𝑚𝑜𝑙 /𝐿 = 1 mol
[OH-]
= Kb x
pOH
= 5 – log 4
pH
= 9 + log 4
22,4 𝐿
[𝑁𝐻4 + ] [𝑁𝐻3 ]
2
= 2 x 10-5 x 1 = 4 x 10-5
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal nomor 9 sangat sedikit yaitu hanya 4 siswa dari 66 siswa. sedangkan yang tergolong tidak paham konsep hanya 3 siswa dari 66 siswa. Hal ini karena soal ini merupakan soal perhitungan pH larutan penyangga yang tergolong sederhana. Miskonsepsi pada siswa tersebut karena siswa salah dalam menerapkan rumus. Seharusnya rumus yang digunakan adalah: [OH-]
[𝑁𝐻 ]
= Kb x [𝑁𝐻 3+ ] 4
Namun, siswa terbalik dalam menuliskan rumus yaitu konsentrasi asam konjugasi dibagi dengan konsentrasi basa lemah. Hal ini terjadi karena siswa
108
mengalami kesalahan dalam mengingat. Oleh karena itu, guru harus sering memberikan latihan soal kepada siswa agar mereka terbiasa dalam menggunakan rumus pH larutan penyangga. 10. Butir soal nomor 10 Soal nomor 10 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai fungsi larutan penyangga dalam darah manusia. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 10 yaitu paham konsep sebesar 54,55%, miskonsepsi sebesar 33,33% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 10 yaitu paham konsep sebesar 51,52%, miskonsepsi sebesar 45,45% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 10 adalah: Jika kita minum jus jeruk limau, maka H2CO3 dalam darah akan bereaksi dengan H+ yang berasal dari jus tersebut. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.24 meliputi: a. Ion H+ akan dinetralkan oleh salah satu komponen larutan penyangga dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga. b. Ion H+ akan bereaksi dengan H2CO3 dalam darah karena darah mengandung larutan penyangga karbonat. Pernyataan (a) di atas menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa terjadi karena siswa hanya mengemukakan alasan secara umum. Alasan siswa tidak salah tetapi jawaban yang diberikan tdak lengkap. Siswa tidak menyebutkan
109
komponen mana yang akan bereaksi dengan asam. Sedangkan pernyataan (b) menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa terjadi karena siswa terjebak oleh pernyataan yang disajikan. Siswa mengalami kesalahan dalam menjelaskan mekanisme larutan penyangga karbonat dalam darah ketika ditambah sedikit asam. Seharusnya komponen larutan penyangga yang bereaksi dengan asam adalah ion HCO3-. Hal ini dapat terjadi karena siswa lupa mengenai komponen larutan penyangga karbonat dalam darah atau mereka belum benar-benar paham tentang konsep mekanisme larutan penyangga. 11. Butir soal nomor 11 Soal nomor 11 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengidentifikasi
komponen
larutan
penyangga
asam.
Tabel
4.35
menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 11 yaitu paham konsep sebesar 27,27%, miskonsepsi sebesar 72,73% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 11 yaitu paham konsep sebesar 30,30%, miskonsepsi sebesar 69,70% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 11 adalah: Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH) keduanya tergolong asam lemah, maka larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.14 meliputi:
110
a. Asam asetat bersifat asam lemah dan natrium format sebagai basa konjugasi. b. Asam format dan asam asetat tergolong asam lemah sehingga larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. c. Asam menurut Bronsted-Lowry adalah molekul yang berperan sebagai pemberi H+ dan basa kojugasi adalah penerima H+. CH3COOH dan HCOONa bukan pasangan asam basa konjugasi karena untuk membentuk HCOONa maka asam asetat akan melepaskan 3H+, sehingga campuran antara CH3COOH dan HCOONa bukan merupakan larutan penyangga. Ketiga miskonsepsi di atas terjadi karena siswa belum benar-benar paham tentang konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry. Konsep teori asam-basa
menurut
Bronsted-Lowry
digunakan
dalam
menganalisis
komponen larutan penyangga sehingga jika tingkat pemahaman siswa terhadap teori ini kurang maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menentukan pasangan asam lemah-basa konjugasi atau basa lemah-asam konjugasi yang merupakan komponen larutan penyangga. 12. Butir soal nomor 12 Soal nomor 12 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung pH larutan penyangga asam. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 12 yaitu paham konsep sebesar 30,30%, miskonsepsi sebesar 60,61% dan tidak paham konsep sebesar 9,09%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor
111
12 yaitu paham konsep sebesar 36,36%, miskonsepsi sebesar 39,39% dan tidak paham konsep sebesar 24,24%. Pernyataan nomor 12 adalah: Jika sebanyak 8 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter larutan HCN 0,3 M (Ka = 2x10-5) dan Mr NaOH = 40, maka besarnya pH campuran adalah 5. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: [H+]
= Ka x
[𝐻𝐶𝑁] [𝑂𝐻 − ]
= 2 x 10-5 x pH
0,3 𝑥 1 𝑚𝑜𝑙 8 40
𝑚𝑜𝑙
= 3 x 10-5
= 5 – log 3 Miskonsepsi di atas terjadi karena siswa belum benar-benar paham
tentang konsep teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry sehingga siswa tidak mengetahui basa konjugasi dari HCN. Dengan demikian siswa salah menerapkan rumus pH larutan penyangga karena siswa menganggap konsentrasi OH- merupakan konsentrasi basa konjugasi dari HCN. Jika siswa sudah mengetahui bahwa basa konjugasi HCN adalah CN-, maka mereka akan mencari konsentrasi CN- terlebih dahulu, yaitu dengan mereaksikan HCN dan NaOH. 13. Butir soal nomor 13 Soal nomor 13 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung pH larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dengan garamnya yang mengandung dua asam konjugasi. Tabel 4.35
112
menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 13 yaitu paham konsep sebesar 57,58%, miskonsepsi sebesar 21,21% dan tidak paham konsep sebesar 21,21%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 13 yaitu paham konsep sebesar 24,24%, miskonsepsi sebesar 45,45% dan tidak paham konsep sebesar 30,30%. Pernyataan nomor 13 adalah: Untuk menghasilkan pH larutan buffer yang terdiri dari (NH4)2SO4 dan larutan NH3 dalam air sebesar 9 + log 2, maka ke dalam 20 mL larutan NH3 0,1 M harus dilarutkan ammonium sulfat (Mr = 132) sebanyak 264 mg. (Diketahui Kb NH3 = 1x10-5) Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: pH
= 9 + log 2
pOH
= 5 – log 2
[OH-]
= 2 x 10-5
[OH-]
= Kb x
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [𝑁𝐻4
= 1 x 10-5 x 2 x 10-5
+]
= 1 x 10-5 x
2 𝑚𝑚𝑜𝑙 2 𝑚𝑚𝑜𝑙
(20 𝑥 0,1) 𝑚𝑚𝑜𝑙 264 132
= 1 x 10-5
≠ 1 x 10-5
Miskonsepsi di atas terjadi karena siswa menganggap konsentrasi garam (NH4)2SO4 merupakan konsentrasi asam konjugasi dari NH3 sehingga siswa salah dalam menerapkan rumus. Garam (NH4)2SO4 mengandung dua ion NH4+ sehingga konsentrasi ion NH4+ adalah dua kali konsentrasi (NH4)2SO4. Oleh sebab itu, pada saat menyampaikan konsep komponen
113
larutan penyangga guru tidak boleh menyebutkan bahwa larutan penyangga adalah campuran asam lemah atau basa lemah dengan garamnya. Hal ini dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa jika garam tersebut mengandung dua atau lebih asam konjugasi atau basa konjugasi. 14. Butir soal nomor 14 Soal nomor 14 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan pengertian larutan penyangga. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 14 yaitu paham konsep sebesar 75,76%, miskonsepsi sebesar 24,24% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 14 yaitu paham konsep sebesar 63,64%, miskonsepsi sebesar 36,36% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 14 adalah: Larutan penyangga merupakan larutan yang berfungsi untuk mempertahankan nilai pH. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tetap (sama sekali tidak berubah). Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.12 adalah siswa menyebutkan bahwa pH larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah untuk mempertahankan harga pH. Miskonsepsi di atas terjadi karena siswa terjebak oleh pernyataan yang terdapat pada soal. Soal ini menguji ingatan siswa, sehingga siswa yang salah dalam menjawab soal ini telah mengalami kesalahan dalam mengingat.
114
Larutan penyangga tetap mengalami perubahan pH saat ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat tetapi perubahannya sangat kecil dan dapat diabaikan. Namun, siswa yang mengalami miskonsepai hanya memahami bahwa larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan pH. 15. Butir soal nomor 15 Soal nomor 15 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai perhitungan pH larutan penyangga basa. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 15 yaitu paham konsep sebesar 69,70%, miskonsepsi sebesar 12,12% dan tidak paham konsep sebesar 18,18%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 15 yaitu paham konsep sebesar 81,82%, miskonsepsi sebesar 15,15% dan tidak paham konsep sebesar 3,03%. Pernyataan nomor 15 adalah: Sebanyak 3,4 gram gas NH3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH4Cl). pH campuran tersebut adalah 9,56. Catatan: Kb NH3(aq) = 1,8 x 10-5; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: 𝑔𝑟
1000
Mol NH3
= M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol
Mol NH4Cl
= 𝑀𝑟 = 53,5 = 0,1 mol
𝑔𝑟
5,35
17
x
1000
= 𝑀𝑟 x
𝑚𝐿
=
3,4
[NH3]
1000
= 0,2 M
115
𝑏
0,2
[H+]
= Kb x 𝑔 = 1,8 x 10-5 x 0,1 = 3,6 x 10-5
pH
= 5 – log 3,6 = 4,44 Letak miskonsepsi berdasarkan pernyataan di atas adalah siswa salah
dalam menggunakan rumus pH larutan penyangga. Campuran antara larutan NH3 dan NH4Cl merupakan larutan penyangga basa tetapi siswa menggunakan rumus pH larutan penyangga asam. Seharusnya siswa mencari konsentrasi OH- bukan konsentrasi H+. 16. Butir soal nomor 16 Soal nomor 16 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung pH larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan garamnya yang mengandung dua basa konjugasinya. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 16 yaitu paham konsep sebesar 69,70%, miskonsepsi sebesar 18,18% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 16 yaitu paham konsep sebesar 60,61%, miskonsepsi sebesar 21,21% dan tidak paham konsep sebesar 18,18%. Pernyataan nomor 16 adalah: Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO)2Ba 0,3 M. Perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan pH larutan penyangga = 4 adalah 2:3. (Ka HCOOH = 2 x 10-4) Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah:
116
pH
=4
[H+]
= 10-4
[H+]
= Ka x 𝑔
10-4
= 2 x 10-4 x 0,3 𝑥 𝑉2
1
= 0,3 𝑥 𝑉2
𝑉1 𝑉2
𝑎
0,2 𝑥 𝑉1
0,4 𝑥 𝑉1
3
=4
Jadi volume HCOOH : volume (HCOO)2Ba agar diperoleh pH larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 4. Berdasarkan pernyataan di atas diperoleh bahwa terdapat beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menerapkan rumus pH larutan penyangga. Miskonsepsi pada soal ini sama seperti miskonsepsi yang terjadi pada
soal
nomor 13
yaitu siswa
menganggap konsentrasi
garam
(HCOO)2Ba merupakan konsentrasi basa konjugasi dari HCOOH. Padahal basa konjugasi dari HCOOH adalah HCOO-. Garam (HCOO)2Ba mengandung dua ion HCOO- sehingga konsentrasi ion HCOO - adalah dua kali konsentrasi (HCOO)2Ba. 17. Butir soal nomor 17 Soal nomor 17 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menjelaskan cara
pembuatan larutan penyangga
asam. Tabel
4.35
menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 17 yaitu paham konsep sebesar 69,70%, miskonsepsi sebesar 30,30% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan
117
Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 17 yaitu paham konsep sebesar 51,52%, miskonsepsi sebesar 48,48% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Pernyataan nomor 17 adalah: Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL dapat membentuk larutan penyangga. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.16 adalah siswa menyebutkan bahwa campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL membentuk larutan penyangga karena perbandingan mol dari kedua larutan berada pada kapasitas larutan penyangga. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal ini adalah siswa menganggap bahwa NaOH merupakan basa konjugasi dari CH3COOH. Sehingga siswa menganggap ketika perbandingan CH3COOH dan NaOH berada pada kapasitas larutan penyangga, maka campuran dari kedua larutan ini dapat membentuk larutan penyangga. Artinya, miskonsepsi ini juga disebabkan oleh pemahaman siswa terhadap teori asam-basa menurut Bronsted-Lowry yang masih rendah. 18. Butir soal nomor 18 Soal nomor 18 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung pH larutan penyangga asam dengan penambahan sedikit asam kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 18 yaitu paham konsep sebesar 78,79%, miskonsepsi sebesar 9,09% dan tidak paham konsep sebesar 12,12%.
118
Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 18 yaitu paham konsep sebesar 42,42%, miskonsepsi sebesar 39,39% dan tidak paham konsep sebesar 18,18%. Pernyataan nomor 18 adalah: 100 mL asam asetat 0,1 M (Ka = 1 x 10-5) apabila dicampur dengan 100 mL natrium asetat 0,2 M akan membentuk larutan penyangga. Jika pH larutan penyangga akan dibuat menjadi 5, maka volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 50 mL. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah: pH
=5
[H+]
= 10-5
[H+]
= Ka x 𝑚𝑚𝑜𝑙
10-5
= 10-5 x 0,1 𝑥 𝑚𝑚𝑜𝑙
1
= 0,1 𝑥 𝑚𝑚𝑜𝑙
x
= 100 mL
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖
10 𝑚𝑚𝑜𝑙
10 𝑚𝑚𝑜𝑙
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu siswa menganggap bahwa setelah ditambah HCl maka konsentrasi basa konjugasi yang dimasukkan ke dalam rumus adalah konsentrasi HCl. Padahal, seharusnya siswa mereaksikan terlebih dahulu larutan penyangga dengan HCl. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber yang jelas.
119
19. Butir soal nomor 19 Soal nomor 19 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam mengidentifikasi
komponen
larutan
penyangga
asam.
Tabel
4.35
menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 19 yaitu paham konsep sebesar 54,55%, miskonsepsi sebesar 36,36% dan tidak paham konsep sebesar 9,09%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 19 yaitu paham konsep sebesar 33,33%, miskonsepsi sebesar 60,61% dan tidak paham konsep sebesar 6,06%. Pernyataan nomor 19 adalah: Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 merupakan larutan penyangga asam. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.14 meliputi: a. Campuran antara Na2CO3 dan H2CO3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. H2CO3 sebagai donor H+ dan CO32- sebagai penerima H+. b. Campuran antara Na2CO3 dan H2CO3 merupakan larutan penyangga karena merupakan pasangan asam lemah dan garamnya. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan pernyataan (a) adalah siswa menganggap bahwa Na2CO3 merupakan garam yang mengandung basa konjugasi dari H2CO3. Padahal CO32- bukan basa konjugasi dari H2CO3. Hal ini dapat dilihat dari reaksi berikut ini: H2CO3 (aq) + H2O(l)
HCO3- (aq) + H3O+ (aq)
120
Dari reaksi di atas diperoleh bahwa yang bertindak sebagai basa kojugasi dari H2CO3 adalah ion HCO3-. Berdasarkan pernyataan (b) miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu siswa menganggap apabila ada campuran yang terdiri dari larutan asam lemah dengan garamnya pasti membentuk larutan penyangga. Padahal, yang dapat membentuk larutan penyangga hanya campuran larutan asam lemah dan garamnya yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah tersebut. Na2CO3 merupakan garam tetapi di dalam Na 2CO3 tidak terdapat HCO3- yang merupakan basa konjugasi dari H2CO3. 20. Butir soal nomor 20 Soal nomor 20 bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa dalam menghitung pH larutan penyangga asam dengan sedikit penambahan basa kuat. Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas eksperimen untuk soal nomor 20 yaitu paham konsep sebesar 78,79%, miskonsepsi sebesar 21,21% dan tidak paham konsep sebesar 0%. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.36 diperoleh bahwa hasil derajat penguasaan konsep pada kelas kontrol untuk soal nomor 20 yaitu paham konsep sebesar 45,45%, miskonsepsi sebesar 30,30% dan tidak paham konsep sebesar 24,24%. Pernyataan nomor 20 adalah: Diketahui campuran antara 500 mL asam asetat 0,1 M dengan 500 mL natrium asetat 0,1 M (Ka CH3COOH = 10-5). pH campuran tersebut setelah ditambah 5 mL NaOH 0,1 M adalah 5 – log 0,98. Letak miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan Tabel 4.20 adalah:
121
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ
[H+]
= Ka x 𝑚𝑚𝑜𝑙
[H+]
= 10-5 x 0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
[H+]
= 10-3
pH
=3
𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖
50 𝑚𝑚𝑜𝑙
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal ini sama seperti miskonsepsi yang terjadi ketika mengerjakan soal nomor 18, yaitu siswa menganggap bahwa setelah ditambah NaOH maka konsentrasi basa konjugasi yang dimasukkan ke dalam rumus adalah konsentrasi NaOH. Padahal, seharusnya siswa mereaksikan terlebih dahulu larutan penyangga dengan NaOH. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber yang jelas. Berdasarkan analisis persentase tingkat penguasaan konsep siswa pada hasil post test terdapat perbedaan persentase tingkat penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Berikut ini akan dibahas persentase setiap tingkatan penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4.2.2.1 Persentase siswa yang tergolong paham konsep Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.37 berikut ini.
122
Tabel 4.37 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas eksperimen Σ Siswa % 1 3,03 25 75,76 24 72,73 21 63,64 18 54,55 29 87,88 24 72,73 21 63,64 31 93,94 18 54,55 9 27,27 10 30,30 19 57,58 25 75,76 23 69,70 23 69,70 23 69,70 26 78,79 18 54,55 26 78,79
Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelas kontrol Σ Siswa % 6 18,18 17 51,52 14 42,42 10 30,30 4 12,12 28 84,85 20 60,61 7 21,21 28 84,85 17 51,52 10 30,30 12 36,36 8 24,24 21 63,64 27 81,82 20 60,61 17 51,52 14 42,42 11 33,33 15 45,45
Jika Tabel 4.37 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.9 berikut ini.
100 Persentase
80 60 40 20
93.94 87.88 84.85 84.85 81.82 78.79 78.79 75.76 75.76 72.73 72.73 69.769.769.7 63.64 63.64 63.64 60.61 60.61 57.58 54.55 54.55 51.52 51.52 51.52 54.55 42.42 42.42 45.45 36.36 33.33 30.3 30.3 30.3 27.27 24.24 21.21 18.18 12.12 3.03
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.9 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
123
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa 16 soal dari 20 soal, persentase siswa yang paham konsep pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berpengaruh positif terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. Namun, pada soal nomor 1, 11, 12 dan 15 persentase siswa yang paham konsep pada kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen. Hal ini karena dalam mengerjakan soal nomor 1 dan nomor 15 siswa yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Sedangkan dalam mengerjakan soal nomor 11 dan 12 siswa yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Pengaruh penggunaan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep siswa juga dapat dilihat dari perbandingan persentase siswa yang paham konsep antara hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.38 berikut ini.
124
Tabel 4.38 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelas eksperimen Pre test Post test 6,06 3,03 0 75,76 15,15 72,73 6,06 63,64 0 54,55 21,21 87,88 6,06 72,73 0 63,64 0 93,94 33,33 54,55 0 27,27 0 30,30 0 57,58 33,33 75,76 0 69,70 0 69,70 48,48 69,70 0 78,79 0 54,55 0 78,79
Kelas kontrol Pre test Post test 0 18,18 48,48 51,52 36,36 42,42 3,03 30,30 0 12,12 39,39 84,85 24,24 60,61 0 21,21 0 84,85 57,58 51,52 6,06 30,30 0 36,36 0 24,24 39,39 63,64 0 81,82 0 60,61 21,21 51,52 0 42,42 36,36 33,33 0 45,45
Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen berdasarkan Tabel 4.38 di atas tampak seperti pada Gambar 4.10 berikut ini.
Persentase
125
93.94 100 87.88 90 78.79 78.79 75.76 75.76 72.73 72.73 80 69.769.769.7 63.64 63.64 70 57.58 54.55 54.55 54.55 60 48.48 50 33.33 33.33 40 27.2730.3 30 21.21 15.15 20 6.06 6.06 6.06 10 3.030 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Pre test
Post test
Gambar 4.10 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Gambar 4.10 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada persentase siswa kelas eksperimen yang tergolong paham konsep setelah proses pembelajaran menggunakan multimedia interaktif. Namun, persentase siswa yang paham konsep dalam mengerjakan soal nomor 1 pada hasil pre test sedikit lebih tinggi daripada hasil post test. Siswa yang paham konsep dalam mengerjakan soal nomor 1 pada saat pre test berubah menjadi miskonsepsi pada saat post test. Hal ini terjadi karena pemahaman siswa yang hanya ia dapatkan dari belajar mandiri pada saat pre test belum begitu kuat sehingga ia berubah menjadi miskonsepsi ketika mengerjakan post test. Sedangkan perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut ini.
126
84.85
90
84.85
81.82
80
Persentase
70
63.64
60.61
57.58 51.52
60
51.52 48.48 42.42 39.39 36.36 40 30.3 24.24 30 21.21 18.18 20 12.12
51.52
50
10
3.03
0
60.61 45.45 42.42 36.36 33.33
39.39
36.36 30.3 24.24
21.21
6.06 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Pre test
Post test
Gambar 4.11 Perbandingan persentase siswa yang tergolong paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol Gambar 4.11 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada persentase siswa kelas kontrol yang tergolong paham konsep setelah proses pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif. Namun, terdapat 2 nomor soal dimana persentase siswa yang paham konsep pada hasil pre test lebih tinggi daripada hasil post test. Siswa yang paham konsep dalam mengerjakan kedua soal ini pada saat pre test berubah menjadi miskonsepsi pada saat post test. Hal ini terjadi karena pemahaman siswa yang hanya ia dapatkan dari belajar mandiri pada saat pre test belum begitu kuat sehingga ia berubah menjadi miskonsepsi ketika mengerjakan post test. Berdasarkan Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran telah meningkatkan pemahaman konsep siswa tetapi terdapat sedikit perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif dengan
127
pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Pada kelas ekperimen penyimpangan dimana hasil pre test lebih tinggi daripada hasil post test hanya terjadi pada 1 soal sedangkan pada kelas kontrol penyimpangan terjadi pada 2 soal diagnostik miskonsepsi. 4.2.2.2 Persentase siswa yang tergolong miskonsepsi Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.39 berikut ini. Tabel 4.39 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelas eksperimen Σ Siswa % 19 57,58 3 9,09 9 27,27 12 36,36 8 24,24 2 6,06 9 27,27 9 27,27 2 6,06 11 33,33 24 72,73 20 60,61 7 21,21 8 24,24 4 12,12 6 18,18 10 30,30 3 9,09 12 36,36 7 21,21
Kelas kontrol Σ Siswa % 23 69,70 15 45,45 19 57,58 22 66,67 21 63,64 3 9,09 13 39,39 16 48,48 2 6,06 15 45,45 23 69,70 13 39,39 15 45,45 12 36,36 5 15,15 7 21,21 16 48,48 13 39,39 20 60,61 10 30,30
Jika Tabel 4.39 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada 4.12 berikut ini.
128
80
69.7
70
Persentase
60
72.73 69.7
66.67 63.64 57.58
57.58
60.61
48.48
45.45
50
39.39
36.36
40
27.27
30 20
33.33
24.24
9.09
10
45.45
45.45 39.39 36.36
27.27 27.27
9.09 6.06
60.61
48.48 39.39 36.36 30.3 30.3
24.24 21.21 21.21 18.18 15.15 12.12
6.06 6.06
21.21 9.09
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.12 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar 4.12 menunjukkan bahwa 17 soal dari 20 soal, persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Namun, pada soal nomor 11 dan 12 persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sedangkan pada soal nomor 9 persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen dan kontrol adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berpengaruh positif dalam meminimalkan miskonsepsi siswa. Siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 11 lebih banyak daripada siswa kelas kontrol. Soal ini bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi pada konsep komponen larutan penyangga. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi dalam memahami maksud soal. Siswa menganggap campuran antara larutan Natrium format dan asam asetat bersifat penyangga. Hal ini karena di dalam soal disebutkan bahwa asam format dan asam
129
asetat tergolong asam lemah sehingga siswa menganggap dalam campuran tersebut terdapat asam lemah dan basa konjugasi. Persentase siswa kelas eksperimen yang tergolong miskonsepsi pada soal nomor 12 juga lebih banyak daripada kelas kontrol. Penyebab miskonsepsi siswa dalam menjawab soal nomor 12 ini adalah masih lemahnya pemahaman siswa mengenai teori asam basa Bronsted-Lowry. Siswa menganggap bahwa HCN dan OH- dari NaOH adalah pasangan asam lemah basa konjugasi. Sehingga siswa dalam menjawab soal ini tidak mereaksikan kedua larutan terlebih dahulu tetapi langsung menerapkan rumus perhitungan pH larutan penyangga. Hal ini disebabkan dalam multimedia interaktif tidak dibahas kembali mengenai teori asam-basa. Multimedia interaktif hanya memuat konsep larutan penyangga. Pembelajaran dapat mengubah tingkat penguasaan konsep siswa karena setelah proses pembelajaran terjadi peningkatan dan penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dan penurunan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.40 berikut ini.
130
Tabel 4.40 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelas eksperimen Pre test Post test 45,45 57,58 36,36 9,09 63,64 27,27 51,51 36,36 0 24,24 3,03 6,06 30,30 27,27 0 27,27 0 6,06 21,21 33,33 51,51 72,73 0 60,61 0 21,21 54,55 24,24 0 12,12 0 18,18 30,30 30,30 0 9,09 42,42 36,36 0 21,21
Kelas kontrol Pre test Post test 39,39 69,70 21,21 45,45 42,42 57,58 60,60 66,67 0 63,64 0 9,09 33,33 39,39 0 48,48 0 6,06 18,18 45,45 39,39 69,70 6,06 39,39 0 45,45 54,55 36,36 0 15,15 3,03 21,21 39,39 48,48 0 39,39 21,21 60,61 0 30,30
Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen berdasarkan Tabel 4.40 di atas tampak seperti pada Gambar 4.13 berikut ini.
131
80
72.73
70
Persentase
60
63.64
60.61
57.58 51.51
50 45.45 36.36 40
36.36
27.27
30 20
0
42.42 36.36
33.33
30.3 27.27 27.27
24.24
9.09
10
54.55
51.51
30.3 30.3 24.24 21.21
21.21
6.06 3.03
6.06 0 0
18.18 12.12
0
0
0
0
21.21 9.09 0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Pre test
Post test
Gambar 4.13 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen Gambar 4.13 menunjukkan bahwa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif terjadi kenaikan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada beberapa soal. Kenaikan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi terjadi dalam mengerjakan soal nomor 1, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18 dan 20. Soal-soal tersebut hampir semuanya merupakan soal hitungan yang melibatkan penggunaan rumus pH larutan penyangga. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre test didapatkan bahwa dalam mengerjakan soalsoal hitungan yang melibatkan penggunaan rumus pH larutan penyangga 100 % siswa tergolong tidak paham konsep. Jadi, kenaikan persentase siswa yang miskonsepsi dalam mengerjakan soal-soal hitungan terjadi karena siswa yang tidak paham konsep pada saat pre test sebagian berubah menjadi miskonsepsi dan sebagian lagi berubah menjadi paham konsep pada saat post test.
