Efektivitas Kepemimpinan Transformasional Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Budaya Sekolah Di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Edi Humaedi Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Maja, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, yang merupakan salah satu sekolah imbas. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Kepemimpinan transformasional yang dijalankan oleh kepala sekolah di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak, telah cukup berhasil dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah. Kepemimpinan transformasional secara umum dapat diketahui dari adanya upaya pelibatan semua warga sekolah dalam proses pengambilan keputusan dan dalam proses pelaksanaan dan pengevaluasiannya. Keterlibatan tersebut mampu menumbuhkan semangat dan rasa memiliki sehingga setiap warga sekolah berupaya untuk menjalankan peraturan yang sudah ditetapkan sekolah. Keteladanan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah dapat menjadi salah satu upaya untuk menggerakkan semangat semua warga sekolah dalam menjalankan budaya sekolah yang positif. Dampak kepemimpinan transformasional terhadap komitmen normatif. Komitmen normatif adalah komitmen individu pada organisasi karena adanya dorongan keyakinan sesorang untuk bertanggungjawab secara moral bahwa selayaknya harus loyal dan setia pada organisasi dalam meningkatkan kualitas. Kepemimpinan yang memiliki visi yang jelas dan menarik serta menunjukkan kepercayaan diri yang kuat dan dapat dipercaya oleh warga sekolah mampu memperkuat kaitan normatif warga sekolah dengan organisasi yaitu tumbuhnya perasaan loyal dan upaya meningkatkan kualitas secara kontinu. Kata Kunci : Kepemimpinan Transformasional, Budaya Sekolah PENDAHULUAN Seorang kepala sekolah diperlukan untuk mengatur jalannya manajemen kependidikan di sekolah. Semua gerak yang terjadi dalam lingkungan sekolah terpusat karena pengelolaan seorang kepala sekolah dalam memimpin semua ketetapan, aturan, sanksi, peningkatan prestasi siswa, prestasi guru, dan tata aturan yang mengharuskan kedisiplinan, keteraturan, dan kesopanan harus terjalin di lingkungan tersebut, mulai dari tingkat paling bawah. Sebagai pemimpin dalam sebuah lembaga formal yang bergerak dalam bidang pendidikan, kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaan jalannya roda kegiatan keseharian di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Sebagai sebuah sistem, sekolah terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Bila ada satu komponen yang “error“, maka bukan tidak mungkin sistem tersebut juga akan “error“. Selama ini, peningkatan kualitas pendidikan terus berputar-putar pada permasalahan guru, peningkatan kinerja kepala sekolah serta kurikulum siswa yang senantiasa berubah. Budaya sekolah merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan penyelenggaraan sekolah yang bermutu. Budaya sekolah yang bermutu mendukung pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu. Sebaliknya, budaya sekolah yang negatif justru menghambat
pelaksanaan proses pembelajaran yang berkualitas. Dengan demikian, sudah sewajarnya jika setiap sekolah berupaya untuk menciptakan budaya sekolah yang yang lebih baik dan terarah. Budaya sekolah yang lebih baik tersebut di antaranya dapat terlihat dari adanya sikap saling menghargai dan menghormati di antara sesama siswa, sesama guru, sesama karyawan, guru dengan siswa, guru dengan karyawan, atau semua warga sekolah dengan kepala sekolah, dan sebaliknya. Budaya sekolah yang positif juga dapat terlihat dari antusiasme semua warga sekolah dalam menjalankan peran dan tugas masingmasing, dalam saling mendukung dan membantu pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Nurkholis (2006: 266) menyatakan bahwa upaya pembentukan budaya sekolah yang kuat dan baik mengharuskan adanya kepemimpinan yang efektif. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Budaya Budaya organisasi dapat dikatakan baik jika mampu mengerakkan seluruh personal secara sadar dan mampu memberikan kontribusi terhadap keefektifan serta produktivitas kerja yang optimal. Sekolah merupakan suatu organisasi, dan budaya yang ada di tingkat sekolah merupakan budaya organisasi.Budaya selalu mengalami perubahan, hal ini sesuai dengan peranan sekolah sebagai agen perubahan yang selalu siap untuk mengikuti perubahan yang terjadi. Maka budaya organisasi
sekolah diharapkan juga mampu mengikuti, menyeleksi, dan berinovasi terhadap perubahan yang terjadi. Budaya sekolah terbentuk melalui suatu sistem kebersamaan di antara warga sekolah. normanorma, nilai-nilai, keyakinan dan asumsi-asumsi dasar yang diakui dan dianut serta diterapkan sebagai suatu kebijakan yang dianggap baik dan benar, ini berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. 2. Organisasi Pengertian organisasi dapat ditinjau dari sudut wadah dalam arti suatu ikatan kelompok manusia yang melakukan kegiatan, terikat secara formal untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Endar Ma’moeri berpendapat pengertian organisasi adalah “ Struktur tata pembagian kerja dan struktur hubungan kerja antara kelompok orang-orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu”. M.Ngalim Purwanto berpendapattentang organisasi adalah sebagai berikut : “ Menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajibankewajiban, hak-hak dan tanggungjawab masingmasing di dalam struktur yang telah ditentukan “ 3. Pengertian Tentang Trasformasi Pemimpin transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holitis tentang bagaimana organisasi di masa depan ketika semua kegiatan atau sasaran telah tercapai (Peter, 1992) Rees (2001) menyatakan paradigma baru kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh prinsip menciptakan kepemimpinan sinergis, yakni: Simplikasi (keberhasilan), Motivasi (kemampuan), Fasilitasi (pengertian), Inovasi (berani), Mobilitas (pengerahan), Siap siaga dan Tekad. 4. Guru dan Kinerja Guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan sebagai orang yang banyak digugu dan ditiru. Menurut UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sorang guru tidak hanya terbatas pada status sebagai pengajar saja, namun peranan guru lebih luas lagi yaitu sebagai
penyelenggara pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan/mutu produktivitas. Kinerja guru sebagai tenaga kependidikan dan sebagai pegawai negeri sipil baik di lembaga/yayasan sekolah, berperan sebagai pengelola pendidikan. Maka sebagai seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya di sekolah dalam rangka mencapai tujuan, terkait denganprestasi belajar siswa. Dengan demikian kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya di sekolah baik sebagai pendidik dan pengajar dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi belajar siswa yang optimal. Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan norma maupun etika. Dengan demikian, hasil kinerja seseorang sebetulnya dapat diukur dari tingkat kemauan dan keseriusan untuk memperbaiki diri serta keinginan untuk maju dalam rangka meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan di sekolahnya. 5. Kepala Sekolah Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Kepala Sekolah adalah pengelola satuan pendidikan yang bertugas menghimpun, memanfaatkan, mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya manusia, sumber dayalingkungan (sarana dan prasarana) serta sumber dana yang ada untuk membina sekolah dan masyarakat sekolah yang dikelolanya. Kepala Sekolah sebagai pemimpin yaitu mengarahkan, mempengaruhi, memberi pengertian atau sejenisnya kepada staf untuk bekerja mencapai tujuan. Sedangkan kepala sekolah sebagai manajer berkaitan dengan pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporannya. Kepala sekolah sebagai administrator berkaitan dengan jabatan dalam keorganisasian yaitu terkait dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab. Kepala Sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggungjawab untuk memimpin sekolah.
6. Kepengawasan Sekolah Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah, sesuai dengan Keputusan Mendikbud RI Nomor 20 tahun 1998. Pembina sekolah juga berperan sebagai pengawas sekolah. Karena tugas pengawas adalah memberikan penilaian dan pembinaan dalam pelaksanaan pendidikan sekolah. Pengawas sekolah memiliki peran yang signifikan dan strategis dalam proses dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah, yaitu meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. 7. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan sebuah organisasi termasuk di dalamnya organisasi sekolah. Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader. Terdapat dua gaya yang digunakan oleh pemimpin yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada karyawan. Gaya yang berorientasi pada tugas yaitu mengarahkan dan mengawasi secara ketat bawahannya untuk memastikan bahwa tugas dijalankan dengan memuaskan. Gaya pemimpin yang berorientasi pada karyawan yaitu mencoba memotivasi karyawan bukan mengendalikan karyawan. Secara umum kepemimpinan dapat dirumuskan, sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan “. Kartini Kartono.DR, mengemukakan tentang kepemimpinan, yaitu : “Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi; yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama “ Pemimpin merupakan orang pilihan yang mempunyai sifat-sifat unggul dan kualitas dibanding dengan lainnya dalam suatu kelompok. Disamping sifat, fungsi dan kualitas terdapat implikasi dari sifatsifat, perilaku, pengetahuan, dan fungsi dalam pelaksanaan sehari-hari dengan cara atau gaya tersendiri agar berhasil sesuai dengan harapan. Kualitas kepemimpinan menurut Rodger D.Callons dalam Timpe (1993:38-40) telah diidentifikasi sejumlah ciri-ciri pemimpin yang berhasil
diantaranya adalah kelancaran berbicara, kemampuan untuk memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwesan, kecerdasan, kesediaan menerima tanggungjawab, keterampilan sosial dan kesadaran akan lingkungan. Dalam definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, motivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. B.
Kerangka Berpikir. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah memiliki peranan yang dominan dalam terciptanya dan pelaksanaan budaya sekolah yangpositif. Kepala sekolah selain sebagai pemimpin yang memberi teladan juga menjadi pembimbing yang mengarahkan bawahannya untuk melaksanakan budaya sekolah yang lebih baik. Produktivitas sekolah baik secara kuantitas maupun kualitasnya dapat ditingkatkan melalui peningkatan profesionalitas kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru serta budaya organisasi sekolah yang mendukung. Dengan demikian kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas secara langsung maupun tidak langsung. C. Hipotesis Tindakan Anggapan dasar merupakan landasan berfikir yang tidak diragukan lagi kebenarannya bagi peneliti, baik pandangan maupun kegiatan-kegiatan terhadap masalah yang telah diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa : “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksakan penelitiannya.” Sesuai judul dan rumusan masalah yang ada maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Kepemimpinan transformasional akan lebih efektif dalam meningkatkan kinerja guru dan pelaksanaan budaya organisasi sekolah bagi warga sekolah di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak”. METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Maja, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, yang merupakan salah satu sekolah imbas. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2012.
B.
Karakteristik Subjek yang Dikenai Tindakan Subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah Kepala Sekolah, guru, karyawan, dan siswa atau dengan kata lain semua warga Sekolah di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak. Tetapi dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja Kepala Sekolah dan Guru. C.
Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS), ini dilakukan secara siklus sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,pelaksanaan, observasi dan refleksi. D.
Data dan Sumber Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data pelaksanaan budaya mutu, dan data kedisiplinan warga sekolah. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dokumen sekolah, administrasi, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. E.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara, angket, dokumentasi. - Observasi adalah tehnik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat yang dijadikan obyek npenelitian, yaitu SDN 2 Maja. - Wawancara yaitu segala sumber informasi yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada responden, yakni Kepala Sekolah dan Guru-guru SDN 2 Maja - Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan dalam bentuk tulisan yang diberikan kepada responden. Suharsimi Arikunto mengemukakan pengertian angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. - Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari segala informasi yang ada hubungannya dengan kinerja Kepala Sekolah dan Guru F.
Validitas Data Teknik pemerikasaan keabsahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi, yaitu melihat sesuaturealitas dari berbagai sudut pandang atau perspektif (Suparno, 2006: 71). Untuk melakukan triangulasi, peneliti mengoleksi tipe data yang berbeda-beda,
menggunakan sumber data berbeda, dan dalam waktu yang berbeda-beda. G.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dimaksudkan untuk menganalisis data-data kualitatif yang terkumpul dalam penelitian ini, dimulai dari proses reduksi data, penyajian data, dan interpretasi data sehingga dapat diambil satu kesimpulan. H.
Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah dinyatakan dalam prosentase mencapai 75% dari program yang direncanakan, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil apabila 75 % kinerja kepala sekolah dan guru memenuhi standar yang diharapkan. PEMBAHASAN 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Januari 2012. Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti saat akan melakukan tindakan, selanjutnya merumuskan masalah dan cara pemecahannya, merumuskan tujuan penyelesaian masalah, merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah, mengidentifikasi metode pengumpulan data, menyusun instrumen pengamatan dan evaluasi. b. Pelaksanaan Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan guru dan kepala sekolah untuk wawancara dan sekaligus melihat sejauhmana mereka menggarap administrasi pembelajaran dengan baik dan benar. Selanjutnya peneliti memberikan lembar isian untuk diisi oleh kepala sekolah dan guru, dengan tujuan ingin mengetahui sejauhmana kejujuran yang dipunyai oleh seorang guru. c.Observasi Obervasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi untuk kepala sekolah dan semua guru, yang sekaligus dilaksanakan penilaian.Dari hasil pengamatan dan pengumpulan lembar observasi dari kepala sekolah dan guru sebanyak 11 orang dapat dilihat pada tabel berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.2 Pelaksanaan Kinerja Kepala Sekolah Dan Guru Pada Siklus I Uraian Kegiatan Jumlah (%) Guru Menyusun 6 54,55 Program Melaksanakan 6 54,55 Program Membuat 4 36,35 Administrasi Melaksanakan 6 54,55 Evaluasi Melaksanakan 8 72,70 Pembelajaran Menilai Prestasi 6 54,55 Belajar Melaksanakan 5 45,45 Tindak Lanjut
d. Refleksi Pada bulan Maret 2012, telah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama antara kepala sekolah dan guru-guru di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak, untuk menentukan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil kesimpulan bahwa kepala sekolah dan guru belum optimal menyusun program (54,55%), melaksanakan program (54,55%), membuat administrasi (36,35%), melaksanakan evaluasi (54,55%), melaksanakan pembelajaran (72,70%), menilai prestasi belajar (54,55%), dan melaksakan tindak lanjut (54,55%), ini berarti belum memenuhi standar prosentase kinerja yang diharapkan, sehingga perlu diadakan siklus berikutnya. 2. Siklus kedua a. Perencanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan April – Juni 2012. Pertama peneliti kembali mengumpulkan guru dan karyawan dalam musyawarah sekolah. musyawarah ini dimaksudkan untuk mengevaluasi pelaksanaan program dan menindaklanjuti hasil temuan. Dari hasil refleksi pada siklus I, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan yang lebih tajam dan terarah dibandingkan pada siklus pertama. b.Pelaksanaan Peneliti memutuskan untuk kembali memberikan lembar observasi kepada semua guru, serta menyampaikan hasil lembar observasi pada siklus pertama kelebihan dan kekurangan dengan memberikan contoh dan model serta bentuk administrasi pembelajaran yang sesuai standar.
c.Observasi Obervasi dilakukan untuk mengetahui dan melihat program yang telah disepakati dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai jadwal yang telah diputuskan secara bersama-sama termasuk kendala-kendala yang ditemukan. Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang telah dibagikan kepada kepala sekolah dan guru.Dari hasil pengamatan dan pengumpulan lembar observasi dari kepala sekolah dan guru sebanyak 11 orang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 4.3 Pelaksanaan Kinerja Kepala Sekolah Dan Guru Pada Siklus II No Uraian Kegiatan Jumlah (%) Guru 1 Menyusun Program 9 81,81 2 Melaksanakan Program 9 81,81 3 Membuat Administrasi 8 72,72 4 Melaksanakan Evaluasi 9 81,81 5 Melaksanakan 10 90,90 Pembelajaran 6 Menilai Prestasi Belajar 8 72,72 7 Melaksanakan Tindak 7 63,63 Lanjut Dari hasil observasi dan pengamatan pada siklus pertama dan siklus kedua dapat diketahui dan dilihat hasil dari tujuh uraian kegiatan yang dilakukan kepala sekolah dan guru terdapat perbedaan, kalau diambil rata-rata mencapai 77,91 %, dengan demikian tindakan yang dilaksanakn pada siklus kedua ini dinyatakan berhasil, karena melebihi target yang telah ditentukan yaitu 75 %, walaupun perbedaannya belum signifikan, sehingga memungkinkan untuk lebih dibudayakan. d. Refleksi Pada bulan Juni 2012, telah selesai siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus kedua. Refleksi dilaksanakan bersama-sama antara kepala sekolah dan guru-guru di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak, untuk menentukan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja kepala sekolah dan guru masih belum optimal karena kalau diambil rata-rata dari tujuh uraian kegiatan baru mencapai 77,91 %, dengan rincian; menyusun program (81,81%), melaksanakan program (81,81%), membuat administrasi (72,72%), melaksanakan evaluasi (81,81%), melaksanakan pembelajaran (90.90%), menilai prestasi belajar (72,72%), dan melaksakan tindak lanjut (63,63%), ini berarti target sudah tercapai, namun masih perlu adanya bimbingan lanjutan.
C.
Pembahasan Kepemimpinan transformasional yang dijalankan oleh kepala sekolah di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak, telah cukup berhasil dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah. Kepemimpinan transformasional secara umum dapat diketahui dari adanya upaya pelibatan semua warga sekolah dalam proses pengambilan keputusan dan dalam proses pelaksanaan dan pengevaluasiannya. Keterlibatan tersebut mampu menumbuhkan semangat dan rasa memiliki sehingga setiap warga sekolah berupaya untuk menjalankan peraturan yang sudah ditetapkan sekolah. Wawancara dengan semua warga sekolah menunjukkan bahwa penghargaan terhadap warga sekoloah melalui pelibatan dalam pembuatan aturan telah menyebabkan mereka memiliki rasa tanggungjawab untuk melaksanakan aturan yang telah disepakati bersama. Peraturan kelas dibuat bersama oleh guru dan siswa. Karena peraturan tersebut dibuat secara bersama-sama, maka pelaksanaannya berjalan sangat baik. Siswa dan guru sama-sama memiliki rasa tanggung jawab untuk menjalankan peraturan yang sudah dibuat bersama. Keteladanan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah dapat menjadi salah satu upaya untuk menggerakkan semangat semua warga sekolah dalam menjalankan budaya sekolah yang positif. Apabila kepala sekolah datang pagi ke sekolah, maka selanjutnya karyawan dan guru akan merasa malu jika datang lebih siang dibandingkan dengan kepala sekolah. hal ini juga berlaku untuk pelaksanaan budaya gemar membaca dan budaya bersih. Keteladanan dalam forum diskusi juga menjadi semangat bagi para guru untuk dapat tampil maksimal dalam mempersiapkan tema dan pada waktu mempresentasikan tema dalam diskusi yang menjadi tugasnya. Keteladanan tanpa sikap menggurui cukup menjadi salah satu daya penggerak bagi para guru untuk lebih maju dan berkembang. Selain keteladanan, upaya penguatan yang dilakukan oleh kepala sekolah cukup mendorong semua warga sekolah berlomba-lomba menjalankan budaya sekolah. Kepala sekolah membuat terobosan baru dengan memberikan penghargaan bagi warga sekolah terbaik. Hal ini mampu memicu dan memotivasi setiap warga sekolah untuk menjalankan budaya sekolah. Dampak kepemimpinan transformasional terhadap komitmen normatif. Komitmen normatif adalah komitmen individu pada organisasi karena adanya dorongan keyakinan sesorang untuk
bertanggungjawab secara moral bahwa selayaknya harus loyal dan setia pada organisasi dalam meningkatkan kualitas. Kepemimpinan yang memiliki visi yang jelas dan menarik serta menunjukkan kepercayaan diri yang kuat dan dapat dipercaya oleh warga sekolah mampu memperkuat kaitan normatif warga sekolah dengan organisasi yaitu tumbuhnya perasaan loyal dan upaya meningkatkan kualitas secara kontinu. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tersebut di atas dalam hal ini peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut ; Bahwa pelaksanaan kepemimpinan transformasional efektif dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah di SDN 2 Maja Kecamatan Maja Kabupaten Lebak . Pelaksanaan budaya sekolah dapat mengurangi jumlah keterlambatan oleh guru, karyawan maupun siswa, serta penurunan jumlah pelanggaran yang dilakukan warga sekolah. Pelaksanaan budaya sekolah juga terlihat dari peningkatan tanggungjawab guru dalam upaya pembutan administrasi sekolah dan administrasi kelas terutama bentuk administrasi yang berhungan dengan proses pembelajaran. Budaya sekolah yang bersih terlihat dari tingkat kebersihan sekolah, ruang kelas, ruang kantor, perpustakaan, dan berbagai fasilitas sekolah lainnya. Kepala sekolah bukan hanya menjadi fasilitator dari program pelaksanaan budaya sekolah, tetapi juga menjadi contoh dalam melaksanakannya, dan memperkuat upaya warga sekolah untuk melaksanakannya, misalnya dengan melakukan evaluasi, penilaian, dan memberikan penghargaan atau teguran. Bahwa kepemimpinan transformasional yang visioner dapat memperkuat kepercayaan antara kepala sekolah dengan warga sekolah, indikator kepercayaan inilah merupakan pemicu dari sikap loyal warga sekolah untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut ; Pelaksanaan kepemimpinan transformasionaldapat meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah. Kepala sekolah selanjutnya dianjurkan untuk secara kontinu menjalankan gaya kepemimpinan tersebut sehingga pengelolaan sekolah menjadi lebih efektif dan efesien. Kepala sekolah dianjurkan bertindak inovatif dalam membuat program-program untuk kemajuan sekolah dengan tetap melibatkan semua
warga sekolah, keterlibatan semua warga sekolah dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan program tersebut. Kepala sekolah dianjurkan menjadi manajemen pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat memindahkan (transformasi) nilai, idealisme, perilaku, mental dan sikap mutu kepada
warga sekolah Kepala sekolah dianjurkan untuk dapat melibatkan komite sekolah dan orang tua/wali murid agar pelaksanaan program sekolah dapat berjalan lebih baik dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA Buku Kerja Pengawas Sekolah, PPTK-Kemendiknas, Tahun 2011.h.5 Endar Ma’moeri,Drs. Hubungan Kerja dan Koordinasi, LAN-RI.Tahun 1999.h.4 Kartini Kartono,DR, Pemimpin dan Kepemimpinan, PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta Tahun 1992.h.163 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Depdikbud, Balai Pustaka Tahun 1996,h.1070 Keputusan MenteriPendidikan danKebudayaan RI, Tahun 1998 M.Ngalim Purwanto,Drs.MP. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Remaja Karya Bandung Tahun 1987.h 176 Miftah Thoha, Drs.MPA, Kepemimpinan Dalam Managemen, CV.Rajawali, Jakarta tahun 1983.h.123 Suharsimi Arikunto,DR.Prosedur Penelitian, Rieneka Cipta, Jakarta Tahun 1993.h.124 Trisno Martono.H Prof.Dr. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru, Budaya Organisasi Sekolah, Pengaruhnya terhadap Produktivitas Sekolah, Seminar Nasional pada tanggal 28 Juli 2007 Daftar Riwayat Hidup Penulis : Edi Humaedi,S.Pd, Pengawas UPT Pendidikan Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Provinsi Banten.