EFEKTIFITAS PROGAM PNPM-KP DI EMPAT KLUSTER KECAMATAN SYIAH KUALA KOTA BANDA ACEH. Oleh : Syafruddin (Penyuluh Perikanan, Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian Kota Banda Aceh) ABSTRACT PNPM-KP was launched in Syiah Kuala Sub District, Banda Aceh, which included 80 beneficiaries. Need to be investigated whether these programs are implemented effectively. To answer this problem has been studied in four clusters with the number of respondents from the four groups of 20 people who receive assistance. The results showed that there is the impact of venture capital increment between 18 up to 42%. Aid for fishermen is only sufficient 20% of the total investment and capital assistance only enough 50% of the working capital requirements. However this program is to increase the income of respondents between between 19.2% to 91.7%. With an average 47% increase in revenue per respondent. By following the formula of the model analysis of the effectiveness of aid ranged from 24.1% to 288.1%. Overall effectiveness of aid PNPM-KP is 151%. This means that if we give capital assistance amounting to 100% then there will be increased revenue by 151%. Thus there is a value-added capital to the beneficiaries by 51% of the amount of capital provided. Keywords : Efectivity, PNPM-KP Program, Benefeceries Income PENDAHULUAN Dua pertiga dari luas wilayah Indonesia terdiri dari lautan dengan total panjang garis pantainya terpanjang kedua di dunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai sepanjang 81.000 Km, sekitar 75% dari wilayahnya merupakan wilayah perairan sepanjang 5,8 Km termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan juga merupakan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih kurang 17.000 pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Semenjak orde baru, pemerintah telah giat mencanangkan pembangunan sektor ekonomi sebagai titik tumpu dalam usaha mencapai kemakmuran. Kompleksitas pembangunan akibat resesi ekonomi, terbatasnya sumber daya alam, ledakan penduduk yang berakibat langsung pada peningkatan angkatan kerja. Hal ini juga berdampak pada masyarakat bermukim dan berusaha di daerah pesisir. Keberadaan wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak antara 050 16' 15" 050 36' 16" Lintang Utara dan 950 16' 15" 950 22' 35" Bujur Timur dengan tinggi ratarata 0,80 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah administratif Kota Banda Aceh sebesar 61.359 Ha atau kisaran 61, 36 Km2
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
dengan berbatasan langsung dengan Samudra India. Potensi kelautan dan wilayah pesisir yang kaya dengan sumberdaya kelautan. Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh juga memiliki garis pantai sepanjang 2 kilometer. Dengan luas wilayah laut dan pesisir pantai ini memiliki potensi sumber daya kelautan (hayati dan non hayati) yang bernilai tinggi dan sangat melimpah untuk dimanfaatkan secara optimal karena berperan penting bagi kelangsungan hidup bangsa. Ada banyak kegunaan yang mampu kita eksplorasi dari sumber kelautan yang kita miliki, salah satunya memberdayakan masyarakat pesisir sebagai konsumen utama yang akan memanfaatkan sektor kelautan tersebut. Kawasan pesisir Kecamatan Syiah Kuala merupakan suatu ekosistem yang khas yang terbagi dalam empat kluster yaitu : JJ1 (Jeulingke 1), JJ2 (Jelingke 2), AN1 (Alur Naga 1) dan AN2 (Alur Naga 2). Seharusnya masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang sejahtera karena potensi sumber daya alamnya yang besar. Tapi pada kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir ini sebagian besar masih merupakan bagian dari masyarakat
