Efektivitas Alat Bantu Oral Hygiene terhadap Status Periodontal Pemakai Alat Ortodonti Cekat Septia Utami1, Hari Sunarto2, Yuniarti Soeroso2 1
Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia Department of Periodontics, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
2
E-mail:
[email protected]
Abstrak Latar Belakang: Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempengaruhi kondisi jaringan periodontal akibat dari akumuasi plak yang sulit dibershikan, sehingga dibutuhkan alat bantu tambahan dalam menjaga kebersihan mulut. Tujuan: Mengetahui efektivitas alat bantu oral hygiene terhadap status periodontal pemakai alat ortodonti cekat. Metode: Penelitian cross sectional, dengan tiga puluh subjek. Subjek penelitian ditanyakan mengenai penggunaan alat bantu oral hygiene, kemudian dilakukan pemeriksaan indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket. Hasil: Nilai rata-rata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada kelompok yang menggunakan alat bantu oral hygiene dengan kelompok yang tidak menggunakan alat bantu oral hygiene berbeda bermakna (uji Kruskal-Wallis dan Independent T-Test; p<0,05). Kesimpulan: Penggunaan alat bantu oral hygiene efektif dapat menurunkan indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada pengguna alat ortodonti cekat.
The Effectiveness of Oral Hygiene Aids to Periodontal Status in Fixed Orthodontic Patient
Abstract Background: The use of fixed orthodontic appliance can affect the periodontal condition in result of plaque accumulation, so that the use of oral hygiene aid will be neccessary. Objective: To know the effectiveness of oral hygiene aids to periodontal status in fixed orthodontic patient. Method: The research is cross sectional study with thirty subjects. The subjects were questioned about the use of oral hygiene aid and then had their plaque index, calculus, index, papilla bleeding index, and pocket probing depth examined. Result: The mean of plaque index, calculus index, papilla bleeding index, and pocket probing depth in group with the usage of oral hygiene aids and group without the usage of oral hygiene aids have significant difference (Kruskal-Wallis dan Independent T-Test; p<0,05). Conclusion: The Use of oral hygiene aids can reduce plaque index, calculus index, papilla bleeding index, and pocket probing depth in fixed orthodontic patient. Keywords: Oral hygiene aids, plaque index, calculus index, papilla bleeding index, pocket probing depth, fixed orthodontic
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
Pendahuluan Kebutuhan akan estetika pada masyarakat modern semakin meningkat seiring dengan kebutuhan kesehatan mulut. Fenomena saat ini banyak pasien yang datang ke klinik lebih menunjukkan kepedulian akan keindahan senyumnya dibanding perawatan lain.1 Salah satu pilihan perawatan untuk meningkatkan keindahan senyum yang sedang terkenal saat ini adalah perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti merupakan suatu terapi yang dapat memperbaiki maloklusi atau ketidakteraturan posisi gigi geligi dalam lengkung rahang untuk menciptakan kondisi yang harmonis.2 Sebuah penelitian menyatakan pasien yang mengalami maloklusi memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami maloklusi. Hal inilah yang menyebabkan banyak pasien mencari perawatan ortodonti untuk merawat kondisi gigi geligi mereka demi meningkatkan kepercayaan dirinya.3 Alat ortodonti terbagi menjadi 2 macam, yaitu alat ortodonti cekat dan alat ortodonti lepasan. Alat ortodonti cekat dapat menjadi pilihan apabila kondisi maloklusi pasien diindikasikan untuk dilakukan pergerakan gigi yang signifikan. Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mengakibatkan buruknya kondisi oral hygiene atau kebersihan mulut pasien. Telah dilaporkan bahwa sedikitnya 3 pasien yang dinyatakan memiliki oral hygiene yang buruk mengalami perpanjangan waktu perawatan ortodonti 1,2 sampai 2,2 bulan.4 Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempersulit pembersihan gigi karena komponen alat ortodonti cekat mampu melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis.5 Plak merupakan suatu lapisan polisakarida semitransparan yang melekat pada permukaan gigi dan mengandung berbagai organisme patologis.6 Akibat dari buruknya oral hygiene, lingkungan rongga mulut pun semakin berisiko mengalami kondisi patologis lainnya seperti karies dan keradangan jaringan periodontal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andiana Rizki, sebanyak 65,7% pasien ortodonti cekat mengalami gingivitis ringan.7 Dr. Bhageshwar Dhami dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa penggunaan alat ortodonti cekat juga berdampak pada pembentukan poket periodontal. Berdasarkan hasil penelitiannya, 81,1% pasien yang menjalani perawatan ortodonti cekat memiliki poket periodontal sedalam 4-5 mm.8 Dampak jangka panjang dari perawatan ortodonti adalah terjadinya kehilangan perlekatan. Zachrisson menyatakan 10% subjek penelitiannya mengalami kehilangan perlekatan saat menjalani terapi ortodonti.9 Dalam menjaga kesehatan rongga mulut selama menjalani perawatan ortodonti, beberapa pasien memilih untuk menggunakan alat bantu oral hygiene selain sikat gigi. Alat
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
bantu yang paling sering dipilih oleh masyarakat antara lain sikat interdental, sikat khusus ortodonti, dan obat kumur. Hal ini dikarenakan alat-alat tersebut memiliki biaya yang terjangkau, mudah didapatkan, sederhana cara penggunaannya, serta aman digunakan oleh pasien. Menurut penelitian Dr. Bhageshwar Dhami, hanya 6% sampelnya yang menjalani perawatan ortodonti dan menggunakan sikat interdental yang memiliki poket sedalam lebih dari 4 mm. Sebanyak 54% sampelnya yang tidak menggunakan sikat interdental memiliki poket sedalam lebih dari 4 mm.8 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukmawaty terdapat penurunan indeks plak yang lebih besar pada penggunaan sikat khusus ortodonti dibandingkan dengan sikat gigi konvensional. Penggunaan obat kumur juga berpengaruh dalam membantu meningkatkan kesehatan lingkungan mulut.10 Hal tesebut dikarenakan agen antimikroba dari obat kumur dapat mencapai ke area-area yang sulit dijangkau sehingga dapat membantu menurunkan aktivitas mikroba.11 Melihat tingginya kebutuhan masyarakat atas perawatan ortodonti serta dampaknya pada kesehatan jaringan periodontal, maka peneliti ingin mengetahui efektivitas alat bantu oral hygiene terhadap status periodontal pemakai alat ortodonti cekat.
