KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)
DENNY ESWANT KOSASIH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015
Denny Eswant Kosasih NRP I352120201
RINGKASAN DENNY ESWANT KOSASIH. Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Bogor Jawa Barat) dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO dan DJOKO SUSANTO Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi petani terdiri dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi organisasi yang efektif sangat diperlukan. Terciptanya komunikasi organisasi yang baik, diharapkan iklim komunikasi Gapoktan akan lebih baik dan kepuasan komunikasi pengurus akan terpenuhi, sehingga Gapoktan lebih berdaya saing dan berkinerja tinggi. Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan karakteristik pengurus Gapoktan, (2) menganalisis iklim komunikasi Gapoktan, (3) menganalisis kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan, (4) menganalisis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi dan hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan komunikasi. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei. Sumber informasi penelitian ini adalah 4 pengurus Gapoktan (sekretaris, bendahara, ketua unit distribusi pangan, dan ketua unit cadangan pangan) di masing-masing Gapoktan (13 Gapoktan yakni 9 Gapoktan di Kabupaten Subang dan 4 Gapoktan di Kabupaten Bogor). Proses penarikan sampel diambil dengan cara sensus. Data dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman. Hasil yang diperoleh dari uji korelasi adalah (1) Sebagian besar Gapoktan memiliki Iklim komunikasi yang baik. Secara umum semua peubah iklim komunikasi organisasi Gapoktan yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi memiliki kategori tinggi, (2) Semakin tinggi pengalaman organisasi pengurus Gapoktan cenderung keterbukaan komunikasi ke bawah pengurus Gapoktan semakin tinggi, (3) Semakin baik dan beragam format pertemuan yang terjadi pada Gapoktan maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin jelas dan mudah dipahami materi yang disampaikan pada saat pertemuan maka semakin semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin sering komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dilakukan maka akan semakin baik iklim komunikasi, (4) Semakin baik iklim komunikasi organisasi Gapoktan maka cenderung tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan semakin baik. Sebagian besar tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan tergolong tinggi. Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi, Kepuasan Komunikasi
SUMMARY DENNY ESWANT KOSASIH. Organizational Communication in Performance Development of Gapoktan’s Committee Members in Program of Strengthening Community Food Distribution Social Organization (Case in District of Subang and Bogor). Supervisied by SARWITITI SARWOPRASODJO and DJOKO SUSANTO Gapoktan, stands for gabungan kelompok tani, farmers group union, is a farmer economical institution, consists of several farmer’s group have specific characteristics, that an effective organizational communication is needed. The creation of good organizational communication, communication climate Gapoktan expected to be better communication and communication satisfaction of Gapoktan’s committee members will be met, so Gapoktan more competitive and high performance. The objective of study are: (1) to identify the characteristic of the Gapoktan’s committee members, (2) to analyze the communication climate, (3) to analyze the communication satisfaction, (4) to analyze the relationship between oganizational communication of performance development of the Gapoktan’s committee members and communication climate; and correlationship between communication climate and communication satisfaction. The study was designed as a research survey. Resources of this research are four the Gapoktan’s committee members (secretary, treasurer, chairman of the food distribution unit, and chairman of the food reserves unit) in each Gapoktan (13 Gapoktan i.e. in distric of Subang (9 Gapoktan) and district of Bogor (4 Gapoktan)). The process of sampling collected by census sampling method. Spearman Rank Correlation has been used to analyze relationship. The results showed that: (1) most Gapoktan have good communication climate . In general all climate variables Gapoktan organizational communication that includes trust, joint decision making, honesty, openness of communication down, hear the upward communication and attention to high performance objectives have high category, (2) the higher the organizational experience Gapoktan tend openness of communication down Gapoktan higher, (3) The better and diverse formats Gapoktan meeting that occurs in the higher attention to the goals of high performance and the higher the confidence . The more clear and easy to understand the material presented at the meeting , the more the higher the attention on high performance goals and the higher the confidence. The more frequent communication organizations in the development of performance Gapoktan done, the better the communication climate, (4) the better the communication climate Gapoktan then tends to level organizational communication satisfaction Gapoktan the better. Most Gapoktan communication satisfaction level is high. Keyword: organizational communication, communication climate, communication satisfaction
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)
DENNY ESWANT KOSASIH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Sadono, M.Si
iii
Judul Tesis : Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor) Nama : Denny Eswant Kosasih NIM : I352120201
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Ketua
Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc, Agr
Tanggal Ujian: 22 Desember 2014
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Juli 2014 ialah Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor). Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS dan Bapak Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM selaku pembimbing, serta Dr Ir Dwi Sadono, M.Si yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Denny Eswant Kosasih
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 4 6 6
2 TINJAUAN PUSTAKA Program Penguatan-LDPM Karakteristik Pengurus Gapoktan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Iklim Komunikas Organisasi Gapoktan Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan State of the Art Hasil Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis
7 7 12 12 17 19 21 23 25
3 METODE Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Data dan Instrumentasi Definisi Operasional Validasi dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan dan Analisis Data
26 26 26 26 27 27 30 31
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Realisasi Program Penguatan-LDPM Deskripsi Karakteristik Pengurus Gapoktan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan Hubungan Karakteristik Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan Hubungan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan
32 32 34 44 45 46 49 52 53
vi Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan dengan Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan
54
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
56 56 57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
63
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
5 6
7
8
9
Koefisien Alpha Cronbach Koefisien Alpha Cronbach hasil uji coba kuesioner Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan format pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan materi dan frekuensi pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Nilai korelasi karakteristik pengurus gapoktan dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Nilai korelasi komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Nilai korelasi iklim komunikasi organisasi Gapoktan dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014
31 31 45
46 47
49
52
53
55
vii
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka pikir program Penguatan-LDPM 8 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM 9 Kerangka pemikiran komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan pada program Penguatan-LDPM 23
DAFTAR LAMPIRAN 1
Peta Lokasi Penelitian
61
1
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Tiga alasan utama yang melandasi pentingnya ketahanan pangan yaitu: (i) akses atas pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, beragam dan bergizi bagi setiap orang merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (ii) konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdayamanusia untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif; serta (iii) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat. Ketahanan pangan nasional salah satunya dicirikan dengan ketersediaan pangan yang cukup secara makro (BKP 2014). Indonesia sebagai wilayah sentra produksi pertanian yang sangat luas, khususnya padi dan jagung, tersebar pada topografi beragam, sementara Gapoktan yang berada di wilayah tersebut memiliki keterbatasan sarana prasarana (produksi, pengolahan, penyimpanan), kepemilikan sarana yang sangat bervariasi, waktu panen yang tidak bersamaan pada beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya. Dengan kondisi tersebut, petani, kelompoktani maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) selalu dihadapkan pada berbagai masalah antara lain: 1) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran setelah panen; 2) rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, dan 3) keterbatasan akses pangan (beras) untuk dikonsumsi saat mereka menghadapi paceklik karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan/atau Gapoktan tersebut yang tidak dapat melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian/pemasaran hasil produksinya, maka dapat mempengaruhi: 1) ketidakstabilan harga untuk komoditas gabah/beras dan jagung di wilayah sentra produksi pada saat terjadi panen raya, dan 2) kekurangan pangan (beras) pada saat musim paceklik ataupun gagal panen (BKP 2014). Gapoktan sebagai wadah atau gabungan dari Poktan dan petani di wilayahnya harus mampu mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat anggotanya menghadapi gagal panen ataupun paceklik melalui pembangunan cadangan pangan. Hal ini sejalan dengan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan (Pasal 23) yang menjelaskan bahwa dalam mewujudkan Kedaulatan, Kemandirian dan Ketahanan Pangan, Pemerintah menetapkan Cadangan Pangan Nasional, yang mana Cadangan Pangan Nasional terdiri dari Cadangan Pangan Pemerintah, Cadangan Pangan Pemerintah Daerah, dan Cadangan Pangan Masyarakat. Selanjutnya pada pasal 33 dijelaskan bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan Cadangan Pangan Masyarakat. Sementara itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sesuai kearifan lokal (BKP 2014). Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani, dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat
2 panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM). Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bantuan sosial (bansos) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan mekanisme disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan, diharapkan Gapoktan sebagai organisasi sosial yang ada di pedesaan agar mampu dan berdaya dalam melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang pemasaran pangan dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya. Penentuan jumlah Gapoktan kepada masing-masing provinsi ditetapkan oleh tim pusat. Penetapan Gapoktan sesuai dengan kriteria ditentukan oleh tim pembina provinsi di masing-masing provinsi. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penerima dana Bansos Penguatan-LDPM sejak tahun 2009 sampai 2013 telah memperoleh alokasi jumlah Gapoktan sebanyak 138 Gapoktan. Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor merupakan penerima dana bansos untuk kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 Kabupaten Subang memperoleh alokasi dana bansos untuk 9 Gapoktan dan Kabupaten Bogor untuk 4 Gapoktan, untuk Gapoktan penumbuhan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 telah memasuki tahap pasca kemandirian, sedangkan Gapoktan penumbuhan tahun 2012 memasuki tahap kemandirian. Meskipun dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM telah ditetapkan konsep dan langkah operasional untuk mewujudkan Gapoktan yang mandiri pada tahun ke-3, namun dalam kenyataannya kematangan dan kesiapan Gapoktan pada tahap mandiri dan pasca mandiri untuk menjadi organisasi yang mandiri dan berkelanjutan dalam menjalankan perannya sebagai lembaga distribusi pangan masyarakat yang mampu untuk berperan dalam menjaga stabilitas harga pangan pokok di tingkat petani sangat berbeda antar Gapoktan dan masih mengalami permasalahan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan di antaranya: (1) pemanfaatan dana bansos masih ada yang tidak sesuai dengan rencana usaha Gapoktan; (2) Gapoktan kesulitan memiliki jaringan pemasaran yang baik; (3) laporan Gapoktan tidak dibuat dan disampaikan secara periodik; (4) pembukuan dan administrasi dalam pengelolaan LDPM yang belum sesuai Modul/Pedoman yang telah ditentukan dan (5) Pendamping belum optimal dalam melakukan pendampingan dan pembinaan Gapoktan (BKPD 2013). Dalam setiap organisasi terdapat individu-individu yang berperan sebagai pemimpin/ketua, pengurus dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota. Semua individu yang terlibat dalam organisasi akan melakukan komunikasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu pengembangkan kinerja individuindividu yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan organisasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu mengembangkan kinerja orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi dapat
3 menjadi salah satu pengaruh paling penting dalam pengembangan kinerja pengurus organisasi, karena iklim komunikasi mempengaruhi usaha organisasi. Iklim komunikasi organisasi adalah gabungan dari persepsi-persepsi, suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut (Pace & Faules 2010). Keberadaan iklim komunikasi organisasi juga dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana perasaannya, bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapainya, dan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan organisasi. Bahkan menurut Redding iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari pada ketrampilan semata–mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Pace & Faules 2010). Hasil penelitian Ratundo dan Sackett (dalam Pace & Faules 2010), kinerja merupakan semua tindakan atau perilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan dari organisasi. Karena itulah, komunikasi dalam organisasi perlu ditingkatkan agar kinerja pengurus/karyawan pun meningkat. Pada akhirnya, tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam upaya mencapai pengembangan kinerja pengurus Gapoktan yang baik, maka tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan merupakan faktor yang sangat penting, karena tingkat kepuasan komunikasi merupakan hasil dari sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi pengurus Gapoktan yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan usaha Gapoktan. Dengan perkatan lain, tingkat kepuasan komunikasi merupakan salah satu faktor determinan bagi kinerja pengurus Gapoktan, yang mana tingkat kepuasan komunikasi berfungsi sebagai kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang yang dapat dikembangkan sendiri atau oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar pada imbalan non material yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Pengurus Gapoktan akan mengeluarkan segala kemampuan dan energinya dalam rangka memenuhi tujuan Gapoktan dengan cara mengembangkan kinerjanya sejauh pengurus Gapoktan mendapatkan kepuasan batiniah yang diidamkannya. Pemikiran seperti ini dapat digunakan untuk menerangkan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku, yang mana perilaku-perilaku yang lebih intens dianggap sebagai hasil dari tingkat kepuasan komunikasi yang lebih intensif pula. Secara keseluruhan, kepuasan komunikasi berhubungan dengan pengalaman berkomunikasi seseorang di dalam organisasi. Hal ini berkaitan dengan Gapoktan sebagai sasaran organisasi petani pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM dalam menyalurkan dana Bansos dan sebagai lembaga ekonomi petani terdiri dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi organisasi yang efektif sangat diperlukan. Oleh karena itu komunikasi organisasi yang efektif adalah penting bagi kehidupan berorganisasi, baik komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri maupun komunikasi yang terjalin dengan pihak luar. Terciptanya komunikasi organisasi yang baik, diharapkan Gapoktan lebih berdaya saing sehingga akan berkembang menjadi Gapoktan mandiri. Adanya beberapa permasalahan di lapangan tentunya belum memberikan hasil yang maksimal, hal ini mengindikasikan belum tercapainya tujuan Gapoktan.
4 Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang mengkaji mengenai hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi dan hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan pada pelaksanaan Penguatan-LDPM. Perumusan Masalah Manusia sebagai makhluk sosial hidup tidak lepas dari kehidupan berkelompok atau berorganisasi, sehingga manusia cenderung melaksanakan semua aktivitas komunikasi yang berkaitan dengan hidupnya sepanjang itu menguntungkan dirinya. Dewasa ini, dalam proses pembangunan banyak menggunakan kelompok sebagai media untuk mencapai tujuan pembangunan. Banyak faktor yang menyebabkan kita termotivasi untuk masuk ke dalam organisasi tertentu. Biasanya organisasi terbentuk atas dasar kesamaan tertentu, khususnya kebutuhan akan keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Program Penguatan-LDPM dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan Gapoktan. Gapoktan dibina dan dibimbing agar melalui unit usaha yang dikelolanya mampu mengatasi permasalahan petani anggotanya, khususnya masalah ketidakmampuan anggotanya dalam mengakses pangan di saat paceklik, masalah harga pangan yang jatuh saat panen raya, dan masalah pembiayaan/modal usaha. Melalui upaya pemberdayaan, diharapkan Gapoktan sebagai organisasi petani di pedesaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi prime mover dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani (BKP 2014). Terciptanya aktivitas komunikasi organisasi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Gapoktan, sehingga Gapoktan mampu mengembangkan unit usaha yang dikelolanya dalam (i) meningkatkan kerja sama yang transparan antara Gapoktan (pengurus dan anggota) dengan unit-unit usaha yang dikelolanya; (ii) menghimpun, mengembangkan dan memupuk dana yang dikelola oleh masing-masing unit usaha Gapoktan dari usaha bisnis yang dikelolanya; (iii) menerapkan aturan dan sanksi yang telah dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah; (iv) meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam hal membuat administrasi (AD/ART), pembukuan, pemantauan secara partisipatif; (v) pengawasan internal; serta (vi) mengembangkan kemitraan serta melakukan negosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya (BKP 2014). Pengurus sebagai aset utama organisasi Gapoktan perlu juga diperhatikan kepuasannya, termasuk kepuasan dalam kepuasan komunikasi. Menurut Scot dan Mitchell (dalam Robbins 2008), dalam suatu organisasi, komunikasi menjalankan 4 fungsi utama yaitu sebagai kendali (kontrol atau pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional dan informasi. Seorang karyawan yang tidak puas terhadap komunikasi yang tempat bekerja, termasuk komunikasi dengan atasan dan rekan kerja, akan cenderung mengeluh, mangkir dari pekerjaan, sehingga akhirnya akan menurunkan kinerjanya. Kinerja tiap karyawan tidak sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia, jenis kelamin, masa kerja, latar belakang pendidikan, dan lain-lain. Hasil penelitian Soetiarso (2002) menunjukan bahwa karakteristik individu merupakan faktor internal yang berhubungan dengan faktor eksternal iklim
5 komunikasi organisasi yang meliputi kepercayaan, kejujuran, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dan keterbukaan dalam komunikasi ke atas. Penelitian yang mengkaji hubungan iklim komunikasi organisasi dan kepuasan komunikasi dilakukan oleh Abiseno (2009) dan Irsyadi (2003). Temuan dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan, karyawan mempunyai kepuasan yang cukup tinggi dan faktor-faktor iklim komunikasi yang berpengaruh dalam pemenuhan kepuasan komunikasi karyawan perusahaan adalah faktor pengambil keputusan yang partisipatif, faktor tujuan prestasi yang tinggi dan faktor kepercayaan. Menurut Pace & Faules (2010) iklim komunikasi organisasi dibentuk oleh 6 faktor yaitu kepercayaan, pembuat keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Jika enam hal tersebut berjalan dengan baik dalam suatu organisasi, maka organisasi tersebut akan memiliki iklim komunikasi yang baik pula. Jika iklim komunikasinya baik, maka pengurus dalam organisasi tersebut akan memiliki kepuasan komunikasi yang baik pula, namun belum tentu seluruh faktor iklim komunikasi tersebut berpengaruh pada kepuasan komunikasi. Faktor sehat atau tidaknya iklim komunikasi organisasi dapat kita lihat salah satunya melalui penyebaran informasi ataupun kebijakan dari manajemen tingkat atas kepada karyawannya melalui komunikasi vertikal, yaitu komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas (Mulyana & Rakhmat 2001). Menurut Steers (1985) peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas organisasi adalah (1) karakteristik organisasi, termasuk struktur dan teknologi; (2) karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan intern dan ekstern; (3) karakteristik karyawan; dan (4) kebijakan praktik manajemen. Penelitian yang mengkaji kepuasan komunikasi telah banyak diteliti diantaranya Emeralda (2002), Mazir (2002), Irsyadi (2003), Arifin (2005), Rahardjowibowo (2006), dan Primadini (2012), hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa kepuasan komunikasi berhubungan dengan kinerja maupun produktivitas karyawan dalam suatu perusahaan. Salah satu faktor tingkat kepuasan komunikasi yaitu kecukupan informasi dan kualitas media, di mana informasi yang cukup jelas dan detail bagi karyawan menyelesaikan pekerjaannya dan adanya rasa tanggung jawab serta media penyampaian yang sesuai dengan kapasitas karyawan memudahkan pekerjaan dalam penerimaan informasi pengerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian yang mengkaji tentang Gapoktan juga telah diteliti diantaranya Hariadi (2007), Sandyatma (2012), dan Akbar (2012), hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa partisipasi anggota Gapoktan masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan usaha Gapoktan. Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian tentang hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dan hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan belum pernah dilakukan pada Gapoktan menerima program Penguatan-LDPM di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor. Sebagian besar penelitian terdahulu dilakukan di perusahaan dan organisasi birokrasi di mana memiliki karakteristik individu dan kondisi yang berbeda dengan Gapoktan. Penelitian yang dilakukan di
6 Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor, akan menganalisis hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi serta hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan pengurus Gapoktan, yang selanjutnya secara rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauhmana hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi. 2. Sejauhmana hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan iklim komunikasi Gapoktan pada program PenguatanLDPM. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM. 3. Menganalisis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM. 4. Menganalisis tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan dan hubungannya dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan berguna: 1. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan disiplin ilmu komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan khususnya yang berkaitan dengan komunikasi organisasi. 2. Secara praktis, bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman dan menjadi referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan komunikasi organisasi. 3. Bagi pemerintah Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor khususnya Badan Ketahanan Pangan Daerah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang berguna dalam upaya menentukan kebijakan yang berhubungan dengan program Penguatan-LDPM .