miskin (Dinas Kelautan dan Perikanan, Kota Banda Aceh 2009). Konteks pemberdayaan masyarakat nelayan, khususnya komunitas nelayan miskin menjadi penting dalam upaya penyadaran dan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan melalui pemberdayaan (empowering). Pemerintah memandang dengan potensi wilayah pesisir yang besar baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia perlu adanya upaya dalam bentuk program yang berkelanjutan dan menyentuh langsung kesasarannya. Salah satu program yang bertujuan dan mendukung kearah tersebut adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri–Kelautan Perikanan (PNPM Mandiri-KP). Program ini berjalan sejak tahun 2009, dapat dilakukan melalui penggunaan dana bergulir bagi nelayan. Dana bergulir merupakan pinjaman yang diberikan PNPM Mandiri-KP kepada nelayan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan kesempatan kerja bagi masyarakat kelautan dan perikanan yang miskin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian “Efektifitas Program PNPM Mandiri – KP, Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Di Kecamatan Syiah Kuala”. Dalam penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah dengan jelas sebagai dasar penelitian yang dilakukan, sehubungan dengan hal tersebut penulis mengidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut: (1). Bagaimana pengaruh pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri – KP) melalui dana bergulir terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh; (2). Bagaimana efektifitas program pada masing-masing cluster. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1). Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri – KP) yang dilaksanakan melalui dana bergulir terhadap peningkatan
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
kesejahteraan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh; dan (2) Untuk menganalisis efektifitas program PNPMKP terhadap peningkatkan kesejahteraan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yang dilanjutkan dengan FGD masyarakat pala di empat Cluster Kecamatan Syiah Kuala sebagai lokasi penelitian. Pemilihan terhadap metode survey dikarenakan mengingat jumlah populasi dalam survey ini begitu besar. Populasi dari survey ini adalah nelayan yang menerima bantuan program PNPM-KP di wilayah Kecamatan Syiah Kuala. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses memperoleh data dan ditunjang dengan analisis kualitatif untuk menterjemahkan data kuantitatif. Keempat Cluster di Kecamatan Syiah Kuala tersebut adalah Cluster JJ 1, Cluster JJ2, Cluster AN1 dan Cluster AN2 (Desa Jeulingke dan Alur Naga) Berdasarkan cluster yang terpilih di 2 Desa di atas merupakan wilayah binaan. Pada masing-masing cluster diambil 2 kelompok sampel dengan jumlah responden sampel per cluster tersebut sebanyak 5 responden yang merupakan nelayan penerima bantuan PNPM Mandiri-KP dan dipilih secara acak sederhana (sample random sampling). Dengan demikian total sampel sebanyak 20 KK nelayan yang tersebar di seluruh wilayah penelitian. Model analisis yang digunakan adalah analisis cluster dengan pendekatan keadilan system distribusi ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis efektifitas bantuan. Pendekatan keadilan ANOVA dilakukan dengan model (Analisys of variances = ANOVA) (Ronald, 1993) dengan rumus sebagai beikut : k
JKT = –
2 ..
k
n
i 1
j 1
T2 xij2 – .. , JKK = nk
T , dan JKG = JKT – JKK nk
T i 1
n
2 i.
Rumus Analisis Ragam Bagi Klasifikasi Satu Arah Dalam Tabel : Sumber Keragaman JK Db KT F Hitung Nilai Tengah JKK k–1 JKK/k-1 KT Nilai Tengah/KT Galat JKG/k(nGalat JKG k(n - 1) 1) Total JKT nk – 1 Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat T = Total. db = Derajat Bebas JKK = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom. k = Populasi. JKG = Jumlah kuadrat galat. n = Besar sampel. JKT = Jumlah kuadrat total. S = Nilai dugaan bagi σ2 Analisis efektifitas program diperoleh dengan cara membandingkan antara manfaat program dengan total anggaran yang disalurkan dalam satu tahun dikalikan 100 persen yaitu dengan rumus : Efektifitas Program =
Bn × 100 % ..... Cn
............ (Soekartawi, 1993) Keterangan : Bn = Manfaat Program (Rp/tahun).