132
Penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi terjadi pada soal nomor 2, 3, 4, 7, 14 dan 19. Soal-soal ini merupakan soal yang bersifat konsep. Materi yang bersifat konsep dapat dipelajari oleh siswa melalui belajar mandiri sehingga siswa sudah memiliki konsepsi awal walaupun belum diberi pembelajaran oleh guru. Namun, konsepsi awal ini tidak sepenuhnya benar tetapi ada sebagian yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan yang telah disederhanakan, hal ini yang dikenal dengan istilah miskonsepsi. Oleh sebab itu, penurunan miskonsepsi ini terjadi karena pembelajaran menggunakan multimedia interaktif telah mengubah miskonsepsi yang siswa dapatkan dari belajar mandiri menjadi konsepsi yang benar. Kenaikan dan penurunan persentase siswa yang miskonsepsi juga terjadi pada kelas kontrol. Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini. 70
69.7
Persentase
60 50
69.7
66.67 63.64 60.6 57.58
60.61 54.55 48.48
45.45 42.42 39.39
39.39 33.33
40 30
45.45 45.45 39.3939.39 36.36
21.21 15.15
18.18 9.09
10
0
0
39.3939.39 30.3
21.21
20
48.48
0
6.06 0
6.06 0
0
3.03
21.21
0
0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nomor Soal Pre test
Post test
Gambar 4.14 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol
133
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa peningkatan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi hampir terjadi pada semua soal. Penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi hanya terjadi pada soal nomor 14. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif kurang maksimal dalam menekan jumlah miskonsepsi baik pada materi yang bersifat hitungan maupun pada materi yang bersifat konsep. 4.2.2.3 Persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep Persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.41 berikut ini. Tabel 4.41 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelas eksperimen Σ Siswa % 13 39,39 5 15,15 0 0 0 0 7 21,21 2 6,06 0 0 3 9,09 0 0 4 12,12 0 0 3 9,09 7 21,21 0 0 6 18,18 4 12,12 0 0 4 12,12 3 9,09 0 0
Kelas kontrol Σ Siswa % 4 12,12 1 3,03 0 0 1 3,03 8 24,24 2 6,06 0 0 10 30,30 3 9,09 1 3,03 0 0 8 24,24 10 30,30 0 0 1 3,03 6 18,18 0 0 6 18,18 2 6,06 8 24,24
134
Jika Tabel 4.41 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.15 berikut ini. 40
39.39
35
30.3
Persentase
30
30.3
24.24 21.21
25
24.24 21.21
24.24 18.1818.18 18.18
20
15.15 15 12.12
12.12 9.09 9.09
10
9.09
6.06 6.06 3.03
5
3.03 00 0
3.03 00
0
00
12.12 12.12 9.09 6.06 3.03 00 00 0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.15 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar 4.15 menunjukkan bahwa 10 soal dari 20 soal, persentase siswa yang tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Namun, pada soal nomor 1, 2, 10, 15 dan 19 persentase siswa yang tidak paham konsep pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sedangkan pada soal nomor 3, 7, 11, 14 dan 15 tidak ada siswa yang tidak paham konsep baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
multimedia
interaktif
berpengaruh
positif
dalam
meminimalkan ketidakpahaman konsep siswa. Pembelajaran dapat menurunkan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep. Hal ini dapat dilihat dari penurunan persentase siswa yang tidak paham konsep berdasarkan hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase
135
siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.42 berikut ini. Tabel 4.42 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelas eksperimen Pre test Post test 48,48 39,39 63,64 15,15 21,21 0 42,42 0 100 21,21 75,76 6,06 63,64 0 100 9,09 100 0 45,45 12,12 48,48 0 100 9,09 100 21,21 12,12 0 100 18,18 100 12,12 21,21 0 100 12,12 57,58 9,09 100 0
Kelas kontrol Pre test Post test 60,60 12,12 30,30 3,03 21,21 0 36,36 3,03 100 24,24 60,60 6,06 42,42 0 100 30,30 100 9,09 24,24 3,03 54,55 0 93,94 24,24 100 30,30 6,06 0 100 3,03 96,97 18,18 39,39 0 100 18,18 42,42 6,06 100 24,24
Jika Tabel 4.42 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 berikut ini.
Persentase
136
100 100100 100100 100100 100 100 100 90 75.76 80 63.64 63.64 70 57.58 60 48.48 48.48 45.45 42.42 50 39.39 40 21.21 21.21 21.21 18.18 21.21 30 15.15 12.12 20 9.09 12.12 12.12 12.129.09 6.06 9.09 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Pre test
Post test
Persentase
Gambar 4.16 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen 100 100100 100 10096.97 100 100 93.94 100 90 80 60.6 70 60.6 54.55 60 42.42 50 39.39 42.42 36.36 40 30.3 30.3 30.3 24.24 24.24 24.24 21.21 24.24 30 18.18 18.18 20 12.12 9.09 6.06 3.03 6.06 3.03 0 3.03 6.06 0 3.03 0 10 0 0 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal
Pre test
Post test
Gambar 4.17 Perbandingan persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 menunjukkan bahwa pembelajaran baik yang menggunakan multimedia interaktif maupun yang tidak menggunakan multimedia interaktif dapat menurunkan persentase siswa yang tidak paham konsep. Namun, tidak sepenuhnya siswa yang tidak paham konsep pada saat pre
137
test dapat berubah menjadi paham konsep pada saat post test. Sebagian siswa mengalami miskonsepsi dan masih ada juga beberapa yang tetap tidak paham konsep. 4.2.3
Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Analisis peningkatan hasil belajar dilakukan atas dasar asumsi bahwa
semakin baik peningkatan hasil belajar kognitif siswa maka tingkat miskonsepsi siswa akan semakin rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas kontrol sebesar 0,5. Namun, kriteria peningkatan hasil belajar dari kedua kelas tergolong sedang karena nilai indeks gain dari kedua kelas berada di antara 0,3 sampai dengan 0,70. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol karena tampilan multimedia interaktif yang menarik menyebabkan siswa lebih termotivasi dan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Irianto (2008) yang menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran sehingga siswa lebih berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran. 4.2.4
Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meminimalkan Rata-Rata Jawaban Miskonsepsi Analisis kesamaan dua rata-rata dilakukan pada data hasil post test
siswa. Analisis dilakukan pada setiap tingkat penguasaan konsep siswa yang
138
meliputi paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak kanan dan memakai rumus t karena data terbukti berdistribusi normal dan homogen. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa thitung sebesar 4,10 dan t(0,95)(64) sebesar 1,67. Dengan demikian thitung ≥ t(0,95)(64), artinya rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih besar daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Multimedia interaktif ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa karena tampilan multimedia interaktif dibuat menarik serta berorientasi pada ketiga level representasi ilmu kimia yang memadukan antara animasi, video, gambar, teks dan suara sehingga informasi yang masuk ke memori siswa lebih tahan lama. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiyono (2012) yang menyatakan bahwa visualisasi yang disajikan melalui multimedia interaktif memungkinkan siswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indra mereka dengan antusias sehingga informasi yang masuk ke memorinya lebih tahan lama dan mudah dipanggil pada saat informasi tersebut dibutuhkan. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak kiri dan memakai rumus t karena data terbukti berdistribusi normal dan homogen. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa thitung sebesar -4,89 dan t(0,95)(64) sebesar 1,67. Dengan demikian thitung ≤ -t(0,95)(64), artinya rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih
139
rendah daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Dengan demikian, multimedia interaktif yang dibuat terbukti dapat meminimalkan miskonsepsi siswa. Hal ini karena sebelum proses pembuatannya terlebih dahulu dilakukan kajian mengenai miskonsepsi-miskonsepsi yang biasa terjadi pada konsep larutan penyangga sehingga produk multimedia interaktif diupayakan dapat mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi tersebut. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep dilakukan dengan menggunakan statistika non parametrik yaitu uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa zhitung sebesar -2,14
dan z(0,95)(64) sebesar 1,67. Dengan demikian zhitung ≤ -
z(0,95)(64), artinya rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif. 4.2.5
Keunggulan, Keterbatasan dan Menggunakan Multimedia Interaktif Berdasarkan
pengamatan
yang
Kendala
telah
Pembelajaran
dilaksanakan peneliti
selama melaksanakan penelitian, terdapat beberapa kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, yaitu: 1.
Meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep kimia baik pada level makroskopis, mikroskopis maupun simbolik. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan nilai post test pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
140
2.
Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar karena tampilan multimedia interaktif menuntut siswa untuk mengoperasikannya.
3.
Meningkatkan ketertarikan siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran yang disampaikan dengan bantuan multimedia interaktif karena multimedia dibuat menarik. Oleh karena itu siswa dapat memusatkan perhatian pada proses pembelajaran. Ketertarikan tersebut membuat siswa merasa senang dan termotivasi mengikuti pelajaran kimia. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif juga mempunyai
beberapa keterbatasan. Keterbatasan dari penggunaan multimedia interaktif tersebut diantaranya: 1.
Multimedia yang dibuat dapat menimbulkan miskonsepsi jika proses pembuatannya tidak memperhatikan miskonsepsi-miskonsepsi yang biasa terjadi pada siswa.
2.
Proses pembuatan multimedia interaktif membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak.
3.
Guru yang tidak menguasai teknologi komputer tidak dapat membuat multimedia interaktif.
4.
Proses pembelajaran menggunakan multimedia interaktif membutuhkan fasilitas yang lengkap. Tidak ada cara mengajar yang sempurna, demikian juga dengan
pembelajaran menggunakan multimedia interaktif. Kendala yang dihadapi selama penelitian diantaranya:
141
1.
Guru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyiapkan LCD proyektor sehingga menyita waktu pembelajaran.
2.
Jika terjadi pemadaman listrik maka multimedia interaktif yang dibuat tidak dapat ditayangkan di depan kelas. Kekurangan dan kendala di atas mengurangi efektivitas pembelajaran
yang berlangsung tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa multimedia interaktif efektif untuk meminimalkan miskonsepsi siswa. Multimedia interaktif ini dikatakan efektif dalam meminimalkan miskonsepsi siswa berdasarkan beberapa hal, antara lain: 1.
Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran tanpa multimedia interaktif.
2.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih tinggi daripada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran tanpa multimedia interaktif.
3.
Rata-rata jawaban siswa yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran tanpa multimedia interaktif.
142
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes diagnostik
miskonsepsi dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga yang ditunjukkan dengan: 1.
Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol, yaitu 28,03% pada kelas eksperimen dan 42,88% pada kelas kontrol.
2.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu 0,64 pada kelas eksperimen dan 0,5 pada kelas kontrol.
3.
Rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
menyarankan agar: 1.
Guru dapat memanfaatkan multimedia interaktif pada materi yang lain untuk meminimalkan miskonsepsi siswa dalam belajar kimia.
142
143
2.
Sebelum proses pembelajaran guru mengkaji kemungkinan miskonsepsi yang dapat
terjadi
pada
siswa
sehingga
dapat
disusun langkah-langkah
pencegahannya. 3.
Perlu penelitian lebih lanjut agar bisa diketahui upaya-upaya lain yang dapat digunakan dalam meminimalisasi miskonsepsi siswa pada mata pelajaran kimia.
144
DAFTAR PUSTAKA
Alias, M. 2009. Integrating Technology Into Classroom Instructions for Reduced Misconceptions in Statistics. International Electronic Journal of Mathematics Education, 4(2): 77–91. Tersedia di http://www.iejme.com/ [diakses 30-5-2012]. Ariani, N. & D. Haryanto. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka. Aufschnaiter, C. & C. Rogge. 2010. Misconception or Missing Conceptions?. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 6(1): 3–18. Tersedia di http://www.ejmste.com/ [diakses 29-5-2012]. Barke, H.D. 2009. Misconceptions in Chemistry. Knoxville: Springer. Berg, E.V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Pengantar Lokakarya di Universitas Kristen Satya Wacana 7-10 Oktober 1990. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Costu, B. 2008. Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1): 3–9. Tersedia di http://www.ejmste.com/v4n1/Eurasia_v4n1_Costu.pdf [diakses 28-122012]. Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Greenbowe, T.J, E. M. Yang, & T. Andre. 2004. The Effective Use of an Interactive Software Program to Reduce Students Misconceptions in Chemistry [Abstrak]. Journal of Chemical Education, 81(4). Tersedia di: http://pubs.acs.org/doi/pdf/10.1021/ed081p587 [diakses 13-12-2012]. Irianto, E.S. 2008. Penerapan Pembelajaran Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Rembang Tahun Pelajaran 2007/2008. Widyatama, 6(1): 31-42. Kean, E. & C. Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Khodaryah, N. 2010. Analisis Kesalahan Konsep Tentang Larutan Buffer Pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 dan SMA YPK Bontang Serta Upaya Memperbaikinya dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif 144
145
[Abstrak]. Tesis. Online. Tersedia di ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/10817 Desember 2012].
http://karya[diakses 30
Kici, D. 2012. Using Tecnology in Science Education: A Courseware to Overcome Misconceptions and Learning Difficulties about Photosynthesis. International Journal of New Trends in Art, Sport & Science Education, 1(2): 30–40. Tersedia di http://www.ijtase.net/ [diakses 30-5-2012]. Kumaedi. 2005. Analisis Miskonsepsi Siswa MAN pada Pembelajaran Pembentukan Bayangan oleh Cermin Datar, Cekung, Cembung. Tesis PPS UPI. Ma’rifah. 2012. Keefektifan Pembelajaran Kimia Berstrategi Konflik Kognitif untuk Mereduksi Miskonsepsi Peserta Didik Pada Pemahaman Konseptual dan Algoritmik. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Masril & N. Asma. 2002. Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force Concept Inventory dan Certainty of Response Index, (Online). Tersedia di http://hfi.fisika.net [diakses 28-5-2012]. Meltzer, D.E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation an Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics, 70(12): 1259– 1268. Tersedia di http://www.physicseducation.net/ [diakses 17-1-2013]. Mujadi. 2002. Pengaruh Pengalaman Anak dalam Terjadinya Miskonsepsi Fisika. Jurnal Pendidikan, 3(2): 87–98. Petrucci, R.H. & Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Rosari, R.W. 2006. Mahir dalam 7 Hari Macromedia Flash Pro 8. Madiun: MADCOMS. Sudijono, A. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
146
Suharsimi. 2010. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo. Surapranata, S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Taber, K. 2001. Chemical Misconception. London: Royal Society of Chemistry. Teoh, B.S.P & T.K. Neo. 2007. Interactive Multimedia Learning: Students’ Attitudes and Learning Impact in an Animation Course. The Turkish Online Journal of Educational Technology – TOJET, 6(4): 1303-6521. Tersedia di http://www.tojet.net/articles/v6i4/643.pdf [diakses 3-1-2013]. Tsaparlis, G. 2003. Globalisation in Chemistry Education Research an Practice. Journal of Chemistry Education, 4(1): 3–10. Tersedia di http://www.uoi.gr/cerp/2003_February/pdf/02Editorial.pdf [diakses 6-62012]. Wiyono, K. 2012. Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pendahuluan Fisika Zat Padat. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8(2012): 74-82. Tersedia di: journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1997/2113 [diakses 3-1-2013]. Wu, H.K. 2001. Promoting Understanding of Chemical Representations: Students' Use of a Visualization Tool in the Classroom. Journal of Research in Science Teaching, 38(7): 821–842. Tersedia di http://deepblue.lib.umich.edu [diakses 3-1-2013].
Lampiran 1
SILABUS KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu
: SMA Negeri 1 Jatisrono : KIMIA : XI/2 : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. : 12 x 45 menit (4 x 45 menit untuk pre test dan post test)
Kompetensi dasar
Indikator
4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti.
Materi Pembelajaran
Pengertian / Sifat Larutan Penyangga
Komponen Larutan Penyangga
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Jenis tagihan
merancang dan melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui kegiatan praktikum. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan pengertian larutan penyangga berdasarkan sifat larutan penyangga dan bukan penyangga. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menyebutkan komponen larutan penyangga.
Tugas individu, Tugas kelompok, Pretest, Posttest Bentuk instrumen Soal Pretest dan Posttest (soal tes diagnostik miskonsepsi), Lembar Kerja Siswa (petunjuk percobaan dan lembar diskusi), Lembar observasi Psikomotorik, Lembar observasi
Sumber/ bahan/alat Sumber Buku kimia, multimedi a interaktif (media Flash), Lembar Kerja Siswa. Alat / Bahan Bahan dan alat untuk praktikum, LCD Proyektor, Komputer
147
Siswa dengan bantuan guru
Alokasi Waktu 8 x 45 menit
Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Cara Pembuatan Larutan Penyangga
Menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti.
pH larutan penyangga
Kapasitas Larutan Penyangga
Menghitung pH
Penyangga dengan Penambahan Sedikit Asam Kuat, Basa Kuat, atau Pengenceran
Melalui diskusi kelompok dan
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
Afektif
dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menghitung pH atau pOH larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan perhitungan pH.
Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam
148
larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa
pH Larutan
Kegiatan Pembelajaran
Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
dengan teliti.
Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mepepertahankan pH
Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif.
Fungsi larutan penyangga
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
kuat, basa kuat, atau pengenceran melalui diskusi. Melalui diskusi kelompok dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH.
Melalui diskusi panel dan dengan memperhatikan presentasi media Flash (multimedia interaktif), siswa menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan dalam industri.
149
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu
Lampiran 1
SILABUS KELAS KONTROL : SMA Negeri 1 Jatisrono : KIMIA : XI/2 : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. : 12 x 45 menit (4 x 45 menit untuk pre test dan post test)
Kompetensi dasar
Indikator
4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti.
Materi Pembelajaran
Pengertian / Sifat Larutan Penyangga
Komponen Larutan Penyangga
Cara Pembuatan Larutan Penyangga
atau pOH larutan
Penilaian
Siswa dengan bantuan guru
Jenis tagihan
merancang dan melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui kegiatan praktikum. Melalui diskusi kelompok siswa menjelaskan pengertian larutan penyangga berdasarkan sifat larutan penyangga dan bukan penyangga. Melalui diskusi kelompok siswa menyebutkan komponen larutan penyangga. Melalui diskusi kelompok siswa menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga.
Tugas individu, Tugas kelompok, Pretest, Posttest Bentuk instrumen Soal Pretest dan Posttest (soal tes diagnostik miskonsepsi), Lembar Kerja Siswa (petunjuk percobaan dan lembar diskusi), Lembar observasi Psikomotorik, Lembar observasi
pH larutan
Melalui diskusi kelompok
penyangga
siswa menghitung pH atau
Alokasi Waktu 8 x 45 menit
Sumber/ bahan/alat Sumber Buku kimia, Lembar Kerja Siswa. Alat / Bahan Bahan dan alat untuk praktikum
150
Menghitung pH
Kegiatan Pembelajaran
Kompetensi dasar
Indikator penyangga dengan teliti.
Materi Pembelajaran
pOH larutan penyangga.
Kapasitas Larutan Penyangga
Menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti.
Menjelaskan
pH Larutan Penyangga dengan Penambahan Sedikit Asam Kuat, Basa Kuat, atau Pengenceran Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mepepertahankan pH Fungsi larutan penyangga
Melalui diskusi kelompok
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
Afektif
siswa mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan perhitungan pH. Melalui diskusi kelompok siswa menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam kuat, basa kuat, atau pengenceran melalui diskusi. Melalui diskusi kelompok siswa menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH. Melalui diskusi panel siswa menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan dalam industri.
151
fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif.
Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 3
152
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Pengertian Larutan Penyangga dan Komponen Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : I (Pertama)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. b. Proses Melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menggunakan alat praktikum b. Mengumpulkan data c. Mengolah dan menafsirkan data d. Membuat simpulan hasil percobaan 3. Afektif a. Berpikir logis b. Teliti c. Tanggung jawab d. Kerja sama e. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan teliti. 2) Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3) Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. b. Proses Siswa melakukan percobaan untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga.
153 2. Psikomotorik Melalui kegiatan praktikum siswa dapat terampil dalam menggunakan alat-alat praktikum, mampu mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta dapat membuat simpulan hasil percobaan yang dilakukan. 3. Afektif Pada saat melakukan praktikum siswa mampu berpikir logis, teliti, bertanggung jawab, bekerja sama, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer yaitu larutan yang berfungsi mempertahankan harga pH larutan dari suatu perubahan pH larutan. Jika larutan penyangga sedikit diencerkan, ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat maka tidak terjadi perubahan pH yang signifikan, sehingga perubahan pHnya dapat diabaikan. 2. Komponen Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Komponen larutan penyangga asam adalah larutan asam lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan Penyangga Basa Komponen larutan penyangga basa adalah larutan basa lemah dan asam konjugasinya. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, Praktikum Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media Flash), alat dan bahan untuk praktikum serta lembar kerja siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No
1.
2. 3.
4.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 10 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Guru menyampaikan pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dari pembelajaran
154
5.
yang lalu yaitu teori asam basa menurut Bronsted-Lowry. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memutarkan video apersepsi yang ada dalam multimedia interaktif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan larutan buffer.
B. Kegiatan Inti No Kegiatan Alokasi Waktu 15 menit Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru memberikan pengarahan tentang fungsi serta cara menggunakan alat dan bahan kimia dalam kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok untuk melakukan praktikum dengan teliti.
1. 2.
3.
35 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa bekerja sama dalam melakukan praktikum dengan teman sekelompoknya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin (tepat waktu). Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan praktikum. 20 menit Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil praktikumnya. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat dan memberi penjelasan mengenai pengertian dan komponen larutan penyangga dengan bantuan presentasi media flash. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan.
C. Penutup No Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari secara logis dan meminta siswa membuat rangkuman di
155
2.
3.
bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman mengenai cara pembuatan larutan penyangga dan perhitungan pH dan pOH larutan penyangga. Siswa diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal yang dapat didownload di http://kimiacetarmembahana.zz.mu.
VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga 4. Soal-soal yang dapat didownload di http://kimiacetarmembahana.zz.mu IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Praktikum, diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar kerja siswa (berisi petunjuk melakukan percobaan dan lembar diskusi), soal-soal dalam bentuk multimedia interaktif. 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd. NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
156 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Cara Pembuatan Larutan Penyangga, Perhitungan pH Larutan Penyangga, dan Kapasitas Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : II (Kedua)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. 2) Siswa mampu menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti. 3) Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan pH dengan teliti. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga.
157
2. Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Cara Pembuatan Larutan Penyangga a. Larutan penyangga asam Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan asam lemah dengan basa konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga asam juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam lemah dengan basa kuat dengan syarat pada akhir reaksi ada sisa asam lemah, sedangkan basa kuat habis bereaksi. b. Larutan penyangga basa Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara mencampur larutan basa lemah dengan asam konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga basa juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan basa lemah dengan asam kuat dengan syarat akhir reaksi terdapat sisa basa lemah, sedangkan asam kuat habis bereaksi. 2. Menentukan pH Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam natrium asetat (CH3COONa). Dalam larutan, campuran tersebut terionisasi sebagai berikut: CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq) Asam asetat adalah asam lemah. Tetapan ionisasi untuk reaksi ionisasi asam asetat adalah: CH 3COO H Ka CH 3COOH Asam asetat hanya sedikit terionisasi, sedangkan natrium asetat terionisasi sempurna. Ion CH3COO- dari garam mengakibatkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri, sehingga asam asetat yang mengion semakin kecil. Untuk memudahkan, konsentrasi asam asetat dalam larutan dianggap tetap dan ion CH3COO- dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan CH3COO- yang berasal dari asam asetat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: a g . H H Ka. atau Ka a g Volume larutan adalah volume campuran asam dan basa konjugasi, sehingga pH larutan penyangga hanya bergantung pada tetapan ionisasi asam serta perbandingan mol asam dan basa konjugasi.
158 a H Ka V , g V Persamaan tersebut pada V yang sama dapat ditulis sebagai berikut:
H K
a
a g
Keterangan: Ka = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi a a pH log K a log K a log g g
pH pK a log
g a
b. Larutan Penyangga Basa Contoh larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amonia (NH3) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl). Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut: NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq) + NH4Cl(aq) NH4 (aq) + Cl-(aq) Tetapan ionisasi basa lemah NH3 adalah: NH 4 OH Kb , konsentrasi H2O dianggap konstan NH 3 Dalam larutan, ion NH4+ dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan konsentrasi NH3 dianggap tepat, karena pengaruh ion NH4+ dari NH4Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke pihak NH3. Sehingga persamaan dapat dituliskan: g . OH atau Kb b
OH K . bg
b
Karena volume larutan adalah volume campuran basa dan asam konjugasinya, maka persamaan menjadi:
OH K . bg
b
Keterangan: Kb = tetapan ionisasi basa lemah a = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi b b pOH log K b log K b log g g
159
pOH pK b log
g b
3. Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas penyangga mengacu pada jumlah asam atau basa yang dapat ditambahkan ke dalam larutan penahan sebelum terjadi perubahan pH yang besar. Larutan penyangga mempunyai kapasitas maksimum pada pH = pKa (pOH = pKb). Hal ini berarti larutan penyangga efektif pada daerah pKa – 𝑎 𝑎 log 𝑔 < pH < pKa + log 𝑔 untuk larutan penyangga asam, sedangkan untuk 𝑎
𝑎
larutan penyangga basa efektif pada daerah pKb – log 𝑔 < pOH < pKb + log 𝑔 . Bilamana perbandingan konsentrasi asam/basa konjugasi terhadap elektrolit lemahnya lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit pH di atas atau di bawah nilai pK. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara pH 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk ammonia-amonium klorida, sekitar pH 8,24 sampai 10,24. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media Flash) dan lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No.
1.
2. 3.
4.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 5 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memberi pertanyaan kepada beberapa siswa “Bisakah kamu membuat larutan penyangga?”
160
B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu 30 menit Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menjelaskan materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga, perhitungan pH larutan penyangga dan kapasitas larutan penyangga menggunakan multimedia interaktif serta memberikan contoh soal. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal. 30 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya dengan bekerja sama, disiplin (tepat waktu). 2. Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. 15 menit Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi 1. Masing-masing kelompok diminta untuk menjawab soal diskusi yang diberikan dengan teliti dan komunikatif. 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. 2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga
161
IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar diskusi siswa, LKS yang dimiliki siswa 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Petrucci, Ralph H. dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
162 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok
Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH dan Perhitungan pH Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam Kuat atau Basa Kuat : XI / 2 (dua) : 2 x 45 menit : III (Ketiga)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif , dan komunikatif. 2) Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa.
163 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mempertahankan Nilai pH a. Larutan penyangga asam Apabila ditambahkan sedikit asam (H+) atau basa (OH-) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan CH3COOH dan CH3COO-, akan terjadi reaksi berikut. 1) Jika ditambahkan asam maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk CH3COOH, menurut reaksi: CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq), sehingga harga pH tetap. 2) Jika ditambahkan basa, ion OH- akan dinetralkan oleh CH3COOH, menurut reaksi: CH3COOH (aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l) sehingga harga pH tetap. b. Larutan penyangga basa Apabila ditambahkan sedikit asam (H+) atau basa (OH-) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan NH3 dan NH4+, akan terjadi reaksi berikut. 1) Jika ditambahkan asam maka ion H+ akan dinetralkan oleh basa, menurut reaksi: NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq), sehingga harga pH tetap. 2) Jika ditambahkan basa, ion OH- akan bereaksi dengan ion NH4+, menurut reaksi: NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l) sehingga harga pH tetap. 2. Menentukan pH Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam atau Basa a. Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam dapat memeprtahankan harga pH yang kurang dari 7 walaupun ditambahkan sedikit basa kuat atau asam kuat. Untuk menghitung harga pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi asam lemah dan basa konjugasi dari larutan penyangga asam. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H+ atau OHketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga pH larutan penyangga asam menggunakan rumus:
164 a a pH log K a log K a log g g = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi a g = mol basa konjugasi pada akhir reaksi
b. Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa dapat memeprtahankan harga pH yang lebih dari 7 walaupun ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. Untuk menghitung harga pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi basa lemah dan asam konjugasi dari larutan penyangga basa. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H+ atau OHketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga pH larutan penyangga basa menggunakan rumus: b b pOH log K b log K b log g g b = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi g = mol basa konjugasi pada akhir reaksi VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media flash) VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No
1.
2. 3.
4.
5.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 10 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Siswa diminta mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya serta memberikan penghargaan bagi siswa yang disiplin mengerjakan tugas. Guru memberikan pertanyaan kepada
165 beberapa siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, misalnya “Mengapa pH larutan penyangga tidak mengalami perubahan yang berarti ketika ditambah asam kuat atau basa kuat?”. B. Kegiatan Inti No Kegiatan Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan materi mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH serta perhitungan pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat menggunakan multimedia interaktif. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal. Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi dengan bekerja sama dan disiplin (tepat waktu) dalam menjawab soal-soal yang ditayangkan melalui multimedia interaktif. Guru berkeliling untuk membimbing siswa 2. dalam melakukan diskusi. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi 1. Masing-masing kelompok diminta untuk berlomba mengerjakan soal yang ditayangkan melalui multimedia interaktif di papan tulis dengan teliti dan komunikatif. 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab soal dengan benar.