7
2 TINJAUAN PUSTAKA Program Penguatan-LDPM Pada saat panen raya, wilayah-wilayah di daerah sentra produksi padi dan jagung pada umumnya selalu dihadapkan pada masalah jatuhnya harga gabah/beras dan jagung sehingga petani selaku produsen pangan selalu dihadapkan pada posisi yang kurang menguntungkan. Ditambah lagi pada saat musim paceklik, sebagai konsumen petani dihadapkan pada permasalahan sulitnya akses pangan dan kredit pangan bagi petani miskin. Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya sering dihadapi oleh petani adalah: (1) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/ pemasaran; dan (2) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pedagang perantara (BKP 2014). Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani, dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan Penguatan-LDPM. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bansos dari APBN kepada Gapoktan dalam rangka memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu dan berdaya dalam melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang pemasaran pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya. Program Penguatan-LDPM bertujuan untuk (BKP 2014) : 1. Memberdayakan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan, antara lain dalam hal: (i) mengembangkan sarana penyimpanan (gudang) sendiri, (ii) menyediakan cadangan pangan (gabah/beras dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya) minimal bagi kebutuhan anggotanya di saat menghadapi musim paceklik, dan (iii) menjaga stabilisasi harga gabah; beras dan/atau jagung di saat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan. 2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan usaha pembelian dan penjualan gabah, beras dan/atau jagung. 3. Meningkatkan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan penyimpanan atau pengolahan atau pengemasan dan lain-lain. 4. Memperluas jejaring kerja sama distribusi/pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha, baik di dalam maupun di luar wilayahnya. Mengingat di daerah sentra produksi padi dan jagung sering terjadi gejolak harga di saat panen raya, maka Gapoktan sebagai organisasi di pedesaan harus diperkuat agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/ memasarkan produksi. Gapoktan juga diharapkan mampu menggerakan unit-unit
8 usahanya sehingga terjadi perputaran ekonomi di unit usahanya maupun di wilayahnya melalui kegiatan usaha pembelian, pengolahan, penyimpanan, pengemasan dan penjualan gabah/beras dan/atau jagung, serta mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM adalah untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani melalui: (i) pengembangan unit-unit usaha (unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan); dan (ii) pembangunan sarana penyimpanan milik Gapoktan agar dapat meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan akses masyarakat terhadap sumber pangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (i) mendukung upaya petani memperoleh harga yang lebih baik pada saat panen raya; (ii) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produk pangan dan usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di tingkat petani anggotanya; dan (iii) memperkuat kemampuan Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses pangan anggotanya saat menghadapi paceklik atau tidak ada panen (BKP 2014). Sasaran penerima dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM adalah Gapoktan yang berada di daerah sentra produksi padi dan/atau jagung dengan kriteria sebagai berikut (BKP 2012): (1) Memiliki organisasi kepengurusan yang masih aktif (Ketua, Sekretaris, Bendahara) dan sah; (2) Gapoktan yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau mendapat modal pada tahun sebelumnya (terkecuali kegiatan yang diprogramkan secara bertahap dan saling mendukung); (3) Memiliki unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan atau unit usaha pengolahan/Rice Milling Unit, yang berpengalaman dalam jual-beli (gabah/beras/jagung), serta pengolahan (pengeringan, pembersihan, penggilingan, pengepakan); (4) Mempunyai gudang milik Gapoktan untuk menampung gabah/beras/ jagung dengan kapasitas 30 sampai 40 ton; (5) Jika Gapoktan tidak memiliki gudang maka Gapoktan dengan menggunakan dana bansos dapat membangun gudang di atas lahan milik Gapoktan yang diperoleh/dibeli secara bersama-sama, atau hibah, atau bantuan pemerintah daerah yang disahkan dihadapan notaris; (6) Memiliki SumberdayaManusia (SDM) yang mampu mengelola dan memfasilitasi kegiatan usaha bersama; (7) Memiliki potensi pengembangan usaha (keinginan untuk memperluas usaha) bagi kepentingan anggota kelompok dan penguatan cadangan pangan secara mandiri dan berkelanjutan; (8) Tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya; (9) Ketua Gapoktan bersedia mengirimkan laporan setiap minggu pada hari Senin ke No 081380829555 melalui SMS (layanan pesan singkat) dan laporan bulanan tertulis kepada Badan/Kantor/Dinas/unit kerja yang menangani ketahanan pangan kabupaten/kota.
9 (10) Jika di lokasi yang bersangkutan belum terbentuk Gapoktan yang memenuhi kriteria tersebut di atas, maka kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh Poktan yang telah dikukuhkan oleh Camat/Kepala BPP/Koordinator Penyuluh dan memenuhi kriteria di atas. Selanjutnya Poktan tersebut diarahkan berkembang menjadi Gapoktan. Dukungan pemerintah dalam rangka pemberdayaan Gapoktan di daerah sentra produksi, dengan meningkatnya kegiatan pembelian-penjualan diharapkan mampu meminimalkan tingkat fluktuasi harga di wilayah pada saat panen raya sehingga terwujud stabilisasi harga di tingkat petani. Dengan terkendalinya tingkat harga pangan di wilayah tersebut diharapkan mampu mengatasi inflasi, dan memotivasi bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dan efisien. Kerangka pikir program Penguatan-LDPM terlihat pada Gambar 1.
Terwujudnya stabilitas harga pangan wilayah Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani
Posisi
tawar meningkat Harga di petani baik
Nilai tambah produk meningkat
Akses pangan meningkat
Unit Usaha Pengolahan Gapoktan
Unit Usaha Distribusi/Pemasaran / Pengolahan
Modal usaha dan manajemen meningkat
Unit Cadangan Pangan
B A N S O S + Pendampingan
Permasalahan
Rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya Rendahnya nilai tambah produk pertanian Terbatasnya modal usaha Gapoktan Terbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik
Gambar 1 Kerangka pikir program Penguatan-LDPM Kegiatan Penguatan-LDPM yang bersumber dari Dana APBN akan diberikan kepada Gapoktan selama 3 tahun yaitu: (a) Tahap Penumbuhan pada tahun ke-1, (b) Tahap Pengembangan pada tahun ke-2, (c) Tahap Kemandirian pada tahun ke-3, (d) Tahap Pasca Kemandirian tahun ke-4. Dana Bansos tahun ke1 dan ke-2 disalurkan langsung ke rekening Gapoktan untuk penguatan dan pemberdayaan Gapoktan. Tahun ke-3 dan ke-4 akan dialokasikan dana APBN untuk pembinaan tahap akhir menuju pasca kemandirian (Gambar 2). Pada Tahap Penumbuhan, alokasi dana per Gapoktan sebesar Rp 150 juta diperuntukkan: (a) pembangunan atau renovasi gudang milik Gapoktan untuk penyimpanan pangan; (b); penguatan modal usaha Gapoktan untuk dapat melakukan pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya
10 dan/atau di luar anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah/beras dan/atau Harga Referensi Daerah (HRD) untuk jagung dalam rangka mendorong stabilisasi harga pangan; dan (c) penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan.
TAHAP PENUMBUHAN TAHUN 2009
TAHAP PENGEMBANGAN TAHUN 2010
Pembangunan/ Renovasi Gudang
TAHAP KEMANDIRIAN TAHUN 2011
Pengadaan Cadangan Pangan Pembinaan
Pengadaan Cadangan Pangan
Kegiatan Pembelian & Penjualan
Kegiatan Pembelian & Penjualan
TAHAP PASCA KEMANDIRIAN TAHUN 2012
Pembinaan
Pembinaan
Pendampingan
Pendampingan
Pendampingan
Pembinaan
Pendampingan
Gambar 2 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM Untuk Tahap Pengembangan dana sebesar Rp 75 juta per Gapoktan disalurkan ke Gapoktan pada tahap pengembangan (tahun kedua) yang sudah dievaluasi kelayakannya untuk mendapat tambahan modal dari Bansos tahun kedua. Dana sebesar Rp 75 juta tersebut digunakan untuk: (a) pembelianpenjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya dan/atau di luar anggotanya pada saat panen raya dalam rangka stabilisasi harga pangan; dan atau (b) untuk pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya dalam rangka memperkuat cadangan pangan. Apabila Gapoktan pada Tahap Penumbuhan belum memenuhi persyaratan untuk dapat masuk ke Tahap Pengembangan, maka Dana Bansos sebesar Rp 75 juta belum dapat dicairkan menunggu sampai Gapoktan dinyatakan siap untuk dapat masuk dalam Tahap Pengembangan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi sesuai dengan hasil evaluasi. Selanjutnya Gapoktan yang belum siap untuk masuk dalam Tahap Pengembangan wajib untuk dibina secara terus menerus secara berjenjang mulai dari Pendamping, Tim Teknis Kabupaten /Kota dan Tim Pembina Provinsi
11 sehingga Gapoktan tersebut dianggap mampu untuk masuk dalam Tahap Pengembangan. Pada tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian Gapoktan diharapkan sudah dapat secara mandiri melangsungkan keberlanjutan kegiatan yang diindikasikan dengan bertambahnya modal dan perputaran usaha jual beli gabah/beras/jagung. Pembinaan masih terus dilakukan pada tahap ini oleh pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi, dan Tim Pusat hingga ke tahap exit strategy (BKP 2014). Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi Gapoktan Tahap Penumbuhan dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap Pengembangan dan unit-unit usaha yang dikelolanya sehingga mampu meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang telah diberikan dan sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya melalui cadangan pangan. Dengan semakin meningkatnya posisi tawar petani, nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat. Dampak akhir dari seluruh dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan Penguatan-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan wilayah. Gapoktan akan memperoleh bimbingan dari pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota maupun Tim Pembina Provinsi secara partisipatif, sehingga diharapkan mereka secara mandiri mampu untuk: (i) menemukenali permasalahan yang dihadapi pada saat menghadapi panen raya dan pada saat menghadapi musim paceklik; (ii) merumuskan dan memutuskan cara yang tepat secara musyawarah dan mufakat jatuhnya harga di tingkat petani; (iii) mengatasi kebutuhan pangan anggotanya di saat mereka menghadapi paceklik atau tidak ada panen; dan (iv) mencari pasar atau mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya yang dapat memberikan keuntungan bagi anggotanya. Selanjutnya Gapoktan (pengurus, anggota dan unit usahanya) disadarkan agar mereka mampu: (i) untuk menghilangkan ketergantungan dari pihak lain; (ii) untuk tumbuh menjadi Gapoktan yang mandiri; (iii) untuk berkembang secara swadaya dan berkelanjutan dalam mengembangkan usahanya secara produktif. Strategi keberlanjutan kegiatan Penguatan-LDPM setelah memasuki Tahap Kemandirian dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota untuk: a. Mengintegrasikan dan menginternalisasikan kegiatan-kegiatan pada instansi terkait untuk memperoleh dukungan fasilitasi sarana prasarana Gapoktan (berupa lantai jemur, alat pengering, pengemasan, mesin jahit karung, timbangan, penggilingan/Rice Milling Unit, dan lain-lain). b. Melanjutkan pembinaan di bidang administrasi dan teknis (penyimpanan, pengolahan, pemasaran dan lain-lain) baik melalui dukungan APBD provinsi maupun kabupaten/kota. c. Mendorong terbentuknya wadah asosiasi Gapoktan di kabupaten/kota dan provinsi dalam rangka pengembangan jejaring pemasaran gabah, beras, dan/atau jagung. d. Melakukan seleksi terhadap Gapoktan tahap kemandirian yang layak untuk dijadikan laboratorium/pusat pembelajaran kegiatan distribusi padi/jagung.
12 e. Mengamankan aset yang dimiliki Gapoktan, agar dana belanja bansos dari APBN tidak menjadi milik perorangan maupun pengurus tetapi tetap terus berkembang untuk kesejahteraan anggotanya.
Karakteristik Pengurus Gapoktan Faktor-faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor kerja lingkungan organisasi. Hal ini sesuai dengan teori konvergensi William Stren, dalam teorinya tersebut, sebenarnya merupakan perpaduan dari pandangan teori heriditas dari Schopenhauer dan teori lingkungan dari Jhon Locke. Schopenhaure dalam teori heriditasnya berpandangan bahwa hanya faktor individu (termasuk keturunannya) yang sangat menentukan seseorang individu mampu berprestasi atau tidak, sedangkan Jhon Locke dalam teori lingkungan berpandangan bahwa hanya faktor lingkungan yang sangat menentukan seorang individu mampu berprestasi atau tidaknya (Mangkunegara, 2010). Menurut Mangkunegara (2010) secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya, dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi yang baik, yang merupakan modal utama indvidu manusia dalam melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Karakteristik pelaku komunikasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannnya. Menurut Rakhmat (2005) karakteristik itu dibentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetis, sistem syaraf serta sistem hormonal, dan faktor sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif. Menurut Hunt (dalam Muhammad 2009) organisasi sesungguhnya digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru. Kebanyakan dari orang dewasa menghabiskan waktu kerjanya kira-kira 50 sampai 60 persen dalam organisasi sebagai anggota organisasi. Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik pengurus Gapoktan merupakan ciri kepribadian seseorang yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan. Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik pengurus Gapoktan adalah ciri kepribadian atau sifat yang dimiliki pengurus Gapoktan yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan. Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Menurut Muhammad (2009) terdapat berbagai macam persepsi yang berbeda dari para ahli komunikasi organisasi antara lain : (1) Persepsi Redding dan Sanborn, menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang meliputi: a) komunikasi internal, b) hubungan manusia, c) hubungan persatuan
13 pengelola, d) komunikasi downward (dari atas ke bawah), e) komunikasi upward (dari bawah ke atas), f) komunikasi horizontal g) keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan evaluasi program. (2) Persepsi Katz & Kahn, berpendapat bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi. (3) Persepsi Zelko & Dance, menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. (4) Persepsi Thayer, memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu: a) berkenaan dengan kerja organisasi b) berkenaan dengan pengaturan organisasi, c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi. (5) Persepsi Greenbaunm menjelaskan bahwa komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi, memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi, tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas. Menurut Goldhaber (1990) definisi komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu dengan lainnya untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah. Definisi ini mengandung 7 konsep kunci yaitu: (1) Proses Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses. (2) Pesan Pesan merupakan susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirim itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. (3) Jaringan Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya 2 orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan. (4) Tergantung Konsep kunci komunikasi organisasi ke-4 adalah keadaan yang saling tergantungan satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini terjadi menjadi sifat dari suatu organ isasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian darin organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. (5) Hubungan Organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia.
14 Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, kemampuan, moral dari seseorang pengurus misalnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi. (6) Lingkungan Lingkungan merupakan semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang termasuk lingkungan internal adalah anggota, pengurus, tujuan organisasi, produk dan sebagainya. Lingkungan eksternal dari organisasi adalah langganan, saingan, teknologi dan sebagainya. (7) Ketidakpastiaan. Ketidakpastian merupakan perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan, misalnya suatu organisasi memerlukan informasi mengenai aturan pemerintah yang berpengaruh kepada produksi barangbarangnya. Jika organisasi ini banyak informasi mengenai hal ini maka organisasi akan lebih pasti memproduksi hasil organisasinya yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi bila organisasi tidak memperoleh informasi tersebut maka organisasi ragu-ragu memproduksi barang-barangnya apakah sesuai dengan standar yang ditentukan. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integritas yang tinggi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan organisasi tersebut. Menurut Muhammad (2009) setiap organisasi dalam mencapai tujuannya mempunyai struktur yang mengatur hubungan hierarki antar berbagai elemen yang diatur berdasarkan kesepakatan tiap organisasi yang digambarkan dalam struktur organisasi. Struktur organisasi membakukan prosedur kerja dan membagi tugas dan fungsinya berdasarkan ruang lingkup dan tujuan organisasi. Dalam kaitan antara komunikasi dan organisasi terlihat bahwa proses komunikasi dalam organisasi merupakan jaringan informasi secara vertikal dan horizontal dalam berbagai tingkatan atau subsistem dari proses komunikasi yang terjadi dalam sistem yang lebih besar (sistem dan suprasistem). Muhammad (2009) lebih spesifik menyatakan bahwa semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup dan untuk mendapatkan informasi adalah melalui proses komunikasi efektif. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi, baik di dalam organisasi (internal) maupun komunikasi antar institusi atau organisasi (eksternal). Komunikasi internal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi, sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi organisasi dengan pihak luar untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Hal ini didukung oleh Udeoba (2012) komunikasi organisasi adalah aliran informasi, persepsi, dan pemahaman antara berbagai anggota organisasi.
15 DeVito (1997) mengemukakan bahwa komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, baik di dalam kelompok formal maupun informal. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang disetujui oleh organisasi dan sifatnya berorientasi pada organisasi sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual. Mulyana & Rakhmat (2001) mengatakan bahwa komunikasi organisasi terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi serikali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan dapat juga terkait komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. DeVito (1997) mengatakan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih dalam mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut Effendy (2003), komunikasi adalah upaya sistematis untuk pembentukan pendapat dan sikap. Pelaksanaan kegiatan pembangunan, bukan hanya hasil dari kegiatan pembangunannya yang perlu dioptimalkan, tetapi proses dalam pencapaian tujuan juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, tinjauan komunikasi berperan dalam pengambilan keputusan suatu proses pembangunan. Komunikasi mempengaruhi hubungan-hubungan sosial serta proses-proses yang berlangsung di dalamnya. Proses komunikasi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor ketepatan sumber maupun penerima, yaitu keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya dari sumber dan penerima (Berlo 1960). Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi-di dalam kelompok formal maupun informal organisasi (DeVito 1997). Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Berkaitan dengan itu Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Kemudian Zelko & Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal (Muhammad 2009). Menurut Udeoba (2012) komunikasi organisasi adalah aliran informasi, persepsi, dan pemahaman antara berbagai anggota organisasi. Goldhaber (1990) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian. Muhammad (2009) menyatakan meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi tetapi terdapat beberapa hal yang umum yang disimpulkan sebagai berikut: (1) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal; (2) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media, dan (3) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya, dan keterampilan.
