I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masyarakat luas telah banyak menggunakan alat ortodonti cekat dengan tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat dan komponennya dapat menyebabkan pembersihan mulut yang lebih sulit. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menjelaskan kebersihan mulut yang baik merupakan tantangan bagi pasien ortodonti karena plak dapat dengan mudah terperangkap di sekitar brackets dan komponen lainnya (Ay dkk., 2007). Kesulitan pembersihan mulut dan pembentukan daerah retensi plak serta debris pada pemakaian ortodonti cekat secara signifikan dapat meningkatkan jumlah plak pada gigi (Carillo dkk., 2010). Plak gigi merupakan kumpulan dari berbagai kelompok bakteri yang ditemukan pada permukaan gigi dan melekat dalam matriks polimer yang disebut biofilm (Kidd, 2005). Plak bersifat lengket dan seringkali tidak terlihat terbentuk setiap harinya. Plak berkembang pada permukaan gigi dan daerah krevikuler antara gigi dan gusi. Jumlah plak yang banyak dapat terlihat atau dapat dirasakan menggunakan lidah sebagai suatu lapisan yang tidak bersih pada gigi (Berns, 1993). Bakteri yang terdapat pada plak berpotensi memproduksi toksin dan asam yang dapat menimbulkan karies dan mempercepat hilangnya tulang alveolar. Asam melarutkan enamel dan membentuk lesi white spot yang merupakan awal terjadinya karies. Banyaknya tulang alveolar yang hilang menyebabkan area
1
2
yang mendukung akar gigi semakin kecil dan mempengaruhi momen yang dihasilkan alat otodontik cekat untuk menggerakkan gigi (Proffit dkk., 2013). Asam yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri menyebabkan penurunan pH sehingga mempercepat terjadinya korosi (Fors dan Persson, 2006). Bahan adhesif yang melekatkan alat dengan gigi juga dapat larut karena adanya asam tersebut (Moolya dkk., 2014). Plak yang tidak dibersihkan setiap hari akan membentuk kalkulus atau tartar yang merupakan kerak keras dengan permukaan kasar (Berns, 1993). Kalkulus yang melekat pada permukaan alat ortodonti cekat dapat meningkatkan friksi (Pacheco dkk., 2012). Tindakan pencegahan akumulasi plak atau plak kontrol pada pemakai alat ortodonti cekat sangat diperlukan, baik secara mekanis ataupun kimiawi. Tindakan mekanis dilakukan dengan cara menggosok gigi sedangkan tindakan kimiawi dengan menggunakan agen kimia seperti fenol, klorheksidin, atau komponen ammonium kuartener (Reddy, 2008). Pasta gigi biasa digunakan saat menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi. Penggunaan pasta gigi bersama sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut (Asadorian, 2006). Menggosok gigi menggunakan pasta gigi dapat mengontrol plak dengan efektif, tetapi plak pada daerah gigi yang sulit dibersihkan seringkali terakumulasi dan menetap (Marsh, 2012).
3
Kesulitan mencapai tindakan mekanis yang ideal dalam mengontrol plak mendorong klinisi dan ilmuwan untuk mencari agen antimikroba yang dapat membantu menghambat pembentukan biofilm pada permukaan gigi. Penelitian sebelumnya pada uji mikrobiologi secara in vivo diketahui agen antimikroba dapat mempenetrasi biofilm dan membunuh bakteri yang tumbuh pada biofilm (Teles dan Teles, 2008). Salah satu strategi dalam mengontrol plak adalah dengan menambahkan agen antimikroba pada produk kesehatan mulut seperti pasta gigi maupun obat kumur, tidak hanya mengurangi dan menghilangkan biofilm pada permukaan gigi tetapi juga menghambat mekanisme metabolisme bakteri (Marsh, 2012). Agen antimikroba dapat bekerja dengan optimal ketika dilakukan bersama pembersihan mekanis (Gehrig dkk., 2008). O-cymen-5-ol yang memiliki nama IUPAC 4-isopropyl-m-cresol, nama sistematis 4-isopropyl-3-methylphenol, atau sering disebut masyarakat luas sebagai IPMP merupakan antimikroba yang mulai dikenalkan oleh beberapa perusahaan. O-cymen-5-ol selain sebagai antimikroba juga memiliki efek antiinflamasi (Loveren, 2012). Penelitian yang telah dilakukan Pizzey dkk. (2011) membuktikan efek dari o-cymen-5-ol yang ditambahkan dalam pasta gigi dapat menghambat proses glikolisis bakteri dan memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri anaerob terutama Streptococcus mutans.
4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: Bagaimanakah pengaruh penggunaan pasta gigi dengan kandungan o-cymen-5-ol (IPMP) terhadap akumulasi plak pada pemakai alat ortodonti cekat?
C. Keaslian Penelitian Pizzey dkk. (2011) pada penelitiannya menguji efek antimikroba dari ocymen-5-ol (IPMP) dalam pasta gigi terhadap beberapa bakteri dalam rongga mulut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa o-cymen-5-ol (IPMP) pada pasta gigi dapat menghambat proses glikolisis bakteri dan efektif membunuh bakteri anaerob dalam rongga mulut terutama Streptococcus mutans. Penelitian mengenai efek dari o-cymen-5-ol (IPMP) terhadap akumulasi plak pada pemakai alat ortodonti cekat sepengetahuan penulis sejauh ini belum pernah dilakukan.
D. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pasta gigi dengan kandungan o-cymen-5-ol (IPMP) terhadap jumlah akumulasi plak pada pemakai alat ortodonti cekat.
5
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi, kajian, dan referensi terkait pengaruh penggunaan pasta gigi dengan kandungan o-cymen-5-ol (IPMP) terhadap akumulasi plak gigi pada pemakai alat ortodonti cekat. 2. Sebagai bahan pertimbangan memilih pasta gigi bagi dokter gigi dan masyarakat.