EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PUPUK ORGANIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RAHAYU ARIZONA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pupuk Organik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Rahayu Arizona NIM I34090058
ABSTRAK RAHAYU ARIZONA. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pupuk Organik dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO. Komunikasi pemasaran sangat penting untuk memperkenalkan keberadaan suatu produk pupuk organik Greenadia kepada konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik konsumen, keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran, dan efektivitas komunikasi pemasaran, menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran pupuk organik Greenadia, dan menganalisis hubungan antara keterdedahan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pupuk organik Greenadia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan berhubungan dengan aspek afektif yang terdapat pada efektivitas komunikasi pemasaran. Sementara itu, keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran seperti frekuensi penyampaian pesan berhubungan dengan aspek kognitif dan konasi, dan ragam pesan AIDA berhubungan dengan aspek afeksi. Kata kunci: karakteristik konsumen, efektivitas, komunikasi pemasaran
ABSTRACT RAHAYU ARIZONA. The Effectiveness of Marketing Communications of Organic Fertilizer and Influential Factors. Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO. Marketing communications is very important to introduce the presence of an organic fertilizer product Greenadia to consumers. The purpose of this study was describe the characteristics of consumers, exposure to implementate of marketing communications and marketing communications effectiveness, the analyzing of the relationship between consumer characteristics with the effectiveness of marketing communications Greenadia organic fertilizer, and the analyze of the relationship between the effectiveness of marketing communications with the exposure to implementate of marketing communications Greenadia organic fertilizer. The method was used in this research is a quantitative survey supported by qualitative approaches. The results were obtained by the consumer characteristics such as age, gender, income level associated with affective aspects contained in the marketing communication effectiveness. Meanwhile, the exposure to implementation of marketing communications such as frequency of delivery of messages related to cognitive aspects and conation, and a variety of AIDA messages related to affective aspects. Keywords: consumer characteristics, effectiveness, marketing communication
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PUPUK ORGANIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RAHAYU ARIZONA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Efektivitas Komunikasi Pem8saran Pupuk Organik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nama : Rahayu Arizona : 134090058 NIM
Disetujui oleh
Dr II' Sarwititi Sailvoprasodjo, MS Pembimbing
::::::::==l~Iffi'a a Departemen
Tanggal Lulus:
2 5 JUL 2013
Judul Skripsi : Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pupuk Organik dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Nama : Rahayu Arizona NIM : I34090058
Disetujui oleh
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan, tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Juni 2013 ini adalah Komunikasi Bisnis, dengan judul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pupuk Organik dan Faktor-Faktor yang Mempegaruhi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo Agung MS selaku dosen pembimbing studi pustaka dan dan skripsi saya, Ibu Ir. Melani Abdul Kadir Sunito MSi selaku pembimbing akademik saya, Ibu Dr. Ir Anna Fatchiya selaku dosen penguji utama, dan Bapak Ir. Murdianto MS selaku dosen penguji akademik. Di samping itu, ucapan terima kasih pada Bapak Ir. Usnadi selaku produsen pupuk organik Greenadia yang berada di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian pada produk pupuk organik Greenadia, khususnya pada komunikasi pemasaran produk pupuk organik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Syamsudin, Ibunda Nunik Suryani atas segala doa dan kasih sayangnya, dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Gusti Pramono selaku kakak kandung peneliti, Khairul Uman selaku adik kandung peneliti, dan Uche Luckyta Sari selaku sepupu peneliti yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Ungkapan terimakasih yang terakhir juga disampaikan kepada Putri Lestari, Ryan, Dony, Wisulastri, dan Yasin yang selalu membuat peneliti tenang disaat peneliti sedang mengalami kejenuhan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada penyelenggara beasiswa BBM yang telah memberikan beasiswa dari semester enam sampai lulus menjadi sarjana dan teman-teman Sain Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 46 khususnya ela, zela, fina, mba se, ayu anjartika, femy, nina, sita, ajeng, yosa, ikbal, tenyom dan temen sepembimbing saya Riezka Riswar dan Finka Dwi Utami yang selalu memberikan semangat pada penulis; teman-teman SKPM 46 yang selalu berbagai ide dan motivasi; dan teman-teman kosan Sangga Buana khususnya Deka Nurfarida dan Novia Indah Lestari yang selalu berusaha membuat penulis tertawa. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Rahayu Arizona
2
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
7 7
Kerangka Pemikiran
20
Hipotesis
21
Definisi Operasional
21
METODE
25
Metode Penelitian
25
Lokasi dan Waktu Penelitian
25
Teknik Sampling
25
Teknik Pengumpulan Data
26
Teknik Analisis Data
26
GAMBARAN UMUM DESA CIBATOK SATU
29
Kondisi Geografi
29
Kondisi Sosial dan Demografi
29
Kondisi Keamanan Masyarakat
30
Kondisi Pertanian
31
Gambaran Kelompok Tani
31
GAMBARAN UMUM UNIT USAHA PUPUK ORGANIK GREENADIA
35
Sejarah Singkat Unit Usaha
35
Struktur Organisasi Unit Usaha
36
Bauran Promosi Unit Usaha
37
Jenis- Jenis dan Cara Pembuatan Pupuk Organik Greenadia
38
3 KARAKTERISTIK KONSUMEN, KETERDEDAHAN TERHADAP KOMUNIKASI PEMASARAN, DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
41
Karakteristik Konsumen
41
Deskripsi Keterdedahan terhadap Komunikasi Pemasaran
44
Deskripsi Efektivitas Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Kognitif, Afektif, dan Konasi
46
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
49
Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
49
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
50
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
51
Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
53
Hubungan antara Pekerjaan Tambahan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
54
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
55
Hubungan antara Frekuensi Penyampaian Pesan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
56
Hubungan antara Sumber Informasi dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
57
Hubungan antara Ragam Pesan AIDA dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
58
SIMPULAN DAN SARAN
61
Simpulan
61
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
81
1
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Model hirarki tanggapan Teknik bauran promosi Efektivitas alat promosi suatu produk Karakteristik demografi dan subbudaya di Indonesia Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibatok Satu berdasarkan jenis kelamin Jumlah penduduk Desa Cibatok Satu berdasarkan agama yang dianut Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Cibatok Satu Jumlah dan persentase komoditas pertanian Desa Cibatok Satu tahun 2013 Jumlah dan persentase karakteristik konsumen menurut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan tambahan tahun 2013 Deskripsi karakteristik pertanian menurut lama bertani, dan lama penggunaan pupuk organik Greenadia tahun 2013 Jumlah dan persentase keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran tahun 2013 Jumlah dan persentase efektivitas komunikasi pemasaran tahun 2013 Nilai korelasi karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran tahun 2013 Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan evektivitas komunikasi pemasaran tahun 2013
11 12 17 19 29 30 30 31 41 43 44 46 49 55
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Konsep pemasaran Tahap pencapaian tujuan komunikasi dan strategi komunikasi Model komunikasi pemasaran Proses pengambilan keputusan pembelian Kerangka pemikiran penelitian dari efektivitas komunikasi pemasaran Struktur organisasi unit usaha pupuk organik Greenadia
7 9 10 19 21 36
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Peta lokasi penelitian Kerangka Sampling Foto produk pupuk organik yang dihasilkan Cara pembuatan pupuk organik dalam skala kecil Pengolahan Data Dokumentasi penelitian
66 67 68 69 72 81
PENDAHULUAN Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu faktor produksi penting bagi keberhasilan pertanian. Keberadaan pupuk secara tepat baik jumlah, jenis, mutu, harga, tempat, dan waktu akan menentukan kuantitas serta kualitas produk pertanian yang dihasilkan. Pupuk juga dapat menyumbangkan 20 persen keberhasilan peningkatan produksi sektor pertanian, di antaranya produk pertanian beras yang mencapai swasembada di tahun 1984 (Setneg 2009) 1 . Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak terlepas dari kontribusi dan peranan sarana produksi. Keberhasilan produksi juga dapat mendukung pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dan hortikultura, pemerintah menyediakan dana untuk subsidi pupuk tunggal (Urea, SP-36, ZA, dan KCl). Namun dengan memburuknya situasi perekonomian di Indonesia, pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan penghapusan subsidi pupuk secara bertahap. Akibat yang langsung dihadapi konsumen adalah melonjaknya harga pupuk secara tidak terkendali dan terjadinya kelangkaan pupuk pada awal musim tanam (Suriadikarta et al. 2004) 2 . Pupuk merupakan komoditas yang langka pada saat dibutuhkan, terutama pupuk bersubsidi. Sistem distribusi yang belum baik dan harga dunia yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga pasar domestik, mengakibatkan banyak terjadinya praktek penyelundupan pupuk bersubsidi ke luar negeri. Hal ini diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan permodalan konsumen untuk membeli sarana produksi, terutama benih atau bibit unggul, pupuk kimia serta pestisida. Harga pupuk dan pestisida kimia yang cenderung terus meningkat juga semakin membebani biaya produksi. Penerapan pestisida kimia secara terus menerus mengakibatkan organisme pengganggu tanaman menjadi semakin kebal dan membutuhkan dosis pestisida yang semakin tinggi, predator atau musuh alami hama-penyakit juga ikut musnah akibat pengunaan pestisida yang kurang selektif. Untuk itu, konsumen memerlukan pengetahuan untuk menerapkan teknologi pertanian organik yang ramah lingkungan dengan sedapat mungkin memproduksi sendiri pupuk organik yang dihasilkan dari limbah pertanian serta penerapan sistem pengendalian hama terpadu (Kementan 2009) 3 . Pupuk organik sudah lama dikenal para konsumen di Indonesia, mereka mulai mengenal pupuk organik sebelum Revolusi Hijau yang turut melanda pertanian di Indonesia. Setelah Revolusi Hijau, banyak konsumen yang menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya relatif murah karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Saat ini konsumen sudah sangat bergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. 1
Diunduh pada 2012 oktober 8, pukul 09.00. tersedia pada: http://www.setneg.go.id/index.php? Option =com_content&task=view&id=3369& Itemid=29 2 Diunduh pada 2013 Juni 17, pukul 21.00. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/juknis/juknis_ujimtu pupuk anorganik. pdf 3 Diunduh pada 2013 Juni 15, pukul 09.00. Tersedia pada: http://setjen.deptan.go.id/admin/ download/rancangan%20renstra%20deptan%2020102014%20lengkap.pdf
2 Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk kimia dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan, sebagian kecil konsumen beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Pertanian jenis ini mengandalkan kebutuhan hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya (Litbang 2006) 4 . Pertanian konvensional yang telah dipraktikkan di Indonesia sejak Revolusi Hijau telah banyak mempengaruhi keberadaan berbagai mikroba yang berguna dalam tanah. Mikroba-mikroba ini mempunyai peranan penting dalam membantu tersedianya berbagai hara yang berguna bagi tanaman. Menurut Marsono dan Sigit (2001) pupuk adalah bahan organik maupun anorganik yang ditambahkan ke dalam tanah atau jaringan tanaman untuk meningkatkan kadar unsur hara yang dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan produksi dan kualitas tanaman menjadi lebih baik. Data produksi pupuk organik di Indonesia sulit diperoleh, karena banyak produsen pupuk organik di Indonesia yang digolongkan sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM). Banyaknya merek-merek pupuk organik yang beredar (baik yang terdaftar maupun yang tidak) digunakan sebagai indikasi maka potensi memproduksi pupuk organik cukup besar. Biasanya, pupuk yang dipasarkan dalam jumlah besar diproduksi di luar daerah produksi (ex situ), kemudian diangkut ke daerah yang membutuhkan (Simanungkalit 2006) 5 . Selain itu, pupuk organik banyak diproduksi di dalam daerahnya sendiri (in situ) untuk digunakan sendiri, dan jumlah penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati masih sangat terbatas (Litbang 2006). Pupuk organik yang berada di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor merupakan pupuk organik yang masih diproduksi dalam lingkup usaha kecil menengah. Pupuk organik yang berada di Desa Cibatok tersebut memiliki nama Greenadia. Pupuk organik yang dihasilkan oleh unit usaha tersebut juga memiliki manfaat yang baik dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pupuk organik memiliki manfaat yaitu ramah lingkungan dibandingkan pupuk anorganik, karena konsumen pengguna pupuk organik mendapatkan hasil pertanian yang baik dalam hal kualitas, sehingga pertanian mereka terhindar dari banyak jenis penyakit akibat kontaminasi bahan kimia, seperti pestisida. Pupuk organik Greenadia tersebut masih diproduksi di dalam daerahnya sendiri (in situ). Untuk itu diperlukan suatu komunikasi pemasaran yang tepat agar produk pupuk organik tersebut dapat dikenal masyarakat secara luas. Komunikasi pemasaran merupakan aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran, termasuk penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran yaitu merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya (Shimp 2003). Tujuan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen produk pupuk organik Greenadia adalah mampu menarik konsumen untuk membeli, mempertahakan konsumen yang telah ada, serta untuk terus menggunakan produk pupuk organik tersebut.
4
Diunduh pada 2013 Juni 17, pukul 21.00. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/juknis/pupuk%20organik. pdf 5 Diunduh pada 2013 Juni 17, pukul 21.00. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/lainnya/13prospek%20pupuk%20organik%20dan%20pupuk%20hayati.pdf
3 Komunikasi pemasaran dapat dikatakan efektif, jika tujuan dari strategi komunikasi pemasaran tercapai. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat dilihat dari perubahan sifat konsumen yang terdiri dari tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek konatif (tindakan). Sumarwan (2004) mengatakan bahwa pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk atau jasa tersebut, serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pada dasarnya kegiatan komunikasi pemasaran mempunyai hubungan antara produsen dan konsumen, sehingga perlu upaya pemasaran yang kuat dari produsen untuk meyakinkan konsumen mengenai produk yang dipasarkannya. Hal ini diperlukan untuk merebut perhatian konsumen agar tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Untuk itu sangat diperlukan pengetahuan konsumen tentang produk yang ditawarkan. Menurut penelitian Lidya (2013) proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli barang atau jasa dipengaruhi oleh karakteristik konsumen. Mempelajari kebutuhan konsumen dapat memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keunggulan produk, penentuan harga, saluran pemasaran, dan pesan iklan serta bauran pemasaran lainnya. Konsumen memiliki karakteristik yang dapat dilihat berdasarkan demografi, ekonomi, dan sosial. Menurut Sumarwan (2004) karateristik demografi dapat dilihat berdasarkan usia, agama, suku bangsa, warga Indonesia keturunan, pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, jenis keluarga, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial. Unit usaha produk pupuk organik Greenadia ada berawal dari keprihatinan seorang produsen pupuk organik kepada petani yang semakin banyak menggunakan pupuk kimia. Untuk itu munculnya unit usaha pupuk organik Greenadia tersebut merupakan trobosan baru yang dapat membantu perekonomian Desa Cibatok Satu. Produk pupuk organik Greenadia ini dapat meningkatkan penghasilan pertanian yang ada di sekitar Desa Cibatok Satu tersebut. Unit usaha tersebut masih tergolong sangat sederhana. Bentuk strategi promosi yang dikembangkan oleh unit usaha pupuk organik ini akan menjadi media informasi utama bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Strategi promosi yang dilakukan produsen untuk memasarkan pupuk organik masih tergolong sederhana melaui promosi penjualan, penjualan langsung atau tatap muka, dan cerita dari mulut ke mulut (Word Of Mouth). Permintaan terhadap produk pupuk organik Greenadia semakin lama semakin berkembang, tetapi dalam hal pemasarannya yang dilakukan masih kurang efektif. Oleh karena itu, penelitian ini dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik Greenadia di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
4 Perumusan Masalah Pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada konsumen mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Dalam pengenalan produk, biasanya konsumen mencari informasi penting mengenai produk tersebut dan mengevaluasi apakah produk tersebut sesuai kebutuhan atau tidak sebelum melakukan pembelian. Keberhasilan suatu produk dapat dilihat dari komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen. Produk pupuk organik Greenadia yang berada di Desa Cibatok merupakan unit usaha yang bergerak di bidang pertanian. Unit usaha ini masih tergolong kecil, sehingga butuh suatu komunikasi pemasaran yang tepat. Efektifnya suatu pemasaran produk dapat dilihat dari tercapainya suatu tujuan pemasaran yang ingin di capai. Hal ini diperkuat menurut penelitian (Amalia 2012) mengatakan bahwa keberhasilan suatu komunikasi pemasaran dapat dilihat dari keefektivitasannya. Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran yang efektif adalah mampu memenuhi kebutuhan informasi para calon pengunjung dan menarik perhatian calon pengunjung agar melakukan kunjungan. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Lidya (2013) menunjukkan terdapat pengaruh karakteristik komunikasi pemasaran terhadap efektivitas komunikasi pemasaran, tepatnya pada aspek afektif dan konatif. Penelitian (Lidya 2013) menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi pemasaran dipengaruhi oleh karakteristik konsumen dan keterdedahan terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran. Berdasarkan pemikiran di atas dapat dibangun beberapa masalah penelitian yang dapat dirumuskan oleh pernyataan-pernyataan berikut ini : 1. Bagaimana karakteristik konsumen, keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran, dan efektivitas komunikasi pemasaran produk pupuk organik? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran pupuk organik? 3. Bagaimana hubungan antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pupuk organik? Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mendeskripsikan karakteristik konsumen, keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran, dan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran pupuk organik. 3. Menganalisis hubungan antara keterdedahan komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pupuk organik.
5 Kegunaan Penelitian 1.
2.
3.
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: Civitas akademik Bagi civitas akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi permasalahan komunikasi pemasaran yang ada di desa. Penelitian ini mencoba memaparkan mengenai efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik Greenadia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi akademisi lainnya untuk melakukan penelitian yang terkait dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada pupuk organik. Bagi produsen pupuk organik Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi produsen pupuk organik dalam menerapkan strategi pemasaran yang lebih baik agar pemasaran tersebut efektif. Bagi masyarakat (Konsumen) Penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih memilih dan menggunakan pupuk organik sebagai salah satu pupuk yang baik untuk tanaman.