16 Menurut DeVito (1997) komunikasi organisasi dapat bersifat formal maupun informal. Komunikasi formal dalam organisasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan yang disetujui oleh organisasi bersangkutan dengan orientasi pada pencapaian tujuan organisasi. Isi pesan komunikasi formal dalam suatu organisasi dapat ditemukan berupa cara kerja di dalam organisasi, cara meningkatkan produktivitas organisasi, kebijakan organisasi, perencanaan organisasi, nilai dan aturan yang disosialisasikan, serta perilaku atau upaya-upaya yang harus dilakukan di dalam organisasi. Selain itu, dapat juga dilihat dalam bentuk komunikasi tercetak seperti memo, surat-surat resmi, etiket, rapat-rapat untuk mengambil keputusan organisasi dan sebagainya. Komunikasi informal dalam organisasi adalah komunikasi yang disetujui secara sosial, tetapi tidak berorientasi pada organisasi sebagai suatu kesatuan individu, tetapi lebih diorientasikan pada anggota organisasi secara individual. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekelompok individu dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Efektif tidaknya organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung kepada sinergi atau kerjasama individu dan kelompok. Sikap dan perilaku individu dalam organisasi semakin diperlukan untuk mendorong efektivitas organisasi yang merupakan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan (Hidayat 2013). Thoha (1998) berpendapat bahwa komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi, karena organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkkan komunikasi dengan sesamanya. Selanjutnya, semakin besar dan semakin kompleks suatu organisasi maka akan semakin kompleks juga komunikasinya. Berlo (1960) mengatakan bahwa komunikasi berhubungan dengan organisasi sosial melalui tiga cara: 1. Sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi; 2. Bila suatu sistem sosial telah berkembang, ia menentukan organisasi anggotaanggotanya; 3. Pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak dari pada peranan-peranan yang mereka duduki dalam sistem. Newstroom dan Davis (2000) menggambarkan komunikasi sebagai bagian tak terpisahkan dari organisasi dan suatu organisasi tidak dapat exist tanpa komunikasi. Tanpa komunikasi para anggota tidak dapat mengetahui pekerjaan/tugas mereka, manajemen tidak dapat menerima input-input informasi, supervisor atau ketua-ketua tim tidak dapat memberikan instruksi-instruksi, koordinasi kerja menjadi tidak mungkin dilakukan, kerjasama juga tidak mungkin terjadi, dan organisasi pada akhirnya akan collaps. Komunikasi organisasi dalam mengembangkan kinerja pengurus Gapoktan dilakukan beberapa pertemuan seperti rapat, pelatihan, pendampingan, pembinaan dan temu usaha. Pertemuan-pertemuan tersebut merupakan bentuk-bentuk komunikasi yang ada di dalam Gapoktan. Menurut Muhammad (2009) berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi organisasi dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi publik. Materi yang disampaikan dalam pertemuan-pertemuan Gapoktan terdiri dari materi-materi pemberdayaan Gapoktan, pembukuan dan pelaporan dan pengembangan usaha Gapoktan. Menurut Lestari et al. (2001) materi adalah isi
17 atau topik pengajaran yang bermanfaat bagi pembelajar. Materi tersebut harus: a) sesuai dengan kebutuhan pembelajar; b) dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari; c) tersusun dengan baik, logis dan jelas; d) konsisten dengan tujuan keseluruhan; e) menantang, menyenangkan dan penting bagi pembelajar. Kincaid & Schramm (1987) berpendapat bahwa tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Komunikasi tidak lain adalah bicara tentang apa, dikomunikasikan kepada siapa, bilamana, mengapa dan bagaimana, selalu merupakan pertimbangan dan penentu dalam merancang suatu pesan agar dapat sampai ke tempat yang dituju. Dengan demikian karakteristik pesan yang dikomunikasikan harus jelas, lengkap dan memiliki metode yang tepat, diulang seperlunya, dirasakan bermanfaat kepada kedua belah pihak, relevan dan terpercaya sehingga frekuensi pertemuan yang dilakukan pengurus Gapoktan penting untuk diperhatikan. Frekuensi pertemuan adalah seberapa seringnya pengurus melakukan pertemuan baik secara formal maupun informal seperti rapat, pelatihan, pendampingan, pembinaan, dan temu usaha pada Gapoktan mengenai kegiatan Penguatan-LDPM. Gapoktan menjadi lembaga pintu gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Syahyuti 2007). Berdasarkan penjelasan komunikasi organisasi di atas, komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan merupakan komunikasi yang dilakukan oleh pengurus baik di dalam maupun di luar Gapoktan dalam rangka pengembangan kinerja pengurus Gapoktan. Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan Konsep mengenai iklim komunikasi organisasi (organization communication climate) telah mendapat perhatian secara luas dengan berbagai definisi, karena faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku anggota suatu organisasi. Kegiatan dari suatu organisasi ditentukan oleh adanya komunikasi antaranggota atau antarkelompok dan masyarakat melalui interaksi, baik secara verbal, nonverbal, lisan maupun tulisan. Aktivitas komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi secara perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Menurut Pace & Faules (2010) iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Keberadaan iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan kerja dan perkembangannya, apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara beradaptasi. Dennis mendefinisikan iklim komunikasi sebagai “a subjectively experienced quality of the internal environment of an organization which embraces members’ perception of messages and messages-related events occuring in the organization” (Goldhaber 1990). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim komunikasi mempengaruhi usaha para anggota.
18 Jablin (dalam Goldhaber 1990) mengemukakan bahwa pengukuran iklim komunikasi organisasi terkait dengan berbagai aspek antara lain: kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan berinteraksi, pengarahan dari atasan, rasa puas, dan sebagainya. Salah satu faktor penting dalam proses komunikasi organisasi adalah tingkat kepuasan anggota dalam memperoleh informasi untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengembangkan kegiatannya dalam upaya mencapai tujuan bersama. Hasil penelitian Redding (dalam Goldhaber 1990) menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi pengurus terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Redding mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi yaitu: (1) Supportiveness atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. (2) Partisipasi membuat keputusan. (3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. (4) Keterbukaan dan keterusterangan. (5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Muhammad (2009) mengemukakan bahwa iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenai lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. Pokok persoalan utama dari iklim komunikasi organisasi adalah persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, dan persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi. Karena ada hubungan iklim organisasi dengan iklim komunikasi maka peran dari faktor-faktor yang ada di dalam suatu organisasi sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Pace & Faules (2010) tentang inventaris iklim organisasi, terdapat 6 faktor yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu: (1) Kepercayaan Anggota organisasi disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang ada di dalamnya kepercayaan, kenyakinan, kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. (2) Pembuatan Keputusan Bersama Anggota organisasi di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Anggota organisasi pun harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. (3) Kejujuran Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.
19 (4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana. (5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Anggota organisasi di semua tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota organisasi di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. (6) Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Anggota organisasi di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, biaya rendah dan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah menyangkut persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi dan persepsi mengenai organisasi itu sendiri. Iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang cukup penting bagi motivasi kerja dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi dan iklim komunikasi yang kuat seringkali menghasilkan praktikpraktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung (Pace dan Faules 2010). Berdasarkan penjelasan tentang iklim komunikasi di atas, iklim komunikasi organisasi Gapoktan adalah kondisi atau suasana komunikasi di lingkungan Gapoktan yang terkait dengan pengurus, anggota dan publik.
Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan Menurut Redding kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seoarang karyawan atau anggota organisasi mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Istililah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan anggota organisasi dalam lingkungan total organisasinya (Muhammad 2009). Menurut Jablin, salah satu kekeliruaan yang sering dibuat oleh para peneliti yang meneliti tentang iklim komunikasi adalah bertindihnya makna iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi. Padahal iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi mempunyai makna yang berbeda. Iklim komunikasi mendeskripsikan lingkungan kerja, sedangkan yang dimaksud kepuasan komunikasi adalah reaksi dan perasaan terhadap lingkungan tersebut (Goldhaber 1990). Dennis Richetto dan Wiemann juga mengatakan data yang mendukung bahwa ada hubungan yang kuat dan positif antara kepuasan komunikasi dan iklim komunikasi dan selanjutnya dapat menciptakan keefektifan organisasi (Goldhaber 1990). Kepuasan atas komunikasi kadang-kadang dikacaukan dengan iklim komunikasi, alasannya adalah bahwa iklim, merupakan fungsi dari bagaimana
20 kepuasan anggota terhadap komunikasi dalam organisasi. Kepuasan menggambarkan suatu konsep individu dan konsep mikro sedangkan iklim merupakan konsep makro dan konsep gabungan. Kepuasan juga menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal afektif, sedangkan iklim merupakan deskripsi kondisi eksternal bagi individu. Iklim terdiri dari suatu citra gabungan entitas atau fenomena global, seperti komunikasi atau organisasi. Kepuasan menggambarkan reaksi afektif individu atas hasil-hasil yang diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan pegawai dalam lingkungan awal komunikasinya. Meskipun komunikasi terlihat bertumpang tindih dengan iklim komunikasi, kepuasan komunikasi ini cenderung memperkaya gagasan iklim dengan menyoroti tingkat individu dan pribadi. Analisis Down dan Hazen (dalam Muhammad 2009) mengidentifikasi bahwa kepuasan komunikasi terdiri dari 8 dimensi, yakni : 1. Sejauhmana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi. 2. Sejauhmana penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. 3. Sejauhmana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu 4. Sejauhmana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup. 5. Sejauhmana terjadi desas-desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir bebas. 6. Sejauhmana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai. 7. Sejauhmana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan kebutuhan penyelia. Kepuasan komunikasi menunjukkan bahwa pengurus merasa memiliki kecukupan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan organisasi secara keseluruhan, nyaman dengan hubungan-hubungan dalam organisasi, menggunakan media komunikasi yang berkualitas demi menjalin hubungan yang harmonis dalam organisasi. Secara keseluruhan, kepuasan berhubungan dengan perbedaan antara apa yang diinginkan dari sudut pandang komunikasi organisasi dengan apa yang seseorang miliki dalam kaitan tersebut. Kepuasan tidak berhubungan dengan keefektifan pengungkapan pesan, tetapi bila pengalaman berkomunikasi memenuhi keinginan seseorang, biasanya hal itu dipandang sebagai memuaskan. Meskipun tidak efektif sepanjang berkaitan dengan nukuran, pengungkapan, dan penafsiran pesan, hal itu juga dikatakan sebagai kepuasan. Karyawan mungkin merasa memerlukan jenis informasi tertentu atau informasi yang ingin disampaikan kepada karyawan lain. Bila informasi dikomunikasikan dengan cara yang sesuai dengan keinginan karyawan lain tersebut, maka karyawan akan mengalami kepuasan dalam berkomunikasi. Dalam konteks Gapoktan, yang mana keuntungan yang kecil yang tidak menentu, maka kepuasan komunikasi menjadi sangat penting. Hal ini karena,
21 kepuasan komunikasi yang tinggi dapat menimbulkan kenyamanan bagi pengurus/anggota untuk beraktivitas dalam Gapoktan dan menjalankan tugasnya dengan baik dengan inisiatif yang baik pula. Sebaliknya, jika kepuasan komunikasinya rendah, maka akan menimbulkan tidak nyaman untuk bekerja, sehingga pengurus lebih memilih menjadi pengurus yang pasif, tidak inisiatif dan produktifitas rendah serta tidak menjalankan tugasnya dengan optimal, sehingga untuk pengurus untuk keluar dari keanggotaan Gapoktan pun akan tinggi. Hal ini akan membuat Gapoktan sulit untuk mencapai tujuan. State of the Arts Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kajian evaluasi dampak program Penguatan-LDPM yang dilakukan oleh BKP (2013) bahwa program pemerintah melalui kegiatan Penguatan-LDPM sangat memotivasi Gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung untuk mengembangkan usaha agribisnis padi dan jagung, walaupun keuntungan yang diperoleh Gapoktan belum optimal antara lain disebabkan Gapoktan memiliki keterbatasan sarana prasarana pengolahan seperti alat panen, alat pengering, lantai jemur dan penggilingan sehingga Gapoktan harus mengeluarkan biaya sewa untuk melakukan pengolahan gabah maupun jagung. Program Penguatan-LDPM juga mampu memberikan dampak positif antara lain: (1) mengubah manajemen pengelolaan Gapoktan khususnya dalam hal membuat perencanaan kegiatan di awal tahun, (2) melakukan pembukuan terhadap penggunaan uang, (3) membuat pelaporan kegiatan secara rutin, (4) mampu mengubah pola pikir pengurus Gapoktan yang mana mereka secara rutin melakukan pertemuan untuk membahas rencana pengembangan ke depan dan rencana untuk meningkatkan modal, (4) mampu melakukan pengawasan internal terhadap pengelolaan keuangan Gapoktan. Sementara itu dampak sosial dari pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM antara lain meningkatkan minat petani untuk malakukan bisnis pangan, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan, dan memupuk kepedulian dan kebersamaan terhadap sesama anggota dan masyarakat perdesaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sandyatma (2012) tentang partisipasi anggota kelompoktani dalam menunjang efektivitas Gapoktan pada kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat menemukan bahwa faktorfaktor yang nyata berpengaruh terhadap partisipasi anggota Gapoktan pada Kegiatan Penguatan-LDPM adalah usia, pendapatan, motivasi, dan intensitas menerima sosialisasi kegiatan, namun tingkat partisipasi anggota Gapoktan pada kegiatan Penguatan-LDPM masih rendah. Hasil penelitian Akbar (2012) tentang efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi pada Gapoktan sudah cukup tinggi untuk tingkat pengetahuan dan tingkat afektif, sedangkan untuk tingkat perilaku masih perlu ditingkatkan karena partisipasi anggota Gapoktan masih kurang sesuai. Penelitian Rangkuti (2010) tentang model komunikasi organisasi koperasi dalam pengembangan mekanisme pertanian menunjukkan bahwa faktor-faktor utama yang sangat mempengaruhi tingkat kinerja KUD adalah (1) faktor kualitas informasi terutama aspek relevansi informasi yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan personil KUD dan aspek ketepatan waktu informasi yang sangat
22 rendah dan tidak tersedia pada saat diperlukan oleh personil KUD, (2) faktor kondisi iklim komunikasi organisasi yang belum kondusif terutama aspek lemahnya kepercayaan dan lemahnya dukungan anggota terhadap KUD, (3) faktor intensitas komunikasi publik organisasi KUD yang masih rendah terutama peran pihak swasta yang masih sangat lemah terkait pelaksanaan program kerja KUD. Faktor-faktor utama yang sangat mempengaruhi tingkat kapasitas KUD adalah (1) masih rendahnya faktor kinerja KUD terutama aspek penerapan teknologi pertanian dalam peningkatan efesiensi dan efektivitas usahatani padi anggota dan pelaksanaan RAT sebagai forum komunikasi anggota dalam mengambil keputusan berdasarkan kepentingan usahatani anggota, (2) faktor karakteristik personil KUD yang lemah terutama aspek pendidikan non formal dalam menerapkan prinsip-prinsip perkoperasiaan serta analisis resiko dan tanggung jawab dalam pengembangan kemodernan usahatani padi anggota KUD, dan (3) belum efektifnya faktor proses komunikasi organisasi KUD teutama aspek umpan balik informasi dari dan untuk anggota KUD. Dengan memperhatikan tingkat kinerja dan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur secara keseluruhan berada dalam kondisi lemah, hal ini telah berdampak terhadap rendahnya kualitas pelayanan KUD dalam pemanfaatan penggiliingan padi KUD. Penelitian yang dilakukan oleh Rahardjowibowo (2006) tentang hubungan kepuasan komunikasi dengan efektifitas komunikasi. Temuan dalam penelitian ini adalah kelengkapan informasi merupakan faktor yang berhubungan positif dengan efektifitas komunikasi, di mana dengan semakin lengkapnya informasi tersedia, semakin efektif komunikasi yang terjadi. Komunikasi dan diskusi tentang pekerjaan dengan rekan sekerja dapat meningkatkan kepuasan komunikasi. Hal ini mungkin terjadi karena karyawan tidak menyukai atau kurang ada waktu berkomunikasi dalam waktu lama atau sering dengan rekan sekerja, apalagi dalam membicarakan hal-hal di luar pekerjaan. Penelitian yang mengkaji hubungan iklim komunikasi organisasi dan kepuasan komunikasi juga dilakukan oleh Abiseno (2009) dan Irsyadi (2003). Temuan dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan, karyawan mempunyai kepuasan yang cukup tinggi dan faktor-faktor iklim komunikasi yang berpengaruh dalam pemenuhan kepuasan komunikasi karyawan perusahaan adalah faktor pengambil keputusan yang partisipatif, faktor tujuan prestasi yang tinggi dan faktor kepercayaan. Penelitian dilakukan oleh Simanjuntak (2008) tentang pengaruh iklim komunikasi, komunikasi interpersonal dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Temuan dalam penelitian ini adalah iklim komunikasi, komunikasi interpersonal dan kepemimpinan telah memberikan pengaruh secara nyata terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian Roshalin (2003) tentang hubungan antara tingkat kepuasan komunikasi karyawan dengan produktivitas kerja menunjukkan bahwa kepuasan komunikasi berhubungan dengan produktivitas kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2005) dan Primadini (2012) mengenai pengaruh faktorfaktor kepuasan komunikasi terhadap kinerja karyawan menunjukan bahwa semua peubah kepuasan komunikasi berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin puas pekerja terhadap komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, maka semakin tinggi kinerja karyawan tersebut.
23 Hasil penelitian Salampessy (2002) tentang hubungan karakteristik anggota dan aktivitas komunikasi dengan keefektivan komunikasi organisasi terhadap partisipasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara aktivitas komunikasi organisasi responden dengan keefektivan komunikasi organisasi responden dan keefektivan komunikasi organisasi responden berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi responden di setiap kegiatan KUD. Hasil penelitian Emeralda (2002) tentang hubungan kepuasan komunikai dengan kinerja karyawan bahwa proses pekerjaan yang dapat mendorong kinerja karyawan adalah informasi yang cukup jelas karyawan menyelesaikan pekerjaannya, adanya rasa tanggung jawab dan adanya pemberian imbalan dari perusahaan yang sesuai dengan hasil kerja karayawan. Dalam proses komunikasi yang menjadi penghalang adalah penyampaian informasi yang kurang jelas. Ketidakjelasan tersebut disebabkan karena bahasa yang diganakan, media penyampaian yang tidak sesuai dengan kapasitas karyawan dan kurang pengetahuan karyawan, sedangkan proses pekerjaan di lapangan yang memudahkan pekerjaan dalam penerimaan informasi pengerjaan adalah jika informasi disampaikan dengan detail dan pengetahuan yang dimiliki karyawan cukup. Hasil penelitian Mazir (2002) tentang hubungan antara sikap karyawan terhadap komunikasi perubahan manajemen dengan kepuasan komunikasi karyawan menunjukan bahwa terdapat hubungan peubah sikap terhadap komunikasi dengan kepuasan komunikasi. Dengan kata lain semakin positif sikap terhadap komunikasi maka semakin tinggi tingkat kepuasan komunikasinya. Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti berkesimpulan penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (kasus di Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)” memiliki perbedaan mendasar yaitu dari segi: tujuan, metode, lokasi, dan kasus penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya.
Kerangka Pemikiran Kegiatan Penguatan-LDPM merupakan program peningkatan ketahanan pangan dengan memberikan stimulasi dana dalam bentuk bantuan sosial kepada Gapoktan sebagai organisasi petani. Gapoktan selaku penerima sasaran dalam melaksanakan kegiatan dari pemerintah bekerjasama dengan kelompoktani yang terdiri dari kumpulan berbagai petani. Gapoktan dikembangkan baik dari segi organisasi, sumberdaya manusia, manajerial, pengelolaan sistem keuangan dan pelaporan, maupun usaha jual-beli gabah/beras/jagung serta perluasan usahatani sehingga diharapkan menjadi Gapoktan mandiri dan berdaya saing (BKP 2014). Keberhasilan Gapoktan dalam menjalankan fungsinya dapat dilihat pada kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan. Kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan merupakan tingkat kenyamanan pengurus dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan Gapoktan dalam melaksanakan kegiatan PenguatanLDPM. Dalam penelitian ini kepuasan komunikasi indikator-indikatornya meliputi: (1) kecukupan informasi, (2) kemampuan untuk menyarankan perbaikan (3) efisiensi berbagai saluran komunikasi, (4) kualitas media, (5) cara sejawat
24 berkomunikasi, (6) informasi tentang Gapoktan keseluruhan, (7) integritas Gapoktan. Kemandirian Gapoktan dapat terjadi apabila suatu organisasi Gapoktan tersebut berfungsi secara efektif, yang didukung oleh pengurus-pengurus Gapoktan yang menjalankan roda organisasi pengurus untuk beraktivitas dalam Gapoktan sehingga pengurusnya harus dapat berkomunikasi organisasi dengan efektif dan efisien. Dalam menjamin kenyamanan berkomunikasi pengurus Gapoktan dapat dilihat dari kepuasan komunikasi pengurus terhadap komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktannya, sedangkan kepuasan komunikasi pengurus suatu Gapoktan diduga ditentukan oleh iklim komunikasi yang terjadi dalam Gapoktan. Aspek komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan diduga berhubungan dengan iklim komunikasi indikator-indikatornya meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Iklim komunikasi diduga berhubungan dengan karakteristik pengurus Gapoktan Indikator-indikatornya meliputi umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan nonformal, dan tingkat pengalaman berorganisasi dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan indikator-indikatornya meliputi: (1) format pertemuan merupakan bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan; (2) materi pertemuan yaitu tema-tema yang dibahas di dalam suatu pertemuan Gapoktan; dan (3) frekuensi pertemuan yaitu seberapa seringnya pengurus melakukan pertemuan baik secara formal maupun informal seperti rapat, pelatihan, temu usaha, pendampingan, dan pembinaan pada Gapoktan mengenai kegiatan PengutanLDPM. Berdasarkan pada uraian di atas, kerangka pemikiran mengenai komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan pada program Penguatan-LDPM dapat digambarkan pada Gambar 3.