Alokasi Waktu 20 menit
30 menit
20 menit
C. Penutup No Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. 2. Guru memberikan tugas kepada masingmasing kelompok untuk membuat bahan
166
3.
presentasi mengenai fungsi larutan penyangga. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soalsoal yang dapat diunduh di http://kimiacetarmembahana.zz.mu.
VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga 4. Soal-soal yang dapat didownload di http://kimiacetarmembahana.zz.mu IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, pemberian tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Soal-soal dalam bentuk multimedia interaktif 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira. Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
167 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Fungsi larutan penyangga : XI / 2 (dua) : 2 jam pelajaran : IV (Keempat)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. b. Proses Melakukan diskusi kelompok untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyajikan presentasi b. Menyampaikan pendapat c. Mengajukan pertanyaan 3. Afektif a. Teliti b. Kreatif c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk 1) Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 2) Melalui diskusi kelas, siswa dapat menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. b. Proses Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga kemudian mempresentasikannya di depan kelas. 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelas siswa mampu menyajikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.
168 3. Afektif Pada saat diberi tugas dan melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kreatif, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI Fungsi Larutan Penyangga Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada pH tertentu. Untuk mempertahankan nilai pH agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga. Dalam keadaan normal, darah manusia mempunyai pH antara 7,35 – 7,45. Nilai pH tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H2PO4- dan basa konjugasinya HPO42-. Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri. Dalam industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, pHnya harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi Media Pembelajaran : Multimedia interaktif (media flash), lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No.
1.
2. 3.
4.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 10 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Siswa ditanya mengapa pH cairan tubuh tidak berubah ketika seseorang minum inuman yang bersifat asam. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.
169 B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu 10 menit Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan peraturan tata cara diskusi kelas yang akan dilaksanakan. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa dalam melakukan diskusi Guru meminta siswa untuk menyajikan presentasi yang telah dipersiapkan oleh masing-masing kelompok secara kreatif melalui diskusi panel.
1. 2.
1.
2.
30 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa melakukan diskusi panel dengan komunikatif dan disiplin (tepat waktu). Guru membimbing dan mengatur jalannya diskusi serta meminta siswa yang lain untuk mencatat hal-hal yang penting pada lembar diskusi dengan teliti. 30 menit Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang disajikan oleh kelompok lain dan kelompok yang menyajikan presentasi diminta untuk menjawabnya. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang tepat dengan memberikan penjelasan mengenai fungsi larutan penyangga menggunakan multimedia interaktif. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik dalam menyajikan presentasi.
C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. 2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Multimedia interaktif (file media Flash) 2. LKS
170 3. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Lembar diskusi siswa. 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
Lampiran 4
171 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL
Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Pengertian Larutan Penyangga dan Komponen Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : I (Pertama)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan logis dan teliti. b. Proses Melakukan percobaan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menggunakan alat praktikum b. Mengumpulkan data c. Mengolah dan menafsirkan data d. Membuat simpulan hasil percobaan 3. Afektif a. Berpikir logis b. Teliti c. Tanggung jawab d. Kerja sama e. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan dengan teliti. 2) Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3) Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. b. Proses Siswa melakukan percobaan untuk mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga.
172 2. Psikomotorik Melalui kegiatan praktikum siswa dapat terampil dalam menggunakan alat-alat praktikum, mampu mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta dapat membuat simpulan hasil percobaan yang dilakukan. 3. Afektif Pada saat melakukan praktikum siswa mampu berpikir logis, teliti, bertanggung jawab, bekerja sama, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer yaitu larutan yang berfungsi mempertahankan harga pH larutan dari suatu perubahan pH larutan. Jika larutan penyangga sedikit diencerkan, ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat maka tidak terjadi perubahan pH yang signifikan, sehingga perubahan pHnya dapat diabaikan. 2. Komponen Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Komponen larutan penyangga asam adalah larutan asam lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan Penyangga Basa Komponen larutan penyangga basa adalah larutan basa lemah dan asam konjugasinya. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, Ceramah, Praktikum Media Pembelajaran : Alat dan bahan untuk praktikum serta lembar kerja siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No.
1.
2. 3.
4.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 10 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Guru menyampaikan pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dari pembelajaran
173
5.
yang lalu yaitu teori asam basa menurut Bronsted-Lowry. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memaparkan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan larutan buffer tanpa menggunakan media.
B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu 15 menit Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru memberikan pengarahan tentang fungsi serta cara menggunakan alat dan bahan kimia dalam kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok untuk melakukan praktikum dengan teliti.
1. 2.
3.
35 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Siswa bekerja sama dalam melakukan praktikum dengan teman sekelompoknya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin (tepat waktu). Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan praktikum. 20 menit Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat dan memberi penjelasan mengenai pengertian dan komponen larutan penyangga tanpa menggunakan media presentasi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan.
C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari secara logis dan meminta siswa membuat rangkuman di
174
2.
bukunya masing-masing. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman mengenai cara pembuatan larutan penyangga dan perhitungan pH dan pOH larutan penyangga.
VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Praktikum, diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar kerja siswa (berisi petunjuk melakukan percobaan dan lembar diskusi). 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd. NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
175 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : XI / 2 (dua) : Larutan Penyangga : Cara Pembuatan Larutan Penyangga, Perhitungan pH Larutan Penyangga dan Kapasitas Larutan Penyangga : 2 x 45 menit : II (Kedua)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. 2) Siswa mampu menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti. 3) Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan pH dengan teliti. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga.
176 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Cara Pembuatan Larutan Penyangga a. Larutan penyangga asam Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan asam lemah dengan basa konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga asam juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam lemah dengan basa kuat dengan syarat pada akhir reaksi ada sisa asam lemah, sedangkan basa kuat habis bereaksi. b. Larutan penyangga basa Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara mencampur larutan basa lemah dengan asam konjugasi dari garamnya. Larutan penyangga basa juga dapat dibuat dengan cara mereaksikan basa lemah dengan asam kuat dengan syarat akhir reaksi terdapat sisa basa lemah, sedangkan asam kuat habis bereaksi. 2. Menentukan pH Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam natrium asetat (CH3COONa). Dalam larutan, campuran tersebut terionisasi sebagai berikut: CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq) Asam asetat adalah asam lemah. Tetapan ionisasi untuk reaksi ionisasi asam asetat adalah: CH 3COO H Ka CH 3COOH Asam asetat hanya sedikit terionisasi, sedangkan natrium asetat terionisasi sempurna. Ion CH3COO- dari garam mengakibatkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri, sehingga asam asetat yang mengion semakin kecil. Untuk memudahkan, konsentrasi asam asetat dalam larutan dianggap tetap dan ion CH3COO- dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan CH3COO- yang berasal dari asam asetat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: a g . H H Ka. atau Ka a g Volume larutan adalah volume campuran asam dan basa konjugasi, sehingga pH larutan penyangga hanya bergantung pada tetapan ionisasi asam serta perbandingan mol asam dan basa konjugasi.
177 a H Ka V , g V Persamaan tersebut pada V yang sama dapat ditulis sebagai berikut:
H K
a
a g
Keterangan: Ka = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi a a pH log K a log K a log g g
pH pK a log
g a
b. Larutan Penyangga Basa Contoh larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya ialah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amonia (NH3) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl). Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut: NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq) + NH4Cl(aq) NH4 (aq) + Cl-(aq) Tetapan ionisasi basa lemah NH3 adalah: NH 4 OH Kb , konsentrasi H2O dianggap konstan NH 3 Dalam larutan, ion NH4+ dianggap hanya berasal dari garam, sedangkan konsentrasi NH3 dianggap tepat, karena pengaruh ion NH4+ dari NH4Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke pihak NH3. Sehingga persamaan dapat dituliskan: g . OH atau Kb b
OH K . bg
b
Karena volume larutan adalah volume campuran basa dan asam konjugasinya, maka persamaan menjadi:
OH K . bg
b
Keterangan: Kb = tetapan ionisasi basa lemah a = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi b b pOH log K b log K b log g g
178
pOH pK b log
g b
3. Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas penyangga mengacu pada jumlah asam atau basa yang dapat ditambahkan ke dalam larutan penahan sebelum terjadi perubahan pH yang besar. Larutan penyangga mempunyai kapasitas maksimum pada pH = pKa (pOH = pKb). Hal ini berarti larutan penyangga efektif pada daerah pKa – 𝑎 𝑎 log 𝑔 < pH < pKa + log 𝑔 untuk larutan penyangga asam, sedangkan untuk 𝑎
𝑎
larutan penyangga basa efektif pada daerah pKb – log 𝑔 < pOH < pKb + log 𝑔 . Bilamana perbandingan konsentrasi asam/basa konjugasi terhadap elektrolit lemahnya lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit pH di atas atau di bawah nilai pK. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara pH 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk ammonia-amonium klorida, sekitar pH 8,24 sampai 10,24. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Student centered Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No.
1.
2. 3.
4.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 5 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memberi pertanyaan kepada beberapa siswa “Bisakah kamu membuat larutan penyangga?”
179
B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Alokasi Waktu 30 menit Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menjelaskan materi mengenai cara pembuatan larutan penyangga, perhitungan pH larutan penyangga dan kapasitas larutan penyangga tanpa menggunakan media presentasi serta memberikan contoh soal. Siswa memperhatikan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal. 30 menit Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya dengan bekerja sama dan disiplin (tepat waktu). 2. Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. 15 menit Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi 1. Masing-masing kelompok diminta untuk menjawab soal diskusi yang diberikan dengan teliti dan komunikatif. 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. 2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga
180
IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, tugas tertulis Jenis Tagihan : Tugas kelompok, tugas individu Instrumen : Lembar kerja siswa (berisi lembar diskusi). 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Petrucci, Ralph H. dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, Maret 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
181 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok
Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH dan Perhitungan pH Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam Kuat atau Basa Kuat : XI / 2 (dua) : 2 x 45 menit : III (Ketiga)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk: Menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. b. Proses: Melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. 2. Psikomotorik a. Menyampaikan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Menyajikan hasil diskusi 3. Afektif a. Teliti b. Kerja sama c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk: 1) Siswa mampu menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif , dan komunikatif. 2) Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. b. Proses: Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan soal-soal perhitungan pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa.
182 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelompok siswa mampu mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, serta menyajikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Afektif Pada saat melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kerja sama, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI 1. Mekanisme Larutan Penyangga dalam Mempertahankan Nilai pH a. Larutan penyangga asam Apabila ditambahkan sedikit asam (H+) atau basa (OH-) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan CH3COOH dan CH3COO-, akan terjadi reaksi berikut. 1) Jika ditambahkan asam maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk CH3COOH, menurut reaksi: CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq), sehingga harga pH tetap. 2) Jika ditambahkan basa, ion OH- akan dinetralkan oleh CH3COOH, menurut reaksi: CH3COOH (aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l) sehingga harga pH tetap. b. Larutan penyangga basa Apabila ditambahkan sedikit asam (H+) atau basa (OH-) ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari larutan NH3 dan NH4+, akan terjadi reaksi berikut. 3. Jika ditambahkan asam maka ion H+ akan dinetralkan oleh basa, menurut reaksi: NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq), sehingga harga pH tetap. 4. Jika ditambahkan basa, ion OH- akan bereaksi dengan ion NH4+, menurut reaksi: NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l) sehingga harga pH tetap. 2. Menentukan pH Larutan Penyangga ketika Ditambahkan Sedikit Asam atau Basa a. Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam dapat memeprtahankan harga pH yang kurang dari 7 walaupun ditambahkan sedikit basa kuat atau asam kuat. Untuk menghitung harga pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi asam lemah dan basa konjugasi dari larutan penyangga asam. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H+ atau OH- ketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga pH larutan penyangga asam menggunakan rumus:
183 a a pH log K a log K a log g g = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi a g = mol basa konjugasi pada akhir reaksi
b. Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa dapat memeprtahankan harga pH yang lebih dari 7 walaupun ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. Untuk menghitung harga pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i. Mengidentifikasi basa lemah dan asam konjugasi dari larutan penyangga basa. ii. Mengidentifikasi komponen yang bereaksi dengan H+ atau OH- ketika ditambahkan asam atau basa. iii. Menuliskan persamaan stoikiometri larutan ketika ditambahkan asam atau basa. iv. Mencari harga pH larutan penyangga basa menggunakan rumus: b b pOH log K b log K b log g g b = mol larutan asam lemah pada akhir reaksi g = mol basa konjugasi pada akhir reaksi VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, dan pemberian tugas Media Pembelajaran : Lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No.
1.
2. 3.
4.
5.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 10 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Siswa diminta mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya serta memberikan penghargaan bagi siswa yang disiplin mengerjakan tugas. Guru memberikan pertanyaan kepada
184 beberapa siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, misalnya “Mengapa pH larutan penyangga tidak mengalami perubahan yang berarti ketika ditambah asam kuat atau basa kuat?”. B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan materi mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH serta perhitungan pH larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat tanpa menggunakan media presentasi. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok untuk berdiskusi dalam mengerjakan soal. Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi dengan bekerja sama dan disiplin (tepat waktu) dalam menjawab soal-soal dalam lembar diskusi. Guru berkeliling untuk membimbing siswa 2. dalam melakukan diskusi. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi 1. Masing-masing kelompok diminta untuk berlomba mengerjakan soal diskusi di papan tulis dengan teliti dan komunikatif. 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang paling tepat. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menjawab soal dengan benar.
Alokasi Waktu 20 menit
30 menit
20 menit
C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. 2. Guru memberikan tugas kepada masingmasing kelompok untuk membuat bahan presentasi mengenai fungsi larutan penyangga.
185 VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, pemberian tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Lembar diskusi siswa. 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
186 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Sekolah Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi waktu Pertemuan
: SMA Negeri 1 Jatisrono : Kimia : Larutan Penyangga : Fungsi larutan penyangga : XI / 2 (dua) : 2 jam pelajaran : IV (Keempat)
I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. II. KOMPETENSI DASAR 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. III. INDIKATOR 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. b. Proses Melakukan diskusi kelompok untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga. 2. Psikomotorik a. Menyajikan presentasi b. Menyampaikan pendapat c. Mengajukan pertanyaan 3. Afektif a. Teliti b. Kreatif c. Komunikatif d. Disiplin IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Produk 1) Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 2) Melalui diskusi kelas, siswa dapat menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. b. Proses Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan fungsi larutan penyangga kemudian mempresentasikannya di depan kelas. 2. Psikomotorik Melalui diskusi kelas siswa mampu menyajikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.
187 3. Afektif Pada saat diberi tugas dan melaksanakan diskusi siswa mampu bersikap teliti, kreatif, komunikatif, dan disiplin sehingga tercipta peserta didik yang berkarakter. V. ANALISIS MATERI Fungsi Larutan Penyangga Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada pH tertentu. Untuk mempertahankan nilai pH agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga. Dalam keadaan normal, darah manusia mempunyai pH antara 7,35 – 7,45. Nilai pH tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H2PO4- dan basa konjugasinya HPO42-. Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri. Dalam industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, pHnya harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Strategi Pembelajaran : CTL Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD Metode Pembelajaran : Diskusi Media Pembelajaran : Lembar diskusi siswa VII. PROSES BELAJAR MENGAJAR A. Pendahuluan No.
1.
2. 3.
4.
Kegiatan Alokasi Waktu Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan 10 menit memotivasi siswa Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Guru menanamkan karakter religius). Guru memeriksa kehadiran siswa (Guru menanamkan karakter disiplin). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. Siswa ditanya mengapa pH cairan tubuh tidak berubah ketika seseorang minum inuman yang bersifat asam. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.
188 B. Kegiatan Inti No. Kegiatan Eksplorasi Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan peraturan tata cara diskusi kelas yang akan dilaksanakan. Fase 3 : Guru mengorganisasikan siswa dalam melakukan diskusi Guru meminta siswa untuk menyajikan presentasi yang telah dipersiapkan oleh masing-masing kelompok secara kreatif melalui diskusi panel. Elaborasi Fase 4 : Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar 1. Siswa melakukan diskusi panel dengan komunikatif dan disiplin (tepat waktu). 2. Guru membimbing dan mengatur jalannya diskusi serta meminta siswa yang lain untuk mencatat hal-hal yang penting pada lembar diskusi dengan teliti. Konfirmasi Fase 5 : Evaluasi 1. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang disajikan oleh kelompok lain dan kelompok yang menyajikan presentasi diminta untuk menjawabnya 2. Guru memberikan konfirmasi tentang jawaban yang tepat dengan memberikan penjelasan mengenai fungsi larutan penyangga tanpa menggunakan media presentasi. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik dalam menyajikan presentasi.
Alokasi Waktu 10 menit
30 menit
30 menit
C. Penutup No. Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru membimbing siswa menyimpulkan 10 menit materi yang telah dipelajari dengan membuat rangkuman di bukunya masing-masing. 2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal di LKS yang telah dimiliki oleh siswa. VIII. SUMBER PEMBELAJARAN 1. LKS 2. Buku teks pelajaran tentang larutan penyangga
189 IX. PENILAIAN HASIL BELAJAR 1. Ranah Kognitif Prosedur : Diskusi, Tugas Jenis Tagihan : Tugas kelompok Instrumen : Lembar diskusi siswa 2. Ranah Afektif Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi 3. Ranah Psikomotorik Prosedur : Observasi langsung Instrumen : Lembar observasi DAFTAR PUSTAKA Justiana, Sandri. 2009. Chemistry 2 for Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Guru Mata Pelajaran,
Jatisrono, April 2013 Guru Praktikan,
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd NIP. 196402221989032011
Fitria NIM. 4301409018
Lampiran 5
190
LEMBAR KERJA SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan
: Larutan Penyangga : Pengertian larutan penyangga, Komponen larutan penyangga : XI / 2 (dua) : I (Pertama)
A. Tujuan Percobaan a. Menganalisis sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan sedikit asam, basa, atau pengenceran b. Menjelaskan pengertian larutan penyangga c. Mengidentifikasi komponen larutan penyangga
B. Teori 1. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga disebut juga larutan dapar atau larutan buffer yaitu larutan yang berfungsi mempertahankan harga pH larutan dari suatu perubahan pH larutan. Jika larutan penyangga sedikit diencerkan, ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat maka tidak terjadi perubahan pH yang signifikan, sehingga perubahan pHnya dapat diabaikan. 2. Komponen Larutan Penyangga a. Larutan Penyangga Asam Komponen larutan penyangga asam adalah larutan asam lemah dan basa konjugasinya. b. Larutan Penyangga Basa Komponen larutan penyangga basa adalah larutan basa lemah dan asam konjugasinya.
C. Alat dan Bahan Alat: - Indikator universal - Tabung reaksi (4 buah) dan rak - Pipet volume atau gelas ukur 10 mL - Gelas kimia 100 mL (1 buah) - Pipet tetes (4 buah) Bahan: - Larutan NaCl 0,1 M - larutan HCl 0,1 M - larutan NaOH 0,1 M - larutan CH3COOH 0,1 M - Larutan CH3COONa 0,1 M - larutan NH3 0,1 M - larutan NH4Cl 0,1 - akuades
191
D. Prosedur Percobaan 1. a. Buat larutan A dengan memasukkan 5 ml H2O ke dalam tabung reaksi. Berilah 1 lembar indikator universal. Catat harga pH nya. Bagilah larutan menjadi 2 lalu masukkan ke dalam tabung reaksi. b. Ke dalam tabung reaksi I, tambahakan 2 tetes NaOH 0,1 M. Catat harga pH nya. c. Ke dalam tabung reaksi II, tambahkan 2 tetes HCl 0,1 M. Catat harga pH nya. 2. a. Buat larutan B dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml CH3COOH 0,1 M + 2 ml CH3COONa 0,1 M. b. Amati dan catat pHnya dengan menggunakan indikator universal, kemudian larutan dibagi menjadi 2 buah tabung reaksi. c. Ke dalam tabung reaksi I, tambahkan 2 tetes NaOH 0,1 M. Kemudian amati dan catat pHnya dengan menggunakan indikator universal. d. Ke dalam tabung reaksi II, tambahkan 2 tetes HCL 0,1 M. Kemudian amati dan catat pHnya dengan menggunakan indikator universal. 3. a. Buat larutan C dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml Larutan NH3 atau NH4OH 0,1 M + 2 ml NH4Cl 0,1 M. b. Amati dan catat pHnya dengan menggunakan indikator universal, kemudian larutan dibagi menjadi 2 buah tabung reaksi. c. Ke dalam tabung reaksi I, tambahkan 2 tetes NaOH 0,1 M. Kemudian amati dan catat pHnya dengan menggunakan indikator universal. d. Ke dalam tabung reaksi II, tambahkan 2 tetes HCL 0,1 M. Kemudian amati dan catat pHnya dengan menggunakan indikator universal.
E. Hasil Pengamatan a. pH Mula-mula Campuran
H2O
pH
CH3COOH + CH3COONa
Ditambah NaOH -
Ditambah HCl -
Ditambah NaOH
Ditambah HCl
-
b.
Mula-mula Campuran
-
-
-
c. pH
Mula-mula Campuran
Larutan NH3 (NH4OH) + NH4Cl
Ditambah NaOH
-
Ditambah HCl
-
-
F. Bahan Diskusi 1. Dari ketiga campuran larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang merupakan sistem penyangga? 2. Sebutkan sifat-sifat larutan penyangga berdasarkan percobaan!
192 3. Dari percobaan yang telah dilakukan, simpulkanlah pengertian larutan penyangga dengan menggunakan bahasamu sendiri! 4. Larutan penyangga terdiri dari asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya). Dari larutan penyangga yang digunakan pada percobaan di atas, masing-masing sebutkanlah manakah pasangan larutan yang merupakan asam lemah dengan basa konjugasinyaserta manakah pasangan larutan yang merupakan basa lemah dengan asam konjugasinya 5. Dari ketiga larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang termasuk larutan penyangga asam dan manakah larutan yang termasuk larutan penyangga basa?
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA A. Hasil Pengamatan a. pH Mula-mula Campuran b. pH Mula-mula Campuran c. pH
Mula-mula Campuran
H2O 7 -
Ditambah NaOH 8
Ditambah HCl 6
CH3COOH + CH3COONa 6 -
Ditambah NaOH
Ditambah HCl
6
6
Larutan NH3 (NH4OH) + NH4Cl 8 -
Ditambah NaOH
Ditambah HCl
-
-
8
8
B. Bahan Diskusi 1. Dari ketiga campuran larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang merupakan sistem penyangga? Jawaban: yang merupakan sistem penyangga adalah larutan B (CH3COOH + CH3COONa) dan larutan C (Larutan NH3 (NH4OH) + NH4Cl) karena kedua larutan tersebut dapat mempertahankan harga pH ketika ditambah NaOH maupun HCl. 2. Sebutkan sifat-sifat larutan penyangga berdasarkan percobaan! Jawaban: berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka sifat-sifat larutan penyangga adalah :
193 a. dapat mempertahankan harga pH ketika ditambah asam kuat b. dapat mempertahankan harga pH ketika ditambah asam kuat 3. Dari percobaan yang telah dilakukan, simpulkanlah pengertian larutan penyangga dengan menggunakan bahasamu sendiri! Jawaban: Larutan penyangga merupakan campuran larutan yang berfungsi untuk mempertahankan harga pH. Jika ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam lemah atau basa lemah maka pH larutan tidak mengalami perubahan yang berarti. 4. Larutan penyangga terdiri dari asam lemah dengan basa konjugasinya (basa lemah dengan asam konjugasinya). Dari larutan penyangga yang digunakan pada percobaan di atas, masing-masing sebutkanlah manakah pasangan larutan yang merupakan asam lemah dengan basa konjugasinyaserta manakah pasangan larutan yang merupakan basa lemah dengan asam konjugasinya! Jawaban: berdasarkan percobaan yang dilakukan, larutan yang merupakan larutan penyangga adalah larutan B dan larutan C a. Larutan B Asam lemah = CH3COOH Basa konjugasi = CH3COOCH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq) b. Larutan C Basa lemah = Larutan NH3 (NH4OH) Asam konjugasi = NH4+ NH3 (g) + H2O(l) NH4OH(aq) 5. Dari ketiga larutan (larutan A, larutan B dan larutan C), manakah yang termasuk larutan penyangga asam dan manakah larutan yang termasuk larutan penyangga basa? Jawaban: larutan penyangga asam adalah larutan B (CH3COOH + CH3COONa) dan larutan penyangga basa adalah larutan C (Larutan NH3 atau NH4OH + NH4Cl)
C. Penilaian (Scoring) a. Hasil pengamatan Terdapat 9 kolom kosong yang harus diisi oleh siswa. Masing-masing kolom diberi skor 10. Nilai maksimal =
9 𝑥 10 9
= 10
b. Hasil diskusi Ada 5 soal, setiap soal memiliki skor 2, dijawab tetapi salah diberi skor 0,5. Nilai maksimal = 5 x 2 = 10 Nilai Total =
𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏+𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒅𝒊𝒔𝒌𝒖𝒔𝒊 𝟐
194
LEMBAR DISKUSI SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan
1
: Larutan Penyangga : Cara pembuatan larutan penyangga, pH larutan penyangga, Kapasitas larutan penyangga : XI / 2 (dua) : II (Kedua)
100 mL larutan NaOH 0,2 M dicampur dengan 100 mL larutan CH3COOH 0,4 M (Ka = 10-5). a. Apakah campuran larutan tersebut membentuk larutan penyangga? b. Hitung pH masing-masing larutan sebelum dicampur! c. Hitung pH larutan setelah dicampur!
2
3
Ada Suatu larutan yang terdiri atas 100 mL NH3(aq) 0,01 M (Kb = 10-5) dan 100 mL NH4Cl 0,002 M. Berapa pH larutan penyangga-nya ya….???
Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO)2Ba 0,3 M. tentukan perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan pH larutan penyangga = 4! (Ka HCOOH = 2 x 10-4)
195
4
Sebanyak 3,4 gram gas NH3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan
5,35
gram
garam
salmiak
(NH4Cl). Tentukan pH campuran tersebut! Note : Kb NH3(aq) = 1,8 x 10-5; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1.
5
Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 0,001 mol NaCH3COO (Ka = 1 x 10-5) dan 0,2 mol CH3COOH dalam 1 liter larutan ditambahkan larutan HCl 0,05 M sebanyak 10 mL maka tidak akan menyebabkan perubahan pH yang berarti karena campuran terrsebut masih berada dalam kapasitas penyangga. Benar atau salah ya pernyataan tersebut?????