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kolter 1997). Menurut Kennedy dan Soemanegara (2006), pemasaran adalah pertukaran. Pertukaran yang dilakukan sedikitnya oleh dua pihak dengan tujuan memperoleh kepuasan. Dalam kajian pemasaran kita mengenal istilah bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, promotion, dan place. Kotler (1997) menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik dari pada pesaing. Terlihat pada (Gambar 1) konsep pemasaran dimulai dengan pasar yang terdefinisi dengan baik, fokus pada kebutuhan pelanggan, dan mengintegrasikan semua kegiatan pemasaran yang mempengaruhi pelanggan. Sebagai imbalannya, pemasaran mencapai keuntungan dengan menciptakan hubungan yang langgeng dengan pelanggan yang tepat, berdasarkan nilai dan kepuasan pelanggan. Konsep Pemasaran
Kebutuhan pasar kepuasan
Pemasaran pelanggan terintegrasi
Keuntungan yang melalui pelanggan
Gambar 1 Konsep pemasaran Sumber : Kotler dan Amstrong (2008)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan yang digunakan perusahaan atau organisasi untuk menciptakan, memperkenalkan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang telah diproduksi untuk mencapai suatu tujuan yang memberikan suatu nilai kepada orang lain ataupun konsumen. Komunikasi Pemasaran Menurut Kennedy dan Soemanegara (2006) komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk media yang digunakan, daya tarik pesan, dan frekuensi penyajian. Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa komunikasi pemasaran merupakan sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Menurut Setiadi (2003) komunikasi pemasaran merupakan usaha menyampaikan pesan kepada publik terutama kepada konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan disebut bauran promosi. Disebut bauran promosi karena
8 biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara stimultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk. Tujuan komunikasi dalam komunikasi pemasaran menurut Kusumastuti (2009) adalah: 1. Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan. 2. Mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk, konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran. 3. Membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. 4. Menunjukkan perbedaan produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain. 5. Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Berdasarkan konsep periklanan, suatu iklan akan menarik bila menampilkan daya tarik tertentu yang sesuai dengan batas-batas nilai moral yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Kennedy dan Soemanagara (2006) marketing communication bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen. Tahap pertama yang ingin dicapai dari strategi marketing communication adalah tahap pengetahuan, tahap sikap, dan tahap perilaku. Pada tahap perubahan pengetahuan, pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada informasi tentang produk, mulai dari merek, fungsi, kegunaan, kemasan, dan figure pengguna produk. Pada tahap perubahan sikap, iklan bertujuan untuk memperkuat kedudukan merek dengan menggunakan strategi pesan misalnya kelebihan produk, gaya hidup, citra perusahaan. Sedangkan pada tahap perubahan perilaku, pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan mengapa produk ini terbaik jika dibandingkan dengan produk-produk lainnya dan menumbuhkan emosional terhadap brand. Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen, dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang. Respons atau tanggapan konsumen sebagai komunikan meliputi efek kognitif, afeksi, dan konatif atau perilaku. Tujuan komunikasi dan respons khalayak berkaitan dengan meningkatnya kesadaran (awareness) produk yang ditawarkan, menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut tentang produk tersebut. Selanjutnya, khalayak akan mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya, kemudian mengambil langkah (act) seperti membeli atau tidak membeli, hingga tindak lanjut (follow-up) seperti membeli kembali. Kennedy dan Soemanegara (2006) mengatakan bahwa dalam kajian pemasaran, setelah menentukan pendekatan strategi, maka strategi itu dapat diaplikasikan dalam sebuah perencanaan, dimana perencanaan ini disusun berdasarkan analisis terhadap peluang pasar, analisis pesaing, dan pemasaran sasaran (target marketing). Segmentasi merupakan hal yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam marketing communication. Segmentasi memiliki ciri khusus yang dibatasi oleh usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan batasan geografis.
9 Tahapan Pencapaian Tujuan Komunikasi
Strategi Komunikasi
Awareness Stage
Knowledge Changes Strategy
Interest Stage
Attitude Changes Strategy
Loyalty Stage
Behaviour Changes Strategy
Gambar 2 Tahap pencapaian tujuan komunikasi dan strategi komunikasi Sumber : Kennedy dan Soemanagara (2006)
Berdasarkan konsep AIDA, kegiatan promosi memerlukan pengetahuan yang cukup tentang pola perilaku, kebutuhan, dan segmen pasar. Konsep tersebut diharapkan membuat konsumen dapat melakukan pembelian berkesinambungan. Menurut Kennedy dan Soemanagara (2006) teknik pemasaran perlu juga memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa penggunaan visual dan pesan yang tepat adalah syarat utama dari keberhasilan sebuah program promosi. Tahaptahap komunikasi dan strategi pesan disusun untuk menumbuhan kesadaran atas keberadaan sebuah produk dan layanan (awareness), membangkitkan keinginan untuk memiliki atau memperoleh produk (interest), dan mempertahankan loyalitas pelanggan (loyalty). Dalam kajian komunikasi, tahap ini dikenal sebagai AIDDA, yaitu Attention, Interest, Desire, Decision, dan Action, sedangkan dalam kajian perilaku konsumen dikenal sebagai Tricomponent Attitude Model, yaitu Cognitive (pengetahuan), Affection (perasaan), dan Conative (kecenderungan perilaku). Setiadi (2003) menjelaskan model komunikasi pemasaran yang meliputi sender atau juga disebut sumber. Pertama kali pesan komunikasi datang dari pemasar yang berperan sebagai sumber, kemudian pemasar merancang pesan, yang akan disampaikan kepada konsumen, sedemikian rupa agar dapat dipahami dan direspons positif oleh konsumen. Keseluruhan proses dari perancangan pesan sampai penentuan jenis promosi yang akan dipakai disebut sebagai proses encoding. Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima, kemudian penerima akan memberikan respons terhadap pesan yang disampaikan, pesan yang disampaikan diharapkan akan mempengaruhi perilaku konsumen. Proses memberikan respons dan mengintepretasikan pesan yang diterima disebut sebagai
10 proses decoding. Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen, jika pesan yang sampaikan diterima secara positif maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif terhadap produk akan mendorong kepada pembelian. Proses terakhir yaitu feedback atau umpan balik atas pesan yang dikirim. Umpan Balik
Sumber
Encoding
Pemasar
Agency, tenaga penjual, iklan, personal selling, sales promotion, public relation, direct marketing
Transmisi
Decoding
Radio, TV, surat kabar, majalah, brosur
Respon & inerpretasi oleh penerima
Tindakan
Perilaku konsumen
Gambar 3 Model komunikasi pemasaran Sumber: Setiadi (2003)
Kusumastuti (2009) mengatakan agar pesan persuasif dan benar-benar efektif, maka sebelum disampaikan perlu dirancang secara matang. Langkah awal untuk menarik perhatian yaitu melalui rancangan AIDA. Pesan yang disampaikan melalui komunikasi pemasaran dapat berhasil merangsang tindakan konsumen setidaknya harus memenuhi urutan pesan AIDA, yaitu: a. Attention : mengandung daya tarik. b. Interest : mengandung minat. c. Desire : memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki. d. Action : mengarah tindakan untuk membeli. Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa pemasar harus memahami unsur-unsur fundamental dari komunikasi yang efektif. Terdapat dua model yang bermanfaat yaitu model makro dan mikro. Model makro dari proses komunikasi terdiri dari pengirim menggunakan kode sebagai simbolik untuk menyampaikan pesan yang akan ditafsirkan sampai kepada penerima. Penerima pesan akan memberikan tanggapan (respons) dan umpan balik. Model tersebut menekankan pada faktor-faktor utama dalam komunikasi yang efektif. Pengirim harus mengirimkan pesan melalui media yang menjangkau pendengar sasaran dan mengembangkan saluran umpan balik untuk memantau tanggapan. Sedangkan model mikro dari komunikasi pemasaran berkonsentrasi pada tanggapan spesifik konsumen untuk berkomunikasi. Model mikro dari komunikasi merangkum empat model hirarki tanggapan klasik. Model hirarki tanggapan dapat dilihat pada Tabel 1.
11
Tahapan
Tahap Kognitif
Tabel 1 Model hirarki tanggapan Model Model Model Model Hierarki InovasiAIDA Pengaruh Adopsi Atensi/ Perhatian
Model Komunikasi Pemaparan
Kesadaran
Kesadaran
Penerimaan Tanggapan kognitif
Pengetahuan Minat Tahap Afektif
Minat Rasa suka
Sikap
Preferensi Keinginan
Evaluasi
Maksud
Keyakinan Percobaan
Tahap Perilaku
Tindakan
pembelian
Perilaku Adopsi
Sumber : Kotler dan Keller (2007)
Saluran komunikasi dapat bersifat pribadi dan nonpribadi (Kotler dan Keller 2007). Saluran komunikasi pribadi melibatkan dua atau beberapa orang yang berkomunikasi langsung satu sama lain dengan tatap muka, satu orang dengan audiens, melalui telepon, atau melalui email. Saluran komunikasi pribadi memperoleh efektivitasnya melalui persentasi dan umpan balik yang bersifat perseorangan. Sedangkan saluran komunikasi non-pribadi adalah komunikasi yang diarahkan pada lebih dari satu orang dan mencakup media, promosi penjualan, acara-acara khusus, dan pemberitaan. Media terdiri dari media cetak, media elektronik, dan media pajangan. Pada promosi penjualan terdiri dari promosi konsumen (seperti sampel gratis, kupon, dan premi), promosi dagang, dan promosi bisnis. Acara-acara khusus dan pengalaman mencakup olahraga, hiburan, dan penyelenggaraan acara-acara khusus dan juga kegiatan-kegiatan formal yang menciptakan interaksi merek baru dengan konsumen. Hubungan masyarakat mencakup komunikasi yang diarahkan secara internal pada karyawan perusahaan atau secara eksternal pada konsumen, perusahaan-perusahaan lain, pemerintah, dan media. Menurut Setiadi (2010) saluran komunikasi personal menggunakan saluran pendukung, pakar, dan sosial. Saluran pendukung terdiri atas wiraniaga yang menghubungi konsumen di pasar sasaran. Saluran pakar terdiri atas pakar independen yang memberikan pernyataan kepada konsumen. Saluran sosial terdiri atas temen, tetangga, anggota keluarga, dan perkumpulan yang berbicara kepada konsumen di pasar sasaran. Sedangkan saluran komunikasi non personal yaitu menyampaikan pesan tanpa melakukan kontak atau interaksi pribadi. Tetapi
12 dilakukan melalui media cetak, media penyiaran, media elektronik, dan media display. Bauran Komunikasi Pemasaran Menurut Kusumastuti (2009), di dalam pemasaran terdapat istilah bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 4P, yaitu product, price, promotion, dan place. Dari bauran pemasaran tersebut yang termasuk bentuk dari komunikasi pemasaran adalah promosi (promotion). Dalam kajian promosi terdapat juga istilah bauran promosi (promotional mix). Bauran promosi adalah sasaran yang ingin dicapai melalui promosi, anggaran yang akan dikeluarkan, pesan yang disampaikan dan metode promosi yang akan digunakan. Selain itu, ada faktorfaktor yang harus dipertimbangkan perusahaan dalam mengembangkan bauran promosi yaitu jenis pasar produk, strategi dorong lawan atau strategi tarik, tahap kesiapan konsumen, tahap siklus daur hidup produk, dan peringkat pasar perusahaan (Kotler 2002). Konsep yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan dikenal dengan bauran promosi (Kusumastuti 2009). Terdapat lima elemen bauran promosi, yaitu periklanan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relations and publicity), dan pemasaran langsung (direct marketing). Selain itu, menurut Kotler dan Keller (2009) istilah bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) untuk aktivitas pemasaran yang berhubungan dengan promosi. Bauran komunikasi pemasaran ini terdiri dari delapan model komunikasi utama, yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal.
Periklanan Iklan di media cetak dan elektronik, gambar bergerak, brosur, booklet, poster, leaflet, direktori, billboard, display, material audiovisual, logo dan simbolik, videotape
Tabel 2 Teknik bauran promosi Public Promosi Penjualan Relations dan Penjualan Tatap Muka Publisitas Kontes, Press kits, Presentasi permainan, pidato, penjualan, undian, seminar, pertemuan hadiah, laporan penjualan, pameran, tahunan, program eksibisi, donasi, amal, insentif, demostrasi, sponsorship, pameran kupon, rabat, courtesy call, perdagangan pembiayaan majalah bunga rendah, perusahaan hiburan
Sumber : Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009)
Pemasaran langsung Katalog, surat, telemarketing, electronic shopping, TV shopping, fax mail, e-mail, voicemail
13 Menurut Kusumastuti (2009) bauran promosi (Marketing Mix) perusahaan harus mendistribusikan total anggaran promosi untuk lima alat promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan tatap muka, dan pemasaran langsung. Lima alat promosi dapat dijelaskan sebagai berikut: Periklanan (advertising) merupakan model komunikasi yang dapat menjangkau publik secara luas. Iklan dapat digunakan untuk membangun image jangka panjang dan juga mempercepat quick sales. Selain itu, iklan juga bersifat baku dan dapat ditayangkan berulang-ulang serta dapat memperoleh efek dramatisi dari iklan yang dapat ditayangkan tersebut. Namun, iklan hanya dapat membawa pesan secara monolog (komunikasi satu arah). Sedangkan menurut Tjiptono (2008), iklan merupakan bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk. Disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Daya tarik iklan sangat penting karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan masyarakat. Terdapat tiga tujuan utama dari periklanan, yatu menginformasikan, membujuk dan mengingatkan. Periklanan informatif berarti pemasar harus merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan iklan. Iklan yang bersifat membujuk biasanya dituangkan dalam pesanpesan iklan perbandingan. Iklan yang bersifat mengingatkan, biasanya digunakan untuk produk-produk yang sudah mapan dan mempunyai kelompok konsumen tertentu (Setiadi 2010). Promosi penjualan (sales promotion) menurut Kusumastuti (2009) yaitu suatu alat promosi yang mempunyai tiga manfaat yaitu pertama, komunikasi merupakan sarana untuk menarik perhatian dan memberikan informasi yang akhirnya mengarahkan konsumen kepada produk. Hal tersebut memberikan kontribusi nilai tambah kepada konsumen dan juga dapat secara aktif mengajak konsumen membeli produk yang ditawarkan. Menurut Setiadi (2010) promosi penjualan merupakan upaya pemasaran yang bersifat media dan nonmedia untuk merangsang coba-coba dari konsumen, meningkatan permintaan dari konsumen atau untuk memperbaiki kualitas produk. Menurut Kotler dan Keller (2009), promosi penjualan mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, penawaran pengembalian dana tunai, potongan harga, premi, hadiah, penghargaan, percobaan gratis, garansi, promosi silang, tampilan titik pembelian, dan demonstrasi). Hubungan masyarakat dan publisitas (public relation dan publisitas) menurut Kusumastuti (2009) yaitu alat promosi yang dapat menarik perhatian khalayak ramai jika memiliki kredibilitas yang tinggi dan tidak memasukan unsure penjualan, jadi hanya sebagai pemberi informasi. Public Relation dan publisitas juga memperoleh efek dramatisasi seperti yang terjadi pada iklan. Public Relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai pihak yang terlibat, mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi agar perusahaan dapat disukai atau dihormati oleh masyarakat. Menurut (Tjiptono 2008) Public relation dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh individu kunci dari suatu perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu lembaga formal dalam bentuk biro dan departemen.