Tinjauan Teoritis Jaringan Periodontal Jaringan periodontal adalah suatu jaringan yang berperan sebagai pendukung gigi agar tetap berada pada posisinya. Jaringan tersebut terdiri dari beberapa komponen, yaitu gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Gingiva terdiri dari free gingiva dan attached gingival, serta papila interdental. Gingiva ini berfungsi untuk menutupi tulang alveolar dan akar gigi dibawahnya serta berfungsi dalam mekanisme pertahanan terhadap kerusakan akibat mikroba. Sementum merupakan jaringan terkalsifikasi yang terdapat pada permukaan akar gigi yang tidak memiliki inervasi dan tidak mengalami resorpsi fisiologis akan tetapi mengalami deposisi berkelanjutan selama fase kehidupan. Sementum berfungsi sebagai pelekat bagi serat ligamen periodontal terhadap akar gigi dan juga berperan dalam perbaikan pada permukaan akar tersebut. Ligamen periodontal merupakan jaringan ikat tervaskularisasi yang mengelilingi permukaan akar gigi. Ligamen periodontal berfungsi untuk menghubungkan sementum dengan dinding soket dan juga berfungsi dalam mendistribusikan tekanan oklusal yang didapat gigi ke tulang alveolar. Tulang alveolar merupakan bagian dari tulang maksila dan tulang mandibula yang membentuk dan menyokong soket gigi.
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
Penyakit Periodontal Penyakit periodontal secara umum terdapat dua macam yaitu penyakit peradangan gingiva (gingivitis) dan juga penyakit peradangan jaringan periodontal (periodontitis. Gingivitis ditandai dengan adanya kemerahan pada gingiva, perdarahan akibat adanya agen provokasi, perubahan kontur gingiva, kekenyalan gingiva, dan adanya kalkulus dan plak. Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi jaringan periodontal yang mengakibatkan destruksi yang progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar. Hal yang paling membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan klinis pada periodontitis. Kehilangan perlekatan klinis ini biasanya disertai dengan pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas dan tinggi tulang alveolar. Pada beberapa kasus, kehilangan perlekatan klinis juga disertai dengan resesi gingiva. Clinical attachment loss atau kehilangan perlekatan klinis merupakan hilangnya perluasan dukungan periodontal disekeliling gigi.12 Hilangnya perlekatan ini diakibatkan oleh kerusakan serat periodontal dan tulang yang menyokong gigi. Perlekatan klinis dapat dihitung dari batas cemmentoenamel junction sampai ke bagian apikal dari sulkus gingiva.13 Poket periodontal merupakan pendalaman sulkus gingiva yang terjadi akibat adanya kondisi patologis.14 Pendalaman sulkus ini merupakan hasil dari migrasinya junctional epithelium ke arah apikal, kerusakan serat ligament periodontal, dan kerusakan tulang alveolar.15 Resesi gingiva terjadi ketika margin gingiva bermigrasi ke arah apikal dari CEJ sehingga menyebabkan akar terekspos.16 Resesi gingiva ini dapat menyebabkan gigi menjadi hipersensitif dan memberikan rasa ketidaknyamanan bagi pasien tersebut.17 Periodontitis terbagi menjadi dua macam yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif. Periodontitis kronis karakteristik yaitu jumlah dari destruksinya konsisten dengan faktor lokal, sering ditemukan kalkulus subgingival, progresifitas penyakitnya lambat, dapat berkembang atau terkait dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan HIV, dan faktor predisposisi lokalnya antara lain merokok dan stress.Periodontitis agresif memiliki karakteristik umum yaitu hilangnya perlekatan dan destruksi tulang secara cepat.
