EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)
M. FIKRI AKBAR I352100031
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
DALAM
PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENGUATANLEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimibing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2012
M. Fikri Akbar NIM I352100031
ABSTRACT M. Fikri Akbar. The Communication Effectiveness onImplementation Activities of Strengthening Community Food Distribution Institutional. (The Case of “Maju Bersama” Joint Farmer’s Group of Bumiharjo Village, Batanghari Sub-district, East Lampung District) Under direction of NURMALA K. PANJAITAN and YATRI I. KUSUMASTUTI
Government Regulation No. 68 of 2002 on food security stated that food needs fulfillment is not only the matter of production but also distribution issues, which cause many problems. The objectives of the research were to describe strengthening program of food community distribution institutional (P-PLDPM), analyze forms of communication of Joint Farmer’s Group (Gapoktan) in the program and analyze communication effectiveness of in the program. The research was designed as a descriptive and correlational survey research. The study site selection was purposively selected namely Gapoktan Maju Bersama of Bumiharjo Village, Batanghari Subdistrict, East Lampung District. Primary data collection and field observations were carried out during April to June 2012. Respondents of this study amounted to 83 farmers who know the P-PLDPM. The data used in this research consisted of primary data and secondary data. Data analysis applied descriptive statistics and Spearman Rank Correlation Analysis using Excel and SPSS 15.0 program for Windows. Gapoktan Maju Bersama have been implementing the strengthening community food distribution institutional program since 2010 up to date. The most frequent communication forms, which were performed by Gapoktan Maju Bersama management was group meeting with the field companion and farmer members.In the group meeting, a discussionalways takes place.Farmers' level of understanding on the P-PLDPM activities determined the communication effectiveness, because it could significantly change knowledgeand behavior levels. Keywords: communication effectiveness, communication forms, program of strengthening community food distribution institutional
RINGKASAN M. FIKRI AKBAR. Efektivitas Komunikasi dalam Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur) dibimbing oleh NURMALA K. PANJAITAN dan YATRI I. KUSUMASTUTI. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik tingkat wilayah maupun nasional.Untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan menjamin agar setiap rumah tangga dapat mengakses pangan sesuai kebutuhannya, merupakan sasaran utama dalam pembangunan ketahanan pangan wilayah, yang akan terakumulasi pada pembangunan ketahanan pangan nasional. Pembagian tugas mengenai cadangan pangan tersebut, dituangkan dalam PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan pelaksanaan Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat(P-LDPM) pada Gapoktan Maju Bersama. (2) Menganalisis bentuk komunikasi Gapoktan dalam Kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama. (3) Menganalisis efektivitas komunikasi dalam Kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Seperti yang dikemukakan Berlo (1960), agar terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator, pesan, saluran, dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Selanjutnya Effendy (2006) menyatakan komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu pengetahuan, afektif dan perilaku. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumiharjo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pengumpulan data primer dan pengamatan lapangan dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Juni 2012. Populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama berjumlah 830 petani yang berpartisipasi dalam kegiatan P-LDPM. Penarikan responden menggunakan teknik purposive sampling, karena tidak semua anggota Gapoktan Maju Bersama mengetahui kegiatan P-LDPM meskipun mereka ikut serta dalam kegiatan. Responden penelitian ini berjumlah 83 petani yang mengetahui kegiatan P-LDPM. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Excel dan SPSS 15.0 for Windows, yaitu statistik deskriptif dan analisis korelasi rank spearman. Kepengurusan Gapoktan terdiri atas: ketua, sekretaris, dan bendahara. Gapoktan Maju Bersama terdiri dari 36 Poktan dengan anggota yang berjumlah 830 orang petani. Gapoktan Maju Bersama telah menerima dana APBN untuk mendukung kegiatan P-LDPM, yang diberikan selama tiga tahun yaitu: (a) tahap penumbuhan pada tahun pertama, (b) tahap pengembangan pada tahun kedua, dan
(c) tahap mandiri pada tahun ketiga. Gapoktan Maju Bersama saat ini masih pada tahap pengembangan. Dana Bansos tahun pertama dan kedua disalurkan langsung ke rekening Gapoktan Maju Bersama untuk penguatan dan pemberdayaan Gapoktan. Sedangkan untuk tahun ketiga akan dialokasikan dana APBN untuk pembinaan tahap akhir menuju kemandirian. Pengurus Gapoktan menyampaikan kegiatan P-LDPM dalam pertemuan kelompok dengan petani anggota kelompoknya yang melibatkan PPL dan perangkat desa. Dalam pertemuan kelompok selalu terjadi tanya jawab antara pengurus Gapoktan dengan petani anggotanya, tetapi responden hanya kadang-kadang saja bertanya dalam pertemuan kelompok tersebut. Kadang-kadang bertanya bukan karena tidak ada kesempatan, namun responden terkadang kesulitan menyampaikan secara verbal apa yang ada dalampikiran mereka sehingga kurang berani bertanya.Efektivitas komunikasi dilihat dari tiga aspek meliputi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku. Untuk tingkat pengetahuan dan tingkat afektif responden sudah cukup tinggi dan positif namun untuk tingkat perilaku masih perlu ditingkatkan partisipasi dari petani anggota Gapoktan Maju bersama. Berdasarkan hasil korelasi dapat dilihat bahwa bentuk komunikasi dan intensitas interaksi tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku. Tingkat pemahaman pesan sangat berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku, jadi semakin tinggi pemahaman responden tentang P-LDPM maka perubahan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku responden akan semakin tinggi. Jenis bahasa yang digunakan sangat berhubungan dengan perubahan tingkat pengetahuan dan berhubungan dengan tingkat perilaku, sehingga dapat dikatakan semakin dimengerti bahasa yang digunakan oleh pengurus Gapoktan dan PPL maka akan sangat menambah pengetahuan responden dan mengubah perilaku responden. Tingkat komunikasi antar pribadi berhubungan dengan tingkat perilaku sehingga semakin sering terjadi komunikasi antara petani anggota Gapoktan maka petani akan semakin berpartisipasi dalam kegiatan P-LDPM. Tingkat komunikasi kelompok berhubungan dengan tingkat afektif, jadi semakin sering terjadi pertemuan kelompok maka semakin positif penilaian petani tentang P-LDPM. Tingkat komunikasi bermedia tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku, karena pengurus Gapoktan dan PPL hanya menggunakan surat edaran untuk mengundang petani dalam sosialisasi kegiatan P-LDPM. Tingkat persepsi petani berhubungan dengan tingkat afektif dan tingkat perilaku, sehingga dapat dikatakan semakin mudah dijalankan kegiatan P-LDPM dan persepsi petani anggota Gapoktan semakin positif pula tingkat afektif petani namun untuk tingkat perilaku semakin sulit persepsi petani tentang kegiatan PLDPM maka petani merasa memiliki tantangan dalam menjalankannya. Tingkat kepercayaan berhubungan dengan tingkat pengetahuan, semakin percaya petani kepada pengurus Gapoktan dan PPL maka tingkat pengetahuan petani anggota Gapoktan semakin baik. Dari data di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman responden akan pesan yang disampaikan pengurus Gapoktan dan PPL maka semakin berhubungan denganperubahan tingkat pengetahuan juga tingkat perilaku responden.
©Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)
M. FIKRI AKBAR
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Judul Tesis : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT(Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur) Nama : M. FIKRI AKBAR NIM : I352100031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA Ketua
Ir.Yatri I. Kusumastuti,MSi Anggota
Diketahui Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr
Tanggal Ujian: 31 Agustus 2012
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT(Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pedesaan (KMP), Sekolah Pascasarjana IPB. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepadaIbu Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA, selaku ketua komisi pembimbing dan IbuIr. Yatri I. Kusumastuti,MSi, selaku anggota komisi pembimbing, karena dengan segala kesabaran, dedikasi dan motivasi dalam memberikan bimbingan telah memberi arahan dan masukan hingga tesis ini dapat penulis selesaikan.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, sebagai dosen penguji dan Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dan beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan materi dan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Kedua orangtua, Ayah A. Fauzie Nurdin dan IbuAnita Linda, serta saudaraku Atu Rahmawati Ahfan, Kanjeng Syamfikri Ghadafi, Daing A. Hadinata Ahfan dan Daingtan Siti Mahmudah yang dengan cinta mereka memberi dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi.Teman seluruh teman-teman di KMP angkatan 2010, umi Maya, mami Damay,mba Elly, kk Poppy, mba Dewi, tante Ratih, usi Ine, mba uki,babe Oji, om Wije, ko Alim, wak Lang, dan mas tuko, terima kasih untuk saling mendukung dan kebersamaan selama dua tahun terakhir dalam menyelesaikan studi di KMP. Teman-teman KMP S3 2010 bunda rita dan bu dyah dan lain-lain yang tak dapat disebutkan satu persatu. Tidak lupa teman seperjuangan mba Sukma. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Gapoktan Maju Bersama dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta seluruh staf administrasi program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2012 M. Fikri Akbar
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 Mei 1987 dari pasangan Bapak A. Fauzie Nurdin dan Ibu Anita Linda. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas diselesaikan di Lampung. Tahun 2005 penulis lulus dari sekolah menengah atas dan melanjutkan pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan penulis lulus pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 penulis diterima pada Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan sampai dengan saat ini.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Perumusan Masalah ....................................................................................... 4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7 Pengertian Komunikasi .................................................................................. 7 Unsur Komunikasi ......................................................................................... 9 Efektivitas Komunikasi ............................................................................... 18 Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat .................... 21 Gabungan Kelompok Tani........................................................................... 24 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .................................................. 27 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 27 Hipotesis ...................................................................................................... 28 METODE PENELITIAN ...................................................................................... 31 Desain Penelitian ......................................................................................... 31 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 31 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 31 Data dan Instumen ....................................................................................... 32 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 32 Definisi Operasional .................................................................................... 33 Analisis Data................................................................................................ 36 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................. 37 Kondisi Lokasi Penelitian ............................................................................ 37 Kependudukan ............................................................................................. 39 Sarana dan Prasarana ................................................................................... 44 Pertanian ...................................................................................................... 46 PELAKSANAAN KEGIATAN P-LDPM ............................................................ 49 Gambaran Umum Gapoktan Maju Bersama................................................ 49 Komunikasi Dalam Gapoktan Maju Bersama ............................................. 49 Pelaksanaan Kegiatan P-LDPM .................................................................. 51 UNSUR KOMUNIKASI GAPOKTAN ............................................................... 61 Responden Penelitian................................................................................... 61 Bentuk Komunikasi Gapoktan ..................................................................... 62 Jenis Pesan ................................................................................................... 66 Saluran Komunikasi..................................................................................... 67 Penerima Informasi ...................................................................................... 69 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEGIATAN P-LDPM ..................................... 73
xi
Hubungan Komunikasi Gapoktan dengan Efektivitas Komunikasi ............ 76 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Afektif ................................. 78 denganTingkat Perilaku ............................................................................... 78 SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 81 Simpulan ...................................................................................................... 81 Saran ............................................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83 LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ..................................................................................... 38 2. Luas Lahan dan Persentase Berdasarkan Peruntukan Tanah di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ........................................................................................................ 38 3.Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ........................................................................................................ 39 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ........................................................................................................ 39 5. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasar Usia Kelompok Pendidikan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ...................................................................................... 40 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasar Usia Kelompok Tenaga Kerja di Desa Bumiharjo Tahun 2012............................................................................. 41 7. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ...................................................................................... 41 8. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Lulusan Pendidikan Khusus di Desa Bumiharjo Tahun 2012............................................................................. 42 9. Jumlah dan Pesentase Penduduk BerdasarkanJenis Mata Pencaharian di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ...................................................................................... 43 10. Jumlah dan Persentase Organisasi Sosial di Desa Bumiharjo Tahun 2012 .... 43 11. Panjang Jalan dan Persentase Berdasarkan Jenis Jalan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ...................................................................................................... 44 12. Jumlah Fasilitas Olahraga di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ............................ 45 13. Jumlah Alat Komunikasi di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ............................. 45 14. Jumlah Alat Transportasi di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ............................. 46 15. Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Tanaman Palawija di Desa Bumiharjo Tahun 2012 .................................................................................... 46 16. Jumlah Produk dan Persentase Bedasarkan Jenis Sayur-sayuran di Desa Bumiharjo Tahun 2012 .................................................................................... 47 17. Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Buah-buahan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 .................................................................................... 48 18. Harga dan Volume Pembelian berdasarkan Peruntukan Dana Tahap Pengembangan ................................................................................................. 57 19. Nilai, Harga dan Volume Pembelian untuk Pembangunan Gudang ............... 58 20. Pembelian Gabah Untuk Unit Usaha Pengolahan Cadangan Pangan ............. 59
xiii
21. Jumlah dan Persentase berdasarkan Karakteristik Petani Anggota Gapoktan Maju Bersama.................................................................................................. 61 22. Jumlah dan Persentase responden berdasarkan Bentuk Komunikasi Kegiatan P-LDPM ........................................................................................................... 63 23. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Interaksi Pengurus, PPL dan Responden Anggota Gapoktan Maju Bersama ................................. 64 24. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Pesan dalam Kegiatan PLDPM .............................................................................................................. 66 25. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Saluran Komunikasi Kegiatan P-LDPM ........................................................................................................... 68 26. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Persepsi Petani pada Kegiatan P-LDPM ........................................................................................................... 69 27. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Kepercayaan pada Pengurus Gapoktan, PPL, dan sesama anggota Gapoktan ............................... 70 28. Jumlah dan Persentase Responden berdasar Tingkat Pengetahuan tentang Kegiatan P-LDPM ........................................................................................... 73 29. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Afektif Petani tentang Kegiatan P-LDPM ........................................................................................... 74 30. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Perilaku tentang Kegiatan P-LDPM ........................................................................................... 75 31. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Afektif, Tingkat Perilaku berdasarkan Bentuk Komunikasi Anggota Gapoktan Maju Bersama ............ 76 32. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Afektif berdasarkan Tingkat Perilaku Anggota Gapoktan Maju Bersama .................................................... 78
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Denah Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur . 87 2. Jumlah Anggota berdasarkan Kelompok Tani AnggotaGapoktan Maju Bersama ............................................................................................................ 88 3. Pembelian Gabah Untuk Unit Usaha Distribusi dan Pemasaran Hasil Pertanian .......................................................................................................................... 89 4. Foto-foto Kegiatan P-LDPM ............................................................................ 91
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik tingkat wilayah maupun nasional. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan menjamin agar setiap rumah tangga dapat mengakses pangan sesuai kebutuhannya, merupakan sasaran utama dalam pembangunan ketahanan pangan wilayah, yang akan terakumulasi pada pembangunan ketahanan pangan nasional. Pembagian tugas mengenai cadangan pangan tersebut, dituangkan dalam PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Pada pasal 5 menjelaskan: (a) cadangan pangan nasional terdiri atas cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat; (b) cadangan pangan pemerintah terdiri atas cadangan pangan pemerintah desa, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah propinsi, dan cadangan pangan pemerintah pusat. Cadangan pangan dilakukan untuk menanggulangi masalah pangan yang mencakup terjadinya kelebihan pangan, kekurangan pangan, dan atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Telah banyak kegiatan peningkatan cadangan pangan oleh pemerintah di perdesaan, tetapi seringkali hasil kegiatan tersebut belum diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dilanjutkan pada pemerintah desa guna pembinaan lebih lanjut. Akhirnya tidak satu SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) pun merasa memiliki dan bertanggung jawab atas pembinaan dan keberlanjutan kegiatan dimaksud, sehingga baik kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dan kemampuan mengelola cadangan pangan di desa semakin melemah. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak hanya masalah produksi tetapi juga masalah distribusi yang banyak menimbulkan persoalan, karena hampir di semua daerah penghasil utama pangan banyak dijumpai anggota masyarakat yang tidak mempunyai akses pangan secara memadai. Hampir semua hasil produksi berubah menjadi komoditi perdagangan daripada menjadi cadangan pangan sebagaimana dahulu dipraktekkan melalui lumbung-lumbung pangan masyarakat dan desa. Ketahanan pangan di desa menjadi sangat rentan. Kondisi desa yang rentan dan
2
rawan pangan menjadi ironis jika mengingat desa sebagai basis utama penghasil pangan (beras). Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah. Ada tiga alasan penting yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (a) akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk
merupakan
salah
satu
pemenuhan
hak
azasi
manusia;
(b)
konsumsipangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; (c) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat (Panduan Umum kegiatan P-LDPM). Ketahanan pangannasional dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang cukup secara makro. Saat ini masih ada beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengakses pangan yang cukup. Hal ini disebabkan kondisi
masyarakat
yang
miskin
sehingga
mereka
tidak
memperoleh
aksesterhadap pangan. Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung ketersediaan sarana prasarana pertanianuntuk produksi, pengolahan, dan penyimpanan bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain. Demikian juga waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya, menimbulkan masalah bagi petani. Petani selalu dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya: (a) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistibusian atau pemasaran; (b) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara); (c)keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena
tidak
memiliki
cadangan
pangan
yang
cukup.Dampak
dari
ketidakberdayaan petani, dapat menyebabkanketidakstabilan harga di wilayah
3
sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik. Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani (Gapoktan) di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) cq Badan Ketahanan Pangan (BKP), telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehinggamempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (kegiatan PLDPM). Kegiatan P-LDPM adalah bagian kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan)dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan P-LDPM dibiayai melalui APBN tahun anggaran 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.Adapun pola kegiatan yang dilaksanakanpadakegiatan P-LDPM adalah dengan pemberdayaan Gapoktan berupa pembinaan kelembagaan Gapoktan dan pemberian dana modal untuk menyiapkana sarana dan prasarana berupa pembangunan gudang atau lumbung serta penambahan modal untuk usaha jual beli(Panduan Umum Kegiatan P-LDPM). Kegiatan Penguata-LDPM juga memiliki dasar hukum untuk mengatasi gejolak harga pangan pada saat panen raya secara eksplisit telah dituangkan dalam Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (pasal 48). Sasaran dari pengguna Pedoman Teknis Kegiatan P-LDPM tahun 2011 adalah Aparat Provinsi dan Kabupaten atau Kota, Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten atau Kota, yang akan melaksanakan kegiatan P-LDPM tahun 2011 dan PPL yang akan melakukan pembinaan terhadap Gapoktan tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian.