196
KUNCI JAWABAN LEMBAR DISKUSI SISWA
1. 100 mL larutan NaOH 0,2 M dicampur dengan 100 mL larutan CH3COOH 0,4 M (Ka=10-5). CH3COOH(aq) + NaOH(aq)
CH3COONa(aq)
40 mmol 20 mmol 100 mmol -20 mmol -20 mmol +20 mmol 20 mmol 120 mmol c. Campuran kedua larutan dapat membentuk larutan penyangga karena ada sisa asam lemah dan basa konjugasi dari garamnya di akhir reaksi dengan perbandingan 1: 6 (masih dalam kapasitas penyangga). d. pH NaOH: [OH-] = 0,2 M pOH = 1 – log 2 pH = 14 – (1 – log 2) = 13 + log 2 pH CH3COOH: [H+] = Ka x [H+] = 10-5 x 0,4 = 4 x 10-6 pH = 6 – log 4 e. pH setelah dicampur 𝑎 [H+] = Ka x 𝑔 20
pH
= 10-5 x 120 = 1,67 x 10-5 = 5 – log 1,67
2. Larutan yang terdiri atas 100 mL NH3(aq) 0,01 M (Kb = 10-5) dan 100 mL NH4Cl 0,002 M. 𝑏 [OH-] = Kb x 𝑔 1
= 10-5 x 0,2
= 5 x 10-5 pOH = 5 – log 5 pH = 14 – (5 – log 5) = 9 + log 5 3. Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO)2Ba 0,3 M. tentukan perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan pH larutan penyangga = 4! (Ka HCOOH = 2 x 10-4) pH =4 + [H ] = 10-4 𝑎 [H+] = Ka x 𝑔 10-4 𝑥
= 2 x 10-4 𝑥 = 0,5
197 Perbandingan mol HCOOH dengan HCOO- adalah 1 : 2, misalnya mol HCOOH adalah 1 mol maka mol HCOO- adalah 2 mol. Karena garam (HCOO)2Ba mengandung 2 HCOO-, maka mol garam (HCOO)2Ba adalah 1 mol. Mol HCOOH : mol (HCOO)2Ba 1 mol : 1 mol 0,2 M x V1 : 0,3 M x V2 1 V1 : 0,2 1
V2 : 0,3 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO)2Ba agar diperoleh pH larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 2. 4. Sebanyak 3,4 gram gas NH3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH4Cl). Tentukan pH campuran tersebut! Note : Kb NH3(aq) = 1,8 x 10-5; Ar N = 14; Cl = 35,5 ; O = 16; dan H = 1. 𝑔𝑟 1000 [NH3] = 𝑀𝑟 x 𝑚𝐿 3,4
1000
= 17 x 1000 = 0,2 M Mol NH3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol 𝑔𝑟 Mol NH4Cl = 𝑀𝑟 5,35
= 53,5 = 0,1 mol -
[OH ]
𝑏
= Kb x 𝑔 0,2
= 1,8 x 10-5 x 0,1
= 3,6 x 10-5 pOH = 5 – log 3,6 = 4,44 pH = 14 – 4,44 = 9,56 5. Ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 0,001 mol NaCH3COO (Ka = 1 x 10-5) dan 0,2 mol CH3COOH dalam 1 liter larutan ditambahkan larutan HCl 0,05 M sebanyak 10 mL. pH awal = - log [H+] [H+] = Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ] 0,2 -5
= 1 x 10 x 0,001 = 200 x 10-5 = 2 x 10-3 pH awal = 3 – log 2 = 2,699 setelah penambahan HCl 1 mmol CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) 1 mmol 0,5 mmol 200 mmol -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol 0,5 mmol 200,5 mmol [H+] = Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ]
198 = 1 x 10-5 x
200,5 0,5
= 401 x 10-5 pH akhir = 2,397 Perubahan pH adalah 0,302 (terlalu besar) sehingga tidak bisa diabaikan. Hal ini karena perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya lebih dari 10, sedangkan daerah penyangga itu jika perbandingan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya antara 0,1 sampai 10. PENILAIAN (SCORING) Skor maksimal tiap soal adalah 2, jika dijawab tetapi salah skor 0,5. Nilai maksimal = 5 x 2 = 10
199
LEMBAR DISKUSI SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok
Kelas / Semester Pertemuan
: Larutan Penyangga : Mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH, pH larutan penyangga dengan sedikit penambahan asam atau basa : XI / 2 (dua) : III (Ketiga)
1. 100 mL asam asetat 0,1 M dicampur dengan 100 mL natrium asetat 0,2 M (Ka= 10-5). Jika pH larutan = 5, berapa volume HCl 0,1 M yang harus ditambah? 2. Diketahui campuran 1000 mL larutan CH3COOH 0,1 M dan 1000 mL larutan CH3COONa 0,1 M (Ka=1,8x10-5). Tentkan pH larutan setelah ditambah 20 mL NaOH 0,05 M! 3. Diketahui campuran 500 mL asam asetat 0,1 M dan 500 mL natrium asetat 0,1 M dengan Ka=10-5. a. Tentukan pH campuran! b. Tentukan pH campuran setelah ditambah 5 mL asam klorida 0,1 M! c. Tentukan pH campuran setelah ditambah 5 mL NaOH 0,1 M!
KUNCI JAWABAN SOAL DISKUSI SISWA 1. pH
=5
[H+] = 1 x 10-5 Misal volume HCl adalah x CH3COO- + 100mL x 0,2 M M : 20 mmol R : -0,1x mmol S : 20 - 0,1x mmol
H+ 0,1x 0,1x mmol -0,1x mmol -
[H+]
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
= Ka x -5
CH3COOH 100mL x 0,1M 10 mmol +0,1x mmol 10 + 0,1x mmol
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ] (10+0,1𝑥) 𝑚𝑚𝑜𝑙 -5
1 x 10
= 1 x 10 x (20−0,1𝑥) 𝑚𝑚𝑜𝑙
1
=
10+0,1𝑥 𝑚𝑚𝑜𝑙 20−0,1𝑥 𝑚𝑚𝑜𝑙
20 - 0,1x = 10 + 0,1x 20 – 10 = 0,1x+0,1x 10 = 0,2 x x =5 volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 5 mL. 2. Ion OH- akan bereaksi dengan asam lemah CH3COOH
200 CH3COOH + M : 100 mmol R : -1 mmol S : 99 mmol
OH1 mmol -1 mmol -
[H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
pH
= 1,8 x 10 x 101 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 1,76 x 10-5 = 5 – log 1,76
3. n CH3COOH
CH3COO- + H2O 100 mmol +1 mmol 101 mmol
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ] 99 𝑚𝑚𝑜𝑙 -5
= 0,1 M x 500 mL = 50 mmol
n CH3COO= 0,1 M x 500 mL = 50 mmol [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] + a. [H ] = Ka x [𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂 − ] 3
50 𝑚𝑚𝑜𝑙
pH b.
= 10-5 x 50 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 10-5 =5
CH3COO- + M: 50 mmol R: -0,5 mmol S: 49,5 mmol
H+ 0,5 mmol -0,5 mmol -
[H+]
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
= Ka x -5
CH3COOH 50 mmol +0,5 mmol 50,5 mmol
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ] 50,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 10 x 49,5 𝑚𝑚𝑜𝑙 pH
c.
= 1,02 x 10-5 = 5 – log 1,02 = 5 – 0,0086 = 4,9914
CH3COOH + OHM: 50 mmol 0,5 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol S: 49,5 mmol -
[H+]
pH
= Ka x
CH3COO-+ H2O 50 mmol +0,5 mmol 50,5 mmol
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 − ] 49,5 𝑚𝑚𝑜𝑙 10-5 x 50,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= = 0,98 x 10-5 = 9,8 x 10-6 = 6 – log 9,8 = 6 – 0,99 = 5,01
PENILAIAN (SCORING) Skor maksimal soal nomor 1 dan 2 adalah 4, soal nomor 3 memiliki skor maksimal 12, setiap option memiliki skor 4. Jika dijawab tetapi salah skor 0,5. Nilai maksimal = (5 x 4) : 2 = 10
201
LEMBAR DISKUSI SISWA Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas / Semester Pertemuan 1.
Fungsi Larutan Penyangga pada Tubuh No.
2.
: Larutan Penyangga : Fungsi larutan penyangga : XI / 2 (dua) : IV (Keempat)
Fungsi bagi Tubuh
Komponen Larutan Penyangga
Asam lemah / basa lemah
Fungsi Larutan Penyangga dalam Bidang Industri No.
Bidang Industri
Fungsinya
Basa konjugasi / Asam konjugasi
202
KUNCI JAWABAN LEMBAR DISKUSI SISWA 1.
Fungsi Larutan Penyangga pada Tubuh No.
1.
Mempertahankan pH darah Mempertahankan pH darah
2.
2.
Fungsi bagi Tubuh
3.
Mempertahankan pH darah
4.
Mempertahankan pH dalam sel dan kelenjar ludah
Komponen Larutan Penyangga H2CO3 dan HCO3Hemoglobin (HHb) dan ion hemoglobin (Hb-) Oksihemoglobin (HHbO2) dan ion oksihemoglobin (HbO2-) H2PO4 dan HPO42-
Asam lemah / basa lemah Asam lemah: H2CO3 Asam lemah: Hemoglobin (HHb) Asam lemah: Oksihemoglobin (HHbO2) Asam lemah: H2PO4
Basa konjugasi / Asam konjugasi Basa konjugasi: HCO3Basa konjugasi: ion hemoglobin (Hb-) Basa konjugasi: ion oksihemoglobin (HbO2-) Basa konjugasi: HPO42-
Fungsi Larutan Penyangga dalam Bidang Industri No.
Bidang Industri
Fungsinya
1.
Obat tetes mata
Menjaga pH obat tetes mata agar tetap sesuai dengan pH mata, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada mata saat dipakai.
2.
Cairan infus
Menjaga pH cairan infus agar tetap sesuai dengan cairan tubuh sehingga tubuh dapat terhindar dari asidosis maupun alkalosis.
3.
Minuman fermentasi
Menjaga pH minuman fermentasi agar bakteri di dalam minuman tetap hidup.
PENILAIAN (SCORING) Minimal dapat mengisi 5 fungsi larutan penyangga, masing-masing fungsi diberi skor 2. Nilai maksimal = 5 x 2 = 10
Indikator
KISI-KISI SOAL UJI COBA : Kimia : XI / 2 : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. : 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Tujuan
Menganalisis larutan penyangga 1. Siswa mampu menganalisis larutan dan bukan penyangga melalui penyangga dan bukan penyangga percobaan dengan logis dan melalui percobaan dengan teliti. teliti. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3. Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. 4. Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar.
C1
C2
Jenjang Soal C3 C4 No.6
No.21 No. 2 No. 18 No. 28 No.1 No. 9 No. 24 No.4 No.13 No.15 No. 16 No. 19 No. 20 No. 22
Salah Salah Benar Salah Salah Salah Salah Salah Salah Salah Benar Salah Benar Benar Salah Benar Salah Salah
203
2. Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas
No. 23 No.3
Kunci Jawaban Salah
No.10
No.27 Menghitung pH atau pOH 1. Siswa mampu menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti. larutan penyangga dengan teliti.
C5
Lampiran 6
Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar kompetensi Kompetensi dasar
Menghitung pH larutan 1. penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti. 2.
Menjelaskan fungsi larutan 1. penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. 2.
suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan pH dengan teliti. Siswa mampu menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa dengan teliti, kreatif , dan komunikatif. Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. Melalui diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan teliti dan komunikatif. Melalui diskusi kelas, siswa dapat menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif.
No.5
Salah Salah
No.29
No. 14 No. 30
Salah Benar Benar
No. 11 No. 12
Benar Salah
No. 26
No.7
Salah Salah Salah
No. 17 No. 25 No.8
Persentase Soal 6,67%
Salah
30%
40%
20%
3,33%
204
Lampiran 7
205
LEMBAR SOAL UJI COBA Mata Pelajaran Kelas Materi Pokok Waktu Hari/ Tanggal Tahun Pelajaran
: Kimia : XII IA : Larutan Penyangga : 90 menit : Selasa, 26 Februari 2013 : 2012/2013
Petunjuk Umum: 1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang sudah tersedia. 2. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia. 3. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu. Petunjuk khusus: Beri tanda silang huruf B pada lembar jawaban jika pernyataan benar dan beri tanda silang huruf S pada lembar jawaban jika pernyataan salah. Jawaban harus disertai dengan alasan Anda memilih jawaban tersebut. Contoh: Besarnya pH larutan asam adalah lebih besar dari 7. (Pernyataan salah) Jawaban: B
S
Alasan: pH larutan asam kurang dari 7. SOAL 1.
Larutan penyangga hanya dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya.
2.
Campuran antara larutan NH3 dengan larutan (NH4)2SO4 bersifat penyangga basa.
3.
Jika ke dalam 1 L larutan penyangga yang terdiri dari 0,002 mol NaCH3COO dan 0,1 mol CH3COOH (Ka = 1 x 10-5), ditambahkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 mL maka tidak akan menyebabkan perubahan pH yang berarti karena campuran tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga.
4.
Untuk membuat larutan penyangga yang mempunyai pH = 9, ke dalam 10 mL larutan NH4OH 0,5 M (Kb = 10-5), harus ditambah larutan (NH4)2SO4 1 M sebanyak 5 x 104 mL.
206 5.
Penyangga I : terdiri dari 0,1 mol CH3COOH dan 0,1 mol NaCH3COO dalam 1 liter larutan. Penyangga II : terdiri dari 0,01 mol CH3COOH dan 0,01 mol NaCH3COO dalam 1 liter. Jika ke dalam masing-masing larutan penyangga ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M maka perubahan pH pada larutan penyangga II lebih kecil daripada perubahan pH pada larutan penyangga I.
6.
Diketahui: a. Larutan A terbuat dari campuran larutan Na2CO3 dan larutan NaHCO3. b. Larutan B terbuat dari campuran larutan NaHCO3 dan H2CO3. c. Larutan C terbuat dari campuran larutan Na2CO3 dan larutan H2CO3. Ketiga larutan di atas merupakan larutan penyangga.
7.
Dalam kelenjar ludah terdapat larutan penyangga yang terdiri dari campuran H 2PO4dan basa konjugasinya HPO42-. Ketika terjadi penambahan asam, ion H+ akan dinetralkan oleh H2PO4- membentuk H3PO4-.
8.
Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan.
9.
Jika di laboratorium disediakan kristal Ba(OH)2 sebanyak 8 gram (Mr = 171) dan larutan HCN 0,1 M (Ka = 1 x 10 -5) sebanyak 2 L, maka kedua zat ini dapat digunakan untuk membuat larutan buffer dengan pH = 5.
10.
Larutan penyangga merupakan larutan hasil reaksi antara asam lemah atau basa lemah dengan basa konjugasinya atau asam konjugasinya.
11.
Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung basa lemah NH4OH (larutan ammoniak) ditambahkan sedikit basa kuat, maka ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat akan bereaksi dengan NH4+.
12.
Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung asam lemah CH3COOH ditambahkan sedikit basa kuat, maka CH3COO- akan bereaksi dengan ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat.
207 13.
Larutan penyangga dengan pH = 5 dapat dibuat dengan mencampurkan sebanyak 100 mL larutan CH3COOH 0,2 M (Ka CH3COOH = 10-5) dengan 100 mL larutan KOH 0,1 M.
14.
Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 1000 mL larutan CH3COOH 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5) dan 1000 mL larutan CH3COONa 0,1 M ditambahkan 10 mL HCl 0,15 M, maka selisih pH sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4,73.
15.
Seorang siswa melarutkan 107 gram padatan NH4Cl ke dalam 22,4 L gas ammonia (STP) yang dialirkan ke dalam 1 L air. Jika diketahui Kb NH 3 = 2 x 10-5 dan Mr NH4Cl = 53,5 maka pH yang akan dihasilkan adalah 5.
16.
Agar didapat pH 10, maka volume gas ammonia (STP) yang harus dilarutkan ke dalam 110 mL larutan HCl 0,2 M adalah 5,42 L (Diketahui Kb NH3= 1x10-5).
17.
Jika kita minum jus jeruk limau, maka H2CO3 dalam darah akan bereaksi dengan H+ yang berasal dari jus tersebut.
18.
Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH) keduanya tergolong asam lemah, maka larutan yang mengandung Natrium format dan asam asetat bersifat penyangga.
19.
Jika sebanyak 8 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter larutan HCN 0,3 M (Ka = 2x10-5) dan Mr NaOH = 40, maka besarnya pH campuran adalah 5.
20.
Untuk menghasilkan pH larutan buffer yang terdiri dari (NH4)2SO4 dan larutan NH3 dalam air sebesar 9 + log 2, maka ke dalam 20 mL larutan NH3 0,1 M harus dilarutkan ammonium sulfat (Mr = 132) sebanyak 264 mg. (Diketahui Kb NH3 = 1x10-5)
21
Larutan penyangga merupakan larutan yang berfungsi untuk mempertahankan nilai pH. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tetap (sama sekali tidak berubah).
22
Sebanyak 3,4 gram gas NH3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH4Cl). pH campuran tersebut adalah 9,56. Catatan: Kb NH3(aq) = 1,8 x 10-5; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1.
208 23
Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO)2Ba 0,3 M. Perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan pH larutan penyangga = 4 adalah 2:3. (Ka HCOOH = 2 x 10-4)
24
Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL dapat membentuk larutan penyangga.
25
Di dalam darah manusia terdapat larutan penyangga yang berguna untuk mempertahankan pH darah agar tetap berkisar antara 7,35 – 7,45. Larutan tersebut merupakan campuran antara H2CO3 dan CO32-.
26
100 mL asam asetat 0,1 M (Ka = 1 x 10-5) apabila dicampur dengan 100 mL natrium asetat 0,2 M akan membentuk larutan penyangga. Jika pH larutan penyangga akan dibuat menjadi 5, maka volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 50 mL.
27
Campuran antara NH4OH dengan H2SO4 dapat membentuk larutan penyangga dengan catatan mol H2SO4 harus lebih besar daripada mol NH4OH.
28
Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 merupakan larutan penyangga asam.
29
Campuran antara 10 mL larutan NH3 0,1 M dengan 1 mL larutan NH4Br 0,01 M efektif untuk mempertahankan pH larutan karena merupakan larutan penyangga.
30
Diketahui campuran antara 500 mL asam asetat 0,1 M dengan 500 mL natrium asetat 0,1 M (Ka CH3COOH = 10-5). pH campuran tersebut setelah ditambah 5 mL NaOH 0,1 M adalah 5 – log 0,98.
Lampiran 8
209 KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA
1.
B
S
Alasan: Larutan penyangga juga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa kuat ataupun basa lemah dengan asam kuat dengan catatan jumlah mol asam/basa lemah lebih banyak daripada basa/asam kuat, sehingga di akhir reaksi yang tersisa adalah asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. 2.
B
S
Alasan: Larutan NH3 dalam air dapat diberi lambang NH4OH(aq) yang merupakan basa lemah. Garam (NH4)2SO4 apabila terionisasi menghasilkan ion NH4+ dan SO42-. NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah NH4OH. Dengan demikian campuran dari kedua larutan tersebut mengandung basa lemah dan asam konjugasinya, sehingga bersifat penyangga basa. 3.
B
S
Alasan: pH
= - log [H+]
[H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 100 -5
= 1 x 10 x
2
= 50 x 10-5 pH awal = 3,301 Setelah penambahan HCl 1 mmol CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) M: 2 mmol 1 mmol 100 mmol R: -1 mmol -1 mmol +1 mmol S: 1 mmol 101 mmol [H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 101 -5
= 1 x 10 x
-5
1
= 101 x 10 pH akhir = 2,996 Perubahan pH terlalu besar sehingga tidak bisa diabaikan. Hal ini karena perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya adalah 50, sedangkan daerah penyangga hanya jika perbandingan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya antara 0,1 sampai 10.
210
4.
B
S
Alasan: pH pOH [OH-] [OH-]
=9 =5 = 10-5 = Kb x
10-5
= 10-5 x
[𝑁𝐻4 + ]
= 5 mmol
(NH4)2SO4 2,5 mmol
~
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [𝑁𝐻4 + ] 5 𝑚𝑚𝑜𝑙 [𝑁𝐻4 + ]
2NH4+ + SO425 mmol ~ 5 mmol
Jadi seharusnya ditambah larutan (NH4)2SO4 1 M sebanyak 2,5 mL. 5.
B
S
Alasan: Semakin banyak jumlah mol komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan pH. Jadi ketika kedua larutan penyangga ditambah dengan larutan HCl maka perubahan pH pada larutan penyangga II lebih besar daripada perubahan pH pada larutan penyangga I karena jumlah mol komponen penyangganya lebih sedikit. 6.
B
S
Alasan: a. Larutan A marupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah HCO3- dan basa konjugasinya CO32-. b. Larutan B merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah H2CO3 dan basa konjugasinya HCO3-. c. Larutan C bukan merupakan larutan penyangga karena CO32- bukan merupakan basa konjugasi dari asam lemah H2CO3. 7.
B
S
Alasan: H2PO4Asam lemah
HPO42+ H+ basa konjugasi
211 Jika terjadi penambahan asam, maka ion H+ akan bereaksi dengan basa konjugasi, yaitu HPO42- menghasilkan H2PO4-. 8.
B
S
Alasan: Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan iritasi pada mata ketika digunakan. 9.
B
S
Alasan: 2HCN(aq) + Ba(OH)2(aq) 0,2 mol x mol 2x mol x mol (0,2-2x) mol pH [H+] [H+]
=5 = 10-5 = Ka x
Ba(CN)2(aq)+2H2O(l) x mol x mol
[𝐻𝐶𝑁] [𝐶𝑁 − ] 0,2−2𝑥 𝑚𝑜𝑙
10-5 = 10-5 x 2𝑥 𝑚𝑜𝑙 𝑥 = 0,05 mol Ba(OH)2 = 0,05 mol Massa Ba(OH)2 = 0,05 x 171 = 8,55 gram Jika di laboratorium hanya tersedia 8 gr Ba(OH) 2, maka tidak cukup untuk membuat larutan buffer dengan pH 5. 10. B
S
Alasan: Larutan penyangga merupakan campuran antara asam lemah atau basa lemah dengan basa konjugasinya atau asam konjugasinya. Jadi keduanya tidak bereaksi. 11. B
S
Alasan: Basa (ion OH-) bereaksi dengan asam konjugasi NH4+ membentuk NH3 + H2O atau NH4OH. 12. B
S
Alasan: Ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi dengan asam lemah CH3COOH membentuk CH3COO- dan H2O.
212
13. B
S
Alasan: CH3COOH(aq)+KOH (aq) 20 mmol 10 mmol -10 mmol -10 mmol 10 mmol -
+10 mmol 10 mmol
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
[H+]
= Ka x
pH
= 1 x 10 x = 1 x 10-5 =5
14. B
KCH3COO(aq)+ H2O
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 10 -5 10
S
Alasan: pH awal
= - log [H+]
[H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 100 -5
= 1,8 x 10 x
100
= 1,8 x 10-5 pH awal = 4,74 Setelah penambahan HCl 1 mmol CH3COO-(aq) + H+ (aq) CH3COOH(aq) M: 100 mmol 5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol 101,5 mmol [H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 101,5 -5
= 1,8 x 10 x
98,5
-5
= 1,85 x 10 pH = 4,73 Selisih pH = 4,74 – 4,73= 0,01 15. B
S
Alasan: 107
Mol NH4Cl
= 53,5 = 2 mol
Mol NH3
= 22,4 𝑚𝑜𝑙 /𝐿 = 1 mol
[OH-]
= Kb x
22,4 𝐿
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [𝑁𝐻4 + ]
213 = 2 x 10-5 x
1 2
= 10-5 pOH = 5 pH = 9 16. B
S
Alasan: NH4OH(aq) + HCl (aq)
NH4Cl(aq)+ H2O
241,9 mmol 22 mmol -22 mmol -22 mmol 219,9 mmol [𝑁𝐻 𝑂𝐻] [OH-] = Kb x [𝑁𝐻4 + ]
+22 mmol 22 mmol
4
219,9
= 1 x 10-5 x 22 = 9.995 x 10-5 pOH = 4 pH = 10 17. B
S
Alasan: Jus jeruk limau bersifat asam, berarti di dalam darah terjadi penambahan ion H +. Untuk menjaga pH darah, maka ion H+ akan bereaksi dengan basa konjugasi HCO3- membentuk H2CO3. 18. B
S
Alasan: Larutan yang mengandung natrium format dan asam asetat tidak bersifat penyangga, karena ion format bukan merupakan basa konjugasi dari asam asetat. 19. B
S
Alasan: NaOH(aq) + HCN(aq) NaCN(aq)+ H2O M :0,2 mol 0,3 mol R :-0,2 mol -0,2 mmol +0,2 mmol S : 0,1 0,2 mmol [H+]
= Ka x
[𝐻𝐶𝑁] [𝐶𝑁 − ] 0,1 -5
= 2 x 10 x pH
= 1 x 10-5 =5
0,2
214
20. B
S
Alasan: pH pOH [OH-]
= 9 + log 2 = 5 – log 2 = 2 x 10-5
[OH-]
= Kb x
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [𝑁𝐻4 + ] 2 𝑚𝑚𝑜𝑙 -5
2 x 10-5 = 1 x 10 x 𝑥 x = 1 mmol Berarti mol (NH4)2SO4 adalah 0,5 mmol 𝑔𝑟 0,5 mmol = 𝑀𝑟 𝑔𝑟
0,5 mmol = 132 gr = 66 mg 21. B
S
Alasan: Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tidak berubah secara signifikan dan dapat diabaikan. 22. B
S
Alasan: [NH3]
𝑔𝑟
1000
3,4
𝑚𝐿 1000
= 𝑀𝑟 x
= 17 x 1000 = 0,2 M Mol NH3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol 𝑔𝑟 Mol NH4Cl = 𝑀𝑟 5,35
= 53,5 = 0,1 mol [OH-]
𝑏
= Kb x 𝑔 0,2
= 1,8 x 10-5 x 0,1 pOH pH
= 3,6 x 10-5 = 5 – log 3,6 = 4,44 = 14 – 4,44 = 9,56
215
23. B
S
Alasan: pH [H+] [H+]
=4 = 10-4 𝑎 = Ka x 𝑔
10-4 = 2 x 10-4 𝑥 𝑥 = 0,5 Perbandingan mol HCOOH dengan HCOO- adalah 1 : 2, misalnya mol HCOOH adalah 1 mol maka mol HCOO- adalah 2 mol. Karena garam (HCOO)2Ba mengandung 2 HCOO-, maka mol garam (HCOO)2Ba adalah 1 mol. Mol HCOOH : mol (HCOO)2Ba 1 mol : 1 mol 0,2 M x V1 : 0,3 M x V2 1 V1 : 0,2 1
V2 : 0,3 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO)2Ba agar diperoleh pH larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 2. 24. B
S
Alasan: Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL tidak dapat membentuk larutan penyangga karena jumlah mol dari kedua larutan adalah sama yaitu 10 mmol yang akan habis bereaksi membentuk garam, sehingga di akhir reaksi tidak ada sisa asam lemah dan basa konjugasinya. 25. B
S
Alasan: Larutan penyangga yang ada di dalam darah manusia merupakan campuran antara larutan H2CO3 dan HCO3-. 26. B
S
Alasan: CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) M: 20 mmol 0,1x mmol 10 mmol R: -0,1x mmol -0,1x mmol +0,1x mmol S: 20 – 0,1x mmol 10 + 0,1x mmol pH =5 [H+] = 10-5
216 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ
[H+]
= Ka x 𝑚𝑚𝑜𝑙
-5
-5
10
𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖 10+0,1 𝑥
= 10 x 20−0,1 𝑥
20 – 0,1 x = 10 + 0,1 x x = 50 Jadi volume HCl adalah 50 mL. 27. B
S
Alasan: Campuran antara NH4OH dengan H2SO4 dapat membentuk larutan penyangga dengan catatan mol H2SO4 harus lebih kecil daripada mol NH4OH agar di akhir reaksi terdapat sisa basa lemah dan asam konjugasinya. 28. B
S
Alasan: Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 bukan merupakan larutan penyangga karena Na2(CO3) bukan basa konjugasi dari H2CO3. Basa konjugasi dari H2CO3 adalah NaHCO3. 29. B
S
Alasan: Campuran antara 10 mL larutan NH3 0,1 M dengan 1 mL larutan NH4Br 0,01 M tidak efektif untuk mempertahankan pH larutan karena perbandingan mol antara basa lemah dengan asam konjugasinya sudah tidak berada pada daerah penyangga, yaitu sebesar 1 : 100. 30. B
S
Alasan: CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq)+H2O(l) M: 50 mmol 0,5 mmol 50 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol S: 49,5 mmol 50,5 mmol 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ + [H ] = Ka x 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖 [H+] [H+] pH
49,5
= 10-5 x 50,5
= 0,98 x 10-5 = 5 – log 0,98
Lampiran 9
217 KRITERIA PENILAIAN SOAL UJI COBA
No. 1.
2.
3.
4.
Jawaban Siswa
Skor
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Larutan penyangga hanya dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya) atau basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya). Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa kuat ataupun basa lemah dengan asam kuat tanpa memberi catatan bahwa mol asam lemah atau basa lemah harus lebih banyak. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
0 1 2
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan NH3 dengan larutan (NH4)2SO4 bersifat penyangga asam. Bersifat penyangga apabila dibuat dengan mencampurkan larutan NH3 dengan larutan NH4+. Jawaban salah, alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penambahan HCl tidak menyebabkan perubahan pH yang berarti karena larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan pH. Tidak terjadi perubahan pH yang berarti karena penambahan HCl hanya sedikit. Tidak terjadi perubahan pH yang berarti karena larutan penyangga yang dibuat masih dalam kapasitas larutan penyangga. Cara penyelesaian soal benar dan urut tetapi perhitungan salah. Jawaban benar, alasan hanya menyebutkan bahwa larutan tersebut berada di luar kapasitas penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Mol asam konjugasi [𝑁𝐻4 +] dianggap sama dengan mol garam (NH4)2SO4. Rumus pOH dianggap sebagai rumus pH. Penggunaan rumus terbalik, yaitu [𝑁𝐻4 +] dibagi dengan [𝑁𝐻4 𝑂𝐻] Jawaban benar, alasan urut tetapi hanya sampai pada perhitungan mol (NH4)2SO4. Cara penyelesaian soal benar dan urut tetapi perhitungan salah. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
0 1 2
4
5
2 4 5 0 1 2 2 2 4 4 5 0 1 2 2 2 4 4 5
218 5.