Etiologi Penyakit Periodontal Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum. Faktor lokal merupakan suatu penyebab terjadinya penyakit periodontal yang berasal dari
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
lingkungan disekitar gigi. Faktor lokal terbagi menjadi dua yaitu faktor utama dan faktor predisposisi. Faktor lokal merupakan suatu penyebab terjadinya penyakit periodontal yang berasal dari lingkungan disekitar gigi. Faktor lokal terbagi menjadi dua yaitu faktor utama dan faktor predisposisi. Faktor utama penyakit periodontal adalah adanya plak gigi. Plak gigi merupakan suatu produk bakteri atau bisa juga disebut sebagai microbial biofilm yang dapat ditemukan pada permukaan gigi dan melekat pada polimer matriks bakteri.14 Plak gigi juga dapat didefinisikan sebagai suatu lapisan polisakarida semitransparan yang melekat pada permukaan gigi dan mengandung berbagai organisme patologik.6 Plak dibagi menjadi dua berdasarkan letak akumulasinya, yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva merupakan plak yang terdapat di mahkota klinis sampai batas marginal gingiva. Sedangkan plak subgingiva merupakan plak yang terakumulasi pada bagian bawah dari marginal gingiva. Plak ini berasal dari plak supragingiva yang terdorong masuk ke sulkus gingiva. Secara klinis plak jenis ini tidak dapat terlihat langsung sehingga harus dilakukan retraksi gingiva untuk mendapatkan visualisasi yang baik pada plak subgingiva ini.14 Faktor predisposisi dari penyakit periodontal antara lain yaitu kalkulus, faktor iatrogenik, terapi ortodonti, dan maloklusi. Kalkulus adalah substansi keras yang berasal dari plak gigi yang termineralisasi. Mineralisasi plak dapat dimulai sejak 48 jam setelah pembentukan plak. Terdapat dua jenis kalkulus berdasarkan letak terbentuknya, yaitu kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva. Kalkulus supra gingiva merupakan kalkulus yang terletak di bagian koronal dari marginal gingiva. Kalkulus ini secara klinis dapat terlihat secara langsung oleh mata dan berwarna putih kekuningan serta memiliki konsistensi yang keras seperti tanah liat. Tipe kalkulus ini juga mudah dilepaskan dari perlekatannya dengan permukaan gigi. Kalkulus subgingiva merupakan kalkulus yang terlokalisir di bawah puncak marginal gingiva dan didalam sulkus gingiva. Akibat lokasinya ini, kalkulus subgingiva tidak dapat terlihat secara langsung. Diperlukan bantuan dari dental instrument seperti explorer untuk mengetahui keberadaannya. Kalkulus subgingiva memiliki konsistensi yang lebih keras dari kalkulus supragingiva serta terlihat lebih padat dan tebal. Warna dari kalkulus ini pun lebih gelap yaitu coklat tua ataupun hitam kehijauan. Kalkulus subgingiva juga sangat sulit dilepaskan dari perlekatannya dengan permukaan gigi, berbeda dengan kalkulus supragingiva. Faktor iatrogenik juga berperan dalam terjadinya penyakit periodontal. Iatrogenik dapat terjadi akibat pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan tidak adekuat pada saat melakukan perawatan dental dan jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi, misalnya tambalan yang overhanging dan juga adanya protesa dengan
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
desain yang tidak adekuat yang dapat mengakibatkan akumulasi plak dan menghambat selfcleansing serta meningkatkan terjadinya inflamasi gingiva.14 Terapi ortodonti tidak hanya menyababkan terjadinya retensi plak, namun juga menyebabkan trauma gingiva akibat band yang overextended dan tekanan yang tidak sesuai. Retensi plak merupakan hal yang paling sering terjadi pada pengguna alat ortodonti cekat. Hal ini diakibatkan oleh adanya komponen alat ortodonti cekat yang menyebabkan pembersihan gigi menjadi sulit. Maloklusi juga dapat mempengaruhi kondisi jaringan periodontal karena dapat menyebabkan retensi plak yang sulit dibersihkan. Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kondisi jaringan periodontal salah satunya adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kompleks yang bermanifestasi di sistemik dan oral. Kelainan endokrin yang dialami pasien diabetes melitus dapat memperberat penyakit periodontal karena terdapat hubungan dengan kolagen. Peningkatan hormon seperti estradiol dan progesterone pada wanita hamil dan menstruasi dapat menyebabkan dilatasi mikrovaskular gingival sehingga rentan terhadap iritasi mekanis. Beberapa jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat memperberat kondisi jaringan peridontal. Obat-obatan immunosupressan merupakan salah satu contoh yang paling sering menimbulkan efek samping.18
Perawatan Ortodonti Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan yang menitikberatkan pada pencegahan dan perbaikan maloklusi serta kelainan lain dari regio dento-fasial. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk meningkatkan fungsi sistem stomatognati, menjaga keseimbangan struktural dari sistem dento-alveolar, muskular, jaringan lunak, dan skeletal, serta untuk mendapatkan penampilan wajah dan dental yang harmonis. Terdapat dua jenis alat ortodonti yang digunakan untuk merawat kasus maloklusi, yaitu alat ortodonti lepasan dan alat ortodonti cekat. Alat ortodonti lepasan merupakan alat ortodonti yang dapat dilepas pasang sendiri oleh penggunanya. Keuntungan dari penggunaan alat ortodonti lepasan adalah mudah digunakan dan dilepas sendiri oleh penggunanya sehingga pengguna alat ortodonti lepasan ini lebih mampu menjaga kebersihan rongga mulutnya. Kerugian penggunaan alat ortodonti jenis ini adalah pada praktiknya, alat ini hanya dapat melakukan satu jenis pergerakan gigi sehingga indikasinya sangat terbatas. kekooperatifan pasien yang tinggi dibutuhkan untuk mendapatkan hasil perawatan yang maksimal.
