EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER RINDAFIT NIM. 1212010036 Subject dan Kata Kunci: Anak Prasekolah, Pendidikan Kesehatan, Cuci Tangan Description : Perilaku higienis dan sanitasi di Indonesia masih relatif sangat rendah. Salah satunya adalah perilaku cuci tangan pakai sabun belumlah menjadi perilaku higienis di Indonesia terutama pada anak usia prasekolah. Perilaku kurang sehat dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena mudahnya penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap praktik cuci tangan pada anak prasekolah. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan rancang bangun one group pretest posttest. Variabel independen adalah pendidikan kesehatan praktek cuci tangan dan variabel dependen adalah praktek cuci tangan pada anak prasekolah. Populasi adalah 33 anak dengan sampel sebanyak 31 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan data dilakukan di PAUD Darunnajah Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember pada tanggal 13-14 Juni 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi. Analisa data menggunakan uji Mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak melakukan praktik cuci tangan dengan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yaitu sebanyak 26 responden (83,9%) dan hampir seluruh responden melakukan praktik cuci tangan dengan baik sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yaitu sebanyak 25 responden (80,6%). Hasil analisa menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata (mean) pada praktik cuci tangan dari sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 1,29 dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 3,19, hal ini menunjukkan bahwa terdapat efektifitas pendidikan kesehatan terhadap praktik cuci tangan pada anak prasekolah. Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan perhatian dalam pelayanan kesehatan anak seperti memberikan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah tentang praktik cuci tangan 6 langkah. ABSTRACT Hygiene behaviors and sanitation in Indonesia is still relatively very low. One of which is washing hand with soap that has not been part of hygiene behaviors in Indonesia, especially at preschoolers. Low healthy behavior can have an impact on high incidence of infections in preschoolers due to easy spread of some infectious diseases through their hands. The purpose of this study was to determine the effectiveness of health education regarding hand washing practices in preschool children. This research was a pre-experimental research design with one group pre test post test. The independent variable was health education for practicing hand washing and the dependent variable was the practice of washing hands in preschool children. The
1
population was 33 children with a sample of 31 children. The sampling technique used was purposive sampling. Data was collected in PAUD Darunnajah Tamansari Wuluhan Jember from 13-14 June 2015. Data collection used observation sheet. Analysis of data used mean test. The results suggest that nearly all respondents did not practice good hand washing before being given health education on hand washing as many as 26 respondents (83.9%) and almost all respondents practiced good hand-washing after given health education on hand washing as many as 25 respondents (80.6%). The analysis shows an increase in the average value (the mean) in the practice of hand washing before being given health education by 1.29 and after the health education given by 3.19, it indicates that health education on hand washing practice. Nurses are expected to provide health education on pre-school children about the importance of maintaining hygiene, especially hand washing practices. They are also expected to increase interest in children's health services such as providing health education in preschool children about 6 steps of hand washing practices. Keywords: Health Education, Hand Wash, Preschool Children Contributor
: 1. Siti Rachmah, SKM., M.MKes. 2. Mohammad Nur Firdaus, S.Kep.Ns.
Date
: 01 Juli 2015
Type Material : Laporan Penelitian Edentifier
:-
Right
: Open Document
SUMMARY
:
Latar Belakang Strategi Nasional Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan termasuk diantaranya adalah diare dan kecacingan serta meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. STBM merupakan aksi terpadu yang dapat mendukung tercapainya Millennium Development Goals tahun 2015 ke 4 yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak merupakan salah satunya adalah dengan perilaku CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) sehingga angka kematian dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikurangi. Saat ini kesadaran akan pentingnya perilaku higienis dan sanitasi di Indonesia masih relatif sangat rendah. Salah satunya adalah perilaku cuci tangan pakai sabun belumlah menjadi perilaku higienis di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Pada anak prasekolah, anak menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Dimana anak suka bermain dengan posisi sangat berdekatan satu sama lain, menggunakan tangan untuk meletakkan suatu benda di mulutnya, makan dan membuang ingus (Cutler, 2010). Perilaku kurang sehat dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena mudahnya penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan. Tingginya angka penyebaran infeksi yang terjadi di lingkungan sekolah menimbulkan kecemasan para orang tua, mengganggu konsentrasi belajar anak dan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap hasil belajar anak. Bibit
2
penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh yang mengakibatkan penyakit seperti diare, cacingan, TB, Infeksi tangan dan mulut, infeksi kulit, maupun ISPA (Depkes RI, 2008). Hasil pelaksanaan program PHBS tentang mencuci tangan, menurut studi WHO tahun 2007 menyatakan, kejadian diare menurun 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang di rumah tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun sebesar 94% (Depkes RI, 2007). Menurut Riskesdas 2013, insiden diare pada anak di Indonesia cukup tinggi, pada kelompok umur 1-4 tahun angka kejadian diare sebesar 12,2% dan pada kelompok umur 5-14 tahun angka kejadian diare sebesar 6,2%. Berdasarkan data dinas Kesehatan Jawa Timur cakupan penderita Diare tahun 2012 yang telah ditangani oleh tenaga kesehatan sebesar 1.132.814 kasus (72,43%) dari perkiraan kasus 1.563.976 dan di Kabupaten Jember jumlah diare yang telah ditangani sebanyak 66.091 kasus (68,08%) dari perkiraan kasus (97,086%), angka tersebut masih di bawah target Nasional 100% (Dinkes Jatim, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di PAUD Darunnajah Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember diketahui bahwa selama ini siswa belum pernah mendapat pendidikan kesehatan tentang praktek cuci tangan yang baik dan benar dari petugas kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara kepada 5 ibu yang mempunyai anak prasekolah di PAUD Darunnajah didapatkan data bahwa anak mengalami sakit 2-4 kali dalam 1 minggu terakhir seperti sakit perut, panas dan pusing ketika di sekolah serta 3 ibu mengatakan bahwa anaknya pernah diare, hal ini anak dikarenakan tidak cuci tangan dengan bersih ketika akan makan. Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya, dan faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah sarana informasi yang sangat intensif dan efektif untuk meningkatkan aspek kesehatan yang dinilai masih tertinggal di suatu tempat (Notoatmodjo, 2007). Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan. Fokus CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai "Agen Perubahan" dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen keluarga, rumah dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk perubahan yang lebih baik dalam berperilaku sehat melalui CTPS (Depkes RI, 2007). Konsep umum tentang cuci tangan yang bersih masih pada seputaran mencuci tangan dengan menggunakan air saja tanpa perlu harus menggunakan sabun dapat memberi kontribusi terhadap penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh kuman, bakteri dan parasit, seperti diare, cacingan atau penyakit lainnya (Kemenkes RI, 2013). Berkaitan dengan permasalahan diatas, komitmen Indonesia untuk mencapai MDG’s 4 adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak hingga 23 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015, salah satunya upaya promotif terhadap perilaku CTPS agar dapat menjadi budaya bangsa Indonesia sehingga angka kematian dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikurangi.
3
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap praktik cuci tangan pada anak prasekolah di PAUD Darunnajah Tamansari Wuluhan Jember. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest. Variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan kesehatan praktek cuci tangan dan variabel dependen adalah praktek cuci tangan pada anak prasekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah di PAUD Darunnajah Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember sebanyak 33 anak dengan sampel sebanyak 31 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan data dilakukan di PAUD Darunnajah Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember pada tanggal 13-14 Juni 2015. Pengumpulan data dengan teknik observasi. Analisa data menggunakan uji statistik mean. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak melakukan praktik cuci tangan dengan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yaitu sebanyak 26 responden (83,9%). Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan tangan. Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan. dengan menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak lemak kotoran di permukaan kulit serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan. bau wangi dan perasaan segar mempakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun (Potter & Perry. 2005). Sebagian besar responden kurang baik dalam melakukan praktik cuci tangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan, hal ini disebabkan karena anak belum mengetahui dan mengerti tentang cara melakukan pelaksanaan cuci tangan yang baik dan benar, dimana sebagian besar responden tidak pernah mendapat informasi tentang cuci tangan dan cara melakukan cuci tangan 6 langkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 5 tahun yaitu sebanyak 20 responden (64,5%). Sesuai dengan teori Sarwono (2005) umur atau satuan usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau zat makhluk yang hidup maupun yang mati, semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual serta dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam bertindak. Anak prasekolah tidak melakukan dengan baik praktek cuci tangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dikarenakan, anak yang masih usia dini dan belum mendapatkan banyak informasi tentang praktek cuci tangan yang baik dan benar. Dalam hasil penelitian ini, perbedaan umur responden tidak terpaut jauh, masing-masing responden memilki daya tangkap dan pola pikirnya hampir sama, sehingga umur tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 16 responden (51,6%). Perbedaan jenis kelamin, baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap siswa secara signifikan setelah diberikan penyuluhan. Walaupun perbedaan perhatian yang diberikan responden saat penyuluhan, dimana siswa perempuan lebih memberikan perhatian
