PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI
SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh: RINA MURDYANINGSIH NIM. ST 13061
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi Keperawatan yang berjudul:
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI
Oleh : Rina Murdyaningsih NIM. ST 13061 Telah diuji pada tanggal 18 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
(bc. Yeti Nurhayati, M.Kes) NIK: 201378115
(Ari Setiyajati, S.Kep., Ns., M.Kes) NIK: 19660121 199603 1 002 Penguji,
(Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep) NIK. 200679022
Surakarta, 18 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
(Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns., M.Kep) NIK. 201279102
3
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM
: Rina Murdyaningsih : ST 13061
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
(Rina Murdyaningsih) NIM. ST 13061
4
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan terhadap Kepatuhan Mahasiswa Praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi”. Tersusun dan terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, maka pada
kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi. 4. Ari Setiyajati, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang juga telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi. 5. Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku penguji memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi. 6. Seluruh dosen dan staf akademik program studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
iv
5
7. Direktur dan staf DIKLIT RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin dan arahan kepada penulis dalam melakukan penelitian. 8. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktu dalam membantu kelancaran penelitian ini. 9. Orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungan dan do’anya. 10. Suamiku tercinta, dan anakku yang telah memberikan semangat, motivasi, do’a dan kasih sayangnya. 11. Teman-teman mahasiswa angkatan 1 program Transfer S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada, yang saling mendukung dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal yang akan mendapat balasan yang lebih baik oleh Allah SWT. Selanjutnya penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.
Surakarta, Agustus 2015
Peneliti
Rina Murdyaningsih
v
6
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ...........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................
xii
ABSTRAK ..................................................................................................
xiii
ABSTRACT ..................................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................
3
a. Tujuan Umum..................................................................
3
b. Tujuan Khusus .................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................
3
a. Bagi Rumah Sakit ............................................................
3
b. Bagi Institusi Pendidikan.................................................
3
vi
7
BAB II
c. Bagi Petugas Kesehatan ..................................................
4
d. Bagi Mahasiswa Praktek .................................................
4
e. Bagi Peneliti Lain ............................................................
4
f.
4
Bagi Peneliti ....................................................................
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka......................................................................
5
2.1.1 Mahasiswa Praktek ...................................................
5
2.1.2 Kebersihan Tangan ...................................................
5
2.1.3 Konsep Dasar Penyakit Infeksi ................................
11
2.1.4 Kepatuhan.................................................................
16
2.1.5 Pendidikan Kesehatan ..............................................
20
2.2 Keaslian Penelitian ..............................................................
23
2.3 Kerangka Teori ....................................................................
25
2.4 Kerangka Konsep .................................................................
25
2.5 Hipotesis Penelitian..............................................................
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian .............................................................
27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
27
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................
28
3.4 Definisi Operasional ...............................................................
30
3.5 Instrumen Penelitian ...............................................................
31
3.6 Cara Pengumpulan Data .........................................................
31
3.7 Teknik Pengolahan ................................................................
33
vii
8
3.8 Analisa Data ..........................................................................
34
3.9 Etika dalam Penelitian ............................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
4.1 Analisis Univariat ...................................................................
37
4.2 Analisis bivariat .....................................................................
39
PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik sampel ...............................................................
41
5.2 Kepatuhan mahasiswa praktek dalam 5 moment sebelum pendidikan kesehatan..............................................................
43
5.3 Kepatuhan mahasiswa praktek dalam 5 moment sesudah pendidikan kesehatan..............................................................
44
5.4 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek dalam 5 moment cuci tangan ...................
45
BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan .................................................................................
47
6.2 Saran .......................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
9
DAFTAR TABEL
Nomor tabel
Halaman
2.1.
Keaslian penelitian ....................................................................
23
3.1
Definisi Operasional ...................................................................
30
4.1
Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan umur mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ........................
37
Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ..........
38
Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi .....
38
Kepatuan cuci tangan dalam 5 moment sebelum pendidikan kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ..........................
38
Kepatuan cuci tangan mahasiswa dalam 5 moment setelah pendidikan kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ......
39
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment pada sempel di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ..............................................................................
40
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
ix
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar
Halaman
2.1.
Ambil cairan hand rub .......................................................................
8
2.2.
Gosok telapak tangan dengan gerakan memutar ................................
8
2.3.
Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan ........................
8
2.4.
Menggosok telapak sampai sela-sela jari ...........................................
9
2.5.
Jari-jari saling menggosok dan tangan saling mengunci ....................
9
2.6.
Menggosok jari dengan memutar ujung jari-jari dengan tangan kanan ..................................................................................................
9
2.7.
Menggosok telapak tangan dengan ujung jari- jari ............................
10
2.8.
Mengeringkan tangan .........................................................................
10
2.9.
Kerangka teori ....................................................................................
25
2.10. Kerangka konsep ................................................................................
25
3.1
27
Rancangan penelitian .........................................................................
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran 1. F.01 Usulan Topik Penelitian 2. F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi 3. F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan 4. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan 5.