Gbr. 1. Distribusi Responden Menurut Usia
Sebagian besar responden tergolong usia produktif dengan usia rata-rata 43 tahun, sehingga kemampuan kerja harapan di atas rata-rata nasional. Akan tetapi pendidikan nelayan di daerah ini sangat rendah dengan pendidikan dominan adalah pendidikan
Gbr. 3. Distribusi Responden Menurut Tanggungan Keluarga
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Cn = Total (Rp/tahun).
Anggaran
Program
HASIL PENELITIAN Karakteristik responden yang terdiri dari umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman berusaha menjadi penting untuk mendukung keberhasilan program. Berdasarkan usia dan pendidikan keadaan responden ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2 berikut ini.
Gbr.
2.
Distribusi Responden Pendidikan
Menurut
dasar. Dengan pendidikan ini sebagian besar responden berkemampuan berkreasi sangat rendah. Oleh karena itu efektifitas program akan dipengaruhi oleh dua hal di atas.
Gbr. 4. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Nelayan
Berdasarkan jumlah tanggungan dan pengalaman berusaha terdapat variasi distribusi responden kaitannya dengan efektifitas program juga dapat dianalisis. Pada Gambar 3 ditunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga 3 sampai 5 orang per kepala keluarga. Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa pengalaman berusaha didominasi oleh responden yang berpengalaman antara 5 sampai dengan 10 tahun. Ini artinya bahwa usaha mereka telah digeluti dalam waktu yang lama dan menjadi matapencaharian utama masyarakat di daerah ini. Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat pesisir Kecamatan Syiah Kuala adalah permodalan yang lemah. Padahal permodalan merupakan unsur utama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pesisir
Gbr.5. Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Investasi Peralatan
itu sendiri. Kekurangan modal ini sangat mengurangi aktivitas usaha masyarakat pesisir, yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan. Pada Gambar 5 dan Gambar 6 ditunjukkan kebutuhan investasi peralatan dan modal kerja masyarakat nelayan di daerah ppenelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden membutuhkan investasi peralatan antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Sedangkan bantuan untuk kelompok nelayan hanya cukup untuk 20 % dari total investasi. Demikian juga untuk modal kerja sebagian besar responden membutuhkan antara Rp 0,5 juta sampai dengan Rp 1 juta per periode operasi. Sedangkan bantuan modal hanya cukup 50 % dari kebutuhan modal kerja kelompok tersebut.
Gbr.6. Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Modal Kerja
Upaya untuk meningkatkan lautan secara optimal dan berkelanjutan. kesejahteraan masyarakat pesisir secara Bantuan peralatan dan modal usaha yang terencana dan terstruktur telah dilaksanakan disalurkan bervariasi pada masing-masing oleh pemerintah (Departemen Kelautan dan kluster yang didasarkan pada bidang usaha Perikanan) melalui program yang langsung dan jumlah anggota kelompok. Oleh karena menyentuh masyarakat di kawasan pesisir itu ,masing-masing kluter akan menerima yang bertujuan untuk meningkatkan bantuan yang berbeda. Tambahan modal kesejahteraan masyarakat pesisir melalui yang diperoleh pada masing-masing kluster pemberdayaan masyarakat dan ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini pendayagunaan sumber daya pesisir dan Tabel 1. Pertambahan Modal Pada Masing-Masing Kluster Bantuan PNPM-KP 2009. Cluster JJ1 JJ2 AN1 AN2 Rerata
Modal Awal (Rp) 7,700,000 6,440,000 9,200,000 6,180,000 7,380,000
Modal Akhir (Rp) 10,400,000 9,040,000 10,700,000 8,580,000 9,680,000
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Pertambahan Modal (Rp) (%) 2,700,000 38 2,600,000 42 1,500,000 18 2,400,000 40 2,300,000 35