4
Perumusan Masalah Gapoktan merupakan kelembagaan tani sebagai pelaksana kegiatan PLDPM dalam hal pengelolaan bantuan modal usaha bagi petani serta pengelolaan program secara keseluruhan. Peran dan kemampuan Gapoktan sangat menentukan dalam keberhasilan implementasi program ini. Namun, hal ini tak lepas dari komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan tersebut baik komunikasi yang terjadi antara Gapoktan kepada Poktan dan petani serta Badan Ketahanan Pangan Daerah sebagai pengawas kegiatan. Dalam suatu proses penyampaian sebuah kegiatan dibutuhkan komunikasi yang efektif, agar masyarakat dapat diajak, dibimbing, diarahkan sehingga menjadi masyarakat yang mau dan mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dalam menentukan masa depannya sendiri. Namun demikian, kegiatan komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila tidak terdapat interaksi dinamis dan harmonis antara komunikator dan komunikannya. Interaksi yang dinamis dan harmonis akan terjadi apabila di antara komunikator dan komunikan telah ada rasapercaya dan keterbukaan. Kegiatan P-LDPM telah dilaksanakan tetapi pemahaman masyarakat terhadap kegiatan ini masih beragam. Masih banyak petani anggota Gapoktan yang ikut menjual hasil panen pada Gapoktan namun mereka tidak mengetahui apa tujuan mereka menjual hasil panen pada Gapoktan. Kegiatan ini bertujuan apabila musim paceklik datang petani tidak mengalami kesulitan pangan karena memiliki ketersedian cadangan pada gudang milik Gapoktan. Lambatnya perkembangan kegiatanini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah berasal dari dalam Gapoktan itu sendiri dalam menyampaikan informasi tentang kegiatan P-LDPM dan dari Poktan yang ada dibawah Gapoktan itu sendiri yang tidak dapat mengkoordinir setiap anggotanya.Gapoktan yang diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan P-LDPM tersebut. Komunikasi yang efektif juga sangat diperlukan agar apa yang diinginkan dari kegiatan P-LDPM baik oleh Kementan, BKP, Gapoktan, Poktan dan juga petani dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat tercapai. Dengan komunikasi yang efektif diharapkan akan dapat menghilangkan berbagai hambatan terutama
5
dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM. Oleh karena itu, penelitian ini menguji dan mengkaji sejauh mana efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan PLDPM. Apakah melalui karakteristik kegiatan P-LDPM merupakan suatu program baru dan sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM bebelum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dianggap perlu agar kegiatan Penguatan-LDPM dapat lebih dikembangkan lagi. Berdasar pemaparan tersebutmaka masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat” oleh Gapoktan? 2. Bagaimana bentuk komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat”? 3. Bagaimana efektivitas komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan”?
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas komunikasi yang terjadi Gapoktan pelaksana kegiatan P-LDPM di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Secara terperinci untuk mendukung tujuan utama tersebut disusun secara spesifik tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicarikan jawabannya, yaitu untuk: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat” oleh Gapoktan. 2. Menganalisis bentuk komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat”. 3. Menganalisis efektivitas komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan”.
6
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat: 1. Para pengambil kebijakan Badan Ketahanan Pangan Daerah Lampung dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lampung Timur, Sebagai bahan masukan dalam menyempurnakan kegiatan P-LDPM dimasa yang akan datang. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan tentang efektivitas komunikasi khususnya dalam kegiatan P-LDPM Gapoktan di perdesaan. 3. Dapat menjadi kerangka acuan atau refrensi dalam mengembangkan ilmu komuniksasi pertanian.
7
TINJAUANPUSTAKA Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis atau common dalam bahsa Inggris yang berarti sama atau berusaha untuk mencapai kesamaan makana (commonness) dan komunikasi dianggap sebagai suatu proses berbagi informasi untuk mencapai saling pengertian atau kebersamaan. Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu atau lebih penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Rogers, 2003). Aktivitas komunikasi selalu menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia,karena komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik secara peroranganmaupun secara kelompok, yang bersifat umum (tidak bersifat rahasia) denganmenggunakan tanda-tanda, kode-kode atau lambang-lambang tertentu(Soekartawi, 2005). Tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalahmencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Bila masing-masingtelah memahami makna yang disampaikan maka para peserta saling percayamempercayai atau menyetujui penafsiran masing-masing. Mempercayai adalahtindakan menerima informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah danbenar. Dengan mempercayai berarti menerima ketulusan orang yangmenggunakan informasi bersama-sama.Secaraumum Effendy (1979), mendefinisikan komunikasi sebagai proses
dimanaseorang
insan
(komunikator)
menyampaikan
perangsang
(biasanya lambang-lambangdalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya(komunikan atau sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2000) ada empat, yaitu: (a) mengubah sikap, (b) mengubah opini pendapat atau pandangan, (c) mengubah perilaku dan (d) mengubah masyarakat. Program pemerintah agar dapat berjalan dengan baik membutuhkan komunikasi persuasi. Pada dasarnya komunikasi persuasi ialah kemampuan komunikasi yang dapat membujuk atau mengarahkan orang lain. Perlu kita ketahui bahwa ada tiga jenis pola komunikasi (Burgon & Huffner, 2002), yaitu: 1. Komunikasi
asertif,
yaitu
kemampuan
komunikasi
yang
mampu
menyampaikan pendapat secara lugas kepada orang lain (komunikan) namun
8
tidak melukai atau menyinggung secara verbal maupun non verbal (tidak ada agresi verbal dan non verbal). 2. Komunikasi pasif, yaitu pola komunikasi yang tidak mempunyai umpan balik yang maksimal sehingga proses komunikasi seringkali tidak efektif. 3. Komunikasi agresif, yaitu pola komunikasi yang mengutarakan pendapat atau informasi atau pesan secara lugas namun terdapat agresi verbal maupun non verbal. Burgon & Huffner (2002) meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi komunikasi persuasi sebagai berikut: 1. Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. 2. Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Dalam komunikasi persuasi terdapat komponen atau elemen sehingga dapat disebut sebagai komunikasi persuasi. Komponen tersebut antaranya; 1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit). 2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga terkesan tidak memaksa. 3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat argumentasi keunggulan pesan dari komunikator. Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya: 1. Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan. 2. Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikan dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator.
9
3. Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. 4. Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience atau komunikan dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negatif.
Unsur Komunikasi Menurut Berlo (1960) komunikasi akan berjalan efektif apabila ketepatan (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan (noise) dapat diperkecil. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur komunikasi, sebagai berikut: 1. Komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi, memiliki sikap positifterhadap komunikan dan pesan yang disampaikan dapat meningkatkan pengetahuan serta memahami kondisi sistem sosial dan budaya komunikan. 2. Pesan komunikasi yang disampaikan harus berorientasi pada isi, unsur, struktur, kemasan dan kode yang dipahami. 3. Saluran ataumedia komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan isi pesan, sesuai dengan konteks komunikasi dan diupayakan agar dapat menyentuh panca indra. 4. Komunikan harus memiliki pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi, bersikap positif terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan, serta dapat memahami kondisi sistem sosial dan budaya dari komunikator. Seperti yang dikemukakan Berlo (1960), Effendy (2000) pula mengatakan agar terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mualai dari komunikator, pesan, saluran, dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur tersebut sebagai berikut: 1. Komunikator penting diharapkan dalam melancarkan komunikasi memiliki daya tarik dan kridibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Dengan kata
10
lain seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, apabila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif. 2. Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi dapat satu macam, namun lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. 3. Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masingmasing media komunikasi memiliki kelebihan dan kekurangan. 4. Komunikan, pengalaman komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan oleh komunikator dalam berkomunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang dapat dan akan menerima pesan jika terdapat empat kondisi secara simultan berikut: (a) komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi; (b) pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuan; (c) pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusan itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; dan (d) komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.
Sumber Informasi Bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dapat dilihat dari dua hal, yaitu: arah dan interaksi. Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) mengkategorikan definisi-definisi bentuk komunikasi dalam tiga konseptual, meliputi: 1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah yaitu suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada
11
seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhankomunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu. 2. Komunikasi sebagai interaksi yaitu sebuah pandangan yang menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal maupun nonverbal, seorang penerima beraksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpanbalik dari orang kedua dan begitu seterusnya. 3. Komunikasi sebagai transaksi yaitu komunikasi diartikan sebagai sebuah proses yang dinamis yang secara berkesinambunganmengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan mentransfer pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal atau nonverbal. Hakekat komunikasi adalah mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi orang lain merupakan harapan atas perubahan prilaku yang ingin terjadi pada orang tersebut. Berdasar arus pesan, pengaruh yang diinginkan serta ada tindakannya umpan balik, maka para ahli membuat tipologi pola atau model komunikasi. Applbaum dkk. (1973) dalam Hubies (2010) membedakannya dalam empat tipologi, yaitu (a) one way influence model (model satu arah), (b) two-way influencemodel (model dua arah), (c) interaction influencemodel (model pengarah interaksi), dan (d) transaksional influencemodel (model pengaruh transaksional). Tubbs dan Moss (2000) serta De Vito (1997), membedakannya ke dalam tiga tipologi, yakni: linier, interaksional dan transaksional.
Interaksi Teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori interaksi memandang kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi, komunikasi merupakan bentuk
12
interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita (Morissan dan Wardhany, 2009). Goldberg dan Larson (2006) bahwa interaksi adalah komunikasi antar pribadi, interaksi mencakup penyampaian maksud dari pemikiran seorang pemikir ke orang yang lain baik secara sengaja maupun tidak. Proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi, menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi (Vardiansyah, 2004). Mulyana (2007) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian yang memiliki respons atau umpan-balik. Berinteraksi membutuhkan kontak satu sama lain dan juga komunikasi antarorang yang melakukan kontak (Suharman 2010). Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), interaksi merupakan proses saling mempengaruhi dan bersifat timbal-balik dari suatu tindakan berbagai individu atau kelompok tani, biasanya digabungkan dengan komunikasi. Interaksi sosial dapat berupa interaksi timbalbalik atau satu arah (kerjasama) dan perselisihan. Bungin (2009) mengatakan bahwa kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial merupakan
merupakan
hubungan-hubungan
sosial
yang dinamis
yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Kata sosial menyatakan bahwa lebih dari seorang yang terlibat dan interaksi berarti bahwa terjadi saling mempengaruhi satu sama lain. (Gillin dan Gillin1954 dalam Sumarti 2003). Adapun bentuk interaksi sosial tersebut menurut Soekanto (2007) dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Fisher(1986) dalam(Littlejohn dan Foss 2009) berpendapat bahwa sebuah interaksi adalah tindakan dari seseorang yang diikuti dengan tindakan yang lainnya.
13
Pesan Jenis Pesan Steve King (1975) dalam Fisher (1986) menganggap pesan sebagai suatu bentuk yang disandi, yang tersirat di dalamnya pengaruh sosial. Sedangkan Widjaja (1986) mengemukakan bahwa pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator, pesan itu mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Berlo (1960) mengartikan isi pesan sebagai materi dalam pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekpresikan tujuannya berkomunikasi. Isi pesan meliputi pernyataan-pernyaan yang dibuat dan informasi yang disajikan sumber, kesimpulan atau informasi yang dibuat orang serta penilaian seseorang terhadap suatu pesan. Pesan dapat secara panjang dan lebar mengupas berbagai segi namun inti pesan dari komunikasi selalu mengarah pada tujuan akhir dari komunikasi. Penyampaian pesan melalui lisan, face to face, langsung, menggunakan media dan saluran. Isi pesan bersifat informatif, persuasif, koersif. Pesan yang mengena harus memenuhi syarat yaitu : umum, jelas dan gamblang, bahasa yang jelas, positif, seimbang, penyesuaian dengan keinginan komunikan. Hambatanhambatan pesan terdiri dari hambatan bahasa dan teknis.Menurut Tasmara (1997) pesan-pesan akan sangat dipengaruhi oleh: 1. Kemampuan menerima dari komunikan 2. Proses pengaruh-mempengaruhi, bertambah intensif suatu interaksi sosial, bertambah kaya pula 3. Daya tanggap (interpretasi) dari komunikan dalam menerima suatu pesan komunikasi sangat ditentukan oleh situasi dirinya serta keterikatannya dengan norma-norma dimana dia hidup sebagai anggota kelompok tertentu. 4. Pesan suatu komunikasi dipengaruhi juga oleh faktor sense of selectivity dari komunikan, yaitu sejauh manakah pesan tersebut menguntungkan atau merugikan bagi kepentingan dirinya.
14
Bahasa Pesan Menurut Saussure dalam Littelejohn dan Foss (2009) membuat sebuah pembeda penting antara bahasa formal, yang disebut dengan langgue, dan kegunaan bahasa sebelumnya dalam komunikasi, yang ia sebut sebagai parole. Kedua istilah Prancis ini dapat disamakan seperti dalam bahasa Inggris bahasa dan pengucapan. Bahasa (langue) adalah sebuah sistem baku yang dapat dianalisis terpisah dari kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengucapan (parole) adalah kegunaan sebenarnya dari bahasa untuk mencapai tujuan. Pelaku komunikasi tidak menciptakan peraturan bahasa. Peraturan ini berfungsi melalui priode waktu yang lama dan “dianugrahkan” kepada kita saat bersosialisasi dalam sebuah komunikasi bahasa. Berlo (1960) mengartikan kode pesan sebagai setiap kelompok simbolsimbol yang dapat distrukturkan dengan cara tertentu sehingga bermakna bagi sejumlah orang. Bahasa adalah kode pesan yang utama dalam komunikasi antar pribadi. Setiap kode bahasa memiliki sekelompok elemen seperti kosakata dan prosedur untuk mengombinasikan elemen-elemen tersebut sehingga bermakna. Sebagaimana
diketahui
keefektivan
komunikasi
akan
ditentukan
oleh
kemampuan dalam memilih: (a) kode atau bahasa yang akan digunakan, (b) elemen-elemen apa yang akan digunakan, serta (c) metode apa yang akan dipakai dalam menstrukturkan elemen-eleman apa yang telah dipilih.
Saluran Komunikasi Antar Pribadi DeVito (1997) menjelaskan bahwa definisi komunikasi antar pribadi dibagi atas tiga rancangan utama yaitu: 1. Definisi berdasarkan komponen, menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan
mengamati
komponen-komponen
utamanya
dalam
hal
ini
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpanbalik segera.
15
2. Definisi berdasarkan hubungan diadik, komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. 3. Definisi berdasarkan pengembangan, komunikasi antar pribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan suatu komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain. Sendjaja (2007) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatankegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon atau surat menyurat.
Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah pertemuan dalam jumlah tertentu. Kemungkinan adanya umpan balik menjadi terbatas, namun antara individu dapat saling berinteraksi. Misal pada pertemuan kelompok tani, kunjungan kelompok ke lokasi demonstrasi plot (demplot), study tour kelahan lokasi petani lain. Pendapat Santucci (2005), suatu kelompok dapat terdiri dari 15 sampai 20 orang. Bila partisipasi lebih dari jumlah tersebut, akan ada masalah komunikasi. Misal beberapa orang tidak berpartisipasi sepenuhnya dan umpan balik dari individu akan mengalami distorsi. Robbins (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berfungsi mengendalikan perilaku anggotanya, memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, sebagai jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial dan komunikasi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk membuat keputusan menyertakan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan. Dapat dikatakan bahwa komunikasi mempunyai empat fungsi utama dalam sebuah kelompok yaitu fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi dan informasi. Littlejohn dan Foss (2009) mengatakan bahwa kelompok dan organisasi diciptakan melalui interaksi selain itu Sendjaja (2007) menambahkan bahwa
16
komunikasi kelompok selain menfokuskan pada interaksi antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi.Pada dasarnya kelompok itu lahir dari suatu kondisi sosial tertentu yang menimbulkan motivasi bagi beberapa orang yang mempunyai kesamaan identitas untuk berinteraksi dan melakukan sesuatu untuk kepentingan mereka bersama dalam rangka usaha untuk mewujudkan harapan, tujuan atau kehendak bersama.
Komunikasi Bermedia Komunikasi bermedia yaitu komunikasi dalam bentuk tercetak dan elektronik Berlo (1960). Tercetak adalah koran perdesaan, majalah, brosur, buku, poster. Elektronik adalah radio, televisi, internet. Komunikasi bermedia mempunyai potensi menyebarkan informasi dengan cepat. Konteks mekanisme yang berpasangan sangat relevan dalam berkomunikasi bermedia. Sumber tidak mungkin mengirim pesan dengan berbicara melalui telepon kepada penerima yang tidak memiliki pesawat telepon. Baik sebagai sumber dan penerima, tidak mungkin berkomunikasi melalui surat elektronik (e-mail) jika tidak memiliki komputer atau laptop dengan fasilitas internet. Hanya mereka yang sama-sama memiliki akses internet yang dapat berkomunikasi. Media komunikasi adalah alat untuk membantu menggabungkan saluran komunikasi yang berbeda dalam “transportasi” sinyal teks, visual, audio, sentuhan dan penciuman. Media komunikasi dapat dibagi ke dalam tiga kelas utama yaitu media massa konvensional (jurnal, brosur, buku, manual), media antar personal (diskusi ataupertemuan kelompok dan diskusi ataupertemuan bilateral termasuk konversasi telpon) dan media hibrida (Leeuwis, 2009).
Penerima Informasi Persepsi Persepsi
berkaitan
dengan
proses
pengenalan
individu
terhadap
dirinyasendiri maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Atkinson et al. (1997) persepsi adalah suatu proses dimana terjadi pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dalam lingkungan. Prosesnya adalah, stimulus yang diindera oleh
17
individu
kemudian
diorganisasikan
dan
diintepretasikan,
sehingga
individumenyadari atau mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Robbins (2002) juga menambahkan bahwa tujuan dari pengintepretasian atau penafsiran ketika individu mempersepsikan sesuatu adalah agar stimulus itu dapat memberi makna kepada lingkungan mereka. Dengan demikian, persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita tangkap dan mempengaruhi makna yang kita berikan kepada stimulus tersebut ketika mencapai kesadaran. Individu pada dasarnya menerima bermacam-macam stimulus dari lingkungannya, namun tidak semua stimulus akan ditanggapi atau direspon oleh individu. Individu melakukan proses seleksi stimulus karena individu cenderung hanya akan merespon stimulus yang menarik bagi dirinya. Setiap karakteristik yang membuat seseorang, suatu objek, atau peristiwa menyolok akan meningkatkan kemungkinan bahwa itu akan dipersepsikan. Bahkan, menurut Leavitt (1997), individu cenderung melihat kepada hal-hal yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan mengabaikan hal-hal yang dianggap merugikan atau mengganggu. Keadaan psikologis menjadi sangat berperan dalam proses intepretasi atau penafsiran terhadap stimulus, sehingga sangat mungkin persepsi seorang individu akan berbeda dengan individu lain, meskipun objek atau stimulusnya sama. Penafsiran sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif atau kebutuhan, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan Robbins (2002). Proses persepsi melibatkan intepretasi yang mengakibatkan hasil persepsi antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda (individualistik). Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
dikemukakan
bahwa
persepsi
merupakanpengintepretasian atau penafsiran terhadap stimulus yang diterima individu melalui alat inderanya yang melibatkan faktor pikiran, emosi dan perilaku individu sehingga menjadi sesuatu yang bermakna dan menimbulkan respon tertentu dari individu.
18
Kepercayaan (Trust) Luhmann (1979) mengatakan bahwa tidakakan ada masyarakat tanpa kepercayaan, karena kepercayaan adalah fakta mendasar dari kehidupan sosial. Menurut
Luhmann,
fungsi
dari
kepercayaan
adalah
untuk
mereduksikompleksitas. Penghilangan atas kompleksitas adalah hal yang tidak mungkin,namun kita dapat mereduksinya. Kepercayaan mensyaratkan situasi risiko. Kepercayaan mengacu pada orientasi masa depan, namun tetap membutuhkanhistorisitas
masa
lalu.
Kepercayaandengan
begitu
tetap
membutuhkan familiarity sebagaipra-kondisi. Keduanya merupakan cara yang saling melengkapi untuk menyerapkompleksitas dan terhubung satu sama lain.
Efektivitas Komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988) prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orangorang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Selanjutnya Benjamin S. Bloom (1956) dalam Effendi (2006) menyatakan komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu: (a) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan; (b) Afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (c) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada aras afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek pada aras konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi, 1988).