14 Penjualan tatap muka (personal selling) merupakan alat promosi yang paling efektif pada siklus terakhir dari proses pembelian. Hal ini terjadi karena personal selling dapat membuat hubungan interaktif secara dekat, sehingga dapat mengenal konsumen secara lebih dalam dan lebih baik, sehingga dapat memberikan respons tepat. Keandalan personal selling adalah mendekatkan pelanggan dengan penjualan lewat penggunaan jalur-jalur distribusi produk melalui pendekatan personal. Penjualan tatap muka adalah satu-satunya alat promosi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen potensial secara langsung. Artinya, penjualan tatap muka merupakan aktivitas komunikasi antara produsen yang diwakili oleh tenaga penjual dengan konsumen potensial yang melibatkan pikiran dan emosi, serta berhadapan langsung. Karena berhadapan langsung dengan konsumen, maka penjualan tatap muka mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alat promosi lainnya (Kusumastuti 2009). Pemasaran langsung (direct marketing) merupakan alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang spesifik. Namun, pesan yang disampaikan melalui direct markeing dapat disesuaikan dengan karakter dan respons konsumen yang dituju serta dapat diperbaharui secara cepat (Kusumastuti 2009). Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam pemasaran langsung, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar (Tjiptono 2008). Pemasaran langsung juga dapat menggunakan sejumlah saluran untuk menjangkau calon pelanggan dan pelanggan perorangan, seperti surat langsung, pemasaran catalog, telemarketing, Tv Interaktif, kios, situs Web, dan peralatan bergerak (mobile) (Kotler dan Keller 2009). Pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) (Kotler dan Keller 2009) merupakan alat promosi yang sangat efektif untuk bisnis kecil yang di dalamnya pelanggan dapat merasakan hubungan yang lebih pribadi. Sedangkan menurut Sumarwan (2004) pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) yaitu bentuk promosi yang dilakukan oleh konsumen melalui perbincangan dengan konsumen lain, dan tidak ada satupun dari mereka adalah pemasar. Bentuk komunikasi pemasaran ini dapat terjadi karena kesan mendalam konsumen terhadap produk atau perusahaan tertentu sehingga konsumen tersebut ingin menyampaikan informasi yang diketahui tentang produk atau perusahaan tersebut kepada kerabat dekatnya. Komunikasi pemasaran melalui WOM tidak memerlukan biaya yang begitu besar, namun dapat memberikan dampak yang besar bagi perusahaan. Pupuk Organik Secara umum pupuk hanya memiliki dua bentuk, yaitu padat dan cair. Bila diperinci pupuk padat terdiri atas bermacam-macam bentuk, seperti serbuk, butiran, tablet, dan kapsul. Sementara pupuk cair hanya dibedakan atas kekentalan atau konsentrasinya yang berkaitan dengan kadar unsur yang dikandungnya. Kandungan unsur dalam pupuk juga akan menghasilkan warna pupuk yang berlainan. Ada pupuk yang berwarna hitam karena banyak mengandung humus atau gambut, ada pupuk yang berwarna abu-abu, seperti pupuk TSP, karena diambil dari bantuan fospat yang berwarna demikian, dan ada pula pupuk yang
15 berwarna putih bersih, seperti Urea sebaga hasil dari proses kimia unsur nitrogen. Namun, ada juga pewarnaan pupuk dengan maksud komersial agar menarik minat konsumen (Marsono dan Sigit 2001). Menurut Pianysah (2007) pupuk merupakan suatu solusi tepat untuk mengatasi kejenuhan tanah atas pupuk kimia yang kini sudah mulai dikeluhkan oleh banyak konsumen. Pupuk organik merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan produksi produk agribisnis yaitu dengan penggunaan pupuk organik (bebas bahan kimia) diharapkan kualitas produk agribisnis dapat ditingkatkan pengunaanya dan pemasarannya. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki pupuk organik di atas, perlu dilakukan analisis bisnis untuk lebih mengetahui prospek pupuk organik dimasa yang akan datang, selain itu terdapat berbagai tantangan dan peluang yang dihadapai perusahaan seperti yang telah disebutkan di atas membuat produsen pupuk harus bertindak untuk mencari berbagi alternatif penyelesaian untuk mempertahankan konsumen yang ada dengan tantangan besar yang akan dihadapi dan membuat peluang untuk mendapatkan konsumen baru. Dengan berbagai kondisi ini, produsen pupuk organik dituntut untuk tetap menjaga hubungannya dengan masyarakat, dengan terus mengomunikasikan keberadaan produknya yang tentu saja secara tidak langsung akan memperluas pangsa pasar. Menurut penelitian Aryanto (2004) terdapat karakteristik pupuk, dimana pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah, karena pupuk berisi satu atau lebih unsur yang habis terisap oleh tanaman. Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam ataupun buatan yang diberikan kepada tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah unsur-unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, strategi bauran promosi yang dilakukan oleh PT. Pupuk Kujang (Persero) seperti periklanan dan hubungan masyarakat atau penyuluhan masih dinilai kurang baik, karena konsumen pupuk urea Kujang belum banyak mengetahui kegiatan promosi yang dijalankan oleh perusahaan. Dari alternatif kesesuaian, strategi bauran pemasaran yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan adalah meningkatkan mutu pupuk urea Kujang agar dapat bersaing dengan produsen pupuk urea lainnya seperti Pusri. Selain itu strategi bauran promosi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah lebih mempublikasikan kegiatan promosinya, sehingga eksistensi produk pupuk Urea Kujang dapat terjaga di pasaran dan konsumennya. Beberapa bentuk promosi yang dilakukan oleh PT. Pupuk Kujang yaitu pameran dagang, demonstrasi plot atau penyuluhan, kemitraan, dan periklanan. Menurut penelitian Nainggolan (2008) penggunaan sarana produksi antar konsumen kelompok satu dengan kelompok dua di Desa Wonosari mempunyai perbedaan. Sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Sarana produksi bibit terdiri atas varietas, dosis, dan jumlah tanam. Sedangkan pupuk terdiri atas Urea, TSP, KCL, NPK. Serta obat-obatan yang terdiri atas Asterking, Bestok, Spontan, Skor, Fokker. Terdapat perbedaan penggunaan sarana produksi yang digunakan konsumen Kelompok I dengan konsumen Kelompok II, dimana letak perbedaannya terdapat pada varietas bibit padi, dan dosis yang digunakan untuk penggunaan pupuk serta obat-obatan. Varietas bibit yang digunakan konsumen Kelompok I adalah Maikongga dengan jumlah tanam sebanyak tiga bibit per lubang, sedangkan pada konsumen Kelompok II menggunakan varietas Siherang
16 dan Sihosari dengan jumlah tanam sebanyak 3-4 bibit/lubang, dan jumlah bibit yang terbanyak terdapat pada konsumen Kelompok II. Menurut penelitian Zulfah (2010) Poktan Bhineka I tidak melakukan kegiatan promosi. Produsen pupuk yang tergabung dalam APPOS tidak melakukan promosi sendiri-sendiri tetapi atas nama APPOS. Promosi APPOS termasuk di dalamnya Poktan Bhineka I didukung oleh Pemkab Subang melalui Dinas Pertanian, Dirjen Perkebunan Subang dan Dinas Perindustrian. Promosi yang dilakukan APPOS tersebut dilakukan dari mulut ke mulut, melalui pameran, dan internet. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kusumastuti (2009) mengatakan efektivitas berarti tercapainya tujuan yang diinginkan atau telah direncanakan. Tujuan dari strategi komunikasi pemasaran adalah mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen. Tahap pertama adalah tahap perubahan pengetahuan, dalam perubahan ini konsumen mengetahui keberadaan suatu produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan pada siapa produk itu. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap yang ditentukan oleh tiga unsur, yaitu unsur pengetahuan (cognition), perasaan (affection), dan perilaku (conation). Jika ketiga unsur ini menunjukkan adanya kecenderungan perubahan, maka mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap. Tahap ketiga yaitu tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain dan terbiasa menggunakan produk tersebut. Komunikasi pemasaran dapat dikatakan efektif jika tujuan dari strategi komunikasi pemasaran tercapai. Selain itu, komunikasi dalam pemasaran dapat juga dikatakan efektif jika konsumen memberikan timbal balik dan dampak yang diinginkan oleh pemasar. Dalam menciptakan komunikasi pemasaran yang efektif, cara yang dapat dilakukan oleh pemasar adalah merencanakan saluran komunikasi yang akan digunakan untuk memasarkan produknya. Menurut Prisgunanto (2006) secara garis besar terdapat tiga tingkatan dasar untuk the hierarchy of effect dalam praktik komunikasi pemasaran. Hal ini dapat dianggap sebagai tahapan dan posisi di mana pelanggan atau khalayak merespons dan memahami suatu produk dari hasil interaksi mereka lewat komunikasi pemasaran. Tahap itu terbagi beberapa tingkatan yaitu, Tahap Knowing (mengetahui/kenal), Tahap Felling (merasakan/hasrat), Tahap Action (tindakan terpengaruh). Pada perkembangannya, tahap ini menjadi sesuatu yang penting dalam komunikasi pemasaran untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam penggunaan pesan dalam promosi penjualan. Jelas pada tahapan ini banyak digunakan untuk melihat secara detail pengaruh yang ditimbulkan oleh sarana promosi dalam komunikasi pemasaran oleh suatu perusahaan atau organisasi. Dengan mengetahui tahap-tahapan dalam the hierarchy of effect tersebut, maka dapat diketahui pula sudah sejauh mana keberhasilan dari strategi pemasar yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi. Istilah untuk the hierarchy of effect concept itu sendiri untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Lavidge dan Steiner pada tahun 1961. Berkembang dan merasuknya teknologi informasi dalam komunikasi seiring dengan ledakan perkembangan dunia televisi dan radio menyebabkan kajian ini berkembang lebih pesat di era tahun 1970-an, berkembang ke arah pengukuran efektivitas dan operasionalisasi iklan atau promosi pemasaran dalam suatu produk atau jasa.
17 Dalam keperluan persamaan pengukuran efek komunikasi pemasaran, digunakan standardisasi tingkat efek-efek model dari keterlibatan respons pelanggan kepada komunikasi pemasaran (Prisgunanto 2006). Menurut Kennedy dan Soemanagara (2006) tujuan komunikasi yaitu untuk mencapai sejumlah perubahan yaitu perubahan pengetahuan (knowledge change), perubahan sikap (attitude change), perubahan perilaku (behaviour change). Menurut Setiadi (2003) peran sikap dalam pengembangan strategi pemasaran terlihat dari pengukuran sikap konsumen bagi pemasar yang merupakan hal sangat penting. Dengan mengetahui sikap, pemasar dapat mengidentifikasi segmen manfaat, menggembangkan produk baru dan memformulasikan serta evaluasi strategi promosional. Dalam pemahaman sikap konsumen merupakan hal yang sangat krusial. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi. Tabel 3 Efektivitas alat promosi suatu produk Alat Promosi Penjualan tatap muka Periklanan di media elektronik Periklanan di media cetak Promosi penjualan Promosi merek dan kemasan Lain-lain
Barang Konsumsi Tidak Tahan Lama 38.1 20.9
Barang Industri
Barang Konsumsi Tahan Lama
69.2 0.9
47.6 10.6
12.5
16.1
14.8
9.6 4.5
15.5 9.5
15.5 9.8
3.3
0.6
0.9
Sumber: Kusumastuti (2009)
Efektivitas komunikasi pemasaran dapat di pengaruhi oleh pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Amalia (2012), efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh suatu komunikasi pemasaran melalui tiga variabel yaitu rancangan pesan, ragam media yang digunakan, dan frekuensi peyampaian pesan. Rancangan pesan dianalisis dengan teori ANSVA, ragam media yang digunakan adalah bentuk komunikasi pemasaran yang digunakan untuk mempromosikan produk/perusahaan tersebut, dan frekuensi penyampaian pesan adalah jumlah berapa kali suatu pesan komunikasi pemasaran tersebut diperlihatkan. Berdasarkan hasil penelitian Amalia (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara dimensi rancangan pesan, ragam media yang digunakan, serta frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian Anggraeni (2011), efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh karateristik individu yang terdiri dari usia, pekerjaan, pendidikan, pengeluaran dan motivasi. Karateristik individu tersebut dapat mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Selain itu, menurut penelitian Lidya (2013) efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung dan karakteristik komunikasi pemasaran. Karakteristik pengunjung terdiri atas usia, jenis kelamin, kota tempat tinggal, pekerjaan,
18 pendidikan, pengeluaran per bulan, dan motivasi berkunjung. Karakteristik komunikasi pemasaran terdiri atas sumber informasi, media komunikasi, unsur pesan AIDA. Perilaku Konsumen Sumarwan (2004) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal atau kegiatan mengevaluasi. Pemasaran pada dasarnya bertujuan memenuhi kebutuhan dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen yang dituju atau konsumen sasaran (target konsumen). Tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemasar selama ini adalah bagaimana mempengaruhi perilaku konsumen agar dapat mendukung produk yang ditawarkan kepada mereka, ini menjadi dasar dilakukannya kegiatan promosi oleh pihak pemasar. Tujuan promosi yang dilakukan pemasar adalah untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli. Menurut Kotler dan Amstrong (2008) mengatakan perilaku pembeli konsumen mengacu pada perilaku pembelian akhir-perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari. Konsumen merespons berbagai usaha pemasaran melalui titik awal dari model perilaku pembelian berupa rangsangantanggapan yang di perhatikan pada (Gambar 4) ini memperlihatkan bahwa pemasaran dan rangsangan lain memasuki “kotak hitam” konsumen dan menghasilkan respons tertentu. Pemasar harus menemukan apa yang ada di dalam kotak hitam pembeli. Rangsangan pemasaran terdiri dari Empat P, product, price, place, promotion. Rangsangan lain meliputi ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Pemasar ingin memahami berbagai rangsangan itu diubah menjadi respons di dalam kotak hitam konsumen, yang mempunyai dua bagian. Pertama, karakteristik konsumen mempengaruhi bagaimana pembeli menerima dan beraksi terhadap rangsangan itu. Kedua, proses keputusan pembeli itu sendiri mempengaruhi perilaku pembeli. Proses keputusan pembelian dilakukan untuk melihat bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian. Proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Pengenalan kebutuhan pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini dirangsang oleh rangsangan internal dan eksternal. Kemudian konsumen mulai mencari informasi mengenai produk apa yang dapat memenuhi kebutuhannya, proses pencarian informasi konsumen hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Setelah memperoleh informasi produk konsumen akan mengevaluasi informasi tersebut dan membentuk penilaian terhadap produk tersebut. Setelah melakukan evaluasi alternatif, konsumen akan memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Pada tahap keputusan pembeli, konsumen membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada pada niat dan keputusan pembelian. Proses pembelian juga dipengaruhi oleh perilaku pasca pembelian, hal ini dapat dilihat berdasarkan kepuasan terhadap produk sesudah pembelian. Jika konsumen merasa puas maka akan ada kemungkinan untuk membeli produk tersebut lagi.
19 Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan membeli
Perilaku pasca pembelian
Gambar 4 Proses pengambilan keputusan pembelian Sumber : Kotler dan Amstrong (2008)
Menurut Sumarwan (2004) sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Konsumen memiliki karakteristik yang dapat dilihat berdasarkan demografi, ekonomi, dan sosial. Karakteristik demografi konsumen sangat terkait dengan konsep subbudaya. Subbudaya merupakan bagian yang lebih kecil dari budaya yang menggambarkan nilai-nilai, kepercayaan, ide, sikap, dan tindakan dari seorang individu. Keterkaitan antara demografi dan subbudaya terlihat dari dalam satu variabel demografi akan ada didapatkan subbudaya yang berbeda. Tabel 4 Karakteristik demografi dan subbudaya di Indonesia Karakteristik Demografi Contoh Subbudaya Anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa 1. Usia lanjut, lansia. 2. Agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha. Sunda, Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, 3. Suku bangsa Minahasa, Bugis. 4. Warga Indonesia keturunan Pribumi, Tionghoa, India, Arab. Pendapatan Miskin, menengah, kaya. 5. Jenis kelamin Laki-laki, wanita. 6. Status pernikahan Lajang, menikah, janda, duda. Orang tua tunggal, orang tua lengkap, 7. Jenis keluarga keluarga dengan satu anak, dua anak. Dosen, guru, buruh, karyawan, dokter, 8. Pekerjaan akuntan, montir, pengacara. 9. Lokasi geografi Jawa, Luar Jawa, Kota, Desa. Rumah Tangga Keluarga, Bukan Rumah 10. Jenis rumah tangga Tangga Keluarga (tinggal sendiri, tinggal bersama teman di asrama). 11. Kelas sosial Kelas atas, kelas menengah, kelas bawah. Sumber: Sumarwan (2004)
Karakteristik konsumen yang berdasarkan variabel ekonomi terdiri dari pendapatan dan pengeluaran sebagai indikator pendapatan konsumen. Menurut Sumarwan (2004), pendapatan adalah sumber daya material yang penting bagi konsumen. Karena dengan pendapatan, konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Pendapatan seorang konsumen juga dapat diindikasi dari jumlah pengeluarannya dalam setiap satu bulan. Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokkan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang dikonsumsi
20 konsumen. Kelas sosial juga mempengaruhi pemilihan toko, tempat pendidikan, dan tempat berlibur dari seorang konsumen (Sumarwan 2004). Kerangka Pemikiran Pupuk organik merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu pertanian. Namun, saat ini masih banyak konsumen yang kurang menyadari betapa pentingnya pupuk organik. Saat ini terlihat bahwa produk pupuk organik masih kurang diminati dibanding produk pupuk kimia. Faktanya pupuk organik mempunyai manfaat yang baik yaitu terbebas dari berbagai macam zat kimia yang dapat merusak lingkungan. Produk pupuk organik Greenadia merupakan produk pupuk organik yang masih tergolong unit usaha kecil menengah dan masih sederhana dalam penyampaian informasinya. Penyampaian informasi mengenai produk pupuk organik membutuhkan suatu pemasaran yang tepat agar pupuk ini dapat dikenal oleh masyarakat secara luas. Pemasaran pupuk organik membutuhkan suatu bentuk komunikasi pemasaran untuk memperkenal pupuk organik tersebut kepada konsumen. Bentuk komunikasi pemasaran yang dapat dilakukan adalah periklanan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), dan pemasaran langsung (direct marketing). Karakteristik konsumen diduga memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Karakteristik konsumen terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan tambahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diukur melalui sejauh mana tujuan komunikasi pemasaran itu tercapai. Tujuan komunikasi pemasaran adalah merubah sikap konsumen yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif. Selain itu, keterdedahan komunikasi pemasaran juga diduga berhubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Keterdedahan komunikasi pemasaran ini diukur melalui intensitas konsumen menerima bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen pupuk organik Greenadia melalui frekuensi penyampaian pesan. Sumber informasi adalah pihak yang memberikan informasi untuk memperkenalkan produk pupuk organik. Ragam pesan yang terdiri dari unsur pesan AIDA juga dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih produk tersebut, karena ragam pesan AIDA yang disampaikan melalui komunikasi pemasaran dapat berhasil merangsang tindakan konsumen. Unsur-unsur dalam pesan AIDA, di mana terdapat Attention (mengandung daya tarik), Interest (mengandung perhatian dan minat), Desire (memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki), Action (mengarah tindakan untuk membeli). Keterkaitan antar variabel tersebut dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar 5.
21
Karakteristik Konsumen • Usia • Jenis kelamin • Tingkat Pendidikan • Tingkat Pendapatan • Pekerjaan Tambahan
Efektivitas Komunikasi Pemasaran • Kognitif • Afektif • Konasi
Keterdedahan Terhadap Komunikasi Pemasaran • Frekuensi Penyampaian Pesan • Sumber Informasi • Ragam Pesan AIDA
Keterangan
: : Berhubungan
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian dari efektivitas komunikasi pemasaran Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran. 2. Terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran.