F.07 Pengajuan Ijin Penelitian
6. Surat Balasan Ijin Penelitian 7. Lembar Permintaan Menjadi Responden 8. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 9. Karakteristik Responden 10. Lembar Penilaian Cuci Tangan Dalam 5 Moment Mahasiswa Praktek 11. Satuan Acara Penyuluhan 12. Data Karakteristik Responden 13. Hasil uji statistik penelitian 14. Jadwal penelitian 15. Leaflet cuci tangan 16. Gambar foto responden penelitian 17. Lembar Konsultasi 18. F.08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi Tahun Akademik 2014/2015
xi
12
DAFTAR SINGKATAN
ICU
:
Intensive Care Unit
RSUD
: Rumah sakit umum daerah
PCMX
: Para kloro metaksilenol
SIRS
: Systemic Inflammatory Response Syndrome
PEP
: Post Exposure Prophylaxis
xii
13
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Rina Murdyaningsih Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan Terhadap Kepatuhan Mahasiswa Praktek Di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ABSTRAK Cuci tangan sebelum melakukan perawatan pada pasien merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan termasuk pada mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik. Dengan melakukan cuci tangan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Namun berdasarkan hasil studi pendahuluan, masih banyak mahasiswa praktek belum patuh dalam 5 moment cuci tangan. Untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan, maka salah satu cara adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode pre eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa praktek di Ruang ICU pada jadwal sift pagi hari, baik berpendidikan DIII, S-1 keperawatan maupun mahasiswa S-1 Ners sebanyak 90 orang. Dengan teknik sampling Consecutive sampling diperoleh sampel sebanyak 48 responden. Instrumen penelitian menggunakan checklist 5 moment cuci tangan, analisis data menggunakan uji Mc Nemar. Hasil penelitian diketahui Mahasiswa praktik klinik di ruang ICU banyak yang berusia 19-21 tahun (62,5%), berjenis kelamin perempuan(68,8%) dan berpendidikan DIII (45,8%). Sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel tidak patuh dalam 5 moment sebesar 58,3%. Sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel patuh dalam mencuci tangan dalam 5 moment sebesar 70,8%. Terdapat pengaruh kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan cuci tangan dalam 5 moment dengan p = 0,007. Kata kunci: Pendidikan kesehatan, kepatuhan, cuci tangan, 5 moment, mahasiswa Daftar pustaka : 29 (2000-2013).
xiii
14
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Rina Murdyaningsih Effect of Hand Washing Health Education on Practicum Students’ Obedience at the ICU of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta ABSTRACT Hand washing prior to administering the care to patients is mandatory for each health worker including practicum students at clinics. Hand washing can prevent the incidence of nosocomial infections. Based on the premilinary research, there were still many practicum students who did nor follow or obey the five moments of hand washing. In order to improve the hand washing obedience, one of the ways is administering the hand washing health education. The objective of this research is to investigate the effect of the health education of the five moments of hand washing on the practicum students’ obedience at the ICU of DR. Moewardi General Hospital of Surakarta. This research used the pre-experimental method with the one group pretest – posttest design. The population of research was all of the practicum student as many as 90 at the ICU with morning shift. They majored in Diploma III in Nursing Science, Bachelor Program in Nursing Science, and Bachelor Degree Program in Nursing Profession. The sample of research consisted of 48 students and were taken by using the consecutive sampling technique. The data of research were collected through checklist of the five moments of hand washing. They were analyzed by using the Mc Nemar’s Test. The result of research shows that 62.5% of the respondents were aged 19-21 years old; 68.6% of the respondents were females; 45.8% of the respondents majored in Diploma III in Nursing Science. Prior to the health education of the five moments of hand washing, 58.3% of the respondents did not obey the five moments. Following the health education, 70.8% of the respondents obeyed the five moments. Thus, there was an effect of the health education of the five moments of hand washing on the practicum students’ obedience as indicated by the p-value = 0.007. Keywords: Health education, obedience, five moments, students Reference: 29 (2000-2013)
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (WHO, 2005). Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang dekat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kodisi rumah sakit (Darmadi, 2008). Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila tidak terkena infeksi nosokomial. (Edhie, 2010). Presentase infeksi nosokomial di rumah sakit dunia mencapai 9% atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan 1
2
untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0% (WHO, 2012).
Data tahun 2013
menyebutkan RSUD Dr. Moewardi dalam menangani infeksi nosokomial mencapai 3%. Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
nosokomial
adalah
dengan
menjalankan universal precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada
setiap penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah
penelitian
mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan 20% - 40% kejadian infeksi nosokomial. Namun pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum mendapat respon yang maksimal. Bagi petugas kesehatan yang setiap harinya melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien, melakukan cuci tangan merupakan suatu hal yang wajib dilakukan, namun pada sisi lain perilaku cuci tangan bagi anggota mahasiswa praktek masih jarang dilakukan. Kontak secara langsung dari anggota mahasiswa praktek yang tidak cuci tangan dapat membahayakan kesehatan bagi pasien yang bersangkutan (Hart, T dan Shears, 2006). Berdasarkan hasil studi awal penelitian di Ruang ICU kepada mahasiswa praktek diketahui jarang melakukan cuci tangan dalam 5 moment meskipun sudah terdapat hand rub yang disediakan di depan pintu masuk ruang dan di dalam kamar
perawatan pasien, maka peneliti tertarik untuk
penelitian tentang
melakukan
pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap
kepatuhan mahasiswa praktek di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini apakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan terhadap Kepatuhan Mahasiswa Praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi?
1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap
kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik responden. 2. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan sebelum diberi pendidikan kesehatan. 3. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan sesudah diberi pendidikan kesehatan. 4. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan
terhadap
kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.
1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Rumah Sakit Sebagai konstribusi dalam pelayanan kepada pasien secara maksimal di rumah sakit.
4
b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pustaka dalam hal kepatuhan cuci tangan yang baik dan benar pada 5 moment dan dapat diaplikasikan kepada mahasiswa pada khususnya serta masyarakat pada umumnya. c. Bagi Petugas Kesehatan Sebagai acuan dalam meningkatkan profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, keluarga serta dan mahasiswa praktek untuk selalu patuh melakukan cuci tangan dengan baik dalam 5 moment. d. Bagi Mahasiswa Praktek Sebagai acuan dalam melakukan praktik keperawatan di rumah sakit untuk senantiasa melakukan cuci tangan dalam 5 moment pada saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien. e. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan penelitian lebih lanjut seperti pada tema yang sama. f. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan manfaat dari cuci tangan dan mencegah penularan infeksi.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.6 Kajian Pustaka a. Mahasiswa praktek Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Mahasiswa menurut Suwono (2008) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual. Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2005). Menurut CHS (2013) praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar (biologi, fisika, biomedik, perilaku dan sosial) dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan. b. Kebersihan Tangan Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce 5
6
dan Pittet, 2002). Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan. Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu staphylococcus epidermidis. Selain memahami panduan dan rekomendasi untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan terutama keterbatasan, pemakaian sarung tangan (Indro, 2004). 1. Pengertian a) Mencuci tangan: Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. b) Air bersih: Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya (misalnya mencuci tangan dan membersihkan instrumen medis) karena memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah (jernih, tidak berkabut). c) Sabun: Produk-produk pembersih (batang, cair, lembar atau bubuk) yang
menurunkan
tegangan
melepaskan kotoran, debris.