19
Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. 1. Pemahaman arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan
stimuli
seperti
yang
dimaksud
oleh
pengirim
pesan
(komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. 2. Kesenangan komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama. 3. Mempengaruhi sikap tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan. 4. Memperbaiki hubungan komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna. 5. Tindakan mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan. Dari penjelasan diatas maka secara umum, didefinisikan efektivitas komunikasi adalah suatau proses kumunikasi dimana keempat unsur komunikasi harus berfungsi secara sinergi pada saat proses komunikasi yang berlangsung,
20
baik dalan konteks fisik atauruang dan waktu, serta diharapkan dari proses komunikasi tersebut muncul efek komunikasi. Menurut Wilbur Schramm yang dikutip Effendy (2000) menampilkan apa yang ia sebut the condition of success in communication, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita hendaki : 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Menurut Vardiansyah (2004), efek komunikasi adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi. Pesan yang sampai pada komunikan menimbulkan dampak (efek), sehingga persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana tujuan komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya: 1. Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan dikatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif. 2. Apabila hasil yang didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi berlangsung sangat efektif. 3. Apabila hasil yang didapatkan lebih kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif. Efektivitas
komunikasi
dalam
pelaksanaan
beberapa
program
pemberdayaan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Rahmani (2006) yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi dalam pemberdayaan kelompok mandiri lahan kering kasus pada program PIDRA di Nusa Tenggara Barat berhubungan nyata dengan karakteristik individu anggota kelompok (terutama pelatihan yang diikuti), jenis kelamin,
21
kepemilikan lahan, pendapatan keluarga, peran fasilitator dan partisipasi anggota dalam kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Manjar (2002), bahwa karakteristik pengurus program (dalam hal jenis kelamin, pendidikan formal, jenis pekerjaan, pendapatan) cukup potensial untuk mengkomunikasikan program secara efektif dan hasil penelitiannya juga menyatakan faktor wilayah mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat adalah bagian kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan)dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Menurut panduan umum kegiatan P-LDPM dibiayai melalui APBN TA 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan. Tujuan dari penyaluran dana Bansos untuk pelaksanaan kegiatan P-LDPM adalah: 1. Memperkuat modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi
atau
pemasaran
dan
cadangan
pangan)
untuk
dapat
mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi petani anggotanya, dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta tercapainya stabilisasi harga pangan di tingkat petani saat panen raya; 2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: (i) melakukan musyawarah rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya, (ii) melakukan pembelian-penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah bagi khususnya unit usaha Gapoktan yang mengelolanya;
22
3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya. Sasaran dari pengguna Pedoman Teknis Kegiatan P-LDPM tahun 2011 adalah Aparat Provinsi dan Kabupaten atau Kota, Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten atauKota, yang akan melaksanakan kegiatan P-LDPM tahun 2011 dan PPL yang akan melakukan pembinaanterhadap Gapoktan tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Sedangkan sasaran kegiatan PLDPM tahun 2011 secara nasional adalah (a) Gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung; (b) Gapoktan yang memiliki unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan dan unit pengelola cadangan pangan; (c) Gapoktan yang memiliki lahan sendiri untuk membangun sarana penyimpanan (gudang). Beberapa indikator pada panduan umum kegiatan P-LDPM, kinerjayang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahun 2010 antara lain : 1. Indikator Masukan (Input): a. Dana Bansos tahun anggaran 2010 bagi 204 Gapoktan; b. Terseleksinya PPLyang berada di wilayah Gapoktan binaan; c. Terseleksinya Gapoktan. 2. Indikator Keluaran (Output): a. Tersalurkannya dana bansos diGapoktan sasaran; b. Tersedianya gudang dan cadangan pangan milikGapoktan sasaran; c. Tersedianya dana bansos diGapoktanuntuk disalurkan ke unit-unit usaha Gapoktan yang digunakan untuk pembelian dan pengadaan cadangan pangan . 3. Indikator Hasil (Outcome): a. Tersedianya cadangan pangan (gabah atau beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya) digudang milik Gapoktan; b. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah atau beras, di unit usaha distribusi atau pemasaran minimal 2 kali putaran. Kegiatan Penguata-LDPM juga memiliki dasar hukum untuk mengatasi gejolak harga pangan pada saat panen raya secara eksplisit telah dituangkan dalamUndang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (pasal 48) yang
23
mengatakan bahwa “Pemerintah dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan untuk mencegah dan atau atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan ketahanan pangan”. Undang-Undang tersebut juga telah dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (pasal 12 ayat 1 dan 2) yang menegaskan bahwa: (a) “Pengendalian harga pangan tertentu yang bersifat pokok di tingkat masyarakat diselenggarakan untuk menghindari terjadinya gejolak harga pangan yang mengakibatkan keresahan masyarakat, dan/atau paceklik yang berkepanjangan”; dan (b) “Pengendalian harga dapat dilakukan melalui pengaturan dan pengelolaan pasokan pangan dan pengaturan kelancaran distribusi pangan.” Mengingat sering terjadinya gejolak harga pangan disaat panen raya maka Gapoktan yang merupakan wadah dari Poktan dan petani wajib untuk membantu mendistribusikan atau memasarkan produksi anggotanya secara berkelompok untuk dapat memenuhi skala ekonomi sehingga memudahkan dalam halpengangkutan, pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran dimana pada akhirnya dapat memberikan harga serta keuntungan yang layak. Agar perputaran usaha pembelian-penjualan gabah atau beras dan/atau jagung meningkat maka Gapoktan perlu mendorong unit usahanya untuk mengelola kegiatannya secara komersial dengan mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya. Untuk mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat menghadapi gagal panen ataupun paceklik, masyarakat wajib membangun cadangan pangan, hal ini sejalan dengan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (Pasal 47 ayat 1) yang menjelaskan bahwa “Cadangan pangan nasional terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat” dan (ayat 3) menjelaskan bahwa “Dalam
upaya
mewujudkan
cadangan
pangan
nasional
pemerintah
mengembangkan, membina, dan/atau membantu penyelenggaraan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah di tingkat perdesaan, perkotaan, provinsi dan nasional”. Untuk mengembangkan cadangan pangan masyarakat, UU tersebut telah dijabarkan dalam PP No. 68 tahun 2002 (pasal 8) bahwa: “Masyarakat
24
mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri serta sesuai dengan kemampuan masing-masing.” Selanjutnya pasal 14 menegaskan bahwa “Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (a) melaksanakan produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (b) menyelenggarakan cadangan
pangan
masyarakat;
dan
(c)
melakukan
pencegahan
dan
penanggulangan masalah pangan.”
Gabungan Kelompok Tani Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam menjalankan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompok tani yang berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktandilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar, dan penggabungan dalamGapoktan terutama dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan yang sama secara kooperatif (Deptan, 2002). Gapoktan merupakan suatu kelembagaan milik petani yang menurut Warsana (2009) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompok tani-nelayan (WKAK) yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani nelayan yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usahatani tertentu untuk menggalang kepentingan bersama. Warsana (2009) menambahkan bahwa pemberdayaan Gapoktan tersebut berada dalam konteks pemantapankelembagaan. Untuk dapat berkembang
25
sistem
dan
usaha
agribisnismemerlukan
penguatan
kelembagaan
baik
kelembagaan petani, maupunkelembagaan usaha dengan pemerintah berfungsi sesuai dengan perannyamasing-masing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkankepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang dari masyarakatitu sendiri. Kelembagaan petani merupakan wadah bagi para petani untuk dapat menyalurkan aspirasi petani dalam hal kepemilikan modal, kemampuan dan keterampilan berusahatani. Kelembagaan juga merupakan wadah untuk menumbuhkan tindakan kolektif di tingkat lokal sehingga mampu menciptakan perubahan arah struktur ekonomi perdesaan (subsisten menjadi ekonomi industri). Kinerja kelembagaan merupakan kemampuan suatu lembaga untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan dan relevan dengan kebutuhan pengguna (Syahyuti, 2003). Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan No: 273/Kpts/OT.160/4/2007).Poktan adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usahatani, memanfaatkan sumber daya pertanian, mendistribusikan hasil produksinyadan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh anggota kelompok tani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan permasalahan–permasalahan
yang
dihadapi
petani
atau
Poktan
dalam
mendistribusikan atau memasarkandan mengolah atau menyimpan yang tidak dapat diselesaikan oleh petani atau Poktan tersebut sehingga membutuhkan kerja sama dan dukungandalam skala yang lebih besar.Unit usaha distribusi atau pemasaran milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan,
dan
kesepakatan
dari
anggota
Gapoktan
untuk
dapat
mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi (gabah/beras/jagung) petani anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan sehingga harga stabil di tingkat petani.Unit usaha pengolahan milik Gapoktan adalah unit usaha yang
26
dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk
dapatmengolah
atau
menggiling
atau
mengepak
atau
menyimpangabah/beras/jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga mampumeningkatkan nilai tambah produk petani. Unit pengelola cadangan pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan pangan dalam jumlah yang cukup bagi anggotanya sehingga mampu mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat menghadapi musim paceklik. Kelembagaan petani merupakan wadah bagi para petani untuk dapat menyalurkan aspirasi petani dalam hal kepemilikan modal, kemampuan dan keterampilan berusaha tani. Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan dan pengembangan pertanian disuatu daerah dimana keberhasilan pembangunan pertanian juga ditunjang oleh kelompok tani dan sistem kelembagaan yang ada, sesuai dengan fungsi dan tugasnya (BKP, 2010). Kelembagaan juga merupakan wadah untuk menumbuhkan tindakan kolektif di tingkat lokal sehingga mampu menciptakan perubahan arah struktur ekonomi perdesaan (subsisten menjadi ekonomi indusri). Kinerja kelembagaan merupakan kemampuan suatu lembaga untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan dan relevan dengan kebutuhan pengguna (Syahyuti, 2003). Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana kegiatan P-LDPM untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota yang nantinya diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani (Pedum kegiatan P-LDPM, 2010). Penguatan kelembagaan Gapoktan dilaksanakan melalui pendampingan Gapoktan oleh penyuluh PPL, kegiatan P-LDPM di setiap Kabupaten atau Kota dan fasilitasi peningkatan kapasitas Gapoktan menjadi lembaga ekonomi yang dimilki dan dikelola petani.
27
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Gapoktan merupakan sasaran kelembagaan tani sebagai pelaksana kegiatan P-LDPM dalam hal pengolahan bantuan modal usaha dan pengelola program secara keseluruhan. Peran dan kemampuan Gapoktan sangat menentukan dalam pelaksanaan dan keberhasilan program. Gapoktan adalah suatu kelembagaan milik petani yang terdiri dari kumpulan beberapa kelompok tani merupakan wadah kerjasama antarkelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi yang efektif sangat diperlukan baik komunikasi di dalam kelompok itu sendiri maupun komunikasi yang terjalin dengan pihak luar seperti komunikasi dengan PPL. Dengan komunikasi yang efektif orang dapat diajak, dibimbing dan diarahkan sehingga Gapoktan dapat mengenali potensinya sendiri sehingga menjadi suatu asosiasi kelompok yang mandiri. Kemampuan
Gapoktan
menjalankankegiatan
P-LDPM
dan
mengimplementasikan kegiatan agar tepat sasaran sangat dipengaruhi dari proses komunikasi seperti sumber, pesan, saluran dan anggota Gapoktan. Dalam penelitian ini ingin melihat efektivitas komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan Maju Bersama dalam kegiatan P-LDPMDesa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur yang dapat mempengaruhi peran dan kemampuannya sebagai lembaga pelaksana kegiatan P-LDPM. Penelitian melihat komunikasi dalam Gapoktan: 1) sumber pesan yang meliputi bentuk komunikasi yang dilakukan dalam gapoktan dan intensitas interaksi sumber denga anggota, 2) pesan meliputi tingkat pemahaman pesan yang disampaikan dan tingkat bahasa yang digunakan dalam penyampaian kegiatan, 3) saluran komuikasi meliputi tingkat komunikasi antar pribadi, tingkat komunikasi kelompok dan tingkat komunikasi yang menggunakan media, 4) serta penerima informasi meliputi persepsi mengenai kegiatan P-LDPM, tingkat kepercayaan anggota. Bentuk komunikasi Gapoktan yang diduga berhubungan dengan efektivitas komunikasi dalam mengimplementasi kegiatan P-LDPM. Efektivitas komunikasi Gapoktan diukur dengan melihat aspek tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku. Perubahan perilaku terlihat dari adanya musyawarah rencanakegiatan bersama anggota kelompoknya, dan melakukan pembelian-
28
penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah bagi khususnya unit usaha Gapoktan yang mengelolanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara sederhana alur penelitian tentang efektivitas komunikasi kegiatan P-LDPM pada GapoktanMaju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timurtersaji pada Gambar 1. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI GAPOKTAN
UNSUR KOMUNIKASI Sumber Informasi Bentuk komunikasi Intensitas interaksi
Tingkat Pengetahuan Tingkat Afektif
Jenis Pesan Tingkat pemahaman pesan Tingkat bahasa yang digunakan
Tingkat Perilaku
Saluran Komunikasi Tingkat komunikasi antar pribadi Tingkat komunikasi kelompok Tingkat komunikasi bermedia
KEBERHASILAN GAPOKTAN Tersedianya cadangan pangan digudang milik Gapoktan. Meningkatnya volume pembelian-penjualan di unit usaha distribusi/pemasaran
Penerima Informasi Persepsi Tentang LDPM Tingkat Kepercayaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Hipotesis Berdasarkan
permasalahan
dan
kerangka
pemikiran
yang
telah
dikemukakan, maka hipotesis penelitian inisebagai berikut: 1. Sumber informasi berhubungan nyata efektivitas komunikasi dalam kegiatan PLDPM. 2. Jenis pesan berhubungan nyata efektivitas komunikasi dalam kegiatan PLDPM. 3. Saluran komunikasi berhubungan nyata efektivitas komunikasi dalam kegiatan P-LDPM.
29
4. Penerima informasi berhubungan nyata efektivitas komunikasi dalam kegiatan P-LDPM.
31
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survaiyang difokuskan pada kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)di Desa Bumiharjo. Desa ini merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar di Provinsi Lampung. Menurut Singarimbun dan Effendy (2006), desain penelitian survai adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi karena Desa Bumiharjo adalah salah satu daerah penghasil padi terbesar di wilayah Lampung dan di desa ini terdapat Gapoktan Maju Bersama yang menjalankan kegiatan P-LDPM sejak tahun 2010 dan masih berjalan sampai saat ini. Pelaksanaan penelitian diawali dari pengumpulan data primer, penyebaran kuesioner dan wawancara secara langsung dengan cara pengamatan lapangan yang dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Juni 2012.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan, 2004). Populasi penelitian dipilih secara sengaja yang didasarkan pada tujuan penelitian, sehingga populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama berjumlah 830 petani yang berpartisipasi dalam kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM). Penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling, karena tidak semua anggota Gapoktan Maju Bersama mengetahui kegiatan P-LDPM meskipun
32
mereka ikut serta dalam kegiatan. Menurut Arikunto (1998) bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga hasil penelitian populasi. Selanjutnya jika subyek lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10 sampai 15 persen atau20 sampai 25 persen atau lebih.Berdasarkan hal tersebut dan kemampuan peneliti dari aspek dana, waktu, kesempatan maupun tenaga, maka untuk keperluan penelitian, penarikan sampel diambil sebesar 10 persen dari subpopulasi agar dapat mewakili populasinya, jadi sampel penelitian ini berjumlah 83 petani yang mengetahui kegiatan P-LDPM tersebut.
Data dan Instumen Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diambilberasal dari peubah utama yang diteliti berupa faktor
karakteristik
komunikasiGapoktan
Gapoktan, yang
komunikasi
diperoleh
langsung
Gapoktan,
dan
efektivitas
lewat
responden
dengan
menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner. Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan terkait dengan keadaan umum, data pendukung atau potensi aktual mengenai kondisi geografis ataupun data tentang kondisi suatu Gapoktan yang bisa diperoleh dari pihak-pihak atau lembaga terkait seperti Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP-PP) Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, aparat Kantor Kepala Desa danpihak-pihak lembaga terkait lainnya.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian deskriptif yang bersifat survai adalah: (a) Wawancara terstruktur sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan secara mendasar dan mendalam kepada responden yaitu petani secara tatap muka dengan mengacu pada pedoman wawancara yang sebelumnya telah dipersiapkan dan wawancara tidak terstruktur untuk menggali informasi lebih jauh sehingga dapat diarahkan guna memperoleh data yang belum terungkap dengan menggunakan kuesioner. (b) studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data
33
sekunder.(c) observasi yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan sebagaimana apa adanya yang terjadi di masyarakat.
Definisi Operasional Indikator dan parameter dituangkan dalam definisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai acuan atau instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan wawancara dengan responden. Peubah-peubah penelitian didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1.
Unsur komunikasi adalah komunikasi yang dilakukan oleh sesama anggota dan pengurus Gapoktan yang diukur dengan indikator sumber informasi, pesan, saluran dan penerima informasi.
2.
Sumber informasi adalah siapa dan bagaimana informasi disampaikan meliputi bentuk komunikasi dan internsitas interaksi yang dilakukan pengurus Gapoktan Maju Bersama dan PPL.
3.
Bentuk komunikasi adalah bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh pengurus Gapoktan dan pendamping lapangan dalam mensosialisasikan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM). Bentuk komunikasi itu dilihat dari mana petani mengetahui berbagai kegiatan P-LDPM, bagaimana cara menyampaikan kegiatan P-LDPM, apakah dalam penyampaian kegiatan terjadi tanya jawab, apakah petani dapat bertanya ketika sosialisasi, dan apakah petani bertanya ketika sosialisasi. Atas dasar itu,bentuk komunikasi yang dilakukan oleh pengurus Gapoktan dan pendamping lapangan dapat diperoleh secara jelas dan berguna bagi penelitian ilmiah, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu.
4.
Intensitas interaksi adalah seberapa sering pemimpin, pengurus Gapoktan dan PPL saling berinteraksi dan bertemu baik secara formal, informal maupun informal. Sebagai contoh, dalam tiga bulan terakhir berapa kali para pemimpin dan PPL bertemu dengan pengurus Gapoktan Maju Bersama. Jika bertemu pengurus Gapoktan Maju Bersama baik secara formal, informal
34
maupun informal, apakah membicarakan kegiatan P-LDP, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu. 5.
Pesan adalah apa yang disampaikan oleh sumber informasi, seperti apa informasi yang dalam hal ini disampaikan kepada pengurus Gapoktan Maju Besama dan juga PPL. Pesan itu dapat meliputi jenis pesan dan bahasa yang digunakan ketika menyampaikan sosialisasi kegiatan P-LDPM kepada petani anggota Gapoktan Maju Bersama.
6.
Tingkat pemahaman pesan adalah seberapa paham petani tentang materi apa saja yang disampaikan dan seberapa paham responden dari sumber informasi seperti pengurus Gapoktan Maju Bersama juga PPL, seperti latar belakang,tujuan, tugas dan tanggung jawab, rencana kegiatan juga indikator keberhasilan kegiatan P-LDPM,dengan skala ordinal 1) tidak mengerti, 2) kurang mengeri, 3) mengerti.
7.
Tingkat bahasa yang digunakan adalah bahasa apa yang digunakan oleh pengurus Gapoktan Maju Bersa juga PPL ketika mensosialisasikan kegiatan P-LDPM apakah bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda atau bahasa Lampung, dan apakah responden mengerti bahasa tersebut,dengan skala ordinal 1) tidak mengerti, 2) kurang mengeri, 3) mengerti.