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
Alat ortodonti cekat merupakan kebalikan dari alat ortodonti lepasan. Alat ortodonti jenis ini tidak dapat dilepas pasang oleh penggunanya karena direkatkan langsung ke gigi geligi pasien. Alat ortodonti cekat menjadi pilihan utama perawatan kasus maloklusi karena keuntungannya yang dapat melakukan berbagai tipe pergerakan gigi dibandingkan dengan alat ortodonti lepasan. Tipe pergerakan gigi yang dapat dilakukan oleh alat ortodonti cekat meliputi bodily movement, tipping, intrusion, extrusion, rotation, dan bahkan root movement. Keuntungan lain dari penggunaan alat ortodonti cekat adalah dokter gigi tidak perlu khawatir dengan kekooperatifan pasien dalam memakai alat ortodontinya seperti pada pengguna alat ortodonti lepasan. Terdapat kerugian yang cukup besar dalam penggunaan alat ortodonti cekat yaitu sulitnya pasien menjaga kebersihan mulutnya. Plak dan debris dapat menempel pada komponen alat ortodonti cekat. Hal tersebut menyebabkan sulitnya pembersihan plak dan debris dikarenakan sulitnya memasukkan sikat gigi ke celah-celah alat ortodonti cekat tersebut. Plak dan debris yang terakumulasi akan berakibat fatal pada kesehatan gigi dan jaringan periodontalnya.
Pengaruh Penggunaan Alat Ortodonti Cekat terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal Pengaruh penggunaan alat ortodonti cekat terhadap kesehatan jaringan periodontal yang paling utama adalah peningkatan akumulasi plak.19 Hal ini diakibatkan oleh sulitnya melakukan perawatan kebersihan mulut ketika terdapat alat ortodonti cekat didalam rongga mulut pasien.20 Tiga bulan pertama perawatan merupakan waktu dimana pasien paling sulit melakukan perawatan kebersihan mulutnya. Adanya rasa tidak nyaman dan nyeri akibat pemasangan alat ortodonti cekat menyebabkan pasien pun belum mampu beradaptasi dengan baik dan kembali melakukan pembersihan rutin dengan baik dan benar.21 Plak merupakan faktor etiologi utama dalam menyebabkan penyakit periodontal. Bakteri plak dapat menginvasi jaringan periodontal dan menginisiasi respon inflamasi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gingivitis.14 Pada penelitian yang dilakukan oleh Dr. Bhageshwar Dhami dkk, 81,1% pasien yang menjalani perawatan ortodonti cekat memiliki poket periodontal sedalam 4-5 mm.8 Gaya dari alat ortodonti cekat juga dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Pada saat terjadi pergerakan gigi akibat adanya gaya dari alat ortodonti cekat, khususnya gaya tipping dan intrusi, cenderung terjadi pendalaman poket gingiva yang berakhir pada pembentukan pseudopocket.22 Sebuah penelitian menyatakan pergerakan gigi ke arah labial ataupun bukal dapat menyebabkan hilangnya dukungan tulang pada bagian
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
bukal atau labial sehingga menyebabkan berkurangnya ketebalan gingiva akibat dari meregangnya serat-serat jaringan gingiva.22, 23 Pada penggunaan jangka panjang, selain pembentukan poket dan resesi gingiva juga dapat terjadi kehilangan perlekatan jaringan periodontal. Dari penelitian yang dilakukan oleh Zachrisson, 10% dari subjek penelitiannya yang menggunakan alat ortodonti mengalami kehilangan perlekatan.9 Penelitian lain juga menyatakan bahwa hanya sejumlah kecil subjek yang mengalami kehilangan perlekatan, namun hal tersebut tetap menjadi salah satu efek samping penggunan alat ortodonti.24