6.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ketika kedua larutan penyangga ditambah dengan larutan HCl maka perubahan pH pada larutan penyangga I lebih besar daripada perubahan pH pada larutan penyangga II karena jumlah mol komponen penyangga I lebih banyak. Jawaban salah tetapi alasan yang dikemukakan tepat. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
0 1 2
0 1 2 4
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga. Larutan A dan C bukan penyangga sedangkan larutan B merupakan larutan penyangga. Larutan B dan C bukan penyangga sedangkan larutan A merupakan larutan penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
7.
8.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Jawaban benar tetapi alasan yang diberikan justru membahas alkalosis dan asidosis. Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Dalam penggunaan rumus Ba(OH)2 dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN sehingga tidak direaksikan terlebih dahulu sebelum menggunakan rumus. Penggunaan rumus terbalik, yaitu [𝐶𝑁 −] dibagi dengan [𝐻𝐶𝑁] Jawaban benar tetapi ada kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Larutan penyangga merupakan reaksi antara asam lemah atau basa lemah dengan basa konjugasinya atau asam konjugasinya. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
9.
10.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H+ akan bereaksi dengan H2PO4-. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
4 5
4 5 0 1 2 4 5 0 1 2 2 4 5 0 1 2
2 4 5 0 1 2 4 5
219 11.
12.
13.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH- akan bereaksi dengan NH4OH. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH- akan bereaksi dengan CH3COO-. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Tidak direaksikan terlebih dahulu, dalam menggunakan rumus KOH dianggap basa konjugasi dari CH3COOH. Rumus pH yang digunakan adalah: 𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂 − [H+] = Ka x [𝐶𝐻 3𝐶𝑂𝑂𝐻] .
0 1 2 4 5 0 1 2 4 5 0 1 2 2
3
14.
15.
Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂−] dibagi [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]. Jawaban benar sampai pada perhitungan pH awal. Pada penentuan pH akhir H+ direaksikan dengan CH3COOH. Pada penggunaan rumus penentuan pH akhir, mol HCl dianggap mol basa konjugasi dari CH3COOH. Hanya menghitung pH setelah penambahan HCl. Sudah menghitung pH awal tetapi lupa tidak dikurangi dengan pH akhir sehingga selisih pH = 4,73. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Rumus yang digunakan adalah [𝑁𝐻 𝑂𝐻] [H+] = Kb x [𝑁𝐻4 + ]
4 5 0 1 2 2 2 2 2 4 4 5 0 1 2
4
16.
Sehingga didapatkan pH = 5. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total.
2 4 5 0 1
220 NH4OH tidak direaksikan dengan HCl sehingga dalam penggunaan rumus HCl dianggap sebagai asam konjugasi dari NH4OH. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Rumus yang digunakan adalah [𝑁𝐻 𝑂𝐻] [H+] = Kb x [𝑁𝐻4 + ]
2 2 2
4
Sehingga didapatkan pH = 4. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 17.
18.
19.
20.
21.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H+ akan bereaksi dengan H2CO3. Ion H+ akan tidak bereaksi dengan H2CO3 (tanpa memberikan alasan lebih lanjut). Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Natrium format dan asam asetat adalah pasangan asam basa konjugasi. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. NaOH tidak direaksikan dengan HCN sehingga dalam penggunaan rumus NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol CN- dibagi dengan mol HCN. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus perhitungan pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Jawaban salah. Alasan salah karena menganggap mol 𝑁𝐻4 + sama dengan mol (NH4)2SO4 . Tidak mencari pOH terlebih dahulu karena pH dianggap sebagai pOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total.
4 5 0 1 2 4 4 5 0 1 2 4 5 0 1 2 2 4 5 0 1 2 2 2 4 5 0 1
221
22.
Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah mempertahankan harga pH. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Kesalahan rumus dalam mencari mol NH3 dan NH4Cl. Penggunaan rumus perhitungan pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Rumus yang digunakan adalah [𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [H+] = Kb x +
2
4 5 0 1 2 2 2
[𝑁𝐻4 ]
Sehingga didapatkan pH = 5 – log 3,6. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 23.
24.
25.
26.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Mol HCOO- dan mol (HCOO)2Ba dianggap sama. Penggunaan rumus perhitungan pH terbalik yaitu mol HCOO dibagi dengan mol HCOOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat menghasilkan basa konjugasi dari asam lemah sehingga dapat membentuk larutan penyangga. NaOH adalah basa konjugasi dari CH3COOH. Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL tidak dapat membentuk larutan penyangga (tanpa menyebutkan alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Larutan penyangga yang ada di dalam darah manusia merupakan campuran antara larutan H2CO3 dan CO32- karena CO32- adalah basa konjugasi dari H2CO3. Jawaban salah alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion H+ bereaksi dengan CH3COOH. Jawaban salah. Alasan salah karena siswa dalam menggunakan rumus pH terbalik yaitu mol CH3COO- dibagi dengan mol
4 5 0 1 2 2 4 5 0 1 2
2 4
5 0 1 2
4 5 0 1 2 2
222 CH3COOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 27.
28.
29.
30.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara NH4OH dengan H2SO4 dapat membentuk larutan penyangga dengan catatan mol H2SO4 harus lebih besar. Campuran antara NH4OH dengan H2SO4 tidak dapat membentuk larutan penyangga karena H2SO4 bukan asam konjugasi dari NH4OH. NH4OH adalah basa kuat dan H2SO4 adalah asam kuat. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 merupakan larutan penyangga karena CO 32- dan H2CO3 merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. Na2(CO3) adalah garam dari H2CO3. Na2(CO3) adalah basa kuat dan H2CO3 adalah asam lemah. Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 bukan merupakan larutan penyangga (tanpa ada alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan NH3 dengan larutan NH4+ adalah pasangan basa lemah dan asam konjugasi. Terjadi salah hitung sehingga alasan siswa menjawab salah karena perbandingan konsentrasi NH3 dengan NH4+ masih berkisar antara 0,1-10. Campuran antara 10 mL larutan NH3 0,1 M dengan 1 mL larutan NH4Br 0,01 M tidak efektif untuk mempertahankan pH larutan (tanpa menyebutkan alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion OH- bereaksi dengan CH3COO-. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol CH3COO- dibagi mol CH3COOH. Dalam menggunakan rumus perhitungan [H+] NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari CH3COOH sehingga tidak dituliskan reaksinya terlebih dahulu. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
4 5 0 1 2 2
2 4 5 0 1 2
2 2 4 5 0 1 2 4
4
5 0 1 2 2 2
4 5
No
Kode Siswa
Skor Setiap Soal
Jumlah
UC-001
2
UC-002
2 0 2 1 4 2 5 1 1
5
2
5
5
2
4
2
2
1
4
2
2
2
1
5
5
1
1
0
4
0
73
3
UC-003
1 2 1 1 2 1 2 2 2
5
1
2
2
2
2
4
1
2
2
1
0
0
0
2
2
0
1
0
1
1
45
4
UC-004
5 4 5 2 5 4 5 5 5
5
2
1
5
5
4
5
5
5
4
5
2
4
2
5
2
1
2
2
2
1
109
5
UC-005
5 1 4 2 4 5 2 5 2
5
2
5
5
5
5
4
2
5
5
2
2
5
5
5
5
0
5
1
2
5
110
6
UC-006
5 0 2 2 4 1 2 1 4
5
1
1
2
1
5
4
1
2
4
5
1
0
1
5
2
0
1
0
1
1
64
7
UC-007
2 2 2 0 4 2 5 2 2
2
0
2
1
5
2
2
2
1
2
2
1
1
0
2
2
0
1
1
1
1
52
8
UC-008
2 4 4 2 4 4 5 2 5
5
2
5
5
2
4
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
1
5
2
4
5
119
9
UC-009
2 4 2 4 2 1 2 1 5
5
2
2
2
2
0
4
1
2
2
2
1
5
1
2
5
0
0
1
0
1
63
10
UC-010
5 2 4 2 4 5 2 5 5
2
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
2
4
2
5
5
0
2
1
2
1
108
11
UC-011
2 2 5 4 4 5 5 5 5
5
5
5
5
5
5
4
5
2
5
2
2
5
2
5
5
0
2
1
1
5
113
12
UC-012
2 1 4 5 4 4 5 5 4
5
1
1
1
5
4
5
5
2
5
5
2
1
2
5
5
1
5
1
2
2
99
13
UC-013
5 4 5 2 5 1 2 2 5
5
5
2
5
5
4
5
5
2
2
5
2
5
5
5
5
1
2
2
2
1
106
14
UC-014
2 0 2 2 1 4 2 1 5
1
0
2
5
1
4
1
2
2
5
1
1
1
0
5
0
0
1
1
2
1
55
15
UC-015
1 4 5 2 2 4 5 5 4
5
2
2
5
5
5
5
5
2
5
2
2
2
2
5
2
0
2
2
1
1
94
16
UC-016
2 1 4 2 4 1 2 2 4
5
2
1
5
2
4
5
5
1
1
5
2
2
2
5
5
1
5
2
1
0
83
17
UC-017
1 0 1 0 2 1 1 2 5
5
2
1
5
2
2
5
1
2
1
2
0
1
1
2
2
0
1
0
4
0
52
18
UC-018
2 1 4 4 2 2 5 5 2
5
1
1
1
5
4
5
5
2
5
5
1
4
4
5
5
1
2
1
4
2
95
19
UC-019
5 4 2 2 1 1 2 1 1
5
1
1
2
2
2
4
1
1
4
0
0
1
1
2
2
0
0
1
2
1
52
20
UC-020
2 1 1 4 2 5 1 5 1
5
0
2
5
2
0
4
1
1
5
0
1
0
2
5
5
0
1
1
1
1
64
70
223
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 2 2 2 2 2 1 2 5 2 5 2 4 5 2 0 2 2 1 5 2 2 2 2 5 2 0 5 1 1 0
Lampiran 10
DATA HASIL UJI COBA SOAL
21
UC-021
5 1 2 1 2 2 2 2 2
5
1
1
1
1
2
2
5
2
1
1
1
0
1
5
5
0
5
2
2
0
62
22
UC-022
2 1 4 0 5 5 2 5 2
5
0
1
5
2
1
4
5
2
5
5
2
0
1
5
5
0
2
1
4
1
82
23
UC-023
2 1 5 1 2 2 5 2 4
1
2
1
2
1
0
2
1
2
5
0
1
1
2
2
0
0
1
1
2
0
51
24
UC-024
5 2 4 2 2 4 2 2 4
5
1
2
5
2
2
2
1
2
5
1
2
1
1
2
2
0
1
0
1
0
65
25
UC-025
5 2 4 2 2 4 2 2 5
5
1
5
5
1
2
4
5
1
5
5
2
5
5
2
0
1
5
1
4
5
97
26
UC-026
5 2 5 2 4 4 2 5 4
5
2
2
5
2
4
5
5
5
5
5
2
2
2
5
5
0
1
1
2
5
103
27
UC-027
1 1 1 0 2 4 2 5 1
5
0
2
1
5
2
4
5
2
1
2
0
5
0
4
5
1
2
1
1
1
66
28
UC-028
5 1 4 1 4 5 2 5 4
5
1
2
1
5
4
5
5
2
1
5
2
5
1
5
5
1
5
1
4
1
97
29
UC-029
5 2 2 2 1 2 1 1 5
2
2
1
5
1
4
2
1
1
1
1
1
1
0
5
1
0
2
1
2
0
55
30
UC-030
2 2 5 2 5 2 5 5 5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
2
2
5
2
5
5
1
2
2
1
5
114
224
No.
Kode Siswa
Skor Setiap Soal
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
UC-008
2
4
4
2
4
4
5
2
5
5
2
5
5
2
4
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
1
5
2
4
5
119
2
UC-030
2
2
5
2
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
2
2
5
2
5
5
1
2
2
1
5
114
3
UC-011
2
2
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
2
5
2
2
5
2
5
5
0
2
1
1
5
113
4
UC-005
5
1
4
2
4
5
2
5
2
5
2
5
5
5
5
4
2
5
5
2
2
5
5
5
5
0
5
1
2
5
110
5
UC-004
5
4
5
2
5
4
5
5
5
5
2
1
5
5
4
5
5
5
4
5
2
4
2
5
2
1
2
2
2
1
109
6
UC-010
5
2
4
2
4
5
2
5
5
2
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
2
4
2
5
5
0
2
1
2
1
108
7
UC-013
5
4
5
2
5
1
2
2
5
5
5
2
5
5
4
5
5
2
2
5
2
5
5
5
5
1
2
2
2
1
106
8
UC-026
5
2
5
2
4
4
2
5
4
5
2
2
5
2
4
5
5
5
5
5
2
2
2
5
5
0
1
1
2
5
103
9
UC-012
2
1
4
5
4
4
5
5
4
5
1
1
1
5
4
5
5
2
5
5
2
1
2
5
5
1
5
1
2
2
99
10
UC-025
5
2
4
2
2
4
2
2
5
5
1
5
5
1
2
4
5
1
5
5
2
5
5
2
0
1
5
1
4
5
97
11
UC-028
5
1
4
1
4
5
2
5
4
5
1
2
1
5
4
5
5
2
1
5
2
5
1
5
5
1
5
1
4
1
97
12
UC-018
2
1
4
4
2
2
5
5
2
5
1
1
1
5
4
5
5
2
5
5
1
4
4
5
5
1
2
1
4
2
95
13
UC-015
1
4
5
2
2
4
5
5
4
5
2
2
5
5
5
5
5
2
5
2
2
2
2
5
2
0
2
2
1
1
94
14
UC-016
2
1
4
2
4
1
2
2
4
5
2
1
5
2
4
5
5
1
1
5
2
2
2
5
5
1
5
2
1
0
83
15
UC-022
2
1
4
0
5
5
2
5
2
5
0
1
5
2
1
4
5
2
5
5
2
0
1
5
5
0
2
1
4
1
82
16
UC-002
2
0
2
1
4
2
5
1
1
5
2
5
5
2
4
2
2
1
4
2
2
2
1
5
5
1
1
0
4
0
73
17
UC-001
2
2
2
2
2
1
2
5
2
5
2
4
5
2
0
2
2
1
5
2
2
2
2
5
2
0
5
1
1
0
70
18
UC-027
1
1
1
0
2
4
2
5
1
5
0
2
1
5
2
4
5
2
1
2
0
5
0
4
5
1
2
1
1
1
66
19
UC-024
5
2
4
2
2
4
2
2
4
5
1
2
5
2
2
2
1
2
5
1
2
1
1
2
2
0
1
0
1
0
20
UC-020
2
1
1
4
2
5
1
5
1
5
0
2
5
2
0
4
1
1
5
0
1
0
2
5
5
0
1
1
1
1
65 64
21
UC-006
5
0
2
2
4
1
2
1
4
5
1
1
2
1
5
4
1
2
4
5
1
0
1
5
2
0
1
0
1
1
64
225
1
Lampiran 11
ANALISIS DAYA BEDA DAN TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA
22
UC-009
2
4
2
4
2
1
2
1
5
5
2
2
2
2
0
4
1
2
2
2
1
5
1
2
5
0
0
1
0
1
63 23
UC-021
5
1
2
1
2
2
2
2
2
5
1
1
1
1
2
2
5
2
1
1
1
0
1
5
5
0
5
2
2
0
62 24
UC-014
2
0
2
2
1
4
2
1
5
1
0
2
5
1
4
1
2
2
5
1
1
1
0
5
0
0
1
1
2
1
55 25
UC-029
5
2
2
2
1
2
1
1
5
2
2
1
5
1
4
2
1
1
1
1
1
1
0
5
1
0
2
1
2
0
55 26
UC-019
5
4
2
2
1
1
2
1
1
5
1
1
2
2
2
4
1
1
4
0
0
1
1
2
2
0
0
1
2
1
52 27
UC-017
1
0
1
0
2
1
1
2
5
5
2
1
5
2
2
5
1
2
1
2
0
1
1
2
2
0
1
0
4
0
52 28
UC-007
2
2
2
0
4
2
5
2
2
2
0
2
1
5
2
2
2
1
2
2
1
1
0
2
2
0
1
1
1
1
52 29
UC-023
2
1
5
1
2
2
5
2
4
1
2
1
2
1
0
2
1
2
5
0
1
1
2
2
0
0
1
1
2
0
51 30
UC-003
1
2
1
1
2
1
2
2
2
5
1
2
2
2
2
4
1
2
2
1
0
0
0
2
2
0
1
0
1
1
45 92
54
97
58
91
88
87
96
105
133
53
72
111
90
90
113
99
70
110
85
43
75
55
125
104
11
70
32
61
48
3.07
1.8
3.23
1.93
3.03
2.93
2.9
3.2
3.5
4.43
1.77
2.4
3.7
3
3
3.77
3.3
2.33
3.67
2.83
1.43
2.5
1.83
4.17
3.47
0.37
2.33
1.07
2.03
1.6
0.61
0.36
0.65
0.39
0.61
0.59
0.58
0.64
0.7
0.89
0.35
0.48
0.74
0.6
0.6
0.75
0.66
0.47
0.73
0.57
0.29
0.5
0.37
0.83
0.69
0.07
0.47
0.21
0.41
0.32
3.8
2.4
4.5
2.5
4.1
3.8
3.5
4.1
4.5
4.7
3
3.6
4.6
4
4.1
4.5
4.7
3.7
4.6
4.1
2
4.1
3.2
4.7
4.2
0.6
3.1
1.4
2.2
3.5
3
1.6
2.1
1.5
2.1
1.7
2.4
1.5
3.5
3.6
1.2
1.4
2.7
1.8
2.3
3
1.6
1.7
2.7
1.5
0.7
1.1
0.7
3.2
2.1
0
1.3
0.8
1.7
0.6
0.16
0.16
0.48
0.2
0.4
0.42
0.22
0.52
0.2
0.22
0.36
0.44
0.38
0.44
0.36
0.3
0.62
0.4
0.38
0.52
0.26
0.6
0.5
0.3
0.42
0.12
0.36
0.12
0.1
0.58
Jumlah
Mean
P
Mean 1
Mean 2
DP
226
Keterangan Tingkat Kesukaran (P) : Mudah : Sedang : Sukar Keterangan Daya Beda (DP) : Baik (0,41 - 0,70) : Cukup (0,21 - 0,40) : Jelek (0,01 - 0,20)
Nomor Soal 3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1.683
2.116
1.582
1.757
2.478
2.369
3.062
2.328
1.702
2.185
2.524
3.114
2.897
2.759
1.564
3.528
2.023
2.851
3.592
0.53
3.914
2.351
1.799
3.499
0.24
2.989
0.409
1.482
3.283
Varians Total Reliabilitas Kategori
2
2.685
Varian Xi
Σ
1
Lampiran 12
ANALISIS RELIABILITAS SOAL UJI COBA
69.29
559.3517241 0.906332029 Reliabilitas sangat tinggi
227
No
Kode Siswa
X 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Y
Y2
UC-001
2
2
2
2
2
1
2
5
2
5
2
4
5
2
0
2
2
1
5
2
2
2
2
5
2
0
5
1
1
0
70
4900
2
UC-002
2
0
2
1
4
2
5
1
1
5
2
5
5
2
4
2
2
1
4
2
2
2
1
5
5
1
1
0
4
0
73
5329
3
UC-003
1
2
1
1
2
1
2
2
2
5
1
2
2
2
2
4
1
2
2
1
0
0
0
2
2
0
1
0
1
1
45
2025
4
UC-004
5
4
5
2
5
4
5
5
5
5
2
1
5
5
4
5
5
5
4
5
2
4
2
5
2
1
2
2
2
1
109
11881
5
UC-005
5
1
4
2
4
5
2
5
2
5
2
5
5
5
5
4
2
5
5
2
2
5
5
5
5
0
5
1
2
5
110
12100
6
UC-006
5
0
2
2
4
1
2
1
4
5
1
1
2
1
5
4
1
2
4
5
1
0
1
5
2
0
1
0
1
1
64
4096
7
UC-007
2
2
2
0
4
2
5
2
2
2
0
2
1
5
2
2
2
1
2
2
1
1
0
2
2
0
1
1
1
1
52
2704
8
UC-008
2
4
4
2
4
4
5
2
5
5
2
5
5
2
4
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
1
5
2
4
5
119
14161
9
UC-009
2
4
2
4
2
1
2
1
5
5
2
2
2
2
0
4
1
2
2
2
1
5
1
2
5
0
0
1
0
1
63
3969
10
UC-010
5
2
4
2
4
5
2
5
5
2
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
2
4
2
5
5
0
2
1
2
1
108
11664
11
UC-011
2
2
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
2
5
2
2
5
2
5
5
0
2
1
1
5
113
12769
12
UC-012
2
1
4
5
4
4
5
5
4
5
1
1
1
5
4
5
5
2
5
5
2
1
2
5
5
1
5
1
2
2
99
9801
13
UC-013
5
4
5
2
5
1
2
2
5
5
5
2
5
5
4
5
5
2
2
5
2
5
5
5
5
1
2
2
2
1
106
11236
14
UC-014
2
0
2
2
1
4
2
1
5
1
0
2
5
1
4
1
2
2
5
1
1
1
0
5
0
0
1
1
2
1
55
3025
15
UC-015
1
4
5
2
2
4
5
5
4
5
2
2
5
5
5
5
5
2
5
2
2
2
2
5
2
0
2
2
1
1
94
8836
16
UC-016
2
1
4
2
4
1
2
2
4
5
2
1
5
2
4
5
5
1
1
5
2
2
2
5
5
1
5
2
1
0
83
6889
17
UC-017
1
0
1
0
2
1
1
2
5
5
2
1
5
2
2
5
1
2
1
2
0
1
1
2
2
0
1
0
4
0
52
2704
18
UC-018
2
1
4
4
2
2
5
5
2
5
1
1
1
5
4
5
5
2
5
5
1
4
4
5
5
1
2
1
4
2
95
19
UC-019
5
4
2
2
1
1
2
1
1
5
1
1
2
2
2
4
1
1
4
0
0
1
1
2
2
0
0
1
2
1
52
9025 2704
20
UC-020
2
1
1
4
2
5
1
5
1
5
0
2
5
2
0
4
1
1
5
0
1
0
2
5
5
0
1
1
1
1
64
4096
228
1
Lampiran 13
ANALISIS VALIDITAS SOAL UJI COBA
0.22 0.306 0.773 0.343 0.676 0.504 0.388 0.59 0.385 0.337 0.565 0.524 0.359 0.589 0.608 0.583 0.766 0.653 0.404 0.658 0.76 0.704 0.697 0.563 0.517 0.51 0.465 0.517 0.232 0.689
Validitas
Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid
146 375 158 327 330 321 396 435 639 157 246 501 354 350
ΣXY 4625 8589 4971 7949 7637 7422 8446 8866 11021 4845 6374 9381 7941 7947
ΣY 2418
ΣY2 211112
4725
5110
2806
6193
1058
9046
10593
5166
7000
3845
7706
9334
6279
8966
172
167
46
250
11
462
573
169
301
77
345
486
222
429
471
360
48
61
32
70
11
104
125
55
75
43
85
110
70
99
113
90
90
111
72
53
133
105
96
87
88
91
58
97
54
92
ΣX
9608
ΣX2
7663
UC-021 5 1 2 1 2 2 2 2 2 5 1 1 1 1 2 2 5 2 1 1 1 0 1 5 5 0 5 2 2 0 62 3844
22 UC-022 2 1 4 0 5 5 2 5 2 5 0 1 5 2 1 4 5 2 5 5 2 0 1 5 5 0 2 1 4 1 82 6724
23 UC-023 2 1 5 1 2 2 5 2 4 1 2 1 2 1 0 2 1 2 5 0 1 1 2 2 0 0 1 1 2 0 51 2601
24 UC-024 5 2 4 2 2 4 2 2 4 5 1 2 5 2 2 2 1 2 5 1 2 1 1 2 2 0 1 0 1 0 65 4225
25 UC-025 5 2 4 2 2 4 2 2 5 5 1 5 5 1 2 4 5 1 5 5 2 5 5 2 0 1 5 1 4 5 97 9409
26 UC-026 5 2 5 2 4 4 2 5 4 5 2 2 5 2 4 5 5 5 5 5 2 2 2 5 5 0 1 1 2 5 103 10609
27 UC-027 1 1 1 0 2 4 2 5 1 5 0 2 1 5 2 4 5 2 1 2 0 5 0 4 5 1 2 1 1 1 66 4356
28 UC-028 5 1 4 1 4 5 2 5 4 5 1 2 1 5 4 5 5 2 1 5 2 5 1 5 5 1 5 1 4 1 97 9409
29 UC-029 5 2 2 2 1 2 1 1 5 2 2 1 5 1 4 2 1 1 1 1 1 1 0 5 1 0 2 1 2 0 55 3025
30 UC-030 2 2 5 2 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 2 5 2 5 5 1 2 2 1 5 114 12996
229
r hitung
Tidak valid
21
Lampiran 14
KISI-KISI SOAL PRE TEST DAN POST TEST Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar kompetensi Kompetensi dasar
: Kimia : XI / 2 : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. : 4.3 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
Indikator
Tujuan
Menganalisis larutan penyangga 1. Siswa mampu menganalisis larutan dan bukan penyangga melalui penyangga dan bukan penyangga percobaan dengan logis dan melalui percobaan dengan teliti. teliti. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga secara logis. 3. Siswa dapat mengidentifikasi komponen larutan penyangga dengan teliti. 4. Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga dengan benar. Menghitung pH atau pOH 3. Siswa mampu menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan teliti. larutan penyangga dengan teliti.
C1
C2
Jenjang Soal C3 C4 No.2
Kunci Jawaban Salah
No.14
Salah
No. 11 No. 19
Salah Salah No. 5 No. 17 No.9 No. 12
Salah Salah
No.1
Salah
No. 13
230
No. 16
Salah Benar Salah Benar Salah
No. 15
4. Siswa dapat mengaplikasikan kapasitas
C5
suatu larutan penyangga dalam mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga melalui perhitungan pH dengan teliti. Menghitung pH larutan 3. Siswa mampu menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan penyangga dengan penambahan sedikit sedikit asam atau sedikit basa asam atau sedikit basa dengan teliti, dengan teliti. kreatif , dan komunikatif.
No. 8
4. Siswa dapat menjelaskan mekanisme larutan penyangga dalam mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam atau sedikit basa dengan tepat. Menjelaskan fungsi larutan 3. Melalui diskusi kelas, siswa mampu penyangga dalam tubuh makhluk menjelaskan fungsi larutan penyangga hidup dengan teliti dan dalam tubuh makhluk hidup dengan komunikatif. teliti dan komunikatif. 4. Melalui diskusi kelas, siswa dapat No.4 menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam bidang industri dengan komunikatif. Persentase Soal 5%
No. 20
Salah Benar Benar
No. 6 No. 7
Benar Salah
No.3
Salah Salah
No. 18
No. 10
Salah
15%
45%
30%
5%
231
Lampiran 15
232
LEMBAR SOAL POST TEST LARUTAN PENYANGGA Mata Pelajaran Kelas Materi Pokok Waktu Hari/ Tanggal Tahun Pelajaran
: Kimia : XI IA : Larutan Penyangga : 90 menit : Kamis, 11 April 2013 : 2012/2013
Petunjuk Umum: 1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang sudah tersedia. 2. Tulis nama, kelas dan nomor absen lembar jawaban yang tersedia. 3. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu. Petunjuk khusus: Beri tanda silang huruf B pada lembar jawaban jika pernyataan benar dan beri tanda silang huruf S pada lembar jawaban jika pernyataan salah. Jawaban harus disertai dengan alasan Anda memilih jawaban tersebut. Contoh: Besarnya pH larutan asam adalah lebih besar dari 7. (Pernyataan salah) Jawaban: B
S
Alasan: pH larutan asam kurang dari 7. SOAL 1.
Jika ke dalam 1 L larutan penyangga yang terdiri dari 0,002 mol NaCH3COO dan 0,1 mol CH3COOH (Ka = 1 x 10-5), ditambahkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 mL maka tidak akan menyebabkan perubahan pH yang berarti karena campuran tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga.
2.
Diketahui: a. Larutan A terbuat dari campuran larutan Na2CO3 dan larutan NaHCO3. b. Larutan B terbuat dari campuran larutan NaHCO3 dan H2CO3. c. Larutan C terbuat dari campuran larutan Na2CO3 dan larutan H2CO3. Ketiga larutan di atas merupakan larutan penyangga.