8.
Saluran adalah bagaimana menyampaikan kegiatan P-LDPM apakah tingkat komunikasi antar pribadi, tingkat komunikasi kelompok dan tingkat komunikasi menggunakan media.
9.
Tingkat komunikasi antarpribadi adalah seberapa sering komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung dan dalam kondisi formal juga informal, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu.
10. Tingkat komunikasi kelompok adalah seberapa sering komunikasi yang terjadi dalam sebuah pertemuan dimana satu orang menjadi sumber informasi dan yang lain sebagai penerima informasi baik dalam kondisi formal maupun informal, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu. 11. Tingkat komunikasi bermedia adalah seberapa sering komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan bantuan media masa seperti surat,
35
fotokopian, baliho dan poster, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu. 12. Penerima informasi adalah adalah bagaimana pesan yang telah disampaikan di persepsikan oleh pengurus Gapoktan Maju Bersama juga PPL dan dipercayai oleh penerima informasi mempengaruhi keberhasilan kegiatan PLDPM. 13. Tingkat persepsi adalah bagaimana penerima informasi yaitu petani memandang keberhasilan kegiatan ditentukan oleh siapa, siapa yang diuntungkan, juga kepentingan siapa kegiatan P-LDPM serta bagaimana kegiatan ini dijalankan, dengan skala ordinal 1) sulit, 2) biasa saja, 3) mudah. 14. Tingkat kepercayaan adalah siapa yang paling dipercayai responden dalam menyampaikan informasi kegiatan P-LDPM mengenai kegiatan PenguatanLDPM yang telah disampaikan sumber informasi, baik dari pengurus Gapoktan atau PPL, dengan skala ordinal 1) tidak percaya, 2) ragu-ragu, 3) percaya. 15. Efektivitas komunikasi adalah besarnya tingkat perilaku petani setelah mendapatkan informasikegiatan P-LDPM yang merubah tingkat pengetahuan, tingkat afektif, dan tingkat perilaku. 16. Tingkat pengetahuan adalah sebanyak apa pengetahuan dan informasi yang dimiliki petani mengenai kegiatan, kegunaan dan manfaat P-LDPM. Dengan diberikan pilihan jawaban, dari pilihan tersebut terdapat satu jawaban yang tepat. 17. Tingkat afektif adalah pandangan penerima informasi, karena hatinya tergerak akibat komunikasi. Tingkat afektif melihat pendapat petani terhadap informasi kegiatan P-LDPM, dengan skala ordinal 1) tidak setuju, 2) raguragu, 3) setuju. 18. Tingkat perilaku adalah perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Tingkat perilaku dapat dilihat hasil komulatif dari seluruh proses komunikasi yang dilakukan oleh petani terhadap informasi kegiatan PLDPM, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu.
36
Analisis Data Analisis data didasarkan realitas sosial sebagai pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Data penelitian setelah terkumpuldilakukan seleksi, dipilah, dipilih dan dianalisis; kemudian disajikan secara deskriptif dalam bentuk pernyataan secara kualitatif dengan bahasa verbal, menerapkan rataan, persentase, intensitas dan tabel distribusi intensitas. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menguraikan objek material dengan caramencari, mengumpulkan, dan mengolah data yang dinilai akurat untuk mencapai tujuan sesuai permasalahan dan fokus penelitian. Selanjutnya, analisis data dilakukan juga dengan menggunakan program excel danSPSS 15.0 for windows, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial menggunakan analisis korelasi rank spearman.Analisis rank spearman digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara faktor-faktor komunikasi efektif dengan efektivitas komunikasi petani peserta kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat di perdesaan.
37
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Lokasi Penelitian Desa Bumiharjo merupakan salah satu daerah perdesaan yang berada di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa Bumiharjo memiliki luas wilayah 705 hektar yang sebagian besar merupakan daerah pertanian. Letak desa ini berbatasan dengan Desa Adirejo Kecamatan Pekalongan di sebelah utara, Desa Sumberrejo di sebelah selatan, Desa Banjarrejo di sebelah Barat dan Desa Balerejo di sebelah timur. Kondisi geografisnya berada pada ketinggian tanah sekitar 50 meter dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan yang turun diperkirakan 717 mili meter per tahun. Jika dilihat dari topografinya termasuk dataran rendah dan memiliki suhu rata-rata 32 derajat celcius. Jarak Desa Bumiharjo dari Kecamatan sekitar 4 kilo meter,dan jarak dari pusat Pemerintahan Kota Administratif 13 kilo meter, kemudian jarak dari Pemerintahan Kabupaten sekitar 33 kilo meter, dan jarak dari pusat Pemerintahan Provinsi sekitar 63 kilo meter, serta jarak dari Ibukota Negara sekitar 450 kilo meter.Secra terperinci denah lokasi penelitian dapat dilitat pada lampiran 1.
Kepemilikan dan Penguasaan Tanah Status kepemilikan tanah pada Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung timur secara jelas dapat di lihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel itu diperoleh kejelasan bahwa status tanah sertifikat hak milik berjumlah 0,55 persen dan tanah yang itu sudah memiliki sertifikat berjumlah 0,55 persen, berarti baru ada 1,10 persen dari keseluruhan luas tanah desa; sedangkan tanah yang lainnya masih banyak yang belum bersertifikat, yaitu berjumlah 99,45 persen. Masih sangat luas tanah desa yang belum memiliki sertifikat dan baru sebagian kecil saja yang memiliki sertifikat. Luas tanah desa seluruhnya kira-kira 14 kilometer, yang diperuntukkan jalan desa, lokasi pemakaman umum, sarana pendidikan, perkantoran, bangunan umum, pemukiman, sawah, ladang, dan lainnya. Selanjutnya peruntukan lain secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
38
Tabel 1.Jumlah dan Persentase Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Status Kepemilikan Tanah Jumlah Persentase (%) 1 Tanah Bersertifikat 36 0,55 2 Tanah yang belum Bersertifikat 6.470 99,45 Total
6.506
100
Berdararkan Tabel 2 terlihat tanah yang dipergunakan sebagai sawah 71,53 persen, ladang 3,80 persen; bangunan umum 0,31 persen, pemukiman dan perumahan 23,96 persen, dan pemakaman 0,40 persen. Sedangkan tanah lainnya belum ada yang dipergunakan untuk empang dan desa juga tidak memiliki tanah sebagai kas desa. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lahan pada Desa Bumiharjo dipergunakan sebagai lahan pesawahan yang ditanami padi.
Tabel 2. Luas Lahan dan Persentase Berdasarkan Peruntukan Tanah di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Peruntukan Tanah Luas (ha) Persentase(%) 1 Sawah 453,34 71,53 2 Ladang 24,11 3,80 3 Bangunan Umum 1,98 0,31 4 Pemukiman atauPerumahan 151,84 23,96 5 Pemakaman 2,50 0,40 Total 633,77 100 Peruntukan tanah desa secara terperinci seperti: pasar desa, industri, pertokoan dan lain-lain. Selain itu terdapat juga lahan yang diperuntukan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, perladangan dan tegalan. Sedangkan untuk industri, pertokoan atau perdangan, sawah pasang surut, perkebunan negara, perkebunan swasta, perkebunan rakyat, tempat relokasi, hutan dan rawa tidak terdapat di desa lokasi penelitian. Kondisi itu mendeskripsikan kondisi desa penelitian ini masih dicirikan masyarakat perdesaan yang berbasis pertanian, yang dicirikan masih luasnya status pemilikan peruntukan dan penggunaan tanah pertanian dan persawahan, yang sebagian besar menjadi sumber hidup dan kehidupan masyarakat desa. Sementara kondisi infrastruktur, perkantoran, sarana pendidikan dasar dan kesehatan masih perlu ditingkatkan
39
secara terprogram dan berkelanjutan, baik yang direncanakan oleh warga desa secara bottom up maupun yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Kependudukan Desa Bumiharjo memiliki jumlah penduduk 4.988 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 51,38 persen dan perempuan 48,62 persen, sebagaimana tertera pada Tabel 3. Secara ekonomi, mata pencaharian penduduk desa lebih banyak bersumber dari bidang pertanian dan perkebunan. Kiranya potensi pertanian akan dikembangkan dapat dilakukan melalui penerapan teknologi tepat guna bagi petani di perdesaan. Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Laki-laki 2.563 51,38 2 Perempuan 2.425 48,62 Total 4.988 100 Jika mencermati penduduk dari aspek kewarganegaraan berdasar jenis kelamin terlihat data yang menunjukan penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk
perempuan.
Meski
penduduk
seluruhnya
berkewarganegaraan
Indonesia, tetapi dari aspek suku relatif beragam, yang terdiri dari suku Jawa, Sunda, dan Lampung. Heterogenitas etnis warga desa tetap saja mencirikan pentingnya konsep membangun masyarakat harmoni dalam negara kesatuan Republik Indonesia di masa depan.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Agama Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Islam 4.980 99,84 2 Kristen 8 0,16 Total 4.988 100 Memang fakta menunjukan seluruh penduduk desa berkewarganegaraan Indonesia, banyak suku Jawa, Sunda, dan suku asli Lampung. Seluruh penduduk
40
yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan tidak ada seorangpun yang berkewarganegaraan asing. Mengenai jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasar data pada Tabel 4 dapat terlihat jumlah penduduk yang menganut agama Islam 99,84 persen, yang merupakan mayoritas penganut agama Islam di desa Bumiharjo dan penduduk yang beragama Kristen hanya 0,16 persen. Kondisi itu mengindikasikan penganut agama di desa ini relatif homogen dan kehidupan masyarakatnya juga rukun dan damai. Heterogenitas atau keragaman penganut agama di perdesaan dapat dijadikan indikator besarnya potensi konflik sosial keagamaan yang perlu dikaji tersendiri untuk pembangunan keagamaan di masa depan. Sebab penganut agama Hindu, Budha, Katolik dan Konghucu tidak ada di desa ini. Selanjutnya, jumlah penduduk berdasar usia kelompok pendidikan terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasar Usia Kelompok Pendidikan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Usia Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 <6 Tahun 229 4,78 2 7-15 Tahun 861 17,96 3 16-18 ahun 3.039 63,39 4 >19 Tahun 665 13,87 Jumlah 4.794 100 Jika mencermati data penduduk menurut usia kelompok yang sedang menempuh pendidikan diperoleh kejelasan penduduk yang sedang menempuh pendidikan kurang dari usia enam tahun sedang sekolah pada tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK), pada usia kurang dari enam tahun berjumlah 4,78 persen. Kemudian yang sedang bersekolah pada sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 17,96 persen pada usia tujuh sampai 15 tahun. Selanjutnya yang sedang bersekolah pada sekolah menengah atas atau kejuaruan, pada usia 16 sampai dengan 18 tahunsebesar 63,39 persen. Terakhir usia yang lebih dari 19 tahun berjumlah 13,87 persen, pada usia ini terdapat penduduk Desa Bumiharjo yang sudah mulai bekerja membantu orang tua atau terdapat juga yang melanjutkan pendidikan pada tingkat diploma atau sarjana. Kondisi itu menunjukan betapa tinggi minat belajar di sekolah dikalangan
41
penduduk perdesaan dewasa ini. Sementara itu, jumlah dan persentase penduduk berdasar Usia Kelompok Tenaga Kerja, terlihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasar Usia Kelompok Tenaga Kerja di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Usia Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 20-26 Tahun 175 3,84 2 27-40 Tahun 686 15,04 3 41-56 Tahun 3.035 66,54 4 >56 Tahun 665 14,58 Total 4.561 100 Jika data pada Tabel 6 dianalisis diperoleh kejelasan, ternyata warga desa Bumiharjo yang berusia di bawah 19 tahun secara formal belum ada yang bekerja. Namun secara faktual dapat saja diantara mereka ada yang bekerja sebagai petani atau buruh tani sebagai pekerja informal di desa. Setelah penduduk berusia 20 sampai 26 tahun baru bekerja, yang berjumlah 3,84 persen, usia 27 samapi 40 tahun berjumlah 15,04 persen, kemudian yang berusia 41sampai 56 tahun berjumlah 66,54 persen yang kelompok ini paling banyak; dan jumlah penduduk yang masih bekerja pada usia lebih dari 56 tahun berjumlah 14,58 persen. Berarti jumlah keseluruhan penduduk yang bekerja berdasarkan usianya berjumlah 4.561 orang. Penduduk Desa Bumiharjo yang paling banyak bekerja pada usia 41 sampai dengan 56 tahun. Penduduk desa ada yang bekerja di dalam desa maupun bekerja sampai keluar desa. Namun dari Tabel di atas juga dapat diartikan bahwa keluarga berencana pada desa ini sudah cukup berhasil.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Taman Kanak-kanak 109 1,98 2 Sekolah Dasar 1.680 30,44 3 SMP atauSLTP 1.680 30,44 4 SMA atauSLTA 934 16,92 5 Akademi atauD1-D3 1.045 18,93 6 Sarjana (S1-S3) 71 1,29 Total 5.519 100
42
Fakta menunjukan pada Tabel 7 bahwa jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang lulus pendidikan umum, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan sajana dapat dijelaskan ada yang tamat dari taman kanak-kanak berjumlah 1,98 persen, lulus dari sekolah dasar berjumlah 30,44 persen, dan lulus dari SMP atauSLTP berjumlah 30,44 persen. Berikutnya, diantara mereka yang lulus dari SMA atauSLTA berjumlah 16,92 persen, dan yang lulus dari Akademi atauD1-D3 berjumlah 18,93 persen dan yang lulus sarjana (S1-S3) berjumlah 1,29 persen. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bumiharjo hanya lulusan SD dan SMP, hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagian besar penduduk desa masih cukup rendah. Terlebih lagi yang lulus sarjana hanya berjumlah 1,29 persen, padahal Desa Bumiharjo bersebelahan dengan Universitas Muhammadiyah Metro, yang seharusnya pendudknya lebih mudah apabila ingin melanjutkan keperguruan tinggi dari segi lokasi yang cukup dekat. Selanjutnya penduduk desa yang lulus dari pendidikan khusus dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Lulusan Pendidikan Khusus di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Pendidikan Khusus Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Pondok Pesantren 24 30,77 2 Madrasah 48 61,54 3 Pendidikan Keagamaan 6 7,69 Jumlah 78 100 Berdasar Tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Bumiharjo yang lulus dari pondok pesateren berjumlah 30,77 persen, kemudian yang lulus dari madrasah berjumlah 61,54 persen, selanjutnya yang lulus dari pendidikan keagaan berjumlah 7,69 persen. Namum tidak ada penduduk yang lulus dari sekolah luar negeri
dan
keterampilan
atau
kursus.
Tabel
ini
menunjukan
bahwa
selainpendidikan formal SD sampai SMA penduduk Desa Bumiharjo terdapat pula yang memiliki pendidikan khusus pada pendidikan keagamaan. Meskipun tidak banyak penduduk yang memiliki pendidikan khusus bidang agama diharapkan tetep dapat memberikan taulandan dan masukan pada penduduk yang sebagian besar beragama muslim.
43
Tabel 9. Jumlah dan Pesentase Penduduk BerdasarkanJenis Mata Pencaharian di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 PNS 98 10,11 2 ABRI atauPOLRI 14 1,44 3 Swasta 101 10,41 4 Guru 236 24,33 5 Buruh Tani 373 38,45 6 Pensiunan 21 2,16 7 Pemulung 112 11,55 8 Jasa 15 1,55 Total 970 100 Setelah mencermati jumlah penduduk berdasarkan pendidikan selanjutnya jumlah penduduk desa berdasarkan mata pencahariannya, sebagaimana terlihat pada Tabel 9, bahwa penduduk desa yang bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah 10,11 persen, ARRI atauPOLRI 1,44 pesen, karyawan swasta 10,41 persen, guru sebesar 24,33 persen, buruh tani 38,45 persen, pensiunan 2,16 persen. Diantara mereka ada juga bekerja sebagai pemulung berjumlah 11,55 persen) dan yang bergerak dalam bidang jasa 1,55 persen. Jika ditelusuri berdasar data memang tidak ada yang bekerja pada sektor wiraswasta atau pedagang, tani pertukangan, nelayan dan peternakan; namun secara faktual diperoleh keterangan banyak penduduk yang bekerja di berbagai bidang itu, namun tidak terdata secara administratif dan akurat di kantor desa. Sebab fakta di masyarakat desa memang cukup banyak penduduk yang bekerja di berbagai bidang tersebut. Selanjutnya untuk organisasi sosial dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Organisasi Sosial di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Organisasi Sosial Jumlah Persentase (%) 1 Yayasan 2 11,11 2 Kemasyarakatan 12 66,67 3 Politik 4 22,22 Total 18 100 Seperti Tabel 10 terlihat bahwa sudah terdapt organisasi sosial pada Desa Bumiharjo
seperti
yayasan
sebesar
11,11
persen
kemudian
organisasi
44
kemasyarakatan 66,67 persen dan organisasi politik sebesar 22,22 persen. Adanya organisasi sosial diharapkan dapat mengajarkan penduduk Desa Bumiharjo untuk bekerjasama dalam sebuah wadah organisasi. Kemudian juga dengan adanya organisasi sosial dapat saling membatu dalam kegiatan sosial untuk kemajuan penduduk Desa Bumiharjo.
Sarana dan Prasarana Desa Bumiharjo juga sudah memiliki sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh penduduknya. Pada desa ini sudah memiliki jalan-jalan yang dapat gunkan masyarakat. Terdapat pula lapangan-lapangan olahraga untuk menjaga kesehatan anggota masyarakatnya. Alat komunikasi juga sudah terdapat pada Desa Bumiharjo, selain itu penduduk desa ini juga memiliki alat-alat transportasinya. Untuk lebih jelas mengenai jenis jalan yang ada pada Desa Bumiharjo pada Tabel 11.
Tabel 11. Panjang Jalan dan Persentase Berdasarkan Jenis Jalan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Jalan Kilometer (Km) Persentase (%) 1 Jalan Dusun 4 8,3 2 Jalan Desa 30 62,5 3 Jalan Kabupaten 4 8,3 4 Jalan Propinsi 4 8,3 5 Jembatan 6 12,6 Total 48 100
Berdasarkan Tebel 11 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenis jalan yang terdapat pada Desa Bumiharjo seperti jalan dusun yang berjumlah 8,3 persen kumudian jalan desa berjumlah 62,5 persen. Selain itu terdapat juga jalan kabupaten yang berjumlah 8,3 persen demikina pula dengan jalan propinsi yang berjumlah sekitar 8,3 persen. Kemudian selain jalan terdapat pula jembatan desa yang berjumlah sekitar 12,6 persen, dengan adanya jalan-jalan ini diharapkan dapat menunjang perekonomian pada Desa Bumiharjo yang saat mulai berkembang. Selanjutnya untuk fasilitas olahraga dapat dilihat pada Tabel 12.