permukaan
sehingga
mernbantu
7
d) Mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik (antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme. e) Agen antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan bergantian): Bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang sementara
atau
yang
merupakan
penghuni
tetap),
sehingga
mengurangi jumlah hitung bakteri total. Contohnya adalah: Alkohol 60- 90% (etil dan isopropil atau metil aikohol), Kloroksilenol 0,5-4% (Para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi (Dettol), Triklosan 0,2-2% Emollient : Cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada handrub dan losion. Kegunaan emollient untuk melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit (keretakan, kekeringan, iritasi, dan dermatitis) akibat pencucian tangan dengan sabun yang sering (dengan atau tanpa antiseptik) dan air (Depkes. 2010). a) Cara mencuci tangan dengan menggunakan hand rub Persiapan alat : Cairan hand rub Pelaksanaan 1) Ambil cairan hand rub satu kali tekan dan tampung pada telapak tangan.
8
Gambar 2.1 Ambil cairan hand rub 2) Usapkan hand rub secara merata dan seluruh permukaan tangan hingga pergelangan tangan, gosokkan kedua telapak tangan secara bergantian dengan arah memutar.
Gambar 2.2 Gosok telapak tangan dengan gerakan memutar
3) Gosok punggung dan sela-sela tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
Gambar 2.3. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan
9
4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
Gambar 2.4. Menggosok telapak sampai sela-sela jari 5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
Gambar 2.5. Jari-jari saling menggosok dan tangan saling mengunci 6) Gosokkan ibu jari kiri dan berputar dalam gengaman
tangan
kanan dan sebaliknya.
Gambar 2.6.
Menggosok jari dengan memutar ujung jari-jari dengan tangan kanan
10
7) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
Gambar 2.7.
Menggosok telapak tangan dengan ujung jari- jari
8) Saat tangan sudah benar-benar kering, maka tangan kita telah aman
Gambar 2.8.
Mengeringkan tangan
Metode ini dilakukan 20-30 detik. 2. Tindakan cuci tangan Tindakan cuci tangan yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktek di Ruang ICU adalah sebelum menyentuh pasien, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik, sesudah terpapar cairan tubuh,
sesudah
menyentuh pasien dan sesudah memegang benda di sekitar pasien (Tim PPI RSUD Dr. Moewardi, 2013).
11
c. Konsep Dasar Penyakit Infeksi 1. Pengertian Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk Indonesia.
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi
dapat berasal dari komunitas (Community acquired / infection)
atau
berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial (Indro, 2004). Berkembangnya sistem "pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang perawatan pasien, sekarang perawatan tidak hanya di rumah sakit saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan perawatan di rumah (home care) (Depkes RI, 2007). Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang
dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai prosedur berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired infection)
diganti
dengan
istilah
baru
yaitu
"Healthcare-
associatedinfections" (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit,
12
selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah sakit (The Joint Commission, 2009). Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi khususnya infeksi rumah sakit, perlu memiliki pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit infeksi. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian tentang infeksi dan kolonisasi, inflamasi, rantai penularan penyakit, faktor risiko terjadinya infeksi (HAIs), serta strategi pencegahan dan pengendalian infeksi (Sonnenwirth, 2003). 2. Beberapa Batasan / Definisi a. Kolonisasi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan kuman patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman tersebut ke orang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai "Carrier" (Syahrurahman, 2004). b. Infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik. c. Penyakit infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
13
d. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. e. Inflamasi (radang atau perdangan lokal) : merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma, pembedahan atau luka bakar), yang ditandai dengan adanya sakit/nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi. f. "Systemic Inflammatory Response Syndrome" (SIRS) : sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sistemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih dari keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermi atau suhu tubuh yang tidak stabil, (2) takikardi (sesuai usia), (3) takipnoe (sesuai usia), serta (4) leukositosis atau leukopenia (sesuai usia) atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%. SIRS dapat disebabkan karena infeksi atau non-infeksi seperti trauma, pembedahan, luka bakar, pankreatitis atau gangguan metabolik. SIRS yang disebabkan infeksi disebut "Sepsis". 3. Rantai Penularan Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah:
14
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau "load") (Tennant, 2005). b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir yang umum. c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain. d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu kontak langsung dan tidak langsung, droplet, airborne, melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat). e. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui
15
saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka). f. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosuresan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter (Jawetz dkk, 2005). 4. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi a. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh. b. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metodefisik adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi. c. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya
16
sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu "Isolation Precautions" (Kewaspadaan (solasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu "Standard Precautions" (Kewaspadaan
standar) dan "Transmission-based Precautions"
(Kewaspadaan berdasarkan cara penularan). Prinsip dan komponen apa saja dari kewaspadaan standar akan dibahas pada bab berikutnya. d. Tindakan pencegahan paska pajanan ("Post Exposure Prophylaxis"/ PEP) terhadap petugas kesehatan. Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C dan HIV (Inglis, 2003). d. Kepatuhan 1. Pengertian Secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002) yang dimaksud dengan kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau sebuah aturan. Sarwono (2006) menambahi bahwa kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan perintah agar sesuai dengan peraturan. Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.