25
Karakteristik Pengurus Gapoktan (X1) X1.1 Usia X1.2 Tingkat Pendidikan Formal X1.3 Pendidikan Nonformal X1.4 Tingkat Pengalaman Berorganisasi
Komunikasi Organisasi (X2)
Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan (Y1) Y1.1 Kepercayaan Y1.2 Pembuatan Keputusan Bersama Y1.3 Kejujuran Y1.4 Keterbukaan Komunikasi Ke Bawah Y1.5 Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas Y1.6 Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi
X2.1 Format Pertemuan X2.2 Materi Pertemuan X2.3 Frekuensi Pertemuan
Tingkat Kepuasan Komunikasi (Y2) Y2.1 Kecukupan Informasi Y2.2 Kemampuan untuk Menyarankan Perbaikan Y2.3 Efisiensi Saluran Komunikasi Y2.4 Kualitas Media Y2.5 Cara Sejawat Berkomunikasi Y2.6 Informasi Tentang Gapoktan Keseluruhan Y2.7 Integritas Gapoktan
Gambar 3 Kerangka pemikiran komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan pada program Penguatan-LDPM Hipotesis Berdasarkan literatur yang tertuang dalam bab tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi. (2) Terdapat hubungan nyata positif antara komunikasi organisasi dengan iklim komunikasi. (3) Terdapat hubungan nyata positif antara iklim komunikasi dengan kepuasan komunikasi.
26
3
METODE
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat menerangkan (explanatory research) yaitu untuk mengevaluasi dan menjelaskan hubungan antara peubah-peubah penelitian melalui pengujian hipotesis (Singarimbun & Effendi 2012). Menurut Rakhmat (2005) penelitian yang bersifat menerangkan bertujuan untuk menguji adanya hubungan antar berbagai peubah yang diteliti. Metode penelitian survei dilaksanakan dengan cara mengumpulkan informasi dari responden melalui kuesioner dengan dibatasi pada sampel yang mewakili seluruh populasi. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi tersebut adalah: (1) Kabupaten Subang merupakan lokasi di daerah pantai utara (dataran rendah) dan Kabupaten Bogor di daerah selatan (pegunungan). Kabupaten Subang mempunyai karakteristik berupa hamparan lahan sawah yang luas, beririgasi teknis, merupakan sentra produksi padi dan lumbung pangan di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan lokasi di daerah selatan sebagai daerah pegunungan dengan karakteristik berupa hamparan sawah yang relatif terbatas dengan produksi padi relatif lebih kecil dibandingkan Kabupaten Subang beririgasi setengah teknis dan jaraknya relatif lebih dekat dengan ibu kota Jakarta dibanding dengan Kabupaten Subang, (2) Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor merupakan kabupaten yang menerima dana bansos Penguatan-LDPM, secara metodologis, seluruh tahapan penelitian terpenuhi dan dapat dilakukan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor dan (3) secara geografis dan ekonomis, lokasi penelitian mudah dijangkau oleh kendaraan dan tidak membutuhkan anggaran yang besar, mengakibatkan pengamatan dapat dilakukan secara intensif, seksama dan cepat. Pengumpulan data primer dan pengamatan di lapangan dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Juni dan Juli 2014. Populasi dan Sampel Penelitian Bungin (2011) menyatakan bahwa populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Menurut Rakhmat (2005), kumpulan obyek penelitian adalah populasi. Populasi penelitian merupakan seluruh Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor yang melaksanakan program Penguatan-LDPM. Sumber informasi penelitian ini adalah 4 pengurus Gapoktan (sekretaris, bendahara, ketua unit distribusi pangan, dan ketua unit cadangan pangan) di masing-masing Gapoktan (13 Gapoktan yang terdiri dari 9 Gapoktan di Kabupaten Subang dan 4 Gapoktan di Kabupaten Bogor). Proses penarikan sampel diambil dengan cara sensus. Sensus pada dasarnya sebuah riset survei dimana periset mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya, artinya jumlah total populasi diriset (Kriyantono 2009).
27 Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu karakteristik pengurus Gapoktan, komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan, iklim komunikasi, dan kepuasan komunikasi diperoleh dari survei langsung di lapangan dan data sekunder diperoleh dari deks study di perpustakaan dan instansi terkait, misalnya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten, dan BPS. Teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan alat instrumentasi yaitu kuesioner. Menurut Kriyantono (2009) dalam survei proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik, karena itu penggunaan teknik sampling yang benar sangat menentukan kualitas riset. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu peubah atau memanipulasinya (Kerlinger 2004). Menurut Kerlinger, definisi operasional meletakkan arti dalam suatu konstruk dari suatu peubah yang diamati dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakantindakan yang perlu untuk mengukur peubah itu. Berdasarkan definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Karakteristik Pengurus Gapoktan Karakteristik Pengurus Gapoktan adalah ciri kepribadian atau sifat yang dimiliki pengurus Gapoktan yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan. Indikator-indikator karakteristik pengurus Gapoktan tersebut meliputi: a. Usia adalah umur pengurus Gapoktan yang dihitung mulai dari saat kelahiran sampai dengan saat dilakukan penelitian yang dibulatkan dalam jumlah tahun terdekat bila terdapat selisih bulan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal, dikategorikan: muda (< 43 tahun), sedang (4359 tahun) dan tua (> 59 tahun). b. Tingkat Pendidikan Formal adalah jumlah tahun sekolah hingga jenjang terakhir pendidikan formal yang telah ditempuh pengurus Gapoktan, saat dilakukan penelitian. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (SD), sedang (SMP), dan tinggi (SMA – Perguruan Tinggi). c. Pendidikan Nonformal adalah lamanya pengurus Gapoktan mengikuti pelatihan pembukuan dan pelaporan/seminar kewirausahaan yang pernah diikuti selama bergabung dengan Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dalam satuan jam dan diordinalkan menjadi tiga kategori: rendah (1-16 jam), sedang (17-24 jam), dan tinggi (> 24 jam) d. Pengalaman Berorganisasi adalah jumlah organisasi lain yang pernah dan/atau sedang diikuti pengurus Gapoktan hingga saat penelitian dilaksanakan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (tidak pernah ikut organisasi lain), sedang (2-3
28 organisasi yang pernah diikuti), dan tinggi (> 3 organisasi yang pernah diikuti) 2. Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan adalah komunikasi yang dilakukan oleh pengurus baik di dalam maupun di luar Gapoktan dalam rangka pengembangan kinerja pengurus Gapoktan. Indikator-indikator komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kapasitas Gapoktan meliputi: a. Format pertemuan adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap dimensi format pertemuan rapat, pembinaan, pendampingan, pelatihan, dan temu usaha pada Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: buruk (nilai skor 1.00-2.00), cukup (nilai skor 2.00-3.00), dan baik (nilai skor > 3.00). b. Materi pertemuan adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap dimensi tema rencana usaha Gapoktan, pembukuan dan pelaporan, pemberdayaan dan pemanfaatan dana bansos. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: buruk (nilai skor 1.00-2.00), cukup (nilai skor 2.00-3.00), dan baik (nilai skor > 3.00). c. Frekuensi pertemuan adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap dimensi seberapa seringnya pengurus melakukan pertemuan baik secara formal maupun informal seperti rapat, pelatihan, temu usaha, pendampingan, dan pembinaan pada Gapoktan mengenai kegiatan Pengutan-LDPM. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: tidak pernah (nilai skor 5.00-10.00), jarang (nilai skor 11.00-15.00), dan sering (nilai skor 16.00-20.00). 3. Iklim Komunikasi Gapoktan Iklim komunikasi Gapoktan adalah kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi pengurus Gapoktan terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam Gapoktan. Indikator-indikator iklim komunikasi organisasi Gapoktan tersebut meliputi: a. Kepercayaan adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap persepsi pengurus yang menyangkut adanya saling mengembangkan dan mempertahankan hubungan atas dasar kenyakinan antara pengurus terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam Gapoktan. Dalam hal ini ketua Gapoktan dan pengurus saling menunjukkan kepercayaan yang tinggi kepada keduanya secara timbal balik yang didukung oleh pernyataan, ucapan atau tindakannya. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 4.00-7.00), sedang ( nilai skor 8.00-11.00), dan tinggi (nilai skor 12.00-16.00). b. Pembuatan keputusan bersama adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap persepsi pengurus mengenai keikutsertaan atau keterlibatan dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi semua masalah, yang mana pengurus selalu diajak berkomunikasi dan berkonsultasi oleh ketua Gapoktan dalam menentukan kebijakan dan keputusan Gapoktan yang sesuai dengan kedudukan mereka. Skala pengukuran yang digunakan
29 adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 4.00-7.00), sedang (nilai skor 8.00-11.00), dan tinggi (nilai skor 12.00-16.00). c. Kejujuran adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap persepsi pengurus mengenai ketulusan hati dari pengurus dalam hubungan-hubungan antar pengurus yang mana pengurus berani dan dapat mengatakan apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka tanpa memandang siapa lawan bicaranya dan semua pihak selalu mau dan bersedia mengakui kekeliruan atau kesalahan yang mungkin dilakukannya. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 7.00-13.00), sedang (nilai skor 14.00-21.00), dan tinggi (nilai skor 22.00-28.00). d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap persepsi pengurus mengenai ada tidaknya keterbukaan dan kerahasiaan pesan atau informasi antara ketua dan pengurus Gapoktan, yang mana pengurus harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas mereka. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 5.00-10.00), sedang (nilai skor 11.00-15.00), dan tinggi (nilai skor 16.00-20.00). e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap persepsi pengurus mengenai penerimaan saran, gagasan/ide, laporan permasalahan dan kritik yang disampaikan pengurus kepada ketua Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 6.0011.00), sedang (nilai skor 12.00-17.00), dan tinggi (nilai skor 18.0024.00). f. Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap persepsi pengurus mengenai upayaupaya yang dilakukan oleh Gapoktan dalam mencapai produktivitas dan kualiatas kerja yang tinggi. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 7.00-13.00), sedang (nilai skor 14.00-21.00), dan tinggi (nilai skor 22.00-28.00). 4. Tingkat Kepuasan Komunikasi Tingkat kepuasan komunikasi adalah tingkat kenyamanan pengurus dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan Gapoktan dalam melaksanakan kegiatan Penguatan-LDPM. Indikator-indikator kepuasan komunikasi meliputi: a. Kecukupan informasi adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat kepuasan pengurus dalam memenuhi kebutuhan informasi, kebijakan, teknik-teknik baru, perubahan administrasi (pembukuan dan pelaporan), rencana usaha Gapoktan serta tentang kinerja pengurus yang terkait dengan pekerjaan di dalam Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 6.00-11.00), sedang (nilai skor 12.00-17.00), dan tinggi (nilai skor 18.00-24.00). b. Kemampuan untuk menyarankan perbaikan yaitu rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat kemampuan pengurus dalam pemberitahuan mengenai perubahan yang terjadi dalam Gapoktan untuk tujuan penyempurnaan Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah
30
c.
d.
e.
f.
g.
ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 6.00-11.00), sedang (nilai skor 12.00-17.00), dan tinggi (nilai skor 18.00-24.00). Efisiensi berbagai saluran komunikasi adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat efisien media yang digunakan Gapoktan untuk menyebarkan informasi tentang usaha Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 7.00-13.00), sedang (nilai skor 14.00-21.00), dan tinggi (nilai skor 22.0028.00). Kualitas Media adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat kepuasan pengurus terhadap baik buruk media yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan usaha Gapoktan dan ketepatan informasi bagi Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: buruk (nilai skor 6.00-11.00), cukup (nilai skor 12.0017.00), dan baik (nilai skor 18.00-24.00). Cara Sejawat Berkomunikasi adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat kepuasan yang diperoleh dari sesama pengurus Gapoktan sehingga mendapat informasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 6.00-11.00), sedang (nilai skor 12.00-17.00), dan tinggi (nilai skor 18.00-24.00). Informasi Tentang Gapoktan Keseluruhan adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat kepuasan pengurus dalam keterlibatan, dukungan dan memperoleh informasi mengenai tujuan, kinerja mengenai kebijakan dan peraturan pemerintah yang mempengaruhi Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 4.00-8.00), sedang (nilai skor 9.00-12.00), dan tinggi (nilai skor 13.00-16.00). Integritas Organisasi Gapoktan adalah rataan total skor penilaian pengurus suatu Gapoktan terhadap tingkat kepuasan pengurus dalam menerima informasi mengenai sasaran/rencana/tujuan untuk mengenali Gapoktan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dan dikategorikan: rendah (nilai skor 8.00-16.00), sedang (nilai skor 17.00-25.00), dan tinggi ( nilai skor 26.00-32.00).
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan yang mana-mana (Bungin 2011). Titik nyata dari uji validitas adalah validitas isi, yang dapat ditentukan berdasarkan: (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang telah diukur tersebut, (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang digunakan (Kerlinger 2004). Validitas atau ketepatan sebagai tingkat kemampuan instrumen penelitian mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Agar kuesioner mempunyai validitas tinggi maka daftar pertanyaan disusun dengan cara: (1) mendefinisikan secara operasional peubah yang diukur, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, (3) berpedoman pada teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (4) mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian terdahulu dalam kasus yang relevan, dan (5) memperhatikan nasehat dan pendapat dari para ahli terutama dari komisi pembimbing.
31 Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antar skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total pada setiap peubah dengan menggunakan teknik korelasi interaksi silang (product moment Pearson). Berdasarkan hasil uji validitas yang diujikan pada 10 orang responden diperoleh nilai kritis sebesar 0.576 artinya butir pernyataan yang nilainya di bawah nilai kritis adalah tidak valid, kemudian dibuang dan nilai yang tidak terlalu jauh di bawah nilai kritis akan dimodifikasi kembali tata bahasanya agar lebih mudah dipahami oleh responden. Guna mengetahui ketepatan alat ukur instrumen penelitian, maka dalam penelitian perlu dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas kuesioner dapat diperoleh jika terdapat jawaban seseorang atas pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, yang mana ujicoba kuesioner pada responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden. Syarat suatu alat untuk menunjukkan keterhandalannya yang semakin tinggi adalah apabila koefisien reliabilitas (α) yang mendekati angka 1. Apabila angka koefisien reliabilitas lebih atau sama dengan 0.6 maka alat ukur tersebut dianggap handal. Namun sebaliknya jika angka koefisien reliabilitas di bawah angka 0.2 maka alat ukur tersebut diangap kurang handal. Arikunto (1999) memberikan kriteria dalam melakukan interpretasi terhadap angka koefisien reliabilitas sebagaimana terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1 Koefisien Alpha Cronbach No Koefisien (α) 1 0.800 – 1.000 2 0.600 – 0.799 3 0.400 – 0.599 4 0.200 – 0.399 5 <0.200 Sumber: Arikunto (1999)
Interpretasi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach (bantuan SPSS 20.00). Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa dari tiga peubah yang diuji keseluruhan memiliki nilai reliabilitas yang cukup tinggi sampai sangat tinggi yaitu kisaran nilai reliabilitas berada antara 0.565 sampai dengan 0.817 (Tabel 2). Tabel 2 Koefisien Alpha Cronbach Hasil Uji Coba Kuesioner No Peubah 1 Komunikasi Organisasi 2 Iklim Komunikasi 3 Kepausan Komunikasi Sumber: Data Primer (diolah)
Nilai Cronbach Alpha 0.756 0.817 0.565
Pengumpulan dan Analisis Data Instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya dijadikan pedoman untuk pengumpulan data dengan teknik wawancara dengan responden penelitian.
32 Di samping itu dilakukan teknik wawancara mendalam untuk menjembatani unit analisis tersebut sesuai dengan desain penelitian. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan seperti dalam bentuk tabel. Data yang terkumpul dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik Inferensial menggunakan uji korelasi rank Spearman.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Subang Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205 176.95 ha atau 6.34 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur Timur dan 6º 11' sampai dengan 6º 49' Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan kelurahan yang tergabung dalam 22 kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Camat, jumlah kecamatan bertambah menjadi 30 kecamatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Subang adalah di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, di sebelah barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di sebelah timur dengan Kabupaten Sumedang dan Indramayu dan Laut Jawa yang menjadi batas di sebelah utara. Berdasarkan tofografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 zona, yaitu : (1) Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan) Daerah ini memiliki ketinggian antara 500-1 500 m dpl dengan luas 41 035.09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang. (2) Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah) Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71 502.16 hektar atau 34.85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat. (3) Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara) Daerah ini dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92 639.7 hektar atau 45.15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya, Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
33 Karakteristik perekonomian Kabupaten Subang bercorak pertanian, hal ini karena sektor pertanian merupakan sektor yang dominan kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Di samping itu Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang memiliki areal lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu dan Karawang sekaligus pula merupakan penyumbang/ kontributor produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan sawah di Kabupaten Subang tahun 2013 seluas 84 928 hektar atau sekitar 41.39 persen dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Produksi padi yang dimiliki Kabupaten Subang sebesar 1 210 583 ton (BPS Kabupaten Subang 2014). Kabupaten Bogor Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak di antara 6.19° - 6.47° lintang selatan dan 106°1’ -107°103’ bujur timur dengan luas wilayah mencapai 2 301.95 km². Batas-batas Kabupaten Bogor secara langsung yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kota Depok, sebelah Timur Laut dibatasi oleh Kabupaten Bekasi, sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Lebak, sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Sukabumi, sebelah barat daya dibatasi oleh Kabupaten Tangerang, sebelah tenggara dibatasi oleh Kabupaten Cianjur dan sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Purwakarta. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 428 kelurahan/desa, 3784 rukun warga, dan 15 048 rukun tetangga. Tercatat 332 desa berada di desa perdesaan, sedangkan sisanya yaitu 96 desa berada di desa perkotaan. Dari 40 kecamatan terdapat 14 kecamatan (35 persen) yang seluruh desanya masuk dalam kategori desa perdesaan. Keempat belas kecamatan tersebut antara lain: Nanggung, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Tenjolaya, Caringin, Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Rancabungur, Ciseeng, Cigudeg, Sukajaya, dan Tenjo. Kecamatan yang seluruh desanya atau kelurahan masuk dalam kategori perkotaan, hanya Kecamatan Cibinong. Secara morfologi, wilayah di Kabupaten Bogor cukup bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, sehingga membentuk lereng yang menghadap ke utara. Iklim di Kabupaten Bogor termasuk dalam kategori iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 500 - 5 000 mm/tahun, terkecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. Sedangkan suhu rata-rata tahunan di Kabupaten Bogor berkisar antara 20-30° C serta kelembaban udara 70 persen. Kabupaten Bogor dilalui oleh enam daerah aliran sungai (DAS) yaitu: DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Kali Bekasi, DAS Citarum Hilir. Dengan dialirinya Kabupaten Bogor oleh enam DAS di atas dari segi irigasi untuk pertanian cukup membantu petani dalam melakukan usahatani. Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memegang peranan penting mengingat luasnya lahan pertanian yang dimiliki dan juga lebih dari sebagian besar (78 persen) desa di Kabupaten Bogor tergolong dalam kategori perdesaan yang menitikberatkan pada sektor pertanian terutama komoditas padi, dengan luas panen seluas 93 429 hektar mampu memproduksi padi tahun 2013 sebesar 596 727 ton (BPS Kabupaten Bogor 2014).
