perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JARIMATIKA TERHADAP KETERAMPILAN BERHITUNGPERKALIAN HASILNYA BILANGAN DUA ANGKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA KELAS II SD NEGERI SEKECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Eksperimen Sekolah SD Negeri I Ngaru-Aru dana SD Negeri II Ngaru-Aru) Skripsi
Oleh: Anis Fatati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Anis Fatati. PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JARIMATIKA TERHADAP KETERAMPILAN BERHITUNGPERKALIAN HASILNYA BILANGAN DUA ANGKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA KELAS II SD NEGERI SEKECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Eksperimen Sekolah SD Negeri I Ngaru-Aru dana SD Negeri II Ngaru-Aru), Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran jarimatika menghasilkan keterampilan yang lebih baik daripada pembelajaran matematika konvensional (2) Untuk mengetahui hubungan antara siswa yang mempunyai kemampuan awa tinggi menghasilkan keterampilan hitung yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal sedang dan rendah, (3) Untuk mengetahui adanya interaksi bersa,a pembelajaran menggunakan metode jarimatika dan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan hitung siswa. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, sedang populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri se – Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Dengan populasi sebanyak 930 Siswa . Sampel diambil secara cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 71 siswa yang mewakili populasi. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes keterampilan berhitung perkalian dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas , konsistensi internal dan reabilitas . Untuk uji validitas menggunakan validitas konstruks dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktir dan skor total . Untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke – i , rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk dari korelasi pearson . Reabilitas soal tes keterampilan berhitung perkalian dengan korelasi ( r ) yang diukur dengan rumus Kudre dan Richardson 20 yang dikenal dengan rumus K – R 20 dan diperoleh indeks reabilitas r11 = 0,839 . Untuk reabilitas tes kemampuan awal diukur dengan teknik Alpha yaitu dengan membelah instrumen menjadi n bagian yang berarti masing – masing bagian terdiri dari satu butir saj kemudian masing – masing bagian dicari variansi skornya serta variansi totalnya dan diperoleh indeks reabilitas r11 = 0,332 . Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalur dengan frekuensi sel tak sama dengan signifikansi 5% . Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan yaitu uji keseimbangan , dan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji keseimbangan dengan uji t diperoleh hasil t hitung = 1,25 , sehingga ttabel = 1,76 < thitung = 1,25 < ttabel = 1,76 . Maka kedua kelomok tersebut seimbang . Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors , untuk untuk kelompok eksperimen diperoleh harga Lmaks = 0,132 dan kelompok kontrol diperoleh harga Lmaks = 0,1331 . Karena harga p = 0,132 > 0,05 = α dan p = 0,1331 > 0,05 = α . Mka H0 diterima . Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang normal. Uji homogenitas menggunakan metode BarHett dengan realistik uji Chi kuadrat diperoleh harga X2 tabel = 43, 775 . Karena harga X2 tabel = 43,775 > X2 obs = 0,998 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari ppulasi yang homogen . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil uji hipotesis dapat disimpulkan ( 1 ) terdapat perbedaan antara penggunaan metode jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka . ( F1.2 = 8,135 > 4,00 = F0,05 ; 2; 68 ) (2 ) terdapat perbedaan antara kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. ( F1.3 = 7,22 > 3,15 = F0,05 ; 2; 68 ) . ( 3 ) tidak ada perbedaan antara kemempuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka . ( F2.3 = 0,73 < 3,15 = F0,05 ; 2; 68 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACTION
Anis Fatati. Influence Method Study of Jarimatika to Skill Count Which Result is Number Two Number Evaluated From Ability Early Student of the Class 2nd SDN Banyudono Regional of Sub-Province Boyolali School Year 2009/2010 (Experiment in school of SDN I Ngaru-Aru and SDN II Ngaru-Aru), Thesis. Surakarta: Education and Pedagogy Faculty in Sebelas Maret University of Surakarta, June 2010. Target of Research are: (1) To know the difference of mathematics study by using method of study jarimatika yield the skill which better than conventional mathematics study, (2) To know the relation between student having high ability early yield the skill better compared by a student owning ability of early and lower, (3) To know the existence of interaction of study use the method of jarimatika and ability early student to skill the student. This research is experiment research; population medium in this research is all student of class of II SD of Country se - District of Banyudono of Sub-Province Boyolali. With the population counted 920 Students. Sample taken by cluster is random sampling. Sample in this research counted 71 student deputizing population. Instrument used for the data collecting of is test skill calculate the multiplication in the form of double helix. Before test used beforehand conducted by test-drive to know the validity, internal consistency and rehabilitee. To test the validity use the validity construct by correlation of is amount of score of total score. To counting the internal consistency for the item 1st, used by product correlation formula from correlation Pearson. Rehabilitee of problem of test skill counting the multiplication with the correlation what’s measured with the formula of Kudre and Richardson 20 recognized with the formula K - R 20 and obtained by index of rehabilitee r11 = 0,839. For the rehabilitee of test ability of early measured with the technique Alpha that is by spited instrument become the shares meaning each of part of consisted of only one item later; then each of part of searched the its variance score and also its total variance and obtained by index of rehabilitee r11= 0,332. Hypothesis examination use the Anava two bands with the cell frequency do not equal to significantly of 5%. Is previously conducted by a antecedent test that is balance test, and test the prerequisite that is test normality and test the homogeneity. Test the balance with the test t obtained by result t counting = 1,25, so that ttable = 1,76 < t calculate = 1,25 < ttable= 1,76. Hence, second the group well balanced. Test the normality use the method Lilliefors, to for the group of experiment obtained by price Lmax= 0,132 and group control obtained by price Lmaks= 0,1331. Because price p =0,132 > 0,05 = a and p = 0,1331 > 0,05 = α. So, Ho accepted. Inferential so those that sample come from normal population. Test the homogeneity use the method Barhett by realistic test the Chi square obtained by price χ2 of tables of = 43,775. Because price χ2 of is tables of = 43,775 > χ2 Obs = 0,998 hence H0 accepted inferential so that that sample come from homogeneous populace From result test the inferential hypothesis (1) There are difference of between usage of method Jarimatika to skill count the its result multiplication number two number (F1.2 = 8,135 > 4,00 = F0,05; 2;68). (2) There are difference of between ability of early student to skill count the its result multiplication number two number (F1.3 = 7,22 > 3,15 = F0,05;2;68. (3) There is no
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
difference of between ability of early student to skill counting the its result multiplication is number two number (F2.3=0,73 < 3,15=F0,05;2; 68)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan dampak yang besar di seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali di bidang pendidikan. Masalah pendidikan sangat fundamental bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa.Melalui pendidikan akan melahirkan karakteristik manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan pendidikan juga meningkat, sehingga mutu pendidikan juga harus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan di masa mendatang. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan, hal tersebut lebih terfokus setelah dikeluarkan aturan mengenai pendidikan yang kemudian dituangkan dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya fungsi pendidikan dapat dilihat pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan dan martabat manusia Indonesia.. Sesuai dengan pendidikan di Indonesia, maka jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah keatas. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan dasar dalam pembelajaran anak didik,dimana pada jenjang ini anak belajar membaca, menulis, dan berhitung yang sangat berpengaruh pada jenjang pendidikan selanjutnya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam bidang matematika. Matematika memang merupakan salah satu bidang ilmu yang perlu dipacu, sebab matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang lain, commit to user dan teknologi. Hal ini menuntut khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
upaya bagaimana untuk meningkatkan tingkat penguasan dalam bidang matematika. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dianggap anak sebagai pelajaran yang sulit dimengerti bahkan membosankan dan salah satu mapel yang tidak disukai oleh anak-anak. Matematika yang diberikan di sekolah dasar terdiri atas beberapa bagian, yaitu aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran, kajian data pengantar statistika. Sampai saat ini masih banyak orang menganggap sulitnya tentang operasi hitung, soal-soal yang berkaitan dengan perkalian. Matematika yang terkesan berisi simbol-simbol dan verbalisme merupakan tantangan tersendiri bagi guru matematika. Terutama di Sekolah Dasar siswa harus didekatkan dengan hal-hal yang bersifat konkret dalam pemahaman konsep dasar. Karena siswa Sekolah Dasar secara psikologi masih suka bermain, maka guru harus masuk pada dunia anak untuk pencapaian secara optimal. Sebelum mengoperasikan hitungan, siswa harus paham konsep dan prinsip berhitung. Kemampuan operasi hitung meliputi penguasaan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, sehingga dapat dikaji sejauh mana tingkat keterampilan siswa dalam berhitung karena keterampilan melakukan perhitungan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah matematika atau masalah sehari-hari. Keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu faktor-faktor intern dan faktor ekstern. Salah satu faktor intern yang menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar adalah keterampilan berhitung dan kemampuan awal, sedangkan faktor ekstern menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar adalah pembelajaran yang digunakan, lingkungan sekitar dan fasilitas belajar dan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru. Kenyataannya dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran matematika, metode yang masih digunakan guru adalah bersifat konvensional, yang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa to usersiswa kesulitan dalam memahami dalam belajar mengajar sehingga commit menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
konsep atau materi yang diberikan. Karena matematika sebagai ilmu eksakta merupakan pengetahuan yang bersifat deduktif, untuk mempelajarinya tidak cukup hanya dengan hafalan dan membaca, tetapi memerlukan pemikiran dan pemahaman. Penguasaan konsep matematika mutlak diperlukan untuk tiap anak dalam upaya mempelajari ilmu pengetahuan yang lain maupun dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Di samping itu, seorang guru sebelum melakukan kegiatan belajar matematika juga harus memperhatikan salah satu faktor internal dari siswa yaitu kemampuan awal. Pembelajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai dari apa yang telah diketahui oleh peserta didik, baik pengetahuan dari tingkah laku dalam arti luas prasyarat bagi bahan pembelajaran berikutnya. Apabila siswa mempunyai kemampuan awal mengenai meteri yang disampaikan, maka ia akan lebih cepat memahami konsep-konsepnya dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal tentang materi tersebut, karena di dalam pelajaran terutama matematika terdapat prasyarat tertentu yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengikuti meteri tertentu mudah. Sebelum guru
melakukan kegiatan belajar, para guru penting untuk
mengetahui kemampuan awal dari para siswanya, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah memiliki keterampilan atau pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran. Dalam hubungannya dengan belajar, kemampuan awal juga memegang peranan yang besar. Keterampilan hitung merupakan sebuah kemampuan khusus dalam hitungmenghitung dengan angka. Banyak dijumpai kesalahan hitung yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika. Hal ini tentu saja mempengaruhi kemampuan siswa di dalam menyelesaikan soal-soal dalam matematika. Pendidikan merupakan suatu sistem yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor dan aspek secara keseluruhan, maka usaha-usaha untuk senantiasa meningkatkan keterampilan hitung perlu ditingkatkan, sehingga untuk mengatasi dan meningkatkan keterampilan hitung siswa, diharapkan guru mampu menguasai metode pembelajaran karena suatu metode belum tentu cocok digunakan untuk commitAda to user setiap pokok bahasan yang berbeda. kalanya guru harus menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
beberapa metode tertentu dalam penyampaian materi tertentu. Dengan adanya variasi metode tertentu akan membuat suasana kelas lebih hidup dan tidak membosankan. Banyak metode pembelajaran dapat dipilih sebagai pengganti dari metode konvensional dan tentunya pemilihan metode tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Metode pembelajaran yang baik merupakan metode pembelajaran yang tidak hanya didominasi oleh guru melainkan juga melibatkan keaktifan siswa, selain itu juga tidak hanya menekankan pada aspek kognitif siswa tetapi juga harus bisa meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini dapat digunakan metode atau cara alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berhitung. Metode pembelajaran ini adalah metode jaritmatika. Metode Jarimatika sedang berkembang beberapa tahun terakhir ini, diperlukan pengkajian tentang efektivitasnya dalam meningkatkan keterampilan berhitung perkalian hasilnya dua angka. Menurut Septi Peni . W (2007: 17) Jarimatika adalah “suatu metode berhitung yang memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu untuk proses berhitung operasi kali, bagi, tambah dan kurang dengan menggunakan tangan. Jarimatika sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah yang dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jarijari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan, dan diakhiri dengan gembira. Dengan metode ini siswa dapat mempelajari matematika dengan cara yang menyenangkan menggunakan jarinya sendiri dan tidak membebani otak dengan bayangan. Aktivitasnya membangun suasana gembira dan menyenangkan sehingga membuat proses berhitung mudah dikerjakan. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini mengambil judul Pengaruh Metode Pembelajaran Jaritmatika terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian hasilnya dua angka Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa pada Kelas II di SD Se-Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bidang studi matematika pada umumnya dianggap mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Dengan anggapan ini, mata pelajaran mtematika sering tidak disukai bahkan dihindari, sehingga keterampilan hitung siswa kurang optimal. 2. Sebagian besar guru masih menggunakan pola pembelajaran konvensional, yaitu menjelaskan materi, memberi contoh soal, selanjutnya memberikan latihan soal, kadang pada akhir materi diberikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari merupakan permasalahan penerapan. 3. Kemampuan
guru
dalam
mengembangkan
kurikulum
pembelajaran
matematika terhadap penggunaan metode pembelajaran kurang tepat. 4. Sebagian guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa yang berbeda yaitu kemampuan awal sebagai landasan atau dasar-dasar dalam mempelajari hal-hal baru. 5. Metode jarimatika sedang berkembang beberapa tahun terakhir ini, diperlukan pengkajian tentang efektifnya dalam meningkatkan keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Metode dalam hal ini adalah Metode Jarimatika yang memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu untuk proses berhitung. 2. Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa sebelum diberikan eksperimen. 3. Keterampilan
berhitung dibatasi pada keterampilan hitung pada pokok
bahasan perkalian bilangan hasilnya dua angka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini dirumuskan agar tujuan penelitian jelas dan terarah, sebagai berikut: 1.
Apakah terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara pembelajaran matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan metode pembelajaran konvensional?
2.
Apakah terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah?
3.
Apakah
terdapat
interaksi
bersama
pembelajaran
matematika
yang
menggunakan kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung?
E. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan, maka harus ditentukan terlebih dahulu supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan terarah. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berhitung antara pembelajaran matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan metode pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah. 3. Untuk mengetahui interaksi bersama pembelajaran matematika yang menggunakan kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
F. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para pengajar atau guru khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap teori pembelajaran yang berkenaan dengan keterampilan hitung, kemampuan awal metematika dan metode pembelajaran dengan jarimatika b. Hasil penelitian ini akan memperkaya khazanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas pada masa-masa mendatang. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk anak dalam meningkatkan keterampilan berhitung b. Bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan berhitung c. Bagi penulis dapat memberikan masukan, guna menambah pengetahuan dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut, yang ada hubungannya dengan masalah eksperimentasi metode pembelajaran dengan jarimatika dari kemampuan awal siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Hitung Matematika
a. Pengertian Keterampilan Berhitung Merril, M.David (1994), mengemukakan Skill is an “ability to demonstrate a sequence of behaviours that are functionaly related to obtain a performance goal” Artinya suatu kemampuan untuk mendemonstrasikan berbagai macam tingkah laku yang mana berfungsi dikaitkan penampilan seseorang. Azhar dalam Ridhwan (2002: 18), mengemukakan bahwa keterampilan adalah “Prosedur atau aturan-aturan yang digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan soal-soal.” Sedangkan, keterampilan menurut Romiszwski (1981: 241) keterampilan ditunjukkan dengan aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan. Penguasaan keterampilan berhitung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 311) dijelaskan bahwa hitung perihal membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak dan sebagiannya). Karso,dkk (2000: 214), berpendapat bahwa “siswa dianggap telah menguasai keterampilan dan apabila siswa mampu memahami operasi matematika berikut sifat-sifatnya, dapat menghitung dengan lancar dan dapat menerapkan algoritma pada soal-soal terapan”. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan keterampilan berhitung adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian berikut sifatsifatnya, dapat menghitung dengan lancar dan dapat menerapkan algoritma pada soal-soal terapan sesuai dengan prosedur atau aturan - aturan.
b. Pengertian Berhitung Perkalian Kemampuan berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan commit to user matematika, sebab salah satu prasyarat untuk belajar matematika adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
belajar berhitung yang keduanya saling mendukung. Oleh karena itu matematika dan belajar berhitung tidak dapat dipisahkan. Berhitung matematika yang dibahas dalam penelitian ini adalah berhitung perkalian. Perkalian merupakan salah satu pokok bahasan dalam matematika yang digunakan untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, memakai bahasa simbolis yang universal, dan mencakup bilangan-bilangan. Dari uraian di atas dapat diuraikan bahwa kemampuan melakukan operasi perkalian yang dimaksud adalah kemampuan peserta didik menentukan tepat satu jawaban hasil perkalian dua bilangan dari bilangan 6 sampai 10. Kemampuan tersebut dapat ditunjukkan dengan perolehan skor tes hasil belajar peserta didik tentang perkalian dua bilangan 6-10. Konsep perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan berulang, sehingga kemampuan dasar berhitung perkalian dua bilangan 1-10 seharusnya sudah dikuasai oleh peserta didik kelas II, semester II, karena penguasaan materi perkalian ini merupakan bekal prasyarat untuk mempelajari materi berhitung selanjutnya. Peserta didik yang telah menguasai kemampuan melakukan operasi perkalian dua bilangan 1-10, lebih dapat melakukan operasi-operasi hitung yang lainnya, di antaranya operasi perkalian tiga bilangan, operasi hitung pembagian operasi hitung campuran dan soal cerita. Pada tingkat dasar sebelum peserta didik mengerjakan berhitung perkalian, seorang siswa harus menguasai dari sifat-sifat perkalian pada operasi perkalian. Sifat-sifat perkalian di kelas II semester 2 sebagai berikut: 1. Perkalian sebagai penjumlahan berulang Contoh :
Gambar apel ada 4 Setiap piring ada 2 apel Cara menghitungnya adalah : 2 + 2 + 2 +2 = 8 commit to user Penjumlahan dapat dinyatakan dalam perkalian yaitu : 4 x 2 = 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
2. Sifat pertukaran pada perkalian
3
x
2
=
2
x
3
6 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18 3 x 6 = 6 + 6 + 6 = 18 Jadi 6 x 3 = 3 x 6 = 18 3. Sifat perkalian bilangan satu angka dengan bilangan 1 Semua bilangan jika dikalikan dengan satu hasilnya adalah bilangan itu sendiri Contoh : 4x1=1+1+1+1=4
-1x2=2 -1x8=8
4. Mengalikan bilangan satu angka dengan 0 Semua bilangan jika dikalikan dengan 0 (nol) hasilnya sama dengan 0 (nol) Contoh : 5x0=0+0+0+0+0=0 6x0=0+0+0+0+0+0=0 5. Mengalikan tiga bilangan satu angka Contoh : 4 x 2 x 5 = ... Perkalian tersebut diselesaikan dengan cara : a. Bilangan pertama dan kedua dikalikan 4 x 2 = 8 b. Hasil kali dikalikan dengan bilangan ketiga 8 x 5 = 40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
6. Menentukan pasangan bilangan satu angka yang hasil kalinya ditentukan 18 9
2 x 9 = 18
3
6
3 x 6 = 18
6
3
6 x 3 = 18
9
2
9 x 2 = 18
2
x
c. Keterampilan Berhitung Perkalian Herman Hudoyo dalam Ridhwan (2002: 18), menyatakan
bahwa
“Keterampilan yang dimiliki peserta didik didasarkan atas pemahaman konsep dan teorema yang dipelajari.” Keterampilan hitung siswa dapat dikuasai bila dalam mengajarkan keterampilan tersebut pengajar menerapkan konsepkonsep dalam bentuk latihan-latihan, mengaitkan dengan ide-ide dasar seperti fakta, konsep dan prinsip. Herman Hudoyo dalam Ridhwan (2002: 19) menyatakan: Agar latihan dapat memberikan hasil yang efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah latihan mengingat, latihan verbal, konsentrasi sejumlah kecil konsep dan mempelajari konsep kembali. Siswa dianggap telah menguasai keterampilan apabila mereka mampu memahami operasi matematika beserta sifat-sifatnya dan dapat menerapkannya pada berbagai jenis soal yang berhubungan dengan keterampilan tersebut. Keterampilan melakukan operasi perkalian yang dimaksud adalah keterampilan peserta didik menentukan tepat satu jawaban hasil perkalian dua bilangan dari bilangan 6 sampai 10. Keterampilan tersebut dapat ditunjukkan dengan perolehan skor tes hasil belajar peserta didik tentang perkalian dua bilangan 6-10. Apabila konsep perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan berulang sudah dikuasai oleh peserta didik, sehingga dapat menerapkannya pada berbagai jenis soal yang berhubungan dengan perkalian tersebut. Jadi, siswa dinilai dapat menguasai keterampilan bila konsep yang telah dipahami, dapat diterapkan untuk menyelesaikan berbagai jenis soal commit to user dalam berbagai situasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
2. Hakikat Matematika a. Hakikat Matematika Ernest dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 067 (1991:3) menyatakan matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika diperlukan adanya pengertian, pikiran dan penalaran, tidak cukup hanya dengan hafalan saja.Russel dalam Bell (1978: 260) mengemukakan bahwa “Mathe-matics the queen and serves of the sciencis” yang artinya matematika adalah ratu dan pelayan ilmu-ilmu lainnya. Karso (2000: 4) berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu pengetahuan mengenai struktur yang terorganisasikan, mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsurunsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya ke dalil.” Dalam Kurikulum 2004 (2003: 5), “Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.” Dari pengertian di atas, matematika merupakan suatu sistem yang diorganisasikan dari unsur-unsur pembentuknya yaitu unsur-unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, postulat/aksioma dan dalil. Matematika adalah ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) saja tetapi generalisasi yang harus dibuktikan secara deduktif. Kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan yang logis dengan menggunakan pembuktian deduktif. Hal ini berarti bahwa matematika merupakan ilmu yang mensyaratkan adanya konsep yang logis dan rasional.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
b. Pengertian Matematika Beberapa definisi matematika dikemukakan oleh para ahli matematika dengan maksud agar pembaca dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan dari masing-masing para ahli matematika tersebut. Dengan demikian muncul definisi tentang matematika yang beragam. Di bawah ini beberapa pendapat para ahli tentang matematika, antara lain: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. (Soedjadi, 2001: 11) Soedjadi (2001: 13-19), mengatakan bahwa ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum adalah sebagai berikut: 1) Memiliki objek kajian abstrak Objek yang dipelajari dalam metematika meliputi: a) Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Simbol bilangan “3” secara umum dipahami sebagai bilangan “tiga”. Jika disajikan angka “3” orang sudah dengan sendirinya menangkap maksudnya yaitu “tiga” atau sebaliknya, jika seseorang mengatakan kata “tiga” dengan sendirinya dapat disimbolkan dengan “tiga”. b) Konsep
adalah
ide
abstrak
yang
dapat
digunakan
untuk
menggolongkan sekumpulan objek. “Segitiga” adalah suatu konsep. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Dengan konsep ini sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga atau bukan. c) Operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih
elemen
yang
diketahui.
Sebagai
contoh,
misalnya
“penjumlahan”, “perkalian”, dan sebagainya. d) Prinsip adalah objek metematika yang kompleks. Prinsip terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebagainya. 2) Bertumpu pada kesepakatan Dalam metematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian. 3) Berpola pikir deduktif Dalam matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif adalah pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. 4) Memiliki simbol yang kosong dari arti Secara umum huruf atau tanda dalam model matematika masih kosong dari arti terserah yang akan memanfaatkan model itu. 5) Memperhatikan semester pembicaraan Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol dan tanda dalam model metematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan model matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Benar atau salahnya ataupun tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya. 6) Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika terdapat banyak sistem. Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi. Ini berarti bahwa dalam setiap sistem tidak boleh terjadi kontradiksi. Suatu teorema ataupun definisi harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan sebelumnya. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam nilai kebenarannya. Berdasarkan beberapa pengertian matematika dan pendapat di atas, maka dapat didefinisikan bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungan yang berupa simbol dimana terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang diproses dan diolah dengan penalaran serta disimpulkan dalam konsep-konsep yang memudahkan manusia memecahkan masalah.
c. Teori Belajar Matematika Karso (2000: 33-34), mengatakan bahwa terdapat lima teori belajar matematika yang populer dan cocok untuk pembelajaran matematika di sekolah dasar, yaitu: (1) Teori belajar William Brownell; (2) Teori belajar Zoltan P. Dienes; (3) Teori belajar Jean Piaget; (4) Teori belajar Jerome S. Bruner; (5) Teori belajar Robert M. Gagne. Dari kelima teori belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Teori belajar Brownell dan Van Engen Teori belajar Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1) adanya suatu kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang mewaikili unsur-unsur kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu yang menafsirkan simbol 2) Teori belajar Zoltan P. Dienes Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a) Tahap bermain bebas (Free Play), (b) Permainan (Games), (c) Penelaahan Kesamaan
Sifat
(Repretantion),
(Searching (e)
for
Simbolisasi
Coomunities), (Symbolitation),
(d) (f)
Representasi Formulasi
(Formulatition) 3) Teori belajar Jerome S. Bruner Jerome S. Bruner “…menekankan bahwa setiap individu pada to user waktu mengalami atau commit mengenal peristiwa atau benda di dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
lingkungannya, menemukakan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu: (a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda riil atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak refkles dan coba-coba, belum harmonis. Memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-atik,dan bentuk – bentuk gerak lainnya ( serupa dengan tahap sensori motor dari Piaget). (b) Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic), pada tahap ini anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dilami atau dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak lagi berada dihadaspannya (tahap praoperasi dari Piaget). (c) Tahap simbolik (Symbolic), pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol- simbol dan menjelaskan dengan bahasannya (serupa dengan tahap operasi konkret dan formal dari Piaget). 4) Teori belajar Robert M. Gagne Robert M. Gagne menyatakan bahwa: (1) objek belajar matematika ada dua yaitu objek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan obyek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar). (2) tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan yang kompleks, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah. Berdasarkan teori belajar dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar matematika sangat bermanfaat dalam pembelajaran matematika. Dengan menggunakan teori belajar matematika di atas dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan anak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
d. Pengertian Pembelajaran Matematika Marpaung (2002: 5), mengemukakan bahwa pembelajaran matematika dilakukan melalui matematisasi yaitu menemukan konsep matematika dengan berbuat, menemukan refleksi terhadap tindakan/ aktivitasnya lalu menemukan hasilnya berupa konsep-konsep, sifat-sifat konsep, hubungan antar konsep, aturan-aturan dan prinsip-prinsip. Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu cara atau strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan melalui suatu proses penyelesaian masalah yang diubah secara matematis.
e. Karakteristik Pembelajaran Matematika di tingkat Sekolah Dasar 1. Pembelajaran matematika dilakukan mulai dari konsep sederhana bergerak menuju konsep yang lebih sukar. 2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. 3. Pembelajaran matematika menekankan pola pendekatan induktif. 4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
3. Matematika di Sekolah a. Fungsi dan Tujuan Matematika di Sekolah Matematika adalah pelajaran matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ruang lingkup materi matematika sekolah menurut Kurikulum 2004 (2003: 7) adalah “ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar serta peluang dan statistik.” Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan commit dengan to bahasa user melalui model matematika yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel (Depdiknas, 2003: 6). Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di SD sesuai Kurikulum 2004 (2003: 6) adalah: 1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. 2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4) Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran Matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu: (a) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif, (b) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan ( Depdiknas, 2004). Dengan demikian, tujuan umum pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika.
b. Kemampuan matematika yang diharapkan Tujuan matematika yang dikutip dari Kurikulum Pendidikan Dasar (2004: 6) telah dapat dianggap berhasil bilamana peserta didik telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
menguasai berbagai kemampuan matematika yang diharapkan, antara lain sebagai berikut: 1) Kemampuan membaca dan menulis bilangan. 2) Kemampuan membaca dan menulis bilangan. 3) Kemampuan
melakukan
pekerjaan
hitung
dasar,
penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. 4) Kemampuan menggunakan sifat-sifat sederhana pekerjaan hitungan misalnya pertukaran suku penjumlahan, faktor perkalian dan lain-lain. 5) Kemampuan menemukan pola, misalnay bilangan genap atau gasal. 6) Kemampuan menunjukkan bangun ruang bangun datar sederhana. 7) Kemampuan melakukan dan menghitung panjang, lebar, tinggi, luas, volume suatu bangun dasar dan ruangan keliling yang sederhana. 8) Kemampuan menafsir dan menulis data. 9) Kemampuan menyelesaikan masalah sederhana melalui kalimat soal cerita. c. Ruang Lingkup Bidang Studi Matematika Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurahman (2003: 254) bidang studi matematika yang diajarkan mencakup tiga cabang yaitu: 1) Aritmatika atau berhitung Aritmatika adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan. 2) Aljabar Yaitu penggunaan abjad dalam aritmatika yang tidak hanya sebagai lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui tetapi juga menggunakan lambang lain seperti titik-titik. (contoh : 3 + … = 5), lebih besar (>), lebih kecil (<) dan sebagainya. 3) Geometri Menurut Alex Maryunis yang dikutip Mulyono Abdurahman (2003: 253) commit to user “geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
garis”. Titik adalah pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya. De Lange dalam Fadjar Shodiq (2007: 7), mengemukakan bahwa beberapa kompetensi atau kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasi para siswa selama proses pembelajaran untuk di kelas adalah: 1) Berfikir dan bernalar secara matematis. 2) Berargumentasi secara matematis. 3) Berkomunikasi secara matematis. 4) Pemodelan. 5) Penyusunan dan pemecahan masalah. 6) Representasi. 7) Simbol. 8) Alat dan teknologi. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) memperbarui standar yang dikembangkan untuk menyesuaikan kurikulum matematika dan untuk menyediakan suatu dasar perubahan. Begitu pentingnya pendidikan matematika bagi siswa saat sekarang dan yang akan datang, maka keluarlah kebijakan dari pemerintah tentang persyaratan kelulusan siswa pada jenjang pendidikan formal yang mempersyaratkan matematika sebagai salah satu pelajaran yang menentukan kelulusan. Dengan ditetapkannya batas kelulusan matematika di suatu sekolah, maka akan menjadi tantangan untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dan merangsang timbulnya ide-ide kreatif atau metode yang dapat memacu siswa. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA bahkan di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar. Menurut Cornelius seperti dikutip Mulyono Abdurahman (2003: 253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, yaitu: 1) Sarana berpikir yang jelas dan logis. 2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. 3) Sarana mengenal pola-polacommit hubungan dan generalisasi pengalaman. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
4) Sarana untuk mengembangkan kreativitas. 5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Belajar matematika adalah belajar tentang konsep, keterampilan dan pemecahan masalah, siswa tidak dapat mengerti konsep awal yang diajarkan dialami siswa dalam belajar matematika dapat mengurangi minatnya untuk mempelajari
matematika,
sehingga
dapat
menyebabkan
rendahnya
keterampilan berhitung matematika yang mereka peroleh. d. Strategi Pembelajaran Matematika Dalam perhitungan matematika siswa harus memiliki kompetensi tertentu untuk belajar fakta baru dan operasi dan harus mengembangkannya secara cepat menggunakan strategi mediasi verbal untuk pemecahan masalah dan menyediakan prosedur pemecahan masalah yang sistematis. Untuk penelitian yang akan dilakukan, mengambil objek pelajaran untuk kelas dua semester II khususnya bab perkalian. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP yang merupakan kurikulum terbaru setelah KBK, adapaun standar kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada semester II ini adalah seperti dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Silabus Kelas II Sekolah Dasar Standar Kompetensi Bilangan 3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka 3.3 Melakukan operasi hitung campuran 4.1 Mengelompokkan bangun datar Geometri dan Pengukuran 4. Mengenal unsur-unsur 4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar bangun datar sederhana 4.3 Mengenal sudut-sudut bangun datar. Dengan mengacu pada standar kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas 2 Semester II, metode jarimatika dapat digunakan sebagai strategi pada siswa yang keterampilan hitungnya rendah, khususnya dalam operasi perkalian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
3. Tinjauan Mengenai Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar, pemilihan metode yang tepat merupakan salah satu penunjang utama berhasil tidaknya seorang guru dalam mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 740), ”metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Roestiyah N.K dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2001: 59) menyatakan: Metode mengajar atau teknik penyajian pelajaran yaitu salah satu langkah guru dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Sementara itu, Muhibbin Syah (2006: 202) menjelaskan bahwa “metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”. Sedangkan Purwoto (2003: 70) mengemukakan, beberapa arti metode antara lain: 1) Metode mengajar adalah suatu cara mengajarkan topik agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik 2) Metode mengajar adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya agar guru berhasil dalam mengajarnya dan dapat mencapai tujuan atau mengenai sasarannya. 3) Metode mengajar adalah cara mengajar yang umum diterapkan atau dipakai umtuk semua bidang studi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang teratur dan terpikir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini berkaitan erat dengan bahan yang diajarkan sehingga tidak semua pokok bahasan yang ada pada setiap bidang studi dapat dipandang sempurna dan cocok memakai salah satu metode tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
b. Macam-macam Metode Pembelajaran Beberapa metode pembelajaran yang telah dikembangkan antara lain metode konvensional (metode ceramah), metode kooperatif, metode ekspositori, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode demonstrasi dan lain-lain. Sedangkan metode pembelajaran jarimatika merupakan suatu cara menyampaikan topik tertentu kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka jarimatika juga dianggap sebagai suatu metode mengajar. Dalam penelitian ini akan diuraikan dua metode mengajar saja yaitu metode konvensional dan metode jarimatika. 1) Metode Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud di sini adalah pembelajaran biasa dilakukan sehari-hari. Pada pembelajaran konvensional guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan yang kapasitasnya besar dan siswa diasumsikan mempunyai kemampuan dan kecakapan yang sama. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1208), “konvensional adalah tradisional”, sedang tradisional sendiri diartikan sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana guru memiliki sikap, cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan
yang
ada
secara
turun-temurun.
Dalam
pembelajaran
konvensional, proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa bersifat pasif, reseptif sehingga antara siswa yang pintar dan kurang pintar mendapat perlakuan yang sama. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru, ini akan mengakibatkan siswa kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru dan tidak terlatih untuk mencoba memecahkan masalah sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Wijaya dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2006: 7), mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika agar metode konvensional efektif dan efisien, menyarankan guru sebagai berikut: 1. Persiapan / Pendahuluan Guru membangkitkan perhatian dan minat siswa dengan mengulangi bahan pelajaran yang telah diberikan, menerangkan tujuan yang hendak dicapai serta masalah yang hendak dipecahkan. 2. Penyajian bahan Kegiatan belajar diciptakan secara variatif, membangkitkan motivasi selama pembelajaran berlangsung, mempergunakan media pembelajaran yang variatif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. 3. Penutup Guru menyimpulkan isi dari bahan pelajaran yang baru saja disajikan, kemudian memberikan waktu kepada siswa untuk mencatat, meresapi dan memahaminya, serta penilaian yang komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku. Pada pembelajaran konvensional, kegiatan belajar berpusat pada guru, sehingga guru memiliki peran penting dalam menjelaskan informasi materi pelajaran atau konsep-konsep tentunya berkaitan dengan materi pelajaran. Metode konvensional yang selama ini sering dan banyak digunakan oleh guru dalam proses mengajar adalah metode ceramah. Purwoto (2003: 67), mengemukakan bahwa “Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipakai”. Hal ini mungkin metode ceramah dianggap
guru
sebagai
metode
mengajar
yang
paling
mudah
penyampaiannya, guru tinggal memaparkan di kelas. Siswa tinggal duduk memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat penggalan-penggalan catatan. Adapun keunggulan dan kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut: (Purwoto, 2003: 67) a) Keunggulan (1) Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif lebih murah; (2) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru, konsep-konsep commit to yang user disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
(3) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin; (4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan mudah karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa; (5) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah. b) Kekurangan/kelemahan (1) Pelajaran berjalan membosankan murid dan murid pasif karena tidak berkesempaatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Murid hanya aktif membuat catatan; (2) Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat membuat murid tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan; (3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan; (4) Ceramah menyebabkan belajar murid menjadi “belajar menghafal” (role learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. Dalam metode konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Pada pengajaran dengan metode ini kegiatan belajar mengajar
didominasi oleh guru, sehingga keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sangat berkurang, kurang inisiastif dan bergantung pada guru. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpegang teguh pada adat kebiasaan yang ada yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru yang siap mentransferkan ilmunya kepada siswa sehingga siswa cenderung pasif selama belajar. 2) Metode Pembelajaran dengan Jarimatika a) Pengertian Metode Jarimatika Istilah Jarimatika diartikan pendapat Septi Peni. W (2007: 17) “suatu metode berhitung yang memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu untuk proses berhitung”. Dikutip dari http/www.jarimatikapusat.com, “jarimatika adalah cara berhitung operasi kali, bagi, tambah dan kurang dengan menggunakan tangan”. Menurut pencipta metode jarimatika Septi Peni W, (2007: 5) commit to user “matematika memang tidak mudah, tetapi kita bisa membuatnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
menyenangkan, salah satu hal yang bisa membuat anak-anak senang dengan matematika adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan matematika tersebut. Tentu saja untuk bereksperimen anak-anak harus kaya akan metode tersebut”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan arti metode Jarimatika adalah
suatu
metode
berhitung
yang
menyenangkan
dengan
memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu proses berhitung. b) Sejarah dan Perkembangan Jarimatika Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan anak-anaknya, Septi Peni Wulandari memulai mencoba mencari cara untuk membantu belajar berhitung bagi anak-anaknya. Banyak cara yang telah ia pelajari tetapi semuanya memakai alat bantu sehingga tidak praktis dan terkadang membebani anak dengan bayangan
hitungan
rumit.
Kemudian
mulai
tertarik
dengan
menggunakan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli, dan mudah. Akhirnya,
muncul
gagasan
belajar
berhitung
dengan
menggunakan jari yang dikombinasi dengan aneka permainan yang sesuai dengan jiwa perkembangan anak dimana bagi pemikiran anak semua hal dianggap sebagai permainan. Penelitian dari ke hari mengotak-atik jari sehingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya berhitung dengan jari dan dinamakan Jarimatika. Pada dasarnya, metode ini adalah metode mempelajari aritmatika dengan menggunakan alat bantu jari tangan sehingga disebut Jarimatika. Aritmatika sendiri adalah salah satu cabang dalam matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Widiarsi Agustina dalam rubrik pendidikan majalah Tempo edisi
Juni
2006
menuliskan, di Indonesia Jarimatika yang commit to user pada 2000 merupakan metode dikembangkan Septi Peni Wulandari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
berhitung dengan jari yang menggabungkan metode aritmatika dari sempoa dan kerajinan latihan soal dari Kumon. Perkembangan Jarimatika di Indonesia cukup pesat, pada awal berdiri pada tahun 2000, masih belum banyak peminatnya. Namun, setelah mengadakan workshop jarimatika untuk para orang tua yang mengalami kesulitan mengajarkan berhitung pada anak-anaknya mulai banyak yang mengenal jarimatika. Selanjutnya, digelar rangkaian training di berbagai tempat yang menghasilkan para tentor yang menguasai jarimatika. Jarimatika semakin dikenal oleh masyarakat setelah beberapa stasiun TV swasta di Indonesia mengangkat Jarimatika sebagai tema dalam acaranya. Sampai saat ini sudah berdiri 220 cabang Jarimatika di seluruh Indonesia. Di Indonesia sendiri selain Jarimatika, berbagai metode mempelajari matematika banyak berkembang. Ada metode mathmagic yang digagas Bekti dan Srihari Ediati dalam majalah Tempo sejak tahun 2003. Prinsipnya adalah berhitung secara sederhana, mudah, dan cepat.
Bekti, si penggagas, mengatakan
dengan metode ini
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bisa dilakukan dengan berbagai cara. Hasil eksperimen pasangan ini meramaikan sejumlah metode belajar matematika. Ada sempoa alias mental arithmethic yang diadaptasi dari metode berhitung kuno menggunakan alat hitung dari Cina. Ada Kumon yang intinya sama dengan sempoa, yaitu mencongak dan mengandalkan kecepatan berhitung. Kumon adalah metode belajar yang dikembangkan Toru Kumon, guru matematika SMU di Jepang pada 1954 yang kini populer di 40 negara, termasuk Indonesia. Belakangan muncul lagi metode I Love Mathematics, disingkat I-Maths, yang dikembangkan sejak 15 tahun lalu oleh penemunya, Lin Qui Rong, peraih lima penghargaan matematika dari Taiwan. Masih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
ada lagi Sakamoto, metode belajar matematika dengan soal cerita yang dikembangkan Hideo Sakamoto dari Jepang. Menjamurnya kursus berhitung, menurut praktisi pendidikan Arief Rachman, sebenarnya berguna untuk membantu membangun logika anak. Repotnya, tidak semua metode itu cocok bagi anak karena karakter yang berbeda. Apalagi bagi anak yang mengalami kesulitan belajar matematika yang secara nyata membutuhkan perhatian lebih bahkan pelayanan khusus. Metode konvensional yang hanya mengandalkan ceramah dan latihan ketat tanpa memperhatikan kebutuhan siswa sebagai anak yang berkembang perlu dievaluasi kembali. Kunci belajar matematika bukan sekedar pintar berhitung, tapi juga menguasai konsepnya. Memang tidak mudah membuat anak menyukai matematika. Bila keliru memilih metode, bisa jadi anak enggan setiap kali mengikuti pelajaran matematika. c) Kelebihan dan Kekurangan Jarimatika Anak perlu mengusai keterampilan berhitung agar dapat memahami alam semesta, dapat merancang dengan baik, membuat perencanaan dan evaluasi dengan baik, berlaku adil, berbelanja dengan baik dan sebagainya. Begitu pentingnya keterampilan berhitung, sampai-sampai orang tua secara sadar maupun tidak memaksa anak untuk segera menguasainya dengan baik. Padahal seperti halnya mempelajari keterampilan yang lain, mempelajari keterampilan berhitung sampai menguasainya dengan baik memerlukan suatu proses. Dibanding dengan metode lain, metode jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru secara cepatnya sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu ini disampaikan secara fun sehingga anak akan merasa senang dan gampang pusat.com).
bagaikan
tamasya belajar. commit to user
(http//www.
jarimatika-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Septi Peni W (2007: 17) mengungkapkan, nilai lebih dari penggunaan metode Jarimatika ini adalah: (1) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung, hal ini akan membuat anak mudah melakukannya. (2) Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu, dengan begitu mereka akan melakukannya dengan gembira. (3) Relatif tidak memberatkan memori otak dengan bayangan. (4) Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan atau terlupa dimana menyimpannya. Dikutip
dari
http//www.jarimatika-pusat.com,
metode
jarimatika mempunyai pengaruh daya pikir dan psikologis antara lain: (1) Karena diberikan secara menyenangkan maka system limbic di otak anak akan sentiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru. (2) Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kiri baik secara motorik ataupun fungsional sehingga otak bekerja lebih optimal. (3) Tidak
memberatkan
memori
otak,
sehingga
anak-anak
menganggap mudah, dan ini merupakan awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas. Metode jarimatika tidak memberatkan memori anak-anak meskipun menghitung dalam jumlah ribuan karena dalam praktiknya otak masih dibantu dengan alat yaitu jari tangan. Jari tangan bisa digunakan setiap saat ke manapun, di manapun, kapanpun anak bisa menggunakan tangannya untuk berhitung tidak terkecuali saat ujian berlangsung. (http//www.surya.co.id/web). Setiap metode dalam mempelajari matematika mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, dalam hal ini penulis memilih metode commit to yang user sedang berkembang di Indonesia jarimatika di antara metode lain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
karena penyampaian metode jarimatika memudahkan untuk anak-anak dalam belajar berhitung matematika. Pada dasarnya metode jarimatika adalah menerapkan dari metode aritmatika sempoa dan metode kumon tetapi menggunakan alat dan dalam penyampaiannya dikombinasikan dengan permainan sehingga anak termotivasi untuk belajar matematika. Inilah yang menjadi alasan peneliti menggunakan metode tersebut. Selain mempunyai kelebihan yang sudah dipaparkan, ada beberapa kekurangan yang terdapat pada metode jarimatika yaitu: (1) Metode ini fokus pada aritmatika, aritmatika sendiri adalah salah satu cabang dalam matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, maka dari itu cakupannya kurang luas. (2) Sifatnya membantu proses berhitung lebih mudah dan cepat, belum pada pemecahan masalah. d) Tahapan Mempelajari Jarimatika Dalam setiap mempelajari ilmu, membutuhkan proses dan beberapa tahapan begitu pula dalam mempelajari jarimatika. Tahapan ini diperlukan agar anak benar-benar paham terhadap apa yang dipelajarinya. Selain itu, melalui beberapa tahapan kita dapat memantau perkembangannya. Berdasarkan pendapat Septi Peni. W (2007: 18), tahapan mempelajari Jarimatika adalah sebagai berikut: (1) Sebelum mempelajari jarimatika, anak-anak terlebih dahulu perlu memahamai angka atau lambang bilangan. (2) Setelah itu, anak perlu mengenali konsep operasinya. (3) Anak sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi. (4) Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika. Pengenalannya dengan praktik langsung dapat dengan senam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
gembira mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan dalam jarimatika. (5) Ajak anak terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika. (6) Mencoba melakuka operasi penambahan dan pengurangan sederhana untuk hasil sampai dengan empat. (7) Latihan terus menerus.
Gambar 2.1. Gerakan Sebelum Memulai Pembelajaran Jarimatika
Formasi jari-jari perkalian 1-10 (jari kanan) Mengenal lambang jari yang digunakan. Diawali dengan tangan kanan yang menunjukkan satuan 1 – 9.
Gambar 2.2. Formasi Jarimatika Satuan 1 – 9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tangan kiri menunjukkan angka puluhan 10 – 90.