Definisi Operasional Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik konsumen adalah keadaan spesifik konsumen yang berkaitan langsung dengan dirinya, dapat diukur dengan : a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi konsumen penelitian. Diukur menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Usia Muda : 30 – 44 tahun 2. Usia Pertengahan : 44 – 54 tahun 3. Usia Tua : > 54 tahun
22 b. Jenis kelamin adalah sifat fisik konsumen seperti yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki oleh konsumen. Diukur menggunakan skala nominal. 1. Laki-laki 2. Perempuan c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh konsumen. Diukur menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Rendah : SD 2. Sedang : SMP 3. Tinggi : SMA d. Tingkat pendapatan adalah rata-rata uang (rupiah) yang didapatkan dalam setiap musim panen yaitu per empat bulan. Diukur menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan sebaran normal. 1. Rendah : pendapatan < rata-rata – (1/2 standar deviasi) : (pendapatan < Rp1 706 706) 2. Sedang : Rata-rata – (1/2 standar deviasi) < pendapatan < x + (1/2 standar deviasi : ( Rp1 706 706 < pendapatan < Rp4 393 294) 3. Tinggi : pendapatan > rata-rata + (1/2 standar deviasi) : (pendapatan > Rp 4 393 294) e. Jenis pekerjaan tambahan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen sebagai sumber sampingan atau pedapatan tambahan yang menghasilkan uang. Diukur menggunakan skala nominal yang dikategorikan menjadi tiga yaitu : 1. Tidak bekerja 2. Jasa 3. Wiraswasta 2. Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran adalah intensitas konsumen dalam menerima bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran. Dapat diukur dengan frekuensi penyampaian pesan, sumber informasi, dan ragam pesan yang berdasarkan unsur pesan AIDA. a. Frekuensi penyampaian pesan adalah banyaknya atau tingkat keseringan konsumen dalam menerima informasi mengenai pupuk organik Greenadia melalui bauran promosi atau bauran komunikasi pemasaran dalam komunikasi pemasaran. Variabel ini merupakan jenis data ordinal. Bentuk komunikasi pemasaran diukur berdasarkan seberapa sering informasi yang disampaikan kepada konsumen melalui bauran promosi tersebut dengan indikator: 1. Tidak pernah, skor 1 2. Jarang, skor 2 3. Sering, skor 3 4. Sangat Sering, skor 4 Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum pada frekuensi penyampaian pesan adalah 1.4 dan rataan skor maksimum adalah 3.00, sehingga jarak intervalnya adalah (3.00-1.4)/3= 0.53. Oleh karena itu, dapat diketahui skor dalam penyampaian pesan, sebagai berikut :
23 1. Skor 1.4-1.93 : Frekuensi rendah 2. Skor 1.94-2.46 : Frekuensi sedang 3. Skor 2.47-3.00 : Frekuensi tinggi b. Sumber informasi adalah pihak yang memberikan informasi mengenai pupuk organik Greenadia kepada konsumen. Variabel sumber informasi termasuk jenis data nominal. Berdasarkan data lapang yang diperoleh, sumber informasi dapat dibagi menjadi: (1) Leaflet (2) Teman/Kerabat; dan (3) Penjual pupuk organik Greenadia. c. Ragam pesan AIDA adalah tingkat kekuatan desain pesan dalam memberikan informasi kepada konsumen. Rancangan pesan diukur berdasarkan empat formula dimensi AIDA, yaitu attention, interest, desire, dan action. Pengkategorian untuk ragam pesan adalah rendah dan tinggi. Pengukuran menggunakan jenis data ordinal dengan dua kategori, yaitu : 1. Ya, skor 2 2. Tidak, skor 1 a. Attention adalah unsur dalam pesan mengenai keberadaan produk dan bentuk kemasan yang mampu menarik perhatian pembeli atau konsumen. b. Interest adalah unsur dalam pesan mengenai manfaat dan figur yang mampu menimbulkan minat konsumen atau konsumen. c. Desire adalah unsur dalam pesan yang mampu menimbulkan keinginan untuk membeli produk pada konsumen atau konsumen. d. Action adalah unsur dalam pesan yang mampu membuat konsumen melakukan tindakan nyata untuk membeli produk. Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum pada unsur pesan AIDA adalah 1.58 dan rataan skor maksimum adalah 2.00, sehingga jarak intervalnya adalah (2.00-1.58)/3=0.13. Oleh karena itu, dapat diketahui skor pada ragam pesan AIDA, sebagai berikut : 1. Skor 1.58-1.71 : Rendah 2. Skor 1.72-1.84 : Sedang 3. Skor 1.85-2.00 : Tinggi 3. Efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. a. Aspek kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan pengetahuan konsumen mengenai informasi produk pupuk organik Greenadia yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun berbagai sumber lain. Penilaian pada aspek kognitif berdasarkan jawaban konsumen. Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum pada aspek kognitif adalah 2.33 dan rataan skor maksimum adalah 3.66, sehingga jarak intervalnya adalah (3.66-2.33)/3=0.44. Oleh karena itu, dapat diketahui skor pada aspek kognitif, sebagai berikut : 1. Skor 2.33-2.77 : Rendah 2. Skor 2.78-3.21 : Sedang 3. Skor 3.22-3.64 : Tinggi
24 b. Aspek afektif adalah aspek yang berhubungan dengan keinginan, sikap suka atau tidak suka terhadap produk pupuk organik Greenadia. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu : 1. Sangat tidak setuju, skor 1 2. Tidak setuju, skor 2 3. Setuju, skor 3 4. Sangat setuju, skor 4 Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum pada aspek afektif adalah 3.00 dan rataan skor maksimum adalah 3.62 sehingga jarak intervalnya adalah (3.62-3.00)/3= 0.20. Oleh karena itu, dapat diketahui skor pada aspek afektif, sebagai berikut : 1. Skor 3.00-3.20 : Rendah 2. Skor 3.21-3.40 : Sedang 3. Skor 3.41-3.62 : Tinggi c. Aspek konasi adalah aspek yang berkenaan dengan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan nyata yang berkaitan dengan produk pupuk organik Greenadia. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu : 1. Sangat tidak setuju, skor 1 2. Tidak setuju, skor 2 3. Setuju, skor 3 4. Sangat setuju, skor 4 Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum pada aspek konasi adalah 2.33 dan rataan skor maksimum adalah 3.50 sehingga jarak intervalnya adalah (3.50-2.33)/3= 0.38. Oleh karena itu, dapat diketahui skor pada aspek konasi, sebagai berikut : 1. Skor 2.33-2.71 : Rendah 2. Skor 2.72-3.09 : Sedang 3. Skor 3.10-3.50 : Tinggi
METODE Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan kualitatif untuk memperkaya analisis. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada konsumen. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui pendekatan lapang secara langsung. Pendekatan kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan. Data kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai karakteristik konsumen, keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran, dan efektivitas komunikasi pemasaran. Sedangkan data kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari informan mengenai produk pupuk organik Greenadia. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik Greenadia dilakukan pada unit usaha pupuk organik Greenadia (pupuk cair) yang berada di Desa Cibatok satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan unit usaha pupuk organik tersebut berada di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu lokasi dipilih karena unit usaha pupuk organik ini merupakan sebuah usaha yang bergerak di sektor pertanian dan mayoritas penduduk RW 05, RW 06, dan RW 09 adalah petani. Unit usaha pupuk organik Greenadia ini cocok untuk penelitian mengenai efektivitas komunikasi pemasaran unit usaha kecil. Selain itu, penjualan pupuk organik Greenadia tersebut masih terbatas pada RW 05, RW 06, dan RW 09. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2013. Teknik Sampling Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang menggunakan pupuk organik Greenadia. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan pupuk organik Greenadia di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang khususnya RW 05, 06, dan 09. Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan melalui teknik sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono 2011). Sensus ini dilakukan kepada 30 orang konsumen pupuk organik Greenadia. Untuk mendapatkan data ketiga puluh konsumen yang menggunakan pupuk organik, peneliti harus menghampiri konsumen ke rumahnya masing-masing. Sedangkan pendekatan kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan.
26 Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Informan dalam penelitian ini merupakan para pengurus unit usaha pupuk organik Greenadia. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari kuesioner serta wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan. Sedangkan data sekunder sebagai data pendukung yang diperoleh melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan produk pupuk organik serta data demografi penduduk. Data primer yang berupa data kuantitatif, diperoleh melalui wawancara langsung dengan konsumen pupuk organik menggunakan kuesioner (lihat Lampiran 7). Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan seperti, pengurus atau pengelola unit usaha pupuk organik dengan menggunakan panduan pertanyaan (lihat Lampiran 8). Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari profil Desa Cibatok Satu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengenai kependudukan, letak geografis, demografis, dan gambaran umum lokasi penelitian secara keseluruhan, serta data yang berhubungan dengan produk pupuk organik. Teknik Analisis Data Data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner diolah secara statistik deskriptif. Selanjutnya data tersebut dipindahkan ke dalam Microsoft Excel 2007 yang telah disiapkan. Data-data tersebut kemudian diolah menggunakan SPSS 17,0. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Data yang analisis secara statistik deskriptif yaitu variabel karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan tambahan. Selain karakteristik konsumen, penulis juga mendeskripsikan keterdedahan komunikasi pemasaran dan efektivitas komunikasi pemasaran menggunakan tabel frekuensi. Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran terdiri dari frekuensi penyampaian pesan, sumber informasi, dan ragam pesan AIDA. Sedangkan efektivitas komunikasi pemasaran terdiri dari kognitif, afektif, dan konasi. Pengujian hubungan antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran dianalisis dengan menggunakan pengujian rank Spearman. Selain itu, untuk variabel karakteristik konsumen seperti usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan dengan efektivitas komunikasi pemasaran akan dianalisis menggunakan rank Spearman. Pengujian derajat hubungan dengan analisis rank Spearman, diinterpretasikan berdasarkan pandangan Hasan (2009) yang mengatakan koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga naik/turun. Jika koefisien berkorelasi bernilai negatif maka
27 variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan turun/naik. Pengujian hubungan antara variabel karakteristik konsumen seperti jenis kelamin dan jenis pekerjaan tambahan dengan sumber informasi akan dianalisis menggunakan Chi-Square. Menurut pandangan Siegel (1985), nilai-nilai yang biasa digunakan untuk α adalah 0.05 dan 0.01. Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 persen atau pada taraf nyata 0.1, dengan tingkat kepercayaan 90 persen, sedangkan menurut pandangan Nasution (2007) untuk mengetahui suatu hipotesis dapat diterima atau harus ditolak maka secara statistik dapat dihitung tingkat signifikansinya. Biasanya tingkat signifikansi ditentukan sebanyak 0.10, 0.05, dan 0.01. Bila peneliti lebih dahulu menentukan signifikansi atau tingkat kepercayaan 0.05 untuk menolak suatu hipotesis, maka ada kemungkinan 5 persen bahwa peneliti membuat kesalahan dalam keputusan menolaknya. Bila peneliti meneruskan tingkat signifikansi 0.10 maka kemungkinan mengambil keputusan yang salah adalah 10 persen, dan seterusnya.
GAMBARAN UMUM DESA CIBATOK SATU Kondisi Geografi Desa Cibatok Satu merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 174.4 ha. Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang secara umum berupa dataran yang berada pada ketinggian rata-rata antara 270 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 200 sampai 320C. Desa Cibatok Satu terdiri dari empat Dusun, sembilan Rukun Warga (RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Cibatok Satu adalah sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Jalan Raya Bogor, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Ciaruteun, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cibatok Dua, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Cibungbulang (Monografi Desa 2013). Kondisi Sosial dan Demografi Jumlah penduduk Desa Cibatok Satu sampai akhir bulan 31 Desember Tahun 2011, tercatat sebanyak 8 030 orang. Jumlah penduduk dibagi menjadi dua kategori yang terdiri atas jumlah laki-laki dan jumlah perempuan. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibatok Satu berdasarkan jenis kelamin Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah laki-laki 4 060 50.56 Jumlah perempuan 3 970 49.44 Jumlah total 8 030 100.00 Sumber : Data Monografi Desa Cibatok Satu (2013)
Tabel 5 memperlihatkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh, dimana jumlah penduduk laki-laki di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor sebanyak 4 060 orang dengan persentase sebesar 50.56 persen, dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 970 orang dengan persentase sebesar 49.44 persen. Jumlah secara keseluruhan dari penduduk Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor adalah 8 030 orang. Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor juga memiliki 2 000 kepala keluarga dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 0.02 km. Keadaan penduduk berdasarkan agama yang dianutnya dapat terlihat pada Tabel 6 seluruhnya menganut agama Islam. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki yang menganut agama Islam berjumlah 4 060, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan yang menganut agama Islam berjumlah 3 970. Dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang menganut kuat agama Islam, karena seluruh penduduk Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang tidak ada yang menganut agama lain selain agama Islam.
30 Tabel 6 Jumlah penduduk Desa Cibatok Satu berdasarkan agama yang dianut Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghucu Kepercayaan Kepada Tuhan YME Aliran Kepercayaan lainnya Jumlah Total
Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang) 4 060 3 970 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 060 3 970
Sumber : Data Monografi Desa Cibatok Satu (2013)
Tabel 7 menunjukkan mayoritas penduduk Desa Cibatok Satu berdasarkan mata pencaharian lebih cenderung mempunyai pekerjaan sebagai petani dan buruh tani, khusunya pada laki-laki, sedangkan perempuan cenderung lebih bermata pencaharian sebagai karyawan di perusahaan swasta. Selain itu penduduk Desa Cibatok Satu juga berprofesi sebagai pedagang, pegawai negri sipil, peternak, wiraswasta, supir angkot, dan lain-lain. Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Cibatok Satu Jenis pekerjaan Petani Buruh tani Pegawai Negeri Sipil Pengrajin industri rumah tangga Pedagang keliling Peternak Montir Bidan swasta Pembantu rumah tangga POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha kecil dan menengah Karyawan perusahaan swasta Karyawan perusahaan pemerintah Jumlah Total Penduduk `
Laki-laki (Orang) 500 300 300 50 20 25 50 0 0 10 25 200 100 25 1 515
Perempuan (Orang) 150 150 100 50 35 15 0 1 25 0 0 100 250 50 926
Sumber : Data Monografi Desa Cibatok Satu (2013)
Kondisi Keamanan Masyarakat Secara umum kondisi sosial politik serta ketentraman dan ketertiban di wilayah Desa Cibatok Satu cukup terkendali. Dalam hal ini, kehidupan politik warga masyarakat dapat tersalurkan sesuai dengan aspirasinya seiring dengan bergulirnya reformasi dan banyaknya partai politik yang berkembang pada saat ini. Berkaitan dengan masalah keamanan dan ketertiban, dapat disampaikan bahwa pada tahun 2009, situasi dan kondisi Desa Cibatok Satu terbilang aman. Adapun
31 untuk penangulangan gangguan keamanan dan ketertiban dalam penanganannya, pemerintah desa bekerja sama dengan Linmas desa, Babinkantibmas polsek Cibungbulang dan Babinsa Koramil Cibungbulang untuk mengamankan serta memberikan penyuluhan tentang penanganan keamanan secara swadaya dan penyuluhan tentang bahaya penggunaan narkoba umumnya pada remaja. Adapun jumlah anggota Pelindung Masyarakat (Linmas) sampai saat ini tercatat sebanyak 16 orang. Berkaitan dengan keberadaan dan kelembagaan Linmas, dimana saat ini sudah ada di Pemerintah Kabupaten Bogor adanya Kantor Kesbang dan Linmas yang mengatur tentang keberadaan Linmas di tingkat Kabupaten Bogor, sesuai dengan berubahnya organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bogor. Kondisi Pertanian Kodisi pertanian yang berada di Desa Cibatok Satu, khusunya pada konsumen yang menggunakan pupuk organik Greenadia cenderung pada pertanian tanaman pangan. Terlihat pada Tabel 8, bahwa komoditas pertanian yang banyak di tanam adalah padi. Pertanian padi paling unggul mempunyai persentase tertinggi sebesar 76.67 persen. Hal ini dikarenakan bahwa Desa Cibatok Satu RW 05, RW 06, RW 09 lebih banyak yang bertanam tanaman pangan seperti padi, jagung, dan singkong. Tabel 8 Jumlah dan persentase komoditas pertanian Desa Cibatok Satu tahun 2013 Komoditas pertanian Jumlah (Orang) Persentase (%) Padi 23 76.67 Jagung 3 10.00 Singkong 4 13.33 Potensi yang terdapat di Desa Cibatok tersebut selain komoditas padi, terdapat tanaman bengkuang, jagung, terong, ubi, buncis, pisang, talas. Potensi di daerah ini lahannya yang subur, masyarakatnya pun masih sangat antusias dalam menanam tanaman selain singkong untuk menambah pendapatan mereka. Tanaman bengkuang ditanam secara tumpang sari dengan tanaman jagung, dimana tanaman bengkuang ditanam ditengah lahan gundukan, sedangkan jagung itu ditanam di samping tanaman bengkuang sehingga mereka dapat memanfaatkan lahan yang seadanya dan memperoleh penghasilan tambahan yang berlipat. Tanaman bengkuang biasanya ditanam pada bulan April dan panen pada bulan Agustus, tanaman bengkuang ini panen pada saat lima bulan kemudian, sedangkan jagung biasanya dapat ditanam pada Oktober dan panen pada bulan Desember. Gambaran Kelompok Tani Kelompok Tani yang berada di Desa Cibatok Satu terdiri dari Kelompok Tani Silih Asih, Silih Asuh, Silih Asah. Kelompok Tani Silih Asuh merupakan salah satu kelompok tani yang aktif dalam kegiatan pembangunan Desa Cibatok Satu khususnya dalam bidang pertanian. Kelompok Tani Silih Asuh yang berlokasi di Desa Cibatok Satu. Kelompok tani ini diketuai oleh Pak Usnadi,
32 seorang sarjana pertanian lulusan Universitas Padjajaran. Secara umum, kegiatan perekonomian warga berasal dari sektor pertanian, meskipun ada beberapa warga yang mengandalkan perekonomiannya di sektor jasa. Hal itu dibuktikan dengan masih luasnya lahan pertanian yang ada di Rw 06 Desa Cibatok dengan tingkat kesuburan tinggi (baik) hingga sedang. Lahan persawahan dan perkebunan sangat mendominasi wilayah tersebut. Komoditas unggulan wilayah tersebut ialah padi, singkong, jagung, dan bengkuang. Selain itu juga ada beberapa komoditas seperti kacang, cabai, terong, dan buncis. Ada juga beberapa warga yang melakukan usaha tambak ikan yang diaplikasikan di kolam yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil lapang, sebagian besar lahan pertanian yang ada di wilayah mereka berstatus hak milik sendiri. Anggota Kelompok Tani Silih Asuh juga menanam terong, talas, ubi, dan buncis. Tanaman ini tidak semua petani menanamnya, hanya petani-petani tertentu yang mempunyai lahan yang besar atau lahan sisa untuk menanamnya. Tanaman ini kurang berpotensi di desa ini, karena tanaman ini hanya sebagai nilai tambah atau sebagai penghasil tambahan. Tanaman yang masih menjadi nomor satu didaerah ini yaitu tanaman padi. Masalah yang menjadi utama yaitu keberadaan hama-hama yang terdapat dalam tanaman tersebut. Hasil temuan yang didapatkan yaitu terdapat hama beruang angin, wereng putih, ulat tanah, cacing, tikus, lembing hitam, kukang hitam, semut merah. Terdapat seseorang yang berpengaruh besar dalam Kelompok Tani Silih Asuh. Pak Usnadi adalah seorang ketua kelompok tani yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesuksesan kelompok tani terebut. Pak Usnadi adalah seorang sarjana lulusan dari Universitas Padjajaran (UNPAD). Beliau lebih memilih menjadi petani dari pada menjadi pekerja di swasta. Pak Usnadi mempunyai keahlian dalam pembuatan pupuk organik nabati yang dapat digunakan oleh kelompok tani tersebut dan sekitarnya, sehingga tanaman pertanian mereka menjadi lebih baik dan subur. Kepercayaan anggota kelompok tani kepada ketua kelompok tani sering terjadi dalam pemberian modal kepada anggota binaannya. Anggota kelompok tani diberikan kemudahan dalam mendapatkan kredit. Kepercayaan yang telah terbina sesama anggota kelompok tani ini memudahkan dalam memenuhi kebutuhannya sehingga anggota kelompok tani tersebut dapat melanjutkan usaha pertaniannya. Anggota kelompok tani saling memiliki kepercayaan sehingga mau menerapkannya. Hal ini telah memudahkan pemasaran produk pupuk cair nabati yang hanya dipasarkan di kalangan terbatas. Jaringan yang terjalin dengan ketua kelompok tani yaitu adanya kerjasama dengan Pak Widodo, yang merupakan Doktor di Institut Pertanian Bogor. Kerjasama ini yakni dengan pengadaan bakteri yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik. Pak Usnadi sebagai pimpinan dari Kelompok Tani Silih Asuh tidak menetapkan aturan yang khusus dalam kelompok tani tersebut. Salah satu contohnya, Pak Usnadi membebaskan para anggotanya untuk menjual atau tidak hasil dari produknya dan beliau tidak mematok harga hasil pertanian mereka. Selain itu, terdapat peraturan dalam meminjam modal dimana Pak Usnadi mempersilahkan anggota kelompok tani meminjam modal dan mengembalikannya setelah panen selesai.
33 Hal yang sering menjadi masalah para anggota Kelompok Tani Silih Asuh adalah masalah pendanaan. Dalam mengatasi permasalahan tersebut Pak Usnadi banyak berperan dalam membantu pendanaan. Pak Usnadi menolak segala bentuk pendanaan dari pemerintah. Beliau menganggap apabila ia menerima bantuan dana dari pemerintah maka beliau harus membuat laporan keuangan. Hal inilah yang membuat kelompok tani ini tidak menerima bantuan dari pemerintah.
