BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan adalah dengan meningkatkan nilai perusahaannya untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para pemilik perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham dan jumlah saham yang beredar pada akhir periode.
Dengan adanya global worming yang menimpa dunia pada awal tahun 2000an menjadi tolak ukur lahirnya kepedulian pemerintah terhadap lingkungan. Meskipun sebenarnya tidak diketahui secara pasti kapan Corporate Social Responsibility(CSR) marak di Indonesia. Saat ini CSR di Indonesia mendapatkan perhatian dari banyak lapisan masyarakat maupun pemerintah. Dari pihak pemerintah seperti Kementerian Departemen Sosial, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian BUMN, Kementerian Lingkungan Hidup telah dengan tegas menggunakan parameter kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sebagai salah satu kriteria penilaiannya.
Konsep CSR sebetulnya bukan merupakan konsep baru dalam dunia bisnis ditingkat Internasional, Philip Kotler telah mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan merupakan aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara formalitas kepada lingkungan sosialnya, namun
1
CSR seharusnya merupakan
sentuhan moralitas perusahaan terhadap
lingkungan sosialnya sehingga CSR merupakan denyut nadi perusahaan.
Investor individu tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan atau sustainabiliy reporting.
Sustainability reporting adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada stakeholder internal maupun eksternal. Sustainability report/laporan berkelanjutan merupakan sinonim atau istilah yang menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial. (GRI Report, 2006)
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk sustainability reporting yang memberikan keterangan tentang berbagai aspekaspek perusahaan mulai dari aspek sosial, lingkungan, dan keuangan sekaligus yang tidak dapat dijelaskan secara tersirat oleh suatu laporan keuangan perusahaan saja. Lebih jauh, dalam CSR yang diungkapkan, perusahaan dalam menjelaskan tentang aspek ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial, dan tanggung jawab produk.
2
Terdapat dua model yang memperdebatkan tentang Corporate Social Responsibility, yaitu model Neoklasik Ekonomi dan model Filosofi Moral. Pada Neoklasik ekonomi menganggap bahwa terdapat hubungan yang negatif antara Corporate Social Responsibility dengan kinerja perusahaan karena ada keterbatasan biaya. Model Filosofi Moral menjelaskan tidak terdapat hubungan antara Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya bertujuan
untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan saja tapi juga kesejahteraan sosial.
Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat sosial secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Para pemilik modal yang berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial (Galtung&Kada (1995) dan Rich (1996) dalam Anggraini (2006). Pada saat banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kensenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena itu muncul pula kesadaraan untuk mengurangi dampak negatif ini. Saat ini banyak perusahaan swasta mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility. Penerapan CSR tidak lagi dianggap
3
sebagai cost, melainkan investasi perusahaan (Erni, 2007 dalam Sutopoyudo, 2009). Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan di dalam mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat
wajib/menjadi
kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 UndangUndang Perseroan terbatas menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya
Perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(www.hukumonline.com).
dengan
adanya
ini,
perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.
Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan Hidup (UUPLH) pasal 41 ayat (1) yang menyatakan : “Barangsiapa yang melawan hukum
dengan
sengaja
melakukan
perbuatan
yang
mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana
4
penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”. Selanjutnya pasal 42 ayat (1) menyatakan: “Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah” (Sutopoyudo, 2009). CSR sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham dan stakeholder) tetapi juga kewajibankewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban diatas (ekonomi dan legal).
Tanggung jawab sosial dari perusahaan (CSR) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (Profit, People, Planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nuggroho, 2007 dalam Dahlia dan Siregar, 2008).
CSR tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Disini bottomlines lainnya
5
selain finansial juga ada sosial lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Masyarakat sekarang cenderung memilih produk yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan atau melaksanakan CSR. Survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001 dalam Sutopoyudo (2009) menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif.
Banyak manfaat yang didapat perusahaan apabila melaksanakan CSR diantaranya, produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati oleh investor. CSR dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksankan berkelanjutan. Untuk melakukan CSR perusahaan harus mengeluarkan biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingakt profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo, 2005 dalam Sutopoyudo, 2009). Oleh karena itu, CSR berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktivitas sosial di lingkungan
6
sekitarnya. Menurut Darwin (2004) dalam Rakhiemanh dan Agustia (2009) perusahaan
dapat
pengungkapan
memperoleh
CSR
apabila
banyak
manfaat
dipraktekkan
dari
dengan
praktik
dan
sungguh-sungguh,
diantaranya: dapat mempererat komunikasi dengan stakeholder, meluruskan visi misi, dan prinsip perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal
perusahaan,
mendorong
perbaikan
perusahaan
secara
berkesinambungan sebagai wujud manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih competitive advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier, dan pangsa pasar.
PenelitianinimengacupadapenelitianNurleladanIslahuddin (2008) yang menelititentangpengaruhcorporate
social
responsibility
terhadapnilaiperusahaanpadaperiode dandigunakannyakepemilikanmanajemensebagai
2005 variable
moderating.
Dalampenelitianinivaribel yang digunakanadalah variable profitabilitaskarena variable kepemilikanmanajemenberpengaruhpositifterhadappengungkapanpertanggun gjawaban
social,
selainitudalampenelitianiniperiode
yang
digunakanyaitudaritahun 2010-2012.
Perbedaan
lain
denganpenelitiansebelumnyaadalahdigunakannyastandar Reporting
Initiative)
di
GRI
dalammengukurpengungkapan
(Global social
di
dalampenelitianini.
7
AlasandigunakannyastandarGRIdalampenelitianinikarenapengungkapan yang terdapat
di
dalam
GRI
bersifatinternasionaldan
biasadigunakanuntukberbagaimacam sektor danukuranperusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Corporate Social Responsibilty Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010-2012)”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dirumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah
ada
pengaruh
pengungkapan
aktivitas
Corporate
Socialresponsibility terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012? 2. Apakah ada pengaruh Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada saat profitabilitas meningkat pada Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk Mengetahui apakah ada pengaruh pengungkapan aktivitas Corporate Socialresponsibility terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012?
8
b. Untuk
Mengetahui
apakahada
pengaruh
Corporate
Social
Responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada saat profitabilitas meningkat pada Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Perusahaan Memberikan informasi tentang pentignya tanggung jawab sosial Perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan, dan memberikan pertimbangan untuk Perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan yang lebih memperdulikan lingkungan sosial. b. Bagi Investor Memberikan informasi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, guna menentukan Perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan, tanpa melupakan tanggung jawab sosialnya. c. Bagi Mahasiswa Bermanfaat sebagai bahan bacaan dan sumber informasi tambahan tentang Corporate Social Responsibility. d. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang penerapan tanggung jawab sosial suatu Perusahaan yang dapat dijadikan penilaian kinerja suatu Perusahaan dalam rangka mewujudkan bisnis yang ramah lingkungan.
9