3.
Dalam kelenjar ludah terdapat larutan penyangga yang terdiri dari campuran H2PO4dan basa konjugasinya HPO42-. Ketika terjadi penambahan asam, ion H+ akan dinetralkan oleh H2PO4- membentuk H3PO4.
233 4.
Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan.
5.
Jika di laboratorium disediakan kristal Ba(OH)2 sebanyak 8 gram (Mr = 171) dan larutan HCN 0,1 M (Ka = 1 x 10 -5) sebanyak 2 L, maka kedua zat ini dapat digunakan untuk membuat larutan buffer dengan pH = 5.
6.
Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung basa lemah NH4OH (larutan ammoniak) ditambahkan sedikit basa kuat, maka ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat akan bereaksi dengan NH4+.
7.
Jika ke dalam larutan penyangga yang mengandung asam lemah CH3COOH ditambahkan sedikit basa kuat, maka CH3COO- akan bereaksi dengan ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat.
8.
Jika ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 1000 mL larutan CH3COOH 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5) dan 1000 mL larutan CH3COONa 0,1 M ditambahkan 10 mL HCl 0,15 M, maka selisih pH sebelum penambahan dengan setelah penambahan HCl adalah 4,73.
9.
Seorang siswa melarutkan 107 gram padatan NH4Cl ke dalam 22,4 L gas ammonia (STP) yang dialirkan ke dalam 1 L air. Jika diketahui Kb NH 3 = 2 x 10-5 dan Mr NH4Cl = 53,5 maka pH yang akan dihasilkan adalah 5.
10.
Jika kita minum jus jeruk limau, maka H2CO3 dalam darah akan bereaksi dengan H+ yang berasal dari jus tersebut.
11.
Asam format (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH) keduanya tergolong asam lemah, maka larutan yang mengandung Natrium format dan asam asetat bersifat penyangga.
12.
Jika sebanyak 8 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter larutan HCN 0,3 M (Ka = 2x10-5) dan Mr NaOH = 40, maka besarnya pH campuran adalah 5.
13.
Untuk menghasilkan pH larutan buffer yang terdiri dari (NH4)2SO4 dan larutan NH3 dalam air sebesar 9 + log 2, maka ke dalam 20 mL larutan NH3 0,1 M harus dilarutkan ammonium sulfat (Mr = 132) sebanyak 264 mg. (Diketahui Kb NH3 = 1x10-5)
234 14.
Larutan penyangga merupakan larutan yang berfungsi untuk mempertahankan nilai pH. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tetap (sama sekali tidak berubah).
15.
Sebanyak 3,4 gram gas NH3 dilarutkan dalam 1 L air. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5,35 gram garam salmiak (NH4Cl). pH campuran tersebut adalah 9,56. Catatan: Kb NH3(aq) = 1,8 x 10-5; Ar N = 14; Cl = 35,5; O = 16; dan H = 1.
16.
Gelas kimia 1 berisi larutan HCOOH 0,2 M dan gelas kimia 2 berisi larutan (HCOO)2Ba 0,3 M. Perbandingan volume gelas kimia 1 dan gelas kimia 2 untuk menghasilkan pH larutan penyangga = 4 adalah 2:3. (Ka HCOOH = 2 x 10-4)
17.
Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL dapat membentuk larutan penyangga.
18.
100 mL asam asetat 0,1 M (Ka = 1 x 10-5) apabila dicampur dengan 100 mL natrium asetat 0,2 M akan membentuk larutan penyangga. Jika pH larutan penyangga akan dibuat menjadi 5, maka volume HCl 0,1 M yang harus ditambahkan adalah 50 mL.
19.
Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 merupakan larutan penyangga asam.
20.
Diketahui campuran antara 500 mL asam asetat 0,1 M dengan 500 mL natrium asetat 0,1 M (Ka CH3COOH = 10-5). pH campuran tersebut setelah ditambah 5 mL NaOH 0,1 M adalah 5 – log 0,98.
235
Lampiran 16 KUNCI JAWABAN SOAL PRE TEST DAN POST TEST
1.
B
S
Alasan: pH
= - log [H+]
[H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 100 -5
= 1 x 10 x
2
-5
= 50 x 10 pH awal = 3,301 Setelah penambahan HCl 1 mmol CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) M: 2 mmol 1 mmol 100 mmol R: -1 mmol -1 mmol +1 mmol S: 1 mmol 101 mmol [H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 101 -5
= 1 x 10 x
1
= 101 x 10-5 pH akhir = 2,996 Perubahan pH terlalu besar sehingga tidak bisa diabaikan. Hal ini karena perbandingan asam lemah dengan basa konjugasinya adalah 50, sedangkan daerah penyangga hanya jika perbandingan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya antara 0,1 sampai 10. 2.
B
S
Alasan: a. Larutan A marupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah HCO3- dan basa konjugasinya CO32-. b. Larutan B merupakan larutan penyangga karena terdiri dari asam lemah H2CO3 dan basa konjugasinya HCO3-. c. Larutan C bukan merupakan larutan penyangga karena CO32- bukan merupakan basa konjugasi dari asam lemah H2CO3. 3.
B
S
Alasan: H2PO4HPO42+ H+ Asam lemah basa konjugasi Jika terjadi penambahan asam, maka ion H+ akan bereaksi dengan basa konjugasi, yaitu HPO42- menghasilkan H2PO4-.
236
4.
B
S
Alasan: Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan iritasi pada mata ketika digunakan. 5.
B
S
Alasan: 2HCN(aq) + Ba(OH)2(aq) 0,2 mol x mol 2x mol x mol (0,2-2x) mol pH [H+] [H+]
=5 = 10-5 = Ka x
Ba(CN)2(aq)+2H2O(l) x mol x mol
[𝐻𝐶𝑁] [𝐶𝑁 − ] 0,2−2𝑥 𝑚𝑜𝑙
10-5 = 10-5 x 2𝑥 𝑚𝑜𝑙 𝑥 = 0,05 mol Ba(OH)2 = 0,05 mol Massa Ba(OH)2 = 0,05 x 171 = 8,55 gram Jika di laboratorium hanya tersedia 8 gr Ba(OH) 2, maka tidak cukup untuk membuat larutan buffer dengan pH 5. 6.
B
S
Alasan: Basa (ion OH-) bereaksi dengan asam konjugasi NH4+ membentuk NH3 + H2O atau NH4OH. 7.
B
S
Alasan: Ion OH- yang berasal dari penambahan basa kuat bereaksi dengan asam lemah CH3COOH membentuk CH3COO- dan H2O. 8.
B
S
Alasan: pH awal
= - log [H+]
[H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 100 -5
= 1,8 x 10 x = 1,8 x 10-5
100
237 pH awal = 4,74 Setelah penambahan HCl 1,5 mmol CH3COO-(aq) + H+ (aq) CH3COOH(aq) M: 100 mmol 1,5 mmol 100 mmol R: -1,5 mmol -1,5 mmol +1,5 mmol S: 98,5 mmol 101,5 mmol [H+]
= Ka x
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻] [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂 −] 101,5 -5
= 1,8 x 10 x
98,5
= 1,8 x 10-5 pH = 4,73 Selisih pH = 4,74 – 4,73= 0,01 9.
B
S
Alasan: 107
Mol NH4Cl
=
= 2 mol
Mol NH3
= 22,4 𝑚𝑜𝑙 /𝐿 = 1 mol
[OH-]
= Kb x
53,5 22,4 𝐿
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [𝑁𝐻4 + ] 1 -5
= 2 x 10 x
2
-5
= 10 pOH = 5 pH = 9 10. B
S
Alasan: Jus jeruk limau bersifat asam, berarti di dalam darah terjadi penambahan ion H+. Untuk menjaga pH darah, maka ion H+ akan bereaksi dengan basa konjugasi HCO3- membentuk H2CO3. 11. B
S
Alasan: Larutan yang mengandung Natrium format dan asam asetat tidak bersifat penyangga, karena ion format bukan merupakan basa konjugasi dari asam asetat. 12. B
S
Alasan: NaOH(aq) + HCN(aq)
NaCN(aq)+ H2O
238 M :0,2 mol R :-0,2 mol S : -
0,3 mol -0,2 mmol 0,1 [𝐻𝐶𝑁]
[H+]
= Ka x
pH
= 2 x 10 x = 1 x 10-5 =5
13. B
+0,2 mmol 0,2 mmol
[𝐶𝑁 − ] 0,1 -5 0,2
S
Alasan: pH pOH [OH-]
= 9 + log 2 = 5 – log 2 = 2 x 10-5
[OH-]
= Kb x -5
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻] [𝑁𝐻4 + ] 2 𝑚𝑚𝑜𝑙
-5
2 x 10 = 1 x 10 x 𝑥 x = 1 mmol Berarti mol (NH4)2SO4 adalah 0,5 mmol 𝑔𝑟 0,5 mmol = 𝑀𝑟 𝑔𝑟
0,5 mmol = 132 gr = 66 mg 14. B
S
Alasan: Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tidak berubah secara signifikan dan dapat diabaikan. 15. B
S
Alasan: [NH3]
𝑔𝑟
1000
3,4
𝑚𝐿 1000
= 𝑀𝑟 x
= 17 x 1000 = 0,2 M Mol NH3 = M x L = 0,2 x 1 = 0,2 mol 𝑔𝑟 Mol NH4Cl = 𝑀𝑟 5,35
= 53,5 = 0,1 mol -
[OH ]
𝑏
= Kb x 𝑔
239 0,2
= 1,8 x 10-5 x 0,1
= 3,6 x 10-5 = 5 – log 3,6 = 4,44 = 14 – 4,44 = 9,56
pOH pH
16. B
S
Alasan: pH [H+] [H+]
=4 = 10-4 𝑎 = Ka x 𝑔
10-4 = 2 x 10-4 𝑥 𝑥 = 0,5 Perbandingan mol HCOOH dengan HCOO- adalah 1 : 2, misalnya mol HCOOH adalah 1 mol maka mol HCOO- adalah 2 mol. Karena garam (HCOO)2Ba mengandung 2 HCOO-, maka mol garam (HCOO)2Ba adalah 1 mol. Mol HCOOH : mol (HCOO)2Ba 1 mol : 1 mol 0,2 M x V1 : 0,3 M x V2 1 V1 : 0,2 1
V2 : 0,3 Jadi volume HCOOH : volume (HCOO)2Ba agar diperoleh pH larutan penyangga = 4 yaitu 3 : 2. 17. B
S
Alasan: Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL tidak dapat membentuk larutan penyangga karena jumlah mol dari kedua larutan adalah sama yaitu 10 mmol yang akan habis bereaksi membentuk garam, sehingga di akhir reaksi tidak ada sisa asam lemah dan basa konjugasinya. 18. B
S
Alasan: CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) M: 20 mmol 0,1x mmol 10 mmol R: -0,1x mmol -0,1x mmol +0,1x mmol S: 20 – 0,1x mmol 10 + 0,1x mmol pH =5 [H+] = 10-5 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ [H+] = Ka x 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖
240 10+0,1 𝑥
10-5
= 10-5 x 20−0,1 𝑥
20 – 0,1 x = 10 + 0,1 x x = 50 Jadi volume HCl adalah 50 mL. 19. B
S
Alasan: Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 bukan merupakan larutan penyangga karena Na2(CO3) bukan basa konjugasi dari H2CO3. Basa konjugasi dari H2CO3 adalah NaHCO3. 20. B
S
Alasan: CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq)+H2O(l) M: 50 mmol 0,5 mmol 50 mmol R: -0,5 mmol -0,5 mmol +0,5 mmol S: 49,5 mmol 50,5 mmol 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎 ℎ + [H ] = Ka x 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖 [H+] [H+] pH
49,5
= 10-5 x 50,5
= 0,98 x 10-5 = 5 – log 0,98
Lampiran 17
241
KRITERIA PENILAIAN SOAL PRE TEST DAN POST TEST No. 1.
2.
3.
4.
5.
Jawaban Siswa Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penambahan HCl tidak menyebabkan perubahan pH yang berarti karena larutan penyangga berfungsi untuk mempertahankan pH. Tidak terjadi perubahan pH yang berarti karena penambahan HCl hanya sedikit. Tidak terjadi perubahan pH yang berarti karena larutan penyangga yang dibuat masih dalam kapasitas larutan penyangga. Cara penyelesaian soal benar dan urut tetapi perhitungan salah. Jawaban benar, alasan hanya menyebutkan bahwa larutan tersebut berada di luar kapasitas penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ketiga larutan merupakan larutan penyangga. Larutan A dan C bukan penyangga sedangkan larutan B merupakan larutan penyangga. Larutan B dan C bukan penyangga sedangkan larutan A merupakan larutan penyangga. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H+ akan bereaksi dengan H2PO4-. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Jawaban benar tetapi alasan yang diberikan justru membahas alkalosis dan asidosis. Larutan penyangga digunakan dalam industri obat tetes mata agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis ketika digunakan. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Dalam penggunaan rumus Ba(OH)2 dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN sehingga tidak direaksikan terlebih dahulu sebelum menggunakan rumus. Penggunaan rumus terbalik, yaitu [𝐶𝑁 −] dibagi dengan [𝐻𝐶𝑁] Jawaban benar tetapi ada kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
Skor 0 1 2 2 2 4 4 5 0 1 2 4 4 5 0 1 2 4 5 0 1 2 2 4 5 0 1 2
2 4 5
242 6.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH- akan bereaksi dengan NH4OH. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
7.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion OH- akan bereaksi dengan CH3COO-. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
8.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂−] dibagi [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]. Jawaban benar sampai pada perhitungan pH awal. Pada penentuan pH akhir H+ direaksikan dengan CH3COOH. Pada penggunaan rumus penentuan pH akhir, mol HCl dianggap mol basa konjugasi dari CH3COOH. Hanya menghitung pH setelah penambahan HCl. Sudah menghitung pH awal tetapi lupa tidak dikurangi dengan pH akhir sehingga selisih pH = 4,73. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Rumus yang digunakan adalah [𝑁𝐻 𝑂𝐻] [H+] = Kb x [𝑁𝐻4 + ]
9.
0 1 2 4 5 0 1 2 4 5 0 1 2 2 2 2 2 4 4 5 0 1 2
4
Sehingga didapatkan pH = 5. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. 10.
11.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Ion H+ akan bereaksi dengan H2CO3. Ion H+ akan tidak bereaksi dengan H2CO3 (tanpa memberikan alasan lebih lanjut). Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Natrium format dan asam asetat adalah pasangan asam basa konjugasi.
2 4 5 0 1 2 4 4 5 0 1 2
243
12.
13.
14.
15.
Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. NaOH tidak direaksikan dengan HCN sehingga dalam penggunaan rumus NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari HCN. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol CN- dibagi dengan mol HCN. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Penggunaan rumus perhitungan pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Mol 𝑁𝐻4 + dianggap sama dengan mol (NH4)2SO4 . Tidak mencari pOH terlebih dahulu karena pH dianggap sebagai pOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Jika ke dalam larutan penyangga ditambah sedikit asam atau basa kuat maka pH larutan tidak berubah karena fungsi larutan penyangga adalah mempertahankan harga pH. Jawaban salah tetapi alasan benar. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Kesalahan rumus dalam mencari mol NH3 dan NH4Cl. Penggunaan rumus perhitungan pH terbalik yaitu mol NH4+ dibagi dengan mol NH4OH. Rumus yang digunakan adalah [𝑁𝐻 𝑂𝐻] [H+] = Kb x [𝑁𝐻4 + ]
4 5 0 1 2 2 4 5 0 1 2 2 2 4 5 0 1 2 4 5 0 1 2 2 2
4
16.
Sehingga didapatkan pH = 5 – log 3,6. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Mol HCOO- dan mol (HCOO)2Ba dianggap sama. Penggunaan rumus perhitungan pH terbalik yaitu mol HCOO dibagi dengan mol HCOOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
4 5 0 1 2 2 4 5
244 17.
18.
19.
20.
Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat menghasilkan basa konjugasi dari asam lemah sehingga dapat membentuk larutan penyangga. NaOH adalah basa konjugasi dari CH3COOH. Campuran antara larutan CH3COOH 0,1 M 100 mL dengan larutan NaOH 0,1 M 100 mL tidak dapat membentuk larutan penyangga (tanpa menyebutkan alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion H+ bereaksi dengan CH3COOH. Jawaban salah. Alasan salah karena siswa dalam menggunakan rumus pH terbalik yaitu mol CH3COO- dibagi dengan mol CH3COOH. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 merupakan larutan penyangga karena CO 32- dan H2CO3 merupakan pasangan asam lemah dan basa konjugasi. Na2(CO3) adalah garam dari H2CO3. Na2(CO3) adalah basa kuat dan H2CO3 adalah asam lemah. Campuran antara larutan Na2(CO3) dengan larutan H2CO3 bukan merupakan larutan penyangga (tanpa ada alasan lebih lanjut). Jawaban benar, alasan benar dan lengkap. Tidak menyebutkan alasan. Alasan salah total. Reaksi yang dituliskan salah, ion OH- bereaksi dengan CH3COO-. Penggunaan rumus pH terbalik yaitu mol CH3COO- dibagi mol CH3COOH. Dalam menggunakan rumus perhitungan [H+] NaOH dianggap sebagai basa konjugasi dari CH3COOH sehingga tidak dituliskan reaksinya terlebih dahulu. Langkah-langkah penyelesaian soal benar dan urut, tetapi terjadi kesalahan hitung. Jawaban benar, alasan benar dan lengkap.
0 1 2
2 4
5 0 1 2 2
4 5 0 1 2
2 2 4 5 0 1 2 2 2
4 5
Lampiran 18
245
DAFTAR NILAI UAS KELAS XI IPA SMAN 1 JATISRONO TAHUN AJARAN 2012/2013
x̅ s
XI IPA 1 82 42 60 72 72 48 80 80 74 57 78 64 62 57 62 80 48 88 74 68 68 84 66 86 62 70 62 66 76 82 72 86 58 69.2727 11.7427
XI IPA 2 78 48 68 68 72 68 44 60 54 68 68 92 62 58 68 64 58 82 66 50 86 86 86 70 80 68 92 76 64 76 86 84 82 70.6667 12.6062
XI IPA 3 80 74 76 70 72 74 90 76 70 78 72 74 76 66 86 74 68 52 82 84 56 54 54 62 58 86 66 70 62 72 64 54 70.375 10.2036
Lampiran 19
246 UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS XI IPA 1
H0
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika 2 <2 (1-)(k-3)
Menggunakan rumus : k
2
å
(Oi
E i )2 Ei
i 1
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal
=
88
Nilai Minimal
=
42
Rentang Banyak Kelas
= =
46 6 Nilai
Z untuk
Kelas
Tengah
Batas Bawah
Untuk Z
Untuk Z
41.5 49.5 57.5 65.5 73.5 81.5 89.5
45.5 53.5 61.5 69.5 77.5 85.5
-2.30 -1.64 -0.97 -0.31 0.35 1.01 1.68
0.4890 0.4495 0.3340 0.1217 0.1368 0.3438 0.4535
0.04 0.12 0.21 0.26 0.21 0.11
Batas Bawah
Kelas Interval 42 50 58 66 74 82
-
49 57 65 73 81 89
2 (1-)(k-3) 2 hitung
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n Peluang
7.81
4.67
4.67 Kesimpulan : Data berdistribusi normal
7.81
=
8
=
69.26
= =
12.08 33
Luas
(Oi-Ei)²
Ei
Oi
1.30 3.81 7.01 8.53 6.83 3.62
3 2 7 8 7 6
2.21 0.86 0.00 0.03 0.00 1.56
²
=
4.67
Ei
247
Lampiran 20 UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS XI IPA 2 H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika 2 <2 tabel
Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus :
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
92
-
92 44 48 7
51 59 67 75 83 91
Kelas 43.5 51.5 59.5 67.5 75.5 83.5
Nilai Tengah 47.5 55.5 63.5 71.5 79.5 87.5
99
91.5
95.5
Kelas Interval 44 52 60 68 76 84
= = = = Batas Bawah
99.5
2 (1-)(k-3) 2 hitung
Z untuk
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Ei
Oi
-2.15 -1.52 -0.89 -0.25 0.38 1.02
Luas Untuk Z 0.05 0.12 0.21 0.25 0.20 0.10
1.46 3.67 6.44 7.40 5.94 3.13
3 3 5 9 6 5
Ei 1.64 0.12 0.32 0.35 0.00 1.11
1.65
0.4505
0.04
1.16
2
0.62
2.29
0.4890 ²
= 33
4.16
Batas Bawah
4.16
Kesimpulan : Data berdistribusi normal
8 70.67 12.61 30
Peluang Untuk Z 0.4842 0.4357 0.3133 0.0987 0.1480 0.3461
9.49
4.16
= = = =
9.49
(Oi-Ei)²
248
Lampiran 21 UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS XI IPA 3 H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika 2 <2 tabel
Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus :
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
Kelas Interval 52 59 66 73 80 87
-
58 65 72 79 86 93
2 (1-)(k-
= = = = Batas Bawah
Kelas 51.5 58.5 65.5 72.5 79.5 86.5 93.5
90 52 38 6 Nilai Tengah 55 62 69 76 83 90
Z untuk Batas Bawah
-1.89 -1.18 -0.48 0.22 0.92 1.62 2.33
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n Peluang Untuk Z 0.4706 0.3810 0.1844 0.0871 0.3212 0.4474 0.4901
7.81
3)
2 hitung
5.52
5.52 Kesimpulan : Data berdistribusi normal
7.81
Luas Untuk Z 0.09 0.20 0.27 0.23 0.13 0.04
= = = =
Ei
Oi
2.87 6.29 8.69 7.49 4.04 1.37
6 3 9 8 5 1
²
= 32
7 70.31 9.97 32 (Oi-Ei)²
Ei 3.42 1.72 0.01 0.03 0.23 0.10 5.52
249
Lampiran 22 UJI HOMOGENITAS POPULASI Hipotesis H0
: σ2 1
σ2 2
Ha
: Tidak semua σ2i sama, untuk i = 1, 2, 3
=
= σ23
Kriteria: Ho diterima jika 2 hitung < 2 (1-a) (k-1)
2 (1-a)(k-1)
Pengujian Hipotesis Kelas
ni
dk = ni - 1
Si2
(dk) Si2
log Si2
(dk) log Si2
XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3
33 33 32
32 32 31
137.89 158.92
4412.48 5085.44 3227.41
2.14 2.20 2.02
68.47 70.44 62.54
Jumlah
98
95
12725.33
6.36
201.45
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: Σ(ni-1) Si2 2 S = Σ(ni-1) Log S2
=
2.1269454
= =
(Log S2 ) Σ (ni - 1) 2.1269 x 95
=
202.06
=
(Ln 10) { B - Σ(ni-1) log Si2}
= =
(2.3026) {202.06 - 201.45) 1.4156
104.11 400.92
=
12725.33 95
Harga satuan B B
x2
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 3-1 = 2 diperoleh 2tabel = 5.99
Lampiran 23
1.4156
5.99
Karena 2 hitung < 2 (1-a)(k-1) maka populasi (ketiga kelas) bersifat homogen.
=
133.9508
250 ANALISIS VARIANS DATA KONDISI AWAL Hipotesis H0 Ha
: µ1 = µ2 = µ3 (Rata-rata antar kelas tidak berbeda) : minimal dua µi sama, untuk i= 1, 2, 3
Kriteria: Ho diterima apabila F hitung < F α (k-1)(n-k)
F α (k-1)(n-k) 10846
Pengujian Hipotesis Jumlah Kuadrat
156
1. Jumlah Kuadrat Rata-rata (RY) RY
(ΣX)
=
2
(ΣXi)
=
n
2
ni =
(69.27 + 70.67 + 70.38)2 33 + 33 + 32 (6870)2
=
98 =
481601
2. Jumlah kuadrat antar kelompok (AY) AY
ΣXi2
=
-
RY
-
481601.00
ni = = 3. Jumlah kuadrat Total (JK tot) = JK tot
481636.6212 35.62 494362.00
4. Jumlah kuadrat dalam (DY) DY
= = =
Tabel Ringkasan Anava Sumber Variasi
JK tot - RY - AY 494362.00
481601
12725.38 dk
JK
KT
1
RY
k = RY : 1
Antar Kelompok
k-1
AY
A = AY : (k-1)
Dalam Kelompok
∑(ni - 1)
DY
D = DY: (∑(ni-1))
Total
∑ni
Rata-rata
F
A/D
251
Sumber Variasi
dk
JK
KT
Rata-rata
1
481601.00
481601
Antar Kelompok
2
35.62
17.81060606
Dalam Kelompok
95
12725.38
133.9513557
Total
98
494362.00
Kesimpulan
F 0.1330
F tabel
3.0922
0.1330
3.0922
Karena F < F (0,05)(2:95), maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan keadaan awal dari ketiga populasi tersebut.