GAMBARAN UMUM UNIT USAHA PUPUK ORGANIK GREENADIA Sejarah Singkat Unit Usaha Unit usaha pupuk organik Greenadia mulai berdiri sejak tahun 2006. Awal muncul unit usaha ini yaitu untuk mencari suatu inovasi mengenai pupuk organik yang dapat meningkatkan kualitas pertanian yang lebih efektif dan efisien. Pupuk organik Greenada ini didirikan oleh seorang sarjana Universitas Padjajaran (UNPAD) yang bernama Ir. Usnadi. Beliau merupakan sarjana pertanian yang ingin mengembangkan pertanian di Desa Cibatok Satu. Beliau mengembangkan usaha produk pupuk organik tersebut karena melihat keprihatinan terhadap petani yang sudah lama menggunakan pupuk kimia dan menggunakan pestisida kimia yang dapat merusak lingkungan. Pada awal tahun 2006 pupuk organik Greenadia ini dibuat untuk meningkatkan penghasilan petani yang ada di Desa Cibatok Satu tersebut. Usaha pupuk organik Greenadia ini masih tergolong usaha kecil menengah yang hanya dijalankan oleh beberapa orang saja. Perkembangan pupuk organik yang berskala kecil ini sebelumnya tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam hal produksi. Produksi pupuk yang sebelumnya hanya menjangkau pada RW 06 saja yang sebelumnya sebagai lahan percontohan pemakaian pupuk organik Greenadia, tetapi sekarang pemasaran pupuk organik tersebut sudah bisa mencapai ke dalam dua kecamatan. Greenadia merupakan pupuk organik cair yang di produksi oleh produsen pupuk organik yang merupakan trobosan terbaru untuk meningkatkan pendapatan para konsumen khususnya di Desa Cibatok Satu. Greenadia memiliki unsur hara dan mikro yang sangat lengkap yang dapat membantu menyuburkan tanaman. Selain itu, Greenadia juga dapat digunakan sebagai biopestisida dan biofertilizer untuk tanaman pangan pada saat tanaman tersebut terkena hama dan penyakit. Bahan dasar yang paling bagus digunakan untuk membuat pupuk organik cair Greenadia adalah kotoran kelalawar yang disebut guano. Keunggulan dari produk pupuk organik Greenadia yaitu terbuat dari bahan dasar guano (kotoran kelalawar). Kotoran kelalawar ternyata membawa khasiat yang sangat besar bagi pertumbuhan pertanian. Selain pupuk organik cair Greenadia, produsen pupuk organik juga menjual pupuk organik padat (kompos) yang mempunyai nama G-Tricoganik. G-Tricoganik adalah pupuk padat yang diproduksi juga oleh produsen pupuk yang berada di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Harga yang ditawarkan oleh produsen pupuk organik Greenadia adalah Rp50 000 per liter. Pupuk organik Greenadia dapat dibagi dua macam yaitu Greenadia padi dan Greenadia jagung. Cara penggunaaan pupuk organik Greenadia ini biasanya disemprotkan. Sedangkan pupuk organik padat yang disebut G-Tricoganik dijual dengan harga Rp20 000 per karung. Cara penggunaan pupuk organik padat (G-Tricoganik) yaitu tidak disemprot melainkan disebar di atas permukaan tanah. Pupuk yang dijual oleh produsen organik terdiri dari Greenadia, G-Tricoganik,G-Jagung, Ben-Prima, Prima Fresh. Manfaat dari pupuk organik cair Greenadia ini adalah untuk mempercepat pertumbuhan, menghijaukan daun, dan memperkuat batang pada tanaman. Kegunaan G-Tricoganik sebagai pengendali agensi hayati, sebagai
36 penyubur tanah, sebagai pengendali pada busuk akar, dan sebagai pengendali dari hama akar ganda. Sedangkan pada produk prima fresh mempunyai kegunaan untuk meningkatkan masa kelayuan pada hasil produk yang dihasilkan. Distribusi penjualan pupuk organik Greenadia ini sebelumnya masih sangat terbatas pada kecamatan Cibungbulang, tetapi sekarang sudah sampai pada kecamatan Leuwiliang. Promosi yang dilakukan oleh produsen pupuk organik ini masih tergolong sangat sederhana, karena untuk pengembangan usaha ini tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, sehingga promosi yang dilakukan oleh produsen pupuk organik ini sendiri masih melalui promosi penjualan, penyuluhan, penyampain dari mulut ke mulut (word of mouth), penjualan langsung dan masih penggunaan leaflet sederhana. Penjualan pupuk organik Greenadia ini diperkenalkan pada saat ada penyuluhan dan seminar. Penjulan pupuk organik Greenadia ini belum sampai pada skala besar, karena untuk merubah persepsi konsumen terhadap pupuk organik Greenadia ini sangat sulit, sehingga butuh waktu untuk merubah persepsi konsumen untuk menggunakan pupuk organik. Unit usaha pupuk organik Greenadia ini mempunyai tempat produksi dan distribusi di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan unit usaha pupuk organik Greenadia ini masih terbatas pada skala kecil dan belum memiliki gerai untuk penjualan pupuk organik Greenadia. Visi dari usaha pupuk organik Greenadia ini adalah pertanian yang ramah lingkungan dan memberikan terobosan yang terbaik bagi para petani agar meningkatkan hasil pertanian. Misi dari usaha pupuk organik Greenadia ini adalah memperkenalkan kepada konsumen secara bertahap produk pupuk organik cair melalui penyuluhan, perorangan, dan dari mulut ke mulut adanya produk pupuk yang dapat digunakan sebagai biofestilizer dan biopestisida yang ramah lingkungan. Struktur Organisasi Unit Usaha Struktur organisasi dalam usaha pasti sangat diperlukan, baik dalam lingkup unit usaha kecil maupun dalam suatu perusahaan besar. Struktur organisasi dalam suatu usaha sangat penting, karena dalam struktur organisasi terdapat penanggung jawab pada bagian masing-masing. Dibawah ini adalah gambar struktur organisasi yang ada dalam unit usaha pupuk organik Greenadia. Dalam produksi atau pembuatan pupuk organik Greenadia ini seluruh bagian membantu dalam pembuatan, karena dalam pembuatan pupuk organik Greenadia tidak terdapat pekerja yang khusus dalam membuat pupuk organik. Ketua
Bagian Keuangan
Bagian Pengelolaan
Bagian Pengemasan
Bagian Pemasaran
Gambar 6 Struktur organisasi unit usaha pupuk organik Greenadia
37 Struktur organisasi pada unit usaha ini masih tergolong sangat sederhana. Dimana struktur organisasi bisa dilihat pada Gambar 6 diatas hanya terdiri dari ketua, bendahara (bagian keuangan), bagian pengelolaan, bagian pengemasan, dan yang terakhir bagian pemasaran. Bagian-bagian tersebut adalah tanggung jawab yang diberikan ketua terhadap bagian-bagian yang disediakan. Tugas dari masingmasing bagian yaitu : 1. Ketua Ketua Unit usaha pupuk organik Greenadia ini bertugas sebagai pemimpin dan bertanggung jawab atas jalannya suatu usaha pupuk organik Greenadia, agar berhasil dan tercapainya tujuan yang diinginkan produsen pupuk organik Greenadia ini, maka ketua harus menjalankan tugasnya dengan baik. 2. Bagian Keuangan (Bendahara) Bagian ini bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas administrasi dan keuangan. 3. Bagian Pengelolaan Bagian ini bertanggung jawab atas pengelolaan pupuk organik Greenadia. Bagian pengelolaan memegang tanggung jawab yang besar. Dimana beliau bertugas sebagai penanggung jawab saat memproduksi atau pengelolaan pupuk organik cair Greenadia sesuai dengan permintaan konsumen khususnya para petani. 4. Bagian Pengemasan Bagian ini bertanggung jawab atas pengemasan produk pupuk organik Greenadia. Bagian ini bertugas untuk mengemaskan apabila pupuk organik Greenadia sudah diolah. 5. Bagian Pemasaran Bagian ini bertanggung jawab atas pemasaran produk pupuk organik Greenadia. Bagian pemasaran ini mempunyai peranan yang besar dalam memberikan suatu informasi kepada calon pembeli maupun konsumen yang sudah membeli, agar produk pupuk organik Greenadia yang berada di Desa Cibatok Satu dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat secara luas. Bauran Promosi Unit Usaha Bentuk komunikasi pemasaran merupakan langkah produsen pupuk organik dalam mengkomunikasikan produknya kepada konsumen dengan menggunakan periklanan, promosi penjualan, penjualan langsung, humas dan publisitas, dan mulut ke mulut (word of mouth) untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen. Adapun bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia dari awal berdiri sampai saat ini dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini yaitu promosi penjualan, penjualan tatap muka, dan mulut ke mulut (word of mouth). 1. Promosi penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan merupakan promosi yang cukup meningkatkan minat konsumen. Unit usaha pupuk organik Greenadia ini melakukan kegiatan promosi dengan menggunakan potongan harga dan sampel gratis untuk konsumen agar konsumen tertarik untuk membeli dan menggunakan pupuk organik Greenadia. Dalam kegiatan promosi ini, potongan harga yang dilakukan oleh produsen pupuk
38 organik Greenadia ini jika pembelian dalam skala besar, apabila pembelian dalam skala kecil tidak mendapat potongan harga. Selain potongan harga, unit usaha pupuk organik Greenadia ini juga memberikan sampel gratis bagi calon konsumen. Hal ini diberikan untuk konsumen yang baru menggunakan untuk membuat konsumen percaya bahwa pupuk organik Greenadia tersebut sangat baik untuk tanaman. Setelah calon konsumen mencoba terlebih dahulu baru akan membeli secara berkala dan berkesinambungan. 2. Penjualaan tatap muka (Personal Selling) Penjualan tatap muka atau langsung merupakan promosi yang efektif di lakukan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia. Penjualan tatap muka yang dilakukan unit usaha pupuk organik Greenadia ini biasanya dengan melakukan persentasi penjualan yang dilakukan pada saat pertemuan kelompok tani, dan biasanya konsumen membeli pupuk organik ini langsung bertatap muka dengan produsen pupuk organik Greenadia tersebut. Promosi yang dilakukan dengan penjualan tatap muka atau langsung sangat efektif dilakukan karena dapat membangun kepercayaan kepada konsumen mengenai suatu produk yang ditawarkan, dengan dilakukan penjualan secara tatap muka akan menciptakan saling kepercayaan yang kuat antara produsen atau penjual dengan konsumen. 3. Mulut ke mulut (Word of Mouth) Promosi yang dilakukan unit usaha pupuk organik Greenadia yang efektif juga dikenal dengan sebutan dari mulut ke mulut (word of mouth). Kegiatan promosi WOM ini berjalan dengan lancar dan baik. Bauran promosi dari mulut ke mulut ini yang sangat sering digunakan dalam unit usaha pupuk organik Greenadia ini. Bauran promosi dari mulut ke mulut ini sering digunakan karena tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga WOM ini sangat baik digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai produk pupuk organik Greenadia. Jenis- Jenis dan Cara Pembuatan Pupuk Organik Greenadia Pupuk adalah bahan kimia organik atau anorganik yang ditambahkan kedalam tanah atau jaringan tanaman dengan maksud untuk meningkatkan kadar unsur hara yang dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan, produksi dan kualitas tanaman menjadi lebih baik. Secara umum pupuk hanya memiliki dua bentuk, yaitu padat dan cair. Bila diperinci pupuk padat dapat terdiri bermacammacam bentuk, seperti serbuk, butiran, tablet, dan kapsul. Unit usaha pupuk organik ini yang berproduksi di Desa Cibatok, Kecamatan Cibungbulang ini memiliki beberapa produk diantaranya pupuk organik Greenadia, G-Tricoganik, dan G-Jagung. Perbedaan dari setiap pupuk organik tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Pupuk Organik Greenadia (lihat Lampiran 4) yaitu pupuk organik cair yang dihasilkan oleh produsen pupuk organik di Desa Cibatok Satu. Pupuk organik Greenadia ini merupakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran kelalawar yang disebut dengan guano. Pupuk organik Greenadia ini dapat digunakan sebagai Biopestisida dan Biofertilizer yang berguna sebagai pengendali hama pada tanaman, khususnya pada tanaman pangan padi. Pupuk organik Greenadia ini dapat digunakan juga untuk tanaman pangan lainnya. Selain itu, pupuk organik
39 Greenadia ini memiliki warna hitam yang sangat pekat dan mempunyai aroma yang tidak berbau. Kegunaan pupuk organik Greenadia yaitu mempercepat pertumbuhan pada tanaman, membuat daun menjadi lebih hijau dan meningkatkan penghasilan pertanian. Pupuk Organik G-Tricoganik (lihat Lampiran 4) merupakan pupuk organik padat yang dihasilkan juga oleh produsen pupuk organik yang berada di Desa Cibatok Satu. Pupuk organik G-Tricoganik ini merupakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan yang dicampur dengan serbuk gergaji. Pupuk organik G-Tricoganik ini dapat digunakan untuk semua tanaman. Biasannya pupuk organik G-Tricoganik ini digunakan untuk tanaman pangan dan palawija. Pupuk organik G-Tricoganik ini memiliki manfaat yaitu sebagai penyubur pada tanaman, sebagai penyehat pada batang tanaman, dan sebagai pengendali penyakit pada tanah. Pupuk Organik G-Jagung (lihat Lampiran 4) merupakan pupuk organik cair yang dihasilkan juga oleh produsen pupuk organik yang berada di Desa Cibatok Satu. Pupuk organik cair ini digunakan pada tanaman, khususnya tanaman jagung, pupuk organik G-Jagung ini mempunyai manfaat yaitu sebagai pencegah atau sebagai pengendali penyakit bulai, bercak daun, karat, busuk tongkol, dan busuk pada biji. Selain itu kegunaan dari pupuk organik G-Jagung yaitu meningkatkan pertumbuhan vegetatif pada diameter batang, tinggi tanaman, bobot basah, dan pembentukan buah. Unit usaha pupuk organik Greenadia masih dalam unit usaha kecil menengah. Dibawah ini adalah contoh cara pembuatan pupuk organik Greenadia dalam skala kecil (lihat Lampiran 3). Pembuatan pupuk organik Greenadia ini memerlukan alat seperti : ember, drijen, corong, aerator, botol aqua, dan bahannya terdiri dari : air, gula merah, guano (kotoran kelalawar), dan khamir seperti ragi untuk mempercepat pengomposan pupuk. Cara yang harus dilakukan dalam pembuatan pupuk organik Greenadia sebagai berikut : 1. Langkah pertama Gula merah yang mempunyai berat satu setengah (1.5) kg ditambahkan dengan satu liter air bersih untuk melarutkannya dan dipanaskan dengan menggunakan kompor. Gula merah yang dilarutkan (1.5) kg hanya dapat digunakan untuk pembuatan pupuk organik Greenadia sebesar lima liter pupuk organik cair. Berikut adalah contoh melarutkan gula merah dengan air bersih, kemudian diaduk hingga merata dan terakhir didinginkan (lihat Lampiran 3). 2. Langkah kedua Campurkan 1 kg guano dengan air lima liter yang sudah di masukan kedalam ember hitam, lalu diaduk hingga merata sampai guano tersebut tercampur dengan air. 3. Langkah ketiga Setelah guano tersebut tercampur dengan air hingga merata (langkah 2) lalu tambahakan gula merah yang sudah dicairkan dan sudah dingin kedalam ember tersebut, lalu aduk kembali hingga merata.
40 4. Langkah keempat Setelah tercampurnya guano, air, dan gula merah, selanjutnya akan ditambahkan khamir (semacam ragi) untuk mempercepat fermentasi pada guano. Takaran untuk khamir kurang lebih sekitar dua sendok makan yang akan dicampurkan bersama guano, gula merah, dan air. Lalu diaduk hingga merata kesemuannya. 5. Langkah kelima Setelah semua bahan sudah dicampurkan dan sudah diaduk hingga merata, lalu masukan pupuk organik cair yang sudah dicampur kedalam drijen dan ditutup dengan menggunakan tutup yang sudah diberi lubang dan dipasang dengan dua selang. Selang pertama untuk disambungkan dengan aerator agar mendapatkan pernafasan, dan selang yang satu lagi disambungkan kedalam botol aqua yang berisi air untuk menghilangkan rasa bau guano. Setelah itu, didiamkan selama dua minggu agar dapat melakukan fermentasi. 6. Langkah keenam Setelah selesai diamkan selama dua minggu yang diberi pernapasan dengan menggunaan aerator, maka pupuk organik Greenadia akan melakukan fermentasi.