34 Gambaran Umum Realisasi Program Penguatan-LDPM Di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor Program penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat yang selanjutnya disebut Penguatan-LDPM merupakan salah satu sub kegiatan dari program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan, melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha Gapoktan diharapkan dapat memberdayakan Gapoktan, mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan usaha pembelian dan penjualan gabah/beras dan/atau jagung dan peningkatan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan penyimpanan atau pengolahan (BKP 2014). Pada akhirnya Gapoktan pelaksana penguatan-LDPM sudah harus masuk ke dalam tahapan kemandirian yaitu pada tahun ketiga. Program Penguatan-LDPM telah dilaksanakan sejak tahun 2009 pada 27 provinsi di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian evaluasi dampak program Penguatan-LDPM yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bahwa program pemerintah melalui kegiatan Penguatan-LDPM mampu memberikan dampak positif antara lain: (1) mengubah manajemen pengelolaan Gapoktan khususnya dalam hal membuat perencanaan kegiatan di awal tahun, (2) melakukan pembukuan terhadap penggunaan uang, (3) membuat pelaporan kegiatan secara rutin, (4) mampu mengubah pola pikir pengurus Gapoktan yang mana mereka secara rutin melakukan pertemuan untuk membahas rencana pengembangan ke depan dan rencana untuk meningkatkan modal, (4) mampu melakukan pengawasan internal terhadap pengelolaan keuangan Gapoktan. Sementara itu dampak sosial dari pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM antara lain meningkatkan minat petani untuk malakukan bisnis pangan, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan, dan memupuk kepedulian dan kebersamaan terhadap sesama anggota dan masyarakat perdesaan. Secara umum, realisasi program Penguatan-LDPM di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor telah dilaksanakan sejalan dengan tahun perealisasian pelaksanaan kegiatan secara nasional, yaitu tahun 2009. Mekanisme pencairan dana dilakukan sesuai pedoman umum pelaksanaan program Penguatan-LDPM yaitu setelah dilakukan verifikasi di tingkat kabupaten dan provinsi, pencairan dana ke Gapoktan dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mentrasfer langsung ke rekening Gapoktan. Sejak tahun 2009 sampai tahun 2012, jumlah Gapoktan penerima bansos Penguatan-LDPM di Kabupaten Subang berjumlah 9 Gapoktan yaitu Gapoktan Bungur Jaya, Mitra Tani Sejahtra, Sri Sedana, Tani Mekar, Sri Tani, Panca Bakti, Harapan Tani Jaya, Tani Jaya dan Ligar Jaya; dan Kabupaten Bogor 4 Gapoktan yaitu Subur Tani, Mitra Tani, Sugih Tani, dan Tunas Mekar. (1) Gapoktan Bungur Jaya Gapoktan Bungur Jaya berdiri pada tanggal 14 Mei 2005, berlokasi Desa Mandalawangi, Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang. Gapoktan Bungur Jaya merupakan gabungan dari 4 keltan yaitu keltan Subur Jaya, keltan Simpang Jaya, keltan Sri Mukti, dan keltan Surya Bakti. Jumlah anggota Gapoktan Bungur Jaya seluruhnya sebanyak 220 orang. Usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani. Kemampuan daya beli Gapoktan sebesar 40 ton gabah dan 10 ton beras. Pemasaran hasil produksi Gapoktan
35 khususnya beras dipasarkan kepada pedagang di kecamatan, pedagang di kabupaten dan pedagang di luar kabupaten (Jakarta). Bungur Jaya memiliki potensi produksi gabah sebesar 10 ton dan beras sebesar 17.5 ton. Pada bulan Mei 2014 melakukan transaksi pembelian gabah sebanyak 2 365 kg dan transaksi penjualan beras sebanyak 1 145 kg. Gapoktan Bungur Jaya memiliki sarana prasarana penunjang kegiatan usaha Gapoktan yaitu lantai jemur luas 200 m2, alat pengolahan/penggilingan (Rice Milling Unit) sebanyak 3 unit dan gudang penyimpanan gabah/beras seluas 30 m2 dengan kapasitas 50 ton. Gapoktan Bungur Jaya memiliki kelengkapan administrasi Gapoktan yaitu AD/ART Gapoktan, buku tamu, buku surat masuk, buku surat keluar, daftar hadir rapat, notulen rapat, buku pembelian, buku penjualan, buku harga, dan buku cadangan pangan. (2) Gapoktan Mitra Tani Sejahtra Gapoktan Mitra Tani Sejahtra berdiri pada tanggal 12 Februari 2007 berlokasi Desa Bojongjaya Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. Gapoktan Mitra Tani Sejahtera memiliki pembukuan yang cukup lengkap dan terisi dengan baik dan teratur. Dari aspek kaderisasi Gapoktan ini sudah cukup mengusahakan adanya kaderisasi karena kepemimpinan rapat tidak selalu dipimpin oleh ketua, akan tetapi juga dipimpin oleh pengurus yang lainnya. Keaktifan kelompok juga dinilai cukup baik karena anggota gapoktan cukup aktif mengikuti rapat yang diselenggarakan gapoktan. Aset yang dimiliki Gapoktan ini adalah gudang, kantor gapoktan, lantai jemur, mesin permanen. Kemitraan yang dilaksanakan Gapoktan Mitra Tani Sejahtera antara lain kemitraan dengan pengusaha pengumpul gabah yang berlokasi di wilayah desa setempat yaitu dengan (1) Adi Wijaya di desa Rangdu, (2) Penggilingan padi Neti Wijaya di desa Rangdu, (3) Tito Wijaya didesa rangdu, (4) Rizki Wijaya di Desa rangdu, (5) Jigni Wijaya Didesa Cigugur sedangkan kerja sama dengan luar wilayah yaitu dengan (1) PT. Karya Mas di Kecamatan Pamanukan , (2) PT. Dewa Tani di Kecamatan Pamanukan, (3) Wahyudin Jaya di kecamatan Pamanukan, (4) Tani Sejahtera di Desa Binong, dan (5) Jadi Makmur di Desa Binong. Gapoktan Mitra Tani Sejahtera telah memasarkan hasil selain di dalam Provinsi Jawa Barat juga telah melakukan kerjasama antar pulau yaitu ke Tanjung Pinang dan Medan. Kemitraan yang dilaksanakan oleh gapoktan Mitra Tani Sejahtera telah dilengkapi dengan kontrak. Selama periode tahun 2011 sampai 2013 unit usaha distribusi/pemasaran, dan pengolahan Gapoktan Mitra Tani Sejahtera mampu melakukan pembelian gabah sekitar 8 819 ton senilai Rp37 458 240 000 dan penjulan beras sebesar 5 291.4 ton senilai Rp42 331 200 000 total nilai pembelian gapoktan mitra tani sejahtera mencapai rata-rata 720 kali putaran dari modal awal yang diterima. Keuntungan usaha jual beli gabah/beras selama periode tersebut mencapai Rp4 872 960 000. Peningkatan stok cadangan pangan dari tahun 2011 sampai 2013 berkembang dan sudah mencapai 5 409 kg Gabah dengan nilai uang Rp32 199 600 dan anggota yang telah memanfaatkan cadangan pangan sekitar 50 orang. Fasilitas sarana yang dimiliki oleh Gapoktan Mitra Tani Sejahtra antara lain: (1) lantai jemur seluas ± 800 m², (2) penggilingan sebanyak 3 unit,
36 (3) gudang penyimpanan gabah/beras sebanyak 2 gudang dengan luas ± 400 m², dan (4) traktor sebanyak 1 unit. (3) Gapoktan Sri Sedana Gapoktan Sri Sedana berdiri pada tanggal 14 Mei 2005 berlokasi Dusun Tanjungtiga Desa Tanjungtiga Kecamatan Blankan Kabupaten Subang. Gapoktan Sri Sedana dikukuhkan oleh Camat Blanakan. Gapoktan Sri Sedana merupakan gabungan dari 7 Kelompok Tani yaitu kelompok tani Mitra Pantura, kelompok tani saluyu, kelompok tani majujaya, kelompok tani mitra tani, kelompok tani bina utama, kelompok tani sri mulya dan kelompok tani tanjung. Anggota Gapoktan ini seluruhnya 219 orang, dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan. Dari aspek kaderisasi, Gapoktan Sri Sedana sudah cukup mengusahakan adanya kaderisasi karena kepemimpinan rapat tidak selalu dipimpin oleh ketua, akan tetapi juga dipimpin oleh pengurus yang lainnya. Keaktifan anggota juga dinilai cukup baik, anggota Gapoktan cukup aktif mengikuti rapat yang diselenggarakan Gapoktan. Selain itu dalam pembukuan dan kegiatan di setiap unit setiap pengurus dan anggota memiliki perannya masing masing. Aset yang dimiliki Gapoktan Sri Sedana adalah Gudang beserta tanahnya, modal usaha, gabah cadangan pangan, komputer dan buku-buku administrasi. Kemitraan yang dilaksanakan oleh Gapoktan Sri Sedana antara lain kemitraan dengan pengusaha pengumpul gabah yang berlokasi di wilayah desa setempat yaitu dengan : (1) kelompok petani, (2) Pengilingan Padi AR. Sedangkan kerjasama dengan luar wilayah yaitu berupa kerjasama pemasaran dengan pasar induk Cipinang Selama periode 2010 sampai 2013 unit usaha distribusi/pemasaran, dan pengolahan Gapoktan Sri Sedana mampu melakukan pembelian gabah sekitar 2 295 ton senilai Rp 9 148 103 150 dan penjualan beras sebesar 1 353.6 ton senilai Rp10 176 194 353. Total nilai pembelian Gapoktan Sri Sedana mencapai rata-rata 51 kali putaran. dari modal keuntungan usaha jual beli gabah/beras diperoleh laba bersih selama periode tersebut mencapai kurang lebih Rp 43 000 000. Gudang cadangan pangan dari mulai dibangun sampai dengan saat ini masih dalam keadaan baik. Cadangan pangan yang diterima pada bulan Maret 2010 dibelikan gabah kering giling sebanyak 2 800 kg. Sampai saat menjadi 3 300 kg. Senilai kurang lebih Rp16 500 000. Perputaran cadangan pangan dengan cara dipinjamkan kepada anggota yang memerlukan atau masyarakat yang kurang mampu dengan pengembalian diperhitungkan jumlah pokok ditambah susut gabah. Dipinjamkan dimasa paceklik dikembalikan pada waktu panen. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Gapoktan Sri Sedana antara lain: (1) lantai jemur 3 unit seluas ± 4 000 m², (2) penggilingan sebanyak 2 unit, (3) gudang penyimpanan gabah/beras 2 unit dengan daya tampung sebesar 500 ton seluas ± 500 m². (4) Gapoktan Tani Mekar Gapoktan Tani Mekar berdiri pada tanggal 6 Agustus 2007 berlokasi jalan warung cendol Km 0.700 Desa Mariuk Rt 005 Rw 002 Kecamatan
37 Tambakdahan Kabupaten Subang. Gapoktan Tani Mekar merupakan gabungan dari 9 Kelompok Tani yaitu kelompok tani subur, kelompok tani Bolang, kelompok tani buntu, kelompok tani lola, kelompok tani sukari, kelompok tani saradan, kelompok tani kipahit, kelompok tani kepuh dan kelompok tani buah. Anggota Gapoktan ini seluruhnya 267 orang, dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan. Kemitraan yang dilaksanakan Gapoktan Tani Mekar antara lain kemitraan dengan pengusaha pengumpul gabah yang berlokasi di wilayah desa setempat. Gapoktan Tani Mekar telah memasarkan hasil di luar Kabupaten Subang. Gapoktan Tani Mekar memiliki potensi produksi gabah sebesar 3 180 ton gabah. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Gapoktan Tani Mekar antara lain: (1) lantai jemur 2 unit seluas ± 900 m², (2) penggilingan sebanyak 1 unit, (3) gudang penyimpanan gabah/beras 2 unit dengan daya tampung sebesar 200 ton seluas ± 240 m², dan dryer 1 unit dengan kapasitas 15 ton gabah per hari. (5) Gapoktan Sri Tani Gapoktan Sri Tani berdiri pada tanggal 30 Maret 2007 berlokasi di Dusun Parigi RT 004 Rw 002 Desa Parigimulya Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang. Gapoktan Sri Tani dikukuhkan oleh Kepala Desa Parigimulya tanggal 30 Maret 2007. Susunan kepengurusan Gapoktan Sri Tani terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit usaha jasa pemasaran, unit usaha jasa pengolahan, dan unit usaha cadangan pangan. Gapoktan Sri Tani merupakan gabungan dari 7 kelompok tani yaitu kelompok tani mulya sejati, kelompok tani parigi I, kelompok tani parigi II, kelompok tani karang ampel, kelompok tani depong, kelompok tani cukang galeuh, dan kelompok tani sarmalaka.Anggota Gapoktan ini seluruhnya 678 orang, dengan luas lahan pertanian 750 ha. Fasilitas sarana yang dimiliki oleh Gapoktan Sri Tani antara lain: (1) lantai jemur 1 unit seluas ± 112 m², (2) penggilingan sebanyak 2 unit seluas ± 112 m², dan (3) gudang penyimpanan gabah/beras sebanyak 1 gudang dengan luas ± 800 m². Untuk kelancaran kegiatan administrasi dan pembukuan Gapoktan Sri Tani telah memiliki pembukuan yaitu buku daftar anggota, buku daftar pengurus, buku daftar hadir rapat anggota, buku harga, buku pembelian, buku penjualan, buku cadangan pangan, buku kas, dan buku kas umum. Lahan sawah seluas 750 ha seluruhnya ditanami padi sawah. Dengan penggunaan varietas selalu bergilir setiap musimnya, seperti IR 64 dan Ciherang. Gapoktan Sri Tani memiliki potensi produksi 20 ton gabah dan 14 ton beras. Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke luar kecamatan, luar kabupaten bahkan ke luar provinsi. (6) Gapoktan Panca Bakti Gapoktan Panca Bakti berdiri pada tanggal 19 Juni 2007 berlokasi
38 Kampung Sukanengah I RT 006 Rw 002 Desa Sukatani Kecamatan Compreng Kabupaten Subang. Gapoktan Panca Bakti merupakan gabungan dari 5 kelompok tani yaitu kelompok tani panjang, kelompok tani lamaran, kelompok tani cemarajaya, kelompok tani jasar, dan kelompok tani pulo. Anggota Gapoktan ini seluruhnya 361 orang, dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan . Gapoktan Panca Bakti memiliki potensi produksi 53 ton gabah dan 22 ton beras. Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani. Disamping itu juga melakukan pemasaran ke pedagang di kecamatan, pedagang luar kecamatan, dan pedagang luar kabupaten (Jakarta). Untuk kelancaran kegiatan administrasi dan pembukuan Gapoktan Panca Bakti telah memiliki pembukuan yaitu Buku Daftar Anggota, Buku daftar Pengurus, Buku Tamu, buku harga, buku pembelian, buku penjualan, buku cadangan pangan, buku kas, dan buku kas umum. Fasilitas sarana yang dimiliki oleh Gapoktan Panca Tani antara lain: (1) lantai jemur 1 unit seluas ± 112 m², (2) penggilingan sebanyak 2 unit seluas ± 112 m², dan (3) gudang penyimpanan gabah/beras sebanyak 1 gudang dengan luas ± 800 m². (7) Gapoktan Harapan Tani Jaya Gapoktan Harapan Tani Jaya berdiri pada tanggal 12 September 2007 berlokasi jalan raya binong, babakan sapi Rt 008 Rw 002 Desa Binong Kecamatan Binong Kabupaten Subang. Gapoktan Harapan Tani Jaya merupakan gabungan dari 9 kelompok tani yaitu kelompok tani cangkring, kelompok tani garok, kelompok tani amsar, kelompok tani jujuluk, kelompok tani mulus, kelompok tani murti, kelompok tani ayeng, kelompok tani sunyah, dan kelompok tani tengah. Anggota Gapoktan ini seluruhnya 480 orang, dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan. Gapoktan Harapan Tani Jaya memiliki potensi produksi 49 ton gabah dan 30 ton beras. Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani. Disamping itu juga melakukan pemasaran ke pedagang di kecamatan, pedagang luar kecamatan, dan pedagang luar kabupaten (Jakarta). Untuk kelancaran kegiatan administrasi dan pembukuan Gapoktan Harapan Tani Jaya telah memiliki pembukuan yaitu Buku Daftar Anggota, Buku daftar Pengurus, Buku Tamu, buku harga, buku pembelian, buku penjualan, buku cadangan pangan, buku kas, dan buku kas umum. Fasilitas sarana yang dimiliki oleh Gapoktan Harapan Tani Jaya antara lain: (1) lantai jemur 2 unit, (2) penggilingan sebanyak 1 unit, dan (3) gudang penyimpanan gabah/beras sebanyak 1 unit. (8) Gapoktan Tani Jaya Gapoktan Tani Jaya berdiri pada tanggal 23 Oktober 2010 berlokasi Dusun Karanganyar Barat RT 005 Rw 003 Desa Sukamandijaya Kecamatan
39 Ciasem Kabupaten Subang. Gapoktan Tani Jaya dikukuhkan oleh Kepala Desa Sukamandijaya pada Tanggal 23 Oktober 2010. Gapoktan Tani Jaya merupakan gabungan dari 5 kelompok tani yaitu kelompok tani mukti tani I, kelompok tani mukti tani II, kelompok tani Jaya Bhakti, kelompok tani subur tani, dan kelompok tani mekar muda, dengan anggota Gapoktan seluruhnya 330 orang. Susunan kepengurusan Gapoktan Tani Jaya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan. Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke luar kecamatan dan luar kabupaten (Karawang dan Jakarta). Gapoktan Tani Jaya memiliki potensi produksi sebesar 85 ton gabah dan 35 ton beras. Fasilitas sarana yang dimiliki oleh Gapoktan Tani Jaya antara lain: (1) lantai jemur 1 unit seluas ± 600 m², (2) penggilingan sebanyak 1 unit, (3) gudang penyimpanan gabah/beras sebanyak 1 gudang dengan dengan kapasitas 75 ton, dan dryer 1 unit dengan kapasitas 10 ton. (9) Gapoktan Ligar Jaya Gapoktan Ligar Jaya berdiri pada tanggal 12 Februari 2007 berlokasi Dusun Garung Rt 14 Rw 05 Desa Koranji Kecamatan Purwadadi Kabupaten Subang. Gapoktan Ligar Jaya dikukuhkan oleh Camat Purwadadi. Gapoktan Ligar Jaya merupakan gabungan dari 5 Kelompok Tani yaitu kelompok tani koranji I, kelompok tani koranji II, kelompok tani koranji III, kelompok tani garung, dan kelompok tani kadalangan dengan anggota Gapoktan ini seluruhnya 109 orang, dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pengadaan dan penyimpanan, unit permodalan, dan unit pemasaran. . Gapoktan Ligar Jaya memiliki potensi produksi gabah sebesar 22 ton dan gabah sebesar 53 ton. .Dengan penggunaan varietas selalu bergilir setiap musimnya, seperti IR 64 dan Ciherang. Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke pedagang di kecamatan, pedagang di kabupaten dan pedagang di luar kabupaten yaitu Bandung dan Jakarta. Untuk kelancaran kegiatan administrasi dan pembukuan Gapoktan Ligar Jaya telah memiliki pembukuan yaitu Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Hadir Rapat Anggota, Buku Notulen Rapat, Buku harga, buku pembelian, buku penjualan, buku cadangan pangan, buku kas, dan buku kas umum. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Gapoktan Ligar Jaya antara lain: (1) lantai jemur seluas ± 1 200 m², (2) penggilingan sebanyak 1 unit, (3) gudang penyimpanan gabah/beras dengan daya tampung sebesar 75 ton. (10)
Gapoktan Mitra Sari Gapoktan Mitra Sari berdiri pada tanggal 16 April 2001, berlokasi di Kp. Pasar Jum’at, Desa Gunung Sari Rt 02 Rw 05, Kecamatan Pamijahan
40 Kabupaten Bogor. Gapoktan Mitra Sari dikukuhkan oleh Kepala Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Nomor : 512/IV/Gapoktan/2001 12 Desember 2002 tentang Pengukuhan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan Mitra Sari merupakan gabungan dari 6 (enam) Kelompok Tani yaitu kelompok tani sinar asih, kelompok tani purwasari, kelompok tani jatnika, kelompok tani naga sari, kelompok tani sirnasari dan kelompok tani sida mukti. jumlah anggota Gapoktan Mitra Sari seluruhnya sebanyak 424 orang. Gapoktan Mitra Sari mempunyai 4 (empat) Bidang usaha yaitu : (a) Distribusi/Pemasaran Hasil Pertanian Kegiatan distribusi/pemasaran hasil dilaksanakan sejak tahun 2004 dengan jenis komoditas seperti padi. Usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke luar kecamatan. Pada bulan Mei 2014 melakukan transaksi pembelian gabah sebanyak 2 300 kg dan transaksi penjualan beras sebanyak 1 718 kg. Stok akhir Mei 2014 di unit Distribusi/Pemasaran Gapoktan Mitra Sari sebanyak 2 050 kg gabah. (b) Pengolahan/Penggilingan Hasil Pertanian Unit Pengolahan/penggilingan Gapoktan Mitra Sari telah melakukan penjualan beras sampai ke luar wilayah kecamatan Pamijahan. Sarana penggilingan yang digunakan milik anggota pribadi. Pada bulan Mei 2014 melakukan transaksi pembelian gabah sebanyak 2 365 kg dan transaksi penjualan beras sebanyak 1 145 kg. Stok akhir Mei 2014 di unit pengolahan/penggilingan Gapoktan Mitra Sari sebanyak 3 005 kg gabah. (c) Usaha Pengelolaan Cadangan Pengelolaan cadangan di Gapoktan Mitra Sari sebanyak 2 450 kg. Pada bulan Mei 2014 terdapat stok gabah sebanyak 2 450 kg Gabah. (d) Pengelola Alsintan Traktor yang merupakan bantuan dari pemerintah digunakan secara bergilir oleh anggota untuk keperluan pengolahan tanah dengan dikenakan biaya yang lebih murah. Pendapatan dari bidang ini digunakan untuk operasional Gapoktan. Gapoktan Mitra Sari memiliki sarana prasarana penunjang, antara lain; meja tulis, lemari arsip, kursi, kios, mesin pengemas, timbangan dan gudang. Terdapat 13 jenis kelengkapan administrasi Gapoktan yaitu AD/ART Gapoktan, Buku Tamu, Buku Surat Masuk, Buku Surat Keluar, Daftar Hadir Rapat, Notulen Rapat, Buku Kegiatan, Buku Simpanan, Buku Pinjaman, Buku Peminjaman Barang, Buku Inventaris Barang, Analisis Usaha Tani dan Piagam Pengukuhan Gapoktan. (11) Gapoktan Subur Tani Gapoktan Subur Tani berdiri pada tanggal 15 Februari 2006 berlokasi Kampung Sagatan Rt 03 Rw 03 Desa Cibadak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor. Gapoktan Subur Tani dikukuhkan oleh Kepala Desa Cibadak, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor melalui surat
41 Pengukuhan Nomor 148/08/Kpts-Perb/PKT-SL/XII/2006 tanggal 4 Desember 2006. Gapoktan Subur Tani didirikan pada tahun 2006. Legalitas Badan Hukum Gapoktan masih berbentuk Gapoktan namun Gapoktan Subur Tani sudah memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). Total asset yang dimiliki Gapoktan mencapai Rp 418 000 000. Tujuan dibentuknya Gapoktan Subur Tani yaitu (1) meningkatkan kerjasama para petani yang tergabung di kelompok tani terutama dalam penerapan teknologi dan peningkatan hasil usaha pertanian, (2) meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan keluarganya, (3) meningkatkan pengadaan cadangan pangan untuk anggota, (4) bersama-sama mendukung program pemerintah. Gapoktan Subur Tani merupakan gabungan dari 8 kelompok tani yaitu kelompok tani sugih tani, kelompok tani karya tani, kelompok tani sugih mukti, kelompok tani sukamaju, kelompok tani mina karya, kelompok tani harapan tani, kelompok tani harapan mukti, kelompok tani paseban jaya 1, dan kelompok tani paseban jaya 2. Anggota Gapoktan ini seluruhnya 180 orang, dengan luas lahan pertanian 210 Ha. Fasilitas sarana yang dimiliki oleh Gapoktan Subur Tani antara lain: (1) lantai jemur seluas ± 800 m², (2) penggilingan sebanyak 3 unit, (3) gudang penyimpanan gabah/beras sebanyak 2 gudang dengan luas ± 400 m², dan (4) traktor sebanyak 1 unit. Untuk kelancaran kegiatan administrasi dan pembukuan Gapoktan Subur Tani telah memiliki 14 jenis buku yaitu Buku Daftar Anggota, Buku daftar Pengurus, Buku Tamu, Buku Daftar Hadir Rapat Anggota, Buku Notulen Rapat, Buku Inventaris Barang, Buku Analisa Usaha Tani, buku Kegiatan, Buku Rencana Kegiatan Tahunan, Buku Agenda Kegiatan Pengurus, Buku Data Potensi, Buku Kas, Buku Surat Masuk dan Buku Surat Keluar. Kegiatan Usaha yang dilakukan Gapoktan Subur Tani, antara lain : (a) Usaha Tani Padi Sawah Lahan sawah seluas 240,5 ha seluruhnya ditanami padi sawah. Dengan penggunaan varietas selalu bergilir setiap musimnya, seperti IR 64, Ciherang, Gilirang, Mekonga. Setiap tahun anggota kelompok tani menanam padi dua kali yaitu bulan April-Juni dan bulan Desember-Maret, selanjutnya lahan sawah tersebut digunakan untuk menanam palawija lainnya. Penanaman padi dilakukan dengan menerapkan teknologi antara lain penggunaan varietas benih unggul bermutu tinggi, penanaman sistem Tabela, pengaturan jarak tanam dengan sistem jajar legowo, pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk, pupuk organik dengan memanfaatkan bahan lokal ramah lingkungan, pengendalian hama dengan system PHT, serta penggunaan alat panen yang dianjurkan dalam rangka menekan kehilangan hasil. Kegiatan uji coba dibawah bimbingan penyuluh pertanian bekerja sama dengan perusahaan swasta sering dilakukan dengan baik pada komoditas padi sawah maupun palawija lainnya. (b) Usaha Jual Beli Padi dan Beras Komoditas yang diusahakan di unit distribusi/pemasaran/pengolahan adalah gabah yang digiling menjadi beras serta diberikan grading dan packaging. Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan
42 menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke luar kecamatan, luar kabupaten bahkan ke luar provinsi. Kemitraan yang dilaksanakan oleh Gapoktan Subur Tani mencapai 20 mitra namun tidak disertai kontrak yang mengikat diantaranya penjual beras Cikalong, Depok, Bekasi, Cibubur, Jonggol, Cipinang, dan Pasar Ciawi. Selain itu kerja sama pembelian dan penjualan gabah/beras juga dilakukan dengan mitra di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Pada bulan Mei 2014 melakukan transaksi pembelian gabah sebanyak 21 880 kg dan transaksi penjualan sebanyak 6 970 kg. Stok akhir Mei 2014 sebanyak 14 000 kg gabah. (c) Usaha Pengelolaan Cadangan Cadangan Gabah di Gapoktan Subur Tani sampai dengan bulan Mei 2014 terdapat stok 11 000 kg Gabah Kering Giling (GKG). Peremajaan selalu dilakukan setiap kali musim panen dan cadangan pangan berperan sesuai fungsinya yaitu sebagai persediaan bagi anggota Gapoktan untuk menghadapi musim paceklik. (12) Gapoktan Sugih Tani Gapoktan Sugih Tani berdiri pada tanggal 29 Februari 2008 berlokasi Kampung Nusa Endah Rt 05 Rw 02 Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Gapoktan Sugih Tani dikukuhkan oleh Kepala Desa Cimanggu melalui Surat Pengukuhan Nomor 141/35KPTS/2008 Tanggal 29 Februari 2008. Tujuan dibentuknya Gapoktan Sugih Tani yaitu : (a) Meningkatkan kerjasama para petani yang tergabung di kelompok tani terutama dalam penerapan teknologi dan peningkatan hasil usaha pertanian. (b) Meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan keluarganya. (c) Meningkatkan pengadaan cadangan pangan untuk anggota. (d) Bersama-sama mendukung program pemerintah Gapoktan Sugih Tani merupakan gabungan dari 3 kelompok tani yaitu kelompok tani sugih makmur, kelompok tani sugih mukti, dan kelompok tani sugih rasa. Anggota Gapoktan ini seluruhnya 175 orang, dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan. . Kegiatan Usaha Gapoktan Sugih Tani yaitu : (a) Usaha Tani Padi Sawah Lahan sawah seluas 97 ha seluruhnya ditanami padi sawah.Dengan penggunaan varietas selalu bergilir setiap musimnya, seperti IR 64, Ciherang, Gilirang, Mekonga. Setiap tahun anggota kelompok tani menanam padi dua kali yaitu bulan Desember sampai pertengahan bulan Desember, selanjutnya lahan sawah tersebut digunakan untuk menanam palawija lainnya. Penanaman padi dilakukan dengan menerapkan teknologi antara lain penggunaan varietas benih unggul bermutu tinggi, penanaman sistem Tabela, pengaturan jarak tanam dengan sistem jajar legowo, pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk, pupuk organik dengan memanfaatkan bahan lokal ramah lingkungan, pengendalian hama dengan system PHT, serta penggunaan alat panen yang dianjurkan dalam rangka menekan kehilangan hasil. Kegiatan uji coba dibawah
43 bimbingan penyuluh pertanian bekerjasama dengan perusahaan swasta sering dilakukan dengan baik pada komoditas padi sawah maupun palawija lainnya. (b) Usaha Jual Beli Padi dan Beras Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke luar kecamatan. Pada bulan Mei 2014 melakukan transaksi pembelian gabah sebanyak 2 000 kg dan transaksi penjualan beras sebanyak 1 100 kg. Stok akhir Mei 2014 di Gapoktan Sugih Tani tidak tersedia. (c) Usaha Pengelolaan Cadangan Pengelolaan cadangan di kelompok Sugih Tani sebanyak 6 850 kg. Pada bulan Mei 2014 terdapat pinjaman untuk kebutuhan anggota sebanyak 500 kg Gabah, sehingga stok cadangan pangan pada akhir bulan sebanyak 6 350 kg gabah. Untuk kelancaran kegiatan administrasi dan pembukuan Gapoktan Subur Tani telah memiliki 14 jenis buku yaitu Buku Daftar Anggota, Buku daftar Pengurus, Buku Tamu, Buku Daftar Hadir Rapat Anggota, Buku Notulen Rapat, Buku Inventaris Barang, Buku Analisa Usaha Tani, buku Kegiatan, Buku Rencana Kegiatan Tahunan, Buku Agenda Kegiatan Pengurus, Buku Data Potensi, Buku Kas, Buku Surat Masuk dan Buku Surat Keluar. (13) Gapoktan Tunas Mekar Gapoktan Tumeka berdiri pada tanggal 9 Oktober 2009 berlokasi Desa Ciderum Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Gapoktan Tumeka dikukuhkan oleh Kepala Desa Ciderum melalui Surat Pengukuhan Nomor 141/08/KPTS/XI/2009 Tanggal 12 November 2009. Tujuan dibentuknya Gapoktan Tunas Mekar yaitu : (a) Menumbuh kembangkan usaha pertanian secara professional. (b) Merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan anggota dan masyarakat sekitar dalam bidang pertanian. (c) Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat tan (d) Memperkokoh perekonomian masyarakat tani Desa Ciderum. (e) Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam agrowisata pertanian. (f) Menyelenggarakan sistem pertanian yang ramah lingkungan. (g) Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bidang pertanian. Susunan kepengurusan Gapoktan Tunas Mekar terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, unit pemasaran/Distribusi, unit pengolahan penggilingan, dan unit cadangan pangan. Kegiatan usaha Gapoktan Tunas Mekar terdiri dari: (a) Usaha Agribisnis Bidang usaha agribisnis yang akan dijalankan Gapoktan Tunas Mekar antara lain : - Budidaya Pertanian (padi, palawija, sayur mayur, dll.) - Budidaya peternakan. - Budidaya perikanan. - Jasa Alsintan. - Pengadaan sarana produksi (saprodi). - Perdagangan.
44 - Pemasaran (penampungan hasil produksi). (b) Usaha Jual Beli Padi dan Beras Kegiatan usaha jual beli padi dan beras dilaksanakan melalui jual beli padi/beras langsung ke petani maupun kelompok tani dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pengusaha sebagai penyedia modal. Disamping itu juga melakukan jual beli ke luar kecamatan. Pada bulan Mei 2014 melakukan transaksi pembelian gabah sebanyak 18 500 kg dan transaksi penjualan gabah sebanyak 11 500 kg. Stok akhir Mei 2014 di Gapoktan Tunas Mekar sebanyak 13 000 kg gabah. (c) Usaha Pengelolaan Cadangan Pengelolaan cadangan di kelompok Sugih Tani sebanyak 9 000 kg. Penyaluran pinjaman untuk kebutuhan anggota sebanyak 4 000 kg Gabah, sehingga stok cadangan pangan pada akhir bulan sebanyak 5 000 kg gabah. Deskripsi Karakteristik Pengurus Gapoktan Karakteristik pengurus Gapoktan ditinjau dari kategori umur, rentang umur berkisar antara 22 tahun sampai 70 tahun dan rata-rata umur pengurus Gapoktan adalah 47 tahun. Berdasarkan kategori kelompok umur BPS, maka umur pengurus Gapoktan tergolong pada umur produktif (15-64 tahun) yaitu sebanyak 59.62 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengurus Gapoktan memiliki kemampuan untuk bekerja dan mampu mengembangkan keahlian yang dimiliki. Pengurus Gapoktan yang memiliki umur muda sebanyak 25.00 persen sedangkan yang berumur tua sebanyak 15.38 persen. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh pengurus Gapoktan beragam mulai dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi (PT). Pendidikan yang dimiliki oleh pengurus umumnya adalah SD yakni sebanyak 48.08 persen. Pengurus Gapoktan yang tamat SMP sebanyak 23.08 persen sedangkan yang memiliki ijazah SMA dan perguruan tinggi sebanyak 28.85 persen. Pendidikan non formal termasuk kategori tinggi yakni di atas 24 jam sebanyak 98.08 persen, hal ini dikarenakan pengurus Gapoktan pernah mengikuti pelatihan/bimbingan teknis pelaksanaan program Pengutan-LDPM mengenai materi-materi pembukuan dan pelaporan, pemberdayaan dan pengembangan usaha Gapoktan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) provinsi pada awal tahun, biasanya dilaksanakan selama 3 hari. Pengurus Gapoktan yang memiliki pendidikan non formal rendah hanya 1.92 persen atau 1 orang yang memiliki pendidikan non formal rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (SA, bendahara Gapoktan) yang mengatakan : “Saya tidak pernah ikut pelatihan ataupun bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi maupun kabupaten, dikarenakan Saya mengurus anak dan rumah yang tidak bisa ditinggalkan sampai beberapa hari. Jadi kalau ada undangan untuk mengikuti pelatihan atau bimbingan teknis selalu diwakili oleh pengurus Gapoktan yang lainnya.” Pengalaman organisasi pada pengurus Gapoktan umumnya tidak pernah mengikuti organisasi lain yakni sebanyak 71.15 persen, karena sebagian besar pengurus Gapoktan pekerjaan utamanya sebagai petani, sedangkan pengurus
45 Gapoktan yang pernah mengikuti organisasi lain selain Gapoktan sebanyak 28.85 persen. Umumnya ketua Gapoktan yang aktif dalam organisasi lain seperti Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) baik di kabupaten maupun provinsi, walaupun ada beberapa pengurus Gapoktan yang pernah aktif dalam kegiatan KTNA tingkat kecamatan dan kabupaten. Hal ini juga sesuai yang disampaikan (AS, Ketua Unit Distribusi Pangan Gapoktan) bahwa: “ Saya pernah aktif juga di organisasi lain selain Gapoktan ini yaitu di KTNA di tingkat kecamatan. Apabila ada pertemuan KTNA di kantor BKP5KP Kabupaten Bogor, Saya yang mewakili kecamatan untuk menghadiri pertemuan tersebut” Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan (1) Format Pertemuan Format pertemuan adalah bentuk-bentuk pertemuan yang biasa dilakukan oleh Gapoktan dalam rangka pengembangan kapasitas Gapoktan, rataan yang paling tinggi terdapat pada pertemuan temu usaha sebesar 3.38 sedangkan rataan yang paling rendah pada pertemuan pendampingan sebesar 3.19 (Tabel 3). Hal ini berarti pertemuan yang paling disukai oleh pengurus Gapoktan adalah temu usaha karena pada pertemuan tersebut Gapoktan membawa produk yang dihasilkan oleh unit-unit usaha seperti beras semi organik dengan label nama Gapoktan sehingga memberikan kebanggaan tersendiri bagi Gapoktan dan pada saat temu usaha juga bertemu dengan pengusaha-pengusaha beras yang apabila terjadi kesepakatan kontrak jual-beli dapat memberikan keuntungan yang besar bagi Gapoktan. Pertemuan pendampingan diindikasikan memberikan kesan lebih formal pada pertemuannya sehingga pengurus Gapoktan lebih segan kepada pendamping. Namun semua format pertemuan yang biasa dilakukan Gapoktan memiliki rataan yang termasuk kategori baik berarti bentuk pertemuan-pertemuan tersebut sudah efektif. Tabel 3 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan format pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Format Pertemuan Rapat Pendampingan Pelatihan Pembinaan Temu Usaha
Nilai Maksimum 3.75 3.50 3.50 3.50 3.75
Nilai Minimum 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Rataan 3.35 3.19 3.21 3.25 3.38
(2) Materi Materi-materi yang diberikan kepada Gapoktan memiliki nilai rata-rata yakni 57.27 pada nilai rentang 50.75 sampai 63.25 (Tabel 4) sehingga termasuk kategori baik. Materi-materi seperti materi pembukuan dan pelaporan, pemberdayaan Gapoktan dan pengembangan usaha yang diberikan pada waktu rapat, pendampingan, pelatihan, ataupun pembinaan sudah tersusun dengan baik, jelas dan sesuai dengan kebutuhan Gapoktan.
46 Tabel 4 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan materi dan frekuensi pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Komunikasi Organisasi Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Materi Frekuensi Pertemuan
Nilai Maksimum 63.25 17.50
Nilai Minimum 50.75 12.00
Rataan 57.27 14.98
(3) Frekuensi Pertemuan Frekuensi aktifitas komunikasi organisasi dalam pengembangan kapasitas Gapoktan memiliki nilai rata-rata 14.98 pada nilai rentang antara 12.00 sampai 17.50 (Tabel 4) sehingga termasuk kategori jarang. Sebagian besar Gapoktan sudah memasuki tahap mandiri dan pasca mandiri sehingga pertemuan-pertemuan Gapoktan disesuaikan dengan kebutuhan aktifitas Gapoktan. Pertemuan yang masih sering dilakukan Gapoktan adalah rapat sesama pengurus yang biasanya dilakukan seminggu sekali untuk mempersiapkan laporan mingguan melalui sms, di mana data-data yang dilaporkan berasal dari unit-unit usaha Gapoktan yang merupakan rekapan kegiatan seperti penjualan, pembelian dan cadangan pangan selama 1 minggu. Pertemuan pelatihan merupakan pertemuan yang jarang dilakukan oleh pengurus Gapoktan. Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan Keberadaan iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana perasaannya, bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana cara anggota menyesuaikan diri dengan organisasi. Bahkan menurut Redding iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari pada ketrampilan semata–mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Pace dan Faules 2010). Nordin et al. (2013) mengatakan bahwa iklim komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi karena memberi kontribusi untuk efektivitas dan keberhasilan organisasi.
Tabel 5 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Iklim Komunikasi Kepercayaan Pembuataan Keputusan Bersama Kejujuran
Nilai Maksimum 13.50 14.75 23.50
Nilai Minimum 12.25 10.00 19.50
Rataan 12.73 12.73 22.00
47 Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah Mendengar dalam Komunikasi Ke Atas Perhatian pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi
17.50 22.50 25.50
13.50 17.25 19.25
16.15 19.62 22.88
(1) Kepercayaan Kepercayaan responden memiliki nilai rataan sebesar 12.73 pada nilai rentang antara 12.25 sampai 13.50 (Tabel 5) sehingga kepercayaan responden termasuk ketegori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pengurus Gapoktan sudah sepenuhnya memberikan kepercayaan yang tinggi kepada ketua Gapoktan, sesama pengurus dan anggota Gapoktan. Demikian pula sebaliknya ketua Gapoktan dan anggota Gapoktan sudah sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada pengurus. Semua angggota pengurus yang bertanggung jawab atas unit-unit usaha Gapoktan baik unit distribusi maupun unit cadangan pangan diberikan uang untuk kegiatan operasional setiap unit usaha sesuai dengan Rencana Usaha Gapoktan (RUG) yang diajukan sebelumnya. Masing-masing pengelola unit-unit usaha yang mengembangkannya, pada akhir tahun wajib mengembalikan dana tersebut kepada bendahara Gapoktan untuk pembukuan. (2) Pembuatan Keputusan Bersama Pembuatan keputusan bersama menunjukkan nilai rataan sebesar 12.73 pada nilai rentang 10.00 sampai 14.75 (Tabel 5), sehingga termasuk kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa pengurus Gapoktan membuat laporan mingguan berupa sms ke BKP pusat dan laporan bulanan ke kabupaten sehingga pengurus Gapoktan diajak berkomunikasi, berkoordinasi dan berkonsultasi serta bertanggung jawab dalam menyajikan data-data dan bahan untuk membuat laporan tersebut. Pengurus Gapoktan terlibat juga dalam penyusunan Rencana Usaha Gapoktan (RUG) sehingga ketua Gapoktan telah membuka ruang komunikasi dalam proses pengambilan keputusan untuk masing-masing unit usaha Gapoktan. Hasil penelitian Rachmawati (2010) menunjukkan bahwa hubungan personal merupakan hubungan paling intim dengan orang lain dalam tingkat pribadi, antar pimpinan, teman dan sesama sebaya sehingga berkomunikasi antar personal akan lebih terjalin erat dan masing-masing pihak akan merasa saling membutuhkan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi. (3) Kejujuran Kejujuran memiliki nilai rataan sebesar 22.00 pada nilai rentang antara 19.50 sampai 23.50 (Tabel 5) sehingga kejujuran termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan pengurus Gapoktan dapat berkomunikasi secara transparan baik terhadap ketua Gapoktan maupun dengan sesame pengurus serta anggota Gapoktan. Hal ini ditemukan antara lain karena antara ketua Gapoktan ataupun anggota dengan pengurus Gapoktan masih ada hubungan keluarga sehingga terjadi komunikasi yang lebih akrab yang mengakibatkan kejujurannya tinggi. Hal ini juga tersirat pernyataan (CS, ketua unit cadangan pangan) yang mengatakan:
48 “Ketua Gapoktan dengan bendaharanya merupakan suami istri, sehingga setiap ada kegiatan Gapoktan mereka selalu kompak, saling mendukung dan kami pun sebagai pengurus Gapoktan lebih percaya pada mereka karena tidak pernah ada pertengkaran maupun keributan mengenai kegiatan Gapoktan ini).” (4) Keterbukaan Komunikasi ke Bawah Sebagian besar pengurus Gapoktan dalam keterbukaan komunikasi ke bawah termasuk kategori tinggi yakni memiliki nilai rataan sebesar 16.15 pada nilai rentang antara 13.50 sampai 17.50 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan adanya keterbukaan antara ketua Gapoktan dan pengurus sehingga pengurus Gapoktan relatif mudah memperoleh informasi dalam melaksanakan tugas di masing-msing unit usahanya, seperti informasi perihal program maupun pengembangan usaha Gapoktan. Di samping itu, pengurus juga merasa telah turut dilibatkan dalam diskusi-diskusi dengan pendamping tim teknis kabupaten maupun tim pembina provinsi. (5) Mendengarkan dalam Komunikasi Ke Atas Data yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa mendengarkan dalam komunikasi ke atas memiliki nilai rataan sebesar 19.62 pada rentang nilai antara 17.25 sampai 22.50, sehingga termasuk kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pengurus merasa ketua Gapoktan cenderung terbuka dan memandang penting informasi, saran ataupun gagasan/ide maupun kritik. Di samping itu, pengurus merasa bahwa ketua Gapoktan selalu menindaklanjuti ide-ide ataupun saran yang relevan dengan program dan memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta tidak bertentangan dengan petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis program. Sebagai contoh dalam hal pembukuan, Gapoktan dituntut untuk memiliki minimal 12 buku dalam menjalankan administrasi maupun pengelolaan kegiatan Penguatan-LDPM, yang menurut pengurus Gapoktan sulit dalam menjalankannya sehingga format dan jumlah bukunya diganti supaya lebih jelas dan mudah dipahami. Hasil penelitian Djati (2003) menunjukkan bahwa pimpinan yang memberikan dukungan yang optimal terhadap bawahannya dengan cara penghargaan semacam ungkapan kata-kata, hal itu akan membuat atasan menjadi terbuka dan memandang informasi dari bawahan cukup penting. (6) Perhatian pada Tujuan berkinerja Tinggi Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi memiliki nilai rataan sebesar 22.88 pada rentang nilai antara 19.25 sampai 25.50 (Tabel 5) sehingga perhatian pada tujuan berkinerja tinggi termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan pengurus Gapoktan sudah mencapai produktivitas dan kualitas kerja yang tinggi, dikarenakan Gapoktan wajib membuat laporan mingguan dan bulanan yang menjadi penilaian dalam keberhasilan usaha Gapoktan. Hal ini sesuai dengan pernyataan disampaikan (TS, sekretaris Gapoktan) yang mengatakan : “Kami setiap sebulan sekali membuat laporan Pa, yang dibantu oleh pendamping untuk disampaikan ke kabupaten. Kalau laporan melalui sms
49 dibuat seminggu sekali setiap hari senin kami kirim smsnya. Jadi setiap minggu kami mengumpulkan laporan dari unit-unit usaha Gapoktan sebagai bahan laporan.” Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan Dalam upaya mencapai suatu keberhasilan, maka kepuasan komunikasi merupakan faktor yang sangat penting, karena kepuasan komunikasi merupakan hasil dari sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap bersemangat dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Tabel 6 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Kepuasan Komunikasi Kecukupan Informasi Kemampuan untuk Menyarankan Perbaikan Efisiensi Saluran Komunikasi Kualitas Media Cara Sejawat Berkomunikasi Informasi Tentang Gapoktan Keseluruhan Integritas Gapoktan
Nilai Maksimum 19.75 20.25 25.25 20.75 20.50 14.50 27.00
Nilai Minimum 15.50 16.00 19.50 16.00 15.50 10.75 21.00
Rataan 17.77 18.04 22.56 18.06 17.69 12.38 24.12
(1) Kecukupan Informasi Nilai rataan dari kecukupan komunikasi memiliki nilai sebesar 17.77 pada nilai rentang antara 15.50 sampai 19.75 (Tabel 6) sehingga termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan dan kelengkapan informasi yang diterima oleh Gapoktan cukup dan dapat meningkatkan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan. Semakin lengkap pengurus Gapoktan menerima informasi, semakin puas hubungan komunikasinya. Pengurus Gapoktan dalam proses komunikasi dengan ketua Gapoktan mengenai kebijakan, rencana usaha Gapoktan dan kegiatan operasional masing-masing unit usaha telah mendapatkan informasi yang disampaikan ketua Gapoktan secara mendetail sehingga proses pekerjaan di lapangan dapat memudahkan pekerjaan pengurus Gapoktan, selain itu pengurus Gapoktan memiliki kapasitas pengetahuan yang cukup. Namun apabila informasi yang diterima pengurus Gapoktan tidak jelas baik dari ketua Gapoktan maupun dari sesama pengurus Gapoktan di masing-masing unit usahanya maka akan menghambat proses pekerjaan pengurus Gapoktan sehingga pembuatan laporan mingguan dan bulanan tidak dapat dikirim tepat waktu dan kontinyu. Hal inilah menjadi penilaian suatu Gapoktan tidak baik kinerja pengurus Gapoktan dikarenakan tidak melaporkan secara rutin pelaksanaan kegiatan usahanya. Hal ini sesuai yang disampaikan (MH, sekretaris Gapoktan) bahwa: “ Gapoktan kami tidak dapat memberikan laporan secara rutin dan tepat waktu dikarenakan laporan dari masing-masing unit usaha Gapoktan, belum
50 memberikan hasil rekapan mingguan dari kegiatan usaha di masing-masing unit usaha, sehingga kami terlambat dalam memberikan laporan baik laporan mingguan melalui sms maupun laporan bulanan yang diberikan kepada tim teknis di kabupaten.” (2) Kemampuan untuk Menyarankan Perbaikan Kemampuan untuk menyarankan perbaikan memiliki nilai rataan sebesar 18.04 yang memiliki nilai rentang antara 16.00 sampai 20.25 (Tabel 6) sehingga termasuk kategori tinggi. Hal ini dikarenakan ketua Gapoktan selalu menerima saran, data dan hasil kegiatan unit usaha dari pengurus Gapoktan untuk kepentingan pembuatan pelaporan secara mingguan dan bulanan. Pengurus Gapoktan di masing-masing unit usaha Gapoktan memberikan datadata yang akurat sesuai dengan pelaksanaan kegiatan operasional di lapangan, agar Gapoktan mereka mendapatkan penilaian Gapoktan yang berhasil. Namun usaha yang dilakukan oleh pengurus Gapoktan tersebut belum mendapatan penghargaan dari ketua Gapoktan. (3) Efisiensi Saluran Komunikasi Nilai rataan untuk efisiensi saluran komunikasi sebesar 22.56 pada nilai rentang antara 19.50 sampai 25.25 (Tabel 6) sehingga termasuk kategori tinggi. Saluran komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan ketua Gapoktan maupun sesama pengurus biasanya lebih mudah diterima karena mereka menggunakan istilah yang sama-sama dimengerti dan juga karena adanya kesamaan bahasa ataupun latar belakang pendidikan. Selain itu, ketua Gapoktan yang selalu terlibat dalam setiap pertemuan Gapoktan sehingga mempermudah mengkoordinasikan kepada pengurus Gapoktan di masing-masing unit usahanya. (4) Kualitas Media Nilai rataan untuk kualitas media sebesar 18.06 pada nilai rentang antara 16.00 sampai 20.75 (Tabel 4) sehingga termasuk kategori baik. Kepuasan komunikasi diatur pula oleh media yang dipergunakan dalam mengkomunikasikan pekerjaan di dalam lingkup Gapoktan. Penggunaan media yang tepat akan membantu pengurus mengerjakan tugasnya dengan lebih baik. Pengurus Gapoktan dalam penyampaian dan penerimaaan pesan yang paling mudah dipahami adalah melalui pesan tertulis. Selain menggunakan pesan tertulis pengurus Gapoktan juga merasa mudah memahami pesan melalui gambar-gambar seperti pada panduan pembukuan dan pelaporan terdapat gambar-gambar yang membantu pengurus untuk memahami pesan yang disampaikan oleh ketua Gapoktan. Ketua Gapoktan selalu memberikan buku-buku sebagai pedoman dan petunjuk untuk pelaksanaan kegiatan unit-unit usaha Gapoktan dan setiap transaksi yang dilakukan pengurus selalu ada tanda bukti berupa nota/kuitansi/faktur yang dicatat dalam buku-buku tersebut. Pertemuan-pertemuan yang dilakukan secara rutin pun akan menjadi media yang dapat lebih memperjelas informasi yang disampaikan secara tertulis, karena komunikasi secara langsung akan lebih baik dibandingkan hanya melalui media tertulis. Pertemuan yang paling rutin dilakukan oleh Gapoktan adalah pertemuan pengurus setiap minggu sebelum melaporkan laporan mingguan melalui sms.
51 Masing-masing unit usaha Gapoktan melaporkan kegiatan-kegiatan seperti pembelian, penjualan ataupun cadangan pangan dan biasanya dilaporkan rekapan kegiatan selama seminggu kepada sekretaris Gapoktan sebagai bahan laporan mingguan maupun untuk laporan bulanan. (5) Cara Sejawat Berkomunikasi Cara sejawat berkomunikasi memiliki nilai rataan sebesar 17.69 pada rentang nilai 15.50 sampai 20.50 (Tabel 6) sehingga termasuk kategori sedang. Komunikasi dengan rekan sejawat/sesama pengurus kurang dirasakan oleh pengurus Gapoktan dalam meningkatan kepuasan komunikasi. Hal ini karena pengurus tidak menyukai atau kurang waktu berkomunikasi dalam waktu lama atau sering dengan sesama pengurus. Apabila ada pertemuan baik rapat pengurus Gapoktan ataupun pembinaan dari tim teknis kabupaten maupun tim pembina provinsi ada beberapa pengurus Gapoktan yang izin pulang dengan alasan harus mengembala kambing, memupuk sawah dan lain sebagainya. (6) Informasi tentang Gapoktan Keseluruhan Nilai rataan untuk informasi tentang Gapoktan keseluruhan sebesar 12.38 pada nilai rentang antara 10.75 sampai 14.50 (Tabel 6) sehingga termasuk kategori sedang. Hal ini ditemukan karena semua pihak sebagai tim teknis maupun tim pembina seperti dinas terkait baik provinsi maupun di kabupaten dan LSM serta penyuluh pertanian sebagai pendamping dilibatkan, namun belum bekerja secara kontinyu sehingga pengurus Gapoktan memperoleh informasi mengenai tujuan, kebijakan dan peraturan pemerintah hanya pada awal-awal mendapatkan dana bansos yang mempengaruhi dinamika organisasi Gapoktan. (7) Integritas Gapoktan Integritas Gapoktan memiliki nilai rataan sebesar 24.12 pada rentang dari nilai 21.00 sampai 27.00 (Tabel 6) sehingga termasuk kategori sedang. Hal ini terjadi karena pada setiap pertemuan/diskusi/pembinaan/pendampingan/pelatihan baik ketua Gapoktan maupun pengurus Gapoktan selalu diingatkan akan tujuan penggunaan dana bansos apabila ada penyelewengan atau penyalahgunaan dana tersebut akan dikembalikan ke kas negara sehingga pengurus Gapoktan mengetahui mengenai sasaran dan tujuan kegiatan penguatan-LDPM, namun pada tahun ke-2 sampai ke-3 pelaksanaan kegiatan, pengurus Gapoktan menginginkan adanya pembagian ataupun simpan pinjam dana bansos tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi dalam kegiatan penjualan maupun pembelian gabah/beras pada petani sehingga integritas dan keutuhan Gapoktan terganggu. Pengurus Gapoktan memerlukan Informasi yang transparan mengenai kondisi Gapoktan serta informasi mengenai perkembangan terbaru yang ada di Gapoktan. Informasi ini bisa merupakan informasi mengenai kesulitan Gapoktan dan perkembangan usaha yang dikelola masing-masing unit usaha Gapoktan sehingga pengurus Gapoktan satu sama lainnya bisa ikut bersikap proaktif untuk memberikan masukan kepada Gapoktan agar integritas/kesatuan Gapoktan dan kekompokan pengurus Gapoktan tetap terjaga.
52 Hubungan Karakteristik Pengurus dengan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan Tingkat hubungan antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi organisasi bisa dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai korelasi karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Koefisien Korelasi (rs) pada Iklim Komunikasi Karakteristik Pengurus Gapoktan
Pembuatan Kepercayaan Keputusan bersama
Umur 0.249 0.160 Pendidikan -0.195 0.010 Formal Pendidikan 0.055 0.048 Non Formal Pengalaman 0.103 0.165 Organisasi * berhubungan nyata pada taraf 0.05
Perhatian Mendeng Keterbukaan pada ar dalam Kejujuran komunikasi Tujuan Komunika ke bawah Berkinerja si ke atas tinggi
0.130
0.099
0.143
0.230
0.037
0.069
-0.004
-0.056
-0.109
-0.141
-0.047
0.092
0.169
0.280*
-0.014
0.113
rs : koefisien korelasi rank Spearman
Karakteristik pengurus Gapoktan pada penelitian ini meliputi, umur pengurus, pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pengalaman organisasi. Data yang tertera pada Tabel 7, menunjukkan ada hubungan nyata antara pengalaman organisasi dengan iklim komunikasi pada aspek keterbukaan komunikasi ke bawah. Berarti terdapat kecenderungan semakin tinggi pengalaman organisasi pengurus Gapoktan cenderung keterbukaan komunikasi ke bawah pengurus Gapoktan semakin tinggi. Begitupula sebaliknya semakin rendah pengalaman organisasi pengurus Gapoktan maka cenderung semakin rendah keterbukaan komunikasi ke bawah. Pengalaman organisasi pengurus Gapoktan termasuk rendah (71.15 persen) sehingga dapat dipahami apabila keterbukaan komunikasi ke bawah juga rendah. Umur pengurus Gapoktan tidak memiliki hubungan nyata dengan seluruh indikator iklim komunikasi yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi (Tabel 7). Artinya pengurus yang memiliki kategori umur muda, dewasa dan tua tidak berhubungan dengan iklim komunikasi Gapoktan. Pendidikan formal pengurus Gapoktan tidak memiliki hubungan nyata dengan seluruh indikator iklim komunikasi yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi (Tabel 7). Artinya pengurus yang memiliki kategori pendidikan formalnya tinggi maupun rendah tidak mempengaruhi iklim komunikasi pada Gapoktan. Pendidikan nonformal pengurus Gapoktan tidak memiliki hubungan nyata dengan seluruh indikator iklim komunikasi yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah,
53 mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi (Tabel 7). Artinya pengurus yang memiliki kategori pendidikan nonformal tinggi maupun rendah tidak mempengaruhi iklim komunikasi pada Gapoktan. Bedasarkan uraian di atas menunjukan bahwa sebagian besar peubah karakteristik pengurus Gapoktan yang meliputi umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalamanan organisasi tidak berhubungan nyata dengan iklim komunikasi yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Dengan demikian hipotesis hubungan antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi ditolak. Hubungan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus dengan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan Komunikasi organisasi dalam pengembangan kapasitas Gapoktan adalah komunikasi yang dilakukan oleh pengurus baik di dalam maupun di luar Gapoktan dalam rangka pengembangan kapasitas Gapoktan yang diukur mencakup format pertemuan, materi, dan frekuensi pertemuan sedangkan indikator iklim komunikasi yang diukur kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Tabel 8 Nilai korelasi komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Koefisien korelasi (rs) pada iklim komunikasi Komunikasi organisasi Format Pertemuan Materi Frekuensi Pertemuan
Mendengar dalam Komunikasi ke atas
Perhatian pada Tujuan Berkinerja tinggi
0.168
0.219
0.385**
0.197
0.229
0.123
0.387**
0.449**
0.290*
0.346*
0.520**
Pembuatan Keputusan bersama
Kejujuran
0.280*
0.181
0.266
0.382**
0.186
0.350*
0.384**
Kepercayaan
* berhubungan nyata pada taraf 0,05 ** berhubungan sangat nyata pada taraf 0,01
Keterbukaan komunikasi ke bawah
rs : koefisien korelasi rank Spearman
Terdapat hubungan positif dan sangat nyata antara komunikasi organisasi dalam pengembangan kapasitas Gapoktan terhadap indikator format pertemuan dengan iklim komunikasi pada aspek perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan terdapat hubungan positif dan nyata dengan kepercayaan. Berarti semakin baik dan beragam format pertemuan yang terjadi pada Gapoktan maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Berarti mengindikasikan bahwa pengurus Gapoktan yang selalu hadir pada berbagai pertemuan yang dilaksanakan oleh Gapoktan seperti rapat, pelatihan, pendampingan, pembinaan dan temu usaha maka terjadi interaksi yang saling menunjukkan kepercayaan yang tinggi dan mempertahankan hubungan antara
54 pengurus dengan ketua Gapoktan secara timbal balik sehingga pengurus Gapoktan dapat mencapai produktivitas dan kualitas kerja yang tinggi. Indikator materi pertemuan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan kepercayaan dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi, berarti semakin jelas dan mudah dipahami materi yang disampaikan pada saat pertemuan maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Berarti mengindikasikan bahwa pengurus Gapoktan sudah jelas dan memahami serta sesuai kebutuhan terhadap materi yang disampaikan pada saat pertemuan, sehingga dapat menstimulus respon pengurus dengan membahas segala permasalahan, kebutuhan yang sesuai dengan Gapoktan dan pengembangan usaha dengan ketua Gapoktan. Terdapat hubungan positif dan sangat nyata antara frekuensi pertemuan dengan pembuatan keputusan bersama, kejujuran dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi serta memiliki hubungan positif dan nyata dengan kepercayaan, keterbukaan komunikasi ke bawah dan mendengar dalam komunikasi ke atas. Berarti semakin sering komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dilakukan maka akan semakin tinggi iklim komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pengurus Gapoktan yang sering mengikuti pertemuanpertemuan Gapoktan maka pengurus Gapoktan tersebut akan lebih mengetahui lingkungan internal Gapoktan dan kejadian yang terjadi dalam Gapoktan. Bedasarkan uraian di atas menunjukan bahwa sebagian besar peubah komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan yang meliputi format pertemuan, materi pertemuan dan frekuensi pertemuan berhubungan sangat nyata dengan iklim komunikasi yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Dengan demikian hipotesis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi secara umum diterima. Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan dengan Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan Iklim komunikasi organisasi Gapoktan adalah kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi pengurus Gapoktan yakni kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi sedangkan indikator kepuasan komunikasi meliputi kecukupan informasi, kemampuan untuk menyarankan perbaikan, efisien saluran komunikasi, kualitas media, cara sejawat berkomunikasi, informasi tentang Gapoktan keseluruhan dan integritas Gapoktan. Tabel 9 Nilai korelasi iklim komunikasi organisasi Gapoktan dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 Iklim Komunikasi Kecukupan Informasi
Koefisien korelasi (rs) pada Kepuasan Komunikasi Kemampuan untuk
Efisiensi Saluran
Kualitas Media
Cara Sejawat Berkomunikasi
Informasi Tentang
Integritas Gapoktan
55 Menyarankan Perbaikan Kepercayaan Pembuatan Keputusan bersama Kejujuran Keterbukaan komunikasi ke bawah Mendengar dalam Komunikasi keatas Perhatian pada Tujuan Berkinerja tinggi
Komunikasi
Gapoktan Keseluruhan
0.321*
0.408**
0.181
0.434**
0.325*
0.288*
0.331*
0.110
0167
0.281*
0195
0.222
0.240
0.328*
0.378**
0.382**
0.422**
0.377**
0.289*
0.322*
0.374**
0.271
0.268
0.401**
0.261
0.340*
0.321*
0.380**
0.078
0.321*
0.243
0.132
0.131
0.215
0.259
0.413**
0.516**
0.548**
0.419**
0.515**
0.421**
0.444**
* berhubungan nyata pada taraf 0,05 ** berhubungan sangat nyata pada taraf 0,01
rs : koefisien korelasi rank Spearman
Indikator iklim komunikasi memiliki hubungan positif dan sangat nyata dari aspek kepercayaan dengan kemampuan untuk menyarankan perbaikan dan kualitas media, dan memiliki hubungan positif dan nyata dengan kecukupan informasi, cara sejawat berkomunikasi, informasi tentang keseluruhan Gapoktan dan integritas Gapoktan (Tabel 9). Berarti semakin tinggi kepercayaan pengurus Gapoktan maka tingkat kepuasan komunikasi semakin tinggi. Terdapat hubungan positif dan nyata antara pembuatan keputusan bersama dengan integritas Gapoktan (Tabel 9). Berarti semakin tinggi tingkat pembuatan keputusan bersama pengurus Gapoktan maka semakin puas tingkat integritas Gapoktan. Hal ini menindikasikan pengurus Gapoktan yang ikutserta atau terlibat dalam pembuatan keputusan bersama dan selalu diajak ketua Gapoktan dalam menentukan RUG atau pengembangan usaha maka tingkat kepuasan pengurus dalam menerima informasi mengenai tujuan atau rencana Gapoktan semakin tinggi dan lebih mengenal Gapoktan. Tingkat kejujuran pengurus Gapoktan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan kecukupan informasi, kemampuan untuk menyarankan perbaikan, efisiensi saluran komunikasi, kualitas media, dan integritas Gapoktan (Tabel 9). Berarti semakin tinggi tingkat kejujuran pengurus Gapoktan maka semakin puas dalam kecukupan informasi, kemampuan untuk menyarankan perbaikan, efisiensi saluran komunikasi, kualitas media, dan integritas Gapoktan. Hal ini mengindikasikan bahwa pengurus Gapoktan dengan tulus hati dalam mengelola dana bansos dan berani mengakui kesalahan atau kekeliruan yang mungkin dilakukannya maka informasi perkembangan dana bansos akan mudah dan tepat diperoleh oleh siapapun. Keterbukaan berkomunikasi ke bawah memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan efisiensi saluran komunikasi dan integritas Gapoktan (Tabel 9). Berarti semakin tinggi tingkat Keterbukaan berkomunikasi ke bawah maka semakin tinggi tingkat efisiensi saluran komunikasi dan integritas Gapoktan. Hal ini mengindikasikan bahwa pengurus Gapoktan semakin mudah dalam memperoleh informasi dalam usahanya dikarenakan saluran komunikasi untuk menyebarkan informasi sudah efisien.
56 Mendengar dalam Komunikasi ke atas memiliki hubungan positif dan nyata dengan kemampuan untuk menyarankan perbaikan dan tidak memiliki hubungan nyata dengan kecukupan informasi, efisiensi saluran komunikasi, kualitas media, cara sejawat berkomunikasi, informasi Gapoktan keseluruhan dan integritas Gapoktan (Tabel 9). Berarti semakin tinggi tingkat mendengarkan dalam komunikasi ke atas maka semakin puas dalam kemampuan untuk menyarankan perbaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak ide/gagasan ataupun saran yang disampaikan pengurus kepada ketua Gapoktan maka semakin banyak perubahan yang terjadi dalam Gapoktan dalam rangka penyempurnaan Gapoktan. Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan seluruh indikator-indikator kepuasan komunikasi (Tabel 9). Berarti semakin tinggi tingkat perhatian pada tujuan berkinerja tingga maka semakin puas pengurus dalam berkomunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa Gapoktan telah melakukan upaya-upaya dalam mencapai produktivitas dan kualitas kerja yang tinggi bagi pengurus Gapoktan dikarenakan mudah dalam memperoleh informasi dalam rangka usahanya. Bedasarkan uraian di atas menunjukan bahwa sebagian besar peubah iklim komunikasi yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi berhubungan sangat nyata dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan yang meliputi kecukupan informasi, kemampuan untuk menyarankan perbaikan, efisiensi saluran komunikasi, kualitas media, cara sejawat berkomunikasi, informasi tentang Gapoktan keseluruhan dan integritas Gapoktan. Dengan demikian hipotesis hubungan antara iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komuniksi pengurus Gapoktan secara umum diterima.
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis hasil pembahasan, dapat disimpulkan: (1) Sebagian besar Gapoktan memiliki Iklim komunikasi yang baik. Secara umum semua peubah iklim komunikasi organisasi Gapoktan yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi memiliki kategori tinggi. (2) Semakin tinggi pengalaman organisasi pengurus Gapoktan cenderung keterbukaan komunikasi ke bawah pengurus Gapoktan semakin tinggi. (3) Semakin baik dan beragam format pertemuan yang terjadi pada Gapoktan maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin jelas dan mudah dipahami materi yang disampaikan pada saat pertemuan maka semakin semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya.
57 Semakin sering komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dilakukan maka akan semakin baik iklim komunikasi. (4) Semakin baik iklim komunikasi organisasi Gapoktan maka cenderung tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan semakin baik. Sebagian besar tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan tergolong tinggi. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan, diberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Mengingat secara umum Gapoktan merupakan organisasi yang belum mapan (establish), namun terbukti sebagian besar Gapoktan memiliki iklim komunikasi organisasi Gapoktan yang baik perlu dijaga kenyamanan pengurus Gapoktan dalam beraktivitas dalam menjalankan usaha Gapoktan maka harus saling menghargai antara ketua Gapoktan dengan pengurus maupun sesama pengurus. (2) Ditinjau dari pengalaman organisasi pengurus Gapoktan yang umumnya tidak pernah mengikuti organisasi lain selain Gapoktan namun terbukti memiliki hubungan nyata dengan salah satu peubah iklim komunikasi organisasi Gapoktan, maka dalam penyusunan kepengurusan Gapoktan perlu diperhatikan pengalaman organisasi calon pengurus Gapoktan agar pengurus Gapoktan memiliki kemampuan berkomunikasi dalam melaksanakan kegiatan usaha Gapoktan. (3) Ditinjau dari frekuensi pertemuan pengurus Gapoktan dalam berbagai pertemuan yang relatif jarang namun terbukti memiliki hubungan nyata dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan, maka perlu peningkatan keterlibatan aktif pengurus Gapoktan pada setiap pertemuan rapat, pelatihan, pendampingan, pembinaan, dan temu usaha agar komunikasi tetap terjalin. (4) Dalam mencapai tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan yang optimal maka iklim komunikasi Gapoktan harus tetap dijaga dalam situasi yang kondusif, agar terjadi peningkatan kinerja pengurus Gapoktan maka perlu mempertimbangkan kesejahterahan pengurus dalam hal pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Gapoktan yang sesuai dan penghargaan bagi pengurus Gapoktan yang berdedikasi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Abiseno BW. 2009. Faktor-faktor ikim komunikasi yang mempengaruhi kepuasan komunikasi Global TV. [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Arifin B. 2005. Pengaruh faktor-faktor kepuasan komunikasi terhadap kinerja karyawan. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi.2(1):16-34
58 Arikunto S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Akbar MF. 2012. Efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Berlo DK. 1960. The Process of Communication: an Introduction to Theory and Practice. New York [US]: Holt, Rinehart and Winston, Inc. [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2012. Pedoman Umum Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Tahun 2012. Jakarta (ID): Badan Ketahanan Pangan. ______. 2013. Kajian Evaluasi Dampak Penguatan Distribusi Pangan Masyarakat (Laporan Akhir). Jakarta (ID): Badan Ketahanan Pangan. ______. 2014. Pedoman Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Tahun 2014. Jakarta (ID): Badan Ketahanan Pangan. [BKPD] Badan Ketahanan Pangan Daerah. 2013. Laporan Akhir Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2013. Bandung (ID): Badan Ketahanan pangan Daerah. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor (ID): Kantor Statistik Kabupaten Bogor. ________________________Kabupaten Subang. 2014. Kabupaten Subang dalam Angka. Subang (ID): Kantor Statistik Kabupaten Subang. Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. _________. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. DeVito JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Profesional Book. New York [NY]: Hunter College of the City University of New York. Djati RS. 2003. Iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Effendy OU. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): Citra Aditya Bakti. Emeralda. 2002. Kepuasan komunikasi dengan kinerja karyawan bagian produksi PT. Pan United Shipyard Indonesia [tesis]. Jakarta(ID): Universitas Indonesia. Goldhaber M. 1990. Organizational Communication. New York (US). Dubugue, IA: William C. Brown. Hidayat R. 2013. Pengaruh kepemimpinan terhadap komunikasi, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi pada industri perbankan. Makara Seri Sosial Humaninora, 17(1):19-32. Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta (ID): Erlangga. Irsyadi AR. 2003. Hubungan iklim komunikasi (birokrasi) dan gaya kepemimpinan paternalistik dengan kepuasan komunikasi karyawan kasus PT. Sarinah (Persero) [tesis]. Jakarta(ID): Universitas Indonesia.
59 Kerlinger FN. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta (ID):Gajah Mada University Press. Kincaid DL, Schramm W. 1987. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta (ID): LP3ES. Kriyantono R. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising,Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran.Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Lestari SB, Mindarti S, Ratnada M, Hardi J, Sidu D, Ramija K, Gufroni LM. 2001. Manajemen dan Komunikasi Penyuluhan. Yogyakarta (ID): Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM. Mangkunegara. 2010. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung (ID): PT. Refika Aditama. Mazir GR. 2002. Hubungan antara sikap karyawan terhadap komunikasi perubahan manajemen dengan kepuasan komunikasi karyawan [tesis]. Jakarta(ID): Universitas Indonesia. Muhammad A. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Mulyana D, Rakhmat 2001. Komunikasi antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya. Newstroom, Davis K. 2000. Perilaku dalam Organisasi. Edisi Ke Tujuh. Jakarta (ID): Erlangga. Nordin SM, Sivapalan S, Bhattacharyya E, Hashim H, Abdullah A. 2013. Organizational Communication Climate and Conflict Management: Management in an Oil and Gas Company. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 109 (2014):1046-1058. Pace W, Faules DF. 2010. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya. Primadini I. 2012. Pengaruh gaya kepemimpinan perempuan dan tingkat kepuasan komunikasi terhadap tingkat kinerja karyawan (studi pada staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia) [tesis]. Jakarta(ID): Universitas Indonesia. Rachmawati TS. 2010. Pengaruh iklim komunikasi organisasi dan aliran informasi terhadap kepuasan anggota melalui pelaksanaan pelayanan pada ikatan pustakawan indonesia [disertasi]. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran. Rahardjowibowo HM. 2006. Hubungan kepuasan komunikasi Call Center dengan efektivitas komunikasi kepada Customer Garuda Indonesia [tesis]. Jakarta(ID): Universitas Indonesia. Rakhmat J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya. Rangkuti PA. 2010. Model komunikasi organisasi koperasi dalam pengembangan mekanisme pertanian (kasus pemanfaatan penggilingan padi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) [disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Robbins PS. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta (ID): Salemba Empat. Roshalin SW. 2003. Hubungan antara tingkat kepuasan komunikasi karyawan dengan produktivitas kerja (studi kasus pada kantor berita Radio 68H) [tesis]. Jakarta(ID): Universitas Indonesia.
60 Sandyatma YH. 2012. Partisipasi anggota kelompoktani dalam menunjang efektivitas Gapoktan pada kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora. 2(3):238-251 Salampessy YLA 2002. Hubungan karakteristik anggota dan aktivitas komunikasi dengan keefektivan komunikasi organisasi terhadap partisipasi pada KUD Mandiri “Panca Usaha” Pelabuhanratu (Kasus Desa Cidadap dan Loji Kecamatan Simpenan, Sukabumi) [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak ADO. 2008. Pengaruh iklim komunikasi, komunikasi interpersonal dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja (Survei terhadap Karyawan PT Mega Eltra). [tesis]. Jakarta (ID):Universitas Indonesia. Singarimbun M. Effendi S. 2012. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi 2012. Jakarta (ID): LP3ES. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press. Soetiarso TA. 2002. Hubungan karakteristik individu, aktivitas penelitian dan pertemuanilmiah, serta iklim komunikasi organisasi peneliti dengan produktivitas menulis publikasi ilmiah [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Steers RM. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta(ID): Erlangga. Syahyuti. 2007. Kebijakan pengembangan gabungan kelompok tani (Gapoktan) sebagai kelembagaan ekonomi di perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 5(1):15-35. Thoha M. 1998. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Udeoba A. 2012. Effectiveness of Organizational Communication in The Global Age. Mediterranean Journal of Social Sciences. 3(15):31-41.
61
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Subang A B C
H
D G
I
F
E
Keterangan : A
Lokasi Gapoktan Bungur Jaya
B
Lokasi Gapoktan Mitra Tani Sejahtra
C
Lokasi Gapoktan Sri Sedana
D
Lokasi Gapoktan Tani Mekar
E
Lokasi Gapoktan Sri Tani
F
Lokasi Gapoktan Panca Bakti
G
Lokasi Gapoktan Bungur Jaya
H
Lokasi Gapoktan Mitra Tani Sejahtra
I
Lokasi Gapoktan Bungur Jaya
62 Kabupaten Bogor
C
B A
D
Keterangan : A
Lokasi Gapoktan Mitra Sari
B
Lokasi Gapoktan Subur Tani
C
Lokasi Gapoktan Sugih Tani
D
Lokasi Gapoktan Tunas Mekar
63
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 16 Januari 1979 sebagai putra pertama dari tiga saudara dari pasangan Kosasih dan Yayah Saryamah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UNPAD, lulus pada tahun 2002. Pada Tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Fakultas Ekologi Manusia pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2014. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPSDMP Kementerian Pertanian. Penulis bekerja sebagai staf di Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sejak tahun 2003 dan ditempatkan di Jakarta. Pada tahun 2008, penulis menikah dengan Vetty Veterwati yang telah diamanahi tiga orang anak yaitu Muhammad Rafif Arrafah, Rafifatu Rifda Shabira dan Muhammad Rayyan Arrasyid. Penulis selama menjadi mahasiswa aktif mengikuti berbagai kegiatan seminar dan workshop. Penulis merupakan anggota himpunan profesi FORKAPI (Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia).