EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA BAB PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA TERHADAP KETUNTASAAN BELAJAR SISWA KELAS II MI PABELAN KEC.PABELAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (PTK KOLABORATIF)
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AULIA DEZI NUR RAHMA NIM: 11508038 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012/2013
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA BAB PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA TERHADAP KETUNTASAAN BELAJAR SISWA KELAS II MI PABELAN KEC.PABELAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (PTK KOLABORATIF)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AULIA DEZI NUR RAHMA NIM: 11508038 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012/2013
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Raihlah apa yang menjadi keinginanmu, dengan do’a dan usaha yang sungguh-sungguh semua akan menjadi kenyataan”.
PERSEMBAHAN
Kedua Orang tuaku, Adikku tercinta, Teman-teman mahasiswa seperjuanganku
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
PADA
BAB
PERKALIAN
MELALUI METODE JARIMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR KELAS II MI PABELAN KEC.PABELAN KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.
2.
Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
3.
Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
4.
Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini.
5.
Segenap Bapak/Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
6.
Bapak AbdulMuid, S.Pd.I, selaku kepala MI Pabelan yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
7.
Bapak /Ibu guru MI Pabelan yang telah membantu dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan.
8.
Para siswa kelas II MI Pabelan yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam
melakukan penelitian. 9.
Bapak dan Ibu tercinta (Danuri & Zulianah) yang telah mencurahkan kasih sayang,
doa dan dukungan demi keberhasilan penulis. 10.
Adik-adikku tersayang (Laila& Zudan) yang selalu mendukung dan memberikan
semangat dalam nasehat-nasehat yang bermanfaat. 11.
Om dan tanteku yang telah memberikan perhatian, dan semangat untuk penulis.
12.
Teman Spesialku yang selalu menghiaskan kebahagiaan dan keceriaan disetiap hari-
hari penulis. 13.
Teman seperjuangan PGMI 2008, yang selama ini telah berjuang bersama.
14.
Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungan kalian. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempuranaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya. Salatiga, 9 September 2013 Penulis
ABSTRAK Aulia Dezi Nur Rahma. 2013. Efektifitas pembelajaran Matematika pada bab perkalian melalui metode jarimatika terhadap Ketuntasan belajar siswa kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang Tahun pelajaran 2012/ 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.Sumarno Widjadipa,M.pd Kata Kunci: Metode Jarimatika dan Ketuntasan belajar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan disuatu kelas, guna untuk mengajarkan suatu metode baru, untuk meningkatkan prestasi kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang pada mata pelajaran Matematika pada bab perkalian melalui metode jarimatika. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah ( 1 ) Apakah metode Jarimatika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika pada bab perkalian kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang Tahun pelajaran 2012 / 2013 ? ( 2 ) Apakah metode Jarimatika efektif meningkatkan ketuntasan siswa pada mata pelajaran Matematika pada bab perkalian kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang Tahun pelajaran 2012 / 2013 ?. Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilakukan dengan 3 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian yang terdiri dari 1 ) Planing, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran dan membuat instrument penelitian lainnya. 2 ) Acting, Melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika pada bab perkalian. 3 ) Observing, Pengambilan data tentang hasil melalui tes dan lembar pengamatan. 4 ) Reflecting, Menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang yang berjumlah 26 siswa, yang terdiri dari 16 Siswa Laki – laki dan 10 Siswi Perempuan. Penelitian ini menggunakan metode Jarimatika pada saaat pembelajaran Matematika. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode Jarimatika mampu meningkatkan prestasi KKM dan efektif terhadap mata pelajaran Matematika. Dapat dilihat dari hasil pengamatan siswa terhadap perhatian belajar siswa menunjukkan, Siklus I nilainya memenuhi KKM ( 42,30% ) Siklus II menjadi ( 69,23% ) Siklus III menjadi ( 92,30% ). Sedangkan yang kurang memperhatikan siklus I (57,70% ) Siklus II menjadi ( 30,77% ) Siklus III menjadi ( 7,70% ). Mengacu pada hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada guru atau calon guru untuk selalu yang meningkatkan inovasi pembelajarannya dengan menggunakan media, metode, dan teknik pembelajaran yang bervariasi.
DAFTAR ISI
SAMPUL .....................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................
ii
JUDUL .........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ B. Rumusan Masalah .................................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................... D. Hipotesis Penelitian ................................................................ E. Manfaat Penelitian ................................................................. F. Definisi Operasional ............................................................... G. Metode Penelitian .................................................................. 1. Rancangan Penelitian .................................................... 2. Subyek Penelitian ........................................................... 3. Langkah- langkah Penelitian .......................................... 4. Instrumen Penelitian ........................................................ 5. Pengumpulan Data ......................................................... 6. Analisis Data .................................................................. H. Sistematika Penulisan .............................................................
1 9 10 10 10 11 13 13 14 14 15 15 15 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran .................................... 1. Definisi Peningkatan Efektifitas Pembelajaran ............... 2. Kondisi Belajar Mengajar yang Efektif ........................... B. Pembelajaran Matematika di SD/MI ...................................... 1. Pembelajaran ................................................................... 2. Definisi Pembelajaran Matematika di SD/ MI ................ C. Metode Pembelajaran Jarimatika ...........................................
19 19 22 29 29 39 45
1. PengertianJarimatika....................................................... D. Prestasi Belajar....................................................................... 1. Pengertian Belajar............................................................ 2. Pengertian Prestasi Belajar............................................... E. Kriteria Ketuntasan Minimal.................................................. 1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal.................... ..... 2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal............................... . 3. Mekanisme Penetapan KKM............................................ 4. Langkah-langkah Penetapan KKM................................... 5. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal.......................... 6. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal.............................. F. PTK Kolaboratif...................................................................... 1. Definisi Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif................. 2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas.......................... 3. Kelebihan PTK.................................................................... 4. Kelemahan PTK..................................................................
45 49 49 56 57 59 61 62 64 65 68 69 69 70 72 72
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting dan Pelaksanaan Penelitian ........................................ B. Rencana danProsedur Penelitian............................................. 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I........................................ 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II....................................... 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III.................................... .
73 76 76 79 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian Siklus ..................................................... 1. Siklus I .............................................................................. 2. Siklus II ............................................................................ 3. Siklus III ........................................................................... B. Pembahasan ............................................................................ a. Siklus I ............................................................................ b. Siklus II ............................................................................. c. Siklus III ............................................................................
87 87 89 94 95 95 96 97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran ....................................................................................... C. Kata Penutup............................................................................
100 100 101
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Ujian Akhir Semester .......................................................
2
Tabel 2.1 Analisi Indikator ........................................................................
68
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa ...................................................................
74
Tabel 4.1 Hasil Test Formatif ......................................................... ..........
87
Tabel 4.2 Hasil Test Formatif ....................................................................
89
Tabel 4.3 Hasil Test Formatif ...................................................................
92
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah- langkah Jarimatika ..................................................
46
Gambar 2.2 Formasi Jarimatika ..................................................................
46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus
Lampiran
2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran
3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran
4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran
5
Soal Pra Siklus
Lampiran
6
Soal Siklus I
Lampiran
7
Soal Siklus II
Lampiran
8
Soal Siklus III
Lampiran
9
Dokumentasi Hasil Test Formatif Pra Siklus
Lampiran
10 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus I
Lampiran
11 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus II
Lampiran
12 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus III
Lampiran
13 Dokumentasi Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus
Lampiran
14 Dokumentasi Rekapitulasi Ketuntasan Belajar
Lampiran
15 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus I
Lampiran
16 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus II
Lampiran
17 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus III
Lampiran
18 Lembar Pengamatan Terhadap Guru Pada Pra Siklus
Lampiran
19 Lembar Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus I
Lampiran
20 Lembar Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus II
Lampiran
21 Lembar Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus III
Lampiran
22 Lembar Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Pada Pra Siklus
Lampiran
23 Lembar Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Pada Siklus I
Lampiran
24 Lembar Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Pada Siklus II
Lampiran
25 Lembar Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Pada Siklus III
Lampiran
26 Silabus
Lampiran
27 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Lampiran
28 Surat Nota Pembimbing
Lampiran
29 Surat Permohonan Izin Penelitian MI Pabelan
Lampiran
30 Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian MI Pabelan
Lampiran
31 Surat Keterangan Keaktifan
Lampiran
32 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran
33 Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang telah diberikan mulai dari sekolah dasar hingga menengah atas. Matematika mendasari perkembangan teknologi modern, dan memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Pada jenjang SD/ MI matematika memiliki beberapa ruang lingkup meliputi bilangan, pengukuran, geometri, dan pengolalan data (Standar kompetensi MI, 2004:78). Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah dasar. Mata pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I Sekolah Dasar (SD). Secara rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD adalah: 1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. 2. Mengembangkan aktivitas kreatif. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan
Ilmu pengetahuan pesat pada saat sekarang ini dipengaruhi juga oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2007:11). Jadi dengan mempelajari matematika siswa dapat ikut berperan dalam membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hal itu dapat ikut memajukan kehidupan bangsa dan mensejahterakan bangsa.