45
Tabel 12. Jumlah Fasilitas Olahraga di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Lapangan Jumlah Persentase (%) 1 Lapangan Sepak Bola 2 22,22 2 Lapangan Bulu Tangkis 5 55,56 3 Lapangan Tenis Meja 2 22,22 Total 9 100 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada Desa Bumiharjo baru memiliki lapangan sepak bola 22,22 persen, lapangan bulu tangkis 55,56 persen dan lapangan tenis meje 22,22 persen. Sedangkan untuk fasilias olahraga lain seperti lapangan voli, lapangan tnis, lapangan atletik, kolam renang dan lain-lain belum terdapat pada Desa Bumiharjo. Jadi wajar jika penduduk desa ini belum ada yang berprestasi dalam bidang olahraga karena fasilitasnya yang belum memadai. Selanjutnya untuk alat komunikasi yang sudah ada pada Desa Bumiharjo dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Alat Komunikasi di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Alat Komunikasi Jumlah Persentase (%) 1 Telpon Umum 20 2,44 2 Pesawat Telepon 650 79,46 3 Pesawat Televisi 90 11,00 4 Pesawat Radio 55 6,73 5 Pesawat Televisi Swasta 3 0,37 Total 818 100 Dari Tabel 13 telihat bahwa pada Desa Bumiharjo sudah memiliki alat komunikasi berupa telepon umum dengan persentase sebesar 2,44 persen, kemudian pesawat telepon sebesar 79,46 persen. Warga desa juga telah memiliki pesawat televisi sebesar 11,00 persen dan juga pesawat radio sebesar 6,73 persen, kemudian untuk televisi swasta hanya sebesar 0,37 pesen. Sedangakan untuk telpon seluler tidak dapat terinventaris karena sebagian besar warga desa sudah memeliki telpon seluler, meskipun sebagian besar yang memiliki telpon seluler dimiliki oleh kalangan muda dan remaja. Selanjutnya untuk alat transportasi yang terdapat pada Desa Bumiharjo dapat dilihat pada Tabel 14.
46
Tabel 14. Jumlah Alat Transportasi di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Alat Transportasi Jumlah Persentase (%) 1 Sepeda 500 33,60 2 Gerobak 18 1,20 3 Becak 14 0,95 4 Sepeda Motor 900 60,48 5 Mikrolet 5 0,34 6 Mobil Pribadi 51 3,43 Total 1488 100 Berdasarkan Tebel 14 dapat dilihat bahwa alat transportasi yang terdapat pada Desa Bumiharjo meliputi sepeda sebesar 33,60 persen, kemudian gerobak sebesar 1,20 pesen, selanjutnya becak 0,95 persen. Selain itu masih ada sepeda motor dengan persentase 60,48 persen, kemudian mikrolet 0,34 persen dan mobil pribadi sebesar 3,43 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan sebagian besar alat transportasi yang digunakan pada Desa Bumiharjo dalah sepeda motor dengan persentase 60,48 persen. Sedangkan alat trasnportasi seperti bus dan taksi juga perahu tidak terdapat di Desa Bumiharjo.
Pertanian Pertanian pada Desa Bumiharjo adalah salahsatu pencarian utama untuk para penduduknya. Tanaman yang ditanam pada desa ini mulai dari padi sebagai makanan pokok, sayur-sayuran juga buah-buahan. Selain pertanian pada Desa Bumiharjo juga terdapat perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Untuk lebih jelas bagaimana tanaman palawija dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Jumlah Produkdan Persentase Berdasarkan Jenis Tanaman Palawija di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Tanaman Palawija Jumlah (Kw) Persentase (%) 1 Padi 35.020 77,30 2 Jagung 8.775 19,37 3 Ketela Rambat 720 1,59 4 Kacang Tanah 400 0,88 5 Kedelai 391 0,86 Total 45.306 100 Dari data pada Tebel 15 menunjukan bahwa tanaman palawija yang paling banya dihasilkan di Desa Bumiharjo adalah padi dengan persentase 77,30 persen
47
diikuti dengan jagung sebanyak 19, 37 persen, selanjutnya ketela rambat sebesar 1,59 persen, kemudian ketela tanah 0,88 persen dan kedelai sebanyak 0,86 persen. Hal ini sesuai dengan data yang dimiki BKP Propinsi Lampung bahwa Lampung Timur adalah salah satu daerah lumbung padi untuk daerah Lampung Timur dan sudah tepat jika desa ini menjadi salah satu desa yang menjalankan kegiatan PLDPM. Selain tanaman palawija penduduk Desa Bumiharjo juga menanam sayuran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Sayur-sayuran di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Sayur-sayuran Jumlah (Kw) Persentase (%) 1 Tomat atau Rampai 100 1,33 2 Gambas 360 4,77 3 Kacang Panjang 360 4,77 4 Terong 2.000 26,53 5 Pare 240 3,18 6 Ketimun 4.480 59,42 Total 7.540 100 Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebagian besar sayuran yang dihasilkan penduduk Desa Bumiharjo yaitu ketimun dengan persentase 59,42 persen, baru selanjutnya diikuti oleh terong dengan persentase 26,53 persen. Meskipun jumlahnya tidak sebesar ketimun dan terong namun penduduk desa ini juga menghasilkan gambas dan kacang panjang dengan persentase 4,77 persen, kemudian tomat atau rampai sebesar 1,33 persen dan juga terdapat pare sebesar 3,18 persen. Sayuran-sayuran yang diproduksi banyak dijual di pasar sekitar desa dan warung-warung penjual sayuran yang terdapat di Desa Bumiharjo. Selain palawija dan sayuran desa ini juga menghasilkan buah-buahan seperti terlihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa terdapat enam jenis buah-buahan yang dihasilakan pada Desa Bumiharjo. Mulai dari buah pisang dengan persentase 11,24 persen, kemudian buah pepaya sebesar 2,10 persen, selanjutnya buah semangka sebesar 67,47 persen. Terdapat pula buah mangga yang dihasilkan sebesar 11,24 persen, kemudian terdapat pula buah rambutan sebesar 1,20 persen dan terakhir buah kedondong sebesar 6,75 persen. Dari Tabel 17 terlihat bahwa
48
buah yang paling banyak diproduksi adalah buah semangka dengan persentase sebesar 67,47 persen.
Tabel 17.Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Buah-buahan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 No Jenis Buah-buahan Jumlah (Kw) Persentase (%) 1 Pisang 150 11,24 2 Pepaya 28 2,10 3 Semangka 900 67,47 4 Mangga 150 11,24 5 Rambutan 16 1,20 6 Kedondong 90 6,75 Total 1334 100
PELAKSANAAN KEGIATAN P-LDPM Gambaran Umum Gapoktan Maju Bersama Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah suatu organisasi petani yang merupakan gabungan dari beberapa kelompok tani yang berada di dalam satu wilayah (desa) yang dibentuk oleh para pengurus Kelompok Tani (Poktan) dengan dukungan pemerintah seperti PPL dan aparat desa. Gapoktan sebagai pengelola dari kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur telah terbentuk dan dimulai sejak tahun 2010 sampai penelitian ini selesai dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2012. Gapoktan Maju Bersama adalah Gapoktan pelaksana kegiatan P-LDPM sejak tahun 2010 yang berada di Desa Bumiharjo. Gapoktan ini dibentuk berdasarkan berita acara pembentukan Gapoktan yang ditandatangani oleh pengurus desa pada tanggal 7 Agustus 2008. Kepengurusan Gapoktan terdiri atas: ketua, sekretaris, dan bendahara.Gapoktan Maju Bersama terdiri dari 36 Poktandan berjumlah 830 orang petani yang ada di dalamnya. Untuk jelasnya kondisi Kelompok Tani Anggota Gapoktan Maju Bersama tersebut terdapat pada Lampiran 2.
Komunikasi Dalam Gapoktan Maju Bersama Gapoktan Maju Bersama berkomunikasi dengan para anggotanya dengan menggunakan surat undangan untuk mengumpulkan anggotanya apa bila ingin melakukan pertemuan secara formal. Jadi dalam proses penyampaian kegiatan PLDPM Gapoktan hanya menggunakan surat undangan sebagai salah satu bentuk komunikasi bermedia yang dipakai oleh pengurus Gapoktan. Seperti yang dikemukanan (MN, Ketua Gapoktan) yang menyatakan bahwa: “Kami belum menggunakan media lain selain undangan untuk menggumpulkan petani anggota Gapoktan dan dalam menyampaikan kegiatan P-LDPM kepada petani kami hanya menyampaikandalam pertemuan kelompok saja denga tanya jawab.” Dalam pertemuan formal menurut pengurus Gapoktan hanya ketua atau pengurus Poktan yang diundang, tetapi apabila anggota biasa ingin hadir tetap
50
diperbolehkan. Foto-foto pertemuan kelompok kegiatan P-LDPM dapat dilihatpada Lampiran 4. Jadi dalam pertemuan hanya sedikit petani anggota Gapoktan yang hadir dalam pertemuan kelompok karena keterbatasan informasi dan petani juga memiliki kesibukan lain selain bertani. Sedangkan untuk pertemuan informal disampaikan dengan cara dari mulut ke mulut atau menggunakan telpon dan sms untuk anggota yang sudah memiliki telpon seluler. Hal ini diperkuat dari pernyataan (BS, Wakil Ketua Gapoktan) yang mengatakan: “Jika untuk pertemuan diluar pertemuan kelompok kami biasanya mengumpulkan anggota paling hanya dari mulut ke mulut atau dengan telpon dansms jika anggota yang sudah memiliki telpon selulular, karena tidak semua petani anggota Gapoktan Maju Bersama sudah memiliki telpon seluler.” Penyampaian kegiatan P-LDPM disampaikan biasanya dalam pertemuan kelompok yang dihadiri anggota Gapoktan Maju Bersama, PPL, dan Perangkat Desa Bumiharjo. Pengurus Gapoktan yang paling banyak menyampaikan kegiatan P-LDPM jika ada infomasi yang harus disampaikan pada seluruh anggota Gapoktan. Dalam pertemuan kelompok dalam Gapoktan Maju Bersama selalu terjadi tanya jawab antara pengurus dan anggotanya, namun terdapat juga anggota yang belum dapat menyampaikan apa yang mereka ingin tanyakan pada pengurus Gapoktan. Hal ini sesuai dari pengakuan (AH, Anggota Gapoktan) menyatakan: “Kadang-kadang saya suka malu dan susah kalau mau nanya sewaktu ada pertemuan, ya jadi diem aja daripada malu”. Untuk penyampaian informal biasa disampaikan disela-sela acara pengajian atau pada saat ada kegiatan bersih-bersih desa. Namun banyak juga petani yang mendapatkan informasi tentang kegiatan P-LDPM dari komunikasi antar pribadi dari sasama anggota Gapoktan Maju Bersama. Kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap kegiatan P-LDPM. Mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku anggota Gapoktan Maju
51
Bersama. Walaupun ada kaitan antara pengetahuan, afektif, dan perilaku keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung. Pola komunikasi yang dipakai dalam kegiatan P-LDPM hanya komunikasi yang bersifat pasif yaitu pola komunikasi yang tidak memiliki umpan balik yang maksimal sehingga komunikasi tidak efektif. Sedangkan untuk komunikasi asesif komunikasi yang mampu menyampaikan pendapat secara lugas kepada orang lain namun tidak melukai dan menyinggung secara verbal dan non verbal belum berjalan dengan baik dalam kegiatan P-LDPM. Begitu pula dengan komunikasi agresif yaitu komunikasi pengutaraan pendapat atau informasi atau pesan secara lugas tidak ada dalam pertemuan kelompok pada Gapoktan Maju Bersama. Pengurus Gapoktan Maju Bersama seharusnya mempersuasi dengan menggunanakan logical argument yaitu ajakan dengan menggunakan argumentasi data-data namun hal ini belum dijalankan dalam kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama. Kemudian dengan psychological ajakan dengan menggunakan efek positif dan negatif, hal ini sudah disampaikan secara tersirat dalam pertemuan kelompok. Sedangkan untuk argument based on credibility juga tidak ada dalam pertemuan kelompok karena tidak ada pakar dalam kegiatan PLDPM yang menjadi pembicara dalam pertemuan kelompok. Pengurus Gapaoktan Maju Bersama mengajak anggotanya dengan mempersuasi mereka dalam pertemuan kelompok dan dalam pertemuanpertemuan secara informal. Komunikasi persuasi mempunyai tujuan utama untuk mengubah sikap petani anggota Gapoktan Maju Bersama agar ikut dalam kegiatan P-LDPM. Komunikasi persuasi dikatakan efektif jika mampu mengubah sikap bahkan memodifikasi perilaku petani anggota Gapoktan Maju Bersama.
Pelaksanaan Kegiatan P-LDPM Keberadaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) sudah diakui dan beraktivitas secara mandiri di perdesaan, meskipun belum semua penduduk Desa Bumiharjo mengetahui kegiatan P-LDPM. Pelaksanaan kegiatan P-LDPM sudah terlaksana yang dilakukan bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat, yang dalam hal ini dijalankan oleh Gapoktan Maju Bersama. Dalam masyarakat desa diharapkan masih terdapat nilai-nilai
52
kebersamaan dan persaudaraan yang teraktualisasi dalam bentuk gotong royong dan saling tolong menolong diantara sesama mereka dalam menjalankan kegiatan P-LDPM. Budaya itu dapat membangun semangat kerbersamaan untuk memperkuat kemampuan Gapoktan Maju Bersama dalam membantu petani yang aktif sebagai anggotanya, terutama dikalangan mereka yang tergabung dalam kelompok tani. Namun pada Gapoktan ini fungsi dari Poktan belum berjalan dengan semestinya, karena poktan yang seharusnya sebagai penyampai informasi kepada petani tentang kegiatan P-LDPM belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini juga diperkuat dari pernyataan (DK, Pengurus Gapoktan yang mengatakan: “Petani anggota Gapoktan Maju Bersama sebagian besar jika butuh informasi tentang kegiatan P-LDPM atau mau menjual hasil panen langsung pada pengurus Gapoktan, tapi tetep ada juga yang bertanya dan ngumpulin gabah di Poktan, itu klo Poktan nya aktif dan tau kegiatan P-LDPM.” Pernyataan di atas menunjukan bahwa fungsi dari Poktan anggota Gapoktan belum berjalan dengan baik. Dimana yang seharusnya Poktan sebagai penyalur informasi dan lumbung pengumpul hasil panen petani anggotanya. Apalagi yang seharusnya Poktan itu melakukan upaya bersama untuk menjaga stabilitas harga gabah dan memperkuat aset untuk penyimpanan dan cadangan pangan yang dimiliki oleh Gapoktan Maju Bersama, sehingga mereka mampuberpartisipasi secara aktif, baik dikalangan pengurus maupun anggota Gapoktan Maju Bersama. Dirasa masih cukup jauh untuk mencapai kesepahaman dan kebersamaan dikalangan pengurus dan anggota itu mampu memprioritaskan kegiatan utama mereka untuk mencapai tujuan lembaga agar memperoleh keberhasilan dari kegiatan tersebut. Karena Gapoktan Maju Bersama baru dapat mengakomodir sebagian kecil anggotanya dari seluruh jumlah anggota yang mencapai 830 petani. Dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM selama ini ternyata pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten maupun kotamemiliki peran yang terbatas dalam kegiatan ini, yang lebih difungsikan hanya pada pelayanan, penunjang, fasilitasi dan motivasi. Sedangakan pada kenyataan di lapangan petani lebih membutuhkan pendampingan yang bersifat langsung dan dapat memberikan mereka solosi dalam bidang pertanian. Juga tidak cukup jika hanya melakukan sosialisasi dan pelatihan
53
hanya pada pengurus Gapoktan Maju Bersama saja. Seharusnya BKP bekerjasama dengan pengurus Gapoktan untuk mengumpulkan seluruh petani anggotanya dalam pertemuan khusus bukan hanya di sisipkan dalam pertemuan kelompok saja. Hal ini dapat ditangkap dari pernyataan salah seorang pengurus Gapoktan (DK, Pengurus Gapoktan) yang mengatakan: “Selama ini kami menyampaikan tentang kegiatan P-LDPM hanya pada pertemuan kelompok yang kami lakukan setiap akan mengadakan musim tanam, namun kadang-kadang jika dibutuhkan pernah juga hampir tiap bulan kami melakukan pertemuan. Kami juga pengurus tidak dapat melakukan pertemuan terlalu sering karena patani anggota Gapoktan Maju Bersama memiliki kegiatan lain selain bertani, jadi suka susah jika harus mengumpulkan semua dan setiap bulan. Sepertia yang ada pada panduan umum kegiatan P-LDPM” Sementara partisipasi pengurus dan anggota Gapoktan bersama masyarakat, organisasi non pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lebih diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM, terutama dalam bidang permodalan dan pengawasan. Berarti kondisi itu perlu juga didukung olehperusahaan swasta dan organisasi profesi untuk melakukan pembinaan dan mendukung keberlanjutan dari Gapoktan Maju Bersama dalam uapaya menjaga stabilitas harga gabah ditingkat petani anggotanya serta ketersediaan cadangan pangan sepanjang waktu. Selama ini memang Gapoktan Maju Bersama berusaha membangun kerjasama yang transparan dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya untuk mengembangkan unit usaha sesuaikesepakatan yang disusun dan dirumuskan bersama oleh para pengurus Gapoktan. Hal ini terlihat dari Gapoktan ini sudah mampu membangun dua unit usaya yaitu unit usaha cadangan pangan dan unit distribusi pangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Demikian pula dalam hal pembukuan Gapoktan Maju Bersama berusaha membuat pembukan meskipun masih dengan cara yang sangat konfensional dan manual. Gapoktan
Maju
Bersama
telah
berhasil
melaksanakan
kegiatan
pembangunan gudang, pembelian hasil panen, pengolahan gabah menjadi beras dan menjadi bibit untuk dijual kembali kepada petani dan anggota Gapoktan yang membutuhkan. Gapoktan Maju Bersama juga melakukanpengadaan bibit, dan penyimpanan gabah yang dilakukan ketika musim paceklik datang. Selain itu
54
Gapoktan juga melakukan penyaluran bantuan kepada seluruh anggota Poktan yang membutuhkan. Dengan menggunakan dana Bansos, APBD, dan swadaya masyarakat beragam kegiatan itu dilaksanakan dengan mengacu pada petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, aturan setempat dan bimbingan dari Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten Lampung Timur, dan PPL di lapangan. Meskipun pada kenyataannya belum semua dapat dijalankan oleh Gapoktan Maju Bersama. Selama ini para pengurus Gapoktan Maju Bersama juga berusaha aktifdalam usaha mengarahkan dan menganjurkan kepada anggota dan pengurus dari masingmasing unit usahanya beserta anggota kelompoknya untuk melakukan kegiatan secara rutin baik mengenai pembukuan, pencatatan, pemantauan, pengawasan dan pelaporan,yang dilaksanakan secara benar dan penuh rasa tanggung jawab, baik ke kabupaten maupun ke pusat. Meskipun pada kenyataannya tidak mudah dirakan dalam melakukan pelaporan yang harus dilakukan oleh para petani pengurus Gapoktan Maju Bersama yang tidak memiliki besik pendidikan yang memadai untuk membuat pembukuan dan pelaporan yang baik, rapi dan sistematis. Hal ini juga disampaikan oleh salah seorang pengus Gapoktan (BS, Wakil Ketua Gapoktan) yang mengatakan: “Kami masih suka susah dalam membuat pelaporan baik laporan untuk Propinsi maupun BKP Pusat, apalagi kami cuma dapat pelatihan sekilas saja, kemudian pelaporan ke BKP pusat yang haruskan dilakukan setiap minggu dengan format SMS yang cukup membingungkan dan kurang jelas.” Pengurus Gapoktan Maju Bersama menyusun telah berusaha menyusun RUG sesuai dengan panduan umum kegiatan P-LDPM, rencana pencairan dana Bansos yang diterima dan pelaksanaan kegiatan P-LDPM, yang difokuskan pada tahap penumbuhan dan tahap pengembangan. Pelaksanaan kegiatan itu diharapkan mampu mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif masing-masing unit usahanya serta seluruh anggota kelompok yang aktif. Meskipun dalam kenyataannya pada Gapoktan Maju Bersama anggotanya belum berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan P-LDPM. Kegiatan P-LDPM telah melakukan pertemuan atau musyawarah, yang harusnya minimal satu bulan sekali namun pada kenyataannya dalam tiga bulan
55
terakhir hanya satu sampai dua kali saja, yang belum dapat dilakukan oleh Gapoktan Maju Bersama, karena sulitnya mengumpulkan petani yang memilikikesibukan
kerja
masing-masing.
Namun
demikian,
masih
ada
penanggung jawab masing-masing unit usaha dan para anggota kelompok ketika pertemuan dapat
dihadiri
oleh PPL. Pertemuan itu diperlukan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan oleh masingmasing unit usaha, dan selanjutnya mereka diharapkan dapat membuat rencana dan langkah perbaikan guna pencapaian tujuan lembaga secara efektif dan efisien di masa depan. Pelaksanaan kegiatan Gapoktan Maju Bersama termasuk juga mengawasi tugas dan tanggung jawab dari unit usaha distribusi pemasaran dan unit pengelola cadangan pangan, yang memperoleh dana bansos untuk kegiatan P-LDPM adalah membuat pembukuan secara teratur yang berlaku bagi seluruh kegiatan yang dilakukan dan melaksanakan kegiatan pembelian dan penjualan gabah juga beras. Gapoktan Maju Bersama juga telah melakukan pengadaan gabah dari petani anggota, dan kemudian penyimpanan gabah yang dibeli dari petani anggota dan disalurkan kepada petani anggota yang membutuhkan gabah atau beras. Diantara kegiatan itu, Gapoktan Maju Bersama juga melakukan pembangunan gudang untuk menyimpan gabah yang dibeli dari petani anggotanya. Meskipun masih sulit dan harus cermat namuan pengurus Gapoktan Maju Bersama telah berusaha membuatnya. Selama ini para petani dan Poktan yang berada dalam wadah Gapoktan Maju Bersamaberperan sebagai produsen gabah, dimana pada saat tertentu mereka juga sebagai konsumen, terutama ketika membutuhkan gabah atau beras petani dapat membeli dari Gapoktan. Sementara itu, pada saat bertindak selaku produsen para petani mempunyai hak untuk dapat menjual gabah dengan harga yang menguntungkan pada Gapoktan Maju Bersama. Mengingat Gapoktan Maju Bersama telah mendapatkan dukungan Dana Bansos maka petani yang ada dalam wadah Gapoktan Maju Bersama pada saat panen raya dapat menjualnya ke unit usaha distribusi dan pemasaran milik Gapoktan Maju Bersama. Saat musim paceklik dimana ada anggota petani tidak mempunyai akses terhadap pangan, maka unit pengelola cadangan pangan wajib menyalurkan
56
pangan seperti gabah dan beras; selain itu juga pangan pokok lokal spesifik lainnya yang dibeli dari petani kepada yang membutuhkan sesuai dengan aturan dan sanksi yang telah disepakati bersama. Namun untuk Gapoktan Maju bersama karena keterbadasan dana dan paling banyak dihasilkan pada Desa Bumiharjo adalah padi jadi Gapoktan memfokuskan pada padi saja untuk saat ini. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh (MN, Ketua Gapoktan) yang mengatakan: “Saat ini kami hanya baru dapat untuk membeli padi saja karena yang paling banyak dihasilakan petani di Desa Bumiharjo ini paling banyak ya padi dan dana dari kegiatan P-LDPM yang ada ini saja gak cukup untuk membeli seluruh hasil panen dari anggota Gapoktan saja, karena jika sudah musim panen padi yang ada pada desa sangat banyak dan kami gak mampu menampungnya.” Selama ini Gapoktan Maju Bersama sebagai organisasi petani yang diakui pemerintah telah menerima dana APBN untuk mendukung kegiatan P-LDPM, yang telahdiberikan selama tiga tahun, yaitu: (a) Tahap Penumbuhan pada tahun pertama, (b) Tahap Pengembangan pada tahun kedua, dan (c) Tahap Mandiri pada tahun ketiga. Gapoktan Maju Bersama saat ini sudah berada pada tahap pengembangan. Dana Bansos tahun pertama dan kedua disalurkan langsung ke rekening Gapoktan Maju Bersama untuk penguatan dan pemberdayaan Gapoktan.Sedangkan untuk tahun ketiga dialokasikan dana APBN itu untuk pembinaan tahap akhir menuju kemandirian. Sesuai kebijakan pemerintah, selama ini alokasi dana APBN tahun 2010 untuk pelaksanaan kegiatan P-LDPM berupa dana Bansos digunakan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan dan penguatan modal usaha Gapoktan Maju Bersama, terutama pada tahap penumbuhan tahun 2010 dan tahap pengembangan. Melalui penyaluran dana bansos tersebut dimaksudkan dapatmemperkuat dan mendukung: (a) kepemilikan aset Gapoktan sebagai sarana penyimpanan pangan, (b) modal usaha Gapoktan, dan (c) cadangan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya disaat menghadapi paceklik. Hal-hal ini yang diharapkan dapat terlaksana dalam kegiatan P-LDPM pada Desa Bumiharjo. Pada Tahap Penumbuhan alokasi dana Bansos per Gapoktan Maju Bersama menerima dana sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dengan
57
komponen kegiatan antara lain untuk: (a) pembangunan atau renovasi gudang milik Gapoktan Maju Bersama untuk penyimpanan pangan; (b) penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan gabah; dan (c) penguatan modal usaha Gapoktan untuk dapat melakukan pembelian gabah dan beras dari petani anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah. Dana tahap pengembangan dapat dilihat peruntukannya pada Tabel 18.
Tabel 18. Harga dan Volume Pembelian berdasarkan Peruntukan Dana Tahap Pengembangan No Kegiatan Volume Nilai (Rp) 1
2
Unit Pengelola Cadangan Pangan a. Pembangunan Gudang (m2) b. Gabah (kg) Unit Distribusi Pemasaran, Pengolahan dan Penggilingan Pembelian Gabah (kg) Jumlah Dana
48 6.060,6
30.000.000 20.000.000
37.878,79
100.000.000 150.000.000
Berdasar data pada Tabel 18 itu tampak jelas bahwa pembangunan gudang seluas 48 meteritu menggunakan dana dari kegiatan P-LDPM senilai Rp. 30.000.000,-. Sementara itu unit pengelola cadangan pangan telah membeli gabah dari petani anggota Gapoktan Maju Bersama seberat 6.060,6 kilo gram senilai Rp. 20.000.000,-. Kemudian unit pemasaran pengolahan dan penggilingan membeli gabah dari petani Gapoktan Maju Bersama seberat 37.878,79 kilogram, seharga Rp. 100.000.000,-. Dari Tabel 18 pula terlihat untuk bantuan dana tahap pertama sebesar Rp. 150.000.000,-. Hanya digunakan untuk tiga hal pembanguan gudang milik Gapoktan dan pembelian gabah untuk unit usaha cadangan pangan juga distribusi pangan. Meskipun demikian hal ini sudah sesuai dengan panduan umum kegiatan P-LDPM BKP Pusat. Kemudian untuk pembangunan gudang perincian dananya dapat di lihat pada Tabel 19. Dari Unit usaha pengolahan cadangan pangan membeli dari petani anggota Gapoktan Maju Bersama sebanyak 6.060,6 kilo gram dengan harga Rp. 3.300,per kilo gram. Jika dijumlahkan dengan pembulatan senilai Rp. 20.000.000,dengan perincian pada tabel 20.Unit usaha distribusi dan pemasaran hasil
58
pertanian membeli gabah dari petani anggota Gapoktan Maju Bersama seberat 37.878,79 dengan harga Rp 2.640 per kilo gram. Jumlah dana yang dipergunakan dalam pembelian sebesar Rp 100.000.000, dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 19. Nilai, Harga dan Volume Pembelian untuk Pembangunan Gudang Volume Harga Nilai (Rp) No Pembelian Satuan (Rp) 1 Semen PC 1 zak (50 kg) 116 53.000 6.148.000 2 Pasir asang (m3) 17,00 135.000 2.295.000 3 3 Batu belah hitam (m ) 12 170.000 2.040.000 4 Split ½(m3) 5,5 285.000 1.567.500 5 Batu bata (buah) 9200 300 2.760.000 6 Besi beton dim 12 mm (btg) 14 70.000 980.000 7 Besi beton dim 10 mm (btg) 13 57.000 741.000 8 Kawat beton/bendrat (kg) 4,5 18.000 81.000 3 9 Papan begisting/kayu (m ) 0,5 1.400.000 700.000 10 Paku (kg) 5 17.500 87.500 11 Paku sekrup atap (kg) 7,5 17.500 131.250 12 Paku anti karat (kg) 2 20.000 40.000 13 Kayu balok kelas 2 (m3) 0,75 2.800.000 1.875.000 14 Papan kayu kelas 2 (m3) 0,5 2.500.000 1.250.000 15 Teekwood T 5cm (lbr) 1,5 78.000 117.000 16 Asbes 80 x 180 (lbr) 100 35.000 3.500.000 17 Bumbungan asbes (pasang) 20 32.000 640.000 18 Set mur baut behel (buah) 4 150.000 600.000 19 Cat kayu (kg) 2 35.000 70.000 20 Cat tembok (kg) 77,5 10.000 775.000 21 Dempul (kg) 1,5 12.500 18.750 22 Plamir tembok (kg) 16 17.500 280.000 23 Tiner (kg) 1,5 15.000 22.500 24 Meni (kg) 1,5 12.500 775.000 25 Amplas (lembar) 10 5000 18.750 26 Baut angker (buah) 18 15.000 50.000 27 Baut mur konsul (buah) 6 15.000 270.000 28 Kuas (buah) 3 10.000 90.000 29 Meni besi (kg) 2 15.000 30.000 30 Engsel pintu (pasang) 2 8.375 30.000 31 Pentu besi (unit) 1 2.775.000 2.775.000 Jumlah Dana 30.000.000 Selanjutnya untuk tahap pengembangan Gapoktan Maju Bersamabeberapa waktu lalu telah menerima dana Bansos sebesar Rp 75.000.000,-(tujuh puluh lima juta rupiah) yang disalurkan ke Gapoktan pada tahap pengembangan (tahun kedua) yang sudah dievaluasi kelayakannya untuk mendapat tambahan modal dari
59
Bansos tahun kedua. Komponen kegiatan untuk dana Bansos tahun kedua antara lain: (a) pembelian dan penjualan gabah dan beras dari petani anggotanya dan di luar anggotanya pada saat panen raya; dan (b) untuk pengadaan gabah dan beraspangan pokok lokal spesifik lainnya dalam rangka memperkuat cadangan pangan.
Tabel 20. Pembelian Gabah Untuk Unit Usaha Pengolahan Cadangan Pangan Unit Usaha Cadangan Pangan Pembelian Gabah No Nama Petani Volume (Kg) Harga Nilai (Rp) Satuan (Rp) 1 Mu’in 400 3300 1.320.000 2 Ponidi 400 3300 1.320.000 3 H. Amir H 400 3300 1.320.000 4 Aminudin 400 3300 1.320.000 5 Dakri 400 3300 1.320.000 6 Dursam 400 3300 1.320.000 7 Dayat 400 3300 1.320.000 8 H. Sukron 400 3300 1.320.000 9 K. Mustofa 400 3300 1.320.000 10 Kh. Mualib 400 3300 1.320.000 11 Mulyani 400 3300 1.320.000 12 Katiran 400 3300 1.320.000 13 Ramiun 400 3300 1.320.000 14 Rifai 400 3300 1.320.000 15 Haryanto 460,6 3300 1.519.980 Jumlah 6.606,6 19.999.980 Dibulatkan 20.000.000 Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi Gapoktan Maju Bersama Tahap Penumbuhan dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap Pengembangan dan unit-unit usaha yang dikelolanya sehingga mampu meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang telah diberikan dan sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya melalui cadangan pangan. Sehingga dengan makin meningkatnya posisi tawar petani, nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat. Dampak dari seluruh dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan P-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
60
petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan wilayah. Namun pengawasan dari pemerintah masih harus lebih ditingkatkan baik dalam bentuk pengawasan dan juga permodalan sehingga Gapoktan Maju Bersama
dapat
lebih
mengembangkan
unit-unit
usaha
yang
dimiliki.
UNSUR KOMUNIKASI GAPOKTAN Responden Penelitian Petani dalam penelitian ini adalah petani padi yang tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama di Desa Bumi Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Terdapat 36 kelompok tani secara terpecinci dapat dilihat pada Lampiran 2, yang didalamnya terdapat 830 petani. Sampel dalam penelitian ini diambil 10% dari populasi petani anggota Gapoktan Maju Bersama. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 83 orang petani yang mengetahui kegiatan Penguatan-LDPM. Faktor internal petani yang diteliti meliputi usia, pendidikan, luas lahan yang dikuasai, dan luas lahan yang ditanami padi. Sebarannya dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. Tabel 21. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Petani Anggota Gapoktan Maju Bersama Karakteristik Persentase No Kategori Jumlah Responden (%) 1 Usia (Tahun) <50 tahun 57 68,67 >50 tahun 26 31,33 2 Pendidikan SD 30 36,14 SMP 19 22,89 SMA 28 33,73 Diploma 3 3,61 Sarjana 3 3,61 3 Lahan yang dikuasai < 0,5 ha 9 15,66 0,5 - 1 ha 61 73,49 > 1 ha 13 10,84 4 Lahan yang ditanami < 0,5 ha 15 8,43 padi 0,5 - 1 ha 61 73,49 > 1 ha 7 18,07 Usia petani dikategorikan berdasarkan di bawah rataan dan di atas rataan. Sebagian besar usia petani berusia di bawah 50 tahun sebesar 68,67 persen. Petani dengan usia di atas 50 tahun sebanyak26 orang sebesar31,33 persen. Petani yang berusia lebih tua memiliki tingkat pengalaman lebih tinggi dibandingkan petani yang berusia lebih muda. Karena banyak pemuda-pemuda desa yang enggan untuk bekerja sebagai petani dan lebih memilih bekerja ke luar desa sebagai karyawan pada paberik atau merantau ke daerah lain.
62
Sebagian besar petani hanya lulus Sekolah Dasar, sebanyak 30 orang dari jumlah responden jika di persentasekan sebesar 36,14 persen. Kemudian disusul dengan lulusan SMA sebanyak 28 orang dengan persentase 33,73 persen. Selanjutnya 19 orang yang lulus dari SMP dengan persentase sebesar 22,89 persen dan terahir dengan jumlah yang sama tiga orang yaitu yang lulus dari diploma dan sarjana sebeasar 3,61 persen. Berdasarkan data ini dapat dikatakan bahwa sebagaian besar pendidikan responden penelitian ini masih cukup rendah. Petani anggota Gapoktan Maju Besama yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar sebanyak sembilan orang jika dipersentasekan sebesar 15,66 persen. Kemudian yang paling banyak petani yang memiliki luas lahan antara 0,5 hektar sampai dengan satu hektar, sebanyak 61 orang sebesar 73,49 persen. Petani yang memiliki lahan lebih dari satu hektar sebanyak 13 orang dan jika dipersentasekan sebesar 10,84 persen. Lahan yang dikuasi responden sudah sebagian besar sudah cukup luas. Luas lahan petani yang ditanami padi yang kurang dari 0,5 hektar sebanyak 15 orang dan jika dipersentasekan sebesar 8,43 persen. Selanjutnya petani yang menanami lahannya antara 0,5 hektar sampai dengan satu hektar sebanyak 61 orang dan jika dipersentasekan sebesar 73,49 persen. Petani yang menanam padi lebih dari satu hektar sebanyak tujuh orang dan jika dipersentasekan sebesar 18,07 persen. Lahan yang ditanami padi responden dalam penelitian ini juga sudah sukup luas berdasar Tabel 21.
Bentuk Komunikasi Gapoktan Bentuk komunikasi Gapoktan diartikan sebagai sebuah proses yang dinamis
yang
secara
berkesinambungan
mengubah
pihak-pihak
yang
berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan mentransfer pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal atau nonverbal disajikan pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22 tampak bahwa petani anggota Gapoktan Maju Bersama paling banyak memperoleh informasi mengenai kegiatan P-LDPM dari pengurus Gapoktan karena yang paling sering menyampaikan kegiatan P-LDPM
63
juga adalah pengurus Gapoktan. Meskipun ketua Gapoktan juga menyampaikan kegiatan P-LDPM namun yang paling sering adalah Pengurus Gapoktan. Pengurus Poktan yang juga sebagai anggota Gapoktan Maju Bersama ada yang menjadi pengurus Gapoktan dan ikut menyampaikan dan mensosialisasikan kepada petani anggotanya. Hal ini juga sesuai yang disampaikan (MN, Ketua Gapoktan) yang mengatakan: “Kami pengurus bergantian saja menyampaikan informasi dalam pertemuan kelompok kepada petani anggota Gapoktan, namun meski biasanya tetap ada salah seorang pengurus yang menjadi pemandu acara dalam pertemuan kelompok untuk mengatur agar pertemuan berjalan dengan lancar.” Dari 36 Poktan hanya sembilan orang yang merangkap menjadi pengurus Gapoktan Maju Bersama. Poktan dalam kegiatan P-LDPM belum berfungsi secara baik, hal ini terlihat dari cara petani yang jika memerlukan informasi akan langsung bertanya kepada pengurus Gapoktan bukan kepada pengurus Poktan yang bersangkutan.
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Bentuk Komunikasi Kegiatan P-LDPM No Bentuk Komunikasi Jumlah Persentase (%) 1 Sumber informasi kegiatan P-LDPM 55 66,27 Pengurus Gapoktan Maju Bersama 2 Penyampai informasi kegiatan P-LDPM 54 65,06 Pengurus Gapoktan Maju Bersama 3 Metode penyampaian informasi kegiatan PLDPM Pertemuan kelompok 79 95,18 45 54,22 Terjadi tanya jawab: selalu 63 75,90 Petani bertanya: kadang-kadang Pengurus Gapoktan menyampaikan kegiatan P-LDPM dalam pertemuan kelompok dengan petani anggota kelompoknya yang melibatkan PPL dan perangkat desa. Dalam pertemuan kelompok selalu terjadi tanya jawab antara pengurus Gapoktan dengan petani anggotanya, tetapi responden hanya kadangkadang saja bertanya dalam pertemuan kelompok tersebut.