Tabel di atas menggambarkan bahwa tambahan modal yang diberikan sangat kecil. Pada hal masyarakat pesisir di Kecamatan Syiah Kuala yang terdiri atas nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pedagang hasil laut, serta masyarakat lainnya yang kehidupan sosial ekonominya tergantung pada sumber daya kelautan,
merupakan segmen anak bangsa yang pada umumnya masih tergolong miskin. Pendapatan nelayan di daerah ini berkisar antara Rp 800.000 sampai dengan Rp 3.200.000 per bulan per kepala keluaraga. Sebaran responden menurut pendapatannya ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gbr.7. Sebaran Responden Menurut Gbr. 8. Sebaran Responden Menurut Pedapatan Per Bulan Sebelum Pedapatan Per Bulan Setelah Program Program Setelah pelaksanaan program PNPM untuk respoden penerima manfaat terdapat peningkatan pendapatan yang siginifikan. Pendapatan rata-rata responden meningkat dari Rp 1.382.000 menjadi Rp 1.930.000 per bulan per kepala keluarga. Bila sebelum program sebaran responden dominan dengan pendapatan kurang dari Rp
1.000.000 per bulan, maka setelah program terdapat peningkatan penghasilan yang didominasi di atas Rp 2.000.000 per bulan per kepala keluarga. Ini artinya bahwa terdapat peningkatan penerima manfaat rata-rata Rp 548.000 per bulan per kepala keluarga, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pertambahan Pendapatan Responden Pada Masing-Masing Kluster Bantuan PNPM-KP 2009. Tambahan Pendapatan Pendapatan Awal Pendapatan Akhir Cluster (Rp) (Rp) (Rp) (%) JJ1 1,560,000 1,988,000 428,000 31 JJ2 1,235,333 1,920,000 684,667 64 AN1 1,408,000 1,944,000 536,000 46 AN2 1,326,000 1,868,000 542,000 46 Rerata 1.382.000 1,930,000 548.000 47 Bila kita analisis pertambahan modal dan pertambahan pendapatan masyarakat penerima manfaat maka harus dibandingkan dengan perubahan keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat penerima manfaat meningkat modal antara 23,5 % sampai 52,2 %, dengan rata-rata peningkatan modal adalah 35 % per responden. Peningkatan pendapatan responden berkisar antara 19,2 % sampai dengan 91,7 %. Dengan rata-rata peningkatan pendapatan 47 % per
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
responden. Dengan mengikuti rumus pada model analisis maka efektifitas bantuan berkisar antara 24,1 % sampai dengan 288,1 %. Secara keseluruhan efektivitas bantuan PNPM-KP adalah 151 %. Ini artinya bila kita beri bantuan modal sebesar 100 % maka akan terjadi peningkatan pendapatan sebesar 151 %. Dengan demikian terdapat nilai tambah modal bagi masyarakat penerima manfaat sebesar 51 % dari jumlah modal yang diberikan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Efektifitas Program PNPM-KP Masing-masing Kluster Tahun 2009 Efektifitas Bantuan (% Pertambahan Pertambahan Cluster Modal (%) Pendapatan (%) JJ1 JJ2 AN1 AN2 Rerata
38 42 18 40 35
31 64 46 46 47
Berdasarkan kluster terdapat variasi yang signifikan di antara Jeulingke 1 (JJ1), Jeulingke 2 (JJ2), Alue Naga 1 (AN1) dan Alue Naga 2 (AN2). Keempat kluster ini menunjukkan spesifikasi nelayan tersendiri, sehingga efektifitas bantuan sangat
85 152 246 122 151 bervariasi. Efektifitas bentuan modal dituntukkan dengan pertambahan modal dan pendapatan pada masing-masing kluster, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Keragaman Efektifitas Program PNPM-KP 2009 Sumber Keragaman Nilai Tengah
JK 22801
db 3
KT 7,600.33
F Hitung
F table α = 0.05
Galat Total
9599 32400
17 20
564.65
13.46
6.27