Lampiran 24
252
DAFTAR NAMA SISWA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA 1 Kode Nama Siswa Siswa Ali Muhammad Rohim E - 01 Agus Wiranto E - 02 Aisah Nor Hidayah E - 03 Amalia Shinta Devi E - 04 Anggelita Dwi Handayani E - 05 Anggun Abimanyu E - 06 Ayu Tri Widyastuti E - 07 Catur Dyah Safitri E - 08 Dariskah E - 09 Evin Hangesti Pradita D E - 10 Faizal Rinaldi E - 11 Fajar Uswatun Hasanah E - 12 Fatimah Sri Hermanti E - 13 Govi Fajri Rahma Dani E - 14 Heni Prihatin E - 15 Jimmy Isa Rahayu E - 16 Linda Dwi Maharani E - 17 Lisna Anjar Weni E - 18 Mohamad Thoha E - 19 Nindy Yunitasari E - 20 Nurul Balqis Shofiana E - 21 Pramay Shela Elindasari E - 22 Putri Kartika Puspiatsari E - 23 Retno Puji Astuti E - 24 Rizkha Pangestikha E - 25 Rusi Nur Cahyanti E - 26 Seno Priayoga E - 27 Septian Dyah Pertiwi E - 28 Sriyanti E - 29 Sumiarsih E - 30 Tri Ermawati E - 31 Wahyu Handayani E - 32 Widya Gustiani E - 33
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA 2 Kode Nama Siswa Siswa Agustin Nurul K - 01 Al-Fath Budi Hidayahti K - 02 Alif Setyabudin K - 03 Alifta Elisa Pangestu K - 04 Ali Zainal A K - 05 Anggun Nurjanah K - 06 Dedes Agista K - 07 Defi Cahyono K - 08 Desy Asticasari K - 09 Devi Puspita Rini K - 10 Dewi Lintangsari K - 11 Eka Wardani K - 12 Erlinda Marselina K - 13 Handayani K - 14 Hesti Nurjanah K - 15 Ikhsan Bayu Prastowo K - 16 Intan Suci Prahati K - 17 Ken Siwi Nariswari K - 18 Kharis Rudy G K - 19 Lisa Tri Widya Astuti K - 20 Malix Abdul Aziz K - 21 Masrivah Nur Fadila K - 22 Mei Anggraeni K - 23 Norma Dwiayu Sulistyarini K - 24 Novi Maesaroh K - 25 Parahyangan Persita S K - 26 Pipit Ernawati K - 27 Rengganis Trismi A K - 28 Ristanto Wahyu Nugroho K - 29 Sri Wahyuni K - 30 Stanislaus Jalu Yudhanto K - 31 Yeyen Christiani K.P K - 32 Yoga Prasetiyo K - 33
A. Kelas Eksperimen Kode Siswa
2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 0 2 2 1 1 2 1 1 1 1
3 5 2 2 2 2 2 5 1 2 4 2 2 5 2 2 2 5 2 2 2
4 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 1 2 2 2 1 1
5 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 5 1 1 1 5 5
7 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2
8 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
13 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
14 2 0 2 2 4 2 2 2 5 2 2 5 2 0 2 2 4 2 2 2
15 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1
16 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
17 4 2 4 4 0 4 5 4 4 4 2 2 4 0 5 2 4 4 5 2
18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
19 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2
20 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
Total Nilai 35 14 27 27 20 28 32 26 29 32 21 18 34 9 36 17 32 18 36 31
253
E - 01 E - 02 E - 03 E - 04 E - 05 E - 06 E - 07 E - 08 E - 09 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19 E - 20
1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 0 2 1 1 1
No. Soal 10 11 2 2 0 1 1 2 1 2 5 1 5 1 1 2 1 2 1 1 0 2 5 2 0 1 1 2 0 1 5 2 1 1 5 2 2 1 5 2 2 2
Lampiran 25
DATA NILAI PRE TEST
E - 21 E - 22 E - 23 E - 24 E - 25 E - 26 E - 27 E - 28 E - 29 E - 30 E - 31 E - 32 E - 33
1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 4 2 4
1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2
2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1
1 2 2 1 2 4 1 1 4 2 0 2 0
0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1
1 1 1 1 1 5 1 5 5 1 2 1 1
5 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
5 1 2 1 2 1 5 5 1 5 2 5 2
1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
5 5 2 2 2 5 5 2 5 5 0 5 0
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
2 1 4 1 4 2 2 2 2 0 0 4 0
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
0 1 1 1 1 2 0 1 2 1 1 2 1
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
32 17 20 13 19 34 32 33 34 23 23 28 22
254
B. Kelas Kontrol Kode Siswa
1 1 2 2 2 0 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1
2 1 1 1 2 1 5 5 0 5 5 5 5 5 2 5 1 2 2 1 5
3 2 0 2 1 0 5 2 0 5 5 5 5 5 1 5 2 1 2 2 2
4 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 4 2
5 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
6 0 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 0 1 0 1
7 0 2 2 1 1 2 2 4 2 4 2 2 2 1 4 2 0 1 1 1
8 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0
9 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
10 5 5 5 5 5 2 5 5 2 5 2 2 2 1 5 5 1 5 1 4
11 0 2 0 2 0 1 0 2 2 2 1 2 2 2 2 0 1 1 2 0
12 0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0
13 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
14 2 2 2 2 0 2 2 2 2 5 2 2 2 2 5 2 5 2 5 5
15 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
16 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
17 0 1 2 0 1 1 5 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 4 1 4
18 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
19 4 1 1 2 1 2 2 4 2 5 2 2 2 1 4 4 4 1 1 0
20 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
17 29 25 23 12 31 36 34 34 41 32 34 33 21 37 23 25 31 22 26
255
K - 01 K - 02 K - 03 K - 04 K - 05 K - 06 K - 07 K - 08 K - 09 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20
Total Nilai
No. Soal
K - 21 K - 22 K - 23 K - 24 K - 25 K - 26 K - 27 K - 28 K - 29 K - 30 K - 31 K - 32 K - 33
0 2 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0
1 5 5 1 5 2 5 2 1 5 5 2 5
5 5 2 5 5 2 2 2 0 5 2 2 2
1 2 2 0 0 2 1 1 2 0 1 2 1
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
1 1 1 0 0 1 5 1 1 0 5 1 5
1 4 1 5 5 1 2 1 1 5 5 1 2
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
1 5 4 0 0 5 2 5 5 0 5 5 1
4 2 1 0 0 1 4 2 0 0 1 1 2
2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
5 5 5 5 5 2 2 5 0 5 2 2 5
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 2 4 2 2 4 2 4 1 2 1 4 1
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 4 0 0 0 5 4 4 1 0 4 5 1
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
22 37 26 18 22 35 30 37 12 22 41 35 25
256
A. Kelas Eksperimen Kode Siswa
2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 5 1
3 5 5 5 5 5 1 1 5 5 5 1 5 5 4 5 1 5 5 5 2
4 5 5 5 5 5 5 2 5 2 2 5 5 5 2 2 5 5 5 5 2
5 5 4 2 4 5 4 2 2 4 2 4 2 5 5 5 2 2 5 5 2
6 2 5 5 5 5 2 2 1 1 5 2 5 5 5 2 5 5 5 2 2
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 2 2 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5 2 4 5 5 5 5 5 2 5 5 2 5 5 2
9 4 5 4 5 5 2 0 5 5 5 2 5 2 5 2 5 5 5 5 0
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5
12 2 2 5 2 2 2 4 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4
13 5 5 2 1 2 1 2 2 5 5 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2
14 5 5 5 5 5 0 1 2 1 5 0 0 5 5 2 5 2 5 5 0
15 5 5 5 2 4 2 2 5 2 2 2 4 2 5 5 5 4 5 5 2
16 5 5 2 5 5 4 0 1 5 1 4 5 5 5 4 2 5 5 5 0
17 5 5 5 2 5 0 5 2 5 5 0 5 5 5 2 5 4 5 5 4
18 5 5 5 2 5 5 5 5 2 2 5 5 4 5 2 2 4 5 5 5
19 5 1 2 5 5 0 5 2 5 5 0 4 5 5 5 5 5 5 5 5
20 5 5 5 2 1 2 2 1 5 5 2 2 5 5 2 5 2 5 5 2
Total Nilai 89 85 76 73 78 50 53 62 71 71 53 66 79 83 62 71 73 82 91 52
257
E - 01 E - 02 E - 03 E - 04 E - 05 E - 06 E - 07 E - 08 E - 09 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19 E - 20
1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 5 1
No. Soal 11 5 5 5 5 5 2 2 1 5 5 2 1 1 5 5 5 2 2 5 2
Lampiran 26
DATA NILAI POST TEST
E - 21 E - 22 E - 23 E - 24 E - 25 E - 26 E - 27 E - 28 E - 29 E - 30 E - 31 E - 32 E - 33
1 2 0 2 2 1 2 1 0 2 2 2 2
1 2 0 2 2 1 2 1 0 2 2 2 2
2 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5
5 2 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5
2 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2
4 0 4 0 5 1 4 1 2 5 5 5 0
5 1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
5 2 5 2 5 5 5 2 5 4 5 2 2
5 2 5 2 2 2 4 5 2 5 0 5 4
5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 2 5 2 1 5 5 2 2 5
2 2 5 2 4 5 2 2 2 2 5 2 2
2 5 2 2 2 5 5 2 1 2 5 2 5
5 2 5 2 2 5 5 4 0 2 5 5 5
4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5
1 5 5 5 5 1 5 2 2 5 5 5 4
4 5 0 5 0 5 5 2 2 5 2 5 4
5 5 5 2 4 2 2 2 2 5 5 5 5
2 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5
2 2 5 2 5 5 5 5 5 1 2 5 5
68 61 70 71 75 72 82 62 65 75 78 77 80
258
B. Kelas Kontrol Kode Siswa
2 5 5 2 5 2 5 2 5 5 5 2 5 2 2 2 1 2 2 5 2 2
3 2 2 2 5 5 5 2 2 5 2 5 2 5 2 5 2 2 2 2 2 5
4 5 2 2 5 2 2 2 2 2 5 2 2 5 5 2 2 2 2 2 2 2
5 2 5 2 1 1 1 2 5 2 2 2 5 2 2 2 2 1 2 2 2 1
6 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1
7 2 2 5 5 5 2 5 5 5 2 5 5 2 2 5 2 5 5 5 2 4
8 2 2 1 2 5 1 2 1 2 2 1 5 1 2 2 1 1 2 4 0 2
9 5 5 5 4 5 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 2
10 5 2 2 5 5 5 5 2 5 2 5 5 5 2 5 2 5 2 5 2 1
13 2 2 2 1 2 5 4 2 2 5 2 2 2 0 4 2 5 1 2 1 1
14 2 5 2 5 5 5 2 4 5 5 2 5 2 2 5 2 5 2 5 5 5
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 4 4 5 5 5 5 2
16 5 5 1 1 2 5 4 2 2 5 1 4 2 5 4 1 5 5 2 4 2
17 2 2 4 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 5 4 2 5 5 5 2
18 5 4 5 1 5 2 2 5 2 2 2 5 2 2 2 5 5 4 1 1 2
19 2 2 2 5 1 5 2 2 5 5 2 2 2 2 5 2 2 2 5 2 2
20 5 5 1 1 5 1 2 5 2 2 2 5 2 1 2 5 5 5 5 1 1
Total Nilai 70 72 53 72 74 71 62 70 73 70 56 81 52 51 73 48 70 58 71 52 46
259
K - 01 K - 02 K - 03 K - 04 K - 05 K - 06 K - 07 K - 08 K - 09 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20 K - 21
1 2 5 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 4
No. Soal 11 12 2 5 2 5 2 1 5 1 2 5 5 1 2 2 2 5 5 2 5 5 2 2 5 5 2 1 2 2 5 2 2 1 2 5 2 2 2 2 2 2 4 1
K - 22
2
2
5
5
2
5
2
5
5
2
2
5
2
5
4
5
2
5
1
5
71
K - 23 K - 24 K - 25 K - 26 K - 27 K - 28 K - 29 K - 30 K - 31 K - 32 K - 33
0 2 4 2 1 2 5 2 2 4 2
2 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5
2 5 2 2 5 2 5 5 2 5 2
2 5 5 2 1 2 2 5 2 2 5
2 5 2 2 2 2 1 1 1 2 2
5 5 2 4 5 5 2 5 5 5 2
2 5 2 5 5 2 5 5 5 5 2
0 5 2 2 2 5 2 2 1 2 4
5 5 5 5 4 5 5 5 1 5 1
2 5 2 2 5 2 5 5 2 5 2
2 5 5 2 2 2 2 5 2 2 2
2 5 2 2 5 2 5 2 1 5 1
0 2 5 1 5 2 5 1 1 2 1
5 5 5 2 2 2 2 5 5 5 5
5 2 5 5 2 5 5 5 1 5 2
4 5 5 5 5 1 5 4 1 5 2
5 2 5 4 2 2 5 2 2 5 2
0 5 2 4 5 5 2 1 1 2 2
2 2 5 2 2 4 2 5 2 5 5
2 5 2 5 5 5 5 1 1 2 2
49 85 72 60 70 62 72 71 43 78 51
260
A. Kelas Eksperimen Kode Siswa
2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 0 2 2 1 1 2 1 1 1
3 5 2 2 2 2 2 5 1 2 4 2 2 5 2 2 2 5 2 2
4 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 1 2 2 2 1
5 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 5 1 1 1 5
7 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2
8 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
11 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2
12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
13 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
14 2 0 2 2 4 2 2 2 5 2 2 5 2 0 2 2 4 2 2
15 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1
16 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1
17 4 2 4 4 0 4 5 4 4 4 2 2 4 0 5 2 4 4 5
18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
19 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1
20 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
Total Nilai 35 14 27 27 20 28 32 26 29 32 21 18 34 9 36 17 32 18 36
261
E - 01 E - 02 E - 03 E - 04 E - 05 E - 06 E - 07 E - 08 E - 09 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19
1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 0 2 1 1
No. Soal 10 2 0 1 1 5 5 1 1 1 0 5 0 1 0 5 1 5 2 5
Lampiran 27
PERSENTASE PENGUASAAN KONSEP PADA HASIL PRE TEST
E - 20
1
1
1 1 E - 21 2 1 E - 22 1 2 E - 23 2 1 E - 24 1 2 E - 25 1 1 E - 26 1 1 E - 27 1 1 E - 28 1 1 E - 29 2 1 E - 30 4 2 E - 31 2 2 E - 32 4 2 E - 33 2 0 P 15 12 M 16 21 TP 6.06 0 %P 45.45 36.36 %M 48.48 63.64 % TP Rata-rata % P Rata-rata % M Rata-rata % TP
2
1
1
5
2
1
1
2
2
1
1
2
1
1
2
1
2
1
31
2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 5 21 7 15.15 63.64 21.21 8.48 21.52 70
1 2 2 1 2 4 1 1 4 2 0 2 0 2 17 14 6.06 51.52 42.42
0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 33 0 0 100
1 1 1 1 1 5 1 5 5 1 2 1 1 7 1 25 21.21 3.03 75.76
5 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 2 10 21 6.06 30.30 63.64
1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 33 0 0 100
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 33 0 0 100
5 1 2 1 2 1 5 5 1 5 2 5 2 11 7 15 33.33 21.21 45.45
1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 0 17 16 0 51.52 48.48
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 33 0 0 100
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 33 0 0 100
5 5 2 2 2 5 5 2 5 5 0 5 0 11 18 4 33.33 54.55 12.12
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 33 0 0 100
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 33 0 0 100
2 1 4 1 4 2 2 2 2 0 0 4 0 16 10 7 48.48 30.30 21.21
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 33 0 0 100
0 1 1 1 1 2 0 1 2 1 1 2 1 0 14 19 0 42.42 57.58
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 33 0 0 100
32 17 20 13 19 34 32 33 34 23 23 28 22
262
B. Kelas Kontrol Kode Siswa
1 1 2 2 2 0 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1
2 1 1 1 2 1 5 5 0 5 5 5 5 5 2 5 1 2 2 1 5
3 2 0 2 1 0 5 2 0 5 5 5 5 5 1 5 2 1 2 2 2
4 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 4 2
5 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
6 0 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 0 1 0 1
7 0 2 2 1 1 2 2 4 2 4 2 2 2 1 4 2 0 1 1 1
8 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0
9 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
10 5 5 5 5 5 2 5 5 2 5 2 2 2 1 5 5 1 5 1 4
11 0 2 0 2 0 1 0 2 2 2 1 2 2 2 2 0 1 1 2 0
12 0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0
13 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
14 2 2 2 2 0 2 2 2 2 5 2 2 2 2 5 2 5 2 5 5
15 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
16 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
17 0 1 2 0 1 1 5 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 4 1 4
18 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
19 4 1 1 2 1 2 2 4 2 5 2 2 2 1 4 4 4 1 1 0
20 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
17 29 25 23 12 31 36 34 34 41 32 34 33 21 37 23 25 31 22 26
263
K - 01 K - 02 K - 03 K - 04 K - 05 K - 06 K - 07 K - 08 K - 09 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20
Total Nilai
No. Soal
K - 21
0
1
2 5 K - 22 1 5 K - 23 0 1 K - 24 0 5 K - 25 1 2 K - 26 1 5 K - 27 1 2 K - 28 0 1 K - 29 0 5 K - 30 1 5 K - 31 1 2 K - 32 0 5 K - 33 0 16 P 13 7 M 20 10 TP 0 48.48 %P 39.39 21.21 %M % TP 60.61 30.30 Rata-rata % P Rata-rata % M Rata-rata % TP
5
1
1
1
1
0
0
1
4
2
0
5
0
0
0
0
0
0
22
5 2 5 5 2 2 2 0 5 2 2 2
2 2 0 0 2 1 1 2 0 1 2 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
1 1 0 0 1 5 1 1 0 5 1 5
4 1 5 5 1 2 1 1 5 5 1 2
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
5 4 0 0 5 2 5 5 0 5 5 1
2 1 0 0 1 4 2 0 0 1 1 2
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
5 5 5 5 2 2 5 0 5 2 2 5
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
2 4 2 2 4 2 4 1 2 1 4 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
4 0 0 0 5 4 4 1 0 4 5 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
37 26 18 22 35 30 37 12 22 41 35 25
0 0 33 0 0 100
0 0 33 0 0 100
19 6 8 57.58 18.18 24.24
2 13 18 6.06 39.39 54.55
0 2 31 0 6.06 93.94
0 0 33 0 0 100
13 18 2 39.39 54.55 6.06
0 0 33 0 0 100
0 1 32 0 3.03 96.97
7 13 13 21.21 39.39 39.39
0 0 33 0 0 100
12 7 14 36.36 21.21 42.42
0 0 33 0 0 100
12 14 7 36.36 42.42 21.21 15.61 18.94 65.45
1 0 13 8 20 0 0 11 12 33 20 14 3.03 0 39.39 24.24 60.61 0 0 33.33 36.36 100 60.61 42.42
264
A. Kelas Eksperimen No. Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total Nilai
E - 01
1
1
5
5
5
2
5
5
4
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
89
E - 02
2
2
5
5
4
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
1
5
85
E - 03
2
2
5
5
2
5
5
5
4
5
5
5
2
5
5
2
5
5
2
5
76
E - 04
2
2
5
5
4
5
5
5
5
5
5
2
1
5
2
5
2
2
5
2
73
E - 05
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
2
5
4
5
5
5
5
1
78
E - 06
1
1
1
5
4
2
5
5
2
5
2
2
1
0
2
4
0
5
0
2
50
E - 07
1
1
1
2
2
2
5
2
0
5
2
4
2
1
2
0
5
5
5
2
53
E - 08
2
2
5
5
2
1
5
4
5
5
1
2
2
2
5
1
2
5
2
1
62
E - 09
1
1
5
2
4
1
5
5
5
5
5
5
5
1
2
5
5
2
5
5
71
E - 10
2
2
5
2
2
5
1
5
5
5
5
2
5
5
2
1
5
2
5
5
71
E - 11
1
1
1
5
4
2
5
5
2
5
2
2
2
0
2
4
0
5
0
2
53
E - 12
2
2
5
5
2
5
5
5
5
5
1
2
2
0
4
5
5
5
4
2
66
E - 13
1
1
5
5
5
5
5
5
2
5
1
2
2
5
2
5
5
4
5
5
79
E - 14
2
2
4
2
5
5
5
2
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
83
E - 15
1
1
5
2
5
2
2
5
2
2
5
2
2
2
5
4
2
2
5
2
62
E - 16
2
2
1
5
2
5
2
5
5
5
5
2
2
5
5
2
5
2
5
5
71
E - 17
2
2
5
5
2
5
5
2
5
5
2
2
2
2
4
5
4
4
5
2
E - 18
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
2
4
2
5
5
5
5
5
5
5
73 82
E - 19
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
2
2
5
5
5
5
5
5
5
91
265
Kode Siswa
Lampiran 28
PERSENTASE PENGUASAAN KONSEP PADA HASIL POST TEST
E - 20
1
1
2
2
2
2
5
2
0
5
2
4
2
0
2
0
4
5
5
2
52
E - 21
1
1
2
5
2
4
5
5
5
5
2
2
2
5
4
1
4
5
2
2
68
E - 22
2
2
5
2
4
0
1
2
2
5
5
2
5
2
5
5
5
5
5
2
61
E - 23
0
0
2
5
2
4
5
5
5
5
5
5
2
5
4
5
0
5
5
5
70
E - 24
2
2
5
5
5
0
5
2
2
5
5
2
2
2
5
5
5
2
5
2
71
E - 25
2
2
5
2
5
5
5
5
2
5
2
4
2
2
5
5
0
4
5
5
75
E - 26
1
1
5
5
5
1
5
5
2
2
5
5
5
5
5
1
5
2
1
5
72
E - 27
2
2
5
5
5
4
4
5
4
5
2
2
5
5
5
5
5
2
5
5
82
E - 28
1
1
5
2
5
1
5
2
5
5
1
2
2
4
4
2
2
2
5
5
62
E - 29
0
0
5
5
5
2
5
5
2
5
5
2
1
0
5
2
2
2
5
5
65
E - 30
2
2
5
5
5
5
5
4
5
5
5
2
2
2
5
5
5
5
5
1
75
E - 31
2
2
5
5
5
5
5
5
0
5
2
5
5
5
4
5
2
5
5
2
78
E - 32
2
2
1
5
2
5
5
2
5
5
2
2
2
5
4
5
5
5
5
5
77
E - 33
2
2
5
5
2
0
5
2
4
5
5
2
5
5
5
4
4
5
5
5
80
P
1
25
24
21
18
29
24
21
31
18
9
10
19
25
23
23
23
26
18
26
M
19
3
9
12
8
2
9
9
2
11
24
20
7
8
4
6
10
3
12
7
TP
13
5
0
0
7
2
0
3
0
4
0
3
7
0
6
4
0
4
3
0
%P
3.030
75.76
72.73
63.64
54.55
87.88
72.73
63.64
93.94
54.55
27.27
30.30
57.58
75.76
69.70
69.70
69.70
78.79
54.55
78.79
%M
57.58
9.09
27.27
36.36
24.24
6.06
27.27
27.27
6.06
33.33
72.73
60.61
21.21
24.24
12.12
18.18
30.30
9.09
36.36
21.21
% TP
39.39
15.15
0
0
21.21
6.06
0
9.09
0
12.12
0
9.09
21.21
0
18.18
12.12
0
12.12
9.09
0
62.73
Rata-rata % M
28.03
Rata-rata % TP
9.24
266
Rata-rata % P
B. Kelas Kontrol No. Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total Nilai
K - 01
2
5
2
5
2
5
2
2
5
5
2
5
2
2
5
5
2
5
2
5
70
K - 02
5
5
2
2
5
5
2
2
5
2
2
5
2
5
5
5
2
4
2
5
72
K - 03
2
2
2
2
2
5
5
1
5
2
2
1
2
2
5
1
4
5
2
1
53
K - 04
5
5
5
5
1
5
5
2
4
5
5
1
1
5
5
1
5
1
5
1
72
K - 05
2
2
5
2
1
5
5
5
5
5
2
5
2
5
5
2
5
5
1
5
74
K - 06
2
5
5
2
1
4
2
1
5
5
5
1
5
5
5
5
5
2
5
1
71
K - 07
2
2
2
2
2
5
5
2
5
5
2
2
4
2
5
4
5
2
2
2
62
K - 08
2
5
2
2
5
5
5
1
4
2
2
5
2
4
5
2
5
5
2
5
70
K - 09
2
5
5
2
2
5
5
2
5
5
5
2
2
5
5
2
5
2
5
2
73
K - 10
2
5
2
5
2
5
2
2
2
2
5
5
5
5
5
5
2
2
5
2
70
K - 11
2
2
5
2
2
5
5
1
5
5
2
2
2
2
5
1
2
2
2
2
56
K - 12
2
5
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
4
2
5
2
5
81
K - 13
1
2
5
5
2
5
2
1
5
5
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
52
K - 14
2
2
2
5
2
5
2
2
5
2
2
2
0
2
4
5
2
2
2
1
51
K - 15
2
2
5
2
2
5
5
2
5
5
5
2
4
5
4
4
5
2
5
2
73
K - 16
2
1
2
2
2
5
2
1
1
2
2
1
2
2
4
1
4
5
2
5
48
K - 17
1
2
2
2
1
5
5
1
5
5
2
5
5
5
5
5
2
5
2
5
70
K - 18
2
2
2
2
2
1
5
2
5
2
2
2
1
2
5
5
5
4
2
5
58
K - 19
2
5
2
2
2
5
5
4
5
5
2
2
2
5
5
2
5
1
5
5
K - 20
2
2
2
2
2
5
2
0
5
2
2
2
1
5
5
4
5
1
2
1
71 52
K - 21
4
2
5
2
1
1
4
2
2
1
4
1
1
5
2
2
2
2
2
1
46
267
Kode Siswa
K - 22
2
2
5
5
2
5
2
5
5
2
2
5
2
5
4
5
2
5
1
5
71
K - 23
0
2
2
2
2
5
2
0
5
2
2
2
0
5
5
4
5
0
2
2
49
K - 24
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
2
5
2
5
2
5
85
K - 25
4
5
2
5
2
2
2
2
5
2
5
2
5
5
5
5
5
2
5
2
72
K - 26
2
2
2
2
2
4
5
2
5
2
2
2
1
2
5
5
4
4
2
5
60
K - 27
1
5
5
1
2
5
5
2
4
5
2
5
5
2
2
5
2
5
2
5
70
K - 28
2
5
2
2
2
5
2
5
5
2
2
2
2
2
5
1
2
5
4
5
62
K - 29
5
2
5
2
1
2
5
2
5
5
2
5
5
2
5
5
5
2
2
5
72
K - 30
2
5
5
5
1
5
5
2
5
5
5
2
1
5
5
4
2
1
5
1
71
K - 31
2
5
2
2
1
5
5
1
1
2
2
1
1
5
1
1
2
1
2
1
43
K - 32
4
5
5
2
2
5
5
2
5
5
2
5
2
5
5
5
5
2
5
2
78
K - 33
2
5
2
5
2
2
2
4
1
2
2
1
1
5
2
2
2
2
5
2
51
P
6
17
14
10
4
28
20
7
28
17
10
12
8
21
27
20
17
14
11
15
M
23
15
19
22
21
3
13
16
2
15
23
13
15
12
5
7
16
13
20
10
TP
4
1
0
1
8
2
0
10
3
1
0
8
10
0
1
6
0
6
2
8
%P
18.18
51.52
42.42
30.30
12.12
84.85
60.61
21.21
84.85
51.52
30.30
36.36
24.24
63.64
81.82
60.61
51.52
42.42
33.33
45.46
%M
69.70
45.45
57.58
66.67
63.64
9.09
39.39
48.48
6.06
45.45
69.70
39.39
45.45
36.36
15.15
21.21
48.48
39.39
60.61
30.30
% TP
12.12
3.03
0
3.03
24.24
6.06
0
30.30
9.09
3.03
0
24.24
30.30
0
3.03
18.18
0
18.18
6.06
24.24
Rata-rata % P
46.36
Rata-rata % M
42.88
Rata-rata % TP
10.76
268
269
Lampiran 29 ANALISIS PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS EKSPERIMEN (UJI GAIN TERNORMALISASI) Kode Siswa E - 01 E - 02 E - 03 E - 04 E - 05 E - 06 E - 07 E - 08 E - 09 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19 E - 20 E - 21 E - 22 E - 23 E - 24 E - 25 E - 26 E - 27 E - 28 E - 29 E - 30 E - 31 E - 32 E - 33
Nilai Pre test 35 14 27 27 20 28 32 26 29 32 21 18 34 9 36 17 32 18 36 31 32 17 20 13 19 34 32 33 34 23 23 28 22
Nilai Post test
89 89 84 76 86 50 53 62 75 71 53 74 79 87 62 75 73 90 91 52 68 69 78 71 75 72 82 62 65 83 82 77 80 Nilai Indeks Gain Kriteria Peningkatan
Skor Maksimum 100
Nilai Gain 0.83 0.87 0.78 0.67 0.83 0.31 0.31 0.49 0.65 0.57 0.41 0.68 0.68 0.86 0.41 0.7 0.6 0.88 0.86 0.3 0.53 0.63 0.73 0.67 0.69 0.58 0.74 0.43 0.47 0.78 0.77 0.68 0.74 0.64 Sedang
270
Lampiran 30 ANALISIS PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS KONTROL (UJI GAIN TERNORMALISASI) Kode Siswa K - 01 K - 02 K - 03 K - 04 K - 05 K - 06 K - 07 K - 08 K - 09 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20 K - 21 K - 22 K - 23 K - 24 K - 25 K - 26 K - 27 K - 28 K - 29 K - 30 K - 31 K - 32 K - 33
Nilai Pre test
Nilai Post test
17 70 29 72 25 53 23 72 12 74 31 71 36 62 34 70 34 73 41 70 32 56 34 81 33 52 21 51 37 73 23 48 25 70 31 58 22 71 26 52 22 46 37 71 26 49 18 85 22 72 35 60 30 70 37 62 12 72 22 71 41 43 35 78 25 51 Nilai Indeks Gain Kriteria Peningkatan
Skor Maksimum 100
Nilai Gain 0.64 0.61 0.37 0.64 0.70 0.58 0.41 0.55 0.59 0.49 0.35 0.71 0.28 0.38 0.57 0.32 0.60 0.39 0.63 0.35 0.31 0.54 0.31 0.82 0.64 0.38 0.57 0.40 0.68 0.63 0.03 0.66 0.35 0.5 Sedang
271
Lampiran 31
UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG PAHAM KONSEP KELAS EKSPERIMEN H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan :
Menggunakan rumus :
Ho diterima jika 2 <2 (1-)(k-3)
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 85 Nilai Minimal = 33 Rentang = 52 Banyak Kelas =6
Kelas Interval 33 42 51 60 69 78
-
41 50 59 68 77 86
Batas Bawah
Kelas 32.5 41.5 50.5 59.5 68.5 77.5 86.5
2 (1-)(k-3)
7.81
2 hitung
7.54
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n Nilai Tengah 37 46 55 64 73 82
Z untuk Batas Bawah
7.54 Kesimpulan : Data berdistribusi normal
-1.94 -1.35 -0.76 -0.17 0.42 1.01 1.60
Peluang Untuk Z 0.4738 0.4115 0.2764 0.0675 0.1628 0.3438 0.4452
7.81
=9 = 62.09 = 15.22 = 33
Luas Untuk Z 0.06 0.14 0.21 0.23 0.18 0.10
(Oi-Ei)²
Ei
Oi
2.06 4.46 6.89 7.60 5.97 3.35
5 3 5 7 7 6
Ei 4.22 0.48 0.52 0.05 0.18 2.10
²
=
7.54
272
Lampiran 32 UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG MISKONSEPSI KELAS EKSPERIMEN H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan :
Menggunakan rumus :
Ho diterima jika 2 <2 tabel
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 22 Nilai Minimal =4 Rentang = 18 Banyak Kelas =7
6 9 12 15 18 21
Kelas 3.5 6.5 9.5 12.5 15.5 18.5
Nilai Tengah 5 8 11 14 17 20
24
21.5
23
Kelas Interval 4 7 10 13 16 19 22
-
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Batas Bawah
24.5
2 (1-)(k-3) 2 hitung
Z untuk
Luas Untuk Z 0.08 0.17 0.19 0.31 0.15 0.06
Ei
Oi
-1.70 -1.04 -0.39 0.27 0.92 1.58
Peluang Untuk Z 0.4732 0.3962 0.2224 0.0319 0.2764 0.4236
2.31 5.21 5.72 9.25 4.42 1.76
6 7 6 8 5 0
Ei 5.89 0.61 0.01 0.17 0.08 1.76
2.23
0.4821
0.02
0.45
1
0.66
2.89
0.4972 ²
=
9.18
Batas Bawah
9.49
9.18
9.18 Kesimpulan : Data berdistribusi normal
=3 = 11.27 = 4.58 = 30
9.49
(Oi-Ei)²
273
Lampiran 33
UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG TIDAK PAHAM KONSEP KELAS EKSPERIMEN H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan :
Menggunakan rumus :
Ho diterima jika 2 <2 tabel
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 4 Nilai Minimal =0 Rentang =4 Banyak Kelas =6
Kelas Interval 0 0.7 1.4 2.1 2.8 3.5
-
0.6 1.3 2 2.7 3.4 4.1
Panjang kelas = 0.7 Rerata kelompok = 1.28 Simpangan baku = 1.09 n = 33
Batas Bawah
Kelas -0.05 0.65 1.35 2.05 2.75 3.45 4.15
2 (1-)(k-3)
7.81
2 hitung
23.27
Nilai Tengah 0.3 1 1.7 2.4 3.1 3.8
Z untuk Batas Bawah
-1.21 -0.57 0.07 0.71 1.35 1.99 2.63
Peluang Untuk Z 0.3869 0.2157 0.0279 0.2612 0.4115 0.4767 0.4957
7.81 Kesimpulan : Data tidak berdistribusi normal
Luas Untuk Z 0.17 0.19 0.29 0.15 0.07 0.02
23.27
(Oi-Ei)²
Ei
Oi
5.65 6.20 9.54 4.96 2.15 0.63
11 12 4 0 4 2
Ei 5.07 5.43 3.22 4.96 1.59 3.01
²
=
23.27
Lampiran 34
274
UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG PAHAM KONSEP KELAS KONTROL H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan :
Menggunakan rumus :
Ho diterima jika 2 <2 (1-)(k-3)
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 75 Nilai Minimal = 20 Rentang = 55 Banyak Kelas =6
Kelas Interval 20 30 40 50 60 70
-
29 39 49 59 69 79
Panjang kelas Rerata kelompok Simpangan baku n
= 10 = 45.11 = 15.80 = 33
Batas Bawah
Nilai
Z untuk
Peluang
Luas
Kelas 19.5 29.5 39.5 49.5 59.5 69.5 79.5
Tengah 24.5 34.5 44.5 54.5 64.5 74.5
Batas Bawah
Untuk Z 0.4474 0.2389 0.1368 0.1103 0.3186 0.4382 0.4854
Untuk Z 0.21 0.10 0.03 0.43 0.12 0.05
2 (1-)(k-3)
7.81
2 hitung
2.52
2.52 Kesimpulan : Data berdistribusi normal
-1.62 -0.99 -0.35 0.28 0.91 1.54 2.18
7.81
Oi
(OiEi)²
6.88 3.37 0.87 14.15 3.95 1.56
9 5 0 14 4 1
Ei 0.65 0.79 0.87 0.00 0.00 0.20
²
=
2.52
Ei
Lampiran 35
275
UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG MISKONSEPSI KELAS KONTROL H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan :
Menggunakan rumus :
Ho diterima jika 2 <2 tabel
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 26 Nilai Minimal =2 Rentang = 24 Banyak Kelas =7
5 9 13 17 21 25
Kelas 1.5 5.5 9.5 13.5 17.5 21.5
Nilai Tengah 3.5 7.5 11.5 15.5 19.5 23.5
29
25.5
27.5
Kelas Interval 2 6 10 14 18 22 26
-
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Batas Bawah
29.5
2 (1-)(k-3) 2 hitung
Z untuk
Luas Untuk Z 0.03 0.09 0.18 0.26 0.23 0.14
Ei
Oi
-2.53 -1.86 -1.19 -0.52 0.15 0.82
Peluang Untuk Z 0.4943 0.4686 0.3830 0.1985 0.0596 0.2939
0.77 2.57 5.54 7.74 7.03 4.14
1 2 4 8 10 7
Ei 0.07 0.13 0.43 0.01 1.26 1.98
1.49
0.4319
0.05
1.58
1
0.21
2.16
0.4846 ²
=
4.07
Batas Bawah
9.49 4.07
4.07 Kesimpulan : Data berdistribusi normal
=4 = 16.61 = 5.98 = 30
9.49
(Oi-Ei)²
276
Lampiran 36
UJI NORMALITAS JAWABAN YANG TERGOLONG TIDAK PAHAM KONSEP KELAS KONTROL
H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan :
Menggunakan rumus :
Ho diterima jika 2 <2 tabel
k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Pengujian Hipotesis Nilai Maksimal = 9 Nilai Minimal =0 Rentang =9 Banyak Kelas =7
1.4 2.9 4.4 5.9 7.4 8.9
Kelas -0.05 1.45 2.95 4.45 5.95 7.45
Nilai Tengah 0.7 2.2 3.7 5.2 6.7 8.2
10.4
8.95
9.7
Kelas Interval 0 1.5 3 4.5 6 7.5 9
-
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Batas Bawah
10.45
2 (1-)(k-3) 2 hitung
Z untuk
= = = =
Luas Untuk Z 0.22 0.08 0.27 0.92 0.01 0.00
Ei
Oi
-1.04 -0.37 0.29 0.96 1.63 2.29
Peluang Untuk Z 0.4554 0.2389 0.1591 0.4292 0.4943 0.4998
7.14 2.63 8.91 30.48 0.18 0.01
18 4 7 1 2 0
2.96
0.5000
0.00
0.00
1
3.63
0.5000 ²
=
Batas Bawah
7.81 64.35
7.81 Kesimpulan : Data tidak berdistribusi normal
64.35
1.5 2.29 2.25 33 (Oi-Ei)²
Ei 16.49 0.71 0.41 28.51 18.22 0.01
64.35
277
Lampiran 37
UJI KESAMAAN DUA VARIANS JAWABAN PAHAM KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis H0
: σeksperimen = σkontrol
H1
: σeksperimen ≠ σkontrol
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F α (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah n
2025 33
1498 33
x̅ Varians (s2) Standart deviasi (s)
61.36
45.39
252.60 15.89
248.62 15.77
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: 252.60 F = = 1.02 248.62 Pada α = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1
=
33
-
dk penyebut = nk -1
=
33
-
F (0.05)(32:32)
=
1
=
32
1 =
32
1.80 Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa varians jawaban yang tergolong paham konsep pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda.