Alat Bantu Oral Hygiene Alat bantu oral hygiene berefektif dalam meningkatkan kesehatan rongga mulut dan jaringan periodontal. Beberapa alat bantu oral hygiene yang dapat dipilih selama menjalani perawatan ortodonti antara lain adalah waterpik, dental floss, floss threader, sikat khusus ortodonti, sikat interdental, obat kumur, fluoride rinse, L’il palates cleaner, dan monoject syringe.25 Diantara alat-alat tersebut, sikat khusus ortodonti, sikat interdental, dan obat kumur merupakan alat yang paling sering digunakan dan dianjurkan oleh dokter gigi karena harganya yang terjangkau, mudah didapatkan, dan aman serta mudah digunakan oleh pasien. Menurut penelitian Dr. Bhageshwar Dhami, hanya 6% sampelnya yang menjalani perawatan ortodonti dan menggunakan sikat interdental yang memiliki poket sedalam lebih dari 4 mm. Sedangkan sebanyak 54% sampelnya yang tidak menggunakan sikat interdental memiliki poket sedalam lebih dari 4 mm.8 Sukmawaty menyatakan dalam penelitiannya bahwa terdapat penurunan indeks plak yang lebih besar pada penggunaan sikat khusus ortodonti dibandingkan dengan sikat gigi konvensional. Obat kumur juga berpengaruh dalam membantu meningkatkan kesehatan lingkungan mulut. Hal tesebut dikarenakan agen antimikroba dari obat kumur dapat mencapai ke area-area yang sulit dijangkau sehingga dapat membantu menurunkan aktivitas mikroba.11
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional analitik. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedoktera Gigi Universitas Indonesia, Jakarta selama bulan September 2014. Penelitian ini melibatkan 30 subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu pasien yang telah menggunakan alat ortodonti cekat selama minimal 3 bulan,
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
berusia 17-25 tahun, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani surat informed consent. Adapun kriteria eksklusi penelitian ini yaitu memiliki penyakit sistemik, sedang dalam masa menstruasi dan kehamilan, serta telah menjalani perawatan poket periodontal selama menggunakan alat ortodonti cekat. Alur penelitian adalah sebagai berikut. Calon subjek diwawancara, apabila telah memenuhi kriteriainklusi dan eksklusi maka diberitahukan mengenai perlakuan yang akan diberikan terhadap dirinya. Apabila subjek menyetujui, maka dilakukan penandatanganan informed consent dan mengisi formulir data subjek penelitian. Formulir berisi identitas subjek dan kuisioner mengenai penggunaan alat bantu oral hygiene serta jenis yang digunakan. Kemudian dilakukan pemeriksaan intraoral meliputi indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, serta kedalaman poket. Pada pemeriksaan indeks plak dan indeks perdarahan gingiva, gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 12, 11, 21, 22, 24, 26, 36, 32, 31, 41, 42, 44, dan 46 bagian bukal/labial dan lingual/palatal. Indeks kalkulus hanya dilakukan pada beberapa gigi saja, yaitu 16, 12, 11, 21, 22, 24, 26, 36, 32, 31, 41, 42, 44, dan 46 bagian bukal/labial dan lingual/palatal. Pemeriksaan kedalaman poket dilakukan di semua gigi kecuali gigi 8.
Analisis data dilakukan menggunakan program IBM SPSS Statistics 21 dengan sebelumnya melakukan uji normalitas data. Setelah itu dilakukan uji kemaknaan perbedaan rerata hasil pengukuran status periodontal. Data yang berdistribusi normal diuji menggunakan uji statistik parametrik independent T-test dan one way Anova, sedangkan data yang tidak terdistribusi normal diuji menggunakan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney test dan Kruskal-Wallis.
Hasil Penelitian Penelitian dimulai pada awal bulan September sampai akhir bulan September 2014 dan melibatkan 30 subjek yang menggunakan alat ortodonti cekat. Subjek penelitian ini berasal dari rentang usia 17 sampai 21 tahun dengan mayoritas subjek berusia berada pada usia 20 tahun dengan total sebanyak 14 orang. Hasil pengamatan kuesioner menyatakan bahwa 25 subjek dari 30 orang menggunakan alat bantu oral hygiene (83,3%), sedangkan sisanya tidak menggunakan alat bantu oral hygiene selama menjalankan terapi ortodonti cekat.