17
Setiap perilaku yang dikerjakan seseorang dengan prosedur tentu akan menghasilkan hasil akhir yang optimal. Sedangkan dalam melaksanakan tata cara tersebut kadang kala ada waktu jenuh. Waktu dimana enggan untuk mengikuti aturan yang berlaku dan ingin mengikuti keinginan sendiri. Apalagi bila suatu aturan yang dikerjakan tersebut tidak secara langsung kelihatan hasilnya, dan merupakan tuntutan dari orang lain, maka sangat besar kemungkinan perilaku itu tidak berlangsung lama untuk terwujudnya perilaku tersebut diperlukan kepatuhan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap program pengobatan menurut Sukanto (2007) yaitu: a) Faktor internal meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. b) Faktor eksternal meliputi: pengalaman, lingkungan, dan fasilitas kesehatan. Niven (2002) ada faktor-faktor yang mendukung kepatuhan seseorang atau pasien, jika faktor ini lebih besar daripada hambatannya, kepatuhan harus mengikuti. Faktor-faktor tersebut adalah : a) Pendidikan Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.
18
Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang optimal. Jenjang pendidikan formal adalah SD, STP, SLTA dan Perguruan Tinggi (Machfoedz, 2005). Pendidikan merupakan proses menumbuh-kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pengajaran itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungannya
dengan proses belajar.
Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola berpikir seseorang dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan dirinya. Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerima penjelasanpenjelasan dari petugas kesehatan. Tingkat pendidikan merupakan unsur yang penting bagi sumber pengetahuan seseorang, maka makin besar
pula
tingkat
kepatuhannya
dalam
melakukan
program
pengobatan terhadap penyakitnya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
19
orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Hasbullah, 2006). b) Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. c) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Fitriani (2009) selain tingkat pengetahuan penderita, tingkat ekonomi, sikap pasien, usia, dukungan keluarga, nilai dan keyakinan tentang kesehatan, faktor keterlibatan tenaga kesehatan. 3. Penilaian kepatuhan Penilain kepatuhan dapat mengacu pada model pengukuran sentral tendensi suatu data. Data yang berdistrusi normal, maka yang menjadi menjadi acuan adalah nilai rata-rata (mean), sehingga jika suatu nilai lebih dari nilai rata-rata kelas maka dapat dimasukkan dalam nilai lebih/ tinggi dan sebaliknya apabila nilai yang bersangkutan lebih rendah, maka dimasukkan dalam nilai kurang/ rendah (Murti, 2006). Penilaian kepatuhan cuci tangan adalah a. Patuh > rata-rata skor nilai cuci tangan b. Tidak patuh rata-rata nilai cuci tangan
20
4. Kriteria mahasiswa praktek Mahasiswa praktek keperawatan di ruang ICU dapat dikatakan patuh apabila melakukan cuci tangan saat sebelum menyentuh pasien, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik, sesudah terpapar cairan tubuh, sesudah menyentuh pasien dan sesudah memegang benda di sekitar pasien. Apabila dari 5 moment telah dilakukan dengan baik, maka mahasiswa praktek dapat dinyatakan patuh. e. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan (Notoatmojo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masayarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat
mengetahui
bagaimana
cara
memelihara
kesehatan,
menghindari dan mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain. Pendidikan kesehatan adalah suatu pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan menanamkan keyakinan sehingga adar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau serta bisa melakukan suatu tindakan yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 2005). 2. Ruang lingkup pendidikan kesehatan Sasaran pendidikan kesehatan menurut Mubarak (2006) ada 3 kelompok sasaran pendidikan kesehatan:
21
a) Sasaran Primer Masayarakat pada umumnya bisa kepala keluarga, ibu-ibu hamil, anak-anak sekolah, remaja, lansia, dan sebagainya. b) Sasaran Sekunder Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Diharapkan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan dimasyarakat sekitar. c) Sasaran tersier Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. 3. Materi atau pesan Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan individu, kelompok, masyarakat. Materi atau pesan yang hendak disampikan hendaknya dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, materi yang tidak terlalu sulit dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga materi merupakan kebutuhan sasaran. 4. Alat bantu pendidikan kesehatan Alat bantu atau media pendidikan secara garis besar ada 3 macam alat bantu pendidikan: a)
Alat bantu visual yang berguna dalam membantu menstimulasi indra mata ( penglihatan ) pada waktu proses pendidikan, seperti slide, film, flim stripe.
22
b)
Alat-alat bantu dengan Audio yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengaran pada waktu penyampaian bahan pendidikan seperti radio.
c)
Media Papan Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan. Peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan media leaflet
dan demonstrasi. Leaflet sebagai media pendidikan kesehatan digunakan dengan alasan praktis, karena mengurangi kebutuhan mencatat pada responden. Responden cepat melihat isinya. Dari biaya pembuatan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, dapat dengan mudah didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan responden. Penggunaan demonstrasi cuci tangan juga dilakukan. Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada responden bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan cuci tangan dalam 5 moment. Tujuannya adalah untuk meyakinkan responden bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali dalam tindakan keperawatan. Keuntungan metode demonstrasi yang dilakukan adalah cara mengajar ketrampilan yang efekif dan dapat
23
merangsang peningkatan kepatuhan responden dalam cuci tangan, dan menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri. 2.7 Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Keaslian penelitian Peneliti
Judul
Metode penelitian
Hasil penelitian
Nur Alam (2011)
Fajar Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Masyarakat di Desa Senuro Timur Batu Kabupaten Ogan Ilir
Metode penelitian observasional pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 93 masyarakat Desa Senuro Timur Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir menggunakan cara purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Chi Square
Tidak ada hubungan antara pengetahuan masyarakat terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun dengan nilai p- value = 0,615, Ada hubungan antara sikap masyarakat terhadap perilaku CTPS dengan nilai p-value =0,001.