Gambar 2.3. Formasi Jarimatika Satuan 10 – 90
Konsep dasar perkalian
Gambar 2.4. Konsep Dasar Perkalian Pada gambar di atas terdapat 4 buah piring dan pada setiap piring terdapat 2 buah apel. Bentuk perkaliannya adalah 4 x 2. Cara menghitungnya, 2 + 2 + 2 + 2. Jadi, hasilnya 8. Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2) Keterangan: T1
= jari tangan kanan yang to ditutup commit user (puluhan)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
T2
= jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)
B1
= jari tangan kanan yang dibuka (satuan)
B2
= jari tangan kiri yang dibuka (satuan)
Gambar 2.5. Rumus Formasi Jarimatika Kedua tangan memiliki dua nilai tempat tangan kanan untuk satuan dan tangan kiri untuk puluhan. Cara membaca perlu dipahami agar orang tua dapat menerangkan proses operasi jarimatika yang sedang dijalani kepada anak-anak. Ini untuk tahap-tahap awal melatih gerak jari anak-anak. Setelah lancar, dapat langsung ketemu hasilnya. Agar dapat lancar, ada satu kunci yang perlu diperhatikan, yaitu latihan berulang-ulang. Dari proses tahapan mempelajari jarimatika tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Dalam mempelajari jarimatika, sebelumnya anak harus sudah mengenal angka ataupun lambang bilangan. (2) Anak dipahamkan dahulu konsep operasi bilangannya. (3) Selalu melakukan kegiatan belajar dalam kondisi menyenangkan, dapat dengan cara bermain dan bernyanyi. (4) Mengenal lambang-lambang dalam jarimatika yaitu jari tangan yang digunakan mewakili angka. (5) Mendemonstrasikan gerakan jari berulang-ulang sampai hafal dengan sendirinya. (6) Tidak memaksakan anak untuk menghafal formasi jari tangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
(7) Memulai latihan mengoperasikan bilangan mulai dari yang sederhana. (8) Melakukan latihan secara rutin.
4. Hakikat Kemampuan Awal Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh ciriciri khas yang dimiliki siswa baik secara individu maupun kelompok, kenyataan ini berakibat bagi guru mengikutsertakan ciri–ciri khas itu sebagai titik tolak bagi perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar (Winkel, 2007: 79). Menurut Gagne dalam Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 15) belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah tetapi terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu: a. Kondisi internal yang antara lain menyangkut kesiapan siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya. b. Kondisi eksternal yang merupakan situasi belajar penyajian stimulti yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. Dari uraian di atas penulis dapat menyebutkan bahwa keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh faktor dari dalam diri siswa yang berupa penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya sebagai kemampuan awal dan faktor dari luar diri siswa antara lain lingkungan dan penyajian pembelajaran. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan diberikan guru. a. Pengertian Kemampuan Awal Pengertian kemampuan awal menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 93) adalah “sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran”. Adapun Dick & Carey (2008: 20) mengatakan bahwa “perilaku awal (entry behaviors) adalah kemampuan atau skill khusus yang sudah diketahui sekelompok siswa commit to user sebelum memulai suatu pembelajaran yang baru.” Pernyataan Ausubel( dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Ratna Wilis Dahar, 1989: 117) tersebut adalah “The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly”. Dalam penjelasan pernyatan tersebut adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Dalam pernyataan tersebut menegaskan pentingnya struktur kognitif siswa yang juga merupakan kemampuan awal untuk belajar berikutnya. Senada dengan pernyataan West (1991) bahwa the cognitive strategies are a collection of known ways that people learn. These strategies become techniques in the hands of teachers and designers. Much of the research on which the strategies are based has been conducted with people in school- like or actual school situations and other contexts in which people want or are expected to learn ( h.26 ) Dari uraian di atas penulis dapat menyebutkan bahwa kemampuan awal yaitu pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa agar dapat mengikuti pembelajaran yang baru untuk mencapai tujuan. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru. Kemampuan awal perlu dikondisikan oleh guru sebelum mengajar agar siswa siap mengikuti pembelajaran dan tentu saja materi yang disiapkan akan menarik. Dalam membuat perencanaan pembelajaran guru perlu memperhatikan kemampuan awal siswa agar bobot materi yang diajarkan bisa tepat, sebab kalau bobot materi terlalu berat maka siswa akan sulit menangkap isi pembelajaran, akan tetapi kalau terlalu ringan menjadi tidak menarik sebab siswa merasa tidak memerlukan materi itu. Sedangkan Gagne (1990), menyatakan bahwa “sebelum menentukan strategi belajar mengajar yang sesuai, guru telah menetapkan prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan.” Dari uraian di atas penulis kemukakan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan atau keterampilan prasyarat yang harus dikuasai siswa untuk menerima pengetahuan atau keterampilan yang baru. Guru mengajar harus memperhatikan pengetahuan prasyarat yang harus ada pada siswa, agar pembelajaran bisa lancar. Kemampuan prasyarat terpenuhi maka pembelajaran commit to user lancar, sebaliknya jika kemampuan prasyarat tidak terpenuhi maka siswa akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
merasa sulit atau bosan di dalam menerima materi pelajaran. Adapun kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pembelajaran yang baru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktek sehari-hari seringkali guru-guru merancang dan melaksanakan pengajaran berdasar asumsi bahwa murid telah mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang merupakan prasayarat. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pengajaran menjadi tidak efektif karena murid merasa kesulitan, dengan kata lain belum siap menerima program pembelajaran dari guru. Dalam penelitian ini sebagai kemampuan awal adalah hasil penilaian Matematika sebelum diberikan eksperimen di SD Negeri Ngaru-Aru 1 dan SD Negeri 2 Ngaru-Aru Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009 / 2010 kelas 2 semester II.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kemampuan Awal 1. Faktor Intern Pada dasarnya setiap siswa telah memiliki berbagai pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya di jenjang pendidikan sebelumnya .Hal tersebut merupakan modal awal bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar selanjutnya. Dalam hal ini Oemar Hamalik mengatakan bahwa : Entry Behavior ini sangat berpengaruh dalam proses dan kegiatan belajar, yang pada gilirannya turut menetukan hasil belajarnya. Siswa akan berhasil belajar jika dia melakukannya secara aktif (melakukannya sendiri) dan kreatif (menciptakan gagasan dan konsep baru berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya). Pengalaman dan pengertian-pengertian masa lalu yang telah dimiliki besar pengaruhnya dalam belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman dan pengertian-pengertian baru. Jadi, dapat dipahami bahwa kemampuan awal (Entry Behavior) turut berpengaruh terhadap belajar mahasiswa, terutama dalam mata kuliah bahasa Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
2. Faktor Ekstern (cara guru menyampaikan pembelajaran) Cara guru atau pengajar menyampaikan pembelajaran besar pengaruhnya terhadap belajar siswa. Cara penyampaian pembelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang berminat dan bersemangat untuk mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pembelajaran disampaikan dengan cara dan gaya yang menarik perhatian, menjadikan mereka tertarik dan bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya untuk terus mempelajarinya. Dari uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa keterampilan berhitung siswa mata pelajaran matematika seorang siswa juga sangat terkait dengan bagaimana cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
c. Cara Mengukur Kemampuan Awal Dick & Carey (1985: 163), menyatakan “tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa.” Dari uraian di atas penulis dapat menyebutkan bahwa kemampuan awal dapat diukur menggunakan kuesioner, interview, observasi dan tes. Kemampuan awal matematika dalam hal ini diukur menggunakan tes dengan maksud dapat mengungkap materi yang luas, ialah keseluruhan materi matematika di kelas dua. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda agar mudah dalam penyelenggaraannya dan koreksinya. Guru sebelum mulai pembelajaran perlu mengukur kemampuan awal siswa untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi yang dimiliki siswa. Dalam membuat perencanaan pembelajaran materi pengukuran kemampuan awal perlu ditulis sebagai acuan. Guru yang tidak mengukur kemampuan awal sebelum melakukan pembelajaran, tidak akan tahu kondisi awal siswa dan tidak akan bisa menghubungkan secara baik dengan materi yang baru, maka siswa bisa merasa kesulitan karena materi yang diberikan terlalu berat. Tapi bisa menjadi tidak menarik atau membosankan karena materi baru terlalu ringan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Untuk memahami lebih lanjut kerangka keterkaitan ketiga bagian pokok pembelajaran tersebut dapat dilihat paradigma proses belajar mengajar pada diagram berikut: Diagram Paradigma Proses Belajar Mengajar Pendahuluan Kemampuan Awal Guru
Proses Pembelajaran
Siswa
Penutup Hasil Akhir Gambar 2.6. Proses Belajar Mengajar Model paradigma di atas berlaku secara umum untuk setiap mata pelajaran. Kaitannya dengan mata pelajaran kurikulum matematika, bagian pendahuluan, guru mata pelajaran belum menyelenggarakan pengukuran kemampuan awal siswa. Selama ini, pembelajaran dirancang tanpa memperhatikan kemampuan awal siswa. Pada bagian pendahuluan tiap pembelajaran, guru diharapkan melakukan pengukuran kemampuan awal dengan menggunakan materi dari seluruh pokok.
B. Penelitian yang Relevan
Ridhwan
(2002),
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Pengaruh
Kemampuan Verbal dan Keterampilan Hitung terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Linier dengan Dua Peubah.”. Menyimpulkan bahwa siswa yang mempunyai keterampilan hitung tinggi akan memperoleh prestasi belajar matematika yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang mempunyai keterampilan hitung rendah akan mempunyai prestasi belajar yang rendah pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Penelitian Ridwan tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu keterampilan berhitung ditinjau dari kemampuan awal siswa. Kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Ridwan pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar Matematika. Sedangkan penelitian ini pengaruh metode pembelajaran jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian pada siswa kelas II di SD Banyudono , Boyolali tahun Ajaran 2009/2010. Selain itu, penelitian yang dilakukan Robertus Margana tesisnya yang berjudul “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri di Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” Menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
menghasilkan hasil belajar
matematika siswa yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional diperoleh harga statistik uji Fa = 44,113 dan Ftabel = 3,84, demikian pula hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang, dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, diperoleh harga statistik uji Fb = 83,227 dan Ftabel = 3,00.Perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dan konvensional
konsisten pada tiap – tiap kategori kemampuan awal siswa dan perbedaan hasil belajar matematika antara tiap – tiap kategori kemampuan awal siswa konsisten pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dan konvensional diperoleh harga statistik uji Fab = 1,809 dan Ftabel = 3,00. Penelitian Robertus Margana tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu kemampuan awal. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Robertus Margana dengan menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Kelas X SMANegeri di Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” Sedangkan penelitian ini untuk pengaruh to user metode pembelajaran jarimatikacommit terhadap keterampilan berhitung perkalian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
hasilnya bilangan dua angka pada kelas II SD Negeri Sekecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Upik Tri Mulyani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Efekifitas Metode Jarimatika Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Kelas II SD Negeri Bulakrejo I Sukoharjo Tahun Ajaran 2008/2009 ‘’, Menyimpulkan bahwa adanya pengaruh meode jarimatika terhadap peningkatan prestasi belajar Matematika kelas II SD Negeri Bulakrejo 1 Sukoharjo tahun ajaran 2008/2009. Hal ini ditunjukkan dari perbedaan nilai hasil tes yang semakin meningkat antara kelompok kontrol dan eksperimen.Selain itu terlihat pada post tes kedua kelompok didapatkan Z hitung -2,023 dengan probabilitas 0,043. Penelitian Upik Tri Mulyani tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode jarimatika. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Upik Tri Mulyani untuk meningkatkan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar Matematika kelas II SDNegeri Bulakrejo I Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2008/2009”. Sedangkan penelitian ini pengaruh
keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka ditinjau dari kemampuan awal pada kelas II SD Negeri Sekecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian mengenai penerapan metode Jarimatika belum banyak diteliti karena hal ini merupakan hal yang baru. Namun, telah banyak komentar dari yang telah menggunakannya. Berikut pengalaman para pemakai Jarimatika: Ibu rumah tangga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan berpikir positif bahwa mereka telah melakukan pekerjaan mulia dengan jarimatika selain dapat mendidik anak-anak,
mereka
juga
bisa
mendapatkan
penghasilan
tambahan
(www.jarimatika.com).
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, pembahasan, perumusan, commit to user dan tinjauan pustaka dapat diketahui bahwa belajar matematika dipengaruhi oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
banyak faktor, diantaranya intern dan ekstern siswa. Faktor intern yang turut mempengaruhi siswa antara lain motivasi belajar, aktifitas belajar, kondisi intelektual, psikologi, dan kemampuan awal yang telah dikuasai sebelumnya. Faktor ekstern yang turut mempengaruhi keterampilan berhitung siswa antara lain kondisi lingkungan, keluarga, metode mengajar yang digunakan, guru, dsb. Faktor ekstern yang turut mempengaruhi keterampilan berhitung siswa antara lain metode mengajar yang digunakan oleh guru. Hal ini disadari adanya suatu kenyataan bahwa suatu metode mengajar tidak dapat dilaksanakan untuk semua kondisi. Baik adanya perbedaan kemampuan siswa, aspek psikologi, sosial ekonomi, aktifitas , motifasi belajar, dsb. Untuk meningkatkan keterampilan berhitung siswa diharapkan guru mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam memilih serta menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode Jaritmatika merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, dengan metode Jaritmatika diharapkan keterampilan berhitung
matematika dapat
meningkat. Proses menyelesaikan soal berhitung perkalian dan pembagian pada tiap siswa tidaklah sama. Hal ini dikarenakan kemampuan awal mereka yang berbedabeda. Siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih tinggi dimungkinkan akan lebih cepat menyelesaikan soal berhitung perkalian dan pembagian dibandingkan teman-temannya yang kemampuan awal lebih rendah. Pembelajaran menggunakan metode jaritmatika akan berlangsung lancar dan berhasil baik jika didukung dengan kemampuan awal siswa yang baik. Berdasarkan pemikiran di atas, digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Metode pembelajaran jarimatika Keterampilan berhitung Metode pembelajaran Konvensional
Gambar 2.7. Paradigma Penelitian
D. Hipotesis Menurut Suharsini Arikunto (2002: 64) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Demikian juga pendapat Mardalis (2002: 48) “hipotesis merupakan jawaban sementara atau simpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian.”
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan keterampilan
berhitung antara yang menggunakan
metode jarimatika dengan metode konvensional. 2. Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan remdah 3. Terdapat interaksi bersama pembelajaran yang menggunakan kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat dimana memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian ini yaitu SD Negeri Se-Kecamatan Banyudono dengan subyek penelitian siswa-siswi kelas II Tahun Ajaran 2009/2010. Alasan penulis memilih tempat tersebut sebagai tempat penelitian karena: a. Secara objektif 1) Tersedianya data yang diperlukan untuk penelitian. 2) Di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian. b. Secara subjektif 1) Adanya keterbukaan dari pihak lokasi penelitian dalam memberikan informasi yang membantu pelaksananaan penelitian. 2) Letak lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal, sehingga mudah dijangkau dan dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai awal tahun 2010. Tahap-tahap dapat dirinci sebagai berikut: a. Tahap persiapan dan perijinan penelitian Pada tahap ini meliputi penyusunan, pengajuan dan mengurus perijinan proposal.Tahap ini dilaksanakan mulai bulan Januari- Maret 2010. b. Tahap pelaksanaan penelitian Tahap pelaksanaannya meliputi penyusunan instrumen, pelaksanaan penelitian Tahap ini dilaksanakan mulai bulan Maret- Mei 2010. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
c. Tahap penyelesaian Tahap ini meliputi analisis data dan penyelesaian laporan selengkapnya.Tahap ini dilaksanakan mulai bulan Mei-Juni 2010. d. Tahap pelaksanaan ujian Tahap ini meliputi pelaksanaan ujian, revisi dan pengiriman laporan. Tahap ini dilaksanakan mulai bulan Juni terakhir 2010.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi–experimental research). Hal ini dikarenakan tidak dapat mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2004: 82) bahwa “tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Sebelum eksperimen dilakukan, diadakan pengecekan terlebih dahulu mengenal kemampuan awal dari sampel yang diteliti. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode jarimatika dan kelompok kontrol diberikan dengan metode konvensional. Maksud pengecekan tersebut adalah untuk mengetahui keadaan kelompok tersebut apakah seimbang. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan adalah nilai siswa sebelum eksperimen . Dalam penelitian ini kedua kelompok yang dibandingkan diasumsikan sama dalam semua segi yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen, kemudian data yang diperoleh diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel uji statistiknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menuru Suharsimi Arikunto (2002: 108) yang dimaksud populasi adalah "keseluruhan obyek penelitian". Menurut Kamus Riset karangan Komarudin yang dikutip Mardalis (2006: 53) yang dimaksud dengan populasi adalah ”semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.” Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau kelompok dimana seseorang akan memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas II di SD Negeri Kecamatan Banyudono Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Sampel Menurut
Cholid
Narbuko
dan
H.
Abu
Achmadi
(2006:
107)
mengemukakan bahwa sampel adalah "elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar keterwakiliannya". Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) sampel adalah "sebagian atau wakil populasi yang diteliti". Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah wakil populasi yang dipilih atas dasar kemewakilannya. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II di SD Negeri Ngaru-Aru I dan SD Negeri Ngaru-Aru II di Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2009/ 2010.
3. Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil dua kelas secara acak, dengan asumsi bahwa tidak adanya kebijakan pihak sekolah dalam pengelompokan siswa dalam kelas unggulan serta adanya kebijakan pemerataan tingkat kemampuan siswa, sehingga nilai rata-rata ujian semester ganjil, khususnya mata pelajaran matematika tidak jauh berbeda, sehingga populasi dianggap homogen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok, kemudian pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel secara cluster sampling dengan menggunakan dua tahap. Di sini 31 SD Negeri di kecamatan Banyudono yang menjadi populasi, dan sampelnya dengan memasukkan kriteria yang mana sekolah -diterapkan penggunaan metode jarimatika dan sebagai kelompok kontrol digunakan dalam penelitian. Sekolah yang tidak masuk dalam kriteria tersebut tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Tahap berikutnya menentukan kelas yang dijadikan sampel secara random dengan diberi nomor yang dipilih secara acak.kelas yang dipilih adalah kelas 2.
D. Variabel Penelitian 1.Definisi Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Variabel Bebas 1) Metode pembelajaran a) Definisi Konseptual: Metode
matematika
adalah
cara
yang
tepat
yang
telah
direncanakan dengan baik oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah metode konvensional dan metode jaritmatika. b) Skala pengukurannya adalah skala nominal. Siswa dibagi dalam dua kelompok, yaitu: (1) Kelompok eksperimen: siswa yang diberi pelajaran dengan menggunakan metode jaritmatika. (2) Kelompok
kontrol:
siswa
yang
konvensional. commit to user
diberi
pelajaran
metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
2) Kemampuan awal a) Definisi konseptual: kemampuan awal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran matematika pokok bahasan perkalian bilangan sampai 100. b) Indikatornya adalah tes awal yang diberikan sebelum penelitian c) Skala pengukurannya adalah interval kemudian setelah itu dipandang sebagai skala ordinal. Kemampuan awal diklasifkasikan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian tersebut berdasarkan klasifikasi sebagai berikut: (1) Kelompok tinggi: untuk ≥ Xtotal + Stotal (2) Kelompok sedang: Xtotal - Stotal < nilai Xtotal (3) Kelompok rendah : ≤ Xtotal - Stotal Dimana Xtotal adalah nilai rata-rata gabungan dan Stotal adalah standar deviasi gabungan. Pengelompokkan ini disesuaikan dengan asumsi bahwa prestasi belajar yang diraih siswa tersaji dalam kurva normal (Anas Sudijono, 2005: 36).
b. Variabel Terikat 1) Definisi konseptual: kemampuan berpikir siswa untuk melakukan operasi penjumlahan,
pengurangan,
perkalian,
pembagian
dan
prosedur-
prosedurnya dalam waktu yang cepat dan tepat. 2) Indikator: skor tes yang diujikan semester II kelas dua. 3) Skala pengukurannya: interval.
2. Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan faktorial sederhana 2 x 3, untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Tinggi (B1)
Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran Jarimatika (A1) Konvensional (A2)
Kemampuan Awal Sedang Rendah (B2) (B3)
AB11
AB12
AB13
AB21
AB22
AB23
3. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Desain Penelitian
Kemampuan awal
Perlakuan
Pre test= kelas kontrol Kelas eksperimen
Keterampilan berhitung post test= kelas kontrol kelas eksperimen
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen Penelitian ini memiliki variabel terikat yaitu keterampilan berhitung matematika, sedangkan variabel bebas adalah penggunaan metode Jarimatika dan kemampuan awal. Untuk pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan tes sebagai teknik pengambilan data yang utama, sedangkan angket dan dokumentasi sebagai teknik pengambilan data pendamping. a. Dokumentasi Budiyono (2004: 47), berpendapat bahwa "metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada". Suharsimi Arikunto (2001: 188), mengatakaan bahwa "metode commit to user dokumentasi yaitu mencari data mengenail hal-hal atau variabel yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger agenda dan sebagainya." Dari pengertian di atas dapat disimpulkan dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan jalan melihat data yang sudah ada yang berguna untuk penellitian. Data yang diperlukan dalam dokumentasi terdiri dari: 1) Buku laporan (raport) digunakan untuk mengetahui keadaan awal siswa dalam belajar matematika. 2) Data ulangan harian matematika sesuai subyek penelitian. 3) Buku induk untuk mengetahui data awal siswa. 4) Buku pelajaran matematika milik siswa guna mengetahui kemampuan siswa dalam pelajaran matematika sehari-hari. Seluruh dokumen di atas, digunakan untuk membantu dalam melakukan penelitian, untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum eeksperimen dilakukan. b. Tes 1) Pengertian Tes Suharsimi Arikunto (2001: 32), menyatakan bahwa tes adalah "serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tuckam dan Mudjijo (1995: 3), mengemukakan kegunaan tes adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Untuk mendukung objektivitas pengamatan yang dilakukan. Untuk menumbuhkan perilaku di bawah kondisi yang relatif terkontrol. Untuk mengukur sampel kemampuan individu (siswa). Untuk memperoleh kemampuan-kemampuan dan mengukur hasil yang sesuai dengan tujuan dan tolak ukurnya. Untuk mengungkapkan perilaku yang tidak kelihatan. Untuk mendeteksi karakteristik dan komponen-komponen perilaku. Untuk meramalkan perilaku yang akan datang. Untuk menyediakan data sebagai umpan balik dan membuat keputusan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian (Budiyono, 2004: 54). Slameto (2001: 31), menyatakan bahwa penggolongan tes menurut isi dan tujuannya dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. 2.
3.
Tes hasil belajar, yaitu tes yang menilai sampai dimana hasil belajar yang dicapai siswa setelah mereka menjalani perbuatan belajar dalam waktu tertentu. Tes diagnostik ialah tes untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa dalam pelajaran tertentu yang hasilnya digunakan untuk membantu siswa tersebut dalam mengatasi kesulitannya dalam pelajaran tersebut. Tes psikologis, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan psikologi siswa terutama ciri-ciri kepribadiannya yang dapat digunakan untuk mengetahui apabila ia mengetahui kesulitan yang berhubungan dengan ciri-ciri tersebut. Tes psikologis meliputi tes kecerdasan, tes minat, tes bakat khusus, dan tes kepribadian.
Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes kekuatan yang bermaksud mengukur kemampuan siswa yang dites dalam menjawab atau memecahkan pertanyaan atau persoalan sehubungan dengan hal-hal atau materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, tes hasil belajar bermaksud mengukur sejauh mana para siswa telah menguasai atau mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Mudjijo (1995: 29), menjelaskan jenis dan bentuk tes hasil belajar sebagai berikut: a) Tes lisan (oral test) b) Tes tertulis (written test) c) Tes tindakan atau perbuatan (performance test) Slameto (2001: 32-40), menyatakan bahwa di dalam tes tertulis dapat digunakan beberapa bentuk butir soal: a) Tes bentuk uraian (essay test) yang terdiri dari tes uraian bebas dan terikat. b) Tes bentuk objektif (objective test) yang terdiri atas butir soal benar-salah, pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), jawab singkat (short answer) dan menjodohkan (matching). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
a) Dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar dengan jenis tes tertulis, dan bentuk tes pilihan berganda sebagai dasar pertimbangan bahwa dengan tes pilihan berganda dapat dievaluasi dengan hasil yang lebih luas dan menyeluruh serta menghindari pengaruh subjektif, sedangkan penilaiannya tiap satu nomor dengan jawaban benar akan mendapat nilai 1, dan jawaban salah mendapat nilai 0, tes ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keterampilan berhitung. Tes ini diberikan setelah dikenai perlakuan.Dalam tes mengukur keterampilan, untuk meyakinkan bahwa butir-butir soal telah mewakili tujuan pembelajaran. Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat soal melalui langkah-langkah: a) Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruksionalnya. b) Membuat kisi-kisi soal yang akan ditulis, cara yang ditempuh adalah membuat tabel dua jalan yang membuat pokok bahasan yang akan diukur dan aspek tingkah laku yang akan dinilai. c) Menyusun soal tes beserta kuncinya. d) Menelaah soal tes sebelum dicetak. 2) Kebaikan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda Slameto (2001: 63), mengemukakan bahwa ada beberapa kebaikan dan kelemahan metode tes pilihan ganda yaitu sebagai berikut: a) Kebaikan tes pilihan ganda, yaitu: 1) Lebih fleksibel dan efektif. 2) Mencakup hampir seluruh bahan pelajaran. 3) Tepat untuk mengukur penguraian informasi, perbendaharaan kata, pengertian,
aplikasi
prinsip,
rumus
serta
kemampuan
menginterpretasikan data. 4) Dapat juga untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat atas dasar alasan tertentu, dan menarik kesimpulan 5) Koreksi dan penilaiannya mudah. commit to user 6) Objektif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
7) Dapat dipakai berulang-ulang. b) Kelemahan tes pilihan ganda, yaitu: 1) Sulit serta membutuhkan waktu yang lama dalam menyusun soalnya. 2) Tidak dapat dipakai untuk mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi bahan. Suharsimi Arikunto (2001: 57-63), mengemukakan bahwa sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi syarat tes yaitu mempunyai: a) Validitas, artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur. b) Reliabilitas, artinya tes yang mempunyai keajegan maksudnya taraf sejauh mana tes itu sama dengan dirinya sendiri, yaitu bahwa hasil pengukuran dengan tes itu adalah relatif sama. c)
Objektivitas, artinya tes yang mampu menyingkirkan faktor subjektif pada individu-individu yang bersangkutan dengan tes itu.
d) Praktisilitas
artinya
tes
itu
bersifat
praktis
dan
mudah
pengadministrasiannya. Tes praktis itu adalah tes yang: 1) Mudah dilaksanakan 2) Mudah pemeriksaanya 3) Dilengkapi dengan petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan oleh orang lain. e)
Ekonomis artinya bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Sebelum instrumen tes digunakan terkebih dahulu diadakan uji coba tes, yang dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes tersebut. Pada penelitian uji coba tes dilakukan di SD Negeri Ngaru-aru 1 pada siswa kelas II tahun ajaran 2009/2010 berdasarkan kesamaan subjek uji coba dan subjek sampel penelitian. Setelah dilaksanakan uji coba, selanjutnya dilakukan analisis item soal yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
c. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang kemampuan awal sejauh mana siswa sebelum memulai atau mengikuti pembelajaran yang baru. Instrumen angket berbentuk pernyataan positif dan negatif tentang kemampuan awal siswa. Skala penilaian yang digunakan adalah Skala Likert. Skala Likert memuat sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap (Arif Furchon 1982: 266). Dalam memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala ini subjek menunjukkan apakah ia sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju, atau sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap pernyataan yang diberikan. Nilai angka yang ditetapkan untuk setiap respons tergantung pada tingkat kesetujuan dan ketidaksetujuan subjek kepada tiap-tiap pernyataan. Skor seorang subjek ditetapkan dengan menjumlah nilai yang ditetapkan untuk tiap-tiap respons. Langkah-langkah penyusunan angket sebagai berikut: 1)
Menentukan kisi-kisi angket Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang aspek-aspek yang akan diungkap/indikator-indikator apa saja yang diukur dalam penyusunan angket.
2)
Menentukan jenis dan bentuk angket Jenis dan bentuk angket yang digunakan adalah angket bersetruktur tertutup dengan disediakan semua pilihan jawaban yang saling lepas.
3)
Menyusun angket Angket yang disusun terdiri atas item-item pernyataan atau pertanyaan yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket. Angket yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa berjumlah 20 butir pertanyaan dengan 5 (lima) pilihan jawaban menggunakan skala sikap Likert. Dalam skala Likert, Pernyataan sikap baik yang positif maupun negatif dinilai dengan jawaban sangat setuju, setuju, tidak punya jawaban (netral), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
4)
Menetapkan skor angket Skor responden dijumlahkan berdasarkan hasil yang diperoleh setiap item. Skor yang tinggi merefleksikan sikap yang positif, jadi semakin tinggi skor yang diperoleh responden, maka semakin
positif tingkah lakunya. Skor
untuk pernyataan positif merupakan kebalikan dari skor untuk pernyataan negatif. Misalnya untuk responden yang menjawab sangat setuju akan diberi skor 5 apabila pernyataanya positif, dan diberi skor 1 apabila pernyataanya negatif. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka perhitungan skor sikap dengan skala Likert disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3.3 : Perhitungan Skor Angket Pernyataan Sikap Pernyataan Positif
Setuju 5
Kadang-kadang 4
Tidak Setuju 3
Pernyataan Negatif
3
4
5
Sebelum tes dan angket digunakan pada penelitian terlebih dahulu diujicobakan pada siswa-siswa sekolah lain yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan tempat penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid, reliabel dan juga untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda soal serta fungsinya pengecoh. 1) Validitas Tes Suharsimi Arikunto (2006: 148), mengemukakan bahwa validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalahan suatu instrumen.” Mardalis (2006: 60), mengungkapkan "validitas suatu instrumen menunjukkan suatu alat ukur yang dapat mengukur sejauh mana kebenaran alat itu untuk mengukur suatu yang diperlukan atau seberapa kesahihannya". Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian validitas dengan menggunakan teknik korelasi antara item dan total item yang diolah dengan rumus Korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
rxy =
N ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
(N ∑ x − (∑ x ))(N ∑ y − (∑ y )) 2
2
2
2
(Suharsini Arikunto, 2002 : 146) Keterangan : rxy = Koefisian korelasi antara variabel x dan y N = Jumlah subyek x = Item y = total item xy = jumlah perkalian antara x dan y x2 = jumlah kuadrat dari x y2 = jumlah kuadrat dari y Setelah diperoleh rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment. Apabila rxy ≥ rtabel maka dikatakan butir soal itu konsisten,sedangkan apabila rxy >
rtabel
maka dikatakan butir soal itu
tidak konsisten (Suharsimi Arikunto, 2001: 75). 2) Reliabilitas Budiyono (2004: 65) menyatakan: Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrument tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi memiliki kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Suharsimi Arikunto (2001: 60) mengatakan bahwa ”suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.” Dengan kata lain, jika kepada siswa diberikan tes pada waktu yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama dalam kelompoknya. Suharsimi Arikunto (2002: 154) reliabilitas adalah "suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik". Untuk mengetahui realiabilitas tes, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan formula Kuder-Richardson 20 atau rumus K-R 20. r11 =
(K ) ⋅ (Vt ⋅ ∑ pq )
K −1
Arikunto, 2002: 188) V commit to(Suharsini user t
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Keterangan: r11 K Vt
= reliabilitas instrumen = banyaknya butir pertanyaan = proporsi subyek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subyek yang mendapat skor 1) atau varians total
p
= Banyaknya subyek yang skornya 1 N = Proporsi subyek yang mendapat skor 0 (q = 1 - p )
q
Hasil perhitungan dari uji reliabilitas diinterprestasikan sebagai berikut: a) 0,80 < r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi b) 0,60 < r11 ≤ 0,80 : tinggi c) 0,40 < r11 ≤ 0,60 : cukup d) 0,20 < r11 ≤ 0,40 : rendah e) 0,00 < r11 ≤ 0,20 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2006: 276) 3) Uji Daya Pembeda Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (dayapembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal ”terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu: -1,00 daya pembeda negatif
0,00 daya pembeda rendah commit to user
1,00 daya pembeda tinggi (positif)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group). Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya, jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali. a) Cara menentukan daya pembeda (nilai D) Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas). (1) Untuk kelompok kecil Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teatas sampai terbaah, lalu dibagi 2. (2) Untuk kelompok besar Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
JA = Jumlah kelompok atas JB = Jumlah kelompok bawah b) Rumus mencari D Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
D=
B A BB − = PA − PB JA JB
(Suharsimi Arikunto, 2001: 213)
Di mana: J
= jumlah peserta tes
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB
BA JA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
PA =
BB JB
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)
PB =
proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
4) Derajat Kesukaran Salah satu tugas tes ialah untuk membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan Kriteria tertentu. Sebuah tes dikatakan mempunyai daya pembeda yang sempurna apabila setiap siswa yang menjawab benar soal tersebut mempunyai skor yang lebih tinggi dari pada siswa yang menjawab salah soal tersebut. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut commit to user indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan baha soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. 0,0 sukar
1,0 mudah
di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal dengna P = 0,80. Melihat besarnya bilangan indeks ini maka lebih cocok jika bukan disebut sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa walaupun semakin tinggi indeksnya menunjukkan soal yang semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran. Rumus mencari P adalah: P=
B JS
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Di mana: P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut
ketentuan
yang
sering
diikuti,
indeks
diklasifikasikan sebagai berikut: -
Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
-
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
-
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
commit to user
kesukaran
sering
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan 2x3. Dua faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom terhadap keterampilan berhitung adalah faktor A (metode pembelajaran) dan faktor B (kemampuan awal). Teknik analisis data ini digunakan untuk menguji ketiga hipotesis yang telah dikemukakan di depan. Sebelum dilakukan analisis variansi, maka dilakukan pengujian data, yaitu uji Z, metode Lilliefors, dan metode Bartlett. Uji Z digunakan untuk menguji keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode Lilliefors
digunakan untuk uji normalitas antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Metode
Bartlett digunakan untuk uji homogenitas antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 1. Uji Keseimbangan Sebelum penulis melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Langkah-langkah untuk menguji keseimbangan dengan menggunakan uji Z sebagai berikut: a. Hipotesis Ho;µ1 = µ2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama) H1 :µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda ) b. Taraf Signifikansi (α) = 0,05 c. Statistik Uji:
t=
(X
Sp
1
Dengan S p = 2
)
− X2 1 1 + n1 n2
(n 1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22 n1 + n 2 − 2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Keterangan : t : t ~ t (n1 + n2 – 2 ) X1 : Rata-rata nilai siswa pretes kelompok eksperimen X 2 : Rata-rata nilai pretes Kelompok kontrol.