Dari pengamatan tentang pembelajaran matematika pada ulanngan semester sebelumnya di MI Pabelan kecamatan pabelan kabupaten semarang
tahun ajaran
2012/2013 yaitu sejumlah 26 siswa hanya 10 siswa yang mencapai ketuntasan minimal. Berikut daftar nilai ulangan semester I kelas II tahun ajaran 2012/2013 : Tabel 1.1 Daftar Nilai UUS I NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Qodri Ajuj Syauqi Sunny Purbo Aditya Wicaksono Ahmad Sobirin Ahmad Zihad Zidan Andre Budi Purnama Eka Wulan Fitriani Halimatus Sya‟diyah Ilham Dwi Yulianto Jamaatul Masruroh Karinda Kholifatul Rosyidah Maida Effie Evania M. Arya Yudha Parwira M. Irfan Izzudin M. Nihadzul Azmi M. Rifki Darmawan M. Sultan Kautsar M. Thuba Mantho‟a Maulana Oktaviano Firmansyah Rahmawati Rima Azzahra Rania Salsabila Suci Indah Sari Thoriq Abdul Aziz Wahyu Azani Prasana Zahra Aulia Rata-rata
KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Nilai 60 60 40 40 60 80 80 60 40 80 80 60 80 60 80 80 60 60 60
Ketuntasan TT TT TT TT TT T T TT TT T T TT T TT TT T TT TT TT
70 70 70 70 70 70 70 70
60 80 60 80 80 60 80 66,15
TT T TT T T TT T
Dari hasil analisis ulangan semester I yang pernah peneliti lakukan, menemukan setidaknya 5 hal yang mengakibatkan mengapa Matematika sulit. Pertama, pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal relatif lemah. Kedua, sebagian siswa tidak bisa
mengawali jawaban atau dengan kata lain siswa tidak tahu harus mulai dari mana untuk menemukan jawaban. Ketiga, siswa terkadang lupa dengan aturan-aturan matematis, rumus-rumus dan terkadang terjebak dengan syarat-syarat yang tidak boleh dan harus dipenuhi oleh suatu penyederhanaan kalimat matematika atau suatu persamaan. Keempat, seringnya terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa yang tentunya mempengaruhi hasil akhir jawaban. Kelima, ada kecenderungan siswa mengerjakan soal dengan satu cara saja, tidak kreatif dalam mencari cara baru. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahsekolah dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Namun demikian banyak yang menganggap bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjenuhkan dan tidak menyenangkan. Siswa pada umumnya menganggap bahwa mata pelajaran Matematika adalah “momok”. Pelajaran yang kerap dihindari seperti kerapnya untuk tidak dipelajari. Berbicara mengenai Matematika itu sulit tentunya tidak lepas dari ketidaksenangan dari peserta didik tentang mata pelajaran Matematika itu sendiri. Materi perkalian diperkenalkan kepada para siswa ketika mereka menginjak kelas II SD/MI. Perkalian dengan hasil bilangan dua angka merupakan kompetensi dasar yang baru bagi peserta didik kelas II SD/MI. Konsep perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan berulang, sehingga kemampuan dasar berhitung perkalian dua bilangan 1 10 seharusnya sudah dikuasai oleh peserta didik kelas II pada semester 2, karena penguasaan materi perkalian ini merupakan bekal prasyarat untuk mempelajari materi berhitung selanjutnya. Di kelas ini, para siswa dituntut untuk segera menghafal perkalian dan pembagian, karena jika tidak segera hafal, anak akan merasa kesulitan jika telah menginjak materi Matematika di kelas berikutnya. Perkalian mungkin memang susah, tapi setidaknya seorang guru bahkan orang tua dapat membuatnya menjadi
lebih
menyenangkan. Salah satu hal yang bisa membuat anak-anak senang dengan Matematika adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan Matematika tersebut. Matematika bukan sekedar hitungan. Pengertiannya yang luas membuatnya tampak rumit. Walau demikian, siswa dapat mengenal dunia matematika melalui permainan yang dilakukan sehari-hari. Sesungguhnya, konsep matematika dapat dipelajari melalui benda-benda disekitar siswa. Melalui pengamatan tersebut siswa akan memasuki dunia matematika secara alamiah, sehingga akan menjadi dasar bagi pemahaman matematika yang lebih rumit (Musbikin, 2006:24). Untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, seorang guru harus memiliki kompetensi profesional, yaitu guru harus mampu mengolah materi dan mampu menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik antusias untuk menerima pelajaran. Seorang siswa yang cerdas sekalipun bisa takut terhadap matematika (Math phobia) dikarenakan adanya seorang guru yang mengatakan bahwa siswa tersebut tidak bisa mengerjakan hitungan matematika. Meskipun sebenarnya siswa mampu mengerjakannya, tapi ucapan guru tersebut membuat siswa kehilangan kepercayaan diri. Ketelitian, kecermatan dan ketepatan dalam berfikir sangat diperlukan saat mempelajari matematika oleh sebab itu sebagian anak berpendapat bahwa matematika pelajaran yang menakutkan, sulit, dan memusingkan. Maka dengan dasar itulah banyak anak yang merasa enggan dan kurang berminat dengan mata pelajaran tersebut sehingga mempengaruhi nilai hasil akhir anak. Dengan kondisi seperti itu guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Adanya kenyataan itulah guru mempunyai tugas utama untuk membuat anak didik merasa senang dan nyaman terhadap pelajaran matematika. Jika anak tidak lagi merasa takut terhadap matematika, potensi dan hasil belajar anak dapat tercapai secara maksimal
serta sesuai dengan tujuan pengajaran. Terdapat berbagai macam metode dan teknik mengajar matematika yang menjadikan anak betah terhadap matematika. Menurut Yamin (2005:3), ”Metode-metode pembelajaran diharapkan menumbuhkan minat dan menciptakan
suatu
kegiatan
yang
memungkinkan
siswa
membangun
sendiri
pengetahuannya”. Salah satu tugas guru adalah sebagai pengajar yang lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam hal ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling
berpengaruh dalam proses belajar-mengajar. Ketiga
komponen tersebut adalah: (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran. Terkait tentang ketiga komponen tersebut maka guru harus mampu memadukan dan mengembangkannya, supaya kegiatan pembelajaran menuai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru diharapkan mampu menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru diharapkan mampu menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur‟an surah An Nahl ayat 125
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dengan memahami ayat di atas yang berisi suatu anjuran bahwa dalam mengajar, seorang pengajar harus bisa bersikap lembut, dalam hal ini berarti melakukan pendekatan dulu, setelah itu guru harus dapat mencari dan menemukan model dan metode pembelajaran yang tepat yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus dapat menentukan strategi yang paling cocok untuk digunakan dalam pembelajaran meskipun tidak dapat dipungkiri jika dalam penggunaan strategi tersebut terdapat kekurangan. Untuk tujuan inilah guru harus memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah atau penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat dipertanggungjawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Dengan pembelajaran menggunakan jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode jarimatika merupakan metode pembelajaran yang diharapkan mampu memberi inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang terdapat nuansa permainan dalam pembelajaran. Hal ini diharapkan membuat siswa tidak jenuh selama mengikuti pembelajaran matematika. Untuk menjawab problematika, penulis mengangkat judul :
“EFEKTIFITAS PERKALIAN
PEMBELAJARAN
MELALUI
METODE
MATEMATIKA
PADA
JARIMATIKA
BAB
TERHADAP
KETUNTASAAN BELAJAR SISWA KELAS II MI PABELAN KEC.PABELAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013”. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah metode jarimatika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam
mata pelajaran matematika pada bab perkalian kelas II MI Pabelan kec.Pabelan Kab.semarang tahun ajaran 2012/2013?. 2. Apakah metode jarimatika efektif meningkatkan ketuntasan siswa
dalam mata
pelajaran matematika pada bab perkalian siswa kelas II MI Pabelan Kec.Pabelan Kab. Semarang tahun ajran 2012/ 2013? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah metode jarimatka dapat meningkatkan prstasi siswa dalam mata pelajaran matematika bab perkalian siswa kelas II MI Pabelan Kec.Pabelan Kab.Semarang tahun ajaran 2012/2013? 2. Untuk mengetahui apakah metode jarimatika dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika bab perkalian siswa kelas II MI Pabelan Kec.pabelan Kab.Semarang tahun ajaran 2012/2013? D.
Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Berdasarkan rumusan masalah diatas hipotesis dalam penelitian ini penggunaan metode jarimatika efektif meningkatkan ketuntasan belajar dan prestasi pembelajaran matematika pada bab perkalian siswa kelas II MI Pabelan Kec.Pabelan Kab.Semarang tahun ajaran 2012/2013, hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan setiap siklusnya, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. E. Manfaat Penelitian
Perbaikan pembelajaran ini secara teori akan memberikan informasi pada dunia pendidikan bahwa usaha perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut terindikasi dengan semakin meningkatnya
jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM
yang
ditetapkan. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Teoritis Penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan kontribusi bagi pembelajaran mata pelajaran matematika, khususnya pada mata pelajaran perkalian. 2. Praktis a.
Bagi Siswa 1)
Siswa lebih antusias dalam proses pembelajaraan sehingga akan meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
2) b.
Siswa akan mendapat pengalaman baru tentang metode yang diajarkan.
Bagi Guru 1)
Guru memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
mengenaI
penelitian Tindakan kelas yang digunakan. 2)
Guru akan lebih peka terhadap setiap kesulitan belajar siswa dan segera
berinisiatif untuk membantu memecahkannya.
3) Meningkatkan kretifitas guru dalam meningkatkan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar para siswanya. c.
Bagi Sekolah/Instansi Pendidikan 1) Sebagai bahan masukan bagi teman guru untuk dalam pembelajaran khususnya matematika. 2) Sebagai sumbangan peningkatan motivasi guru dalam meningkatkan ketuntasaan belajar siswa. 3) Bagi sekolah Penelitian tindakan kelas ini, dapat terbantu peningkatkan mutu pembelajarannya sehingga secara keseluruhan hasil belajar siswa dapat meningkat. 4) Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk melaksanakan pembelajaran.
F.
Definisi Operasional Untuk memberikan gambaran dan memperjelas pemahaman tentang pengertian
terhadap maksud yang terdapat pada judul diatas, maka dijelaskan dibawah ini 1.
Efektif Efektifitas berasal dari kata efektif. Dalam kamus Bahasa indonesia, efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) manjur, mujarab, mempan (purwadarminta, 2006: 311). Jadi efektifitas dapat diartikan sebagai proses untuk menimbulkan pengaruh menjadi lebih baik.
2.
Kriteria ketuntasan minimal(KKM) Kriteria ketuntasaan minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. KKM ditentukan oleh hasil rapat para guru dalam forum rapat atau biasanya
disebut KKG se Kecamatan. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik untuk menyatakan lulus atau tidak lulus pembelajaran. 3.
Matematika
Matematika adalah Ilmu bilangan, ilmu hitung tertentu (Pustaka phoniex, 2008: 574). 4.
Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007: 61). Jadi, untuk mencapai tujuan suatu pembelajaran kita harus memiliki suatu metode yang menarik serta sesuai dengan materi yang diajarkan. 5.
Jarimatika
Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari tangan (Septi Peni, 2008: 17). 6.
PTK Kolaboratif Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan bekerjasama antara peneliti dengan guru kelas( saya dan guru mata pelajaran matematika).
G.
Metodologi Penelitian 1.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan seorang peneliti, untuk memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi disuatu kelas. Penelitian tindakan kelas ini, biasanya mengajarkan suatu metode atau cara yang baru, untuk memberikan suatu motivasi kepada anak didik agar dalam proses belajar mengajar lebih semangat, dan hal itu pada akhirnya akan dapat mempengaruhi prestasi anak didik.Penelitian tindakan kelas kali ini dilakukan di kelas II MI Pabelan kecamatan
pabelan kabupaten semarang tahun ajaran 2013. Penelitian ini dilakukan melalui tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III untuk meningkatkan ketuntasaan belajar siswa melalui metode jarimatika. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas karena melalui penelitian ini seorang peneliti terjun langsung dan ikut berperan dalam proses pembelajaran. Adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Arikunto, 2006: 16). Skema Siklus Penelitian
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus III pengamatan
Pelaksanaan
2.
Subyek penelitian Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi MI Pabelan kelas II
kecamatan pabelan kabupaten semarang yang berjumlah 26 orang siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki, dan 10 siswa perempuan. 3.
Langkah-langkah penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus dn setiap siklus meliputi perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Adapun langkah-langkah penelitian tersebut sebagai berikut : a.
Perencanaan (planning) 1)
Penelitian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan( RPP)
2)
Mempersiapkan media yang akan digunakan
3)
Mempersiapkan lembar observasi
4)
Mengevaluasi lembar kerja siswa
b.
Pelaksanaan Tindakan
1)
Guru memotivasi siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran
2)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3)
Guru mulai mengadakan proses belajar mengajar
4)
Guru bersama siswa merefleksikan pembelajaran
5)
Guru menutup pembelajaran
c.
Observasi Pengamatan
(observasi ) dilaksanakan pada proses pembelajaran
berlangsung dan apakah siswa mampu meningkatan ketuntasaan belajar pada mata pelajaran matematika.
d.
Refleksi Data yang diperoleh dari observasi kemudian digunakan untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian.
4.
5.
Instrumen penelitian 1)
Soal pre test dan post test
2)
Lembar observasi untuk mengamati guru
3)
Lembar pengamatan untuk rencana pembelajaran
4)
Rencana pelaksanaan pembelajaran
Pengumpulan data Pengumpulan data diperoleh dari hasil test yang telah dilakukan setelah diadakannya
pemebelajaran matematika dengan jarimatika dikelas II dengan cara melakukan pengamatan terhadap siswa mengenai hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran. 6.
Analisis Data Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan test antar siklus maupun indikator
kinerja. Nilai pre test dan post test dibandingkan untuk mengetahui seberapa kuat pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika. Untuk memperoleh nilai rata-rata test formatif maka dapat dirumuskan :
∑X M
= N
Keterangan M
= Nilai rata-rata
∑X
= Jumlah semua siswa
N
= Jumlah siswa (Djamarah, 2006: 64) Sedangkan untuk memperoleh atau menghitung presentase ketuntasan belajar siswa,
digunakan rumus sebagai berikut: 𝐹
P= 𝑁 x 100% Keterangan P
= Jumlah nilai dalam persen
F
= Frekuensi
N
= Jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006: 225-226)
Penerapan strategi Jarimatika ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut: a.
Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama, kedua dan
seterusnya. b.
Nilai siswa kelas II memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam
pembelajaran Matematika. c.
Siswa sangat senang dengan pembelajaran menggunakan penerapan strategi
Jarimatika. d.
Guru mitra menyatakan terkesan dan tertarik dengan pembelajaran menggunakan
penerapan strategi Jarimatika. H. a.
Sistematika Penulisan Bagian Awal
Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar, dan daftar lampiran. b.
Bab I Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subyek penelitian, langkahlangkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. c.
Bab II Berisi kajian pustaka yang mencakup Efektifitas pembelajaran yang meliputi definisi
efektifitas pembelajaran dan kondisi belajar mengajar yang efektif Pembelajaran Matematika meliputi definisi belajar, tujuan pembelajaran,teori pembelajaran,ciri-ciri pembelajaran; Metode jarimatika meliputi pengertian jarimatika, Langkah-langkah jarimatika, kelebihan dan kelemahan jarimatika, Prestasi belajar yang berisi pengertian belajar dan pengertian prestasi belajar. Pengertian KKM, dan fungsi KKM, Mekanisme penetapan KKM. 4)
Bab III Berisi tentang deskripsi pelaksanaan siklus I meliputi rencana, pelaksanaan,
pengamatan/ pengumpulan data, dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus II, Deskripsi pelaksanaan siklus III dan seterusnya. 5)
Bab IV Berisi hasil penelitian dan pembahsaan meyang meliputi deskripsi per siklus yang
membahasa mengenai data hasil pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan. dan beisi pembahasan 6)
Bab V
Berisi kesimpulan, saran, dan penutup
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Peningkatan Efektifitas Pembelajaran 1.
Definisi Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan)
(Purwadarminta, 2006:1281). Efektifitas berasal dari kata efektif. Dalam kamus Bahasa Indonesia, efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) manjur, mujarab, mempan (Purwadarminta, 2006:311). Jadi efektifitas dapat diartikan sebagai proses untuk menimbulkan pengaruh menjadi yang lebih baik. Menurut Ahmadi dan Sofan Amri (2011:20), efektif adalah berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Dengan kata lain dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai. Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Pembelajaran efektif menurut Miarso adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat. Melalui prosedur yang tepat maka tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal sehingga dampak belajar akan diperoleh siswa, karena pada hakikatnya pembelajaran dilakukan karena ingin mencapai tujuan tertentu (http://blog.tp.ac.id/pembelajaran-efektif). Menurut Fajar (2005: 17), belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang (siswa) yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku yang diberikan, dipimpin, dibimbing oleh seseorang (guru) dengan
maksud mengembangkan potensi intelektual, emosional dan spiritual dan berpengaruh terhadap pola berpikir/tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Efektifitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektifitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran atau dapat pula diartikan ketepatan dalam mengelola suatu situasi. Suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektifitas pembelajaran merupakan suatu usaha dalam peningkatan mutu dan kualitas pengeluaran siswa. Untuk mengukur keefektifan hasil suatu kegiatan pembelajaran biasanya dilakukan melalui keterampilan kognitif peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan. Pengukuran keterampilan kognitif biasanya banyak dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen sehingga diperoleh hasil pengukuran hasil belajar yang relatif murni. Ciri-ciri pembelajaran efektif Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen dan Kauchak (http://blog.tp.ac.id/pembelajaran-efektif) adalah: a.
Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan. b.
Guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam pelajaran
c.
Aktifitas-aktifitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian
d.
Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik
dalam menganalisis informasi e.
Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan
berfikir f.
Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan
gaya pembelajaran guru
Sedangkan indikator dalam menuju pembelajaran efektif menurut Wottuba and Wright adalah pengorganisasian pembelajaran dengan baik, komunikasi secara efektif, penguasaan dan antusiame dalam mata pelajaran, sikap positif
terhadap peserta didik,
pemberian ujian dan nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik yang baik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan. Tujuan dari proses belajar adalah mendapatkan hasil belajar yang baik yang mana hasil belajar tersebut memenuhi standar dari nilai yang ditetapkan (http://blog.tp.ac.id/pembelajaran-efektif). 2.
Kondisi Belajar Mengajar yang Efektif Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku
fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikit ada lima variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu sebagai berikut (Usman, 1990:16): a.
Melibatkan siswa secara aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Aktivitas murid sangat dipeprlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif, sebab murid sebagai subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Pada kenyataannya di sekolah-sekolah sering kali
guru yang aktif sehingga murid tidak diberi kesempatan untuk aktif. Cara untuk memperbaiki dan meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah Cara memperbaiki keterlibatan kelas 1)
Abdikanlah waktu yang lebih banyak bagi kegiatan-kegiatan belajar mengajar
2)
Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan
menuntut respon yang aktif dari siswa. Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi serta penguatan. 3)
Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara
cepat dan luwes. 4)
Berikanlah pengajaran yang luas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan
dicapai (Usman, 1990: 21). Cara meningkatkan keterlibatan siswa 1)
Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa yang
menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut. 2)
Siapkanlah siswa secara tepat. Persyaratan awal apa yang diperlukan oleh anak untuk
mempelajari tugas belajar yang baru. 3)
Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat
penting guna meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.
Setiap guru mengetahui bahwa keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Untuk itu guru hendaknya berusaha menciptakan kondisi ini sebaik-baiknya dengan berbagai cara yang telah dikemukakan terdahulu (Usman, 1990:22).
b.
Menarik minat dan perhatian siswa Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam
belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Menurut Wiliam James minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya membangkitkan minat anak terhadap belajar (Usman, 1990:22). Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul dan adakalanya menghilang. Kegiatan belajar mengajar terdapat dua macam tipe perhatian, yakni: 1)
Perhatian terpusat (terkonsentrasi) Perhatian terpusat hanya tertuju pada satu objek saja. Apapun yang terjadi di sekitar
itu, tidak diperhatikannya, dan ia terus belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang siswa hendaknya menggunakan perhatian terpusat pada pelajaran sehingga pelajaran yang diterimanya dapat dipahami dengan baik. Oleh karena itu, guru berusaha untuk memusatkan perhatian siswa terhadap apa yang disampaikannya. Hal ini dapat dilakukannya dengan mengggunakan berbagai alat peraga pengajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada anak didiknya. 2)
Perhatian terbagi (tidak terkonsentrasi) Perhatian tertuju kepada berbagai hal atau objek secara sekaligus. Misalnya seorang
guru yang sedang mengajar memperhatikan bahan pelajarannya, memperhatikan setiap murid
yang dihadapinya, dan juga memperhatikan apa yang sedang diucapkannya. Dengan demikian, guru tidak hanya memperhatikan pelajarannya, tetapi juga harus memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya (Usman, 1990:23). c.
Membangkitkan motivasi siswa Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, tahu keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehigga ia mau belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. 1)
Motivasi intrinsik
Jenis motivasi ini timbul akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. 2)
Motivasi ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara (Usman, 1990:24). d.
Prinsip individualitas Salah satu masalah utama dalam pendekatan belajar mengajar ialah masalah
perbedaan individual. Setiap guru memahami bahwa tidak semua murid dapat mempelajari apa-apa yang ingin dicapai oleh guru. Biasanya perbedaan individual itulah yang lalu dijadikan kambing hitam. Jarang sekali guru menjelaskan ketidakmampuan murid dalam belajar itu merupakan akibat dari kelemahan guru dalam mengajar.
Menurut Bloom, jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri-ciri sikap yang diperlukan untuk belajar seperti minat dan konsep pada diri siswa-siswanya, dapat diharapkan sebagian terbesar siswa akan dapat mencapai taraf penguasaan sampai 75% dari yang diajarkan. Oleh sebab itu hendaknya guru mampu menyesuaikan proses belajar mengajar dengan kebutuhan-kebutuhan siswa secara individual tanpa harus mengajar siswa secara individual (Usman, 1990:25). Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaanperbedaan perseorangan siswa sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Indonesia hingga dewasa ini belum dapat melaksanakan sistem pendidikan individualitas secara murni mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik waktu, biaya peralatan, maupun sumber-sumber lainnya. Bahkan bila guru melayani seorang siswa pun, ia tidak dapat melaksanakan pengajaran individual tersebut karena ia tidak mungkin mampu mengenal semua kebutuhan siswa itu. Dengan kenyataan ini maka kita masih menggunakan sistem pengajaran klasikal dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan individualitas tersebut. e.
Peragaan dalam pengajaran Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh guru untuk membantu
memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena mereka merasa tetarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman kongkret dan menuju pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada tanpa dibantu dengan alat peraga pengajaran.
Penggunaan alat peraga pengajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Usman, 1990:26-27): 1)
Nilai atau manfaat media pendidikan Media pendidikan yang disebut audiovisual aids menurut Encyclopedia of
Educational Research memilki nilai sebagai berikut : a)
Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya)
b)
Memperbesar perhatian siswa
c)
Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan
d)
Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa
e)
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu
f)
Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan bahasa
Manfaat selain yang tersebut di atas adalah : a)
Sangat menarik siswa dalam belajar
b)
Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih banyak
c)
Menghemat waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya, atau alat lain.
2)
Pemilihan alat peraga Dalam memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya kita memperhatikan hal-
hal berikut (Usman, 1999:27):
a) Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok b)
Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan
c)
Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu
d)
Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi, analisis,
dan evaluasi e) Sesuai dengan batas kemampuan biaya B.
Pembelajaran Matematika di SD/MI 1.
Pembelajaran
a.
Definisi Pembelajaran Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. (Ismail,2009:10). Pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yaitu setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai yang baru. Dalam kegiatan belajar mengajar melibatkan unsur guru,siswa, materi, metode, dan tujuan. Dimana unsur- unsur tersebut harus berjalan secara harmonis. Bila salah satu unsur tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, tentu akan menghambat jalannya, sehingga berakibat pada ketidakpuasan pembelajaran ( Abdullah:2010:27). b.
Tujuan Pembelajaran Tujuan sebagai acuan untuk menentukan segala hal yang berkaitan dengan
proses pembelajaran. Hal- hal yang perlu dievaluasi dari tujuan adalah penjabaran tujuan, yang merupakan hiarki tujuan dari tingkat yang paling tinggi ke tingkat yang paling rendah. Rumusan tujuan dalam arti aspek-aspek yang harus ada pada tiap jenjang tujuan, semakin rendah jenjang tujuan memerlukan rumusan yang spesifik, dan unsur- unsur tujuan, yaitu perilaku yang diharapkan dapat dicapai, kriteria pencapaian yang ditetapkan, dan kondisi untuk membentuk perilaku yang diharapkan (Surkanti,2008:27)
Suatu tujuan pembelajaran hendaknya memenuhi kriteria sebagia berikut (Hamalik, 2008:77): 1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar 2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati 3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki c.
Teori-teori Pembelajaran Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran Matematika merupakan proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah. Brunner dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:1.6-7) manyatakan bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu :
1.Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan, 2. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan 3.Tahap Simbolik. Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat dsimpulkan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dalam penyampaian materinya diperlukan tahapan-tahapan yang akan mempermudah siswa dalam menerima pembelajaran. Pembelajaran Matematika hendaknya dikembangkan dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan. Dengan demikian dalam pembelajaran Matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh. Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan tingkah laku manusia.Implikasi dari pengertian tersebut ialah sebagai berikut (Hamalik, 2008:61-62):
a)
Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik Pribadi adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi yang meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi tidak lain daripada tingkah laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri : berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia, pola organisasi kepribadian berbeda untuk setiap orang dan bersifat unik, kepribadian bersifat dinamis, terus berubah melalui cara-cara tertentu. Tingkah laku manusia memiliki dua aspek, yakni : aspek objektif, yang bersifat struktural, yakni aspek jasmaniyah. Aspek subjektif, yang bersifat fungsional, yakni aspek rohaniyah.
b)
Kegiatan pembelajaran berupa perorganisasian lingkungan Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari lingkungan. Lingkungan terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial sering berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, maka siswa memperoleh pengalaman, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap perkembangan tingkah lakunya.
Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan bagi perkembangan tingkah laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar, bahan pelajaran, metode mengajar, alat mengajar dan lain-laian. c)
Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang, misalnya : kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi, emosi dan lain-lain. Tiap individu peserta didik mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri.
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang diinginkan.
1.
Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi kepada kebutuhan dan tuntunan masyarakat. Implikasi dari rumusan/pengertian ini, adalah sebagai berikut (Hamalik, 2008:63-64) : a)
Tujuan pembelajaran Pembentukan warga Negara yang baik adalah warga Negara yang dapat bekerja di masyarakat. Seorang warga Negara yang baik bukan menjadi konsumen, tetapi yang lebih penting ialah menjadi seorang produsen. Untuk menjadi seorang produsen, maka dia harus memiliki keterampilan berbuat dan bekerja,
menghasilkan
barang-barang
dan
benda-benda
kebutuhan
masyarakat. b)
Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja Program pembelajaran diselenggarakan dalam suasana kerja, di mana para
siswa mendapat latihan dan pengalaman praktis. Suasana yang diperlukan ialah suasana yang aktual, seperti dalam keadaan sesungguhnya. c)
Peserta didik/siswa sebagai calon warga Negara yang memiliki potensi untuk
bekerja Siswa memiliki bermacam kemampuan, minat, dan kebutuhan, antara lain kebutuhan ingin berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan. Energi yang mereka miliki perlu mendapat penyaluran sebagaimana mestinya. Jikalau energi itu tidak disalurkan, maka dapat menyebabkan tingkah laku yang tidak diharapkan. Perumusan atas kebutuhan-kebutuhan itu, pengembangan minat dan sikap, penyaluran energi yang berlebihan sebaiknya dilakukan dengan cara menyediakan kesempatan bekerja, mencari pengalaman yang praktis, dan memupuk keterampilan
jasmaniah-rohaniah. Dengan berkembangnya kemampuan kerja, maka tuntunan dan harapan masyarakat dapat dipenuhi. d)
Guru sebagai pimpinan dan pembimbing bengkel kerja Sekolah merupakan susatu ruangan workshop dan oleh karenanya guru harus
mampu memimpin dan membimbing siswa belajar bekerja dalam bengkel sekolah. Guru-guru harus menguasai program keterampilan khusus dan menguasai strategi pembelajaran
keterampilan,
serta
menyedikan
proyek-proyek
kerja
yang
menciptakan berbagai kesibukan yang bermakna. 2.
Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi. Implikasi dari pengertian ini adalah sebagai berikut (Hamalik,2008:64-65): a) Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakatnya Sekolah berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan, karena itu para siswa harus mengenal keadaan kehidupan yang sesungguhnya dan belajar memecahkannya. b) Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat Masyarakat dinyatakan sebagai laboratorium belajar yang paling besar. Prosedur penyelenggaraannya, ialah dengan cara membawa siswa ke dalam masyarakat dengan karyawisata, survei, berkemah, dan lain-lain; atau dengan cara membawa masyarakat ke dalam sekolah sebagai nara sumber. Dengan demikian, masyarakat akan memberikan sumbangan yang besar terhadap pendidikan anak, dan sebaliknya, sekolah akan memberikan bantuan dalam
memecahkan
masalah-masalah
masyarakat.
Sekolah
berfungsi
turut
memperbaiki kehidupan masyarakat sekitarnya. c)
Siswa belajar secara aktif Siswa bukan saja aktif belajar di laboratorium sekolah, mencari
pengalaman kerja dalam berbagai lapangan kehidupan, tetapi juga aktif bekerja langsung di masyarakat. Siswa turut merencanakan, berdiskusi, meninjau, membuat laporan, dan lain-lain, sehingga perkembangan pribadinya selaras dengan kondisi lingkungan masyarakatnya. d)
Guru juga bertugas sebagai komunikator Guru juga bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
Guru mempersiapkan rencana awal pembelajaran, kemudian menyusun rencana lengkap bersama para siswa sebagai persiapan pelaksanaan di lapangan. Guru harus mengenal dengan baik keadaan masyarakat di sekitarnya, supaya dapat menyusun proyek-proyek kerja bagi para siswa. Peranan sebagai komunikator, bukan saja memerlukan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan apresiasi, namun diperlukan pula keterampilan berintegrasi dan bekerja sama dengan masyarakat. d.
Ciri-ciri Pembelajaran Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah (Hamalik,
2008:66): 1)
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus 2)
Kesalingtergantungan
(interdependence),
antara
unsur-unsur
sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3)
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Ciri ini menjadi dassar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti : sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami (natural) seperti : sistem ekologi, sistem kehidupan hewan, sistem memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut. e.
Unsur-unsur Pembelajaran Unsur Dinamis Pembelajaran pada Diri Guru 1)
Motivasi membelajarkan siswa Guru harus memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa. Motivasi itu
sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik. Jadi, guru memilki hasrat untuk menyiapkan siswa menajdi pribadi yang memilki pengetahuan dan kemampuan tertentu. Namun, diakui bahwa motivasi membelajarkan itu sering timbul karena insentif yang diberikan, sehingga guru melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Kedua jenis motivasi itu diperlukan untuk membelajarkan siswa (Hamalik, 2008:67). 2)
Kondisi guru siap membelajarkan siswa Guru perlu memilki kemampuan dalam proses pembelajaran, di samping
kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan siswa (Hamalik, 2008:67).
f.
KomponenPembelajaran Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen atau unsur.
Menurut Oemar Hamalik (2009: 66) Unsur-unsur minimal yang ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan.. Udin S Winata Putra (2007:1.21) berpendapat bahwa komponen-komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain: tujuan, kegiatan dan evaluasi pembelajaran. . Nana Sudjana (2005: 30) berpendapat bahwa komponen-komponen yang harus ada dalam suatu pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, bahan atau materi yang akan disampaikan, metode dan alat yang digunakan, dan penilaian dalam proses pengajaran. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponenkomponen pembelajaran antara lain: siswa, tujuan, materi, kegiatan/prosedur, metode, media, sumber belajar, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran. 2.
Definisi Pembelajaran Matematika di SD/MI Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat didalam kurikulum
pendidikan nasional. Matematika mendasari perkembangan teknologi modern, dan memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Ilmu pengetahuan pesat pada saat sekarang ini dipengaruhi juga oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi
dimasa
depan
diperlukan
penguasaan
matematika
yang
kuat
sejak
dini(Depdiknas,2007:11).
Dalam Undang-undang No. 2 tentang Pendidikan Nasional yang berlaku saat ini ada penjenjangan pendidikan jalur sekolah yaitu pendidikan dasar yang meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, pendidikan menengah yang
meliputi Sekolah menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan, serta pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan jalur sekolah terakhir. Kenyataan menunjukkan bahwa pelajaran Matematika diberikan di semua sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Soedjadi (2000:3) menyatakan “Matematika yang diberikan di jenjang persekolahan itu sekarang biasa disebut sebagai Matematika sekolah (school mathematics)”. Matematika adalah salah satu pelajaran yang penting di sekolah dasar. Mata pelajaran Matematika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I Sekolah Dasar (SD). Secara rinci pada Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD adalah: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. b. Mengembangkan aktivitas kreatif. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan. a.
Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/ MI Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa, jika guru memiliki
pengetahuan tentang objek yang akan diajarkannya supaya dalam menyampaikan materi tersebut penuh dengan dinamika dan inovatif. Menurut Subarinah (Sam‟s, 2010:29) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Karakteristik matematika antara lain :
1. Memiliki kajian obyek abstrak, disebut juga obyek mental yang ada dalam pikiran meliputi obyek dasar: Fakta, konsep, definisi, operasi, dan prinsip. Dari obyek dasar disusun suatu pola dan struktur matematika. 2. Bertumpu pada kesepakatan, aksioma(postulat) merupakan pertanyaan pangkal yang sering dinyatakan tetapi tidak perlu lagi dibuktikan. 3. Berpola pikir deduktif, berpangkal dari hal umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5. Memperhatikan semesta dalam pembicaraan. 6. Konsisten dalam sistemnya, terdapat banyak sistem ada yan terkait dan ada yang terlepas. Dalam satu sistem tidak boleh ada kontrakdiksi, tetapi dalam antar sistem ada kemungkinan terdapat sebuah kontradiksi. Karakteristik pembelajaran matematika tersebut menjadi pedoman setiap guru dalam pembelajaran matematika. b.
Ruang lingkup pembelajaran Matematika di SD/MI Secara umum, ruang lingkup pembelajaran Matematika untuk SD/MI mencakup
aspek-aspek sebagai berikut ( Standar Kompetensi MI, 2004:78): 1.
Bilangan Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan
mengggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. 2.
Pengukuran dan Geometri Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat
dan unsur bangun datar dan bangun ruang serta menentukan keliling, luas, volume, dalam pemecahan masalah. 3.
Pengelolaan data
Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan, dan mengolah data. Ketiga aspek tersebut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam ruang lingkup pada pembelajaran matematika secara umum. Unsur-unsur tersebut berlaku dalam setiap pembelajaran Matematika SD/MI atau jenjang diatasnya. c.
Fungsi dan tujuan pembelajaran Matematika diSD/MI Matematika di MI berfungsi mengembangkan kemapuan menghitung, mengukur,
menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan pada kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri, dan pengelolaan data. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel. Pembelajaran Matematika bertujuan (Standar Kompetensi MI, 2007:173): 1.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi. 2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orsinil, rasa ingin tahu, membuat predikisi, dan dugaan, serta mencoba-coba. 3.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4.
Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
d.
Problematika Pembelajaran Matematika di SD/MI
Problematika yang terjadi pada pembelajaran matematika di SD/MI terdapat 5 hal yang mengakibatkan mengapa Matematika sulit. Pertama, pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal relatif lemah. Kedua, sebagian siswa tidak bisa mengawali jawaban atau dengan kata lain siswa tidak tahu harus mulai dari mana untuk menemukan jawaban. Ketiga, siswa terkadang lupa dengan aturan-aturan matematis, rumus-rumus dan terkadang terjebak dengan syarat-syarat yang tidak boleh dan harus dipenuhi oleh suatu penyederhanaan kalimat matematika atau suatu persamaan. Keempat, seringnya terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa yang tentunya mempengaruhi hasil akhir jawaban. Kelima, ada kecenderungan siswa mengerjakan soal dengan satu cara saja, tidak kreatif dalam mencari cara baru.
Materi perkalian diperkenalkan kepada para siswa ketika mereka menginjak kelas II SD/MI. Perkalian dengan hasil bilangan dua angka merupakan kompetensi dasar yang baru bagi peserta didik kelas II SD/MI. Konsep perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan berulang, sehingga kemampuan dasar berhitung perkalian dua bilangan 1 - 10 seharusnya sudah dikuasai oleh peserta didik kelas II pada semester 2, karena penguasaan materi perkalian ini merupakan bekal prasyarat untuk mempelajari materi berhitung selanjutnya. Di kelas ini, para siswa dituntut untuk segera menghafal perkalian dan pembagian, karena jika tidak segera hafal, anak akan merasa kesulitan jika telah menginjak materi Matematika di kelas berikutnya. Perkalian mungkin memang susah, tapi setidaknya seorang guru bahkan orang tua dapat membuatnya menjadi lebih menyenangkan. Salah satu hal yang bisa membuat anak-anak senang dengan Matematika adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan Matematika tersebut. Saat ini telah berkembang macam-macam metode untuk berhitung. Pada intinya semua metode adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari teknik-teknik yang ada, sehingga mereka kaya akan suatu teknik.
Problematika seperti ini harus ditindak lanjuti agar pembelajaran Matematika tersebut berlangsung secara efektif. Guru harus bisa mengembangkan dan menyesuaikan metode dalam setiap materi pembelajaran Matematika. Variasi metode dalam pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. C.
Metode Pembelajaran Jarimatika 1.
Pengertian Jarimatika Septi Peni Wulandari (2008: 2 ) Jarimatika adalah cara berhitung (operasi
kalibagi- tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anakanak menurut kaidah. Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk (2009: 19) “Jarimatika adalah suatu cara menghitung Matematika dengan menggunakan alat bantu jari”.
Dari kedua pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan alat bantu jari-jari tangan. Menurut (Wulandari, 2009) 2.
Langkah- langkah Metode Jarimatika Perkalian
Dalam
perkembangan
konsep
matematika
dengan
menggunakan
jarimatika, alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jari tangan yang dimiliki
siswa
dan
peneliti.
Dibawah
ini
merupakan
langkah-langkah
pembelajaran perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10): 1. Siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan. 2. Siswa mengenali konsep operasi perkalian. 3. Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.
4. Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika. Pengenalannya jarimatika seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 2.1 Formasi Jarimatika Perkalian 6-10
5. Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai berikut: Rumus: (B1 + B2) + (A1 x A2) Keterangan: B1 = jari tangan kiri yang dibuka (puluhan) B2 = jari tangan kanan yang dibuka (puluhan) A1 = jari tangan kiri yang ditutup(satuan) A2 = jari tangan kanan yang ditutup (satuan) 6. Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan jari tangan. Contoh: Gambar 2.2
Formasi Berhitung Perkalian
2.
Tangan kanan (8) : kelingking, dan jari manis ditutup (dilipat).
3.
Tangan kiri (7) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup (dilipat).
4.
7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut. Jari yang ditutup bernilai satuan,
dikalikan. Jari yang terbuka bernilai puluhan, dijumlahkan. 5.
Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:
6.
Gambar 3. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika
7.
7 x 8 = (B1 + B2) + (A1 x A2)
8.
= (20 + 30) + (3 x 2)
9.
= 50 + 6
10. = 56
11. Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika. 12. Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan untuk menghafal. 3.
Kelebihan Metode Jarimatika 1)
Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung, Hal ini akan membuat anak
mudah melakukannya. 2)
Dapat melatih menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan
3)
Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka
menganggapnya lucu. Yang jelas, mereka akan melakukannya dengan gembira. 4)
Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan.
5)
Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, atau terlupa dimana
menyimpannya. 6)
d.
Dan juga tidak bisa disita saat ujian
Kelemahan Jarimatika
1 ) Karena jumlah jari tangan terbatas maka operasi matematika yang bisa di selesaikan juga terbatas
2) Kalau
kurang
latihan
agak
lambat
menghitung
di
bandingkan
sempoa(http://sendang ayu.blogspot.com/2012/09.jarimatika.html). D.
Prestasi Belajar 1.
Pengertian Belajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang
“belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran ini berbe da satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang mengajar. Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasi atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2008:36). Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihanlatihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. Sejalan dengan pengertian diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Sriyanti (2009:5) banyak aktivitas yang tergolong kegiatan belajar. Hal ini karena belajar merupakan aktivitas yang sangat luas, universal, tidak mengenal tempat dan waktu aktivitas belajar bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Kita mengenal pepatah long life education, atau ajaran Islam mengungkap bahwa belajar terjadi sejak dalam buaian ibu hingga keliang lahat, aktivitas belajar sudah diawali sejak lahir ke dunia hingga ajal menjemput. Belajar tidak hanya milik anak sekolah, pelajar atau mahasiswa, tetapi milik semua orang. Bayi, orang dewasa dan orang lanjut usia akan melakukan aktifitas yang tergolong aktifitas belajar ini. Menurut Purwanto (1999:79) belajar adalah merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai sikap yang bersifat konstan/menetap. Berdasarkan berbagai pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa pengertian belajar adalah terjadinya perubahan pada orang yang belajar, perubahan tampak dari belum mampu menjadi mampu. Perubahan-perubahan dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari.
a.
Ciri-ciri Belajar Berdasarkan pengertian belajar diatas, maka pada hakikatnya “Belajar menunjuk
ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang.” Dengan pengertian tersebut, maka menurut Hamalik (2008 : 4849), ternyata belajar sesunggguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu: 1) Belajar berbeda dengan kematangan Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan bukan karena belajar. 2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulang kali yang mengakibatkan badan menjadi letih/lelah. Gejala-gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang, melemahnya ingatan, terjadi kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, misalnnya berhenti belajar, menjadi bingung, rasa kegelishan. 3) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap Hasil belajar dalam bentuk tingkah laku. Belajar dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman (experience). Tingkah laku yang dihasilkan menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku (performance) yang nyata dan dapat diamati. Menurut Sriyanti (2009:6) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan” pokok-pokok penting yang menggambarkan atau merupakan karakteristik dari belajar antara lain : a) Belajar membawa perubahan baik potensial maupun aktual. Namun harus dipahami bahwa tidak semua perubahan yang terjadi pada individu sebagai
hasil perbuatan belajar.Perubahan hasil belajar dicirikan dengan diperolehnya kecakapan baru yang bersifat positif fungsional. b) Perubahan hasil belajar terjadi karena usaha, artinya dilakukan dengan sengaja. b.
Unsur-unsur Dinamis Dalam Proses Belajar Menurut Hamalik (2008:50-52) unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar
terdiri dari antara lain : 1)
Motivasi Siswa Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi sesuatu perbuatan atau
tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar 2)
Bahan Belajar Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian
oleh guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam mencapai tujuan belajar, karena itu penentuan bahan belajar mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
3)
Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk
membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif, alat bantu belajar disebut juga alat peraga atau media belajar. 4)
Suasana Belajar Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang
menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu guru dan siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan.
5)
Kondisi Subjek Belajar Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar.
Siswa dapat belajar secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki inteligensi yang memadai, siap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus dan pengalaman yang bertalian dengan pelajaran serta memiliki minat untuk belajar. c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Sriyanti (2009 :7)
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut adalah: a)
Faktor Intern Merupakan faktor yang berasal dari anak itu sendiri. Faktor ini dibagi menjadi
dua yaitu : faktor psikologis meliputi tingkat intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan, konsentrasi dan perhatian serta kepribadian. Faktor fisik meliputi kesehatan (penyakit kronis), cacat fisik, gangguan panca indra, dan kelelahan. b)
Faktor Ekstern Merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak. Yang termasuk faktor
ekstern adalah: 1.
Keadaan keluarga Keadaan keluarga yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan belajar antara
lain kondisi ekonomi, status anak dalam keluarga (anak angkat, anak tiri, anak bungsu) pendidikan orang tua, jalinan hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, dan suasana kondusif dirumah sangat membantu keberhasilan belajar anak 2.
Faktor Sekolah Sebagian besar aktivitas belajar anak berada di sekolah, banyak faktor dari
sekolah yang berperan mempengaruhi keberhasilan belajar. Secara garis besar mutu sekolah tersebut dalam banyak aspek sangat menentukan anak didiknya mau jadi apa
atau akan dibawa kemana, secara terperinci faktor dari sekolah ini meliputi kualitas guru, pengajar, hubungan antar anggota sekolah (guru, staf, dan siswa), kurikulum yang dipakai, kedisiplinan yang ditegakkan sekolah, kondisi gedung dan fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah. 3.
Lingkungan Masyarakat Lingkungan bagi anak adalah segala sesuatu yang berada diluar diri anak.
Lingkungan yang turut mempengaruhi belajar antara lain, teman pergaulannya, adat/kebiasaan masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya, serta tata tertib yang berlaku di masyarakat. d.
Prinsip-prinsip Belajar Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan, berikut ini prinsipprinsip belajar menurut Gage dan Berliner yaitu antara lain sebagai berikut (Dimyati dan Mudjiono, 2002:42): 1)
Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, dari kajian
teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. 2)
Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. 3)
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan. 4)
Pengulangan Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas daya mengamat, menangkap, mengingat, merasakan, berpikir dan sebagainya. 5)
Tantangan Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. 6)
Balikan dan Penguatan Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect Thorndike siswa akan belajar
lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. 7)
Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
2.
Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. Ka!au menurut W.J.S Purwadarminto, “ prestasi adalah hasil yang dicapai“. Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi
adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan (Purwadarminto, 1987:767 ). Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut (Ahmadi,2011: 72 ) : a.
Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat
dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: 1)
Faktor lntelegensi Intelegensi dalarn arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di
sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika 2)
Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik
pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. 3)
Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya. b.
Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi
belajar. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1)
Faktor Guru Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin. 2)
Faktor Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan
mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar. 3)
Faktor Sumber-Sumber Belajar Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah
tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat
yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna. E. 1.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal Salah satu prinsip penilaian adalah menggunakan acuan kriteria, yaitu menggunakan
kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik telah mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran baru dimulai. Seberapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal , tidak mengubah pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus suatu pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh rata-rata yang kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria membuat pendidik untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remidial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidikan atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan presentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).
Angka maksimal 100 merupakan
kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai 75.
Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal dibawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap (Diknas, 2008:4). Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta, dan orang tua peserta. Oleh karena itu pihak- pihak yang berkepentingan terhadap penilaian disekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik da atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai bukti acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik (Diknas, 2008:5) 2.
Fungsi Krieteria Ketuntasan Minimal (KKM) Fungsi kriteria ketuntasan minimal (Diknas, 2008:5) meliputi :
a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remidial atau layanan pengayaan. b. Sebagai acuan peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan. c. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolak ukur. Oleh karena itu hasil pencapain KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit,
dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar disekolah d. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan pro aktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah. e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus menjadi salah satu tolak ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolak ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat. 3.
Mekanisme Penetapan KKM Penetapan KKM (Diknas, 2008:7) perlu mempertimbangkan
ketentuan sebagai
berikut : a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif delakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan.
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut. d. Kriteria ketuntasan minimal setiap standar kompetensi ( SK )merupakan rata-rata KKM kompetensi dasar ( KD ) yang terdapat dalam SK tersebut. e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu sememster atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar ( LHB / Rapor ) peserta didik. f. Indikator merupakan acuan / rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan , baik Ulangan Harian ( UH ), Ulangan Tengah Semester ( UT S), maupun Ulangan Akhir Semester (UAS ). Soal ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan / menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidikan tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara. g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal. 4.
Langkah- Langkah Penetapan KKM Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah
penetapan KKM adalah sebagai berikut :
1) Guru
atau
kelompok
guru
menetapkan
KKM
mata
pelajaran
dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, intake peserta didik dengan skema sebagai berikut :
KKM
KKM
Indikator
Indikator
KKM
KKM
MP
SK
Hasil penetapan KKM indikator pada KD, SK, hingga KKM mata pelajaran. 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian. 3) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan. 4) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan orang tua / wali peserta didik. 5.
Penetuan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah : a.
tingkat kompleksitas, kesulitan, / kerumitan, setiap indikator, kompetensi dasar dan
standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. ( Diknas, 2008:9 )
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut : 1)
Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta
didik. 2)
Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
3)
Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan.
4)
Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi
5)
Peserta didik yang cakap / terampil menerapkan konsep
6)
Peserta didik yang cermat, kreatif, dan inovatif dalam penyelesaian tugas / pekerjaan.
7)
Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat
kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga, dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan / latihan. 8)
Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat
mencapai ketuntasan belajar. Contoh SK 7.
: Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
KD 7.1 : Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka Indikator: Mengenal perkalian sebagai pen-jumlahan ber-ulang. Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan berpikir / penalaran yang tinggi. b.
Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada
masing- masing sekolah.
1)
Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboraturium, dan alat / bahan untuk proses pembelajaran; 2)
Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.
Contoh SK 10.
: Mengenal unsur- unsur bangun datar sederhana
KD 10.
: Mengenal sudut – sudut bangun datar
Indikator: Menjelaskan pengertian titik sudut pada bangun datar. Daya dukung untuk indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana dan prasana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. c.
Tingkat kemampuan ( intake ) rata- rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan Penetapan intake berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
Contoh penetapan KKM Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran Contoh : Tabel 2.1 Analisis Indikator
Aspek yang dianalisis
Kriteria dan skala penilaian Tinggi <65 Tinggi 80-100 Tinggi 80-100
Kompleksitas Daya Dukung Intake siswa
Sedang 65-79 Sedang 65-79 Sedang 65-79
Rendah 80-100 Rendah <65 Rendah <65
6. nali
sis Kriteria Ketuntasan Minimal Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindaklanjut diperlukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetepan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian KKM untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan penilaian setiap KD harus dilakukan analisis pencapaian KKM, kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata- rata hasil pencapaian peserta didik kelas I, II, sampai VI terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui analisis ini akan diperoleh data antara lain : a.
KD yang dapat dicapai oleh 75%- 100% dari jumlah peserta didik pada kelas I, II,
sampai VI; b.
KD yang dapat dicapai oleh 50%- 74% dari jumlah peserta didik kelas I, II, sampai
VI; c.
KD yang dapat dicapai oleh ≤49% dari jumlah siswa peserta didik kelas I, II, sampai
VI.
Manfaat hasil analisis adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran
A
F. 1.
PTK Kolaboratif Definisi penelitian tindakan kelas kolaboratif PTK adalah suatu metode penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran dikelas. Penelitian ini merupakan suatu upaya guru atau peneliti dalam berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Penelitian tindakan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerjasama dan bekerjasama. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan mahasiswa sejawat dalam jurusan / sekolah / lembaga yang sama; sejawat dari sekolah / lembaga yang berbeda; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda ( misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dengan manajer ) dan lain sebagainya. Didalam PTK Kolaboratif terdapat istilah Kolaboran dan Peneliti, dalam hal ini yang disebut dengan istilah kolaboran adalah Guru atau orang yang mengetahui situasi dan kondisi obyek yang akan mendapat perlakuan tindakan kelas. Sedangkan peneliti adalah orang yang akan melakukan suatu penelitian terhadap obyek. Dalam penelitian tindakan kelas seorang peneliti akan mensurvei terlebih dahulu tempat dan situasi obyek yang akan mendapatkan perlakuan tindakan kelas. Didalam mensurvei obyek peneliti membutuhkan rekan kerja ( Kolaboran ) yang akan membantunya untuk melakukan suatu penelitian. 2
Prinsip- prinsip penelitian tindakan kelas kolaboratif Tiga tahap PTK Kolaboratif adalah
a.
Prakarsa Prakasa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK adalah (Burns, 1999: 207)
1). Tindakan PTK hendaknya ditarik dari kebutuhan – kebutuhan, kepedulian, dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua pihak.
2). PTK hendaknya terpusat pada masalah – masalah pembelajaran kelas yang ditemukan dalam kenyataan sehari – hari, dan hasil PTK juga memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang studi. 3). PTK hendaknya direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara kolaboratif 4). PTK hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan pengalaman orang – orang dari bidang lain yang relevan. 5). Metodologi PTK hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan pembelajaran kelas yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai sasaran penelitian. b.
Pelaksanaan Pelaksanaan yang harus dipertimbangkan adalah
1). Pelaku PTK berupaya memperoleh ketrampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. 2). PTK selayaknya dilakukan dikelas sendiri. 3). PTK terkait dengan program peningkatan guru dan pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri. 4). PTK hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi. c.
Diseminasi Diseminasi yang harus dipertimbangkan adalah(Burns, 1999:208)
1). Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. 2). Jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia didalam lembaga pendidikan hendaknya digunakan untuk menyebarkan hasil penelitian terkait.
3.
Kelebihan dan kelemahan PTK kolaboratif.
Kelebihan PTK Kolaboratif
menurut
(Burns, 1999:13) adalah Proses
penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Selain itu ada kelebihan lain dari PTK Kolaboratif (Wallace , 1998:209-210) adalah : a. Kedalam dan cakupan, yang artinya makin banyak orang terlibat dalam proyek penelitian tindakan, makin banyak data dapat dikumpulkan. b.
Validitas dan reliabilitas, yaitu keterlibatan orang lain akan mempermudah
penyelidikan terhadap satu persoalan dari sudut yang berbeda, mungkin dengan menggunakna teknik penelitian yang berbeda(yaitu menggunakan trianggulasi). c. Motivasi yang timbul lewat dinamika kelompok yang benar, dimana bekerja sebagai anggota tim lebih bersemangat daripada bekerja sendiri. 4.
Kelemahan PTK kolaboratif Kelemahan PTK Kolaboratif adalah sulitnya mencapai keharmonisan
kerjasama antara orang-orang yang berbeda latar belakang.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN A.
Setting dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada awal bulan februari tahun 2013 sampai pertengahan bulan februari tahun 2013. Pada awal semester genap tahun ajaran 2013/2014 selama kurang lebih 3 minggu dalam 3 kali siklus masing-masing 2 jam pelajaran. Pra siklus: Hari Selasa,5 Februari 2013. Siklus I: Hari Kamis,7 Februari 2013. Siklus II: Hari Selasa, 12 Februari 2013. Siklus III: Hari Kamis,14 Februari 2013. Penelitian ini dilakukan diruang kelas yang biasa untuk proses belajar mengajar yaitu diruang kelas II MI Pabelan, Kec. Pabelan, Kab. Semarang. Subyek penelitian ini adalah seluruh anak kelas II di MI Pabelan Kec. Pabelan, Kab. Semarang, yang berjumlah 26 anak, yang terdiri dari 10 murid perempuan dan 16 murid laki-laki. Adapun secara rinci daftar kelas II di MI Pabelan, Kec. Pabelan, Kab. Semarang, tahun 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas II MI Pabelan, Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun 2013 No.
Nama
Jenis kelamin
1 2 3
Qodri Ajuj Syauqi Sunny
Laki-laki V V V
4 5 6 7 8
Purbo Aditya Wicaksono Ahmad Sobirin Ahmad Zihad Zidan Andre Budi Purnama Eka wulan fitriyani Halimatus sya‟diyah
Perempuan
V V V V V
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
B. 1.
Ilham Dwi Yulianto Jamaatul Masruroh Karinda Kholifatul Rosyidah Maida Effie Evania M.Arya Yudha parwira M. Irfan Izzudin
V
M.Nihadzul Azmi M. Rifki Darmawan M.Sultan Kautsar M.Thuba Mantho‟a Maulana Oktaviano Firmansyah Rahmawati Rima Azzahra Rania Salsabila Suci Indah Sari Thoriq Abdul Azis Wahyu Azani Prasana R. Zahra Aulia
V V V V
V V V V V V
V V V V V V V
Rencana dan Prosedur Penelitian Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 Februari 2013 dikelas II MI Pabelan, Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun 2013. Adapun materi yang diajarkan pada siklus I adalah sebagai berikut : Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: II/ II
Standar Kompetensi
: Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua
angka.
Kompetensi Dasar
: Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka. Indikator
:
1.
Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang
2.
Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka
Tujuan Pembelajaran : 1.
Siswa dapat mengenal dan mengoperasikan perkalian sebagai penjumlahan berulang
2.