Neila Fauzia (2014)
Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Rancangan deskriptif kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 43 perawat dari 5 ruang yang diteliti Instrumen metode observasi langsung untuk menilai perilaku perawat dalam melaksanakan hand
Rata-rata tingkat kepatuhan responden sebesar 62%-65%
24
Rachel Davis (2014)
Predictors of healthcare professionals’ attitudes towards family involvement in safety-relevant behaviours: a cross-sectional factorial survey study
hygiene berdasarkan Standar Prosedur Operasionl (SPO) yang berlaku. Analisis data menggunakan nilai persentase Rancangan penelitian menggunakan crossectional. Responden adalah 73 dokter dan 87 perawat. Isntrumen menggukan kuesioner. Analisis data menggunakan persentase
Sebanyak 88% tenaga kesehatan memberikan pendidikan cuci tangan kepada anggota keluarganya, namun hanya 41% yang mampu merubah sikap anggota keluarga untuk rajin cuci tangan
25
2.8 Kerangka Teori
Mahasiswa praktek
Pendidikan kesehatan cuci tangan
Cuci tangan pada 5 moment
Perilaku kepatuhan cuci tangan
Faktor kepatuhan 1) Umur, 2) Jenis kelamin, 3) Pekerjaan, 4) Pendidikan. 5) Pengalaman, 6) Lingkungan, 7) Fasilitas kesehatan.
Gambar 2.9. Kerangka teori Sumber: Notoatmojo, 2007, Sukanto (2007) Niven (2002), Mubarok (2006)
2.9 Kerangka Konsep
Pre test Kepatuhan cuci tangan
Pendidikan kesehatan cuci tangan dengan metode demonstrasi dan media leaflet Gambar 2.10. Kerangka konsep
Post test kepatuhan cuci tangan
26
2.10
Hipotesis Penelitian
Ha = Ada pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
rancangan
penelitian
metode
pre
eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Ciri dari tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2005). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut Subjek K
Pre test O Waktu I
Perlakuan I Waktu 2
Post test OI Waktu 3
Gambar 3.1 Rancangan penelitian Keterangan: (O1) :
Observasi pertama kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment mahasiswa yang praktek di ruang ICU
I
:
(OI) :
Pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet dan demonstrasi. Observasi kedua kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment mahasiswa yang praktek di ruang ICU
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi pada bulan Februari- Juni 2015.
27
28
3.3. Populasi dan Sampel a.
Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2009), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian semua mahasiswa praktek di Ruang ICU pada jadwal sift pagi hari, baik berpendidikan DIII, S1 Keperawatan maupun mahasiswa S-1 Ners. Jumlah populasi sebanyak 90 orang
b.
Sampel Sampel merupakan suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 1.
Besar sampel Jumlah sampel diperoleh dengan rumus menurut Notoatmodjo (2007) sebagai berikut n
N 1 N (d ) 2
Keterangan: n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
d
= Tingkat kesalahan 10% (0,10)
29
n
90 1 90(0,1) 2 90 1,9
= 48 responden. 2.
Teknik sampling Pengambilan sampel menggunakan Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive sampling. Consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2005). Penentu kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel (kontrol atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh variabel yang diteliti.
3.
Kriteria sampel Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2003). a) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi
target
yang
terjangkau
yang
akan
diteliti.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi meliputi : 1) Mahasisiwa praktek di Ruang ICU 2) Bersedia menjadi responden penelitian
30
b) Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi adalah 1)
Mahasiswa praktek pada sift siang dan malam
3.4. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Variabel bebas 1 Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan
Variabel terikat 2 Kepatuhan cuci tangan
Definisi Operasional Alat Ukur
Hasil ukur
Skala
Suatu atau Observasi penyampaian SOP cuci informasi tentang tangan tindakan cuci tangan secara baik dan benar kepada mahasiswa praktek berdasarkan SOP cuci tangan hand rub RS Dr. Moewardi dengan metode demonstrasi dan leaflet.
-
-
Tindakan mahasiswa praktek di ruang ICU dalam melakukan cuci tangan dengan hand rub, sesuai SOP yang dilakukan saat : Sebelum menyentuh pasien, Sebelum tindakan septik ataupun antisepstik, Sesudah terpapar cairan tubuh, Sesudah menyentuh pasien Sesudah memegang benda di sekitar pasien
Hasil observasi Nominal kemudian dilakukan penilaian dengan nilai total skor. Penilaian kepatuhan sebagai berikut Patuh > ratarata nilai cuci tangan Tidak patuh rata-rata nilai cuci tangan (Murti, 2006)
Lembar cheklist 5 moment dalam cuci tangan: Observasi dilakukan nilai 1, tidak dilakukan nilai 0
Cara ukur
Peneliti melakukan observasi langsung terhadap mahasiswa praktek dalam 5 moment melakukan cuci tangan
31
Variabel perancu 3
Mahasiswa praktek
Adalah mahasiswa jurusan keperawatan baik program DIII, S1 keperawatan mapun S-1 keperawatan dan Ners yang melakukan praktek di ruang ICU pada waktu sift pagi
-
-
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data. Penelitian ini menggunakan lembar observasi berisi penilaian caracara cuci tangan yang benar dalam 5 moment cuci tangan. Penilaian 5 moment cuci tangan adalah: 1. Patuh > rata-rata nilai cuci tangan 2. Tidak patuh rata-rata nilai cuci tangan(Murti, 2006)
3.6. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data bersumber pada a.
Data primer Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden penelitian (Riwidikdo, 2010). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil checklist cuci tangan responden dalam 5 moment
b.
