EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL EDUCATION ) DALAM MEMBEKALI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB BINA PUTRA SALATIGA UNTUK DAPAT BERTAHAN HIDUP DI MASYARAKAT ( Penelitian Pada Tahun Pelajaran 2016/2017 )
Lydia Ersta Kusumaningtyas Abstract
The objective of this study is to determine the effectiveness of the implementation of life skills education (Life Skill Education) to provide children with special needs in SLB Bina Putra Salatiga to survive in society (research in the academic year 2009/2010). In accordance with the purpose, the research method used is descriptive qualitative method. In this study, the subjects were students of Bina Putra SMPLB Salatiga in the academic year 2009/2010, totaling 13 students. The collecting data in this study is by using techniques of observation with the aim to find out directly about the Effectiveness Guidance private of teachers in providing life skills education (Life Skill Education), types and kinds of life skills, barriers, difficulties in providing skills to students SLB Bina Putra Salatiga SMPLB level. To test the data used technique of data triangulation, researcher and triangulation methodology. While the analysis pursued with data collection, data reduction, data presentation and conclusion. From observations and interviews can be seen that Children with special needs with the diversity of its characteristics will successfully learn life skills (Life Skills) which dijarkan with personal guidance of teachers as a provision so that they can later have the skills used to survive in society in days to come. Keywords : Life Skill Education, Children with special needs.
PENDAHULUAN Sebagai manusia yang berkebutuhan Pada dasarnya tidak ada orang tua yang
menghendaki
kelahiran
anaknya
dengan mengalami kekurangan fisik. Bagitu pula sebaliknya anak berkebutuhan khusus tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya
miskin,
keluarga
berpendidikan,
khusus, mereka juga memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsa. Ia juga memiliki hak untuk sekolah , sama seperti saudara mereka lain yang dikaruniai fisik tak kurang suatu apa.
keluarga taat beragama atau tidak. 146
Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
Hal itu sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 yakni :
pendidikan“ (2) “Setiap warga Negara wajib mengikuti dasar
dan
Pemerintah
wajib membiayai“
mempunyai
tempat
dengan kebutuhan khususnya di sekolah Luar Biasa ( SLB ) . Anak berkebutuhan
khusus ini,
terutama anak tuna grahita/ tuna mental, dalam hidupnya kurang dapat mandiri secara
Juga tercantum dalam UUSPN pasal 5 ayat 2 sebagai berikut : “Warga negara
penuh
sehingga
dalam
pergaulan
dan
sosialisasi sering ditolak oleh orang normal. yang
memiliki
kelainan fisik, emosional, mental intelektual dan atau
mereka
pendidikan tersendiri yang memang sesuai
(1) “Setiap warga Negara berhak mendapat
pendidikan
sehingga
social berhak memperoleh
pendidikan khusus“
Pendek kata mereka memerlukan pelayanan khusus, sehingga pada Sekolah Luar Biasa mereka dilatih oleh tenaga khusus agar dapat mandiri dan mengembangkan potensi diri serta kemampuan
yang masih ada agar
Selain itu pada UU RI Nomor 39
mereka dapat menolong diri sendiri dan
tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Bab
dapat memiliki keterampilan sebagai bekal
III pasal 12 juga dinyatakan bahwa :
hidupnya di kelak kemudian hari.
“Setiap
orang
perlindungan
bagi
berhak
atas
pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa bertanggung jawab berakhlak mulia, bahagia sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia“. Anak-anak
berkebutuhan
khusus
misalnya anak tuna netra , tuna rungu wicara, tuna grahita, tuna daksa dan anak tuna
laras
tidak
dapat
memperoleh
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor
72
tahun
1991
khususnya ayat 1 dan ayat 2 Yakni : (1) “Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental agar mampu mengembangkan sikap pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social , budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan“ .
pendidikan di sekolah umum ( normal ) , Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
147
(2) “Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa berpedoman pada Tujuan pendidikan nasional “ . Karena Pendidikan merupakan salah satu pilar penting
dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia yang diwujudkan
Pendidikan untuk anak tuna grahita di sekolah luar biasa banyak
tingkat SMPL lebih
memberikan
keterampilan
pendidikan
dibandingkan
dengan
pendidikan akademik yaitu 58 % untuk pendidikan keterampilan dan 42 % untuk pendidikan akademik.
dalam tindakan pembangunan pendidikan,
Dengan berbekal keterampilan hidup
ternyata hasilnya masih jauh dari harapan .
ini diharapkan setelah lulus dari SMPLB
Ada kecenderungan bahwa pendidikan anak
siswa dapat mulai memiliki kecakapan
sekolah normal terlalu menekankan pada
hidup yang akan lebih diperdalam di tingkat
aspek kognitif atau kecerdasan intelektual
SMALB agar kelak dikemudian hari mereka
dengan mengabaikan pada aspek afektif,
dapat mandiri dan dapat bertahan hidup di
emosional dan psikomotor. Kecenderungan
masyarakat. Berdasarkan kenyataan itulah
pembelajaran di sekolah masih cenderung
maka dilakukan penelitian tentang efektifitas
teoritik
penyelenggaraan
dan
kurang
terkait
dengan
Pendidikan
Kecakapan
lingkungan dimana anak berada , anak didik
hidup ( Life Skill) bagi anak berkebutuhan
terasing dari akar budaya dan tidak mampu
khusus di SLB (Tingkat SMP ) Bina Putra
secara
Salatiga
fungsional
bertahan
hidup
di
masyarakat . IDENTIFIKASI MASALAH Untuk
menghadapi
permasalahan Dari latar belakang masalah diatas ,
dalam kehidupan nyata anak berkebutuhan khusus harus dapat mendiri , maka bekal tepat
yang
perlu
diupayakan
untuk
membekali peserta didik dengan kecakapan
permasalahan
yang
ada
dapat
diidentifikasikan sebagai berilut : 1.
Masih
banyak
dijumpai
anak
hidup (life skill) dan kesempatan kerja. Oleh
berkebutuhan khusus utamanya anak
karena itu untuk meningkatkan mutu dan
tuna grahita dengan tingkat kecerdasan
relevansi pendidikan diperlukan strategi,
dibawah rata-rata, kurang mampu
yaitu
menghadapi
meningkatkan
mutu
pendidikan
berorientasi pada kecakapan hidup. 148
Lydia Ersta Kusumaningtyas
masalah dan tantangan
hidup di masyarakat . Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
2.
Banyak siswa SLB tidak memilioki keterampilan
baik
untuk
mengisi
waktu luang maupun untuk bekal hidupnya di kemudian hari. 3.
Pendidikan akademik dengan jumlah jam yang terlalu banyak membuat siswa sering menjadi pusing , jenuh dan bosan .
4.
Di SLB Bina Putra Salatiga masih dibutuhkan layanan pengembangan
Sesuai dengan pembatasan masalah diatas maka
masalah
penelitian
ini
dapat
dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah efektif pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life
Skill
Education)
untuk
membekali anak berkebutuhan khusus di SLB Bina Putra Salatiga untuk dapat bertahan hidup di masyarakat ? “ TUJUAN PENELITIAN
kehidupan individu 5.
PERUMUSAN MASALAH
Bimbingan individu sangat dibutuhkan bagi siswa- siswa SLB mengingat kemampuan mereka beragam.
Tujuan
Penelitian
ini
adalah
merupakan jawaban dari rumusan masalah . Dengan demikian
maka tujuan penelitian
adalah : “ untuk mengetahui efektif atau PEMBATASAN MASALAH
tidaknya
pelaksanaan
Pendidikan
Mengingat banyaknya masalah yang
kecakapan hidup (Life Skill Education)
timbul dan sehingga akan menyulitkan, serta
dalam membekali anak berkebutuhan khusus
peneliti lebih terarah dan mencapai sasaran
di SLB Bina Putra Salatiga tahun 2016/
yang diinginkan maka penelitian ini dibatasi
2017
pada :
masyarakat.
Efektifitas
Pelaksanaan
Pendidikan
Kecakapan hidup (Life Skill Education) dalam membekali anak berkebutuhan khusus di SLB Bina Putra Salatiga untuk dapat
untuk
dapat
bertahan
hidup
di
MANFAAT PENELITIAN Dari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat
yang
bersifat
teoritis maupun bersifat praktis, antara lain :
bertahan hidup di masyarakat (Penelitian pada tahun Pelajaran 2016/2017)
1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan referensi sehingga dapat digunakan gambaran
Lydia Ersta Kusumaningtyas
untuk mengenai
mendapatkan Pendidikan
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
149
Kecakapan hidup (Life Skill Education)
kemampuan
anaknya
serta
dapat
dalam membekali anak berkebutuhan
membantu memupuk kemam puan anak
khusus yang sesuai di SLB Bina Putra
mereka sebaik- baiknya .
Salatiga tingkat SMPLB. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti
METODE PENELITIAN
yang relevan pada masa yang akan datang .
A.
Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk
2. Manfaat Praktis
paradigma a. Bagi peneliti
Penelitian
Mengembangkan Ilmu Bimbingan dan Konseling, bimbingan
memberikan
layanan
individu dan bimbingan
penelitian
mengikuti
penelitian
kualitatif.
ini
adalah
penelitian
deskriptif kualitatif, maksudnya adalah mendiskripsikan tentang “ Efektifitas Pelaksanaan
Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skill Education)
kelompok kepada siswa
membekali b. Bagi Sekolah
Anak
dalam
Berkebutuhan
Khusus di SLB Bina Putra Salatiga
Sebagai bahan informasi kepada sekolah
Untuk
dapat
bertahan
khususnya , SLB Bina Putra Salatiga
Masyarakat “ (Penelitian pada tahun
tingkat SMPLB .
2016/2017)
Sebagai bahan informasi kepada Guru
berpendapat
untuk
kualitatif
memberikan
layanan
individu
bahwa
ilmiah, penelitian
karakter, kemampuan dan
belakang
kualitas hidup
dalam
kebutuhan meningkatkan
lulusan SMPLB Bina
Putra Salatiga d. Bagi Orang tua Siswa
mengarah
ini
penelitian berakar latar
ilmiah sebagai
pada
bersikap
keutuhan,
tua agar lebih memperhatikan kondisi dan
penelitian
penemuan
deskriptif,
mementingkan membatasi
Lydia Ersta Kusumaningtyas
“Penelitian
mengadakan analisa secara induktif,
Sebagai bahan informasi kepada orang
150
:
merupakan
kepada siswa yang tepat sesuai dengan
siswa
di
Laxy J Moleong ( 2002 : 27 )
c. Bagi Guru
khusus
hidup
proses dari studi
focus,
teori, lebih hasil, hasil
disepakati kedua belah
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
pihak, yakni
peneliti
dan subyek
penelitian“ .
ini juga merupakan suatu cara atau jalan
Menurut Zainal Aqib ( 2008 : 14 ) penelitian deskriptif : dilakukan oleh peneliti
untuk
mengumpulkan
informasi atau data tentang fenomena yang
dan menafsirkan data yang ada. Metode
diteliti,
misalnya
sesuatu
kejadian, atau faktor-faktor penyebab terjadinya sesuatu “
untuk memecahkan masalah yang
ada
pada
dan
masa
sekarang
mengumpulkan,
menyusun,
mengklasifikasikan,
serta
menginterpretasikan tentang arti dari data-
data
itu,
Perlunya
penulis
menggunakan metode deskriptif karena untuk mencarl data yang sebanyak-
Dari hal itu maka penelitian
banyaknnya dengan cara meneliti secara
kualitatif dilakukan secara cermat ,
langsung keadaan di lapangan, kemudian
mendalam
dan
mengumpulkan data yang
didapatkan
data yang lengkap serta
rinci
sehingga
dapat menghasilkan informasi yang
telah ada,
mengklasifikasikan serta menjelaskan arti dari data – data tersebut.
menunjukkan kualitas tertentu. B. Sumber Data Sedangkan Karekteristik penelitian kualitatif
Sumber data
dalam penelitian ini
menurut Hamidi (2004 : 10 – 13) adalah
terdiri dari sumber data primer dan
sebagai berikut :
sekunder .
1. 2. 3. 4. 5.
1. Sumber data Primer
6.
Penelitian harus sistimatis Penelitian harus logis dan rasional Penelitian harus empiric Penelitian bersifat reduktif Penelitian bersifat replicable dan transmitable Penelitian harus memiliki kegunaan
Yaitu pihak-pihak yang terkait langsung
dengan
masalah
yang
dijadikan obyek penelitian .
Dalam
Penelitian ini yang menjadi sumber dari data primer yang penulis ambil
yang
Untuk dapat
mencapai sasaran
dikehendaki,
maka
digunakan
metode penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualititif yang memberikan Lydia Ersta Kusumaningtyas
adalah : a. Kepala Sekolah SLB Bina Putra Salatiga b. Guru-
Guru
SLB
Bina
Putra
Salatiga Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
151
c. Tata
Usaha
SLB
Bina
Putra
2. Obyek Penelitian
Salatiga d. Orang Tua Siswa SLB Bina Putra Salatiga e. Siswa – Siswa SLB Bina Putra SLB Bina Putra Salatiga tingkat SMPLB 2. Sumber data Sekunder
langsung
keterangan dan
penelitian
menurut
Suharsimi Arikunto ( 2002 : 97 ) bahwa variable adalah : “Obyek Penelitian atau apa
yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian“. Dalam penelitian ini yang menjadi
Yakni sumber data yang tidak secara
Obyek
memberikan
dapat melengkapi
obyek
penelitian
pembelajaran
adalah
proses
keterampilan (Life
Skill Education) seperti menjahit ,
sumber data primer. Adapun yang
smook
termasuk sumber data sekunder adalah
(sablon) membuat telur asin.
dokumen sekolah, buku - buku Ilmiah yang
berhubungan
erat
dengan
penelitian dan catatan penting yang
pertukangan,
Sebelum sesudah
rekayasa
dibimbing
dan
mendapat bimbingan dari
guru – guru
berkaitan dengan kegiatan siswa – siswa SLB Bina Putra Salatiga tingkat SMPLB yang diteliti.
Keterampilan masing – masing . D.Teknik Pengumpulan Data
C. Subyek Dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPLB Bina Putra Salatiga jurusan Tuna Rungu
( B ), Tuna Grahita
Ringan (C) ; Tuna Grahita Sedang ( C1 ) , dan Tuna Ganda ( G ).
Untuk mengumpulkan data dari sumber data yang telah penulis sebutkan diatas, maka penulis mempergunakan teknik
pengumpulan
data
sebagai
berikut: 1. Metode Observasi ( Pengamatan ) Pengertian observasi menurut HB. Sutopo (2002 : 46) disebutkan:“ Observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung dengan
152
Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
pencatatan yang sistimatis tentang fenomena – fenomena yang diselidiki“. Adapun
alasan
menggunakan
metode observasi ini adalah : a) Teknik
atas
antara
peneliti
Menurut
dengan Sugiyono
informasi dan ide melalui Tanya
kemudian
c) Pengamatan
mencatat
yang
jawab,
berkaitan
pengetahuan
dengan
proporsional/
langsung yang diperoleh melalui data.
sehingga
dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu “. 3. Metode Study Dokumenter
memungkinkan
peneliti mencatat peristiwa dalam
data
langsung
pertemuan dua orang untuk bertukar
pada keadaan yang sebenarnya.
d) Mudah
mengadakan tanya jawab secara
pengalaman
perilaku serta kejadian yang terjadi
situasi
dengan
(2007:72) “ wawancara merupakan
b) Teknik ini melihat dan mengamati ,
data
ini
langsung .
sendiri
pengumpulan
responden.
pengumpulan
didasarkan
Wawancara merupakan teknik
Teknik
Dokumentasi
dipergunakan data
untuk
memperoleh
mengenai
dasar
penyelenggaraan SLB Bina Putra, Program pengajaran dan kurikulum SLB tingkt SMPLB.
mengecek tersebut
kepercayaan
dengan
jalan
memanfaatkan pengamatan. e) Peneliti mampu memahami situasi yang rumit. f) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang bermanfaat 2. Wawancara ( interview)
E. Validitas Data Dalam
mempertimbangkan
validitas data dalam penelitian ini , Suharsimi
Arikunto
(2002:
14-15)
berpendapat
bahwa:
“pengertian
Triangulasi
adalah
penyilangan
informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan”.
Pengertian Wawancara : Untuk maksimal Lydia Ersta Kusumaningtyas
mencapai
hasil
yang
ada 4 (empat) macam
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
153
triangulasi yang digunakan
dalam
penelitian ini , yakni : 1. Triangulasi
dalam penelitian
data
yaitu
dengan
memperkaya data yang mantap 2. Triangulasi mengadakan
peneliti
yaitu
pengecekan
dengan
teori
dengan
penelitian 3. Triangulasi
Adapun analisa data yang digunakan
yaitu
kualitatif. Karena data-datanya merupakan data kualitatif yakni berujud informasi dan sumber diskriptif yang luas, berlandaskan tokoh, setra memuat penjelasan tentang proses-proses yan terjadi pada lingkungan setempat.
mencocokkan teori terlebih dahulu 4. Triangulasi
ini adalah analisis data
Dalam pengertian ini analisa data
metodologi
kualitatif merupakan upaya yang berlanjut ,
mengumpulkan data dengan metode
berulang dan terus-menerus. Menurut HB.
lain.
Sutopo (2002:87), yang dimaksud dengan
Adapun
yang
akan
penulis
analisis data yaitu
terdiri dari tiga alur
pergunakan dalam penelitian ini adalah
kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
teknik
yaitu
pemeriksaan
data
yang
memanfaatkan
Triangulasi
sumber
membandingkan
yaitu
dengan dan
mengecek kembali derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu berbeda untuk dapat mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tersebut. F. Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting di dalam penelitian ini. Pada bagian ini peneliti akan merangkum data perolehan, mengorganisir, menyusun dan merakitnya dalam suatu kesatuan yang logis dan sistematis sehingga jelas keterkaitannya.
:
reduksi
data,
penyajian
data
penarikan kesimpulan atau verifikasi . 1. Reduksi
Data
Yaitu
:
proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan
transformasi kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan . 2. Penyajian data Yaitu
:
tersusun
sekumpulan yang
kemungkinan kesimpulan
informasi memberikan
adanya dan
penarikan pengumpulan
tindakan . 3. Menarik kesimpulan Dari permulaan pengumpulan data , mencatat keadaan yang terjadi , proses
154
Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
pelaksanaan , serta terakhir peneliti
yang mereka pelajari diharapkan akan
harus menarik kesimpulan .
dapat menghasilkan uang yang pada
Adapun model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
akhirnya akan menjadikannya sebagai produsen/ penghasil barang konsumtif yaitu hasil keterampilannya. Misalnya keterampilan smook tidak hanya dibuat
Pengumpulan data
bahan
lembaran
dimodifikasi
saja
tetapi
untuk menjadi
juga sarung
bantal kursi, tas tangan putri dari Reduksi data
Sajian data
smook.
Hal
itu
membutuhkan
keterampilan membuat smook dan juga menjahit bahan hingga menjadi hasil Penarikan Kesimpulan
karya modifikasi. Dari Extra Kurikuler
Verifikasi
tata boga, utamanya diajarkan membuat telur asin, yang bahkan SLB Bina Putra
( HB. Sutopo, 2002 : 87 )
sudah dikenal Gambar 1 Model Analisis Interatif
oleh kalangan pejabat
PLB di Propinsi . Temuan tersebut disajikan secara rinci sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN
a.
1. Kondisi realitas Anak Tuna Grahita Karakteristik Anak tuna grahita yang
mudah
bosan,
cepat
beralih
perhatian, kurang mampu menerima pelajaran dengan cepat sering terjadi pada setiap kali pendidikan
pembelajaran, baik
akademik
maupun
pendidikan keterampilan Selain itu masih terdapat hambatan dalam mempelajari keterampilan , hal itu memang disebabkan hal – hal baru
Lydia Ersta Kusumaningtyas
Hasil Observasi
siswa sebelum
mendapat bimbingan pribadi : 1) Anak kurang sabar . 2) Cepat putus asa dan mudah ngambek 3) Takut mempelajari hal – hal baru . 4) Sering memecahkan telur bebek karena dipegang kurang kuat/ terlalu kuat pada saat proses pengamplasan telur . 5) Sering mematahkan Gergaji kecil 6) Belum
dapat
menggerakkan
mesin jahit sama sekali. Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
155
7) Sering mematahkan jarum border
mempelajari
8) Hasil jahitan yang menggumpal
tertentu.
9) Kain yang dibuat menjadi kotor karena dipegang kuat- kuat
2) Hasil Interview ( Wawancara ) dengan
10) Titik – titik pada kain saten
keterampilan
orang
tua
sebelum
pemberian layanan pribadi.
menjadi rusak karena kesalahan menjalankan pola smook
a) Orang
Dari hasil observasi tersebut dapat
rendah
disimpulkan bahwa kemampuan dan
anaknya.
kesabaran siswa untuk mempelajari
akan
kemampuan
memberikan
pelatihan
sehingga guru keterampilan
rumah
perlu
keterampilan
di
c) Kebanyakan orang tua tidak
dengan penuh kesabaran.
mau
b. Hasil Interview
keterampilan kepada putra –
1) Hasil interview
dengan guru
keterampilan sebelum pemberian
d) Sering
orang
mengalami
motorik,
takut
seperti jarum, silet, gunting, pisau.
bayangan
terhadap
sendiri
bahwa
anak
nya
dengan perlakuan istimewa sehingga
takut
tua
yang mengalami kekurangan
terhadap benda – benda runcing
Juga
mengajarkan
memperlakukan
Beberapa siswa gangguan
repot
putrinya.
layanan pribadi.
156
menganggap
b) Kurang
keterampilan masih sangat kurang ,
memberikan bantuan kepada siswa
tua
anak
menjadi
manja,
egois,
kurang
semangat
belajar,
kurang
mau bersusah – susah.
keterampilan tersebut
amat
Dari hasil
sulit,
akan
tersebut. maka guru sangat perlu
tidak
yakin
observasi dan interview
kemampuan sendiri. Siswa ada
memberikan
yang
sistim
kepada
pertahanan diri dengan cara
layanan
ngambek, menangis bila diajak
adalah:
mengeluarkan
Lydia Ersta Kusumaningtyas
layanan
anak . Setelah pribadi
pribadi memberikan
maka hasilnya
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
1). Hasil wawancara
dengan guru
Dari
Keterampilan
berdasarkan
Pelajaran keterampilan yang diajarkan
tersebut
uraian
diatas
wawancara
dengan
orang tua ( Bp Gunawan dan ibu
meskipun
Rondiyah
didapatkan data yang
dengan susah payah, pada akhirnya
menyatakan bahwa mereka sudah
telah dapat dipelajari oleh siswa ,
mulai lega dan senang bahwasanya
misalnya
putra- putri mereka sudah
Ditya Ratna( siswa
SMPLB G) telah mahir menjahit
mulai
sprei
keterampilan
lengkap
dengan
sarung
mampu
mempelajari yang
akan
bantalnya,Bagus Galih Maulana
dipergunakan untuk
(Siswa SMPLB C) sudah mampu
akan datang . Dan salah satu siswa
membuat tempat HP berujud Kursi
SMPLB Bina Putra yang hidup
goyang yang terbuat dari kayu
dipanti asuhan
sengon, Weny dan Widya Bidya
sudah mulai dilatih membuat telur
Putri ( siswa SMPLB C1 ) yang
asin di rumah yang dikonsumsikan
IQ nya
antara 25 – 50 sudah
untuk penghuni panti tersebut.
mampu membuat smook . Untuk
Wulan yuliani juga sudah membuat
keterampilan jahit disini bukan
smook yang akan dibuat sarung
ditujukan
bantal bagi keluarganya .
agar
siswa
menjadi
penjahit/ tailor, karena kemampuan siswa – siswi
SLB utamannya
Siswa Tuna grahita
Sesungguhnya tujuan
masa yang
(Asih Setiati )
secara
terperinci
bimbingan dan konseling seperti
rendah bila
yang dikemukakan oleh Coleman dalam
mengukur,
Thomson & Rudolph dan dikutip oleh Prof
membuat pola, namun bila jahitan
. dr H . Prayitno,M.Sc.Ed ( 1999 : 113 )
yang mudah seperti sarung bantal,
dapat dirumuskan sebagai berikut :
sprei,
Bimbingan dan konseling bertujuan : - Memberikan dukungan - Memberikan wawasan, pandangan, pemahaman, keterampilan dan alternative baru. - Mengatasi permasalahan yang dihadapi
harus
menghitung,
tas, taplak meja mereka
mampu mengerjakannya. 2) Hasil Wawancara dengan orang tua siswa setelah mendapatkan layanan pribadi
dalam
mempelajari
keterampilan. Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
157
Pada dasarnya semua pendidik di SLB Bina Putra
guru
tersebut
diharapkan
dapat
berperan sebagi
membantu siswa dalam mengatasi
guru bimbingan dan konseling bagi
masalahnya, sehingga siswa tersebut
siswa – siswinya.
dapat
segi
Kekurangan dari
psikologis sangat perlu
memahami
dirinya,
lalu
dengan
lingkungannya,
bimbingan dan konseling dari para
pemahaman itu individu ersebut dapat
pendidiknya.
telah
menyesuaikan diri, memahami diri
bukan hanya pada saat
sendiri, tahu potensinya dan bahkan
dilakukan
Hal
itu
juga
tertentu saja, akan tetapi disetiap saat
dapat
para guru tersebut mengajar.
tersebut dengan optimal.
Sudah menjadi konsekuensi bagi guru luar biasa
mengembangkan
potensinya
Sebagaimana yang dikemukakan
yang secara
oleh Yulia Singgih D. Gunarsa (2000 :
otomatis, mau ataupun tidak mau harus
14) Bahwa tujuan Konseling secara
menjadi guru BK meskipun mereka
umum
kurang memahami ilmu Bimbingan
memperoleh:
di
sekolah
dan konseling secara luas. Konseling
a) Kemampuan
dapat dilaksanakan secara kelompok
sekolah
maupun
individu
seperti
yang
b) Sikap
supaya
berprestasi
anak
di
menghormati
dikemukakan oleh Yulia Singgih D.
kepentingan dan harga diri
Gunarsa
orang lain
(2000
:
23)
bahwa
“Konseling dalam pelaksanaan dapat dilakukan secara berkelompok dan secara individu“.
seorang guru di SLB Bina Putra memberikan
kelompok
sekolah e) Penyesuaian kesulitan dalam
bimbingan
hal belajar, pengarahan dan
apabila dalam kelas itu
mengatasi masalah dalam hal
terdapat beberapa siswa mengalami masalah yang sama . Namun apabila hanya
dirinya d) Pemahaman tentang kesulitan
Dari pengertian itulah maka
dituntut
c) Cara- cara mengatasi kesuitan
terdapat seorang siswa yang
melanjutkan sekolah f) Persiapan bidang kerja yang dapat untuk hari kemudian
menghadapi masalah tertentu, maka 158
Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
diharapkan menjadi bekal hdup mereka agar dapat
hidup
mandiri
kehidupannya
dalam
kelak,
menjalani
dikemudian
hari
apabila telah menamatkan pendidikannya di
KESIMPULAN dan SARAN
Sekolah Luar Biasa tingkat SMPLB maupun A. Kesimpulan
berlanjut ke SMALB.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
telah
diuraikan
dapat
diambil
kesimpulan
pemberian
layanan
Bimbingan
sebelumnya, bahwa
yang
B. Saran 1. bagi orang tua a. Hendaknya dukungan dan bekerjasama
pribadi di SLB pada umumnya dan anak
dengan
Tuna Grahita khususnya mutlak diperlukan
memberikan
. Hal ini tanpa mengesampingkan pemberian
serta motivasi
dalam
bekal
rangka
keterampilan
khususnya kecakapan hidup
contoh sikap, pemberian tugas, latihan, kedisiplinan
sekolah
pada
putra – putrinya
dari para b.
pendidik dan para orang tua.
Memberikan contoh dan tauladan tentang kedisiplinan.
Disamping itu peranan orang tua di rumah
c.
juga sangat membantu Anak Tuna Grahita dalam
mempelajari
akan keterbatasan
terbantu dengan segala jenis pembiasaan. Layanan Bimbingan pribadi tersebut
d.
Lebih memberikan
e.
Memperhatikan
serta bimbingan.
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak Tuna Grahita, sehingga mereka mampu mempelajari
kecakapan
Lydia Ersta Kusumaningtyas
hidup
yang
dan
memberikan tekanan namun dengan
sikap,
membantu
sikap
perkembangan putra-putrinya tanpa
kesabaran
dan
motivasi akan
bakat dan minat putra – putrinya.
ternyata dapat membantu mengembangkan antusiasme
–
semena – mena .
serta
kemampuan Anak Tuna Grahita yang sangat
Putra
dengan istimewa ataubahkan dengan
kecakapan hidup yang diajarkan di sekolah
mengingat
memperlakukan
putrinya yang mengalami kekurangan
keterampilan/
serta berkelanjutan di rumah. hal tersebut
Tidak
ketelatenan,
pembiasaan
2. Bagi Guru Luar Biasa a. Dapat memberikan bimbingan pribadi secara
rutin
agar
siswa
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
dapat 159
mengembangkan
kemampuan
dan
keterampilannya. b. Dapat
menerapkan
Bimbingan
Pribadi
Layanan untuk
e. Memberikan
layanan
Bimbingan
Pribadi dengan pengertian, ketelatenan
mengembangkan sikap disiplin, tidak
dan penuh kesabaran
mudah putus asa dan bekerja keras.
karakter Anak tuna Grahita yang unik.
c. Memberikan motivasi, pada Anak
Namun
tetap
mengingat
mengingat
bahwa
Tuna Grahita sesuai pada porsinya.
mereka harus tetap dapat bertahan
d. Memberikan informasi, contoh dan
hidup di masyarakat, dan mandiri
pembiasaan hidup disiplin pada Anak
apabila orang – orang yang selama ini
tuna Grahita
disandarinya sudah tidak ada lagi.
dengan sebenar –
benarnya. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, Kurikulum Pendidikan Luar iasa Landasan Program dan Pengembangan, Jakarta Ciptono,2004,Pengalaman Mendidik anak Tuna Grahita, Semarang : P Diksus Laxy Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Prayitno, 1999, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto,2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT Rineka Cipta Sutopo HB, 2002,Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Yulia Singgih D Gunarso, 2000, Psikologi untuk membimbing, BPK Gunung Agung
160
Lydia Ersta Kusumaningtyas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016