Siswa dapat melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka
Materi Ajar
: Pengoperasian bilangan dengan perkalian
Metode Pembelajaran :
Ceramah,
Tanya
Jawab,
Demontrasi,
Jarimatika,
pengamatan, dan penugasan Adapun jalannya siklus I adalah sebagai berikut : a.
Perencanaan
1)
Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan Merancang kegiatan pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
2)
Merancang kegiatan pembelajaran jarimatika dengan mempersiapkan alat peraga
3)
Merancang soal- soal sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa
4)
Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui
perubahan dan perkembangan b.
Tindakan
1.
Kegiatan Awal :
a)
Guru memimpin do‟a
b)
Guru mengabsen siswa
c)
Guru mengadakan pre test
d)
Guru mebyiapkan peralatan pembelajaran jarimatika
2.
Kegiatan Inti
a)
Guru menyiapkan materi kepada siswa
b)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
c)
Guru menanggapi pertanyaan dari siswa
d)
Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa
e)
Siswa menjawab pertanyaan dari guru
c.
Pengamatan Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Hal –hal yang
diamati adalah sebagai berikut : 1.
Siswa Pengamatan terhadap siswa, aspek yang diamati meliputi :
a.
Kehadiran siswa
b.
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
c.
Tanggapan siswa terhadap tana jawab yang diberikan oleh guru
d.
Siswa mengerjakan
2.
Guru
a.
Kehadiran guru
b.
Penampilan guru didepan kelas
c.
Penyampaian materi pelajaran
d.
Pengelolaan kelas
e.
Pandangan dari suara guru
f.
Bimbingan guru kepada siswa
g.
Ketepatan waktu
d.
Refleksi
Dari 26 siswa tenyata banyak siswa yang kurang memperhatikan atau tidak mengerti tentang pembelajaran jarimatika. 1.
Model pembelajaran baru dikenal
2.
Siswa tidak fokus terhadap materi yang diajarkan
3.
Siswa masih malu-malu untuk bertanya
Pada siklus I ini ada 15 siswa dari 26 siswa atau 57,70% yang dikatagorikan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas 11 siswa atau 42,30% dengan nilai rata- rata keseluruhan 66,15 2.
Deskripsi pelaksanaan siklus II Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 Februari 2013
dikelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang tahun 2013. Adapun materi yang diajarkan pada siklus II adalah sebagai berikut : Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: II/ II
Standar Kompetensi : Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. Kompetensi Dasar
: Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka. Indikator
:
1.
Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang
2.
Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka
Tujuan Pembelajaran : 1.
Siswa dapat mengenal dan mengoperasikan perkalian sebagai penjumlahan berulang
2.
Siswa dapat melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka
Materi Ajar
: Pengoperasian bilangan dengan perkalian
Metode Pembelajaran :Ceramah, Demontrasi, Tanya jawab, Jarimatika, Penugasan, dan pengamatan Adapun jalannya siklus II adalah sebagai berikut : d.
Perencanaan
1)
Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan
2)
Merancang kegiatan pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
3)
Merancang kegiatan pembelajaran jarimatika dengan mempersiapkan alat peraga
4)
Merancang soal- soal sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa
5)
Merancang atau menhiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui
perubahan dan perkembangan
6)
Tindakan
3.
Kegiatan Awal :
a)
Guru memimpin do‟a
b)
Guru mengabsen siswa
c)
Guru mengadakan pre test
d)
Guru mebyiapkan peralatan pembelajaran jarimatika
4.
Kegiatan Inti
a.
Guru menyiapkan materi kepada siswa
b.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
c.
Guru menanggapi pertanyaan dari siswa
d.
Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa
e.
Siswa menjawab pertanyaan dari guru
5.
Pengamatan
Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Hal –hal yang diamati adalah sebagai berikut : a.Siswa Pengamatan terhadap siswa, aspek yang diamati meliputi : a.
Kehadiran siswa
b.
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
c.
Tanggapan siswa terhadap tana jawab yang diberikan oleh guru
d.
Siswa mengerjakan
b.
Guru
a.
Kehadiran guru
b.
Penampilan guru didepan kelas
c.
Penyampaian materi pelajaran
d.
Pengelolaan kelas
e.
Pandangan dari suara guru
f.
Bimbingan guru kepada siswa
g.
Ketepatan waktu
d.
Refleksi Dari 26 siswa tenyata banyak siswa yang kurang memperhatikan atau tidak
mengerti tentang pembelajaran jarimatika. 1.
Model pembelajaran baru dikenal
2.
Siswa tidak fokus terhadap materi yang diajarkan
3.
Siswa masih malu-malu untuk bertanya
Pada siklus II ini ada 8 siswa dari 26 siswa atau 30,77% yang dikatagorikan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas 18 siswa atau 69,23% dengan nilai rata- rata keseluruhan 72,30 3.
Deskripsi pelaksanaan siklus III Pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Februari 2013
dikelas II MI Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang tahun 2013. Adapun materi yang diajarkan pada siklus III adalah sebagai berikut : Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: II/ II
Standar Kompetensi : Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. Kompetensi Dasar
: Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka. Indikator
:
1.
Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang
2.
Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka
Tujuan Pembelajaran
:
1.
Siswa dapat mengenal dan mengoperasikan perkalian sebagai penjumlahan berulang
2.
Siswa dapat melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka
Materi Ajar
: Pengoperasian bilangan dengan perkalian
Metode Pembelajaran
: Cermah, Tanya jawab, Demontrasi,
Jarimatika,Penugasan, dan penugasan Adapun jalannya siklus III adalah sebagai berikut : a.Perencanaan 1.
Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan
2.
Merancang kegiatan pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
3.
Merancang kegiatan pembelajaran jarimatika dengan mempersiapkan alat peraga
4.
Merancang soal- soal sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa
5.
Merancang atau menhiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui
perubahan dan perkembangan b.
Tindakan
1.
Kegiatan Awal :
a. Guru memimpin do‟a b. Guru mengabsen siswa c. Guru mengadakan pre test d. Guru menyiapkan peralatan pembelajaran jarimatika 2. Kegiatan Inti a. Guru menyiapkan materi kepada siswa b.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya c.Guru menanggapi pertanyaan dari siswa d.Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa e.Siswa menjawab pertanyaan dari guru
3.
Pengamatan
Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Hal –hal yang diamati adalah sebagai berikut :
a.Siswa Pengamatan terhadap siswa, aspek yang diamati meliputi : a)
Kehadiran siswa
b)
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
c)
Tanggapan siswa terhadap tana jawab yang diberikan oleh guru
d)
Siswa mengerjakan
e)
Guru
f)
Kehadiran guru
g)
Penampilan guru didepan kelas
h)
Penyampaian materi pelajaran
i)
Pengelolaan kelas
j)
Pandangan dari suara guru
k)
Bimbingan guru kepada siswa
l)
Ketepatan waktu
d.
Refleksi Dari 26 siswa tenyata banyak siswa yang kurang memperhatikan atau tidak
mengerti tentang pembelajaran jarimatika. 1.
Model pembelajaran baru dikenal
2.
Siswa tidak fokus terhadap materi yang diajarkan
3.
Siswa masih malu-malu untuk bertanya
Pada siklus III ini ada 2 siswa dari 26 siswa atau7,70% yang dikatagorikan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas 24 siswa atau 92,30% dengan nilai rata- rata keseluruhan 77,30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. 1.
Deskripsi Paparan Siklus Siklus I Adapun dari hasil test formatif pada siklus I ini didapatkan hasil sebagaimana
terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Hasil test formatif pada siklus I NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Qodri Ajuj Syauqi Sunny PurboAditya Wicaksono Ahmad Sobirin Ahmad Zihad Zidan Andre Budi Purnama Eka Wulan Fitriani Halimatus Sya‟diyah Ilham Dwi Yulianto Jamaatul Masruroh Karinda Kholifatul Rosyidah Maida Effie Evania M. Arya Yudha Parwira M. Irfan Izzudin M. Nihadzul Azmi M. Rifki Darmawan M. Sultan Kautsar M. Thuba Mantho‟a Maulana Oktaviano Firmansyah Rahmawati Rima Azzahra Rania Salsabila Suci Indah Sari Thoriq Abdul Aziz Wahyu Azani Prasana
KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Nilai 60 60 40 40 60 80 80 60 40 80 80 60 80 60 80 80 60 60 60
Ketuntasan TT TT TT TT TT T T TT TT T T TT T TT TT T TT TT TT
70 70 70 70 70 70
60 80 60 80 80 60
TT T TT T T TT
26.
Zahra Aulia Rata-rata
70
80 1720
T 66,15
Keterangan : Tuntas (T)
: 11 Siswa(42,30%)
Tidak Tuntas (TT)
:15 Siswa(57,70%)
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I ini, dari 26 siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan, hal ini disebabkan
metode
pembelajaran yang baru dikenal. Dari data dan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I dapat diperoleh hasil sebagai berikut : a.
Adanya beberapa siswa yang kurang memperhatikan, karena kurangnya
sosialisasi dari guru. Adanya beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai sesuai standar ketuntasan, hal ini dikarenakan karena metode pembelajaran yang baru. b.
Dari guru, persiapan pembelajaran Jarimatika kurang maksimal, hal ini
dikarenakan kurang adanya persiapan. Secara garis besar siklus I berjalan dengan baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa banyak yang mencapai rata-rata 70. Hal ini harus dijadikan suatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan siklus II. 2.
Siklus II Adapun dari hasil test formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana
terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2
Hasil test formatif pada siklus II NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Qodri Ajuj Syauqi Sunny Purbo Aditya Wicaksono Ahmad Sobirin Ahmad Zihad Zidan Andre Budi Purnama Eka Wulan Fitriani Halimatus Sya‟diyah Ilham Dwi Yulianto Jamaatul Masruroh Karinda Kholifatul Rosyidah Maida Effie Evania M. Arya Yudha Parwira M. Irfan Izzudin M. Nihadzul Azmi M. Rifki Darmawan M. Sultan Kautsar M. Thuba Mantho‟a Maulana Oktaviano Firmansyah Rahmawati Rima Azzahra Rania Salsabila Suci Indah Sari Thoriq Abdul Aziz Wahyu Azani Prasana Zahra Aulia Rata-rata
KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Nilai 70 60 60 60 60 80 80 70 60 80 90 70 80 70 80 80 70 70 60
Ketuntasan T TT TT TT TT T T T TT T T T T T TT T T T TT
70 70 70 70 70 70 70
60 80 60 90 80 70 90 1880
TT T TT T T T T 72,30
Keterangan : Tuntas (T)
: 18 Siswa(69,23%)
Tidak Tuntas (TT):8 Siswa(30,77%) Pada siklus II siswa sudah mulai memperhatikan dibandingkan pada siklus II, hal ini dikarenakan guru mempersiapkan pembelajaran secara maksimal. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal,
terbukti dari 26 siswa 18 siswa(69,2%) tuntas dan 8 siswa(30,8%) tidak tuntas. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus II didapatkan hasil sebagai berikut : a.