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
Tabel 1. Nilai Rerata Status Periodontal Berdasarkan Pemakaian Alat Bantu Status Periodontal Indeks Plak
Indeks Kalkulus
Pemakaian Alat Bantu OH
Mean±SD
p-value
Pakai
0,65±0,31
0,001
Tidak Pakai
1,19±1,46
Pakai
0,45±0,14
Tidak Pakai
0,67±0,10
Indeks Perdarahan Gingiva Pakai
Kedalaman Poket
0,08±0,09
Tidak Pakai
0,31±0,07
Pakai
1,33±0,14
Tidak Pakai
1,56±0,77
0,003
0,001
0,002
Tabel 1 menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket dari kelompok yang menggunakan alat bantu OH dan yang tidak menggunakan alat bantu OH. Indeks plak pada kelompok yang menggunakan alat bantu OH lebih kecil dari pada kelompok yang tidak menggunakan alat bantu OH, yaitu 0,65 dan 1,19. Hal itu terjadi pula pada indeks kalkulus. Kelompok yang menggunakan alat bantu OH memiliki rerata indeks kalkulus lebih kecil, yaitu 0,45, dibanding yang tidak menggunakan alat bantu OH, yaitu 0,67. Indeks perdasarah gingiva pada kelompok yang menggunakan alat bantu OH juga lebih kecil, yaitu 0.08, dibandingkan dengan yang tidak menggunakan alat bantu OH, yaitu 0,31. Kedalaman poket pada kelompok yang menggunakan alat bantu OH lebih kecil, yaitu 1,33, dari pada yang tidak menggunakan alat bantu OH, yaitu 1,56. Rerata dari tiap variabel pada kelompok tersebut diuji kemaknaannya menggunakan uji statistik. Hasil uji tersebut menyatakan bahwa nilai rerata keempat variabel tersebut berbeda bermakna secara statistic (p<0,05) baik pada variabel indeks plak (p=0,001), indeks kalkulus (p=0,003), indeks perdarahan gingiva (p=0,001), dan kedalaman poket (p=0,002). Uji statistik lanjutan kemudian dilakukan untuk melihat rerata variabel status periodontal pada setiap jenis kombinasi penggunaan alat bantu oral hygiene. Pada tabel 5.6 dapat dilihat rerata indeks plak, indeks kalkulus, inddeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada kelompok yang hanya menggunakan satu alat bantu oral hygiene.
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
Tabel 2. Nilai Rerata Status Periodontal Berdasarkan Pemakaian Satu Alat Bantu Oral Hygiene Status Periodontal
Pemakaian Satu Alat Bantu OH
Indeks Plak
Indeks Kalkulus
Mean±SD
p-value
Sikat Khusus Ortodonti
0,79±0,30
0,278
Obat Kumur
0,86±0,39
Sikat Interdental
0,46±0,33
Sikat Khusus Ortodonti
0,46±0,19
Obat Kumur
0,51±007
Sikat Interdental
0,41±0,15
Perdarahan Sikat Khusus Ortodonti
Indeks Gingiva
Kedalaman Poket
0,04±0,07
Obat Kumur
0,13±0,15
Sikat Interdental
0,06±0,10
Sikat Khusus Ortodonti
1,31±0,13
Obat Kumur
1,36±0,11
Sikat Interdental
1,47±0,23
0,742
0,642
0,348
Tabel 3. Nilai Rerata Status Periodontal Berdasarkan Pemakaian Dua Alat Bantu Oral Hygiene Status Periodontal
Pemakaian Dua Alat Bantu OH
Indeks Plak
Indeks Kalkulus
Indeks Perdarahan Gingiva
Kedalaman Poket
Keterangan
:
Mean±SD
p-value
SKO dan OK
0,61±0,23
0,920
SKO dan SI
0,59±0,17
SKO dan OK
0,52±0,12
SKO dan SI
0,48±0,09
SKO dan OK
0,06±0,06
SKO dan SI
0,09±0,16
SKO dan OK
1,34±0,08
SKO dan SI
1,32±0,17
SKO = Sikat Khusus Ortodonti OK = Obat Kumur SI = Sikat Interdental
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
0,652
0,874
0,781
Tabel 4. Nilai Rerata Status Periodontal Berdasarkan Jumlah Alat Bantu Oral Hygiene yang Digunakan Status Periodontal
Jumlah Alat Bantu OH yang
Mean±SD
p-value
Satu Alat Bantu OH
0,74±0,34
0,132
Dua Alat Bantu OH
0,60±0,20
Tiga Alat Bantu OH
0,36±0,20
Satu Alat Bantu OH
0,46±0,15
Dua Alat Bantu OH
0,50±0,10
Tiga Alat Bantu OH
0,28±0,12
Perdarahan Satu Alat Bantu OH
0,07±0,10
Dua Alat Bantu OH
0,07±0,10
Tiga Alat Bantu OH
0,09±0,04
Satu Alat Bantu OH
1,36±0,15
Dua Alat Bantu OH
1,33±0,11
Tiga Alat Bantu OH
1,17±0,14
Digunakan Indeks Plak
Indeks Kalkulus
Indeks Gingiva
Kedalaman Poket
0,068
0,563
0,113
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, pemakaian berbagai macam kombinasi penggunaan alat bantu oral hygiene dinyatakan tidak berbeda bermakna. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p yaitu lebih dari 0,05 pada ketiga uji yang dilakukan terhadap status periodontal berbagai kelompok kombinasi penggunaan alat bantu oral hygiene.