KARAKTERISTIK KONSUMEN, KETERDEDAHAN TERHADAP KOMUNIKASI PEMASARAN, DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN Karakteristik Konsumen Bab ini akan memaparkan mengenai jumlah dan persentase dari konsumen pupuk organik Greenadia di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hal ini dimaksudkan agar lebih tertata mengenai usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan tambahan bagi konsumen pupuk organik Greenadia. Data selengkapnya mengenai karakteristik konsumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9
Jumlah dan persentase karakteristik konsumen menurut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan tambahan tahun 2013
Karakteristik Konsumen Usia
Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Tingkat pendapatan
Pekerjaan Tambahan
Kategori Usia awal dewasa (30-44tahun) Usia pertengahan (44-54 tahun) Usia tua (>54 tahun) Total Laki-laki Perempuan Total SD SMP SMA Total Pendapatan Rendah (pendapatan < Rp1 706 706 per tiga bulan) Sedang (Rp1 706 706 < pendapatan < Rp4 393 294 per tiga bulan) Tinggi (pendapatan > Rp4 393 294 per tiga bulan) Total Tidak bekerja Jasa Wiraswasta Total
Jumlah (orang) 9 12 9 30 14 16 30 23 6 1 30 6
Persentase (%) 30.00 40.00 30.00 100.00 46.66 53.34 100.00 76.67 20.00 3.33 100.00 20.00
14
46.67
10
33.33
30 17 4 9 30
100.00 56.67 13.33 30.00 100.00
Tabel 9 menunjukkan persentase usia konsumen yang berada di Desa Cibatok Satu, tergolong pada usia menengah. Usia konsumen pupuk organik Greenadia terdiri atas tiga golongan yaitu, usia awal dewasa, usia menengah, dan usia tua. Terlihat dalam Tabel 9, bahwa usia konsumen yang menggunakan pupuk
42 organik Greenadia tergolong menengah, antara usia 44 tahun sampai dengan 54 tahun, dengan persentase sebesar 40 persen. Rata-rata konsumen yang menggunakan pupuk organik Greenadia tergolong usia menengah dan sudah dapat dikatakan produktif, karena konsumen yang sudah menginjak usia tua atau konsumen yang tergolong usia awal dewasa lebih cenderung menggunakan pupuk organik Greenadia atas dasar pengaruh dari konsumen lainnya, dan bukan atas dasar keinginan diri sendiri. Hal ini didukung oleh pernyataan konsumen pupuk organik Greenadia berdasarkan usia awal dewasa maupun usia tua sebagai berikut: “…saya menggunakan pupuk organik ini awalnya tau dari teman yang sudah berhasil dalam pertaniannya, lagi pula sawah saya tidak banyak jadi saya menggunakan pupuk organik Greenadia yang semprot ini setelah melihat hasil panen dari petani lainnya neng.” (EDN, 30 tahun)
“...sebelumnya saya menggunakan pupuk kimia neng, saya menggunakan pupuk organik semprot Greenadia ini belum lama neng karena teman-teman bertani lainnya memberikan saran untuk memakai pupuk organik Greenadia ini, karena pupuk organik Greenadia ini lebih bagus dari pada menggunakan pupuk kimia.” (OTB, 59 tahun) Konsumen berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai persentase yang berbeda. Perbedaan terebut dapat dilihat pada Tabel 9, konsumen yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai pesentase sebesar 46.66 persen dan konsumen yang yang berjenis kelamin perempuan mempunyai persentase sebesar 53.34 persen. Persentase laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan sedikit dalam penggunaan pupuk organik Greenadia. Hal ini dikarenakan, perempuan yang berada di Desa Cibatok, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor khusunya RW 05, RW 06, dan RW 09 lebih banyak bekerja sebagai petani. Perempuan menjadi petani dikarenakan suami mereka lebih memilih bekerja di luar daerahnya sendiri, seperti merantau di Jakarta sebagai pedagang. Mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Dapat disimpulkan bahwa konsumen perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan salah satu konsumen perempuan pupuk organik Greenadia sebagai berikut. “…biasanya saya neng yang suka beli pupuk organik Greenadia yang semprot, soalnya suami saya sih gak ada dirumah, merantau ke Jakarta, Tanggerang, jadi saya yang turun untuk bertani neng.” (EEN, 35 tahun) Tingkat pendidikan konsumen yang berada Desa Cibatok Satu tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9, tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu pada tingkat SD dengan persentase sebesar 76.67 persen, SMP mempunyai persentase sebesar 20 persen, dan SMA mempunyai persentase sebesar 3.33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa persentase tingkat pendidikan konsumen yang menggunakan pupuk organik Greenadia, memiliki persentase paling tinggi adalah SD. Berdasarkan data di atas, bahwa konsumen Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, masih mengenyam tingkat
43 pendidikan yang tergolong rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan data bahwa sebagian besar konsumen hanya lulusan SD dan tidak ada konsumen yang mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini didukung dengan pernyataan konsumen sebagai berikut: “…dulu mah, neng, sekolah susah, jadi sampe SD aja udah cukup. Kalau mau lanjut sekolah jaman dulu susah biayannya jadi lulus SD aja udah bersyukur neng.” (UCS, 53 tahun) Tingkat pendapatan konsumen yang berada di Desa Cibatok Satu tergolong sedang. Tingkat pendapatan dibagi menjadi tiga tingkat kategori, yaitu pendapatan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendapatan rendah kurang dari Rp1 706 706, sedangkan tingkat pendapatan sedang berkisar dari Rp1 706 706 sampai dengan Rp4 393 294, dan tingkat pendapatan tinggi lebih besar dari Rp4 393 294. Pendapatan ini dihitung untuk satu musim tanam yaitu dalam waktu empat bulan. Rata-rata konsumen Desa Cibatok Satu ini sebagian besar bertani tanaman pangan, seperti padi, singkong, dan jagung. Semakin besar pendapatan konsumen, maka pengeluaran konsumen untuk pupuk juga semakin banyak, biasanya pendapatan konsumen tergolong besar karena mempunyai lahan pertanian yang banyak sehingga pengeluaran untuk membeli pupuk organik Greenadia juga sebanding dengan hasil yang akan didapatkan dari pertaniannya. Pekerjaan pokok konsumen yang menggunakan pupuk organik Greenadia adalah petani. Selain itu, biasanya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen sebagai sumber pendapatan sampingan adalah sebagai supir dan berdagang. Tabel 9 menunjukkan pekerjaan tambahan yang dikerjakan konsumen desa Cibatok Satu digolongkan sebagai jasa dan wiraswasta. Pekerjaan tambahan yang dilakukan oleh konsumen yang berada di Desa Cibatok Satu khususnya RW 05, RW 06, RW 09 digolongkan menjadi tiga menurut hasil data yang didapat pada saat penelitian, yaitu tidak bekerja, jasa, dan wiraswasta. Berdasarkan Tabel 9, persentase konsumen yang tidak mempunyai pekerjaan tambahan sebesar 56.67 persen, sedangkan pekerjaan tambahan yang tergolong jasa memiliki persentase sebesar 13.33 persen, dan pekerjaan tambahan yang tergolong wiraswasta mempunyai persentase sebesar 30 persen. Hal ini dapat terlihat bahwa persentase paling besar pada golongan tidak bekerja. Konsumen Desa Cibatok Satu ini memang memiliki pekerjaan pokok sebagai petani sehingga lebih banyak konsumen yang tidak mempunyai pekerjaan tambahan. Tabel 10
Deskripsi karakteristik pertanian menurut lama bertani, dan lama penggunaan pupuk organik Greenadia tahun 2013
Karakteristik Pertanian Lama Bertani (tahun) Lama penggunaan pupuk organik Greenadia
Rata-Rata 17 2
Nilai Maksimum 40 4
Nilai Minimum 1 1
Standar Deviasi 12 1
Tabel 10 menunjukkan rata-rata lama bekerja menjadi petani selama 17 tahun. Sebagian besar petani yang berada di Desa Cibatok Satu telah memiliki pengalaman dalam mengelola pertanian yang cukup lama, sehingga mereka sudah
44 banyak mempunyai informasi mengenai pertanian. Lama bertani konsumen yang paling rendah adalah satu tahun, dan lama bertani paling tinggi pada konsumen pupuk organik Greenadia adalah 40 tahun. Selain itu, dalam penggunaan pupuk organik Greenadia dapat dilihat bahwa rata-rata dalam penggunaan pupuk organik Greenadia selama dua tahun. Hal tersebut terjadi karena unit usaha pupuk organik Greenadia ini masih tergolong sangat baru, dan perkembangan rata-rata penggunaan pupuk organik Greenadia masih tergolong sedang. Lama penggunaan pupuk organik paling tinggi adalah empat tahun, sedangkan lama penggunaan pupuk organik Greenadia paling rendah adalah satu tahun. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa lama penggunaan pupuk organik Greenadia masih rendah karena unit usaha produk pupuk organik ini masih tergolong usaha yang baru berkembang. Deskripsi Keterdedahan terhadap Komunikasi Pemasaran Keterdedahan terhadap Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Frekuensi Penyampaian Pesan, Sumber Informasi, Ragam Pesan AIDA. Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dapat dilihat dari frekuensi penyampaian pesan, sumber informasi, dan ragam pesan AIDA. Frekuensi penyampaian pesan adalah seberapa sering konsumen pupuk organik Greenadia menerima informasi yang telah dilakukan oleh produsen pupuk organik. Informasinya melalui promosi penjualan yang berupa potongan harga dan sampel gratis. Sedangkan penjualan tatap muka berupa pertemuan penjualan dan persentasi penjualan, dan yang terakhir adalah informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) atau cerita dari orang lain. Sumber informasi adalah penerimaan informasi mengenai pupuk organik melalui leaflet, teman atau kerabat, dan langsung dari penjual pupuk organik. Ragam pesan AIDA adalah tingkat kekuatan desain pesan dalam memberikan informasi kepada konsumen dengan formula pesan Attention, Interest, Desire, Action. Tabel 11 Jumlah dan persentase keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran tahun 2013 Keterdedahan terhadap Komunikasi Pemasaran
Kategori
Jumlah (Orang) Frekuensi Penyampaian Pesan Rendah 7 Sedang 15 Tinggi 8 Sumber informasi 0 Leaflet Penjual Pupuk Organik 26 Teman/Kerabat 4 Ragam Pesan AIDA Rendah 15 Sedang 10 Tinggi 5
Persentase (%) 23.33 50.00 26.67 00.00 86.67 13.33 50.00 33.33 16.67
Keterdedahan konsumen terhadap komunikasi pemasaran pada aspek frekuensi penyampaian pesan tergolong dalam kategori sedang. Terlihat pada Tabel 11, frekuensi penyampaian pesan tergolong dalam kategori sedang dan
45 menunjukkan persentase sebesar 50 persen dengan jumlah orang sebanyak 12. Frekuensi penyampaian pesan yang dilakukan oleh produsen pupuk organik Greenadia bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk pupuk organik Greenadia. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh produsen pupuk organik Greenadia, masih tergolong sangat sederhana melalui promosi penjualan, penjualan tatap muka, dan dari mulut ke mulut. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh unit usaha pupuk organik ini, yaitu seberapa sering konsumen mendapatkan informasi mendapatkan bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari promosi penjualan, penjualan tatap muka, dan cerita dari mulut ke mulut (word of mouth). Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan konsumen pupuk organik Greenadia mengenai infomasi pupuk organik sebagai berikut: “…dulu pernah neng dapat gratis, tapi pertama aja. Kalo potongan harga pernah dapat tapi jarang neng. Biasanya saya tau informasiinformasi pupuk organik dari teman-teman neng atau enggak biasanya saya dapat infomasi langsung dari penjual pupuk organiknya secara langsung.” (SH, 40 tahun) Sumber informasi yang digunakan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia untuk memperkenalkan produk pupuk organik tersebut adalah leaflet, teman atau kerabat, dan langsung dari penjual pupuk organik. Berdasarkan Tabel 11, sumber informasi pupuk organik yang sering dilakukan yaitu penjualan langsung oleh produsen pupuk organik yang memiliki persentase sebesar 86.67 persen. Selain itu, penyampaian produk pupuk organik Greenadia yang dilakukan yaitu melalui teman atau kerabat, mempunyai persentase sebesar 13.33 persen. Selain itu, informasi yang diterima oleh konsumen pupuk organik Greenadia, lebih banyak langsung dari produsen pupuk organik. Hal ini disebabkan karena produsen pupuk organik adalah ketua Kelompok Tani Silih Asuh di Desa Cibatok Satu dan penyuluh pertanian tingkat nasional. Untuk itu, konsumen Desa Cibatok Satu lebih percaya dengan produsen pupuk organik Greenadia sebagai sumber informasi dibandingkan kerabat dekatnya maupun leaflet. Tabel 11 menunjukkan persentase ragam pesan AIDA sebesar 50 persen konsumen tergolong dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan konsumen pupuk organik Greenadia tidak memperhatikan ketertarikan suatu produk atas dasar bentuk dan kemasaan, tetapi langsung kepada manfaat yang ada pada produk untuk keberhasilan pertanian yang mereka garap tersebut, sehingga ragam pesan yang mengandung unsur pesan AIDA terhadap konsumen pupuk organik Greenadia menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan salah satu konsumen mengenai pesan AIDA sebagai berikut: ”…saya beli pupuk organik Greenadia ini bukan liat dari bungkusannya atau kemasannya, maupun orang yang jual. Kalau masalah kemasan kurang saya perhatikan neng. Saya beli pupuk tersebut karena manfaatnya bagus neng, terus tidak terlalu mahal.”(SRT, 55 Tahun)
46 Deskripsi Efektivitas Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Kognitif, Afektif, dan Konasi Efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipahami melalui tiga komponen, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konasi. Kognitif merupakan aspek pengetahuan konsumen mengenai produk pupuk organik Greenadia. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa persentase pada aspek kognitif sebesar 40 persen. Hal ini dikategorikan sedang, karena tingkat pengetahuan konsumen terhadap pupuk organik Greenadia mengenai jenis pupuk organik yang dijual, manfaat pupuk, dan tempat pembelian pupuk sudah cukup baik. Konsumen lebih sering mengetahui pupuk organik Greenadia dari manfaatnya, bukan dari kemasan, komposisi, maupun kualitasnya. Selain itu, kategori dalam kognitif atau pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi. Dapat dilihat dalam Tabel 12, rata-rata jumlah orang yang mengetahui tentang pupuk organik Greenadia, hanya delapan orang dengan persentase 26.67 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan produk pupuk organik Greenadia menurut konsumen kurang penting, karena konsumen lebih melihat produk pupuk organik Greenadia dari keberhasilan terhadap suatu pertaniannya. Tabel 12 dapat menunjukkan persentase pada aspek afeksi (sikap konsumen) terhadap pupuk organik Greenadia sebesar 40 persen. Hal ini dapat dikategorikan bahwa afeksi konsumen terhadap pupuk organik tergolong tinggi. Tingginya afeksi konsumen disebabkan oleh perasaan konsumen yang senang menggunakan pupuk organik. Menurut konsumen pupuk organik Greenadia, pupuk tersebut dapat meningkatkan hasil pertanian mereka. Pupuk organik Greenadia sangat ramah lingkungan, dan penerapan pupuk organik Greenadia tidak terlalu sulit, sehingga sikap konsumen terhadap pupuk organik Greenadia sangat tinggi. Tabel 12 Jumlah dan persentase efektivitas komunikasi pemasaran tahun 2013 Efektivitas Komunikasi Jumlah Kategori Persentase (%) Pemasaran (Orang) Kognitif Rendah 10 33.33 Sedang 12 40.00 Tinggi 8 26.67 Afeksi Rendah 7 23.33 Sedang 11 36.67 Tinggi 12 40.00 Konasi Rendah 7 23.33 Sedang 11 36.67 Tinggi 12 40.00 Tabel 12 menunjukkan persentase konasi (tindakan) konsumen dalam menggunakan pupuk organik Greenadia sebesar 40 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konasi (tindakan) konsumen terhadap produk pupuk organik tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena konsumen sudah menggunakan pupuk organik Greenadia dan banyak konsumen yang akan tetap menggunakan pupuk organik Greenadia walaupun proses pertumbuhannya lama, dan produktivitas menurun. Hal ini disimpulkan bahwa konsumen akan tetap pada pendiriannya walaupun pupuk organik Greenadia dapat memperlambat pertumbuhan
47 tanamannya, hal tersebut yang menyebabkan konasi atau tindakan konsumen yang menjadi konsumen pupuk organik Greenadia tinggi.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN Penelitian ini menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Karakteristik konsumen terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan tambahan. Kelima faktor tersebut dihubungkan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil pengujian sebagai berikut : Tabel 13 Nilai korelasi karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran tahun 2013 Efektivitas Komunikasi Pemasaran Karakteristik Konsumen Kognitif Afeksi Konasi Usia -0.072 -0.423* -0.258 Jenis Kelamin 0.490 0.059* 0.758 Tingkat Pendidikan -0.042 -0.097 -0.174 Tingkat Pendapatan 0.185 -0.357* 0.184 Pekerjaan Tambahan 0.138 0.682 0.462 Keterangan : * berhubungan nyata pada p<0.10 Tabel 13 menunjukkan hasil pengujian hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik Greenadia. Dapat dilihat dari hasil uji tersebut tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik. Hubungan nyata dapat ditunjukan pada variabel karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan dengan afeksi pada efektivitas komunikasi pemasaran. Pembahasan lebih lengkap antara hubungan karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi pemasaran dapat dijelaskan dalam masing-masing subbab. Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pengujian hubungan antara usia dengan aspek kognitif (pengetahuan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.706 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari usia dengan aspek kognitif (pengetahuan) sebesar -0.072. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara usia dengan aspek kognitif cenderung lemah karena nilai -0.072 jauh dari angka satu. Pengetahuan rendah dikarenakan konsumen yang sudah menginjak usia tua, susah untuk mengubah kepercayaannya terhadap pertanian organik. Selain itu, konsumen pupuk organik kurang mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai pupuk organik Greenadia. Hal ini yang menyebabkan pengetahuan konsumen pupuk organik Greenadia menjadi rendah.