Seperti yang
dikemukan Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) bahwa Komunikasi sebagai transaksi yaitu komunikasi diartikan sebagai sebuah proses yang dinamis
64
yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi transaksi hanya kadang-kadang saja terjadi dalam pertemuan kelompok dalam Gapoktan Maju Bersama. Responden pula hanya kadang-kadang bertanya bukan karena tidak ada kesempatan, namun responden terkadang kesulitan menyampaikan secara verbal apa yang ada dalampikiran mereka sehingga sedikit yang bertanya. Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Pengurus, PPL dan Responden Anggota Gapoktan Maju Bersama Persentase No Intensitas Interaksi Jumlah (%) 1 Responden bertemu pengurus Gapoktan 59 71,08 Frekuensi dalam 3 bulan terakhir: 1-2 kali 66 79,53 Frekuensi pertemuan formal membicarakan P-LDPM: kadang-kadang Frekuensi pertemuan informal 67 80,72 membicarakan P-LDPM: kadang-kadang 2 Responden bertemu PPL 51 61,45 Frekuensi dalam 3 bulan terakhir: 1-2 kali 54 65,06 Frekuensi pertemuan formal membicarakan P-LDPM: kadang-kadang Frekuensi pertemuan informal 61 73,49 membicarakan P-LDPM: kadang-kadang 3 Responden bertemu sesama anggota Gapoktan 60 72,28 Frekuensi pertemuan formal membicarakan P-LDPM: kadang-kadang 77 92,77 Frekuensi pertemuan informal membicarakan P-LDPM: kadang-kadang Frekuensi bertanya kegiatan P-LDPM: 73 87,95 kadang-kadang Selain bentuk komunikasi yang dilihat pada sumber informasi juga intensitas interaksi antara pengurus Gapoktan dengan PPL juga sesama petani anggota Gapoktan (Tabel 23).Goldberg dan Larson (2006) bahwa interaksi adalah komunikasi interaksi mencakup penyampaian maksud dari pemikiran seorang pemikir ke orang yang lain baik secara sengaja maupun tidak. Interaksi dalam Gapoktan ini diharapkan dapat menyampaikan maksud untuk mengajak petani anggotanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan P-LDPM. Namun pada Tabel 23 tampak bahwa intensitas interaksi antara pengurus Gapoktan Maju Bersama dengan responden anggotanya dalam tiga bulan terakhir umumnya hanya satu
65
sampai dua kali saja, padahal seharusnya sesuai dengan buku panduan petunjuk umum pelaksanaan kegiatan P-LDPM, pertemuan harus dilakukan minimal setiap bulan. Pengurus Gapoktan hanya kadang-kadang saja membicarakan kegatan PLDPM baik dalam pertemuan formal maupun informal. Demikian pula dengan intensitas PPL tehadap petani anggota Gapoktan Maju Bersama. Selain itu pada pertemuan kelompok tidak hanya membahas kegiatan P-LDPM namun juga membicarakan banyak hal seperti bibit unggul, hama dan pupuk. Demikian pula dengan intensitas pertemuan mereka dengan PPL. Intensitas interaksi sesama petani anggota Gapoktan Maju Bersama dalam pertemuan formal dan informal hanya kadang-kadang saja membicarakan kegiatan P-LDPM. Dalam pertemuan informal, petani sesama anggota Gapoktanlebih sering membicarakan kegiatan PLDPM dibandingkan pada pertemuan formal. Petani anggota Gapoktan hanya kadang-kadang saja bertanya kepada sesama anggota Gapoktan tentang kegiatan P-LDPM karena sebagian besar responden apabila memerlukan informasi tentang kegiatan P-LDPM lebih banyak langsung bertanya pada pengurus Gapoktan Maju Bersama. Namun kurangnya intensitas ini mendapat pembelaan dari pihak pengurus Gapoktan Maju Bersama (DK, Pengurus Gapoktan) yang mengatakan: “Petani anggota Gapoktan ini kan memiliki kesibukan masing-masing selain bertani, jadi kami juga pengurus sedikit kesulitan jika harus mengumpulkan mereka setiap bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada hal-hal penting yang perlu disampaikan kami pernah melakukan pertemuan dalam sebulan sampai dua kali, meskipun sangat jarang.” Meskipun demikian diharapkan setidaknya pengurus Gapaoktan Maju Bersama harus tetap mengadakan pertemuan khusus guna mensosialisakan kegiatan P-LDPM kepada seluruh anggotanya. Intensitas interasksi antara sesama anggota baik bersifat formal maupun informal sebaiknya lebih ditingkatkan. Pengurus dan PPL juga diharapkan lebih meningkatkan intensitas interaksi kepada petani, karena masih banyak juga petani anggota Gapoktan Maju Bersama yang belum mengetahui kegiatan P-LDPM.
66
Jenis Pesan Pesan yang disampaikan oleh sumber informasi dalam kegiatan P-LDPM meliputi materi yang diberikan pengurus Gapoktan Maju Bersama, juga bahan yang diberikan oleh PPL kepada petani anggota Gapoktan. Bahasa yang digunakan ketika melakukan sosialisasi kegiatan P-LDPM kepada petani anggota Gapoktan Maju Bersama, juga berpengaruh terhadap pengertian petani tentang kegiatan P-LDPM. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Pesan dalam Kegiatan P-LDPM disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pesan dalam Kegiatan P-LDPM Persentase No Jenis Pesan Jumlah (%) 1 Materi pertemuan kegiatan P-LDPM Tujuan kegiatan P-LDPM 63 75,90 43 51,81 Rencana kegiatan P-LDPM 41 49,40 Latar belakang kegiatan P-LDPM 2 Petani mengerti materi tentang kegiatan P47 56,63 LDPM Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa dalam pertemuan kelompok yang paling banyak disampaikan adalah tujuan, rencana kegiatan dan latar belakang kegiatan P-LDPM. Hal-hal yang tidak kalah penting seperti tugas dan tanggung jawab petani juga indikator keberhasilan justru disampaikan hanya sekilas saja. Hal ini juga tersirat dari (BS, Wakil Ketua Gapoktan) yang menyatakan: “Yang penting kami sampaikan tujuan kegiatan dan rencana kegiatan PLDPM, sedangkan yang lain dapat disampaikan sambil jalan saja dan ketika terjadi tanya jawab antara anggota dan pengurus pada saat pertemuan kelompok. Namun saya rasa anggota yang sering ikut dalam pertemuan Gapoktan sudah mengetahui tujuan sampai indikoator keberhasilan kegiatan P-LDPM ini.” Sebagian besar petani anggota Gapoktan mengerti mengenai materi yang disampaikan dalam pertemuan kelompok oleh pengurus dan PPL. Responden mengerti karena sebagian besar petani anggota mengerti bahasa yang dipakai Pengurus Gapoktan dan PPL. Berlo (1960) mengartikan isi pesan sebagai materi dalam pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekpresikan tujuannya
67
berkomunikasi. Tujuan berkomunikasi dalam kegiatan ini adalah untuk mengajak petani anggota Gapoktan Maju Bersama untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan P-LDPM di Desa Bumiharjo. Bahasa yang digunakan pengurus Gapoktan Maju Bersama dan PPL hampir secara keseluruhan menggunakan Bahasa Indonesia. Berlo (1960) mengartikan kode pesan sebagai setiap kelompok simbol-simbol yang dapat distrukturkan dengan cara tertentu sehingga bermakna bagi sejumlah orang. Bahasa adalah kode pesan yang utama dalam komunikasi antar pribadi. Setiap kode bahasa memiliki sekelompok elemen seperti kosakata dan prosedur untuk mengombinasikan elemen-elemen tersebut sehingga bermakna. Porsi Bahasa Indonesia lebih banyak digunakan PPL dari pada pengurus Gapoktan karena terkadang dalam menyampaikan informasi, pengurus Gapoktan juga menyisipkan Bahasa Jawa. Sebagian besar petani anggota Gapoktan adalah penduduk trasmigran EtnisJawa, meskipun Desa Bumiharjo berada di Provinsi Lampung namun dalam penyampaian informasinya kurang bahkan tidak menggunakan Bahasa Lampung. Hal ini juga diperkuat dari pernyataan dari pengurus Gapoktan Maju Bersama bahwa “anggota kelompok tani kami seluruhnya berasal dari suku Jawa, jadi kami tidak menggunakan Bahasa Lampung dalam menyampaikan informasi kegiatan P-LDPM meskipun kami tinggal di Provinsi Lampung”.
Saluran Komunikasi Saluran yang digunakan pengurus Gapoktan Maju Bersama ketika menyampaikan kegiatan P-LDPM kepada petani anggota Gapoktannya seperti antar pribadi, kelompok atau bermedia. Tabel 25 menyajikan jumlah dan persentase responden berdasarkan saluran komunikasi kegiatan P-LDPM. Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa apabila memerlukan informasi tentang kegiatan P-LDPM sebagian besar responden petani anggota Gapoktan Maju Bersama langsung bertanya pada pengurus Gapoktan. Hanya kadang-kadang saja pada petani anggota Gapoktan Maju Bersama berkomunikasi antar pribadi membicarakan
kegiatan
P-LDPM.
Sedangkan
menurut
Sendjaja
(2007)
mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar perorangan
68
dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Namun komunikasi antar pribadi dalam Gapoktan Maju Bersama hanya kadang-kadang saja terjadi antara pengurus Gapoktan, PPL dan petani.
Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Saluran Komunikasi Kegiatan P-LDPM No Saluran Komunikasi Jumlah Persentase (%) 1 Petani memerlukan informasi kegiatan PLDPM bertanya pada pengurus Gapoktan 73 43,97 2 Komunikasi antar pribadi anggota: kadang60 72,29 kadang 3 Komunikasi kelompok Gapoktan: kadang63 75,90 kadang 4 Komunikasi bermedia: Jarang 51 60,00 Komunikasi kelompok juga hanya kadang-kadang saja dilakukan. Sedangkan menurut Robbins (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berfungsi mengendalikan perilaku anggotanya, memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, sebagai jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial dan komunikasi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk membuat keputusan menyertakan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan. Karena komunikasi kelompok hanya kadang-kadang saja pada Gapoktan Maju Bersama jadi kurang dapat mengendalikan perilaku petani anggotanya. Sedangkan untuk komunikasi bermedia belum digunakan secara maksimal seperti pernyatan dari (MN, Ketua Gapoktan) yang mengatakan: “Media yang kami gunakan dalam kegiatan ini baru surat undangan untuk mengumpulkan pengurus Poktan dan perangkat desa, sedangkan untuk media-media lain dalam sosialisa belum ada, kami hanya menyampaikan saja secara kegiatan P-LDPM dalam pertemuan kelompok yang rutin kami adakan.” Pengurus
Gapoktan
sangat
jarang
menggunakan
media
dalam
menyampaikan kegiatan P-LDPM pada petani anggotanya, pengurus hanya menggunakan media berupa surat edaran untuk mengundang petani anggotanya
69
untuk ikut dalam sosialisasi dalam kegiatan P-LDPM. Pengurus diharapkan lebih dapat menggunakan media-media dalam menyampaikan kegiatan P-LDPM agar petani anggotanya lebih dapat mengerti dan memahami kegiatan ini lebih mudah.
Penerima Informasi Penerima informasi meliputi persepsi petani anggota Gapoktan Maju Bersama mengenai kegiatan P-LDPM dan kepercayaannya kepada pengurus Gapoktan, PPL sesama petani. Persepsi petani anggota Gapoktan terdiri dari penilaian responden mengenai keberhasilan kegiatan, yang diuntungkan, kepentingan siapa dan bagaimana kegiatan P-LDPM dijalankan. Hasil analisisnya disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Persepsi Petanipada Kegiatan P-LDPM Persentase No Persepsi Petani Jumlah (%) 1 Keberhasilan kegiatan P-LDPM ditentukan 42 50,60 pengurus Gapoktan 2 Petani diuntungkan dari kegiatan P-LDPM 80 96,39 3 Kegiatan P-LDPM kepentingan petani 81 83,50 4 Tingkat kesulitan P-LDPM dijalankan: biasa saja 55 66,27 Berdasarkan Tabel 26 sebagian responden mempersepsikan bahwa keberhasilan kegiatan P-LDPM ditentukan oleh pengurus Gapoktan Maju Bersama, karena mulai dari dana sampai kebijakan cara mengelola dana dari pemerintah pusat dipegang dan diatur oleh pengurus Gapoktan, meski pengurus Gapoktan masih harus melakukan pelaporan setiap minggu kepada pemerintah pusat. Robbins (2002) bahwa mengatakan tujuan dari pengintepretasian atau penafsiran ketika individu mempersepsikan sesuatu adalah agar stimulus itu dapat memberi makna kepada lingkungan mereka. Secara keseluran respondan menyambut positif dengan adanya kegiatan P-LDPM ini terlihat dari pernyataan salah satu reponden (ML, anggota Gapoktan) yang mengatakan: “Yang pasti semenjak ada kegiatan P-LDPM ini di Desa Bumiharjo sudah gak ada lagi tengkulak yang suka ngerusak harga dipetani dan kami gak perlu sulit-sulit jual hasil panen ke pasar karena bisa jual langsung ke Gapoktan dengan harga yang pantas.”
70
Berdasar pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan bahwa mereka adalah orang yang paling diuntungkan dengan adanya kegiatan P-LDPM karena petani dapat lebih mudah menjual hasil panen kepada Gapoktan dengan harga yang wajar dan sesuai harga pasar. Petani juga merasa bahwa kegiatan P-LDPM ini dilaksanakan untuk kepentingan mereka, karena mereka tidak perlu sulit menjual hasil panen pada pemain harga atau tengkulak. Namun kegiatan Pengatan-LDPM dirasakan masih biasa saja dan cenderung sulit untuk dijalankan, karena responden merasa belum dapat menjual seluruh hasil panen mereka pada Gapoktan karena keterbatasan modal yang dimiliki Gapoktan dari dana Bansos. Di sisi lain pengurus Gapoktan juga masih kesulitan dalam pembuatan pelaporan baik pada pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat.Selanjutnya untuk tingkat kepercayaan reponden dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kepercayaan pada Pengurus Gapoktan, PPL, dan Sesama Anggota Gapoktan No Tingkat Kepercayaan Jumlah Persentase (%) 1 Pengurus Gapoktan 81 97,59 2 PPL 73 87,95 3 Sesama anggota Gapoktan 53 63,86 Hasil analisis tentang tingkat kepercayaan responden terhadap perngurus Gapoktan, PPL dan sesama petani disajikan pada Tabel 27.Dari Tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden anggota Gapoktan Maju Bersama lebih mempercayai apa yang disampaikan oleh pengurus Gapoktan Maju Bersama. Responden mempercayai ketua dan pengurus Gapoktan Maju Bersama karena ketua dan pengurus Gapoktan dipilih langsung oleh petani anggotanya, kemudian yang menjadi pengurus sebagian besar perwakilan dari Poktan-poktan anggota Gapoktan Maju Bersama. Namun tidak semua Poktan memiliki wakilnya pada kepengurusan namun setiap petani dapat langsung bertanya pada pengurus Gapoktan. Responden juga mempercayai apa yang disampaikan oleh PPL, karena petani menganggap sebagai pembimbing dan fasilitator kegiatan P-LDPM. Luhmann (1979) mengatakan bahwa tidak akan ada masyarakat tanpa kepercayaan, karena kepercayaan adalah fakta mendasar dari kehidupan sosial.
71
Namun justru sesama petani tingkat kepercayaan mereka tidak setinggi pada pengurus Gapoktan Maju Bersama. Jika dilihat secara keseluruhan tingkat kepercayaan petani sudah cukup tinggi, karena lebih dari setangah sudah responden sudah saling percaya satu sama lain.
72
73
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEGIATAN P-LDPM Efektivitas komunikasi dilihat dari tiga aspek meliputi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat pengetahuan. Melihat tingkat pengetahuan dengan cara memberi responden tujuh pertanyaan yang diberi nilai satu untuk jawaban benar dan nilai nol untuk jawaban salah. Dari seluruh jawaban pertanyaan diberi nilai tengah dan dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan. Mulai dari pengetahuan yang rendah, sedang dan tinggi. Hasil analisisnya secara singkat dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden BerdasarkanTingkat Pengetahuan tentang Kegiatan P-LDPM No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase(%) 1 Rendah 1 1,20 2 Sedang 14 16,87 3 Tinggi 68 81,93 Pada Tabel 28 terlihat tingkat pengetahuan responden petani anggota Gapoktan Maju Bersama mengenai kegiatan P-LDPM dapat dikatakan tinggi. Dari tujuh pertanyaan yang diberikan sebagian besar responden dapat menjawab dengan tepat enam pertanyaan. Seperti pertanyaan tujuan kegiatan, manfaat kegiatan, tugas PPL, tugas pengurus Gapoktan, berapa tahap kegiatan, dan indikator keberhasilan. Hanya satu pertanyaan tentang tugas petani dalam kegiatan P-LDPM yang hanya 25 persen responden yang dapat menjawab benar. Tubbs dan Moss (2000) menyatakan pemahaman arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Jika dikaitan pendapat ini dengan Tabel 28 bahwa pengrus telah cukup berhasil menyampaikan informasi tentang kegiatan P-LDPM pada petani anggotanya. Namun ada hal yang harus disayangkan karena belum seluruh petani anggota Gapoktan Maju Bersama Mengetahui kegiatan ini, hanya anggota yang aktif dan memiliki Poktan yang aktif saja yang mengetahui kegiatan P-LDPM.
74
Sebagian besar petani juga belum mengetahui jika dalam kegiatan P-LDPM petani seharusnya sebagai penikmat dari kegiatan ini, namun sebagian besar petani masih merasa bahwa mereka hanya sebagai pelaksana dalam kegiatan PLDPM. Karena jika sesuai dengan panduan umum kegiatan P-LDPM petani seharusnya sebagai penikmat kegiatan ini dan petani dapat berperan sebagai produsen sekaligus konsumen jika musim paceklik datang pada Desa Bumiharjo. Tingkat afektif petani dilihat dari enam pernyataan yang diberikan dengan tiga pilihan jawab setuju, ragu-ragu dan tidak setuju. Kemudian setiap jawaban tidak setuju diberi nilai satu, ragu-ragu diberi nilai dua dan setuju diberi nilai tiga. Selanjutnya diberi nilai rata-rata untuk setiap responden dan dikelompokkan menjadi tiga yaitu negatif, netral dan positif. Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Afektif Petani tentang Kegiatan P-LDPM No Tingkat Afektif Jumlah Persentase(%) 1 Negatif 0 0,00 2 Netral 2 2,40 3 Positif 81 97,60 Dari Tabel 29 dapat dilihat tingkat afektif responden petani anggota Gapoktan Maju Bersama terkait kegiatan P-LDPM sebagian besar sangat setuju atau positif dengan adanya kegiatan ini, karena dianggap mempermudah petani dalam menjual hasil panen mereka. Secara kelompok tidak ada petani anggota Gapoktan yang memandang negatif adanya kegiatan P-LDPM dan hanya dua orang saja yang tergolong netral dalam kegiatan ini. Karena itu pengurus Gapoktan meningkatkan komunikasi antar pribadi diantara sesama anggota Gapoktan Maju Bersama. Tubbs dan Moss (2000) menyatakan yang mempengaruhi sikap tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini pengurus Gapoktan dan PPL sudah sukup berhasil untuk mempengaruhi anggotnya untuk ikut dalam kegiatan P-LDPM. Meskipun tetap terdapat petani anggota Gapoktan Maju bersama yang menjual hasil panen kepada Gapoktan namun mereka belum mengatahui secara keseluruhan tujan dari kegiatan P-LDPM. Petani setuju dengan
75
adanyanya kegiatan ini karena mereka merasa lebih mudah menjual hasil panen dan tetap dibeli dengan harga yang wajar oleh Gapoktan Maju Bersama. Untuk tingkat perilaku responden diberi delapan pertanyaan dan untuk jawaban tidak pernah diberi nilai satu, kadang-kadang nilai dua dan selalu nilai tiga. Kemudian dijumlahkan dan diberi nilai tengah, setelah itu dikelompokkan menjadi tiga kategori tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan kegiatan PLDPM (Tabel 30).