1.02
1.80
278
Lampiran 38
UJI KESAMAAN DUA VARIANS JAWABAN MISKONSEPSI KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis H0
: σeksperimen = σkontrol
H1
: σeksperimen
≠ σkontrol
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F α (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah n
370 33
556 33
x̅ Varians (s2) Standart deviasi (s)
11.21
17.15
18.98 4.36
29.76 5.46
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: 29.76 F = = 1.57 18.98 Pada α = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1
=
33 -
1
=
32
dk penyebut = nk -1
=
33 -
1
=
32
F (0.05)(32:32)
=
1.80 Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa varians jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda
1.57
1.80
279
Lampiran 39 UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA JAWABAN PAHAM KONSEP ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis Ho
:
1
=
2
Ha
:
1
>
2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1 x
t
2
1 1 n1 n 2
s Dimana,
s
(n 1 1)s12 (n 2 1)s 22 n1 n 2 2
Terima H0 jika thitung < t(1-α) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Jumlah n x̅
2025 33 61.36
1498 33 45.39
s2 Standart deviasi (s)
252.60 15.89
248.62 15.77
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s
=
t
=
33 − 1 𝑥 252.60 + 33 − 1 𝑥 248.62 33 + 33 − 2 61.36 − 45.39 15.83 𝑥
1 33
+
1 33
= 15.83
= 1.669
Pada α = 5% dengan dk = 33 + 33 - 2 = 64 diperoleh t (0.95)(64)
1.669
=
1.669
4.10
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.
280
Lampiran 40 UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA JAWABAN MISKONSEPSI ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hipotesis Ho
:
1
=
2
Ha
:
1
<
2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1 x
t
2
1 1 n1 n 2
s Dimana,
s
(n 1 1)s12 (n 2 1)s 22 n1 n 2 2
Tolak H0 jika thitung ≤ - t(1-α) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Jumlah n x̅
370 33 11.21
566 33 17.15
s2 Standart deviasi (s)
18.98 4.36
29.76 5.46
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s
=
t
=
33 − 1 𝑥 18.98 + 33 − 1 𝑥 29.76 33 + 33 − 2 11.21 − 17.15 4.94 𝑥
1 33
+
1 33
= 4.94
= -4.89
Pada α = 5% dengan dk = 33 + 33 - 2 = 64 diperoleh t (0.95)(64)
-4.89
=
1.669
-1.669
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif
Lampiran 41
281
UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA JAWABAN TIDAK PAHAM KONSEP ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Karena data jawaban yang tergolong tidak paham konsep tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji nonparametrik, yaitu uji Wilcoxon. Hipotesis yang diajukan adalah: H0
: Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif dan kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif adalah sama.
Ha
: Rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.
Eksperimen Kontrol
Selisih
Absolut
1
1
0
0
1
1
0
0
0 1 2 1 0 0 0 1 1 1 3 2 1 1 0 4 0 3 4 2 2 3 1
0 1 2 1 0 0 0 2 0 0 4 3 0 0 1 5 2 1 2 0 0 1 3
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 1 -1 -1 1 1 -1 -1 -2 2 2 2 2 2 -2
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
No Urut
Rank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
5 5 5 5 5 5 5 5 5 13 13 13 13 13 13 13
Rank +
Rank -
5
5 5 5 5 5 5 13 13 13 13 13 13 13
282 0 0 0 0 0 1 1 0
3 3 3 4 4 6 6 9
-3 -3 -3 -4 -4 -5 -5 -9 Total
3 3 3 4 4 5 5 9
17 18 19 20 21 22 23 24
18 18 18 20.5 20.5 22.5 22.5 24 75
18 18 18 20.5 20.5 22.5 22.5 24 215
1. Rata-rata 𝑛 (𝑛+1) μJ = 4
24 (24+1)
= 4 = 150 2. Simpangan baku σJ
= =
𝑛 𝑛+1 (2𝑛+1) 24 24 24+1 (2 𝑥 24+1) 24
= 35 3. Kriteria pengujian Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi normal baku dengan menggunakan transformasi : 𝐽− μ z = σ J J
75−150
= 35 = - 2,14
z(0,95;66) = 1,67 Kriteria pengujiannya, H0 ditolak jika zhitung ≤ - z(0,95;66). Karena - 2,14 < -1.67, maka H0 ditolak. Artinya rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan multimedia interaktif.
283
Lampiran 42 STRORY BOARD MULTIMEDIA INTERAKTIF Tampilan
Keterangan 1. Tayangan ini merupakan tampilan menu media flash. 2. Ketika diklik tombol “SK dan KD” maka akan muncul SK dan KD dari pembelajaran yang akan disampaikan. 3. Ketika diklik tombol “Tujuan” maka akan muncul tujuan dari pembelajaran yang akan disampaikan. 4. Ketika diklik tmbol Apersepsi maka akan muncul video apersepsi materi larutan penyangga yang diunduh dari situs you tube. 5. Ketika diklik tombol “Materi” maka akan muncul uraian materi larutan penyangga yang meliputi pengertian larutan penyangga, komponen larutan penyangga, cara pembuatan larutan penyangga, pH larutan penyangga, mekanisme larutan penyangga, kapasitas larutan penyangga dan fungsi larutan penyangga. 6. Ketika diklik tombol “Latihan soal” maka akan muncul latihan soal larutan penyangga dan pembahasannya. 7. Tombol “Keluar” digunakan untuk keluar dari tayangan media flash.
284
1. Tayangan ini muncul ketika tombol pengartian larutan penyangga diklik. 2. Panah ke kiri diberi warna pudar sebagai tanda tidak bisa diklik. 3. Panah ke kanan digunakan untuk menuju tayangan selanjutnya.
1. Ketika diklik tombol A maka akan muncul tulisan “Tepat sekali” yang ada di samping kanan tombol A dan B. 2. Ketika tombol Basa diklik akan muncul tulisan “Benar” yag ada di samping kanan tombol Asam dan Basa. 3. Panah ke kanan diberi warna pudar sebagai tanda tidak ada tayangan setelah ini. 4. Panah ke kiri digunakan untuk menuju tayangan sebelumnya.
285 1. Ada 2 tabung reaksi A dan tabung reaksi B yang berisi 20 mL larutan A dan larutan B. 2. Kedua larutan diuji dengan pH universal yang awalnya tidak berwarna, pH awal larutan A adalah 8, pH awal larutan B adalah 3. 3. Ke dalam 2 tabung reaksi ditambahkan 3 tetes larutan HCl 0,1 M melalui pipet tetes. 4. Kedua larutan diuji lagi dengan pH universal, pH akhir larutan A adalah 8, pH awal larutan B adalah 2. 5. Ada tombol play untuk memulai animasi. 6. Ada tombol replay untuk mengulang animasi.
Na+
1. Ada 2 larutan dari 2 tabung reaksi, yaitu 10 mL CH3COOH 0,1 M dan 5 mL CH3COONa 0,1 M yang dimasukkan ke dalam gelas kimia. 2. Kemudian diaduk-aduk dengan pengaduk kaca. 3. Setelah itu muncul tanda panah yang diikuti keterangan yang ada di kotak. 4. Ada tanda play untuk memulai animasi dan replay untuk mengulang animasi.
286
1. Ada 2 tabung yang berisi 10 mL larutan CH3COOH dan 5 mL Larutan NaCH3COO. 2. Kadua larutan dimasukkan kedalam gelas kimia kemudian diaduk dengan pengaduk kaca. 3. Lalu muncul tulisan di kotak di atasnya sebagai keterangannya. 4. Ada tombol play untuk memulai animasi dan tanda replay untuk mengulang animasi. 5. Panah ke kiri diberi warna pudar sebagai tanda tidak bisa diklik. 6. Panah ke kanan digunakan untuk menuju animasi selanjutnya. 1. Ada 2 tabung yang berisi 100 mL larutan CH3COOH dan 50 mL Larutan NaOH 0,1 M. 2. Kadua larutan dimasukkan kedalam gelas kimia kemudian diaduk dengan pengaduk kaca. 3. Ada tombol play untuk memulai animasi dan tanda replay untuk mengulang animasi. 4. Panah ke kiri untuk menuju animasi sebelumnya. 5. Panah ke kanan digunakan untuk menuju animasi selanjutnya (menayangkan penjelasannya).
287
Mekanisme larutan penyangga asam ketika ditambah sedikit asam atau basa
1. Panah ke kanan diberi warna pudar sebagai tanda tidak ada tayangan selanjutnya. 2. Panah ke kiri digunakan untuk menuju animasi sebelumnya. 3. Setelah 3 menit, muncul tanda merah diikuti suara “di dalam larutan ada sisa asam lemah asam asetat sebanyak 5 mmol dan basa konjugasinya ion asetat sebanyak 5 mmol, sehingga campuran tersebut merupakan larutan penyangga”. 1. Ada larutan penyangga asam yang terdiri dari CH3COOH dan CH3COONa dalam tabung reaksi. 2. Molekul yang ada dalam tabung reaksi ditayangkan dalam bentuk animasi dalam kotak. 3. Seluruh molekul senantiasa bergerak (jangan sampai tumbukan). 4. Molekul yang ada dalam kotak meliputi molekul CH3COOH, ion CH3COO-, ion H+, dan molekul H2O. Penambahan NaOH: 5. Ketika ditetesi NaOH, molekul dalam larutan bertambah yang meliputi ion Na+ dan OH-. 6. Molekul senantiasa bergerak (jangan sampai tumbukan). 7. Ada tombol yang bertuliskan reaksi untuk mengetahui molekul manakah yang bereaksi. 8. Ketika tombol reaksi diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah ion OH- dari NaOH bertumbukan dengan molekul CH3COOH kemudian kedua molekul ini menghilang. 9. Ada tombol yang bertuliskan hasil untuk mengetahui hasil reaksi. 10. Ketika tombol hasil diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah muncul molekul baru yang berupa H2O dan ion CH3COO-, kemudian berkedap kedip, sebagai simbol itu adalah hasil reaksinya. 11. Ada tombol yang bertuliskan keterangan untuk mengetahui
288
Mekanisme larutan penyangga asam ketika ditambah sedikit asam atau basa
keterangan dari keseluruhan animasi. 1. Yang muncul pertama pada tayang ini adalah sampai reaksi kesetimabangan, setelah itu diikuti lingkaran dan tanda panah merah serta reaksi berikutnya serta ada suara yang mengiringinya, yang berbunyi “Ketika ada penambahan OH- dari NaOH, ion OH- bereaksi dengan CH3COOH menghasilkan CH3COO- dan H2O sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan dan konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan, berarti, pH juga dapat dipertahankan”. 2. Panah ke kiri digunakan untuk menuju tayangan sebelumnya. 3. Panah ke kanan diberi tanda pudar sebagai tanda tidak ada tayangan berikutnya. Penambahan HCl: 1. Ketika ditetesi HCl, molekul dalam larutan bertambah yang meliputi ion H+ dan Cl-. 2. Molekul senantiasa bergerak (jangan sampai tumbukan). 3. Ada tombol yang bertuliskan reaksi untuk mengetahui molekul manakah yang bereaksi. 4. Ketika tombol reaksi diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah ion H+ dari HCl bertumbukan dengan molekul CH3COO- kemudian kedua molekul ini menghilang. 5. Ada tombol yang bertuliskan hasil untuk mengetahui hasil reaksi. 6. Ketika tombol hasil diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah muncul molekul baru yang berupa molekul CH3COOH, kemudian berkedap kedip, sebagai simbol itu adalah hasil reaksinya. 7. Ada tombol yang bertuliskan keterangan untuk mengetahui keterangan dari keseluruhan animasi.
289 1. Yang muncul pertama pada tayang ini adalah sampai reaksi kesetimabangan, setelah itu diikuti lingkaran dan tanda panah merah serta reaksi berikutnya serta ada suara yang mengiringinya, yang berbunyi “Ketika ada penambahan H+ dari HCl, ion H+ bereaksi dengan ion CH3COOmenghasilkan CH3COOH sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan, berarti, pH juga dapat dipertahankan”. 2. Panah ke kiri digunakan untuk menuju tayangan sebelumnya. 3. Panah ke kanan diberi tanda pudar sebagai tanda tidak ada tayangan berikutnya. Setelah 2 menit muncul kotak merah disertai suara yang berbunyi “Ingat, perbandingan yang digunakan adalah perbandingan konsentrasi asam lemah dengan basa konjugasinya, bukan perbandingan konsentrasi asam lemah dengan garamnya”.
290
1. Ada 2 larutan dari 2 tabung reaksi, yaitu 10 mL NH4OH 0,1 M dan 5 mL NH4Cl 0,1 M yang dimasukkan ke dalam gelas kimia. 2. Kemudian diaduk-aduk dengan pengaduk kaca. 3. Setelah itu muncul tanda panah yang diikuti keterangan yang ada di kotak. 4. Ada tanda play untuk memulai animasi dan replay untuk mengulang animasi.
1. Ada 2 tabung yang berisi 100 mL larutan NH4OH 0,1 M dan 100 mL Larutan NH4Cl 0,1 M. 2. Kedua larutan dimasukkan kedalam gelas kimia kemudian diaduk dengan pengaduk kaca. 3. Lalu muncul tulisan di kotak di atasnya sebagai keterangannya. 4. Ada tombol play untuk memulai animasi dan tanda replay untuk mengulang animasi. 5. Panah ke kiri diberi warna pudar sebagai tanda tidak bisa diklik. 6. Panah ke kanan digunakan untuk menuju animasi selanjutnya.
291
Mekanisme larutan penyangga basa ketika ditambah sedikit asam atau basa
1. Ada 2 tabung yang berisi 100 mL larutan NH4OH 0,1 M dan 50 mL Larutan HCl 0,1 M. 2. Kedua larutan dimasukkan kedalam gelas kimia kemudian diaduk dengan pengaduk kaca. 3. Ada tombol play untuk memulai animasi dan tanda replay untuk mengulang animasi. 4. Panah ke kiri untuk menuju animasi sebelumnya. 5. Panah ke kanan digunakan untuk menuju animasi selanjutnya (menayangkan penjelasannya). 1. Panah ke kanan diberi warna pudar sebagai tanda tidak ada tayangan selanjutnya. 2. Panah ke kiri digunakan untuk menuju animasi sebelumnya. 3. Setelah 3 menit, muncul tanda merah diikuti suara “di dalam larutan ada sisa basa lemah larutan ammonia sebanyak 5 mmol dan asam konjugasinya ion ammonium sebanyak 5 mmol, sehingga campuran tersebut merupakan larutan penyangga”. 1. Ada larutan penyangga basa yang terdiri dari larutan NH3 (NH4OH) dan NH4Cl dalam tabung reaksi. 2. Molekul yang ada dalam tabung reaksi ditayangkan dalam bentuk animasi dalam kotak. 3. Seluruh molekul senantiasa bergerak (jangan sampai tumbukan). 4. Molekul yang ada dalam kotak meliputi molekul NH4OH, ion NH4+, ion OH-, dan molekul H2O. 5. Ketika ditetesi NaOH, molekul dalam larutan bertambah yang meliputi ion Na+ dan OH-. 6. Molekul senantiasa bergerak (jangan sampai tumbukan). 7. Ada tombol yang bertuliskan reaksi untuk mengetahui molekul manakah yang bereaksi. 8. Ketika tombol reaksi diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah ion OH- dari NaOH bertumbukan dengan molekul NH4+ kemudian kedua molekul ini menghilang. 9. Ada tombol yang bertuliskan hasil untuk mengetahui hasil reaksi.
292
Mekanisme larutan penyangga basa ketika ditambah sedikit asam atau basa
10. Ketika tombol hasil diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah muncul molekul baru yang berupa molekul NH4OH, kemudian berkedap kedip, sebagai simbol itu adalah hasil reaksinya. 11. Ada tombol yang bertuliskan keterangan untuk mengetahui keterangan dari keseluruhan animasi. 1. Yang muncul pertama pada tayang ini adalah sampai reaksi kesetimabangan, setelah itu diikuti lingkaran dan tanda panah merah serta reaksi berikutnya serta ada suara yang mengiringinya, yang berbunyi “Ketika ada penambahan OH- dari NaOH, ion OH- bereaksi dengan ion NH4+ menghasilkan NH4OH sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan, berarti, pH juga dapat dipertahankan”. 2. Panah ke kiri digunakan untuk menuju tayangan sebelumnya. 3. Panah ke kanan diberi tanda pudar sebagai tanda tidak ada tayangan berikutnya. Penambahan HCl: 1. Ketika ditetesi HCl, molekul dalam larutan bertambah dengan adanya ion H+ dan Cl-. 2. Molekul senantiasa bergerak (jangan sampai tumbukan). 3. Ada tombol yang bertuliskan reaksi untuk mengetahui molekul manakah yang bereaksi. 4. Ketika tombol reaksi diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah ion H+ bertumbukan dengan molekul NH4OH kemudian kedua molekul ini menghilang. 5. Ada tombol yang bertuliskan hasil untuk mengetahui hasil reaksi. 6. Ketika tombol hasil diklik animasi yang muncul dalam kotak adalah muncul molekul baru yang berupa ion NH4+ dan molekul H2O, kemudian berkedap kedip, sebagai simbol itu adalah hasil reaksinya. 7. Ada tombol yang bertuliskan keterangan untuk mengetahui keterangan dari keseluruhan
293 animasi. 1. Yang muncul pertama pada tayang ini adalah sampai reaksi kesetimabangan, setelah itu diikuti lingkaran dan tanda panah merah serta reaksi berikutnya serta ada suara yang mengiringinya, yang berbunyi “Ketika ada penambahan H+ dari HCl, ion H+ bereaksi dengan NH4OH menghasilkan ion NH4+ dan H2O sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan dan konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan, berarti, pH juga dapat dipertahankan”. 2. Panah ke kiri digunakan untuk menuju tayangan sebelumnya. 3. Panah ke kanan diberi tanda pudar sebagai tanda tidak ada tayangan berikutnya. Setelah 2 menit muncul kotak merah disertai suara yang berbunyi “Ingat, perbandingan yang digunakan adalah perbandingan konsentrasi basa lemah dengan asam konjugasinya, bukan perbandingan konsentrasi basa lemah dengan garamnya”.
294
1. Setelah animasi selesai kemudian muncul tulisan “keterangan” yang ada di samping tabung I dan II. 2. Keterangan di samping muncul ketika keterangan yang ada di samping tabung I diklik.
1. Keterangan di samping adalah keterangan ketika tabung II diklik.
1. Ada 2 gelas kimia, yang pertama berisi 0,1 mol CH3COOH dan 0,1 mol NaCH3COO dalam 1 liter larutan, yang kedua berisi 0,01 mol CH3COOH dan 0,01 mol NaCH3COO dalam 1 liter larutan. 2. Keduanya ditambah 10 mL HCl 0,1 M.
295 1. Setelah animasi selesai kemudian muncul tulisan “keterangan” yang ada di samping tabung I dan II. 2. Keterangan di samping muncul ketika keterangan yang ada di samping tabung I diklik. 3. Setelah 1 menit muncul tanda lingkaran merah diikuti suara “Perbandingan mol asam lemah dan basa konjugasinya adalah 101 : 99. Perbandingan tersebut masih berada dalam kapasitas penyangga”. 1. Keterangan di samping adalah keterangan ketika tabung II diklik. 2. Setelah 1 menit muncul tanda lingkaran merah diikuti suara “Perbandingan mol asam lemah dan basa konjugasinya adalah 101 : 1. Perbandingan tersebut sudah tidak berada dalam kapasitas penyangga sehingga campuran tersebut sudah kehilangan sifat penyangganya”.
1. Ada 2 gelas kimia, yang pertama berisi 0,1 mol CH3COOH dan 0,1 mol NaCH3COO dalam 1 liter larutan, yang kedua berisi 0,01 mol CH3COOH dan 0,002 mol NaCH3COO dalam 1 liter larutan. 2. Keduanya ditambah 10 mL HCl 0,1 M.
Tanda panah yang berada di samping masing-masing kalimat menyala kedap-kedip, dan ketika diklik akan menuju ke tampilan yang berisi keterangannya.
296 Tampilan di samping merupakan keterangan dari poin 1.
1. Tampilan di samping merupakan keterangan dari poin 2. 2. Ketika kursor diarahkan ke H2PO4 maka di bawahnya akan muncul tulisan Asam Lemah. 3. Ketika kursor diarahkan ke HPO42- maka di bawahnya akan muncul tulisan Basa Konjugasi.
1. Animasinya ada 2 gambar orang yang memakai obat tetes mata, gambar pertama jika obat tetes mata tidak diberi larutan penyangga saat dipakai mata menjadi merah. 2. Gambar yang kedua obat tetes mata pHnya telah disesuaikan dengan pH air mata dan dipertahankan oleh larutan penyangga ketika dipakai tidak menyebabkan mata iritasi.
297
Lampiran 43 DOKUMENTASI JAWABAN MISKONSEPSI SISWA Nomor Soal
1
2
3
4
5
Jawaban Miskonsepsi
298
6
7
8
299
9
10
11
300
12
13
14
15
301
16
17
18
19
20
302
Lampiran 44 DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN
Kegiatan praktikum
Presentasi perwakilan kelompok
Guru membimbing diskusi
Kegiatan pembelajaran
Diskusi siswa
Siswa melaksanakan pre test
Siswa melaksanakan post test
Kegiatan pembelajaran
303
Lampiran 45 DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS KONTROL
Kegiatan praktikum
Presentasi perwakilan kelompok
Guru membimbing diskusi
Diskusi siswa
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Siswa melaksanakan post test
Siswa melaksanakan pre test
304
305
306
307