4
dibandingkan dengan siswa laki-laki selama pemberian penyuluhan. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (Suryabrata, 2010). Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam menerima penyuluhan yang diberikan. Namun dalam hasil penelitian ini, perbedaan jenis kelamin responden tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap responden, karena jumlah responden laki-laki dan perempuan hampir sama banyaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah mendapat informasi tentang cuci tangan yaitu sebanyak 17 responden (54,8%). Sesuai dengan teori Tanawali (2013) yang menerangkan bahwa informasi merupakan keterangan pemberitahuan kabar atau berita tentang suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, poster, dan spanduk. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan. Praktek cuci tangan pada anak usia sekolah masih kurang baik dikarenakan anak kurang mendapatkan informasi tentang praktek cuci tangan yang baik baik dan benar, sehingga anak tidak bisa melaksanakan cuci tangan 6 langkah pada saat praktek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden melakukan praktik cuci tangan dengan baik sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yaitu sebanyak 25 responden (80,6%). Upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja putri dalam melakukan pencegahan cuci tangan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan. Kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan (Suryani, 2007). Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden melakukan dengan baik praktik cuci tangan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini disebabkan responden telah memahami bagaimana cara melakukan cuci tangan 6 langkah yang baik dan benar setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan. Penyuluhan tentang cara pencegahan cuci tangan yang abik dan benar dapat mempengaruhi pengetahuan remaja tentang cuci tangan dan pencegahan cuci tangan. Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan sangat berpengaruh pemahaman anak tentang cuci tangan sehingga anak dapat melakukan praktik cuci tangan yang baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) menunjukkan adanya peningkatan praktik cuci tangan dari sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 1,29 dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 3,19, hal ini menunjukkan bahwa terdapat efektifitas pendidikan kesehatan terhadap praktik cuci tangan pada anak prasekolah di PAUD Darunnajah Tamansari Wuluhan Jember. Lawrance Green, dkk (1980 dalam Notoatmodjo, 2007) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya; Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saranasarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya APD, pelatihan dan sebagainya; dan Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeliharaan kesehatan (Suryani, 2007). 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan praktik cuci tangan pada anak prasekolah sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang cuci tangan. Praktik cuci tangan pada anak prasekolah yang sebelum negatif, penyebabnya adalah masih kurangnya informasi mengenai cuci tangan sesuai dengan posedur serta anak yang belum tahu tentang manfaat mencuci tangan dengan benar. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cuci tangan 6 langkah pada anak prasekolah, agar anak lebih memahami tentang pentingnya menjaga kebersihan terutama dalam hal cuci tangan dan mengaplikasikan bagaimana cara melakukan cuci tangan dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Faisal Reza tahun 2012 yang berjudul efektifitas penyuluhan kesehatan oleh peer group dan tenaga kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) cuci tangan bersih pada siswa SD N 01 Dan 02 Bonosari Sempor Kebumen yang menerangkan bahwa ada perbedaan efektifitas dalam penyuluhan yang dilakukan oleh peer group dan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan rentang nilai sedikit (p=0,033>0,05). Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden tidak melakukan praktik cuci tangan dengan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan. Hampir seluruh responden melakukan praktik cuci tangan dengan baik sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan. Nilai rata-rata (mean) menunjukkan adanya peningkatan praktik cuci tangan dari sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini menunjukkan bahwa terdapat efektifitas pendidikan kesehatan terhadap praktik cuci tangan pada anak prasekolah di PAUD Darunnajah Tamansari Wuluhan Jember. Rekomendasi Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan perhatian dalam pelayanan kesehatan anak seperti memberikan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah tentang praktik cuci tangan 6 langkah. Diharapkan anak dapat melakukan praktik cuci tangan dengan baik dan benar sebagai pencegahan dan penanganan penyakit. Institusi pendidikan harus menambah buku-buku kepustakaan khususnya tentang cuci tangan 6 langkah untuk dapat dijadikan sebagai data dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap praktik cuci tangan 6 langkah pada anak sekolah atau remaja. Alamat Correspondensi : - Alamat rumah : Dusun Gondosari Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember - Email :
[email protected] - No. HP : 085607577395
6