s12 : variansi dari kelompok eksperimen s22 : variansi dari kelompok kontrol n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen n2 : ukuran sampel kelompok kontrol d. Daerah Kritik DK : { t| | t | >tα/2} e. Keputusan Uji Ho ditolak jika t € DK f. Kesimpulan 1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima. 2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak. 2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas 1) Hipotesis H0 : Sampel berasal dari populasi yang berditribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal 2) Statistik Uji Statistik Ujinya adalah: L = Max {| F(zi)-S(zi)|} Dengan Z ~ N (0,1) S(zi) = proporsi cacah z < zi terhadap seluruh cacah zi ( xi-x) zi = ——— s
commit to user s : standar devisiasi sampel
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
x : mean sampel 3) Daerah Kritik DK= {L | L > Lα/2} 4) Keputusan Uji H0 ditolak jika L ∈ DK atau H0 tidak di tolak jika L ∉ DK (Budiyono, 2004: 171) b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelas kelompok sampel mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan himpunan metode Bartlett, sebagai berikut: 1) Hipotesis H 0 : σ 12 = σ 22 (populasi homogen)
H1 : paling sedikit satu variansi yang berbeda 2) Tingkat Signifikansi : α = 0,05 3) Statistik Uji
χ2 =
k 2,203 f log RKG − f j log S 2j ∑ c j =1
Dimana χ 2 terdistribusi x2 (k-l) k
= jumlah cacah sampel
j
= 1, 2, 3, ..... k
N
= cacah semua pengukuran
nj
= cacah pengukuran pada sampel ke-j
f
= N – k = derajat bebas untuk RKG
fj
= nj – 1 = derajat bebas untuk S2j
SS j = ∑ X
(∑ X ) ( − n 2
2 j
j
nj
Rataan Kuadrat Galat = c = 1+
j
− 1)S 2j
[∑ SS ]/ ∑ f j
j
1 1 1 –k= ∑ − commit f =toNuser 3(k − 1) f j f
k
∑ fj j =1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
4) Daerah Kritik (DK)
{
}
DK = χ 2 | χ 2 > χ 2 α(k − 1) 5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika χ 2 ∈ DK atau diterima jika χ 2 ∉ DK (Budiyono, 2004 : 175 – 178)
3. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis dengan Analisis Variansi Dua Jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal dan populasi bervariansi sama, dengan model sebagai berikut: Xijk = µ + αi + βi + αβij + εijk Dengan: Xijk
= penggunaan ke-k di bawah faktor A kategori I dan faktor B kategori j
i
= 1,2 untuk i 1 adalah pembelajaran dengan metode pembelajaran jarimatika dan i = 2 adalah pembelajaran konvensional.
j
= 1,2,3 untuk j = 1 adalah kemampuan awal siswa tinggi, j = 2 adalah kemampuan awal siswa sedang j = 3 adalah kemampuan awal siswa rendah
k
= 1,2,3,........nij ; nij = cacah pengamatan pada sel ij
µ
= rerata dari seluruh data amatan
αi
= efek faktor A ke kategori i
βj
= efek faktor B ke kategori j
αβij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terkait εijk
= deviasi pengamatan terhadap rataan populasinya (µij)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Prosedur penelitian: a. Hipotesis : αi 0 untuk semua i
1) H0A
: paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
H1A
: βj = 0 untuk semua j
2) H0B
: paling sedikit ada βj yang tidak nol.
H1B
: αβij = 0 untuk semua pasang (ij)
3) H0AB H1AB
: paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol
b. Statistik Uji RKA 1) Fa = −−−−− RKG RKB 2) Fb = RKG RKAB RKG
3) Fab = dengan :
RKA =
JKA JKA = dkA p − 1
RKB =
JKB JKB = dkB q − 1
RKAB = RKG =
JKAB JKAB = dkAB (p − 1)(q − 1)
JKG JKG = dkG pq (n − 1)
c. Komputasi b a a1 a2 Total
Keterangan :
b1
b2
b3
Total
ab11 a2b1 B1
ab12 a2 B22
a 1b 3 a 2b 3 B32
A1 A2 G
commit to user +sel a1b1 memuat : Xn1; Xn2; ... ; Xnn
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
nij
:
Cacah observasi pada sel abij
a1
:
pembejaran dengan metode jarimatika
a2
:
pembelajaran konvensional
b1
:
kemampuan awal siswa tinggi
b2
:
kemampuan awal siswa sedang
b3
:
kemampuan awal siswa rendah
1) Menghitung komponen jumlah kuadrat
G2 pq
.=
a)
. = ∑ SSij ij
b)
A i2 . =∑ q i
c)
. =∑ i
d)
B2j p
. = ∑ ABij
2
ij
Dengan: N
: jumlah cacah pengamatan semua sel
G2
: jumlah kuadrat rerata pengamatan pad abaris ke-i
2
: jumlah kuadrat rerata pengamatan pada kolom ke-j
A1 B1
: kuadrat jumlah rerata pengamatan semua sel 2
ABij
: jumlah kuadrat rerata pengamatan pada sel abij
2) Jumlah Kuadrat JKA
= n h {(3) − (1)}
JKB
= n h {(4 ) − (1)}
JKAB
= n h {(5) − (4 ) − (3) + (1)}
JKG
= (2)
JKT
= n h {(5) − (1)}+ (2 )
+
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
3) Derajat Kebebasan dkA
= p–1
dkB
= q–1
dkAB
= ( p – 1 ) ( q – 1 ) = pq = p - q + 1
dkT
= N–1
dengan SSij = ∑ X
+
(∑ X ) −
2
2 ijk
k
ijk
n ijk
= jumlah kuadrat deviasi pengamatan pada sel abij nh =
pq
∑
1 n ij
ij
= rerata harmonik cacah pengamatan pada semua sel 4) Rataan Kuadrat Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rataan kuadrat berikut ini : RKA =
JKA dkA
RKB =
JKB dkB
RKAB = RKG =
JKAB dkAB
JKG dkG
d. Statistik Uji
RKA RKG RKB 2) Untuk H0B adalah Fb = RKG RKAB 3) Untuk H0AB adalah Fa = RKG 1) Untuk H0A adalah Fa =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
e. Daerah Kritik ( DK )
Fa = {F F > α; p − 1, n − pq} Fa = {F F > α; q − 1, n − pq}
Fab = {F F > α; (p − 1)(q − 1), n − pq} f. Keputusan Uji H0 ditolak apabila Fhit ∈ DK g. Rangkuman Analisis Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan Sel Tak Sama Sumber
JK
DK
RK
Fobs
P
A(Baris)
JKA
P– 1
RKA
Fa
< α atau > α
B(Kolom)
JKB
q–1
RKB
Fb
< α atau > α
AB(Interaksi)
JKAB
(p – 1)(q – 1)
RKAB
Fab
< α atau > α
G(Galat)
JKG
(n – pq)
RKG
_
_
Total
JKT
n–1
_
_
_
4. Uji Komparasi Ganda Dalam uji hipotesis, yang diharapkan adalah penolakan H0. Oleh karena itu direncanakan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe. Hal ini dilakukan karena ingin mengetahui perlakuan manakah yang secara signifikan berbeda dengan yang lain. Metode Scheffe dipilih dengan alasan bahwa metode ini akan menghasilkan beda rata dengan tingkat signifikansi yang kecil. Jadi uji komparasi ganda ini digunakan terhadap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel yang daerah kritiknya ditolak. Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe : a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan hipotesis yang bersesuaian dalam komparasi tersebut. b. Menentukan tingkat signifikasi. c. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
1) Untuk komparasi rataan antar baris ke-i dan ke-j
(X − X )
2
Fi-j =
j
1 1 RKG + ni nj
Fi-j
= nilai Fobs pada pembagian baris ke-i dan baris ke-j
Xi
= rataan baris ke-i ;
Xj
= rataan pada baris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan anilisis variansi nj
= ukuran sampel baris ke-i ; nj = ukuran Smpel baris ke-j
2) Untuk Komparasi rataan antar kolom ke-I dan ke-j
(X − X )
2
3) Fi-j =
i
j
1 1 RKG + n n j i
4) Untuk komparasi rataan antar sel ij dan sel kj Fij-kj =
(X
ij
− X kj
)
2
1 1 RKG + n ij n kj
Keterangan: Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj X ij
= rataan pada baris ke-i
X kj
= rataan pad abaris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat Nij
= ukuran sampel baris ke-i
Nkj
= ukuran sampel baris ke-j
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
5) Untuk Komparasi rataan antar sel ij dan kj Fij-jk =
(X
ij
− Xik
)
2
1 1 RKG + n ij n ik
d. Menentukan tingkat signifikansi (α) e. Menentukan daerah kritik (DK)
{
DKi-j = Fi − j Fi − j > (p − 1)Fα ;( p − i ), n − pq DKi-k =
{F
i−k
{ = {F
}
Fi − k > (q − 1)Fα;( q − i ), n − pq
DKij-kj = Fij − kj Fij − kj > (pq − 1)Fα ;( pq − i ), n − pq DKij-ik
ij − ik
Fij − ik > (pq − 1)Fα; ( pq − i ), n − pq
}
} }
f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata. g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda). (Budiyono, 2000: 208-210)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngaru - Aru 1 dan SD Negeri Ngaru - Aru II. Tempat penelitian ini berlokasi sangat strategis karena terletak di pinggir Jalan Raya Semarang - Boyolali. Tepatnya beralamat di Tegalsari Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Sekolah berdekatan dengan Kelurahan Ngaru - Aru. Lingkungan fisik sekolah tempat penelitian cukup baik, hal ini terlihat dari tata ruang dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada. Diantaranya ruang kelas, kantor guru, halaman sekolah, kamar mandi, perpustakaan dan UKS. Halaman sekolah yang luas digunakan sebagai tempat upacara, olahraga, dan anak – anak bermain pada jam waktu istirahat. Sekolah ini juga memiliki kantin sekolah yang cukup terawat dan terletak di dalam sekolah yang menjual makanan dan minuman yang cukup lengkap, sehingga siswa tidak perlu membeli makanan keluar sekolah. Untuk mengindikasi timbulnya penyakit pada siswa sejak dini, guru juga rajin memantau jajanan yang dijual di kantin sekolah, sehingga siswa tetap terjaga kebersihan makanannya. Ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas pembelajaran, SD Negeri Ngaru Aru 1 dan SD Negeri Ngaru – Aru II sudah cukup baik. Karena ditunjang dengan jumlah guru yang cukup, yaitu 12 orang terdiri dari : 6 guru kelas, 1 guru agama islam, 1 guru penjaskes/olahraga, 2 guru bahasa inggris, 1 kepala sekolah, dan 1 penjaga sekolah. Para guru memiliki profesionalitas yang cukup tinggi karena pengalaman mengajar yang sudah cukup lama. Selain itu, ada diantara guru telah bersertifikasi, sehingga kinerjanya sudah tidak diragukan lagi. sehingga para wali siswa tidak perlu khawatir karena anak-anaknya tidak bersekolah di tempat yang salah. Dilihat dari prestasi ini, sekolah ini terbilang cukup baik. Pada ujian UASBNdi SD Negeri Ngaru – Aru II masuk rangking 10 besar terus – menerus. commit to Iuser Dari hasil lomba SD Negeri Ngaru – Aru mendapatkan juara yang cukup baik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
yaitu juara tingakat 1 , 2 ,3 lomba melukis di tingkat kabupaten dan tingkat provinsi se-Jawa Tengah . Pada tahun ini, yaitu Tahun Ajaran 2009/2010 jumlah siswa SD Negeri Ngaru – Aru 1 sebanyak 221Siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 16 siswa, kelas II sebanyak 16siswa, kelas III sebanyak 22 siswa, kelas IV sebanyak 14 siswa, kelas V sebanyak 15 siswa, dan kelas VI sebanyak 21siswa.Sedangkan, jumlah siswa SD Negeri Ngaru – Aru 2 sebanyak 205 Siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 33 siswa, kelas II sebanyak 39siswa, kelas III sebanyak 42 siswa, kelas IV sebanyak 37 siswa, kelas V sebanyak 32 siswa, dan kelas VI sebanyak 40siswa. Jumlah siswa tahun ini tidak jauh berbeda dengan jumlah siswa pada tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata berjumlah 100- 200 siswa tiap tahunnya. Dari apa yang dilaksanakan guru dalam penyelenggaraan pendidikan, menunjukkan bahwa guru di SD Negeri Ngaru - Aru1 dan SD Negeri Ngaru – Aru 2 memiliki daya kreatif dan inovatif yang cukup tinggi. Ini ditunjukkan dengan usaha keras guru dalam mengembangkan dan terus mempertahankan sekolah dasar negeri yang berkualitas dan tidak tertinggal dengan sekolah-sekolah dasar yang lain. Tetap terpacu untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, namun tetap mengedepankan iman dan taqwa. Sesuai dengan mutu sekolah yaitu “Unggul dalam prestasi, santun budi pekerti, terampil mengaktualisasi diri, berdasarkan iman dan taqwa”.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan awal mata pelajaran matematika siswa yang diambil dari nilai hasil tes sebelum diberikan perlakuan pada materi perkalian bilangan yang hasilnya dua angka di SD Negeri Ngaru – Aru I dan SD Negeri Ngaru – Aru II kelas II. Kelas eksperimen adalah kelas yang digunakan sebagai objek yang diteliti dan diberi perlakuan (menggunakan metode jarimatika) dalam penelitian. Kelas kontrol merupakan kelas pembanding untuk kelas eksperimen dan tidak diberi perlakuan dalam kegiatannya. Sedangkan data keterampilan berhitung diambil setelah commit to user dilakukan eksperimen pembelajaran. Selanjutnya data- data yang diperoleh akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini adalah uraian mengenai data – data yang diperoleh dari penelitian. Data tentang kemampuan awal yang digunakan adalah nilai dari tes uji coba yang diberikan kepada murid – murid di SD Negeri Bendan 1, kemudian digunakan sebagai pre tes pengadaan penelitian.Di dalam penelitian ini sekolah yang dijadikan dalam penelitian ini SD Negeri Ngaru – Aru II dengan jumlah 39 siswa, untuk kelompok kontrol di sekolah SD Negeri Ngaru – Aru I dengan jumlah 32 siswa selanjutnya dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan rata – rata gabungan.Hasil perhitungan rata – rata gabungan untuk skor yang lebih dari atau
sama dengan 42,56dikategorikan tinggi dan sedang, rata – rata gabungan kurang dari42,56 dikategorikan rendah. Untuk kelompok eksperimen 4 siswa termasuk kategori tinggi, 26 siswa kategori sedang dan 9 siswa
termasuk kategori
rendah.Untuk kelompok kontrol 4 siswa termasuk kategori tinggi, 26 siswa kategori sedang dan 2 siswa kategori rendah. ( Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24) Tabel 4.1 Data Keterampilan Berhitung perkalian kelompok eksperimen No
No . Induk
Nama Siswa
Nilai
Siswa
Kategori Kemampuan Awal
1
1158
Alviando Yoga P
65
Sedang
2
1159
Auliya Nurainy P
74
Tinggi
3
1160
Amanda Sofianingtyas
50
Rendah
4
1161
Ahyi Inayan S
60
Sedang
5
1162
Anggita Nur I
69
Sedang
6
1163
Apriyan Nur Selma
46
Rendah
7
1164
Arifah Nurul H
64
Sedang
8
1165
Angit Indra W
50
Rendah
9
1166
Azriel Arsyl A
40
Rendah
10
1167
Deni Fikron M
52
Sedang
11
1168
Dea Putra R
68
Sedang
12
1169
Delia Ayu R
60
Sedang
13
1171
Fawwas Arifin
42
Rendah
14
1172
Febri Nur Ardhianto
42
Sedang
15
1173
Gracia Cita C
54
Sedang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
No
No . Induk
Nama Siswa
Nilai
Siswa
Kategori Kemampuan Awal
16
1174
Isnaini Maisaroh
65
Sedang
17
1175
I Gede Yudha A
56
Sedang
18
1176
Kiky Amalia R
54
Sedang
19
1177
Luthfi Rivariyanto
58
Sedang
20
1178
Laurensia B P M
64
Sedang
21
1179
Mitha Wahyu S
70
Sedang
22
1180
Mustofa Ardi Y S
68
Sedang
23
1181
Mayang Nurul H
65
Sedang
24
1182
Novia Eka R
48
Rendah
25
1183
Nadiyah Patin N A
64
Sedang
26
1184
Nito Ibnu L N S
58
Sedang
27
1185
Nicholas Augusti C
69
Sedang
28
1186
Putri Qona’atul M
65
Sedang
29
1187
Riyan Candra P
52
Sedang
30
1188
Radya Prananda N
82
Tinggi
31
1189
Rangga Aji P
60
Sedang
32
1190
Rizal Tommy S
58
Sedang
33
1191
Rifki Dewangga K
64
Sedang
34
1192
Salsabila Hasna L A
70
Sedang
35
1193
Satria Buana P
80
Tinggi
36
1194
Sidharta W N
60
Sedang
37
1196
Wahyu Oktavianti
68
Sedang
38
1197
Yuliana Cahya A
60
Sedang
39
1202
Mujtahid Nur Y
63
Sedang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Tabel 4.2 Data Keterampilan Berhitung perkalian kelompok control No
No . Induk
Nama Siswa
Nilai
Siswa
Kategori Kemampuan Awal
1
1158
Yogik Praasetyo Handoko
52
sedang
2
1159
Akbar Aulia Rahman
66
Tinggi
3
1160
Ahmad Komarrudin
74
Tinggi
4
1161
Ridho Aprika Wibowo
60
Sedang
5
1162
Faqih Yoga Pratama
60
Sedang
6
1163
Dwi Bagus Budi Setyawan
70
Tinggi
7
1164
Dhian Trisati
46
Sedang
8
1165
Aji Tri Nugroho
56
Sedang
9
1166
Yoezer Maranata Pantalo
48
Sedang
10
1167
Hanif Seno Adji
38
Rendah
11
1168
Avita Kumala Sari
52
Sedang
12
1169
Ikhsan
48
Sedang
13
1171
Adam adji Pangestu
44
Sedang
14
1172
Anna silvia
40
Rendah
15
1173
Joko Waluyo
48
Sedang
16
1174
Elva Nova
40
Rendah
17
1175
Wahyu Nofa Aditama
84
Tinggi
18
1176
Limanto Sijabat
56
Sedang
19
1177
Umi
48
Sedang
20
1178
Dedi Tri Kurniawan
56
Sedang
21
1179
Endra Prasetyo
60
Sedang
22
1180
Wimpy Ardinata
48
Sedang
23
1181
Aprillia Dewi Savitri
48
Sedang
24
1182
Rio Prasetyo
72
Tinggi
25
1183
Zet Fawer Sianturi
56
Sedang
26
1184
Tiur Maulina Putri Sitompul
62
Sedang
27
1185
Elyta
42
Sedang
28
1186
Dian Eklesia
36
Rendah
29
1187
Paramitha Sabdaning Dyah
70
Tinggi
30
1188
Dwi Nur Cahyani
48
Sedang
31
1189
Mia
62
Sedang
32
1190
Noviyanto Sigit Purnomo
66
Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Tabel4.3 Data pengelompokkan Kategori Kemampuan Awal No
Kategori kemampuan awal
Nama Siswa
1
Tinggi
Auliya Nurainy P
2
Tinggi
Satria Buana P
3
Tinggi
Radya Prananda N
4
Tinggi
Akbar Aulia Rahman
5
Tinggi
Ahmad Komarrudin
6
Tinggi
Dwi Bagus Budi Setyawan
7
Tinggi
Wahyu Nofa Aditama
8
Tinggi
Rio Prasetyo
9
Tinggi
Paramitha Sabdaning Dyah
10
Sedang
Alviando Yoga P
11
Sedang
Ahyi Inayan S
12
Sedang
Anggita Nur I
13
Sedang
Arifah Nurul H
14
Sedang
Deni Fikron M
15
Sedang
Dea Putra R
16
Sedang
Delia Ayu R
17
Sedang
Febri Nur Ardhianto
18
Sedang
Gracia Cita C
19
Sedang
Isnaini Maisaroh
20
Sedang
I Gede Yudha A
21
Sedang
Kiky Amalia R
22
Sedang
Luthfi Rivariyanto
23
Sedang
Laurensia B P M
24
Sedang
Mitha Wahyu S
25
Sedang
Mustofa Ardi Y S
26
Sedang
Mayang Nurul H
27
Sedang
Nadiyah Patin N A
28
Sedang
Nito Ibnu L N S
29
Sedang
Nicholas Augusti C
30
Sedang
Putri Qona’atul M
31
Sedang
Riyan Candra P
32
Sedang
Rangga Aji P
33
Sedang
Rizal Tommy S
34
Sedang
Rifki Dewangga K
35
Sedang
Salsabila Hasna L A commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
No
Kategori kemampuan awal
Nama Siswa
36
Sedang
Sidharta W N
37
Sedang
Wahyu Oktavianti
38
Sedang
Yuliana Cahya A
39
Sedang
Mujtahid Nur Y
40
Sedang
Yogik Praasetyo Handoko
41
Sedang
Ridho Aprika Wibowo
42
Sedang
Faqih Yoga Pratama
43
Sedang
Dhian Trisati
44
Sedang
Aji Tri Nugroho
45
Sedang
Yoezer Maranata Pantalo
46
Sedang
Avita Kumala Sari
47
Sedang
Ikhsan
48
Sedang
Adam adji Pangestu
49
Sedang
Joko Waluyo
50
Sedang
Yahya
51
Sedang
Limanto Sijabat
52
Sedang
Umi
53
Sedang
Dedi Tri Kurniawan
54
Sedang
Endra Prasetyo
55
Sedang
Wimpy Ardinata
56
Sedang
Aprillia Dewi Savitri
57
Sedang
Zet Fawer Sianturi
58
Sedang
Tiur Maulina Putri Sitompul
59
Sedang
Elyta
60
Sedang
Dwi Nur Cahyani
61
Sedang
Mia
62
Rendah
Amanda Sofianingtyas
63
Rendah
Angit Indra W
64
Rendah
Azriel Arsyl A
65
Rendah
Novia Eka R
66
Rendah
Dian Eklesia
67
Rendah
Hanif Seno Adji
68
Rendah
Anna Silvia
69
Rendah
Apriyan Nur Selma
70
Rendah
Fawwas Arifin
71
Rendah
Elva Nova
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
C. Instrumen Hasil Keterampilan Berhitung Perkalian 1. Data Kemampuan Awal Siswa Deskripsi data yang disajikan adalah data kemampuan awal siswa dan data keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka. Data kemampuan awal siswa diambil sebelum dilakukan penelitian baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.Sedangkan data keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka siswa setelah dilakukan eksperimen pembelajaran matematika. Tabel 4.3Dekripsi Data Kemampuan Awal Siswa Variabel
Eksperimen
Kontrol
39
32
6,100
5,513
Nilia Median
61
42
Nilai Modus
60
48
Nilai Max
80
84
Nilai Min
40
38
0,928
1,160
Anggota Sampel Nilai mean
Standar Deviasi
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 Berdasarkan data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi,sedang, dan rendah . Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 6,100 dan kelompok kontrol mendapatkan nilai rata-rata5,513. 2. Data Keterampilan Berhitung Perkalian Matematika a. Data Keterampilan Berhitung Matematika Kelompok Eksperimen Data
keterampilan
berhitung
matematika
untuk
kelompok
eksperimen yaitu 39 siswa kelas dua SD Negeri Ngaru – Aru II .Dari 39 siswa untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai mean 69, 871 , median 74, modus 85 , nilai maksimum 97, nilai minimum 40 dan standar commit to user deviasi 16, 969. Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
menjadi tiga kelompok yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 b. Data Keterampilan Berhitung Matematika Kelompok Kontrol Data keterampilan berhitung untuk kelompok kontrol yaitu 32 siswa kelas dua SD Negeri Ngaru – Aru I. Dari 32 siswa untuk kelompok kontrol diperoleh nilai mean 71, 974, median 66,5, modus 72, nilai maksimum 92, nilai minimum 50, standar deviasi 12, 09.Berdasarkan data tersebut siswa juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa
dengan
kemampuan
awal
tinggi,
sedang
dan
rendash.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 Tabel
4.4
Deskripsi
data
keterampilan
berhitung
perkalian
Rerata
Simpanan Baku
N
69,871
0,928
39
71, 974
12, 09
32
matematika No 1
Kelompok Keterampilan berhitung perkalian eksperimen
2
Keterampilan berhitung perkalian kontrol
c. Hasil Uji Coba Instrumen Pengumpulan data mengenai skor keterampilan berhitung perkalian dengan metode tes yang terlebih dahulu diuji cobakan terhadap 33 siswa di SD Negeri Bendan Uji coba dilakukan untuk memperoleh validitas, reabilitas, konsistensi internal dan tingkat kesukaran. 1. Tes Keterampilan Berhitung a. Validitas Untuk menguji validitas soal keterampilan berhitung menggunakan validitas
konstruksi.Untuk
uji
validitas
dilakukan
dengan
cara
mengkorelasikan jumlah skor faktor dan skor total. Soal yang digunakan dalam tes sebanyak 20 soal , setelah diuji cobakan ada 5 soal yang tidak valid, untuk uji coba kedua soal sebanyak 20 soal ada 2 soal yang tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
valid.Untuk menguji tes keterampilan berhitung soal yang digunakan sebanyak 18 soal, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15) b. Reliabilitas Reliabilitas soal tes keterampilan berhitung dinyatakan dengan korelasi ( r) yang diukur dengan rumus Kuder Richardson 20 yang dikenal dengan rumus K- R 20. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas r 11= 0,839 dan jika r11 ≥ 0,344 maka instrumen dapat dipakai untuk pengukuran. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15) c. Daya Pembeda Daya pembeda masing- masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor butir – butir tersebut dengan skor totalnya. Dari 20 butir soal keterampilan berhitung ada 2 butir soal sehingga 18 butir soal yang dipakai. d. Tingkat Kesukaran Derajat kesukaran digunakan untuk tes keterampilan berhitung dari 20 butir soal diperoleh 7 soal dikategorikan sedang dan 11 soal dikategorikan mudah. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16) 2. Angket a.Validitas Untuk menguji validitas soal angket kemampuan awal menggunakan validitas konstruksi.Untuk uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dan skor total dan soal yang disebarkan sebanyak 20 , soal termasuk valid dan diperoleh indeks reliabilitas r11 = 0,332dan jika r11 ≥ 0,235 maka instrumen dapat dipakai untuk pengukuran. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
a. Reliabilitas Reliabilitas soal tes kemampuan awal dinyatakan dengan teknik alpha yaitu dengan membelah instrumen menjadi n bagian yng berarti masing – masing bagian terdiri dari satu butir saja kemudian masing- masing bagian dicari variansi skornya serta variansi totalnya dan diperoleh indeks reliabilitas r11 = 0,700705 dan jika r11 ≥ 0,254 maka instrumen dapat dipakai untuk pengukuran. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14) b. Konsistensi Internal Konsistensi internal masinng- masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor butir – butir tersebut dengan skor totalnya, jika indeks konsistensi internal r XY ≤ 0, 254 maka butir soal tersebut tidak dipakai.Dari 20 butir soal kemampuan awal yang harga r XY ≤ 0, 254 ada 20 butir yasng dipakai semuanya. ( perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
Pengujian Persyaratan Analisis 1. Pengujian Persyaratan Eksperimen
Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Data untuk uji keseimbangan ini diambil dari kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Table 4.6 Rataan dan Variansi Kelompok
Banyaknya Siswa
Rataan
Variansi
Eksperimen
39
6,100
5,513
Kontrol
32
5,513
1,160
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang dikenai metode pembelajaran yaitu kelompok eksperimen ( pembelajaran dengan metode jarimatika ) dan kelompok kontrol (pembelajaran commit denganto metode konvensional ) mempunyai user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
kemampuan
matematika
yang
sama.
Sebelum
dilakukan
uji
keseimbangan perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan tujuan menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dengan taraf signifikan 0,05. Dari metode tersebut diperoleh statistik uji sebagai berikut :
Tabel 4.7 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Sampel Kelompok
Jumlah
Lhit
Ltab
Keputusan Uji
39
0,132
0.142
Ho tidak ditolak
32
0,1331
0.157
Ho tidak ditolak
Siswa
Eksperimen Kelompok Kontrol
Dari tabel tampak bahwa Lhit untuk masing-masing sampel tidak melebihi dari Ltab sehingga keputusan adalah Ho tidak ditolak dengan kesimpulan bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 24 untuk normalitas kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol pada Lampiran 25. Hasil uji keseimbangan keadaan awal dengan menggunakan uji-t diperoleh
t obs = 1.475
DK = { t | t < −2.016
bukan
atau t > 2.016
anggota
} maka
daerah
kritik
Ho tidak ditolak. Hal
ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari dua populasi yang memiliki keadaan awal sama sehingga bisa disimpulkan kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
1.
Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors. Taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05. Sehingga diperoleh harga statistik uji berikut ini : Tabel 4.8Hasil Analisis Uji Normalitas Sumber
n
Lmaks
Ltab
Eksperimen 39
0,132
0.142
Keputusan Uji Ho tidak ditolak
Kontrol
32
0,1331
0.157
Ho tidak ditolak
Kesimpulan
Normal
Normal
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa semua harga Lmaks bukan merupakan anggota daerah kritik untuk masing-masing sumber, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas kelompok eksperimen, kontrol, kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 29, 30, 32 33, dan 34. b.Uji Homogenitas Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel random data keterampilan berhitung kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai variansi yang sama. Demikian juga apakah sampel random data hasil keterampilan kategori kemampuan awal tinggi , sedang dan rendah mempunyai variansi yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan realistik uji Chi Kuadarat dengan taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil uji homogenitas sebagai berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Homogenitas Keputusan
Sumber
K
χ 2 obs
χ 2 tabel
Metode
2
0,998
43,775 H0 tidak
pembelajaran
Uji
Kesimpulan Homogen
ditolak
Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa semua harga χ 2 obs bukan merupakan anggota daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan homogenitas model pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 31, homogenitas angket pada Lampiran 35. 3.
Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdisribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ( 2 x 3 ) untuk hasil keterampilan berhitung . Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.10Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber Metode
JK 789,84
dK 1
RK 789,84
Keputusan
Fobs
Fα
8,135
4,00
Ditolak
Uji
Pembelajaran(A) Kemampuan
1402,53 2
701,265 7,22
3,15
Ditolak
Interaksi (AB)
141,71
2
70,855
0,73
3,15
Diterima
Galat (G)
5631,6
65
97,09
8,135
Total
7965,68 70
Awal (B)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.10 dapat diperoleh informasi sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
a. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak Terdapat perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat. Hal ini berarti kedua metode pembelajaran memberikan pengaruh yang sama terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. b. Pada efek utama kolom (B), H0B ditolak. Ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat. Hal ini berarti ketiga kategori kemampuan awal siswa memberikan pengaruh yang terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. c. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB diterima. Tidak terdapat interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara penggunaan metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap tentang keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. (Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 36 dengan tata letak data pada Lampiran 28). 2. Uji Komparasi Ganda Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh bahwa Ho ditolak, jika Ho ditolak maka perlu dilakukan uji
lanjut pasca anava, yaitu uji komparasi ganda untuk melacak
perbedaan rerata khususnya untuk uji hipoitesis yang kedua. Dalam penelitian ini uji lanjut menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji komparasi ganda menggunakan metode Jarimatika. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk melakukan pelacakan terhadap beda rerata setiap pasang baris, setiap pasang kolom, dan setiap pasang sel. 1.Uji Komparasi Antar Kolom Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel commit to user tak sama efek utama kolom (B) HoB ditolak. Karena HoB ditolak berarti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. Oleh karenanya perlu dilakukan uji komparasi ganda untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan kolom. Hasil perhitungan uji pasca anava disajikan dalam Tabel 4.11 Tabel 4.11Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Komparasi
Fobs
F0.05;2;68
Keputusan Uji
µ1 vs µ2
8,135
4,00
Ho ditolak
µ1 vs µ3
7,22
3,15
Ho ditolak
µ2 vs µ3
0,73
3,15
Ho diterima
Berdasarkan rangkuman hasil yang diperoleh dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa: a Ho ditolak karena F.1. 2 = 8,135 > 4,00= F0.05;2;68 Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara metode mengajar. b Ho ditolak karena F.1. 3 = 7,22 > 3.15= F0.05;2;68 . Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. c Ho diterima karena F. 2. 3 = 0,73 < 3.15 = F0.05;2;68 . Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara kedua metode pembelajaran dan kemampuan siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. Dengan demikian dari ketiga kategori kemampuan awal siswa yaitu tinggi, sedang, rendah tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan awal siswa terhadap keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka. a. Uji Komparasi Antar Sel Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh H0AB tidak ditolak berarti tidak adacommit interaksi antara metode pembelajaran dengan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
kemampuan awal belajar siswa. Oleh karena itu, uji komparasi ganda pasca anava antar sel tidak dilakukan. Berdasarkan uji analisis di atas maka dapat diketahui bahwa tidak adanya interaksi antara metoe pembelajaran dengan kemampuan awal belajar siswa mungkin dikarenakan: a. tingkat inteligensi siswa dimungkinkan lebih menentukan kemampuan siswa untuk memahami suatu permasalahan sehingga siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan tingkat intelegensi yang relatif rendah keterampilan berhitung juga rendah. dimungkinkan juga faktor yang ada dalam diri siswa yaitu pada saat pengisian angket turut mempengaruhi hasil nilai angket misalnya pengisian jawaban tidak sesuai pada kondisi yang sebenarnya dialami oleh siswa. Hal ini akan mempengaruhi skor angket yang diperoleh siswa.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat dijelaskan ketiga hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Hipotesis Pertama Dari hasil analisis anava dua jalan sel tak sama untuk efek utama faktor A ( metode pembelajaran ) diperoleh harga statistic uji Fobs = 8,135 dan Fα = 4,00, ternyata F
obs
> F
α
sehingga Fobs € DK dengan demikian Ho A
diterima.Hal ini berarti tingkat signifikansi α = 0,05 terdapat perbedaan antara kedua metode pembelajaran terhadap keterampilan berhitung. Hal ini sesuai dengan hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Terdapat
perbedaan hasil keterampilan berhitung yang menggunakan
metode pembelajaran jarimatika dengan menggunakan metode konvensional Melihat hasil rataan marginal antara rerata hasil keterampilan berhitung dengan menggunakan metode pembelajaran jarimatika diperoleh 76 sedangkan rerata hasil keterampilan berhitung perkalian matematika dengan metode konvensional diperoleh 68,47. Tampak bahwa rerata hasil commit to user keterampilan berhitung perkalian matematika dengan metode jarimatika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
lebih tinggi daripada rerata hasil keterampilan berhitung perkalian matematika dengan metode konvensional. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantarannya penggunaan metode jarimatika memberikan kemudahan dalam menghitung perkalian dan tidak membebani otak sehingga menghasilkan keterampilan berhitung perkalian yang berbeda – beda lebih bagus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran jarimatika menghasilkan keterampilan berhitung perkalian yang tinggi daripada keterampilan berhitung perkalian dengan menggunakan metode konvensional pada siswa kelas 2 pada materi perkalian yang hasilnya dua angka.
2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama untuk efek utama faktor B ( Kemampuan Awal ) diperoleh harga statistik uji Fobs = 7,22 dan Ftabel = 3,15 , ternyata F obs > F tbel sehingga Fobs € DK dengan demikian Ho B ditolak.Hal ini berarti pada tingkat signifikansi α = 0,05 terdapat perbedaan efek kemampuan awal yang berbeda – beda terhadap keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka.Karena Ho B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20. Hal ini sesuai dengan hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah”. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dengan kolom 3 diperoleh bahwa F1 – 2 = 17,13 dan F tab = 56,3 , ternyata F 1- 2 > Ftab sehingga F 1- 2 € DK dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi α = 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan keterampilan
berhitung
berbeda dengan commit to user
siswa
yang
mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
kemampuan awal sedang dan rendah pada materi perkalian yang hasilnya dua angka. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada tabel 4.6,diperoleh rata-rata hasil keterampilan berhitung matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 83,9, sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 69,7, dan rerta hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 72,57. Ini menunjukkan bahwa rerata keteampilan berhitung perkalian matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinnggi daripada rerata
hasil
keterampilan
berhitung
matematika
yang
mempunyai
kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemamuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai, lingkungan yang mendukung dan kondisi mental anak, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secsra konsep.Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil
keterampilan berhitung
matematika yamg lebih baik daripada hasil keterampilan berhtung matematika siswa yang mempunyai kemampuan aweal sedang pada materi perkalian yang hasilnya dua angka. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom3 diperoleh bahwa F1
– 3
= 5,44 dan F
tabel
= 6,3 , ternyata F
1- 3
> Ftab sehingga F
1- 3
€ DK
dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi α = 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan keterampilan berhitung matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi perkalian yang hasilnya dua angka. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada tabel40 diperoleh rata-rata hasil keterampilan berhitung matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 168,5,sedang rerta hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 139,25dan serta hasil belajar commit to user siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 102,5. Ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
menunjukkan bahwa rerata keteampilan berhitung perkalian matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata
hasil
keterampilan
berhitung
matematika
yang
mempunyai
kemampuan awal sedang.Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemamuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai, lingkungan yang mendukung dan kondisi mental anak, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secsra konsep, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah materi prasyarat yang dimiliki sangat minim dan lingkungan kurang mendukung sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah,lambat untuk menguasai matei yang diberikan.Siswa dengan kemampuan awal rendah mengalami kesulitan untuk memahami materi yang baru karena tidak dapat menghubungkan antara konsep baru denaga konsep lama. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil keterampilan berhitung
yang lebih baik dari siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah pada materi perkalian yang hasilnya dua angka. Dengan demikian siswa dengan kemampuan awal tinggi,sedang akan lebih baik memahami materi selanjutnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai hasil keterampilan berhitung matematika siswa kemampuan rendah. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh harga statistik uji Fab= 0,73 dan Ftabel =3,15 ternyata Fab < Ftabel sehingga Fab € DK dengan demikian Ho ab ditolak .Hal ini berarti pada tingkat signifikan α=0,05 tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran terhadap keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka . Hal ini sesuai dengan hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa “ Perbedaan rataan yang signifikan antara tiap-tiap kategori kemampuan awal siswa konsisten dengan hasil keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya dua angka tidak tergantung oleh kemampuan awal.Dengan kata lain perbedaan hasil keterampilan berhuitung perkalian yang hasilnya dua anagka dengan menggunakan metode jarimatika dan konvenxsional , konsisten pada tiaptiap kategori kemampuan awal dan keterampilan berhitung matematika antara tiap-tiap kata beri kemampuan awal siswa konsisten pada metode pembelajaran menggunakan metode pembelajaran jarimatika. Artinya siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan metode jarimatika mempunyai hasil keterampilan berhitung yang lebih tinggi daripada siswa yang diberi metode pembelajaran konvensional baik secara umum maupun ditinjau dari kategori kemampuan awal. E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu penulis kemukakan, ini dimaksudkan agar dalam penggunaan hasil penelitian taidak terdapat persepsi yang salah. Keterbatasan-keterbatasan yang dimaksud berkaitan
dengan
pembelajaran,
beberapa
pelasanaan
aspek
yaitu
eksperimen
subjek
dan
penelitaian,
pengambilan
data
metode hasil
keterampilan berhitung maematika. 1. Populasi dalam penelitian ini terbatas pada SD Negeri sekecamatan Banyudono sehingga dapat menghemat waktu. 2. Metode pembeljaran dalam penelitian ini terbatas pada metode pembelajran jarimatika dan metode pembelajaran konvensional sehingga mengabaikan metode pembelajaran yang lain Ada kemungkinan metode pembelajaran lain dapat lebih meningkatkan hasil keterampilan berhitung matematika 3. Pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini mengalami keterbatasan peneliti hanya dapat mengajar dua sekolah sampel. Dalam hal ini peneliti menjelasakan dan memberikan semua perangkat pembelajaran untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
mengajar. Dan tidak dapat mengontrol semua kegiatan pembelajaran di kelas karena keterbatasan waktu. 4. Selama pengerjaan soal tes uji coba instrumen maupun tes hasil keterampilan berhitung perkalian ada kemungkinan sisa bekerjasama karena keterbatasan waktu . Ini memungkinkan hasil tes uji coba dan hasil keterampilan berhitung perkalian kurang murni.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
1. SIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1.
Terdapat perbedaan keterampilan berhitun g antara pembelajaran matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika dengan metode pembelajaran konvensional.
2.
Terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan a wal sedang dan rendah.
3. Tidak ada interaksi antara kedua metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap keterampilan berhitung. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama ditolak, sedangkan hipotesis kedua ditolak dan ketiga diterima. B.IMPLIKASI Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa penggunaan metode pembelajaran Jarimatika dapat mempengaruhi keterampilan berhitung perkalian hasilnya bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Sekecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Dengan demikian, pengunaan metode Jarimatika perlu dikembangkan penggunaanya dalam pembelajaran di sekolah dasar maupun sekolah untuk jenjang di atasnya. Keberhasilan ini dimungkinkan karena dalam pembelaj aran yang mengunakan Metode Jarimatika, siswa dapat menghitung perkalian dengan menggunakan tangannya lebih cepat, anak lebih bersemangat untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya, dan dapat membuat anak tidak bosan dan senang dalam mengikuti pembelajaran. Siswa diberikan latihan dalam mengerjakan soal serta melakukan perhitungan yang dapat meningkatkan keterampilan dalam berhitung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Berpijak dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa keterampilan berhitung perkalian yang hasilnya bilangan dua angka secara umum baik, hal ini terbukti dengan adanya keterampilan berhitung siswa mendapatkan nilai yang bagus. Secara teori, proses pembelaja ran sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai oleh siswa. Karena peningkatan kualitas proses yang baik tentu akan diikuti oleh peningkatan pada kualitas hasil pembelajaran itu sendiri. Dalam pembelajaran matematika seorang guru atau calon guru harus mengetahui kemampuan awal. Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan baru yang lebih tinggi tingkatannnya. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan efek kemampuan awal siswa terhadap ke terampilan berhitung matematika. Keterampilan berhitung matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal yang
tinggi lebih baik daripada keterampilan berhitung
matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan keterampilan berhitung matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik daripada keterampilan berhitung matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar meng ajar dan membenahi dirinya sehubungan dengan pembelajaran yang telah dilakukan dengan keterampilan berhitung siswa yang telah dicapai. Keterampilan berhitung siswa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan metode pembelajaran yang tepat dan kemampuan awal siswa.
C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada Siswa Siswa hendaknya memperlihatkan terkait materi yang disampaikan oleh guru. Seorang siswa diharapkan untuk beradaptasi dengan b aik berkaitan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
metode pembelajaran yang digunakan guru, sehingga keterampilan berhitung matematika lebih maksimal. Selain itu, siswa juga harus membekali diri dengan belajar atau membaca materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya. 2. Kepada Guru Guru dalam proses pembelajaran hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, guru sebatas fasilitator dan motivator, guru tidak menguasai atau mendominasi seluruh proses pembelajaran. Hendaknya guru mengikuti perkembangan pembelajaran matematika dengan le bih aktif dan kreaktif, terlibat dalam kegiatan guru, membaca buku -buku tentang metode-metode pembelajaran, jurnal-jurnal penelitian pendidikan dan lain -lain, sehingga guru mampu mengajar dengan menggunakan metode atau strategi pembelajaran matematika dan dalam memilih metode hendaknya guru memperlihatkan faktor -faktor yang mempengaruhi proses dan keterampilan berhitung siswa. Di antaranya memperlihatkan kemampuan awal siswa sehingga dalam proses pembelajaran hasil yang diperoleh dapat lebih optimal.
3. Kepada Orang Tua Siswa Orang tua siswa hendaknya membangun suasana belajar dan menciptakan lingkungan belajar yang baik dirumah sehingga siswa dapat belajar dengan baik, sehingga keterampilan berhitung siswa lebih optimal. 4. Kepada Peneliti Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan cakupan materi pelajaran yang lebih luas serta melibatkan variabel penelitian yang lebih banyak.
commit to user