Siswa tidak lagi merasa bingung dengan pembelajaran jarimatika, hal ini
dikarenakan guru melakukan sosialisasi terlebih dahulu terhadap siswa. b. Siswa sudah banyak memperhatikan instruksi guru dalam pembelajaran jarimatika sudah mulai efektif. c. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal test formatif. d. Dari guru, tidak ada lagi kendala dalam mempersiapkan pembelajaran, karena belajar dari pengalaman pada pelaksanaan siklus I. Secara garis besar pelaksanaan siklus II sudah berjalan baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 26 siswa 18 siswa(69,23%) tuntas dan 8 siswa (30,77%) tidak tuntas. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Meskipun sudah 50% lebih siswa yang tuntas dalam mengikuti test formatif pada siklus II akan tetapi nilai yang diperoleh belum cukup memuaskan sehingga perlu diadakan siklus III. 3.
Siklus III Adapun dari hasil test formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana
terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Hasil test formatif pada siklus III
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Qodri Ajuj Syauqi Sunny Purbo Aditya Wicaksono Ahmad Sobirin Ahmad Zihad Zidan Andre Budi Purnama Eka Wulan Fitriani Halimatus Sya‟diyah Ilham Dwi Yulianto Jamaatul Masruroh Karinda Kholifatul Rosyidah Maida Effie Evania M. Arya Yudha Parwira M. Irfan Izzudin M. Nihadzul Azmi M. Rifki Darmawan M. Sultan Kautsar M. Thuba Mantho‟a Maulana Oktaviano Firmansyah Rahmawati Rima Azzahra Rania Salsabila Suci Indah Sari Thoriq Abdul Aziz Wahyu Azani Prasana Zahra Aulia Rata-rata
KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Nilai 70 70 60 60 70 80 80 80 70 80 90 70 80 70 80 80 80 80 70
Ketuntasan T T TT TT T T T T T T T T T T T T T T T
70 70 70 70 70 70 70
80 80 80 100 80 70 100 2010
T T T T T T T 77,30
Keterangan : Tuntas (T)
: 24 Siswa(92,30%)
Tidak Tuntas (TT):2 Siswa(7,70%) Pada siklus III hampir semua siswa fokus dan memperhatikan instruksi dari guru mengenai pembelajaran jarimatika yang disampaikan guru, hal ini dikarenakan guru memberikan perintah dan instruksi secara maksimal. Selain itu pembelajaran jarimatika yang dilaksanakan pada siklus III sudah tidak asing lagi bagi siswa. Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran siklus III didapatkan hasil sebagai berikut :
a.
Siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran jarimatika
b.
Sebagian besar siswa sudah fokus dalam mengikuti jalannya pembelajaran
matematika dengan mengggunakan jarimatika c.
Sebagian besar siswa sudah besar dalam menjawab soal-soal test formtif
d.
Guru tidak lagi menjelaskan mengenai pembelajaran jarimatika kepada siswa
sehingga hanya fokus terhadap materi yang akan diberikan kepada siswa. Secara garis besar pelaksanaan siklus III sudah berjalan baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 26 siswa 24 siswa (92,30%) tuntas dan 2 siswa(7,70%) tidak tuntas. Berarti ada peningkatan yang disignifisikan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Pembelajaran matematika dengan metode jarimatika pada siklus III ini sudah dikatakan berhasil baik dilihat dari segi ketuntasan belajar siswa. B.
Pembahasan
1.
Siklus I Setelah melakukan penelitian pada siswa kelas II MI Pabelan Kec.Pabelan, Kab.
Semarang, peneliti dapat mengerti bahwa sebenarnya kemampuan siswa dalam mempelajari matematika sangat tinggi. Walaupun pada siklus I terdapat kurang dari 50% nilai siswa yang memenuhi KKM, hal itu terjadi karena siswa masih kurang mengenal metode pembelajaran jarimatika. Tetapi siswa sangat antusias dan berharap kalau pembelajaran dilanjutkan keesok harinya lagi. Dari 26 siswa terdapat 15 siswa atau 57,70% yang dikategorikan belum tuntas belajar, sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 11 siswa atau 42,30% dengan rata-
rata keseluruhan 66,15 Kesebelas siswa yang meraih nilai tuntas yaitu Andre, Eka, Jamaatul, Karinda, Maida, Irfan, Nihadzul, Rima, Suci, Toriq,dan Zahra. Menurut
pengamatan
dan
wawancara
dibalik
keberhasilannya,mereka
mempunyai latar belakang : a. Menurut guru yang mengampu mereka dikelas II Andre, Eka, Jamaatul, Karinda adalah siswa yang memiliki daya serap pada pembelajaran yang cukup tinggi. Sehingga mereka akan lebih cepat meyerap pembelajaran yang diberikan kepada mereka, dari pada teman-teman yang lain. b. Nihadzul, Rima, Suci, Toriq, dan Zahra adalah termasuk siwa yang masuk peringkat sepuluh besar. c. Kesebelas siswa tersebut sangat antusias dalam memperhatikan pembelajaran sehingga paham dengan metode pembelajaran yang baru ini. 2.
Siklus II Pada sikus II jumlah siswa yang kurang memperhatikan semakin berkurang jika
dibandingkan pada saat siklus I, Hal ini dikarenakan siswa mulai mengenal metode pembelajaran jarimatika. Guru cukup membuat mereka menngerti akan materi yang disajikan. Dari hasil belajar siswa, terjadi peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan test formatif yang diberikan oleh guru. Dari 26 siswa hanya 8 siswa atau 30,77% yang belum tuntas belajarnya dan 18 siswa atau 69,23% yang telah tuntas belajarnya. Dengan nilai rata-rata 72,30 Pada siklus II ini menyodorkan bahwa frekuensi siswa yang mendapat nilai diatas KKM bertambah 7 siswa yaitu,Qodri, Halimah, Kholifatul, Arya, Rifki, Sultan, dan Wahyu.
Menurut pengamatan dan wawancara nilai mereka dapat meningkat dan memenuhi KKM pada siklus II ini meliputi : a.
Motivasi yang diberikan guru
b. Rasa penasaran siswa terhadap metode pembelajaran jarimatika yang mereka ikuti pada siklus I, sehingga banyak siswa yang antusias dan memperhatikan pada saat pembelajaran diberikan. c. Siswa mulai paham dengan metode pembelajaran ini. d. Siswa juga mulai merasakan pembelajaran matematika yang tidak tegang dan kaku seperti biasanya. 3.
Siklus III Pada siklus III ini jumlah yang kurang memperhatikan sudah sangat berkurang
jika dibandingkan pada siklus II, bahkan hampir keseluruhan siswa memperhatikan jalannya pembelajaran jarimatika dari awal sampai akhir, hanya dua siswa saja yang tidak fokus dan kurang memperhatikan penyampaian materi yang telah diberikan kepada guru. Dalam test formatif yang diberikan oleh guru dari 26 siswa hanya 2 siswa saja 7,70% yang belum tuntas hasil belajarnya, sedangkan siswa yang tuntas belajarnya ada 24 siswa 92,30% dengan nilai rata-rata 77,30 Kedua siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan : a.
Kurang memperhatikan guru
b.
Orang tua siswa kurang memperhatikan pendidikan
c.
Kurang konsentrasi dalam mengerjakan soal
d.
Malu bertanya kepada guru maupun temannya yang sudah paham Setelah peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran
matematika melalui metode pembelajaran jarimatika pada siswa kelas II MI Pabelan Kec.Pabelan, Kab. Semarang, dapat diketahui bahwa : a.Siswa yang mencapai KKM individual yaitu 77,30 b.Siswa yang mencapai KKM ideal yaitu 75 Dari hasil belajar siswa diatas dapat membuktikan bahwa pembelajaran ini ini efektif meningkatkan ketuntasan dan prestasi belajar pada siswa.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1.
penggunaan strategi pembelajaran Jarimatika dapat meningkatkan prestasi pembelajaran Matematika pokok bahasan perkalian pada siswa kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil rekapitulasi nilai siswa per siklus yang menunjukkan bahwa prestasi siswa meningkat dari siklus I rata-rata 66,15. Siklus II rata-rata 72,30 sampai 77,30 pada siklus III.
2.
Penggunaan strategi Jarimatika pada siswa kelas II MI Pabelan Kec. Pabelan, Kab. Semarang, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM dari siklus I yaitu 42,30%. Siklus II 69,23% sampai 92,30% pada siklus III. Metode jarimatika terhadap ketuntasaan belajar siswa kelas II MI Pabelan yaitu mencapai 92,30%, dan hal itu membuktikan bahwa penggunaan jarimatika efektif dalam meningkatkankan ketuntasaan belajar siswa, karena suatu pembelajran dikatakan efektif apabila ≤ 85%.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran meningkat adalah: 1.
Kepada para guru sebaiknya lebih kreatif dan variatif dalam menggunakan strategi
pembelajaran. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan para siswa selama megikuti proses pembelajaran.
2.
Para guru sebaiknya tidak takut dalam menggunakan strategi baru dalam pembelajaran
karena dengan menggunakan strategi yang variatif dapat meningkatkan minat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Selain itu jaga dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik dalam materi pembelajaran. 3.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru menyiapkan segala kebutuhan
yang diperlukan baik itu strategi ataupun media dengan sebaik-baiknya. C.
Kata penutup Segala puji syukur Al-hamdulliah Rabbil „Alamin kepada Allah SWT, Tuhan yang patut
kita sembah, pencipta alam semesta, bahwa dengan curahan taufiq dan hidayah-Nya semesta, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah tadahkan tangan serta harapan, semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan pembaca yang budiman pada umumnya, dan jika ada kesalahan semoga Allah selalu melimpahkan Maghfirah-Nya.
Daftar Pustaka Departemen Agama. 2004. Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Penerbit Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran Matematika. 2010. Jakarta. Septi Peni Wulandari. 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Tangerang: PT Kawan Pustaka Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesiake-3 Edisi . Jakarta: Balai Pustaka Arikunto Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara SM.Ismail, 2009. Strategi Pembelajaran Agama berbasis PAIKEM. Semarang: Rasal Media Group Munir Abdullah, 2010. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Oemar Hamalik, 2008. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: PT Tarsido Surkanti, Santoso Joko, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Badan Penerbit- FKIP UMS Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Fajar, Arnie. 2005. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh, Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Panduan Lengkap Jarimatika. Yogyakarta: Diva Press Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat: Gaung Persada
Sriyanti, Lilik. 2009. Psikologi Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. PAIKEM GEMBROT Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Jakarta: Prestasi Pustaka. Diknas, 2008. Buku Keterangan Ketuntasan Minimal. Jakarta: Diknas Udin S. Winata Putra. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud http://id.shvoong.com/exact-sciences/mathematics/2113729-jarimatika-berhitung-mudahdan-menyenangkan/ di akses tanggal 20 Juli 2013, pukul 08.00 WIB http://blog.tp.ac.id/pembelajaran-efektif. Diakses pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 20:00 WIB. http:/sendang ayu.blogspot.com/2012/09.jarimatika.html www. Kti guru.net/file.php/1/moddata. Diakses pada tanggal 07 Agustus 2013, pukul 08.00 WIB