Data sekunder
32
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan tidak dipesiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi dapat digunakan untuk tujuan penelitian. Data sekunder adalah data mahasiswa yang praktik di ruang ICU. Prosedur pengumpulan data a. Tahap orientasi Tahap orientasi meliputi pengajuan surat studi pendahuluan ke bagian Stikes Kusuma Husada Surakarta. Tahap pertama, peneliti mempersiapkan beberapa konsep yang akan diteliti dengan membaca atau mencari beberapa literatur, misalnya jurnal maupun buku. Peneliti melanjutkan melakukan observasi awal kepada mahasiswa praktik di ruang ICU tentang perilaku tindakan cuci tangan dalam 5 moment. Hasil dan observasi tersebut kemudian dibuat proposal dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing berdasarkan judul yang telah disetujui sebelumnya. Tahap
kedua
adalah
melakukan
revisi
proposal
kepada
pembimbing I dan pembimbing II. Tahap ketiga adalah peneliti mengajukan permohonan ijin dengan surat studi pendahuluan dan kampus dan diserahkan kepada RSUD Dr. Moewardi. b. Tahap pelaksanaan Tahap pertama, peneliti menentukan objek penelitian yaitu mengambil populasi dari seluruh mahasiswa praktik di Ruang ICU
33
sebanyak 90 orang. Tahap kedua, peneliti mengambil sampel sebanyak 48 orang. Tahap ketiga, peneliti menilai semua mahasiswa praktik dalam cuci tangan dalam 5 moment, peneliti kemudian memberikan lembar informed consent kepada mahasiswa praktik jika menyetujui menjadi responden dan ditandatangani responden. Peneliti membuat kesepakatan untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang 5 dan langkah-langkah cuci tangan. Tahap keempat. Peneliti yang telah memberikan pendidikan kesehatan, kemudian peneliti dilain hari menilai kembali kepatuhan mahasiswa dalam cuci tangan dalam 5 moment, proses penelitian dari pre test dan pos test dilakukan selama 1 bulan, dengan tiap minggu rata-rata sebanyak 12-13 responden. c. Tahap akhir Hasil dari penelitian kemudian dibuat laporan skripsi dan dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan seminar skripsi. Hasil dari skripsi kemudian dikumpulkan di STIKES Kusuma Husada Surakarta.
3.7. Teknik Pengolahan
Proses pengolahan data merupakan proses yang sangat penting. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses pengolahan data yaitu:
34
a. Editing untuk meneliti kelengkapan data dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh, sehingga dapat dilakukan perbaikan data yang kurang. b. Coding untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan mengklasifikasikan data. c. Tabulating yaitu penyusunan data yang merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar data dapat dengan mudah dijumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.
3.8. Analisis Data
a. Analisis Univariat Analisis data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2005). Analisis univariat pada penelitian ini adalah kepatuhan cuci tangan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. b. Analisis Bivariat Analisis data ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini menggunakan uji statistik comparative Test yaitu uji Mc. Nemar. Uji Mc. Nemar adalah uji yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel jika populasi terdiri atas 2 kelompok klas misalnya sebelum dan sesudah dan datanya Nominal/Deskrit (Arikunto, 2006).Cara perhitungan dalam uji Mc. Nemar dapat digambarkan sebagai berikut:
35
Sebelum + 1) Hipotesis
Sesudah A C
+ B D
Ho : T1 =T2 H1 : T1 T2 2) Uji Satistik :
F2
A D 2 AD
Dinama : A = frekuensi yang berubah dalam sel A D = frekuensi yang berubah dalam sel D 3) Kriteria Uji : Ho ditolak jika : F 2 hitung > F 2
tabel
Ho diterima jika : F 2 hitung F 2
atau p< 0,05
tabel
atau p> 0,05
3.9. Etika dalam Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari institusi RSUD Dr. Moewardi untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi : a. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti
36
maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek. b. Tanpa Nama (Anonymity) Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode tertentu, demi menjaga kerahasiaan identitas subyek. c. Kerahasiaan(Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
37
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret- Mei 2015 dengan jumlah sampel 48 mahasiswa praktek klinik. Intervensi dilakukan selama 1 bulan dengan melakukan pre test dan post test kemudian hasilnya dibandingkan. Pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti. Data yang memenuhi syarat dianalisis dan disajikan berdasarkan analisis univariat dan analisis bivariat. 4.1 Analisis Univariat 4.1.1 Karakteristik sampel
a. Umur Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan umur mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Umur Frekuensi Persentase (%) 19-21 tahun 30 62.5 22-24 tahun 18 37.5 Total 48 100.0
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui 30 sampel berumur antara 19-21 tahun (62,5%), dan 18 sampel berumur 22-24 tahun (37,5%).
37
38
b. Jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 15 31.2 Perempuan 33 68.8 Total 48 100.0 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui 33 sampel adalah perempuan (68,8%), dan 15 responden adalah laki-laki (31,2%). c. Tingkat Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%) DIII keperawatan 22 45.8 DIV Keperawatan 7 14.6 S1Keperawatan 14 29.2 S1+Ners 5 10.4 Total 48 100.0 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui 22 sampel berpendidikan DIII keperawatan (45,8%), 7 sampel berpendidikan DIV keperawatan (14,6%), 14 sampel berpendidikan S1 keperawatan (29,2%) dan 5 sampel berpendidikan S1 + Ners (10,4%). d. Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment Tabel 4.4 Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment sebelum pendidikan kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Pre test 5 moment cuci tangan Tidak patuh Patuh Sebelum menyentuh pasien 36 12 Sebelum tindakan septik ataupun antiseptik 30 18 Sesudah terpapar cairan tubuh 26 22 Sesudah menyentuh pasien 18 30 Sesudah memegang benda di sekitar pasien 28 20
39
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui pre test dalam 5 moment responden yang
patuh sebelum menyentuh pasien sebanyak 12
responden, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik sebanyak 18 responden, sesudah terpapar cairan tubuh sebanyak 22 responden, sesudah menyentuh pasien sebanyak 30 responden, dan sesudah memegang benda di sekitar pasien sebanyak 20 responden. Tabel 4.5 Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment sesudah pendidikan kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Post test Tidak patuh Patuh 5 moment cuci tangan Sebelum menyentuh pasien 26 22 Sebelum tindakan septik ataupun antiseptik 21 27 Sesudah terpapar cairan tubuh 13 35 Sesudah menyentuh pasien 17 31 Sesudah memegang benda di sekitar pasien 19 29
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui post
test dalam 5 moment
banyak yang patuh yaitu sebelum menyentuh pasien sebanyak 22 responden, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik sebanyak 27 responden, sesudah terpapar cairan tubuh sebanyak 35 responden, sesudah menyentuh pasien sebanyak 31 responden, dan Sesudah memegang benda di sekitar pasien sebanyak 29 responden.
4.2 Analisis bivariat
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment pada sempel di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.