Tabel 30. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Perilaku tentang Kegiatan P-LDPM No Tingkat Perilaku Jumlah Persentase(%) 1 Tidak sesuai 12 14,46 2 Kurang sesuai 55 66,26 3 Sesuai 16 19,28 Berdasar Tabel 30 tampak bahwa tingkat perilaku responden petani anggota Gapoktan Maju Bersama sebagian besar masih kurang sesuai dengan kegiatan PLDPM, karena sebagian besar petani hanya satu sampai dua kali saja ikut dalam sosialisasi kegiatan P-LDPM. Responden hanya kadang-kadang saja ikut merencanakan dan menyimpan hasil panen pada Gapoktan Maju Bersama. Sebagian besar responden sudah menjual hasil panen pada Gapoktan meskipun masih kadang-kadang dan tidak seluruh hasil panen. Responden juga sudah melakukan pembelian bibit padi pada Gapoktan meskipun masih dalam jumlah kecil karena produksi bibit Gapoktan yang masih terbatas. Tubbs dan Moss (2000) menyatakan bahwa tindakan mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan.Pada tahap ini pengurus Gapoktan Maju bersama telah berhasil membuat petani anggotanya paham akan kegiatan P-LDPM namun belum mampu mebuat petani anggotanya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan P-LDPM.
76
Cadangan pangan yang menjadi indikator keberhasilan kegiatan ini sudah tercapai dengan dana alokasi yang diberikan dan dikelola oleh Gapoktan Maju Bersama. Kekurangsesuaian juga terlihat pada pelaksanaan kegiatan di lapangan seperti yang pada panduan umum kegiatan P-LDPM pengurus Gapoktan harus melakukan koordinasi dengan petani anggotanya sebulan sekali namun kenyataan pada lapangan pengurus Gapoktan dalam tiga bulan hanya satu sampai dua kali saja bertemu dengan petani anggotanya.
Hubungan Komunikasi Gapoktan dengan Efektivitas Komunikasi Untuk mengukur hubungan bentuk komunikasi dengan efektivitas komunikasi dalam kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama. Analisis menggunakan rank Spearman dengan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil uji rank Spearman (rs) disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Afektif, Tingkat Perilaku Berdasarkan Bentuk Komunikasi Anggota Gapoktan Maju Bersama Koefisien Rank Sperman No Unsur Komunikasi Pengetahuan Afektif Perilaku 1 Bentuk komunikasi 0.10 -0.15 0.12 2
Intensitas interaksi
-0.14
0.01
0.11
3
Tingkat pemahaman pesan
0.30**
-0.13
0.29**
4
0.43**
-0.06
0.21*
-0.13
0.06
0.35**
0.12
0.32**
0.08
7
Tingkat bahasa yang digunakan Tingkat komunikasi antar pribadi Tingkat komunikasi kelompok Tingkat komunikasi bermedia
-0.03
-0.13
0.12
8
Tingkat persepsi petani
0.01
0.23*
-0.18*
9
Tingkat kepercayaan
0.36**
-0.02
0.01
5 6
Keterangan : ** Korelasi pada taraf sangat nyata 0,01 * Korelasi pada taraf nyata 0,05
Berdasarkan hasil korelasi dapat dilihat bahwa bentuk komunikasi dan intensitas interaksi tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku.Bentuk komunikasi yang dilakukan belum terjadi dua arah hanya baru terjadi tanya jawab saja. Frekuansi pertemuan antarapengurus
77
Gapoktan, PPL dan petani anggotanya yang seharusnya terjadi setiap bulan hanya terjadi satu sampai dengan dua kali saja dalam tiga bulan terakhir. Demikan pula dengan frekunsi pertemuan formal dan informal yang membahas kegiatan PLDPM hanya kadang-kadang saja terjadi. Tingkat pemahaman pesan sangat berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku, jadi semakin tinggi pemahaman responden tentang P-LDPM maka perubahan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku responden akan semakin tinggi. Hal ini karena semua materi telah disampaikan dalam perteman kelompok mulai dari latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan sampai dengan rencana kegiatan P-LDPM. Jenis bahasa yang digunakan sangat berhubungan dengan perubahan tingkat pengetahuan dan berhubungan dengan tingkat perilaku, sehingga dapat dikatakan semakin dimengerti bahasa yang digunakan oleh pengurus Gapoktan dan PPL maka akan sangat menambah pengetahuan responden dan mengubah perilaku responden. Hal ini karena penduduk Desa Bumiharjo sebagain besar mengerti dan menguasa Bahasa Indosesia karena meskipun petani anggota Gapoktan Maju Bersama Bersuku Jawa karena desa ini berada di daerah Lampung jadi mau tidak mau seluruh anggotanya menggunakan Bahasa Indonesia. Tingkat komunikasi antar pribadi berhubungan dengan tingkat perilaku sehingga semakin sering terjadi komunikasi antara petani anggota Gapoktan maka petani akan semakin berpartisipasi dalam kegiatan P-LDPM. Tingkat komunikasi kelompok berhubungan dengan tingkat afektif, jadi semakin sering terjadi pertemuan kelompok maka semakin positif penilaian petani tentang P-LDPM. Tingkat komunikasi bermedia tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku, karena pengurus Gapoktan dan PPL hanya menggunakan surat edaran untuk mengundang petani dalam sosialisasi kegiatan P-LDPM. Tingkat persepsi petani berhubungan dengan tingkat afektif dan tingkat perilaku, sehingga dapat dikatakan semakin mudah dijalankan kegiatan P-LDPM dan persepsi petani anggota Gapoktan semakin positif pula tingkat afektif petani namun untuk tingkat perilaku semakin sulit persepsi petani tentang kegiatan PLDPM maka petani merasa memiliki tantangan dalam menjalankannya. Tingkat
78
kepercayaan berhubungan dengan tingkat pengetahuan, semakin percaya petani kepada pengurus Gapoktan dan PPL maka tingkat pengetahuan petani anggota Gapoktan semakin baik. Dari data di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman responden akan pesan yang disampaikan pengurus Gapoktan dan PPL maka semakin berhubungan denganperubahan tingkat pengetahuan juga tingkat perilaku responden. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Afektif denganTingkat Perilaku Untuk mengukur hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat afektif dengan tingkat perilaku dalam kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama. Analisis menggunakan rank Spearman dengan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil uji rank Spearman (rs) disajikan pada Tabel 32. Tabel 32. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Afektif Berdasarkan Tingkat Perilaku Anggota Gapoktan Maju Bersama No Tingkat Pengetahuan Tingkat Perilaku Tingkat Afektif 1
Tingkat Pengetahuan
0.03
2
Tingkat Afektif
0.14
Berdasarkan Tabel 32 terliahat bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kegiatan P-LDPM dengan perilaku petani anggota Gapoktan. Demikan pula dengan tingkat afektif yang tidak berhubungan dengan tingkat perilaku. Meskipun tingkat pengatuan responden tinggi namun tidak seiring dengan perilaku petani dalam menjalankan kegiatan P-LDPM. Hal yang sama kembali terjadi pada tingkat afektif positif terhadap kegiatan P-LDPM damun tidak sesuai dengan tingkat perilaku. Pada tingkat perilaku masih banyak responden yang belum rutin menghadiri pertemuan kelompok kegiatan PLDPM, responden belum ikut merencanakan kegiatan P-LDPM, responden belum melakukan penyimpanan gabah pada Gapoktan Maju Bersama, dan responden juga belum membeli bibit juga menjual hasil panen pada Gapoktan. Responden belum menjual hasil panen pada Gapoktan karena keterbatasan dana yang dimiliki Gapoktan dalam membeli hasil panen anggotanya.
79
Belum berhubungan tingkat pengetahuan dan tingkat afektif dengan tingkat perilaku karena yang lebih berpengaruh pada kegiatan P-LDPM ini yaitu motif ekonomi, karena Gapoktan dapat membeli hasil panen petani dengan harga yang wajar dan diatas harga tengkulak yang membeli hasil panen dengan harga murah ketika musim panen datang. Karena Gapoktan sudah memiliki setandar harga yang sesuai dengan harga pasar. Terdapat juga petani yang tidak mengetahui kegiatan P-LDPM namun tetap menjual hasil panen pada Gapoktan karena dianggap lebih mudah dan menguntungkan.
80
81
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Gapoktan Maju Bersama melaksanakan kegiatan P-LDPM sejak tahun 2010 sampai dengan saat ini, dari tiga tahap kegiatan P-LDPM saat ini Gapoktan Maju Bersama sudah menjalankan tahap pengembangan kegiatan P-LDPM dan Gapoktan Maju Bersama sudah memiliki dua unit usaha. 2. Bentuk komunikasi yang dilakuan pengurus Gapoktan Maju Bersama yaitu pertemuan kelompok dengan PPL dan petani anggotanya dan pada waktu itulah selalu terjadi tanya jawab.Intensitas interaksi antara pengurus Gapoktan, PPL dan petani dalam tiga bulan terakhir hanya satu sampai dua kali saja yang seharusnya dilakukan setiap bulan. Materi yang paling banyak disampikan dalam pertemuan kelompok tentang tujuan kegiatan P-LDPM. Bahasa yang digunakan sebagian besar Bahasa Indonesia. Komunikasi antar pribadi, kelompok dan bermedia hanya kadang-kadang saja dilakukan. Petani mempersepsikan merasa diuntungkan dan menyambut baik adanya kegiatan PLDPM. Responden sebagaian besar paling percaya dengan apa yang disampaiakn oleh pengurus Gapoktan Maju Bersama. 3. Efektivitas komunikasi pada Gapoktan Maju Bersama sudah cukup tinggi untuk tingkat pengetahuan dan tingkat afektif dilihat dari pertanyaan juga pernyataan yang diberikan pada responden, sedangkan untuk tingkat perilaku masih perlu ditingkatkan karena partisipasi anggota Gapoktan masih kurang sesuai.
Saran 1. Gapoktan diharapkan melakukan pertemuan kelompok yang khusus membahas tentang kegiatan P-LDPM setiap bulan, agar anggota Gapoktan mengetahui tujuan kegiatan secara menyeluruh. 2. Pemerintah diharapkan konsisten terhadap pendanaan dan pengawasan PLDPM agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar berkesinambungan. 3. Bentuk komunikasi, intensitas interaksi dan komunikasi bemedia harus ditingkatkan
karena
masih
belum
berhubungan
dengan
efektivitas
82
komunikasiyang meliputi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku dalam kegiatan P-LDPM. 4. Sosialisasi kegiatan P-LDPM harus lebih memperbanyak menggunakan media bergambar agar petani anggota Gapoktan Maju Bersama yang memiliki keterbatasan dalam membaca dapat memahami melalui gambar. 5. Pengurus Poktan agar aktif mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dari Gapoktan. Sehingga anggota tidak lagi langsung bertanya pada Gapoktan.
83
DAFTAR PUSTAKA Deptan Departemen Pertanian. 2007. Kebijakan Pengembangan Kelembagaantani. Jakarta: Biro Perencanaan dan KLN. Departemen Pertanian RI. [BKP] Badan Ketahanan Pangan Republik Indonesia. 2010. Panduan Umum LDPM. Jakarta: Biro Perencanaan dan KLN. Departemen Pertanian RI. ______. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. ______. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Ny. Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi IV. Jakarta: Bina Aksara. Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hilgard, E. H. 1997. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Edisi Ke-8. Cetakan Ke-5. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq & Rukmini Barhana. Jakarta : Penerbit Erlangga. Berlo, DK. 1960. The Process of Communication. An Introduction to Theory and Practice. New York. Chicago. San Francisco. Atlanta. Dallas. Monteral. Toronto. London. Sydney : Holt, Rinchart and Winston. Brehm & Kassin. 1996. Social Psychology. Third Edt. Boston: Houghton Mifflin Co. Bungin B. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana. Burgon & Huffner. 2002. Human Communication. London: Sage Publication. DeVito JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi kelima. Hunter College of the City University of NewYork. Alih bahasa Ir. Agus Maulana MSM, Proofreader: Dr. Lyndon Saputra. Jakarta : Professional Books. Effendy Onong Uchjana. 1979. Komunikasi dan Modernisasi. Bandung: Alumni. Fisher Aubrey B. 1986. Teori-teori Komunikasi. Penyunting Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Bandung: Remadja Karya. Goldberg AA dan Larson CE. 2006. Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi dan Penerapannya. Alih bahasa Koesdarini Soemiati. Jakarta: UI Press. Hubeis Vitayala Aida dkk. 2010. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor. Sains KMP IPB Press.
84
Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Leavitt, H. J. 1997. Psikologi Manajemen. Edisi Ke-4. Alih Bahasa : Muslichah Zarkasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Leeuwis, C. 2009. Komunikasi Untuk Inovasi Pedesaan. Berpikir kembali tentang penyuluhan pertaniaan. Kanisius. Jakarta. Littlejohn SW dan Foss KA. 2009. Teori Komunikasi. Edisi kesembilan. Jakarta: Salemba Humanika. Luhmann N. 1979. Reflexionsprobleme Im Erziehungssystem. Stuttgart. Klettcotta Manjar A. 2002. Efektivitas Komunikasi Perencanaan Partisipatif P3MD pada Lembaga Keamanan Masyarakat Desa (LKMD) di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Morissan dan Wardhany AC. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Muin A, 2010. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapoktan Maju Bersama Desa Bumiharjo Kabupaten Lampung Timur. Mulyadi. 2012. Monografi Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Mulyana D. 2007. Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahmani, A.W. 2006. Efektivitas Komunikasi dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri Lahan Kering; Kasus Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat [Tesis]. Program Pasca,Sarjana.Institut Pertanian Bogor Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Robbins SP. 2002.Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Alih bahasa Halida. Jakarta: Erlangga. Rogers, E.M. 2003. Diffusion of innovations. Free Press. New York. Santucci
FM. 2005. Strategic Communication for Rural Development. http://www.worldbank/ruralUNESCO.[30 Mei 2011].
Sendjaja SD. 2007. Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi. Dalam,Teori komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
85
Singarimbun dan Effendi S. 2006. Metoda Penelitian Survei. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Soekanto S. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI Press. Sugandha,D. 1988. Administrasi Strategi, Taktik dan Efisiensi. Jakarta: Ghalia. Suharman. 2010. Sosiologi Organisasi. Edisi kedua. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumarti T. 2003. Interaksi dan Struktur Sosial. Dalam, Sosiologi umum. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan: Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor: Badan Litbang Pertanian. Tasmara Toto. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. Tubbs, S.L. Moss, S. 2000. Human Communication. Prinsip-prinsip dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Van den Ban AW dan Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Alih bahasa Agnes Dwina Herdiasti. Yogyakarta: Kanisius. Vardiansyah D. 2004. Pengantar ilmu komunikasi: pendekatan taksonomi konseptual. Bogor: Ghalia. Warsana. 2009. Tabloid Sinar tani 8 April 2009. Widjaja A.W. 1986. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bina Aksara.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Denah Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten LampungTimur
88
Lampiran 2. Jumlah Anggota berdasarkan Kelompok Tani AnggotaGapoktan Maju Bersama No
Kelompok Tani
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Sri Rejeki Harapan Kita Mawar Putih Mekar Sari Maju Jaya Al Barokah Harapan Jaya Sido Rukun Jaya Makmur Gotong Royong Arum Sari Sri Rejeki A Tunas Tani Sri Rejeki B Sejahtera Mekar Sari Sri Mulyo Sri Lestari Sri Dadi Sri Makmur Sri Widodo Sri Uni I Sri Uni II Sri Asih Setia Budi Setia Budi I Setia Budi II Bumi Makmur I Flamboyan Melati Kantil Mawar Bumi Makmur II Bumi Makmur Sentosa Bumi Makmur Sejahtera Bumi Makmur Lestari Jumlah Total
Sumber : Gapoktan Maju Bersama (2012)
Jumlah Anggota
Persentase (%)
23 26 23 21 20 20 25 23 23 22 25 23 22 20 25 25 25 25 25 22 25 25 22 21 25 25 21 25 25 25 25 25 28 25 25 25
2,77 3,13 2,77 2,53 2,40 2,40 3.01 2,77 2,77 2,65 3.01 2,77 2,65 2,40 3,01 3,01 3,01 3,01 3,01 2,65 3,01 3,01 2,65 2,53 3,01 3,01 2,53 3,01 3,01 3,01 3,01 3,01 3,37 3,01 3,01 3,01
830
100
89
Lampiran 3. Pembelian Gabah Untuk Unit Usaha Distribusi dan PemasaranHasil Pertanian Unit Usaha Cadangan Pangan Pembelian Gabah No Nama Petani Volume Harga Nilai (Rp) (Kg) Satuan (Rp) 1 Ngabidin 1104 2.640 2.914.560 2 Tarbun 920 2.640 2.428.800 3 Solehun 920 2.640 2.428.800 4 Soleman 920 2.640 2.428.800 5 Paino 920 2.640 2.428.800 6 Daesan 920 2.640 2.428.800 7 Tarijo 920 2.640 2.428.800 8 Alwi 1104 2.640 2.914.560 9 Ali maksum 920 2.640 2.428.800 10 Amin 1104 2.640 2.914.560 11 Sukarman 920 2.640 2.428.800 12 Ngatimin 920 2.640 2.428.800 13 Taudum 920 2.640 2.428.800 14 Soberin 920 2.640 2.428.800 15 Ahmadin 920 2.640 2.428.800 16 Sudadio 920 2.640 2.428.800 17 Kaslim 920 2.640 2.428.800 18 Mahmudin 920 2.640 2.428.800 19 Amirudin 920 2.640 2.428.800 20 Mali 920 2.640 2.428.800 21 Sumiran 920 2.640 2.428.800 22 Sadri 920 2.640 2.428.800 23 Kasman 920 2.640 2.428.800 24 Ponijan 920 2.640 2.428.800 25 Sopan 920 2.640 2.428.800 26 Taryadi 400 2.640 1.056.000 27 Kasturi 200 2.640 528.000 28 Watam 500 2.640 1.320.000 29 Kasdo 200 2.640 528.000 30 Samsuri 500 2.640 1.320.000 31 Catu 500 2.640 1.320.000 32 Rohadi 500 2.640 1.320.000 33 Suhari 200 2.640 528.000 34 Taryono 400 2.640 1.056.000 35 Danuri 200 2.640 528.000 36 Sunarjo 300 2.640 792.000 37 Suroyo 340 2.640 897.600 38 Surojoyo 500 2.640 1.320.000 39 Samirun 500 2.640 1.320.000 40 Sarwan 500 2.640 1.320.000 41 Sulaiman 500 2.640 1.320.000 42 Tasian 500 2.640 1.320.000
90
Lanjutan Unit Usaha Cadangan Pangan Pembelian Gabah No Nama Petani Harga Volume (Kg) Nilai (Rp) Satuan (Rp) 43 Wasimin 500 2.640 1.320.000 44 Waryani 500 2.640 1.320.000 45 Sarifudin 500 2.640 1.320.000 46 Ponidi 500 2.640 1.320.000 47 Mustakim 500 2.640 1.320.000 48 Alimasrori 500 2.640 1.320.000 49 H. Amin 500 2.640 1.320.000 50 Sudino 500 2.640 1.320.000 51 Katimi 500 2.640 1.320.000 52 Karyono 500 2.640 1.320.000 53 Dayat 500 2.640 1.320.000 54 Supingi 500 2.640 1.320.000 55 Pramono 500 2.640 1.320.000 56 Amat 500 2.640 1.320.000 57 Sururi 538.79 2.640 1.422.406 Jumlah 37.878.79 100.000.000 Dibulatkan 100.000.000 Sumber : Gapoktan Maju Bersama (2012)
91
Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan P-LDPM
92
Lanjutan