EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh: Dedeh Mahmudah 104051001858
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh: Dedeh Mahmudah NIM : 104051001858
Pembimbing,
Drs. HASANUDDIN, MA NIP: 150270815
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Juni 2008
Dedeh Mahmudah
ABSTRAK Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat Islam sangat bergantungan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan seluruh ajaran para Rasul-Nya. Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren At-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri? Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi? Dalam penelitian ini di harapkan dapat berguna secara akademis untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzoh hasanah dan sebagai masukan untuk para aktivis dakwah. Penulisan skripsi ini menggunakan teori efektifitas dan dakwah tujuannya untuk melihat seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi Teknik olah data yang digunakan peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, internet dan sebagainya. Selain itu observasi yang didalamnya wawancara dengan nara sumber para mad’u peneliti pun menyebar angket yang berisi pertanyaan guna mengetahui seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah pada santri dalam pembinaan akhlak. Kegiatan dakwah tersebut secara keseluruhan mampu meningkatkan pengalaman keagamaan para santri, seperti : Bersikap amanah, bijak, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah efektif dalam pembinaan akhlak santri di daerah Ujung Harapan Bahagia Bekasi.
Wawancara dengan Drs. Mawardi MH. Mp.d (Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Putra Bekasi)
Tempat
: Kantor Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Tanggal
: 16 Juni 2008
Pukul
: 10. 00 WIB
Pertanyaan dan Jawaban 1. P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi? J : 1. Amanah yang harus dijalankan sebagai seorang ulama yang punya tanggung jawab langsung kepada Allah 2. Keadaan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan Agama 3. Sebagai benteng pertahanan, sebab di pesantrenlah
satu-satunya
tempat untuk mencetak kader-kader ulama yang mutafaqqih fiddin. Jadi tiga hal inilah yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. 2. P : Materi atau kitab Akhlak apa saja yang diajarkan di Pondok Pesantren At- Taqwa Putra? J : Materi atau kitab yang diajarkan pada Pondok Pesantren ada 4 yaitu: Ta’lim Muta’lim Nasaihul Ibad Risalatul Muawwanah Fathul Majid
3. P : Media apa yang dipakai ketika proses belajar? J : a. Alat-alat tulis manual b. Alat Praga c..Perangkat Lainnya seperti: Komputer, OHP, Laboratorium, Ruang Perpustakaan dll. 4. P : Metode dakwah mauidzoh hasanah bagaimana yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra? J : 1.
CBSA yaitu cara belajar siswa aktif yang dilaksanakan di ruang belajar mereka masing-masing dengan bimbingan seorang guru.
2. Diskusi: seluruh santri diajarkan untuk berdiskusi dengan baik. yaitu mencari solusi/ kebenaran dari permasalahan 3. Ceramah: metode ini dilakukan oleh segenap guru/ ustadz, seorang guru memberikan penyampaian pesan dakwah terhadap santri, penyampaian ini biasanya dilakukan diatas mimbar. Selain itu metode ceramah ini kerap diikuti oleh seluruh santri dalam sebuah acara yang bernama muhadhoroh 5. P : Kapan metode dakwah mauidzoh hasanah dilaksanakan? J : Kapan saja bisa dilakukan bukan hanya di atas mimbar. mauidzoh hasanah itu kan merupakan dakwah bil-lisan, artinya dakwah dapat dilakukan di dalam kelas baik dengan cara belajar mengajar maupun diskusi keagamaan. Dapat juga dilakukan diluar kelas dengan cara memberikan nasihat yang baik kepada santri.
KATA PENGANTAR
ِِْ ا َِْ ا ِ ِِْ ا Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, selalu mendengarkan do’a hamba-Nya, serta tidak pernah berhenti untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir akademis sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rosulullah SAW yang telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Syukur alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, selayaknyalah penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi. Teruntuk ayahanda H. Abdurrahman yang banyak memberikan ruang kedewasaan penulis untuk selalu berfikir akan sesuatu hal, dan memberikan rasa optimis yang tinggi, dan selalu mengajarkan untuk berbuat baik sesamanya. Ibunda Hj. Ilah Rosilah, Sosok yang menawarkan kesabaran dalam hidup, bijak dalam bertindak, dan selalu memahami penulis dalam keadaan apapun sejak kecil sampai saat ini. Serta kakak dan adik-adikku tersayang, Husni, Cut Mutia, A.Rifa’i, Dewi
sartika, Yuliana & Ricky Devis Sugiarto, yang selalu mendo’akan penulis dan memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, Penulis haturkan terima kasih atas segala tuntunanya dalam menunjukan penulis akan keberhasilan ilmu pengetahuan. 3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Murodi, MA., yang telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya kepada penulis. 4. Drs Wahidin Saputra, MA. Sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi Musyarofah, MA., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan penulis masukan, dukungan, nasehat serta do’a., 5. Dosen Pembimbing skripsi, Drs. Hasanuddin MA., tiada kata yang pantas terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk meluangkan waktu di tengah kesibukannya guna memberi masukan, diskusi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan batas waktunya. 6. Kakanda Achmad Marsaidi S.Sos.I yang melimpahkan kasih sayang dan do’anya. Mendampingi penulis dalam suka maupun duka mengorbankan waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Mudahmudahan sukses selalu amiiiiien. 7. Bapak Drs. KH. Mawardi HM, M.Pd dan Stap Pengurus Pondok Pesantren At-Taqwa yang telah rela meluangkan waktunya untuk memberikan suatu
penjelasan mengenai data-data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. 8. Para Santri At-Taqwa Putra yang telah rela meluangkan waktunya untuk mengisi angket yang diberikan oleh
penulis, sehingga penelitian dapat
berlangsung dengan lancar. 9. Teman-teman KPI D angkatan 2004 yang bersama-sama melewati samudera dan rutinitas perkuliahan di kampus pembaharu ini, semoga persahabatan ini akan terjalin selamanya. Serta kenangan manis KKN 2007 di Cianjur Ds. Cilubang yang tak akan pernah terlupakan. 10. Teman-teman seluruh angkatan 2004 Fakultas Dakwah dan Komunikasi atas segala dukungannya, tetep semangat ya….kawan-kawan HMI Komfakda, KOHATI Ciputat, HIQMA, FKMA, JJF, LSI, Al-Adzkar….Semoga Silaturrahmi ini semakin erat sampe kakek nenek. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Walaupun demikian, skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis. Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Jakarta, 17 Juni 2008
Penulis.
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................. iv DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 13
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
TENTANG
METODE
DAKWAH
MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI A. Metode Dakwah Mauidzhoh Hasanah .................................. 15 1. Pengertian Efektifitas ...................................................... 15 2. Pengertian Metode Dakwah ............................................ 17 3. Macam-Macam Metode Dakwah ..................................... 19 4. Pengertian Mauidzoh Hasanah ........................................ 23 5. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah ................................. 25 B. Akhlak Santri ........................................................................ 35 1. Pengertian Akhlak Santri ................................................. 35 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Santri ............ 36 3. Cakupan Akhlak santri .................................................... 40
BAB III
a.
Akhlak terhadap Allah .............................................. 40
b.
Akhlak terhadap manusia ......................................... 41
c.
Akhlak terhadap lingkungan ..................................... 45
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AT-TAQWA BEKASI A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa .................. 49
B. Visi Dan Misi dan Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa ....... 53 C. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa .................. 55 D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa ................... 57 BAB IV
EFEKTIFITAS
MAUIDZOTULHASANAH
PESANTREN AT-TAQWA TERHADAP
PONDOK PERILAKU
SANTRI A. Implementasi Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah 1. Nasihat ............................................................................ 62 2. Tabsyir wa Tandzir ......................................................... 63 3. Wasiat ............................................................................. 64 4. Kisah .............................................................................. 65 B. Temuan dan Analisis ............................................................ 65 1. Identitas Responden ....................................................... 65 2. Pembahasan hasil penelitian ........................................... 66 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 85 B. Saran-saran ........................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87 LAMPIRAN .............................................................................................. 90
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3
Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21
Responden berdasarkan jenis kelamin ............................................ Responden berdasarkan umur ........................................................ Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjarkan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mandapat kebahagiaan di dunia dan akhirat ................................................... Dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus orang tua atau pun guru/ustadz. ..................................................................... Syariat Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk berdakwah sesuai dengan kadar kemampunannya .......................... Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya dilakukan di atas mimbar ............................................................... Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara memberikan nasihat, bimbingan dan petuah yang baik ................... Mauidzoh hasanah adalah salah satu metode dakwah yang dilakukan di berbagai pondok pesantren ........................................ Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat dilakukan oleh siapa saja ................................................................................................. Metode dakwah mauidzoh hasanah selain dapat memberikan siraman rohani juga dapat memberikan wawasan terhadap santri .... Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri untuk merubah prilaku yang baik ................................................... Mauidzoh hasanah adalah metode dakwah yang efektif dalam menyerukan ajaran agama di pondok pesantren ............................. Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan .................................. Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni menyempurnakan akhlak agar lebih baik di dalam kehidupan sehari-hari ...................................................................................... Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir ........................... Akhlak dapat dibentuk melalui bimbingan orang tua, guru serta tokoh-tokoh ................................................................................... Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak yang baik sesama umatnya ............................................................................. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana terhadap sesama muslim ................................................................ Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah terhadap sesama muslim ................................................................ Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku atau berpandangan masa depan ............................................................. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia terhadap Allah ...............................................................................
66 66
67 67 68 68 69 70 70 71 71 72
73
73 74 74 75 76 76 77 77
Tabel 22 Islam pengajarkan kepada seluruh umatnya agar bersyukur terhadap Allah atas nikmat yang diberikannya ................................ Tabel 23 Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya agar taat dan patuh terhadap perintah Allah .................................................................. Tabel 24 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak baik terhadap lingkungan ..................................................................................... Tabel 25 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana terhadap sesama muslim ................................................................ Tabel 26 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah terhadap sesama muslim ................................................................ Tabel 27 Islam mengajarkan seluruh umatnya agar menjaga dan memelihara lingkungan .................................................................. Tabel 28 Setiap kerusakan terhadap lingkunagan manusia harus mempertanggung jawabkannya ...................................................... Tabel 29 Islam melarang umatnya agar tidak mencabut dan menebang pohon sembarangan ....................................................................... Tabel 30 Tidak ada sesuatu yang melebihi berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur ...... Tabel 31 Seluruh umat Islam wajib mempertanggungjawabkan di akhirat terhadap semua prilaku yang diperbuat di muka bumi ....................
78 78 79 80 80 81 81 82 83 83
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. 2 Karena itu al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula.3 Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menepati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam. Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qolam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan seluruh ajaran para Rasul-Nya.4
1
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997, h. 8 Didin Hafiduddin,, Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani Press. Cet. 3, 1998 h. 76. 3 Surat fushilat: 33 4 Fawaaz bin Hulail Al Suhaimi, Usus Manhaj Salaf fi Dakwah Ila Allah, Jakarta : Gema insani Press, 1999, h. 31 2
Dakwah bil-lisan yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan ucapan, dakwah semacam ini sering kita lihat pada seseorang yang sering ceramah ataupun berbicara dengan tujuan ke arah kebaikan. Dakwah bilqolam yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan pena yang dituliskan di atas kertas dengan maksud tujuan yang positif, hal ini bisa kita lihat di berbagai media cetak atau buku-buku islami, sedangkan dakwah bil-hal yaitu ajakan atau seruan dengan tingkah laku kita, tentunya mengarah ke jalan Allah SWT Efektifitas Dakwah dengan segala kegiatannya yang akurat dapat berjalan dengan efisien dan bahkan menjadi pendorong bagi perubahan umat ke arah yang lebih baik, bila dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan sistematis. Oleh karena itu untuk melakukan kegiatan berdakwah maka diperlukan metode-metode yang representatif dengan menggunakan bahasa yang lugas, menarik, bijaksana sehingga komunikasi menjadi menarik. Dalam surat an-nahl ayat 125, allah berfirman:
☺ '() !#$☺%& 56 1234% +-%./0& * $>6 = ;< 7()89&: 7 ;(A 7☺ ?+ @8&: ?+ @8&: $>6& * B: FAG CD.E8-☺% Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. annahl:125). Dari ayat di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa secara garis besar metode-metode yang terdapat dalam al-Quran ada tiga, yaitu: 1. Al-hikmah. 2. Al-mau’idzoh al-hasanah. 3. Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan Dari ketiga metode di atas salah satunya yaitu metode dakwah billisan yaitu al-mau’idzoh al-hasanah. Al-mau’idzoh hasanah yang berarti tutur kata yang baik, nasehat yang baik dan harus dapat dirasakan oleh sasaran dakwah sebagai suatu bimbingan ajakan dan pengarahan penuh perhitungan. Sarana dakwah mempunyai peranan dan kedudukan yang sama jika dibandingkan dengan komponen atau unsur dakwah yang lainnya oleh karena itu, pentingnya sarana dakwah sebagai salah satu unsur dakwah, maka sudah seharusnya dalam proses dakwah, unsur dakwah tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan secara baik, tepat dan benar. Pesantren atau Pondok Pesantren (biasanya juga disebut pondok saja) adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Dakwah yang berada di pondok pesantren bukan hanya belajar mengajar semata, akan tetapi di dalamnya terdapat berbagai macam metode dakwah, salah satunya yaitu dakwah dengan menggunakan metode mauidzoh hasanah.