50 Hasil pengujian hubungan antara usia dengan aspek afeksi terdapat hubungan nyata. Hubungan nyata yang dibuktikan oleh nilai p-value sebesar 0.020. Nilai sebesar 0.020 lebih kecil dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek afeksi (sikap) sebesar -0.423. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara usia dengan afeksi cenderung sangat lemah, karena nilai -0.423 sangat jauh dari angka satu. Selain itu, nilai korelasi antara usia dengan aspek afektif yaitu negatif, yaitu semakin tua usia konsumen maka sikap konsumen terhadap penggunaan pupuk organik Greenadia semakin rendah. Rendahnya afeksi dikarenakan sulitnya untuk mengubah kepercayaan konsumen yang sudah tua terhadap penggunaan pupuk organik Greenadia, sehingga sikap konsumen cenderung tidak percaya seluruhnya terhadap produk pupuk organik yang baru. Pupuk yang sebelumnya digunakan oleh konsumen yaitu pupuk kimia, sedangkan pupuk organik Greenadia ini masih tergolong baru. Untuk itu, mengubah suatu kepercayaan konsumen yang sudah berpengalaman sangat sulit dan butuh waktu. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Alisa (2007) yang menyatakan bahwa usia petani yang menggunakan pupuk kompos kotoran ternak mayoritas berusia muda sehingga dapat dikatakan berpotensi untuk menerima inovasi dengan cepat. Pengujian hubungan antara usia dengan aspek konatif (tindakan) tidak memiliki hubungan nyata. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value sebesar 0.169 dan nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari usia dengan aspek konatif sebesar -0,258 sangat jauh dari angka satu yang menunjukkan sangat lemah. Berdasarkan nilai korelasi antara usia dengan konasi adalah negatif. Rendahnya tindakan konsumen untuk membeli pupuk organik Greenadia disebabkan oleh usia yang sudah tua, sudah tidak memperdulikan apakah pupuk kimia dapat merusak lingkungan atau tidak dan terhindar dari bahan kimia. Konsumen yang sudah tua lebih memilih menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik, karena pupuk kimia lebih murah, mudah menggunakannya, dan rata-rata konsumen yang sudah tua sulit untuk berpindah dari penggunaan pupuk kimia menjadi pupuk organik. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Hasil pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan kognitif tidak terdapat hubungan nyata dengan menggunakan pengujian analisis Chi-Square. Terlihat pada Tabel 13 dapat terlihat bahwa nilai signifikansi (taraf nyata) > alpha yaitu 0.490 > 0.10. Hal ini menunjukkan hubungan antara jenis kelamin terhadap kognitif (pengetahuan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran tidak signifikan. Konsumen laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan dalam hal pengetahuan. Hal ini juga diperkuat dalam Tabel 9 mengenai jumlah dan persentase konsumen, dimana konsumen laki-laki lebih sedikit dari konsumen perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa antara laki-laki dengan perempuan mempunyai perbedaan dalam pengetahuan pupuk. Rata-rata dari hasil jawaban konsumen mengenai pengetahuan, cenderung lebih mengetahui pupuk organik dari manfaat untuk pertanian dan bukan berdasarkan komposisi maupun kualitasnya. Biasanya konsumen laki-laki yang lebih banyak bekerja sebagai petani dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan konsumen laki-laki lebih memilih untuk bekerja di
51 luar daerahnya, sehingga pengetahuan terhadap pupuk yang digunakan untuk pertaniannya menjadi rendah. Hasil pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan afeksi terdapat hubungan nyata. Hubungan nyata ditunjukkan dengan menggunakan analisis ChiSquare, dapat terlihat pada tabel di atas bahwa nilai signifikansi (taraf nyata) < alpha yaitu 0.059 < 0.10. Hal ini juga dapat terlihat bahwa jenis kelamin dapat menetukan sikap konsumen produk tersebut. Konsumen laki-laki yang mengerti terhadap pertanian, cenderung lebih tertarik kepada produk pupuk organik secara keseluruhan dibandingkan dengan konsumen perempuan yang menggunakan pupuk organik karena hanya ikut-ikut konsumen yang sudah menggunakan, sehingga ketertarikan antara laki-laki dan perempuan terhadap pupuk organik Greenadia sangat berbeda. Hasil lapang menunjukkan ketertarikan konsumen terhadap pupuk organik lebih banyak kepada konsumen perempuan dibandingkan konsumen laki-laki. Hal ini disebabkan konsumen perempuan lebih banyak jumlahnya dan menggantikan pekerjaan laki-laki yang lebih memilih bekerja diluar daerahnya. Ketertarikan konsumen terhadap pupuk organik karena penerapan pupuk organik tersebut tidak merepotkan, penggunaan pupuk organik ramah lingkungan, dan mendapatkan produktivitas yang tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Lidya (2013) bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi aspek afektif pengunjung Serambi Botani, Mall Gandaria City. Hasil pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan konasi tidak terdapat hubungan. Hal ini ditunjukkan dengan menggunakan analisis Chi-Square, dapat terlihat pada tabel di atas bahwa nilai signifikansi (taraf nyata) > alpha yaitu 0.758 > 0.10. Jenis kelamin tidak berhubungan nyata terhadap konasi (tingkah laku atau tindakan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini juga dapat terlihat bahwa jenis kelamin tidak menentukan tindakan konsumen terhadap pembelian atau penggunaan produk pupuk organik tersebut. Konsumen laki-laki lebih mengerti dan senang dengan penggunaan pupuk organik Greenadia dibandingkan dengan konsumen perempuan, tetapi pada hasil lapang terlihat bahwa konsumen laki-laki dan perempuan cenderung sama dalam menggunakan pupuk organik Greenadia. Rata-rata konsumen laki-laki dan perempuan akan tetap menggunakan pupuk organik Greenadia walaupun harga pupuk tersebut meningkat, memperlambat pertumbuhan tanaman, dan dapat menurunkkan hasil panen mereka. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Tabel 13 memperlihatkan pengujian hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek pengetahuan dalam efektivitas komunikasi pemasaran menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah pvalue dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.797 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek kognitif (pengetahuan) sebesar 0.049. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pendidikan konsumen di Desa Cibatok Satu rata-rata sampai ke jenjang SD. Tingkat pendidikan paling tinggi, sehingga
52 pengetahuan konsumen mengenai pupuk organik Greenadia, baik jenis, manfaat, dan kualitasnya sama dengan konsumen yang memiliki pendidikan sampai jenjang SD. Dapat disimpulkan bahwa konsumen yang memiliki jenjang pendidikan SD maupun pada jenjang SMA, tidak mempunyai perbedaan dalam hal pengetahuan mengenai pupuk organik Greenadia. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan konsumen yang memiliki tingkat pendidikan sampai pada jenjang SMA sebagai berikut: ”…saya kurang mengerti neng pupuk organik yang berkualitas seperti apa, saya juga tidak tahu komposisi pupuk organik Greenadia terbuat dari apa neng, saya beli pupuk organik itu karena saya tahu dari temen atau langsung dari penjualnya neng.” (EEG 38, tahun) Hasil pengujian hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek afeksi (sikap) dalam efektivitas komunikasi pemasaran menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.611 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek kognitif (pengetahuan) sebesar -0.097. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek kognitif yaitu negatif. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan konsumen yang berjenjang SD lebih cenderung menyukai pupuk organik dibanding dengan tingkat pendidikan konsumen yang berjenjang SMA. Tabel 13 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek konasi (tindakan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran, menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.448 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek konasi (tindakan) sebesar 0.157. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek kognitif adalah positif. Konsumen Desa Cibatok Satu ini memiliki tingkat pendidikan rata-rata sampai tingkat SD, hanya satu konsumen yang mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA. Dalam hal ini tindakan konsumen dalam penggunaan pupuk organik Greenadia tidak didasarkan pada tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan konsumen yang mengenyam pendidikan sampai tingkat SD maupun sampai tingkat SMA akan tetap menggunakan pupuk organik Greenadia walaupun harga pupuk Greenadia tersebut naik. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan konsumen yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebagai berikut: ”…harga pupuk organik Greenadia tidak mahal neng, tetapi hasil panen saya tetap sama neng lebih sedikit neng, walaupun ramah lingkungan tetapi prosesnya menurut saya cukup lama neng dan saya akan tetap membeli pupuk itu neng, hasil dikit mungkin musimnya jelek neng.” (EEG, 38 tahun)
53
Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Tabel 13 yang memperlihatkan bahwa pengujian hubungan antara tingkat pendapatan dengan aspek pengetahuan dalam efektivitas komunikasi pemasaran, menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.348 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek kognitif (pengetahuan) sebesar 0.177 (terlampir). Nilai korelasi antara tingkat pendapatan dengan kognitif (pengetahuan) adalah positif. Dari hasil uji tersebut, tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pedapatan dengan kognitif (pengetahuan). Pengetahuan konsumen mengenai pupuk organik Greenadia tidak didasarkan pada tingkat pendapatan. Konsumen yang mempunyai pendapatan tinggi dalam aspek pengetahuan mengenai pupuk organik Greenadia, sama saja dengan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah. Pendapatan konsumen yang lebih besar didasarkan atas lahan pertanian yang luas, sehingga pendapatan dari hasil pertanian akan semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan konsumen mengenai pupuk organik Greenadia tersebut. Hasil pengujian hubungan antara tingkat pendapatan dengan afeksi (sikap) dalam efektivitas komunikasi pemasaran, menunjukkan terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.053 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek afektif (sikap/perasaan) sebesar -0.357. Nilai korelasi antara tingkat pendapatan dengan afeksi negatif, hal ini menunjukkan semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan semakin rendah afeksi (sikap) konsumen terhadap pupuk organik Greenadia. Hal ini disebabkan harga pupuk organik biasanya lebih mahal dibandingkan dengan pupuk kimia, sehingga semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan semakin rendah sikap konsumen untuk membeli pupuk organik. Selain itu, hubungan nyata antara tingkat pendapatan dengan afeksi (sikap) dikarenakan pupuk organik yang dijual oleh produsen mempunyai harga yang tidak mahal dibanding dengan pupuk organik lainnya, sehingga terdapat hubungan antara pendapatan dengan afeksi (sikap) konsumen terhadap pupuk organik Greenadia. Tabel 13 yang menunjukkan bahwa pengujian hubungan antara tingkat pendapatan dengan konasi (tindakan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada pvalue yang lebih besar dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.861 yang menggambarkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek konasi (tindakan) sebesar -0.333 (terlampir). Hal ini dikarenakan rata-rata pendapatan konsumen di Desa Cibatok Satu termasuk dalam kategori sedang, sehingga konsumen yang mempunyai
54 pendapatan tinggi masih memilih pupuk kimia yang mudah dalam penerapannya dibanding pupuk organik. Hubungan antara Pekerjaan Tambahan dengan Efektivitas Komunikasis Pemasaran Tabel 13 memperlihatkan bahwa pengujian hubungan antara pekerjaan tambahan dengan kognitif, afektif, dan konasi dalam efektivitas komunikasi pemasaran menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi Chi-Square, didapat nilai sebesar 0.138 untuk kognitif, 0.28 untuk afektif, dan 0.462 untuk konasi. Hal tersebut menggambarkan bahwa nilai lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Pekerjaan tambahan tidak mempunyai hubungan dengan kognitif (pengetahuan) karena pengetahuan konsumen mengenai produk pupuk organik sangat terbatas dan tergolong sedang sehingga pekerjaan tambahan yang dilakukan oleh konsumen tidak mempunyai hubungan dengan pengetahuan terhadap produk pupuk organik Greenadia. Seharusnya, pekerjaan tambahan konsumen berhubungan dengan pengetahuan, karena konsumen yang memiliki pekerjaan tambahan tidak selalu berada di lahan pertanian dan biasanya mereka akan mencari informasi mengenai pupuk organik Greenadia kepada kerabat dekatnya atau langsung kepada produsen pupuk organik agar pertanian konsumen tersebut sama seperti pertanian yang lainnya. Pekerjaan tambahan tidak memiliki hubungan dengan afeksi (sikap) konsumen dalam penggunaan pupuk organik Greenadia. Hal ini dikarenakan tidak terdapat perbedaan antara konsumen yang tidak memiliki pekerjaan tambahan dengan konsumen yang memiliki pekerjaan tambahan terhadap sikap dalam penggunaan pupuk organik Greenadia. Konsumen yang memiliki pekerjaan tambahan sebagai supir angkot maupun sebagai pedagang, memiliki sikap yang sama terhadap konsumen yang tidak mempuyai pekerjaan tambahan. Hubungan antara pekerjaan tambahan dengan konasi (tindakan) juga tidak memiliki hubungan. Hal tersebut karena konsumen yang memiliki pekerjaan tambahan mempunyai tindakan yang sama dalam pembelian pupuk organik Greenadia dengan konsumen yang tidak mempunyai pekerjaan tambahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tambahan tidak mempunyai hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini dapat didukung oleh penelitian Lidya (2013) menyimpulkan bahwa pekerjaan tidak mempengaruhi perilaku nyata atau tindakan pengunjung Serambi Botani, Mall Gandaria City.
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN Penelitian ini menganalisis hubungan antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu frekuensi penyampaian pesan, sumber informasi yang digunakan dan ragam pesan AIDA. Ketiga faktor tersebut dihubungkan dengan efektivitas komunikasi pemasaran, dimana efektivitas komunikasi pemasaran diukur berdasarkan tiga dimensi, yaitu aspek kognitif, afeksi, dan konasi. Tabel 14
Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan evektivitas komunikasi pemasaran tahun 2013
Keterdedahan terhadap Komunikasi Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pemasaran Kognitif Afeksi Konasi Frekuensi Penyampaian Pesan 1.000* 0.159 -0.426* Sumber Informasi 0.399 0.350 0.133 Ragam Pesan AIDA -0.018 0.361* -0.136 Keterangan : * berhubungan nyata pada p<0.10 Tabel 14 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan hubungan antara keterdedahan dengan efektivitas komunikasi pemasaran tidak terdapat hubungan nyata. Hipotesis peneliti yaitu semakin tinggi keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran, maka semakin tinggi efektivitas komunikasi pemasaran. Dari Tabel 14 di atas, hipotesis peneliti ditolak. Dimana variabel yang memiliki hubungan ditunjukan oleh frekuensi penyampaian pesan dengan aspek kognitif dan konasi. Selain itu, terlihat pada Tabel 14 bahwa ragam pesan AIDA memiliki hubungan dengan aspek afeksi. Hal ini disebabkan oleh frekuensi penyampaian pesan untuk memperkenalkan produk pupuk organik Greenadia masih tergolong sedang. Frekuensi penyampaian pesan yang dilakukan untuk memperkenalkan produk pupuk organik tersebut hanya melalui promosi penjualan, penjualan tatap muka, dan cerita dari mulut ke mulut (WOM), sehingga frekuensi penyampaian pesan yang dilakukan tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap aspek kognitif, afektif, dan konasi pada konsumen yang menggunakan pupuk organik tersebut. Keterbatasan biaya yang merupakan kendala unit usaha pupuk organik ini, sehingga alat untuk menyampaikan pesan masih tergolong sederhana. Sumber informasi yang dilakukan pada unit usaha pupuk organik Greenadia tersebut masih tergolong sederhana, karena sumber informasi mengenai pupuk organik Greenadia lebih banyak melalui produsen pupuk organik secara langsung, teman/kerabat, dan leaflet. Menurut produsen pupuk organik tersebut, informasi mengenai pupuk organik Greenadia ini lebih tepat apabila disampaikan secara langsung, karena pupuk organik Greenadia ini merupakan produk pupuk baru yang sangat bagus untuk tanaman. Untuk membuat konsumen percaya terhadap produk pupuk organik tersebut, informasi yang diberikan harus secara langsung, karena untuk merubah suatu inovasi baru kepada konsumen yang mempunyai pekerjaan pokok sebagai petani sangat sulit dan membutuhkan waktu.
56 Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan kognitif dan konasi. Selain itu ragam pesan AIDA juga berhubungan dengan afeksi. Hal ini berarti, semakin tinggi frekuensi penyampaian pesan maka akan semakin tinggi pengetahuan dan tindakan konsumen terhadap produk pupuk organik Greenadia. Hubungan antara Frekuensi Penyampaian Pesan dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Hasil pengujian hubungan antara frekuensi penyampaian pesan produk pupuk organik Greenadia dengan aspek kognitif (pengetahuan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran menunjukkan terdapat hubungan nyata. Hubungan nyata tersebut didasarkan pada p-value yang lebih kecil dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman sebesar 0.000 < 0.10. Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan aspek kognitif (pengetahuan) mempunyai hubungan yang sempurna. Dimana nilai korelasi didapatkan sebesar 1.000. Hubungan ini nyata karena nilai korelasi sama dengan angka satu. Hal ini dikarenakan frekuensi penyampaian pesan melalui bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia yaitu promosi penjualan, penjualan tatap muka, dan cerita dari mulut ke mulut (WOM) akan semakin meningkatkan pengetahuan konsumen mengenai pupuk organik tersebut. Pengetahuan konsumen tinggi karena konsumen akan lebih sering mendapatkan informasi mengenai pupuk organik tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Lidya (2013) yang menunjukkan bahwa banyaknya bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh pengunjung tidak berpengaruh terhadap aspek kognitif pengunjung Serambi Botani, Mall Gandaria City. Hasil pengujian hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan aspek afektif (sikap) tidak memiliki hubungan nyata. Hubungan tersebut didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman sebesar 0.405 > 0.10. Dapat disimpukan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi penyampaian pesan dengan aspek afeksi. Tidak terdapat hubungan karena frekuensi penyampaian pesan mengenai pupuk organik Greenadia ini terhadap aspek afektif masih sederhana, sehingga tidak mengubah sikap konsumen terhadap konsumen pupuk organik Greenadia. Hasil pengujian hubungan antara frekuensi penyampaian pesan produk pupuk organik Greenadia dengan aspek konatif (tindakan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran, menunjukkan terdapat hubungan nyata. Hubungan nyata tersebut didasarkan pada p-value yang lebih kecil dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman sebesar 0.019 < 0,10. Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan aspek konatif (tindakan) mempunyai hubungan yang negatif. Dimana nilai korelasi didapatkan sebesar 0.426. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi penyampaian pesan maka akan semakin rendah aspek konasi. Hal ini dikarenakan semakin beragam frekuensi penyampaian pesan maka akan semakin rendah aspek konasi (tindakan). Hal ini dikarenakan konsumen pupuk organik tersebut lebih suka mendapatkan informasi langsung dari penjual pupuk organik daripada banyak
57 informasi yang kadang membuat pusing konsumen. Hal ini dapat didukung oleh pernyataan konsumen sebagai berikut : “…saya lebih suka mendapatkan informasi langsung dari penjual pupuk organik dan temen bertani lainnya neng baru saya membeli, kalo terlalu banyak yang memberi informasi bukan malah bagus neng kadang jadi bingung neng.”(UCS, 53 tahun) Hubungan antara Sumber Informasi dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Hasil pengujian hubungan antara sumber informasi dengan aspek kognitif tidak terdapat hubungan nyata. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 15 bahwa nilai signifikansi (taraf nyata) > alpha yaitu 0.133 > 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa sumber informasi pemasaran terhadap kognitif (pengetahuan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran tidak signifikan. Hal ini disebabkan sumber informasi tidak mempunyai hubungan terhadap pengetahuan. Pengetahuan konsumen khususnya mengenai pupuk organik Greenadia tergolong sedang. Konsumen mengetahui informasi produk pupuk organik Greenadia dari teman atau kerabat, langsung dari penjual, dan leaflet. Dapat disimpulkan bahwa dari manapun sumber informasi mengenai pupuk organik, pengetahuan konsumen terhadap produk pupuk organik tetap sama, karena konsumen pupuk organik tidak terlalu memperhatikan komposisi maupun kualitas dari pupuk organik tersebut, tetapi mereka lebih mencari infromasi mengenai manfaat yang dihasilkan dari pupuk organik tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Alisa 2007) yang menyatakan bahwa sebagian besar petani mengetahui pupuk kompos kotoran ternak sebesar (97%) dari media yang disediakan yaitu berupa leaflet, dan hanya (3%) yang tidak mengetahuinya. Hasil pengujian hubungan antara sumber informasi dengan aspek afektif tidak terdapat hubungan nyata. Hal ini dapat terlihat pada tabel diatas bahwa nilai signifikansi (taraf nyata) > alpha yaitu 0.399 > 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa sumber informasi terhadap aspek afektif (sikap) dalam efektivitas komunikasi pemasaran tidak signifikan. Sumber informasi untuk menginformasikan produk pupuk organik tidak berhubungan nyata dengan sikap konsumen pupuk organik Greenadia. Hal ini dikarenakan bentuk penyampaian sumber informasi masih sangat rendah, karena media informasi produk pupuk organik Greenadia masih sangat sederhana melalui teman/kerabat, langsung dari penjual, atau leaflet yang kurang menarik, sehingga penyampaian informasi yang dilakukan kurang menarik perhatian konsumen. Tabel 14 menunjukkan bahwa pengujian hubungan antara sumber informasi dengan konasi tidak terdapat hubungan nyata. Hal ini dapat terlihat pada signifikansi (taraf nyata) > alpha yaitu 0.350 > 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa sumber informasi terhadap aspek konasi (tindakan) dalam efektivitas komunikasi pemasaran tidak signifikan. Sumber informasi tidak mempunyai hubungan terhadap konasi (tindakan) karena media informasi produk pupuk organik Greenadia masih sangat sederhana yaitu melalui teman/kerabat, langsung dari penjual, atau leaflet sehingga tindakan konsumen untuk membeli dan
58 menggunakan pupuk organik Greenadia bukan berdasarkan sumber informasi, tetapi atas dasar keinginan dari diri sendiri yang ingin beralih pada pertanian yang ramah lingkungan. Hubungan antara Ragam Pesan AIDA dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Tabel 14 memperlihatkan bahwa pengujian hubungan antara ragam pesan AIDA dengan aspek pengetahuan dalam efektivitas komunikasi pemasaran, menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata. Hubungan tersebut tidak nyata didasarkan pada p-value yang lebih besar dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Jumlah p-value dari hasil uji korelasi rank Spearman, didapat nilai sebesar 0.924 yang menggambarkan bahwa dengan nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau setara dengan 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek kognitif (pengetahuan) sebesar -0.018. Angka ini menunjukkan bahwa tidak hubungan antara ragam pesan AIDA dengan aspek kognitif cenderung lemah karena nilai 0.018 jauh dari angka satu dan memiliki korelasi yang negatif. Ragam pesan AIDA yang disajikan oleh unit usaha ini sudah cukup baik, dan informasinya harus lebih ditingkatkan. Ragam pesan AIDA tidak berhubungan dengan pengetahuan konsumen, karena pengetahuan mengenai pupuk organik secara jelas kurang diperhatikan oleh konsumen. Konsumen yang mengkonsumsi pupuk organik Greenadia tersebut langsung kepada manfaatnya dan bukan pada unsurunsur pesan lainny. Hasil pengujian hubungan dengan menggunakan rank Spearman terlihat pada Tabel 14, hubungan ragam pesan AIDA dengan aspek afektif berhubungan nyata. Hubungan nyata tersebut dibuktikan oleh nilai p-value sebesar 0.050. Nilai sebesar 0.050 lebih kecil dari alpha sebesar 0.10 atau 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari aspek afektif (kesukaan) sebesar -0.361. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara ragam pesan AIDA dengan afeksi cenderung sangat lemah, karena nilai -0.361 sangat jauh dari angka satu dan menunjukkan hubungan yang negatif. Hubungan tersebut negatif berarti, semakin tinggi ragam pesan AIDA yang dilakukan unit usaha pupuk organik maka akan semakin tinggi sikap konsumen dalam menggunakan pupuk organik Greenadia. Semakin banyak atau beragan pesan yang disampaiakan kepada konsumen, maka sikap konsumen yang menjadi konsumen pupuk organik Greenadia juga akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lidya (2013) menyatakan bahwa karakteristik pesan AIDA mempengaruhi aspek afektif pengunjung Serambi Botani, Mall Gandaria City. Pengujian hubungan antara ragam pesan AIDA dengan aspek konatif (tindakan) tidak memiliki hubungan nyata. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value sebesar 0.473, dan nilai tersebut lebih besar dari 0.10 atau 10 persen. Nilai koefisien korelasi dari ragam pesan AIDA dengan aspek konatif sebesar -0.136. Hubungan tersebut berarti semakin tinggi ragam pesan AIDA yang disampaikan maka semakin rendah tindakan konsumen dalam menggunakan pupuk organik tersebut. Rendahnya tindakan konsumen dalam pembelian pupuk organik dikarenakan konsumen tidak memperhatikan kemasan dan pesan-pesan yang ada pada kemasaan, tetapi konsumen membeli pupuk organik berdasarkan manfaat
59 yang ada pupuk organik tersebut dan berdasarkan hasil yang sudah terlihat oleh konsumen lain. Dapat disimpulkan bahwa tindakan dalam membeli pupuk organik Greenadia bukan atas dasar pesan AIDA melainkan manfaat atau keberhasilan dari produk pupuk organik tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik konsumen di Desa Cibatok Satu yang menggunakan pupuk organik Greenadia, sebagian besar tergolong usia menengah dengan pengalaman bertani yang cukup lama. Konsumen pupuk organik mempunyai perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Tingkat pendidikan konsumen tergolong rendah, karena konsumen pupuk organik Greenadia tersebut rata-rata sampai pada jenjang pendidikan SD. Pendapatan konsumen pupuk organik Greenadia di Desa Cibatok Satu tergolong pendapatan sedang. Hal ini dikarenakan konsumen pupuk organik Greenadia rata-rata tidak memiliki pekerjaan tambahan. Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dapat dilihat melalui frekuensi penyampaian pesan, sumber informasi, dan ragam pesan AIDA. Frekuensi penyampaian pesan yang dilakukan produsen pupuk organik tergolong sedang, karena frekuensi penyampaian pesan masih sangat sederhana. Sumber informasi yang paling sering diterima konsumen langsung melalui produsen atau penjual pupuk organik. Ragam Pesan AIDA pada produk pupuk organik Greenadia tersebut masih tergolong rendah. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konasi. Aspek kognitif (pengetahuan) pada konsumen pupuk organik Greenadia tergolong sedang, sedangkan pada aspek afeksi (sikap) dan konasi (tindakan) konsumen pupuk organik Greenadia tergolong tinggi. Efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia ini sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan karakteristik konsumen. Efektivitas komunikasi yang dilakukan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia belum dapat dikatakan efektif, karena pada aspek kognitif tergolong sedang, sedangkan aspek afektif dan konasi tergolong tinggi. Selain itu, sebagian besar hubungan antara karakteristik konsumen dengan aspek kognitif, afeksi, dan konasi tidak memiliki hubungan. Ada beberapa variabel yang berhubungan dan dapat ditunjukkan oleh usia berhubungan nyata negatif dengan afeksi dan tingkat pendapatan berhubungan nyata negatif dengan aspek afeksi. Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran sebagian besar tidak berhubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk pupuk organik. Hal tersebut dikarenakan konsumen pupuk organik Greenadia membeli produk pupuk organik Greenadia bukan berdasarkan seberapa besar informasi yang digunakan, siapa yang memberi informasi, dan ragam pesan AIDA yang ada, tetapi konsumen membeli dan menggunakan pupuk organik Greenadia tersebut berdasarkan manfaat yang diterima dan keberhasilan suatu produk tersebut terhadap tanaman yang ditanamnya, bukan berdasarkan kemasan, harga, maupun tokoh yang memberikan informasi mengenai produk pupuk organik tersebut. Hal ini terlihat bahwa terdapat beberapa variabel yang berhubungan nyata dan dapat ditunjukan oleh variabel frekuensi penyampaian pesan yang berhubungan dengan kognitif dan afektif, serta hubungan antara ragam pesan AIDA dengan afeksi.