40
Tabel 4.6 Tabel 4.6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment pada sempel di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48) Kepatuhan cuci tangan sesudah pendidikan Total p kesehatan Kepatuhan cuci tangan sebelum pendidikan kesehatan
Tidak Patuh patuh
Tidak Patuh 9
Patuh 19
28
5
15
20
0.007
jumlah 14 34 48 Hasil tabel 4.6 dapat diketahui bahwa rata-rata kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment sampel sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah tidak patuh, sedangkan rata-rata setelah dilakukan pendidikan kesehatan adalah patuh Hasil uji statistik menggunakan uji Mc Nemar didapatkan p=0,007 (p<0,05) yang terdapat pengaruh kepatuhan cuci tangan pada mahasiswa dalam 5 moment kesehatan.
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
41
BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan dalam penelitian berdasarkan
hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas teori yang mendukung serta perbandingan dengan penelitian terdahulu. 5.1 Karakteristik sampel a. Usia
Berdasarkan hasil penelitian dikatahui 62,5% usia sampel berusia 19-21 tahun berjumlah 30 orang. Notoatmodjo (2010) Usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin berkembang Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011). Hasil penelitian Saragih (2010 ) menjelaskan bahwa perawat yang berusia semakin dewasa mempunyai perilaku cuci tangan yang baik, hal ini disebabkan adanya kesadaran pentingnya kesehatan cuci tangan untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil penelitian ini, menurut peneliti bahwa dengan usia yang semakin dewasa, maka responden dapat menerima informasi pengetahuan melalui pendidikan kesehatan dan semakin patuh tentang cuci tangan.
41
42
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 68,8 % sampel adalah perempuan berjumlah 33 orang. Sularyo (2007) menyatakan dunia keperawatan identik dengan ibu atau perempuan yang lebih dikenal dengan mother instinct, sehingga sangat wajar jika tenaga kesehatan yang dimulai dari dunia pendidikan akan lebih banyak perempuan. Ditambah lagi output perawat yang dihasilkan dari perguruan tinggi, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian Cahyati (2010) menjelaskan hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaaan yang bermakna antara mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam nilai tahap cuci tangan di laboratorium Mikrobilogi Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta.
Namun
berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin tidak berbeda mengenai tingkat kepatuhan cuci tangan. Sampel baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan kepatuhan cuci tangan dengan baik. c. Pendidikan
Hasil penelitian diketahui bahwa 45,8% sampel adalah berpendidikan DIII Keperawatan berjumlah 22 orang. (Notoatmodjo 2005) Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah umtuk menerima informasi.
43
Hasil penelitian Fahmi (2012) menjelaskan dari 64 responden perawat di Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi, 55 responden berpendidikan DIII kesehatan. Lebih dari 60% perawat telah melaksanakan kewaspadaan Standart termasuk melakukan cuci tangan baik dengan air mengalir maupun handrub. Berdasarkan hasil penelitan ini, peneliti berpendapat bahwa sampai saat ini masih banyak rumah sakit dengan tenaga kehatan masih banyak yang berpendidikan DIII kesehatan, termasuk di RSUD Dr. Moewardi. 5.2 Kepatuhan
mahasiswa praktik dalam 5 moment sebelum pendidikan
kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 36 sampel masih tidak patuh dalam melakukan cuci tangan di moment sebelum menyentuh pasien,30 sampel sebelum tindakan septik ataupun antiseptic,26 sampel sesudah memegang benda di sekitar pasien. Kamus besar bahasa Indonesia (2002) menjelaskan bahwa kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau sebuah aturan. Kepatuhan dalam menjalankan cuci tangan dalam 5 moment. Penelitian Anggrahitha, (2009) menjelaskan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan, 32 responden (73%) masih kurang dalam responden melakukan cuci tangan pada
anak SDN Cisalak 1 Depok.
Berdasarkan penelitian, peneliti menyatakan bahwa sampel yang belum menerima pendidikan kesehatan masih kurang memahami pentingnya cuci tangan dalam 5 moment dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Mahasiswa masih tidak selalu cuci tangan kembali setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien satu dan berpindah kepada pasien lain.
44
5.3 Kepatuhan
mahasiswa praktik dalam 5 moment sesudah pendidikan
kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 26 sampel masih tidak patuh dalam melakukan cuci tangan, di moment sebelum menyentuh pasien. 21 sampel sebelum melakukan tindakan septik ataupun antiseptik. 19 sampel sesudah memegang benda disekitar pasien. Menurut peneliti hal ini dikarenakan kurangnya kontrol atau pengawasan dari perawat ruang ICU, atau dari pembimbing lapangan pada saat praktek klinik keperawatan. Keterbatasan jumlah perawat ruangan dan waktu menjadi kendala dalam hal pengawasan ini. Kurangnya kesadaran mahasiswa praktek untuk selalu melakukan cuci tangan dalam 5 moment juga menjadi faktor kurangnya kepatuhan mahasiswa praktek dalam melakukan universal caution. Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Penelitian Mulyani (2013) menjelaskan bahwa perawat sudah patuh dalam melaksanan cuci tangan dalam 5 moment di RSUI Kendal. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu staphylococcus epidermidis. Selain memahami panduan dan rekomendasi untuk Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan terutama keterbatasan, pemakaian sarung tangan (Indro, 2004).
45
Hasil penelitian
Zulpahiyana (2013) menjelaskan adanya peningkatan
handover keperawatan dalam meningkatkan kepatuhan hand hygiene perawat di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Berdasarkan
penelitian bahwa setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan, pengetahuan sampel meningkat dan lebih patuh dalam melakukan cuci tangan dalam 5 moment. Mahasiswa sudah banyak mengalami perubahan dalam kepatuhan cuci tangan, dimana dimulai masuk ruang ICU melakukan cuci tangan hingga selesainya tugas keperawatan pada pasien dan juga melakukan cuci tangan. 5.4 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan mahasiswa dalam 5 Moment cuci tangan
Berdasarkan hasil penelitian dari uji
Mc. Nemar diperoleh nilai
signifikansi p= 0,007 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment pada mahasiswa praktik di ruang ICU. Suliha (2007) menyatakan bahwa pengetahuan dapat diubah dengan strategi persuasi yaitu memberikan informasi kepada orang lain dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai metode salah satunya metode demonstrasi. Penelitian Desianto (2013) menjelaskan adanya efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer)terhadap jumlah angka kuman di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Menurut peneliti peningkatan kepatuhan dapat disebabkan adanya peningkatan pengetahuan dari adanya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti.