Pembahasan Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Bhageshwar Dhami menyatakan bahwa hanya 6% sampelnya yang menjalani perawatan ortodonti dan menggunakan sikat interdental yang memiliki poket sedalam lebih dari 4 mm. Sebanyak 54% sampelnya yang tidak menggunakan sikat interdental memiliki poket sedalam lebih dari 4 mm. Penggunaan obat kumur juga berpengaruh dalam membantu meningkatkan kesehatan lingkungan mulut. Hal tesebut dikarenakan agen antimikroba dari obat kumur dapat mencapai ke area-area yang sulit dijangkau sehingga dapat membantu menurunkan aktivitas mikroba.11 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukmawaty, terdapat penurunan indeks plak yang lebih besar pada penggunaan sikat khusus ortodonti dibandingkan dengan sikat gigi konvensional. Pada penggunaan sikat gigi konvensional, penurunan rerata indeks plak sebesar 2,07, sedangkan pada pengguna sikat khusus ortodonti terjadi penurunan rerata indeks plak sebesar 2,96.10 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lisiane Krieger mengungkapkan bahwa adanya
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
perbedaan bermakna secara statistik (p=0,002) pada nilai indeks plak subjek yang menggunakan sikat khusus ortodonti dengan yang menggunakan sikat konvensional.26 Dari beberapa literatur diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat bantu oral hygiene tersebut memiliki pengaruh terhadap kondisi jaringan periodontal. Berdasarkan uji statistik, terlihat bahwa terdapat perbedaan bermakna pada rerata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva serta pada rerata kedalaman poket (p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu penggunaan alat bantu oral hygiene dapat menurunkan indeks plak, kalkulus, perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada pengguna alat ortodonti. Hal ini didukung oleh beberapa pendapat. Sikat gigi khusus ortodonti didesain sesuai dengan bentuk alat ortodonti. Desain sikat gigi tersebut menyerupai huruf V dimana sikat yang lebih panjang berada dipinggir sedangkan sikat yang lebih pendek berada di tengah. Ujung sikat yang pendek bersifat kaku dan efektif dalam membersihkan debri makanan pada area midbracket. Bulu sikat yang panjang bersifat lebih lembut. Desain ini dinyatakan efektif karena dapat membersihkan plak yang menempel di sela-sela gigi dan kawat.27 Baer et al juga menyarankan penggunaan sikat interdental sebagai alat bantu tambahan selama perawatan ortodonti. Hal tersebut dikarenakan daerah interdental merupakan daerah yang paling sering terjadi akumulasi plak dan terutama mempengaruhi jaringan periodontal. Sehingga penggunaan sikat interdental dianggap efektif dalam membantu pembersihan pada bagian tersebut.8 Obat kumur juga merupakan alat bantu pembersihan rongga mulut yang memiliki sifat pembersihan secara kimiawi. Hal tersebut dikarenakan oleh kandungan obat kumur yang mampu membersihkan plak yang menempel di permukaan gigi. Obat kumur yang berbentuk solusio memudahkan pembersihan karena obat kumur tersebut dapat masuk ke daerah-daerah sempit yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.11 Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan rerata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada masing-masing subjek berdasarkan jenis alat bantu yang digunakan. Nilai rerata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada kelompok penggunaan sikat khusus ortodonti yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan obat kumur dan sikat interdental. Penggunaan obat kumur memiliki indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket yang paling tinggi. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa penggunaan dua alat bantu memiliki rerata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket yang berbeda. Penggunaan kombinasi sikat khusus ortodonti dengan sikat interdental memiliki nilai rerata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan kombinasi
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
sikat khusus ortodonti dengan obat kumur. Berdasarkan perbandingan penggunan alat bantu oral hygiene menurut jumlah alat yang digunakan, maka penggunaan kombinasi tiga alat bantu oral hygiene memiliki nilai indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket yang lebih rendah dibandingkan penggunaan satu dan penggunaan dua alat bantu oral hygiene. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) dari hasil rata-rata indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada kelompok-kelompok tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan penggunaan kombinasi alat bantu oral hygiene tidak memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap status periodontal. Hasil uji statistik ini berbeda dengan pendapat Welburry yang menyatakan bahwa plak gigi yang melekat di permukaan gigi tidak efektif bila dibersihkan secara kimiawi.28 Obat kumur memang memiliki kemampuan menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau tetapi penggunaannya kurang efektif bila tidak dibantu dengan sikat gigi, sehingga penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat interdental lebih efektif daripada obat kumur. Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan maupun kekurangan, yaitu tidak diketahuinya kondisi jaringan periodontal subjek sebelum dilakukan perawatan ortodonti cekat karena hanya dilakukan penelitian pada satu waktu (cross sectional), kurangnya sampel penelitian, serta tidak dilakukannya kontrol terhadap teknik penyikatan gigi, frekuensi pemakaian alat bantu oral hygiene, serta frekuensi kontrol ke dokter gigi.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat bantu oral hygiene, yaitu sikat khusus ortodonti, sikat interdental, dan obat kumur, efektif dalam meningkatkan status periodontal pada pemakai alat ortodonti cekat. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa Penggunaan berbagai kombinasi alat bantu oral hygiene tidak memiliki perbedaan hasil terhadap status periodontal pemakai alat ortodonti cekat.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penggunaan alat bantu oral hygiene terhadap status periodontal pemakaian alat ortodonti cekat dengan sampel yang lebih besar dan heterogen, sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat dan dapat digeneralisasi. Teknik penyikatan gigi, frekuensi penggunaan alat bantu oral hygiene, dan
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
kepatuhan kontrol ke dokter gigi sebaiknya juga diperhatikan agar meminimalisir terjadinya bias pada penelitian ini.
Daftar Referensi 1. 2. 3. 4.
5.
6. 7.
8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16.
17. 18.
Guarnieri S. An esthetic concern leads the way to improved oral health. Compend Contin Educ Dent. 2013;34(8):616-20. Grist F. Basic Guide to Orthodontic Dental Nursing. Chichester: Wiley Blackwell; 2010. Badran SA. The effect of malocclusion and self-perceived aesthetics on the self-esteem of a sample of Jordanian adolescents. Eur J Orthod. 2010;32(6):638-44. Skidmore KJ, Brook KJ, Thomson WM, Harding WJ. Factors influencing treatment time in orthodontic patients. American journal of orthodontics and dentofacial orthopedics : official publication of the American Association of Orthodontists, its constituent societies, and the American Board of Orthodontics. 2006;129(2):230-8. Trimpeneers LM, Wijgaerts IA, Grognard NA, Dermaut LR, Adriaens PA. Effect of electric toothbrushes versus manual toothbrushes on removal of plaque and periodontal status during orthodontic treatment. American journal of orthodontics and dentofacial orthopedics : official publication of the American Association of Orthodontists, its constituent societies, and the American Board of Orthodontics. 1997;111(5):492-7. Mount GJ HW. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed. Queensland: Knowledge Books and Software; 2005. Indirayani A. Hubungan Gingivitis dengan Kebersihan Mulut pada Pasien Pemakai Alat Ortodonti Cekat di RSGMP FKG UI. Jakarta: Universitas Indonesia, Periodontologi; 2012. Dhami B SPSP, Rabindra M, Dhakal J. Assesment of Periodontal Health in Nepalese Orthodontic Patient. Orthodontic Journal of Nepal. 2013;3. Zachrisson BU. Cause and prevention of injuries to teeth and supporting structures during orthodontic treatment. Am J Orthod. 1976;69(3):285-300. Sukmawaty C. Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dan Sikat Gigi Khusus Orthodonti Terhadap Penurunan Indeks Plak Pemakai Fixed Orthodontic Pada Mahasiswa FKG USU. Medab: Universitas Sumatra Utara; 2010. Santos A. Evidence-based control of plaque and gingivitis. J Clin Periodontol. 2003;30 Suppl 5:13-6. Hughes F SK, Turner W, Shahdad S, Nohl F. Clinical Problem Solving in Periodontology and Implantology. Edinburgh: Churchill Livingstone Elsevier; 2012. Marya C. A Textbook of Public Health Dentistry New Delhi: Jaypee; 2011. Newman M, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Caranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. Missouri: Saunder Elsevier; 2012. Nield-Gehrig JS WD. Foundation of Periodontics for the Dental Hygienist. Philadephia: Lippincott Williams and Wilkins; 2008. Nguyen-Hieu T, Ha Thi BD, Do Thu H, Tran Giao H. Gingival recession associated with predisposing factors in young vietnamese: a pilot study. Oral Health Dent Manag. 2012;11(3):134-44. Hall W. Critical Decission in Periodontology. 4th ed. London: BC Decker Inc; 2003. Lindhe J KT, Lang NP. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th ed. Oxford: Blackwell Munksgaard; 2003.
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014
19. 20. 21.
22. 23.
24. 25. 26.
27.
28.
Nasir N AS, Bashir U, Ullah A. Effect of Orthodontic Treatment in Periodontal Health Pakistan Oral & Dental Journal. 2011;31. Atassi F, Awartani F. Oral hygiene status among orthodontic patients. J Contemp Dent Pract. 2010;11(4):E025-32. Topaloglu-Ak A, Ertugrul F, Eden E, Ates M, Bulut H. Effect of orthodontic appliances on oral microbiota--6 month follow-up. The Journal of clinical pediatric dentistry. 2011;35(4):433-6. Dannan A. An update on periodontic-orthodontic interrelationships. J Indian Soc Periodontol. 2010;14(1):66-71. Joss-Vassalli I, Grebenstein C, Topouzelis N, Sculean A, Katsaros C. Orthodontic therapy and gingival recession: a systematic review. Orthod Craniofac Res. 2010;13(3):127-41. Willmot D. Orthodontic Treatment and the Compromised Periodontal Patient. 2008;2:12. Held CL. Hygiene Kit [cited 2014 30 October]. Available from: www.winghavenortho.com/hygiene-kit.php. Gomes LK, Sarmento CF, Seabra FR, Santos PB, Pinheiro FH. Randomized clinical controlled trial on the effectiveness of conventional and orthodontic manual toothbrushes. Brazilian oral research. 2012;26(4):360-5. Anonymous. Oral Hygiene for The Orthodontic Patient [cited 2014 1st November]. Available from: http://www.simplestepsdental.com/SS/ihtSS/r.WIHW/st.32578/t.32586/pr.3.html. Welburry R. Pediatric Dentistry. 2nd ed. New York: Oxford University Press; 2001.
Efektivitas alat..., Septia Utami, FKG, 2014