62 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak unit usaha Pupuk Organik Greenadia adalah sebagai berikut : a.
b.
c.
Keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran tidak berhubungan dengan kognitif, afektif, dan konasi dalam efektivitas komunikasi pemasaran, maka pihak unit usaha pupuk organik ini sebaiknya meningkatkan penyampaian pesan mengenai pupuk organik Greenadia agar dapat meningkatkan pengetahuan konsumen mengenai pupuk organik Greenadia dan lebih dikenal masyarakat. Selain itu, pihak unit usaha pupuk organik sebaiknya lebih mengetahui apa yang menarik perhatian konsumen agar konsumen lebih memilih pupuk organik sebagai pupuk yang baik bagi pertanian mereka. Produsen pupuk organik Greenadia perlu meningkatkan frekuensi penyampaian pesan, sumber informasi dan ragam pesan AIDA yang disampaikan. Pada frekuensi penyampaian pesan diharapkan produsen pupuk organik Greenadia lebih meningkatkan bauran komunikasi pemasaran seperti periklanan, humas dan publisitas agar produk tersebut lebih dikenal masyarakat luas sumber informasi. Sumber informasi yang digunakan pada produsen pupuk organik masih sederhana, sehingga perlu ditambahan agar menarik perhatian konsumen terhadap pupuk organik Greenadia tersebut. Ragam pesan AIDA yang dilakukan oleh unit usaha pupuk organik Greenadia ini sudah cukup baik dan tergolong sedang, sehingga perlu meningkatkan informasinya yang lebih lengkap mengenai keberhasilan pupuk organik tersebut agar konsumen lebih menyadari pentingnya pupuk organik. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Penelitian ini hanya melihat hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas komunikasi yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konasi serta keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif, sehingga hasil yang dicapai belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran unit usaha pupuk organik Greenadia.
DAFTAR PUSTAKA Alisa I. 2007. Persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [internet]. 14.00 [diunduh pada 2013 juli 28]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31979/D07ial.pdf?Seq uence=1. Amalia R. 2012. Hubungan efektivitas komunikasi pemasaran agrowisata Kebun Raya Cibodas dengan perilaku pengunjung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anggraeni VD. 2012. Hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung (studi kasus Serambi Botani, Botani Square Bogor) [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Aryanto F. 2004. Analisis bauran pemasaran pupuk urea pada PT. Pupuk Kujang (Persero) di daerah Luwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [internet]. 13.00 [diunduh 2012 Oktober 7]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/19238.pdf. Desa Cibatok Satu. 2013. Data monografi Desa Cibatok Satu. Bogor (ID): Kantor Desa Cibatok Satu. Hasan I. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta (ID): Bumi Aksara. [Kementan] Kementrian Pertanian. 2009. Rancangan Rencana Strategi Kementrian Pertanian [Internet]. [diunduh pada 2013 Juni 15]. Tersedia pada: http://setjen.deptan.go.id/admin/download/rancangan%20renstra% 20 deptan %2020102014%20lengkap.pdf. Kennedy JE, Soemanagara RD. 2006. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta (ID): PT. Buana Ilmu Populer. Kotler P. 1997.Manajemen pemasaran, analisis, perencanaan, implementasi, dan kontrol. Ed ke-7. Jakarta (ID): Prehalindo. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Ed-Millennium. Jakarta (ID): PT. Prenhallindo. Kotler P, Keller Kl. 2007. Manajemen Pemasaran. Molan B, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Indeks. Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Sabran B, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari : Marketing Management. Ed ke-13. Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Sabran B, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Marketing. Ed ke-12. Kusumasuti YI. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Lidya A. 2013. Efektivitas komunikasi pemasaran produk olahan pertanian Institut Pertanian Bogor di Serambi Botani, Mall Gandaria City. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Litbang ] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Pupuk organik dan pupuk hayati : organikc fertilizer and biofertilizer [internet]. [diunduh pada 2013 Juni 17]. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pdf.
64 Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Nainggolan G. 2008. Pengaruh penerapan sarana produksi spesifik lokal terhadap pendapatan usahatani padi sawah [skripsi]. Sumatra Utara (ID): Universitas Sumatra Utara [internet]. 20.00 [diunduh 2013 Juni 17]. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7453/1/09E00245.pd f. Nasution S. 2007. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Piansya Y. 2007. Analisis Strategi Bauran Pemasaran Pupuk Organik Tumaritis Galuga Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [internet]. 20.00 [diunduh 2012 September 19]. Tersedia pada: http://repository. ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789 /17509/.pdf. Prisgunanto I. 2006. Komunikasi Pemasaran Strategi dan Taktik. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. [Setneg] Sekretariat Negara. 2013. Permasalahan pupuk dan langkah-langkah penanganannya [Internet]. [Diunduh pada 2012 oktober 8]. Tersedia pada: http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=3369& Itemid=29. Setiadi NJ. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta (ID): Kencana. Setiadi NJ. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Kencana. Shimp TA. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Anikasari D, Sjahrial R, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Advertising Promotion and Supplemental Aspect of Integrated Marketing Communication. Ed ke-5. Siegel S. 1985. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Hagul P, penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia. Terjemahan dari: Nonparametric Statistics for the Behavioral Sciences. Simanungkalit RDM. 2006. prospek pupuk organik dan pupuk hayati di Indonesia [editorial] [internet]. 21.00 [diunduh pada 2013 Juni 17]. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/lainnya/13prosp ek%20pupuk%20organik%20dan%20pupuk%20hayati.pdf. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Sugiyono. 2011. Statistik Non-parametrik untuk Penelitian. Cetakan kesembilan. Bandung (ID): CV. Alfabeta. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Suriadikarta DA, Setyorini D, Hartati W. 2004. Petunjuk teknis uji mutu dan efektivitas pupuk alternatif anorganik [Internet]. Bogor (ID): Balai penelitian dan pengembangan pertanian. 21.00 [diunduh pada 2013 Juni 17]. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/juknis_uji mtu pupuk anorganik. pdf. Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset. Zulfah S. 2010. Analisis kelayakan usaha pupuk organik kelompok tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [internet]. 20.00 [diunduh 2013 Juni 17]. Tersedia
65 pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27449/H10szu .pdf.
66 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Foto Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
(Sumber : Data monografi Desa Cibatok Satu 2013)
67 Lampiran 2 Kerangka Sampling Konsumen Pengguna Pupuk Organik Greenadia Pada RW 05, RW 06, RW 09 No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
MW EP ENS EDI AH ICH ACH ENI PNA NNH ESH SH MRH TTK OTB ENK UCS IDS MU EDN SRT ANH IM EEN UYM SMN EMP AT SRN EEG
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan
Usia (Tahun) 71 70 48 52 43 47 52 57 40 43 47 40 60 48 59 56 53 54 56 30 55 50 36 35 48 42 35 49 44 38
Alamat Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 01/Rw09 Rt 01/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 01/Rw06 Rt 01/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt 02/Rw06 Rt02/Rw06 Rt02/Rw06 Rt03/Rw05 Rt03/Rw05 Rt02/Rw05 Rt02/Rw05 Rt02/Rw05 Rt03/Rw05 Rt03/Rw05 Rt03/Rw05 Rt01/Rw09 Rt01/Rw09 Rt01/Rw09
Pekerjaan pokok Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani
68
Lampiran 3 Foto produk pupuk organik yang dihasilkan
Greenadia
G-Tricoganik
G-Jagung
69 Lampiran 4 Cara pembuatan pupuk organik dalam skala kecil Pesiapkan alat dan bahan Alat :
Ember
Drijen
Corong
Bahan :
Gula Merah
Cara pembuatannya : a.
Langkah pertama
Guano
Khamir
Aerator
Aqua
70
b.
Langkah kedua
c.
Langkah ketiga
d.
Langkah keempat
e.
Langkah kelima
71 f.
Langkah keenam
72 Lampiran 5 Pengolahan Data Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Evektivitas Komunikasi Pemasaran Hubungan antara usia dengan kognitif Correlations Usia Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient
Kognitif
1.000
-.072
.
.706
30
30
-.072
1.000
.706
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Kognitif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Hubungan antara usia dengan afeksi Correlations Afektif Spearman's rho
Afektif
Correlation Coefficient
1.000
-.423*
.
.020
30
30
-.423*
1.000
.020
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Usia
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hubungan antara usia dengan konasi Correlations Konasi Spearman's rho
Konasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Usia
1.000
-.258
.
.169
30
30
-.258
1.000
.169
.
30
30
73 Hubungan antara jenis kelamin dengan kognitif Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
1.425a
2
.490
Likelihood Ratio
1.468
2
.480
Linear-by-Linear
1.359
1
.244
Pearson Chi-Square
Association N of Valid Cases
30
Hubungan antara jenis kelamin dengan afeksi Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
5.654a
2
.059
Likelihood Ratio
5.718
2
.057
Linear-by-Linear
4.496
1
.034
Association N of Valid Cases
30
a. 4 cells (66.7%) have xpected count less than 5. The minimum expected count is 2.33.
Hubungan antara jenis kelamin dengan konasi Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
.554a
2
.758
Likelihood Ratio
.587
2
.746
Linear-by-Linear
.126
1
.723
Association N of Valid Cases
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.67.
74 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kognitif Correlations Tingkat Pendidikan Spearman's rho
Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
-.042
.
.827
30
30
-.042
1.000
.827
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Kognitif
Correlation Coefficient
Kognitif
Sig. (2-tailed) N
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan afeksi Correlations Tingkat Pendidikan Spearman's rho
Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
-.097
.
.611
30
30
-.097
1.00
Sig. (2-tailed) N Afektif
Correlation
Afektif
Coefficient
0
Sig. (2-tailed)
.611
.
30
30
N
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan konasi Correlations Tingkat Pendidikan Spearman's rho
Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Konasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Konasi
1.000
-.174
.
.357
30
30
-.174
1.000
.357
.
30
30
75 Hubungan antara tingkat pendapatan dengan kognitif Correlations Tingkat Pendapatan Spearman's rho
Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient
Kognitif 1.000
.185
.
.328
30
30
.185
1.00
Sig. (2-tailed) N Kognitif
Correlation Coefficient
0 Sig. (2-tailed)
.328
.
30
30
N
Hubungan antara tingkat pendapatan dengan afeksi Correlations Tingkat Pendapatan Spearman's rho
Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient
1.000
-.357
.
.053
30
30
-.357
1.000
.053
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Afektif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Afektif
N
Hubungan antara tingkat pendapatan dengan konasi Correlations Tingkat Pendapatan Spearman's rho
Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Konasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Konasi
1.000
.184
.
.331
30
30
.184
1.000
.331
.
30
30
76 Hubungan antara pekerjaan tambahan dengan kognitif Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
6.968a
4
.138
Likelihood Ratio
4.550
4
.337
Linear-by-Linear
.202
1
.653
Association N of Valid Cases
30
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .13.
Hubungan antara pekerjaan tambahan dengan afeksi Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
2.291a
4
.682
Likelihood Ratio
2.637
4
.620
.348
1
.555
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
30
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .23.
Hubungan antara pekerjaan tambahan dengan konasi Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
3.604a
4
.462
Likelihood Ratio
4.004
4
.405
Linear-by-Linear
2.136
1
.144
Association N of Valid Cases
30
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .17.
77 Hubungan antara keterdedahan terhadap komunikasi pemasaran dengan evektivitas komunikasi pemasaran Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan kognitif Correlations Frekuensi Penyampaian Pesan Spearman's rho
Frekuensi Penyampaian Pesan
Correlation Coefficient
1.000
1.000**
.000
.000
30
30
1.000**
1.000
.000
.000
30
30
Sig. (2-tailed) N
Kognitif
Correlation Coefficient
Kognitif
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan afektif Correlations Frekuensi Penyampaian Pesan Spearman's rho
Frekuensi Penyampaian Pesan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Afektif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Afektif
1.000
.159
.
.403
30
30
.159
1.000
.403
.
30
30
78 Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan konasi Correlations Frekuensi Penyampaian Pesan Spearman's rho
Frekuensi Penyampaian Pesan
1.000
-.426*
.
.019
30
30
-.426*
1.000
.019
.
30
30
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Konasi
Correlation Coefficient
Konasi
Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hubungan antara sumber informasi dengan kognitif Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
4.038a
2
.133
Likelihood Ratio
5.566
2
.062
.418
1
.518
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .53.
Hubungan antara sumber informasi dengan afektif Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
1.838a
2
.399
Likelihood Ratio
1.599
2
.450
Linear-by-Linear
1.279
1
.258
Pearson Chi-Square
Association N of Valid Cases a.
30
3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .9
79 Hubugan antara sumber informasi dengan konasi Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
2.097a
2
.350
Likelihood Ratio
2.631
2
.268
Linear-by-Linear
.002
1
.961
Association N of Valid Cases
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .67.
Hubungan antara ragam pesan AIDA dengan kognitif Correlations Ragam Pesan
Kognitif
AIDA Spearman's rho
Ragam Pesan AIDA
Correlation Coefficient
1.000
-.018
.
.924
30
30
-.018
1.000
.924
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Kognitif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Hubungan antara ragam pesan AIDA dengan Afektif Correlations Ragam Pesan
Afektif
AIDA Spearman's rho
Ragam Pesan AIDA
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Afektif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1.000
-.361*
.
.050
30
30
-.361*
1.000
.050
.
30
30
80 Hubungan antara ragam pesan AIDA dengan Konasi Correlations Ragam Pesan
Konasi
AIDA Spearman's rho
Ragam Pesan AIDA
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Konasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.136
.
.473
30
30
-.136
1.000
.473
.
30
30
81 Lampiran 6 Dokumentasi penelitian
RIWAYAT HIDUP Peneliti dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Januari 1992, dari pasangan Syamsudin dan Nunik Suryani, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negri 02 Cipayung Jakarta Timur pada tahun 1997-2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negri160 Ceger Jakarta Timur pada tahun 2003-2006, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 58 Ciracas Jakarta Timur pada tahun 20062009. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif dalam kepanitian Writing Day sebagai Divisi Humas, Masa Perkenalan Departemen, Divisi Tata Tertib (Tatib).
84