46
Hasil
observasi
peneliti
selama
proses
pendidikan
kesehatan
berlangsung, sampel terlihat mengikuti kegiatan dengan baik dan menyerap semua informasi yang diberikan dari petugas kesehatan. Hasil dari post test menunjukkan bahwa nilai rata-rata kepatuhan yang diperoleh menjadi naik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang diterima, sampel kemudian mencerna dari informasi yang diberikan. Adanya perubahan pengetahuan dan sikap perilaku dalam bertindak dalam melakukan cuci tangan
menjadikan sampel mau dan lebih peduli terhadap kesehatan
khususnya mencegah infeksi nosokomial. Peningkatan jumlah
kepatuhan mahasiswa praktik
adalah adanya
pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet yang digunakan sebagai bahan materi peningkatan pengetahuan, sehingga dengan adanya media tersebut dapat menjadi panduan bagaimana mahasiswa melakukan cuci tangan dengan baik dan benar dalam 5 moment. Menurut peneliti bahwa sangat penting melakukan cuci tangan dalam 5 moment agar tujuan pelaksanaan
asuhan
keperawatan
mempercepat kesembuhan pasien.
dapat
berjalan
dengan
baik
dan
47
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan
6.1.1 Simpulan a. Mahasiswa praktik klinik di ruang ICU banyak yang berusia 19-21 tahun (62,5%) , berjenis kelamin perempuan(68,8%) dan
berpendidikan DIII
(45,8%). b. Sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel tidak patuh dalam 5 moment sebesar 58,3%. c. Sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar sampel patuh dalam mencuci tangan dalam 5 moment sebesar 70,8%. d. Terdapat perbedaan tingkat kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan cuci tangan 5 moment, p = 0,007.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, peneliti memberikan saran kepada: 6.2.1 Bagi Mahasiswa praktek Diharapkan saat memberikan asuhan keperawatan, untuk terus meningkatkan kepatuhan cuci tangan pada setiap 5 moment cuci tangan. Baik 47
48
menggunakan cara cuci tangan dengan air mengalir maupun handrub. 6.2.2 Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan evaluasi untuk melakukan
pendidikan kesehatan secara lebih ICU dan terjadwal baik kepada mahasiswa praktik, maupun kepada anggota keluarga yang menunggu pasien. 6.2.3 Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan penelitian lebih lanjut,
dengan mencari variabel lain yang berkaitan dengan kepatuhan cuci tangan seperti menggunakan kelompok kontrol. 6.2.4 Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keyakinan peneliti bahwa cuci tangan dalam 5 moment merupakan hal yang wajib dipatuhi dan bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai seorang perawat, serta membantu secara tidak langsung dalam penurunan infeksi nosokomial serta meningkatkan proses penyembuhan pasien dengan lebih cepat.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anggrahitha, R. (2009) Studi Intervensi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Bagi Anak SDN Cisalak I Depok. Skripsi. Tidak diterbitkan. Program studi Ilmu kesehatan Masyarakat Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktik). Jakarta: Rieneka Cipta. Azwar, S. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogjakarta: Pustaka Pelajar Jogja Offset. Boyce, J. M. dan Pittet (2002). Morbidity and Mortality Weekly Report. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings: Recommendations of the Health Care Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. CDC Morbidityand Mortality. Brooks, G. F., J. S. Butel and S. A. Morse, Jawetz, Melnick And Adelberg’s.(2005). Mikrobiologi Kedokteran 2 (Edisi I). Diterjemahkan oleh N. Widorini. Jakarta : Salemba Medika. Cahyati, C. (2010) Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa Saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Darmadi, (2008). Infeksi Nosokomial Problematika danPengendaliannya, Jakarta : Salemba Medika. Depkes RI (2007). Pedoman Manajerial Pencegahan Dan Pengendalian InfeksiDi Rumah Sakit Dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Jakarta. Depkes. (2010). Buku Panduan Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia, Ketiga. Jakarta. Desianto (2013) Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman Kesmas, Vol.7, No.2, September 2013, ISSN: 1978-0575 Hart, T dan Shears, P. (2006). Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Hipokrates. Hasbullah T. (2006). Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
50
Indro H. (2004). Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Airlangga University Press. Inglis, TJJ., (2003). Microbiology and Infection, Churchill Livingstone, Philadelphia. Machfoedz, (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan Masyarakat. Edisi 2, Yogyakarta : Fitramaya Mulyani Dwi Ari (2013) Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal. Murti, B. 2006. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan professional kesehatan lain. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S (2007). Metodologi Penlitian Kesehatan. Jakarta : Cipta.
PT Rineka
Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2 Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2005). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Saragih, R. 2010. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jurnal kesehatan. Universitas Darma Agung Medan Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada. Sonnenwirth, A. C. (2003). Data on Eterobacteriaceae from “Differentiation of Enterobacteriaceae by Biochemical Tests”. Atlanta: USPHS Center for Disease Control Sugiyono. (2009).Statistik Untuk Peneiitian, Bandung : CV. Alfabeta. Sularyo T.S, (2007). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
51
Susilaningsih (2013) Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar . Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah 2013. Syahrurahman A, (2004). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Penerbit Jakarta : Binarupa Aksara. Tennant, I., Harding, H. (2005). Microbial Isolates from Patients in An Intensive Care Unit, and Associated Risk Factors. West Indian Medical Journal. Vol. 54, No. 4. The Joint Commission. (2009). Measuring Hand Hygiene Adherence: Overcoming The Challenges. Wawan & Dewi, (2011) Wawan A., Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Zulpahiyana (2013) Efektivitas Simulasi Hand Hygiene Pada Handover Keperawatan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.