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Pada table di atas terlihat bahwa terdapat keragaman yang signifikan efektifitas program masing-masing kluster. Program yang paling efektif di kluster Alue Naga 1 dan Jeulingke 2. Bantuan yang diberikan untuk kelompok ini dapat dimanfaatkan dengan sangat baik. Sehingga nilai tambah yang diperoleh dari bantuan modal dapat meningkatkan pendapatan anggotanya jauh di atas persentase jumllah bantuan modal. Kemiskinan masyarakat pesisir berakar pada keterbatasn akses permodalan dan kultur kewirausahaan yang tidak kondusif. Keterbatasan akses permodalan ditandai dengan realisasi bantuan modal melalui investasi pemerintah dan swasta selama lima periode pembangunan belakangan ini. Konsekuensinya, terutama nelayan, kebutuhan permodalan dipenuhi oleh para tengkulak, rentenir, toke yang kenyataannya tidak banyak menolong kesejahteraan mereka, malah cenderung menjeratnya dalam lilitan utang yang tidak akan pernah bisa dilunasi. Demikian pula kultur kewirausahaan mereka masih bercorak manajemen keluarga dengan orientasi sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, ketertinggalan masyarakat pesisir Kecamatan Syiah Kuala ini terlihat dari terbatasnya dalam mengakses sumber permodalan dan lemahnya infrastruktur kelembagaan sosial ekonomi masyarakat di tingkat desa. Kondisi seperti ini membuat masyarakat di wilayah pesisir ini semakin tertinggal. Untuk itu program pemberdayaan masyarakat pesisir dalam kiprahnya seyogianya berusaha meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban masyarakat pesisir. Hal ini di tempuh dengan memberikan penguatan baik yang bersifat ekonomi atau kelembagaan atau pun yang bersifat sosial-budaya kelautan. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Nelayan penerima manfaat program PNPM-KP tahun 2009 tergolong usia produktif dengan usia rata-rata 43 tahun, sehingga kemampuan kerja harapan di atas rata-rata. Akan tetapi pendidikan nelayan di daerah ini sangat rendah, sehingga kreativitas mereka sangat rendah.
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
2.
3.
4.
5.
Dengan bimbingan fasilitator dan penyuluh program tersebut telah dilaksanakan dengan efektif. Walaupun Bantuan untuk kelompok nelayan ini hanya mencukupi 20 % dari total investasi dan bantuan modal hanya cukup 50 % dari kebutuhan modal kerja kelompok. Akan tetapi pertambahan modal usaha antara 18 sampai dengan 42 %. Program ini mampu meningkatkan pendapatan responden antara antara 19,2 % sampai dengan 91,7 %. Dengan rata-rata peningkatan pendapatan 47 % per responden. Eektifitas bantuan berkisar antara 24,1 % sampai dengan 288,1 %. Secara keseluruhan efektivitas bantuan PNPM-KP adalah 151 %. Nilai tambah modal bagi masyarakat penerima manfaat sebesar 51 % dari jumlah modal yang diberikan
Saran Dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk menambah bantuan modal usaha bagi kelompok pioner dan juga memperluas program pada masa yanga kan datang. Tambahan bantuan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan, terutama yang masih memiliki penghasilan di bawah garis kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Badan Pusat Stastistik (BPS) Kota Banda Aceh, 2010, Banda Aceh Dalam Angka Bogman, Robert dan Steven J. Taylor, 1993, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Usaha Nasional, Surabaya. (Diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi) Chambers, Robert. 1983, Rural Developmrnt : Putting the Last First, New York: Longman Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayan Masyarakat Desa, 2007, Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan
Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Jakarta Edward III, George C, 1980, Implementing Public Policy, Congressional Quartely Press, Washington DC Miles, B. Mathew dan A. Michael Huberman, 1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press, Jakarta. Tim
Pengendali PNPM-Mandiri & Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2007 Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMMandiri), Jakarta
Tim
Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program Pengembangan Kecamatan (PNPMPPK), 2007 Penjelasan Petinjuk Teknis Operasional Program Nasional pemberdayaan Masyarakat-Program pengembangan Masyarakat (PNPMPPK), Jakarta
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011