Mauidzoh al-Hasanah secara bahasa berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Kata hasanah merupakan akronim dari kata sayyi’ah (keburukan), hasanah berarti kebaikan atau baik.5 Mau’izatul hasanah wa mujahadah billati hiya ahsan.” Metode ini biasa digunakan untuk tokoh-tokoh khusus (pemimpin), misalnya para bupati, adipati, para raja, maupun para tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dasar metode ini adalah QS An-Nahl (16): 125, yang artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Orang muslim meyakini bahwa sesama muslim adalah saudara seagamanya, mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus diterapkan terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya, karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah SWT. Dan sebagai upaya pendekatan kepadanya. Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan Allah SWT kepada orang muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara seagamanya. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan sebagai upaya pendekatan kepadanya tanpa diragukan sedikit pun. Diantara hak-hak dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut: a. Berprilaku bijaksana terhadap saudara sesama muslim. b. Berprilaku amanah terhadap saudara sesama muslim. c. Berperilaku atau berpandangan masa depan.
5
Drs. H. Munzier Suparta, M.A, Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2003, h. 17
Berdasarkan masalah diatas maka penulis berusaha membahas mengenai :"Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam pembinaan Akhlak Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi". Adapun pertimbangannya bahwa metode dakwah mauidzotul hasanah di pondok pesantren sangat memberi pengaruh terhadap prilaku santri ke arah yang positif.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, Ada tiga metode dakwah yang disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu : Al-hikmah, Al-mauidzoh hasanah, Almujadalah, dari ketiga metode ini tidak semua dikaji, peneliti hanya mengkaji satu metode saja yaitu : Metode dakwah mauidzoh hasanah maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasai pada metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulisan merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan oleh Pondok pesantren at-Taqwa Bekasi? 2. Apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri? b. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah diterapkan oleh pondok pesantren at-Taqwa Bekasi? 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzah hasanah di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi. b. Kegunaan Praktis Sebagai masukan untuk para aktifis Dakwah.
D. Metodelogi Penelitian 1. Model dan Desain Penelitian Model penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karna pendekatan kuantitatif dapat mengahasilkan data yang akurat setelah setelah perhitungan yang tepat. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.6 Penelitian Kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita dapat melihat
6
Syamsir Salam dan Jainal Arifin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 36
langsung sebuah keadaan. Sedangkan desain penelitian ini adalah survey yaitu dengan mensurvey dan mengetahui efektifitas metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi. 2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santrinya. 3. Populasi dan Sample Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan penelitian diambil populasi dengan berpedoman pada pendapat Suharmini Arikunto: “Apabila subjek kurang kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”.7 Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah santri at-Taqwa bekasi yang berjumlah 1000 orang. Sample adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.8 Dalam penelitian ini populasi 1000
7
Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 106 8
M. Iqbal Hasan, MM, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h. 58
orang, penulis mengambil sample 10 % dari populasi yang ada yaitu 100 orang. 4. Tehnik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian lapangan ini menggunakan teknik sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan pengajuan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada informan, dan jawaban-jawaban informan, dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).9 Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Mts At-Taqwa Putra Bekasi untuk memperoleh data mengenai Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. b. Angket Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.10 Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan angket kepada Para Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. c. Observasi Observasi menurut Karl Weeick mendefinisikan observasi sebagai “Pemilihan, Pengubahan, Pencatatan dan pengodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan Organisme in Situ, sesuai 9
Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-VI, h. 68 10 Ibid, h. 65
dengan tujuan-tujuan empiris.11 Metode yang digunakan oleh penulis dalam observasi yaitu partisipatoris, yakni dengan cara terlibat dalam metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri atTaqwa Bekasi. d. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang akan diteliti dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dari Buku, majalah, CD, foto dan lain sebagainya. 5. Tehnik Pengumpulan Data a.
Editing yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan, sehingga dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.
b.
Tabulating yaitu memudahkan jawaban-jawaban responden ke dalam tabel kemudian dicari presentasenya untuk dianalisis.
c. Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam bentuk verbal (kata-kata), sehingga persentase jadi bermakna. d. Kesimpulan yaitu penulis memberikan kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi data. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus : P = f x 100 % N P = besarnya persentase 11
Jalaluddin Rahmat, M. SC, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-XII, h. 83
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = jumlah frekuensi Kemudian dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi relatif.12 Adapun pedoman penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku “Pedoman Penuliasan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.” 13
E. Tinjauan Pustaka Dari penelitian awal ditemukan beberapa karya ilmiah baik dalam bentuk buku maupun skripsi yang membahas objek yang hampir sama yaitu: 1. Buku Metode Dakwah berbicara secara umum tentang metode dakwah. Menurut Al-Qur’an dalam surat an- Nahl:125
☺ '() !#$☺%& 56 1234% +-%./0& * $>6 = ;< 7()89&: 7 ;(A 7☺ ?+ @8&: ?+ @8&: $>6& * B: FAG CD.E8-☺% Artinya : “Serulah manusia kepda jalan tuhanmu dengn hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (AnNahl : 125) Dari ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga 12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008), h. 43 13 Hamid Nasuhi dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), (UIN Jakarta: Ceqda, 2007), cet. Ke-2
cakupan, yaitu : a. Al-Hikmah Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat hingga menjadi sempurna. Menurut pendapat ini, al-hikmah termanifestasikan
ke
dalam
empat
hal:
Kecakapan
manajerial,
kecermatan, kejernihan pikiran pikiran dan ketajaman pikiran. b. Al-Mauidzoh Hasanah Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat. c. Al-mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan Al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawn menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. 2. Masykur Kadir Judul Skripsi: Manajemen pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam dalam kegitan dakwah dan sosial pada masyarakat. Secara garis besar beriri tentang :Manajemen pondok pesantren, kegiatan
dakwah dan sosial pada masyarakat dan tinjauan empiris manajemen pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam. 3. Zubaedah Judul Skripsi : Pondok Pesantren Sebagai lembaga dakwah (study kasus pondok pesantren Nurul Huda Assuriyah Bojong Sari Sawangan Depok. Secara garis besar berisi tentang : “Pesantren sebagai lembaga dakwah dan analisis terhadap Pondok Pesantren Nurul Huda Assuriyah sebagai lembaga dakwah. 4. Syaiful Alawi Judul Skripsi : Manajemen Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi dalam meningkatkan kualitas santri. Secara garis besar berisi tentang : “Manajemen Strategi perumusan upaya At-Taqwa lebih kepada kualitas santri dan evaluasi strategi. 5. Jojoh Nurendah Judul Skripsi : Metode Dakwah Hj. Ijjah Sathari dalam pembinaan akhlak santri bapenpori Babakan Caringin Cirebon. Secara garis besar berisi tentang : Metode dakwah menurut Hj. Ijjah Sathari dalam pembinan akhlak santri Bapenpori Babakan Caringin Cirebon. Sekilas judul-judul diatas memiliki kemiripan dengan penelitian ini tetapi bila ditelusuri lebih jauh akan tampak perbedaanya yaitu: 1. Buku Metode Dakwah Bicara Secara Umum, mengenai ketiga metode dakwah
2.
Masykur Kadir, meneliti tentang manajemen pondok pesantren
3. Zubbaedah, meneliti tentang pondok pesantrwen sebagai lembaga dakwah 4.
Syaiful Alawi, meneliti tentang Manajemen strategi pondok
pesanten 5. Jojoh Nurendah meneliti lebih melihat kepada metode dakwah menurut Al-Qur’an yang diterapkan Hj. Ijjah Sathari. Sementara penelitian ini lebih terfokus pada metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pada pondok pesantren At-Taqwa putra bekasi.
F.
Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan pewnulisan sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan, Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Analisis data, Tinjauan Pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II : Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah dan Akhlak Santri (Kerangka teori), Meliputi pengertian metode dakwah mauidzoh hasnah, ruang lingkup mauidzoh hasanah, pengertian akhlak santri, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak dan cakupan khlak santri.
BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren At-Taqwa Putri Bekasi, Meliputi Sejarah Berdirinya pondok pesantren, visi dan misi, Latar Belakang Berdirinya pondok pesantren, struktur organisasi serta sistem pendidikan pondok pesantren . BAB VI : Temuan Lapangan dan Analisis, Meliputi : Metode dakwah mauidzoh hasanah pada pondok pesantren at-taqwa putra bekasi, faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah, respon santri terhadap kegiatan-kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah. BAB V : Penutup, Meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI
C. Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah 1. Pengertian Efektifitas Kata efektivitas mempunyai beberapa arti. Dalam Kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawa hasil atau hasil guna. Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari sesuatu. Jadi efektivitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah melakukan sesuatu.14 Secara bahasa efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi “efektifitas” berarti keberpengaruhan atau
keadaan berpengaruh
(keberhasilan
setelah
melakukan sesuatu)15. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, efektifitas
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-7, edisi ke-2, h. 250 15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud. 1995, cet. Ke-7, edisi 3, h. 250
menunjukan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya secara ideal ke efektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.16 Menurut John. M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia secara etimologi efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.17 The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai The Quality of being effective. In various sebse. Efectivity the quality or state being effective and power to be effective. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan menggerakan untuk bisa efektif.18 Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektivitas merupakan keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam pencapaian tujuan.19 Menurut Dennis Mc Quail efektivitas secara teori komunikasi berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan, sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan terjadinya dalam
16
A. b. pridodgdo, Hasan Shadily, ensiklopedi umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) cet ke-8, h. 296 17 John. M. Echols dan Hasan Syadily, kamus inggris-indonesia, (Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama, 1990), Cet. Ke-8, h. 207 18 Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978), Vol. III, P. 49 19 Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT. Indah 1995), Cet. Ke-1, h. 742
segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.20 Peter. F. Drucker merupakan salah satu tokoh yang memberikan perhatian besar terhadap efektivitas. Menurutnya bahwa efektivitas itu dapat dan harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk sebuah keahlian yang lahir secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreativitas.21 Efektivitas juga merupakan teknologi pekerja ilmu yang bersifat khusus dalam sebuah organisasi untuk itu diperlukan kecakapan, kemauan bekerja, dan yang terpenting bukan sekedar memastikan apakah suatu pekerjan dan pelaksanaan tugasterselesaikan sebagaimana mestinya. Kecakapan kerja dapat diukur dengan meningkatkan output dalam sektor pekerjaan. Dan pengukuran kerja sesuai dengan maksud dan tujuan merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang mampu melahirkan efektivitas secara keseluruhan.22 Menurut F.X. Suwarto, keefektifan berasal dari kata dasar efektif yang artinya ada efek, pengaruh, akibat dan kesan seperti manjur, mujarab dan mempan dan juga mempunyai arti dalam penggunaan metode atau
20
Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta : Erlangga Pratama, 1992), h. 281 21 Peter. F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutip Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h. 5. 22 Ibid, h. 7
cara, sarana atau alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna atau mencapai hasil yang optimal.23 Menurut Gibson, James L, Wancevich, John M, Donelly Pengertian efektifitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka yang diharapkan atau prestasi yang standar. Maka akan makin efektif dalam menilai mereka.24 Sementara itu efektifitas juga menunjukan taraf tercapainya tujuan. Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti misalnya: Usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.25 Dari pengertian-pengertian efektivitas dapat disimpulkan menurut beberapa sumber di atas, bahwa secara umum efektifitas diartikan sebagai adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan keberhasilan tujuan, penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran, keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana atau fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh.
23
F. X. Suwarto. Prilaku Organisasi, (Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1 F.X. Suwarto, Enslikopedia Nasional, Jilid II, (CES-HAM), (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980), Jilid II, (CES-HAM), h..134 25 F.X. Suwarto, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989), Jilid V, E, FX, h. 12 24
2. Pengertian Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).26 Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut thariq.27 Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Sarana dakwah sebagai salah satu komponen dakwah banyak macamnya. Salah satu diantaranya adalah pondok pesantren. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang alQur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidahkaidah tata bahasa bahasa Arab. Istilah Pondok sendiri berasal dari Bahasa Arab (وق, funduuq), sementara istilah Pesantren berasal dari kata pe-santrian.28 Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan adalah sebagai berikut:
26 27
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1991), Cet. I, h. 61 Drs. H. Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 1996, Cet. Ke-1, h.
35. 28
Google, Pondok Pesantren, 5 Maret 2008
1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses Menghidupkan suatu peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.29 2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mandapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.30 Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Gazali.31 Bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam. Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.32 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. 3. Macam-Macam Metode Dakwah Allah SWT Berfirman dalam Q.S. An-nahl :125 !#$☺%& ☺ +-%./0& * '() ;< 7()89&: 56 1234% 7 ;(A 7☺ ?+ @8&: $>6 = 29 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia; Nur Niaga SDN. BHD. 1996), Cet. I, h. 5 30 Abdul Kadir Syaid Abd. Rauf, Dirasah Fid dakwah al-Islamiyah, (Kairo; Dar ElTiba’ah al-mahmadiyah, 1987), Cet. I, h. 10. 31 Beliau adalah seorang ulama besar, pemikir muslim zaman klasik, hidup sampai awal abad ke-12, pendapatnya dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin 32 Toto Tasmara, Kmunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama), Cet 1, 1997 h. 43.
?+ @8&:
$>6&
*
B:
FAG CD.E8-☺% Artinya : “Serulah manusia kepada jalan tuhanmu yang hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang ledih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalanya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (anNahl;125) Dari Ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu: 1.
Al-Hikmah Kata “Hikmah” dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah dari kedzoliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut
al-
Ashma’i
asal
mula
didirikan
hukumah
(pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari perbuatan dzalim. Maka digunakan istilah Hikmatul Lijam, karena Lijam (cambuk atau kekang kuda) itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan.33 Al- Hikmah juga berarti tali kekang pada binatang sebagaimana dijelaskan dalam kitab Misbahul Munir. Diartikan demikian karena tali kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan kudanya sehingga si penunggang kuda dapat mengaturnya baik baik untuk perintah lari atau berhenti. Dari kiasan ini maka orang yang 33
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, 12/141
memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai kendali diri yang dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau menurut Ahmad bin munir al-Muqri’ al-fayumi berarti dapat mencegah dari perbuatan yang hina.34 Orang yang mempunyai hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat. Karna filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu. Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., mengartikan meletakan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur
dengan cara sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan.35 Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami al-Qur’an, mendalami syariat serta hakikat iman.36
34
Ahmad bin Muhammad al-Muqrib’al al-fayumi, al-Misbahul munir, h.120. Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35. 36 Ibnu Qoyyim, At-Tafsirul Qoyyim, h. 226. 35
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti hikmah, yaitu dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.37 Dari beberapa pegertian di atas, dapat difahami bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih,memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi
objektif mad’u. Di
samping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan da,I dalam menjelaskan dokrin-dokrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, alhikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah. 2.
Al-Mauidzoh Al-Hasanah Terminologi mauidzoh hasanah dalam persfektif dakwah
sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj, istilah mauidzoh hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan ”acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara. Namun demikian supaya tidak menjadi kesalahfahaman, maka akan dijelaskan pengertian mauidzoh hasanah. Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu,
`37 Hasan Fadhullah, op. cit, h. 44.
wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.38, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. 3.
Al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan. Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari
kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.39 Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengingatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumantasi yang disampaikan.40 Dari segi istilah (Terminologi) terdapat beberapa pengertian alMujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana
yang
mengharuskan
lahirnya
permusuhan
diantara
keduanya.41. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi
38
Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466. 39 Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Besar Bahasa Arab, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), Cet. Ke-14, h.175. 40 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, 2000, Cet. Ke-1, h.553. 41 World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushulil Hiwar, M aktabah Wahbah Cairo, mesir, diterjemahkan oleh Abdus Salam M. dan Muhil Dhafir, dengan judul terjemahan “Etika Diskusi, Era Inter Media, 2001, Cet. Ke-2, h. 21.
ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.42 Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, alMujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan
dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
B. Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Pengertian Mauidzoh hasanah Terminologi mauidzoh hasanah dalam perspektif dakwah sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj. Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu, wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.43, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain: Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutif oleh H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:
42
Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Hiwar Fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir, diterjemahkan oleh zuhaeri misrawi dan zamroni kamal. (jakarta: azan, 2001), cet. Ke-1. Pada kata pengantar. 43 Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466.
Al-Mauidzhoh Al-Hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau memberikan
nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.44 Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mauidzhah al-hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberi nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. 45 Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsure bimbingan, pendidikan, pengajaran, kosah-kisah, berita gembira, peringatan, persan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Dari beberapa definisi di atas, Mauidzhoh hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk: a. Nasihat atau petuah.46 b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)47 c. Kisah-kisah d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir)
44
Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 37. Abd. Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah FI ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar alDakwah,1989) h. 260. 46 Nasihat bisaanya dilakukan oleh orang yang levelnya lebih tinggi kepada yang lebih rendah, baik tingkatan umur, maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada anaknya, Perhatikan QS. Lukman:13 yang artinya: “dan ingatlah ketika luqman berkatakepada anaknya, yaitu memberikan mauidzhoh (nasihat) kepadanya: hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mewmpersekutukan Allah adalah kedzaliman yang amat besar”. 47 Mauidzhoh hasanah dalam bentuk bimbingan, pendidikan dan pengajaran iniseringkali digunakan dalam bentuk kelembagaan (institusi) formal dan non formal, misalnya; mauidzhoh Nabi kepada umatnya, guru kepada muridnya, Kyai kepada santrinya, mursyid kepada pengikutnya, dll. 45
e. Wasiat (pesan-pesan positif) Menurut K. H. Mahfudz kata tersebut mengandung arti: 1. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya. 2. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya sehingga menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kejalan Tuhannya yaitu jalan Allah SWT. Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad anNasafi, kata tersebut mengandung arti al-Mauidzhoh al-hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau memberikan
nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Qur’an. Jadi kalo kita telusuri kesimpulan dari mauidzhoh hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan
dengan penuh kelembutan; tidak
membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, dan lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman. 4. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah Diantara ruang lingkup metode mauidzhoh hasanah ialah: 1) Nasihat 2) Tabsyir Wa Tandzir 3) Wasiat
4) Kisah
1. Pengertian Nasihat Kata nasihat berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “Nashaha” yang berarti khalasha yaitu murni dan bersih dari segala kotoran, juga berarti “khata” yaitu penjahit. Dan dikatakan bahwa kta nasihat berasal dari kata Nashaha arjulahu tsaubahu (Orang itu menjahit pakaianya) apabila dia menjahitnya, maka mereka mengumpamakan perbuatan penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasehatinya dengan jalan memperebaiki pakaiannya yang robek. Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap yang dinasehati siapapun dia. Nasihat adalah saru cara dari al-mauidzhah al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Al-Asfahani memberikan pemahaman terhadap term tersebut dengan makna al-mauidzhoh merupakan tindakan mengingatkan seseorang dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakan hatinya. Dan apabila ditarik suatu pemahaman bahwa al-mauidzhoh hasanah merupakan salah satu manhaj dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan cara menggunakan nasihat. Secara terminology Nasihat adalah memerintah atau melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Pengertian nasihat dalam Kamus Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan
petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakan hati. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keoimanan dan petunjuk. Allah berfirman: (QS. Annisa: 66).
#$ %& HI&: JK#LM⌧O #PR#S @ <&: *T$>@MV #P()!WI&: &&: *$0XY 7Z PO[X/\ ;Z $>@> ] ^_ @ V #PaRbcZ * #$ %& #PaR;d&: *$>@> ] Z <$e!$\ B9
SF>%& FA ;< Y7/()op5 qr % sS8hY FG ^_ CDV4t *$'Z *$>@☺& p/ @/uv% *#$(w$ & 6x % *#$(w$ & S#%uv% F[ “Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal soleh dan saling menasehati tentang kesabaran”. (Q.S. al-Ashr ayat 1-3) Dalam ayat ini ada dua hal yang diminta untuk diwasiatkan yaitu al-haq dan as-shobru.
Al-haq dari segi bahasa berarti sesuatu yang mantap tidak berubah apapun yang terjadi. Allah adalah al-haq karena tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai agma juga adalah al-haq. Seperti Nabi Mengatakan : agama itu adalah nasihat. Allah SWT. Adalah al-haq, karena itu sebagian para pakar tafsir, memahami kata al-haq dalam ayat ini dengan arti yakni bahwa manusia hendaknya saling ingat mengingatkan tentang keberadaan, kekuasaan, keesaan Allah serta sifat-sifat lain-Nya. Hal-hal yang diwasiatkan dalam al-Qur’an antara lain adalah : a) Pelaksanaan agama, bersatu padu, tidak bercerai berai. b) Bertaqwa kepada-Nya. (Q.S. An-Nisa : 13) c) Berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. (Q.S. Luqman : 1 d) Beberapa perincian ajaran agama seperti : pembagian harta warisan (Q.S. An-Nisa : 11), Sholat dan zakat. e) Sepuluh hal yang disebutkan dalam surah al-An’am ayat 151-153 yaitu : 1. Jangan mempersekutukan-Nya 2. Berbuat baik kepada ibu-bapak, 3. Jangan membunuh anak, 4. Jangan mendekati zinah. 5 Jangan membunuh kecuali dengan cara yang syah dan dibenarkan, 6. Jangan menyalah gunakan harta anak yatim, 7-8. Menyempurnakan timbangan dan takaran, 9. Percakapan atau sikap hendaklah secara benar dan adil, 10. Memenuhi perjanjian yang dikuatkan atas nama Allah. 2. Pengertian Tabsyir wa tandzir
Adapun tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah.48 Di dalam al-Qur’an, kata tabsyir banyak disebutkan, menurut Muhammad Abdul Baqi’ kata tabsyir atau mubasyir disebutkan selama 18 kali.49 Dari sekian banyak tabsyir, semuanya diartikan dengan “kabar gembira atau berita pahala”, hanya saja bentuk berita gembiranya beragam, antara lain kabar gembira dengan syariat Islam, kabar gembira dengan datangnya Rasul, kabar gembira tentang akan turunya al-Qur’an dan kabar gembira tentang syurga. Dalam kontek dakwah, sesungguhnya bentuk kabar gembira tidak harus menggunakan kata tabsyir, tetapi apa saja yang bisa membawa rasa gembira bagi orang yang mendengarnya sehingga bisa dijadikan motivasi untuk meningkatkan beribadah dan amal shaleh. Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-dza-ra menurut Ahmad bin faris adalah suatu kata yang menunjukan
untuk penakutan
(takhwif)50. Adapun tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanyakehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.51
48
Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus,
1997), h. 50 49
Abdul Baqi’ Muhammad Fuad, al-mu;jam al-mufahras li alfadz al-Qur’an al-karim (Cairo : Dar al-Kutub al-Misriyah) h. 120. 50 Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al maqayis fi al-lugah, (Beirut : Dar Fikr, 1994), h. 1021 51 Ali Mustafaa Ya’kub, Sejarah dan Metoda Dakwah Nabi, (Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1997), h. 49
Menurut pemakalah tandzir adalah ungkapan yanga mengandung unsur peringatan kepada orang yang tidak beriman atau kepada orang yang melakukan perbuatan dosa atau hanya untuk tindakan preventif agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa dengan dengan bentuk ancaman berupa siksaan di hari kiamat. Di dalam al-Qur’an istilah tandzir biasanya dilawankan dengan kata tabsyir (QS. AL-Baqarah : 19, al-Maidah : 19)
&&: y@z(v⌧O Y7cZ t☺))% 9] p/{>@! 1.8& |#X& <$>@>- } 3!c> /(w&: T C PRd ~ Y7cZ x$uv% ⌧
P#$☺% t& e> CD[XW/ % FA FA “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tewntang penghuni-penghuni neraka.
6&
H/\ 2@/Eq% 8. V #POtV7 '%$ C c\ #P % LJS ] Y7cZ X% <&: *$%$! Z ItV7 O7Z %SXJ _& %X\2I * 8. ] POtV7 SXJ ⌦X\2I& t& O :1⌧ ⌦X\. V FA
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah dating kepada kamu Rasul kami, menjelaskan (Syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (Pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak ,mengatakan : “Tidak dating kepad kami bauk seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesumgguhnya telah dating kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 3. Wasiat Pengertian wasiat secara etimologi berasal dari bahasa arab, terambil dari kata Washa-Washiya-Wasihiatan, yang berarti “pesan penting berhubungan dengan sesuatu hal.52 Pendapat lain mengatakan kata wasiat terambil dari kata WashaWashiayyatan, yang berarti : berpesan kepada seseoang yang bermuatan pesan moral.53 Secara terminology ada beberapa yang akan dikemukakan berikut ini : - Wasiat : Sekumpulan kata-kata yang berupa peringatan, support dan perbaikan”.54. -
Wasiat : Pelajaran tentang amar ma’ruf nahi mungkar atau berisi anjuran berbuat baik dan ancaman berbuat jahat.55
- Wasiat : Pesan kepada seseorang untuk melaksanakan sesuatu sesudah orang berwasiat meninggal disampaikan kepada seseorang.56 - Wasiat : Ucapan yang mengandung perintah tentang sesuatu yang bermanfaat dan mencakup kebaikan yang banyak.57
52
Lois Ma’luf, Kamus Munjid, Fi lughah Wa al-A’lam, (Beirut : Dar al- Masyriq, 1986),
h. 9091 53
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir, (Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1984), h.1563 54 Selin bin Ie’d al-Hilali, Min Washaya al-Salafi, (Edisi Indinesia), (Jakarta : Pustaka Azzam, 1999), h. 14. 55 Madji al-Syayid Ibrahim, 50 Washiyyat min Washaya al-Rasulullah li al-Nisa’ (Edisi Indonesia). (Semarang : Cahaya Indah, 1994), h. ix-x. 56 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), h. 584
Berdasarkan definisi di atas maka wasiat dapat dibagi pada dua katagori, yaitu : 1) Wasiat orang masih hidup kepada orang hidup, yaitu berupa ucapan, pelajaran, arahan tentang sesuatu.58 2) Wasiat orang yang telah meninggal (ketika menjelang ajalnya tiba) kepada orang masih hidup berupa ucapan atau berupa harta benda atau warisan. Oleh karena itu, pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah : Ucapan berupa arahan.(taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa Mua’yan). Materi Wasiat Ketepatan memberikan materi wasiat juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Materi wasiat yang diberikan kepada objek dakwah adalah materi wasiat berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, maka materi wasiat dapat dikatagorikan sebagai berikut : a. Materi secara umum Materi secara umum adalah materi yang berupaya menggiring mad’u menuju ketakwaan, yang pada giliranya mampu berorientasi hidup bersih. Hal ini berdasarkan pada QS. : an-Nisa : 1 dan 131 dan alahzab : 1. b. Materi secara khusus
57
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid II, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 584 Abu Abdullah bin Furaihan al-Harits, Al-Ajwibah al-mufidat ‘an-al-asillah al-Manahij al-jadidah, (Edisi Indinesia), (Surakarta : Yayasan Madinah, 1997), h. 31. 58
Materi secara khusus wasiat berdasarkan QS. Al-hasr : 3. Wasiat ini menurut para musafir diperuntukan bagi umat masa lalu dan umat masa sekarang.59 Diantara Materi wasiat itu adalah: 1. Larangan menyekutukan Allah 2. Berbuat baik kepada kedua orang tua 3. Larangan menghilangkan nyawa orang lain 4. Larangan berbuat keji baik terang-terangan maupun tersembunyi 5. Larangan menggunakan harta anak yatim dengan jalan yang tidak benar 6. Perintah menepati janji 7. Perintah berkata dengan baik 8. Perintah bersabar 9. Perintah menegakkan kebenaran 10. Perintah saling menyayangi Perlu diperhatikan dalam penyampaikan materi tersebut harus menyentuh akal dan perasaan. Seorang da’i harus menggugah daya nalar mad’u dan menggugah daya ingat untuk selalu berbuat kebaikan. Begitu juga seorang da’i harus mampu menajamkan perasaan mad’u untuk selalu istiqomah dalam menjalani perintah Allah.
4. Kisah A. Pengertian Qashash
59
Zamkasyari, Tafsir al-Kasyaf (kairo: Dar al-fikr:t.th ), h. 77.
Secara epistimologis lafadz qashash merupakan bentuk jamak dari kata Qishah, lafazh ini merupakan bentuk masdar dari dari kata qassa ya qussu.60 Dari lafazh qashash berarti menceritakan 2. lafazh qashash mengandung arti menelusuri/mengikuti jejak. Makna qashash dalam sebagian besar ayat-ayat berartikan kisah atau cerita,61 sedangkan ayat-ayat yang berbicara menggunakan lafazh qashash ternyata juga muncul dalam konteks cerita atau kisah tentang nabi musa as. Secara terminologis qashash berarti : 1.
Menurut Abdul Karim al-Khatib, kisah-kisah al-Qur’an adalah berita al-Qur’an tentang umat terdahulu.62
2.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang menceritakan ihwal umat-umat terdahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.63
B. Macam-macam kisah Al- Qur’an bagi umat Islam merupakan petunjuk untuk orangorang yang bertakwa dan juga sebagai sebuah pedoman hidup, ajaranajaran yang dikemukakan dalam berbagai bentuk seperti perintah, larangan
60
Ibnu Mandzur Lisanul Arab 12/148 DR. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta 1994, Cet II), H. 205. 62 Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qishash fi al-Qur’an al-Karim, (Mesir: Mathbah al- Amanah, 1994) h. 4. 63 Abdul DJalal H. A. Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), h. 296 61
dan lain-lain dikemukakan secara langsung maupun tidak langsung. 64 Bentuk ajaran langsung dapat dilihat dari ayat-ayat perintah atau larangan sedang yang tidak langsung dapat dilihat dari besarnya bagian al-Qur’an yang dikemukakan dalam bentuk kisah.65 Dalam bentuk kisah yang bermacam-macam maka para ahli mewngklasifikasikan muatan kisah-kisah dalam al-Qur’an. Manna Khalil al-Qatthan membagi kisah-kisah al-Qur’an ke dalam tiga bentuk : 1. Kisah para nabi menyangkut dakwah mereka dan tahapan-tahapan serta perkembangannya, mukjizat mereka, posisi para penentang, akibat orang-orang yang percaya dan yang mendustakan mereka dan lain-lain. 2. Kisah peristiwa-peristiwa masa lalu dan pribadi-pribadi yang tidak diketahui secara pasti apakah mereka nabi atau bukan, misalnya kisah Thalut vs jalut. 3. Kisah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Seperti perang badar, uhud khandak dan lain-lain. 66 Dalam hal serupa dikemukakan oleh Abd. Djalil tentang pembagian kisah sebagai berikut: a. Qashash jika ditinjau dari segi waktu
64
M. Quraish Shihab, Secerca Cahaya Ilahi, (Jakarta: Mizan, 2000, Cet. I), h. 13 A. Hanafi MA, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka al-Husna 1984), h. 317 66 Mustafa Muhammad Sulaiman Al-Qishas fi al-Qur’an al-Karim (Mesir :Maktabah alAmanah, 1994), h. 21 65
Ditinjau dari segi waktu
terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam al-Qur’an ada tiga macam : Kisah hal-hal gaib pada masa lalu, yaitu kisah yang menceritakan kejadian-kejadian gaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca indra, dan terjadi dimasa lampau, seperti kisah-kisah para nabi.67 Kisah hal-hal yang gaib pada masa kini, yaitu kisah yang menerangkan hal-hal yang gaib pada masa sekarang (meski sudah ada sejak dahulu dan masih akan tetap ada sampai pada masa yang akan datang), dan yang mengingkap rahasia orangorang munafik.68 Kisah hal-hal yang gaib pada masa yang akan datang yang belum pernah terjadi pada waktu turunya al-Qur’an, kemudian peristiwa itu betul-betul terjadi.69 b. Qashash ditinjau dari segi materi Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka dan pemenang serta pengikut mereka. Kisah orang-orang yang belum tentu nabi dan kelompokkelompok manusia tertentu, seperti kisah Lukmanul Hakim, Ashabul Kahfi dan lain-lain.
C. Akhlak Santri 67
Kisah Nabi Adam al-Baqarah : 30-39., Saleh, Luth, Musa : al-A’raf : 59-171. Kisah-kisah ini mencakup kisah yang mewnceritakan tentang Allah dan segala sifatNya (Surah al-Mu’minun : 91 dan al-Baqarah : 156) dan sebagainya. 69 Kisah kemenangan bangsa Romawi atas Persia (Surah Ar-rumm : 1-4). 68
1. Pengertian Akhlak Santri Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari “khuluq” yang bermakna budipekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.70 Istilah tersebut juga memiliki segi-segi persesuaian dengan istilah “khuluq” sebagai masdar yang berkaitan dengan isim fa’ilnya yakni juga berhubungan dengan isim maf’ulnya ”makhluqun” ditinjau dari vertikal dan horizontal.71 Menurut Syekh Saleh Syadi, akhlak adalah agama, karena siapasiapa yang yang akan memberi bekal tentang akhlak berarti
ia telah
memberi bekal dengan agama. Menurut Baginda Rosulullah SAW.” Bahwa akhlaknya adalah alQur’an. Sebagaimana Allah Berfirman dalam surah al-Qolam ayat 4 yang artinya: ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang Agung”. (QS. Al-Qolam: 4). Sedangkan menurut Zakiyah Dradjat. Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebisaaan yang menyatu bentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang bik dan mana yang buruk.72
70
Louis Ma’luf, al-Mnjid fial-lughah Waal-i’lam, (Beirut: Dar i-masyiriq, 1989), Cet. Ke-28, h. 164 71 Sudarsino, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakrta: Bina Aksara, 1989), Cet. Ke—I, h. 125 72 Zakiyah Dradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h.10.
Menurut
Al-Ghazali dalam
bukunya
“Ihya
Ulum
Ad-Din”
mengatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan”.73 Dan
menurut
Aris
Ibrahim
dalam
bukunya
“Al-Akhlaq”
merumuskan penertian akhlak sebagai berikut: Akhlak adalah kebisaaan kehendak yang dibisaakan, yakni bahwa kehendak itu juga dibisakan akan sesuatu, maka kebisaan itu disebut akhlak.74 Akan tetapi, pada dasarnya tidak ada perbedaan sama sekali antara beberapa definisi yang dikemukakan di atas, bahwa akhlak diartikan dengan penilaian baik atau buruknya terhadap perbuatan manusia. Dan akhlak dan budi pekerti dsapat dikatakan sebagai kondisi-kondisi sifat yang telah meresap dalam jiwa yag menjadi kepribadian. Apabila dari kondisi ini menimbulkan. Perbuatan baik dan terpuji, maka ia akan dinamakan budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah), apabila dari kondisi menimbulkan perbuatan buruk maka dinamakan budi pekerti yang jahat dan tercela (akhlakul-karimah). Sedangkan keutamaan akhlak yaitu didalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menepati kedudukan yang paling istimewa dan sangat penting. Dan ini menjadi ciri utama bagi seorang muslim didalam kehidupannya.
Seperti
keutamaan
Nabi
yang
diutus
untuk
menyempurnakan akhlak umatnya. Dimuka bumi ini sabda Rasulullah 73 74
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din, (Beirut: Daar al-Fikr, 1989), Jilid III, h.58. Aris Ibrahim, al-Mu’jam al-Wasit, (mesir: Daarul Ma’arif, 1972), Cet. Ke-II, h. 202.
dalam sebuah hadist yang artinya “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”.75 Apabila mempelajari seluruh ajaran Islam, tentu akan memperoleh hikmah. Hikamah yang terkandung didalamnya, dan akan mendapatkan kesimpulan bahwa seluruh ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni menyempurnakan akhlak agar lebih baik didalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Menurut H.M Arifin dalam bukunya filsfat pendidikan Islam berpendapat bahwa: “faktor yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik yang meliputi faktor dalam yaitu intelektual dalam hati (rohaniyah) yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah serta tokoh-tokoh, serta kerja sama yang baik antara tiga
lembaga
pendidikan tersebut. Maka
aspek
kognotif
(pengetahun) dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.76 Menurut
Abudin
Nata,
bahwa
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi pembentukan akhlak dapa khususnya dan pendidikan pada umumnya, terdapat tiga aliran. Pertama aliran Nativisme, kedua empirisme, dan ketiga konvergensi. 75 76
60
M. Ali Ustman, Hadist qudsi, (bandung: CV diponegoro. 1975), cet. Ke-20, h. 357 H. M. Arifin, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-IV, h.
a. Menurut
aliran
Nativisme,
bahwa
faktor-faktor
yang
paling
mempengaruhi terhadap diri seseorang itu adalah faktor pembawaan dari dalam, berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sejak lahir memiliki kecenderungan terhadap yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik. b. Aliran Empirisme, mengatakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yakni lingkungan
sosial,
meliputi pembinaan
dan
pendidikan.
Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan pada anak itui baik, maka akan baiklah anak tersebut dan demikian juga sebaliknya. c. Aliran konvergensi, mengatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlak yakni faktor internal yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan yang diadakan secara khusus.77 Dari ketiga aliran diatas, dapat disimpulkan bahwa aliran Nativisme, kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan, karena cukup menyakini potensi batin yang ada dalam dirinya. Dan aliran Empirisme tampak percaya terhadap peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Sedangkan aliran konvergensi tampak sesuai dengan ajaran Islam dan dapat difahami dari ayat (QS. An-Nahl:16:78), bahwasanya Allah SWT memberi petunjuk kepada umatnya yang memiliki potensi untuk dididik dengan baik, yaitu penglihatan,
77
Abudin Nata, Op. Cip., h. 165
pendengaran,
dan
hati
sanubari,
dengan
ajaran-ajarannya
dan
pendidikannya. Perasaan akhlak atau budi pekerti sesungguhnya sudah dimiliki pada manusia sejak lahir yang disebut dengan fitrah. Ada beberapa fitrah yang dibawa oleh manusia ketika lahir didunia ini yaitu: a. Perasaan Agama b. Perasaan Intelektual c. Perasaan Akhlak d. Perasaan Keindahan78 Pada dasarnya potensi akhlak yang dibawa oleh seorang anak itu ada baik, namun tergantung, kepada orang tuanya di dalam memelihara dan mendidik mereka menjadi orang yang berbudi pekerti luhur. Sebagaimana dalam hadist Rosulullah SAW yang artinya “Setiap anak dilahirkan atas fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang menyahudikan atau menasranikan memajusikannya.” (H.R. Muslim).79 Sedangkan menurut Rahmat Djatmika ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam prilakunya berakhlak, yakni: 1. Faktor yang berasal dari dirinya sendiri, yakni: -
Instink dan akalnya
- Keinginan-keinginan
-
Adat
- Hawa Nafsu
78 Aisya, Dachlan Dekadensi moral dan penanggulangannya. (Jakarta: Pusat dakwah Islam Indonesia), h. 100 79 Mahyidin al-Nawawi, sahih muslim bi syarh al-Nawawi, (Kairo: al-Sya’btt), Jilid XVI, h. 209
-
Kepercayaan
- Hati Nurani
2. Faktor dari luar dirinya yang meliputi: -
Keturunan
-
Lingkungan
-
Keluarga
-
Sekolah
-
Pergaulan
-
Dan Penguasa/ Pemimpin80 Semua faktor-faktor diatas, dapat membentuk dan mempengaruhi
nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang. Yang kuat akan lebih banyak memberi corak pada mentalnya. Misalnya antara faktor yang akan mewarnai perasaan akhlak, dengan pendidikan dan pergaulan dan jika berbeda caranya, maka yang lebih kuat membentuk akhlak yang baik itu tidak mudah, maka diperlukan upaya yang maksimal. 3. CAKUPAN AKHLAK SANTRI A. AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT Orang muslim melihat dalam dirinya nikmat-nikmat Allah SWT. Yang tidak bisa dikalkulasikan sejak ia masih berupa sperma di perut ibunya hingga ia menghadap Allah SWT Oleh karena itu, ia wajib bersyukur kepandanya atas nikmat-nikmat tersebut dengan lisannya dengan mengujinya dan menyanjungnya, karena dia berhak mendapatkan sanjungan dan ia wajib bersyukur dengan anggota badannya dengan menggunakannya dalam ketaatan kepadanya. Ini etikanya 80
73.
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: pustaka. Panjimas, 1992), Cet. Ke-I, h.
terhadap Allah SWT, sebab tidaklah etis mengingkari nikmat, menentang keutamaan pemberi nikmat, memungkiri nikmat-nikmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl: 18 dan 53, serta surat al-Baqoroh: 152
< & *&.>
☺>I t _
t6$evZ ^ 4t ⌦$!W % +9 FA “Dan sgala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepadanyalah kamu meminta tolong.”
Orang muslim mengakui bahwa Allah SWT. maha mengetahui kepadanya dan terhadap seluruh kondisinya, kemudian hatinya penuh dengan ketakutan kepada-Nya,
dan mengagungkan-Nya.
Ia
malu
bermaksiat
kepada-Nya,
menentang-nya dan tidak taat kepada-Nya. Inilah etikanya terhadap Allah SWT, sebab sangat tidak etis seorang hamba mempertontonkannya kemaksiatannya kepada tuhannya atau mempersembahkan keburukan kepadanya, padahal dia melihatnya dan menyaksikannya. Allah SWT berfirman dalam surat Nuh ayat 1314 dan surat an-Nahl ayat 19
;Z # % _ <$0#X t K V& FA[ 8. V& # @ $8&: FA “Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah? Dan sungguh, dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian).“
t&
?+ @>\
Z
Z& $' @>> FA
&Xq)>
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.”
Orang muslim berpendapat bahwa Allah Maha Kuasa atas dirinya dan memegang ubun-ubunnya. Ia tidak mempunyai tempat melarikan diri atau tempat menyelamatkan diri, kecuali kepada-Nya, kemudian ia lari menghadap kepadaNya, menjatuhkan diri di depan-Nya, menyerahkan seluruh persoalannya kepadaNya dan bertawakkal kepadanya. Inilah etikanya terhadap Tuhan dan penciptaNya. Sebab tidak etis kepada pihak yang tidak bisa memberikan perlindungan bergantung kepada pihak yang tidak mempunyai kekuasaan dan menyerahkan diri kepada pihak yang tidak mempunyai daya dan upaya. Allah SWT berfirman dalam surat al-Hud ayat 56 dan surat az-Zariyat ayat 50 serta surat al-Mai’dah ayat 23
#$ /\&
*&XWM
#P= u+>+ *T$$> 9 % q#X\
t☺))%
K8.cZ
P! @
#P![\&
J$>V
#P$>V _& *#$4%$E Z[X-> F G “Tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) melainkan dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya)”
;< FAG
(8
.\. %
“Sungguh, adzab tuhanmu sangat keras.”
Orang muslim melihat kepadanya Allah SWT. Ketika ia bermaksiat dan tidak taat kepadanya. Ia merasa seolah-olah ancaman Allah SWT. Telah mengenai dirinya, siksaannya telah terjadi padanya, dan hikumannya telah turun kepadanya. Ia juga menlihat kepadan Allah SWT. Telah mengenai dirinya, siksanya telah terjadi padanya, dan hukumannya telah turun kepadanya. Ia juga melihat kepada Allah SWT ketika ia taat dan mengikuti syariatnya. Ia merasa solah-olah dia telah memberikan janji-nya kepadanya dan pakaian keridhaan telah dikenakan kepadanya, kemudian berbaik sangka kepadanya, sebab tidak etis seseorang berlaku buruk terhadap Allah SWT, kemudian ia bermaksiat dan tidak taat kepadanya, serta berpendapat bahwa Allah SWT. Tidak melihat dirinya dan tidak mengukumnya atas pelanggarannya, padahal Allah SWT berfirman dalam surat al-Fussilat ayat 22-23.
Z& +M'O <&SE) <&: .R8\ _&
#P @
#>W⌧
#POX/(v#&:
#PO$>@0
7q/ %&
_&
+M¡JK
;<&: 4t _ ?+ @>\ 'SX¢⌧O h☺cZ
<$>@☺>
#% ~&
£¤K
+E¡' #¥#&:
FGG V4t
# X PE 8w&
]
Y7\ Sqh/ \ FG[
Y7cZ
“Bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan.dan itulah dugaanmu yang kamu sangkakan terhadap tuhanmu,(dugaan itu)telah membinasakan kamu,sehingga jadilah kamu termasuk orana yang rugi.”
Juga tidak etis oleh Allah SWT kalau seseorang bertakwa kepadanya dan taat kepadanya, kemudian ia berprasangka bagwa dia tidak mengganjarnya karena amal perbuatannya yang baik, tidak menerima ketaatan dan ibadahnya, padahal Allah SWT berfirman dalam surat an-Nur ayat 52
7Z& ¦§\ 4t ¨: t$& (\ }& 4t 9 =E\& ©H/ %
&
] P>6 <&£t⌧W% F G “Dan barang siapa taat kepada Allah dan rasulnya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepadanya, mereka itulah oran yang mendapat kemenangan.”
Kesimpulannya, bahwa rasa syukur orang muslim kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat-Nya, rasa malunya kepada-nya jika ia cenderung bermaksiat kepada-Nya, bertaubat dengan benar, bertawakkal kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya, takut akan siksa-Nya, berbaik sangka bahwa Allah SWT. Pasti menepati janji-Nya, dan berbaik sangka bahwa Allah SWT pasti melaksanakan ancaman-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya adalah etikanya kepada Allah SWT. Semakin ia konsisten dengan etika tersebut dan menjaganya, derajatnya semakin tinggi, kedudukannya melangit, dan kemuliaannya agung sehingga ia berhak mendapatkan perlindungannya, pemeliharaanya, kucuran rahmatnya dan sasaran nikatnya.
Inilah puncak keinginan orang muslim dan yang diidam-idamkan sepanjang hidup. Ya Allah, berilah kami perlindungan-Mu. Jangan haramkan kami atas pemeliharaan-mu. Jadikan kami orang-orang yang bertakwa disisi-Mu. Ya Allah, wahai tuhan alam semesta Alam. B. AKHLAK TERHADAP SESAMA MUSLIM DAN SESAMA MANUSIA Orang muslim meyakini bahwa sesama muslim adalah saudara seagamanya, mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus diterpkan terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya, karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah SWT. Dan sebagai upaya pendekatan kepadanya. Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan Allah SWT kepada orang muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara seagamanyal. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah bentuk ketaata kepada Allah SWT dan sebagai upaya pendekatan kepadanya tanpa diragukan sedikit pun. Diantara hak-hak dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut: d. Berprilaku bijaksaa terhadap saudara sesama muslim. e. Berprilaku amanah terhadap saudara sesama muslim. f. Berperilaku atau berpandangan masa depan.
Bijaksana Inti atau kata dasar dari kata bijaksana adalah “bijak”, bijak berarti adil, berimbang , tidak memihak atau tidak berat sebelah. Pengertian bijaksaa adalah sikap atau perilaku yang adil, berimbang, tidak memihak, dan tidak berat sebelah,
bila dilakukan dalam ucapan maka sikap atau perilaku yang timbul adalah lemah lembut, santun, tidak keras dan tidak kasar. Orang muslim, baik yang menjabat sebagi pegawai negeri sipil (PNS), tni atau masyarakat biasa, dituntut dapat berlaku bijaksana terhadap sesama muslim. Sikap atau tindakan bijaksana dalam menyelesaikan sebuah permasalahan apa pun bentuknya merupakan sebuah kemestia yang harus dilakukan oleh seorang muslim, tidak terkecuali itu pelajar, orang tua, guru, dan lain sebagainya. Kata-kata yang bijak, santun dan menyenangkan dalam mengajak kepada tindakan kearah kebaikan pun perlu dilakukan. Bijaksana sebagi suatu bentuk tindakan terpuji ini dilakukan agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan berjalan sebagaimana mestinya. Allah berfirman dalam surat al-Imran ayat 159
☺ ] ☺89 Y7cZ t (p'% #P- % * #$ %& (pKO ª! ] ⌧« @⌧ 2@]@ % *$⌧WIb_ 87Z %#$9 * 8 ] #PaRb #XWE& #Pf9L #P>6#&⌧4& C ¬#M * ~ ® ] (pZY¯ #4O$E ] t ;< 4t j@} Cx °O$E☺% FA “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjaukan diri dari sekitarmu. Karena itu maarkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakAllah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.”
Amanah
Amanah adalah salah satu sifat Rasulullah SAW. Yang harus kita pedomani dan direalisasikan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pegertian amanah dalam hal ini adalah sikap atau perilaku yang dapat menjaga kepercayaan, apa pun bentuk kepercayaan itu. Sikap pandang yang amanah sebagai bentuk perwujudan seorang muslim dalam merefleksikan kemampuannya mengelola dan mengendalikan dirinya, baik pribadi atau dalam kelompoknya (organisasi, yayasan, instansi pemerintah, dan lain-lain) juga di lingkungan sekitarnya (keluatga dan masyarakat). Bentuk atau wadah apa pun yang berisi sekumpulan manusia secara homogen atau heterogen bila dikelola dengan amanah maka hasil yang tercapai dibandingkan dengan yang dikelola tidak dengan amanah tentu berbeda. Bila sebuah organisasi, organisasi siswa intra sekolah (OSIS) misalnya, tidak dilaksanakan amanah dalam memanagenya maka akan terjadi penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya, sekalipun dalam skala kecil. Aspirasi, gagasan, ide-ide dari siswa tidak akan tersalurkan dengan optimal bila pengurus atau orang-orang yang memimpin tidak amanah atau tidak bisa dipercaya. Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 58
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadau. Sungguh Allah maha mendengar, maha melihat.”
3. Berpandangan Masa Depan (Futuristic)
Futuristic adalah sifat seseorang yang berpandangan dan berfikir untuk menuju masa depan yang gemilang atau sukses. Sesorang yang memiliki sifat futuristic biasanya selalu berfikir, merencanakan sesuatu dengan penuh optimis, dinamis dan kreatif serta tidak mudah putus asa. Orang yang memiliki sifat demikian, pada umumnya mempunyai cita-cita yang tinggi dan penuh semangat dalam menatap masa depan. Dalam pepatah arab menyatakan “gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit, walau kakimu menginjak bumi”. Dan Allah berfirman dalam surat al-Anbiya ayat 88 dan surat al-Hajj ayat 56
“Maka kami kabulkan doanya dan kami selamatkan dia dari kedudukan. Dan demikianlah kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
“Kekuasaan pada hari itu ada pada Allah, dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan berada dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” c. Akhlak Terhadap Lingkungan Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan
Al-Quran
terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan,
agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini dituntut
berarti
manusia
untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan
terhadap semua proses yang
sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri." Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya." Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk AlQuran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan
tujuan-tujuan
penciptaan
dan
demi kemaslahatan terbesar.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr
[59]: 5). Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apa pun yang berada di dalam genggaman tangannya, tidak
lain
kecuali
amanat
yang
harus dipertanggungjawabkan. "Setiap
jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin sepoi yang berhembus di udara, dan setiap tetes pertanggungjawaban
hujan manusia
yang tercurah dari langit akan dimintakan menyangkut
pemeliharaan
dan
pemanfaatannya", demikian kandungan penjelasan Nabi Saw. tentang firmanNya dalam Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8 yang
berbunyi, "Kamu
sekalian pasti akan diminta untuk mempertanggungjawabkan nikmat (yang kamu peroleh)." Dengan demikian bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan
apa
yang
sebenarnya
dikehendaki
oleh pemilik (Tuhan)
menyangkut apa yang berada di sekitar manusia. Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]: 3). Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap
demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap
sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan
mitos Yunani
yang
beranggapan
bahwa
benda-benda
alam
merupakan dewa-dewa yang memusuhi manusia sehingga harus ditaklukkan.Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun
mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13) Jika
demikian,
manusia
tidak
mencari
kemenangan,
tetapi
keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad Saw. yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad Saw. Bahkan memberi nama semua
yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak
bernyawa. "Nama" memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama. Sebelum Eropa mengenal Organisasi Pencinta Binatang Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan, Bertaqwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik. Di samping prinsip kekhalifahan yang disebutkan di atas, masih ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan. Namun dapat juga berarti "perendahan". Firman Allah yang menggunakan akar kata itu dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah Janganlah ada satu kaum yang merendahkan kaum yang lain. Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga
benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda sehingga mengorbankan kepentingannya sendiri. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang
diraihnya
serta cara meraihnya tidak
mengorbankan kepentingannya di akhirat kelak. Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi bersabda, Agama adalah hubungan interaksi yang baik. Beliau juga bersabda: Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA BEKASI
E. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa81. Berawal dari sebuah kampung di Ujung Utara Bekasi yang bernama Ujung Malang sebagai cikal bakal Ujung Harapan sebagai daerah yang sejuk dan damai. Keramahtamahan masyarakatnya sangat terlihat jelas dari kehidupan sehari-hari penduduknya. Diantara sekian banyak yang hidup di kampung tersebut terdapat sebuah keluarga yang sangat harmonis, rukun dan taat beragama. Dari keluarga inilah lahir seorang anak yang kelak akan menjadi seorang tokoh karismatik seorang ulama yang sekalipun tokoh pejuang kemerdekaan Noer Alie namanya, seorang anak yang memiliki tekad kuat untuk menciptakan kampung Ujung Malang menjadi Kampung Surga. KH Noer Alie dilahirkan pada tgl 15 juni 1913, dan merupakan anak ke 4 dari pasangan H. Anwar bin H. Layu dengan Hj. Maimunah binti Tarbin. Noer Alie kecil tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak lain umumnya. Sejak kecil ia sudah memiliki kelebihan-kelebihan dibanding anak lain seusianya, sejak kecil ia sudah gemar belajar ilmu-ilmu agama dan pada usianya yang ke-7 sekitar tahun 1921 ia belajar pada guru H. Ma’sum di Ujung Malang dan pada tahun 1923-1929 ia belajar kepada KH. Mughni, dari KH. Mughni inilah ia mengenal KH. Marzuki di daerah Cipinang Jak-Tim dan belajar kepada beliau pada tahun 81
CD Video, Company Profile Pondok Pesantren At-Taqwa Putra, 2006
1929-1933. Di tempat inilah Noer Alie mengenal sejumlah teman yang kelak menjadi ulama terkenal di bilangan Jabotabek diantaranya adalah: Abdullah Syafi’i, Abdurrahman Sabri, Mukhtar Thabrani, Hasbiallah. Bakat kepemimpinan Noer Alie memang sudah menonjol sejak kecil, dia tidak mau berada di belakang, saat bermain sehingga dalam setiap kesempatan ia senantiasa menjadi pemimpin. Noer Alie muda sangat haus dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama. merasa tidak puas dengan ilmu yang dimilikinya ia pun rela meninggalkan kedua orang tuanya dan kampung halamannya untuk melanjutkan belajar ke Makkatul Mukarromah dan berguru kepada Syekh Al-Maliki, Syekh Umar Hamdan dan Syekh Muhammad Amin AlKuthbi, pada tahun 1933 selain itu ia juga ia belajar kepada Syekh Abdul Jalil yang mengajarkan ilmu politik kepadanya dan Syekh Ibnu Arabi yang mengajarkan hadist serta Ulumul Qur’an. Setelah cukup lama ia mereguk ilmu di tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Noer Alie kembali ke kampung halaman tahun 1940. Kemudian ia membuka pengajian di masjid di samping rumahnya. Pada April 1940 ia naik pelaminan dengan Siti Rohmah putri guru Mughni yang tak lain dan tak bukan guru mengajinya di Ujung Malang. tak lama kemudian Bala Tentara Jepang masuk ke Indonesia kebijakan politik yang baru ini adalah merangkul umat Islam karena mereka melihat bahwa umat Islam merupakan mayoritas tanah kelahiran Kegiatan pesantren sempat terhenti waktu api revolusi berkobar, namun usai perang melawan Belanda pesantren ini didirikan kembali dengan nama Sekolah Rakyat Islam (SRI), pada masa itu penanganan sehari-hari SRI Ujung
Malang dilakukan Oleh KH. Mughni, KH. Ya’kub Gani, Muhidin Anwar, H. Marsad, H. Abdul Somad Murdani, KH. Junaidi, dan Rohiman. Dalam waktu dua tahun SRI Ujung Malang tak mampu menampung jumlah murid yang terus membengkak, maka para pengurus SRI Ujung Malang memindahkan tempat belajar dari rumah KH. Ya’kub Gani ke mesjid, yang sekarang menjadi masjid Al-Baqiatussolihat. Pada tahun 1952 para alumni SRI inilah yang kelak menjadi cikal bakal tenaga pengajar di At-Taqwa. Seperti KH. Tajudin, KH. Marzuki, KH. Ahmad Rosyidi HS, dan KH. Ma’ali Syamsudin. Tetapi pada tahun berikutnya SRI tidak aktif lagi dan sebagai gantinya, KH. Noer Alie mendirikan organisasi sosial P3I (Pembangunan Pemeliharaan dan Pertolongan Islam) Ujung Malang. P3I Islam ini didirikan oleh para tokoh masyarakat Ujung Malang yang diketuai oleh KH. Noer Alie dan dibantu oleh KH. Mahmud Ma’sum, H. Marzuki Anwar, H. Mahbub Ma’an, Guru M. Zen Mughni, Zaelani As’ari, H. M. Hasan Latif dan H. Romli Gudang yang pada tahun 1956 berstatus Yayasan. tak ketinggalan KH. Noer Alie pun memerintahkan
KH. Abdurrahman untuk
mendirikan pesantren bahagia di Kampung Dua Ratus. Selanjutnya yang mendirikan Madrasah Tsanawiyah atau Mts dan persiapan sekolah madrasah menengah atau SPMM At-Taqwa, sedangkan untuk mendirikan putri pada tahun 1964 didirikannya Madrasah AL-Baqiatussalihat. Pondok
Pesantren
At-Taqwa
pusat
puteri
yang
didirikan
oleh
Almaghfurlah KH. Noer Alie pada tahun 1964 berjalan cukup menggembirakan cita-cita pendirinya.
Bermula dengan nama Madrasah Al-Baqiyatusshalihat kemudian pada tahun 1986 dirubah namanya menjadi Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri sejalan dengan perubahan nama Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (Yayasan P.3) menjadi Yayasan At-Taqwa dengan akte Notaris Soedirdja, SH di Bekasi No l. 16/17 Desember-1986 Sesuai cita-cita pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri yaitu “membentuk insan sholihah dan muslihah yang mampu menegakkan ajaran Islam dalam aspek kehidupannya, insan yang berzikir dan berfikir, serta membentuk muslimah yang cerdas, benar, terampil dan berdisiplin tinggi dengan ajaran Islam” maka para santri perlu dibekali pendidikan formal yang lebih lengkap dan dibantu lembaga-lembaga penujang yang mengisi kegiatan santri selama 24 jam tinggal di pondok. Serta dilengkapi dengan tata tertib dasar santri yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan mereka selama mukim. Pada tahun 1986 terjadi perubahan Yayasan dari P3I Islam menjadi Yayasan At-Taqwa, dan kemudian KH. Noer Alie melimpahkan bangku kepemimpinan Yayasan At-Taqwa ini kepada anaknya yakni KH. Muhammad Amin Noer, MA. Namun beliau masih tetap mengajar sambil memberikan bimbingan. KH. Noer Alie berpulang ke rahmatullah pada tanggal 5 mei 1991 M. Bertepatan pada tanggal 25 Rajab 1412 H, dengan meninggalkan beberapa orang anak diantaranya: 1. Hj. Faridah Noer 2. Hj. Sholihah Noer BA.
3. KH. Muhammad Amin Noer, MA. 4. Hj. Atiqoh Noer, MA. 5. Hj. Ulfah Noer, S.Ag 6. KH. Nurul Anwar, Lc 7. Hj. Wardah Noer, Lc 8. Hj. Aisyah Noer 9. Hj. Abidah Noer, Lc. 10. Hj. Mahmudah Noer, Lc.
F.
Visi Dan Misi Pondok dan Tujuan Pesantren At-Taqwa 82. VISI: Berilmu amaliah, beramal ilmiah dengan landasan Al-Quran dan Sunah Rasul SAW yang diformulasikan dalam kalimat ikhlas, berdzikir, berfikir dan beramal. MISI: Membentuk insan shalihah yang mampu menegakkan ajaran Islam dalam aspek kehidupannya, menjadi insan yang berfikir dan berdzikir serta mampu menerima dan memberi nasehat, tidak otoriter dan tidak pula rendah diri. a. Cerdas, memiliki kecerdasan untuk memahami dan menerima Islam secara kaffah dan mempunyai kesanggupan menggali ilmu dengan ikhlas.
82
Ibid
b. Benar, memiliki aqidah yang benar, ibadah yang baik dan memiliki akhlaqul karimah. c. Terampil, memiliki kemampuan membaktikan ilmunya di tengah masyarakat. d. Disiplin, memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk mengatur waktu dan kehidupannya. Tujuan: 1. Menjadikan insan yang bertaqwa kepada Allah SWT beramal shaleh, berbudi luhur, dan bekerja di dunia dengan baik dan menuai pahala di akhirat kelak. 2. Membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan bangsa. 3. Mendidik siswa agar ber-akhlak al-karimah dan berilmu pengetahuan. 4. Mempersiapkan siswa agar bisa dan mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. 5. Mempersiapkan siswa agar agar bisa melanjutkan studi keperguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri. 6. Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam berbagai bidang: tahsinul qiro’ah, al-qur’an, tahfidz al-qur’an dan al-hadist, qiro’ah al-kutub, tahfidz alfiyah, pidato tiga bahasa, drama, organisasi, olah raga dan lainlain.
G. Struktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa83. I. BADAN PENDIRI Ketua
: KH. Noer Alie (Alm) digantikan oleh KH. Nurul Anwar, Lc.
Anggota
: KH. Muhammad Ma’sum (Alm) digantikan oleh KH. A. Tajuddin AM. H. Mahbub Ma’an (Alm) digantikan oleh H. M. Sa’duddin HM. KH. M. Amin Noer, MA. Hj. Atiqoh Noer, MA.
II. BADAN PENASEHAT
: H. Martono Marjono S.H
III. BADAN PENGURUS Ketua
: KH. M. Amin Noer, MA.
Wakil Ketua
: KH. Nurul Anwar, Lc.
Sekretaris I
: H. Abd. Jabar, MA.
Sekretaris II
: H. A. Dzaelani RM.
Bendahara
: H. Abd. Somad Murdani
IV. BAGIAN-BAGIAN A. PERGURUAN
83
Ketua
: KH. M. Amin Noer, MA.
Sekretaris
: H. Abd. Rozak RM.
Kasi TK
: H. Ahmad Nahrowi RM.
Agenda Persatuan Pelajar At-Taqwa (Perguruan At-Taqwa 2007-2008). hal 17-18
Kasi MI
: H. A. Mughni HS.
Kasi MtsA. & SLTP
: H. M. Rosyidi HS
Penilik TK
: Zainal Abidin
Penilik MI
: H. Ahbab Ahfas H. Marhun Ali
Penilik MTs & SLTP
: H. A. Nahrowi HN.
B. DEWAN MASJID Ketua
: KH. M. Amin Noer, MA.
Wakil Ketua I
: KH. Ahmad Rosyidi
Wakil Ketua II
: H. M. Rosyidi HS.
Sekretaris
: H. Abd Rozak RM.
Bendahara
: Ali Anwar Shomad
C. BAGIAN WAKAF Ketua
: H. M. Basri Thabrani
Anggota
: H. M. Mukhtar Murikh M. Ali Anwar Shomad H. Madhusin HM. H. Yusuf Maya
D. BAGIAN PENGEMBANGAN Ketua
: H. A. Djabar Madjid, MA. H. Kamaludin AM, MA.
Anggota-anggota
: H. Ubaidillah Khair, BA. Drs. H Muhalie Tabranie
H. Syamsul Falah, SE. E. LITBANG Ketua
: H. A. Djabar Madjid, MA. H. Kamaludin AM. MA.
Anggota-Anggota
: H. Ubaidillah Khair, BA. Drs. H. Muhalie Tabranie H. Syamsul Falah, SE.
F. DARUL AYTAM Ketua
: Hj. Sholihah Noer, BA.
Wakil Ketua
: Hj. Khofifah HA.
Sekretaris
: Hj. Alamiyah HM.
Bendahara
: Hj. Atiqoh H. Sa’duddin
H. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa84. 1. Kyai/Ustdz/Guru: berjumlah 70 orang 2. Santri At-Taqwa putra berjumlah 1000 orang Mts : 700 MA : 300 Para Santri berasal dari: Bekasi, Karawang, Cikarang, Tambun, Banten, NTT, NTB, Kal-Sel, Bandung, Tangerang, Jambi. 3. Materi atau Kitab Akhlak yang diajarkan Taklim Muta’alim Riyadul Madabina
84
Ibid.
Fathul Qorib Mujib Fathul Majid 4. Media yang dipakai ketika proses belajar ± Labolaturium ± OHP ± Alat peraga ± Komputer 5. Metode pengajaran Pengajian dasar di rumah-rumah, di langgar dan di masjid diberikan secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan beberapa baris Al-Quran atau kitab-kitab bahasa arab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Jawa. Pada gilirannya, murid mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata sesering mungkin seperti yang dilakukan oleh gurunya. Sistem penerjemehan dibuat sedemikian rupa sehingga para murid diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa arab. Dengan demikian cara murid dapat belajar tata bahasa arab langsung dari kitab-kitab. Murid diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan tersebut secara taat dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pendalaman sebelumnya. Para guru pengajian dalam tarap ini selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang. Jika dalam seluruh hidup guru tersebut ia berhasil menelorkan sekitar sepuluh murid yang dapat
menyelesaikan pengajian ini, dan kemudian melanjutkan pelajaran di Pesantren, ia akan dianggap sebagai seorang guru yang berhasil. Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut sistem serogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Al-Quran. Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau sistem weton. Dalam sistem ini kelompok murid (antara 5500)
mendengarkan
seorang
guru
yang
membaca,
menerjemahkan,
menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa arab. Setiap murid memperhatikan sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atu buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari sistem bandongan yang disebut halaqoh yang arti bahasanya lingkaran murid, atau kelopok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru. Dalam Pesantren kadang-kadang diberikan juga sistem Sorogan tetapi hanya diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan bimbingan individual85. Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yng paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran kerajinan, ketaatan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian di pedesaan gagal dalam pendidikan ini. Disamping itu banyak diantara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat 85
Zamakhsyari Dhofier., Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta, LP3S, 1985). Cet-4, h. 28-31
mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang telah menguasai sistem sorogan sajalah yang dapat memetik keuntungan dari sistem bandongan di Pesantren. Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai tarap pertama bagi seorang murid yang bercita- cita seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab. Dalam Sistem Bandongan, Seorang murid tidak harus menunjukan bahawa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para Kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat dan tidak menerjemahkan kata-kata yang mudah. Dengan cara ini, Kyai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja. Sistem Bandongan, karena dimaksudkan untuk murid-murid tingkat menengah dan tingkat tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif. Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar, biasanya menyelenggarakan bermacam-macam halaqah (kelas bandongan), yang mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai ke tingkatan tinggi, yang diselenggarakan setiap hari (kecuali hari jum’at), dari pagi-pagi buta sampai setelah sembahyang subuh, sampai larut malam. Penyelenggaraan bermacammacam kelas bandongan ini dimungkinkan oleh suatu sistem yang berkembang di pesantren di mana Kyai sering kali memerintahkan santrisantri senior untuk mengajar dalam halaqah. Santri senior yang melakukan
praktek mengajar ini mendapat title Ustad (Guru). Para Asatidz (Guru-guru) ini dapat di kelompokkan ke dalam kelompok, yaitu yang masih junior (ustadz muda), dan yang sudah senior, yang biasanya sudah menjadi anggota kelas musyawarah. Satu-dua ustadz senior yang sudah matang dengan pengalaman mengajarkan kitab-kitab besar akan memperoleh gelar “Kyai Muda”. Dalam kelas musyawarah, sistem pengajarannya sangat berbeda dari sistem sorogan dan bandongan. Para siswa harus mempelajari sendiri kitabkitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam bentuk Tanya jawab, biasanya hampir seluruhnya di selenggarakan dalam bahasa arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk menguji keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik. Sebelum menghadap Kyai, para siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan menunjuk salah seorang juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang disodorkan oleh Kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta untuk meyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi. Mereka yang dinilai oleh Kyai cukup matang untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki keluasan bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau menyelesaikan problem-problem terutama menurut sistem jurisprudensi Mazhab Syafi’i akan diwajibkan menjadi pengajar untuk kitab-kitab tingkat tinggi.
BAB IV
IMPLEMENTASI METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI
A. Metode dakwah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra termasuk dalam lima unkapan yaitu : Nasihat, Tabsyir, tandzir, wasiat dan kisah 1. Nasihat (anjuran) Memerintah atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman nasihat juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakan hati, nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keimanan dan petunjuk. Allah SWT Berfirman dalam surah (QS. An-Nisa : 66)
Z *$>@> ] #PaR;d&: #$ %& ** 'S#XY
dilakukan dimana saja dan dimana saja selagi melihat adanya kemunkaran di muka bumi ini. Pentingnya nasihat itu diberikan kepada santri agar bisa membentuk prilaku yang baik dan tidak melenceng dari agama. 2. TABSYIR (Kabar Gembira atau Berita Pahala) Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi adalah didalam kegiatan bulan puasa santri ada istilah akrom (aktifitas romadhon) santri diwajibkan hatam Al-Qur’an senanyak 3x dalam sebulan dan di beri penghargaan (sertifikat). Dalam keadaan hari-hari biasa santri melaksanakan puasa senin dan kamis, sholat berjamaah, tahajud, solat tasbih, mengaji kelompok. Dalam satu bulan sekali pengurus pondok pesantren bagian kesehatan
mengadakan kerja bakti massal yaitu tiap-tiap asrama
membersihkan, halaman, kamar mandi, wc, tempat tidur, bak sampah dan lainlain, setelah itu pengurus bagian kesehatan meriksa, melihat dan menyeleksi asrama mana yang terbersih, kemudian mengumumkan asrama mana yang menang dalam kompetisi kebersihan dan diberikan tropi/piala. Pentingnya diadakan kegiatan diatas
yaitu: Menguatkan atau
memperkokoh keimanan, memberikan harapan, menumbuhkan semangat untuk beramal, santri mencintai kebersihan. 3. TANDZIR (Ungkapan Peringatan Terhadap Manusia Tentang Adanya Kehidupan Akhirat Dengan Segala Konsekuensinya). Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi ini adanya stuktur organisasi yaitu pengurus keamanan yang bertugas mengawasi santri selam 24 jam. Dan apabila ada santri yang melanggar peraturan seperti
tidak sholat jamaah, tidak mengaji, merokok dan lain-lain. Akan diberikan hukuman atau sangsi seperti : menghafal surah-surah penting (yasin, waqiah, tabarok serta berpuasa selama 1 minggu. Hal ini agar santri kapok dengan apa yang ia perbuat, teguran dilakukan dimahkamah ta’dib. Antara pengurus dan santri serta ustadz yang bersangkutan. Pentingnya hukuman itu diberikan agar santri dapat menjalankan peraturan sehari-hari dengan baik dan benar. 4. Wasiat Dalam kontek dakwah adalah ucapan berupa arahan kepada orang lain terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi. Wasiat termasuk dalam dua kategori yaitu : a. Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang hidup yaitu berupa ucapan, pelajaran, arahan tentang sesuatu. b. Wasiat orang meninggal (ketika menjelang ajalnya tiba) kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupa harta benda atau warisan. Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ini termasuk dalam kategori nomor satu yaitu : Kyai berpesan kepada santri-santri yang mau lulus dari al-mamater agar selalu menjaga aqidah, dan akhlak dimana saja ia berada. Perihal wasiat ini Kyai mengucapkan pada saat menjelang hari kelulusan di gedung laboratorium fiqih (gedung serba guna).
Pentingnya wasiat itu diungkapkan oleh Kyai kepada santri agar kelak santri dapat mengemban amanat yang diberikan kepada Pondok Pesantren AtTaqwa Putra berupa aqidah, akhlak serta silaturrahmi.
5. Kisah (Menceritakan atau Mengandung Arti Menelusuri atau Mengikuti Jejak) Pondok Pesantren At-Taqwa Putra dalam mererapkan kepada santrinya yaitu dengan cara Kyai bercerita tentang pengalamannya menuntut ilmu di kampung nabi Muhammad SAW yaitu makkatul mukarromah, ketekunannya dalam menuntut ilmu membawa hasil yaitu dapat mendirikan pondok pesantren yang tadinya belum ada di kampungnya, sekarang menjadi ada dan terkenal di wilayah JABODETABEK serta luar daerah. Kyai juga berpesan kepada santrinya agar jangan bermalas-malasan di dalam menuntut ilmu. Pentingnya kisah ini diceritakan oleh Kyai kepada santrinya agar santri dapat mengikuti jejak para guru-gurunya. Dengan mengetahui berhasil tidaknya suatu metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi, Penulis menggunakan angket, dan dengan angket inilah penulis dapat mengukur.bahwa kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah efektif dilihat dari table-tabel yang tertera pada penulisan karya ilmiyah ini. Dilihat dari sudut pandang tabel bahwa presentase metode dakwah sangat besar sehingga metode dakwah itu efektif.
B. Temuan Dan Analisis 1. Identitas Responden
Dari penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren At-Ataqwa Putra Bekasi yang menjadi responden sebagai berikut:
TABEL 1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin JENIS KELAMIN
FREKUENSI
PERSENTASE
Laki-laki
50 orang
50 %
jumlah
50 orang
100 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden semuanya laki-laki. Hal ini dapat dilihart jumlah semua responden yang berjumlah sebanyak 50 orang, dengan demikian, kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah oleh para santri putra. Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh berdasarakan umur TABEL 2 Responden Berdasarkan Umur UMUR
FREKUENSI
PERSENTASE
13-17 tahun
50 orang
50 %
Jumlah
50 orang
100 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden dengan umur 13-16, adalah responden yang banyak mengikuti kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri At-Taqwa Putra Bekasi. Sebagai berikut:
TABEL 3 Dakwah Mengajak Manusia Untuk Mengerjarkan Kebaikan dan Mengikuti Petunjuk, Menyuruh Mereka Berbuat Baik dan Melarang Mereka dari Perbuatan Jelek Agar Mereka Mandapat Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat PERNYATAAN 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 27 19 1 2 50
PRESENTASE 54 % 38 % 2% 4% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab setuju sebanyak 19 orang atau 38 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 4 Dakwah Bisa Dilakukan Oleh Siapa Saja, Tidak Harus Orang Tua Atau pun Guru/Ustadz. PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
FREKUENSI 19 28 1
PRESENTASE 38 % 56 % 2%
4. Sangat tidak setuju jumlah
1 50
2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 19 orang atau 38 %, responden menjawab setuju sebanyak 28 orang atau 56 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja tidak harus orang tua ataupun guru/ustadz..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 5 Syariat Islam Menganjurkan Kepada Setiap Umatnya Untuk Berdakwah Sesuai Dengan Kadar Kemampunannya PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 16 30 3 1 50
PRESENTASE 32 % 60 % 6% 2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 30 orang atau 60 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6%, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Syari’at Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk berdakwah sesuai dengan kadar kemampuannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 6 Dakwah Bisa Dilakukan Dengan Berbagai Metode, Tidak Hanya Dilakukan di Atas Mimbar PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 17 30 1 2 50
PRESENTASE 34 % 60 % 2% 4% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 17 orang atau 34 %, responden menjawab setuju sebanyak 30 orang atau 60 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya dilakukan di atas mimbar. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 7 Mauidzoh Hasanah Adalah Salah Satu Dakwah Dengan Cara Memberikan Nasihat, Bimbingan dan Petuah yang Baik PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju umlah
FREKUENSI 16 26 8 0 50
PRESENTASE 32 % 52 % 16 % 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 26 orang atau 52 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 8 orang atau 16 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara memberikan nasihat, bimbingan, petuah yang baik. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 8 Mauidzoh Hasanah Adalah Salah Satu Metode Dakwah yang Dilakukan di Berbagai Pondok Pesantren PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 16 30 3 1 50
PRESENTASE 32 % 60 % 6% 2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 30 orang atau 60 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa mauidzoh hasanah adalah salah satu metode yang dilakukan diberbagai pondok pesantren. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 9 Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dapat Dilakukan Oleh Siapa Saja PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju
FREKUENSI 14 34
PRESENTASE 28 % 68 %
3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
2 0 50
4% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 14 orang atau 28 %, responden menjawab setuju sebanyak 34 orang atau 68 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa metode dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 10 Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Selain Dapat Memberikan Siraman Rohani, Juga Dapat Memberikan Wawasan Terhadap Santri PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju Jumlah
FREKUENSI 15 34 1 0 50
PRESENTASE 30 % 68 % 2% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 15 orang atau 30 %, responden menjawab setuju sebanyak 34 orang atau 68 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah dapat memberikan siraman rohani. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 11
Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dapat Mendorong Santri Untuk Merubah Prilaku yang Baik PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 21 27 2 0 50
PRESENTASE 42 % 54 % 4% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 21 orang atau 42 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri untuk merubah prilaku yang baik. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 12 Mauidzoh Hasanah Adalah Metode Dakwah yang Efektif Dalam Menyerukan Ajaran Agama di Pondok Pesantren PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 16 31 3 0 50
PRESENTASE 32 % 62 % 6% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 31 orang atau 62 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah paling efektif dalam menyerukan ajaran agama di pondok pesantren. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 13 Akhlak Adalah Sifat-Sifat yang Tertanam Dalam Jiwa yang Menimbulkan Segala Perbuatan Dengan Gampang dan Mudah Tanpa Memerlukan Pikiran dan Pertumbuhan PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 14 33 3 0 50
PRESENTASE 28 % 66 % 6% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak14 orang atau 28 %, responden menjawab setuju sebanyak 33 orang atau 66 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan.. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 14 Ajaran Islam Menuju Kepada Satu Tujuan, Yakni Menyempurnakan Akhlak Agar Lebih Baik di Dalam Kehidupan Sehari-Hari PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
FREKUENSI 23 24 3
PRESENTASE 46 % 48 % 6%
4. Sangat tidak setuju jumlah
0 50
0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 23 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak 24 orang atau 48
%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan yakni menyemprnakan akhlak. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 15 Akhlak Seseorang Merupakan Bawaan Sejak Lahir PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 17 21 10 2 50
PRESENTASE 34 % 42 % 20 % 4% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak17 orang atau 34 %, responden menjawab setuju sebanyak 21 orang atau 42 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 10 orang atau 20 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 16 Akhlak Dapat Dibentuk Melalui Bimbingan Orang Tua, Guru Serta Tokoh-Tokoh
PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 23 19 5 3 50
PRESENTASE 46 % 38 % 10 % 6% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 23 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak19 orang atau 38
%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang atau 10 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa akhlak bisa di bentuk melalui bimbingan. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 17 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berakhlak yang Baik Sesama Umatnya PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 25 23 2 0 50
PRESENTASE 50 % 46 % 4% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 25 orang atau 50 %, responden menjawab setuju sebanyak 23 orang atau 46
%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya berakhlak yang baik sesama ummatnya. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 18 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berprilaku Bijaksana Terhadap Sesama Muslim PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 27 22 0 1 50
PRESENTASE 54 % 44 % 0% 2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab setuju sebanyak 22 orang atau 44
%, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berprilaku bijaksana. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 19 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berprilaku Amanah Terhadap Sesama Muslim PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 23 27 0 0 50
PRESENTASE 46 % 54 % 0% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 24 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau 54
%, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berprilaku amanah. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 20 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berprilaku Atau Berpandangan Masa Depan PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 22 23 4 1 50
PRESENTASE 44 % 46 % 8% 2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 23 orang atau 46
%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang atau 8 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berprilaku berpandangan masa depan. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 21 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berakhlak Mulia Terhadap Allah PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 34 14 2 0 50
PRESENTASE 68 % 28 % 4% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 34 orang atau 68 %, responden menjawab setuju sebanyak14 orang atau 28
%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berakhlak mulia terhadap Allah. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 22 Islam Pengajarkan Kepada Seluruh Umatnya Agar Bersyukur Terhadap Allah Atas Nikmat yang Diberikannya PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 26 23 0 1 50
PRESENTASE 52 % 46 % 0% 2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 26 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak 23 orang atau 52 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 23 Islam Mengajarkan Kepada Seluruh Umatnya Agar Taat dan Patuh Terhadap Perintah Allah
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE 1. Sangat Setuju 27 54 % 42 % 2. Setuju 22 3. Tidak setuju 1 2% 4. Sangat tidak setuju 0 0% jumlah 50 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab setuju sebanyak 22 orang atau 42 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 24 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berakhlak Baik Terhadap Lingkungan PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 16 33 1 0 50
PRESENTASE 32 % 66 % 2% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 33 orang atau 66 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 25 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berprilaku Bijaksana Terhadap Sesama Muslim PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 25 25 0 0 50
PRESENTASE 50 % 50 % 0% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 25 orang atau 50 %, responden menjawab setuju sebanyak 25 orang atau 50 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 26 Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar Berprilaku Amanah Terhadap Sesama Muslim PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju Jumlah
FREKUENSI 22 27 1 0 50
PRESENTASE 44 % 54 % 2% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju. TABEL 27 Islam Mengajarkan Seluruh Umatnya Agar Menjaga dan Memelihara Lingkungan PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 22 28 0 0 50
PRESENTASE 44 % 56 % 0% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 28 orang atau 56 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 28 Setiap Kerusakan Terhadap Lingkungan,
Manusia Harus Mempertanggungjawabkannya PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 22 27 1 0 50
PRESENTASE 44 % 54 % 2% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju TABEL 29 Islam Melarang Umatnya Agar Tidak Mencabut dan Menebang Pohon Sembarangan PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 20 27 3 0 50
PRESENTASE 40 % 54 % 6% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 20 orang atau 40 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab tidak setuju 3 orang atau 6 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 30 Tidak Ada Sesuatu yang Melebihi Berat Dalam Timbangan (Amal) Seorang Mukmin Pada Hari Kiamat, Melebihi Akhlak yang Luhur PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju jumlah
FREKUENSI 18 29 3 0 50
PRESENTASE 36 % 58 % 6% 0% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 18 orang atau 36 %, responden menjawab setuju sebanyak 29 orang atau 58 %, responden menjawab tidak setuju 3 orang atau 6 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 31 Seluruh Umat Islam Wajib Mempertanggungjawabkan di Akhirat Terhadap Semua Prilaku yang Diperbuat di Muka Bumi PERNYATAAN 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
FREKUENSI 30 19 0
PRESENTASE 60 % 38 % 0%
4. Sangat tidak setuju jumlah
1 50
2% 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 30 orang atau 60 %, responden menjawab setuju sebanyak 19 orang atau 38 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dakwah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi adalah secara umum efektif dalam pembinaan akhlak santri, hal tersebut terbukti dari beberapa jawaban responden pernyataan yang ada di angket. 1. Pada zaman sekarang ini, metode dakwah mauidzoh hasanah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam merubah sikap dan prilaku santri menuju arah yang lebih baik. Karena santri merasakan secara langsung manfaat dari pelaksanaan metode dakwah mauidzoh hasanah itu antara lain : santri mendapat bimbingan rohani serta dapat merasakan perubahan prilaku. 2. Jawaban santri ternadap metode dakwah mauidzoh hasanah. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya responden yang memahami secara positif akan pernyataan-pernyataan yang dituangkan oleh penulis dalam angket yang disebarkan pada santri, serta sebagian besar santri mendukung atas pelaksanaan metode dakwah mauidzoh hasanah ini. 3. Pernyataan Responden terhadap metode dakwah dakwah mauidzoh hasanah masuk dalam tabel nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12. 4. Pernyataan Responden terhadap akhlak masuk dalam tabel nomor 13, 14, 15, 16.
5. Pernyataan Responden mengenai akhlak kepada Allah masuk dalam tabel nomor 21, 22, 23. 6. Pernyataan mengenai akhlak sesama manusia masuk ke dalam tabel nomor 17, 18, 19, 20, 25, 26. 7. Pernyataan Responden mrengenai akhlak terhadap lingkungan masuk kedalam tabel nomor 24, 27, 28, 29, 30, 31. Dalam semua tabel di atas persentasinya sangat besar sehingga metode dakwahwah mauidzoh hasanah yang dilakukan Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi itu efektif.
B. Saran-Saran 1. Penyampaian materi dakwah lebih diperjelas agar para santri mudah mencerna materi metode dakwah mauidzoh hasanah dengan baik. 2. Waktu pelaksanaan metode dakwah mauidzoh hasanah di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra lebih diperbanyak. 3. Mengadakan evaluasi setiap pelaksanaan program. Hal ini dapat mengukur keberhasilan program tersebut. 4. Melakukan inovasi-inovasai dalam pelaksanaan program metode dakwah mauidzoh hasanah agar terkesan tidak monoton.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abu bin al-Harits Furaihan, Al-Ajwibah Al-Mufidat ‘An-Al-Asillah AlManahij Al-Jadidah, (Edisi Indinesia), Surakarta: Yayasan Madinah, 1997. Ahmad, Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984. Aisya, Dahlan, Dekadensi Moral dan Penanggulangannya. Jakarta: Pusat dakwah Islam Indonesia. Al-Bilali, Abd. Hamid, Fiqh al-Dakwah FI Ingkar Al-Mungkar, Kuwait: Dar alDakwah,1989. Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya Ulum ad-Din, Beirut: Daar al-Fikr, 1989. Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Besar Bahasa Arab, Jakarta: Pustaka Progresif, 1997. Al-Nawawi, Mahyidin, Sahih Muslim Bi Syarh Al-Nawawi, Kairo: al-Sya’bit. Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994. ……….., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Baqi, Abdul’ Fuad Muhammad, Al-Mu;Jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Qur’an AlKarim, Kairo: Dar al-Kutub Al-Misriyah. Buckley, Eric, The Oxford English Dictionary, Oxford: The Clarendom Press, 1978. Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia; Nur Niaga SDN. BHD. 1996. Dewan Redaksi, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990. Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000. Dradjat, Zakiyah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV Ruhama, 1995. Drucker, Peter. F., Bagaimana Menjadi Eksekutip yang Efektif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986.
Echols, John. M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama, 1990. Google, Pondok Pesantren, 5 Maret 2008 Hanafi, A. Segi-segi Kesusastraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Husna 1984. Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Ibrahim, Aris, al-Mu’jam al-Wasit, Mesir: Daarul Ma’arif, 1972. Ibrahim, Madji Al-Syayid, 50 Washiyyat min Washaya al-Rasulullah li al-Nisa’ (Edisi Indonesia). Semarang: Cahaya Indah, 1994. Kadir, Abdul, Rauf Syaid Abd., Dirasah Fid Dakwah Al-Islamiyah, Kairo; Dar El-Tiba’ah Al-Mahmadiyah, 1987. Ma’luf Lois, Munjid fi al-Lugah Wa A’lam, Beirut: Dar Fikr.1986. Mandzur, Ibnu, Lisan al-Arab, Jilid VI, Beirut: Dar Fikr, 1990. Pridodgdo, A. b. Shadily Hasan, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Kanisius, 1990. Quail, Dennis., Teori Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga Pratama, 1992. Saleh, Abdurrahman Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta 1994. Cet II Selini, bin al-Hilal Ie’d, Min Washaya al-Salafi, (Edisi Indonesia), Jakarta: Pustaka Azzam, 1999. Shihab, M. Quraish, Secerca Cahaya Ilahi, Jakarta: Mizan, 2000. Cet. I …………., Tafsir Al-Misbah, Jilid II, Jakarta: Lentera Hati, 2000. Sudarsino, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakrta: Bina Aksara, 1989. Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: PT. Indah, 1995. Sulaiman, Mustafa Muhammad, Al-Qishash fi Al-Qur’an Al-Karim, Mesir: Mathbah Al- Amanah, 1994. Suwarto, F. X.. Prilaku Organisasi, Yogyakarta, 1999.
…………., Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989. ……….., Enslikopedia Nasional, Jilid II, (CES-HAM), Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980. Thantawi, Sayyid. Muhammad, Adab Al-Hiwar Fil Islam, Dar Al-Nahdhah, Mesir, diterjemahkan oleh Misrawi Zuhaeri dan Kamal.Zamroni. Jakarta: Azan, 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Ustman, M. Ali, Hadist Qudsi, Bandung: CV di Ponegoro. 1975. World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushulil Hiwar, M aktabah Wahbah Cairo, mesir, diterjemahkan oleh Salam Abdus M. dan Dhafir Muhil, dengan judul terjemahan “Etika Diskusi, Era Inter Media, 2001. Ya’kub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997. Zakaria, Ahmad bin Faris bin, Mu’jam Al Maqayis Fi Al-Lugah, Beirut: Dar Fikr, 1994. Zamkasyari, Tafsir al-Kasyaf, Kairo: Dar al-fikr.
Nomor : Istimewa Lamp : 1 (satu) Berkas Hal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Kepada Yth Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Di tempat.
Assalamu’alaikum Wr.Wb Salam sejahtera teriring do’a semoga bapak senantisa berada dalam lindungan serta magfirah Allah swt, amin. Selanjutnya, guna mendapatkan gelar sarjana (S-1), maka salah satu pra syaratnya adalah dengan menyelesaikan tugas akhir yaitu penulisan skripsi. Oleh karena itu saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Nim Fakultas Jurusan
: DEDE MAHMUDAH : 104051001858 : Dakwah dan Komunikasi : Komunikasi Penyiaran Islam
Bermaksud mengajukan judul proposal dengan judul : “Efektifitas Mauidzotulhasanah Terhadap Perilaku Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi” Sebagai bahan pertimbangan, berikut saya lampirkan : 1. Abstraksi Outline 2. Bab I 3. Daftar Pustaka Sementara Demikianlah kiranya permohonan ini saya sampaikan. Atas segala perhatian bapak/ ibu saya haturkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Dosen Pembimbing Akademik
Hormat Saya
Dr. Wahidin Saputra Nip.
DEDE MAHMUDAH Nim. 104051001858
ANGKET PENELITIAN “EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI”
Nama
:
Tempat/tanggal lahir
:
Jenis kelamin
:
(P/L)
A. PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah dengan baik seluruh pertanyaan dan pilihan jawaban di bawah ini. 2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur karena kejujuran anda dapat membantu kami dalam mengumpulkan data objektif dalam penelitian ini. 3. Anda cukup memberi tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang anda rasakan. 4. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah, dan jawaban responden akan kami jaga kerahasiaannya dengan sebaik-baiknya. 5. Apabila ada hal-hal yang tidak mengerti mohon di tanyakan kepada peneliti atau pendamping. 6. Kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan partisipasi anda dalam mendukung kelancaran penelitian ini.
B. PERTANYAAN DAN JAWABAN ± 1.
Dakwah Mauidzoh Hasanah Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjarkan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mandapat kebahagiaan di dunia dan akhirat?
2.
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus orang tua atau pun guru/ustadz.
3.
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Syariat Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk berdakwah sesuai dengan kadar kemampunannya?
4.
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya dilakukan di atas mimbar?
5.
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara memberikan nasihat, bimbingan dan petuah yang baik? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju 6.
D. Sangat tidak setuju
Mauidzoh hasanah adalah salah satu metode dakwah yang dilakukan di berbagai pondok pesantren?
7.
8.
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat dilakukan oleh siapa saja? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Metode dakwah mauidzoh hasanah selain dapat memberikan siraman rohani juga dapat memberikan wawasan terhadap santri?
9.
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri untuk merubah prilaku yang baik? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
10. Mauidzoh hasanah adalah metode dakwah yang efektif dalam menyerukan ajaran agama di pondok pesantren? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
±
Akhlak
11. Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
12. Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni menyempurnakan akhlak agar lebih baik di dalam kehidupan sehari-hari? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
13. Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
14. Akhlak dapat dibentuk melalui bimbingan orang tua, guru serta tokohtokoh?
±
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Akhlak Terhadap Manusia
15. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak yang baik sesama umatnya? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
16. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana terhadap sesama muslim? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
17. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah terhadap sesama muslim? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
18. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku atau berpandangan masa depan?
±
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Akhlak Terhadap Allah
19. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia terhadap Allah? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
20. Islam pengajarkan kepada seluruh umatnya agar bersyukur terhadap Allah atas nikmat yang diberikannya? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
21. Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya agar taat dan patuh terhadap perintah Allah? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
22. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak baik terhadap lingkungan? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
23. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana terhadap sesama muslim? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
24. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah terhadap sesama muslim?
±
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
Akhlak terhadap Lingkungan
25. Islam mengajarkan seluruh umatnya agar menjaga dan memelihara lingkungan? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
26. Setiap kerusakan terhadap lingkunagan manusia harus mempertanggung jawabkannya?
A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
27. Islam melarang umatnya agar tidak mencabut dan menebang pohon sembarangan? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
28. Tidak ada sesuatu yang melebihi berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
29. Seluruh umat Islam wajib mempertanggungjawabkan di akhirat terhadap semua prilaku yang diperbuat di muka bumi? A. Setuju
B. Sangat setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju